Post on 17-Sep-2018
1 �
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
MENCINTAI DAN DICINTAI PADA Tn.SDENGAN
RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUANG
MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA
DAERAH SURAKARTA
DISUSUN OLEH :
BETTY SULISTYANINGTYAS
NIM P.09070
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012
i �
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
MENCINTAI DAN DICINTAI PADA Tn.SDENGAN
RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUANG
MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA
DAERAH SURAKARTA
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DISUSUN OLEH :
BETTY SULISTYANINGTYAS
NIM P.09070
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012
ii �
SURAT PERYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Betty Sulistyaningtyas
NIM : P. 09070
Program studi : DIII Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN MENCINTAI DAN DICINTAI
PADA Tn.S DENGAN RESIKO PERILAKU
KEKERASAN DI RUANG MAESPATI
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH
SURAKARTA.
Dengan ini saya menyatakan, dengan sesungguhnya bahwa KTI ini saya
susun tanpa ada tindak plagiatorisme yang berlaku di Prodi DIII Keperawatan
Stikes Kusuma Husada Surakarta.
Apabila dikemudian hari ternyata saya melakukan plagiatorisme,
sepenuhnya saya menerima sangsi yang di jatuhkan oleh pendidikan kepada saya.
Demikian surat ini saya buat agar dapat menjadi bahan pertimbangan.
Surakarta, April 2012
Yang membuat pernyataan
BETTY SULISTYANING TYAS
NIM. P.09070
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :
Nama : Betty Sulistyaningtyas
NIM : P. 09070
Program studi : DIII Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN MENCINTAI DAN DICINTAI
PADA Tn.S DENGAN RESIKO PERILAKU
KEKERASAN DI RUANG MAESPATI
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH
SURAKARTA.
Telah disetujui untuk diajukan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi DIII Keperawan Stikes Kusuma Husada Surakarta.
Ditetapkan di : Surakarta
Tanggal : 1 Mei 2012
Pembimbing : Fakhrudin Nasrul Sani, S.Kep.,Ns ( )
NIK. 201185071
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :
Nama : Betty Sulistyaning tyas
NIM : P.09070
Program studi : DIII Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN MENCINTAI DAN DICINTAI
PADA Tn.S DENGAN RESIKO PERILAKU
KEKERASAN DI RUANG MAESPATI
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH
SURAKARTA.
Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan dewan penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi D III keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta.
Ditetapkan di : Surakarta
Tanggal : Selasa, 1 Mei 2012
DEWAN PENGUJI
Penguji I : Fakhrudin Nasrul Sani, S.Kep.,Ns (.....................................)
NIK.201185071
Penguji II : Anissa Cindy N.A, S.Kep.,Ns (.....................................)
NIK.201187086
Penguji III : Siti Mardiyah, S.Kep.,Ns (.....................................)
NIK.201183063
Mengetahui
Ketua Program Studi DIII Keperawatan
STIKES Kusuma Husada Surakarta
Setiyawan, S.Kep.,Ns
NIK. 201084050
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat rahmat dankarunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN MENCINTAI DAN DICINTAI PADA Tn.SDENGAN RESIKO
PERILAKU KEKERASAN DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA
DAERAH SURAKARTA TAHUN 2012”.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini banyak mendapatkan bimbingan
dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang
terhormat:
1. Bapak Setiyawan, S.Kep.,Ns, selaku Ketua Program Studi D III keperawatan
yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Stikes
Kusuma Husada Surakarta.
2. Ibu Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns, selaku Sekertaris Ketua Program studi
DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba
ilmu di Stikes Kusuma Husada Surakarta.
3. Bapak Fakhrudin Nasrul Sani, S.Kep.,Ns, selaku dosen pembimbing
sekaligus sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat,
memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dan
memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
vi
4. Semua dosen Program Studi DIII Keperawtan Stikes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasan serta
ilmu yang bermanfaat.
5. Segenap karyawan, karyawati dan perawat di ruang Maespati RSJD
Surakarta.
6. Kedua orang tua penulis yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan
semangat serta dukungan secara moral, material, spiritual.
7. Kakak penulis Andri Suryanto terima kasih atas dukunganya.
8. Teman-teman seperjuangan 2009 semua tingkat tiga yang tidak bisa saya dan
memberikan informasi serta dukungan moril maupun spiritual.
Semoga studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan, Amin.
