makalah belss palsy

14
Portofolio Minggu ke 3 Nama DM: Fadlan Adima A NIM : 0810710043 1  A. Identitas Nama : Ny.K Usia : 30 th Alamat : Malang Pekerjaan : PNS Tgl periksa : 08 Oktober 2013 B. Anamnesa (Subyektif ) : Keluhan Utama: Mulut Mencong Pasien mengeluh mendadak mulutnya mencong sejak kemarin + pukul 15.00 WIB dan mata sulit menutup. Setelah itu pasien langsung mengompres pipinya dengan air hangat. Pasien biasa mandin dengan air dingin. Pasien biasa mandi dengan air dingin Riwayat penyakit da hulu: Riwayat lemah ½ bad an (-), hipertensi stage II (+ ) uncontrolled, Kesemutan ½ badan (-), riwayat terkena herpes atau varicella (-) Lifestyle : Konsumusi kopi (+), rokok (+) pasif, lemak (+) Riwayat pengobatan: belum pernah minum obat dan belum pernah ke dokter sebelumnya. C. Pemeriksaan fisik (obyektif ): Status Interna :  KU: tampak sakit berat Gizi: Cukup TD: 150/90 N: 88x/m RR:20X/M  Tho c/ s1s2 singular m(+) p/ vesikular, rh(-), wh(-)  Abd flat, soefl, bu(+)n  Ext edema(-) Status Neurologis : GCS: 456 FL Berbahasa: dbn MS (-) N. cranialis: n. III : PB I Ø 3mm/3mm, RC +/+ n. IV : dbn n. V : RK +/+ n. VI : dbn n. VII : Parese N VII Sinistra LMN type, bell sign (+), lagophtalmus (+) minimal n. VIII : dbn n. IX : dbn n. X : dbn n. XI : dbn n. XII : dbn

Transcript of makalah belss palsy

Page 1: makalah belss palsy

7/27/2019 makalah belss palsy

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-belss-palsy 1/14

Portofolio Minggu ke 3

Nama DM: Fadlan Adima A

NIM : 0810710043

1

 A. Identitas

Nama : Ny.KUsia : 30 th

Alamat : MalangPekerjaan : PNSTgl periksa : 08 Oktober 2013

B. Anamnesa (Subyektif ) :

Keluhan Utama: Mulut Mencong

Pasien mengeluh mendadak mulutnya mencong sejak kemarin + pukul 15.00WIB dan mata sulit menutup. Setelah itu pasien langsung mengomprespipinya dengan air hangat. Pasien biasa mandin dengan air dingin. Pasien

biasa mandi dengan air dingin

Riwayat penyakit dahulu: Riwayat lemah ½ badan (-), hipertensi stage II (+)uncontrolled, Kesemutan ½ badan (-), riwayat terkena herpes atau varicella (-)

Lifestyle : Konsumusi kopi (+), rokok (+) pasif, lemak (+)

Riwayat pengobatan: belum pernah minum obat dan belum pernah ke doktersebelumnya.

C. Pemeriksaan fisik (obyektif ):Status Interna :  KU: tampak sakit berat Gizi: Cukup

TD: 150/90 N: 88x/m RR:20X/M  Tho c/ s1s2 singular m(+)

p/ vesikular, rh(-), wh(-)  Abd flat, soefl, bu(+)n  Ext edema(-)

Status Neurologis :GCS: 456 FL Berbahasa: dbn MS (-)N. cranialis:

n. III : PB I Ø 3mm/3mm, RC +/+n. IV : dbnn. V : RK +/+n. VI : dbnn. VII : Parese N VII Sinistra LMN type, bell sign (+), lagophtalmus (+)

minimaln. VIII : dbnn. IX : dbnn. X : dbnn. XI : dbnn. XII : dbn

Page 2: makalah belss palsy

7/27/2019 makalah belss palsy

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-belss-palsy 2/14

Portofolio Minggu ke 3

Nama DM: Fadlan Adima A

NIM : 0810710043

2

Reflek Fisiologis B +2/+2T +2/+2K +2/+2A +2/+2

Reflek Patologis H/T -/- / -/-B - / -C - / -O - / -G - / -S - / -

Motorik T N/N P 5/5

N/N 5/5Sensoris dbnAutonom inkontinensia urin(-)

D. Diagnosis ( Assesment )

Diagnosis klinis : Acute Parese N.VII (D) LMN type disertai Bellsign (+) dan lagopthalmus (+) minimal

Diagnosa topis : N VII Perifer , (foramen stylomastoideus)Diagnosa etiologis : Bells Palsy SinistraDiagnosa sekunder : Hipertensi Stage II

