Post on 13-Jul-2016
description
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tujuan organisasi sektor publik berbeda dengan organisasi sektor swasta.
Perbedaan utamanya yang menonjol adalah pada tujuan untuk memperoleh laba.
Pada sektor pemerintahan sebagai organisasi yang menghasilkan dan mengelola
fasilitas-fasilitas publik, tujuannya bukanlah maksimisasi laba tetapi lebih kepada
public service oriented. Ini tidak berarti bahwa dengan fokus pelayanan publik lalu
organisasi pemerintah sama sekali non financial oriented, tetapi dari segi filosofi dan
operasionalnya akan berbeda dengan sektor swasta. Secara operasional peningkatan
penerimaan negara melalui pajak, laba Badan Usaha Milik Negara (BUMN), adalah
untuk peningkatan pendapatan daerah, sedangkan secara filosofi peningkatan
pendapatan daerah ini berorientasi pada maksimisasi pelayanan kepada masyarakat
melalui peningkatan pendapatan diharapkan, pelayanan juga akan meningkat karena
menyiapkan fasilitas pelayanan memerlukan dana.
Berhasil tidaknya pembangunan di suatu daerah dalam meningkatkan
pelayanannya kepada masyarakat dan tumbuh secara berkelanjutan sangat
tergantung pada pengelolaan sumber daya yang dimiliki dan kualitas sumber daya
manusianya dalam mengelola. Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas
berperan menjalankan aktivitas pembangunan dan pelayanan bagi publik serta
pemberdayaan potensi-potensi daerah dalam mencapai tujuannya.
Dalam pemerintahan sendiri sejak adanya Tap MPR No. XV/MPR/1998
tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah dan disusul dengan dikeluarkannya
Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang
No. 25 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah merupakan cikal bakal
dimulainya penerapan otonomi daerah (Otda) yang kemudian sempat menjadi isu
hangat dan perdebatan pro dan kontra. Otda sendiri bertujuan memberdayakan
daerah untuk berusaha mengelola sumber dayanya berdasarkan prioritas dan
potensi yang dimilikinya. Karena pengelolaan keuangan daerah berada pada
pemerintah daerah sendiri, perlu adanya sistem pengendalian yang efektif untuk
memastikan bahwa dana desentralisasi yang telah dipercayakan oleh pusat kepada
1
daerah telah dikelola secara transparan, ekonomis, efisien, dan efektif. Beberapa hal
yang bisa digunakan untuk optimalisasi pengelolaan keuangan daerah ini adalah
anggaran yang terbuka bagi masyarakat, sistem akuntansi (selama ini menggunakan
cash accounting, berbasis kas), dan pemeriksaan (auditing) yang harus menjadi
perhatian utama agar pengelolaan keuangan yang baik dapat dilakukan.
Pemeriksaan atau auditing dapat dibedakan atas tiga bagian utama yaitu,
financial audit, internal audit dan manajemen audit. Financial audit berhubungan
dengan pemeriksaan kewajaran laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi
yang berlaku umum dan umumnya dilakukan oleh auditor ekstern, pada
pemerintahan ini dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang merupakan
lembaga tinggi negara. Internal audit berhubungan dengan pengendalian manajemen
dengan tujuan utama untuk melindungi harta perusahaan dan dilakukan oleh internal
auditor dalam perusahaan, sedangkan dalam pemerintahan dilakukan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan Pembangunan (BPKP). Sedangkan manajemen audit
menekankan pada pemeriksaan dalam pencapaian efisiensi, efektifitas dan ekonomis
suatu unit usaha atau departemen dalam pemerintahan.
1.2. Tujuan Penulisan
Tujuan konsep teori yang diambil dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui definisi audit kinerja (performance audit)
2. Mengetahui pentingnya audit kinerja
3. Mengetahui tujuan audit kinerja
4. Mengetahui jenis-jenis audit kinerja
5. Mengetahui istilah-istilah yang digunakan dalam audit kinerja
6. Mengetahui manfaat audit kinerja
7. Menganalisis audit kinerja untuk akuntabilitas public
8. Mengetahui definisi manajemen audit
9. Menganalisis keterkaitan audit kinerja dengan manajemen kinerja
10. Mengidentifikasi karakteristik audit kinerja
11. Menganalisis proses dan tahapan audit kinerja
12. Mengetahui peran auditor dalam audit kinerja
2
Tujuan dalam pembahasan makalah ini adalah :
1. Audit dalam pemerintahan
2. Audit ekonomi dan efisiensi
3. Audit efektifitas
4. Audit pemerintah daerah
3
BAB II
PERMASALAHAN
Dengan adanya Otonomi Daerah, maka pengelolaan keuangan daerah berada
pada pemerintah daerah sendiri, di mana perlu adanya sistem pemeriksaan yang
efektif untuk memastikan bahwa dana desentralisasi yang telah dipercayakan oleh
pusat kepada daerah telah dikelola secara transparan. Sistem pemeriksaan yang
efektif, tidak hanya yang konvensional tetapi juga 3E audit yaitu audit ekonomi,
efisiensi dan efektivitas. Audit kinerja atau performance audit terhadap sektor
pemerintah dapat membantu masyarakat dalam mengetahui kinerja yang lebih
lengkap dari organisasi pemerintah (PEMDA).
Berdasarkan pemahaman diatas, yang menjadi permasalahan yaitu : “Apakah
dengan audit performance bisa meningkatkan kinerja pemerintah daerah khususnya
dari segi efisiensi”. Sehingga dari pokok permasalahan ini diangkat judul
“Optimalisasi kinerja pemerintah daerah melalui audit performance”.
BAB III
4
KONSEP TEORI
3.1. Definis Audit Kinerja (Performance Audit)
Secara etimologi, audit kinerja terdiri atas dua kata, yaitu “audit” dan “kinerja”.
Audit menurut Arens adalah kegiatan mengumpulkan dan mengevaluasi terhadap
bukti-bukti yang dilakukan oleh yang kompeten dan independen untuk menentukan
dan melaporkan tingkat kesesuaian antara kondisi yang ditemukan dan kriteria yang
ditetapkan. Sedangkan menurut Stephen P Robbins, kinerja merupakan hasil evaluasi
terhadap pekerjaan yang telah dilakukan dibandingkan dengan kriteria yang telah
ditetapkan bersama. Di pihak lain. Ayuha menjelaskan, “Perfomance is the way of job
or task is done by an individual, a group of organization”. Dari kedua definisi tersebut,
terlihat bahwa istilah kinerja mengarah pada dua hal yaitu proses dan hasil yang
dicapai.
Definisi yang cukup komprehensif diberikan oleh Malan, Fountain,
Arrowsmith, dan Lockridge (1984), sebagai berikut : “Perfomance auditing is a
systematic process of objectively obtaining dan evaluating evidence regarding the
performance of an organization, program, function, or activity. Evaluation is made in
terms of its economy and efficiency of operations, effectiveness in achieving of desire
results, and compliance with relevan policies, law, and regulations, for the purposes
of ascertaining the degree of correspondence between performance and established
criteria and communicating the results to interest the users. The performance audit
function provides an independent, third-party review of management’s performance
and the degree to which the perfomanced of audited entity meets pre-stated
expectation”. [“Audit kinerja merupakan suatu proses sistematis dalam mendapatkan
dan mengevaluasi bukti yang secara objektif atas suatu kinerja organisasi, program,
fungsi, atau kegiatan. Evaluasi dilakukan bedasarkan aspek ekonomi dan efisiensi
operasi, efektivitas dalam mencapai hasil yang diinginkan, serta kepatuhan terhadap
peraturan, hukum, dan kebijakan yang terkait. Tujuan dari evaluasi adalah untuk
mengetahui tingkat keterkaitan antara kinerja dan kriteria yang ditetapkan serta
mengomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Fungsi dari
audit kinerja ialah memberikan review dari pihak ketiga atas kinerja manajemen dan
menilai apakah kinerja organisasi dapat memenuhi harapan.”]
