ERGONOMI LAPORAN AKHIR PENELITIAN...Antropometri Posisi Berdiri Antropometri posisi berdiri...
Transcript of ERGONOMI LAPORAN AKHIR PENELITIAN...Antropometri Posisi Berdiri Antropometri posisi berdiri...
LAPORAN AKHIR PENELITIAN
PERANCANGAN MEJA LESEHAN YANG ERGONOMIS UNTUK CAFE MAHASISWA
Oleh :
Dr. Ir. Julianus Hutabarat, MSIE Diah Wilis Lestarining Basuki, ST., MT
Ahmad Mustofa
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG
2018
ERGONOMI
HALAMAN PENGESAHANLATORAF{ AKEIR PENELITIAN ITIBAH INTERNAL
Judul
PeuelitilPrlahsanaNana Lengkap & GelarNIDN,/ ]{IPFakultas I Program Studi
Alamat Surel (E-mail)
No. t{PJabatan Fungsional
Anggota (1)Nama Lengkap & GelarNIDN i NTP
Fakultas / Program Studi
Institusi hlitra {iika ada)
Narna Institusi l\{itraAlamat Institusi l\4itra
Penanggung Jawab
Tahun Pelaksanaan
Biaya Keselunrhan
. PERA}{CANGAN \,fEJA LESEH,AN Y,{NG ERGONOMISCT\TE KIAHASISWA
. Dr. Ir. Julianus F{utabarat. h4SlE.
. $7 16A761A2 1 P I 018500094
. Pasca Sarjana / Teknik Industri S-2julianus I 96 l @leclurer.itn. ac id
:081252040846
. Lektor Kepala
Diah Witis Lestarining Basuki, ST.. MT071 3 t08603 / P. 1031 500502
Faliultas Teknoiogi Industri I Teknik Informatika S-.1
2018
Rp 1S.000.000,00
MalanE;, I5 Desember 2018
LINTLiK
NIP. P. 1030100359
k{Dr. Ir. Julianus Hutabarat, MSIE.}
NIP. P. 1018500094
7.-*:Ef"xf::;,,]i:'rs'r77t a. .-",.,]::-// i it \I(a+i-id1
L: i cer a]; d *h : I ) t. I r. .l ul i ;tnt s il vt ab* rat. trl 5] E. ?g L l ji J 2,t ) {) I I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Perancangan
Dalam era globalisasi yang semakin maju saat ini, internet sudah menjadi
kebutuhan sehari-hari. Internet dapat diartikan sebagai jaringan komputer luas dan
besar yang mendunia, yaitu menghubungkan pemakai komputer dari suatu negara
ke negara lain di seluruh dunia, dimana di dalamnya terdapat berbagai sumber
daya informasi dari mulai yang statis hingga yang dinamis dan interaktif.
(http://members.tripod.com/octa_haris/internet.html). Dengan internet
memudahkan kita untuk mengakses info/berita secara cepat. Internet dapat diakses
kapan saja dan dimana saja, seperti di cafe.
Cafe biasanya dijadikan tempat bersosialisasi dan tempat bersantai sambil
menikmati makanan dan minuman yang ada. Dulu, cafe hanya dijadikan tempat
untuk sekedar minum kopi, atau hanya menikmati makanan yang tersedia dengan
suasana santai. Seiring dengan perkembangan jaman, cafe juga menyesuaikan diri
dengan menyediakan sarana internet dalam cafe, yang biasa dinamakan hotspot
area. Hotspot adalah salah satu bentuk pemanfaatan teknologi wireless LAN pada
lokasi-lokasi publik seperti taman, perpustakaan, restoran ataupun bandara.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Hotspot). Pengunjung pun dapat berselancar di dunia
maya dengan menggunakan laptop sambil menikmati makanan atau minuman
yang tersedia di cafe dengan meja yang disediakan. Bentuk meja yang disediakan
di cafe-cafe bermacam-macam. Misalnya saja cafe yang menyediakan meja
1
lesehan dan pengunjung duduk dibawah. Sering dijumpai meja pada cafe lesehan
yang kurang ergonomis untuk meletakkan makanan, minuman dan laptop. Seperti
meja yang sempit yang membuat pengguna tidak leluasa meletakkan
makanan/minuman dan laptop. Hal ini menyebabkan pengunjung kurang nyaman
untuk menggunakan laptop sambil menikmati makanan dan minuman yang ada.
Melihat kondisi seperti ini, dirasa perlu untuk melakukan suatu perancangan
meja laptop yang ergonomis yang dapat digunakan untuk meletakkan laptop dan
juga makanan/minuman. Sehingga konsumen merasa nyaman dalam
menggunakan laptop sambil menikmati makanan/minuman.
Dalam perancangan ini akan menekankan pada aspek ergonomi untuk
mencapai desain yang qualified, certified dan customer needs. Serta
memperhatikan nilai-nilai estetika, fungsional, praktis untuk memberikan
kenyamanan pada pengguna produk tersebut.
Berikut adalah beberapa gambar meja di cafe hotspot.
Gambar 1.1
2
Gambar 1.2
Dari gambar 1.1 dan gambar 1.2 adalah meja cafe lesehan yang tidak
menyediakan tempat khusus untuk meletakkan laptop, makanan dan minuman.
Gambar 1.3
3
Dari gambar 1.3 dapat dilihat akibat dari meja yang tidak memiliki tempat
khusus untuk meletakkan makanan adalah konsumen harus memegang
makanannya. Kondisi ini menyebabkan konsumen tidak nyaman dalam memakai
laptop dan meletakkan minuman ataupun makanannya.
4
Berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan kepada konsumen,
didapatkan hasil bahwa konsumen merasa kurang nyaman dengan meja laptop
lesehan yang ada saat ini. Dan dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
konsumen merasa sering kesulitan dalam meletakkan laptop dan
makanan/minuman di meja laptop lesehan yang ada. Sehingga konsumen
memerlukan fungsi tambahan untuk meletakkan makanan/minuman pada meja
laptop lesehan dengan desain meja untuk individual/perorangan.
1.2 Rumusan Perancangan
Berdasarkan latar belakang masalah dan hasil dari kuesioner diatas,
didapatkan hasil bahwa maka rumusan perancangan yang dapat diambil adalah :
1. Bagaimana merancang meja laptop untuk cafe hotspot lesehan yang
ergonomis sesuai antropometri ?
2. Bagaimana merancang meja yang ergonomis untuk meletakkan
makanan/minuman di meja laptop cafe hotspot lesehan ?
Sehubungan dengan permasalahan di atas maka judul yang digunakan
adalah :
“ Perancangan Meja Laptop Yang Ergonomis Untuk Cafe HOTSPOT
Lesehan ”
1.3 Tujuan Perancangan
Berdasarkan rumusan perancangan tersebut dapat ditentukan tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian adalah :
7
1. Merancang meja laptop cafe hotspot lesehan sesuai dengan antropometri
tubuh.
2. Merancang meja yang ergonomis untuk meletakkan laptop dan
makanan/minuman sehingga konsumen merasa nyaman.
1.4 Manfaat Perancangan
Berdasarkan tujuan penelitian maka manfaat yang didapat dari penelitian
ini adalah :
a. Bagi Perancang / Mahasiswa
° Memperluas potensi dan daya kreatif dalam hal
mendesain produk.
° Memberikan pengalaman penelitian pada masalah
mendesain produk, serta mempraktekkan teori yang
telah diterapkan selama perkuliahan.
b. Bagi Masyarakat / Konsumen
° Adanya meja laptop untuk cafe hotspot lesehan yang
ergonomis dan memberikan kenyamanan.
° Memberikan kepraktisan dan kenyamanan bagi
pengguna laptop di cafe hotspot lesehan.
1.5 Lingkup Perancangan
8
1. Perancangan meja laptop yang ergonomis dan nyaman untuk cafe hotspot
lesehan.
2. Pembahasan analisa dalam mendesain meja laptop berlandaskan teori
ergonomi.
3. Lokasi penelitian dilakukan di cafe hotspot lesehan di Malang.
4. Untuk mendapatkan kriteria desain yang dirancang, dilakukan dengan
penyebaran kuesioner ke responden dan diolah menggunakan skala likert
serta pembobotan kuesioner.
5. Dalam penerapan desain yang dihasilkan, ditampilkan dengan
menggunakan program 3DSMAX.
9
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam perancangan ini, analisa yang dilakukan harus sesuai dengan yang
diharapkan dan berpedoman pada landasan teori yang tepat serta berhubungan
dengan objek perancangan.
2.1 Ergonomi
Menurut Eko Nurmianto (1996:1) istilah “ergonomi” berasal dari bahasa
latin yaitu “ergon” dan “nomos” dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang
aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,
fisiologi,psikologi, engineering, manajemen dan desain/perancangan. Ergonomi
berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan
kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah,dan tempat rekreasi.
Menurut Sutalaksana (1979) ergonomi didefinisikan suatu cabang ilmu yang
sistermatis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan
dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem sehingga orang dapat
hidup dan bekerja pada system itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang
diinginkan melalu pekerjaan itu, dengan efektif, aman dan nyaman.
Menurut Jurnal Jurusan Desain Interior – UK Petra Surabaya,
(http://puslit.petra.ac.id/journals/interior/), ergonomi merupakan salah satu dari
persyaratan untuk mencapai desain yang qualified, certified, dan sesuai dengan
customer need. Ilmu ini akan menjadi suatu keterkaitan yang terkait yang dapat
10
menciptakan suatu hubungan yang baik dalam pemunculan gagasan, proses
desain dan desain akhir.
2.2 Antropometri
Untuk mendesain peralatan secara ergonomis yang digunakan dalam
kehidupan sehari – hari atau mendesain peralatan yang ada pada lingkungan
seharusnya disesuaikan dengan manusia di lingkungan tersebut. Apabila tidak
ergonomis akan menimbulkan berbagai dampak negatif bagi manusia tersebut.
Dampak negative bagi manusia tersebut akan terjadi baik dalam waktu jangka
pendek (short term) maupun jangka panjang (long term) (Gempur Santoso : 37 )
Maka untuk mendesain produk yang ergonomis harus memperhatikan faktor
– faktor seperti panjang dari suatu dimensi tubuh manusia baik dalam posisi statis
maupun dinamis. Pengukuran tubuh manusia dinamakan antropometri.
Antropometri berasal dari kata antropo (manusia) dan metri (ukuran).
Antropometri yaitu studi yang berkaitan dengan pengukuran tubuh manusia yang
akan digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam memerlukan intraksi
manusia. Ukuran yang digunakan yaitu standar rata-rata/kurva normal.