E . Planning 

PDx: -

PTx:  Farmakoterapi:

Methylprednisolon 60 mg/hari Tappering off pada hari ke -7Metobalamin 3x500 mg

  Non-Farmakoterapi:

FisioterapiSenam wajahKompres wajah dengan air hangat 

Page 3: makalah belss palsy

7/27/2019 makalah belss palsy

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-belss-palsy 3/14

Portofolio Minggu ke 3

Nama DM: Fadlan Adima A

NIM : 0810710043

3

F. Tinjauan Pustaka

DEFINISIBell‟s palsy adalah kelumpuhan nervus fasialis perifer (N.VII), terjadi

secara akut dan penyebabnya tidak diketahui (idiopatik) atau tidak menyertai penyakit lain yang dapat mengakibatkan lesi nervus fasialis atau kelumpuhan

fasialis perifer akibat proses non-supuratif, non-neoplasmatik, non-degeneratif 

 primer namun sangat mungkin akibat edema jinak pada bagian nervus fasialis di

foramen stilomastoideus atau sedikit proksimal dari foramen tersebut, yang

mulanya akut dan dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan.

PATOFISIOLOGI 

Patofisiologi timbulnya Bell„s Palsy secara pasti masih dalam perdebatan. N.VII berjalan melalui bagian dari tulang temporal yang disebut dengan kanalis fasialis.

Adanya edema dan ischemia menyebabkan kompresi dari N.VII dalam kanalis

tulang ini, karena itu ia terjepit di dalam foramen stilomastoideum dan

menimbulkan kelumpuhan fasialis LMN. Kompresi N.VII ini dapat dilihat dengan

MRI. Bagian pertama dari kanalis fasialis yang disebut dengan segmen

labyrinthine adalah bagian yang paling sempit, meatus foramien ini memiliki

diameter 0,66 mm. Lokasi inilah yang diduga merupakan tempat paling sering

terjadinya kompresi pada N.VII pada Bell„s Palsy, karena bagian ini merupakan

tempat yang paling sempit maka terjadinya inflamasi, demielinisasi, ischemia,

ataupun proses kompresi paling mungkin terjadi. Lokasi terserangnya Nervus

Fasialis di Bell„s Palsy bersifat perifer dari nukleus saraf tersebut, dimanatimbulnya lesi diduga terletak didekat ataupun di ganglion genikulatum. Jika

lesinya timbul di bagian proksimal ganglion genikulatum maka akan timbul

kelumpuhan motorik disertai dengan ketidak abnormalan fungsi gustatorium dan

otonom. Apabila lesi terletak di foramen stilomastoideus dapat menyebabkan

kelumpuhan fasial saja 

GEJALA KLINISBiasanya timbul secara mendadak, penderita menyadari adanya

kelumpuhan pada salah satu sisi wajahnya pada waktu bangun pagi, bercermin

atau saat sikat gigi/berkumur atau diberitahukan oleh orang lain/keluarga bahwa

salah satu sudutnya lebih rendah. Bell‟s palsy hampir selalu unilateral. Gambaran

Page 4: makalah belss palsy

7/27/2019 makalah belss palsy

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-belss-palsy 4/14

Portofolio Minggu ke 3

Nama DM: Fadlan Adima A

NIM : 0810710043

4

klinis dapat berupa hilangnya semua gerakan volunter pada kelumpuhan total.

Pada sisi wajah yang terkena, ekspresi akan menghilang sehingga lipatan

nasolabialis akan menghilang, sudut mulut menurun, bila minum atau berkumur 

air menetes dari sudut ini, kelopak mata tidak dapat dipejamkan sehingga fisura

 papebra melebar serta kerut dahi menghilang. 

Bila penderita disuruh untuk memejamkan matanya maka kelopak mata

 pada sisi yang lumpuh akan tetap terbuka dimana kelumpuhan N.VII yang

mempersyarafi m.orbikularis okuli dapat menyebabkan lagoftalmus yaitu palpebra

tidak dapat menutup dengan sempurna. Kelainan ini akan mengakibatkan trauma

konjungtiva dan kornea karena mata tetap terbuka sehingga konjungtiva dan

kornea menjadi kering dan terjadi infeksi. Infeksi ini dapat dalam bentuk 

konjungtivitis atau suatu keratitis. Serta bola mata pasien berputar ke atas.

