Post on 01-Jul-2015
LAPORAN FIELD LABPUSKESMAS BANYUDONO I , KABUPATEN BOYOLALI
KETRAMPILAN IMUNISASI
oleh :
IRENE ARDIANI PRAMUDYA WARDHANI G0009109
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS SEBELAS MARET
2010
1
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL KEGIATAN:
KETERAMPILAN IMUNISASI
BIDANG KEGIATAN:
FIELD LAB
PELAKSANA:
NAMA : IRENE ARDIANI P W
NIM : G0009109
PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS : KEDOKTERAN
UNIVERSITAS : UNIVERSITAS SEBELAS MARET
TEMPAT PELAKSANAAN:
PUSKESMAS BANYUDONO I, BOYOLALI
PKD AS-SHIFA, DENGGUNGAN, BANYUDONO, BOYOLALI
WAKTU PELAKSANAAN:
SELASA, 20 APRIL 2010
SABTU, 24 APRIL 2010
Boyolali, 27 April 2010
Mengetahui, Menyetujui,
Kepala UPT Puskesmas Banyudono I, Boyolali Instruktur Lapangan
Noor Diniyah, dr. Risni Maryugi
NIP. 19760501 200501 2 010 NIP. 19640506 198803 2 011
2
DAFTAR ISI
Halaman Cover 1
Lembar Pengesahan 2
Daftar Isi 3
Pendahuluan 4
Kegiatan yang dilakukan 5
Pembahasan 17
Penutup 19
Daftar Pustaka 20
Lampiran 21
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia diperkirakan 1,7 juta kematian pada anak atau lima persen
pada balita adalah penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), seperti
TBC, dipteri, pertusis (penyakit pernapasan), campak, tetanus, polio dan hepatitis
B. Agar target nasional untuk mencapai eradikasi, eliminasi dan reduksi terhadap
PD3I dapat dicapai, cakupan imunisasi harus dipertahankan tinggi dan merata
sampai terdapat tingkat kekebalan masyarakat. Kegagalan mempertahankan
cakupan imunisasi yang tinggi dan merata, akan berimbas pada Kejadian Luar
Biasa PD3I.
Bukti keberhasilan imunisasi ialah dibasminya penyakit cacar di Indonesia
pada tahun 1974. Program Nasional Imunisasi Anak mentargetkan peningkatan
cakupan imunisasi DPT (dipteri, pertusis, tetanus) dan campak pada bayi dan
anak. Rencananya, target inni akan dicapai dalam kurum waktu 24 bulan
sepanjang periode 2007-2009 (Susanto, 2007).
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran, mahasiswa diharapkan mampu
melakukan imunisasi.
Adapun learning outcome pembelajaran ini adalah mahasiswa
diharapkan :
1. Mampu menjelaskan tentang dasar-dasar imunisasi dan imunisasi
dasar di Indonesia.
2. Mampu melakukan manajemen program dan prosedur imunisasi
dasar bayi dan balita, anak sekolah, ibu hamil dan calon pengantin
wanita di Puskesmas mulai perencanaan, cold chain vaksin,
pelaksanaan (termasuk penanganan Kejadian Ikutan Pasca
Imunisasi/ KIPI), pelaporan dan evaluasi.
4
BAB II
KEGIATAN YANG DILAKUKAN
Kegiatan Field Lab dilaksanakan di Puskesmas Banyudono I
Kabupaten Boyolali. Kegiatan dilaksanakan dalam dua kali pertemuan:
1. Hari Selasa tanggal 20 April 2009
Pada pertmuan pertama, mahasiswa menemui Kapuskes dr. Noor Diniyah
dan melakukan sedikit tanya jawab, kemudian mahasiswa dipertemukan
dengan instruktur lapangan ibu Risni Maryugi yang memberikan penjelasan
tentang imunisasi. Dalam penjelasan tersebut, diterangkan tentang jenis-
jenis imunisasi dan jadwal imunisasi, sasaran imunisasi (pada usia berapa
sasaran menerima imunisasi tertentu), penghitungan jumlah sasaran, serta
waktu-waktu kapan biasanya imunisasi diadakan di daerah ini. Selain itu
diterangkan juga mengenai cara penyimpanan, cara melihat kelayakan
vaksin, dan penghitungan kebutuhan daripada vaksin-vaksin yang umum
digunakan serta alat-alat yang berhubungan dengan pelaksanaan imunisasi.
