Post on 22-Jul-2016
description
Jilbab Kodok.. Ehh, Kedok!
2
Pagi hari di depan sekolah dari jarak beberapa meter ,Akta melihat Diana
melambaikan tangan. Akta pun membalas lambaian tangan Diana yang sudah
mulai mendekatinya. Setelah telah disamping Akta ,Diana langsung berkata.
“Gawat ta! Ada kasus baru nih!” Diana bicara berbisik ke Akta.
“Kasus apa?” Tanya akta penasaran.
“Ada yang baru saja memakai jilbab lagi di sekolah kita secara mendadak
sekali.”
“Bukannya itu berita bagus? Apa salahnya kalo memakai jilbab secara
mendadak? Apa kalo pake jilbab harus kasi pengumuman terlebih dahulu?
Aturan darimana itu?” Cerocos akta.
“Ta, kamu belum tau masalahnya. Kamu tau gak siapa yang lagi kita
bicarakan?” wajah Diana serius.
“Siapa?”
“Tena!”
Akta langsung menutup mulutnya.
Tena.. yang terkenal sering ke diskotek dan mabuk-mabukan itu? Ah, Akta
buru-buru menepis pemikiran buruk di pikirannya.
“Setiap orang berhak untuk moendapat hidayah, kan? Seburuk apapun masalalu
nya setiap orang pasti bisa berubah ,kita gak bisa menuduh yang tidak-tidak.”
Diana memotong perkataan Akta “Ta, andai saja kamu tau apa sebab dia
memakai jilbab.”
“Apa?”
“Kepalanya gundul. Tepatnya rambutnya acak-acakan ,lalu digundul sekalian.”
“Serius?”
“Dia dikerjain temannya saat tidak sadar ,mabuk ta.”
“Sudahlah , ini kan beritanya belum jelas kebenarannya, bisa jadi fitnah kalo
salah.”
Jilbab Kodok.. Ehh, Kedok!
3
“Menurut ku enggak gitu, Ta.”
“Kok?”
“Kita sedang mencari solusi.”
“Solusi? Dari apa?”
“Yah, bisa jadi nantik orang berfikirnya jilbab dianggap sebagai penutup aib
saja. Bayangin aja nanti orang mikirnya jilbab untuk nutupin kepala yang
gundul.” cerocos Diana.
“Iya betul cantik. Tapi coba klarifikasi dulu. Jangan sampai kita udah capek-
capek ngebahas ternyata gak ada jelasnya. Hal yang Cuma sekedar gosip aja.
Payah, kan?”
“Kok gitu?”
“Pikir dong kalo Cuma karna gundul ,apa susahnya bagi Tena untuk membeli
wig model terbaru ,atau bisa memilih yang paling mirip dengan rambutnya.
Tena kan anak orang kaya.”
Diana terdiam, memikirkan kata-kata Akta ada benarnya juga.
Siang itu Akta benar-benar melihat Tena dengan jilbabnya. Gayanya sedikit
berubah dari biasanya, sekarang dia lebih sedikit pendiam dari biasanya. Dan
terlihat menyendiri dari teman-temannya yang lain.
Akta berusaha memperbanyak istighfar karena daritadi sudah banyak kalimat
atau perasangka buruk dari hati, kalimat-kalimat yang seperti menyalahkan
Tena.
“Eh, siapa tau sebenernya si Tena hamil kayak Heni.”
“Bisa jai dia dikerjain cowok-cowok yang ada di diskotek yang biasa dia
datangi”
“Sok alim dia!”
“Kurang ajar dia! Aku jugak berandal, tapi enggak pernah punya pikiran untuk
ngerusak nama baik islam seperti itu!”
“Pake pura-pura pake jilbab lagi!”
Jilbab Kodok.. Ehh, Kedok!
4
Kalimat-kalimat itu tadi keluar dari dalam hati Akta. Dia segera memperbyak
istighfar dan membuang jauh-jauh pemikiran buruknya tersebut. Apalagi kata-
kata tadi disertai emosi. Bila diucapkan pasti meninggalkan bekas yang
mendalam.
“Ta..”
Akta menoleh
“Aku sudah tau kalau sumbernya benar.”
“Sudah Din, ngapain sih kamu selalu tertarik pada hal-hal yang berbau gosip?
Dosa din! Dosa! Sebisa mungkin kita tidak terlibat!” suara Akta meninggi.
Diana terdiam. Kata-kata Akta terasa sangat tajam baginya. Pelan-pelan air
matanya menetes. Akta tidak melihat reaksi itu karena pandangannya langsung
ditujukan ke arah langit.
Akta tidak menyadari apa yang terjadi.. dia tidak menyadari ada sesuatu
kesalahan yang besar yang baru saja dilakukannya.. sampai suara itu terdengar.
“Aku memang bodoh.. tidak pantas membantu dakwah. Selalu saja membuat
kesalahan.”
Akta membawa pandangan matanya turun ke ara suara dan meliat wajah
temannya yang berkacamata tebal dan juga mata yang sudah mendung.
Mendung yang sangat tebal.
“Lho.. kenapa Din?”
“Aku ingin ikut memikirkan dakwah, memikirkan jilbab yang sering
disalahgunakan.. aku bukanya senang menggosip.” Diana mulai terisak.
Akta menghembuskan nafas. Diucapkannya istighfar.
“Sudah..sudah..”
Meski dengan perasaan yang masih bingung, Akta memeluk Diana.