Keadaan ini dikenal dengan tanda dari Bell (lagoftalmus disertai dorsorotasi bola

mata). Karena kedipan mata yang berkurang maka akan terjadi iritasi oleh debu

dan angin, sehingga menimbulkan epifora. Dalam mengembungkan pipi terlihat bahwa pada sisi yang lumpuh tidak mengembung. Disamping itu makanan

cenderung terkumpul diantara pipi dan gusi sisi yang lumpuh. Selain kelumpuhan

seluruh otot wajah sesisi, tidak didapati gangguan lain yang mengiringnya, bila

 paresisnya benar- benar bersifat Bell‟s palsy. 

Bila khorda timpani juga ikut terkena, maka terjadi gangguan pengecapan dari

2/3 depan lidah yang merupakan kawasan sensorik khusus N.intermedius. dan

 bila saraf yang menuju ke m.stapedius juga terlibat, maka akan terjadi

hiperakusis. Keadaan ini dapat diperiksa dengan pemeriksaan audiometri.   Pada

kasus yang lebih berat akan terjadi gangguan produksi air mata berupa

 pengurangan atau hilangnya produksi air mata. Ini menunjukkan terkenanyaganglion genikulatum dan dapat diperiksa dengan pemeriksaan tes Schirmer.

  Keluhan dan gejala bergantung kepada lokasi lesi sebagai berikut :

a.  Lesi pada nervus fasialis disekitar foramen stylomastoideus baik yang

masih berada disebelah dalam dan sebelah luar foramen tersebut. Mulut

turun dan mencong ke sisi yang sehat sehingga sudut mulut yang lumpuh

tampaknya lebih tinggi kedudukannya daripada posisi yang sehat, maka

 penderitanya tidak dapat bersiul, mengedip dan menutupkan matanya.

Lakrimalis yang berlebihan akan terjadi jika mata tidak terlindungi / tidak 

 bisa menutup mata sehingga pada mata akan lebih mudah mendapat iritasi

 berupa angin, debu dan sebagainya, selain itu pula lakrimalis yang

 berlebihan ini terjadi karena proses regenerasi dan mengalirnya axon dari

kelenjar liur ke kelenjar air mata pada waktu makan

 b.  Lesi pada canalis fasialis mengenai nervus chorda tympani.

Seluruh gejala di atas terdapat, ditambah dengan hilangnya sensasi

 pengecapan dua pertiga depan lidah berkurangnya salivasi yang terkena.

Page 5: makalah belss palsy

7/27/2019 makalah belss palsy

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-belss-palsy 5/14

Portofolio Minggu ke 3

Nama DM: Fadlan Adima A

NIM : 0810710043

5

c.  Lesi yang lebih tinggi dalam canalis fasialis dan mengenal muskulus

stapedius

Gejala tanda klinik seperti pada (a) dan (b) ditambah adanya hiperakusis.

d.  Lesi yang mengenai ganglion geniculatum.

Gejala tanda klinik seperti pada (a), (b), dan (c) ditambah onsetnya

seringkali akut dengan rasa nyeri di belakang dan didalam telinga. Herpes

Zoster pada tympanium dan concha dapat mendahului keadaan timbul

 parese nervus fasilais. Sindrome Ramsay Hunt merupakan Bell‟s yang

disertai herpes Zoster pada ganglion geniculatum, lesi  –  lesi herpetik 

terlihat pada membrana tympani, canalis auditorium eksterna, dan pada

 pinna.

e.  Lesi di dalam Meatus Auditorius Internus

Gejala - gejala Bell‟s Palsy di atas ditambah ketulian akibat terkenanya

nervus VIII.

f.  Lesi pada tempat keluarnya Nervus Fasialis dari Pons

Lesi di pons yang terletak disekitar inti nervus abdduces bisa merusak akar 

nervus fasialis, inti nervus abducens dan fasikulus longituinalis medialis.

Lesi pada daerah tersebut dapat menyebabkan kelumpuhan muskulus

rectus lateralis atau gerakan melirik kearah lesi.

Gangguan gerakan pada otot wajah yang sering dijumpai ialah gerakan

involunter yang dinamakan tic fasialis atau spasmus klonik fasialis. Sebab dan

mekanisme sebenarnya belum diketahui yang dianggap sebagai sebabnya adalah

suatu rangsangan iritatif di ganglion feniculatum. Namun demikian gerakan -

gerakan otot wajah involunter bisa bangkit juga sebagai suatu pencerminan

kegelisahan atau depresi. Pada gerakan involunter tersebut, sudut muka terangkat

dan kelompok mata memejam secara berlebihan.