5
Selanjutnya, Pasal 4 ayat (3) UU No 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, mendefinisikan audit kinerja
sebagai audit atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri atas pemeriksaan aspek
ekonomi dan efisiensi serta pemeriksaan aspek efektivitas.
Berdasarkan PP No. 60 Tahun 2008 tentang SPIP mendefinisikan audit kinerja
sebagai audit atas pengelolaan keuangan negara dan pelaksanaan tugas dan fungsi
instansi pemerintah yang terdiri atas aspek kehematan, efisiensi, dan efektivitas.
Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa audit kinerja adalah
audit yang dilakukan secara objektif dan sistematis terhadap berbagai bukti untuk
menilai kinerja entitas yang diaudit dalam hal ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.
3.2. Pentingnya Audit Kinerja
a. Pemerintah
Bagi pemerintah, audit kinerja dapat menjadi ukuran penilaian dan perbaikan
atas 3E (ekonomi, efektivitas, dan efisiensi) dari program kegiatan pemerintah
dan pelayanan publik.
b. Legislatif & Masyarakat
Memberikan informasi independen apakah uang negara digunakan secara 3E
serta mendukung pengawasan dan pengambilan keputusan oleh legislatif.
c. BPK
Melakukan peningkatkan kematangan organisasi dan nilai BPK di masyarakat,
meningkatkan motivasi pemeriksa, dan mendorong kreativitas dan pembelajaran.
Lebih lanjut, audit sektor publik tidak hanya memeriksa serta menilai
kewajaran laporan keuangan sektor publik, tetapi juga menilai ketaatan aparatur
pemerintahan terhadap undang-undang dan peraturan yang berlaku. Disamping itu,
audit sektor publik juga memeriksa dan menilai sifat-sifat hemat (ekonomis), efisien
serta keefektifan dari semua pekerjaan, pelayanan atau program yang dilakukan
pemerintah. Dengan demikian, bila kualitas audit kinerja sektor publik rendah, akan
mengakibatkan risiko tuntutan hukum (legitimasi) terhadap pejabat pemerintah dan
akan muncul kecurangan, korupsi, kolusi serta berbagai ketidakberesan. Sehubungan
dengan itulah, audit kinerja memegang peran yang sangat esensial dalam suatu
organisasi atau lembaga yang berkaitan dengan dana masyarakat.
6
3.3. Tujuan Audit Kinerja
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) menyatakan bahwa audit
kinerja mencakup tujuan yang luas dan bervariasi, termasuk tujuan yang berkaitan
dengan penilaian hasil dan efektivitas program, ekonomi dan efisiensi, pengendalian
internal, ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta
bagaimana cara untuk meningkatkan efektivitas.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa tujuan dasar dari audit kinerja ialah menilai
suatu kinerja suatu organisasi, program, atau kegiatan yang meliputi audit atas aspek
ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Audit kinerja (performance audit) merupakan
perluasan atas audit laporan keuangan atas prosedur dan tujuan.
3.4. Jenis-jenis Audit Kinerja
Audit yang dilakukan dalam audit kinerja meliputi audit ekonomi, audit
efisiensi dan audit efektivitas. Audit ekonomi dan audit efisiensi disebut management
audit atau operational audit, sedangkan audit efektivitas disebut program audit.
a. Audit Ekonomi
Konsep yang pertama dalam pengelolaan organisasi sektor publik ialah ekonomi,
yang berarti pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada
harga yang terendah. Ekonomi merupakan perbandingan antara input dan input
value yang dinyatakan dalam satuan moneter. Ekonomi terkait dengan sejauh
mana organisasi sector publik dapat meminimalisir input resource yang
digunakan, yaitu dengan menghindari pengeluaran yang boros dan tidak
produktif.
b. Audit Efisiensi
Konsep kedua dalam manajemen organisasi sector publik ialah efisiensi, yaitu
pencapaian output yang maksimal dengan input tertentu atau dengan
penggunaan input yang terendah untuk mencapai output tertentu. Efisiensi
merupkan perbandingan input/output yang dikaitkan dengan standar kinerja
atau target yang telah ditetapkan.
Dapat disimpulkan bahwa ekonomi memiliki arti biaya terendah, sedangkan
efisiensi mengacu pada rasio terbaik antara output dan biaya (input). Ini
7
dikarenakan keduanya diukur dalam unit yang berbeda, maka efisiensi dapat
terwujud ketika dengan sumber daya yang ada dapat dicapai output yang
maksimal atau output tertentu dapat dicapai dengan sumber daya yang sekecil-
kecilnya.
Audit ekonomi dan efisiensi bertujuan untuk menentukan suatu entitas telah
memperoleh, melindungi, menggunakan sumber dayanya secara ekonomis, dan
efisien. Selain itu, juga bertujuan untuk menentukan dan mengidentifikasi
penyebab terjadinya praktik-praktik yang tidak ekonomis dan efisien, termasuk
ketidakmampuan organisasi untuk mengelola sistem informasi, administrasi, dan
struktur organisasi.
Menurut The General Accounting Office Standards (1994), beberapa hal yang
perlu dipertimbangkan dalam audit ekonomi dan efisiensi, yaitu dengan
mempertimbangkan apakah entitas yang diaudit telah: (1) mengikuti ketentuan
pelaksanaan pengadaan yang sehat; (2) melakukan pengadaan sumber daya
(jenis, mutu dan jumlah) sesuai dengan kebutuhan pada biaya terendah; (3)
melindungi dan memelihara semua sumber daya yang ada secara memadai; (4)
menghindari duplikasi pekerjaan atau kegiatan yang tanpa tujuan atau kurang
jelas tujuannya; (5) menghindari adanya pengangguran sumber daya atau jumlah
pegawai yang berlebihan; (6) menggunakan prosedur kerja yang efisien; (7)
menggunakan sumber daya (staf, peralatan dan fasilitas) yang minimum dalam
menghasilkan atau menyerahkan barang/jasa dengan kuantitas dan kualitas yang
tepat; (8) mematuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan perolehan, pemeliharaan dan penggunaan sumber daya negara; (9)
melaporkan ukuran yang sah dan dapat dipertanggungjawabkan mengenai
kehematan dan efisiensi (Mardiasmo, 2002). Untuk dapat mengetahui apakah
organisasi telah menghasilkan output yang optimal dengan sumber daya yang
dimilikinya, auditor dapat membandingkan output yang telah dicapai pada
periode yang bersangkutan dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya,
kinerja tahun-tahunsebelumnya dan unit lain pada organisasi yang sama atau
pada organisasi yang berbeda.
c. Audit Efektifitas
8
Konsep yang ketiga dalam pengelolaan organisasi sektor publik adalah efektivitas.
Efektivitas berarti tingkat pencapaian hasil program dengan target yang
ditetapkan. Efektivitas merupakan perbandingan antara outcome dengan output.
Outcome seringkali dikaitkan dengan tujuan (objectives) atau target yang hendak
dicapai. Jadi dapat dikatakan bahwa efektivitas berkaitan dengan pencapaian
tujuan. Sedangkan menurut Audit Commission (1986) disebutkan bahwa
efektivitas berarti menyediakan jasa-jasa yang benar sehingga memungkinkan
pihak yang berwenang untuk mengimplementasikan kebijakan dan tujuannya.
