Post on 19-Feb-2018
IMPRESSION MANAGEMENT PADA AKTIVITAS PUBLIC RELATIONS
OFFICER DALAM MERENCANAKAN PEMBENTUKAN CITRA
PERUSAHAAN
Studi Kualitatif dengan Pendekatan Dramaturgi mengenai Aktivitas PRO dalam Bekerja
di PT. PERTAMINA EP Region Jawa
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung
Oleh:
ANGGITA PUSPITA SARI
10080006006
BIDANG KAJIAN PUBLIC RELATIONS
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2010
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi : Impression Management pada Aktivitas Public Relations Officer dalam
Merencanakan Pembentukan Citra Perusahaan
Sub Judul : Studi Kualitatif dengan Pendekatan Dramaturgi mengenai Aktivitas PRO dalam
Bekerja di PT. PERTAMINA EP Region Jawa
Nama : Anggita Puspita Sari
NPM : 10080006006
Bidang Kajian : Public Relations
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Hj. Neni Yulianita, Dra., M.S.
Mengetahui,
Ketua Bidang Kajian
Public Relations
Maman Suherman Drs., M.Si
��� أ����� �� ل��� و� �����
… dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas
pada jiwa mereka …
(Alquran Q.S An(Alquran Q.S An(Alquran Q.S An(Alquran Q.S An----Nisa : 63)Nisa : 63)Nisa : 63)Nisa : 63)
ALHAMDULILLAH …ALHAMDULILLAH …ALHAMDULILLAH …ALHAMDULILLAH …
Puji syukuPuji syukuPuji syukuPuji syukur Hamba ucapkan kehadiratMu YA ALLAH …r Hamba ucapkan kehadiratMu YA ALLAH …r Hamba ucapkan kehadiratMu YA ALLAH …r Hamba ucapkan kehadiratMu YA ALLAH …
atas segala kekuatanatas segala kekuatanatas segala kekuatanatas segala kekuatan, kemudahan, kemudahan, kemudahan, kemudahan dan hikmahdan hikmahdan hikmahdan hikmah
yang Engkau berikan, yang Engkau berikan, yang Engkau berikan, yang Engkau berikan, dalam menjalani semua perjuangan ini …dalam menjalani semua perjuangan ini …dalam menjalani semua perjuangan ini …dalam menjalani semua perjuangan ini …
Kupersembahkan hasil karya iniKupersembahkan hasil karya iniKupersembahkan hasil karya iniKupersembahkan hasil karya ini …………
Untuk Orangtua dan KeluUntuk Orangtua dan KeluUntuk Orangtua dan KeluUntuk Orangtua dan Keluaaaarga Tercintarga Tercintarga Tercintarga Tercinta
Yang Menjadi Saksi atas Yang Menjadi Saksi atas Yang Menjadi Saksi atas Yang Menjadi Saksi atas SSSSeluruh eluruh eluruh eluruh PERJUANGANPERJUANGANPERJUANGANPERJUANGAN----kukukuku Selama ISelama ISelama ISelama Ini…ni…ni…ni…
i
ABSTRAK
Anggita Puspita Sari pada tahun 2010 telah melakukan penelitian dengan judul “Impression Management pada Aktivitas Public Relations Officer dalam Upaya Merencanakan Pembentukan Citra Perusahaan”. Penelitian dilakukan di PT. PERTAMINA EP Region Jawa selama Bulan Maret hingga Bulan Juli 2010. Impression management (pengelolaan kesan) adalah sebuah upaya yang lumrah dilakukan oleh setiap manusia, dalam menjalankan peran-peran sosialnya ketika berinteraksi dengan orang lain dalam segala aspek kehidupan ini, yang bertujuan untuk memperoleh citra yang positif di benak dan hati manusia lainnya terhadap diri dan objek-objek yang manusia ciptakan untuk kepentingan manusia bersama.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui impression management (pengelolaan kesan) dari back stage (panggung belakang) peran PRO dalam upaya membuat perencanaan untuk membentuk citra perusahaan dan untuk mengetahui impression management (pengelolaan kesan) dari front stage (panggung depan) peran PRO dalam upaya membentuk citra perusahaan.
Setelah melakukan penelitian ini, penulis mengambil kesimpulan bahwa aktivitas subjek penelitian saat bekerja di panggung belakang, dalam upayanya membuat perencanaan yang berawal dari ide dan gagasannya sendiri untuk membentuk citra perusahaan, terdapat banyak melakukan serangkaian pengelolaan kesan yang dipersiapkan sedemikian rupa. Dalam melaksanakan persiapan-persiapan tersebut, subjek penelitian tidak bekerja sendiri, namun selalu mengajak rekan-rekan sekerjanya untuk ikut ambil bagian, karena merasa rekan-rekannya adalah bagian dari sebuah tim, agar dapat menciptakan sebuah hasil kreatifitas bersama sebagai ‘ajang’ aktualisasi diri. Aktivitas subjek penelitian saat bekerja di panggung depan, yang berawal dari ide dan gagasannya sendiri dalam upaya membentuk citra perusahaan, terdapat banyak melakukan serangkaian pengelolaan kesan sebagai sebuah ‘standar keharusan’. Hampir semua aktivitas pengelolaan kesan yang dilakukan subjek penelitian di panggung depan melibatkan rekan-rekan sekerjanya untuk ikut mensukseskan ‘pertunjukkan’. Sejauh ini, usaha pengelolaan kesan yang dilakukan berhasil membentuk citra yang positif di mata publik internal dan eksternal perusahaan terhadap citra diri (self image) subjek penelitian, terlebih kepada citra perusahaan (corporate image). Selain itu, setiap usaha pengelolaan kesan yang dilakukan oleh subjek penelitian di panggung depan adalah sebagai ‘ajang’ aktualisasi diri.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirobbil‘alamin segala puji kepada Allah SWT, shalawat dan
salam semoga tercurah kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW beserta
keluarga dan para sahabatnya. Hanya dengan rahmat dan ridho-Nya lah penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ” Impression Management pada
Aktivitas Public Relations Officer dalam Upaya Merencanakan Pembentukan
Citra Perusahaan”. Hasil skripsi disusun untuk disajikan pada sidang skripsi
sebagai salah satu persyaratan untuk meraih gelar sarjana Ilmu Komunikasi di
Universitas Islam Bandung.
Selesainya penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
rasa syukur, ucapan terima kasih, rasa hormat dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada :
1. Allah SWT, Sang Khaliq yang telah memberi kekuatan, kemudahan dan
inspirasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, karena Allah SWT
adalah tempat penulis untuk selalu berdoa dan memohon pertolongan,
2. Orangtua tercinta, yang selalu memberikan doa, semangat, serta
memberikan perhatian dan kasih sayangnya yang tulus ketika penulis ’jatuh
bangun’ dalam menyelesaikan skripsi ini. Segala kebaikan dan kebahagiaan
yang mama papa berikan kepada Anggi selama ini sungguh tak ternilai, tak
iii
sanggup terbalas dan tergantikan oleh apapun di dunia ini. Hanya doa dalam
setiap sujud kepada Allah SWT-lah yang bisa Anggi berikan.
3. Keluarga, kakakku Mbak Devi dan adikku Irfan yang bisa mengerti akan
kesibukan penulis, meskipun terkadang juga ’kesal’ karena penulis terlalu
sibuk. Namun kakak dan adikku juga menghibur di kala penulis merasa
kurang bersemangat dan memberikan masukan dalam menyelesaikan skripsi
ini. Abangku Mas Yudha, ’teman senasib’ yang juga sedang menyelesaikan
tesisnya, semoga kita mencapai keberhasilan dan kesuksesan dalam
menyelesaikan semuanya, sebagai bentuk pengabdian kepada orangtua
tercinta.
4. Mbak Andar Titi Lestari, sebagai subjek dan objek penelitian yang baik hati
dan ’gokil’. Terima kasih karena telah bersedia diteliti sehingga
menghasilkan sebuah hasil karya skripsi yang bermanfaat bagi semua orang.
Terima kasih karena telah sangat banyak membantu dan memberikan
inspirasi untuk penulis. Biar Allah SWT yang membalasnya dengan
kebaikan dan kebahagiaan yang berlipat ganda, AMIN.
5. Seluruh Tim Hupmas, Mbak Sari, Linggar, Mas Mugi, Mas Wawan, Pakde
Wargono, Pakde Sukiman, Om Aris dan Pakde Bambang yang selalu
bersedia membantu dengan tulus dalam hal apapun yang dibutuhkan oleh
penulis dan memberikan semangat penuh untuk keberhasilan studi penulis
menjadi sarjana.
6. Ila, teman ’senasib seperjuangan’ yang mengambil jobtraining dan skripsi di
tempat yang sama. Orang yang telah berjasa sebagai pemberi inspirasi dan
iv
mengarahkan penulis dalam pemilihan masalah skripsi ini. Terima kasih,
berawal dari ide-mu kawan, alhamdulillah aku berhasil.
7. Ibu Dr. Hj. Neni Yulianita, Dra., M.Si, selaku pembimbing skripsi penulis,
yang telah bersedia membimbing dan memberikan segala inspirasi dan
semangatnya untuk menyelesaikan penelitian skripsi ini.
8. Bapak Maman Suherman, Drs., M.Si, selaku ketua Bidang Kajian Public
Relations Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung.
9. Ibu Anne Maryani, Dra., M.Si, selaku dosen wali penulis di Fakultas Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Bandung.
10. Bapak Dr. O. Hasbiansyah, Drs., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Bandung.
11. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Komunikasi dan para staf akademik serta
karyawan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung.
12. Semua teman-teman penulis yang tidak bisa disebutkan satu persatu disini.
Terima kasih kawan.
Penulis mohon masukan kritik dan saran bagi perbaikan penyusunan
skripsi ini, karena skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis juga
memohon maaf yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak, karena mungkin
penulis membuat banyak kesalahan dan kekhilafan, baik yang disengaja maupun
tidak sengaja.
Akhir kata, semoga hasil karya skripsi penulis ini, dapat memberikan
inspirasi dan manfaat bagi semua pihak dan semua orang yang membaca hasil
karya ini.
v
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bandung, 6 Agustus 2010
Penulis
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................... i KATA PENGANTAR .................................................................................. ii DAFTAR ISI ................................................................................................. vi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ viii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 7 1.3 Pertanyaan Penelitian .................................................................. 7 1.4 Alasan Permmilihan Masalah ...................................................... 7 1.5 Tujuan Penelitian ......................................................................... 9 1.6 Kegunaan Penelitian .................................................................... 9
1.6.1 Kegunaan Praktis ................................................................ 9 1.6.2 Kegunaan Teoritis ............................................................... 10
1.7 Pembatasan Masalah .................................................................... 10 1.8 Kerangka Pemikiran .................................................................... 11 1.9 Narasumber (Subjek Penelitian) .................................................. 13 1.10 Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ................... 15 1.11 Organisasi Karangan ................................................................. 19
BAB II PENELITIAN TERDAHULU DAN TINJAUAN PUSTAKA ... 21
2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................... 21 2.1.1 Matriks Penelitian Terdahulu ............................................ 24 2.2 Public Relations Officer (Humas) .............................................. 29 2.3 Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication) ....... 35 2.3.1 Model Komunikasi Antarpribadi (Hubungan Interpersonal) 37 2.3.2 Tujuan Komunikasi Antarpribadi ...................................... 39 2.4 Interaksi Simbolik Antarmanusia ............................................... 40 2.4.1 Pendekatan Dramaturgi dan Impression Management
(pengelolaan kesan) .......................................................... 43 2.4.2 Penggunaan Tim ................................................................ 47 2.5 Citra ............................................................................................ 48 2.5.1 Jenis-jenis Citra ................................................................. 49 2.5.2 Citra Diri (Self Image) ....................................................... 51 2.5.3 Citra Perusahaan (Corporate Image) ................................. 52
BAB III METODOLOGI DAN SUBJEK PENELITIAN ........................ 54 3.1 Penelitian Kualitatif .................................................................. 54 3.2 Karakteristik Penelitian Kualitatif ............................................ 57 3.3 Tahap-Tahap Penelitian Kualitatif ............................................ 60 3.4 Pendekatan Dramaturgi ............................................................. 66 3.5 Subjek Penelitian ....................................................................... 68 3.5.1 Key Informan (Subjek Penelitian) .................................... 68 3.5.2 Key Informan Pelengkap 1 ............................................... 71
vii
3.5.3 Key Informan Pelengkap 2 ............................................... 72 BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................. 73
4.1 Deskripsi Peran sebagai PRO dan sebagai Pegawai PERTAMINA ............................................................................. 75 4.2 Upaya PRO dalam Merencanakan Pembentukan Citra Perusahaan ................................................................................ 88 4.3 Impression Management PRO pada Upaya Merencanakan Pembentukan Citra Perusahaan dalam Dramaturgi .................. 96 4.4 Pembahasan Umum .................................................................. 129
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 135
5.1 Kesimpulan ................................................................................ 135 5.2 Saran .......................................................................................... 136
5.2.1 Saran Teoritis ................................................................... 136 5.2.2 Saran Praktis .................................................................... 137
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... ix LAMPIRAN
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Formulir Pengajuan Judul Skripsi Bidang Kajian Public Relations
Lampiran 2 Formulir Perbaikan Judul Skripsi Bidang Kajian Public Relations
Lampiran 3 Surat Riset / Pra Riset
Lampiran 4 Izin Riset Untuk Skripsi
Lampiran 5 Pertanyaan Wawancara
Lampiran 6 Riwayat Hidup Subjek Penelitian
Lampiran 7 Buletin Internal PERTAMINA
Lampiran 8 Press Release yang Dibuat Andar
Lampiran 9 Advertorial yang di Publikasikan di Koran Radar Cirebon
Lampiran 10 Berita Media Gatehring di Koran Mitra Dialog
Lampiran 11 Foto-Foto
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak pernah bisa terlepas untuk
saling berhubungan dan berinteraksi dengan manusia lainnya. Dalam
bersosialisasi dengan sesamanya, manusia menggunakan komunikasi sebagai alat
pertukaran pesan, yaitu antara komunikator (penyampai pesan) dengan
komunikan (penerima pesan). Tanpa adanya komunikasi, kita tidak dapat
memaknai hubungan dengan orang lain. Lebih jauh, kita tidak dapat mengerti dan
memahami maksud dan tujuan orang lain, begitu pula sebaliknya.