Penjelasan lebih lengkapnya dari instruktur lapangan dapat dilihat di bawah
ini:
A. Jenis-jenis dan Jadwal Imunisasi
JADWAL IMUNISASI WAJIB PADA BAYI
DI INDONESIA
Vaksin Jumlah
Pemberian
Interval Umur Keterangan
BCG 1x - 0-11 bulan Minimal, tidak
ada batasan
maksimal
dengan catatan
lebih dari 3x
test mantoux
DPT 3x 4 minggu
(minimal)
2-11 bulan -
5
Polio (OPV) 4x 4 minggu
(minimal)
0-11 bulan Lengkapi
sebelum umur 1
tahun
Campak 1x - 9-11 bulan -
Hepatitis B 3x 1 dan 6 bulan
dari suntikan
pertama
0-11 bulan -
IMUNISASI PADA ANAK SEKOLAH DASAR
DI INDONESIA
Kelas (SD) Vaksin yang Diberikan
1 Difteri, Tetanus, Campak masing-masing 0,5 cc
2 Tetanus Toksoid 0,5 cc
3 Tetanus Toksoid 0,5 cc
IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA WANITA USIA SUBUR
DI INDONESIA
Vaksin Tetanus Dosis Pemberian Masa Perlindungan (Tahun)
T-1 0,5 cc
T-2 0,5 cc Empat minggu setelah
T-1
3
T-3 0,5 cc Enam bulan setelah T-
2
5
T-4 0,5 cc Satu tahun setelah T-3 10
T-5 0,5 cc Satu tahun setelah T-4 25
B. Menghitung Jumlah sasaran
B.1. Rumus Menghitung Jumlah Sasaran
6
1. Jumlah Bayi Sasaran:
Jumlahbayi desatahunini❑ x Jumlah bayi kabupaten tahun ini
jumlah bayi kecamatan tahun lalu
Contoh soal menghitung sasaran tahun 2011:
Diketahui:
Tahun 2009 bayi kecamatan = 443 bayi
Tahun 2009 bayi desa Banyudono = 63
Tahun 2010 bayi kecamatan = 440
Tahun 2010 bayi desa Banyudono = 64
Jawab:
Jumlah bayi sasaran = 63
443 x 440
= 62,5 ≈ 63 bayi
2. Jumlah Ibu Hamil = 1,1 x Jumlah bayi
3. Menghitung jumlah sasaran anak sekolah tingkat dasar
Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan setempat
4. Jumlah WUS ( 15-35 Tahun) = 21,9 % x Jumlah penduduk
5. Menghitung jumlah balita sasaran = 5 x jumlah sasaran bayi
B.2. Menentukan target cakupan
Target cakupan maksimal 100%. Target cakupan menetapkan berapa besar
cakupan imunisasi yang akan dicapai pada tahun yang direncanakan.
Contoh soal target sampai dengan Maret 23,5%
Diketahui :
Sasaran bayi tahun 2011 = 63 bayi
Sampai bulan maret yang mendapat imunisasi BCG = 15 bayi
Jawab:
Jumlah target cakupan = 1564
x 100% = 23,4% (hampir mencapai target)
7
B.3. Menghitung indeks pemakaian vaksin
Indeks pemakaian vaksin adalah rata-rata jumlah dosis diberikan untuk
setiap ampul/vial vaksin.
IP vaksin = jumlah suntikan (cakupan) tahun lalujumlah vaksin yang terpakai tahun lalu
B.4 Menghitung kebutuhan vaksin
Puskesmas mengirimkan rencana kebutuhan vaksin ke tingkat kota, kemudian
dari kota dikirim ke tingkat provinsi, lalu ke pusat.
