Post on 04-Jul-2015
BAB I
PENDAHULUAN
Masyarakat termasuk professional kesehatan masih banyak yang salah paham
dengan menganggap bahwa temuan antibiotik sintetis modern lebih unggul
dibandingkan antibiotik alami. Padahal madu, propolis, bawang putih dan minyak
kelapa murni, sebenarnya termasuk dalam golongan antibiotik alami super.
Keempat bahan alami ini selain berfungsi sebagai makanan, mereka juga
berfungsi sebagai antibiotik, peningkat vitalitas, menormalkan kolesterol,
menurunkan hipertensi, antikanker, dan membantu untuk penyembuhan sakit
jantung.
Antibiotik modern memiliki efek samping dan resistensi tubuh (penolakan dari
tubuh pasien) yang mengkhawatirkan. Seperti apa yang telah dirilis oleh
Associated Press bahwa di Kamboja muncul kasus pasien resisten obat malaria.
Kasus ini bisa mengancam upaya pengobatan penyakit yang telah membunuh 1
juta orang setiap tahun.
Antibiotik sintetis modern, selain membunuh bakteri penyebab sakit, juga
membunuh bakteri menguntungkan yang harus ada dalam tubuh kita. Tanpa
bakteri menguntungkan ini, kita bisa mati. Disamping resistensi tubuh terhadap
antibiotik modern, banyak bakteri yang juga kebal atau tidak mempan lagi
terhadapnya. Antibiotik alami yang sudah ada sejak dunia dijadikan dan telah
lama digunakan ribuan tahun yang lalu, sebenarnya jauh lebih unggul
dibandingkan temuan antibiotik modern, termasuk penicillin.
1
BAB II
ANTIBIOTIK
1. Definisi
Antibiotik berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari Anti (lawan), dan Bios
(hidup). Antibiotik adalah Suatu zat kimia atau senyawa obat yang alami
maupun sintetik, yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang berupa bakteri
ataupun jamur yang berkhasiat sebagai obat apabila digunakan dalam dosis
tertentu dan berkhasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman
ataupun mikroorganisme lainnya (yang bersifat parasit), dan toksisitasnya
tidak berbahaya bagi manusia. Obat antibiotik yang digunakan untuk
membasmi mikroba penyebab infeksi pada manusia, ditentukan harus
memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin. Artinya, obat tersebut
haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk
hospes. Antibiotik hanya untuk bakteri dan tidak digunakan untuk virus.
Pada tahun 1927, Alexander Fleming menemukan antibiotik yang juga disebut
antimicrobial drugs yang pertama, yaitu penisilin. Penggunaan antibiotik ini
dalam dunia medis telah dimulai sejak tahun 1940-an. Walaupun sebenarnya
antibiotik alami telah ada jauh sebelumnya.
2. Penggolongan Antibiotik
a. Berdasarkan struktur kimianya, antibiotik dikelompokkan sebagai berikut:
Golongan Aminoglikosida
Diantaranya amikasin, dibekasin, gentamisin, kanamisin, neomisin,
netilmisin, paromomisin, sisomisin, streptomisin, tobramisin.
Golongan Beta-Laktam
Diantaranya golongan karbapenem (ertapenem, imipenem,
meropenem), golongan sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksim,
sefadroksil, seftazidim), golongan beta-laktam monosiklik, dan
golongan penisilin (penisilin, amoksisilin).
2
Golongan Glikopeptida
Diantaranya vankomisin, teikoplanin, ramoplanin dan dekaplanin.
Golongan Poliketida
Diantaranya golongan makrolida (eritromisin, azitromisin,
klaritromisin, roksitromisin), golongan ketolida (telitromisin),
golongan tetrasiklin (doksisiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin).
Golongan Polimiksin
Diantaranya polimiksin dan kolistin.
Golongan Kinolon (fluorokinolon)
Diantaranya asam nalidiksat, siprofloksasin, ofloksasin, norfloksasin,
levofloksasin, dan trovafloksasin.
Golongan Streptogramin
Diantaranya pristinamycin, virginiamycin, mikamycin, dan
kinupristin-dalfopristin.
Golongan Oksazolidinon
Diantaranya linezolid dan AZD2563.
Golongan Sulfonamida
Diantaranya kotrimoksazol dan trimetoprim.