Komunikasi memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan
manusia, karena komunikasi merupakan sebuah media sosial manusia. Tidak ada
sesuatu hal yang tidak melibatkan komunikasi dalam kehidupan ini, untuk itulah
komunikasi hadir di setiap aktivitas manusia sehari-hari.
Dalam kehidupan sehari-hari, salah satu aktivitas manusia adalah bekerja.
Di sekitar kita, banyak sekali profesi yang diperankan manusia dalam bekerjanya,
yang mana profesi tersebut mempunyai tanggung jawab dan peranan masing-
masing yang dapat berguna bagi dirinya sendiri maupun untuk orang banyak.
Salah satu profesi yang mengutamakan penggunaan komunikasi secara intens
adalah public relations officer (PRO), karena aktivitas utama dari public relations
adalah berkomunikasi baik secara verbal maupun non verbal dengan
2
menyampaikan informasi-informasi atau pesan-pesan yang bermakna yang
disampaikan kepada komunikannya (publik internal dan eksternal).
Dalam hidup bersosialisasi, kita dapat melihat beragam karakter individu
yang semuanya terbentuk berdasarkan lingkungan dan pengalaman masing-
masing. Adapun sifat yang membentuk karakter seseorang sangat beragam, mulai
dari sifat yang buruk dan sifat yang baik. Kedua sifat tersebut pada dasarnya alami
dimiliki oleh setiap manusia, karena tidak ada manusia yang sempurna. Oleh
karena itu, dalam bersosialisasi atau berinteraksi, individu disituasikan dan
dikondisikan agar dapat menjaga hubungannya dengan individu lain, yaitu dengan
cara saling memahami dan menghargai akan sifat dan karakter masing-masing,
sehingga tercipta suatu hubungan yang baik.
Salah satu contoh dari hubungan adalah hubungan antara PRO dengan
publik internal dan eksternalnya, dimana dalam hal ini kerap kali terjadi
kesalahpahaman dalam menciptakan suatu hubungan baik, oleh karenanya
keterampilan komunikasi dengan interaksi simbolik adalah kesatuan sinergis yang
harus dimiliki oleh seorang PRO dalam menjalankan fungsi-fungsi dari peran-
peran yang telah ditentukan oleh perusahaan, agar komunikan (publik internal dan
eksternal) dapat memahami dan memaknai apa maksud dan tujuan perlunya
menciptakan sebuah hubungan baik, yaitu agar tercapainya keinginan-keinginan
bagi semua pihak.
Di era globalisasi yang semakin kompetitif ini, setiap perusahaan pasti
melakukan berbagai hal untuk memajukan perusahaannya agar mampu bersaing
dengan perusahaan-perusahaan lain. PRO sebagai sebuah profesi yang memliki
3
tanggungjawab dan loyalitas tinggi terhadap kelangsungan hidup sebuah
perusahaan, dituntut untuk mampu memainkan perannya dengan baik. Fungsi
peran PRO diantaranya adalah memberikan motivasi, menjadi jembatan
informasi, membangun relasi, memfasilitasi dan menjadi komunikator di setiap
kegiatan disertai tindakan yang bermakna kepada publik internal dan eksternal
perusahaan.
Setiap perusahaan dalam mengembangkan bisnis, memerlukan adanya
jalinan hubungan yang baik dengan stakeholders perusahaan. Banyak hal yang
dapat dilakukan oleh seorang PRO untuk menciptakan, meningkatkan serta
memelihara citra positif perusahaan di mata publik, salah satunya adalah dengan
melakukan impression management (pengelolaan kesan) ketika melakukan setiap
interaksi dengan publiknya. Hal ini bisa dilakukan oleh PRO dengan didasarkan
pada pembentukan self image (citra diri) terlebih dahulu, artinya seorang PRO
dituntut untuk bersikap seprofesional mungkin agar bisa dinilai positif di mata
publik.
Layaknya setiap manusia yang hidup di muka bumi ini memiliki
peranannya masing-masing dalam setiap interaksinya dengan manusia lain. Begitu
pula dengan seorang PRO yang menjalankan perannya sebagai fungsi-fungsi yang
telah ditentukan oleh perusahaan. Impression Management (pengelolaan kesan)
merupakan hal yang secara sadar atau tidak sadar selalu kita lakukan, apa pun
peran yang kita mainkan dalam kehidupan ini dan kepada siapa pun kita
memberikan kesan tersebut.
4
Dalam pengelolaan kesan, kita berusaha untuk memberikan petunjuk-
petunjuk terhadap orang-orang yang ada di sekitar kita, sehingga timbul kesan
yang sengaja ingin kita bentuk atau citra yang dibentuk oleh masyarakat sendiri
berdasarkan informasi-informasi yang mereka terima dan temukan mengenai diri
kita. Itulah salah satu hal yang menarik dalam hidup ini, bagaimana kita
mengelola kesan dalam membentuk citra diri (self image).
Dalam upaya meningkatkan kemampuan PRO dalam membina hubungan
dengan seluruh publiknya, seorang PRO harus menyadari betapa pentingnya
melakukan sebuah drama-drama pengelolaan kesan (impression management).
Fungsi drama yang dilakukan adalah untuk menjaga nama perusahaan yang
diwakilinya, agar mendapatkan citra yang diinginkan oleh perusahaan tersebut.
Apabila pengelolaan kesan itu dapat memukau serta merubah sikap atau persepsi
publik yang dihadapinya menjadi positif, maka drama pengelolaan kesan tersebut
dikatakan berhasil.
Seorang PRO dalam fungsinya sebagai wakil perusahaan adalah
membangun relasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan secara internal
maupun eksternal, termasuk dengan para stakeholders. Sebuah perusahaan tidak
akan dapat dikenal di mata masyarakat apabila tidak menjalin hubungan baik
dengan publik eksternal perusahaan. Untuk melakukan hubungan baik dengan
masyarakat dan stakeholders yang lain, seorang PRO harus memliki etika dan
etiket kehumasan yang meliputi cara berpakaian, cara berjalan, bersikap, cara
berbicara di depan publik, maupun cara membangun sebuah hubungan dengan
pihak lain agar bisa mendapatkan citra yang positif bagi perusahaan.
5
Dalam mengelola kesan, manusia berusaha untuk menampilkan petunjuk-
petunjuk tertentu yang diyakininya akan menimbulkan suatu kesan tertentu pada
diri orang lain, tindakan seperti ini oleh Erving Goffman disebut sebagai
pengelolaan kesan (impression management). Erving Goffman adalah salah satu
sosiolog dari kubu interaksionisme simbolis yang mengungkap istilah dramaturgi
untuk kehidupan manusia. Menurut Goffman, pada hakikatnya interaksi
antarpribadi mengambil setting diatas sebuah panggung. Manusia adalah para
aktor yang menyusun penampilan mereka untuk memberikan kesan tertentu
terhadap khalayak yang menontonnya.
Pada intinya, dramaturgi adalah ilmu tentang peran. PRO di mata publik
internal dan eksternal umumnya adalah orang-orang yang ramah, penuh etika,
mudah bergaul dan mampu bekerjasama serta menjalin hubungan dengan baik
dalam bekerja. Sisi ini dalam dramaturgi disebut front stage (panggung depan),
yang mana dalam hal ini seorang PRO dituntut untuk memainkan peran-perannya
kepada orang lain dan terhadap sesuatu, agar menciptakan kesan-kesan yang
memang diinginkan perusahaan maupun dirinya sendiri.
Namun di balik semua itu, seorang PRO juga manusia biasa, tentu Ia juga
mempunyai banyak sisi ketidaksempurnaan yang tidak banyak orang lain ketahui.
Back stage (panggung belakang) adalah tempat dimana seluruh proses persiapan
menuju ‘pertunjukan’ (panggung depan) dilakukan. Sisi ini mengungkap seluruh
kehidupan manusia di balik peran-perannya, dalam hal ini peran seorang PRO.
Back stage disini adalah bagaimana persiapannya dalam memerankan
seorang PRO tersebut, mulai dari persiapan diri, persiapan dibalik setiap
6
pekerjaannya, hingga persiapannya menuju panggung depan yang ditonton oleh
khalayak. Panggung belakang juga mengungkap karakter asli dan kebiasaan
seseorang yang tak bisa Ia tampilkan di panggung depan, seperti bersikap cuek,
omongan yang tidak terkontrol, malas-malasan, menggunakan bahasa gaul, duduk
dan berdiri dengan sembrono, berpenampilan seenaknya dan lain sebagainya.
Fungsi peran PRO adalah menjadi jembatan komunikasi antara perusahaan
dengan seluruh publiknya, yaitu dalam membangun hubungan, menyampaikan
informasi, kebijakan dan lain sebagainya yang seluruhnya bertujuan untuk
meningkatkan usaha kerjasama, rasa solidaritas dan saling pengertian antarpublik
dengan perusahaan. Seorang PRO harus bekerja secara aktif dan kreatif. Ia harus
mampu mempersuasi publiknya. Oleh karena itu, PRO memegang peranan
penting dalam membangun hubungan baik dengan relasi-relasi (stakeholders)
yang bertujuan untuk meningkatkan kerjasama di segala bidang dalam memajukan
perusahaan.
Oleh karena itu, tuntutan profesionalitas PRO dalam mengemban seluruh
tugas-tugasnya, tidak lepas dari strategi impression management (pengelolaan
kesan) yang Ia lakukan, agar bisa mendapatkan citra positif di mata publik internal
dan eksternal terhadap perusahaan. Dengan mencermati fenomena-fenomena
tersebut diatas, maka penulis merasa tertarik untuk meneliti mengenai bagaimana
impression management (pengelolaan kesan) yang dilakukan oleh seorang PRO
PT. PERTAMINA EP Region Jawa, yang dilihat dalam Perspektif Dramaturgis.
7
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas, maka penulis
dapat merumuskan masalah sebagai berikut, “Bagaimana Impression
Management (pengelolaan kesan) pada Aktivitas PRO dalam Upaya
Merencanakan Pembentukan Citra Perusahaan”
1.3 Pertanyaan Penelitian
Setelah merumuskan masalah, maka penulis membuat pertanyaan
penelitian yang menjadi acuan penulis dalam mengerjakan penelitian ini, yaitu :
1. Bagaimana Impression Management (pengelolaan kesan) dari back stage
(panggung belakang) peran PRO dalam upaya membuat perencanaan untuk
membentuk citra perusahaan?
2. Bagaimana Impression Management (pengelolaan kesan) dari front stage
(panggung depan) peran PRO dalam upaya membentuk citra perusahaan?
1.4 Alasan Pemilihan Masalah
Adapun alasan penulis memilih permasalahan dalam penelitian kualitatif
ini adalah sebagai berikut :
1. Public Relations Officer sebagai salah satu profesi dimana citra sangat
berperan didalamnya, karena seorang PRO dianggap sebagai komunikator
yang handal dan sangat kredibel di bidangnya sehingga dituntut untuk
mempertahankan citra sebagai individu yang mempunyai intelektual yang
tinggi, kemampuan etika berbahasa yang bisa mempersuasi dan mampu
8
menjalin hubungan dan kerja sama yang baik dengan publik internal dan
eksternal perusahaan. Pengelolaan citra adalah inti dari mempelajari Ilmu
Public Relations yang menjadi jurusan kuliah penulis,
2. Impression Management (pengelolaan kesan) adalah sebuah usaha yang sudah
menjadi bagian dari pekerjaan seorang PRO sehari-hari untuk membentuk
citra diri (self image) dan citra perusahaan (corporate image),
3. Dalam pengelolaan kesan yang dilakukan ketika berperan sebagai seorang
PRO, tidak terlepas dari adanya sisi panggung belakang (back stage) dan
panggung depan (front stage) dari perspektif dramaturgi,
4. PT. PERTAMINA EP Region Jawa adalah perusahaan dengan deskripsi kerja
melakukan pengeboran minyak dan gas bumi di daerah-daerah (lokasi)
pedalaman seperti desa-desa (kampung) yang mana masyarakat masih awam
dengan jenis pekerjaan ini. Oleh karena itu peran PRO sangat dibutuhkan
untuk mengadakan sosialisasi guna menjelaskan apa maksud dan tujuan
perusahaan menggunakan sekitar wilayah mereka (warga desa) dan
menjelaskan dampak yang akan ditimbulkan akibat kegiatan pertambangan
perusahaan. Kesadaran atas dampak yang ditimbulkan di sekitar wilayah
pemukiman masyarakat desa tersebut, perusahaan merasa bertanggungjawab
pula atas kesejahteraan masyarakat, oleh karena itu, sudah menjadi tugas
seorang PRO-lah untuk memberikan bantuan kepedulian serta melakukan
pembinaan hubungan baik dengan masyarakat di sekitar wilayah operasi.
