Ergonomi Ruang Kuliah Pasca Sarjana Manajemen Ergonomi Ergonomi

20
TUGAS MANAJEMEN ERGONOMI ERGONOMI MASALAH ERGONOMI PADA RUANG KULIAH GEDUNG PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA Pengampu Mata Kuliah : Dr. Luh Made Indah Sri Handari Adiputra. S,Psi. M.Erg. Disusun oleh : I Putu Adi Susanta (1590461001) PROGRAM PASCA SARJANA PROGRAM MAGISTER ERGONOMI FISIOLOGI KERJA

description

Ergonomi Ruang Kuliah Pasca Sarjana Manajemen Ergonomi Ergonomi

Transcript of Ergonomi Ruang Kuliah Pasca Sarjana Manajemen Ergonomi Ergonomi

Page 1: Ergonomi Ruang Kuliah Pasca Sarjana Manajemen Ergonomi Ergonomi

TUGAS MANAJEMEN ERGONOMI ERGONOMI

MASALAH ERGONOMI PADA RUANG KULIAH

GEDUNG PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

Pengampu Mata Kuliah : Dr. Luh Made Indah Sri Handari Adiputra. S,Psi. M.Erg.

Disusun oleh :

I Putu Adi Susanta (1590461001)

PROGRAM PASCA SARJANA

PROGRAM MAGISTER ERGONOMI FISIOLOGI KERJA

UNIVERSITAS UDAYANA

2015

Page 2: Ergonomi Ruang Kuliah Pasca Sarjana Manajemen Ergonomi Ergonomi

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Guna meningkatkan produktivitas dan kenyamanan dalam proses belajar di

dalam kelas diperlukan suasana belajar dan mengajar yang menunjang, salah satu

diantaranya adalah sentuhan ergonomi dalam lingkungan ruang kelas.

Ergonomi adalah ilmu tentang kerja, menyesuaikan manusia dengan mesin,

menyesuaikan manusa dengan pekerjaan, menyesuaikan pekerjaan dengan manusia.

Ergonomi adalah pengaruh atau hubungan antara manusia dengan lingkungan dalam

pekerjaan dan dalam rumah, melibatkan alat kerja dan material yang digunakan dan

pekerjaan yang dilakukan.

Tujuan dan sasaran Ergonomi antara lain kesehatan fisik dan mental seperti

misalnya mencegah terjadinya cedera dan kecelakaan akibat kerja, mengurangi

kelelahan fisik dan mental, tercapainya kepuasan kerja. Tujuan lainnya kesehatan sosial

seperti misalnya meningkatkan kualitas hubungan sosial, mengatur organisasi kerja.

Harapan adanya ergonomi adalah tercipta keseimbangan antara teknis, ekonomis,

antropologis dan aspek budaya antara manusia dan sistem kerja sehingga diperoleh

efisiensi.

Lingkungan dalam proses belajar mengajar dipengaruhi oleh beberapa faktor

antara lain: luas tempat belajar mengajar, rasio ruangan dengan jumlah orang, suhu

ruangan, kelembaban, kebisingan, penerangan, bau, debu, keadaan lantai, asap, getaran,

ketersediaan informasi, keadaan sosial budaya, interaksi manusia mesin, efisiensi

energi, body postures, dan keadaan waktu.

Keuntungan ergonomi dalam ruang kuliah antara lain proses belajar mengjara

lebih nyaman, waktu perkuliahan lebih singkat, materi kuliah lebih mudah masuk

diterima, dalam mengikuti kuliah tanpa atau minim keluhan rasa sakit akibat duduk

selama mengikuti kuliah, minim kehilangan waktu proses belajar mengajar, motifasi

belajar mengajar lebih tinggi, tingkat kehadiran mahasiswa lebih tinggi (minim absen),

Page 3: Ergonomi Ruang Kuliah Pasca Sarjana Manajemen Ergonomi Ergonomi

rendah angka kecelakaan dalam proses belajar mengajar, rendah kelelahan fisik akibat

belajar mengajar, menurunkan resiko kecelakaan selama proses belajar mengajar.

Untuk itu perlu kiranya dilakukan pendekatan ergonomi dalam ruang kelas

gedung pascasarjana Universitas Udayana.

B. Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang berkaitan dengan faktor ergonomi dalam ruang

kelas gedung pascasarjana Universitas Udayana adalah :

1. Apa saja masalah Ergonomi yang terdapat pada gedung pascasarjana Universitas

Udayana?

2. Apakah terdapat upaya mengatasi masalah ergonomi yang ditemukan?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan dari makalah ini adalah

1. Mengetahui masalah Ergonomi yang ada di ruang kuliah gedung Pascasarjana

Universitas udayana.

2. Mengetahui upaya pendekatan terhadapa masalah ergonomi yang ditemukan.

D. Manfaat Penulisan

Manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah

1. Manfaat Teoritis

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis dan pembaca, serta

dapat memberikan informasi kepada pengelola gedung pascasarjana

Universitas Udayana.

2. Manfaat Praktis

Sebagai bahan masukan kepada jajaran direksi dan pengelola gedung

pascasarjana Universitas Udayana bagaimana keadaan gedung ditinjau

dari masalah ergonomi.

Page 4: Ergonomi Ruang Kuliah Pasca Sarjana Manajemen Ergonomi Ergonomi

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Ergonomi

Ergonomi berasal dari bahasa latin Ergo yang artinya adalah kerja, dan Nomos

yang artinya aturan atau hukum. Jadi Ergonomi adalah ilmu tentang kerja,

menyesuaikan manusia dengan mesin, menyesuaikan manusa dengan pekerjaan,

menyesuaikan pekerjaan dengan manusia. Ergonomi adalah pengaruh atau hubungan

antara manusia dengan lingkungan dalam pekerjaan dan dalam rumah, melibatkan alat

kerja dan material yang digunakan dan pekerjaan yang dilakukan.

Tujuan dan sasaran Ergonomi antara lain kesehatan fisik dan mental seperti

misalnya mencegah terjadinya cedera dan kecelakaan akibat kerja, mengurangi

kelelahan fisik dan mental, tercapainya kepuasan kerja. Tujuan lainnya kesehatan sosial

seperti misalnya meningkatkan kualitas hubungan sosial, mengatur organisasi kerja.

Harapan adanya ergonomi adalah tercipta keseimbangan antara teknis, ekonomis,

antropologis dan aspek budaya antara manusia dan sistem kerja sehingga diperoleh

efisiensi.

Keuntungan ergonomi antara lain pekerjaan dapat selesai lebih cepat, tanpa atau

minim keluhan rasa sakit, minim kehilangan waktu kerja, motifasi kerja lebih tinggi,

tingkat kehadiran karyawan lebih tinggi (minim absen), rendah angka kecelakaan kerja,

rendah kelelahan fisik, menurunkan pengeluaran berlebih, menurunkan resiko

kecelakaan.

Pekerjaan menuntut adanya tugas dengan seluruh materi, uraian, organisasi dan

lingkungan, sementara manusia selaku pelaku kerja memiliki kapasitas dengan segala

profil, keadaan fisologis, psikologis dan biomekanis. Hubungan antara pekerjaan dan

manusia ini menimbulkan produktifitas, kecelakaan, cedera, dan keluhan.

Dalam uraian pekerjaan terdapat pekerjaan fisik yang melibatkan kegiatan otot

dan tulang disebut juga kekuatan produksi seperti misalnya mengangkat atau

memindahkan barang-barang secara manual, dan kemampuan motorik dan sensorik

seperti misalnya pemasangan atau penyusunan alat mekanis dan mengetik. Terdapat

juga pekerjaan non fisik yang membutuhkan kemampuan berfikir atau intelektualitas

seseorang. Pekerjaan non fisik ini membutuhkan kemampuan persepsi motorik seperti

Page 5: Ergonomi Ruang Kuliah Pasca Sarjana Manajemen Ergonomi Ergonomi

misalnya mengedari kendaraan dan kontrol, membutuhkan kemampuan persepsi

kognitif seperti misalnya pengontrol lalu lintas udara, juga kemampuan kognitif atau

mental seperti misalnya mendesain, penentuan keputusan, dan penyelesaian masalah.

Dalam organisasi kerja terdapat pengaturan waktu kerja, waktu istirahat dan

waktu pulang, kadang terdapat pengaturan shift kerja pagi, sore atau malam, terdapat

langkah dan ritma kerja, terdapat sistem absensi dan cuti seperti cuti melahirkan dan

cuti datang bulan.