Audit efektivitas bertujuan untuk menentukan tingkat pencapaian hasil atau
manfaat yang diinginkan, kesesuaian hasil dengan tujuan yang ditetapkan
sebelumnya dan menentukan apakah entitas yang diaudit telah
mempertimbangkan alternatif lain yang memberikan hasil yang sama dengan
biaya yang paling rendah. Secara lebih rinci, tujuan pelaksanaan audit efektivitas
atau audit program adalah dalam rangka: (1) menilai tujuan program, baik yang
baru maupun yang sudah berjalan, apakah sudah memadai dan tepat; (2)
menentukan tingkat pencapaian hasil suatu program yang diinginkan; (3) menilai
efektivitas program dan atau unsur-unsur program secara terpisah; (4)
mengidentifikasi faktor yang menghambat pelaksanaan kinerja yang baik dan
memuaskan; (5) menentukan apakah manajemen telah mempertimbangkan
alternatif untuk melaksanakan program yang mungkin dapat memberikan hasil
yang lebih baik dan dengan biaya yang lebih rendah; (6) menentukan apakah
program tersebut saling melengkapi, tumpang-tindih atau bertentangan dengan
program lain yang terkait; (7) mengidentifikasi cara untuk dapat melaksanakan
program tersebut dengan lebih baik; (8) menilai ketaatan terhadap peraturan
perundangundangan yang berlaku untuk program tersebut; (9) menilai apakah
sistem pengendalian manajemen sudah cukup memadai untuk mengukur,
melaporkan dan memantau tingkat efektivitas program; (10) menentukan apakah
manajemen telah melaporkan ukuran yang sah dan dapat dipertanggungjawabkan
mengenai efektivitas program. Efektivitas berkenaan dengan dampak suatu
output bagi pengguna jasa. Untuk mengukur efektivitas suatu kegiatan harus
didasarkan pada kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika hal ini belum
tersedia, auditor bekerja sama dengan manajemen puncak dan badan pembuat
9
keputusan untuk menghasilkan kriteria tersebut dengan berpedoman pada tujuan
pelaksanaan suatu program. Meskipun efektivitas suatu program tidak dapat
diukur secara langsung, ada beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk
mengevaluasi pelaksanaan suatu program, yaitu mengukur dampak atau
pengaruh evaluasi oleh konsumen dan evaluasi yang menitikberatkan pada
proses, bukan pada hasil. Tingkat komplain dan tingkat permintaan dari pengguna
jasa dapat dijadikan sebagai pengukuran standar kinerja yang sederhana untuk
berbagai jasa. Evaluasi terhadap pelaksanaan suatu program hendaknya
mempertimbangkan apakah program tersebut relevan atau realistis, apakah ada
pengaruh dari program tersebut, apakah program telah mencapai tujuan yang
telah ditetapkan dan apakah ada cara-cara yang lebih baik dalam mencapai hasil.
3.5. Istilah-istilah Yang Digunakan Dalam Audit Kinerja
Ada istilah umum yang digunakan dalam audit kinerja, di antaranya
performance audit dan Value For Money (VFM) audit. VFM audit mengacu pada
penilaian apakah manfaat yang dihasilkan oleh suatu program lebih besar dari biaya
yang dikeluarkan atau masih mungkinkah melakukan pengeluaran dengan bijak.
Istilah VFM audit banyak digunakan di Kanada dan negara persemakmurannya.
Secara internasional, performance audit ialah istilah resmi yang digunakaan kalangan
INTOSAI.
Istilah yang juga sering dijumpai ialah audit manajemen, audit operasional,
atau audit ekonomi dan efisiensi. Istilah ini digunakan untuk menilai dalam aspek
ekonomi dan efisiensi dari pengelolaan organisasi. Istilah lain ialah audit program
atau audit efektivitas yang ditujukan untuk menilai manfaat atau pencapaian suatu
program. Gabungan antara audit manajemen atau operasional dan audit program
merupakan audit kinerja.
Audit kinerja terkait erat dengan konsep akuntabilitas yang dikenal dengan
istilah akuntabilitas kinerja. Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah antara lain
diatur melalui Inpres No.7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (AKIP).
Beberapa istilah yang sering dikaitkan dalam konteks audit kinerja adalah
10
1. Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai pencapaian, prestasi atau
unjuk kerja dari instansi pemerintah
2. Indikator kinerja (performance indicator) adalah deskripsi kuantitatif atau
kualitatif terhadap tercapaiannya kinerja. Indikator kinerja dapat digunakan
sebagai salah satu alat untuk menilai dan melihat perkembangan yang dicapai
selama jangka waktu terterntu.
3. Indikator kinerja kunci (key performance indicator) adalah indikator kinerja yang
memiliki fokus pada aspek kinerja yang penting bagi keberhasilan organisasi.
4. Efisiensi berkaitan dengan hubungan antara input yang digunakan untuk
menghasilkan output. Efisiensi lazimnya dinyatakan dalam bentuk indeks, rasio,
unit, atau bentuk lainnya (misalnya: dalam bentuk perbandingan). Secara umum
efisiensi berkaitan dengan produktivitas.
5. Efektivitas berkaitan dengan pencapaian hasil (outcome) yang ditetapkan telah
dicapai dengan output. Output sektor publik umumnya adalah jasa berupa
layanan terhadap masyarakat. Output dikatakan efektif jika memberi pengaruh
sesuai yang diharapkan.
3.6. Manfaat Audit Kinerja
a. Peningkatan Kinerja
1. Mengidentifikasi Masalah dan Alternatif Penyelesaiannya
Auditor sebagai pihak independen dapat memberi pandangan kepada
manajemen untuk melihat permasalahan secara lebih detail dari sisi
operasional. Sehubungan dengan itu, auditor dapat melakukan diskusi dengan
orang-orang yang bergelut dalam operasional dan menginformasikan hal
tersebut kepada manajemen
2. Mengidentifikasi Sebab-sebab Aktual dari Suatu Masalah Yang Dapat Dihadapi
oleh Kebijaksanaan Manajemen atau Tindakan Lainnya.
Auditor harus dapat menetapkan masalah yang aktual dan solusi untuk
mengatasinya. Auditor sebaiknya tidak memberi rekomendasi atau usulan bila
ia tidak dapat membantu proses rekomendasi tersebut.
3. Mengidentifikasi Peluang dan Kemungkinan untuk Mengatasi Keborosan dan
Ketidakefisienan.
11
Pengurangan biaya merupakan hal yang penting dalam audit kinerja. Namun,
penghematan biaya dapat menjadi suatu hal yang besar dalam jangka waktu
yang panjang. Biaya harus berada pada tingkat yang tepat dan jika perlu
melakukan pemotongan. Keputusan mengurangi biaya haruslah
mempertimbangankan dampaknya bagi kegiatan operasional.
4. Mengidentifikasi Kriteria untuk Menilai Pencapaian Tujuan Organisasi
Pada situasi tertentu, kriteria tidak ada. Oleh sebab itu, auditor dapat
membantu manajemen dalam membangun kriteria itu.
5. Melakukan Evaluasi atas Sistem Pengendalian Internal
Auditor harus menentukan apakah mekanisme telah menyediakan informasi
tentang efektivan operasional, yaitu: (1). Apakah ada perbedaan tingkat
kedalaman atau detail laporan; (2). Apakah ada informasi yang belum
disajikan dalam laporan; (3). Apakah indikator kerja telah dipertimbangkan
dalam penyusunan laporan.
6. Menyediakan Jalur Komunikasi antara Tataran Operasional dan Manajemen
Audit kerja dapat menjadi sarana untuk menyampaikan permasalahan yang
tidak dapat tersalurkan melalui struktur komunikasi yang telah disususun
organisasi tersebut.
