Post on 04-Aug-2015
1
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penyusun sehingga dapat menyelesaikan
makalah Bahasa Indonesia ini yang berjudul:
“ Paragraf dan Jenis-jenisnya”
Tidak lupa kami mengucapakan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
membimbing kami dalam pembuatan makalah ini, dan kepada semua pihak yang telah
banyak membantu kami selama ini.
Makalah ini dibuat agar kita dapat mengetahui syarat-syarat yang harus diperhatikan
dalam membuat suatu paragraf. Dapat mengetahui macam-macam paragraf dan dapat
mengembangkan suatu paragraf dengan baik dan benar.
Ciputat, 1 November 2012
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………………….. 1
Daftar Isi……………………………………………………………….……………….. 2
BAB 1 PENDAHULUAN
A.Latar Belakang………………………………………………………………………... 3
B.Tujuan………………………………………………………………………………… 3
BAB 2 PEMBAHASAN
A.Landasan Teori.............................................................................................................. 4
B.Analisis
1. Struktur Paragraf....................................................................................................... 4
2. Syarat-Syarat Paragraf.............................................................................................. 5
3. Unsur-Unsur Pengait paragraf.................................................................................. 6
4. Jenis-jenis Paragraf.................................................................................................... 12
BAB 3 PENUTUP
Simpulan………………………………………………………………………………... 18
Daftar Pustaka…………………………………………………………………...……... 19
3
BAB 1 PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Selama ini dalam membuat suatu paragraf sudah dilaksanakan dengan cukup baik.
Dalam membuat suatu paragraf kita harus mengetahui syarat-syarat yang harus dipenuhi
dalam sebuah paragraf. Paragraf yang akan dibuat harus dapat mempunyai kepaduan antara
paragraf yang lain. Kepaduan paragraf dapat terlihat melalui penyusunan kalimat secara logis
dan melalui ungkapan-ungkapan pengait antar kalimat. Disini kita di tuntut agar mampu
membuat suatu paragraph dengan baik dan benar sesuai dengan kaedahnya.
B.Tujuan Penulisan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah agar kita dapat mengetahui syarat-syarat
yang harus diperhatikan dalam membuat suatu paragraf. Dapat mengetahui macam-macam
paragraf dan dapat mengembangkan suatu paragraf dengan baik dan benar. Jadi dengan
penulisan makalah ini kita dapat melatih kita dalam membuat suatu paragraf yang baik sesuai
dengan ketentuan-ketentuan dalam suatu paragraf.
4
BAB 2PEMBAHASAN
A.Landasan Teori
Paragraf atau alinea merupakan sekumpulan kalimat yang saling berkaitan antara
kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Paragraf juga disebut sebagai karangan singkat,
karena dalam bentuk inilah penulis menuangkan ide atau pikirannya sehingga membentuk
suatu topik atau tema pembicaraan. Dalam satu paragraf terdapat beberapa bentuk kalimat.
Kalimat-kalimat itu ialah kalimat pengenal, kalimat utama (kalimat topik), kalimat penjelas,
dan kalimat penutup. Kalimat-kalimat ini terangkai menjadi satu kesatuan yang dapat
membentuk suatu gagasan. Panjang pendeknya suatu paragraf dapat menjadi penentu
seberapa banyak ide pokok paragraf yang dapat diungkapkan.
Paragraf memiliki beberapa jenis, terbagi ke dalam empat kategori yaitu: berdasarkan
letak kalimat utama, berdasarkan tujuannya, berdasarkan pola pengembangannya, dan
berdasarkan fungsinya dalam karangan.
B.Analisis
1. Struktur Paragraf
Kalimat-kalimat yang membangun paragraf pada umumnya dapat diklasifikasikan
atas dua macam, yaitu: (1) kalimat topik atau kalimat utama, dan (2) kalimat penjelas atau
kalimat pendukung.
Kalimat topik atau kalimat utama, biasanya ditempatkan secara jelas sebagai kalimat
awal suatu paragraf. Kalimat utama ini kemudian dikembangkan dengan sejumlah kalimat
penjelas sehingga ide atau gagasan yang terkandung kalam kalimat utama itu menjadi
semakin jelas.