Lingkungan kerja dipengaruhi oleh lingkungan fisika, kimia dan biologi,

lingkungan sosial budaya, terdapat keadaan polusi bahkan kehancuran, terdapat keadaan

ekonomi dunia, terdapat kehidupan politik, penyakit endemik seperti Severe Acute

Respiratory Sindrom (SARS) atau sindrom pernafasan akut yang penularanya melalui

burung dan unggas, juga terdapat penyakit Human Imunodeficiency Virus (HIV) dan

Aquired Imuno Deficiency Sindrom (AIDS) yang belum terdapat obatnya secara pasti,

yang penularan salah satunya berasal dari perilaku dan gaya hidup manusia seperi

misalnya hubungan seks bebas dan prostitusi. Lingkungan juga dipengaruhi oleh perang

dan teror.

2.2 Jenis Sarana Prasarana

Jenis sarana prasarana ditentukan oleh kegiatan yang harus didukung jenis dan

jumlah pemakai, serta tingkat prioritas fungsi utama, penunjang dan pelengkap. Jenis

sarana prasarana yang terdapat pada ruang kuliah meliputi :

1. Kursi

Kursi adalah prasarana paling penting yang perlu diperhatikan karena selama

perkuliahan mahasiswa duduk di atasnya. Sehingga apabila kursi yang ada tidak

membuat mahasiswa merasa nyaman, maka hal ini akan berpengaruh dalam penyerapan

materi kuliah yang diberikan oleh dosen.

2. Meja

Prasarana kedua yang penting untuk diperhatikan adalah meja. Desain meja

harus disesuaikan dengan kursi pasangannya. Menurut Ernst Neufert, dengan standar

ergonomi, ada tujuh kriteria umum yang harus dipenuhi untuk mencapai kenyamanan

yaitu :

(1) Pposisi alas kaki harus datar dan rata (flat) dengan lantai;

(2) ada sela ruang antara bagian belakang lutut dengan bagian depan alas duduk

Page 6: Ergonomi Ruang Kuliah Pasca Sarjana Manajemen Ergonomi Ergonomi

(3) pada bagian depan alas duduk tidak ada tekanan antara paha dengan alas

duduk

(4) antara daun meja bagian bawah dan paha harus ada sela ruang yang cukup

untuk bergerak

(5) tinggi meja kira-kira sama dengan siku saat posisi lengan vertikal

(6) penyangga punggug sedikit miring;

(7) antara sandaran punggung dan alas duduk ada ruang gerak untuk tulang ekor.

2.3. Papan Tulis

Untuk ukuran standar, BSNP telah menetapkan bahwa syarat sebuah media atau

papan tulis adalah kuat, stabil, dan aman. Ukuran papan tulis hendaknya tidak terlalu

kecil dan juga tidak terlalu lebar. Ukuran minimal papan tulis hendaknya dengan ukuran

120 cm x 240 cm dan digantungkan pada titik gantung setinggi 2 m dari lantai.

Ditempatkan di depan ruang kelas dengan posisi berada di tengah dan memiliki

jarak dari lantai 80 – 85 cm. Sedangkan sudut ideal kemiringan mata barisan paling

depan maksimal 30º.

2.4. LCD proyektor

Sebagai sarana fisik di dalam ruang kuliah, proyektor harus diletakkan

sedemikian rupa sehingga si pemakai baik mahasiswa maupun dosen merasa nyaman

baik saat akan dipakai maupun saat dipakai artinya tata letak proyektor tersebut harus

menyesuaikan keterbatasan manusia sebagai penggunanya. Data-data yang dibutuhkan

dalam perancangan tata letak proyektor adalah memperhitungkan data Tinggi Mata

Duduk (TMD), Tinggi Mata Berdiri (TMB) dan Jangkauan Tangan Ke Atas (JKA) .

2.4.1. Tata Letak Proyektor

Tata letak proyektor yang ergonomis ini mempertimbangkan :

Letak stop kontak proyektor

Syarat letak stop kontak proyektor yang ergonomis adalah sebagai berikut :

Secara umum stop kontak proyektor diletakkan bersebelahan dengan stop kontak

lampu ruangan yang menempel di dinding di dekat pintu masuk.