9
1.5 Tujuan Penelitian
Dalam penelitian kualitatif dengan pendekatan dramaturgi ini penulis
memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Impression Management (pengelolaan kesan) dari back
stage (panggung belakang) peran PRO dalam upaya membuat perencanaan
untuk membentuk citra perusahaan.
2. Untuk mengetahui Impression Management (pengelolaan kesan) dari front
stage (panggung depan) peran PRO dalam upaya membentuk citra
perusahaan.
1.6 Kegunaan Penelitian
Pembuatan penelitian dengan judul “Impression Management
(pengelolaan kesan) pada Aktivitas PRO dalam Upaya Merencanakan
Pembentukan Citra Perusahaan” ini memiliki kegunaan sebagai berikut :
Kegunaan Praktis :
1. Sebagai sarana untuk belajar bagi penulis agar dapat memberikan suatu
penelitian yang lebih baik di kemudian hari yang dapat berguna bagi semua
pihak.
2. Sebagai masukan bagi Humas UNISBA, yang berhubungan dengan
pengelolaan kesan, untuk dapat memperbaiki kualitas diri, kinerja dan
lembaga.
3. Penulis berharap penelitian ini dapat berguna khususnya bagi Ilmu Komunikasi
dan umumnya bagi Ilmu Sosial.
10
Kegunaan Teoritis :
1. Untuk mengetahui aplikasi dari Ilmu Metode Penelitian Kualitatif yang telah
didapatkan di bangku kuliah.
2. Mengungkap mengenai Impression Management (pengelolaan kesan).
3. Menjelaskan tentang Impression management (pengelolaan kesan) seorang
PRO dalam Perspektif Dramaturgis.
1.7 Pembatasan Masalah
Untuk membatasi ruang lingkup penelitian, maka penulis membuat
batasan masalah agar penelitian ini menjadi lebih fokus, yaitu :
1. Membahas tentang bagaimana Impression Management (pengelolaan kesan)
dari back stage (panggung belakang) peran PRO dalam upayanya membuat
serangkaian aktivitas perencanaan menuju panggung depan (front stage) untuk
membentuk citra perusahaan.
2. Membahas tentang bagaimana Impression Management (pengelolaan kesan)
dari front stage (panggung depan) peran PRO dalam upayanya membentuk
citra perusahaan.
3. Penulis ingin lebih fokus mengungkap hanya dari apa saja ide dan gagasan
yang telah pernah dibuat dan dilaksanakan oleh PRO semenjak Ia menjadi
Pegawai PERTAMINA EP Region Jawa hingga batas Bulan Juli 2010.
4. Public relations officer yang diteliti adalah seorang wanita bernama Andar Titi
Lestari, yang bekerja sebagai public relations internal dan data di Bagian
Hupmas Fungsi Legal&Relation.
11
5. Penelitian ini dilakukan dari Bulan Maret hingga Bulan Juli 2010 di PT.
PERTAMINA EP Region Jawa-Klayan, Cirebon.
6. Penulis mencoba membahas penelitian ini dengan menggunakan Metode
Penelitian Kualitatif dengan pendekatan Impression Management Dramaturgi
dari Teori Erving Goffman.
7. Lokasi penelitian bersifat kondisional, penulis ikut terjun langsung ke lapangan
melihat aktivitas kegiatan Andar Titi Lestari dalam bekerja di dalam dan
diluar kantor. Penulis juga beberapa kali mengikuti aktivitas Andar Titi Lestari
selama berada di dalam dan di luar rumah.
1.8 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran disini bukanlah untuk menguji teori, akan tetapi
dijadikan panduan atau landasan agar penelitian ini lebih terarah dan lebih fokus
kepada masalah yang akan diteliti.
Dalam penelitian ini, penulis akan berpedoman pada perspektif Teori dari
Erving Goffman, tokoh sosiolog asal Amerika yang terkenal dengan pendekatan
dramaturginya, di samping juga terdapat teori-teori pendukung dari tokoh-tokoh
sosiolog lain. Pendekatan Dramaturgi ingin mengungkap kehidupan sosial
seseorang, sebagai serangkaian aksi pertunjukkan drama di panggung. Goffman
mencoba menungkap sisi kehidupan manusia dalam panggung depan (front stage)
dan panggung belakang (back stage).
Manusia sebagai makhluk sosial, selalu ingin berinteraksi dengan manusia
lainnya sebagai suatu kebutuhan. Dalam interaksinya, manusia ingin
12
menunjukkan suatu gambaran diri berupa petunjuk-petunjuk tertentu yang akan
diterima orang lain. Upaya ini dinamakan pengelolaan kesan (impression
management), yakni “teknik-teknik yang digunakan aktor untuk memupuk kesan-
kesan tertentu dalam situasi tertentu untuk mencapai tujuan tertentu” (Mulyana,
2006 : 112).
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kesan adalah
simbol-simbol yang merepresentasikan makna yang dibangun oleh individu yang
berperan sebagai ‘aktor pertunjukkan’ tertentu. Simbol-simbol itu sendiri berupa
kata-kata, benda-benda, bahasa, sikap, tingkah laku dan lain sebagainya.
Interaksionisme simbolik mengarahkan perhatian pada interaksi antarindividu dan
bagaimana individu bisa mengerti apa yang orang lain katakan dan lakukan
kepada individu.
Ketika berinteraksi maka individu akan melakukan drama-drama
pengelolaan kesan tertentu yang akan ditafsirkan di benak publik. Makna-makna
tertentu akan tercipta dari sebuah pengelolaan kesan (impression management)
yang telah disiapkan sebelumnya, dengan tujuan untuk membentuk citra yang
positif. Melalui pemilihan kata yang digunakan, menjaga bahasa tubuh, perilaku
verbal dan non verbal, sampai pada pemilihan busana yang cocok dan sesuai
sebagai tampilan di depan panggung.
Selain membawakan peran dan karakter secara individu, aktor-aktor sosial
yang Goffman sebut sebagai “tim pertunjukkan” (performance team) juga
berusaha mengelola kesan orang lain terhadap kelompoknya, baik itu keluarga,
13
tempat bekerja, organisasi dan lain sebagainya yang mereka wakili. Mereka
berperan untuk bekerjasama dalam mensukseskan pertunjukan.
Public relations officer dalam upayanya mencapai tujuan, Ia akan
megelola kesan dengan menjalin hubungan baik kepada seluruh publik internal
dan eksternalnya, sehingga akan membentuk hingga meningkatkan citra yang
positif terhadap diri (self image) dan perusahaan (corporate image).
1.9 Narasumber (Subjek Penelitian)
Narasumber yang menjadi subjek penelitian penulis adalah seorang wanita
multi talented bernama Andar Titi Lestari, seorang internal public relations dan
data yang telah bekerja di PT. PERTAMINA EP Region Jawa-Cirebon selama
lebih dari 2,5 tahun. Dikatakan multi talented karena wanita yang selalu tampak
enerjik ini memang serba bisa. Andar adalah orang yang aktif, selain pintar
bernyanyi dan memasak, Ia juga senang berolahraga ekstrim seperti diving.
Wanita kelahiran 6 Agustus 1979 silam ini juga mendapat kepercayaan menjadi
MC untuk kegiatan dan acara perusahaan, mulai dari kegiatan hiburan sampai
acara sangat formal perusahaan. Meskipun baru bekerja selama 2,5 tahun lebih,
kredibilitasannya dalam bekerja sudah tidak diragukan lagi, selain aktif berperan
sebagai internal public relations dan data, banyak penugasan-penugasan khusus
jangka panjang dari atasan dan perusahaan untuk Andar, beberapa diantaranya
yaitu :
14
1. Bekerja dalam Tim Accesor/Auditor yang ditunjuk langsung oleh
PERTAMINA (PERSERO), bertugas untuk menilai dan mengevaluasi hasil
kinerja unit-unit lain dalam lingkup PERTAMINA.
2. Bekerja dalam Tim Kategori Kepemimpinan PQA, yang ditunjuk oleh GM
(General Manager) PERTAMINA EP Region Jawa melalui SDM, bertugas
untuk bekerjasama dengan GM PERTAMINA EP Region Jawa dalam
membuat, mengarahkan, memberi saran dan pendapat atas kinerja
kepemimpinan GM PERTAMINA EP Region Jawa.
Wanita yang lahir dan dibesarkan di Kota Metropilitan Jakarta ini
mengawali karirnya di PERTAMINA EP Region Jawa dengan menjabat sebagai
external public relations. Beliau adalah anak sulung dari 2 bersaudara lulusan
Sarjana Komunikasi Universitas Prof.Dr.Moestopo (BERAGAMA) Jakarta.
Sebelum bekerja di PT. PERTAMINA EP Region Jawa, wanita berdarah Jawa ini
mengawali karir di banyak bidang diantaranya beliau pernah bekerja di Event
Organizer, PR Consultant, Radio, Advertising dan lain-lain.
Seseorang yang cerdas, berwawasan luas dengan karakter yang supel
(mudah bergaul), enerjik, pemberani, easy going, percaya diri dan cekatan inilah
yang telah mengantarkan kredibilitas perusahaan terhadapnya, yang didukung
pula oleh segudang talenta dan kegiatan yang Ia miliki sebagai wanita yang masih
single. Begitu menariknya bagi penulis untuk meneliti seorang Andar Titi Lestari
karena melihat keunikan karakter yang dimiliki dan begitu besarnya talenta yang
Ia punya serta peran-peran yang bisa Ia mainkan dalam kehidupan ini.
15
1.10 Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif. Penelitian yang sifatnya kualitatif memberikan keleluasaan bagi penulis
untuk berinteraksi langsung dengan subjek yang diteliti. Tujuan penelitian ini
adalah bukan untuk menguji sebuah teori seperti penelitian kuantitatif, melainkan
dengan teori-teori yang telah ada, penelitian kualitatif berusaha untuk
mengembangkannya bahkan hingga dapat menciptakan teori-teori baru. Jadi,
teori-teori dalam penelitian kualitatif ini hanyalah sebagai landasan bagi penulis
untuk dipelajari dan selebihnya digunakan untuk mengembangkan serta
mengungkap semua yang terjadi dalam realitas kehidupan manusia.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2007 : 6).
Adapun pendekatan yang digunakan adalah dramaturgi yang menerapkan
metode pemecahan yang ilmiah dengan meneliti tentang peran yang mendukung
tentang Impression Management (pengelolaan kesan) pada diri seorang public
relations officer. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
a. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan atau studi literatur digunakan untuk memperoleh data yang
bersifat teoritis dengan mencari informasi tertulis yang sistematis dari berbagai
ahli yang dapat memperluas wawasan berpikir yang berhubungan dengan
16
masalah yang sedang diteliti. Hal ini relevan dengan apa yang dikemukakan
oleh Suharsimi Arikunto (1990 : 75) bahwa “kegiatan mendalami, mencermati,
menelaah dan mengidentifikasi pengetahuan itulah yang biasa disebut dengan
istilah mengkaji bahan pustaka atau disingkat dengan kaji pustaka atau telaah
pustaka (literatur review)”.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan penulis adalah mencari dan membaca
buku-buku, contoh skripsi dan tesis yang berkaitan dengan masalah yang
penulis teliti di perpustakaan UNISBA, di Palasari dan buku-buku milik kakak
dan saudara penulis. Buku-buku tersebut diantaranya adalah :
1. Buku Metodologi Penelitian Kualitatif tahun 2006 dari Deddy Mulyana
sebagai buku wajib (pedoman utama) karena mencakup seluruh teori
Dramaturgi mulai dari diri, impression management, interaksionisme
simbolik dan lain-lain.
2. Buku Public Relations tahun 1995 dari Frank Jefkins, Dasar-Dasar Public
Relations tahun 1993 dari Oemi Abdurrachman, Dasar-Dasar Public
Relations 2007 dari Neni Yulianita dan Etika Kehumasan sebagai buku
pegangan kedua karena mencakup mengenai seluruh konsep dan aplikasi
public relations.
3. Buku Komunikasi Antarmanusia tahun 1997 dari Joseph A. Devito,
Komunikasi Antarpribadi tahun 1997 dari Dr. Alo Liliweri dan Human
Communication sebagai buku dasar mengenai konsep-konsep komunikasi
dalam kehidupan antar manusia.
17
4. Dan masih banyak buku-buku penunjang lainnya yang melengkapi sebagai
landasan teori dari penelitian ini.