Antibiotik lain yang penting, seperti kloramfenikol, klindamisin dan
asam fusidat.
b. Berdasarkan mekanisme aksinya, yaitu mekanisme bagaimana antibiotik
secara selektif meracuni sel bakteri, antibiotik dikelompokkan sebagai
berikut:
Mengganggu sintesa dinding sel, seperti penisilin, sefalosporin,
imipenem, vankomisin, basitrasin.
Mengganggu sintesa protein bakteri, seperti klindamisin, linkomisin,
kloramfenikol, makrolida, tetrasiklin, gentamisin.
Menghambat sintesa folat, seperti sulfonamida dan trimetoprim.
Mengganggu sintesa DNA, seperti metronidasol, kinolon, novobiosin.
Mengganggu sintesa RNA, seperti rifampisin.
3
Mengganggu fungsi membran sel, seperti polimiksin B, gramisidin.
c. Berdasarkan sifatnya (daya hancurnya) antibiotik dikelompokkan sebagai
berikut:
Bakterisid
Antibiotik yang bakterisid secara aktif membasmi kuman. Termasuk
dalam golongan ini adalah penisilin, sefalosporin, aminoglikosida
(dosis besar), kotrimoksazol , polipeptida, rifampisin, isoniazid dll.
Bakteriostatik
Antibiotik bakteriostatik bekerja dengan mencegah atau menghambat
pertumbuhan kuman, tidak membunuhnya, sehingga pembasmian
kuman sangat tergantung pada daya tahan tubuh. Termasuk dalam
golongan ini adalah sulfonamida, tetrasiklin, kloramfenikol,
eritromisin, trimetropim, linkomisin, makrolida, klindamisin, asam
paraaminosalisilat, dll.
Manfaat dari pembagian ini dalam pemilihan antibiotik mungkin hanya
terbatas, yakni pada kasus pembawa kuman (carrier), pada pasien-
pasien dengan kondisi yang sangat lemah (debilitated) atau pada
kasus-kasus dengan depresi imunologik tidak boleh memakai
antibiotik bakteriostatik, tetapi harus bakterisid.
d. Berdasarkan keefektifannya dalam melawan jenis bakteri, antibiotik
dikelompokkan sebagai berikut:
Spektrum luas (aktivitas luas) : antibiotik yang bersifat aktif bekerja
terhadap banyak jenis mikroba yaitu bakteri gram positif dan gram
negative. Contoh antibiotik dalam kelompok ini adalah sulfonamid,
ampisilin, sefalosforin, kloramfenikol, tetrasiklin, dan rifampisin.
Spektrum sempit (aktivitas sempit) : antibiotik yang bersifat aktif
bekerja hanya terhadap beberapa jenis mikroba saja, bakteri gram
positif atau gram negative saja. Contohnya eritromisin, klindamisin,
4
kanamisin, hanya bekerja terhadap mikroba gram-positif. Sedang
streptomisin, gentamisin, hanya bekerja terhadap kuman gram-negatif.
e. Berdasarkan biosintesanya, antibiotik dikelompokkan sebagai berikut:
Berasal dari asam amino (antibiotik peptida)
dari 1 asam amino (sikloserin, kloramfenikol)
dari 2 asam amino (penisilin, sefalosporin)
dari beberapa asam amino (polipeptida, basitrasin, polimiksin,
viomisin)
Berasal dari karbohidrat atau glikosida (aminoglikosida)
Berasal dari asetat
golongan fenol (tetrasiklin, griseovulfin)
antibiotik makrolida
antibiotik polien
Rifampisin
Golongan lain
derivat kumarin (novobiosin)
amfoter (vankomisin)
amino oktan (klindamisin, linkomisin)
amino benzochinon chromophore (mitomisin C)
3. Penggunaan Antibiotik
Secara umum, berdasarkan ditemukannya kuman penyebab infeksi atau tidak, maka
terapi antibiotik dapat dibagi menjadi dua, yakni terapi secara empiris dan terapi
pasti.
a. Terapi secara empiris
Pada banyak keadaan infeksi, kuman penyebab infeksi belum dapat
diketahui atau dipastikan pada saat terapi antibiotik dimulai. Dalam hal ini
pemilihan jenis antibiotik diberikan berdasarkan perkiraan kemungkinan
kuman penyebabnya. Ini dapat didasarkan pada pengalaman yang layak
5
(pengalaman klinis) atau berdasarkan pada pola epidemiologi kuman
setempat.
Pertimbangan utama dari terapi empiris ini adalah pengobatan infeksi
sedini mungkin akan memperkecil resiko komplikasi atau perkembangan
lebih lanjut dari infeksinya, misalnya dalam menghadapi kasus-kasus
infeksi berat, infeksi pada pasien dengan kondisi depresi imunologik.