Ketinggian stop kontak tersebut sejajar dengan tinggi mata berdiri orang dewasa.

Warna stop kontak harus kelihatan lebih jelas daripada warna dinding.

Berdasarkan syarat tersebut tinggi stop kontak sebaiknya setinggi mata berdiri.

Jarak proyektor dari lantai ke langit-langit

Page 7: Ergonomi Ruang Kuliah Pasca Sarjana Manajemen Ergonomi Ergonomi

Syarat letak proyektor yang ergonomis adalah sebagai berikut :

Proyektor harus terpasang secara permanaen di langit-langit ruang kuliah.

Letak Proyektor harus di atas kepala manusia tetapi masih terjangkau sehingga

mudah dijangkau pada saat mengoperasikannya.

Sisi proyektor yang ada panel kontrol (pengoperasian) harus diletakkan di bawah

sehingga mudah dijangkau pada dipakai.

Posisi proyektor (lensa) harus tegak lurus dengan screennya.

Proyektor harus dilengkapi kerangka dan dipasang kunci sebagai pengaman agar

proyektor tidak mudah dilepas dari tempatnya.

Dari uraian tersebut dimensi tubuh yang diperguanakan untuk menentukan tinggi

proyektor dari lantai adalah jangkauan tangan ke atas saat berdiri.

Jarak screen dari lantai

Syarat letak screen yang ergonomis adalah sebagai berikut :

Atur letak screen yang memudahkan pekerjaan (sebelah kiri, berhimpit atau sebelah

kanan white board)

Pertimbangkan objek lain yang ada di sekitar screen tersebut.

Atur ketinggian screen sehingga sudut penglihatan berkisar 10-20 derajat, atau sejajar

dengan pandangan mata.

Atur kemiringan permukaan screen sehingga membentuk sudut 90 derajat dengan

proyektor.

Penentuan tinggi screen dari lantai tinggi mata duduk ditambah toleransi 50 cm untuk

mengantisipasi mahasiswa yang duduk paling belakang (sekitar 8 meter dari screen

Jarak screen dengan proyektor mengikuti spesikasi proyektor yang dipakai biasanya

jarak proyektor dengan screen rata-rata 5 meter.

Page 8: Ergonomi Ruang Kuliah Pasca Sarjana Manajemen Ergonomi Ergonomi

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan dan Pembahasan

Ruang kuliah di gedung pasca sarjana terbagi menjadi dua tempat, yaitu lantai

ground yang terdiri atas 13 ruang kuliah dan lantai 2 yang terdiri atas 10 ruang kuliah,

masing-masing ruang kuliah memiliki luas dan dimensi yang berbeda. Di lantai ground

ruang kuliah terkecil berukuran panjang 3,8 m dan lebar 5,5 m serta luas 20,9 m2

berada di ground 4 (G4) yang terbesar adalah Ground 12 berukuran 10m x 5,5 m

dengan luas 150m2.

Masalah ergonomi yang dapat diamati dan dikaji antara lain task/pekerjaan,

organisasi dan lingkungan lalu dikembangkan menjadi 8 masalah ergonomi antara lain

pemanfaaan otot, sikap kerja, kondisi lingkungan, kondisi waktu, sosial budaya,

efisiensi energi, informasi, dan interaksi manusia mesin

Untuk pemanfaatan otot diambil sikap duduk proses belajar mengajar, bentuk

tubuh saat melihat layar tampilan dan papan tulis, sikap kerja diperhatikan saat proses

belajar mengajar, rasio antara luas dan jumlah individu dalam ruang. Kondisi

lingkungan yang diperhatikan antara lain suhu, kelembaban, kebisingan, penerangan,

bau, debu, kondisi lantai, asap, getaran. Kondisi waktu yang diamati adalah waktu

penggunaan ruangan, waktu proses belajar mengajar. Faktor sosial budaya diamati

adalah tersedianya sarana sembahyang, lukisan dan organisasi kemasyarakatan (suka

duka). Efisiensi energi yang diperhatikan adalah penggunaan lampu, usaha pemanfaatan

energi, penggunaan AC. Interaksi manusia mesin yang diperhatikan adalah apakah ada

alat kerja, jenis alat kerja yang digunakan dan hubungannya dengan proses belajar

mengajar.

