Fix Makalah Mankin

28
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, transportasi merupakan urat nadi kehidupan kota. Apabila sebuah kota dianalogikan sebagai makhluk hidup, maka penduduknya adalah darahnya dan infrastruktur transportasi adalah pembuluh darahnya. Kebutuhan mobilitas penduduk juga analog dengan kebutuhan darah untuk mendistribusikan oksigen, mineral, serta nutrisi yang dibutuhkan tubuh. Kebutuhan mobilitas penduduk adalah untuk mendistribusikan cerita, informasi, uang, makanan, kebahagiaan dan lainnya. Saat kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi dengan baik dan benar maka tubuh akan sakit, kota ini akan sakit. Transportasi sangat dibutuhkan guna mempermudah mobilitas. Masyarakat sebagian besar memilih menggunakan angkutan umum (angkot) daripada menggunakan kendaraan pribadi karena beberapa alasan. Angkutan umum pada dasarnya menawakan: 1) total biaya perjalanan lebih murah; 2) waktu perjalanan lebih cepat; 3) layanan bisa diandalkan. Akan menjadi lebih menarik bila dilengkapi dengan kenyamanan, sedangkan “keamanan” sifatnya menyeluruh, bukan hanya di sektor angkutan. Masalah transportasi sudah sedemikian parah di Kota Bandung. Kemacetan yang terjadi menyebabkan kerugian yang sangat besar mulai dari pemborosan waktu, BBM, terjadi dengan polusi udara serta externalities lainnya. Kemacetan kota Bandung semakin dirasa nyata dan semakin parah beberapa tahun belakangan ini. Sederhananya kemacetan kota Bandung merupakan akibat dari tidak seimbangnya jumlah luas ruas jalan dengan kendaraan yang melintasinya. Hal ini sepertinya dapat dikaitkan dengan semakin banyaknya pengguna kendaraan pribadi dan ketidakmampuan angkutan umum untuk mempertahankan jumlah penumpangnya. Saat ini terdapat lebih dari 5000 unit angkutan kota, lebih dari 500.000 unit sepeda motor dan lebih dari 200.000 unit mobil yang ada di kota Bandung. Dapat kita bayangkan ketidakseimbangan antara jumlah kendaraan dengan luas ruas jalan Bandung sendiri luasnya tidak bertambah besar dalam beberapa dekade belakangan ini, sedangkan

description

gratisssss

Transcript of Fix Makalah Mankin

Page 1: Fix Makalah Mankin

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini, transportasi merupakan urat nadi kehidupan kota. Apabila sebuah kota dianalogikan sebagai

makhluk hidup, maka penduduknya adalah darahnya dan infrastruktur transportasi adalah pembuluh darahnya.

Kebutuhan mobilitas penduduk juga analog dengan kebutuhan darah untuk mendistribusikan oksigen, mineral,

serta nutrisi yang dibutuhkan tubuh. Kebutuhan mobilitas penduduk adalah untuk mendistribusikan cerita,

informasi, uang, makanan, kebahagiaan dan lainnya. Saat kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi dengan baik

dan benar maka tubuh akan sakit, kota ini akan sakit. Transportasi sangat dibutuhkan guna mempermudah

mobilitas. Masyarakat sebagian besar memilih menggunakan angkutan umum (angkot) daripada menggunakan

kendaraan pribadi karena beberapa alasan. Angkutan umum pada dasarnya menawakan: 1) total biaya

perjalanan lebih murah; 2) waktu perjalanan lebih cepat; 3) layanan bisa diandalkan. Akan menjadi lebih

menarik bila dilengkapi dengan kenyamanan, sedangkan “keamanan” sifatnya menyeluruh, bukan hanya di

sektor angkutan.

Masalah transportasi sudah sedemikian parah di Kota Bandung. Kemacetan yang terjadi menyebabkan

kerugian yang sangat besar mulai dari pemborosan waktu, BBM, terjadi dengan polusi udara serta externalities

lainnya. Kemacetan kota Bandung semakin dirasa nyata dan semakin parah beberapa tahun belakangan ini.

Sederhananya kemacetan kota Bandung merupakan akibat dari tidak seimbangnya jumlah luas ruas jalan dengan

kendaraan yang melintasinya. Hal ini sepertinya dapat dikaitkan dengan semakin banyaknya pengguna

kendaraan pribadi dan ketidakmampuan angkutan umum untuk mempertahankan jumlah penumpangnya. Saat

ini terdapat lebih dari 5000 unit angkutan kota, lebih dari 500.000 unit sepeda motor dan lebih dari 200.000 unit

mobil yang ada di kota Bandung. Dapat kita bayangkan ketidakseimbangan antara jumlah kendaraan dengan

luas ruas jalan Bandung sendiri luasnya tidak bertambah besar dalam beberapa dekade belakangan ini,

sedangkan jumlah penduduknya cenderung bertambah terus. Sulitnya pengembangan jaringan jalan di Kota

Bandung, memberikan justifikasi bahwa angkutan umum diharapkan dapat menjadi tumpuan bagi pemecahan

masalah transportasi di masa datang. Dengan efisiensi ruang perangkutan yang relatif tinggi, angkutan umum

akan mampu memaksimalkan kapasitas jaringan yang ada. Kenyataannya sekarang, pelayanan angkutan umum

di Kota Bandung masih jauh dari konsidi yang diharapkan, baik dari sisi kapasitas maupun kualitas pelayanan.

Seperti dikebanyakan kota- kota di Indonesia, sektor angkutan jalan didominasi oleh angkot atau mikrobus yang

dijadikan sebagai angkutan umum. Dengan maksimum hanya dua belas tempat duduk penumpang, maka angkot

ini hampir tidak memenuhi definisi konvensional apapun dari sebuah angkutan massal.

