Post on 28-Jan-2016
description
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aspek ergonomidalamsuatu proses rancang bangun fasilitas kerja adalah
merupakan suatu faktor penting dalam menunjang peningkatan pelayanan jasa
produksi. Terutama dalam hal perancangan ruang dan fasilitas akomodasi.
Perlunya memperhatikan faktor ergonomi dalam proses rancang bangun fasilitas
dalam dekade ini merupakan sesuatu yang tidak dapat ditunda. Hal tersebut tidak
terlepas dari pembahasan mengenai ukuran anthropometri tubuh operator
maupun penerapan data-data anthropometrinya. Kata anthropometri berasal dari
bahasaYunani, yaitu anthropos yang berarti manusia (man, human) dan metrein
(to measure) yang berarti ukuran. Jadi, Secara definitif antropometri dapat
dinyatakan sebagai suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimens itubuh
manusia.
Anthropometri akan memberikan penjelasan kalau manusa itu pada
dasarnya memiliki berbeda satu dengan yang lain. Manusia akan bervariasi
dalam berbagai macam dimensi ukuran seperti kebutuhan, motivasi, inteligensia,
imaginasi, usia, latar belakang pendidikan, jenis kelamin, kekuatan, bentuk dan
ukuran tubuh, dan sebagainya. Dengan memiliki data antropometri yang tepat,
maka seorang perancang produk ataupun fasilitas kerja akan mampu
menyesuaikan bentuk dan geometris ukuran dari produk rancangannya dengan
bentuk maupun ukuran segmen-segmen bagian tubuh yang nantinya akan
mengoperasikan produk tersebut. Jadi bisa dikatakan antropometri memegang
peranan utama dalam rancang bangun sarana dan prasarana kerja.
Praktikum ini membahas tentang sekumpulan data numerik yang
berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia bentuk, ukuran, serta
penggunaan dari data tersebut untuk memecahkan suatu masalah
dalampendesain produk. Praktikum ini secara garis besar mengukur 17 dimensi
untuk antropometri tubuh.
Setelah diadakannya praktikumini, diharapkan praktikan dapat
mengetahui tata cara pengukuran dimensi tubuh manusia untuk kepentingan
ergonomi dan dapat mengetahui penggunaan data anthropometri dalam
perancangan produk atau stasiun kerja.
1
2
B. Tujuan
1. Mengetahui cara pengukuran dimensi tubuh, dimensi kaki, dan dimensi
lengan.
2. Mengetahui segmen tubuh yang digunakan untuk perancangan produk dan
optimasi metodologi kerja.
3. Mengetahui penggunaan data anthropometri dalam perancangan produk dan
stasiun kerja.
4. Mengetahui manfaat perancangan yang ergonomi untuk menghindari rasa
sakit pada saat kuliah.
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a) Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa tentang antropometeri.
b) Memberikan pengalaman pada mahasiswa bagaimana langkah–langkah
mengukur bagian-bagian tubuh manusia.
c) Memberikan pengetahuan pada mahasiswa mengenai fungsi
antropometri dalam kehidupan sehari-hari.
2. Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja
a) Meningkatkan kemampuan dan kualitas mahasiswa dalam penerapan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di dunia kerja
b) Menambah referensi kepustakaan untuk perkembangan ilmu
pengetahuan dalam bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Anthropometri
Istilah Antropometri berasal dari “anthro” yang berarti manusia dan
“metri” yang berarti ukuran. Secara definitif antropometri dapat dinyatakan
sebagai satu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh
manusia. Manusia pada dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran (tinggi,
lebar, dan sebagainya), berat dan lain–lain yang berbeda satu dengan yang
lainnya.
Menurut Sritomo (2003), salah satu bidang keilmuan ergonomi adalah
istilah anthropometri yang berasal dari Antro yang berarti manusia dan
Metron yang berarti ukuran. Definisi dinyatakan sebagai suatu studi yang
menyangkut pengukuran dimensi tubuh manusia dan aplikasi rancangan
yang menyangkut geometri fisik, massa, dan kekuatan tubuh.