Ciri kalimat topik adalah:
1. Mengandung permasalahan yang potensial untuk dirinci atau diuraikan lebih lanjut.
2. Merupakan kalimat lengkap yang dapat berdiri sendiri.
3. Mempunyai arti yang cukup jelas tanpa harus dihubungkan dengan kalimat lain.
5
4. Dapat dibentuk tanpa bantuan kata sambung dan frasa transisi.
Ciri kalimat penjelas adalah:
1. Dari segi arti sering merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri.
2. Arti kalimat kadang-kadang baru jelas setelah dihubungkan dengan kalimat lain dalam
paragraf.
3. Pembentukannya sering memerlukan bantuan kata sambung dan frasa transisi.
4. Isinya berupa rincian, keterangan, contoh, dan data lain yang mendukung kalimat topik.
Kalimat-kalimat penjelas atau kalimat-kalimat bawahan itu menjelaskan kalimat topik
dengan empat cara, yaitu:
1. Dengan ulangan, yaitu mengulang balik pikiran utama. Pengulangannya biasanya
menggunakan kata-kata lain yang bersamaan maknanya (sinonimnya).
2. Dengan pembedaan, yaitu dengan menunjukkan maksud yang dikandung oleh pikiran
utama dan menyatakan apa yang tidak terkandung oleh pikiran utama.
3. Dengan contoh, yaitu dengan memberikan contoh-contoh mengenai apa yang dinyatakan
dalam kalimat topik.
4. Dengan pembenaran, yaitu dengan menambahkan alasan-alasan untuk mendukung ide
pokok. Biasanya kalimat pembenaran itu diawali/disisipi kata “karena, sebab”.
2. Syarat-Syarat Paragraf
Paragraf yang baik harus memiliki dua ketentuan, yaitu kesatuan paragraf dan
kepaduan paragraf.
a) Kesatuan Paragraf
Dalam sebuah paragraf terdapat hanya satu pokok pikiran. Oleh sebab itu, kalimat-
kalimat yang membentuk paragraf perlu ditata secara cermat agar tidak ada satu pun kalimat
yang menyimpang dari ide pokok paragraf itu. Kalau ada kalimat yang menyimpang dari
pokok pikiran paragraf itu, paragraf menjadi tidak berpautan, tidak utuh. Kalimat yang
menyimpang itu harus dikeluarkan dari paragraf. Perhatikan paragraf di bawah ini.
6
Jateng sukses. Kata-kata ini meluncur gembira dari pelatih regu Jateng setelah
selesai pertandingan final Kejurnas Tinju Amatir, Minggu malam, di Gedung Olahraga
Jateng, Semarang. Kota Semarang terdapat di pantai utara Pulau Jawa, ibu kota Propinsi
Jateng. Pernyataan itu dianggap wajar karena yang diimpi-impikan selama ini dapat
terwujud, yaitu satu medali emas, satu medali perak, dan satu medali perunggu. Hal itu
ditambah lagi oleh pilihan petinju terbaik yang jatuh ke tangan Jateng. Hasil yang diperoleh
itu adalah prestasi paling tinggi yang pemah diraih oleh Jateng dalam arena seperti itu.
Dalam paragraf itu kalimat ketiga tidak menunjukkan keutuhan paragraf. Oleh sebab
itu, kalimat tersebut harus dikeluarkan dari paragraf
b) Kepaduan Paragraf
Kepaduan paragraf dapat terlihat melalui penyusunan secara logis dan melalui
ungkapan-ungkapan (kata-kata) pengait kalimat. Urutan yang logis akan terlihat dalam
susunan kalimat-kalimat dalam paragraf itu. Dalam paragraf itu tidak ada kalimat yang
sumbang atau keluar dari permasalahan yang dibicarakan. Contoh:
Belum ada isyarat jelas bahwa masyarakat sudah menarik tabungan deposito mereka.
Sementara itu, bursa efek Indonesia mulai goncang dalam menampung serbuan para
pemburu saham. Pemilik-pemilik uang berusaha meraih sebanyak-banyaknya saham yang
dijual di bursa. Oleh karena itu, bursa efek berusaha menampung minat pemilik uang yang
menggebu-gebu. Akibatnya, indeks harga saham gabungan (IHSG) dalam tempo cepat
melampaui angka 100 persen. Bahkan, kemarin IHSG itu meloncat ke tingkat 101,828
persen.
Dengan dipasangnya pengait antarkalimat sementara itu, oleh karena itu, akibatnya,
dan bahkan dalam paragraf tersebut, kepaduan paragraf terasa sekali, serta urutan kalimat-
kalimat dalam paragraf itu logis dan kompak.
