Post on 26-Oct-2015
description
Laporan Kasus
STROKE NON HEMORAGIK
Oleh
Yantari Tiyora
I1A009093
Pembimbing
Dr. Oscar Nurhadi , Sp. S
Bagian/SMF Ilmu Penyakit Saraf
FK Unlam-RSUD Ulin
Banjarmasin
September 2013
STATUS PENDERITA
I. DATA PRIBADI
Nama : Ny. M
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 47 tahun
Bangsa : Indonesia
Suku : Banjar
Agama : Islam
Status : Kawin
MRS : 11 September 2013
II. ANAMNESIS
Sumber : Heteroanamnesis dengan keluarga pasien pada hari Rabu, 11
September 2013
Keluhan Utama : Penurunan kesadaran
Perjalanan Penyakit :
Pasien mengalami penurunan kesadaran secara mendadak sejak 1 jam
SMRS. Awalnya pasien mengeluhkan sakit kepala sejak 1 hari yang lalu,
sakit kepala muncul perlahan lahan dan semakin lama semakin sakit. Sakit
kepala dirasakan diseluruh kepala dan seperti tertimpa beban berat. Pasien
juga mengalami muntah sebanyak 2 kali. Oleh keluarga, pasien dibawa ke
1
rumah sakit terdekat dan pada hari itu juga pasien di rujuk ke RS Ulin.
Pasien tidak pernah kejang dan mengalami trauma pada bagian kepala.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien tidak mempunyai riwayat hipertensi, diabetes melitus, dan
asma.
Intoksikasi :
Tidak ada riwayat keracunan obat, zat kimia, makanan dan minuman
Riwayat Penyakit Keluarga :
Keluarga pasien ada riwayat darah tinggi.
Keadaan Psikososial :
Pasien tinggal serumah dengan dua orang anak dan suaminya. Pasien
bekerja sebagai ibu rumah tangga.
STATUS INTERNE SINGKAT
Keadaan Umum : Keadaan sakit : tampak sakit sedang
Kesadaran : Somnolen
Tensi : 160/100 mmHg
Nadi : 84 kali /menit
Respirasi : 24 kali /menit
Suhu : 37,2 oC
Kepala/Leher :
- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), Pupil
2
bulat-isokor ukuran ± 3mm, Reflek cahaya (+)
- Mulut : Tidak ada kelainan
- Leher : KGB tidak membesar, JVP tidak meningkat
Thoraks
- Paru : Bentuk dan pergerakan simetris, suara napas vesikuler,
wheezing (-/-) dan ronki (-/-).
- Jantung : S1-S2 tunggal, urmur (-), gallop (-).
Abdomen : Tampak cembung, hepar, lien, dan masa tidak teraba,
perkusi timpani, bising usus normal.
Ekstremitas : Edema(-/-), parese (-/+), akral hangat (+/+)
IV. STATUS PSIKIATRI SINGKAT
Emosi dan afek : Normothym
Proses berpikir : bentuk pikir realistik, progresivitas pikir baik
Kecerdasan : Sesuai dengan pendidikan
Penyerapan : Baik
Kemauan : Baik
Psikomotor : normoaktif
V. NEUROLOGIS
A. Kesan Umum:
3
Kesadaran : GCS 3-4-5
Pembicaraan : Disartri : (+)
Monoton : (-)
Scanning : (-)
Afasia : (-)
Kepala :
Besar : Normal
Asimetri : (-)
Sikap paksa : (-)
Tortikolis : (-)
Muka:
Mask/topeng : (-)
Miophatik : (-)
Fullmooon : (-)
B. Pemeriksaan Khusus
1. Rangsangan Selaput Otak
Kaku Kuduk : (-)
Kernig : (-)/(-)
Laseque : (-)/(-)
Bruzinski I : (-)
Bruzinski II : (-)/(-)
4
2. Saraf Otak
N. Olfaktorius Kanan Kiri
Hyposmia (-) (-)
Parosmia (-) (-)
Halusinasi (-) (-)