Page 6: makalah belss palsy

7/27/2019 makalah belss palsy

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-belss-palsy 6/14

Portofolio Minggu ke 3

Nama DM: Fadlan Adima A

NIM : 0810710043

6

DIAGNOSISDiagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesa serta beberapa pemeriksaan

fisik, dalam hal ini yaitu pemeriksaan neurologis. Untuk menegakkan diagnosis

suatu bell‟s palsy harus ditetapkan dulu adanya paresis fasialis tipe perifer,

kemudian menyingkirkan semua kemungkinan penyebabnya paresis fasialistersebut.2

Paresis fasialis perifer berbeda dari tipe sentral. Pada tipe sentral yang

terganggu atau paresis hanya pada bagian bawah wajah saja.

  Anamnesa : 

-  Rasa nyeri.

-  Gangguan atau kehilangan pengecapan.

-  Riwayat pekerjaan dan adakah aktivitas yang dilakukan pada malam hari

di ruangan terbuka atau di luar ruangan.

-  Riwayat penyakit yang pernah dialami oleh penderita seperti infeksisaluran pernafasan, otitis, herpes, dan lain-lain.

  Pemeriksaan : 

1.  Pemeriksaan neurologi

Kelumpuhan nervus fasilalis melibatkan semua otot wajah sesisi

dan dapat dibuktikan dengan pemeriksaan - pemeriksaan berikut, yaitu:

a.  Pemeriksaan motorik nervus fasialis.

-  Mengerutkan dahi : lipatan kulit dahi hanya tampak pada sisi yang

sehat saja.

-  Mengangkat alis : alis pada sisi yang sakit tidak dapat diangkat

-  Memejamkan mata dengan kuat : pada sisi yang sakit kelompak 

mata tidak dapat menutupi bola mata dan berputarnya bola mata ke

atas dapat dilihat. Hal tersebut dikenal Fenomena Bell. Selain itu

dapat dilihat juga bahwa gerakan kelopak mata yang sakit lebih

lambat dibandingkan dengan gerakan kelopak mata yang sehat, hal

ini dikenal sebagai Lagoftalmus.

Mengembungkan pipi : pada sisi yang tidak sehat pipi tidak dapatdikembungkan.

-  Pasien disuruh utnuk memperlihatkan gigi geliginya atau disuruh

meringis menyeringai : sudut mulut sisi yang lumpuh tidak dapat

diangkat sehingga mulut tampaknya mencong ke arah sehat. Dan

 juga sulcus nasolabialis pada sisi wajah yang sakit mendatar.

Page 7: makalah belss palsy

7/27/2019 makalah belss palsy

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-belss-palsy 7/14

Portofolio Minggu ke 3

Nama DM: Fadlan Adima A

NIM : 0810710043

7

 b.  Pemeriksaan sensorik pada nervus fasialis.

Sensasi pengecapan diperiksa sebagai berikut : rasa manis

diperiksa pada bagian ujung lidah dengan bahan berupa garam, dan

rasa asam diperiksa pada bagian tengah lidah dengan bahan asam

sitrat. Pengecapan 2/3 depan lidah : pengecapan pada sisi yang tidak 

sehat kurang tajam.

c.  Pemeriksaan Refleks. 

Pemeriksaan reflek yang dilakukan pada penderita Bell‟s Palsy

adalah pemeriksaan reflek kornea baik langsung maupun tidak 

langsung dimana pada paresis nervus VII didapatkan hasil berupa

 pada sisi yang sakit kedipan mata yang terjadi lebih lambat atau tidak 

ada sama sekali. Selain itu juga dapat diperiksa refleks nasopalpebra

 pada orang sehat pengetukan ujung jari pada daerah diantara kedua

alis langsung dijawab dengan pemejaman kelopak mata pada sisi,sedangkan pada paresis facialis jenis perifer terdapat kelemahan

kontraksi m. orbikularis oculi (pemejaman mata pada sisi sakit).

Beberapa pemeriksaan sederhana lain yang dapat dilakukan

untuk membantu penegakkan diagnosa antara lain :

-  Stethoscope Loudness Test

Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk menilai fungsi dari

muskulus stapedius. Pasien diminta menggunakan stetoskop

kemudian dibunyikan garpu tala pada membran stetoskop, maka

Page 8: makalah belss palsy

7/27/2019 makalah belss palsy

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-belss-palsy 8/14

Portofolio Minggu ke 3

Nama DM: Fadlan Adima A

NIM : 0810710043

8

suara yang keras akan terlateralisasi ke sisi muskulus stapedius

yang lumpuh

-  Schirmer Blotting Test.

Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai fungsi lakrimasi.Digunakan benzene yang menstimulasi refleks nasolacrimalis

sehingga dapat dibandingkan keluar air mata dapat dibandingkan

antara sisi yang lumpuh dan yang normal.