Data antropometri diaplikasikan secara luas antara lain dalam perancangan
area kerja, perancangan peralatan kerja, perancangan produk konsumtif, dan
perancangan lingkungan kerja fisik. Perancangan suatu produk harus
memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi ukuran tubuh manusia yaitu
umur, jenis kelamin, suku/bangsa, posisi tubuh.
11
Standar cara pengukuran posisi tubuh:
° Pengukuran dimensi struktur tubuh (pengukuran dalam dalam berbagai posisi
standar dan tidak bergerak seperti berat, tinggi saat duduk/berdiri, ukuran
kepala, tinggi, panjang lutut saat berdiri/duduk, panjang lengan, dll.
° Pengukuran dimensi fungsional tubuh (pengukuran saat melakukan gerakan
tertentu yang berkaitan dengan kegiatan yang harus dilakukan atau dengan
kata lain pengukuran dilakukan saat tubuh melakukan gerakan kerja dalam
posisi dinamis dan banyak diaplikasikan pada proses perancangan
fasilitas/ruang kerja).
Gambar 2.1. Antropometri Tubuh Manusia yang Diukur Dimensinya
12
2.2.1 Data Antropometri
Secara garis besar pedoman pengukuran pada data anthropometri antara lain,
yaitu :
Antropometri Posisi Duduk
Antropometri posisi duduk terpenting yang diukur adalah :
1. Tinggi lutut
2. Lipat lutut punggung
3. Tinggi duduk
4. Lipat lutut telapak kaki
5. Panjang lengan bawah dan lengan
Gambar 2.2 Antropometri Posisi Duduk
13
2. Posisi Berdiri.
Antropometri Posisi Berdiri
Antropometri posisi berdiri untuk diterapkan pada ergonomi yang
terpentingadalah :
1. Tinggi badan
2. Tinggi bahu
3. Tinggi pinggul
4. Tinggi siku
5. Depa
6. Panjang lengan
Gambar 2.3 Antropometri Posisi Berdiri
14
2.2.2 Persentile
Persentile adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa persentase tertentu
dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan atau lebih rendah dari nilai
tersebut. Misalnya : 95% populasi adalah sama dengan atau lebih rendah dari 95
percentil; 5% dari populasi berada sama dengan atau lebih rendah dari 5 percentil.
Besarnya nilai percentil dapat ditentukan dari tabel probabilitas distribusi normal.
( Eko Nurmianto, Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, 2004:55 )
Gambar 2.4. Grafik Distribusi Normal
(Stevenson, 1989 ; Nurmianto, 1991)
Mengingat bahwa setiap manusia berbeda satu dengan yang lainnya,
maka aplikasi data antropometri dalam desain produk dapat meliputi; desain
untuk orang ekstrim (data terkecil atau terbesar); desain untuk orang per orang,
desain untuk kisaran yang dapat diatur (adjustable range) dengan menggunakan
15
persentil 5 dan persentil 95 dari populasi dan desain untuk ukuran rerata dengan
menggunakan data persentil 50 (Tarwaka, 2004).
2.2.2.1 Perhitungan Persentile
Tabel 2.1 Persentil dan Cara Penghitungan
PERCENTILE CALCULATION
1st X - 2.325 σ x
2.5th X - 1.960 σ x
5th X - 1.645 σ x
10th X - 1.280 σ x
50th X
90th X + 1.280 σ x
95th X + 1.645 σ x
97.5th X + 1.960 σ x
99th X + 2.325 σ x
(Eko Nurmianto, Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, 2004: 55)
Contoh : Tinggi badan pria dewasa orang Inggris usia 19-45 tahun adalah
berdistribusi normal, mean (X)=1.745m, SD=69mm. Berapa tinggi 95 persentile
(ukuran paling tinggi) dari populasi tersebut?
Jawab :
Persentile 95 :
16
95 th = X + 1,645 . SD
=1.745 + 1,645 (69)
= 1.859 mm
2.3 Desain
Desain dapat diartikan sebagai salah satu aktivitas luas dari inovasi desain
dan teknologi yang digagaskan, dibuat, dipertukarkan (melalui transaksi jual-beli)
dan fungsional. Desain merupakan hasil kreativitas budi-daya (man-made object)
manusi yang diwujudkan untuk memenuhi kebutuhan manusia, yang memerlukan
perencanaan, perancangan maupun pengembangan desain, yaitu mulai dari tahap
menggali ide atau gagasan, dilanjutkan dengan tahapan pengembangan, konsep
perancangan, sistem dan detail, pembuatan prototipe dan proses produksi,
evaluasi, dan berakhir dengan tahap pendistribusian. Jadi dapat disimpulkan
bahwa desain selalu berkaitan dengan pengembangan ide dan gagasan,
pengembangan teknik, proses produksi serta peningkatan pasar. ( Jurnal Jurusan
Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain – UK Petra Surabaya,
http://puslit.petra.ac.id/journals/interior/).
Untuk memenuhi desain produk yang sesuai dengan keinginan konsumen
(customers needs) harus menetapkan prinsip ergonomi dalam perancangan desain
produk. Sehingga design produk yang dihasilkan diharapkan akan memenuhi
keinginan konsumen dan diharapkan memiliki nilai tambah, dimana manfaat
(tangible & intangible benefits) yang akan dirasakan konsumen memiliki totalitas
manfaat yang lebih dibandingkan biaya korban yang harus dikeluarkan. Dengan
17
demikian design produk tersebut memiliki superior customer value dibandingkan
pesaingnya (Kotler & Amstrong, 2006 :13). Keunggulan bersaing harus
diciptakan sejak design produk dan diwujudkan dengan produk jadi (finished
goods) sebagai indikator performansi nyata (tangible) yang akan dilihat dan
dirasakan oleh konsumen.
( Dr.H.M.Yani Syafei,Ir.MT : Seminar Nasional – Ergonomics in Product
Development, 2007 )
2.3.1 Contoh Desain
Berikut ini adalah beberapa contoh desain meja cafe lesehan dan meja
laptop didapatkan dari hasil download internet.
Gambar 2.5
18
2.4 Metode Zero – One
Metode zero-one adalah salah satu cara pengambilan keputusan yang
bertujuan utnuk menentukan urutan prioritas fungsi–fungsi. Prinsip metoda ini
adalah menentukan relativitas suatu fungsi “lebih penting“ atau “ kurang penting “
terhadap fungsi lainnya. fungsi yang “ lebih penting “ diberi nilai satu (one),
sedangkan nilai yang “ kurang penting “ diberi nilai nol (zero).
Kelebihan metode ini adalah mudah dimengerti dan pelaksanaannya cepat
dan mudah. Cara pelaksanaan metode zero–one ini adalah dengan mengumpulkan
fungsi–fungsi yang tingkatannya sama, kemudian disusun dalam seuatu matriks
zero–one yang berbentuk bujur sangkar. Kemudian dilakukan penilaian fungsi–
fungsi secara berpasangan, sehingga pada matriks akan terisi nilai satu dan nol,
kecuali diagonal utama yang berisi x. nilai pada matriks ini kemudian dijumlah
menurut baris dan dikumpulkan pada kolom jumlah.
Contoh perhitungan zero-one
Fungsi A B C D E Jumlah
A
B
C
D
E
X
0
0
0
0
1
X
1
0
0
1
0
X
0
0
1
1
1
X
1
1
1
1
0
X
4
2
3
0
1
Keterangan : 1 = lebih penting
0 = kurang penting
20
X = fungsi yang sama
Untuk matriks diatas pada baris 1 kolom 2 bernilai 1, artinya fungsi A lebih
penting dari fungsi B. Sebaliknya baris 2 kolom 1 bernilai 0. dari matriks diatas
urutan prioritas adalah A, C, B, E, D ( berdasarkan jumlah nilai ).
1. kriteria harganya murah
Dasar pertimbangan terhadap kriteria ini adalah ditentukan oleh
jenis bahan yang digunakan, banyaknya pemakaian bahan, biaya proses
produksi dan biaya pemeliharaan. Besarnya harga dan preferensi terhadpa
masing-masing alternative adalah sebagai berikut ( asumsi ) :
Alternatif Preferensi
BA
CA
DA
BA < DA : BA < CA
CA > BA : CA > DA
DA < CA : DA > BA
ALTERNATIF BA CA DA JML Indx
BA
CA
DA
X
1
1
0
X
0
0
1
X
0
2
1
0
2/3
1/3
Total = 3
21
2.5 Analytic Hierarchy Process ( AHP )
Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli
matematika. Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan
dengan efektif atas persoalan yang kompleks dengan menyederhanakan dan
mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan
tersebut kedalam bagian-bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu
susunan hirarki, member nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang
pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk
menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan
bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. Metode AHP ini
membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan menstruktur suatu
hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dan dengan menarik berbagai
pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas. Metode ini juga
menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan pada
berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam
menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif sebagaimana yang
dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat. (Saaty, 1993).
Dalam menyelesaikan persoalan AHP ada prinsip-prinsip yang harus
dipahami diantaranya
1. Decomposition
Setelah persoalan didefinisikan maka perlu dilakukan decomposition
yaitu memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika ingin
mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan lebh lanjut, sehingga
22
didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan tadi. Karena alasan ini,
maka proses analisis ini dinamakan hirarki (hierarchy). Ada dua jenis
hirarki, yaitu lenkap dan tak lengkap. Dalam hirarki lengkap, semua
elemen pada suatu tingkat memiliki semua elemen yang ada pada tingkat
berikutnya. Jika tidak demikian, dinamakan hirarki tak lengkap.
2. Comporative Judgment
Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua
elemen pada suatu tingkat tertentu yang dalam kaitannya dengan tingkat
diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena ia akan
berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen. Hasil dari penilaian ini
akan tampak lebih enak bila disajikan dalam bentuk matriks yang
dinamakan matriks pairwise comparison.
3. Synthesis of Priority
Dari setiap matriks pairwise comparison kemudian dicari eigenvectornya
untuk mendapatkan local priority. Karena matriks pairwise comparison
terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan global priority
harus dilakukan sintesa diantara local priority. Prosedur melakukan
sintesa berbeda menurut bentuk hirarki. Pengurutan elemen-elemen
menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesa dinamakan priority
setting.
23
4. Local Consistency
Konsistensi memiliki dua makna. Pertama adalah bahwa objek-objek
yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan
relevansi.
2.5.1 Contoh AHP
Gambar 2.9 menunjukkan stuktur hirarki dari kasus permasalahan yang
ingin diteliti yakni pemilihan moda transportasi ke kampus berdasarkan keempat
faktor.