N. Optikus Kanan Kiri
Visus Normal Normal
Yojana Penglihatan Normal Normal
Funduskopi tdl tdl
N. Occulomotorius, N. Trochlearis, N. Abducens
Kanan Kiri
Kedudukan bola mata tengah tengah
Pergerakan bola mata ke
Nasal : + +
Temporal : + +
Atas : + +
Bawah : + +
Temporal bawah : + +
Eksopthalmus : - -
Celah mata (Ptosis) : - -
Pupil
5
Bentuk bulat bulat
Lebar 3 mm 3 mm
Perbedaan lebar (-) (-)
Reaksi cahaya langsung (+) (+)
Reaksi cahaya konsensuil (+) (+)
Reaksi akomodasi (+) (+)
Reaksi konvergensi (+) (+)
N. Trigeminus
Kanan Kiri
Cabang Motorik
Otot Maseter Normal Normal
Otot Temporal Normal Normal
Otot Pterygoideus Int/Ext Normal Normal
Cabang Sensorik
I. N. Oftalmicus Normal Normal
II. N. Maxillaris Normal Normal
III. N. Mandibularis Normal Normal
Refleks kornea langsung + +
Refleks kornea konsensuil + +
N. Facialis
Kanan Kiri
Waktu Diam
6
Kerutan dahi Sama tinggi
Tinggi alis Sama tinggi
Sudut mata Sama tinggi
Lipatan nasolabial Normal
Waktu Gerak
Mengerutkan dahi : +
Menutup mata : +/+
Bersiul : -
Memperlihatkan gigi : (+/-)
Pengecapan 2/3 depan lidah : tdl
Sekresi air mata : tdl
Hyperakusis : (-)
N. Vestibulocochlearis
Vestibuler
Vertigo : tdl
Nystagmus : tdl
Tinitus aureum : tdl
Cochlearis : tdl
N. Glossopharyngeus dan N. Vagus
Bagian Motorik:
Suara : (+)
7
Menelan : (+)
Kedudukan arcus pharynx : normal
Kedudukan uvula : sentral
Pergerakan arcus pharynx : normal
Detak jantung : S1-S2 tunggal
Bising usus : (+) normal
Bagian Sensorik:
Pengecapan 1/3 belakang lidah : sde
Refleks muntah : tdl
Refleks palatum mole : tdl
N. Accesorius
Kanan Kiri
Mengangkat bahu (+) (-)
Memalingkan kepala (+) (-)
N. Hypoglossus
Kedudukan lidah waktu istirahat : ke arah kanan
Kedudukan lidah waktu bergerak : ke arah kanan
Atrofi : (-)
Kekuatan lidah menekan pada bagian : (+/-)
Fasikulasi/Tremor pipi (kanan/kiri) : (-)
8
3. Sistem Motorik
Kekuatan Otot
Tubuh : Otot perut : Normal
Otot pinggang : Normal
Kedudukan diafragma : Gerak : Normal
Istirahat : Normal
Lengan (Kanan/Kiri) = (5/1)
M. Deltoid : +/-
M. Biceps : +/-
M. Triceps : +/-
Fleksi sendi pergelangan tangan : +/-
Ekstensi sendi pergelangan tangan : +/-
Membuka jari-jari tangan : +/-
Menutup jari-jari tangan : +/-
Tungkai (Kanan/Kiri) = (5/1)
Fleksi artikulasio coxae : +/-
Ekstensi artikulatio coxae : +/-
Fleksi sendi lutut : +/-
Ekstensi sendi lutut : +/-
Fleksi plantar kaki : +/-
Ekstensi dorsal kaki : +/-
Gerakan jari-jari kaki : +/-
Besar Otot :
Atrofi : -
9
Pseudohypertrofi : -
Respon terhadap perkusi : Normal
Palpasi Otot :
Nyeri : -
Kontraktur : -
Konsistensi : Normal
Tonus Otot : Lengan Tungkai
Kanan Kiri Kanan Kiri
Hipotoni - - - -
Spastik - - - -
Rigid - - - -
Rebound - - - -
Phenomen
Gerakan Involunter
Tremor : Waktu Istirahat : -/-
Waktu bergerak : -/-
Chorea : -/-
Athetose : -/-
Balismus : -/-
Torsion spasme : -/-
Fasikulasi : -/-
Myokimia : -/-
10
Koordinasi : tdl