3. Unsur-Unsur Pengait paragraf
1. Pengait Berupa Konjungsi Intrakalimat
Konjungsi intrakalimat pada sebuah paragrafdapat menandai hubungan-hubungan
berikut ini:
7
a. Hubungan aditif (penjumlahan): dan, bersama, serta
b. Hubungan adversatif (pertentangan): tetapi, tapi, melainkan
c. Hubungan alternatif (pemilihan): atau, ataukah
d. Hubungan sebab: sebab, karena, lantaran, gara-gara
e. Hubungan akibat: hasilnya, akibatnya, akibat
f. Hubungan tujuan: untuk, demi, agar, biar, supaya
g. Hubungan syarat: asalkan, jika, kalau, jikalau
h. Hubungan waktu: sejak , sedari, ketika, sewaktu, waktu, saat, tatkala, selagi selama,
seraya, setelah, sesudah, seusai, begitu, hingga dan lain-lain.
2. Pengait Berupa Konjungsi Antarkalimat
Adapun konjungsi antarkalimat yang mengemban hubungan-hubungan makna adalah
sebagai berikut : biarpun demikian, biarpun begitu, sekalipun demikian, sekalipun begitu,
walaupun demikian, walaupun begitu, meskipun demikian, meskipun begitu, walaupun
demikian, walaupun begitu, meskipun demikian, meskipun begitu, sungguhpun demikian,
sungguhpun begitu, kemudian, sesudah itu, setelah itu, selanjutnya, tambahn pula, lagi pula,
selain itu, sebaliknya, sesungguhnya, bahwasanya, malahan, malah, bahkan, dan lain-lain.
Lebih lanjut dapat ditegaskan bahwa konjungsi-konjungsi yang di sebutkan di depan
itu dapat menandai hubungan-hubungan makna berikut ini:
a. Hubungan makna pertentangan dengan yang dinyatakan pada kalimat sebelumnya:
biarpun begitu, biarpun demikian, sekalipun demikian, sekalipun begitu, walaupun
demikian , walaupun begitu, meskipun demikian, meskipun begitu, sungguhpun demikian,
sungguhpun begitu, namun, akan tetapi.
b. Hubungan makna kelanjutan dari kalimat yang dinyatakan pada kalimat sebelumnya:
kemudian, sesudah itu, setelah itu, selanjutnya.
c. Hubungan makna bahwa terdapat peristiwa, hal, keadaan di luar dari yang dinyatakan
sebelumnya: tambahan pula , lagi pula, selain itu.
d. Hubungan makna kebalikan dari yang dinyatakan pada kalimat sebelumnya: sebaliknya,
berbeda dari itu , kebalikannya.
e. Hubungan makna kenyataan yang sesungguhnya: sesungguhnya, bahwasanya,
sebenarnya.
8
f. Hubungan makna yang menguatkan keadaan yang di sampaikan sebelumnya: malah,
malahan, bahkan.
g. Hubungan makna yang menyatakan keekslusifan dan keinklusifan: kecuali itu.
h. Hubungan makna yang menyatakan konsekuensi: dengan demikian.
i. Hubungan makna yang menyatakan kejadian yang mendahului hal yang dinyatakan
sebelumnya: sebelum itu.
3. Pengait berupa Konjungsi Korelatif
Konjungsi korelatif terdiri atas dua unsur yang di pakai berpasangan . Bentuk
berpasangan yang demikian itu bersifat idiomatis , jadi tidak bisa di modifikasi dengan begitu
saja.
Adapun contoh konjungsi korelatif tersebut adalah sebagai berikut: antara…dan,
dari…hingga, dari…sampai dengan, dari…sampai ke, dari…sampai, dari…ke, baik…
maupun, tidak hanya…tetapi juga, bukan hanya…melainkan juga, demikian…sehingga,
sedemikian rupa…sehingga, apakah…atau, entah…entah, jangankan…pun.
4. Pengait berupa Preposisi
Berikut ini hubungan-hubungan makna yang dinyatakan oleh preposisi (kata depan):
a. Hubungan makna keberadaan: di, pada, di dalam, di atas, di tengah, di bawah, di luar, di
sebelah, di samping.
b. Hubungan makna asal: dari, dari dalam, dari luar, dari atas, dari bawah, dari samping,
dari belakang dari muka.
c. Hubungan makna arah: ke, menuju, ke dalam, ke luar, ke samping, ke atas, ke muka,
kepada.
d. Hubungan makna alat: dengan, tanpa dengan.
e. Hubungan makna kepesertaan: dengan, bersama.
f. Hubungan maka cara: secara, dengan.
g. Hubungan makna peruntukan: untuk, bagi, demi.
h. Hubungan makna sebab atau alasan: karena , sebab.
i. Hubungan makna perbandingan: dari pada, ketimbang.
j. Hubungan makna pelaku perbuatan atau agentif: oleh.