3.2 Ruang Kuliah Lantai Ground

Ruang kuliah lantai ground terdiri atas 13 ruang kuliah, sampel yang kami ambil

adalah ruang G4 dan G12. Ruang Kuliah G4 memiliki luas 20,9 m2 dengan tinggi 3 m,

memiliki daya tampung 20 orang.

Page 9: Ergonomi Ruang Kuliah Pasca Sarjana Manajemen Ergonomi Ergonomi

Ruang G4 telah terpasang pengatur suhu Air Conditioner (AC) memiliki rata-

rata suhu kering 25°C dan suhu basah 21°C, kelembaban 70 %, kebisingan berkisar 48

dB, tingkat penerangan dengan dua lampu neon yang berbeda, lampu neon sebelah

timur 90 Lux dan barat 70 Lux, kondisi bau tidak terdapat bau menyengat, debu diudara

minimal, keadaan lantai kering, asap tidak ada terlihat, getaran ruangan tidak terasa,

Informasi tersedia cukup dengan ditandai adanya jadual penggunaan ruangan,

penggunaan komputer, Sosial budaya tidak terdapat gambaran, lukisan atau pun tempat

sembahyang, interaksi manusia mesin dalam ruangan ini terbatas hingga penggunaan

komputer, remote AC dan Proyektor langit-langit.

Untuk efisiensi energi diatur apabila selesai digunakan, ruangan ini ditutup,

seluruh lampu dan AC dimatikan. Sikap tubuh selama proses belajar mengajar karena

tidak menggunakan kursi sesuai antropometri tubuh jadi seluruhnya kurang ergonomis

namun masih nyaman, pandangan mata saat melihat layar proyektor kira-kira

membentuk sudut 30°, sudut pandang papan tulis 10°, tinggi papan tulis dari lantai

120cm, dengan lebar papan tulis 120 cm dan panjang 240 cm. Ukuran layar proyektor

panjang 130 cm, lebar 120 cm dengan ketinggian 130 cm dari lantai. Tinggi unit

proyektor adalah 240 cm dari lantai.

Page 10: Ergonomi Ruang Kuliah Pasca Sarjana Manajemen Ergonomi Ergonomi

Ukuran meja dosen tinggi 80 cm, lebar 80 cm, dan panjang 148 cm sedangkan

tinggi kursi dosen 47 cm. Ukuran kursi mahasiswa panjang 40 cm, lebar 38 cm, dan

tinggi 45 cm. Tinggi meja mahasiswa 68 cm dan lebar 32 cm.

Ruang G4 memiliki 2 jendela, ukuran jedela sebelah timur tinggi 100 cm dan

panjang 3 meter tanpa tralis. Jendela barat memiliki ukuran 150 cm dan lebar 110 cm

tanpa tralis. Ukuran pintu masuk ruang G4 lebar 82 cm dan tinggi 210 cm.

Kondisi waktu penggunaan G4 sudah diatur dengan baik, mulai pukul 09.00

digunakan oleh Ergonomi Fisiologi Kerja dan berakhir pukul 20.30 digunakan oleh

teknik mesin pasca sarjana.

Secara ergonomi keadaan ruangan G4 sudah baik, rasio ruangan, sarana prasaran

dan jumlah orang telah mencukup dan menimbulkan rasa nyaman, terlebih dipasang alat

pengatur suhu ruang (AC) dengan fasilitas belajar menggunakan proyektor, komputer

dan papan white board. Suhu dan kelembaban terjaga dengan baik, kebisingan minimal

masih nyaman untuk proses belajar mengajar, penerang sudah cukup, bau dan debu

tidak menggangggu, lantai bersih dan kering tanpa getaran dan asap yang mengganggu,

ketersediaan informasi sudah baik dan mudah diperoleh.

Namun kekurangan pada bidang sosial budaya yaitu minim lukisan atau

gambaran dan tidak tersedia tempat sembahyang. Efisiensi energi dan waktu

penggunaan sudah diatur dengan baik.

Kekurangan terdapat pada penempatan kabel-kabel yang tidak tertata dengan

baik dan jendela tanpa tralis besi untuk keamanan sarana dan prasarana.