Vaksin yang diperlukan = jumlah sasaran X target (%)IP vaksin
Contoh soal :
Kebutuhan vaksin BCG = 3 x 694
7x 95 % = 282,55 ≈ 283
Kebutuhan vaksin polio=4 ×694
7× 95 %=376,74 ≈ 377
Kebutuhan vaksincampak=1×6945
× 95 %=131,86 ≈ 132
Kebutuhan vaksin DPT−Hb 1=3 ×694
4× 95 %=494,48 ≈ 495
Kebutuhan vaksin Hb 0=1 ×694
7×95 %=94,19 ≈ 95
B.5. Perencanaan kebutuhan alat suntik dan safety box
1) Alat suntik 0,05 ml untuk imunisasi BCG
Kebutuhan = sasaran x target cakupan BCG
= 694 x 95%
= 659,3 ≈ 700
2) Alat suntik 0,5 ml untuk imunisasi DPT
Kebutuhan = sasaran x target cakupan
= 3 x 694 x 95%
= 1977,9 ≈ 1978
3) Alat suntik 5 ml untuk melarutkan vaksin
Kebutuhan alat suntik = jumlah vaksin sediaan kering yang dibutuhkan (BCG
+ campak)
8
4) Safety box (SB), yang digunakan untuk membuang limbah medis tajam
Kebutuhan = jumlah alat suntik seluruhnya / 100
B.6. Menghitung kebutuhan peralatan rantai vaksin
No
.
Jenis Kebutuhan Daya Tahan
1 Lemari Es 1 buah 10 tahun
2 Vaccine Carrier 3-5 buah 4 tahun
3 Thermos + 4 bh cold pack Sejumlah tim lapangan 4 tahun
4 Cold Box 1 buah 5 tahun
5 Freeze Tag/ Freeze Watch Sejumlah tim lapangan 5 tahun
Tabel Kebutuhan dan Daya Tahan Vaksin yang Dimiliki Puskesmas Wonogiri
I
No Jenis Kebutuhan
1 Lemari es 2 Buah
2 Vaccine Carrier 5 Buah
3. Thermos 10 Buah
4. Cold Pack ± 50 Buah
5. Cold Box 1 Buah
6. Freeze tag Sesuai kebutuhan saat di lapangan
C. Pengelolaan Peralatan Vaksin dan Rantai Vaksin di Puskesmas
Penyimpanan Vaksin
Semua vaksin disimpan pada suhu 2-8˚ C
9
Di bagian bawah lemari es diletakkan coolpack sebagai penahan dingin dan
kestabilan suhu
Peletakkan dus berjarak minimal 1-2 cm
Vaksin yang sensitif terhadap panas (BCG, Campak, Polio) diletakkan dekat
dengan evaporator
Vaksin yang sensitif terhadap dingin (DT, TT, DPT, HB) diletakkan jauh dati
evaporator
Pemeriksaan kondisi vaksin dengan VVM
1. Kondisi vaksin dapat digunakan
Warna segiempat terang
2. Kondisi vaksin harus segera dilakukan
Warna segiempat sudah mulai gelap namun masih terang
3. Kondisi vaksin tidak boleh digunakan
Warna segiempat benar – benar gelap
Keterangan: Vaksin dengan kondisi menurut VVM, dari kiri ke kanan: vaksin
yang masih dapat digunakan, vaksin yang harus segera digunakan, dan vaksin
yang tidak boleh digunakan.
2 Hari Jumat tanggal 24 April 2009
Pada pertemuan kedua, instruktur membawa kami ke klinik desa yang jumlah
pasien imunisasinya lebih banyak daripada puskesmas Banyudono. Instruktur
lapangan pertama-tama melakukan demonstrasi tentang cara pemberian
vaksin. Dalam demonstrasi ini, sebelum pemberian vaksin, dilakukan
pengecekan tanggal kadaluarsa dan vvm pada kemasan vaksin terlebih dahulu.