2.  Pemeriksaan radiologis. 

Pemeriksaan Radiologis yang dapat dilakukan untuk Bell„s Palsy antara lain

adalah MRI (Magnetic Resonance Imaging) dimana pada pasien dengan Bell

Palsy dapat timbul gambaran kelainan pada nervus fasialis. Selain itu pemeriksaan

MRI juga berguna apabila penderita mengalami Kelumpuhan wajah yang

 berulang, agar dapat dipastikan apakah kelainan itu hanya merupakan gangguan pada nervus Fasialis ataupun terdapat tumor. 

DIAGNOSIS BANDING

1.  Otitis Media Supurativa dan Mastoiditis

Disamping kemungkinan adanya paresis fasialis, maka ditemukan adanya

rasa nyeri di dalam atau di belakang telinga. Pada foto mastroid ditemukan

gambaran infeksi. Pada otitis media terjadi proses radang di dalam kavum

timpani sehingga dinding tulang kanalis fasialis ikut mengalami kerusakan

sehingga terjadi paresis fasialis.

2.  Herpes Zoster Oticus

Terjadi infeksi herpes zoster pada ganglion genikulatum. Di samping

adanya paresis fasialis juga ditemukan adanya tuli persetif dan tampak 

vesikel-vesikel yang terasa amat nyeri di daun telinga. Karena adanya

 proses inflamasi maka akan menimbulkan pembengkakan, timbunan

metabolit di dalam kanalis Fallopii dan selanjutnya menyebabkan iskemia

dan paresis fasialis. Pada pemeriksaan darah didapatkan adanya kenaikan

titer antibodi terhadap virus varisela-zoster.

3.  Trauma kapitis

Paresis fasialis terdapat pada trauma kapitis (misalnya fraktur os temporal,

fraktur basis kranii atau trauma lahir/forceps) atau karena operasi. Pada

cedera kepala sering terjadi fraktura os temporale parspetrosus yang selalu

terlihat pada foto rontgen.

4.  Sindroma Guillain – Barre dan Miastenia Gravis

Pada kedua penyakit ini, perjalanan dan gambaran penyakitnya khas dan

 paresis hampir selalu bilateral.

Page 9: makalah belss palsy

7/27/2019 makalah belss palsy

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-belss-palsy 9/14

Portofolio Minggu ke 3

Nama DM: Fadlan Adima A

NIM : 0810710043

9

5.  Tumor Intrakranialis

Semua neoplasma yang mengenai sepanjang perjalanan N.VII dapat

menyebabkan paresis fasialis. Tumor intra kranial yang tersering yaitu

tumor sudut serebelo pontis. Di sini selain terdapat paresis N.VII juga biasanya ditemukan adanya lesi N.V dan N.VIII. tumor yang lain misalnya

Ca-nasofaring (biasanya disertai dengan kelainan saraf kraniales lain) dan

tumor kelenjar parotis.

6.  Leukimia

Paresis fasialis disebabkan karena infiltrat sel-sel lekemia. Paresis terjadi

 bilateral dan simultan. Diawali dengan rasa nyeri di dalam kepala atau

telinga dan tuli.

PENATALAKSANAAN

1.  Terapi medikamentosa :2,9 

-  Kortikosteroid dapat digunakan salah satu contohnya adalah prednison

atau methylprednisolon 80 mg (medrol) dosis awal dan diturunkan secara

 bertahap (tappering off) selama 7 hari. 

-  Penggunaan obat antiviral (acyclovir) dengan kortioksteroid. Penggunaan

Aciclovir 400 mg sebanyak 5 kali per hari P.O selama 10 hari. Atau

 penggunaan Valacyclovir 500 mg sebanyak 2 kali per hari P.O selama

lima hari, penggunaan Valacyclovir memiliki efek yang lebih baik. 

Kortikosteroid oral mengurangi peradangan saraf wajah pada

 pasien dengan Bell‟s palsy. Tiemstra JD and Khathare N melalui

 penelitian Meta-analisis dari tiga uji coba terkontrol secara acak 

membandingkan kortikosteroid dengan plasebo ditemukan pengurangan

kecil dan secara statistik tidak signifikan dalam persentase. 

Ada Karena Peran Kemungkinan HSV-1 dalam penyebab Bell

 palsy, obat antivirus acyclovir (Zovirax) dan valacyclovir (Valtrex) telah

mempelajari tulang manfaat dalam pengobatan. Asiklovir 400 mg lima

kali per hari selama tujuh hari atau valacyclovir 1 g tiga kali per hariselama tujuh hari. Dua terakhir uji coba terkontrol plasebo menunjukkan

 pemulihan penuh dalam persentase yang lebih tinggi pasien diobati dengan

obat antivirus dalam kombinasi dengan prednisolon dibandingkan dengan

 prednisolon saja (100 persen dengan 91 persen dan 95 persen dengan 90

 persen). 