Keberatan dari terapi empirik ini meliputi, kalau pasien sebenarnya tidak
menderita infeksi atau kalau kepastian kuman penyebab tidak dapat
diperoleh kemudian karena sebab-sebab tertentu (misalnya tidak diperoleh
spesimen), maka terapi antibiotik seolah-olah dilakukan secara buta.
b. Terapi pasti (definitif)
Terapi ini dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologis yang
sudah pasti, jenis kuman maupun spektrum kepekaannya terhadap
antibiotik. Dalam praktek sehari-hari, mulainya terapi antibiotik umumnya
dilakukan secara empiris. Baru kalau hasil pemeriksaan mikrobiologis
menunjukkan ketidakcocokan dalam pemilihan antibiotik, maka antibiotik
dapat diganti kemudian dengan jenis yang sesuai.
4. Faktor yang Perlu Dipertimbangkan Dalam Penggunaan Antibiotik
a. Gambaran klinis adanya infeksi yang diderita
b. Faktor sensitivitas bakteri terhadap antibiotik
c. Fungsi ginjal dan hati pasien
d. Biaya pengobatan
e. Antibiotik Kombinasi
5. Antibiotik Kombinasi
Secara klasik selalu dianjurkan bahwa kombinasi antibiotik bakterisid dan
bakteriostatik akan merugikan oleh karena antibiotik bakterisid bekerja pada
kuman yang sedang tumbuh, sehingga kombinasi dengan jenis bakteriostatik
6
akan memperlemah efek bakterisidnya. Tetapi konsep ini mungkin tidak bisa
begitu saja diterapkan secara luas dalam klinik, oleh karena beberapa
kombinasi yang dianjurkan dalam klinik misalnya penisilin (bakterisid) dan
kloramfenikol (bakteriostatik) justru merupakan alternatif pengobatan pilihan
untuk meningitis bakterial yang umumnya disebabkan oleh kuman Neisseria
meningitides.
Pada umumnya, penggunaan kombinasi dari dua atau lebih antibiotik tidak
dianjurkan, apalagi kombinasi dengan dosis tepat. Untuk suatu mikroba
penginfeksi, kombinasi antibiotik dapat bersifat sinergik (kombinasi dua
antibiotik yang bersifat bakterisid), additif (kombinasi dua antibiotik yang
bersifat bakteriostatik) dan antagonis (kombinasi antibiotik bakteriostatik dan
bakterisid). Pemakaian kombinasi antibiotik mengandung risiko misalnya
adanya akumulasi toksisitas yang serupa, misalnya nefrotoksisitas
aminoglikosida dan nefrotoksisitas dari beberapa jenis sefalosporin.
Kemungkinan juga dapat terjadi antagonisme, kalau prinsip-prinsip kombinasi
di atas tidak ditaati, misalnya kombinasi penisilin dan tetrasiklin. Walaupun
pemakaian beberapa kombinasi dapat diterima secara ilmiah, tetap diragukan
perlunya kombinasi tetap oleh karena kemungkinan negatif yang dapat terjadi.
Sebagai contoh kombinasi tetap penisilin dan streptomisin justru akan
meyebabkan inaktivasi dari masing-masing antibiotik oleh karena terjadinya
kerusakan secara kimiawi.
Penggunaan kombinasi antibiotik yang tepat harus dapat mencapai sasaran
sebagai berikut:
a. Kombinasi bekerja sinergik terhadap mikroba penyebab infeksi.
b. Kombinasi mencegah terjadi resistensi mikroba.
c. Kombinasi sebagai tindak awal penanganan infeksi, bertujuan mencapai
spektrum kerja luas pada infeksi yang disebabkan oleh beberapa
mikroorganisme.
7
d. Kombinasi antibiotik digunakan untuk menangani beberapa infeksi
sekaligus.
6. Resistensi Antibiotik
Bakteri dikatakan resisten bila pertumbuhannya tidak dapat dihambat oleh
kadar maksimum antibiotik yang dapat ditoleransi oleh tubuh. Resistensi
adalah ketahanan mikroba terhadap antibiotik tertentu. Resistensi alamiah
adalah jika beberapa mikroba tidak peka terhadap antibiotik tertentu karena
sifat mikroba secara alamiah tidak dapat diganggu oleh antibiotik tersebut.