Menurut Nurmianto (1991), Anthropometri adalah satu kumpulan data
numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia
ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk
penanganan masalah desain.
Menurut Nurmianto (1991), Salah satu bidang keilmuan ergonomi
adalah Anthropometri yaitu suatu studi yang berhubungan dengan
pengukuran dimensi tubuh manusia. Anthropometri secara lebih luas
digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam proses perencanaan
produk maupun sistem kerja yang memerlukan interaksi manusia. Data
Anthropometri yang berhasil akan diaplikasikan secara lebih luas antara lain
dalam hal:
a. Perancangan areal kerja (work station)
b. Perancangan alat kerja seperti mesin, equipment perkakas (tools)
c. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi, meja dan
sebagainya
d. Perancangan lingkungan fisik.
Dalam bidang-bidang tersebut, data statistik tentang distribusi dimensi
tubuh dari suatu populasi diperlukan untuk menghasilkan produk yang
optimal. Perubahan dalam gaya kehidupan sehari-hari, nutrisi, dan
3
4
komposisi dari masyarakat dapat membuat perubahan dalam distribusi
ukuran tubuh (misalnya dalam bentuk kegemukan) dan membuat perlunya
penyesuaian berkala dari koleksi data antropometri.
2. Pengukuran Anthropometri
Berikut adalah standar cara pengukuran posisi tubuh :
a. Pengukuran dimensi struktur tubuh
Pengukuran dalam berbagai posisi standar dan tidak bergerak seperti
berat, tinggi saat duduk/berdiri, ukuran kepala, tinggi, panjang lutut saat
berdiri/duduk, panjang lengan dan lain-lain.Disini tubuh diukur dalam
berbagai posisi standar tidak bergerak (tetap tegak sempurna). Istilah
lain dari pengukuran tubuh dengan cara ini adalah “static
antropometri”. Dimensi tubuh yang diukur dengan posisi tetap antara
lain meliputi berat badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri maupun
duduk, ukuran kepala, tinggi/panjang lutut pada saat berdiri/ duduk,
panjang lengan dan sebagainya. Ukuran dalam hal ini diambil dengan
percentile tertentu seperti 5-th dan 95-th percentile
b. Pengukuran dimensi fungsional tubuh
Pengukuran saat melakukan gerakan tertentu yang berkaitan dengan
kegiatan yang harus dilakukan atau dengan kata lain pengukuran
dilakukan saat tubuh melakukan gerakan kerja dalam posisi dinamis dan
banyak diaplikasikan pada proses perancangan fasilitas/ruang kerja).
Menurut Sutalaksana (2006), antropometri adalah pengetahuan yang
menyangkut pengukuran tubuh manusia khususnya dimensi tubuh.
Antropometri dibagi atas dua bagian, yaitu:
a. Antropometri statis
Merupakan pengukuran manusia pada posisi diam dan linier
pada permukaan tubuh. Ada beberapa metode pengukuran tertentu agar
hasilnya representative. Selain itu terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi dimensi tubuh manusia, sebagai berikut:
1) Umur, ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir
sampai sekitar 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Ada
kecenderungan berkurang setelah 60 tahun.
2) Jenis kelamin, jenis kelamin pria umumnya memiliki dimensi tubuh
yang lebih besar kecuali dada dan pinggul.
5
3) Suku bangsa (etnis), dimensi tubuh suku bangsa negara barat lebih
besar jika dibandingkan dengan dimensi tubuh suku bangsa negara
Timur.
4) Sosio ekonomi, tingkat sosio ekonomi sangat mempengaruhi
dimensi tubuh manusia. Pada negara- negara maju dengan tingkat
sosio ekonomi tinggi mempunyai dimensi tubuh yang besar
dibandingkan dengan negara-negara berkembang.
b. Antropometri dinamis
Maksud antropometri dinamis adalah pengukuran keadaan dan
ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan
gerakan-gerakan yang mungkin terjadi saat pekerja tersebut
melaksanakan kegiatannya. Terdapat 3 kelas pengukuran antropometri
dinamis, yaitu:
1) Pengukuran tingkat keterampilan sebagai pendekatan untuk
mengerti keadaan mekanis dari suatu aktifitas. Contoh dalam
mempelajari performansi atlet.