9
k. Hubungan makna batas: hingga, sampai.
l. Hubungan makna perihwalan: tentang, mengenai, perihal, ihwal.
5. Pengait dengan Teknik Pengacuan
Berikut ini pengacuan-pengacuan yang bersifat endoforis:
a. Hubungan pengacuan dengan kata ‘itu’.
b. Hubungan pengacuan dengan kata ‘begitu’.
c. Hubungan pengacuan dengan kata ‘begitu itu’.
d. Hubungan pengacuan dengan ‘demikian itu’.
e. Hubungan pengacuan dengan ‘tersebut’.
f. Hubungan pengacuan dengan ‘tersebut itu’.
g. Hubungan pengacuan dengan pronomina ‘-nya’.
6. Pengait yang Merantikan Kalimat
Di dalam paragraf tidak hanya berupa kata dan frasa seperti yang sebagian besar
disampaikan adakalanya unsur pengait itu berupa kalimat. Kalimat demikian itu lazimnya
terdapat di awal paragaf yang di dalam paragraf berfungsi untuk menuntun kalimat-kalimat
yang akan hadir selanjutnya. Kalimat yang menuntun itu juga berkaitan dengan kalimat-
kalimat yang ada pada paragraf sebelumnya.
7. Pengait yang Berupa Kata Ganti
Ungkapan pengait paragraf dapat juga berupa kata ganti, baik kata ganti orang
maupun kata ganti yang lain.
(1) Kata Ganti Orang
Dalam usaha memadu kalimat-kalimat dalam suatu paragraf, kita banyak
menggunakan kata ganti orang. Pemakaian kata ganti ini berguna untuk menghindari
penyebutan nama orang berkali-kali. Kata ganti yang.dimaksud adalah saya, aku, ku, kita,
kami (kata ganti orang pertama), engau,kau, kamu, mu,kamu sekalian (kata ganti orang
kedua),' dia, ia, beliau, mereka, dan nya (kata ganti orang ketiga). Hal ini dapat kita lihat pada
contoh berikut ini.
10
Rizal, Rustam, dan Cahyo adalah teman sekolah sejak SMA hingga perguruan tinggi.
Kini mereka sudah menyandang gelar dokter dari sebuah universitas negeri di Jakarta.
Mereka merencanakan mendirikan suatu poliklinik lengkap dengan apoteknya. Mereka
menghubungi saya dan mengajak bekerja sama, yaitu saya diminta menyediakan tempatnya
karena kebetulan saya memiliki sebidang tanah yang letaknya strategis. saya menyetujui
permintaan mereka.
Kata mereka dipakai sebagai pengganti kata Rizal, Rustam, dan Cahyo agar nama
orang tidak disebutkan berkali-kali dalam satu paragraf. Penyebutan nama orang yang
berkali-kali dalam satu Paragraf akan menimbulkan kebosanan serta menghilangkan
keutuhan paragraf. Hal ini dapat dilihat dalam kalimat di bawah ini.
Hajjah Utamiwati adalah ketua majelis taklim di desa ini. Rumah Hajjah Utamiwati
terletak dekat masjid Nurul Ittihad.
Pengulangan Hajjah Utamiwati akan menimbulkan kesan kekurang paduan dua
kalimat itu. Kesannya akan lain jika kalimat itu diubah sebagai berikut.
Hajjah Utamiwati adalah ketua majelis taklim di desa ini. Rumahnya terletak dekat
masjid Nurul Ittihad.
Bentuk ‘-nya’ dalam kalimat di atas adalah bentuk singkat kata ganti orang ketiga,
yaitu Hajjah Utamiwati. Dengan demikian, kepaduan kalimat-kalimat itu dapat kita rasakan.
Penggunaan kata ganti orang ketiga tunggal, beliau, dapat dilihat pada kalimat berikut ini.
Ibu Sud adalah pencipta lagu empat zaman yang sangat produktif. Beliau telah
menciptakan tidak kurang dari dua ratus buah lagu.