Gait dan station : tdl
4. Sistem Sensorik
Kanan/Kiri
Rasa Eksteroseptik
- Rasa nyeri superfisial : (-/-)
- Rasa suhu : tdl
- Rasa raba ringan : (+/+)
Rasa Proprioseptik
- Rasa getar : tdl
- Rasa tekan : (+/+)
- Rasa nyeri tekan : (+/+)
- Rasa gerak posisi : tdl
Rasa Enteroseptik
- Refered pain : sde
Rasa Kombinasi
- Stereognosis : tdl
- Barognosis : tdl
- Grapestesia : tdl
- Two point tactil discrimination : tdl
- Sensory extimination : tdl
- Loose of Body Image : tdl
11
Fungsi luhur
- Apraxia : (-)
- Alexia : (-)
- Agraphia : (-)
- Fingeragnosia : (-)
- Tidak dapat membedakan kanan-kiri : (-)
- Acalculia : (-)
5. Refleks-refleks
Reflek kulit
- Refleks kulit dinding perut : sebelah kanan (-) dan kiri (-)
- Refleks cremaster : Tdl
- Refleks gluteal : Tdl
- Refleks anal : Tdl
Refleks Tendon/Periosteum (Kanan/Kiri):
- Refleks Biceps : +/+
- Refleks Triceps : +/+
- Refleks Patella : +/+
- Refleks Achiles : +/+
Refleks Patologis :
Tungkai
Babinski : -/- Chaddock : -/-
Oppenheim : -/- Rossolimo : -/-
Gordon : -/- Stranky : -/-
12
Schaffer : -/- Gonda : -/-
Lengan
Hoffmann-Tromner : -/-
Reflek Primitif : Grasp : (-)
Snout : (-)
Sucking : (-)
Palmomental : (-)
6. Susunan Saraf Otonom
- Miksi : inkontinensi (-)
- Defekasi : konstipasi (-)
- Sekresi keringat : normal
- Salivasi : normal
- Ggn tropik : Kulit (-), rambut (-), kuku (-)
7. Columna Vertebralis
Kelainan Lokal
- Skoliosis : tidak ada
- Khypose : tidak ada
- Khyposkloliosis : tidak ada
- Gibbus : tidak ada
- Nyeri tekan/ketuk : tidak ada
Gerakan Servikal Vertebra : Normal
13
Gerak Tubuh : Normal
Keterangan :
Sde : Sulit dievaluasi
Tdl : tidak dilakukan
N : normal
8. Pemeriksaan Tambahan
- Hasil laboratorium tanggal 11 September 2013
Darah Rutin : Hemoglobin = 12,4 gr%
Leukosit = 8,2 ribu/ul
Eritrosit = 4.43 juta/ul
Hematokrit = 26,8 %
Trombosit = 257 ribu/ul
Kimia Darah: SGOT = 15 U/L
SGPT = 12 U/L
GDS = 129 mg/dl
Ureum = 25 mg/dl
Kreatinin = 0,8 mg/dl
- Hasil foto thorax : ditemukan cardiomegaly
14
- Hasil EKG : terdapat pembesaran ventrikel kiri
- Hasil CT-scan :
Gambaran hipodens pada bagian ocipitalis kanan
15
RESUME
1. ANAMNESIS
Telah dilakukan heteroanamnesa pada keluarga pasien, didapatkan
Ny. M umur 47 tahun, masuk RS Ulin dengan keluhan utama penurunan
kesadaran secara mendadak sejak 1 jam SMRS. Awalnya pasien
mengeluhkan sakit kepala sejak 1 hari yang lalu, sakit kepala muncul
perlahan lahan dan semakin lama semakin sakit. Sakit kepala dirasakan
diseluruh kepala dan seperti tertimpa beban berat. Pasien juga mengalami
muntah sebanyak 2 kali. Pasien tidak pernah kejang dan mengalami trauma
pada bagian kepala.
16
2. PEMERIKSAAN
Interna
Kesadaran : Somnolen
Tekanan darah : 160/100 mmHg
Respirasi : 24 kali/menit
Kepala/Leher : tidak ada kelainan
Thorax : kardiomegali
Abdomen : tidak teraba massa, bising usus normal
Ekstremitas : tidak ada edema.