7. Melaporkan Ketidakberesan
Audit kerja dapat menjadi sarana untuk menyampaikan kepada manajemen
setiap penyimpangan yang terjadi sehingga kerugian dan dampak yang lebih
besar dapat diatasi.
b. Peningkatan Akuntabilitas Publik
Pada sektor publik, audit kinerja dilakukan untuk meningkatkan akuntabilitas
berupa perbaikan pertanggungjawaban manajemen kepada lembaga perwakilan,
pengembangan bentuk-bentuk laporan akuntabilitas; perbaikan indikator kinerja,
perbaikan perbandingan pekerja antara organisasi sejenis yang diperiksa, serta
penyajian informasi yang jelas dan informatif. Perubahan dan perbaikan dapat
terjadi karena temuan atau rekomendasi audit. Umumnya, rekomendasi dapat
menjadi kunci atas perubahan dan perbaikan. Oleh sebab itu, penyusunan
rekomendasi yang baik perlu diperhatikan.
12
3.7. Audit Kinerja Untuk Akuntabilitas Publik
Akuntabilitas publik meliputi : 1. Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas
hukum (accountability for probity and legality) 2. Akuntabilitas proses (process
accountability) 3. Akuntabilitas program (program accountability) 4. Akuntabilitas
kebijakan (policy accountability) Akuntabilitas Publik tidak bisa dipisahkan dari
prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance). Salah satu
tata kelola yang baik ialah dengan adanya kinerja yang baik. Kinerja inilah dapat
diidentifikasi dan dievaluasi melalui audit kinerja. Oleh sebab itu, audit kinerja sangat
diperlukan dalam akuntabilitas publik, terutama dalam hal menilai tingkat
keberhasilan kinerja suatu kementerian atau lembaga pemerintah dan memastikan
sesuai atau tidaknya sasaran kegiatan yang menggunakan anggaran dan transparansi
dalam pelaksanaannya.
Pada sektor publik, audit kinerja dilakukan untuk meningkatkan akuntabilitas
berupa peningkatan pertanggungjawaban manajemen kepada lembaga perwakilan,
pengembangan bentuk-bentuk laporan akuntabilitas, perbaikan indikator kinerja,
perbaikan perbandingan kinerja antara organisasi sejenis yang diperiksa, serta
penyajian informasi yang lebih jelas dan normatif.
3.8. Pengertian Manajemen Audit
Manajemen audit dalam aplikasi praktisnya sering menggunakan istilah yang
berbeda seperti operational audit, value for money audit, comprehensive audit,
performance audit, dan system audit. Dari segi pengertian perbedaan istilah tersebut
tidak jelas dan sering digunakan secara bergantian. Karena dari segi tujuannya
semuanya mengarah pada kinerja atau performance manajer yang diukur dari segi
efektivitas, efisiensi, dan ekonomis. Tetapi ada juga yang membedakan pengertian
dari masing-masing istilah tersebut sebagai berikut :
Menurut kamus Akuntansi karangan Syahrul, SE dan Muh. Afdi Nizar, SE (2000),
Manajemen Audit adalah :
“ Pengujian dan penilaian efesiensi dan efektifitas manajemen dalam pelaksanaan
aktivitas-aktivitasnya. Cakupan pemeriksaan meliputi sifat dan kualitas keputusan
manajemen, hasil operasi yang telah dicapai dan risiko yang ditanggung”.
Sedangkan pengertian operasional audit dinyatakan sebagai :
13
“Suatu penilaian atau evaluasi terhadap kinerja manajemen dan sesuai dengan
kebijakan dan anggaran. Analisa organisasi yang dilakukan meliputi penilaian
struktur, kontrol, prosedur, dan proses. Tujuannya adalah menilai efektvitas dan
efisiensi suatu bagian, aktivitas, atau operasi suatu badan usaha dalam memenuhi
tujuan-tujuan organisasi”.
Masih menurut Kamus Akuntansi, performance audit (audit kinerja)
didefenisikan sebagai berikut :
“Penilaian tentang bagaimana suatu aktivitas tertentu melaksanakan kebijakan dan
prosedur perusahaan. Penilaian tersebut meliputi aktivitas dalam suatu departemen,
bagian, atau wilayah tertentu. Pemeriksaan kinerja bisa menjadi suatu kajian/
penilaian tentang
suatu program untuk meamastikan bahwa program-program tersebut memenuhi
tujuan-tujuannya”.
Menurut Amin Widjaja Tunggal (hal.5), Manajemen Audit adalah :
“Suatu proses yang sistematis dari penilaian efektifitas, efesiensi dan ekonomisasi
suatu organisasi yang dibawah pengendalian manajemen dan melaporkan kepada
orang yang tepat hasil dari penilaian beserta rekomendasi untuk perbaikan”.
Sedangkan pengertian manajemen audit, operasional audit dan comprehensive audit
seperti yang dikutip oleh Amin W. T. dari Management, operational, and
comprehensive auditing : Extending Traditional Boundaries, CA Magazine (Juni 1982,
p. 52) dan diterjemahkan sebagai berikut : pemeriksaan manajemen adalah sistem
penilaian manajemen perusahaan, apakah sistem tersebut beroperasi secara efektif
dan risiko apa yang mungkin timbul apabila sistem tersebut tidak beroperasi secara
efisien. Untuk operasional audit dijelaskan bahwa dalam kerangka yang sama dengan
manajemen audit, kecuali bahwa operasional audit lebih berlaku terhadap sistem
operasi perusahaan daripada sistem manajemennya. Sedangkan comprehensif audit
dikatakan mencakup penilaian manajemen, operasi, pengendalian finansial dan
sistem akuntansi untuk menentukan apakah pengendalian dan mekanisme
akuntabilitas telah memadai dan dapat dipertanggungjawabkan kepada pemegang
sahamnya. Sedangkan Boynton and Kell (p.846) mendefenisikan operasional audit
sebagai berikut :
14
“Operational audit has been used in the past to identify a variety of activities that
include evaluating management ‘s performance, management’s planning and quality
control system, and specific operating activities and department”.
Menurut IIA (International of Institute Auditors) opersional audit adalah :
“is systematic process of evaluating an organization’s effectiveness, efficiency, and
economy of operation under management’s control and reporting to appropriate
persons the results of the evaluation along with recommendations for improvement”.
Dari pengertian-pengertian di atas walaupun didefenisikan dengan istilah
yang berbeda-beda tetapi pada tujuannya adalah selalu mengarah kepada evaluasi
performance manajer (3E).
Istilah-istilah tersebut sering digunakan bergantian dengan tujuan yang sama
yaitu menggambarkan perbandingan antara kegiatan manajemen dalam operasional
perusahaannya dan evaluasi operational dan kembali selalu mengarah ke
performance manajemen.
Khusus dalam bidang pemerintahan audit hanya diarahkan kepada financial
audit dan performance audit. Ini didukung oleh Boynton dan Kell (p.852) bahwa jenis
dari “government audits”, pertama adalah „finacial audit meliputi audit laporan‟
keuangan dan yang berhubungan dengan laporan keuangan seperti anggaran,
kepatuhan penggunaan dana, pengendalian intern yang bertujuan untuk melaporkan
dan mengamankan keuangan. Kedua adalah „performance audit meliputi ekonomi,‟
efisiensi dan efektifitas yang disebut juga sebagi program audits karena berhubungan
dengan tujuan yang ingin dicapai, efektivitas organisasi, program, akctivitas atau
fungsi yang berhubungan dengan hukum atau peraturan yang dimasukkan dalam
program.