Dominasi angkot dalam pelayanan angkutan di Kota Bandung ini menimbulkan berbagai masalah

angkutan terutama dampaknya bagi kelancaran lalulintas, efisiensi pelayanan yang rendah, kenyamanan yang

minim, sampai dengan masalah sosial. Seperti fakta yang kita lihat di jalanan Kota Bandung banyak sekali

angkot yang beredar pertrayeknya dan seperti nampak tidak dibatasi. Hal tersebut tentulah akan menimbulkan

suatu penumpukan kendaraan yang pada akhirnya menimbulkan kemacetan terutama pada jam- jam berangkat

maupun pulang sekolah ataupun jam- jam berangkat maupun pulang kerja seperti di pagi hari sekitar pukul 7

Page 2: Fix Makalah Mankin

hingga 8 WIB dan sore hari sekitar pukul 4 hingga 6 WIB. Hal ini tentu saja mengganggu kenyamanan para

pengguna. Selain berdampak pada kemacetan, tentu saja penumpukan ini akan megakibatkan peningkatan polusi

udara di Kota Bandung.

Melihat dari fakta dan permasalahan diatas, kami bermaksud untuk meneliti trayek angkot yang terdapat

di Kota Bandung dilihat dari segi perijinan. Dimana tanpa adanya ijin sudah dapat dipastikan bahwa angkot

tersebut tidak dapat beroperasi. Sebagai salah satu Badan Perijinan di Kota Bandung tentulah BPPT memiliki

andil yang cukup besar dalam hal pengeluaran ijin trayek tersebut. Dimana berdasarkan Peraturan Daerah Kota

Bandung Nomor 12 Tahun 209 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 12 Tahun 2007

tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kota Bandung tugas pokok BPPT

adalah melaksanakan koordinasi dan menyelenggarakan pelayanan administrasi di bidang perizinan secara

terpadu dengan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, simplifikasi, keamanan, dan kepastian. Termasuk

didalamnya perijinan menganai trayek angkutan kota di Kota Bandung. Maka dari itu, kami bermaksud untuk

meneliti mengenai ‘Kinerja Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Kota Bandung Dalam

Mengeluarkan Perijinan Trayek Di Kota Bandung’

1.2 Identifikasi Masalah

Untuk memberikan kejelasan masalah yang diteliti, dengan melihat latar belakang diatas, maka dengan

itu dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:

Bagaimana Kinerja Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Kota Bandung Dalam Mengeluarkan

Perijinan Trayek Di Kota Bandung?

1.1 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.1.1 Maksud Penelitian

Adapun maksud dari penelitian ini dimaksudkan untuk meneliti dan menganalisa bagaimana Kinerja

Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Kota Bandung Dalam Mengeluarkan Perijinan Trayek Di Kota

Bandung.

1.1.2 Tujuan

Berdasarkan Identifikasi masalah diatas, maka tujuan dari penelitian yang diinginkan penulis adalah:

1. Untuk mendapatkan data dan informasi yang berkaitan dengan Kinerja Badan Pelayanan Perijinan

Terpadu (BPPT) Kota Bandung Dalam Mengeluarkan Perijinan Trayek Di Kota Bandung.

2. Untuk mengetahui dan menganalisa Kinerja Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Kota Bandung

Dalam Mengeluarkan Perijinan Trayek Di Kota Bandung.

Page 3: Fix Makalah Mankin

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Kinerja

Kinerja didefinisikan sebagai hasil kerja (outcomes of work), karena hasil kerja memberikan

keterkaitan yang kuat terhadap tujuan-tujuan strategik organisasi, kepuasan pelanggan, dan kontribusi

ekonomi. Lebih lanjut pengertian kinerja (kinerja instansi pemerintah) adalah gambaran mengenai

tingkat pencapaian sasaran ataupun tujuan instansi pemerintah sebagai penjabaran dari visi, misi dan

strategi instansi pemerintah yang mengindikasikan tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan

kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan kebijakan yang ditetapkan (LAN: 2003).

Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu

kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang

dalam strategic planning suatu organisasi. Istilah kinerja sering digunakan untuk menyebut prestasi

atau tingkat keberhasilan individu maupun kelompok individu. Kinerja bisa diketahui hanya jika

individu atau kelompok invidu tersebut mempunyai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan.

Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan atau target-target tertentu yang hendak dicapai. Tanpa

ada tujuan atau target, kinerja seseorang atau organisasi tidak mungkin dapat diketahui karena tidak ada

tolok ukurnya. 

Jadi dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan pencapaian atau keberhasilan dari suatu

kegiatan atau program organisasi atau instansi pemerintah, dimana pencapaian keberhasilan tersebut

sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya dan dapat diukur melalui indicator pencapaian

tingkat keberhasilan tersebut.

2.2 Pengertian Pengukuran Kinerja

Robertson (2002) menyatakan Pengukuran kinerja (performance measurement) merupakan suatu

proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya,

termasuk informasi atas efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa,

kualitas barang dan jasa (seberapa baik barang dan jasa diserahkan kepada pelanggan dan sampai

seberapa jauh pelanggan terpuaskan) hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang diinginkan dan

efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan.

Selanjutnya Mahmudi (2005) menyatakan bahwa pengukuran kinerja paling tidak harus mencakup

tiga variabel penting yang harus dipertimbangkan, yaitu:

(1) perilaku (proses);

(2) output (produk langsung suatu aktivitas/program); dan

Page 4: Fix Makalah Mankin

(3) outcome (value added atau dampak aktivitas/program).

