Post on 14-Apr-2018
7/27/2019 makalah belss palsy
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-belss-palsy 1/14
Portofolio Minggu ke 3
Nama DM: Fadlan Adima A
NIM : 0810710043
1
A. Identitas
Nama : Ny.KUsia : 30 th
Alamat : MalangPekerjaan : PNSTgl periksa : 08 Oktober 2013
B. Anamnesa (Subyektif ) :
Keluhan Utama: Mulut Mencong
Pasien mengeluh mendadak mulutnya mencong sejak kemarin + pukul 15.00WIB dan mata sulit menutup. Setelah itu pasien langsung mengomprespipinya dengan air hangat. Pasien biasa mandin dengan air dingin. Pasien
biasa mandi dengan air dingin
Riwayat penyakit dahulu: Riwayat lemah ½ badan (-), hipertensi stage II (+)uncontrolled, Kesemutan ½ badan (-), riwayat terkena herpes atau varicella (-)
Lifestyle : Konsumusi kopi (+), rokok (+) pasif, lemak (+)
Riwayat pengobatan: belum pernah minum obat dan belum pernah ke doktersebelumnya.
C. Pemeriksaan fisik (obyektif ):Status Interna : KU: tampak sakit berat Gizi: Cukup
TD: 150/90 N: 88x/m RR:20X/M Tho c/ s1s2 singular m(+)
p/ vesikular, rh(-), wh(-) Abd flat, soefl, bu(+)n Ext edema(-)
Status Neurologis :GCS: 456 FL Berbahasa: dbn MS (-)N. cranialis:
n. III : PB I Ø 3mm/3mm, RC +/+n. IV : dbnn. V : RK +/+n. VI : dbnn. VII : Parese N VII Sinistra LMN type, bell sign (+), lagophtalmus (+)
minimaln. VIII : dbnn. IX : dbnn. X : dbnn. XI : dbnn. XII : dbn
7/27/2019 makalah belss palsy
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-belss-palsy 2/14
Portofolio Minggu ke 3
Nama DM: Fadlan Adima A
NIM : 0810710043
2
Reflek Fisiologis B +2/+2T +2/+2K +2/+2A +2/+2
Reflek Patologis H/T -/- / -/-B - / -C - / -O - / -G - / -S - / -
Motorik T N/N P 5/5
N/N 5/5Sensoris dbnAutonom inkontinensia urin(-)
D. Diagnosis ( Assesment )
Diagnosis klinis : Acute Parese N.VII (D) LMN type disertai Bellsign (+) dan lagopthalmus (+) minimal
Diagnosa topis : N VII Perifer , (foramen stylomastoideus)Diagnosa etiologis : Bells Palsy SinistraDiagnosa sekunder : Hipertensi Stage II
E . Planning
PDx: -
PTx: Farmakoterapi:
Methylprednisolon 60 mg/hari Tappering off pada hari ke -7Metobalamin 3x500 mg
Non-Farmakoterapi:
FisioterapiSenam wajahKompres wajah dengan air hangat
7/27/2019 makalah belss palsy
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-belss-palsy 3/14
Portofolio Minggu ke 3
Nama DM: Fadlan Adima A
NIM : 0810710043
3
F. Tinjauan Pustaka
DEFINISIBell‟s palsy adalah kelumpuhan nervus fasialis perifer (N.VII), terjadi
secara akut dan penyebabnya tidak diketahui (idiopatik) atau tidak menyertai penyakit lain yang dapat mengakibatkan lesi nervus fasialis atau kelumpuhan
fasialis perifer akibat proses non-supuratif, non-neoplasmatik, non-degeneratif
primer namun sangat mungkin akibat edema jinak pada bagian nervus fasialis di
foramen stilomastoideus atau sedikit proksimal dari foramen tersebut, yang
mulanya akut dan dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan.
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi timbulnya Bell„s Palsy secara pasti masih dalam perdebatan. N.VII berjalan melalui bagian dari tulang temporal yang disebut dengan kanalis fasialis.