2) Pengukuran jangkauan ruang yang dibutuhkan saat kerja. Contoh
jangkauan dari gerakan tangan dan kaki efektif pada saat bekerja,
yang dilakukan dengan berdiri atau duduk.
3) Pengukuran variabilitas kerja. Contoh analisis kinematika dan
kemampuan jari-jari tangan dari seorang juru ketik atau operator
komputer.
B. Perundang-undangan
Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran
dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun
rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan
budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian
secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan
proses produksi baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah
Indonesia merdeka menimbulkan konsekuensi meningkatkan intensitas kerja
yang mengakibatkan pula meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan kerja.
6
Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih
tinggi dalam mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk
maupun jenis kecelakaannya. Sejalan dengan itu, perkembangan pembangunan
yang dilaksanakan tersebut maka disusunlah UU No. 14 tahun 1969 tentang
pokok-pokok mengenai tenaga kerja yang selanjutnya mengalami perubahan
menjadi UU No. 12 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan.
Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja
atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan
dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan
harkat dan martabat serta nilai-nilai agama.
Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka dikeluarkanlah
peraturan perundangan-undangan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja
sebagai pengganti peraturan sebelumnya yaitu Veiligheids Reglement, STBl No.
406 tahun 1910 yang dinilai sudah tidak memadai menghadapi kemajuan dan
perkembangan yang ada.
Peraturan tersebut adalah Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang
keselamatan kerja yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja, baik
di darat, di dalam tanah, permukaan air, di dalam air maupun udara, yang berada
di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Undang-undang
tersebut terdiri dari XI bab dan 18 pasal, yaitu :
1. Bab I (pasal 1) menjelaskan tentang istilah-istilah
2. Bab II (pasal 2) tentang ruang lingkup yang meliputi keselamatan dan
kesehatan kerja disemua tempat kerja baik didarat, di dalam tanah, di
permukaan air, di dalam air maupun di udara di wilayah Republik Indonesia.
3. Bab III (pasal 3 dan 4) mengenai syarat-syarat keselamatan kerja
4. Bab IV (pasal 5 – 8) tentang pengawasan
5. Bab V (pasal 9) tentang pembinaan K3
6. Bab VI (pasal 10) tentang P2K3
7. Bab VII (pasal 11) tentang kecelakaan kerja
8. Bab VIII (pasal 12) tentang kewajiban dan hak tenaga kerja
9. Bab IX (pasal 13) tentang kewajiban bila memasuki tempat kerja
10. Bab X (pasal 14) tentang kewajiban pengurus
11. Bab XI (pasal 15 – 18) tentang ketentuan penutup.
Selain itu masih ada beberapa perundang-undangan lain terkait
keselamatan dan kesehatan kerja, diantaranya yaitu :
7
1. Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor 03 Tahun 1998 tentang Tatacara
Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan
Terdiri dari enam bab dan 15 pasal, mengatur kewajiban pengurus
atau pengusaha. DK3N – LK3I 12 melaporkan kecelakaan, tatacara pelaporan
dan pemeriksaan dan pengkajian kecelakaan oleh pengawas ketenagakerjaan.
Lampiran satu adalah bentuk laporan kecelakaan, lampiran II laporan
pemeriksaan dan pengkajian kecelakaan kerja, lampiran III bentuk laporan
pemeriksaan dan pengkajian penyakit akibat kerja, lampiran IV bentuk
laporan pemeriksaan dan pengkajian peristiwa kebakaran/peledakan/bahaya
pembuangan limbah.