Status psikiatri : dalam batas normal
Status Neurologis
- Kesadaran : GCS 3-4-5
- Pembicaraan : Disartri
- Pupil isokor, diameter 3 mm/3 mm, refleks cahaya +/+, gerak mata normal
- Rangsang selaput otak normal, tak ada kelainan
- Saraf kranialis : parese n. VII sentral dexter,parese n. XI sinister, parese
n.XII sinister
- Motorik : kekuatan motorik lengan (5/1), tungkai (5/1)
- Tonus : Lengan : Normal/Normal, Tungkai : Normal/Normal
- Sensorik : Lengan :Normal/Normal, Tungkai : Normal/Normal
- Reflek fisiologis : BPR : +/+, TPR: +/+, KPR : +/+, APR : +/+
- Refleks patologis : Babinski -/-, Chaddock -/-, Rossolimo -/-, Gonda -/-,
Stranky -/-, Hofmann Trommer -/-
- Susunan saraf otonom : tak ada kelainan
17
- Columna Vertebralis : tak ada kelainan
Pemeriksaan Tambahan;
- Hasil laboratorium : Leukosit = 8,2 ribu/ul
Hemoglobin = 12,4 g/dl
- Hasil EKG : Terdapat Left Ventrikular Hypertrophy
- Hasil Radiologi : Foto thoraks : ditemukan kardiomegali
CT-scan : Tampak hipodens di lobus ocipitalis dextra
3. DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis : Hemiplegi sinistra
Diagnosis Topis : Lobus ocipitalis dextra
Diagnosis Etiologis : Stroke Non Hemoragik
4. DIAGNOSIS BANDING
Stroke Hemoragik
Neoplasma Otak
5. PENATALAKSANAAN
IVFD RL 20 tts/menit
Inj : Citicolin 500 mg 2x1 amp
Sootrofil 3 gram 2x1
Panso 2x1
Alinamin F 2x1
18
PEMBAHASAN
Pada kasus, dari anamnesa didapatkan keluhan utama keluhan utama
kelemahan badan bagian kiri. Diawali dengan sakit kepala dirasakan diseluruh
kepala dan seperti tertimpa beban berat yang muncul perlahan semakin lama
semakin sakit. Selain itu pasien juga mengalami muntah.
Stroke didefinisikan sebagai suatu sindrom klinis dengan tanda-tanda
klinis fokal (atau global pada kasus-kasus koma) yang berkembang dengan cepat,
gangguan fungsi serebral yang berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan
kematian tanpa penyebab yang jelas selain sebab vaskuler. Stroke adalah
penyebab utama kecacatan pada orang dewasa di Inggris (1).
Istilah stroke biasanya digunakan secara spesifik untuk menjelaskan infark
serebrum. Istilah yang lebih lama dan masih sering digunakan adalah
cerebrovascular accident (CVA). Namun, istilah ini sulit dipertahankan secara
ilmiah karena patologi yang mendasari biasanya sudah ada sejak lama dan/atau
mudah diidentifikasi. Karena itu, proses bagaimana berbagai gangguan patologik
(misalnya, hipertensi) menyebabkan stroke merupakan hal yang dapat diduga dan
bahkan dapat dimodifikasi. Dengan demikian, timbulnya stroke sama sekali
bukanlah suatu “kecelakaan” (2).
The National Stroke Association mengajukan penjelasan bahwa resiko
stroke meningkat seiring dengan usia dan bahwa perempuan hiduplebih lama dari
laki-laki. Faktor resiko tambahan juga menimbulkan korban : perempuan berusia
diatas 30tahun merokok dan mengkonsumsi kontrasepsi oral dengan kandungan
estrogen yang lebih tinggi memiliki resiko stroke 22 kali lebih tinggi. WHO
20
(1996) mendefinisikan stroke sebagai manifestasi klinik gangguan serebral fokal
maupun global yang berlangsung cepat, berlangsung lebih dari 24 jam atau
berakhir dengan maut tanpa ditemukan penyebab lain selain gangguan vaskular.
Di Eropa setiap tahunnya 200 dari tiap 100.000 orang menderita stroke dan
meyebabkan angka kematian sebesar 275.000-300.000 di Amerika (3).
Pada pasien ini didapatkan adanya gejala-gajala defisit neurologik yang
mendadak tanpa adanya trauma kepala yaitu adanya gangguan kesadaran, nyeri
kepala, muntah, visus pada mata kiri menurun, serta bicara yang pelo atau cadel.
Adapun manifestasi-manifestasi klinis umum serangan stroke yaitu berupa defisit
neurologi antara lain (3):
1. Hemiparesis, dimana lengan dan tungkai sesisi lumpuh sama beratnya ataupun
hemiparesis dimana lengan sesisi lebih lumpuh dari tungkai atau sebaliknya.
2. Hemihipestesia atau hemiparastesia, dimana lengan dan tungkai sesisi
hipestetik sama beratnya ataupun lengan sesisi lebih hipestetik daripada
tungkai atau sebaliknya.
3. Hemiparesis dan hemihipestesia
4. Diplegia, yaitu kedua sisi tubuh memperlihatkan tanda-tanda kelumpuhan
upper motorneuron.