Kemudian penulis juga mencari dan membaca contoh skripsi dan tesis yang
berkaitan dengan masalah yang penulis teliti sebagai gambaran penulis dalam
penelitian ini. Contoh skripsi dan tesis yang penulis dapatkan di perpustakaan
UNISBA, diantaranya :
1. “Impression Management Public Relations Officer sebagai Upaya
Pembentukan Citra”, suatu studi Dramaturgi Public Relations Officer
melalui Hubungan Internal dan Eksternal dalam Konteks Komunikasi
Antarpribadi di Darul Hikam Bandung. Tesis yang ini diteliti oleh Indah
Kurniawati, Fakultas Ilmu Komunikasi Program Pasca Sarjana Universitas
Islam Bandung, pada tahun 2008.
2. “ Impression Management Dosen dalam Perspektif Dramaturgis”, suatu
studi kualitatif dengan pendekatan dramaturgi mengenai impression
management (pengelolaan kesan) pada diri dosen. Skripsi ini diteliti oleh
Anisa Hidayat, Jurusan Manajemen Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Bandung, pada tahun 2005.
3. Dan masih ada beberapa contoh skripsi lainnya yang berkaitan, yang
penulis baca dan pelajari sebagai gambaran dalam membuat penelitian ini.
b. Wawancara Mendalam
Wawancara yang dilakukan bisa berupa wawancara riwayat secara lisan.
Wawancara semacam ini dilakukan sedemikian rupa sehingga orang yang di
wawancarai berbicara terus-menerus, sedangkan penulis duduk mendengarkan
18
dengan baik, diselingi dengan sekali-kali mengajukan pertanyaan. Maksud
utamanya yaitu untuk merekonstruksi peristiwa masa lalu dan yang sedang
dikerjakan saat ini. Penulis juga dapat memperhatikan dan menilai secara
langsung bagaimana perilaku dan sikap key informan saat di wawancara.
Wawancara mendalam dilakukan dengan sumber-sumber terkait yaitu dengan
key informan dalam penelitian ini adalah Andar Titi Lestari itu sendiri dan
rekan-rekan sekerjanya yang berkaitan sebagai informan pelengkap.
Wawancara kepada informan-informan terkait bisa dilakukan dimana saja,
dalam keadaan formal seperti saat bekerja di kantor, saat melakukan kegiatan
bekerja di luar kantor, dan saat sedang santai seperti di rumah dan di tempat-
tempat nongkrong lainnya. Wawancara dilakukan secara terang-terangan
maupun terselubung. Hal ini sangat diperlukan dalam penelitian agar
mendapatkan kelengkapan data-data sesuai fakta dan apa adanya.
c. Pengamatan Berperan Serta
Pengamatan berperan serta yaitu berdasarkan keterlibatan langsung penulis
dalam mengamati dan berpartisipasi dalam banyak kegiatan subjek penelitian,
baik kegiatan kerja di kantor dan di luar kantor maupun kegiatan sehari-hari
subjek penelitian di luar kantor. Penulis berusaha mengakrabkan diri (berada
sedekat mungkin) dengan subjek penelitian guna mendapatkan data sesuai
kenyataan yang sebenarnya. Penulis ikut berpartisipasi dalam rutinitas subjek
penelitian baik mengamati apa yang Ia lakukan, mendengarkan apa yang Ia
katakan dan menanyai orang-orang lain disekitarnya mengenai beliau selama
jangka waktu tertentu, yang akhirnya sampai pada tahap penilaian.
19
d. Dokumentasi
Pengambilan data diperoleh melalui dokumen-dokumen (data-data) dari
perusahaan, seperti hasil-hasil pekerjaan dan yang sedang dikerjakan oleh
subjek penelitian, pengambilan gambar, seperti saat beliau sedang melakukan
kegiatannya di luar kantor, pencarian data terkait melalui internet, yaitu
mencari teori-teori seperti interaksionisme simbolik dan lain-lain. Pengambilan
data melalui dokumentasi ini juga sangat membantu penulis dalam melengkapi
penelitian skripsi ini.
1.11 Organisasi Karangan
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini terdiri atas pembahasan tentang Latar Belakang Masalah,
Rumusan Masalah, Pertanyaan Penelitian, Alasan Permmilihan Masalah,
Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian yang terdiri dari Kegunaan Praktis
dan Kegunaan Teoritis, Pembatasan Masalah, Kerangka Pemikiran,
Narasumber (Subjek Penelitian), Metode Penelitian dan Teknik
Pengumpulan Data serta Organisasi Karangan.
BAB II PENELITIAN TERDAHULU DAN TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini terdiri atas pembahasan tentang Penelitian Terdahulu beserta
Matriksnya, Public Relations Officer (Humas), Teori Komunikasi
Antarpribadi (Interpersonal Communication), Model Komunikasi
Antarpribadi (Hubungan Interpersonal), Tujuan Komunikasi
Antarpribadi, Teori Interaksi Simbolik Antarmanusia, Pendekatan
20
Dramaturgi dan Teori Impression Management (pengelolaan kesan),
Penggunaan Tim, Citra, Jenis-jenis Citra, Citra Diri (Self Image) dan
Citra Perusahaan (Corporate Image).
BAB III METODOLOGI DAN SUBJEK PENELITIAN
Pada bab ini terdiri atas pembahasan tentang Teori Penelitian Kualitatif,
Karakteristik Penelitian Kualitatif, Tahap-Tahap Penelitian Kualitatif
yang terdiri dari Tahap Pra-Lapangan dan Tahap Penelitian di Lapangan,
Pendekatan Dramaturgi, Data mengenai Subjek Penelitian yang terdiri
dari data Key Informan (Subjek Penelitian), data Key Informan
Pelengkap 1 dan data Key Informan Pelengkap 2.
BAB IV PEMBAHASAN
Pada bab ini terdiri atas pembahasan tentang Deskripsi Peran sebagai
PRO dan sebagai Pegawai PERTAMINA, Upaya PRO dalam
Merencanakan Pembentukan Citra Perusahaan, Impression Management
PRO pada Upaya Merencanakan Pembentukan Citra Perusahaan dalam
Dramaturgi dan Pembahasan Umum.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini penulis memaparkan Kesimpulan dan Saran yang terdiri
dari Saran Teoritis dan Saran Praktis yang didapat dari hasil penelitian.
21
BAB II
PENELITIAN TERDAHULU DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Pada bagian ini, penulis akan memaparkan sekilas bahwa pada penelitian
sebelumnya telah ada beberapa penelitian yang mengangkat mengenai masalah
yang penulis angkat, yaitu Penelitian Kualitatif dengan Pendekatan Dramaturgi
dan landasan Teori Impression Management (pengelolaan kesan).
Meskipun dalam pendekatan dan landasan teori yang dipakai sama, namun
tentu saja dalam kesempatan ini penulis ingin meneliti dalam masalah yang
berbeda, mengungkap realitas kehidupan manusia dari sisi-sisi lain yang belum
pernah ada. Adapun fungsi dari perujukan terhadap karya penelitian ini adalah
“ untuk membangun pembenaran (justifikasi) atas penelitian yang dilakukan,
yakni penelitian ini perlu dilakukan karena belum ada yang menelitinya.”
(Alwasilah, 2002 : 125)
Pada penelitian sebelumnya, penulis melihat bahwa ada beberapa peneliti
yang tertarik dan telah meneliti masalah komunikasi dalam pendekatan
Dramaturgi, khususnya dalam dunia pofesi. Berikut ini penulis akan menjabarkan
secara singkat beberapa judul penelitian yang berhubungan dengan dunia profesi,
yang penulis lihat dalam lingkungan terdekat penulis, yaitu masih dalam
lingkungan Universitas Islam Bandung, sebagai berikut :
Judul Penelitan : Impression Management Public Relations Officer
sebagai Upaya Pembentukan Citra
22
Sub Judul : Suatu Studi Dramaturgi Public Relations Officer melalui
Hubungan Internal dan Eksternal dalam Konteks
Komunikasi Antarpribadi di Darul Hikam Bandung.
Keterangan Peneliti : Tesis ini diteliti oleh Indah Kurniawati, Fakultas Ilmu
Komunikasi Program Pasca Sarjana Universitas Islam
Bandung, pada tahun 2008.
Fokus Penelitian : Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana pengelolaan
kesan untuk menciptakan citra ramah dan pengelolaan
kesan untuk membentuk citra islami, selain itu perilaku
verbal maupaun non verbal juga dimasukkan sebagai
penggolongan kategori perilaku, penggunaan bahasa dan
gaya bahasa digolongkan ke dalam simbol perilaku
verbal, sedangkan nada suara, gerakan dan isyarat tubuh,
penampilan serta ekspresi wajah dikategorikan ke dalam
bagian simbol nonverbal. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui bagaimana pengelolaan kesan dapat
membentuk citra serta kesan tersendiri bagi publik suatu
yayasan.
Judul Penelitian : Impression Management Dosen dalam Perspektif
Dramaturgis
Sub Judul : Suatu Studi Kualitatif dengan Pendekatan Dramaturgi
mengenai Impression Management (pengelolaan kesan)
pada diri dosen.
23
Keterangan Peneliti : Skripsi ini diteliti oleh Anisa Hidayat, Jurusan Manajemen
Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Bandung, yang ditulis pada tahun 2005.
Fokus Penelitian : Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana tindakan dari
personal front (peralatan untuk menampilkan diri) dan
untuk mengetahui kerangka perilaku yang terbentuk
dalam masyarakat atau lingkungan (social framework)
dalam impression management (pengelolaan kesan) pada
diri dosen.
24
2.1.1 Matriks Penelitian Terdahulu
NO Nama
Peneliti
Judul
Penelitian
Metode
Penelitian
Hasil
Penelitian
Posisi
Penulis
1 Indah
Kurniawati
Impression
Management
Public
Relations
Officer
sebagai Upaya
Pembentukan
Citra
Kualitatif,
pendekatan
dramaturgi dengan
teori impression
management PRO
Yayasan Darul
Hikam-Bandung
Impression management yang dilakukan
oleh PRO di Yayasan Darul Hikam
tersebut lebih banyak ketika Ia melakukan
interaksi dengan publiknya, terutama
dengan publik eksternal yang
dianggapnya memiliki peranan penting
dalam membentuk citra serta kesan yang
diinginkan. Pada kondisi front stage
perilakunya sangat kental dengan upaya-
upaya menarik perhatian publiknya, hal
itu terlihat saat Ia mengendalikan diri dan
situasi yang dikelola melalui nada suara,
penampilan, isyarat dan gerakan tubuh
serta ekspresi wajah yang sangat
terkendali. Namun ada pula hal-hal yang
tampak berbeda saat berada pada kondisi
Judul penelitian penulis adalah “Impression
Management Public Relations Officer dalam Upaya
Merencanakan Pembentukan Citra Perusahaan”
suatu Studi Kualitatif dengan Pendekatan
Dramaturgi mengenai Aktivitas PRO dalam Bekerja
di PT. PERTAMINA EP Region Jawa, sedangkan
judul penelitian Indah adalah “Impression
Management Public Relations Officer sebagai
Upaya Pembentukan Citra” suatu Studi Dramaturgi
Public Relations Officer melalui Hubungan Internal
dan Eksternal dalam Konteks Komunikasi
Antarpribadi di Darul Hikam Bandung.
Pada subjek penelitian Indah adalah seorang Public
Relations Bagian Internal dan Eksternal (sekaligus)
di Yayasan Darul Hikam Kota Bandung, yang
bekerja rangkap yaitu mengurusi seluruh publiknya
25
back stage, beberapa perilaku yang tidak
dilakukan di front stage misalnya, nada-
nada suara yang kurang terkendali,
ekspresi wajah yang dinamis, serta
penampilan yang apa adanya.
baik internal maupun eksternal. Sedangkan subjek
penelitian penulis disini adalah seorang Public
Relations Bagian Internal dan Data saja di PT.
PERTAMINA EP Region Jawa Kota Cirebon.
Jika fokus penelitian Indah meneliti bagaimana
pengelolaan kesan PRO sebagai upaya pembentukan
citra, yaitu untuk menciptakan citra ramah dan
membentuk citra islami yang dilihat dari wilayah
depan dan wilayah belakang, dengan mengungkap
perilaku verbal maupaun non verbal juga
dimasukkan sebagai penggolongan kategori
perilaku, penggunaan bahasa dan gaya bahasa
digolongkan ke dalam simbol perilaku verbal,
sedangkan nada suara, gerakan dan isyarat tubuh,
penampilan serta ekspresi wajah dikategorikan ke
dalam bagian simbol nonverbal, maka berbeda
dengan penulis yang mengambil fokus penelitian
jauh ke belakang sebelum ingin membentuk suatu
citra tertentu, yaitu pada bagaimana upaya-upaya
yang dilakukan PRO dalam membuat serangkaian
26
aktivitas perencanaan untuk membentuk citra
perusahaan. Perusahaan membutuhkan peran
seorang PRO untuk membuat dan melaksanakan
berbagai macam aktivitas perencanaan untuk
membentuk citra perusahaan yang tentu saja di
dalamnya terdapat usaha pengelolaan kesan yang
sengaja dibuat oleh seorang PRO. Pengelolaan kesan
pada wilayah depan meliputi berbagai aspek
komunikasi baik komunikasi verbal maupun non
verbal yang akan mengungkap simbol-simbol
komunikasi secara keseluruhan yang dilakukan oleh
PRO, sedangkan pada wilayah belakang ingin
mengungkap bagaimana persiapan dan rencana yang
dilakukan PRO untuk menuju wilayah depan. Disini
penulis ingin menunjukkan hal terpenting dalam
sebuah penelitian kualitatif, yaitu mengungkap
sebuah proses.