Resistensi kromosomal terjadi karena mutasi spontan pada gen kromosom.
Resistensi kromosomal dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu:
a. golongan primer, mutasi terjadi sebelum pengobatan dengan antibiotik dan
selama pengobatan terjadi seleksi bibit yang resisten.
b. golongan sekunder, mutasi terjadi selama kontak dengan antibiotik
kemudian terjadi seleksi bibit yang resistensi.
Resistensi silang dapat terjadi dengan cara transformasi yaitu pelepasan DNA
dari sel donor yang mengalami lisis pindah ke sel penerima, cara transduksi
yaitu pemindahan gen yang resisten dengan bantuan bakteriofag dan cara
konjugasi yaitu pemindahan gen karena adanya kontak sel dengan sel dan
terbentuk jembatan plasma. Resistensi ekstra kromosomal, yang berperan
adalah faktor R yang terdapat diluar kromosom yaitu didalam sitoplasma.
Faktor R ini diketahui membawakan resistensi bakteri terhadap berbagai
antibiotik.
Resistensi ini menghasilkan perubahan bentuk pada gen bakteri yang
disebabkan oleh dua proses genetik dalam bakteri:
a. Mutasi dan seleksi (atau evolusi vertikal)
Evolusi vertikal didorong oleh prinsip seleksi alam. Mutasi spontan pada
kromosom bakteri memberikan resistensi terhadap satu populasi bakteri.
Pada lingkungan tertentu antibiotik yang tidak termutasi (non-mutan) mati,
8
sedangkan antibiotik yang termutasi (mutan) menjadi resisten yang
kemudian tumbuh dan berkembang biak.
b. Perubahan gen antar strain dan spesies (atau evolusi horisontal)
Evolusi horisontal yaitu pengambil-alihan gen resistensi dari organisme
lain. Contohnya, streptomises mempunyai gen resistensi terhadap
streptomisin (antibiotik yang dihasilkannya sendiri), tetapi kemudian gen
ini lepas dan masuk ke dalam E. coli atau Shigella sp.
7. Efek Samping Antibiotik
Toksisitas selektif terhadap bakteri yang menginvasi tidak menjamin hospes
bebas dari efek yang tidak diinginkan, karena obat dapat menimbulkan respon
alergik atau bersifat toksik yang tidak berkaitan dengan aktivitas antibiotik:
a. Hipersensitivitas
Reaksi hipersensitivitas dapat terjadi apabila jumlah antigen masuk relatif
banyak atau bila status imunologik seseorang, baik humoral maupun
selular meningkat.
b. Toksisitas langsung
Toksisitas langsung yaitu kadar antibiotik yang tinggi dalam serum dapat
menimbulkan toksisitas pada proses selular melalui organ tubuh penderita
langsung.
c. Superinfeksi
Superinfeksi merupakan keberadaan data klinis maupun bakteriologi
pengaruh penghambatan pertumbuhan dari flora normal.
8. Jenis Tanaman Antibiotik
Ada bermacam-macam tanaman yang dapat digolongkan sebagai tanaman
antibiotik. Tanaman antibiotik memiliki keunggulan dibandingkan bahan
antibiotik lain yang sudah dibuat dalam bentuk jadi siap dipakai, karena
bahannya masih segar dan alami. Kini banyak dilakukan pengobatan dengan
tanaman antibiotik yang lebih dikenal dengan pengobatan herbal/tumbuhan.
9
Selain efek sampingnya lebih kecil, pengobatan dengan tanaman antibiotik
tidak memerlukan biaya yang mahal.
Berbagai macam jenis tanaman antibiotik tumbuh di Indonesia dan mudah
untuk dicari. Tanaman antibiotik ini mudah untuk dibudidayakan dan tidak
memerlukan tempat yang luas. Jenis tanaman antibiotik antara lain:
a. Kunyit
Jenis tanaman rimpang ini mudah didapatkan dan ditanam di sekitar kita.