Gambar 2.9 Hierarki untuk Memilih Transportasi
Garis-garis yang menghubungkan kotak-kotak antar level merupakan
hubungan yang perlu diukur dengan perbandingan berpasangan dengan arah ke
level yang lebih tinggi. Level 1merupakan tujuan dari penelitian yakni memilih
alternatif moda yang tertera pada level 3. Faktor-faktor pada level 2 diukur dengan
perbandingan berpasangan berarah ke level 1. Misalnya didalam memilih moda,
24
mana yang lebih penting antara faktor Aman dan Nyaman? Mana yang lebih
penting antara faktor Aman dan Biaya, Aman dan Waktu, Nyaman dan Biaya dan
seterusnya.
2.6 Matriks Evaluasi
Adalah salah satu alat pengambilan keputusan yang dapat menggabungkan
kriteria kualitatif (tak dapat diukur) dan kriteria kuantitatif (dapat diukur).
Kriteria pada metoda ini dapat berupa biaya, estetika, kekuatan, keamanan,
kenyamanan, pemeliharaan dsb. Cara pelaksanaan metoda ini adalah :
1. menetapkan alternatif – alternatif solusi yang mungkin.
2. menetapkan kriteria – kriteria yang berpengaruh.
3. menetapkan bobot masing – masing kriteria.
4. memberikan penilaian untuk setiap alternaif terhadap masing – masing
kriteria. Penilaian ini tidak boleh dilakukan oleh seorang saja ataupun
orang – orang dari satu disiplin ilmu atau kelompok saja.
5. menghitung nilai total untuk masing – masing alternatif.
6. memilih alternatif dengan nilai total terbesar.
Contoh matriks evaluasi
No Alternatif Kriteria Total
1 2 3 4 5 6
Bobot 16,5 24 32 10,5 6,5 10,5
1 BA 0 1/3 2/3 2/3 2/3 2/3 47,66
25
0 8 21,33 7 4,33 7
2 CA 2/3
11
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
11
3 DA 1/3
5,5
2/3
10
2/3
10
1/3
3,5
1/3
2,2
1/3
3,5
41,4
Keterangan kriteria
1 = harganya murah
2 = tidak cepat rusak
3 = kedap air, tidak menyerap panas dan tidak menyerap udara
dingin
4 = praktis
5 = keamanan pemakai
6 = estetika
2.7 Skala Likert
Skala Likert adalah suatu skala psikometrik yang umum digunakan dalam
kuesioner, dan merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam riset berupa
survei. Nama skala ini diambil dari nama Rensis Likert, yang menerbitkan suatu
laporan yang menjelaskan penggunaannya. Sewaktu menanggapi pertanyaan
dalam skala Likert, responden menentukan tingkat persetujuan mereka terhadap
suatu pernyataan dengan memilih salah satu dari pilihan yang tersedia. Biasanya
26
disediakan lima pilihan skala dengan format seperti:
1. Sangat tidak setuju
2. Tidak setuju
3. Netral
4. Setuju
5. Sangat setuju
Selain pilihan dengan lima skala seperti contoh di atas, kadang digunakan
juga skala dengan tujuh atau sembilan tingkat. Suatu studi empiris menemukan
bahwa beberapa karakteristik statistik hasil kuesioner dengan berbagai jumlah
pilihan tersebut ternyata sangat mirip.
Skala Likert merupakan metode skala bipolar yang mengukur baik
tanggapan positif ataupun negatif terhadap suatu pernyataan. Empat skala pilihan
juga kadang digunakan untuk kuesioner skala Likert yang memaksa orang
memilih salah satu kutub karena pilihan "netral" tak tersedia.
( http://id.wikipedia.org/wiki/Skala_Likert )
2.8 Uji validitas dan realibititas
2.8.1. Uji Validitas
Validitas menunjukkan sejauh mana skor/ nilai/ ukuran yang diperoleh
benar-benar menyatakan hasil pengukuran/ pengamatan yang ingin diukur
(Agung, 1990). Validitas pada umumnya dipermasalahkan berkaitan dengan hasil
pengukuran psikologis atau non fisik. Berkaitan dengan karakteristik psikologis,
hasil pengukuran yang diperoleh sebenarnya diharapkan dapat menggambarkan
27
atau memberikan skor/ nilai suatu karakteristik lain yang menjadi perhatian
utama. Macam validitas umumnya digolongkan dalam tiga kategori besar, yaitu
validitas isi (content validity), validitas berdasarkan kriteria (criterion-related
validity) dan validitas konstruk. Pada penelitian ini akan dibahas hal menyangkut
validitas untuk menguji apakah pertanyaanpertanyaan itu telah mengukur aspek
yang sama. Untuk itu dipergunakanlah validitas konstruk. Uji validitas dilakukan
dengan mengukur korelasi antara variabel/ item dengan skor total variabel. Cara
mengukur validitas konstruk yaitu dengan mencari korelasi antara masing-masing
pertanyaan dengan skor total menggunakan rumus teknik korelasi product
moment, sebagai berikut :
−
−
−
=
∑ ∑∑ ∑
∑ ∑∑
− −− −
− −−
N
i
N
iii
N
i
N
iii
N
i
N
iii
N
iii
YYNXXN
YXYXNr
1
2
1
2
1
2
1
2
1 11
dimana r : koefisien korelasi product moment
X : skor tiap pertanyaan/ item
Y : skor total
N : jumlah responden
Setelah semua korelasi untuk setiap pertanyaan dengan skor total diperoleh,
nilai-nilai tersebut dibandingkan dengan nilai kritik. Selanjutnya, jika nilai
koefisien korelasi product moment dari suatu pertanyaan tersebut berada diatas
nilai tabel kritik, maka pertanyaan tersebut signifikan.
28
2.8.2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Singarimbun, 1989). Setiap alat
pengukur seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran
relatif konsisten dari waktu ke waktu. Dalam penelitian ini teknik untuk
menghitung indeks reliabilitas yaitu dengan teknik belah dua. Teknik ini diperoleh
dengan membagi item-item yang sudah valid secara acak menjadi dua bagian.
Skor untuk masing-masing item pada tiap belahan dijumlahkan, sehingga
diperoleh skor total untuk masing-masing item belahan. Selanjutnya skor total
belahan pertama dan belahan kedua dicari korelasinya dengan menggunakan
teknik korelasi product moment.
Angka korelasi yang dihasilkan lebih rendah daripada angka korelasi yang
diperoleh jika alat ukur tersebut tidak dibelah. Cara mencari reliabilitas untuk
keseluruhan item adalah dengan mengkoreksi angka korelasi yang diperoleh
menggunakan rumus :
( )tt
tttot r
rr
+=
12
dimana , rtot : angka reliabilitas keseluruhan item
rtt :angka reliabilitas belahan pertama dan kedua
(http://blog.its.ac.id/suherminstatistikaitsacid/files/2008/09/validitas-
reliabilitas.pdf)
29
2.9 Program 3DSMAX
3D Studio Max adalah software modelling dan animasi 3 Dimensi yang
serbaguna untuk pembuatan Iklan TV, animasi, videofx, grafis media cetak,
arsitektur, otomotif, produk, games, web, fashion dll.
(http://hendihen.com/book/3dsmax.html )
Kelebihan 3D Studio Max dibandingkan denan aplikasi lain adalah dapat
menghasilkan objek dalam bentuk gambar maupun bentuk file animasi.
Kemudian, kemampuan teknik rendering arsitektur serta paduan antara graphic
vector dengan raster image dapat digunakan untuk menghasilkan hasil rancangan
secara virtual reality. (Penerbit Andi, Panduan Aplikatif 3D Studio Max untuk
Pemodelan Interior Bangunan, 2007)
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Perancangan Secara Operasional
Metode perancangan secara operasional diratikan sebagai suatu cara yang
dilakukan untuk mendapatkan data atau informasi maupun untuk membahas suatu
persoalan yang dihadapi.
Adapun langkah – langkah yang dilakukan dalam perancangan ini
sebagaimana pada flow diagram penelitian adalah :
1. Survei Objek Penelitian
Survei dilakukan untuk melihat kondisi lapangan apakah perlu
dilakukan perancangan meja laptop untuk cafe hotspot.
2. Identifikasi Perancangan
Identifikasi perancangan dilakukan dengan tujuan mencari penyebab
timbulnya suatu rancangan dan solusi pemecahan rancangan tersebut
dengan tepat. Identifikasi masalah disini adalah melihat pengunjung
cafe hotspot lesehan yang menggunakan laptop dengan meja lesehan
yang tersedia.
3. Studi Literatur
Studi literatur digunakan untuk mempelajari teori dan ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan rancangan yang ada, sehingga
dapat mencari solusi pemecahannya.
31
4. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dilakukan untuk mengetahui masalah – masalah
yang dihadapi pengunjung yang menggunakan meja lesehan untuk
meletakkan laptop dan makanan/minuman secara bersamaan pada satu
tempat.
5. Tujuan Penelitian
Penentuan tujuan penelitian sangat penting karena digunakan untuk
menentukan kemana arah pengerjaan penelitian yang akan diselesaikan
dan juga untuk dasar pengambilan data untuk pengolahan lebih lanjut.
6. Pengumpulan Data
Metode yang digunakan adalah dengan kuesioner. Kuesioner
disebarkan kepada responden dibeberapa cafe hotspot lesehan yang
berada di kota Malang.
7. Penentuan Kriteria
Kriteria meja laptop untuk cafe hotspot lesehan didapatkan dari
kuesioner dan diuji menggunakan uji validitas dann reliabilitas.
8. Pembobotan Kriteria
Pembobotan kriteria menggunakan metode AHP untuk mengetahui
variabel yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi.
9. Pengembangan Konsep Desain
Pengembangan konsep desain menggunakan peta morfologi yang
berfungsi untuk memperluas ruang solusi desain.
32
10. Konsep Desain Terpilih
Memilih model keputusan desain rancangan meja laptop yang
diinginkan. Analisa data menggunakan metode zero-one untuk
menentukan urutan prioritas fungsi-fungsi dan menggunakan matriks
evaluasi untuk pengambilan keputusan.
11. Perancangan Desain Produk
Dalam perancangan desain produk melihat kriteria dan sub kriteria apa
saja yang digunakan dalam rancangan model meja laptop yang
diharapkan dengan memasukkan aspek-aspek ergonomi.
12. Kesimpulan
Kesimpulan merupakan penjelasan singkat tentang semua penyelesaian
atas perancangan tersebut. Setelah mengetahui bobot kriteria dan sub
kriteria dari masing-masing rancangan model meja laptop yang telah
dibuat dengan manggunakan matriks perbandingan berpasangan pada
metode AHP, maka akan diperoleh kesimpulan berupa desain
rancangan meja laptop untuk cafe hotspot lesehan.
3.2 Populasi dan Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:130) :
“Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Populasi dalam
perancangan ini adalah pengunjung cafe hotspot lesehan..
33
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:131) :
“Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”.