Adanya edema dan ischemia menyebabkan kompresi dari N.VII dalam kanalis
tulang ini, karena itu ia terjepit di dalam foramen stilomastoideum dan
menimbulkan kelumpuhan fasialis LMN. Kompresi N.VII ini dapat dilihat dengan
MRI. Bagian pertama dari kanalis fasialis yang disebut dengan segmen
labyrinthine adalah bagian yang paling sempit, meatus foramien ini memiliki
diameter 0,66 mm. Lokasi inilah yang diduga merupakan tempat paling sering
terjadinya kompresi pada N.VII pada Bell„s Palsy, karena bagian ini merupakan
tempat yang paling sempit maka terjadinya inflamasi, demielinisasi, ischemia,
ataupun proses kompresi paling mungkin terjadi. Lokasi terserangnya Nervus
Fasialis di Bell„s Palsy bersifat perifer dari nukleus saraf tersebut, dimanatimbulnya lesi diduga terletak didekat ataupun di ganglion genikulatum. Jika
lesinya timbul di bagian proksimal ganglion genikulatum maka akan timbul
kelumpuhan motorik disertai dengan ketidak abnormalan fungsi gustatorium dan
otonom. Apabila lesi terletak di foramen stilomastoideus dapat menyebabkan
kelumpuhan fasial saja
GEJALA KLINISBiasanya timbul secara mendadak, penderita menyadari adanya
kelumpuhan pada salah satu sisi wajahnya pada waktu bangun pagi, bercermin
atau saat sikat gigi/berkumur atau diberitahukan oleh orang lain/keluarga bahwa
salah satu sudutnya lebih rendah. Bell‟s palsy hampir selalu unilateral. Gambaran
7/27/2019 makalah belss palsy
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-belss-palsy 4/14
Portofolio Minggu ke 3
Nama DM: Fadlan Adima A
NIM : 0810710043
4
klinis dapat berupa hilangnya semua gerakan volunter pada kelumpuhan total.
Pada sisi wajah yang terkena, ekspresi akan menghilang sehingga lipatan
nasolabialis akan menghilang, sudut mulut menurun, bila minum atau berkumur
air menetes dari sudut ini, kelopak mata tidak dapat dipejamkan sehingga fisura
papebra melebar serta kerut dahi menghilang.
Bila penderita disuruh untuk memejamkan matanya maka kelopak mata
pada sisi yang lumpuh akan tetap terbuka dimana kelumpuhan N.VII yang
mempersyarafi m.orbikularis okuli dapat menyebabkan lagoftalmus yaitu palpebra
tidak dapat menutup dengan sempurna. Kelainan ini akan mengakibatkan trauma
konjungtiva dan kornea karena mata tetap terbuka sehingga konjungtiva dan
kornea menjadi kering dan terjadi infeksi. Infeksi ini dapat dalam bentuk
konjungtivitis atau suatu keratitis. Serta bola mata pasien berputar ke atas.
Keadaan ini dikenal dengan tanda dari Bell (lagoftalmus disertai dorsorotasi bola
mata). Karena kedipan mata yang berkurang maka akan terjadi iritasi oleh debu
dan angin, sehingga menimbulkan epifora. Dalam mengembungkan pipi terlihat bahwa pada sisi yang lumpuh tidak mengembung. Disamping itu makanan
cenderung terkumpul diantara pipi dan gusi sisi yang lumpuh. Selain kelumpuhan
seluruh otot wajah sesisi, tidak didapati gangguan lain yang mengiringnya, bila
paresisnya benar- benar bersifat Bell‟s palsy.
Bila khorda timpani juga ikut terkena, maka terjadi gangguan pengecapan dari
2/3 depan lidah yang merupakan kawasan sensorik khusus N.intermedius. dan
bila saraf yang menuju ke m.stapedius juga terlibat, maka akan terjadi
hiperakusis. Keadaan ini dapat diperiksa dengan pemeriksaan audiometri. Pada
kasus yang lebih berat akan terjadi gangguan produksi air mata berupa
pengurangan atau hilangnya produksi air mata. Ini menunjukkan terkenanyaganglion genikulatum dan dapat diperiksa dengan pemeriksaan tes Schirmer.
Keluhan dan gejala bergantung kepada lokasi lesi sebagai berikut :
a. Lesi pada nervus fasialis disekitar foramen stylomastoideus baik yang
masih berada disebelah dalam dan sebelah luar foramen tersebut. Mulut
turun dan mencong ke sisi yang sehat sehingga sudut mulut yang lumpuh
tampaknya lebih tinggi kedudukannya daripada posisi yang sehat, maka
penderitanya tidak dapat bersiul, mengedip dan menutupkan matanya.