Untuk vaksin yang ada unsur T (misal DT dan TT) harus dilakukan
pengocokan terlebih dahulu sebelum pemberian dan untuk vaksin yang
membutuhkan pelarutan, pelarutan dilakukan hanya setelah target imunisasi
10
tiba di tempat. Kemudian lebih lanjut, instruktur menjelaskan tentang cara
pemberian dan area tubuh di mana vaksin dapat diberikan untuk tiap-tiap jenis
vaksin. Setelah demonstrasi selesai, tiap mahasiwa diberi kesempatan untuk
mempraktikkan, namun tidak secara benar-benar riil pada pasien, cara-cara
memasukkan vaksin ke dalam alat suntik, meneteskan vaksin polio, dan hal-
hal lain yang berhubungan dengan kegiatan imunisasi. Adapun demonstrasi
yang dilakukan dapat dijelaskan seperti dibawah ini:
Demonstrasi Pemberian Vaksin Oleh Pihak Puskesmas
A. Teknik Pelarutan Vaksin
1.1 Cuci tangan sebelum melakukan kegiatan
1.2 Amati VVM dan masa kadaluarsa vaksin
Kondisi vaksin dapat digunakan, apabila warna segiempat bagian dalam
lebih terang daripada warna gelap sekelilingnya
Kondisi vaksin harus segera digunakan, apabila warna segiempat bagian
dalam sudah mulai gelap, namun masih lebih terang daripada warna gelap
sekelilingnya
Kondisi vaksin tidak boleh digunakan, apabila warna segiempat bagian
dalam dama gelap atau lebih gelap dari warna gelap di sekelilingnya.
1.3 Cara memotong ampul
Peganglah ampul antara ibu jari dan jari tengah. Pergunakan telunjuk
untuk menyangga ujung leher ampul
Bersihkan bagian luar ampul dengan kapas yang telah dibasahi untuk
menghilangkan serbuk gelas dan mencegah serbuk masuk kedalam vaksin
Lilitkan sehelai plastik melingkar pada leher ampul dengan erat untuk
mencegah masuknya udara secar mendadak, agar vaksin tidak
berhamburan keluar.
Patahkan ampul vaksin pada lehernya dengan hati-hati. Keluarkan dari
lilitan plastic
1.4 Melarutkan vaksin beku kering
Ambil semprit 5 ml dan jarum oplos yang steril
Untuk vaksin BCG, sebelum ampul dibuka ketuk-ketuklah agar semua
vaksin turun, sehingga isi vaksin tidak berkurang ketika akan dipatahkan.
Jarum telah berisi pelarut dimasukkan ke dalam ampul
11
Masukkan secara bertahap semua pelarut ke dalam vaksin, jangan dikocok
Isap vaksin dan pelarut pelan-pelan, suntukkan kembali ke dalam ampul
atau vial beberapa kali sampai vaksin tercampur dengan benar
1.5.1 Cara menghisap isi ampul
Sediakan semprit dan jarum dan masukkan jarum ke dalam ampul yang
telah dibuka
Hati-hati dalam memiringkan ampul waktu mengambil cairan terakhir
dengan menggunakan jarum yang pendek
1.5.2 Cara menghisap isi vial
Siapkan semprit dan jarum yang steril
Isaplah udara ke dalam semprit sebanyak volume yang akan diisap
Bersihkan tutup karet dengan kapas basah
Tekanlah jarum ke dalam vial melalui karet penut
Masukkan udara ke dalam vial untuk memudahkan vaksin keluar
1.6 Penanganan vaksin yang telah dilarutkan
Letakkan vaksin di tempat teduh
Vaksin yang telah dilarutkan digunakan satu kali kegiatan. Sisinya dibuang
B. Mempersiapkan Sasaran
Mengatur posisi untuk sasaran an a k:
Mintalah ibu untuk duduk dan memangku anaknya. Salah satu lengan ibu
berada di punggung anak dan salah satu lengan anak melilit pinggang ibu
Ibu menyelipkan kaki anak diantara kedua pahanya agar tidak
menimbulkan gerakan yang membahayakan
Petugas kesehatan tidak memegang anak dan memberitahu ibu jika akan
memberikan suntikan
C. Pemberian Vaksinasi BCG
1. Menyiapkan semprit
Ambil semprit BCG, pasang jarumnya dan pastikan jarum terpasang
dengan baik dan cukup kuat
2. Mengisi semprit
Isaplah vaksin BCG, dilebihkan sedikit dari dosis agar pada waktu
membuang gelembung udara jumlah vaksin menjadi tepat satu dosis
3. Mengeluarkan gelembung udara
12
Peganglah semprit seperti pada posisi merokok
Bila udara telah terkumpul di bagian atas, doronglah piston sampai
gelembung udara dan sedikit vaksin keluar. Yakinkan semprit tidak bocor
4. Cara pemberian vaksinasi
Pemberian vaksin BCG adalah secar intrakutan di sepertiga bagian lengan
kanan atas lalu bersihkan lengan dengan kapas yang dibasahi air
Peganglah lengan kanan anak dengan tangan kiri, sehingga tangan
penyuntik ada di bawah lengan anak, lingkarkan ibu jari dan jari-jari ke
lengan bayi dan regangkan kulitnya
Pegang semprit dengan tangan kanan, lubang jarum menghadap ke atas
Letakkan semprit dan jarum hampir sejajar dengan lengan anak
Masukkan ujung jarum ke dalam kulit. Jangan menekan terlalu dalam dan
jangan mengarahkan ujung jarum terlalu menukik.