Sample yang diambil dari perancangan ini adalah pengunjung cafe hotspot
lesehan yang menggunakan laptop.
3.3 Sumber Data
Sumber data yang dimaksud adalah dari mana data dapat diperoleh. Data
dalam perancangan ini bersumber dari dua jenis data yaitu :
1. Sumber data primer
Sumber data yang langsung diperoleh dari obyek yang diteliti
(sumber asli). Data primer dalam perancangan ini diperoleh secara
langsung melalui survei dari beberapa cafe hotspot lesehan yang ada di
kota Malang.
2. Sumber data sekunder
Sumber data yang tidak langusng diperoleh dari obyek yang
diteliti. Misalnya mencari informasi melalui tulisan-tulisan orang lain.
3.4 Metode Pengujian Instrumen
Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting, yaitu valid
dan reliabel.
a. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang
valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen
34
yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Tinggi rendahnya
validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul
tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud.
(Suharsimi Arikunto,2006:168)
b. Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrumen ersebut sudah baik. Reliabilitas
menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya dapat
dipercaya, jadi dapat diandalkan. (Suharsimi Arikunto,2006:178)
3.5 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan terhadap data-data yang diperoleh berkaitan
dengan aspek-aspek ergonomis dan kenyamanan dalam merancang meja laptop,
yaitu tahap awal menentukan kriteria meja laptop melalui kuesioner. Kemudian
melakukan pembobotan kriteria dengan metode AHP dan skala likert. Setelah
didapat desain yang terpilih, maka diolah dengan zero-one matriks evaluasi. lalu
dirancang desain produk berdasarkan teori-teori yang berkaitan dengan aspek-
aspek ergonomis dan kenyamanan dalam mendesain meja laptop. Tahap akhir
yaitu dengan menerapkan hasil rancangan dengan menggunakan program
3DSMAX.
35
Identifikasi fenomena
Rumusan fenomena
Tujuan penelitian
Pengumpulan data
Penentuan kriteria meja laptop untuk cafe hotspot lesehan
Pembobotan kriteria
Uji validitas dan reliabilitas
Pengembangan konsep desian
Model 1 Model 2 Model n
Konsep desain terpilih
Perancangan desain produk
Hasil rancangan
Survey objek penelitian
Kuesioner I, responden, refrensi
Metode AHP
Peta morfologis
Zero one Matriks evaluasi
Kesimpulan
3.6 Diagram Alir Perancangan
Alur penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut :
Gambar 3.1 Diagram alir
Perancangan desain meja laptop yang ergonomis untuk cafe hotspot lesehan
36
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Penyebaran Kuesioner
Untuk mendapatkan kesimpulan dari kondisi meja laptop untuk café
hotspot lesehan yang ada pada saat ini dilakukan pengisian kuesioner kepada
pengunjung café hotspot lesehan yang berada di kota Malang.
4.2 Menentukan Sampel Kuisioner
Dari 94 kuesioner yang disebarkan, 2 kuesioner tidak sah karena
jawabannya tidak lengkap. Rumus jumlah minimum sampel yang diperlukan
adalah :
[ ]2
22/ .g
qpZn α≥
Keterangan :
n : jumlah sampel minimum
α : tingkat keyakinan
2/αZ : nilai distribusi normal
g : galat
p : proporsi jumlah kuesioner yang dianggap benar
q : proporsi jumlah kuesioner yang dianggap salah
37
[ ]2
22/ .e
qpZn α≥
( )( )2
2
05,094
294
9296,1≥n
3288,31 ≈≥n
Jumlah sampel minimum yang diperlukan adalah 8 responden. Disebarkan
kuesioner sebanyak 94 buah. Jadi, syarat minimum jumlah sampel telah terpenuhi.
4.3 Data Penyebaran Kuisioner
Pengumpulan data untuk kuisioner dilakukan di café hotspot yang ada di
kota Malang. Berdasarkan hasil sampel, kuisioner disebar sebanyak 94 eksemplar
dan yang diolah adalah sebanyak 92 responden.
Tabel 4.1.
Hasil Penyebaran Kuesioner
Kuesioner Jumlah
Disebarkan
Dikembalikan
Jawaban Tidak Lengkap
Menjawab Butuh/ Layak Diuji
94
94
2
92
38
4.4 Pembobotan Kuesioner
Untuk persentase bobot dari masing-masing criteria berdasarkan analisa
kuesioner dapata dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.2 Data Hasil Analisa Kuesioner
No. Variabel Jumlah
Frekuensi Prosentase(%)
1.
2.
3. 4. 5. 6. 7.
Apakah Anda merasa nyaman menggunakan meja hotspot lesehan yang disediakan cafe ini?
a. Sangat tidak nyaman b. Tidak nyaman c. Kurang nyaman d. Nyaman e. Sangat nyaman
Apakah Anda setuju dengan desain meja laptop cafe hotspot lesehan yang ada pada saat ini?
a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Cukup setuju d. Setuju e. Sangat setuju
Apakah Anda pernah merasa kesulitan dalam meletakkan laptop dan makanan/minuman di meja hotspot lesehan dengan ukuran seperti ini?
a. Sangat sering b. Cukup sering c. Sering d. Jarang e. Tidak pernah
Setujukah Anda, jika ditambahkan fungsi untuk meletakkan makanan/minuman pada meja hotspot di cafe ini ?
a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Kurang setuju d. Setuju
14 54 19 4 1
11 53 21 6 1
22 50 15 4 1 1 3 8 34
15,22 58,7 20,65 4,35 1,09
11,96 57,61 22,83 6,52 1,09
23,91 54,34 16,30 4,35 1,09
1,09 3,26 8,7
36,96
39
8.
e. Sangat setuju
Setujukah Anda, jika meja hotspot lesehan di cafe ini didesain untuk perorangan/individual ?
f. Sangat tidak setuju g. Tidak setuju h. Kurang setuju i. Setuju j. Sangat setuju
Setujukah Anda, jika meja hotspot lesehan di cafe ini didesain untuk lebih dari 1 orang/berkelompok ?
a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Kurang setuju d. Setuju e. Sangat setuju
Setujukah Anda, dengan ukuran meja yang ada saat ini ?
a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Kurang setuju d. Setuju e. Sangat setuju
Setujukah Anda, jika desain meja hotspot lesehan di cafe ini tidak perlu memperhatikan unsur estetika ?
a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Cukup setuju e. Setuju
46 1 4 13 33 41
14 53 21 4 0
11 54 24 0 3
14 57 17 2 2
50
1,09 4,35 14,13 35,87 44,57
15,22 57,61 22,83 4,35
0
11,96 58,7 26,09
0 3,26
15,22 61,96 18,48 2,17 2,17
Dalam pengolahan kuesioner lebih lanjut, peneliti melakukan uji validitas
dan reliabilitas dengan bantuan program SPSS (Statistical Program for Social
Science) version 14.0 for Windows.
40
4.4.1 Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan sesuatu instrumen. Arti apakah pertanyaan tersebut telah mampu
menggambarkan apa yang diinginkan oleh para konsumen. Pengujian validitas
dilakukan dengan menggunakan program SPSS 14.0 for Windows.
Sebuah kuesioner dianggap valid bila tidak ada soal yang memiliki nilai
“corrected item total correlation” bertanda negatif. Butir pertanyaan dikatakan
valid jika nilai r-hitung yang merupakan nilai dari Corrected Item Total
Correlation > r-tabel. Dengan menggunakan jumlah responden sebanyak 92 orang
dan jumlah pertanyaan adalah 8, maka pada tingkat kepercayaan sebesar 5% (α =
0,05) dengan derajat bebas 92 (df = N-k = 92-2) nilai r table sebesar 0,207.
Berikut ini merupakan hasil uji validitas pada tabel.
Table 4.3 Hasil Analisa Uji Validitas
Nilai Corrected Item-
total correlation
(r-hitung)
Nilai Kritis
(r-tabel) Kesimpulan
Soal 1 .339 .207 Valid
Soal 2 .445 .207 Valid
Soal 3 .258 .207 Valid
Soal 4 .465 .207 Valid
Soal 5 .397 .207 Valid
Soal 6 .425 .207 Valid
Soal 7 .336 .207 Valid
41
Soal 8 .570 .207 Valid
Sumber : pengolahan data
Hasil analisa tersebut menunujukkan semua butir pertanyaan dapat
digunakan karena r-hitung lebih besar dari r-tabel (0,207), sehingga dapat
dikatakan memenuhi syarat validitas.
4.4.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas (keandalan) merupakan ukuran suatu kestabilan dan
konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan pertanyaan-
pertanyaan yang merupakan suatu variable yang disusun dalam suatu bentuk
kuesioner. Reliabilitas suatu kuesioner dikatakan baik jika memiliki nilai
Cronbach’s Alpha > 0,60. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan
program SPSS 14.0 (Statistical Program Social Science) versi 14.0 for Windows.
Sumber: Pengolahan Data
Output SPSS tersebut menunjukkan tabel Reliability Statistic yang terlihat
pada Cronbach’s Alpha 0,709 > 0,60 yang berarti bahwa 0,709 semakin
mendekati 1,00 maka data dapat dikatakan semakin reliable.
Reliability Statistics
,709 8
Cronbach'sAlpha N of Items
42
4.5 Hasil Pengolahan Kuesioner
Dari data hasil penyebaran kuesioner diatas, dapat diambil kesimpulan
tentang data karakteristik beberapa meja laptop cafe hotspot lesehan yang ada
pada saat ini, dan juga keinginan konsumen tentang meja laptop cafe hotspot
lesehan.
1. Tidak adanya tempat untuk meletakkan makanan/minuman khusus.
2. Meja yang ada digunakan untuk lebih dari 1 orang / berkelompok. Konsumen
menginginkan meja untuk individu.
3. Meja yang tidak memperhatikan unsur estetika.
4.5.1 Penentuan Kriteria Meja Laptop
Dalam perancangan meja laptop untuk cafe hotspot lesehan ini, diperlukan
data-data dari kriteria kebutuhan terhadap meja laptop yang akan dirancang.
Kriteria-kriteria dihasilkan dari wawancara dengan pengunjung cafe hotspot
lesehan Langkah-langkah yang dilakukan adalah:
1. Wawancara dengan pengunjung cafe hotspot lesehan.
2. Penyebaran kuesioner kepada para responden untuk mengetahui bobot nilai
(%) dari kriteria-kriteria yang telah didapatkan.
Dari hasil pengolahan kuesioner dan wawancara dengan pengunjung café
hotspot lesehan, dapat diketahui secara garis besar kriteria yang diinginkan, antara
lain:
43
1. Nyaman
2. Meja untuk individu/personal
3. Praktis
4. Estetika
Setelah itu didapatkan kriteria yang diinginkan maka dilakukan
pengelompokan menurut kriteria yang bersesuaian, hasilnya adalah sebagai
berikut.