Lakrimalis yang berlebihan akan terjadi jika mata tidak terlindungi / tidak
bisa menutup mata sehingga pada mata akan lebih mudah mendapat iritasi
berupa angin, debu dan sebagainya, selain itu pula lakrimalis yang
berlebihan ini terjadi karena proses regenerasi dan mengalirnya axon dari
kelenjar liur ke kelenjar air mata pada waktu makan
b. Lesi pada canalis fasialis mengenai nervus chorda tympani.
Seluruh gejala di atas terdapat, ditambah dengan hilangnya sensasi
pengecapan dua pertiga depan lidah berkurangnya salivasi yang terkena.
7/27/2019 makalah belss palsy
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-belss-palsy 5/14
Portofolio Minggu ke 3
Nama DM: Fadlan Adima A
NIM : 0810710043
5
c. Lesi yang lebih tinggi dalam canalis fasialis dan mengenal muskulus
stapedius
Gejala tanda klinik seperti pada (a) dan (b) ditambah adanya hiperakusis.
d. Lesi yang mengenai ganglion geniculatum.
Gejala tanda klinik seperti pada (a), (b), dan (c) ditambah onsetnya
seringkali akut dengan rasa nyeri di belakang dan didalam telinga. Herpes
Zoster pada tympanium dan concha dapat mendahului keadaan timbul
parese nervus fasilais. Sindrome Ramsay Hunt merupakan Bell‟s yang
disertai herpes Zoster pada ganglion geniculatum, lesi – lesi herpetik
terlihat pada membrana tympani, canalis auditorium eksterna, dan pada
pinna.
e. Lesi di dalam Meatus Auditorius Internus
Gejala - gejala Bell‟s Palsy di atas ditambah ketulian akibat terkenanya
nervus VIII.
f. Lesi pada tempat keluarnya Nervus Fasialis dari Pons
Lesi di pons yang terletak disekitar inti nervus abdduces bisa merusak akar
nervus fasialis, inti nervus abducens dan fasikulus longituinalis medialis.
Lesi pada daerah tersebut dapat menyebabkan kelumpuhan muskulus
rectus lateralis atau gerakan melirik kearah lesi.
Gangguan gerakan pada otot wajah yang sering dijumpai ialah gerakan
involunter yang dinamakan tic fasialis atau spasmus klonik fasialis. Sebab dan
mekanisme sebenarnya belum diketahui yang dianggap sebagai sebabnya adalah
suatu rangsangan iritatif di ganglion feniculatum. Namun demikian gerakan -
gerakan otot wajah involunter bisa bangkit juga sebagai suatu pencerminan
kegelisahan atau depresi. Pada gerakan involunter tersebut, sudut muka terangkat
dan kelompok mata memejam secara berlebihan.
7/27/2019 makalah belss palsy
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-belss-palsy 6/14
Portofolio Minggu ke 3
Nama DM: Fadlan Adima A
NIM : 0810710043
6
DIAGNOSISDiagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesa serta beberapa pemeriksaan
fisik, dalam hal ini yaitu pemeriksaan neurologis. Untuk menegakkan diagnosis
suatu bell‟s palsy harus ditetapkan dulu adanya paresis fasialis tipe perifer,
kemudian menyingkirkan semua kemungkinan penyebabnya paresis fasialistersebut.2
Paresis fasialis perifer berbeda dari tipe sentral. Pada tipe sentral yang
terganggu atau paresis hanya pada bagian bawah wajah saja.
Anamnesa :
- Rasa nyeri.
- Gangguan atau kehilangan pengecapan.
- Riwayat pekerjaan dan adakah aktivitas yang dilakukan pada malam hari
di ruangan terbuka atau di luar ruangan.
- Riwayat penyakit yang pernah dialami oleh penderita seperti infeksisaluran pernafasan, otitis, herpes, dan lain-lain.
Pemeriksaan :
1. Pemeriksaan neurologi
Kelumpuhan nervus fasilalis melibatkan semua otot wajah sesisi
dan dapat dibuktikan dengan pemeriksaan - pemeriksaan berikut, yaitu:
a. Pemeriksaan motorik nervus fasialis.