2 Anisa
Hidayat
Impression
Management
Dosen dalam
Kualitatif,
pendekatan
dramaturgi dengan
Setiap tindakan dari personal front
(peralatan yang digunakan untuk
menampilkan diri (appeareance, manner,
Judul penelitian penulis adalah “Impression
Management Public Relations Officer dalam Upaya
Merencanakan Pembentukan Citra Perusahaan”
27
Perspektif
Dramaturgis
teori impression
management
Dosen Planologi
UNPAS dan
Dosen Fakultas
Mesin ITENAS
dan setting) dalam pengelolaan kesan
yang dilakukan dosen, dikarenakan
adanya tujuan tertentu untuk membuat
kelancaran proses belajar-mengajar dan
terciptanya suasana belajar yang sangat
kondusif bagi kedua belah pihak.
Kemudian walaupun mereka dalam
mengelola kesan mempunyai tujuan yang
baik dan secara moral merasa
berkewajiban untuk memberikan
perubahan kualitas mengajar dan lebih
inovatif, akan tetapi tidak dapat diterima
dengan mudah mengingat adanya
kerangka perilaku yang terbentuk dalam
masyarakat atau lingkungan (social
framework), ini menunjukan bahwa ada
kalanya dalam pengelolaan kesan tidak
dapat merubah dengan mudah suatu
keadaan dan menunjukan suatu image
yang berbeda dari image yang sudah ada
suatu Studi Kualitatif dengan Pendekatan
Dramaturgi mengenai Aktivitas PRO dalam Bekerja
di PT. PERTAMINA EP Region Jawa, sedangkan
judul penelitian Anisa adalah “Impression
Management Dosen dalam Perspektif Dramaturgis”
Studi Kualitatif dengan Pendekatan Dramaturgi
mengenai impression management (pengelolaan
kesan) pada diri dosen.
Pada subjek penelitian Anisa adalah dua orang
dosen, yaitu Dosen Planologi UNPAS dan Dosen
Fakultas Mesin ITENAS Kota Bandung. Sedangkan
subjek penelitian penulis adalah seorang Public
Relations Internal dan Data PT. PERTAMINA EP
Region Jawa Kota Cirebon.
Jika fokus penelitian Anisa meneliti bagaimana
tindakan dari personal front (peralatan untuk
menampilkan diri) dan bagaimana kerangka perilaku
yang terbentuk dalam masyarakat atau lingkungan
(social framework) dari impression management
(pengelolaan kesan) pada diri dosen dengan
28
dikarenakan adanya social framework
yang sudah terbentuk lama. dari
impression management (pengelolaan
kesan) pada diri dosen.
mengungkap wilayah depan dan wilayah belakang
berdasarkan appeareance, manner dan setting serta
menganalisanya, maka berbeda dengan penulis yang
mengambil fokus bagaimana upaya-upaya yang
dilakukan PRO dalam membuat serangkaian
aktivitas perencanaan untuk membentuk citra
perusahaan yang mana akan penulis bahas
bagaimana Ia mengelola kesan pada wilayah depan
dan wilayah belakang dalam aktivitas perannya
sebagai PRO.
29
Dari apa yang penulis lihat dan temukan mengenai penelitian-penelitian
terdahulu, penulis tidak menemukan kesamaan subjek maupun fokus objek
penelitian dengan apa yang penulis teliti sekarang ini yaitu subjek penelitian
adalah seorang public relations internal dan data dan memfokuskan objek
penelitian pada bagaimana impression management dari panggung belakang (back
stages) seorang PRO dalam upayanya membuat serangkaian aktivitas perencanaan
menuju panggung depan (front stage) untuk membentuk citra perusahaan.
Dengan demikian, walaupun adanya persamaan dalam penggunaan tema,
metode dan pendekatan yang diangkat untuk diteliti, namun dengan adanya
perbedaan subjek dan fokus objek penelitian, diharapkan akan memberikan suatu
variasi yang menarik dalam penelitian kualitatif, serta penulis berharap akan ada
peneliti-peneliti baru (generasi penerus) yang membuat penelitian yang lebih baik
dari penelitian-penelitian yang pernah ada di kemudian hari.
2.2 Public Relations Officer (Humas)
Adanya peran public relations officer (humas) dalam sebuah perusahaan
sangatlah penting untuk menunjang kemajuan perusahaan. Kehidupan perusahaan
yang akan terus berkembang mengikuti masyarakat sebagai konsumennya yang
juga semakin dinamis menuntut sebuah perusahaan untuk menjalankan strategi-
strategi agar masyarakat menerima keberadaan perusahaan, mendukung, sampai
menggunakan secara terus-menerus produk atau jasa (layanan) perusahaan
tersebut. Jika telah sampai pada ketergantungan masyarakat terhadap perusahaan,
artinya masyarakat telah menaruh kepercayaan dan harapan besar terhadap
30
perusahaan dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat sehari-hari. Seperti yang
diungkapkan Howard Bonham, seorang Vice Chairman dalam American National
Red Cross, bahwa :
Public relations is the art of bringing about better public understanding which breeds greater public confidence for any individual or organization. Maksudnya, Public Relations adalah suatu seni untuk menciptakan pengertian publik yang lebih baik sehingga dapat memperbesar kepercayaan publik terhadap seseorang atau organisasi (Suhandang, 2004 : 44-45).
Oleh karena itu, selain kualitas barang atau jasa (layanan) yang harus terus
ditingkatkan, adanya jalinan hubungan baik kepada masyarakat adalah hal yang
sangat penting pula untuk dikembangkan, agar keberadaan perusahaan tetap
melekat di hati dan benak masyarakat. Disinilah peran orang-orang humas (PRO)
sangat dibutuhkan. Bertrand R. Canfield (1956 : 19) dalam bukunya Public
Relations, Principles Cases and Problems, mengemukakan bahwa fungsi Public
Relations adalah :
1. It should serve the public’s interest (mengabdi kepada kepentingan publik)
2. Maintain good communication (memelihara komunikasi yang baik)
3. Stress good morals and manners (menitikberatkan moral dan tingkah laku yang baik)
Perusahaan tidak hanya sekedar menjual produk atau jasa (layanan) saja
kepada publik kemudian mendapat keuntungan dari masyarakat dan begitu
seterusnya, namun masyarakat yang demokratis menginginkan adanya perhatian
lebih dari perusahaan untuk memenuhi kebutuhun-kebutuhan mereka yang lain.
Public relations officer (humas) menyadari betapa pentingnya membuat jalinan
31
komunikasi dan hubungan baik kepada masyarakat, agar tercapai rasa saling
pengertian dan saling mendukung untuk kemajuan dan kesejahteraan bersama.
PRO tidak hanya bekerja untuk menjalin hubungan baik dan
menjembatani informasi perusahaan dengan masyarakat dan stakeholders
eksternal lainnya, namun juga menjalin hubungan baik, menjembatani informasi,
menjadi komunikator pada kegiatan-kegiatan perusahaan, mencari solusi terhadap
masalah-masalah yang dihadapi sampai memenuhi kepentingan-kepentingan
publik internal perusahaan sendiri.
Pada intinya, kegiatan PRO bertujuan untuk mempengaruhi pendapat,
sikap, sifat dan tingkah laku publik dengan jalan menumbuhkan penerimaan dan
pengertian dari publik. Sebagai abdi masyarakat, PRO harus selalu
mengutamakan kepentingan publik atau masyarakat umumnya, menggunakan
moral atau kebiasaan yang baik, guna terpeliharanya komunikasi yang
menyenangkan di dalam masyarakat. Komunikasi yang baik didasarkan atas
strategi dan teknik berinteraksi yang mengarah pada terciptanya suatu keadaan
yang harmonis antara perusahaan dengan publiknya.
Jadi, inti dari tugas dari seorang PRO adalah menjalankan upaya-upaya
dalam menjalin hubungan yang baik, saling menguntungkan serta menanggapi
reaksi apapun dari publik (internal dan eksternal) sehingga mencapai suasana
yang menyenangkan, saling pengertian dan dukungan untuk mencapai tujuan
bersama. Publik perusahaan terbagi dua, yaitu :
32
a. Internal Public Relations
Kegiatan Public Relations ke dalam perusahaan diperlukan untuk memupuk
adanya suasana yang menyenangkan diantara para karyawan dalam bekerja.
Komunikasi antara bawahan dan atasan terjalin dengan akrab dan tidak kaku,
serta meyakini rasa tanggung jawab akan kewajibannya terhadap perusahaan.
Keserasian hubungan diantara para pegawai, baik vertikal maupun horizontal
diharapkan akan memperkuat kerja tim dalam perusahaan.
Tujuan dibinanya hubungan dengan publik internal adalah untuk menciptakan hubungan baik yang harmonis, dalam rangka memperoleh kesediaan kerjasama (cooperation) diantara orang-orang yang menjadi bagian dari perusahaan serta memungkinkan orang-orang tersebut untuk ikut berpartisipasi dan berprestasi lebih tinggi dengan mendapatkan kepuasan dari hasilnya (Yulianita, 2007 : 59).
Oleh karena itu adalah tugas seorang PRO untuk menyelenggarakan
komunikasi yang sifatnya informatif dan persuasif. Adanya sebuah tuntutan
profesionalisme seorang PRO dalam bekerja, mengharuskannya untuk
bersikap dan bertindak adil, jujur dan cekatan dalam memenuhi kepentingan
publik-publiknya.
Internal public relations yang baik adalah yang memperlakukan tiap karyawan dengan sikap yang sama, tanpa membeda-bedakan tingkat pendidikan, juga bertindak adil, tidak memihak suatu golongan,jujur dan bijaksana, sebab setiap anggota mulai dari pemimpin sampai dengan pesuruh merupakan bagian dari keseluruhan badan itu (Abdurrachman, 1993 : 35-37).
b. Eksternal Public Relations
Bagi sebuah perusahaan, hubungan dengan publik luar merupakan suatu
keharusan yang mutlak. Hubungan yang harmonis dan baik dapat tercapai
33
hanya dengan pengertian yang ikhlas, tidak dengan paksaan, apalagi
hubungan itu berkembang dalam masyarakat yang demokratis. Komunikasi
dengan publik eksternal hendaknya juga dilakukan secara informatif dan
persuasif, karena publik berhak untuk mengetahui suatu keadaan yang
berhubungan dengan kepentingannya. Hubungan eksternal tidak hanya ke
masyarakat, tetapi juga kepada pemerintah, aparatur negara, perusahaan dan
industri serta lembaga terkait lainnya, untuk menciptakan relasi dan
kesinergisan dalam membangun dan mengembangkan bisnis perusahaan.
Sebagai suatu profesi, di dalam melaksanakan tugas-tugasnya PRO seperti
juga profesi-profesi lainnya, baik dalam bidang pemerintahan maupun bidang
sosial, perusahaan tidak boleh lepas dari yang namanya faktor integrity
(integritas) sebagai landasan utamanya. Ini sesuai dengan apa yang dikemukakan
dalam Buku Howard Stephenson Handbook of Public Relations, yang
mengartikan suatu profesi sebagai “the practice of a skilled art or service based
on training, a body of knowledge and adherence to agree on standards of ethics”
(Abdurrachman, 1993 : 17).
Sehubungan dengan sifat profesi dan sifat publiknya, maka public
relations officer harus memperhatikan dan menjaga tingkah lakunya, bahkan
kehidupan pribadinya, karena hal ini dapat membawa suatu dampak bagi
perusahaan. Dalam situasi bagaimanapun, public relations officer harus tetap
mengindahkan kepentingan kelompok atau organisasi yang melayani kepentingan
publik. Seorang PRO wajib menghormati dan mentaati janji dan
“enggagements”, selalu bertindak jujur dan loyal, agar mereka tetap mendapat
34
kepercayaan publik. Ada empat hal yang menjadi prinsip tujuan public relations
secara universal, yaitu :
1. Menciptakan citra yang baik, 2. Memelihara citra yang baik, 3. Meningkatkan citra yang baik 4. Memperbaiki citra jika citra organisasi kita menurun atau rusak
(Yulianita, 2007 : 43).
Posisi Humas sangatlah strategis untuk membentuk citra pimpinan dan
perusahaan yang dinaunginya. Untuk membentuk citra yang positif, PRO
diharuskan membangun komunikasi secara sinergis terhadap berbagai lembaga
dan elemen masyarakat termasuk dengan jajaran pers. “Citra ialah seperangkat
impresi atau gambaran seseorang atau sekelompok orang mengenai suatu obyek
bersangkutan” (David A. Aaker dan John G. Myers dalam Shahandra Hanitiyo,
2008). Oleh karena itu, PRO harus dapat memposisikan diri sebagai penyambung
lidah antara masyarakat dan perusahaan.