1. Nyaman
Kriteria nyaman yang dimaksud adalah meja yang didesain sesuai dengan
anthropometri tubuh.
2. Meja untuk individu/personal
Meja yang diinginkan adalah meja untuk individu/personal.
3. Praktis
Meja yang diinginkan adalah meja yang praktis yang memiliki fungsi
khusus untuk meletakkan makanan/minuman.
4. Estetika
Meja yang diinginkan adalah meja yang memiliki unsur estetika/keindahan.
44
4.5.2 Pembobotan Kriteria dengan AHP
Untuk menentukan bobot kriteria, maka dilakukan kuesioner tahap ke-2
untuk mengetahui kriteria terpenting dalam perbandingan berpasangan.
Responden diminta membandingkan secara berpasangan tingkat kepentingan
kriteria desain meja laptop karena pembobotan kriteria paling sesuai berdasarkan
tingkat kepentingan.
Data dikumpulkan sesuai tingkat kepentingan setiap kriteria secara
berpasangan. Pada kuesioner tahap ke-2 ini skala likert yang digunakan adalah:
Tabel 4.4
Skala Likert Matriks Berpasangan
Tingkat
Kepentingan Definisi
1 Kedua elemen sama pentingnya 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dari elemen lain 5 Elemen yang satu lebih penting dari elemen lain 7 Elemen yang satu sangat lebih penting dari elemen lain 9 Elemen yang satu pasti sangat lebih penting dari elemen
lain 2 , 4 , 6 , 8 Reciprocal
Nilai diantara dua pertimbangan yang berdekatan.
Sumber : Saaty, Thomas L.”Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin”,
hal 186-187, 1993
4.5.2.1 Pengumpulan Data
Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan data penilaian responden terhadap
tingkat kepentingan setiap kriteria secara berpasangan melalui kuesioner.
45
Tabel 4.5
Hasil Penilaian Perbandingan Berpasangan
Perbandingan Rataan geometrik
Nyaman dengan personal 3
Nyaman dengan praktis 3
Nyaman dengan estetika 2
Personal dengan praktis 2
Personal dengan estetika 3
Estetika dengan praktis 2 Sumber: pengolahan data
4.5.2.2 Pengolahan Data
Setelah melakukan perhitungan rataan geometrik, maka dilakukan
pengolahan data yaitu menggabungkan penilaian para responden terhadap tingkat
kepentingan setiap kriteria. Penilaian kelompok dalam AHP dapat digabungkan
menjadi satu penilaian menggunakan rataan geometris dari penilaian responden.
Penilaian ini yang merupakan input untuk pengolahan menggunakan perhitungan
bobot secara manual.
Matriks perbandingan berpasangan kriteria itu merupakan input
pengolahan data untuk pengolahan menggunakan perhitungan bobot secara
manual. Hasil pengolahan data secara manual adalah prioritas dari setiap kriteria
serta rasio inkonsistensi setiap matriks perbandingan berpasangan. Berikut ini
adalah hasil pengolahan data:
Hasil pembobotan kriteria utama perhitungan manual dapat dilihat berikut
ini:
46
Tabel 4.6
Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Utama
Kriteria Nyaman Personal Praktis Estetika
Nyaman 1 3 3 2
Personal 0,33 1 2 3
Praktis 0,33 0,5 1 2
Estetika 0,5 0,33 0,5 1
∑ 2,16 4,83 6,5 8
Sumber: pengolahan data
Tabel 4.7
Matrik Prioritas Perbandingan Berpasangan
Kriteria Nyaman Personal Praktis Estetika Bobot
Nyaman 0,46 0,62 0,46 0,25 0,45
Personal 0,15 0,21 0,31 0,38 0,26
Praktis 0,15 0,10 0,15 0,25 0,16
Estetika 0,23 0,07 0,08 0,13 0,13
Sumber: pengolahan data
47
Dari hasil pengolahan data, bobot kriteria adalah sebagai berikut:
Tabel 4.8
Bobot kriteria
Kriteria Bobot Bobot (%)
Nyaman 0,45 45
Personal 0,26 26
Praktis 0,16 16
Estetika 0,13 13
Sumber: pengolahan data
4.5.2.3 Pengolahan Data dengan Expert Choice
Setelah melakukan perhitungan bobot secara manual, maka dilakukan
pengolahan data dengan menggunakan Expert Choice. Berikut ini adalah hasil
dari pengolahan bobot dengan menggunakan Expert Choice.
Gambar 4.1
Kriteria Meja Laptop Cafe hotspot Lesehan
48
Gambar 4.8
Prioritas perbandingan
4.6 Peta Morfologi
Untuk mendapatkan kriteria morfologi dilakukan kuesioner untuk
mengetahui kriteria-kriteria apa saja yang diinginkan oleh konsumen dalam desain
meja laptop cafe hotspot lesehan. Dari hasil kuesioner yang disebar kepada 92
responden, dapat disimpulkan 5 kriteria yang diinginkan oleh konsumen dalam
desain meja laptop cafe hotspot lesehan ini, antara lain:
1. Sesuai anthropometri
2. Bentuk
3. Warna
4. Bahan Material
52
5. Fungsi tambahan
Tabel 4.9
Peta morfologi
Kriteria Item Sesuai
antropometri
Antropometris
Desain A B C D E
Warna Cokelat Putih Hitam
Material Kayu
Fungsi
tambahan
Tempat
makan &
minum dan
tempat laptop
Dari tabel diatas didapatkan beberapa alternatif desain meja laptop untuk
café hotspot lesehan, yaitu:
Alternatif desain = (Anthropometris) x (Desain) x (Warna) x (Material) x
(Fungsi Tambahan)
= 1 x 5 x 3 x 1 x 1
= 15 alternatif
Untuk mendapatkan sejumlah alternatif desain meja laptop yang sesuai
dengan keinginan customer, maka diadakan penyeleksian dari 15 alternatif dengan
menyebarkan kuesioner kepada 92 responden. Dari hasil kuesioner yang disebar
maka dapat disimpulkan bahwa terdapat 5 desain terpilih yaitu :
53
1. Model A
Desain meja laptop yang dilengkapi tempat makan & minum. Warna
meja laptop adalah warna cokelat. Dengan material dari kayu. Dipilih
sebanyak 15 responden.
2. Model B
Desain meja laptop yang dilengkapi tempat makan &minum dan
tempat laptop yang dapat disetel. Dengan warna putih dan terbuat dari
kayu. Dipilih sebanyak 8 responden.
54
3. Model C
Desain meja laptop yang dilengkapi tempat laptop yang dapat disetel.
Dengan warna cokelat dan terbuat dari kayu. Dipilih sebanyak 10
responden.
4. Model D
Desain meja laptop dengan tempat makan dan minum yang dapat
ditarik ke samping. Dengan warna cokelat terbuat dari kayu. Dipilih
sebanyak 9 responden.
55
5. Model E
Desain meja laptop dengan tempat makan dan minum yang dapat
ditarik kedepan. Dengan warna cokelat dan material dari kayu. Dipilih
sebanyak 8 responden.
4.7 Matrix Zero One
Berikut ini adalah 5 (lima) alternatif desain meja laptop yang terpilih yang
akan ditawarkan ke responden untuk kemudian dipilih model mana yang menjadi
prioritas pilihan responden, pemilihan model ini melalui penyebaran kuisioner
sehingga diperoleh desain yang diharapkan oleh responden untuk dijadikan meja
laptop untuk cafe hotspot lesehan.
Tabel 4.10 Tabel alternatif desain
Model meja laptop untuk cafe
hotspot lesehan
Keterangan
Model A Desain meja laptop yang dilengkapi tempat
makan & minum. Warna meja laptop
56
adalah warna cokelat. Dengan material dari
kayu.
Model B
Desain meja laptop yang dilengkapi tempat
makan &minum dan tempat laptop yang
dapat disetel. Dengan warna putih dan
terbuat dari kayu.
Model C
Desain meja laptop yang dilengkapi tempat
laptop yang dapat disetel. Dengan warna
cokelat dan terbuat dari kayu.
Model D
Desain meja laptop dengan tempat makan
dan minum yang dapat ditarik ke samping.
Dengan warna cokelat terbuat dari kayu.
57
Model E
Desain meja laptop dengan tempat makan
dan minum yang dapat ditarik kedepan.
Dengan warna cokelat dan material dari
kayu.
Dari hasil penyebaran kuisioner dengan 5 (lima) butir pertanyaan terhadap
92 responden didapatkan hasil sebagai berikut :
Untuk pertanyaan pertama menyangkut kesesuaian dengan kenyamanan
pengguna diperoleh hasil :
A > B 19 A < B 0 A = B 5
A > C 4 A < C 1 A = C 1
A > D 5 A < D 2 A = D 0
A > E 3 A < E 0 A = E 0
B > C 8 B < C 3 B = C 2
B > D 8 B < D 3 B = D 0
B > E 10 B < D 3 B = D 1
C > D 2 C < D 3 C = D 2
C > E 2 C < E 2 C = E 0
D > E 1 D < E 1 D = E 3
58
Untuk pertanyaan kedua menyangkut personal, diperoleh hasil :
A > B 22 A < B 1 A = B 8
A > C 2 A < C 4 A = C 5
A > D 8 A < D 0 A = D 0
A > E 5 A < E 0 A = E 0
B > C 3 B < C 10 B = C 6
B > D 8 B < D 0 B = D 0
B > E 6 B < D 0 B = D 0
C > D 2 C < D 0 C = D 0
C > E 2 C < E 0 C = E 0
D > E 0 D < E 0 D = E 0
Untuk pertanyaan ketiga menyangkut estetika yang diminati, diperoleh hasil :
A > B 19 A < B 4 A = B 8
A > C 2 A < C 4 A = C 5
A > D 8 A < D 0 A = D 0
A > E 5 A < E 0 A = E 0
B > C 3 B < C 10 B = C 6
B > D 8 B < D 0 B = D 0
B > E 6 B < D 0 B = D 0
C > D 2 C < D 0 C = D 0
C > E 2 C < E 0 C = E 0
D > E 0 D < E 0 D = E 0
Untuk pertanyaan keempat menyangkut praktis, diperoleh hasil :
A > B 15 A < B 8 A = B 3
A > C 3 A < C 3 A = C 8
59
A > D 8 A < D 2 A = D 0
A > B 8 A < E 1 A = E 0
B > C 5 B < C 5 B = C 5
B > D 3 B < D 0 B = D 0
B > E 2 B < D 0 B = D 0
C > D 6 C < D 0 C = D 0
C > E 8 C < E 0 C = E 0
D > E 0 D < E 0 D = E 2
Sehingga dari hasil kuisioner di atas maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Dari segi kenyamanan
A > B
A > D
B > C
B > D
B > E
2. Dari segi personal/individu
A > B
A > D
A > E
B > D
C > B
60
3. Dari segi estetika
A > B
A > D
B > D
B > E
C > B
4. Dari segi praktis
A > B
A > D
A > E
C > D
C > E
Berikut ini adalah perhitungan matrik zero one masing-masing karakteristik
tempat meja laptop :
1. Kenyamanan
Dasar pertimbangan terhadap karakteristik ini adalah meja yang didesain
sesuai dengan anthropometri tubuh.