Semua kata ganti orang hanya dapat menggantikan nama orang dan hal-hal yang
dipersonifikasikan. Kalirnat berikut itu memperlihatkan hal yang dipersonifikasikan dari
subjek kalimat. Oleh sebab itu, kalimat ini masih dibenarkan.
Pada tahun yang lalu India dilanda kelaparan. Ia mengharapkan uluran tangan
negara lain.
11
Sesudah dikatakan bahwa kata ganti orang hanya dipakai untuk menggantikan nama
orang dan hal-hal yang dipersonifikasikan. Dalam hal ini, bentuk ‘-nya’ merupakan
pengecualian. Bentuk -nya tidak hanya menggantikan nama orang dan hal yang
dipersonifikasikan, tetapi juga menggantikan benda-benda yang tidak bemyawa.Hal ini dapat
dilihat pada kalimat berikut :
Sepatu saya sudah rusak. Saya harus segera menggantinya.
Kain bahan celana ini pas-pasan. Si penjahit harus pandai memotongnya.
Dalam masalah pemakaian kata ganti orang ketiga, kata ganti itu harus digunakan
pada tempatnya yang tepat.
1. Buku Sutan Takdir Alisjahbana banyak sekali.Beliau adalah budayawan yang sangat
disegani. (Salah)
Sutan Takdir Alisjahbana mengarang buku banyak sekali. Beliau adalah budayawan
yang sangat disegani. (Betul)
2. Hutan-hutan di Indonesia habis ditebangi oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
Mereka hanya mementingkan diri sendiri.(Salah)
Orang-orang yang tidak bertanggung jawab menebangi hutan-hutan di Indonesia
habis-habisan. Mereka hanya mementingkan diri sendiri. (Betul)
3. Di mana-mana pabrik didirikan oleh konglomerat. Dengan demikian, mereka
menganggap bahwa masalah pengangguran telah teratasi. (Salah)
Di mana-mana konglomerat mendirikan pabrik. Dengan demikian, mereka
menganggap bahwa rnasalah pengangguran telah teratasi. (Betul)
(2) Kata Ganti yang Lain
Kata ganti lain yang digunakan dalam meneiptakan kepaduan paragraf ialah itu, ini,
tadi, begitu, demikian, di situ, ke situ, di atas, di sana, di sini dan sebagainya. Perhatikan
contoh berikut .
ltu asrama mereka. Mereka tinggal di situ sejak kuliah tingkat satu sampai dengan
meraih gelar sarjana. Orang tua mereka juga sering berkunjung ke situ.
12
(3) Kata Kunci
Di samping itu, ungkapan pengait dapat pula berupa pengulangan kata-kata kunci,
Pengulangan kata-kata kunci ini perlu dilakukan dengan hati-hati (tidak terlalu sering).
4. Jenis-jenis Paragraf
1. Berdasarkan Letak Kalimat Utama
a. Paragraf Deduktif
Yang disebut paragraf deduktif adalah paragraf yang kalimat topiknya terletak pada
awal paragraf. Paragraf deduktif adalah paragraf yang dimulai dari pernyataan yang bersifat
umum, kemudian diturunkan atau dikembangkan dengan menggunakan pernyataan-
pernyataan yang bersifat khusus. Pernyataan yang bersifat khusus itu bisa berupa penjelasan,
rincian, contoh-contoh, atau bukti-buktinya. Karena paragraf itu dikembangkan dari
pernyataan umum dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan khusus, dapatlah dikatakan
bahwa penalaran paragraf deduktif itu berjalan dari umum ke khusus.
b. Paragraf Induktif
Jika kalimat topik terletak pada akhir paragraf, paragraf tersebut disebut paragraf
induktif. Lebih lanjut istilah induksi dijelaskan sebagai metode pemikiran yang bertolak dari
hal khusus untuk menentukan hukum atau simpulan. Karena pernyataan khusus dapat berupa
contoh-contoh, dan pernyataan umum itu berupa hukum atau simpulan, maka dapat dikatakan
bahwa paragraf induktif itu dikembangkan dari contoh ke hukum atau simpulan.
c. Paragraf Campuran
Adakalanya seorang penulis tidak cukup menegaskan pokok persoalannya pada
kalimat awal paragraf. Setelah menjelaskan isi kalimat topik atau memberikan rincian,
contoh-contoh, atau bukti-buktinya, penulis merumuskan simpulannya dengan sebuah
kalimat pada akhir paragrafnya. Simpulan itu dapat berupa kalimat awal paragraf tersebut,
dan dapat pula dengan sedikit divariasikan, tetapi makna atau maksudnya sama. Paragraf
semacam inilah yang disebut paragraf campuran. Sebab, menggunakan cara deduktif juga
induktif.