5. Afasia atau disfasia sensorik atau motorik.
6. Hemiparesis dengan afasia atau disfasia sensorik atau motorik.
7. Hemiparesis dengan hemianopia
8. Hemiparesis alternans
9. Hemihipestesia/paraestesia alternans.
21
Berdasarkan usia, pasien berumur 60 tahun, memiliki riwayat hipertensi
dan diabetes mellitus. Faktor risiko GPDO adalah hipertensi arterial, diabetes
mellitus, penyakit jantung, TIA (Transient Ischemic Attack) dan completed stroke,
merokok, usia tua , hiperkolesterol, hiperurisemia, alkoholisme, infeksi genetik,
pil kontrasepsi estrogen tinggi, anemia berat, obesitas, dan hiperagregasi platelet,
hiperlipidemia dan kurang gerak . Dari sini diketahui bahwa penderita termasuk
golongan beresiko tinggi untuk mengalami GPDO. Semakin banyak faktor risiko
dipunyai seseorang semakin besar kemungkinannya mendapat serangan stroke
dikemudian hari (4).
Sebagian besar (70-94%) pasien stroke akut mengalami peningkatan
tekanan darah sistolik > 140 mmHg. Penelitian di Indonesia didapatkan kejadian
hipertensi pada pasien stroke akut sekitar 73,9%, sebesar 22,5-27,6% diantaranya
mengalami peningkatan tekanan darah > 180 mmHg. Banyak studi menunjukkan
adanya hubungan berbentuk kurva U antara hipertensi pada stroke akut (iskemik
maupun hemoragik) dengan kematian dan kecacatan. Hubungan tersebut
menunjukkan bahwa tingginya tekanan darah pada level tertentu berkaitan dengan
tingginya kematian dan kecacatan.
Sistem klasifikasi lama biasanya membagi stroke menjadi tiga kategori
berdasarkan penyebab: trombotik, embolik, dan hemoragik. Kategori ini sering
didiagnosis berdasarkan riwayat perkembangan dan evolusi gejala. Dengan
teknik-teknik pencitraan yang lebih baru seperti CT scan dan MRI, perdarahan
subarachnoid dan intraserebrum dapat didiagnosis dengan tingkat kepastian yang
tinggi. Perbedaan antara trombus dan embolus sebagai penyebab suatu stroke
iskemik masih belum tegas sehingga saat ini keduanya digolongkan ke dalam
22
kelompok yang sama sebagai stroke iskemik. Dengan demikian, dua kategori
dasar gangguan sirkulasi yang menyebabkan stroke adalah iskemia-infark dan
perdarahan intrakranium (2).
Kebanyakan pasien yang dicurigai stroke memiliki CT scan sebagai salah
satu bentuk pemeriksaannya. Ketika hasil CT scan normal menentukan diagnosis
berupa stroke iskemik tipe trombolitik atau hanya dilakukan perawatan
pencegahan stroke yang agresif bukanlah hal yang mudah. Pada pasien dengan
gejala klinis stroke tetapi dengan hasil CT scan yang normal, biomarker darah
bisa digunakan sebagai penanda yang baik, seperti stroke iskemik yang cenderung
menyebabkan kenaikan protein tertentu. Biomarker darah yang dapat digunakan
sebagai penanda stroke adalah acetil poliamin oksidase, akrolein, apolipoprotein
C1, apolipoprotein C3, beta globin DNA, C-reaktif protein, D-dimer, glutation S
transferase P, matriks metalloproteinase 9, PARK 7, S100 beta, spermin oksidase,
trombomodulin, dan faktor von Willebrand (5).
Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah IVFD RL 20 tetes / menit
untuk menjaga euvolemi. Citicolin digunakan untuk mempertahankan integritas
dan fluiditas membrane sel otak, sootrofil, panso (pantoprazole) Pantoprazole
merupakan proton pump inhibitor digunakan untuk mempertahankan kadar asam
lambung, dan alinamin F diberikan sebagai vitamin untuk membantu pencegahan
defisiensi vitamin B1 dan B12. Penatalaksanaan umum di ruang rawat menurut
PERDOSSI adalah (6):
1. Cairan
Berikan cairan isotonis seperti 0,9% salin dengan tujuan menjaga
euvolemi. Tekanan vena sentral dipertahankan antara 5-12 mmHg. Pada
23
umumnya, kebutuhan cairan 30 ml/kgBB/hari (parenteral maupun enteral).
