Post on 01-Dec-2014
description
Jakarta dan kekhususan By GoIndonesia.com Ebook mini tentang keunikan dan kekhususan Jakarta.
11/27/2013
Lokasi Favorit Aksi Demonstrasi Di Jakarta
Kawasan Jakarta Pusat banyak menyimpan pilihan hotel murah di Jakarta Pusat hingga hotel berbintang. Kalau ditanya
dimana lokasi “favorit” untuk menggelar aksi demonstrasi, unjuk rasa, sampai dengan konvoi di Jakarta, jawabannya
mayoritas adalah Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta. Meski hotel di Jakarta Pusat bukan main melimpah banyaknya,
bundaran hotel bersejarah di Jakarta ini tetap menjadi pilihan utama para pelaku aksi tersebut.
Sebenarnya bukan masalah banyaknya hotel murah Jakarta Pusat, melainkan lokasi bundaran Hotel Indonesia inilah
yang bisa dibilang paling banyak dilewati oleh sebagian besar penduduk Jakarta. Selain itu, bundaran yang terletak di
Jalan MH Thamrin ini salah satu jalan utama di Jakarta dan merupakan pusat bisnis di Jakarta. Ditambah lagi, mulai
tahun 2002 silam, di lokasi ini diberlakukan hari bebas kendaraan (car free day) setiap hari minggu. Dimana kendaraan
bermotor tidak dapat melalui lokasi ini mulai pukul 06.00 hingga 09.00 WIB. Dengan demikian, lokasi ini merupakan titik
yang tepat untuk mencari perhatian publik Jakarta.
Beberapa bangunan besar yang berada dekat lokasi ini antara lain, Bank Indonesia, bank swasta dan bank pemerintah ,
lebih dari lima kedutaan Negara asing, pusat perbelanjaan (mall), hotel, dan tentu saja gedung-gedung (menara)
perkantoran perusahaan besar, baik asing maupun swasta nasional.
Aksi-aksi yang digelar di tempat ini pun sangatlah beragam. Sebut saja aksi buruh yang menuntut kenaikan upah, unjuk
rasa menolak kebijakan pemerintah, konvoi komunitas tertentu, sampai dengan aksi solidaritas atau kepedulian untuk
sesama. Para peserta pun lebih bervariasi. Mulai dari mahasiswa, serikat pekerja, bermacam-macam (lembaga swadaya
masyarakt) LSM, PNS, partai politik, sampai dengan pelajar turut meramaikan ambil bagian di bundaran Hotel Indonesia.
Otomatis, dengan konsentrasi massa yang begitu besar, pihak keamanan dan ketertiban (dalam hal ini Kepolisian
Republik Indonesia) kerap dibuat kerja keras akibat seringnya aksi-aksi di tempat ini.
Berdasarkan sejarah, bangunan yang disebut-sebut sebagai hotel pertama di Jakarta ini dibangun untuk menyambut
Asian Games IV tahun 1962 melalui gagasan Presiden Pertama, Ir. Soekarno. Hotel di Jakarta ini menjadi tempat
menginap para pejabat tinggi yang menyertai atlet-atlet dari berbagai negara Asia, termasuk para official atletnya.
Bangunan yang kini menempati lahan seluas 25.082 meter persegi dan sering disingkat dengan sebutan HI ini,
ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Pemerintah Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta dengan dikeluarkannya Surat
Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 475 tanggal 29 Maret 1993.
Di salah satu restorant yang terdapat di dalam hotel tersebut, terpampang foto-foto Soekarno dengan tokoh-tokoh
dunia yang terpajang dalam ukuran besar di salah satu sisi dinding. Di satu sudut, terdapat meja panjang yang
merupakan tempat favorit Soekarno. Di masa lalu, ia kerap mengajak keluarganya untuk makan di tempat ini.
Transportasi di Jakarta
Hotel di Jakarta tersebar di seluruh kawasan. Jakarta adalah kota metropolitan. Jakarta adalah ibukota. Tak heran kalau
hidup di Jakarta harus tahan banting. Begitu kerasnya kehidupan di Jakarta, sampai-sampai ada istilah “ibu tiri tak
sekejam ibukota”. Berbondong-bondong orang datang ke Jakarta. Sebagian besar untuk mencoba mencari
peruntungan di kota ini. Tak ayal, ledakan jumlah penduduk di Jakarta terus meningkat. Bisa dibilang membengkak dan
tak terbendung lagi.