Peran Humas ditengarai memiliki fungsi penguatan dalam bidang
kelembagaan. Humas cepat bergerak menguasai semua teknologi komunikasi dan
tentu saja mensinergiskannya dengan media tradisional. Diperlukan kompetensi
dalam menjalankan posisi sebagai Humas, citra dan transparansi, keduanya
menjadi tanggung jawab Humas baik kepada perusahaan maupun masyarakat.
Humas harus berada di posisi penting dan fungsional dalam struktur
lembaga untuk menjaga citra dari instansi yang bersangkutan. Kemudahan akses
dari pucuk pimpinan akan membuat Humas lebih efektif dan mampu
mengakomodasikan kepentingan lembaga. Selama ini Humas masih sering
35
ditempatkan pada posisi yang marginal. Humas baru terlihat meriah jika instansi
yang bersangkutan mengadakan acara. Posisi humas sebenarnya sangatlah penting
adanya, karena dewasa ini masyarakat sudah semakin kritis terhadap setiap
produk yang dikeluarkan oleh perusahaan.
Tidak hanya terbatas pada hal itu saja, public relation officer juga harus
berperan sebagai pembangun citra (image building institusion) serta berkewajiban
untuk menerangkan atau melakukan layanan informasi (obligation to tell) sebagai
upaya pemenuhan hak publik dalam mengetahui kebijakan perusahaan (right to
know).
“Action speak louder than words” (Cutlip, Center & Broom, 2006).
Artinya, peran public relation officer perusahaan disini dimaksudkan tidak hanya
sebagai penyambung lidah antara publik internal kepada publik eksternal saja,
melainkan juga untuk membantu manajemen perusahaan, memberikan alternatif
pemecahan masalah, menjadi fasilitator komunikasi yang menjembatani
perusahaan dengan penerima layanan dan kewajiban untuk memberikan
penerangan dalam rangka pemenuhan kebutuhan informasi publik.
2.3 Komunikasi Antarpribadi ( Interpersonal Communication)
Komunikasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah komunikasi
antarpribadi (interpersonal communication), sebagai bagian dari kegiatan
komunikasi yang dilakukan antara PRO dengan orang-orang di dalam perusahaan
(publik internal) dan orang-orang di luar perusahaan (publik eksternal) yang
memerlukan komunikasi secara langsung tatap muka, dimana pada saat itulah
36
impression management (pengelolaan kesan) PRO berlangsung dan disaat itu pula
publik sebagai komunikan melihat dan menilai sampai membangun sebuah citra
diri (self image) PRO dan citra perusahaan (corporate image).
Pergaulan antarmanusia merupakan salah satu bentuk peristiwa
komunikasi dalam masyarakat. Di antara manusia yang saling bergaul, ada yang
saling berbagi informasi, ada pula yang membagi gagasan dan sikap. Dalam
pergaulan antarmanusia selalu terjadi proses penyesuaian pikiran, penciptaan
simbol yang mengandung suatu pengertian bersama. Dalam prosesnya yang tatap
muka, kemampuan seseorang dalam berbahasa baik secara verbal maupun non
verbal menjadi faktor utama dalam keberhasilan komunikasi antarpribadi.
Menurut Joseph A. Devito, komunikasi antarpribadi adalah “ proses pengiriman
dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil
orang-orang dengan beberapa efek dan umpan balik seketika” (Effendy, 2003 :
60).
Pentingnya situasi komunikasi antarpribadi ialah karena prosesnya
memungkinkan komunikasi berlangsung secara dialogis. Dialog adalah bentuk
komunikasi antarpribadi yang menunjukkan terjadinya interaksi. Komunikasi
yang dialogis dilakukan agar tercipta saling pengertian bersama (mutual
understanding) dan empati. Disinilah timbul rasa saling menghormati bukan
disebabkan karena status sosial ekonomi, melainkan didasarkan pada anggapan
bahwa manusia wajib, berhak, pantas dan wajar untuk dihargai dan dihormati
sebagai manusia yang mempunyai hati nurani.
37
Sifat dialogis itu ditunjukkan melalui komunikasi lisan (bahasa verbal)
dalam percakapan antarindividu dengan umpan balik yang langsung. Jadi
komunikator dapat mengetahui dengan pasti apakah pesan-pesan yang Ia kirimkan
itu diterima atau ditolak dan berdampak positif atau negatif, dari tanggapan yang
diantaranya berupa ekspresi wajah dan gaya berbicara.
Oleh karena keefektifan dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini dan
perilaku komunikan itulah, maka komunikasi antarpribadi seringkali
dipergunakan dalam menjalankan komunikasi persuasif (persuasive
communication), yakni suatu teknik komunikasi yang sifatnya halus, luwes berupa
ajakan, bujukan atau rayuan. Konteks komunikasi antarpribadi ini biasa dilakukan
dalam komunikasi antara orangtua dan anak, atasan dan bawahan, pegawai
dengan rekan sejawatnya, pedagang dan pembeli, suami dan isteri, komunikasi di
ruang rapat, dosen dan mahasiswa di kelas dan lain sebagainya yang terjalin
antara dua orang atau sekelompok kecil orang secara tatap muka.
2.3.1 Model Komunikasi Antarpribadi (Hubungan Interpersonal)
Ada beberapa model (jenis) dalam hubungan antarpribadi sebagai
ragam bentuk motif manusia dalam berhubungan dengan manusia lainnya
yang abstrak. Coleman dan Hammen dalam Buku Psikologi Komunikasi
karangan Jalaluddin Rakhmat mengungkap empat model dalam hubungan
antarpribadi, yaitu :
1. Model Pertukaran Sosial (social exchange model) Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya. Asumsi dasar model ini adalah bahwa setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup
38
memuaskan ditinjau dari segi ganjaran, biaya, laba dan tingkat perbandingan.
2. Model Peranan (role model) Model peranan melihat hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memainkan peranannya sesuai dengan “naskah” yang telah dibuat masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertindak sesuai dengan ekspedisi peranan (role expectation) dan tuntutan peran (role demands), memiliki keterampilan peranan (role skills) dan terhindar dari konflik peranan dan kerancuan peranan.
3. Model Permainan (the “games people play” model) Dalam model ini, orang-orang berhubungan dalam bermacam-macam permainan. Mendasari permainan ini adalah tiga bagian kepribadian manusia – Orang Tua, Orang Dewasa dan Anak (Parent, Adult, Child). Dalam hubungan interpersonal, kita menampilkan salah satu aspek kepribadian kita (Orang Tua, Orang Dewasa dan Anak) dan orang lain membalasnya dengan saling mengisi dari salah satu aspek tersebut juga.
4. Model Interaksional (interactional model) Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem dengan sifat-sifatnya. Untuk menganalisanya, kita harus melihat pada karakteristik-individu-individu yang terlibat, sifat-sifat kelompok dan sifat-sifat lingkungan. Setiap hubungan interpersonal harus dilihat dari tujuan bersama, metode komunikasi, ekspektasi dan pelaksanaan peranan, serta permainan yang dilakukan. Singkatnya, model interaksional mencoba menggabungkan model pertukaran, peranan dan permainan.
Komunikasi antarpribadi yang efektif mensyaratkan kita untuk
lebih memahami orang lain. Memahami orang lain bertujuan untuk
mengurangi ketidakpastian (uncertainty reduction) dan perbandingan
sosial (social comparison), terutama bagi orang lain yang baru saling
mengenal. Upaya untuk mempengaruhi persepsi orang lain terhadap diri
kita telah membuat kita menerapkan sejumlah strategi impression
management yang mengungkapkan bahwa orang cenderung untuk
mengarahkan persepsi orang lain terhadap dirinya. Hubungan antarpribadi
memainkan peran sangat penting dalam membentuk kehidupan kita karena
39
sifat interaksinya yang tatap muka. Khususnya dalam hal ini adalah
pentingnya hubungan antarpribadi untuk memainkan peran seorang PRO
dalam bekerja menghadapi publiknya.
2.3.2 Tujuan Komunikasi Antarpribadi
Seperti komunikasi pada umumnya yang dilakukan oleh setiap
manusia tentunya memiliki tujuan-tujuan tertentu, demikian pula halnya
dengan komunikasi antarpribadi yang dilakukan antaramanusia ini, paling
tidak tujuannya adalah untuk mempengaruhi orang lain agar bertindak
sesuai dengan keinginannya. Devito (1997) mengemukakan beberapa
tujuan dalam komunikasi antarpribadi sebagai berikut :
1. Personality Discovery (penemuan diri) Belajar mengenal diri sendiri dan orang lain. Melalui komunikasi antarpribadi setiap orang dapat lebih mengenal dirinya. Hal itu diperoleh dari respons-respons yang diberikan oleh teman berkomunikasinya. Melalui komunikasi antarpribadi yang intensif, seseorang akhirnya dapat menyadari bagaimana dirinya. Demikian juga melalui komunikasi ini, seseorang dapat lebih mengenal diri orang lain khususnya lawan bicaranya. Melalui komunikasi antarpribadi, pesan verbal dan nonverbal lebih mudah untuk dimaknai karena intensitas komunikasi tatap muka langsung.
2. Discovery of The External World (menemukan dunia luar) Informasi yang diperoleh melalui media massa berinteraksi dengan informasi yang diperoleh melalui interaksi komunikasi antarpribadi. Banyak informasi yang diperoleh dari berbagai media komunikasi dapat juga digali lebih dalam melaui komunikasi antarpribadi dengan orang-orang yang ahli atau kompeten di bidang yang diminati untuk dibicarakan. Melalui komunikasi antarpribadi pada akhirnya akan diketahui banyak hal yang berkaitan dengan dunia kita.
3. Establishing Meaningful Relationship (membina hubungan yang berarti) Melakukan komunikasi antarpribadi berarti memelihara hubungan sosial antarmanusia, karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Hubungan sosial yang baik dapat terbina dengan selalu menjaga komunikasi antarpribadi, sehingga komunikasi antarindividu ini dapat
40
menjadi embrio bagi hubungan manusia yang lebih luas, lebih dalam dan lebih berarti lagi.
4. Changing Attitudes and Behaviour (merubah sikap dan perilaku) Komunikasi antarpribadi bertujuan untuk merubah sikap dan perilaku seseorang untuk berbuat sesuatu, membeli produk tertentu, meyakinkan bahwa sesuatu itu salah atau benar. Komunikasi antarpribadi efektif dalam mempengaruhi seseorang karena dalam proses komunikasi terjadi interaksi yang melibatkan intensitas emosional yang tinggi. Totalitas pesan verbal dan nonverbal yang disampaikan dalam komunikasi antarpribadi ini memungkinkan seseorang dapat memprediksi pesan seperti apa yang dapat diterima oleh teman berkomunikasinya.
Di dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, hubungan antarpribadi
memainkan peran sangat penting bahkan bisa menjadi faktor utama dalam
mengembangkan diri seorang individu, lebih jauh lagi dalam membentuk
kehidupan masyarakat. Terutama ketika hubungan antarpribadi itu mampu
memberi dorongan kepada seseorang yang berhubungan dengan perasaan,
pemahaman informasi, dukungan dan berbagai bentuk komunikasi yang
mempengaruhi citra diri seseorang serta juga dapat membantu individu
dalam memahami harapan-harapan orang lain.
2.4 Interaksi Simbolik Antarmanusia
Kehidupan seorang manusia akan hampa dan tidak akan berkembang
menjadi lebih baik tanpa kehadiran orang lain sebagai teman atau lawan
komunikasinya. Dengan kata lain, tanpa ada manusia lain dalam kehidupan ini,
maka tidak akan ada kehidupan di dunia ini. Adanya interaksi antarmanusia
menandakan adanya kehidupan sebagai kebutuhan utama manusia yang tidak bisa
tidak berkomunikasi dengan orang lain.
41
“Esensi interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri khas
manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna” (Mulyana,
2006 : 68). Hal ini akan berkaitan dengan pemeranan karakter dari seorang
individu tertentu. Pembahasan mengenai ini penting karena interaksi simbolik
tidak luput dari aktivitas manusia yang saling berkomunikasi dengan manusia
lainnya, khususnya dalam hal ini dalam pembahasan manusia dalam dramaturgi.
Interaksionisme simbolik mempelajari sifat interaksi yang merupakan
kegiatan sosial dinamis manusia. Oleh karena individu terus berubah, maka
masyarakat pun ikut berubah melalui interaksi. Jadi, interaksilah yang dianggap
komponen terpenting dalam menentukan dan membentuk perilaku manusia, bukan
karena struktur masyarakat. Struktur itu sendiri tercipta dan berubah karena
adanya interaksi manusia, yaitu ketika individu-individu saling bertukar pikiran
dan bertindak secara aktif terhadap objek-objek yang ada di sekelilingnya.
Perspektif interaksi simbolik berusaha memahami perilaku manusia dari sudut pandang subjek. Perspektif ini menyarankan bahwa perilaku manusia harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku mereka dengan mempertimbangkan ekspektasi orang lain yang menjadi mitra interaksi mereka. Definisi yang mereka berikan kepada orang lain, situasi, objek dan bahkan diri mereka sendirilah yang menentukan perilaku mereka. Perilaku mereka tidak dapat digolongkan sebagai kebutuhan, dorongan impuls, tuntutan budaya atau tuntutan peran. Manusia bertindak hanya berdasarkan definisi atau penafsiran mereka atas objek-objek di sekeliling mereka (Mulyana, 2006 : 70).