- Mengerutkan dahi : lipatan kulit dahi hanya tampak pada sisi yang
sehat saja.
- Mengangkat alis : alis pada sisi yang sakit tidak dapat diangkat
- Memejamkan mata dengan kuat : pada sisi yang sakit kelompak
mata tidak dapat menutupi bola mata dan berputarnya bola mata ke
atas dapat dilihat. Hal tersebut dikenal Fenomena Bell. Selain itu
dapat dilihat juga bahwa gerakan kelopak mata yang sakit lebih
lambat dibandingkan dengan gerakan kelopak mata yang sehat, hal
ini dikenal sebagai Lagoftalmus.
-
Mengembungkan pipi : pada sisi yang tidak sehat pipi tidak dapatdikembungkan.
- Pasien disuruh utnuk memperlihatkan gigi geliginya atau disuruh
meringis menyeringai : sudut mulut sisi yang lumpuh tidak dapat
diangkat sehingga mulut tampaknya mencong ke arah sehat. Dan
juga sulcus nasolabialis pada sisi wajah yang sakit mendatar.
7/27/2019 makalah belss palsy
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-belss-palsy 7/14
Portofolio Minggu ke 3
Nama DM: Fadlan Adima A
NIM : 0810710043
7
b. Pemeriksaan sensorik pada nervus fasialis.
Sensasi pengecapan diperiksa sebagai berikut : rasa manis
diperiksa pada bagian ujung lidah dengan bahan berupa garam, dan
rasa asam diperiksa pada bagian tengah lidah dengan bahan asam
sitrat. Pengecapan 2/3 depan lidah : pengecapan pada sisi yang tidak
sehat kurang tajam.
c. Pemeriksaan Refleks.
Pemeriksaan reflek yang dilakukan pada penderita Bell‟s Palsy
adalah pemeriksaan reflek kornea baik langsung maupun tidak
langsung dimana pada paresis nervus VII didapatkan hasil berupa
pada sisi yang sakit kedipan mata yang terjadi lebih lambat atau tidak
ada sama sekali. Selain itu juga dapat diperiksa refleks nasopalpebra
pada orang sehat pengetukan ujung jari pada daerah diantara kedua
alis langsung dijawab dengan pemejaman kelopak mata pada sisi,sedangkan pada paresis facialis jenis perifer terdapat kelemahan
kontraksi m. orbikularis oculi (pemejaman mata pada sisi sakit).
Beberapa pemeriksaan sederhana lain yang dapat dilakukan
untuk membantu penegakkan diagnosa antara lain :
- Stethoscope Loudness Test
Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk menilai fungsi dari
muskulus stapedius. Pasien diminta menggunakan stetoskop
kemudian dibunyikan garpu tala pada membran stetoskop, maka
7/27/2019 makalah belss palsy
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-belss-palsy 8/14
Portofolio Minggu ke 3
Nama DM: Fadlan Adima A
NIM : 0810710043
8
suara yang keras akan terlateralisasi ke sisi muskulus stapedius
yang lumpuh
- Schirmer Blotting Test.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai fungsi lakrimasi.Digunakan benzene yang menstimulasi refleks nasolacrimalis
sehingga dapat dibandingkan keluar air mata dapat dibandingkan
antara sisi yang lumpuh dan yang normal.
2. Pemeriksaan radiologis.
Pemeriksaan Radiologis yang dapat dilakukan untuk Bell„s Palsy antara lain
adalah MRI (Magnetic Resonance Imaging) dimana pada pasien dengan Bell
Palsy dapat timbul gambaran kelainan pada nervus fasialis. Selain itu pemeriksaan
MRI juga berguna apabila penderita mengalami Kelumpuhan wajah yang
berulang, agar dapat dipastikan apakah kelainan itu hanya merupakan gangguan pada nervus Fasialis ataupun terdapat tumor.
DIAGNOSIS BANDING
1. Otitis Media Supurativa dan Mastoiditis
Disamping kemungkinan adanya paresis fasialis, maka ditemukan adanya
rasa nyeri di dalam atau di belakang telinga. Pada foto mastroid ditemukan
gambaran infeksi. Pada otitis media terjadi proses radang di dalam kavum
timpani sehingga dinding tulang kanalis fasialis ikut mengalami kerusakan
sehingga terjadi paresis fasialis.