Hal ini tentunya berdampak pada sistem transportasi di Jakarta itu sendiri. Bukanlah hal yang mudah untuk mengatur
transportasi penduduk di Jakarta. Belum lagi arus warga di kota-kota penyangga Jakarta atau yang biasa disebut
Bodetabek (Bogor Depok Tangerang Bekasi). Bahkan pada hari dan jam kerja, Jakarta bertambah sempit hingga dua kali
lipat dibanding malam harinya. Sebagian warga luar Jakarta tersebut tersebar ke berbagai bank di Jakarta, instansi
pemerintah di Jakarta, sekolah di Jakarta, hotel Jakarta, dan perusahaan-perusahaan di Jakarta.
Namun sebagai kota dengan predikat ibukota negara, bukanlah Jakarta namanya kalau tidak berusaha mengatasinya.
Ketersediaan moda transportasi di Jakarta bisa dibilang paling canggih dibanding kota-kota lainnya di Indonesia. Untuk
mencari moda transportasi di Jakarta pun bukanlah hal yang sulit alias sangatlah mudah dan beragam.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan produk layanan transportasi masal dengan dikeluarkannya TransJakarta
atau Busway. Layanan ini menggunakan jalur khusus di semua koridor yang ada. Konsepnya mengadopsi dari salah satu
negara di Amerika Selatan, yaitu Kolombia, tepatnya di Kota Bogota. juga merealisasikan pelebaran jalan MH Thamrin
dan menerapkan pemberlakukan Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1993 terutama pasal 51 ayat 1 tentang
peraturan kendaraan bermotor melaju disebelah kiri. Saksi tilang bagi pengendara sepeda motor yang melaju di lajur
tengah dan kanan juga diterapkan saat itu juga, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1993 tentang
Prasarana dan Lalu Lintas Jalan. Dalam Bab VIII pasal 51 ayat 1 dijelaskan tata cara berlalu lintas di jalan adalah
mengambil lajur sebelah kiri.
Selain itu, Jakarta juga merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki jalur kereta api listrik (KRL). KRL ini
menghubungkan beberapa kota di pinggiran Jakarta yang sebelumnya telah disinggung yakni Bodetabek. KRL juga
digadang-gadang sebagai solusi paling efisien untuk mengatasi permasalah macet yang diderita oleh Jakarta. Dengan
panjang rel sekitar 170 kilometer yang melewati berbagai kawasan Jabodetabek, KRL mampu “mengantarkan” warga
Jabodetabek ke berbagai bank di Jakarta, instansi pemerintah di Jakarta, sekolah di Jakarta, hotel di Jakarta, dan
perusahaan-perusahaan di Jakarta. Saat ini KRL mampu mengangkut sekitar 400.000 penumpang per hari. Bahkan ke
depannya, pihak pengelola memiliki target hingga 1.2 juta penumpang per harinya.
==================================================================================
Taman di Jakarta
Hotel di Jakarta saat ini semakin banyak jumlahnya. Di tengah maraknya pembangunan seperti gedung perkantoran,
pusat perbelanjaan, maupun hotel Jakarta, kota ini memerlukan sebuah ruang terbuka untuk “mengambil udara”.
Layaknya tubuh manusia, sebuah kota juga membutuhkan udara untuk bernapas. Taman disebut-sebut sebagai paru-
paru dari sebuah kota. Dalam tata hijau, kita mengenal berbagai macam fungsi tanaman, yang dalam hal ini kita
manfaatkan untuk merencanakan dan merancang taman. Tanaman dapat berfungsi sebagai pembatas, pelindung dan
sebagainya, dengan memperhatikan nilai lebih dari tanaman tersebut.
Jakarta memiliki banyak taman kota yang berfungsi sebagai daerah resapan air. Taman Monas (Monumen Nasional)
atau Taman Medan Merdeka merupakan taman terluas yang terletak di jantung Kota Jakarta. Di tengah taman ini
berdiri Monumen Nasional yang dibangun pada tahun 1963. Taman terbuka ini dibuat oleh Gubernur Jenderal Herman
Willem Daendels (1870) dan selesai pada tahun 1910 dengan nama Koningsplein. Di taman ini terdapat beberapa ekor
kijang dan 33 pohon yang melambangkan 33 provinsi di Indonesia. Tidak jauh dari taman ini, terdapat Taman Lapangan
Banteng yang merupakan taman lain di Gambir, Jakarta Pusat. Di taman yang luasnya sekitar 4,5 ini, terdapat Monumen
Pembebasan Irian Barat. Pada tahun 1970-an, taman ini digunakan sebagai terminal bus. Kemudian pada tahun 1993,
taman ini kembali diubah menjadi ruang publik, tempat rekreasi, dan juga kadang-kadang sebagai tempat pertunjukan
seni.