Letakkan ibu jari kiri di atas ujung barel, pegang pangkal barel di antara
jari telunjuk dan jari tengah, dan dorong piston dengan ibu jari tangan
kanan
Suntikkan 0,05 cc vaksin, pada suntikan intrakutan akan terasa ada tekanan
sehingga perlu menekan piston lebih keras, kemudian cabut jarumnya.
Bila cara menyuntik tepat, maka akan muncul benjolan di kulit yang
bening dan pucat, pori-pori kulit terlihat jelas
D. Pemberian Vaksin DPT, TT, dan Hepatitis B
Pemberian vaksin adalah secara intra muskulair, tempat yang paling baik
adalah bagian pertengahan paha anterolateral/bagian luar
Usaplah sekitar kulit yang akan disuntik dengan kapas yang dibasahi air
Letakkan ibu jari dan jari telunjuk pada sisi yang akan disuntik kemudian
regangkan kulit
Tusukkan jarum tegak lurus ke bawah sampai masuk ke dalam otot
Tarik piston sedikit untuk memastikan bahwa jarum tidak mengenai
pembuluh darah
Dorong pangkal piston dengan ibu jari untuk memasukkan vaksin,
suntikkan pelan-pelan, kemudian cabut jarumnya
E. Pemberian Vaksin Campak
Pemberian vaksin adalah secar subkutan dalam, tempat yang disuntuk
adalah sepertiga lengan bagian atas/pertengahan muskulus deltoideus
13
Usaplah sekitar kulit yang akan disuntik dengan kapas yang dibasahi air
Jepitlah lengan yang akan disuntik dengan jari tangan kanan, seperti
mencubit menggunakanibu jari dan telunjuk
Masukkan jarum ke dalam kulit yang dijepit dengan sudut kira-kira 30-45
derajat posisi lengan, jangan menusuk terlalu dalam. Tahan pangkal piston
dengan jari tangan sambil menekan jarum ke dalam
Tarik piston sedikit untuk meyakinkan bahwa jarum tidak kena pembuluh
darah
Tekan piston pelan-pelan dan suntukkan sebanyak 0,5cc
Cabut jarumnya dan usap bekas suntikan dengan kapas yang dibasahi air
F. Pemberian Vaksin Polio (OPV/ Oral Polio Vaccine)
Pemberian OPV dilakukan dengan cara oral, diteteskan ke dalam mulut
Dosis yang diberikan sebanyak 2 tetes
Dari demo yang dilakukan oleh Puskesmas Banyudono I, kami mendapatkan
data bayi sebagai berikut:
Daftar bayi dan balita yang mengikuti Imunisasi
di Puskesmas Wonogiri I pada tanggal 1 Mei 2009
No. Nama Usia Berat Badan Jenis
imunisasi
1. Albista Fahmi 2 bulan 23 hari 5,4 kg DPT dan
Polio 2
2. Muhamad Wasiul
Astaq
11 hari 3,7 kg BCG dan
Polio 1
3. Davit Veri
Saputra
4 bulan 2 hari 4,5 kg DPT3 dan
Polio 4
4. Rafi Alfian Nur A 3 bulan 10 hari 5,5 kg DPT 2 dab
Polio 3
Pemantauan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
a. Menentukan klasifikasi KIPI
14
b. Melakukan pelaporan KIPI
Identitas anak lengkap dan jelas
Jenis vaksin yang diberikan, dosis, nomor batch, siapa yang memberikan
Nama dokter yang bertanggung jawab
Riwayat KIPI imunisasi terdahulu