A B C D E ∑ Indek
A X 1 0 1 0 2 0,4
B 0 X 1 1 1 3 0,6
C 0 0 X 0 0 0 0
61
D 0 0 0 X 0 0 0
E 0 0 0 0 X 0 0
2. Personal
Dasar pertimbangan terhadap karakteristik ini adalah meja untuk
individu/personal.
A B C D E ∑ Indek
A X 1 0 1 0 2 0,4
B 0 X 0 1 1 2 0,4
C 0 1 X 0 0 1 0,2
D 0 0 0 X 0 0 0
E 0 0 0 0 X 0 0
3. estetika
Dasar pertimbangan terhadap karakteristik ini adalah meja yang memiliki
unsur estetika/keindahan.
A B C D E ∑ Indek
A X 1 0 1 0 2 0,4
B 0 X 0 1 0 2 0,4
C 0 1 X 0 0 1 0,2
D 0 0 0 X 0 0 0
E 0 0 0 0 X 0 0
62
4. Praktis
Dasar pertimbangan terhadap karakteristik ini adalah meja yang praktis yang
memiliki fungsi khusus untuk meletakkan makanan/minuman.
A B C D E ∑ Indek
A X 1 0 1 1 3 0,6
B 0 X 0 0 0 0 0
C 0 0 X 1 1 2 0,4
D 0 0 0 X 0 0 0
E 0 0 0 0 X 0 0
4.8 Matrik Evaluasi
Matrik evaluasi merupakan alat pengambil keputusan yang mampu utuk
menggabungkan karakterisrik yang dapat diukur dan karakteristik yang tidak
dapat diukur. Berikut ini adalah perhitungan matrik evaluasi :
Tabel 4.11 Matriks evaluasi
Alternatif Kriteria dan Bobot Total
Kenyamanan
(0,45)
Personal
(0,26)
Praktis
(0,16)
Estetika
(0,13)
A 0,18 0,156 0,096 0,052 0,484
B 0,27 0,052 0 0,052 0,374
C 0 0,052 0,064 0,026 0,142
D 0 0 0 0 0
63
E 0 0 0 0 0
Dari hasil perhitungan matrik evaluasi diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa desian yang paling diminati adalah desain A yaitu desain meja laptop yang
dilengkapi tempat makan & minum. Warna meja laptop adalah warna cokelat.
Dengan material dari kayu. Dengan besaran total 0,484
Gambar 4.9 Desain meja laptop terpilih
64
4.9 Data Antropometri
4.9.1 Data Anthropometri Tinggi Bahu Posisi Duduk
Data Anthropometri yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data ukuran tinggi bahu posisi duduk. Berikut adalah data Antropometri Tinggi Bahu Posisi Duduk :
Tabel 4.12 Data Antropometri Tinggi Bahu Posisi Duduk
no ukuran no ukuran no ukuran 1 62 35 63 69 60 2 60 36 60 70 60 3 60 37 63 71 60 4 60 38 63 72 60 5 61 39 63 73 65 6 56 40 63 74 65 7 58 41 63 75 65 8 60 42 63 76 62 9 56 43 63 77 63 10 60 44 63 78 61 11 60 45 63 79 60 12 65 46 63 80 58 13 63 47 63 81 60 14 64 48 63 82 58 15 61 49 63 83 58 16 61 50 63 84 57 17 60 51 63 85 63 18 58 52 63 86 62 19 60 53 63 87 60 20 61 54 63 88 59 21 61 55 63 89 64 22 66 56 62 90 57 23 56 57 63 91 65 24 59 58 63 92 63 25 57 59 63 26 58 60 63 27 58 61 63 28 60 62 63 29 60 63 63 30 62 64 63 31 64 65 63 32 60 66 63 33 61 67 63 34 61 68 63
65
Dari data di atas maka di dapatkan :
Σx = 5647
Nx
x ∑=−
= 5647/92
= 61,43
Perhitungan Data Anthropometri Tinggi Bahu pada posisi duduk
A. Uji Kecukupan Data
Jika diketahui : Confidence Level= 95% (K=2) ; da = 5% = 0,05
( ) ( )2
22
ΣΣ−Σ
=′Xi
XiXiNs
KN
= ( ) ( )
2
56523194510434770692
05,02
−
= 2,2 ≈ 2
Jadi data telah cukup karena N’ < N
B. Uji Keseragaman Data
Diketahu bahwa : Confidence Level= 95% (K=2)
1
2
−
−
=∑
−
n
xxiσ
=910028,674
= 2,72
66
Penentuan Batas Kontrol
BKA= −
x + K. σ = 61,43 + (2) (2,72) = 66,87
BKB= −
x - K. σ = 61,43 - (2) (2,72) = 55,99
Adapun grafik perhitungan data anthropometri tinggi bahu posisi duduk
dapat dilihat pada grafik berikut:
Grafik 4.1
Perhitungan Data Anthropometri Tinggi Bahu Posisi Duduk
Keterangan : Dari grafik di atas, terlihat bahwa data seragam karena tidak
ada data yang berada di luar batas kendali.
data tinggi bahu
5055606570
1 7 13 19 25 31 37 43 49 55 61 67 73 79 85 91
responden
ukur
an (c
m)
bka bkb x rata2
67
Persentil
Data terbesar = 66
Data terkecil = 56
RENTANG = 66 - 56 = 10
Banyak kelas interval:
K =1+3,3 log N
= 1+3,3 log92
=7,48 ≈7
Panjang kelas interval
KR
sBanyakKelagrenp ==
tan
75666 −
=
= 1,43
Distribusi frekuensi ukuran tinggi bahu posisi duduk, dapat dilihat pada
table di bawah ini.
Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Tinggi Bahu Posisi Duduk
No. Kelas Interval Frekuensi (f) Frekuensi Komulatif (F)
Frekuensi Komulatif Relatif
(%) I 56 – 57,43 6 6 6,52 II 57,44 – 58,87 7 13 14,13 III 58,88 – 60,31 21 34 36,96 IV 60,32 – 61,75 8 42 45,65
68
V 61,76 – 63,19 41 83 90,21 VI 63,20 – 64,63 3 86 93,48 VII 64,64 – 66,07 6 92 100
Total 92 Sumber : Hasil Pengolahan Data
Letak Pi=100
)1( +Ni
Letak5=100
)192(5 +
= 4,65 (data ke- 4,6 yaitu pada kelas Interval I )
Letak50=100
)192(50 +
=46,5 (data ke- 46,5 yaitu pada kelas Interval V)
Letak95=100
)192(95 +
=88,35 (data ke- 88,35 yaitu pada kelas Interval VII)
Menghitung Persentil
Rumus : ( )
−+=
fFNxipbiPi 100/
( )
−
+=6
6100/92543,1565 xP
= 55,67
( )
−
+=8
42100/920543,176,6150 xP
= 61,04
( )
−
+=6
92100/929543,164,6495 xP
= 63,54
69
4.9.2 Data Anthropometri Lebar Bahu
Data Anthropometri yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data
ukuran tinggi siku posisi duduk. Berikut adalah data Antropometri Lebar Bahu :
Tabel 4.14 Data Antropometri Lebar Bahu
no ukuran no ukuran no ukuran 1 44 35 42 69 43 2 39 36 41 70 45 3 38 37 39 71 43 4 40 38 38 72 40 5 41 39 38 73 40 6 38 40 42 74 41 7 40 41 40 75 41 8 40 42 41 76 42 9 42 43 39 77 39 10 44 44 45 78 39 11 45 45 41 79 38 12 41 46 42 80 38 13 43 47 43 81 40 14 42 48 41 82 40 15 45 49 42 83 39 16 38 50 43 84 42 17 39 51 42 85 45 18 39 52 40 86 45 19 40 53 40 87 43 20 45 54 41 88 41 21 46 55 41 89 40 22 44 56 43 90 43 23 44 57 39 91 42 24 40 58 39 92 40 25 41 59 40 26 43 60 38 27 40 61 41 28 43 62 42 29 45 63 43 30 40 64 44 31 39 65 43 32 39 66 43 33 43 67 44 34 39 68 45
70
Dari data di atas maka di dapatkan :
Σx = 3803
Nx
x ∑=−
= 3803/92
= 41,34
Perhitungan Data Anthropometri Lebar Bahu
A. Uji Kecukupan Data
Jika diketahui : Confidence Level= 95% (K=2) ; da = 5% = 0,05
( ) ( )2
22
ΣΣ−Σ
=′Xi
XiXiNs
KN
= ( ) ( )
2
38101451610015825692
05,02
−
= 4,28 ≈ 4
Jadi data telah cukup karena N’ < N
B. Uji Keseragaman Data
Diketahu bahwa : Confidence Level= 95% (K=2)
1
2
−
−
=∑
−
n
xxiσ
=915543,420
= 2,15
71
Penentuan Batas Kontrol
BKA= −
x + K. σ = 41,34 + (2) (2,15) = 45,64
BKB= −
x - K. σ = 41,43 - (2) (2,15) = 37,04
Adapun grafik perhitungan data anthropometri lebar bahu dapat dilihat
pada grafik berikut:
Grafik 4.2
Perhitungan Data Anthropometri Lebar Bahu
Keterangan : Dari grafik di atas, terlihat bahwa data seragam karena tidak
ada data yang berada di luar batas kendali.