Surakarta, April 2012
Penulis
Betty Sulistyaningtyas
�
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAAN ................................................................ iv
KATA PENGANTAR .............................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ............................................................... 3
C. Manfaat Penulisan ............................................................. 4
BAB II LAPORAN KASUS
A. Pengkajian ......................................................................... 5
B. Perumusan Masalah Keperawatan ..................................... 7
C. Perencanaan Keperawatan ................................................. 7
D. Implementasi Keperawatan ............................................... 11
E. Evaluasi Keperawatan ....................................................... 11
BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan ....................................................................... 13
B. Simpulan ............................................................................ 18
C. Saran .................................................................................. 20
Daftar Pustaka
Daftar Riwayat Hidup
Lampiran
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Log Book
Lampiran 2 Format Pendelegasian Pasien
Lampiran 3 Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data
Lampiran 4 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 5 Asuhan Keperawatan
Lampiran 6 Daftar Riwayat Hidup
1 �
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakangMasalah
Organisasi kesehatan Dunia (WHO) tahun 2007 menyatakan, paling
tidak 1 dari 4 orang atau sekitar 450 juta orang terganggu jiwanya. Di
Indonesiaberdasarkansurvey kesehatan mental rumah tangga. Pada setiap
1000anggota rumahtangga terdapat185orangmengalamigangguanterkaitma
(Siti.A, 2010).
Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dien Emawati menyatakan
bahwa jumlah penderita gangguan jiwa ringan hingga triwulan kedua tahun
2011 mencapai 306.621 orang, naik dari 159.029 orang pada tahun 2010.
Secara keseluruhan, jumlah penderita gangguan jiwa di Jakarta mencapai
angka 14,1 persen dari jumlah penduduk. Jumlah itu di atas angka nasional
sebesar 11,6 persen (Kompas.com, 10 Oktober 2011).
Penderita gangguan jiwa di RSJD Surakarta pada tahun 2009 sebanyak
2.420 pasien dengan presentasihunian (BOR) 74 %. Tahun 2010 sebanyak
2.560 pasien dengan presentasi hunian 84,49%. Tahun 2011 sebanyak 2.605
pasien dengan presentasi hunian 75,6% ( rekam medic 2011). Berdasarkan
komunikasi dengan perawat di bangsal maespati di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Surakarta pada 1 sampai 31 Maret 2012 di ketahui jumlah pasien 42 pasien 9
di antaranya menderita gangguan perilaku kekerasan, sisanya halusinasi 15
orang, HDR 8 orang, isolasi sosial 6 orang dan waham 4 orang.
2 �
�
DefinisikesehatanjiwamenurutUU No.3 tahun 1966
kesehatanjiwaadalahsuatukondisi yang memungkinkanperkembanganfisik,
intelektualdanemosionalyang optimal
dariseseorangdanperkembanganyaituberjalanselarasdengankeadaan orang
lain(Kusumawati, 2010).
MenurutYosep(2009), salahsatu
bentukgangguanjiwaadalahperilakuamuk. Amuk merupakanresponkemarahan
yang paling maladaptif yangditandaidenganperasaanmarahdanbermusuhan
yang kuatdisertaihilangnyakontrol, dimanaindividudapatmerusakdirisendiri,
orang lainmaupunlingkungan(Kelliat, 2005).
Perilakukekerasanatau agresifmerupakansuatubentukperilaku yang
bertujuanuntukmelukaiseseorang, dirisendiridanlingkungansecara fisikmaupun
psikologis ( Maramis, 2004 ).
Berdasarkan definisi ini makaperilakukekerasan dapat dibagi
menjadiperilakukekerasansecaraverbaldan
fisik.Sedangkanmarahtidakharusmemiliki
tujuankhusus.Marahlebihmenunjukkepadasuatuperangkatperasaan–
perasaantertentu yang biasanyadisebutdengan
perasaanmarah.Kemarahanadalahperasaanjengkel yang
timbulsebagairesponterhadapkecemasan yang dirasakansebagaiancaman
(Kelliat,2006).
Berdasarkan kebutuhan Maslow, maslow menentukan prioritas
diagnosa yang akan direncanakan berdasarkan kebutuhan di antaranya
3 �
�
kebutuhan fisiologi, keselamatan dan keamanan, mencintai dan dicintai, harga
diri dan aktualisasi diri. Kebutuhan mencintai dan dicintai meliputi masalah
kasih sayang, seksualitas, afiliasi dalam kelompok, hubungan antar manusia
(Hidayat, 2008).
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk
mengangkat masalah ini dalam membuat karya tulis ilmiah dengan judul
“Studi kasus pemenuhan kebutuhan mencintai dan dcintai pada Tn. S dengan
perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.”