Perilaku, hasil dan nilai tambah merupakan variabel yang saling tergantung satu sama lain, dan menjadi

faktor yang sangat penting dalam manajemen kinerja. Terkait dengan pengukuran kinerja, lebih lanjut

disebutkan bahwa pengukuran kinerja meliputi aktivitas penetapan serangkaian ukuran atau indikator

kinerja yang memberikan informasi sehingga memungkinkan bagi unit kerja sektor publik untuk

memonitor kinerjanya dalam menghasilkan output dan outcome terhadap masyarakat.

Sedangkan pengukuran kinerja menurut definisi LAN (2003) adalah proses sistematis dan

berkesinambungan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan

program, kebijakan, sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam mewujudkan visi, misi dan trategi

instansi pemerintah. Pengukuran kinerja mencakup:

(1) kinerja kegiatan yang merupakan tingkat pencapaian target dari masing-masing kelompok indikator

kinerja kegiatan; dan

(2) tingkat pencapaian sasaran, yang merupakan tingkat pencapaian target dari masing-masing

inidikator sasaran yang telah ditetapkan dan dituangkan dalam dokumen rencana kinerja.

Jadi, Pengukuran kinerja merupakan proses mencatat dan mengukur pencapaian pelaksanaan

kegiatan dalam arah pencapaian tujuan melalui hasil-hasil yang ditampilkan berupa produk, jasa atau

suatu proses. Pada kebanyakan organisasi swasta, ukuran kinerja ini adalah berupa tingkat laba. Namun

organisasi sektor publik tidak bisa hanya menggunakan ukuran laba ini untuk menilai keberhasilan

organisasi karena memang tujuan utama organisasi ini bukan memperoleh laba tetapi meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Selain itu output organisasi sektor publik pada umumnya bersifat intangible

dan indirect menjadi kendala tersendiri dalam melakukan pengukuran kinerja.

2.3 Manfaat dan Tujuan pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja merupakan salah satu alat pencapaian kinerja. Maka untuk dapat mencapai kinerja

yang baik diperlukan tujuan yang jelas. Bila dilakukan secara berkesinambungan pengukuran kinerja

akan memberikan umpan balik sehingga upaya perbaikan yang terus menerus akan mencapai

keberhasilan yang perusahaan inginkan untuk kedepannya.

2.3.1 Manfaat pengukuran kinerja sektor publik dapat diuraikan sebagai berikut:

a.   Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja

      manajemen.

b.   Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang ditetapkan.

c. Untuk memonitor dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan membandingkannnya   dengan target

kinerja serta melakukan tindakan korektif untuk memperbaiki kinerja.

d. Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman secara objektif atas pencapaian yang

diukur sesuai dengan sistem pengukuran kinerja yang telah disepakati.

e. Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka memperbaiki kinerja

organisasi.

Page 5: Fix Makalah Mankin

f. Membantu mengidentifikasikan apakah kepuasan pelanggan telah terpenuhi

g. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah.

h. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif.

2.3.2 Tujuan Pengukuran Kinerja

Tujuan lainnya adalah jika dilakukan secara terus-menerus dapat menjadi umpan balik untuk upaya

perbaikan dan pencapaian tujuan di masa mendatang. Secara umum tujuan system pengukuran kinerja

adalah :

a. Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik ( top down dan bottom up )

b. Untuk mengukur kinerja financial dan non – financial secara berimbang sehingga dapat ditelusuri

perkembangan pencapaian strategi

c. Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan bawah serta

memotivasi untuk mencapai goal congruence

d. Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan kemampuan kolektif

yang rasional

2.4 Fungsi Pengukuran Kinerja

1. Learning

2. Sanctioning

3. Appraising

4. Creating Transparency

2.5 Indikator Kinerja dalam Pengukuran Kinerja

Untuk melakukan pengukuran kinerja digunakan sebagai indicator pelaksanaan strategi yang telah

ditetapkan. Indikator kinerja tersebut dapat berbentuk factor – factor keberhasilan utama organisasi (

critical success factors ) dan indicator kinerja kunci ( key performance indicator ).

2.5.1 faktor keberhasilan utama

Suatu area yang mengidentifikasikan kesuksesan kinerja unit organisasi. Area ini mereflrksikan

preferensi manajerial dengan memperhatikan variable – variable kunci financial dan non financial

pada kondisi waktu tertentu. Critical success factor tersebut harus secara konsisten mengikuti

perubahan yang terjadi dalam organisasi.

2.5.2 indikator kinerja kunci

sekumpulan indicator yang dapat dianggap sebagai ukuran kinerja kunci baik yang bersifat

financial maupun nonfinansial untuk melaksanakan operasi dan kinerja unit bisnis. Indicator ini

dapat digunakan oleh manajer untuk mendeteksi dan memonitor capaian kinerja.

Penggunaan indicator kinerja sangat penting untuk mengetahui apakah suatu aktivitas atau program

telah dilakukan secara efesien dan efektif. Indicator untuk tiap – tiap unit organisasi berbeda – beda tergantung

pada tipe pelayanan yang dihasilkan. Penentuan indicator kinerja perlu mempertimbangkan komponen berikut :

- Biaya Pelanggan ( cost of service

- Penggunaan ( Utilization )

- Kualitas dan Standar pelayanan ( Quality and standards )

- Cakupan Pelayanan ( Coverage )

Page 6: Fix Makalah Mankin

- Kepuasan ( satisfaction )

2.6 Metode Pengukuran Kinerja

Dalam berbagai kajian akademik, bahwa pengukuran kinerja pemerintah sering kali hanya mengacu

pada input saja. Ukuran keberhasilan suatu instansi pemerintah sering ditekankan pada kemampuan

instansi tersebut dalam menyerap anggaran. Jadi, suatu instansi dinyatakan berhasil jika dapat menyerap

100% anggaran pemerintah walaupun hasil maupun dampak yang dicapai dari pelaksanaan program

tersebut masih berada jauh di bawah standar. Keberhasilan ini hanya ditekankan pada aspek input tanpa

melihat tingkat output maupun outcomenya. Dalam rangka memperoleh hasil pengukuran yang obyektif

dan menyeluruh mencakup semua aspek yang bersifat tangible maupun intangible maka metode

pengukuran kinerja harus didesaian sedemikian rupa sehingga bisa representatif selain juga applicable.