Persentil
Data terbesar = 46
Data terkecil = 38
data lebar bahu
3035404550
1 7 13 19 25 31 37 43 49 55 61 67 73 79 85 91
responden
ukur
an (c
m)
bka bkb x rata2
72
RENTANG = 46 - 38 = 8
Banyak kelas interval:
K =1+3,3 log N
= 1+3,3 log92
=7,48 ≈7
Panjang kelas interval
KR
sBanyakKelagnp ==
tanRe
73846 −
=
= 1,14
Distribusi frekuensi ukuran lebar bahu, dapat dilihat pada table di bawah
ini :
Tabel 4.15
Distribusi Frekuensi Lebar Bahu
No. Kelas Interval Frekuensi (f) Frekuensi Komulatif (F)
Frekuensi Komulatif Relatif
(%) I 38 – 39,14 21 21 22,83 II 39,15 – 40,29 17 38 41,30 III 40,30 – 41,44 13 51 55,43 IV 41,45 – 42,59 11 62 67,39 V 42,60 – 43,74 14 76 82,61 VI 43,75 – 44,89 6 82 89,13 VII 44,90 – 46,04 10 92 100
Total 92
73
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Letak Pi=100
)1( +Ni
Letak5=100
)192(5 +
= 4,65 (data ke- 4,6 yaitu pada kelas Interval I )
Letak50=100
)192(50 +
=46,5 (data ke- 46,5 yaitu pada kelas Interval VII )
Letak95=100
)192(95 +
=88,35 (data ke- 88,3 yaitu pada kelas Interval VII )
Menghitung Persentil
Rumus : ( )
−+=
fFNxipbiPi 100/
( )
−
+=21
21100/92514,1385 xP
= 37,12
( )
−
+=13
51100/920514,130,4050 xP
= 39,86
( )
−
+=10
92100/929514,190,4495 xP
= 45,52
74
4.9.3 Data Anthropometri Tinggi Siku Pada Posisi Duduk
Data Anthropometri yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data
ukuran tinggi siku posisi duduk. Berikut adalah data Antropometri Tinggi Siku
Pada Posisi Duduk :
Tabel 4.16 Data Antropometri Tinggi Siku Pada Posisi Duduk
no ukuran no ukuran no ukuran 1 24 35 25 69 31 2 30 36 24 70 35 3 34 37 30 71 25 4 35 38 31 72 30 5 26 39 32 73 29 6 29 40 35 74 29 7 29 41 28 75 28 8 24 42 34 76 26 9 30 43 26 77 31 10 31 44 29 78 31 11 32 45 30 79 30 12 30 46 32 80 35 13 35 47 26 81 32 14 34 48 26 82 26 15 25 49 25 83 29 16 26 50 30 84 35 17 34 51 30 85 29 18 27 52 25 86 34 19 33 53 26 87 32 20 30 54 29 88 33 21 29 55 27 89 29 22 28 56 30 90 27 23 30 57 31 91 30 24 31 58 35 92 31 25 35 59 34 26 29 60 28 27 26 61 29 28 24 62 30 29 35 63 31 30 29 64 29 31 26 65 33 32 25 66 26 33 32 67 34 34 34 68 25
75
Dari data di atas maka di dapatkan :
Σx = 2733
Nx
x ∑=−
= 2733/92
= 29,71
Perhitungan Data Anthropometri Tinggi Siku Pada Posisi Duduk
A. Uji Kecukupan Data
Jika diketahui : Confidence Level= 95% (K=2) ; da = 5% = 0,05
( ) ( )2
22
ΣΣ−Σ
=′Xi
XiXiNs
KN
= ( ) ( )
2
273374692898214592
05,02
−
= 18,86 ≈ 19
Jadi data telah cukup karena N’ < N
B. Uji Keseragaman Data
Diketahu bahwa : Confidence Level= 95% (K=2)
1
2
−
−
=∑
−
n
xxiσ
=910761,957
= 3,24
76
Penentuan Batas Kontrol
BKA= −
x + K. σ = 29,71 + (2) (3,24) = 36,19
BKB= −
x - K. σ = 29,71 - (2) (3,24) = 23,23
Adapun grafik perhitungan data anthropometri tinggi bahu posisi duduk
dapat dilihat pada grafik berikut:
Grafik 4.3
Perhitungan Data Anthropometri Tinggi Siku Pada Posisi Duduk
Keterangan : Dari grafik di atas, terlihat bahwa data seragam karena tidak
ada data yang berada di luar batas kendali.
Persentil
Data terbesar = 35
data tinggi siku posisi duduk
20
25
30
35
40
1 9 17 25 33 41 49 57 65 73 81 89
responden
ukur
an (c
m)
bkabkbxrata2
77
Data terkecil = 24
RENTANG = 35 - 24 = 11
Banyak kelas interval:
K =1+3,3 log N
= 1+3,3 log92
=7,48 ≈7
Panjang kelas interval
KR
sBanyakKelagnp ==
tanRe
72435 −
=
= 1,57
Distribusi frekuensi ukuran tinggi siku pada posisi duduk, dapat dilihat
pada table di bawah ini.
Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi tinggi siku pada posisi duduk
No. Kelas Interval Frekuensi (f) Frekuensi
Komulatif (F) Frekuensi
Komulatif Relatif (%)
I 24 -25,57 11 11 11,96 II 25,58 – 27,15 14 25 27,17 III 27,16 – 28,72 4 29 31,52 IV 28,73 – 30,3 28 57 61,96 V 30,31 – 31,88 9 66 71,74 VI 32,89 – 33,46 9 75 81,52 VII 33,47 – 35,04 17 92 100
Total 92
78
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Letak Pi=100
)1( +Ni
Letak5=100
)192(5 +
= 4,65 (data ke- 4,6 yaitu pada kelas Interval I )
Letak50=100
)192(50 +
=46,5 (data ke- 46,5 yaitu pada kelas Interval VII )
Letak95=100
)192(95 +
=88,35 (data ke- 88,3 yaitu pada kelas Interval VII )
Menghitung Persentil
Rumus : ( )
−+=
fFNxipbiPi 100/
( )
−
+=11
11100/92557,1245 xP
= 23,09
( )
−
+=28
57100/920557,173,2850 xP
= 29,09
( )
−
+=17
92100/929557,147,3395 xP
= 34,62
79
4.9.4 Data Anthropometri Jangkauan Tangan ke Depan
Data Anthropometri yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data
ukuran tinggi siku posisi duduk. Berikut adalah data Antropometri Jangkauan
Tangan ke Depan :
Tabel 4.18 Data Antropometri Jangkauan Tangan ke Depan
no ukuran no ukuran no ukuran 1 69 35 74 69 70 2 68 36 70 70 70 3 70 37 71 71 71 4 72 38 70 72 73 5 74 39 70 73 70 6 70 40 72 74 74 7 69 41 73 75 69 8 70 42 70 76 74 9 70 43 69 77 74 10 71 44 69 78 73 11 68 45 68 79 72 12 69 46 73 80 71 13 70 47 70 81 70 14 68 48 72 82 73 15 72 49 70 83 69 16 71 50 70 84 70 17 68 51 71 85 73 18 73 52 69 86 71 19 74 53 73 87 72 20 70 54 68 88 72 21 72 55 70 89 74 22 69 56 70 90 71 23 68 57 71 91 72 24 70 58 72 92 73 25 70 59 72 26 72 60 73 27 73 61 69 28 69 62 68 29 68 63 70 30 73 64 69 31 70 65 73 32 68 66 68 33 72 67 73 34 73 68 72
80
Dari data di atas maka di dapatkan :
Σx = 6544
Nx
x ∑=−
= 6544/92
= 71,23
Perhitungan Data Anthropometri Jangkauan Tangan Kedepan
A. Uji Kecukupan Data
Jika diketahui : Confidence Level= 95% (K=2) ; da = 5% = 0,05
( ) ( )2
22
ΣΣ−Σ
=′Xi
XiXiNs
KN
= ( ) ( )
2
65544295491646732692
05,02
−
= 1,06 ≈ 1
Jadi data telah cukup karena N’ < N
B. Uji Keseragaman Data
Diketahu bahwa : Confidence Level= 95% (K=2)
1
2
−
−
=∑
−
n
xxiσ
=912174,305
= 1,83
81
Penentuan Batas Kontrol
BKA= −
x + K. σ = 71,23 + (2) (0,88) = 74,49
BKB= −
x - K. σ = 71,23 - (2) (0,88) = 67,17
Adapun grafik perhitungan data anthropometri jangkauan tangan ke
depan dapat dilihat pada grafik berikut:
Grafik 4.4
Perhitungan Data Anthropometri Jangkauan Tangan ke Depan
Keterangan : Dari grafik di atas, terlihat bahwa data seragam karena tidak
ada data yang berada di luar batas kendali.
Persentil
Data terbesar = 74
Data terkecil = 68
jangkauan tangan kedepan
656769717375
1 7 13 19 25 31 37 43 49 55 61 67 73 79 85 91
responden
ukur
an (c
m)
bka bkb rata2 x
82
RENTANG = 74 - 68 = 6
Banyak kelas interval:
K =1+3,3 log N
= 1+3,3 log92
=7,48 ≈7
Panjang kelas interval
KRp =
76874 −
=
= 0,86
Distribusi frekuensi ukuran jangkauan tangan ke depan, dapat dilihat pada
table di bawah ini.
Tabel 4.19 Distribusi Frekuensi Jangkauan Tangan ke Depan
No. Kelas Interval Frekuensi (f) Frekuensi
Komulatif (F) Frekuensi
Komulatif Relatif (%)
I 68 – 68,86 11 11 11,96 II 68,87 – 69,73 12 23 25 III 69,74 – 70,6 24 47 51,09 IV 70,61 – 71,47 9 56 60,87 V 71,48 – 72,34 14 70 76,09 VI 72,35 – 73,21 15 85 92,39 VII 73,22 – 74,08 7 92 100
Total 92 Sumber : Hasil Pengolahan Data
83
Letak Pi=100
)1( +Ni
Letak5=100
)192(5 +
= 4,65 (data ke- 4,6 yaitu pada kelas Interval I )
Letak50=100
)192(50 +
=46,5 (data ke- 46,5 yaitu pada kelas Interval I )
Letak95=100
)192(95 +
=88,35 (data ke- 88,3 yaitu pada kelas Interval VII )
Menghitung Persentil
Rumus : ( )
−+=
fFNxipbiPi 100/
( )
−
+=11
11100/92586,0685 xP
= 25,4
( )
−
+=9
56100/920586,061,7050 xP
= 70,27
( )
−
+=7
92100/929586,022,7395 xP
= 73,51
84
4.9.5 Data Anthropometri Siku ke Ujung Jari
Data Anthropometri yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data
ukuran tinggi siku posisi duduk. Berikut adalah data Antropometri Siku ke Ujung
Jari :
Tabel 4.20 Data Antropometri Siku ke Ujung Jari
no ukuran no ukuran no ukuran 1 38 35 45 69 42 2 39 36 42 70 43 3 40 37 43 71 45 4 43 38 45 72 44 5 40 39 39 73 45 6 40 40 38 74 43 7 38 41 40 75 42 8 39 42 43 76 40 9 45 43 44 77 41 10 45 44 45 78 40 11 39 45 39 79 44 12 38 46 40 80 38 13 40 47 38 81 39 14 40 48 38 82 39 15 45 49 45 83 42 16 43 50 45 84 41 17 42 51 43 85 39 18 44 52 41 86 44 19 44 53 42 87 45 20 41 54 38 88 40 21 38 55 40 89 41 22 39 56 42 90 43 23 41 57 41 91 45 24 41 58 41 92 40 25 45 59 43 26 44 60 45 27 40 61 38 28 42 62 39 29 43 63 40 30 42 64 39 31 45 65 38 32 40 66 40 33 40 67 44 34 43 68 44
85
Dari data di atas maka di dapatkan :
Σx = 3818
Nx
x ∑=−
= 3818/92
= 41,5
Perhitungan Data Anthropometri Siku ke Ujung Jari
A. Uji Kecukupan Data
Jika diketahui : Confidence Level= 95% (K=2) ; da = 5% = 0,05
( ) ( )2
22
ΣΣ−Σ
=′Xi
XiXiNs
KN
= ( ) ( )
2
38181457712415895892
05,02
−
= 5,16
Jadi data telah cukup karena N’ < N
B. Uji Keseragaman Data
Diketahu bahwa : Confidence Level= 95% (K=2)
1
2
−
−
=∑
−
n
xxiσ
=91
511
= 2,37
86
Penentuan Batas Kontrol
BKA= −
x + K. σ = 41,5 + (2) (2,37) = 46,24
BKB= −
x - K. σ = 41,5 - (2) (2,37) = 36,76
Adapun grafik perhitungan data anthropometri panjang siku ke ujung jari
dilihat pada grafik berikut:
Grafik 4.5
Perhitungan Data Anthropometri Panjang Siku ke ujung jari
Keterangan : Dari grafik di atas, terlihat bahwa data seragam karena tidak
ada data yang berada di luar batas kendali.