2. Keputusan Menteri Tenaga Kerja nomor 333 Tahun 1989 tentang Diagnosis
dan Pelaporan Penyakit Akibat Kerja
Terdiri atas enam pasal,mengatur mengenai tata cara diagnosis dan
pelaporan penyakit akibat kerja. Lampiran I adalah bentuk laporan kepada
Kepala Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja, sedang Lampiran II
adalah laporan medik penyakit akibat kerja yang merupakan rahasia
medik.Keputusan Menteri ini merupakan pedoman pelaksanaan dari Undang-
undang No. 2 Tahun 1951 tentang Pernyataan berlakunya Undang-undang
Kecelakaan Tahun 1947 yang telah diganti dengan Undang-undang No. 3
Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Pedoman ini dipakai untuk
menetapkan diagnosis dan penilaian cacat karena kecelakaan dan penyakit
akibat kerja guna memperhitungkan hal-hal tenaga kerja, yang meliputi
bidang pengobatan mata, penyakit telinga, hidung dan tenggorok (THT),
bidang orthopaedi, bidang penyakit dalam, bidang penyakit Paru, bidang
penyakit akibat radiasi mengion, bidang psikiatri, bidang neurologi dan
bidang penyakit kulit.
BAB IIIHASIL
A. Gambar Alat, Cara Kerja, dan Prosedur Pengukuran
1. Gambar Alat
Gambar Keterangan
a. Stadiometer 1) Angka-angka penunjuk
hasil (skala)
2) Tempat menggabungkan
sliding caliper
3) Pembatas
Fungsi alat : untuk
mengukur bagian-bagian
tubuh baik dalam posisi
berdiri maupun duduk.
b. Spreading caliper 1) Pengukur lingkar kepala
2) Skala
Fungsi : mengukur diameter
kepala.
c. Jangka sorong 1) Rahang tetap atas
2) Rahang tetap bawah
3) Rahang sorong atas
4) Rahang sorong bawah
5) Tombol kunci
8
3
1
2
1
2
9
6) Skala utama
Fungsi : mengukur ketebalan
obyek yang akan diukur.
d. Pita meter 1) Skala
2) Bagian ujung (atas)
Fungsi : Untuk mengukur
lebar bahu, lebar pinggul,
panjang lengan, panjang,
lebar dan tinggi kursi dan
meja, dll.
e. Busur 1) Skala2) Pengukur sudut
Fungsi : mengukur sudut sandaran kursi.
f. Meja dan kursi Fungsi : sebagai obyek pengukuran atau untuk peralatan kerja.
1
2 4
5 6
2
1
1
2
3
10
g. Alat tulis Fungsi : untuk mencatat data
hasil pengukuran.
2. Cara Kerja
a. Stadiometer
1) Pasang antropometer pada bagian tubuh probandus yang akan diukur
pada posisi berdiri maupun duduk.
2) Lalu lihat angka pada skala yang tertera pada antropometer.
Ketentuan yang berlaku apabila dalam pengukuran menggunakan
bagian luar stik dan dalam stik dari antropometer maka skala yang
dibaca di dalam kotak bagian atas, apabila menggunakan bagian
dalam stik dan dalam stik dari antropometer maka baca skala bagian
bawah, dan apabila menggunakan bagian luar dan luar dari
antropometer maka skala yang dibaca bagian atas ditambah 1 cm.
3) Kemudian catat hasil yang sudah dibaca tadi.
b. Spreading caliper
1) Putar mur yang ada pada pegangan alat agar bisa disesuaikan dengan
kepala probandus yang akan di ukur.
2) Pasang pada kepala untuk mengukur diameternya.
3) Lalu kencangkan alat hingga hasil pengukuran akurat.
4) Kemudian catat hasilnya.
11
c. Jangka sorong
1) Pasang jangka sorong ke obyek yang diukur.
2) Kencangkan alat agar ukuran tidak berubah.
3) Lihat dan catat hasil pengukuran.
d. Busur
1) Letakkan busur di sudut kemiringan pada sandaran kursi.
2) Lihat berapa besarnya derajat kemiringan.
3) Kemudian catat hasilnya.
e. Pita meter
1) Tarik pita meter dari gulungan, tempelkan pada bagian tubuh yang
akan diukur.