Beberapa metode bisa digunakan dalam pengukuran kinerja Kantor Pemadam Kebakaran dengan

modifikasi tertentu.

1. BALANCED SCORECARD

Mengukur kinerja organisasi atau instansi pemerintah berdasarkan perspektif finansial, pelanggan,

proses internal, serta inovasi dan pembelajaran.

2. BENEFIT COST ANALYSIS

Mengukur kinerja organisasi atau instansi pemerintah berdasarkan hubungan cost terhadap output,

manfaat, dan dampak yang ditimbulkan terhadap masyarakat baik yang bersifat tangible (nyata) dan

intangible (tidak nyata).  

3. VALUE FOR MONEY

Mengukur kinerja organisasi atau instansi pemerintah berdasarkan kriteria ekonomi, efisiensi, dan

efektivitas.

Page 7: Fix Makalah Mankin

BAB III

OBJEK PENELITIAN

3.1 Gambaran Umum Organisasi

Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Bandung merupakan lembaga yang memegang

peranan dan fungsi strategis di bidang penyelenggaraan pelayanan perizinan terpadu Kota Bandung, yang

dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 12 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Peraturan

Daerah Kota Bandung Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Lembaga

TeknisDaerah Kota Bandung. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 12 Tahun 2009 tentang

Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pembentukan dan Susunan

Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kota Bandung, tugas pokok Badan Pelayanan Perizinan Terpadu adalah

melaksanakan koordinasi dan menyelenggaraakan pelayanan administrasi di bidang perizinan secara terpadu

dengan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, simplifikasi, keamanan dan kepastian. Pelayanan perizinan

pada BPPT adalah pelayanan administrasi baik pelayanan pemberian perizinan baru, perubahan perizinan,

perpanjangan/her-registrasi/daftar ulang perizinan dan pemberian salinan perizinan dalam bidang penanaman

modal, perdagangan, industri, kebudayaan dan pariwisata, penataan ruang, bangunan, konstruksi, pertanahan,

bina marga, sumber daya air, lingkungan hidup, komunikasi dan informasi serta perhubungan.

Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud di atas Badan Pelayanan Perizinan Terpadu

mempunyai fungsi :

a.Pelaksanaan penyusunan program ;

b.Penyelenggaraan pelayanan administrasi perizinan;

c.Pelaksanaan koordinasi proses pelayanan perizinan;

d.Pelaksanaan administrasi pelayanan perizinan;

e.Pemantauan dan evaluasi proses pemberian pelayanan perizinan;

f.Pelaksanaan pelayanan teknis administratif badan; dan

g.Pelaksanaan tugas lain yangdiberikan oleh Walikota sesuai tugas pokok dan fungsinya.

3.2 Visi dan Misi BPPT Kota Bandung

Visi

“Terpercaya dan Ungul  Dalam  Pelayanan Perijinan dan Investasi Menuju Kota Jasa Yang

Bermartabat”

Misi

MeningkatkanSumber Daya Aparatur yang Profesional;

1. Membentuk Jejaring Kerja Melalui Harmonisasi Kerjasama Antar Kota Dalam dan Luar Negeri Untuk

Meningkatkan Investasi;

2. Meningkatkan Sistem Informasi Manajemen Pelayanan yang Berbasis Government;

Page 8: Fix Makalah Mankin

3. Mewujudkan Pelayanan yang Optimal dan Memuaskan melalui Nilai Budaya Lokal, Responsivitas,

Renponsibilitas, Akuntabilitas, Tranparansi,  dan Kepastian Hukum;

4. Meningkatkan Peran Serta Masyarakat dalam mendukung Perkembangan Penanaman Modal;

3.3 Moto layanan

Motto layanan BPPT adalah memberikan pelayanan dengan "IKHLAS", (Inovatif, Kreatif, Handal,

Layak, Amanah dan Serempak) dalam melayani masyarakat.

3.4 Bentuk layanan

Perizinan bidang penanaman modal, perdagangan, industri, kebudayaan dan pariwisata, meliputi :

1. Izin Gangguan (HO)/Izin Tempat Usaha;

2. Tanda Daftar Perusahaan (TDP);

3. Izin Usaha Perdagangan (SIUP);

4. Tanda Daftar Gudang (TDG);

5. Tanda Daftar Industri (TDI);

6. Izin Usaha Industri (IUI);

7. Izin Usaha Kepariwisataan (IUK);

8. Izin Penyelenggaraan Reklame;dan

9. Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK).