B. TujuanPenulisan
1. Umum :
Melaporkan kasus
pemenuhankebutuhanmencintaidandicintaipadaTn.Sdenganperilakukekera
san di RumahSakitJiwa Daerah Surakarta
2. Khusus :
a. Penulismampumelakukanpengkajianpemenuhankebutuhanmencintaida
ndicintaipada Tn.Sdenganperilakukekerasan.
b. Penulismampumerumuskandiagnosapemenuhankebutuhanmencintaida
ndicintaipada Tn.Sdenganperilakukekerasan.
c. Penulismampumenyusunrencanaasuhankeperawatanpemenuhankebutu
hanmencintaidandicintaipada Tn.Sdenganperilakukekerasan.
d. Penulismampumelakukanimplementasi
pemenuhankebutuhanmencintaidandicintaipada
Tn.Sdenganperilakukekerasan.
4 �
�
e. Penulismampumelakukan
evaluasipemenuhankebutuhanmencintaidandicintai pada
Tn.Sdenganperilakukekerasan.
f. Penulis mampumenganalisapemenuhankebutuhanmencintaidan
Tn.Sdenganperilakukekerasan.
C. ManfaatPenulisan
1. Penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman
nyata penulis dalam memberikan asuhan keperawatan pemenuhan
kebutuhan dicintai dan mencintai dengan perilaku kekerasan.
2. Bagi profesi
Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan lainnya dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan perilaku kekerasan,
sehingga klien mendapatkan tindakan asuhan keperawatan yang cepat,
tepat dan optimal.
3. Bagi institusi
a. RSJD Surakarta
Sebagai bahan pertimbangan oleh pihak rumah sakit untuk
membuat kebijakan dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan
asuhan keperawatan pada klien dengan perilaku kekerasan.
b. Pendidikan
Sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan
kualitas pendidikan keperawatan khususnya pada klien dengan
5 �
�
perilaku kekerasan dan dapat menambah pengetahuan bagi para
pembaca.
6 �
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 07 Maret 2012 jam 11.00 WIB
diruang maespati RSJD dan data yang diperoleh dengan cara wawancara
secara langsung, menelaah catatan medik dan catatan perawat sehingga
diperoleh data sebagai berikutklien berinisial Tn. S masuk ke RSJD pada
tanggal 5 Mei 2012, seorang laki-laki yang berumur 39 tahun, beragama
Islam, pendidikan SMP, bekerja sebagai petani, Tn. S kini sudah berstatus
bercerai klien dengan diagnosa RPK (Risiko perilaku kekerasan), dengan
alamat Mayuwun RT 01/01, Semeit, Ponorogo.
Tn. S diantar kerumah sakit jiwa daerah oleh keluarga dengan inisial
penanggung jawab Ny. S, hubungan dengan Tn. S adalah sebagai saudara laki-
laki Tn.S serta beralamat Mayuwun RT 01/01 Semeit, Ponorogo.
Tn. S masuk RSJ karena ± 10 hari yang lalu klien mulai binggung, sulit
minum obat, sering marah-marah memecahkan gelas dan klien merasa pusing
tiap malam. Pada faktor predisposisi klien mengatakan pernah mengalami
gangguan jiwa dan dirawat RSJ sudah dua kali ini, pengobatan sebelumya
kurang berhasil karena klien tidak mau minum obat dan jarang kontrol. Klien
mengatakan tidak pernah mengalami penganiayaan fisik. Anggota
keluarganya yang lain tidak ada yang mengalami gangguan jiwa. Klien
mengatakan tidak mempunyai pengalaman yang tidak
7 �
menyenangkan.Pemeriksaan fisik didapat data sebagai berikut TD : 120/90
mmhg, nadi 24 x/mnt, suhu 36,3°C, respirasi : 20x/mnt. Tinggi badan Tn. S
90/60 cm untuk berat badan Tn. S 70 kg.
Hasil pengkajian pada pemeriksaan psikososial dari data genogram
didapatkan data pasien adalah anak ke-2 dari 2 bersaudara, orang tuanya
sudah lama meninggal. Pasien seorang laki-laki berumur 39 tahun, tinggal
serumah dengan kakak dan kakak iparnya.Pasien pernah menikah namun
sudah bercerai dengan istrinya, didalam keluarga klien tidak ada yang
mengalami gangguan jiwa.
Hasil pengkajian konsep diri dapat diperoleh data-data untuk gambaran
diri Tn. S mencintai hidungnya karena hidungnya mungil. Kemudian tentang
identitas diri, Tn. S mengatakan bahwa dirinya seorang laki-laki berumur 39
tahun sebagai ayah dari anak–anaknya.Selanjutnya tentang peran diri Tn. S
mengatakan sebagai seorang laki-laki. Klien mengatakan untuk ideal diri Tn.