2) Lihat berapa panjangnya kemudian catat hasilnya.
3. Prosedur Pengukuran
a. Desain Antropometri Statis Berdiri
1) Probandus siap.
2) Probandus dalam keadaan berdiri tegak dan menghadap lurus ke
depan.
3) Pengukuran yang dilakukan antara lain :
a) Gidan ( tinggi badan ) yaitu jarak vertikal dari lantai sampai
ujung kepala
b) Gihu ( tinggi bahu ) yaitu jarak vertikal dari lantai sampai titik
tengah bahu
c) Giku ( tinggi siku ) yaitu jarak vertikal dari lantai sampai titik
tengah siku
d) Gigul ( tinggi pinggul ) yaitu jarak vertikal dari lantai sampai
titik tulang pinggul
e) Barhu ( lebar bahu ) yaitu jarak horizontal antara sisi paling luar
bahu kiri dan kanan
f) Bargul ( lebar pinggul ) yaitu jarak horizontal antara sisi luar
pinggul kiri dan kanan
g) Panleng ( panjang lengan ) yaitu jarak dari titik tengah bahu
sampai ujung jari tengah
h) PL. Bawah ( panjang lengan bawah ) yaitu jarak dari titik
belakang siku sampai ujung jari tengah
12
i) PL. Atas ( panjang lengan atas ) yaitu jarak dari titik tengah
bahu sampai titik tengah siku
j) Jangtas ( jangkauan atas ) yaitu Jarak vertikal dari lantai sampai
titik tengah kepalan tangan (tangan lurus keatas dengan tangan
menggenggam)
b. Desain Antropometri Duduk
1) Probandus siap.
2) Probandus dalam posisi duduk dan tegap.
3) Pengukuran yang dilakukan meliputi :
a) Giduk ( tinggi duduk ) yaitu jarak vertikal dari alas duduk ke
bagian paling atas kepala
b) Gikuduk ( tinggi siku duduk ) yaitu jarak vertikal dari alas
duduk sampai titik bawah siku duduk (kedua lengan atas lurus
kebawah disamping badan, siku ditekuk membentuk sudut 90°
c) Gigulduk ( tinggi pinggul duduk ) yaitu jarak vertikal dari alas
duduk sampai tulang pinggul paling atas
d) Gitutduk ( tinggi lutut duduk ) yaitu jarak vertikal dari lantai ke
tempurung lutut
e) Pangkaitas ( panjang tungkau atas ) yaitu jarak horizontal dari
titik belakang pantat sampai lekuk lutut (sudut popliteal)
f) Pangkaiwah ( panjang tungkai bawah ) yaitu jarak vertikal dari
lantai sampai lekuk lutut
g) Gibaduk ( tinggi bahu duduk ) yaitu jarak vertikal dari alas
duduk sampai titik tengah bahu
c. Pengukuran kursi :
1) Tinggi kursi dari lantai sampai dengan permukaan atas bagian
depan alas duduk.
2) Lebar kursi diukur pada garis tengah alas duduk melintang.
3) Panjang alas kursi diukur dari pertemuan garis proyeksi permukaan
depan sandaran duduk sampai dengan ujung depan alas duduk .
4) Sandaran punggung diukur lebar dan panjang/tinggi.
5) Sandaran tangan diukur panjang ,lebar dan tingginya.
d. Pengukuran meja :
1) Panjang meja diukur dari panjang permukaan atas meja.
2) Lebar meja diukur dari lebar permukaan atas meja.
13
3) Tinggi meja diukur dari lantai sampai permukaan atas meja.
4) Tebal meja diukur dari tebal permukaan atas meja.