2. Herpes Zoster Oticus
Terjadi infeksi herpes zoster pada ganglion genikulatum. Di samping
adanya paresis fasialis juga ditemukan adanya tuli persetif dan tampak
vesikel-vesikel yang terasa amat nyeri di daun telinga. Karena adanya
proses inflamasi maka akan menimbulkan pembengkakan, timbunan
metabolit di dalam kanalis Fallopii dan selanjutnya menyebabkan iskemia
dan paresis fasialis. Pada pemeriksaan darah didapatkan adanya kenaikan
titer antibodi terhadap virus varisela-zoster.
3. Trauma kapitis
Paresis fasialis terdapat pada trauma kapitis (misalnya fraktur os temporal,
fraktur basis kranii atau trauma lahir/forceps) atau karena operasi. Pada
cedera kepala sering terjadi fraktura os temporale parspetrosus yang selalu
terlihat pada foto rontgen.
4. Sindroma Guillain – Barre dan Miastenia Gravis
Pada kedua penyakit ini, perjalanan dan gambaran penyakitnya khas dan
paresis hampir selalu bilateral.
7/27/2019 makalah belss palsy
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-belss-palsy 9/14
Portofolio Minggu ke 3
Nama DM: Fadlan Adima A
NIM : 0810710043
9
5. Tumor Intrakranialis
Semua neoplasma yang mengenai sepanjang perjalanan N.VII dapat
menyebabkan paresis fasialis. Tumor intra kranial yang tersering yaitu
tumor sudut serebelo pontis. Di sini selain terdapat paresis N.VII juga biasanya ditemukan adanya lesi N.V dan N.VIII. tumor yang lain misalnya
Ca-nasofaring (biasanya disertai dengan kelainan saraf kraniales lain) dan
tumor kelenjar parotis.
6. Leukimia
Paresis fasialis disebabkan karena infiltrat sel-sel lekemia. Paresis terjadi
bilateral dan simultan. Diawali dengan rasa nyeri di dalam kepala atau
telinga dan tuli.
PENATALAKSANAAN
1. Terapi medikamentosa :2,9
- Kortikosteroid dapat digunakan salah satu contohnya adalah prednison
atau methylprednisolon 80 mg (medrol) dosis awal dan diturunkan secara
bertahap (tappering off) selama 7 hari.
- Penggunaan obat antiviral (acyclovir) dengan kortioksteroid. Penggunaan
Aciclovir 400 mg sebanyak 5 kali per hari P.O selama 10 hari. Atau
penggunaan Valacyclovir 500 mg sebanyak 2 kali per hari P.O selama
lima hari, penggunaan Valacyclovir memiliki efek yang lebih baik.
Kortikosteroid oral mengurangi peradangan saraf wajah pada
pasien dengan Bell‟s palsy. Tiemstra JD and Khathare N melalui
penelitian Meta-analisis dari tiga uji coba terkontrol secara acak
membandingkan kortikosteroid dengan plasebo ditemukan pengurangan
kecil dan secara statistik tidak signifikan dalam persentase.
Ada Karena Peran Kemungkinan HSV-1 dalam penyebab Bell
palsy, obat antivirus acyclovir (Zovirax) dan valacyclovir (Valtrex) telah
mempelajari tulang manfaat dalam pengobatan. Asiklovir 400 mg lima
kali per hari selama tujuh hari atau valacyclovir 1 g tiga kali per hariselama tujuh hari. Dua terakhir uji coba terkontrol plasebo menunjukkan
pemulihan penuh dalam persentase yang lebih tinggi pasien diobati dengan
obat antivirus dalam kombinasi dengan prednisolon dibandingkan dengan
prednisolon saja (100 persen dengan 91 persen dan 95 persen dengan 90
persen).