 Namun, tidak bermanfaat terlihat Ketika pengobatan tertunda

lebih dari empat hari setelah timbulnya gejala (86 persen dengan 87

 persen). Mengingat profil keamanan kortikosteroid oral asiklovir,

valasiklovir, dan jangka pendek. Pasien yang hadir di dalam-tiga hari dari

timbulnya gejala dan yang tidak harus menentukan kontraindikasi obat

Page 10: makalah belss palsy

7/27/2019 makalah belss palsy

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-belss-palsy 10/14

Portofolio Minggu ke 3

Nama DM: Fadlan Adima A

NIM : 0810710043

10

harus ditawarkan terapi kombinasi. Pasien yang datang dengan

kelumpuhan saraf wajah lengkap memiliki tingkat lebih rendah pemulihan

spontan dan mungkin lebih mungkin memperoleh manfaat dari

 pengobatan. 

Penelitian lain Numthavaj .P et al menyimpulkan dalam mengobati

Bell‟s palsy dengan antiviral ditambah kortikosteroid dapat menyebabkan

sedikit lebih tinggi tingkat pemulihan dibandingkan dengan mengobati

dengan prednison saja tapi ini tidak cukup bermakna secara statistik,

 prednisone merupakan pengobatan berbasis bukti terbaik. 

Berbeda dengan Frank M et al yang menyatakan pasien dengan

Bell‟s  palsy, perawatan dini dengan prednisolon secara signifikan

meningkatkan kemungkinan pemulihan lengkap pada 3 dan 9 bulan. Tidak 

ada bukti dari manfaat mengingat pengobatan tunggal atau manfaat

tambahan dalam kombinasi dengan prednisolon atau asiklovir. 

Goudakos JK and Markou KD pada penelitian meta-analisis,

 berdasarkan bukti yang tersedia menunjukkan bahwa agen antivirus untuk 

kortikosteroid pengobatan Bell‟s palsy tidak terkait meningkat dalam

tingkat pemulihan lengkap dari fungsi motorik wajah. 

-  Vitamin B1, B6 dan B12 dalam dosis tinggi dan vasodilatasi peros dengan

ACTH im 40-60 satuan selama 2 minggu dapat dipercepat penyembuhan.

-  Analgesic untuk menghilangkan rasa nyeri. 

2.  Terapi operatif 

Indikasi terapi operatif yaitu: 

-  Produksi air mata berkurang menjadi < 25%

-  Aliran saliva berkurang menjadi < 25%

-  Respon terhadap tes listrik antara sisi sehat dan sakit berbeda 2,5 mA.

Beberapa terapi bedah yang dapat dilakukan antara lain dekompresi

nervus Fasialis, Subocularis Oculi Fat Lift (SOOF), Implantasi alat ke dalam

kelopak mata, tarsorrhapy, transposisi otot muskulus temporalis, facial nervegraftingdan direct brow lift. 

Tiemstra JD and Khathare N dalam American Academy of Neurology

saat ini tidak merekomendasikan dekompresi bedah untuk Bell‟s palsy.

Komplikasi yang paling umum dari pembedahan adalah pasca operasi yaitu

 berkurangnya pendengaran yang mempengaruhi 3 sampai 15 persen pasien.

Berdasarkan potensi yang signifikan untuk kerugian dan kurangnya manfaat

data pendukung, American Academy of Neurology saat ini tidak 

merekomendasikan dekompresi bedah untuk Bell‟s palsy. 

Page 11: makalah belss palsy

7/27/2019 makalah belss palsy

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-belss-palsy 11/14

Portofolio Minggu ke 3

Nama DM: Fadlan Adima A

NIM : 0810710043

11

McAllister K pada penelitian juga menyimpulkan demikian bahwa ada

 bukti kualitas yang sangat rendah dan ini tidak cukup untuk memutuskan

apakah operasi akan bermanfaat atau merugikan pada pengelolaan palsy Bell.