Penanganan KIPI
1. Penyebab karena vaksin
Jenis Tindakan
Reaksi lokal
ringan
Kompres hangat, jika nyeri diberi parasetamol
Reaksi lokal berat Kompres hangat, parasetamol
Reaksi umum Minum air hangat, selimut, dan parasetamol
Kolaps Rangsang dengan bau, bila tidak teratasi dalam 30 menit,
rujuk
Syok anafilaktik Suntikan adrenalin, bila mulai membaik suntikkan kortiko
steroid, pasang infus NaCl 0,9 %, rujuk RS
2. Penyebab karena tata laksana program
Jenis Tindakan
Abses Kompres hangat, parasetamol
Pembengkakan Kompres hangat
Sepsis kompres hangat, parasetamol, dan rujuk RS
Tetanus Rujuk RS
Syok anafilaktik Rujuk RS
3. Penyebab karena faktor penerima/ pejamu
Jenis Tindakan
Alergi Kortikostreroid, jika berlanjut pasang infus NaCl 0,9 %
Faktor psikologis Tenangkan, beri minum air hangat, pingsan beri wewangian,
setelah sadar beri minum air teh hangat
15
4. Koinsiden (faktor kebetulan)
Jenis Tindakan
Faktor kebetulan Tangani sesuai gejala, cari info apakah ada kejadian yang
sama, kirim RS
16
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam pelaksanaan kegiatan Field Lab mahasiswa melakukan observasi terhadap
pelaksanaan imunisasi untuk bayi dan balita. Namun karena tidak bertepatan dengan
Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS), dan kebetulan pada saat observasi tidak ada
pasien ibu hamil dan calon pengantin wanita, maka imunisasi untuk anak usia
sekolah, ibu hamil, dan calon pengantin wanita tidak dipraktikkan. Namun, secara
umum, prosedur pelaksanaan imunisasi untuk semua sasaran diatas sama.
Imunisasi atau disebut juga vaksinasi adalah memasukkan vaksin ke dalam
tubuh dengan tujuan menginduksi kekebalan. (Dorland, 2002). Pelaksanaan Field Lab
program imunisasi di Puskesmas Banyudono kabupaten Boyolali berjalan cukup
kondusif, baik dan menyenangkan. Pada pelaksanaan Field Lab kali ini lebih bersifat
demonstratif namun disertai pula dengan praktik melakukan beberapa hal yang
berhubungan dengan imunisasi. Kami belajar bagaimana menghitung jumlah
kebutuhan vaksin, menghitung jumlah sasaran disertai dengan contoh walaupun
bukan dari data yang sebenarnya . Di samping itu, kami pun mempelajari hal-hal yang
berhubungan dengan teknis pemberian vaksin, yaitu bagaimana melakukan persiapan
sebelum imunisasi, mempersiapkan vaksin, dan cara pemberian vaksin. Kegiatan
tersebut meliputi antara lain, bagaimana mengecek kelayakan vaksin (dengan
mengamati dan melihat expire date dan vvm), melarutkan vaksin yang perlu
dilarutkan, area tubuh tempat vaksinasi (misal area lengan/deltoid sebelah kanan
untuk BCG dan kiri untuk campak), cara pemberian (misal per oral untuk vaksin polio
dan intramuskular pada vaksin hepatitis B).