Namun, tidak bermanfaat terlihat Ketika pengobatan tertunda
lebih dari empat hari setelah timbulnya gejala (86 persen dengan 87
persen). Mengingat profil keamanan kortikosteroid oral asiklovir,
valasiklovir, dan jangka pendek. Pasien yang hadir di dalam-tiga hari dari
timbulnya gejala dan yang tidak harus menentukan kontraindikasi obat
7/27/2019 makalah belss palsy
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-belss-palsy 10/14
Portofolio Minggu ke 3
Nama DM: Fadlan Adima A
NIM : 0810710043
10
harus ditawarkan terapi kombinasi. Pasien yang datang dengan
kelumpuhan saraf wajah lengkap memiliki tingkat lebih rendah pemulihan
spontan dan mungkin lebih mungkin memperoleh manfaat dari
pengobatan.
Penelitian lain Numthavaj .P et al menyimpulkan dalam mengobati
Bell‟s palsy dengan antiviral ditambah kortikosteroid dapat menyebabkan
sedikit lebih tinggi tingkat pemulihan dibandingkan dengan mengobati
dengan prednison saja tapi ini tidak cukup bermakna secara statistik,
prednisone merupakan pengobatan berbasis bukti terbaik.
Berbeda dengan Frank M et al yang menyatakan pasien dengan
Bell‟s palsy, perawatan dini dengan prednisolon secara signifikan
meningkatkan kemungkinan pemulihan lengkap pada 3 dan 9 bulan. Tidak
ada bukti dari manfaat mengingat pengobatan tunggal atau manfaat
tambahan dalam kombinasi dengan prednisolon atau asiklovir.
Goudakos JK and Markou KD pada penelitian meta-analisis,
berdasarkan bukti yang tersedia menunjukkan bahwa agen antivirus untuk
kortikosteroid pengobatan Bell‟s palsy tidak terkait meningkat dalam
tingkat pemulihan lengkap dari fungsi motorik wajah.
- Vitamin B1, B6 dan B12 dalam dosis tinggi dan vasodilatasi peros dengan
ACTH im 40-60 satuan selama 2 minggu dapat dipercepat penyembuhan.
- Analgesic untuk menghilangkan rasa nyeri.
2. Terapi operatif
Indikasi terapi operatif yaitu:
- Produksi air mata berkurang menjadi < 25%
- Aliran saliva berkurang menjadi < 25%
- Respon terhadap tes listrik antara sisi sehat dan sakit berbeda 2,5 mA.
Beberapa terapi bedah yang dapat dilakukan antara lain dekompresi
nervus Fasialis, Subocularis Oculi Fat Lift (SOOF), Implantasi alat ke dalam
kelopak mata, tarsorrhapy, transposisi otot muskulus temporalis, facial nervegraftingdan direct brow lift.
Tiemstra JD and Khathare N dalam American Academy of Neurology
saat ini tidak merekomendasikan dekompresi bedah untuk Bell‟s palsy.
Komplikasi yang paling umum dari pembedahan adalah pasca operasi yaitu
berkurangnya pendengaran yang mempengaruhi 3 sampai 15 persen pasien.
Berdasarkan potensi yang signifikan untuk kerugian dan kurangnya manfaat
data pendukung, American Academy of Neurology saat ini tidak
merekomendasikan dekompresi bedah untuk Bell‟s palsy.
7/27/2019 makalah belss palsy
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-belss-palsy 11/14
Portofolio Minggu ke 3
Nama DM: Fadlan Adima A
NIM : 0810710043
11
McAllister K pada penelitian juga menyimpulkan demikian bahwa ada
bukti kualitas yang sangat rendah dan ini tidak cukup untuk memutuskan
apakah operasi akan bermanfaat atau merugikan pada pengelolaan palsy Bell.
Penelitian ini tidak secara statistik membandingkan kelompok tetapi nilai dan
ukuran kelompok menyarankan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikansecara statistik. Studi kedua melaporkan tidak ada perbedaan statistik yang
signifikan antara kelompok mereka dioperasikan dan kontrol. Satu pasien yang
dioperasikan dalam studi pertama memiliki 20 dB kehilangan pendengaran
sensorineural dan vertigo yang persisten. Penelitian lebih lanjut ke dalam peran
operasi tidak mungkin dilakukan karena pemulihan spontan terjadi dalam
banyak kasus. 14
3. Rehabilitasi Medik
Rehabilitasi medik menurut WHO adalah semua tindakan yang
ditujukan guna mengurangi dampak cacat dan handicap serta meningkatkankemampuan penyandang cacat mencapai integritas sosial.9
Tujuan rehabilitasi medik adalah :
Meniadakan keadaan cacat bila mungkin
Mengurangi keadaan cacat sebanyak mungkin
Melatih orang dengan sisa keadaan cacat badan untuk dapat hidup dan
bekerja dengan apa yang tertinggal.