Penelitian ini tidak secara statistik membandingkan kelompok tetapi nilai dan

ukuran kelompok menyarankan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikansecara statistik. Studi kedua melaporkan tidak ada perbedaan statistik yang

signifikan antara kelompok mereka dioperasikan dan kontrol. Satu pasien yang

dioperasikan dalam studi pertama memiliki 20 dB kehilangan pendengaran

sensorineural dan vertigo yang persisten. Penelitian lebih lanjut ke dalam peran

operasi tidak mungkin dilakukan karena pemulihan spontan terjadi dalam

 banyak kasus. 14

3.  Rehabilitasi Medik 

Rehabilitasi medik menurut WHO adalah semua tindakan yang

ditujukan guna mengurangi dampak cacat dan handicap serta meningkatkankemampuan penyandang cacat mencapai integritas sosial.9

Tujuan rehabilitasi medik adalah : 

  Meniadakan keadaan cacat bila mungkin

  Mengurangi keadaan cacat sebanyak mungkin

  Melatih orang dengan sisa keadaan cacat badan untuk dapat hidup dan

 bekerja dengan apa yang tertinggal.

Untuk mencapai keberhasilan dalam tujuan rehabilitasi yang efektif 

dan efisien maka diperlukan tim rehabilitasi medik yang terdiri dari dokter,

fisioterapis, okupasi terapis, ortotis prostetis, ahli wicara, psikolog, petugas

sosial medik dan perawat rehabilitasi medik.9

Sesuai dengan konsep rehabilitasi medik yaitu usaha gabungan terpadu

dari segi medik, sosial dan kekaryaan, maka tujuan rehabilitasi medik pada

Bell‟s palsy adalah untuk mengurangi/mencegah paresis menjadi bertambah

dan membantu mengatasi problem sosial serta psikologinya agar penderita

tetap dapat melaksanakan aktivitas kegiatan sehari-hari. Program-programyang diberikan adalah program fisioterapi, okupasi terapi, sosial medik,

 psikologi dan ortotik prostetik, sedang program perawat rehabilitasi dan terapi

wicara tidak banyak berperan. 9

1)  Program Fisioterapi4,5,9 

-  Pemanasan

a.  Pemanasan superfisial dengan infra red.

 b.  Pemanasan dalam berupa Shortwave Diathermy atau Microwave

Diathermy.

Page 12: makalah belss palsy

7/27/2019 makalah belss palsy

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-belss-palsy 12/14

Portofolio Minggu ke 3

Nama DM: Fadlan Adima A

NIM : 0810710043

12

-  Stimulasi listrik 

Tujuan pemberian stimulasi listrik yaitu menstimulasi otot

untuk mencegah/memperlambat terjadi atrofi sambil menunggu proses

regenerasi dan memperkuat otot yang masih lemah. Misalnya denganfaradisasi yang tujuannya adalah untuk menstimulasi otot, reedukasi

dari aksi otot, melatih fungsi otot baru, meningkatkan sirkulasi serta

mencegah/meregangkan perlengketan. Diberikan 2 minggu setelah

onset.

-  Latihan otot-otot wajah dan massage wajah

Latihan gerak volunter otot wajah diberikan setelah fase akut.

Latihan berupa mengangkat alis tahan 5 detik, mengerutkan dahi,

menutup mata dan mengangkat sudut mulut, tersenyum,

 bersiul/meniup (dilakukan didepan kaca dengan konsentrasi penuh).

Massage adalah manipulasi sitemik dan ilmiah dari jaringan

tubuh dengan maksud untuk perbaikan/pemulihan. Pada fase akut,

Bell‟s palsy diberi gentle massage secara perlahan dan berirama.

Gentle massage memberikan efek mengurangi edema, memberikan

relaksasi otot dan mempertahankan tonus otot. Setelah lewat fase akut

diberi Deep Kneading Massage sebelum latihan gerak volunter otot

wajah. Deep Kneading Massage memberikan efek mekanik terhadap

 pembuluh darah vena dan limfe, melancarkan pembuangan sisa

metabolik, asam laktat, mengurangi edema, meningkatkan nutrisi

serabut-serabut otot dan meningkatkan gerakan intramuskuler sehingga melepaskan perlengketan. Massage daerah wajah dibagi 4

area yaitu dagu, mulut, hidung dan dahi. Semua gerakan diarahkan

keatas, lamanya 5-10 menit.

2)  Program Terapi Okupasi

Pada dasarnya terapi disini memberikan latihan gerak pada otot

wajah. Latihan diberikan dalam bentuk aktivitas sehari-hari atau dalam

 bentuk permainan. Perlu diingat bahwa latihan secara bertahap dan melihat

kondisi penderita, jangan sampai melelahkan penderita. Latihan dapat

 berupa latihan berkumur, latihan minum dengan menggunakan sedotan,

latihan meniup lilin, latihan menutup mata dan mengerutkan dahi di depancermin.