S adalah klien ingin cepat sembuh dan cepat pulang agar dapat berkumpul
dengan keluarganya. Harga diri Tn. S klien mengatakan tidak minder dengan
keadaannya sekarang.
Pengkajian hubungan sosial Tn.S adalah dapat diperoleh dan bahwa
orang yang berarti bagi Tn.S adalah tetangga samping rumahnya. Kemudian
peran serta dalam masyarakat adalah Tn.S tidak pernah mengikuti kegiatan di
masyarakat,karena klien lebih suka dirumah, tapi tidak ada hambatan dalam
berhubungan dengan orang lain. Untuk kegiatan spiritualnya Tn.S beragama
islam dan tidak pernah melaksanakan sholat lima waktu.
8 �
B. Daftar Perumusan Masalah
Berdasarkan hasil pengkajian penulis menentukan 1 diagnosa
keperawatan penulis melakukan 1 analisa data yang pertama adalah :
1. Resiko Perilaku Kekerasan (core problem) yang didukung dengandata
sebagai berikut: data subyektif yang diperoleh adalah klien mengatakan
kalau marah memecah gelas. Kemudian data obyektif yang diperoleh
obsrvasi adalah tatapan mata tajam, suara keras, afek labil.
Berdasarkan masalah keperawatan tersebut, dapat digambarkan pohon
masalah sebagai berikut:
Menarik diri (Isolasi sosial ) Akibat
RPK Core problem
HDR Penyebab
C. Perencanaan
Berdasarkan hasil pengkajian, dirumuskan rencana keperawatan pada
TUM: Klien tidak melakukan tindakan kekerasan. TUK 1: Klien dapat
membina hubungan saling percaya. Dengan kriteria evaluasi setelah 1x
pertemuan klien tampak: Menunjukan tanda - tanda percaya pada perawat,
wajah cerah (tersenyum), mau berkenalan, bersedia menceritakan
perasaannya. Intervensi yang akan dilakukan bina hubungan saling percaya
dengan, memberi salam setiap berinteraksi, perkenalkan nama perawat dan
tujuan perawat berinteraksi, tanyakan dan panggil nama kesukaan klien,
9 �
tunjukan sikap empati jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi,
tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien, buat kontrak
interaksi yang jelas, dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan perasaan
klien.
TUK 2: Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
yang dilakukannya. Dengan kriteria evaluasi setelah 1x pertemuan klien
menceritakan penyebab perilaku kekerasan yang dilakukanya, menceritakan
penyebab perasaan kesal (jengkel), baik dari diri sendiri maupun
lingkungannya. Intervensi yang akan dilakukan, bantu klien mengungkapkan
perasaan marahnya, motivasi klien untuk menceritakan penyebab rasa kesal
(jengkel), dengarkan tanpa mencela atau memberi penilaian setiap ungkapan
perasaan klien.
TUK 3: Klien dapat mengidentifikasi tanda - tanda perilaku
kekerasaan. Dengan kriteria evaluasi setelah 1x pertemuan klien menceritakan
tanda - tanda saat terjadi perilaku kekerasan, tanda fisik mata merah, tangan
mengepal, ekspresi wajah tegang, tanda emosional, perasaan marah jengkel
marah bicara kasar, tanda sosial bermusuhan yang dialami saat terjadi perilaku
kekerasan. Intervensi yang akan dilakukan, bantu klien mengungkapkan tanda
- tanda perilaku kekerasan yang dialaminya, motivasi klien menceritakan
kondisi fisik saat perilaku kekerasan terjadi, motivasi klien menceritkan
kondisi emosinya saat terjadi perilaku kekerasan, motivasi klien menceritakan
kondisi hubungan dengan orang lain saat terjadi perilaku kekerasan.
10 �
TUK 4: Klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang
pernah dilakukanya. Dengan kriteria evaluasi setelah 1x pertemun klien
menjelaskan, jenis - jenis ekspresi kemarahan yang selama ini telah
dilakukanya, perasaannya saat melakukan kekerasan, efektifitas cara yang
dipakai dalam menyelesaikan masalah. Intervensi yang akan dilakukan,
diskusikan dengan klien perilaku kekerasan yang dilakukan selama ini,
motivasi klien menceritakan jenis - jenis tindakan kekerasan yang selama ini
pernah dilakukannya, motivasi klien menceritakan perasaan klien setelah
tindakan kekerasan tersebut terjadi, diskusikan apakah dengan tindakan
kekerasan yang dilakukanya masalah yang dialami teratasi.