Senada dengan Boynton dan Kell, Mardiasmo mengemukakan bahwa bukan
hanya financial dan compliance audit yang perlu dilakukan tetapi juga „performance
audit (audit kinerja) yang dibahasakan sama dengan operasional audit atau‟
manajemen audit dan efektivitas audit disebut juga sebagai „program audit tetapi‟
dimasukkan sebagai bagian dari performance audit dengan istilah “value for money”
audit.
15
Tujuan dari performance audit adalah untuk menjamin pertanggungjawaban
publik oleh lembaga-lembaga pemerintah sehingga perlu sistem pemeriksaan tidak
hanya yang „conventional audit tetapi juga 3E audit. ‟
3.9. Keterkaitan Audit Kinerja Dengan Manajemen Kinerja
Audit kinerja dapat dilaksanakan oleh pihak auditor internal atau auditor
eksternal yang profesional dan kompeten sehingga menjamin objektivitas hasil audit.
Dalam melaksanakan audit kinerja penting bagi auditor untuk memiliki pengetahuan
yang memadai tentang pengelolaan terhadap hasil-hasil, khususnya sistem
perencanaan, penganggaran dan sistem pengindikator kinerja yang dimiliki atau
melekat pada suatu instansi pemerintah, yang mana informasi ini dipegang oleh
manajemen keuangan.
Pendekatan auditor pada bagian ini bertujuan untuk memperoleh dokumen
yang mencukupi untuk memeriksa peraturan dasar organisasi dan memahami
sejarah serta kondisi operasi sekarang. Auditor seharusnya mengenal struktur
organisasi, sistem pengendalian, laporan keuangan, sistem informasi, pegawai dan
pelaksanaan adminsistratif .
Mendekati akhir pendekatan ini, auditor seharusnya memperoleh informasi
mengenai hukum yang terkait, pernyataan kebijakan, dokumen dan catatan
penelitian terdahulu, laporan audit sebelumnya, dan studi lain yang dilakukan oleh
departemen. Auditor harus memperoleh gambaran mengenai informasi dasar yang
berkaitan organisasi dengan mendapatkan bagan organisasi, uraian tertulis, serta
bagan alir dari proses kerja dan sistem informasi. Auditor juga harus memperoleh
informasi mengenai kebijakan dan prosedur administrasi dan personalia, serta
mengindentifikasi dan memperoleh prosedur operasi.
3.10. Karakteristik Audit Kinerja
Karakteristik audit kinerja adalah sesuatu yang hanya dimiliki oleh audit
kinerja yang membedakan audit kinerja dengan jenis audit lainnya . Berikut ini
adalah beberapa karakteristik dari audit kinerja:
1. Audit kinerja berusaha mencari jawaban atas dua pertanyaan dasar berikut :
a. Apakah sesuatu yang benar telah dilakukan (doing the right things )?
16
b. Apakah sesuatu telah dilakukan dengan cara yang benar (doing the things
right)? Pertanyaan pertama ditujukan terutama bagi pembuat kebijakan.
Tujuannya adalah untuk mengevaluasi apakah kebijakan telah diputuskan dengan
tepat. Pertanyaan kedua ditujukan untuk mengetahui sejauh mana kebijakan yang
diambil telah diterapkan dengan benar atau apakah kebijakan tersebut telah
dilaksanakan dengan cara-cara yang memadai. Kedua pertanyaan tersebut
merupakan makna dari efektivitas dan efisiensi tidak selalu berbanding lurus.
Suatu kegiatan yang telah dilakukan secara efektif belum tentu berarti bahwa
kegiatan itu telah dilakukan secara efisien, demikian juga sebaliknya.
2. Proses audit kinerja dapat dihentikan apabila pengujian terinci dinilai tidak akan
memberikan nilai tambah yang signifikan bagi perbaikan manajemen atau kondisi
internal lembaga audit dinilai tidak mampu untuk melaksankan pengujian terinci.
Profesor Soemardjo Tjitrosidojo (1980) memberikan karakteristik audit kinerja
sebagai berikut :
a. Pemeriksaan operasional dengan menggunakan perbandingan dengan cara
pemeriksaan oleh dokter haruslah merupakan pemeriksaan semacam “medical
check up”, (penelitian kesehatan) dan bukan merupakan pemeriksaan semacam
“otopsi post mortem”(pemeriksaan mayat). Jadi, pemeriksaan seharusnya
dimaksudkan agar si pasien memperoleh petunjuk agar ia selanjutnya dapat
hidup lebih sehat dan bukan sebagai pemeriksaan untuk menganalisis sebab-
sebab kematian mayat.
b. Pemeriksa haruslah wajar (fair), objektif dan realities, mengingat bahwa ia harus
dapat menjangkau hari depan organisasi yang diperiksanya. Ia harus dapat
berpikir secara dinamis, konstruktif, dan kreatif, :mengingat bahwa dalam
tugasnya ia harus berhadapan dengan banyak orang yang sifat serta tingkah
lakunya beranekaragam. Ia harus dapat bertindak seccara diplomatis seterusnya
ia haruslah sensitif dalam menghadapi masalah-masalah yang pelik dalam tugas
serta tangguh untuk tetap bertekad meneruskan suatu penyelidikan sampai
akhirnya berhasil.
c. Pemeriksa (atau setidak-tidaknya tim pemeriksa secara kolektif ) harus
mempunyai pengetahuan dan ketrampilan dari berbagai macam bidang seperti
ekonomi, hukum, moneter, statistik, komputer, keinsinyuran, dan sebagainya .
17
d. Agar pemeriksaan dapat berhasil dengan baik, pemeriksa harus dapat berpikir
dengan menggunakan sudut pandangan pejabat pimpinan organisasi yang
diperiksanya. Ia harus mendapat dukungan dari pimpinan tertinggi, pemeriksa
harus benar-benar mengetahui persoalan yang dihadapinya, dapat mengantisipasi
masalah serta cara penyelesaiannya, dan memberikan gambaran tentang
perbaikan-perbaikan yang dapat diterapakan dalam organisasi yang diperiksa.
e. Pemeriksaan operasional harus dapat berfungsi sebagai suatu”early warning
system” (sistem peringatan dini) agar pimpinan secara tepat pada waktunya,
setidak-tidaknya sebelum terlambat dapat mengadakan tindakan-tindakan
korektif yang mengarah kepada perbaikan organisasinya
Karakteristik diatas sangat relevan dengan konsep audit kinerja sebagai audit for
management bukan audit to management. Dalam audit for management, auditor
harus memberikan rekomendasi perbaikan bagi manajemen sebagai upaya
peningkatan akuntabilitas dan kinerja entitas yang diaudit.
3.11. Proses dan Tahapan Audit Kinerja
1. Proses Audit
Secara umum, proses audit kinerja memiliki sistematika:
1. Struktur audit kinerja
2. Tahapan audit kinerja
3. Kriteria atau indikator yang menjadi tolok ukur audit kinerja.
Struktur Audit Kinerja
Pada dasarya, struktur audit adalah sama, hal yg membedakan adalah spesific
tasks pada tiap tahap audit yg menggambarkan kebutuhan dari masing-masing
audit.
Secara umum, struktur audit kinerja terdiri atas: a) Tahap-tahap audit b) Elemen
masing-masing tahap audit C)Tujuan umum masing-masing elemen dan d) Tugas-
tugas yang diperlukan utuk mencapai setiap tujuan.