Lanjut ke Taman Suropati terletak di kecamatan Menteng, Jakarta Pusat. Taman berbentuk oval dengan luas 16,322 m2
ini, dikelilingi oleh beberapa bangunan Belanda kuno. Di taman tersebut terdapat beberapa patung modern karya
beberapa seniman ASEAN, yang memberikan sebutan lain bagi taman ini, yaitu "Taman persahabatan seniman ASEAN".
Taman ini berdiri tepat di depan kantor Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).
Selain itu ada juga Taman Langsat. Pada awalnya Taman Langsat merupakan tempat penampungan bibit tanaman,
namun pada saat ini telah ditingkatkan fungsinya menjadi area penyuluhan pertamanan dan beberapa fasilitas yang
dapat dipergunakan untuk umum. Fasilitas yang disediakan antara lain; tempat kursus atau seminar, jogging track,
lapangan tenis, area koleksi tanaman, sebagai fasilitas pengenalan jenis tanaman, serta tempat pameran flora dan
fauna di alam terbuka.
Sebenarnya masih banyak lagi taman yang berada di ibukota ini. Namun terlepas dari itu, terkadang ada baiknya Anda
datang dan mengunjungi salah satu dari sekian banyak taman tersebut. Jangan hanya melulu mengunjungi pusat
perbelanjaan, perkantoran, atapun hotel murah di Jakarta saja.
==================================================================================
Nama Jakarta
Jakarta merupakan salah satu kota besar, bukan hanya di Indonesia melainkan juga di dunia. Di dalamnya penuh
kesibukan atau aktivitas warganya dengan perpaduan bangunan tinggi yang serupa dengan kota-kota besar lainnya di
dunia. Mulai dari pusat perbelanjaan, perkantoran, maupun hotel Jakarta. Sebut saja New York di Amerika Serikat yang
juga biasa dijuluki dengan The Big Apple. Jakarta pun seakan tak mau kalah. Dunia internasional menyebut Jakarta
dengan sebutan The Big Durian atau J-Town. Hal ini lantaran kesibukan dan aktivitas yang terjadi di Jakarta dianggap
sebanding dengan kota di Negara adikuasa tersebut. Selain itu saat ini hotel murah Jakarta juga semakin banyak
bermunculan.
Selain itu, Jakarta juga sempat bernama Sunda Kalapa. Jakarta pertama kali dikenal sebagai salah satu pelabuhan
Kerajaan Sunda yang bernama Sunda Kalapa. Lokasinya di muara Sungai Ciliwung. Sunda Kalapa merupakan salah satu
pelabuhan yang dimiliki Kerajaan Sunda selain pelabuhan Banten, Pontang, Cigede, Tamgara dan Cimanuk. Sunda
Kalapa dianggap pelabuhan yang terpenting karena dapat ditempuh dari ibu kota kerajaan yang disebut dengan nama
Dayo (dalam bahasa Sunda modern: dayeuh yang berarti ibu kota) dalam tempo dua hari. Pada abad ke-12, pelabuhan
ini dikenal sebagai pelabuhan lada yang sibuk. Kapal-kapal asing yang berasal dari Tiongkok, Jepang, India Selatan, dan
Timur Tengah sudah berlabuh di pelabuhan ini membawa barang-barang seperti porselen, kopi, sutra, wangi-wangian,
kuda, anggur, untuk ditukar dengan rempah-rempah yang menjadi komoditas dagang saat itu.
Masih berhubungan dengan Sunda Kalapa, tahun 1526 Pelabuhan Sunda Kalapa diserang oleh tentara Demak, yang
dipimpin oleh Fatahillah. Seorang panglima perang asal Gujarat, India, dan jatuh pada 22 Juni 1527. Setelah berhasil
direbut, namanya pun diganti menjadi Jayakarta. Setelah Fatahillah berhasil mengalahkan dan mengislamkan Banten,
Jayakarta berada di bawah kekuasaan Banten, yang kini menjadi kesultanan. Sejak itu, Jayakarta dihuni orang Banten
yang terdiri dari orang yang berasal dari Demak dan Cirebon, sampai Jan Pieterszoon Coen menghancurkan Jayakarta
pada 1619. Semua penduduk ini mengundurkan diri ke daerah kesultanan Banten, saat Batavia menggantikan Jayakarta.