TUK 5: Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
Dengan kriteria evaluasi setelah 1x pertemun klien menjelaskan akibat
tindakan kekerasan yang dilakukannya, diri sendiri (luka, dijauhi teman),
orang lain (keluarga luka, tersinggung, ketakutan), lingkungan (barang atau
benda rusak). Intervensi yang akan dilakukan, diskusikan dengan klien akibat
negatif (kerugian) cara yang dilakukan pada, diri sendiri, orang lain, keluarga,
lingkungan.
TUK 6: Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam
mengungkapkan kemarahan. Dengan kriteria evaluasi 2x pertemuan klien,
menjelaskan cara sehat mengungkapkan marah, Intervensi diskusikan dengan
klien apakah klien mau mempelajari cara mengungkapkan marah yang sehat,
jelaskan berbagai alternatif pilihan untuk mengungkapkan marah, jelaskan
cara sehat untuk mengungkapkan marah, cara fisik: nafas dalam pukul bantal
11 �
dan olahraga, verbal mengungkapkan bahwa dirinya sedang kesal pada orang
lain, sosial: latihan asertif dengan orang lain.
TUK 7: Klien dapat mendemontrasikan cara mengontrol perilaku
kekerasan. Dengan kriteria evaluasi setelah 2X pertemuan klien
memperagakan cara mengontrol perilaku kekerasan, fisik: tarik nafas dalam,
memukul bantal, verbal: mengungkapkan perasaan kesal pada orang lain tanpa
menyakiti, spiritual zikir doa. Intervensi diskusikan cara mungkin dipilih
untuk mengungkapkan kemarahannya, latih klien memperagakan cara yang
dipilih, jelaskan manfaat cara tersebut, anjurkan klien menirukan peragaan
yang sudah dilakukan, anjurkan klien menggunakan cara yang sudah dilatih
saat jengkel muncul.
TUK 8: Klien mendapatkan dukungan keluarga untuk mengontrol
perilaku kekerasan. Dengan kriteria evaluasi setelah 3x pertemuan keluarga:
menjelaskan cara merawat klien dengan perilaku kekerasan, mengungkapkan
rasa puas dalam merawat klien. Intervensi diskusikan pentingnya paran serta
keluarga sebagai pendukung klien untuk mengatakan perilaku kekerasaan,
jelaskan pengertian penyebeb, akibat, dan cara merawat klien perilaku
kekerasan, peragakan klien menangani parilaku kekerasan, beri kesempatan
keluarga untuk memperagakan ulang, beri pujian kepada keluarga setelah
peragakan, tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang dilatih.
TUK 9: Klien menggunakan obat sesuai program yang telah
ditetapkan. Dengan kriteria evaluasi setelah 1x pertemuan klien menjelaskan:
manfaat minum obat, keinginan tidak minum obat, nama obat, bentuk dan
12 �
warna obat, dosis yang diberikan kepadanya, waktu penakaran, cara
penakaran, efek yang dirasakan, setelah 1x pertemuan klien mengungkapkan
obat sesusi program. Intervensi jelaskan manfaat menggunaan obat secara
teratur dan kerugian jika tidak menggunakan obat, jelaskan kepada klien: jenis
obat (nama, warna dan bentuk obat), dosis yang tepat untuk klien, waktu
pemakain, efek yang dirasakan klien, anjurkan klien: minta dan menggunakan
obat tepat waktu, lapor keperawat atau dokter jika mengalami efek yang tidak
biasa, beri pujian terhadap kedisiplinan klien menggunakan obat.
D. Impelementasi
Implementasi yang sudah dilakukan oleh penulis untuk mengatasi
maslah keperawatan perilaku kekerasan yaitu: melakukan bina hubungan
saling percaya dengan Tn.S, mengidentifikasi penyebab RPK,
mengidentifikasi tanda – tanda yang muncul pada RPK, mengidentifikasi
akibat RPK, mengidentifikasi perilaku yang dilakukan, mengajarkan cara
mengontrol marah dengan aspek positif (tarik nafas dalam, pukul bantal
secara verbal, berdoa, minum obat), kontrak waktu berikutnya untuk
melanjutkan TUK selanjutnya.
E. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan implementasi didapatkan evaluasi, data
subyektif: klien mengatakan jika dia marah maka dia memecah gelas – gelas
yang ada di rumah.Data obyektif: pasien tampak mau berjabat tangan dan
membina hubungan saling percaya pada perawat, pasien tampak mau
13 �
menyebutkan penyebab perilaku kekerasannya muncul, pasien menjawab
semua pertanyaan, ada kontak mata, tatapan mata tajam, suara keras, afek
labil, pasien mau menyebutkan perilaku kekerasan yang dilakukan, pasien
mampu mempraktikkan cara mengontrol perilaku kekerasan yang dia pilih:
pukul bantal. Asesment klien mampu mempraktektan cara yang dipilih yaitu
dengan cara fisik dua (pukul bantal) pasien tampak mau
mempraktekkan.Planing untuk untuk klien
�
14
BAB III
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan
Perasaan ingin dicintai dan mencintai adalah suatu keadaan dimana
seseorang memiliki tanggung jawab terhadap sesuatu yang menimbulkan rasa
cinta kasih serta keinginan untuk menjaga dan mempertahankannya. Pada
kasus Tn.S penulis mengambil diagnosa utama resiko perilaku kekerasan
yang didukung dengan data – data sebagai berikut: data subyektif klien
mengatakan kalau marah memecah gelas. Kemudian data obyektif yang
diperoleh dari observasi adalah tatapan mata tajam, suara keras afek labil.
Penyebab dari resiko perilaku kekerasan yang dialami oleh Tn.S adalah
gangguan pola koping tidak efektif dan gangguan pemenuhan kebutuhan
mencintai dan dicintai.
Perilaku kekerasan adalah perilaku yang membahayakan orang, diri
sendiri secara fisik, emosional dan seksualitas (Nanda, 2005).Menurut Stuart
dan Sudden (2005), resiko perilaku kekerasan adalah keadaan dimana individu
mengalami perilaku yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain dan
lingkungan.
Marah merupakan perasaan jengkel yang ditimbulkan sebagai respon
terhadap kecemasan atau kebutuhan yang tidak dipenuhi yang dirasakan
sebagai ancaman (Iyus, 2009).
15
�
Manifestasi klinis dari perilaku kekerasan antara lain adalah kata-kata
kotor, peningkatan agitan, harga diri rendah, peningkatan volume suara, rasa
bersalah terhadap diri sendiri, muka merah, tatapan mata tajam, otot tegang
(Stuart danSudden, 2005).
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan, tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan
kebutuhan atau masalah klien (Townsend, 2006).
Dalam pengkajian pasien, penulis menggunakan teori proses
perawatan jiwa yaitu pengkajian identitas klien, identitas penanggung jawab,
alasan masuk, faktor predisposisi, pemeriksaaan fisik, psikososial, status
mental, kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping, masalah psikososial
dan lingkungan, data penunjang dan terapi (Kelliat, 2006).
Teknik pengkajian yang dilakukan penulis adalah dengan
carawawancara dengan klien (autoanamnesis) dan orang terdekat klien
(alloanamnesis), meneliti catatan kesehatan (Smeltzer, 2002).
Setelah dilakukan pengkajian pada Tn.S secara garis besar ditentukan
dari data subyektif yaituklien mengatakan kalau marah memecah gelas.
Kemudian data obyektif yang diperoleh obsrvasi adalah tatapan mata tajam,
suara keras, afek labil. Tanda dan gejala yang muncul pada Tn.S sesuai
dengan teori yang dicantumkan penulis yaitu terjadi peningkatan volume
suara, tatapan mata tajam.
Diagnosa keperawatan adalah merupakan suatu pernyataan yang
menjelaskan respon manusia terhadap status kesehatan atau resiko perubahan
16
�
dari kelompok dimana perawat secara accountabilitas dapat
mengidentifikasikan dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga
status kesehatan klien (Kelliat, 2005).
Menurut Stuart dan Sudden (2005), pohon masalah pada resiko
perilaku kekerasan (core problem) dapat mengakibatkan seseorang beresiko
melakukan tindakan mencederai diri sendiri, orang lain atau lingkungan. Hal
ini dapat terjadi karena beberapa penyebab yaitu gangguan konsep diri: harga
diri rendah, gangguan pemeliharaan kesehatan, ketidakmampuan keluarga
merawat klien di rumah.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Tn.S penulis menentukan
masalah keperawatan yang utama adalah perilaku kekerasan yang didukung
dengan data subyektif klien mengatakan kalau marah memecah gelas.Data
obyektif yang diperoleh obsrvasi adalah tatapan mata tajam, suara keras, afek
labil. Kemudian penulis menentukan akibat dari masalah keperawatan perilaku
kekerasan adalah isolasi sosial: menarik diri yang didukung dengan data
subyektif: klien mengatakan jarang keluar, keluar hanya jika ada keperluan,
klien malas bekerja.Data obyektif yang diperoleh adalah klien hanya
beraktifitas diatas kasur, klien sering menyendiri.Berdasarkan pohon masalah
yang dialami Tn.S dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan dengan
teori tetapi penulis tidak mencantumkan penyebab dari perilaku kekerasan
dikarenakan keterbatasan dari penulis dalam penguasaan materi untuk
mengkaji klien dengan resiko perilaku kekerasan.