Untuk mencapai keberhasilan dalam tujuan rehabilitasi yang efektif
dan efisien maka diperlukan tim rehabilitasi medik yang terdiri dari dokter,
fisioterapis, okupasi terapis, ortotis prostetis, ahli wicara, psikolog, petugas
sosial medik dan perawat rehabilitasi medik.9
Sesuai dengan konsep rehabilitasi medik yaitu usaha gabungan terpadu
dari segi medik, sosial dan kekaryaan, maka tujuan rehabilitasi medik pada
Bell‟s palsy adalah untuk mengurangi/mencegah paresis menjadi bertambah
dan membantu mengatasi problem sosial serta psikologinya agar penderita
tetap dapat melaksanakan aktivitas kegiatan sehari-hari. Program-programyang diberikan adalah program fisioterapi, okupasi terapi, sosial medik,
psikologi dan ortotik prostetik, sedang program perawat rehabilitasi dan terapi
wicara tidak banyak berperan. 9
1) Program Fisioterapi4,5,9
- Pemanasan
a. Pemanasan superfisial dengan infra red.
b. Pemanasan dalam berupa Shortwave Diathermy atau Microwave
Diathermy.
7/27/2019 makalah belss palsy
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-belss-palsy 12/14
Portofolio Minggu ke 3
Nama DM: Fadlan Adima A
NIM : 0810710043
12
- Stimulasi listrik
Tujuan pemberian stimulasi listrik yaitu menstimulasi otot
untuk mencegah/memperlambat terjadi atrofi sambil menunggu proses
regenerasi dan memperkuat otot yang masih lemah. Misalnya denganfaradisasi yang tujuannya adalah untuk menstimulasi otot, reedukasi
dari aksi otot, melatih fungsi otot baru, meningkatkan sirkulasi serta
mencegah/meregangkan perlengketan. Diberikan 2 minggu setelah
onset.
- Latihan otot-otot wajah dan massage wajah
Latihan gerak volunter otot wajah diberikan setelah fase akut.
Latihan berupa mengangkat alis tahan 5 detik, mengerutkan dahi,
menutup mata dan mengangkat sudut mulut, tersenyum,
bersiul/meniup (dilakukan didepan kaca dengan konsentrasi penuh).
Massage adalah manipulasi sitemik dan ilmiah dari jaringan
tubuh dengan maksud untuk perbaikan/pemulihan. Pada fase akut,
Bell‟s palsy diberi gentle massage secara perlahan dan berirama.
Gentle massage memberikan efek mengurangi edema, memberikan
relaksasi otot dan mempertahankan tonus otot. Setelah lewat fase akut
diberi Deep Kneading Massage sebelum latihan gerak volunter otot
wajah. Deep Kneading Massage memberikan efek mekanik terhadap
pembuluh darah vena dan limfe, melancarkan pembuangan sisa
metabolik, asam laktat, mengurangi edema, meningkatkan nutrisi
serabut-serabut otot dan meningkatkan gerakan intramuskuler sehingga melepaskan perlengketan. Massage daerah wajah dibagi 4
area yaitu dagu, mulut, hidung dan dahi. Semua gerakan diarahkan
keatas, lamanya 5-10 menit.
2) Program Terapi Okupasi
Pada dasarnya terapi disini memberikan latihan gerak pada otot
wajah. Latihan diberikan dalam bentuk aktivitas sehari-hari atau dalam
bentuk permainan. Perlu diingat bahwa latihan secara bertahap dan melihat
kondisi penderita, jangan sampai melelahkan penderita. Latihan dapat
berupa latihan berkumur, latihan minum dengan menggunakan sedotan,
latihan meniup lilin, latihan menutup mata dan mengerutkan dahi di depancermin.