Julukan atau nama lainnya dari Jakarta yang cukup terkenal adalah Batavia. Kalau Anda pernah memperhatikan nomor
kendaraan bermotor khusus daerah DKI Jakarta diawali dengan huruf “B”, hal ini dikarenakan kala itu Jakarta bernama
Batavia. Pengambilan kode huruf itu pun mengambil inisial dari nama kota ini. Nama Batavia berasal dari suku Batavia,
sebuah suku Jermanik yang bermukim di tepi Sungai Rhein. Bangsa Belanda dan sebagian bangsa Jerman adalah
keturunan dari suku ini. Batavia juga merupakan nama sebuah kapal layar tiang tinggi yang cukup besar buatan Belanda
(VOC), dibuat pada 29 Oktober 1628. Kapal tersebut akhirnya kandas di pesisir Beacon Island, Australia Barat. Dan
seluruh awaknya yang berjumlah 268 orang berlayar dengan perahu sekoci darurat menuju kota Batavia ini. Nama
Batavia kini juga diabadikan menjadi sebuah nama hotel di Jakarta yaitu Batavia Hotel.
==================================================================================
Trem Uap dan Listrik di Jakarta
Hotel di Jakarta banyak yang terletak di kawasan kota tua dan sarat dengan tempat wisata sejarah. Trem uap mulai
beroperasi maka trem kuda menjadi kurang peminat sehingga menyebabkan kerugian. Pada 1 November 1886 seluruh
pengelolaannya diserahkan kepada pribumi yang bertanggungjawab atas segala laba dan rugi yang dihasilkan oleh trem
kuda. Lantaran pengelolaan dan keadaan sarana angkutan ini rupanya sudah sangat parah, pada 6 Januari 1887
berakhirlah riwayat trem kuda yang sudah ada sejak 1869.
Sebagai sarana angkutan umum di Batavia, trem uap ini menelusuri panjang kotapraja hingga di batas selatan Meester
Cornelis dan terbagi atas dua cabang yaitu Batavia-Kramat dan Kramat-Meester Cornelis. Ongkosnya untuk sekali jalan
adalah 20 sen untuk kelas satu dan 10 sen untuk kelas 2. Trem tersebut mulai beroperasi pada jam 6 pagi sampai jam 7
petang. Selepas jam tersebut, dilarang mengadakan operasi dengan pertimbangan untuk memberi kesempatan kepada
beberapa keramaian di kota lama yang pada malam hari biasa diadakan keramaian-keramaian.
Trem ini beroperasi di bawah perusahaan NITM (Nederlandsch-Indische Tramweg Maatschappij). Netherlands Indes
Tramways Company atau Batavia Tramways Company. Orang Betawi biasa menerjemahkan NITM dengan kepanjangan
"Naik Ini Trem Mati". Sebabnya, tempat duduk di trem terbagi dalam beberapa kelas, ada kelas satu duduk orang kulit
putih, ada kelas dua untuk orang-orang timur asing yang biasa tinggal di beberapa hotel di Jakarta, dan ada kelas tiga
untuk pribumi dan kambing. Oleh karena itu kelas tiga disebut kelas kambing.
Lain halnya dengan Trem Listrik. Pertama kali beroperasi di Batavia tahun 1899 dengan jalur perjalanan dari Kota Intan
sampai Kramat. Trem listrik BETM mengoperasikan 5 jalur yaitu: 1). Menteng-Kramat-Senen, Vrijmetselaarweg, Gunung
Sahari-Kota dan kembali. 2). Menteng-Willemslaan-Harmoni dan kembali. 3). Menteng-Willemslaan-Vrijmetselaarweg
Harmoni dan kembali. 4). Menteng-Tanah Abang, Harmoni dan kembali. 5). Vrijmetselaarweg, Willemslaan-Harmoni
dan kembali. Trem ini masih beroperasi di Jakarta sampai 1960-an namun kini tidak ada lagi. Tarif angkutan untuk satu
atau dua rit di kelas I masing-masing 20 dan 35 sen, dan untuk sebagian 15 sen, juga diadakan abonemen bulanan untuk
semua jalur.