17
�
Perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan
yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan
intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Potter dan
Perry, 2005).
Rencana tindakan yang dilakukan penulis adalah bina hubungan saling
percaya, mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan, mengidentifikasi
tanda - tanda perilaku kekerasan, mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan,
mengidentifikasi akibat dari perilaku kekerasan, mengidentifikasi cara yang
dilakukan klien ketika perilaku kekerasan muncul, ajarkan cara mengontrol
perilaku kekerasan, ajarkan kepada keluarga cara merawat klien dengan
perilaku kekerasan, anjurkan pada klien menggunakan obat yang benar.
Kriteria hasil yang diharapkan adalah klien dapat membina hubungan saling
percaya, klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang
dilakukannya, klien dapat mengidentifikasi tanda - tanda perilaku kekerasan,
klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukanya, klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan, klien
dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan kemarahan,
klien dapat mendemontrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan, klien
mendapatkan dukungan keluarga untuk mengontrol perilaku kekerasan, klien
menggunakan obat sesuai program yang telah di tetapkan.
Implementasi dan evaluasi keperawatan pada Tn. S dilakukan selama
tiga hari pada tanggal 05 – 07 April 2012 di bangsal maspati, Rumah Sakit
Jiwa Daerah Surakarta.
18
�
Implementasi adalah tahap dimana perawat memulai kegiatan dan
melakukan tindakan – tindakan perawatan dalam mengatasi masalah klien,
tugas perawat pada saat ini adalah melaksanakan kegiatan yang telah
direncanakan pada tahap pra interaksi dan melanjutkan tahap orientasi
(Erlinafsiah, 2010).
Implementasi yang dilakukan penulis untuk mengatasi resiko perilaku
kekerasan pada Tn.S yaitu membina hubungan saling percaya dan melakukan
pengkajian mulai dari identitas pasien, alasan masuk, faktor predisposisi,
pemeriksaan fisik, status mental, masalah psikososial dan lingkungan,
mekanisme koping dan tingkat pengetahuan pasien. Melakukan proses
keperawatan dari TUK 1 sampai 7 yaitu mengidentifikasi terhadap pasien
tentang penyebab terjadinya marah, mengidentifikasi tanda-tanda saat marah,
mengidentifikasi akibat dari marah yang dilakukan, mengajarkan cara
mengontrol marah yang benar yaitu teknik pukul bantal sebagai cara yang
dipilih pasien.
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada
respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi
dapat dibagi dua, yaitu evaluasi proses atau formatif dilakukan setiap selesai
melakukan tindakan, evaluasi hasil atau sumatif dilakukan dengan
membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan umum yang telah
ditentukan (Kelliat, 2006).
19
�
Setelah dilakukan tindakan implementasi didapatkan evaluasi, data
subyektif: klien mengatakan jika dia marah maka dia memecah gelas – gelas
yang ada di rumah.Data obyektif: pasien tampak mau berjabat tangan dan
membina hubungan saling percaya pada perawat, pasien tampak mau
menyebutkan penyebab perilaku kekerasannya muncul, pasien menjawab
semua pertanyaan, ada kontak mata, tatapan mata tajam, suara keras, afek
labil, pasien mau menyebutkan perilaku kekerasan yang dilakukan, pasien
mampu mempraktikkan cara mengontrol perilaku kekerasan yang dia pilih:
pukul bantal. Pasien tampak mau mempraktekkan cara yang dipilih ke dalam
jadwal harian untuk dilatih setiap hari. Evaluasi pukul bantal: motivasi pasien
secara mandiri. Validasi pasien: anjurkan pasien pukul bantal saat kesal atau
marah.
B. Simpulan
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di mana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri
sendiri, orang lain, maupun lingkungan.Hal tersebut dilakukan untuk
mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif.
Marah merupakan perasaan jengkel yang ditimbulkan sebagai respon
terhadap kecemasan atau kebutuhan yang tidak dipenuhi yang dirasakan
sebagai ancaman.