Kmi juma diajari untuk mempersiapkan kemungkinan terjadinya KIPI
( Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi ). Dokter harus mempersiapkan parasetamol untuk
menurunkan panas jika terjadi reaksi pada imunisasi yang tidak diinginkan. Namun,
hal ini berbeda dengan panas dan demam akibat pengaruh vaksin. Jadi perlu
diberikan edukasi pada orang tua agar mereka tahu bagaimana harus bertindak dan
memahami reaksi yang wajar terjadi pasca vaksinasi. Untuk mencegah terjadinya
17
KIPI, perlu diperhatikan kontraindikasi dari vaksin – vaksin sehingga tidak terjadi
kejadian yang tidak diinginkan.
Untuk mendukung pemahaman mahasiswa, instruktur memberikan
kesempatan kepada mahasiswa untuk mempraktikkan beberapa demonstrasi yang
telah dilakukan, seperti memasukkan vaksin ke dalam spuit dengan cara yang benar
serta meneteskan vaksin polio meskipun tidak menggunakan cairan vaksin polio
sungguhan.
Kendala yang dijumpai dalam kegiatan Field Lab kali ini diantaranya adalah
ketidaktersediaan vaksin polio yang disebabkan karena belum datangnya kiriman dari
pusat, namun hal ini dapat teratasi dengan demonstrasi menggunakan peralatan mirip
vaksin polio, sehingga mahasiswa tetap dapat belajar mengenai vaksin polio bahkan
mempraktekkan cara penggunaannya. Selain itu keterbatasan waktu juga menjadi
kendala dalam kegiatan kami kali ini.
18
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pemberian imunisasi yang tepat waktu adalah usaha yang tepat untuk
menghindarkan bayi dari penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I).
2. Pelaksanaan imunisasi harus melalui beberapa langkah-langkah yang
sistematis dan prosedural baik itu sebelum pelaksanaan, saat pelaksanaan,
dan setelah pelaksanaan (penanganan bila terjadi kejadian ikutan pasca
imunisasi)
3. Jarum suntik/spuit hanya boleh dipakai untuk satu orang pasien, tidak boleh
bergantian untuk menghindari penularan penyakit HIV/AIDS dan hepatitis
4. Seorang anak sudah bisa dikatakan telah mendapat Lima Imunisasi Dasar
Lengkap bila telah diberi vaksin:
a) BCG sebanyak 1x
b) DPT sebanyak 3x
c) Polio (OPV) sebanyak 4x
d) Campak sebanyak 1x
e) Hepatitis sebanyak 3x
5. Pelaksanaan imunisasi yang dilakukan oleh Puskesmas Banyudono telah
sesuai dengan prosedur yang ada.
B. Saran
1. Penyuluhan dan sosialisasi tentang pentingnya imunisasi sebaiknya tetap
dilakukan agar bayi di Indonesia sehat dan terhindar dari penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi.
2. Waktu dan usia sasaran pemberian imunisasi harap diperhatikan baik-baik.
Jarak waktu pemberian dan umur sasaran yang tepat akan memberikan
perlindungan yang maksimal
19
DAFTAR PUSTAKA
Dorland, W.A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta: EGC
Baratawidjaja, Karnen G. 2006. Imunologi Dasar Edisi ke-7. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Pamungkasari, Eti P. dkk. 2009. Manual Field Lab: Program Imunisasi.
Surakarta: Tim Field Lab Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
20
LAMPIRAN
Vaccine Carrier Thermos
Lemari es Bagian dalam lemari es dan termometer
Spuit BCG 0,05 ml Spuit Campak dan DPT 0,5 ml
21
BCG (kiri) dan Pelarut BCG (NaCl) (kanan)
Vaksin Campak
Vaksin DPT, DT dan TT Vaksin Hepatitis B
Vaksin polio Vaksin Hepatitis B Uniject
22
Mahasiswa dan instruktur lapangan Sertifikat imunisasi
Cara membuka ampul BCG: Mempersiapkan ampul dan plastik
Cara membuka ampu BCGl: Menggergaji ampul dengan alat yang
disediakan
Cara membuka ampul BCG: menutup ampul dengan plastik kemudian
dipatahkan
Ampul yang telah berhasil dibuka/dipatahkan
23
Teknik menghilangkan gelembung udara di dalam spuit
Teknik injeksi BCG
Indurasi yang terjadi pada lengan bayi Teknik pemberian imunisasi polio yang dilakukan mahasiswi
24
25
26