Sekitar 20 tahun kemudian, seiring perkembangan teknologi, kemunculan trem listrik hingga akhirnya dihapus pada
1933. Selama 27 tahun, trem listrik pun merajai jalanan Jakarta hingga akhirnya tergusur oleh bus-bus PPD. Seiringpula
dengan pertumbuhan pembangunan jembatan, jalan raya, pusat perbelanjaan, sampai dengan beberapa hotel di
Jakarta dan hotel murah Jakarta.
==================================================================================
Glodok Kawasan Pecinaan Jakarta Barat
Hotel di Jakarta Barat bisa Anda temui di sudut kota. Kawasan yang terkenal sebagai salah satu lokasi Pecinaan ini sejak
dulu telah menyimpan sejarah yang menarik untuk Disimak. Terletak di sebelah barat kota Jakarta saat ini Glodok
merupakan salah satu pusat elektronik terbesar di asia tenggara. Selalu dipadati oleh pengunjung setiap harinya, Glodok
sarat dengan tempat penjualan elektronik. Dihuni oleh sebagian besar warga keturunan Cina, Glodok merupakan salah
satu kawasan pecinaan tertua di Jakarta yang menyimpan sejarah pahit dari masa penjajahan Belanda.
Sejak dulu, kawasan Glodok memiliki potensi dan letak yang strategis, maka tak aneh jika mendorong banyak orang
mengadu nasib. Tak hanya orang China, orang Eropa, dan kaum pribumi pun banyak tumpah ruah di Glodok. Saat ini,
orang Betawi (dari kata Batavia) yang belakangan muncul pada abad ke-19 sebagai suku tersendiri merupakan akulturasi
dari banyak budaya itu.
Adalah Glodok yang sejak jaman penjajahan Belanda didirikan untuk pemukiman pendatang asal Cina yang mengadu
nasib di tanah Batavia. Sejak dulu tepatnya sekitar tahun 1740 warga Cina sudah menempati kota Batavia sebelum
namanya berubah menjadi Jakarta. Selain berdagang dan bertani para pendatang dari negri cina pun banyak yang
bekerja di pabrik gula. Banyak di antara merka yang bekerja di pabrik-pabrik gula yang masa itu merupakan penghasilan
bidang perkebunan terbesar di Jakarta. Setelah sempat mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan oleh
pemerintahan Belanda, warag keturuna Cina yang tadinya menetap di sekitar kawasan dekat pelabuhan kemudian di
pindahkan ke pusat pemerintahan penjajahan Belanda yaitudi kawasan Glodok yang tidak jauh dari ‘Stadhuis’ yang kini
dikenal dengan Museum Fatahillah.
Nama Glodok sendiri konon berasal dari suara air pancuran dari sebuah gudang kecil yang terletak dihalaman gedung
balai kota atau Stadhuis yang merupakan pusat pemerintahan belanda di kota Batavia. Air yang mengalir di depan
gudang tersebut sering dimanfaatkan oleh tentara untuk memberikan minum kepada kuda-kuda serdadu Belanda. Suara
dari air yang menerupai bunyi “grojok” kemudian mulai kerap menjadi sebutan sampai akhirnya berubah menjadi
Glodok.
Saat ini kawasan Glodok telah dipadati oleh toko-toko elektronik, pusat perbelanjaan, gedung perkantoran, gedung
pemerintahan, terminal angkutan kota, stasiun kereta dan masih banyak lagi. Selain itu semakin banyak hotel Jakarta
Barat, hotel murah di Jakarta barat dan tempat makan yang mulai memenuhi kawasan Glodok Jakarta Barat. Dari dulu
hingga kini warga keturunan Cina masih banyak yang bermukim disekitar lokasi. Dibeberapa tempat masih bisa ditemui
rumah yang masih mempertahankan arsitektur kuno cina peninggalan dari masa penjajahan Belanda, namun semakin
besarnya pembangunan yang dilakukan di kawasna tersebut saat ini jumlah bagunan kuno makin jarang ditemui.
Di Pecinan Glodok dan sekitarnya pasa saat hari perayaan tionghoa kerap dilakukan pagelaran dan acara seperti Imlek,
semarak Cap Go Meh, nostalgia Peh Cun dan masih banyak lagi. Walau sempat di kekang puluhan tahun, kini etnis yang
mendarah menjadi daging dari suku Betawi ini tengah merayakan Imlek dan Cap Go Meh. Aksara China, bahasa
Mandarin, berbagai pertunjukan tradisi lama Tionghoa pun semakin semarak dan dapat dinikmati setiap tahunnya.