B. Hasil Pengukuran dan Perhitungan
1. Hasil Pengukuran
BERDIRI
NO NAMAGIDA
N GIHU GIKU GIGULBARH
U1 Supriyadi 161 132 97,5 90,5 51
2Ami Widya
N.R 157 129 97,5 93,5 39
3
Belinda Ayunita K.C.D 156 128 97 93 42,5
4 Fia Anjani 157 131,5 97 90 41,5
5Prisca Danu
P. 146 122,5 92 85 37
6Ratna Nur
Santi 155 126,5 98,2 93 40
7Nevita Nurul
Husna 157,5 130,5 96 93,5 46
XRata-Rata
155.33 129.67 95.50 90.25 42.60
SDStadard Deviasi 5.01 2.08 2.38 3.77 5.77
5% 5th Persentil148.2
5 128.10 92.60 85.75 37.40
95% 95 Persentil160.0
0 131.70 97.00 93.00 50.00
BARGUL
PANLENG
PL BAWA
HPL
ATASJANGTA
S31 64 38 26 19135 70 40 26 18739 62 36 25 18834 66 40 27 18730 60 36 23 17130 65 43 26 18543 62 38 26 192,5
34.57 64.14 38.71 25.57 184.83
4.93 3.29 2.50 1.27 7.0530.0
0 60.60 36.00 23.60 174.50
14
DUDUK
NO NAMA GIDUKGIKUDU
KGIGULD
UKGITUTD
UK1 Supriyadi 79 20 20 49,52 Ami Widya N.R 80 18 21 49
3Belinda
Ayunita. K.C.D 81 19 26 504 Fia Anjani 81 21 20 485 Prisca Danu P. 78 18 19 47
6Ratna Nur
Santi 80 18 20 51
7Nevita Nurul
Husna 82 20 20 48
XRata-Rata 80.14 19.14 20.86 48.83
SDStadard Deviasi 1.35 1.21 2.34 1.47
5% 5th Persentil 78.30 18.00 19.30 47.2595% 95 Persentil 81.70 20.70 24.50 50.75
PANGKAITAS
PANGKAIWAH
GIBADUK
45 39 6447 46 5650 36 5852 40 5743 45 5442 39 5750 35 60
47.00 40.00 58.003.83 4.16 3.21
42.30 35.30 54.6051.40 45.70 62.80
15
Stasiun Kerja :
NO Stasiun Kerja Dimensi
Ukuran
Satuan
1 Meja Panjang Meja (a)
104,5 Cm
Lebar Meja (b) 68,5 Cm
Tinggi Meja © 73 Cm
Tebal Meja (d) 1,5 Cm
2 Kursi Tinggi kursi (a) 42 Cm
Lebar kursi (b) 50 Cm
Panjang kursi © 45 Cm
Tinggi sandaran punggu
42,5 Cm
16
ng (d)
Lebar sandaran punggung (e) 49,5 Cm
Tinggi sandaran tangan (f) 9,6 Cm
Panjang sandaran tangan (g) 39,5 Cm
Lebar sandaran tangan (h) 6,7 Cm
2. Perhitungan
Dalam praktikum ini praktikan tidak hanya mengukur antropometri
tubuhnya saja namun juga menghitung nilai distribusi normalseperti rata-
rata, standard deviasi, dan persentil ( 5th persentil dan 95th persentil ).