Kehidupan sosial pada dasarnya adalah interaksi manusia dengan
menggunakan simbol-simbol. Teori interaksi simbolik membahas tentang cara
manusia menggunakan simbol-simbol yang merepresentasikan makna dan apa
yang manusia maksudkan untuk berkomunikasi dengan sesamanya dan juga
42
pengaruh yang ditimbulkan atas penafsiran simbol-simbol tersebut terhadap
perilaku pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi sosial, seperti yang diringkas
oleh Deddy Mulyana dalam Bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif berikut ini:
Pertama, individu merespons suatu situasi simbolik. Mereka merespons lingkungan, termasuk objek fisik (benda) dan objek sosial (perilaku manusia) berdasarkan makna yang dikandung komponen-komponen lingkungan tersebut bagi mereka. Kedua, makna adalah produk interaksi sosial, karena itu makna tidak melekat pada objek, melainkan dinegosiasikan melalui penggunaan bahasa. Negosiasi itu dimungkinkan karena manusia mampu menamai segala sesuatu, bukan hanya objek fisik, tindakan atau peristiwa (bahkan tanpa kehadiran objek fisik, tindakan atau peristiwa itu), namun juga gagasan yang abstrak. Ketiga, makna yang diinterpretasikan individu dapat berubah dari waktu ke waktu, sejalan dengan perubahan situasi yang ditemukan dalam interaksi sosial. Perubahan interpretasi dimungkinkan karena individu dapat melakukan proses mental, yakni berkomunikasi dengan dirinya sendiri. Manusia membayangkan atau merencanakan apa yang akan mereka lakukan (Mulyana, 2006 : 71-72).
Dari ketiga dasar dalam pemaknaan interaksi simbolik diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa manusia dalam menjalankan aktivitasnya terhadap manusia
lain pasti memiliki tujuan-tujuan tertentu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
dan keinginan-keinginan mereka sebagai hal yang wajar memiliki hasrat yang
lumrah dan hati nurani sebagai manusia. Lebih jauh manusia dalam mewujudkan
tujuan-tujuannya tersebut menyebabkan timbulnya proses pengambilan peran
tertutup (covert role taking), meskipun hal itu tidak teramati. Oleh karena itu,
kaum interaksionisme simbolik mengakui adanya tindakan tertutup dan terbuka
sebagai motif tindakan manusia dan menganggap tindakan terbuka sebagai
kelanjutan dari tindakan tertutup.
43
Disisi lain, sebelum manusia bisa berpikir, manusia membutuhkan bahasa.
Bahasa menjadi komponen utama dalam berkomunikasi secara simbolik. Bahasa
sebenarnya bukan hanya sebagai ‘alat pertukaran pesan’ semata, tetapi
interaksionisme simbolik melihat posisi bahasa lebih sebagai seperangkat ide
yang dipertukarkan kepada pihak lain secara simbolik. Perbedaan penggunaan
bahasa pada akhirnya juga menentukan perbedaan cara berpikir manusia tersebut.
Contoh sederhana adalah cara pikir orang yang berbahasa Indonesia berbeda
dengan cara berpikir orang yang berbahasa Jawa. Begitu pula orang yang
berbahasa Indonesia akan berbeda cara berpikirnya dengan orang yang berbahasa
Inggris.
Akan tetapi, walaupun pemaknaan suatu bahasa banyak ditentukan oleh
konteks atau konstruksi sosial, seringkali interpretasi individu sangat berperan di
dalam memodifikasi simbol yang ditangkap dalam proses berpikir tersebut dan
dilontarkan ke dalam interaksinya. George Herbert Mead berpendapat bahwa :
Cara manusia mengartikan dunia dan dirinya sendiri berkaitan erat dengan masyarakatnya, yakni melihat pikiran (mind) dan dirinya (self) menjadi bagian dan perilaku manusia, yaitu bagian interaksinya dengan orang lain. Interaksi itu membuat Ia mengenal dunia dan dirinya sendiri, pikiran dan masyarakat (society) atau proses-proses interaksi (Ruslan, 2001 : 28).
2.4.1 Pendekatan Dramaturgi dan Impression Management
(pengelolaan kesan)
Inilah inti pokok bahasan yang akan diungkap dalam penelitian ini.
Dramaturgi membahas mengenai pandangan atas kehidupan sosial sebagai
suatu rangkaian pertunjukkan drama yang mirip seperti pertunjukan drama
44
di atas panggung teater. Pendekatan Dramaturgi dari Erving Goffman ini
berintikan bahwa, ketika manusia berinteraksi dengan sesamanya, manusia
(ingin) melakukan pengelolaan kesan (impression management) yang Ia
harapkan tumbuh pada benak orang lain untuk dirinya. Kesan yang
diberikan oleh orang lain terhadap dirinya berdasarkan sikap dan perilaku
yang Ia tunjukkan, baik secara sengaja maupun spontan. Dalam pengantar
bukunya, The Presentation of Self in Everyday Life, Goffman membahas :
Cara individu menampilkan dirinya sendiri dan aktivitasnya kepada orang lain, cara Ia memandu dan mengendalikan kesan yang dibentuk orang lain terhadapnya dan segala hal yang mungkin atau tidak mungkin Ia lakukan untuk menopang pertunjukkannya di hadapan orang lain (Mulyana, 2006 : 107).
Pendekatan Dramaturgi sebagai salah satu jenis bahasan dalam
interaksionisme simbolik sering menggunakan konsep ‘peran sosial’
ketika menganalisis peran seseorang dalam interaksi sosial yang dipinjam
dari khasanah teater. Peran adalah “ ekspektasi yang didefinisikan secara
sosial yang dimainkan seseorang dalam suatu situasi untuk memberikan
citra tertentu kepada khalayak yang hadir” (Mulyana, 2006 : 108-109).
Menjadi seorang public relations officer berarti memainkan suatu
peran tertentu di depan seluruh karyawan perusahaan (publik internal)
maupun di depan khalayak di luar perusahaan (publik eksternal) yang
terdiri dari tindakan-tindakan tertentu yang dikemas sedemikian rupa,
dipersiapkan dan direncanakan secara baik agar bisa mendapatkan kesan
dan citra yang positif terhadap nama perusahaan yang dibawanya.
45
Dalam memelihara citra diri, seseorang seolah tertuntut untuk
selalu melakukan ‘pertunjukan’ (performance) kepada orang lain. Misi
kaum dramaturgis adalah menganjurkan kepada orang-orang yang
berpartisipasi dalam interaksi ‘pertunjukkan’ tersebut untuk membuka
topeng para pemainnya dengan maksud untuk memperbaiki kinerja
mereka. Makna atas suatu simbol, penampilan atau perilaku sepenuhnya
bersifat serbamungkin, sementara dan situasional, maka fokus pendekatan
dramaturgi adalah bukan apa yang orang lakukan, apa yang ingin mereka
lakukan, atau mengapa mereka melakukan, melainkan bagaimana cara
mereka melakukannya.
Ketika seorang public relations officer berada di lingkungan
teman-teman ‘sepermainan’ di luar pekerjaannya, maka Ia memainkan
peran sebagai seorang manusia yang mungkin bertindak dan bersikap
secara tidak terkontrol atau sembrono atau berbusana seenaknya sesuai
dengan karakater dan kebiasaannya yang tidak dituntut peran-peran formal
seperti di dalam pekerjaannya. Inilah cara bagaimana sang aktor
berperilaku, bergantung pada peran sosialnya dalam situasi tertentu.
Goffman membagi kehidupan sosial menjadi “wilayah depan” (front region) dan “wilayah belakang” (back region). Wilayah depan merujuk kepada peristiwa sosial yang memungkinkan individu bergaya atau menampilkan peran formalnya. Mereka seperti sedang memainkan suatu peran diatas panggung sandiwara di hadapan khalayak penonton. Sebaliknya, wilayah belakang merujuk kepada tempat dan peristiwa yang memungkinkannya mempersiapkan perannya di wilayah depan. Wilayah depan ibarat panggung sandiwara bagian depan (front stage) yang ditonton khalayak penonton, sedangkan wilayah belakang ibarat panggung sandiwara bagian belakang (back stage) atau kamar rias tempat pemain sandiwara bersantai, mempersiapkan diri atau berlatih
46
untuk memainkan perannya di panggung depan (Mulyana, 2006 : 114).
Manusia sebagai makhluk sosial, ‘haus’ akan aktivitas berinteraksi
dengan manusia lainnya. Dalam manusia berinteraksi, Ia ingin
memperlihatkan suatu gambaran dirinya yang akan diterima orang lain.
Dalam pendekatan dramaturgi, upaya ini dinamakan pengelolaan kesan
(impression management), yakni “ teknik-teknik yang digunakan aktor
untuk memupuk kesan-kesan tertentu dalam situasi tertentu untuk
mencapai tujuan tertentu” (Mulyana, 2006 : 112).
Dalam proses pengelolaan kesan, manusia berusaha menampilkan
petunjuk-petunjuk tertentu untuk menimbulkan kesan tertentu di benak
orang lain, dari petunjuk-petunjuk yang diberikan individu kepada orang
lain itulah akan tercipta suatu penilaian terhadap dirinya dan dengan hasil
itu orang lain memperlakukan individu tersebut. Segala sesuatu yang
terbuka mengenai diri kita sendiri dapat digunakan untuk memberi tahu
orang lain siapa kita dan itu kita lakukan secara sengaja ataupun spontan
dari situasi ke situasi.
Cara seorang public relations officer berpenampilan dan
berperilaku ketika rapat dengan para manajer perusahaan akan berbeda
dengan cara Ia berpenampilan dan berperilaku dengan teman-teman
‘sepermainan’nya di luar kantor. Pendek kata, kita ‘mengelola’ informasi
yang akan kita berikan kepada orang lain.
Kita mengendalikan pengaruh yang akan ditimbulkan dari busana kita, penampilan kita dan kebiasaan kita terhadap orang lain supaya orang lain memandang kita sebagai orang yang ingin kita
47
tunjukkan. Kita sadar bahwa orang lainpun berbuat hal yang sama terhadap kita. Jadi diri kita bukan hanya sebagai pelaku, tetapi sekaligus juga sebagai khalayak (Mulyana, 2006 : 112).
Goffman berpendapat bahwa, karena dalam interaksinya sang
‘aktor’ berusaha menampilkan diri mereka sebaik dan sesempurna
mungkin di dalam ‘pertunjukan’ mereka di atas panggung, maka mereka
merasa bahwa harus menyembunyikan hal-hal tertentu untuk
menyempurnakan aksi pertunjukkan mereka. Hal-hal tersebut adalah :
Pertama, aktor mungkin ingin menyembunyikan kesenangan-kesenangan tersembunyi, seperti meminum minuman keras, yang dilakukan sebelum pertunjukan atau kehidupan masa lalu. Kedua, aktor mungkin ingin menyembunyikan kesalahan yang dibuat saat persiapan pertunjukan, juga langkah-langkah yang diambil untuk memperbaiki kesalahan tersebut. Ketiga, aktor mungkin merasa perlu menunjukkan hanya produk akhir dan menyembunyikan proses memproduksinya. Keempat, aktor mungkin perlu menyembunyikan “kerja kotor” yang dilakukan untuk membuat produk akhir itu dari khalayak. Kelima, dalam melakukan pertunjukan tertentu, aktor mungkin harus mengabaikan standar lain. Akhirnya, aktor mungkin perlu menyembunyikan hinaan, pelecehan, atau perundingan yang dibuat sehingga semua fakta tersebut dapat tersembunyikan dari khalayak dan pertunjukan dapat berlangsung. (Mulyana, 2006 : 116)
Beberapa alasan diatas menjadi pertimbangan ‘aktor’ dalam
usahanya melakukan pengelolaan kesan ketika ‘memainkan’ suatu peran
di atas ‘panggung’ kehidupan ini. Presentasi diri yang ditampilkan
individu di atas panggung merupakan suatu hasil penyajian diri yang
kolektif. Artinya, individu melakukan berbagai macam pengaturan,
penampilan dan cara berinteraksi untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang dihadapinya dan menyembunyikan hal-hal yang bisa
‘merusak’ kesan diri yang ingin Ia wujudkan tersebut.
48
2.4.2 Penggunaan Tim
Selain fokus penelitian pada diri individu, Goffman juga
mengemukakan tentang masalah kelompok atau apa yang Ia sebut sebagai
tim dalam upaya manusia menciptakan kesan terhadap orang lain. Selain
membawakan peran dan karakter secara individu, ‘aktor-aktor’ sosial yang
Goffman sebut sebagai “tim pertunjukan” (performance team) juga
berusaha mengelola kesan orang lain terhadap kelompoknya, baik itu
keluarga, tempat bekerja, organisasi dan lain sebagainya yang mereka
wakili.
Sebelum berangkat menuju panggung depan, para anggota tim
biasanya akan selalu melakukan latihan (rehearsal) terlebih dahulu tanpa
kehadiran khalayak, agar dalam pertunjukan yang sebenarnya semua kesan
yang baik dan positif dapat terpelihara. Mereka mempersiapkan
perlengkapan pertunjukan, bahkan sampai pada jalannya pertunjukan pun
juga dengan matang. Setiap anggota harus saling mendukung, bila perlu
memberi arahan lewat isyarat nonverbal, seperti isyarat mata dan tangan
agar pertunjukan semakin dekat pada keberhasilan.