Ruang G12

Ruangan G12 terletak bersebelahan dengan ruang G4 dengan ukuran lebih luas

dari ruang G4. Ruang G12 mempunyai panjang 480 cm, lebar 560 cm dan tinggi 300

cm, dengan luas 26,88 m2 dan jumlah kursi mahasiswa sebanyak 32 buah dan satu kursi

dosen dengan tinggi yang dapat diatur, maksimum 50 cm dan minimum 40 cm.

Pencahayaan ruang G12 menggunakan 4 lampu neon dengan intensitas 115 lux,

106 lux, 103 lux dan 136 lux diukur tepat dibawah lampu diatas meja mahasiswa.

Memiliki papan tulis yang lebih kecil dari G4 dengan ukuran panjang 166 cm, lebar 80

cm dan tinggi 74 cm, sedangkan ketinggian dari lantai setinggi 120 cm. Layar proyektor

terletak tepat di tengah depan kelas dengan ukuran tampilan panjang 180 cm dan lebar

110 cm.

Page 11: Ergonomi Ruang Kuliah Pasca Sarjana Manajemen Ergonomi Ergonomi

Secara ergonomi ruang G12 sudah baik, luas dan rasio telah mencukupi,

terpasang pengatur suhu ruangan dengan suhu kering rata-rata 25° dan suhu basah 20°

dengan kelembaban 65%. Tingkat kebisingan rata-rata 50 dB lebih tinggi dari G4

karena terdapat jalan disebelah ruangan. Keadaan ruangan tanpa bau yang mengganggu,

keadaan lantai bersih, tanpa asap, dan getaran, untuk informasi tersedia dengan baik,

sosial budaya tidak tersedia tempat sembahyang, lukisan dan lain-lain, interaksi manusia

mesin terdapat komputer, proyektor dan AC.

Kekurangannya adalah kabel masih berserakan dan potensial menimbulkan

cedera apabila terlilit ataupun terkena kejutan listrik. Terdapat alat pemadam api di luar

kelas dan jendela terpasang tralis.

Ruang Kuliah Lantai 2

Kami mengambil sampel ruang kuliah RK 2.011 yang terletak di lantai 2 gedung

pascasarjana sebelah selatan. Memiliki panjang ruangan 760 cm dan lebar 560 cm

dengan tinggi 300 cm, dipakai bersama S3 Pariwisata dan pertanian.

Page 12: Ergonomi Ruang Kuliah Pasca Sarjana Manajemen Ergonomi Ergonomi

Ruang RK 2.011 telah terpasang pengatur suhu Air Conditioner (AC) memiliki

rata-rata suhu kering 25°C dan suhu basah 21°C, kelembaban 70 %, kebisingan berkisar

50 dB, tingkat penerangan rata-rata 90 Lux, kondisi bau tidak terdapat bau menyengat,

debu diudara minimal, keadaan lantai kering, asap tidak ada terlihat, getaran ruangan

tidak terasa, Informasi tersedia cukup dengan ditandai adanya jadual penggunaan

ruangan, penggunaan komputer, Sosial budaya tidak terdapat gambaran, lukisan atau

pun tempat sembahyang, interaksi manusia mesin dalam ruangan ini terbatas hingga

penggunaan komputer, remote AC dan Proyektor langit-langit.

Yang menarik dari ruang kuliah ini adalah meja dan kursi di selasar yang dapat

digunakan untuk meletakan laptop. Letaknya tinggi dan kurang ergonomis namun

memiliki bentuk meja yang baik.

Page 13: Ergonomi Ruang Kuliah Pasca Sarjana Manajemen Ergonomi Ergonomi

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

1. Ruang kuliah di gedung pascasarjana sebagian besar telah ergonomis dari segi

ukuran, rasio dan sarana prasarana, namun kursi dan meja masih belum sesuai

dengan atropometri pengguna.

2. Telah tersedia alat-alat keamanan seperti pemadam kebakaran, alat kebersihan

seperti tong sampah.

3. Pencahayaan sudah sesuai dengan kebutuhan, suhu terjaga baik, organisasi baik.

Lingkungan sudah sesuai untuk proses belajar mengajar.

4. Faktor sosial budaya dipenuhi dengan pemasangan lukisan, patung dan tempat

sembahyang.

4.2 Saran

1. Ditambah lagi sarana sosial budaya

2. Meja dan kursi sesuai atropometri pengguna.

3. Saat kunjungan agar disediakan kunci.