Perizinan bidang penataan ruang, bangunan, konstruksi, pertanahan, meliputi :

1. Izin Lokasi; dan

2. Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

Perizinan bidang bina marga, sumber daya air dan lingkungan hidup, meliputi :

1. Izin Pemancangan Tiang Pancang Reklame, Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) dan sejenisnya;

2. Izin Pembuatan Jalan Masuk Pekarangan;

3. Izin Pembuatan Jalan Masuk di dalam Kompleks Perumahan, Pertokoan dan sejenisnya.

4. Izin Penutupan/Penggunaan Trotoar, Berm dan Saluran;

5. Izin Pematangan Lahan/Tanah;

6. Izin Pengelolaan Air Bawah Tanah;

7. Izin Penggalian Ruang Milik Jalan (Rumija);

8. Izin Pengambilan Air Permukaan;

9. Izin Pembuangan Air Buangan ke Sumber Air;

10. Izin Perubahan Alur, Bentuk, Dimensi dan Kemiringan Dasar Saluran/Sungai;

11. Izin Perubahan atau Pembuatan Bangunan dan Jaringan Pengairan serta Perkuatan Tanggul yang

dibangun oleh Masyarakat;

12. Izin Pembangunan Lintasan yang berada di bawah/diatasnya;

13. Izin Pemanfaatan Bangunan Pengairan dan Lahan pada daerah Sempadan dan Saluran/Sungai; dan

14. Izin Pemanfaatan Lahan Mata Air dan Lahan Pengairan lainnya.

Perizinan bidang komunikasi dan informasi serta perhubungan, meliputi :

Page 9: Fix Makalah Mankin

1. Izin Trayek;

2. Izin Pengelolaan Tempat Parkir;

3. Izin Jasa Titipan; dan

4. Izin Usaha Angkutan.

Sebagai bagian dari penyelenggaraan pelayanan, dilaksanakan sistem pelaksanaan kepuasan konsumen

melalui sistem penanganan pengaduan dan pelaksanaan survey kepuasan konsumen.

3.5 Prinsip Layanan

Dalam rangka memberikan pelayanan perizinan yang lebih baik, pelayanan perizinan didasarkan pada

prinsip-prisip pelayanan publik, yaitu :

1. Kesederhanaan;

2. Kejelasan;

3. Kepastian waktu;

4. Akurasi;

5. Keamanan;

6. Tanggung jawab;

7. Kelengkapan sarana dan prasarana;

8. Kemudahan akses;

9. Keisdiplinan;

10. Kesopanan dan keramahan serta 

11. Kenyamanan 

3.6 Struktur Organisasi

Untuk menunjang pelayanan perizinan sesuai harapan, struktur organisasi BPPT dirancang agar dapat

melaksanakan tugas secara efisien, dengan struktur organisasi sebagai berikut :

Kepala BPPT;

Kepala Bagian Tata Usaha, yang membawahi :

Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;

Kepala Sub bagian Keuangan dan Progran dan

Kepala Sub Bagian Informasi dan Pelayanan Pengaduan

Kepala Bidang Perizinan I

Kepala Bidang Perizinan II;

Kepala Bidang Perizinan III dan

Kepala Bidang Perizinan IV.

Bagan struktur organisasi BPPT Kota Bandung sebagai berikut :

Page 10: Fix Makalah Mankin

3.7 Perijinan Trayek

3.7.1 Dasar Hukum

1. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 02 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Perhubungan di Kota

Bandung;

2. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 12 Tahun 2008 tentang Retribusi Bidang Perhubungan;

3.7.2 Persyaratan Izin Trayek (Baru)

1. Foto copy Buku Uji2. Foto copy STNK3. Foto copy KTP Pemohon4. Izin Trayek lama / KP lama

3.7.3 Prosedur Izin Trayek

Page 11: Fix Makalah Mankin

3.7.4 Standar Biaya Pelayanan

Sesuai Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 16 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Perhubungan

dan Retribusi di Bidang Perhubungan, standar biaya pelayanan izin trayek ditetapkan sebagai berikut :

Page 12: Fix Makalah Mankin

3.7.5 Standar Waktu Pelayanan

Sesuai dengan Peraturan Walikota Bandung Nomor 550 Tahun 2008 Tentang Prosedur Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (PPTSP) standar waktu pelayanan perizinan ditentukan sebagai berikut : 

No Jenis Izin Standar Waktu

1 Izin Gangguan (IG/HO) 12 Hari Kerja

2 Tanda Daftar Perusahaan (TDP) 10 Hari Kerja

3 Tanda Daftar Gudang (TDG) 10 Hari Kerja

4 Tanda Daftar Industri (TDI) 10 Hari Kerja

5 Izin Usaha Perdagangan (IUP/SIUP) 10 Hari Kerja

6 Izin Usaha Industri (IUI) 12 Hari Kerja

7 Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK) 12 Hari Kerja

8 Izin Mendirikan Bangunan (IMB) 19-60 Hari Kerja

9 Izin Lokasi 14 Hari Kerja

10 Izin Penggalian Ruang Milik Jalan (RUMIJA) 10 Hari Kerja

11 Izin Pembuatan Jalan Masuk Pekarangan 14 Hari Kerja

12 Izin Penutupan/Penggunaan Trotoar, Berm dan Saluran 10 Hari Kerja

13 Izin Pematangan Lahan/Tanah 10 Hari Kerja

14Izin Pembuatan Jalan Masuk di Dalam Kompleks Perumahan, Pertokoan dan yang sejenisnya

12 Hari Kerja

15 Izin Pemanfaatan Titik Tiang Pancang Reklame, Jembatan 12 Hari Kerja

Page 13: Fix Makalah Mankin

Penyeberangan Orang (JPO) dan Sejenisnya16 Izin Reklame 12 Hari Kerja

17 Izin Penyelenggaraan Angkutan Kota 12 Hari Kerja

18 Izin Pengelolaan Tempat Parkir (IPTP) 12 Hari Kerja

19 Izin Usaha Angkutan (IUA) 12 Hari Kerja

20 Izin Jasa Titipan 12 Hari Kerja

21 Izin Pembuangan Air Buangan ke Sumber Air 10 Hari Kerja

22 Izin Pengelolaan Air Bawah Tanah 14 Hari Kerja

23 Izin Pengambilan Air Permukaan 10 Hari Kerja

24Izin Perubahan Alur, Bentuk, Dimensi dan Kemiringan Dasar Saluran/Sungai

10 Hari Kerja

25 Izin Pembangunan Lintasan yang Berada dibawahnya/Diatasnya 10 Hari Kerja

26Izin Pemanfaat Bangunan Pengairan dan Lahan Pada Daerah Sempadan Saluran Sungai

10 Hari Kerja

27 Izin Pemanfaatan Lahan Mata Air dan Lahan Pengairan Lainya 10 Hari Kerja

Standar waktu menggunakan hari kerja, tidak termasuk hari libur. Standar waktu adalah waktu maksimal yang diperlukan untuk memberikan pelayanan perizinan.