13
d. Paragraf Ineratif
Ada pula jenis paragraf ineratif, yaitu paragraf yang memiliki kalimat topik di tengah
paragraf.
e. Paragraf Naratif/Deskriptif
Adapun yang dimaksud dengan paragraph deskriptif/naratif atau penuh kalimat topik
adalah paragraf yang tidak secara jelas menampilkan kalimat topiknya. Karena tidak jelas
kalimat topiknya, ada orang yang menyebutnya sebagai paragraf tanpa kalimat topik.
Walaupun kalimat topiknya tidak jelas, paragraf tersebut tetap memiliki topik atau pikiran
utama yang berupa intisari paragraf. Paragraf semacam ini banyak kita jumpai dalam
karangan berjenis naratif atau deskriptif. Oleh karena itu, paragraf semacam ini acap disebut
juga paragraph naratif atau deskriptif.
2. Berdasarkan Tujuannya
Jenis paragraf berdasarkan tujuannya antara lain:
a. Paragraf narasi adalah paragraf yang bertujuan untuk menceritakan suatu peristiwa
atau kejadian sehingga pembaca seolah - olah mengalami sendiri kejadian itu.
Contoh paragraf narasi:
Kemudian mobil meluncur kembali, Nyonya Marta tampak bersandar lesu.
Tangannya dibalut dan terikat di leher. Mobil itu berhenti didepan rumah. Lalu
bawahan suaminya beserta istri-istri mereka pada keluar rumah untuk menyongsong.
Tuan Hasan memapah istrinya yang sakit. Sementara bawahan tuan Hasan berlomba
menyambut kedatangan nyonya Marta.
b. Paragraf deskripsi adalah paragraf yang bertujuan menggambarkan sebuah objek
nyata agar pembaca merasa seolah-olah melihat sendiri objek yang digambarkan itu.
Contoh paragraf deskripsi:
Masih melekat di mataku, pemandangan indah nan elok pantai Swarangan.
Gelombang ombak yang tidak terlalu besar datang bergulung silih berganti
menyambut siapapun yang datang seakan ingin mengajak bermain. Air yang jernih
dan pasir putih lembut yang terhampar luas tanpa ada karang yang menghalangi
membuatku ingin kembali lagi. Sejauh mata memandang yang kulihat hanya laut
yang terbentang luas dan biru. Kurasakan dingin membasuh kakiku karena ombak
yang terus-menerus menghempas kakiku dan terasa asin ketika air laut itu menyentuh
14
bibirku karena percikannya. Disepanjang bibir pantai kulihat wisatawan beserta
keluarga dan teman-teman mereka berkumpul membentuk suatu kelompok kecil untuk
menikmati keindahan pantai Swarangan. Tidak jauh dari tempat itu aku juga melihat
beberapa wisatawan berkejar-kejaran di bibir pantai, bermain bola, bermain dengan
air, atau berfoto-foto dengan latar belakang pantai. Meskipun tak seramai dengan
pantai-pantai yang sudah terkenal di kancah nasional maupun internasional pantai
ini tak pernah surut oleh wisatawan yang datang.
c. Paragraf eksposisi adalah paragraf yang bertujuan memaparkan sejumlah informasi
atau pengetahuan dengan tujuan pembaca dapat mendapat tambahan informasi atau
pengetahuan sejelas – jelasnya.
Contoh paragraf eksposisi:
Sejak zaman dahulu, nenek moyang kita telah mengenal tanaman lidah buaya beserta
manfaatnya bagi manusia. Manfaat lidah buaya tidak hanya sebagai penyubur
rambut, tapi juga bermanfaat bagi kesehatan. Tumbuhan tanpa buah ini memilikii ciri
fisik sebagai berikut: daun berbentuk panjang dengan duri kedua sisi daunnya, tebal,
dan berwarna hijau. Daunnya mengandung serat bening sebagai daging. Meskipun
lidah buaya sejak dahulu dikenal memiliki banyak khasiat, belum banyak yang
mengetahui bahwa tanaman ini bisa menjadi komoditas yang menguntungkan.