Perhitungan tersebut diperoleh melalui rumus :
a. Rata – rata
1) Rumus manual
Χ = jumlah data : banyaknya data
2) Rumus pada microsoft excel
=AVERAGE(Blok Sel)
b. Standard deviasi
1) Rumus manual
Standard deviasi (α) = √∑(x-X)2/n-1
2) Rumus pada microsoft excel
=STDEV(Blok Sel)
c. Persentil
1) Rumus manual :
Langkah yang pertama menentukan nilai yang terkecil sampai
nilai yang terbesar dari suatu distribusi kelompok. Nilai tersebut
17
digunakan untuk menentukan nilai range, adapun rumus dalam
menentukan nilai range adalah :
R = Dmax – Dmin
Dimana : R = Nilai range
Dmax = Data terbesar
Dmin = Data terkecil
Langkah yang kedua yaitu menentukan kelas interval atau biasa
disingkat dengan sebutan kelas, adapun rumus dalam menentukan kelas
adalah sebagai berikut:
K = 1 + 3,3 Log N
Dimana : K = Kelas
N = Jumlah data
Langkah yang ketiga yaitu menentukan nilai interval, adapun
rumus dalam menentukan nilai interval adalah sebagai berikut:
I= RK
Langkah yang terakhir yaitu menghitung nilai persentil. Adapun
dalam menentukan nilai persentil yang harus dilakukan terlebih dahulu
yaitu menentukan letak dari nilai LCB, adapun rumus dalam
menentukan letak persentil adalah sebagai berikut:
Pi=(ixN )100
Dimana : Pi = Letak persentil
i = Nilai persentil ke-n
N = Jumlah data
Setelah diketahui letak dari persentil, maka langkah selanjut
menghitung nilai dari persenti, adapun rumus dari nilai persentil adalah
sebagai berikut:
P=LCB+ I [ ( ixN100 )−F−1
fi ]Dimana : P = Nilai persentil
LCB = Lower Class Boundary
F−1 = Nilai komulatif frekuensi sebelum LCB
18
fi = Nilai frekuensi
2) Rumus pada microsoft excel :
=PERCENTILE(Blok Sel,5%)
=PERCENTILE(Blok Sel,95%)
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Kesesuaian Meja
Kriteria :
Sesuai dengan antropometri tubuh probandus dan jenis pekerjaan.
Panjang meja harus sama dengan panjang lengan. Lebar meja sama dengan
panjang lengan. Tinggi meja setinggi siku saat posisi duduk. Tebal meja dibuat
sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kebebasan bergerak pada kaki dan
terbuat dari bahan yang keras dan tidak mudah patah.
1. Panjang Meja
Diukur dari panjang permukaan atas meja.
Panjang meja : 104,5 cm
Hasil : Panjang meja sudah sesuai dengan panjang lengan.
Karena sudah melebihi panjang lengan, yaitu 68,80 cm.
Sehingga tidak perlu melakukan gerakan paksa untuk
menjangkau sesuatu di area kerja.
2. Lebar Meja
Diukur dari lebar permukaan atas meja.
Lebar meja : 68,5 cm
Hasil : Sudah sesuai dengan ukuran panjang lengan yaitu 68,80
cm.
3. Tinggi Meja
Diukur dari lantai sampai permukaan atas meja.
Kritria : tingginya sama dengan tinggi siku duduk.
Tinggi meja : 73 cm
Hasil : Belum sesuai dengan ukuran antropometri tinggi siku.
Karena tinggi siku adalah 97cm. Sedangkan tinggi meja hasil
pengukuran terlalu rendah 73 cm. Sehingga perlunya
pembenahan meja menyesuaikan tinggi.
4. Tebal Meja
Diukur dari ketebalan permukaan atas meja.
Kriteria : Dapat memberikan gerakan bebas pada kaki dan terbuat dari
bahan yang keras dan tidak mudah patah.
19
20
Tebal meja : 1,5 cm
Hasil : Sudah sesuai dengan ukuran antropometri dan sudah
ergonomis. Bahanya juga terbuat dari bahan yang keras dan
tidak mudah patah.
B. Kesesuaian Tempat Duduk
Kriteria :
Probandus dengan sikap duduk mendapatkan sikap yang mantap dan
memberikan relaksasi otot, dan tidak mengalami penekanan-penekanan pada
bagian tubuh yang mengganggu sirkulasi darah dan sensitifitas bagian tubuh.
1. Tinggi Tempat Duduk
Dari lantai sampai dengan permukaan atas bagian depan alas duduk.
Kriteria : harus lebih pendek dari panjang lekuk lutut s/d telapak
kaki.
Tinggi Kursi : 42 cm
Hasil : Sudah sesuai dengan ukuran tinggi lutut duduk. Karena
tinggi lutut duduk adalah 50,75 cm. Sehingga sesuai dengan
kriteria bahwa tinggi tempat duduk lebih pendek dari tinggi
lutut.
2. Panjang Alas Duduk
Pertemuan garis proyeksi permukaan daepan sandaran duduk sampai dengan
alas duduk.