BAB IV

Page 14: Fix Makalah Mankin

PEMBAHASAN

Dalam mewujudkan cita – cita berbangsa dan bernegara, pemerintah harus dapat menjalankan perannya

dengan baik. Good governance merupakan suatu prasyarat untuk pemerintah dalam mewujudkan aspirasi

masyarakat dan tercapainya tujuan serta cita – cita berbangsa dan bernegara. Pada umumnya dalam

penyelenggaraan pemerintahan, pemerintah memiliki peran yang mencangkup pada dua kelompok fungsional,

yaitu fungsi umum dimana fungsi umum ini meliputi penciptaan dan pemeliharaan rasa aman dan pengaturan

ketertiban, kemudian mengenai pertahanan dan keamanan, penyelenggaraan hubungan diplomatic dan terakhir

mengenai pungutan pajak dimana pajak merupakan sumber pendapatan terbesar. Fungsi yang kedua adalah

fungsi pembangunan, pembangunan disini seperti prembangunan bangsa serta pembangunan ekonomi dan social

yang mengarah kepada peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakatnya. Dalam penyelenggaraan

kedua fungsi tersebut, tentunya dibutuhkan dukungan dari berbagai pihak baik itu pemerintah maupun

masyarakat dan pihak – pihak lain yang terkait.

Selain itu, pemerintahpun dituntut untuk lebih transparan dan akuntabel dalam penyelenggaraan

pemerintahan hal ini dilakukan demi tercapainya good governance yang sedang terselenggara. Sejalan dengan

prinsip akuntabilitas dan upaya implementasi anggaran berbasis kinerja (performance-based budgeting) maka

instansi pemerintah harus menetapkan tingkat kinerja terukur yang akan diwujudkan pada periode 1 (satu)

tahun. Upaya mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik tersebut, diperlukan suatu sistem

manajemen kinerja yang mampu mengukur kinerja dan keberhasilan instansi pemerintah, dengan demikian akan

tercipta legitimasi dan dukungan publik terhadap penyelenggaraan pemerintahan. Tanpa adanya sistem

manajemen kinerja sektor publik (pemerintah) yang baik niscaya akan dapat menumbuhkan kepercayaan

masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan, yang pada gilirannya juga akan menghambat terwujudnya

good governance.

Pengukuran kinerja merupakan alat manajemen untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan

dan akuntabilitas. Dengan dilakukannya pengukuran kinerja maka kita bisa memastikan apakah pengambilan

keputusan dilakukan secara tepat dan obyektif. Selain itu kita juga bisa memantau dan mengevaluasi

pelaksanaan kinerja dan membandingkannya dengan rencana kerja serta melakukan tindakan untuk

memperbaiki kinerja periode berikutnya.

Terjadinya peningkatan atau penurunan produktivitas bisa ditunjukkan dari kegiatan ini. Sebagaimana

kita ketahui bahwa Pengukuran kinerja adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan

sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Informasi yang termasuk dalam pengukuran kinerja antara lain

(1) Efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa;

(2) Kualitas barang dan jasa (seberapa baik barang dan jasa diserahkan kepada pelanggan dan sampai

seberapa jauh pelanggan terpuaskan);

(3) Hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang diinginkan; serta

(4) Efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan.

Page 15: Fix Makalah Mankin

Instansi pemerintah adalah organisasi yang pure non profit oriented. Kinerja instansi pemerintah harus

diukur dari aspek-aspek yang komprehensif baik finansial maupun non finansial. Berbagai aspek yang harus

diukur adalah:

(1) kelompok masukan (input);

(2) kelompok proses (process);

(3) kelompok keluaran (output);

(4) kelompok hasil (outcome);

(5) kelompok manfaat (benefit);

(6) kelompok dampak (impact).

Selain itu ruang lingkup pengukuran kinerja sangat luas. Pengukuran kinerja harus mencakup kebijakan

(policy), perencanaan dan penganggaran (planning and budgeting), kualitas (quality), kehematan (economy),

keadilan (equity), dan juga pertanggungjawaban (accountability).

4.1 Kinerja BPPT Kota Bandung

Pelayanan publik merupakan salah satu bentuk kewajiban yang di sediakan oleh pemerintah dalam

rangka menjalankan perannya untuk melayani masyarakat, dengan begitu instansi pemerintahan yang ada di

harapkan harus mampu melayani masyarakat secara prima dengan mengacu pada prinsip-prinsip pelayanan

sebagai dasar dalam menjalankan pelayanan, untuk mengetahui suatu instansi dapat memberikan pelayanan

secara prima atau tidaknya kepada masyarkat tentu dapat dilihat dari pengukuran kinerja suatu instansi yang

berkaitan.

BPPT Kota Bandung merupakn salah satu instansi pemerintah yang di rasa bersangkutan langsung

dengan masyarakat yakni dalam memberikan pelaynan perijinan. khususnya dalam melayanini perijinan trayek.

seperti yang kita ketahui trayek merupakan salah satu sarana untuk memfasilitasi angkutan umum untuk

memberikan jasa kepada masyarakat, tujuan di adakannya terayek itu sendiri ialah untuk dapat mengatur

kendaraan umum yang beroprasi di jalan dengan di batasi berdasarkan trayek-trayek yang sudah di tentukan.

dalam satu trayek angkutan umum di batasi, hal tersebut tentu angar tidak terjadinya berlebihnya jumlah

kendaraan umum yang ada.