Tahapan Audit Kinerja
Audit kinerja merupakan perluasan dari audit keuangan dalam hal tujuan dan
prosedurya. Berdasarkan kerangka umum struktur audit di atas, dapat
dikembangkan struktur audit kinerja yang terdiri atas: a). Tahap pengenalan dan
18
perencanaan (familiarization and planning phase) b). Tahap pengauditan (audit
phase) c). Tahap pelaporan (reporting phase) d). Tahap penindaklanjutan (follow-
up phase)
a. Tahap pengenalan dan perencanaan, yaitu :
- Survei pendahuluan
Survei pendahuluan, bertujuan untuk menghasilkan research plan yang
detail yg dapat membantu auditor dalam mengukur kinerja
Auditor akan berupaya untuk memperoleh gambaran yang akurat tentang
lingkungan organisasi yang diaudit, terutama berkaitan dengan:
1. Struktur dan operasi organisasi
2. Lingkungan manajemen
3. Kebijakan, standar, dan prosedur kerja
Deskripsi yang akurat tentang lingkungan organisasi yang diaudit akan
membantu auditor untuk menentukan tujuan audit dan rencana audit
secara detail, memanfaatkan sumber daya yang ada untuk berbagai hal
yang bersifat material, mendesain tugas secara efisien dan menghindari
kesalahan.
- Review SPM
Review SPM, bertujuan untuk mengembangkan temuan berdasarkan
perbandingan antara kinerja dan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Pada audit keuangan, audit dimulai dengan review dan evaluasi terhadap
SPI terutama yang berkaitan dengan prosedur akuntansinya. Pada audit
kinerja, auditor harus menelaah SPM untuk menemukan kelemahan
pengendalian yang signifikan agar menjadi perhatian manajemen dan
untuk luas, sifat dan waktu pekerjaan pemeriksaan berikutnya
SPM memberikan gambaran tentang metoda dan prosedur yg digunakan
oleh organisasi untuk mengendalikan kinerjanya. Pengendalian
manajemen bertujuan utk memastikan bahwa tujuan organisasi dicapai
secara ekonomis, efisien, dan sesuai dengan hukum dan peraturan yang
berlaku.
19
Tiga langkah prosedur audit yg dilakukan pada review sistem
pengendalian:
1. Menganalisis sistem manajemen organisasi
2. Membandingkannya dengan model yang ada.
3. Mencatat dugaan terhadap setiap ketidakcocokan/ketidaksesuaian
Kriteria penilaian yang digunakan untuk reliabilitas data dibagi dalam dua
area, yaitu:
1. Proses pengumpulan, perhitungan, dan pelaporan data
a. Prosedur yang ada didesain untuk memastikan fairness, dependability,
dan reliability data.
b. Terdapat pengendalian dalam proses pengumpulan dan penghitungan
data untuk memastikan integritas data.
c. Pengendalian yang telah ditetapkan sudah dijalankan.
d. Terdapat dokumentasi yang memadai untuk menentukan integritas data.
2. Kecukupan pelaporan data
a. Data yang dikumpulkan dan dihitung, dibuat dengan dasar yang
konsisten dengan tahun sebelumnya
b. Kewajaran dan reliabilitas data disajikan dengan kriteria tertentu
Audit pada tahap pengenalan dan perencanaan mempersiapkan dokumen:
1. Analitical memorandum berisi identifikasi kelemahan yang material
dalam sistem pengendalian manajemen dan pembuatan rekomendasi
untuk perbaikan atas kelemahan tersebut.
2. Planning memorandum dibuat berdasarkan hasil review sistem
pengendalian untuk menentukan sifat, luas, dan waktu pekerjaan audit
berikutnya.
Indikator kinerja dapat membantu pemakai laporan dalam menilai kinerja
organisasi yang diaudit. Penggunaan indikator kinerja untuk masing-
masing organisasi juga penting untuk mengantisipasi kemungkinan bahwa
ukuran kerja untuk suatu organisasi berbeda dengan ukuran kerja
organisasi lain.
b. Tahapan audit (audit phase) :
- Review hasil-hasil program
20
- Review ekonomi
- Review kepatuhan
Tahapan-tahapan dalam audit kinerja disusun untuk membantu auditor dalam
mencapai tujuan audit kinerja. Review hasil-hasil program akan membantu
auditor untuk mengetahui apakah entitas telah melakukan sesuatu yang
benar. Review ekonomi dan efisiensi akan mengarahkan auditor untuk
mengetahui apakah entitas telah melakukan sesuatu yang benar tadi secara
ekonomis dan efisien. Review kepatuhan akan membnatu auditor untuk
menentukan apakah entitas telah melakukan segala sesuatu dengan cara-cara
yang benar, sesuai aturan dan hukum yang berlaku. Dalam menjalankan
elemen-elemen tersebut, auditor juga harus memepertimbangkan biaya. Atas
dasar tersebut, setiap elemen harus dijalankan secara terpisah.
Secara lebih rinci, komponen audit terdiri dari
1. Identifikasi Lingkungan Manajemen
Auditor harus familiar dengan lingkungan manajemen klien untuk
memahami keterbatasan yang dihadapi organisasi. Oleh sebab itu, auditor
harus mengetahui secara akurat gambaran menyeluruh organisasi dari
perspektif hukum, organisasi, dan karyawan. Auditor mengumpulkan
informasi sehubungan dengan (a). Persyaratan hukum dan kinerja (b).
Gambaran organisasi (c). Sistem informasi dan pengendalian (d).
Pemahaman karyawan atas kebutuhan dan harapan.
2. Perencanaan dan Tujuan
Ini berkaitan dengan review atas proses penetapan rencana dan tujuan
organisasi. Auditor menguji keberadaan tujuan yang ditetapkan secara
jelas dan rencana-rencana untuk mencapai tujuan tersebut, serta
keterkaitan antara aktivitas yang dilakukan dengan kebutuhan dan tujuan
organisasi.
3. Struktur Organisasi
Komponen ini berkaitan dengan bagaimana sebuah unit diatur dan sumber
daya dialokasikan untuk mencapai tujuan organisasi. Struktur organisasi
menunjuk pada otoritas formal maupun informal dan tanggung jawab yang
terkait organisasi.
21
4. Kebijakan dan Praktik
Ini mengacu pada kebijakan yang berlaku umum yang merupakan
kesepakatan masyarakat yang diwakili lembaga legislatif, dan diformalkan
dalam peraturan administratif yang mengacu pada sejumlah aktivitas yang
harus dilaksanakan.
5. Sistem dan Prosedur
Ini merupakan rangkaian kegiatan atau aktivitas untuk menelaah struktur
pengendalian, efektivitas, ketepatan, logika, dan kebutuhan organisasi.
6. Pengendalian dan Metode
Berhubungan dengan pengendalian internal terutama accounting control
dan administrative control. Pengendalian akuntansi diperlukan untuk
menyusun rencana, metode, dan prosedur organisasi untuk menjaga
kekayaan perusahaan dan reabilitas data keuangan. Pengendalian
administrasi terdiri dari rencana, metoda, dan prosedur organisasi yang
berfokus pada efisiensi operasional, efektivitas organisasi, dan kepatuhan
terhadap kebijakan manajemen serta ketentuan yang berlaku.
7. Sumber Daya Manusia dan Lingkungan Fisik
Ini berkaitan dengan sikap karyawan, dokumentasi tentang berbagai
aktivitas, dan kondisi fisik pekerjaan
8. Praktik Pengelolaan Staf
Komponen ini mengacu pada metode prosedur yang digunakan untuk
melindungi sumber daya manusia yang digunakan untuk mencapai tujuan
organisasi, metode dan prosedur yang mengatur administrasi penggajian,
metode dan prosedur untuk menilai kinerja karyawan, kebijakan dan
prosedur pelatihan karyawan, dan affirmative actions plans, yaitu berbagai
rencana yang disetujui pihak-pihak tertentu. Auditor perlu mengevaluasi
affirmative action plans untuk memastikan hal ini tidak bertentangan
dengan hukum yang berlaku dan pelaksanaan rencana berjalan secara
efektif.