Jilbab Kodok.. Ehh, Kedok!
5
“Maafin ya kalo ada kata-kata ku yang bikin kamu gak enak hati. Maaf banget.
Aku juga lagi prihatin kayak kamu. Kita sama din, please maafin aku ya?”
“Hey.. cewek-cewek... ngapain disitu? Ngapainpeluk-pelukan pake nangis
segala? Lagi latihan buat pemilihan pemain sinetron ya?”
Suara Anto membuat Diana langsung menghentikan isak tangisnya.
Melepaskan pelukan Akta dan berdiri membelakangi Anto. Mengusap air mata
dengan tisu yang disodorkan oleh Akta.
“Huuu.. dasar cewek-cewek.. hobby nangis aja dipelihara!”
Anto pun pergi meninggalkan Akta dan juga Diana, sanbil melakukan kebiasaan
nya yaitu menendang apasaja yang ada di depannya.
Hari demi hari terlewatkan, kasus Tena mulai terlupakan. Aada gosip yang lebih
baru untuk dibicarakan. Apalagi kalo bukan gosip tentang cowok keren yang
paten senyumnya dan keren mobilnya, atau cewek kece yang aduhai cantiknya
dan tebal kantongnya.
Gosip memang jarang bertahan lebih dari tiga minggu di sekolah ini. Gosip
tentang Tena terlah berlalu tapi belum di benak Akta.
Belum lama Akta membaca buku tentang perjuangan para muslimah saat
pertama kali meminta izin untuk pemakaian jilbab di lingkungan sekolah.
Banyak cerita yang dihasilkan dari perjuangan mereka, dari dikeluarkan dari
sekolah ,sampai yang berhadapan dengan hakim didepan pengadilan. Saat itu
pengguna jilbab masih dipandang aneh, bahkan ada yang menganggap jilbab
merupakan bagian dari aliran sesat dalam islam. Padahal jilbab adalah salah satu
perintah Allah.
Sekarang.. setelah semuanya mudah.. setelah penutupan aurat mendapat banyak
dukungan.. mengapa malah begini jadinya?
Jilbab Kodok.. Ehh, Kedok!
6
Jilbab dijadikan simbol kemunafikan oleh sebagian orang.. sebagian lain
menganggap sebagai sekedar mode.. sebagian lagi Cuma sebagai pakaian resmi
ketika pengajian.
Tak jarang Akta melihat perempuan yang bermanja dengan teman pria nya di
tempat-tempat umum. Ada juga seorang siswi SMP yang melepas jilbabnya di
pinggir jalan raya lalu memasukkannya ke dalam tas. Ia menggulung lengan
baju atasnya dan menaikkan roknya hingga sebatas lutut lalu berjalan dengan
muka yang sangat lega.
Apakah memakai jilbab Cuma dengan paksaan peraturan sekolah saja? Atau
Cuma sekedar di hadapan orang tuanya saja?
Akta ingat saat pertama kali memutuskan untuk menutup auratnya secara
sempurna. Sepenuh kesadaran dipakainya baju panjang dan jilbab. Ditengah
hawa panas pada masa adaptasi.
Bukti demi bukti dia dapatkan, bahwa menutup aurat adalah sebuah karunia.
Karunia yang diberikan Allah untuk semua umatnya. Semua peraturan Allah
adalah demi kebaikan umat manusia.
Hati dan pikiran Akta lebih sibuk bekerja belakangan ini.
Untuk sebuah fokus masalah, JILBAB.
Belum ada satu bulan kemudian, Tena telah melepaskan jilbabnya. Bajunya..
aksesorinya.. gayanya.. kembali semula. Teriakan centil, kebiasaan membawa
majalah yang aneh-aneh terbitan luar negri, kesukaannya menyanyi dengan
suara keras di kamar mandi, juga di tempat lain juga dilakukannya.
Tidak smapai sebulan,Tena sudah berubah penampila. Model rambutnya baru.
Rambutnya tidak lagi lurus tebal dan terurai. Sepertinya rambut palsu. Mungkin
benar kalau dia pernah digunduli, batin Akta.
Namun tidak ada reaksi dari sekeliling. Tak ada yag bicara. Tak ada komentar.
Seperti semua itu sudah biasa.
Jilbab Kodok.. Ehh, Kedok!
7
Peraturan sekolah tidak melarang. Peringatan guru agama.. himbauan ulama di
berbagai media Cuma dianggap sebagai barang asongan yang lewat.
Norma masyarakat tak ada yang membicarakan Tena. Aurat.. dibuka pun
banyak yang mengagumi. Menutup pun banyak mencela. Menutup aurat
dipandang perbuatan suka-suka. Boleh menutup lalu melepasnya.. melepas
kemuadian menutup lagi. Tergantung situasi dan kepentingannya.
Setidaknya,begitulah yang dilakukan oleh sebagian artis di layar kaca.
Saat ini malu di artikan seperti, malu ketika tidak punya pacar, malu ketika
tidak ada uang untuk nonton film terbaru, malu ketika tidak punya baju yang
bagus, malu ketika tidak bisa mengikuti tren kehidupan.
Dan.. kenyataan nya tentang jilbab yang melebihi kasus Tena masih terus saja
terjadi. Makin bermacam-macam jenisnya.
Padahal jilbab bukan sekedar simbol tetapi karunia dari Allah untuk setiap
umatnya...