Selain sebagai bumbu masakan, kunyit ini termasuk tanaman antibiotik
yang memiliki banyak khasiat terutama kandungan senyawa di dalamnya
yang bisa menghambat kanker dan penyakit lain yang berbahaya. Selain
itu, kunyit dapat membantu melancarkan peredaran darah, mengurangi
rasa sakit di perut juga untuk membantu untuk menekan pertumbuhan
kuman di dalam tubuh.
b. Lidah mertua
Lidah mertua ini sebenarnya lebih banyak digunakan sebagai tanaman
penghias rumah. Tapi ternyata, banyak manfaat dari tanaman antibiotik ini
terutama bagian daunnya. Daun lidah mertua yang berbentuk panjang ini
memiliki sebuah senyawa yang disebut dengan Abamagenin. senyawa
inilah yang berguna untuk membantu memperlancar pernafasan, untuk
mengurangi keluhan batuk juga menyembuhkan radang. Selain itu,
tanaman lidah mertua ini juga bersifat polutan yaitu dapat membersihkan
udara disekitarnya dari polusi.
c. Sambiloto
Tanaman ini memang mirip dengan tanaman liar, tapi sangat berkhasiat
bagi kesehatan. Tanaman antibiotik ini dapat mencegah penyakit kanker
juga untuk meningkatkan daya kekebalan tubuh. Selain itu sambiloto juga
mengandung sebuah senyawa yaitu flavonoid yang sangat baik dalam
membantu melancarkan peredaran darah, serta adanya zat kimia lain yang
10
terkandung seperti kalium yang berfungsi untuk menurunkan tekanan
darah.
d. Kayu manis
Kayu manis ini termasuk sebagai tanaman antibiotik karena mampu
mencegah pertumbuhan bakteri dan mengurangi gejala berbagai macam
penyakit seperti influenza dan sinusitis. Minyak yang terkandung di
alamnya juga dapat bermanfaat sebagai aromaterapi. Cara membuatnya
adalah dengan direbus bersama air dan diminum secara teratur.
e. Bawang putih
Konsensus umum bidang ini menunjukkan bahwa bawang putih adalah
antioksidan alami terbaik yang ada. Ada sedikit tidak lakukan untuk
membersihkan darah dari semua jenis patogen. Ini membersihkan tubuh
dari semua bakteri berbahaya dan bertindak sedikit mirip penisilin dalam
tubuh. Selain efek pembersihan pada sistem, juga membangun kekebalan
terhadap infeksi lebih lanjut. Hal ini juga dapat digunakan untuk
mengobati infeksi ringan pada hidung dan tenggorokan.
f. Cassia Italica
Pohon ini tumbuh terutama di Pakistan dan telah lama digunakan untuk
mengobati masalah kulit, agak mirip dengan aloe vera. Baru-baru ini, telah
terbukti antibiotik alami, paling sering digunakan untuk mengobati
penyakit lambung. Daunnya diperkirakan memacu pertahanan alami di
daerah perut untuk aksi yang lebih besar terhadap infeksi. Selain itu,
seperti hampir semua pohon, kulit dan akar mengandung tanin, zat alami
yang dapat efektif terhadap E. coli dan infeksi lainnya.
g. Teh hijau
Teh hijau seperti dari daun tanaman oolong telah lama digunakan untuk
tujuan medis. Teh dapat digunakan terhadap berbagai jenis infeksi, karena
11
memprovokasi tubuh untuk menghasilkan lebih banyak pertahanan sendiri
antimikroba. Secara umum, kebanyakan teh hijau dapat digunakan untuk
mencegah infeksi. Pada tahun 2008, sebuah penelitian di Mesir
menemukan bahwa teh hijau dapat efektif terhadap apa yang disebut
"super," atau jenis infeksi yang resisten terhadap antibiotik konvensional.
h. Cranberries
Ekstrak dari cranberry telah digunakan untuk waktu yang lama untuk
melawan infeksi pada ginjal dan saluran kemih lebih umum. Secara
umum, ia bertindak dengan mencegah mikroba berbahaya dari
melampirkan sendiri ke sel-sel ginjal. Bahkan, ekstrak cranberry
menciptakan hambatan energi yang mencegah kontak antara sel ginjal
yang sehat dan patogen.
i. Grapefruit Ekstrak Biji
Ekstrak ini sangat efektif terhadap bakteri serius berbahaya seperti infeksi
Salmonella dan Staph. Ini adalah besar di sekitar desinfektan. Ekstrak dari
biji anggur juga dapat digunakan.
j. Propolis
Propolis sudah digunakan sejak zaman purba. Bapak kedokteran,
Hipokrates (460-370 SM) menganjurkan konsumsi propolis sebagai obat
untuk meningkatkan kualitas kesehatan. Propolis berkhasiat sebagai
antibiotik. Propolis dicampur dengan minyak jeli dan dioleskan pada luka
untuk mempercepat pengeringan luka dan efektif melawan bakteri yang
resisten terhadap beberapa antibiotik seperti penicillin, ampicillin,
methicillin, dan streptomycin. Propolis juga digunakan untuk mengatasi
bengkak, gangguan pencernaan, dan hati.