Balans cairan diperhitungkan dengan mengukur produksi urin sehari
ditambah dengan pengeluaran cairan yang tidak dirasakan (produksi urin
sehari ditambah 500 ml untuk kehilangan cairan yang tidak tampak dan
ditambah lagi 300 ml per derajat Celcius pada penderita panas). Elektrolit
(natrium, kalium, kalsium, dan magnesium) harus selalu diperiksa dan
diganti bila terjadi kekurangan sampai tercapai nilai normal. Cairan yang
hipotonik atau mengandung glukosa hendaklah dihindari kecuali pada
keadaan hipoglikemia.
2. Nutrisi
Nutrisi enteral paling lambat harus sudah diberikan dalam 48 jam, nutrisi
oral hanya boleh diberikan setelah hasil tes fungsi menelan baik. Bila
terdapat gangguan menelan atau kesadaran menurun, makanan nutrisi
diberikan melalui pipa nasogastrik. Pada keadaan akut, kebutuhan kalori
25-30 kkal/kg/hari dengan komposisi:
Karbohidrat 30-40% dari total kalori
Lemak 20-35% (pada gangguan nafas dapat lebih tinggi 35-55%)
Protein 20-30% (pada keadaan stress kebutuhan protein 1,4-2,0
g/kgBB/hari, pada gangguan fungsi ginjal <0,8 g/kgBB/hari).
Apabila kemungkinan pemakaian pipa nasogastrik > 6 minggu,
pertimbangkan untuk gastrostomi. Pada keadaan tertentu, yaitu pemberian
nutrisi enteral tidak memungkinkan, dukungan nutrisi boleh diberikan
secara parenteral.
3. Pencegahan dan penanganan komplikasi
24
Mobilisasi dan penilaian dini untuk mencegah komplikasi sub akut
(aspirasi, malnutrisi, pneumonia, thrombosis vena dalam, emboli paru,
dekubitus, komplikasi ortopedi dan kontraktur) perlu dilakukan.
Pencegahan dekubitus dengan mobilisasi terbatas dan/atau memakai kasur
anti dekubitus.
4. Penatalaksanaan medis lain
a. Pemantauan kadar glukosa darah sangat diperlukan. Hiperglikemia
(kadar glukosa darah > 180 mg/dl) pada stroke akut harus diobati
dengan titrasi insulin. Target yang harus dicapai adalah
normoglikemia. Hipoglikemia berat (< 50 mg/dl) harus diobati dengan
dekstrosa 40% intravena atau infuse glukosa 10-20%.
b. Jika gelisah lakukan terapi psikologi, kalau perlu berikan minor atau
mayot tranquilizer seperti benzodiazepine short acting atau propofol
bias digunakan.
c. Analgesik dan anti muntah sesuai indikasi.
d. Berikan H2 antagonis, apabila ada indikasi (perdarahan lambung).
e. Mobilisasi bertahap bila hemodinamik dan pernafasan stabil.
Prognosis stroke dipengaruhi oleh tingkat kesadaran : sadar 16 %
meninggal, somnolen 39% meninggal, stupor 71% meninggal, dan koma 100%
meninggal. Usia : pada usia 70 tahun atau lebih, angka kematian meningkat
tajam. Jenis kelamin : laki-laki (61%) yang meninggal daripada perempuan.
Tekanan darah : tensi tinggi prognosis lebih buruk. Dan prognosis juga
dipengaruhi cepat dan tepatnya penanganan (5).
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Warren DJ, Rachel M, Daniel JA, Paul DG. Imaging in acute ischaemic stroke: essential for modern stroke care. Postgrad Med J 2010;86:409-418
2. Price, Sylvia A dan Wilson, Lorraine M. Penyaki Serebrovskular dan Nyeri Kepala. Dalam : Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Buku 2 Ed 6. EGC, Jakarta. 2005
3. Sidharta, Priguna dan Mahar Mardjono. 2010. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta. PT. Dian Rakyat.
4. Aliah A, Kuswara FF, Limoa RA, Wusyang G. Gambaran Umum tentang GPDO dalam Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta : UGM Press, 2009, 84-89
5. Whiteley W, Mei-Chiun T, Peter S. Blood Biomarkers in the Diagnosis of Ischemic Stroke : A Systematic Review. Stroke. 2008;39:2902-2909
6. PERDOSSI. Guideline Stroke 2011. Jakarta, 2011
26