Meski jumlahnya cukup banyak tetapi angkot - angkot ini tetap memiliki izin yang resmi yang di

keluarkan dari BPPT Kota Bandung. Dalam membuat perijinan trayek tentu pada dasarnya sama harus mengisi

data pemohon dan menyelesaikan administrasi yang mengacu pada prosedur pelayanan yang telah di tentukan,

akan tetapi yang membedakan dari perijinan lainnya ialah dalam perijinan trayek ini berkordinasi dengan Dinas

Perhubungan Kota Bandung. Untuk memperoleh ijin dari BBPT Kota Bandung pemohon harus mempunyai

rekomendasi dari Dinas Perhubungan setelah itu baru lah perijian trayek dapat di proses oleh BPPT Kota

Bandung. Dalam pelaksanaan pelayanan perijinan trayek ini tentu tidak selalu berjalan dengan mulus akan

tetapi tentu terdapat hambatanyang timbul dari pelayanan tersebut yakni banyaknya keluhan secara teknis yang

bersumber dari dinas Perhubungan Kota Bandung.

BPPT Kota Bandung itu sendiri dalam setiap kegiatan pelayanannya khususnya perijinan trayek tentu

memiliki target yang harus di capai dalam satu periode, target tersebut berupa pendapatan yang telah di tentukan

Page 16: Fix Makalah Mankin

setiap tahunnya, berdasarkan data yang kami dapatkan pada tahun 2012 BPPT Kota bandung dalam perijinan

trayek ini target yang di tentukan sudah tercapai bahkan sudah melampaui target yang sudah di tentukan yakni

ga ada di sipa catetannya yang menjadi tertribusi daerah.

4.2 Indikator Kinerja dalam pelayanan ijin di BPPT Kota Bandung

Berdasarkan data yang kami peroleh di atas jika di kaitkan dengan penilaian kinerja suatu instansi yang

menyediakan pelayanan langsung dengan masyarakat tentu kami menilai berdasarkan indikator pelayanan ijin

yang di dalamnya memuat beberapa poin diantaranya:

Indeks kepuasan masyarakat

Ketepatan waktu

ketepatan Biaya

Persentase Pengaduan

Pendapatan

4.3 Pengukuran Kinerja BPPT Kota Bandung dalam pelayanan perijinan trayek

Dalam melakukan pengukuran kinerja pada kantor BPPT Kota Bandung, dengan melihat pada indikator

pelayanan nya maka kami menggunakan metode Balance scorecard yaitu dengan mengukur kinerja organisasi

atau instansi pemerintah berdasarkan perspektif finansial, pelanggan, proses internal, serta inovasi dan

pembelajaran.

1. Stakeholders dan Finansial

Perspektif ini melihat pada kinerja dari sudut pandang penyedia sumber daya dan menunjukkan hasil dari apa

yang ingin dicapai dalam perspektif lainnya.

2. Pelanggan.

Perspektif pelanggan merupakan indikator tentang bagaimana pelanggan melihat organisasi dan bagaimana

organisasi memandang mereka. Indikator yang dapat digunakan untuk menilai bagaimana pelanggan

memandang organisasi adalah tingkat kepuasan pelanggan yang bisa diketahui melalui survei pelanggan, sikap

dan perilaku mereka yang dapat diketahui dari keluhan-keluhan yang mereka sampaikan.

3. Proses Internal

Perspektif ini mencakup indikator produktivitas, kualitas, waktu penyerahan, waktu tunggu dan sebagainya.

Indikator ini memungkinkan kita untuk menentukan apakah proses telah mengalami peningkatan, sejajar dengan

benchmarks, dan atau mencapai target dan sasaran.

4. Inovasi dan Pembelajaran.

Perspektif ini memuat indikator tentang sampai seberapa jauh manfaat dari pengembangan baru atau bagaimana

hal ini dapat memberikan kontribusi bagi keberhasilan di masa depan. Mengukur hasil dari tindakan dan

Page 17: Fix Makalah Mankin

aktivitas dalam perspektif ini mungkin tidak dapat dilakukan karena hasilnya tidak segera dapat diketahui dan

bersifat jangka panjang. Dalam banyak kejadian, mungkin diperlukan ukuran pengganti sebagai indikator

kinerja.

Analisi Teori

Stakeholders dan Finansial

Jika di aplikasikan dalam penyediaan pelayanan yang di lakukan oleh BPPT yang berkaitan dengan sumber

daya yang tersedia dalam instansi ini terlihat memiliki kordinasi yang baik antara satu pegawai dengan pegawai

lain, karena di BPPT itu sendiri sudah meiliki pembagian tupoksi secara jelas yang di bagi per bidang, Bidang 1

terdiri dari ....,Bidang 2 terdiri dari ...,Bidang 3 terdiri dari ....,Bidang 4 terdiri darii..., pembagian tersebut

menurut kmai dapat mendorong kualitas kinerja lebih baik lagi yang secara tidak langsung dapat membantu

pada kewajiban BPPT itu sendiri dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat. selain itupun dapat di lihat dari

keberhasilan dari target pendapatan yang telah di capai dapat di jadikan sebagai penilaian bahwa kinerja

pelayanan khususnya ijin trayek ini dapat memberiakan motivasi terhadap target-targe yang hendak di capai dari

bentuk perijinan lainnya

Pelanggan.