Menariknya, komoditas ini tidak hanya bermanfaat sebagai ramuan penyubur
rambut, tapi juga sebagai minuman yang menyehatkan seperti teh lidah buaya yang
terbuat dari daun lidah buaya yang dikeringkan dan kuliner sepert: kerupuk dan jelly
lidah buaya.
d. Paragraf argumentasi adalah paragraf yang bertujuan untuk mengemukakan alasan,
contoh, dan bukti - bukti yang kuat dan meyakinkan dengan tujuan meyakinkan
pembaca sehingga pembaca membenarkan pendapat, sikap, dan keyakinan kita.
Contoh paragraf argumentasi:
Sifat manusia ibarat padi yang terhampar di sawah yang luas. Ketika manusia itu
meraih kepandaian, kebesaran, dan kekayaan, sifatnya akan menjadi rendah hati dan
dermawan. Begitu pula dengan padi yang semakin berisi, ia akan semakin merunduk.
Apabila padi itu kosong, ia akan berdiri tegak.
15
e. Paragraf persuasi adalah paragraf yang bertujuan untuk membujuk atau merayu
pembaca sehingga pembaca tergiur atau terpengaruh untuk mengikuti keinginan
penulis.
Contoh paragraf persuasi:
Masyarakat Hindu di Bali memiliki upacara kematian yang sangat unik dan memiliki
daya tarik tersendiri untuk wisatawan asing maupun lokal. Ritual unik ini disebut
dengan ngaben. Ngaben adalah ritual atau upacara pembakaran mayat sebagai
simbol penyucian roh orang yang sudah meninggal. Karena dalam pelaksanaannya
membutuhkan berbagai perlengkapan dengan biaya yang cukup besar, maka tidak
semua orang telah meninggal bisa langsung di aben. Jenazah yang belum di aben
biasanya akan dikubur terlebih dahulu sambil menunggu semua perlengkapan
ngaben telah siap dan lengkap. Jika ingin melihat ritual pembakaran mayat yang
sangat unik ini, tidak ada salahnya anda berkunjung ke Provinsi Bali karena
Upacara Ngaben dilakukan oleh hampir seluruh masyarakat Hindu di Bali.
3. Berdasarkan Pola Pengembangannya
a. Pola umum-khusus
Pola ini diawali dengan pernyataan yang sifatnya umum dengan ditandai kata banyak,
umumnya kemudian dijelaskan dengan rincian – rincian.
b. Pola khusus-umum
Pola ini merupakan kebalikan dari pola umum-khusus yaitu diawali dengan rincian -
rincian dan diakhiri pernyataan yang bersifat umum.
c. Pola definisi luas
Pola ini digunakan sebagai usaha penulis untuk memberkan keterangan atau arti
terhadap sebuah kata atau suatu hal.
d. Pola proses
Pola ini merupakan suatu urutan dari tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan
untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu atau perurutan dari suatu kejadian atau
peristiwa.
16
e. Pola sebab-akibat
Pola ini dilakukan dengan mencantumkan sebab-sebab suatu hal terjadi dan diikuti
dengan akibat yang ditimbulkan oleh sebab-sebab tersebut.
f. Pola ilustrasi
Pola ini dilakukan ketika ditemukan sebuah gagasan yang masih terlalu umum
sehingga dibutuhkan ilustrasi-ilustrasi yang bersifat konkret.
g. Pola analisis
Pola ini digunakan ketika menjelaskan suatu hal atau gagasan yang sifatnya umum ke
dalam perincian-perincian yang logis dan analitis.
h. Pola klasifikasi
Pola ini digunakan untuk mengelompokkan hal, peristiwa, atau benda yang dianggap
memiliki kesamaan-kesamaan tertentu.
i. Pola seleksi
Pola ini dilakukan dengan cara memilih perbagian dengan didasarkan atas fungsi,
kondisi, atau bentuknya.
j. Pola pertentangan dan perbandingan
Pola pertentangan digunakan ketika kita membahas suatu persoalan dengan cara
mengontraskan dengan masalah lain, sedangkan pola perbandingan digunakan ketika
membahas dua hal atau objek berdasarkan persamaan dan perbedaan-perbedaannya.
k. Pola titik pandang
Pola ini dilakukan dengan cara melihat kedudukan pengarang dalam menceritakan
atau melihat sesuatu.
l. Pola dramatis
Pola ini dilakukan dengan cara penceritaan tidak langsung atau melalui dialog-dialog.