Menggunakan tanaman antibiotik sebagai alternatif dalam pengobatan sangat
baik dan mengurangi efek samping bagi tubuh. Mulailah menanam tanaman
12
antibiotik ini di rumah, agar selalu tersedia dan dapat digunakan sewaktu-
waktu.
13
BAB III
PENUTUP
Antibiotik dikenal sebagai antimicrobial drugs (obat antikuman) yang melawan
infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotik dapat berupa antibiotik alami dan
antibiotik sintetis. Pada saat ini, telah marak penggunaan antibiotik sintetis dalam
dunia medis. Keberadaan antibiotik sintetis memang merupakan suatu kemajuan
di bidang medis, tetapi keberadaannya juga dapat menimbulkan suatu masalah
besar yang disebut resistensi. Resistensi antibiotik (antibiotic resistency)
merupakan kemampuan bakteri atau kuman lainnya untuk melakukan perlawanan
terhadap pengaruh antibiotik. Seringkali masyrakat kita menyebutnya dengan
‘kebal terhadap antibiotik’. Ini terjadi ketika bakteri berubah sedemikian rupa
sehingga mengurangi atau bahkan menghilangkan sama sekali efektifitas obat-
obatan yang dirancang untuk mengobati atau mencegah terjadinya infeksi. Bakteri
tersebut mampu bertahan hidup dan terus berkembang, sehingga menjadi lebih
berbahaya.
Sebenarnya penggunaan antibiotiklah yang memancing berkembangnya bakteri
yang ‘kebal’ terhadap antibiotik. Setiap kali seseorang meminum antibiotik,
bakteri yang sensitif akan terbunuh, namun kuman yang ‘bandel’ akan tetap
tersisa dan berkembang dengan pesat. Oleh karena itu sebaiknya pemakaian
antibiotik yang terlalu sering dan tidak pada tempatnya kita hindari. Penggunaan
antibiotik alami juga dapat menjadi pilihan alternatif yang tidak buruk.
Berikut ini beberapa tips yang mungkin berguna untuk mencegah terjadinya
resitensi antibiotik
1. Tanyakan kepada dokter apakah antibiotik memang diperlukan untuk jenis
penyakit yang diderita anak Anda dan tanyakan juga apa yang bisa Anda
lakukan agar si kecil bisa segera sembuh.
2. Jangan menggunakan antibiotik untuk infeksi virus seperti demam atau
flu.
14
3. Jangan menyimpan antibiotik yang tersisa dengan pertimbangan untuk
digunakan nanti jika Anda memerlukannya lagi. Obat yang tersisa dari
pengobatan apa saja yang anak Anda terima sebaiknya dibuang saja ketika
masa pengobatannya sudah selesai.
4. Jika memang diperlukan antibiotik, maka ikuti arahan dokter Anda.
Jangan ada dosis yang terlewatkan. Sempurnakan konsumsi obat sesuai yang
diresepkan, walaupun anak Anda sudah membaik kesehatannya. Jika
pengobatan dengan antibiotik terhenti lebih awal, sebagian bakteri mungkin
akan bertahan dan menyerang lagi.
5. Jangan meminum antibiotik yang diresepkan untuk orang lain. Tidak
setiap antibiotik cocok dengan penyakit anak Anda.
6. Jika dokter Anda menyatakan bahwa penyakit si kecil bukan disebabkan
oleh infeksi bakteri, tanyakan solusi untuk meredakan gejalanya. Jangan
memaksanya untuk meresepkan antibiotik.
15
DAFTAR PUSTAKA
Craig WA. 1998. Choosing an antibiotic on the basis of pharmacodynamics. Ear
NoseThroat J.
Dwi djoseputro, D.1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan
Gupte, Satish. 1990. Mikrobiologi Dasar Edisi Ketiga. Jakarta: Binarupa Aksara
Mueller M, dkk. 2004. Issues in pharmacokinetics and pharmacodynamics of
anti-infective agents: kill curves versus MIC. Antimicrobial agents and
chemotherapy
Murray RK. dkk. 2009. Biokimia Harper. Jakarta: EGC
http://sectiocadaveris.wordpress.com/artikel-kedokteran/antibiotik-mekanisme-
cara-kerja-dan-klasifikasinya/
http://www.cancer.gov/Templates/drugdictionary.aspx?CdrID=39156
16