9. Analisis Fiskal
22
Ini dibutuhkan untuk menganalisis informasi keuangan yang secara
langsung atau tidak langsung dapat digunakan untuk mengindikasikan
efisiensi operasi, ekonomi, dan efektivita unit organisasi yang dievaluasi.
10. Area Khusus Investigasi
Ini bersifat lebih spesifik. Investigasi ini diarahkan pada usaha
mengevaluasi soulusi alternatif yang didesain untuk meningkatkan
efektivitas dan sfisiensi atau peningkatan nilai ekonomis sebuah fungsi
organisasi.
c. Tahap pelaporan (reporting phase)
- Persiapan laporan
Pada tahap persiapan, auditor mulai mengembangkan temuan audit,
menggabungkannya menjadi sebuah laporan yang koheren dan logis, serta
menyiapkan bukti pendukung dan dokumentasi yang diperlukan.
- Review dan revisi
Ini adalah tahap analisi kritis terhadap laporan tertulis yang dilakukan oleh
staf audit, review, dan komentar atas laporan yang diberikan oleh pihak
auditor.
- Pengiriman dan penyajian laporan
Meliputi persiapan tertulis sebuah laporan yang permanen agar dapat
dikirim ke lembaga yang memberi tugas untuk mengaudit.
d. Tahap penindaklanjutan (follow-up phase) :
- Desain follow up
- Investigasi
- Pelaporan
Tahap penindaklanjutan melibatkan auditor, auditee, dan pihak lain yang
berkompeten. Tindak lanjut didisain untuk memastikan atau memberikan
pendapat apakah rekomendasi auditor sudah diimplementasikan. Dari sisi
auditor, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tahap penindaklanjutan antara
lain:
1. Dasar Pelaksanaan Follow Up
2. Pelaksanaan Review Follow Up
3. Batasan Review Follow Up
23
4. Implementasi rekomendasi
5. Pemeriksaan kembali secara periodic
3.12. Peran Auditor Dalam Audit Kinerja
Kualitas audit sektor publik pemerintah ditentukan oleh kapabilitas teknikal
auditor dan independensi auditor. Kapabilitas teknikal auditor telah diatur dalam
standar umum pertama, yaitu bahwa staf yang ditugasi untuk melaksanakan audit
harus secara kolektif memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk tugas
yang disyaratkan, serta pada standar umum yang ketiga, yaitu bahwa dalam
pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama. Disamping standar umum,
seluruh standar pekerjaan lapangan juga menggambarkan perlunya kapabilitas
teknikal seorang auditor.
Selain itu, independensi auditor juga diperlukan, karena auditor sering disebut
sebagai pihak pertama dan memegang peran utama dalam pelaksanaan audit kinerja,
sebab auditor dapat mengakses informasi keuangan dan informasi manajemen dari
organisasi yang diaudit, memiliki kemampuan professional dan bersifat independen.
Walaupun pada kenyataannya prinsip independen ini sulit untuk benar-benar
dilaksanakan secara mutlak, antara auditor dan audite harus berusaha untuk menjaga
independensi tersebut sehingga tujuan audit dapat tercapai.
Berikut merupakan peran auditor dalam proses audit kinerja: a. Memberikan
review independen dari pihak ketiga atas kinerja manajemen dan menilai apakah
kinerja organisasi dapat memenuhi harapan. b. Memberikan rekomendasi dan solusi
untuk mengatasi permasalahan yang terjadi. c. Membantu manajemen mencapai
kinerja yang baik dengan memperkenalkan pendekatan yang sistematis untuk
mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengendalian intern serta memberikan
catatam atas kekurangan yang ditemukan selama melakukan evaluasi.
24
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Audit Dalam Pemerintahan
Audit dalam pemerintahan meliputi audit yang dilakukan oleh badan audit
pemerintahan atau oleh organisasi pemerintahan itu sendiri tetapi bisa juga
dilakukan oleh auditor independen. Seperti yang dikatakan oleh Boynton dan Kell
(p.851) :
“Govermental auditing includes all audits made by goverment audit agencies and all
audits of govermental organizations....Audit of govermental organizations include
audit of state and local goverment units made by federal goverment auditors and
independent public accountants. In some cases, the audits may include specific
programs, activities, functions and fund. Audit of govermental organizations are
premised largely on the concept that the official and employees who manage public
funds are accountable to the public”.
Untuk di Indonesia audit terhadap lembaga pemerintahan berpedoman pada
Standar Audit Pemerintahan (SAP) yang dikeluarkan oleh BPK tahun 1995 dan
merupakan standar dalam audit kinerja terhadap APBN, APBD, BUMN dan BUMD
serta yayasan yang didirikan oleh pemerintah atau di dalamnya terdapat kepentingan
negara atau menerima bantuan negara. SAP terdiri dari Standar Umum, Standar
Pekerjaan Lapangan Audit Kinerja, Standar Pelaporan Audit Kinerja. Sedangkan
pelaksana audit kinerja adalah BPK atau BPKP.
4.2. Audit Ekonomi dan Efisiensi
Seperti sudah dijelaskan di atas bahwa konsep ekonomi berarti biaya yang
rendah dan konsep efisiensi mengacu pada perbandingan terbaik antara input dan
output. Perbandingan terbaik artinya dengan output yang maksimal dan input yang
minimal. Menurut Boynton dan Kell (p. 852) audit ekonomi dan efisiensi bertujuan
untuk : 1) apakah suatu entitas (organisasi) telah memperoleh, melindungi dan
menggunakan saumber dayanya seperti karyawan, gedung-ruang, secara ekonomis
dan efisien; 2) penyebab-penyebab terjadinya inefisiensi dan inekonomis dalam
25
praktek ; 3) apakah entitas punya hukum dan peraturan yang lengkap yang
memfokuskan pada masalah ekonomi dan efisiensi.
Dari ketiga tujuan audit ekonomi dan efisiensi di atas terutama pada tujuan yang ke-
tiga, ukuran output dan input harus dispesifikasikan oleh entitas yang bersangkutan
untuk dijadikan standar dalam mengukur kinerja dari pimpinan atau manajer.
Sehingga dengan standar tersebut auditor dapat menilai apakah output yang
dihasilkan maksimal atau input yang digunakan kurang atau melebihi standar.
Ukuran yang umum dan digunakan sebagai standar, ialah auditor dapat
membandingkan otuput yang telah dicapai pada periode bersangkutan dengan : 1)
hukum atau peraturan yang mengatur tentang efisiensi dan ekonomi entitas; 2)
kinerja periode-periode sebelumnya; 3) unit yang lain pada entitas yang sama atau
pada entitas yang lain dengan usaha sejenis. Jika dihubungkan dengan sektor
pemerintahan khususnya pemerintah daerah, maka pertanggungjawaban tidak
sepenuhnya bersandar pada biaya standar ini karena output yang dihasilkan oleh
pemerintahan seringkali tidak dapat dihubungkan secara langsung dengan biaya
karena dalam setiap output selalu tersirat fungsi sosial.
Prosedur audit ekonomi dan efisiensi mempunyai tahapan-tahapan sebagai
berikut : 1) perencanaan, 2) review sistem pengendalian intern (SPI), 3) menguji SPI,
4) pelaksanaan audit, 5). Pembuatan dan penyampaian laporan.
4.3. Audit Efektivitas (Audit Program)
Efektivitas dapat diartikan sebagai kemampuan suatu organisasi untuk
mencapai tujuan yang diinginkan, atau dapat juga diartikan sebagai tingkat
keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Singkatnya efektivitas
berkaitan dengan usaha pencapaian tujuan.