3)  Program Sosial Medik 

Penderita Bell‟s palsy sering merasa malu dan menarik diri dari

 pergaulan sosial. Problem sosial biasanya berhubungan dengan tempat

kerja dan biaya. Petugas sosial medik dapat membantu mengatasi dengan

menghubungi tempat kerja, mungkin untuk sementara waktu dapat bekerja

 pada bagian yang tidak banyak berhubungan dengan umum. Untuk 

masalah biaya, dibantu dengan mencarikan fasilitas kesehatan di tempat

kerja atau melalui keluarga. Selain itu memberikan penyuluhan bahwa

Page 13: makalah belss palsy

7/27/2019 makalah belss palsy

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-belss-palsy 13/14

Portofolio Minggu ke 3

Nama DM: Fadlan Adima A

NIM : 0810710043

13

kerja sama penderita dengan petugas yang merawat sangat penting untuk 

kesembuhan penderita.

4)  Program Psikologik 

Untuk kasus-kasus tertentu dimana ada gangguan psikis amat

menonjol, rasa cemas sering menyertai penderita terutama pada penderita

muda, wanita atau penderita yang mempunyai profesi yang mengharuskan

ia sering tampil di depan umum, maka bantuan seorang psikolog sangat

diperlukan.

5)  Program Ortotik  – Prostetik 

Dapat dilakukan pemasangan “Y” plester dengan tu juan agar sudut

mulut yang sakit tidak jatuh. Dianjurkan agar plester diganti tiap 8 jam.

Perlu diperhatikan reaksi intoleransi kulit yang sering terjadi. Pemasangan

“Y” plester dilakukan jika dalam waktu 3 bulan belum ada perubahan pada

 penderita setelah menjalani fisioterapi. Hal ini dilakukan untuk mencegah

teregangnya otot Zygomaticus selama parese dan mencegah terjadinya

kontraktur.

6)  Home Program:

a.  Kompres hangat daerah sisi wajah yang sakit selama 20 menit

 b.  Massage wajah yang sakit ke arah atas dengan menggunakan tangan

dari sisi wajah yang sehat

c.  Latihan tiup lilin, berkumur, makan dengan mengunyah disisi yang

sakit, minum dengan sedotan, mengunyah permen karet

4.  Perawatan mata :

Tindakan yang dilakukan antara lain:

a.  Memakai salep mata (golongan artifial tears) 3x sehari dan salep mata.

 b.  Mamakai kaca mata untuk mencegah iritasi debu dan cahaya.

c.  Kelopak mata diplaster agar tetap dalam keadaan tertutup.

d.  Bila keadaan terlalu berat maka dilakukan tarsorafi ataupun blefarofati

dengan menjahit dan mendekatkan kedua kelopak atas dengan bawah.

Pada tempat jahit diberikan salep antibiotika.

PROGNOSIS

Antara 80-85% penderita akan sembuh sempurna dalam waktu 3 bulan.

Paralisis ringan atau sedang pada saat gejala awal terjadi merupakan tanda

 prognosis baik. Denervasi otot-otot wajah sesudah 2-3 minggu menunjukkan

Page 14: makalah belss palsy

7/27/2019 makalah belss palsy

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-belss-palsy 14/14

Portofolio Minggu ke 3

Nama DM: Fadlan Adima A

NIM : 0810710043

14

 bahwa terjadi degenerasi aksonal dan hal demikian ini menunjukkan pemulihan

yang lebih lama dan tidak sempurna.

Pemulihan daya pengecapan lidah dalam waktu 14 hari pasca awitan

 biasanya berkaitan dengan pemulihan paralisis secara sempurna. Apabila lebih 14hari, maka hal tersebut menunjukkan prognosis yang buruk.

TINJAUAN PUSTAKA:

  Staf medis ilmu penyakit saraf. 2010. Pedoman Diagnosis dan Terapi.Universitas Brawijaya: Malang

  Mansjoer, Arief et al. 2000. Strok dalam Kapita Selekta Kedokteran. Media

Aesculapius FKUI, Jakarta. Hal 17-20

  Sidharta P, Mardjono M. 2004.  Mekanisme gangguan vaskular susunan saraf 

dalam Neurologi klinis dasar . Dian Rakyat. Surabaya. Hal 269-293 

  Gubitz G, Sandercock P. Extracts from clinical evidence.Acute ischemic stroke.

 BMJ 2000; 320: 692-6

  Guyton, A et al. 1997.  Aliran darah serebral, aliran serebrospinal danmetabolisme otak dalam Fisiologi Kedokteran edisi 9 editor Setiawan I. EGC,Jakarta. Hal 175-