Kriteria : lebih pendek dari lekuk lutut sampai dengan garis
punggung.
Panjang kursi : 45 cm
Hasil : Sudah sesuai dengan ukuran antropometri panjang tungkai
atas. Karena panjang tungkai atas adalah 51,40 cm. Sehingga
dari percobaan panjang alas duduk lebih pendek dari lekuk
lutut sampai dengan garis punggung.
3. Lebar Tempat Duduk
Diukur pada garis tengah alas duduk melintang.
Kriteria : harus lebih lebar dari lebar pinggul.
Lebar kursi :50 cm
Hasil : Sudah sesuai dengan ukuran antropometri lebar pinggul,
karena lebar pinggul adalah 41,80 cm. Karena dalam
21
perancangan desain kursi adalah 50 cm, jadi akan tetap merasa
nyaman karena sudah diiperhitungkan nilai kelonggaran.
4. Tinggi Sandaran Tangan
Diukur panjang, lebar dan tinggi
Kriteria :
a. Jarak tepi dalam kedua sandaran tangan lebih lebar dari lebar pinggul dan
tidak melebihi lebar bahu.
b. Tinggi sandaran tangan adalah setinggi siku.
Sandaran tangan :
a. Panjang = 39,5 cm
b. Lebar = 6,7 cm
c. Tinggi = 9,6 cm
Hasil :
a. Sesuai dengan ukuran antropometri lebar bahu. Karena lebar bahu
adalah 50 cm, dan dalam desain seharusnya tidak melebihi lebar bahu,
karena lebar kursi adalah 50 cm.
b. Sudah sesuai dengan ukuran antropometri tinggi siku duduk. Karena
tinggi siku duduk adalah 20,7 cm.
22
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa ukuran meja dan kursi
mahasiswa secara keseluruhan sudah memenuhi kriteria, namun ada beberapa
bagian yang ukurannya masih kurang sesuai dengan antropometri probandus /
mahasiswa. Berikut adalah hasil pengukurannya :
1. Meja :
Panjang meja : 104,5 cm (sesuai)
Lebar meja : 68,5 cm (sesuai)
Tinggi meja : 73 cm (belum sesuai, karena seharusnya disesuaikan dengan
tinggi siku probandus, yakni 97 cm)
Tebal meja : 1,5 cm (sesuai)
2. Kursi :
Tinggi kursi : 42 cm (sesuai)
Panjang kursi : 45 cm (sesuai)
Lebar kursi : 50 cm (sesuai)
Panjang sandaran tangan : 39,5 cm (sesuai)
Lebar sandaran tangan : 6,7 cm (sesuai)
Tinggi sandaran tangan : 9,5 (sesuai)
B. Saran;Saran yang dapat kami sampaikan yaitu sebuah himbuan agar praktikan
pada saat melakukan praktikum/ pengambilan data benar-benar memperhatikan
ketelitian. Karena setiap angka (data) sangat mempengaruhi dan akan berdampak
pada uji kenormalan dan uji kecukupan data. Dan dengan ketelitian akan
memperoleh hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Adam N.S.A.T.H. 2012. Landasan Teori Anthropometri. http://adamnsath.blogspot.com/2012/03/landasan-teori-anthropometri.html. (22 Maret 2012)
Muchamad Rochim. 2012. Laporan Bab 1 Anthropometri. hgbjkn.blogspot.com/2012/08/laporan-bab-1-antropometri_6764.html. (22 Agustus 2012)
Sefelindo Solo. 2008. Peraturan Perundang-Undangan Dibidang K3. safelindo.blogspot.com/2008/12/peraturan-perundang-undangan dibidang.html. (1 Desember 2008)
Tarwaka,PGDip.Sc. M.Erg.2011. Ergonomi Industri. Surakarta : Harapan Press, p:147
Yuri F. T. 2014. Laporan Ergonomi : Antrhopometri. http://fanditanjung19.blogspot.com/2014/03/laporan-ergonomi-antropometri.html. (19 Maret 2014)