Audit efektivitas disebut juga sebagai audit program karena berkaitan dengan
pemeriksaan terhadap pencapaian tujuan yang telah ditetapkan atau program.
Tujuan audit efektivitas menurut Mardiasmo (hal. 182) : 1) tingkat pencapaian hasil
atau mamfaat yang didinginkan, 2) kesesuaian hasil dengan tujuan yang ditetapkan
sebelumnya, 3) apakah entitas yang diaudit telah mempertimbangkan alternatif lain
yang memberikan hasil yang sama dengan biaya yang rendah.
26
Karena ukuran efektivitas berkaitan dengan kriteria yang sudah ditetapkan walaupun
efektivitas suatu program tidak dapat diukur secara langsung tapi ada beberapa
ukuran yang dapat digunakan seperti dampak yang ditimbulkan, komplain dari
konsumen (masyarakat), evaluasi pada proses dengan melihat apakah ada cara yang
lebih baik untuk mencapai hasil yang sama.
4.4. Audit Pemerintah Daerah
Jika kita lihat perkembangan masyarakat saat ini, maka tuntutan pelaksanaan
akuntabilitas publik oleh organisasi sektor publik seperti pemerintah pusat dan
daerah, unit-unit kerja pemerintah, departemen dan lembaga-lembaga negara
semakin menguat.
Akuntabilitas publik berhubungan dengan kewajiban pertanggungjawaban oleh
penerima mandat (pemerintah) dengan mengungkapkan semua aktivitas dan
kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak yang memberi kepercayaan
(masyarakat). Pertanggungjawaban bisa kepada yang pihak yang lebih tinggi,
misalnya Pemda kepada Pemerintah Pusat selanjutnya ke MPR. Bisa juga kepada
masyarakat luas dan ini lebih ditekankan sehingga perlu dibuat laporan yang
menggambarkan kinerja Pemda baik secara finansial maupun non finansial.
Untuk mendukung terciptanya good governance ada tiga aspek utama, yaitu
pengendalian, pengawasan dan pemeriksaan. Pengawasan dalam Pemda
dilaksanakan oleh masyarakat dan lembaga tinggi negara yaitu DPRD yang ikut
mengawasi kinerja Pemda. Pengendalian dilakukan oleh eksekutif pemerintah yang
lebih tinggi untuk menjamin terlaksananya sistem dan kebijakan pemerintah, seperti
pertanggungjawaban Pemda kepada Mendagri dan mentri lainnya. Pemeriksaan
dilakukan oleh pihak yang independen dan memiliki kompetensi profesional untuk
memeriksa apakah kinerja pemerintah daerah telah sesuai dengan standar kinerja
yang ditetapkan, dalam hal ini dilaksanakan oleh BPKP dan BPK, Inspektorat propinsi
dan kabupaten.
Untuk tercapainya kinerja Pemda maka masyarakat dan DPRD sudah harus
melakukan pengawasan sejak dari perencanaan, tidak hanya pada tahap pelaksanaan
dan pelaporan. Tetapi fokus pengawasan ini hanya pada kebijakan yang digariskan.
Sedangkan audit harus diserahkan kepada lembaga yang mempunyai wewenang dan
27
keahlian profesional dalam hal ini BPKP dan BPK, jika ada masalah khusus maka
DPRD bisa meminta auditor independen yang melakukannya.
Otonomi yang diberikan kepada Pemda merupakan satu hal yang harus diantisipasi
dengan memperketat pengawasan serta pemeriksaan yang reguler untuk
meningkatkan kinerjanya. Kelemahan yang ada untuk menerapkan audit
performance adalah tidak tersedianya indikator kinerja (performance indicator)
sebagai standar yang memadai untuk mengukur kinerja Pemda. Dan ini berhubungan
dengan output yang dihasilkan oleh Pemda berupa pelayanan kepada masyarakat
yang tidak mudah untuk diukur karena pelayanan ini bersifat kualitatif. Disamping itu
belum ada Standar Keuangan Pemerintah (daerah) yang baku walaupun setiap
daerah sekarang ini diwajibkan untuk membuat laporan keuangan.
Karena belum adanya standar yang baku itu maka ini menjadi tugas DPRD untuk
menyusun indikator kinerja Pemda, sehingga siapapun yang melakukan audit kinerja
pada Pemda tidak akan kesulitan juga bisa menjadi pedoman bagi setiap pimpinan
instansi yang ada di daerah dalam menjalankan tugasnya.
28
BAB V
KESIMPULAN
Dari uraian di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa audit kinerja atau
atau audit performanace terhadap sektor pemerintahan dapat membantu masyarakat
dalam mengetahui kinerja yang lebih lengkap dari organisasi pemerintahan
(PEMDA). Namun juga diketahui bahwa perkembangan audit kinerja lebih lamban
dibandingkan dengan audit financial.
Audit performance juga seharusnya dilakukan secara regular seperti pada
audit konvensional sehingga seberapa efisien, ekonomis dan efektivitas suatu
organisasi dapat ditelaah dari waktu ke waktu untuk mengetahui perkembangan
suatu unit atau instansi pemerintahan, dan ini dapat dilakukan oleh BPK, BPKP,
Inspektorat Jenderal/ Wilayah/ dan Kabupaten, bahkan oleh auditor independen bila
diminta secara khusus oleh DPRD atau oleh Pemda sendiri.
Permasalahan yang ada dalam penerapan audit kinerja adalah : 1)
independensi auditor karena pada umumnya audit kinerja masih dilakukan oleh
internal auditor, 2) biaya karena informasi selalu berkaitan dengan harga, sehingga
laporan tentang kinerja harus bisa diperoleh dengan harga yang wajar, 3) penetapan
kriteria ukuran, hal ini merupakan salah satu kesulitan karena berbicara tentang
ekonomis, efisien dan efektivitas suatu fungsi tidaklah semudah menghitung laba.
Disamping itu kesepakatan tentang pengertian secara tepat efisien, ekonomis dan
efektivitas harus dicapai sehingga bisa dicapai standar yang tepat suatu laporan dari
audit performance sehingga bisa dipublikasikan kepada masyarakat seperti dengan
hasil audit konvensional.
Audit kinerja kinerja dapat dilakukan baik pada sektor swasta maupun pada
sektor publik dan badan pemerintahan karena dari semua tujuan kepentingan
masyarakat merupakan prioritas utama.
29
DAFTAR PUSTAKA
Bastian, I. (2002). Sistem akuntansi sektor publik. Jakarta: Salemba Empat.
---------------(2011). Audit Sektor Publik.Edisi 2. Salemba Empat: Jakarta
Badan Pemeriksa Keuangan (1995). Standar audit pemeriksaan. Jakarta.
I Gusti Agung Rai. 2008. Audit Kinerja pada Sektor Publik: Konsep, Praktik, Studi
Kasus. Salemba Empat: Jakarta
Leo, H. (1979). Auditing the performance of management. California.
Mardiasmo. (2002). Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi.
Syahrul & Nizar, M.A.(1987). Kamus Akuntansi. Jakarta: Citra Harta Prima.
Tugiman, H. (1997). Standar Profesional Audit Internal. Yogyakarta: Kanisius.
Tunggal, A.W. (1992). Management audit suatu pengantar. Jakarta: Rineka Putra.
Tunggal, A.W. (1995). Audit manajemen kontemporer. Jakarta: Harvarindo.
Ulum, Ihyaul. 2009. Audit sektor publik: Suatu Pengantar. Bumi Aksara: Jakarta.
William, B.C. & Walter, K.G. (1995). Modern auditing. sixth edition. USA: John Wiley &
Sons.
30