3) Program Sosial Medik
Penderita Bell‟s palsy sering merasa malu dan menarik diri dari
pergaulan sosial. Problem sosial biasanya berhubungan dengan tempat
kerja dan biaya. Petugas sosial medik dapat membantu mengatasi dengan
menghubungi tempat kerja, mungkin untuk sementara waktu dapat bekerja
pada bagian yang tidak banyak berhubungan dengan umum. Untuk
masalah biaya, dibantu dengan mencarikan fasilitas kesehatan di tempat
kerja atau melalui keluarga. Selain itu memberikan penyuluhan bahwa
7/27/2019 makalah belss palsy
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-belss-palsy 13/14
Portofolio Minggu ke 3
Nama DM: Fadlan Adima A
NIM : 0810710043
13
kerja sama penderita dengan petugas yang merawat sangat penting untuk
kesembuhan penderita.
4) Program Psikologik
Untuk kasus-kasus tertentu dimana ada gangguan psikis amat
menonjol, rasa cemas sering menyertai penderita terutama pada penderita
muda, wanita atau penderita yang mempunyai profesi yang mengharuskan
ia sering tampil di depan umum, maka bantuan seorang psikolog sangat
diperlukan.
5) Program Ortotik – Prostetik
Dapat dilakukan pemasangan “Y” plester dengan tu juan agar sudut
mulut yang sakit tidak jatuh. Dianjurkan agar plester diganti tiap 8 jam.
Perlu diperhatikan reaksi intoleransi kulit yang sering terjadi. Pemasangan
“Y” plester dilakukan jika dalam waktu 3 bulan belum ada perubahan pada
penderita setelah menjalani fisioterapi. Hal ini dilakukan untuk mencegah
teregangnya otot Zygomaticus selama parese dan mencegah terjadinya
kontraktur.
6) Home Program:
a. Kompres hangat daerah sisi wajah yang sakit selama 20 menit
b. Massage wajah yang sakit ke arah atas dengan menggunakan tangan
dari sisi wajah yang sehat
c. Latihan tiup lilin, berkumur, makan dengan mengunyah disisi yang
sakit, minum dengan sedotan, mengunyah permen karet
4. Perawatan mata :
Tindakan yang dilakukan antara lain:
a. Memakai salep mata (golongan artifial tears) 3x sehari dan salep mata.
b. Mamakai kaca mata untuk mencegah iritasi debu dan cahaya.
c. Kelopak mata diplaster agar tetap dalam keadaan tertutup.
d. Bila keadaan terlalu berat maka dilakukan tarsorafi ataupun blefarofati
dengan menjahit dan mendekatkan kedua kelopak atas dengan bawah.
Pada tempat jahit diberikan salep antibiotika.
PROGNOSIS
Antara 80-85% penderita akan sembuh sempurna dalam waktu 3 bulan.
Paralisis ringan atau sedang pada saat gejala awal terjadi merupakan tanda
prognosis baik. Denervasi otot-otot wajah sesudah 2-3 minggu menunjukkan
7/27/2019 makalah belss palsy
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-belss-palsy 14/14
Portofolio Minggu ke 3
Nama DM: Fadlan Adima A
NIM : 0810710043
14
bahwa terjadi degenerasi aksonal dan hal demikian ini menunjukkan pemulihan
yang lebih lama dan tidak sempurna.
Pemulihan daya pengecapan lidah dalam waktu 14 hari pasca awitan
biasanya berkaitan dengan pemulihan paralisis secara sempurna. Apabila lebih 14hari, maka hal tersebut menunjukkan prognosis yang buruk.
TINJAUAN PUSTAKA:
Staf medis ilmu penyakit saraf. 2010. Pedoman Diagnosis dan Terapi.Universitas Brawijaya: Malang
Mansjoer, Arief et al. 2000. Strok dalam Kapita Selekta Kedokteran. Media
Aesculapius FKUI, Jakarta. Hal 17-20
Sidharta P, Mardjono M. 2004. Mekanisme gangguan vaskular susunan saraf
dalam Neurologi klinis dasar . Dian Rakyat. Surabaya. Hal 269-293
Gubitz G, Sandercock P. Extracts from clinical evidence.Acute ischemic stroke.
BMJ 2000; 320: 692-6
Guyton, A et al. 1997. Aliran darah serebral, aliran serebrospinal danmetabolisme otak dalam Fisiologi Kedokteran edisi 9 editor Setiawan I. EGC,Jakarta. Hal 175-