Implementasi yang dilakukan penulis untuk mengatasi resiko perilaku
kekerasan pada Tn.S yaitu membina hubungan saling percaya dan melakukan
pengkajian mulai dari identitas pasien, alasan masuk, faktor predisposisi,
20
�
pemeriksaan fisik, status mental, masalah psikososial dan lingkungan,
mekanisme koping dan tingkat pengetahuan pasien. Melakukan proses
keperawatan dari TUK 1 sampai 7 yaitu mengidentifikasi terhadap pasien
tentang penyebab terjadinya marah, mengidentifikasi tanda-tanda saat marah,
mengidentifikasi akibat dari marah yang dilakukan, mengajarkan cara
mengontrol marah yang benar yaitu teknik pukul bantal sebagai cara yang
dipilih pasien.
Setelah dilakukan tindakan implementasi didapatkan evaluasi, data
subyektif: klien mengatakan jika dia marah maka dia memecah gelas – gelas
yang ada di rumah.Data obyektif: pasien tampak mau berjabat tangan dan
membina hubungan saling percaya pada perawat, pasien tampak mau
menyebutkan penyebab perilaku kekerasannya muncul, pasien menjawab
semua pertanyaan, ada kontak mata, tatapan mata tajam, suara keras, afek
labil, pasien mau menyebutkan perilaku kekerasan yang dilakukan, pasien
mampu mempraktikkan cara mengontrol perilaku kekerasan yang dia pilih:
pukul bantal. pasien tampak mau mempraktekkan cara yang dipilih ke dalam
jadwal harian untuk dilatih setiap hari. Evaluasi pukul bantal: motivasi pasien
secara mandiri. Validasi pasien: anjurkan pasien pukul bantal saat kesal atau
marah.
21
�
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran yang
diharapkan bermanfaat, sebagai berikut:
1. Bagi rumah sakit, hendaknya menyediakan dan memfasilitasi apa yang
dibutuhkan oleh klien untuk penyembuhan, rumah sakit menyediakan
tenaga kesehatan yang profesional guna membantu penyembuhan pasien.
2. Bagi klien hendaknya selalu minum obat yang teratur dan bisa mengontrol
marah dengan cara yang konstruktif seperti apa yang telah diajarkan oleh
perawat.
3. Bagi institusi untuk selalu memberikan motivasi kepada mahasiswa untuk
penyelesaian tugas karya tulis ilmiah.
4. Bagi keluarga berikan motivasi kepada klien dan kontrolkan secara rutin,
belajar cara merawat klien pada anggota keluarga yang menderita
gangguan jiwa.
5. Bagi perawat untuk lebih profesional dalam merawat pasien dan lebih
sabar dalam memberikan pelayanan guna peningkatan keadaan pasien.
�
DAFTAR PUSTAKA
Erlinafsiah. 2010. Modal Perawat Dalam Praktik Keperawatan Jiwa. Penerbit:
Trans Info Media: Jakarta.
Hidayat Aziz H. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. EGC: Jakarta.
Kelliat Budi A. 2005. Marah Akibat Penyakit Yang Diderita. EGC: Jakarta.
Kelliat Budi A. 2006. Proses Perawatan Jiwa. EGC: Jakarta.
Kompas.com. 2010.Departemen Kesehatan RI, Rencana Pembangunan
Kesehatan Menuju Indonesia Sehat.www.kompas.com.diaksestanggal 15
April 2012.
Maramis Willy L. 2004. Ilmu Kedokteran Jiwa. Cetakan 8. Airlangga: Surabaya.
Nanda. 2005. Definisi Dan Klasifikasi. Prima Medika: Jakarta.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, volume 1, edisi 4.
EGC: Jakarta.
Siti A. 2010. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Perilaku Kekerasan. www.
jurnal. perilaku – kekerasan. com.diaksestanggal 10 April 2012.
Smeltzer, C. Suzanne. 2002. Brunner & Suddarth: Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah. Alih Bahasa: Waluyo Agung, Yasmin Asih, Juli, Kuncara,
I Made Karyasa. EGC: Jakarta.
Stuard& Sudden. 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa. EGC: Jakarta.
Townsend M C. 2006.Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri. EGC: Jakarta.
Yosep.Iyus. 2009.Keperawatan Jiwa. PT. RefikaAditama: Bandung.
�
�
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Betty Sulistyaningtyas
Tempat, TanggalLahir : Boyolali, 21 Juni 1990
Jenis kelamin : perempuan
Alamat rumah : Karanggede, boyolali
Riwayat Pendidikan :
1. SD
2. SMP
3. SMA
4. DIII
Riwayat Pendidikan : -
Riwayat Organisasi : Bulutangkis
Publikasi : -
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