Persentil
Data terbesar = 45
Data terkecil = 38
data siku ke ujung jari
3035404550
1 7 13 19 25 31 37 43 49 55 61 67 73 79 85 91
responden
ukur
an (c
m)
bka bkb rata2 x
87
RENTANG = 45-38 = 7
Banyak kelas interval:
K =1+3,3 log N
= 1+3,3 log92
=7,48 ≈7
Panjang kelas interval
KR
sBanyakKelagnp ==
tanRe
73845 −
=
= 1
Distribusi frekuensi ukuran panjang siku ke ujung jari, dapat dilihat pada
table di bawah ini.
Tabel 4.21 Distribusi Frekuensi Panjang Siku ke Ujung Jari
No. Kelas Interval Frekuensi (f) Frekuensi
Komulatif (F) Frekuensi
Komulatif Relatif (%)
I 38-39 22 22 23,91 II 39,01-40,01 17 39 42,39 III 40,02 – 41,02 9 48 52,17 IV 41,03 – 42,03 9 57 61,96 V 42,04 – 43,04 11 68 73,91 VI 43,05 – 44,05 9 77 83,7 VII 44,06 – 45,06 15 92 100
Total 92 Sumber : Hasil Pengolahan Data
88
Letak Pi=100
)1( +Ni
Letak5=100
)192(5 +
= 4,65 (data ke- 4,6 yaitu pada kelas Interval I )
Letak50=100
)192(50 +
=46,5 (data ke- 46,5 yaitu pada kelas Interval VII )
Letak95=100
)192(95 +
=88,35 (data ke- 88,3 yaitu pada kelas Interval VII )
Menghitung Persentil
Rumus : ( )
−+=
fFNxipbiPi 100/
( )
−
+=22
22100/9251385 xP
= 38,21
( )
−
+=9
57100/9205103,4150 xP
= 39,81
( )
−
+=15
92100/9295106,4495 xP
= 44,75
89
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai analisa dan pembahasan pada bab
sebelumnya yaitu pengumpulan dan pengolahan data khususnya dalam mendesain
meja laptop cafe hotspot lesehan.
5.1 Perhitungan Dimensi
Setelah hasil pengumpulan dan pengolahan data diperoleh maka dilakukan
perhitungan dimensi/ukuran untuk desain terpilih berdasarkan hasil perhitungan
antropometri diperoleh yaitu :
- tinggi bahu posisi duduk (95persentile) = 63,54 cm
- lebar bahu posisi duduk (95persentile) = 45,52 cm
- tinggi siku posisi duduk (95persentile) = 34,62 cm
- jangkauan tangan ke depan (95persentile) = 73,51 cm
- panjang siku ke ujung jari (95persentile) = 44,75 cm
5.1.1 Ukuran lebar meja
Dalam perancangan ukuran lebar meja menggunakan 95 persentile
populasi yang diperkirakan akan menggunakan meja laptop cafe hotspot lesehan
90
ini. Dengan menggunakan hasil perhitungan jangkauan tangan kedepan nilai 95
persentil yaitu :
( )
−
+=7
92100/929586,022,7395 xP
= 73,51
Dan menggungakan hasil perhitungan panjang siku ke ujung jari nilai 95
persentile yaitu :
( )
−
+=15
92100/9295106,4595 xP
= 44,75
Sehingga, lebar meja = jangkauan tangan kedepan – panjang siku ke ujung
tangan
= 73,51 - 44,75
= 28,76
Perlu adanya penambahan kelonggaran pada lebar meja sebesar 5 cm,
sehingga total lebar meja adalah :
Lebar meja = 28,76 cm + 5 cm = 33,76 cm ≈ 34 cm
5.1.2 Ukuran panjang meja
91
Dalam perancangan ukuran lebar meja menggunakan 95 persentile
populasi yang diperkirakan akan menggunakan meja laptop cafe hotspot lesehan
ini. Dengan menggunakan hasil perhitungan lebar bahu nilai 95 persentil yaitu :
( )
−
+=10
92100/929514,104,4695 xP
= 45,52
Perlu adanya penambahan kelonggaran pada lebar meja sebesar 10 cm,
sehingga total lebar meja adalah :
Panjang meja = 45,52 cm + 10 cm = 55,52 cm ≈ 56 cm
5.1.3 Ukuran tinggi meja
Dalam perancangan ukuran lebar meja menggunakan 95 persentile
populasi yang diperkirakan akan menggunakan meja laptop cafe hotspot lesehan
ini. Dengan menggunakan hasil perhitungan tinggi bahu pada posisi duduk nilai
95 persentil yaitu :
( )
−
+=6
92100/929543,164,6495 xP
= 63,54
Dan menggungakan hasil perhitungan tinggi siku pada posisi duduk nilai
95 persentile yaitu :
( )
−
+=17
92100/929557,104,3595 xP
92
= 34,62
Tinggi meja = tinggi bahu pada posisi duduk – tinggi siku pada posisi
duduk
= 63,54 - 34,62
= 28,92 cm
Perlu adanya penambahan kelonggaran pada tinggi meja sebesar 5 cm,
sehingga total tinggi meja adalah :
Tinggi meja = 28,92 cm + 7 cm = 35,92 cm ≈ 36 cm
5.2 Material
Desain meja laptop cafe hotspot lesehan ini terbuat dari kayu. Kayu yang
digunakan adalah kayu lapis (plywood) yang dikenal juga dengan sebutan tripleks
atau multipleks. Sesuai dengan namanya, kayu lapis terbentuk dari beberapa laspis
lembaran kayu. Lembaran-lembaran tersebut direkatkan dengan tekanan tinggi
dan menggunakan perekat khusus.
5.3 Tempat laptop, makanan dan minuman
Dalam menghitung ukuran untuk tempat makan dan minuman. Dengan
mengukur diameter dan tinggi dari gelas dan mangkok. Dari pengukuran
didapatkan hasil :
93
diameter gelas = 12 cm
tinggi gelas = 9 cm
diameter alas mangkok = 14 cm
tinggi mangkok = 5 cm
panjang laptop = 36 cm
lebar laptop = 27 cm
Sehingga, ukuran tempat makanan dan minuman adalah :
Panjang = 15 cm
Lebar = 15 cm
5.4 Tampilan Hasil Rancangan Desain Dengan Program 3DSMAX
94
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian, hasil perhitungan, dan analisis yang dilakukan pada
bab- bab sebelumnya maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Rancangan meja laptop café hospot lesehan yang baru sesuai dengan
antropometri tubuh. Dengan ukuran/dimensi : panjang meja = 56 cm, lebar
meja = 34 cm, tinggi meja = 36 cm.
2. Rancangan meja laptop café hospot lesehan yang baru mampu memberikan
kenyamanan karena meja dilengkapi tempat makanan dan minuman agar
konsumen merasa nyaman.
6.2 Saran
Dengan adanya kesimpulan tersebut maka saran yang dapat diberikan
adalah :
1. Sebaiknya investor menerapkan hasil perancangan ini dalam investasinya.
2. Sebaiknya rancangan yang dibuat oleh investor berlandaskan aspek-aspek
ergonomis, nyaman dan dapat memenuhi keinginan konsumen
98
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta. Rineka Cipta.
Azwar, Saifuddin. 1992. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Sartuni, Rasyid S.S. 1986. Teknik Penyusunan Karya Ilmiah. Jakarta. Nina
Dinamika
Delp, Peter. System Tools for Project Planning
Grandjean. 1982. Fitting the Task to The Man. London. Taylor and Francis Ltd.
Kroemer. 1994. Ergonomics How to Design for Ease and Efficiency. USA.
Prentice Hall, Inc.
Lewis, William. 1989. Fundamentals of Engineering. Australia. Prentice Hall of
Australia.
Nurmianto, Eko. 1996. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya. Guna
Widya.
Saaty, Thomas L. 1988. Decision Making for Leaders The Analytical Hierarchy
Process for Decision in a Complex World. University of Pittsburgh.
Stoppard, Miriam. Buku Pintar Kehamilan dan Persalinan Modern
Sutalaksana. 1979. Teknik Tata Cara Kerja. Bandung. Jurusan Teknik Industri
Institut Teknologi Bandung.
Tarwaka. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan dan Produktivitas. Surakarta.
UNIBA Press
Wignjoesoebroto, Sritomo. 2000. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Surabaya.
PT. Guna Widya.
Zimmerman, Larry W. Value Engineering Practical Approach for Owners,
Designers and Contractors.
http://pdfdatabase.com/index.php?q=pengertian+desain+produk
http://teori-teoriergonomi.blogspot.com/2008/04/pengunaan-data-antropometri-
dalam.html
http://sudarjanto.multiply.com/journal/item/1169
99
http://www.ti.itb.ac.id/~myti/files/Semester%205/PTI/PTI%20MODUL%204%20
EVALUASI%20ERGONOMI.pdf
http://members.tripod.com/octa_haris/internet.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Hotspot
Jurnal Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain – UK Petra Surabaya,
http://puslit.petra.ac.id/journals/interior/
http://id.wikipedia.org/wiki/Skala_Likert
http://www.bluestallion.co.za/products/expertchoice
http://mounair.blogspot.com/2009/03/software-expert-choice-ahp.html
100