17
m. Analogi
Pola ini dilakukan dengan membandingkan dua benda yang banyak kesamaan
sifatnya.
n. Generalisasi
Pola ini dilakukan dengan cara menarik sebuah kesimpulan umum dari beberapa data
yang dimiliki.
4. Berdasarkan Fungsinya dalam karangan
Dalam sebuah karangan (komposisi) biasanya terdapat tiga macam paragraf jika
dilihat dari fungsinya dalam karangan.
a. Paragraf Pembuka
Paragraf ini merupakan pembuka atau pengantar untuk sampai pada segala
pembicaraan yang akan menyusul kemudian. Oleh sebab itu, paragraf pembuka harus dapat
menarik minat dan perhatian pembaea, serta sanggup menghubungkan pikiran pembaca
kepada masalah yang akan disajikan selanjutnya. Salah satu cara untuk menarik perhatian ini
ialah dengan mengutip pernyataan yang memberikan rangsangan dari para orang terkemuka
atau orang yang terkenal.
b. Paragraf Pengembang
Paragraf pengembang ialah paragraf yang terletak antara paragraf pembuka dan
paragraf yang terakhir sekali di dalam bab atau anak bab itu. Paragraf ini mengembangkan
pokok pembicaraan yang dirancang. Dengan kata lain, paragraf pengembang mengemukakan
inti persoalan yang akan dikemukakan. Oleh sebab itu, satu paragraf dan paragraf lain harus
memperlihatkan hubungan yang serasi dan logis. Paragraf itu dapat dikembangkan dengan
eara ekspositoris, dengan eara deskriptif, dengan eara naratif, atau dengan eara argumentatif
yang akan dibiearakan pada halaman-halaman selanjutnya.
c. Paragraf Penutup
Paragraf penutup adalah paragraf yang terdapat pada akhir karangan atau pada akhir
suatu kesatuan yang lebih kecil di dalam karangan itu. Biasanya, paragraf penutup berupa
simpulan semua pembicaraan yang telah dipaparkan pada bagian-bagian sebelumnya.
18
BAB 3PENUTUP
Simpulan
Adapun simpulan yang kami peroleh dari penyusunan makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Paragraf adalah satuan terkecil dari karangan yang biasanya terdiri atas beberapa kalimat
yang kaitan dan merupakan uraian tentang sebuah ide pokok.
2. Syarat-syarat paragraf yang baik harus memiliki dua ketentuan, yaitu kesatuan paragraf
dan kepaduan paragraf.
3. Unsur-Unsur Pengait paragraf terdiri dari :
A. Pengait Berupa Konjungsi Intrakalimat
B. Pengait Berupa Konjungsi Antarkalimat
C. Pengait berupa Konjungsi Korelatif
D. Pengait berupa Preposisi
E. Pengait dengan Teknik Pengacuan
F. Pengait yang Berupa Kata Ganti
4. Jenis-jenis Paragraf terbagi menjadi :
- Berdasarkan Letak Kalimat Utama
A. Paragraf deduktif
B. Paragraf induktif
C. Paragraf campuran
D. Naratif/deskriptif
- Berdasarkan Tujuannya
A. Paragraf narasi
B. Paragraf deskripsi
C. Paragraf argumentasi
D. Paragraf persuasi
- Berdasarkan Pola Pengembangannya
A. Pola umum-khusus F. Pola ilustrasi K. Pola titik pandang
B. Pola khusus-umum G. Pola analisis L. Pola dramatis
C. Pola definisi luas H. Pola klasifikasi M. Analogi
D. Pola proses I. Pola seleksi N. Generalisasi
E. Pola sebab-akibat J. Pola pertentangan dan perbandingan
19
DAFTAR PUSTAKA
Aminudin.1994. Pengantar Apresiasi Sastra, Malang: FPBS IKIP Malang.
Arifin, Zaenal dan S. Amran Tasai. 2004. Cermat Berbahasa Indonesia, Jakarta: Akapres.
Gani, Ramlan A. dan Mahmudah Fitriyah Z.A. 2010. Disiplin Berbahasa Indonesia, Jakarta:
FITK Press.
La Fua, Jumarddin. 2011.Jurnal Al Tadib, Kendari: STAIND Sultan Qaimuddin Kendari.
Rahardi, Kunjana. 2010. Bahasa Indonesia untuk Pergurua Tinggi, Yogyakarta: Erlangga.