Perspektif pelanggan merupakan indikator tentang bagaimana pelanggan melihat organisasi dan bagaimana

organisasi memandang mereka. Indikator yang dapat digunakan untuk menilai bagaimana pelanggan

memandang organisasi adalah tingkat kepuasan pelanggan yang bisa diketahui melalui survei pelanggan, sikap

dan perilaku mereka yang dapat diketahui dari keluhan-keluhan yang mereka sampaikan. jika di lihat dari BPPT

itu sendiri dalam rangka memberikan pelyanan perijinan trayek ini di rasa sudah baik karena tercatat dalam

persentase keluhan yang di terima cukup kecil, (cantumkan persentase pengaduan).

Proses Internal

Dalam proses internal ini dalam hal pelayanan yang di berikan kepada masyarakat BPPT ini selalu mengacu

pada prinsip-prinsip pelayanan yang di imbangi dengan prosedur-prosedur yang telah di tentukan sebelumnya,

sehingga dalam meberikan pelayanna BPPT ini tetap bisa memberikan yang cukup efektif.

Inovasi dan Pembelajaran.

Dalam poin inovasi dan pembelajaran, di BPPT Kota Bandung sudah mulai melibatkan teknologi dalam

pemberian layanan, yakni dengan cara mmengakses website resmi BPPT Kota Bandung para pemohon dapat

membuat surat perijinan trayek secara online, hal tersebut merukan salah satu wujud inovasi dalam bidang

pelyanan yang bertujuan untuk meningkatkan kepuasan dan kepercayaan masyarakat dalam hal perijinan yang

tentu dapat berkonstribusi bagi keberhasilan masa depan yang sifatnya jangka panjang.

Page 18: Fix Makalah Mankin

Berikut merupakan gambaran dari indikator dari teori yang di paparkan di atas

No Perspektif

Evaluasi

Selisih / KetIndikator

Realisasi

1. Finansial

       Pengadaan peralatan

       Pemeliharaan dan perbaikan

       Dan sebagainya

Rp.xxx (anggaran)

Rp xxx (anggaran)

Rp xxx (anggaran

Rp xxx

Rp xxx

Rp xxx

Berpedoman pada anggaran untuk menilai selisih dg realisasi

2. Pelanggan

       Kepuasan masyarakat terhadap pelayanan yang di berikan

       Kepedulian msyarakat pelayaan yang di berikan

       Penilaian masyarakat terhadap kualitas jasa pelayana yang di berikan BPPT Kota bandung

Rasio keluhan masyarakat kurang dari x%

Rasio keluhan masyarakat kurang dari x%

Pengaruh penilaian dari masyarakat

Data hasil Survey lapangan

Data hasil Survey lapangan

Data hasil Survey lapangan

Rasio keluhan= jml keluhan / jml korban

Rasio keluhan= jml keluhan / jml korban

Tk kerugian min.= prosentase kerugian terhadap total asset korban

3. Proses Internal

       Ketepatan waktu proses

       Pegawai terlatih dan berkualitas

Prosentase telp masuk dijwb dlm waktu maks 1 menit

Sedikitnya 1% peg lapangan memenuhi std  kompetensi

Perlu survey lapangan

Perlu survey lapangan

Menunjukkan aspek pelayanan

Menunjukkan kualitas pegawai

Page 19: Fix Makalah Mankin

       Ketersediaan sistem per periode

Informasi yang dibutuhkan dapat tersedia dalam waktu maksimal 5 menit

Perlu survey lapangan

Seharusnya mempunyai Sistem database yang memadai

4. Inovasi & Pembelajaran

       Jumlah pelatihan pegawai setahun

       Lingkungan kerja yang up to date

       Jml. Peningkatan teknologi yg bisa meningkatkan efisiensi

Proporsi peg. yang dilatih minimal 80%

Benckmarks dg kantor hukum swasta terbaik min. 5x setahun

Peningkatan teknologi sebesar 10% setahun

Data hasil Survey lapangan

Data hasil Survey lapangan

Data tentang pengadaan dan pemanfaatan teknologi maju

Proporsi ini adalah rasio pegawai yang ikut pelatihan dg peg. total

Lingkungan kerja sangat mempengaruhi produktivitas

Adopsi fasilitas teknologi yg bisa mengurangi kelemahan kerja

BAB V

Page 20: Fix Makalah Mankin

KESIMPULAN

Jika di lihat dari analisis menggunakan teori yang kami pilih di atas, maka kami dapat menyimpulkan

bahwa kinerja BPPT Kota Bandung dalam menjalankan salah satu tugasnya yakni mengelurkan perijinan trayek

angkutan umum di Kota Bandung sudah baik karena pada dasarnya BPPT Kota Bandung ini sudah dapat

menjalankan kewajibannya dengan baik mampu menciptakan pelayanan yang di anggap efektif dan dapat

memperoleh kepercayaan masyarakat , serta sudah mulai menciptakan institusi dengan pelayanan e-goverment

dengan memberikan pelayanan yang berbasis teknologi hal tersebutpun menjadi salah satu bukti BPPT dapat

memberikan pelayanan secara prima.

Page 21: Fix Makalah Mankin

DAFTAR PUSTAKA

http://mohmahsun.blogspot.com/2011/04/indikator-kinerja.html

http://mohmahsun.blogspot.com/2011/04/konsep-dasar-pengukuran-kinerja.html

http://mohmahsun.blogspot.com/

http://marsono64.blogspot.com/2009/02/manajemen-kinerja-sektor-publik-konsep.html

www.boss.or.id

LAN & BPKP. Modul Sosialisasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Cetakan Pertama. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara. 2000.

Mardiasmo, Akuntansi Sektor Publik, Yogyakarta: Penerbit Andi, 2002.

Modul week 4 tentang dampak penilaian kinerja