2.5 Citra
Citra adalah tujuan utama yang mutlak ingin diciptakan oleh setiap
manusia dalam kehidupan sosialnya dengan manusia lain. Tidak hanya manusia,
namun seperangkat objek yang manusia ciptakan untuk memenuhi kebutuhan
manusia lain pun juga tak luput ‘haus’ akan pembentukan citra, seperti lembaga,
49
institusi, yayasan, organisasi dan perusahaan. Berikut penulis akan memaparkan
beberapa pendapat mengenai citra menurut beberapa tokoh komunikasi :
Frank Jefkins, dalam Bukunya Public Relations Technique, menyimpulkan bahwa secara umum, citra diartikan sebagai kesan seseorang atau individu tentang sesuatu yang muncul sebagai hasil dari pengetahuan dan pengalamannya. Dalam Buku Essential of Public Relations. Jefkins menyebut bahwa citra adalah kesan yang diperoleh berdasarkan pengetahuan dan pengertian seseorang tentang fakta-fakta atau kenyataan. Jalaluddin Rakhmat dalam Bukunya, Psikologi Komunikasi menyebutkan bahwa citra adalah penggambaran tentang realitas dan tidak harus sesuai dengan realitas, citra adalah dunia menurut persepsi. Solomon, dalam Rakhmat, mengemukakan sikap pada seseorang atau sesuatu bergantung pada citra kita tentang orang atau objek tersebut (Soemirat&Ardianto, 2003 : 114).
Dari beberapa pendapat diatas mengenai citra, maka penulis dapat
mendeskripsikan bahwa citra merupakan suatu kesan yang melekat pada diri
seseorang dan seperangkat objek berupa penilaian positif atau negatif berdasarkan
apa yang dilakukan keduanya dalam menghadapi realitas kehidupan.
2.5.1 Jenis-jenis Citra
Ada beberapa macam jenis citra yang dirumuskan oleh para ahli
komunikasi untuk lebih memfokuskan ragam maksud dan tujuan manusia
dalam menghadapi kehidupannya dengan manusia lain. Disini penulis
mencoba menggabungkan beberapa tulisan mengenai jenis-jenis citra
menurut dua ahli komunikasi, yaitu Frank Jefkins dalam bukunya Public
Relations edisi keempat tahun 1995 dan Neni Yulianita dalam Bukunya
Dasar-Dasar Public Relations tahun 2007 sebagai berikut :
1. Citra Bayangan (mirror image) Citra ini melekat pada seseorang sebagai dampak statusnya sebagai anggota dari suatu kelompok atau organisasi tersebut. Dengan kata lain, citra bayangan adalah citra yang dianut oleh orang dalam
50
mengenai pandangan luar terhadap organisasinya. Citra ini seringkali tidak sesuai dengan keadaan individu yang sebenarnya di dalam organisasi. Citra ini cenderung positif, karena kita biasa membayangkan hal yang serba hebat mengenai diri sendiri sehingga kitapun percaya bahwa orang-orang lain juga memiliki pandangan yang tidak kalah hebatnya atas diri kita.
2. Citra yang Berlaku (current image) Citra yang berlaku ini adalah suatu citra atau pandangan yang melekat pada pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi. Citra yang berlaku ini tidak selamanya, bahkan jarang, sesuai dengan kenyataan karena semata-mata terbentuk dari pengalaman atau pengetahuan orang-orang luar yang bersangkutan yang biasanya tidak memadai. Citra ini cenderung negatif. Humas memang menghadapi dunia yang bersifat memusuhi, penuh prasangka, apatis dan diwarnai keacuhan yang mudah sekali menimbulkan suatu citra berlaku yang tidak adil. Oleh karena itu, sudah menjadi tugas pokok public relations officer dalam menginterpretasikan sikap-sikap pihak luar terhadap manajemen yang mungkin juga keliru menebak pandangan khalayak tersebut terhadapnya. Citra kehumasan bersumber dari kesan atau impresi yang benar.
3. Citra yang Diharapkan (wish image) Citra harapan (wish image) adalah suatu citra yang diinginkan oleh pihak manajemen. Biasanya citra yang diharapkan ini lebih baik atau lebih menyenangkan dari pada citra yang ada, walaupun dalam keadaan tertentu, citra yang terlalu baik juga bisa merepotkan. Citra yang diharapkan itu biasanya dirumuskan dan diperjuangkan untuk menyambut sesuatu yang relatif baru, misalnya produk baru atau pelayanan baru.
4. Citra Perusahaan (corporate image) Citra perusahaan adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan citra atas produk dan pelayanannya. Citra perusahaan ini terbentuk oleh banyak hal yang positif yang dapat meningkatkan citra suatu perusahaan antara lain adalah reputasi (baik buruknya nama perusahaan), aktivitas (kegiatan perusahaan) dan perilaku manajemen perusahaan.
5. Citra Majemuk (multiple image) Setiap perusahaan pasti memiliki banyak unit dan pegawai. Masing-masing unit dan individu tersebut memiliki perangai dan perilaku tersendiri sehingga secara sengaja atau tidak dan sadar atau tidak, mereka pasti memunculkan suatu citra yang belum tentu sama dengan citra perusahaan secara keseluruhan. Jumlah citra yang dimiliki suatu perusahaan boleh dikatakan sama banyaknya dengan jumlah pegawai yang dimilikinya. Untuk menghindari berbagai hal yang tidak diinginkan, variasi citra itu harus ditekan seminimal mungkin dan citra perusahaan secara keseluruhan harus ditegakkan. Dengan mempromosikan identitas perusahaan pada setiap pegawai, kegiatan
51
dan produk yang dihasilkan, maka akan ada kekhasan tersendiri di benak khalayak mengenai perusahaan sehingga akan mencapai citra positif terhadap perusahaan secara utuh.
2.5.2 Citra Diri (Self Image)
Citra diri merupakan salah satu unsur terpenting untuk menunjukan
siapa diri kita sebenarnya baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun
lingkungan perusahaan. Citra diri seseorang terbentuk dari perjalanan
pengalaman masa lalu, masa sekarang, keberhasilan dan kegagalan,
pengetahuan yang dimilikinya dan bagaimana orang lain telah menilainya
secara objektif. Kita sering melihat diri kita seperti orang lain melihat kita,
atau secara sederhana citra diri adalah gambaran sebuah potret diri. Apa
yang kita kenakan, apa yang kita katakan, apa yang kita kerjakan dan apa
yang menjadi prinsip hidup kita, semua hal ini membentuk kesan
keseluruhan diri kita.
Namun dalam penelitian dramaturgi ini, untuk mencapai tujuan
yang diharapkan para pelaku komunikasi, yakni mendapatkan citra yang
positif terhadap diri, maka dalam interaksi-interaksi terdapat teknik-teknik
untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. “ Untuk memelihara citra diri yang
stabil, orang melakukan “pertunjukkan” (performance) di hadapan
khalayak” (Mulyana, 2006 : 106).
Jadi, biasanya citra diri yang sesungguhnya seseorang tunjukkan
hanya pada lingkungan sosialnya di masyarakat, namun berbeda lagi jika
seseorang tersebut hidup dalam lingkungan organisasi, terlebih
pekerjaanya yang menuntut untuk tampil sebaik dan sesempurna mungkin
52
di depan khalayak untuk membawa nama baik perusahaannya, dalam hal
ini yang dimaksud adalah pekerjaan seorang public relations officer.
2.5.3 Citra Perusahaan (Corporate Image)
Di zaman masyarakat modern dan berkembang seperti sekarang
ini, banyak sekali perusahaan yang memahami akan perlunya memberikan
perhatian yang cukup untuk membangun suatu citra yang menguntungkan
bagi kehidupan sebuah perusahaan. Tidak lagi melepaskan diri terhadap
terbentuknya suatu kesan publik yang negatif terhadap perusahaan, namun
adalah sudah menjadi kewajiban tugas public relations officer dalam
merencanakan membentuk hingga mendapatkan citra yang positif dari
khalayak terhadap perusahaan. Kebanyakan perusahaan meyakini bahwa
citra perusahaan yang positif adalah esensial, sukses yang berkelanjutan
dalam jangka panjang.
Agar perusahaan memperoleh citra yang baik, maka public
relations officer dapat mengupayakan dengan jalan menciptakan sesuatu
yang baik untuk menunjang tercapainya tujuan perusahaan. Ada beberapa
cara memperoleh citra seperti yang dikemukakan oleh Neni Yulianita
dalam Bukunya Dasar-Dasar Public Relations sebagai berikut :
1. Menciptakan public understanding (pengertian publik). Pengertian belum berarti persetujuan atau penerimaan, persetujuan belum berarti penerimaan. Dalam hal ini publik memahami perusahaan apakah itu dalam hal produk dan jasanya, aktivitasnya, reputasinya, perilaku manajemennya dan lain sebagainya.
2. Public Confidence (adanya kepercayaan publik terhadap perusahaan) Publik percaya bahwa hal-hal yang berkaitan dengan perusahaan adalah benar adanya apakah itu dalam kualitas produk/jasanya, aktivitas yang positif, reputasinya yang baik, perilaku manajemenya yang dapat diandalkan dan lain sebagainya.
53
3. Public Support (adanya unsur dukungan publik terhadap perusahaan) Publik mendukung baik dalam bentuk material (membeli produk perusahaan) maupun spiritual (dalam bentuk mengemukakan pendapat/pikiran untuk menunjang keberhasilan perusahaan).
4. Public Cooperation (adanya kerjasama dari publik terhadap perusahaan) Jika ketiga tahapan sebelumnya dapat terlalui, maka akan mempermudah adanya kerjasama dari publik yang berkepentingan terhadap perusahaan guna mencapai keuntungan dan kepuasan bersama. (Yulianita, 2007 : 47)
Terdapat banyak macam tentang citra positif perusahaan yang
biasa kita tangkap dalam kehidupan sosial sehari-hari, misalnya :
perusahaan yang siap membantu, inovatif, sangat memperhatikan
karyawannya, produknya berkualitas, memelihara lingkungan,
memperhatikan masyarakat sekitar dengan baik, membangun bangsa dan
lain sebagainya. Tugas perusahaan dalam rangka membentuk citra adalah
dengan merencanakan upaya-upaya atau kegiatan-kegiatan seperti apa
yang dilakukan oleh perusahaan agar bisa mendapatkan citra yang baik,
positif di mata masyarakat.
54
BAB III
METODOLOGI DAN SUBJEK PENELITIAN
3.1 Penelitian Kualitatif
Dalam penelitian mengenai “Impression Management pada Aktivitas Public
Relations Officer dalam Upaya Merencanakan Pembentukan Citra Perusahaan” ini,
penulis menggunakan metodologi penelitian kualitatif. Alasannya karena dengan
menggunakan metode penelitian kualitatif ini, penulis bebas melihat segala gejala-
gejala sosial yang terjadi secara lebih terbuka, dengan memandangnya dari segala
aspek kehidupan secara lebih dekat, lebih mendalam dan lebih detail, untuk
mengungkap kesadaran manusia akan sesuatu yang terjadi di sekitar kita dalam
realitas kehidupan ini.
Penelitian yang sifatnya kualitatif juga memberikan keleluasaan bagi penulis
untuk berinteraksi langsung dengan subjek yang diteliti. Tujuan penelitian ini adalah
bukan untuk menguji sebuah teori seperti penelitian kuantitatif, melainkan dengan
teori-teori yang telah ada, penelitian kualitatif berusaha untuk mengembangkannya
bahkan hingga penciptaan teori-teori baru. Jadi, teori-teori dalam penelitian kualitatif
ini hanyalah sebagai landasan bagi penulis untuk dipelajari dan selebihnya digunakan
untuk mengembangkan serta mengungkap semua yang terjadi dalam realitas
kehidupan manusia.
55
Fokus penelitian kualitatif ada pada prinsip-prinsip umum yang menjadi dasar
timbulnya sebuah makna dari gejala-gejala sosial yang sesungguhnya hidup di
masyarakat. Oleh sebab itu, dalam penggunaan metode penelitian kualitatif ini,
peneliti berusaha melakukan studi gejala dalam keadaan alamiahnya dan berusaha
membentuk pengertian terhadap fenomena sesuai dengan makna yang lazim
digunakan oleh subjek penelitian. Maka dapat disimpulkan bahwa metode penelitian
kualitatif adalah :
Penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Mulyana, 2007 : 6).
Penelitian ini menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian ini diarahkan pada latar
belakang dan individu tersebut secara holistik (utuh). Sehingga dalam penelitian ini
peneliti tidak melakukan pengisolasian individu atau organisasi ke dalam variabel
atau hipotesis, tetapi memang perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu
keutuhan. Lebih jauh lagi tujuan utama penelitian kualitatif adalah mengembangkan
pengertian dan konsep-konsep yang telah ada.
Namun penulis juga menyadari, bahwa apapun metodologinya akan tetap
memiliki keterbatasan, karena mempunyai fokus masing-masing dalam menelaah
sesuatu, seperti yang dinyatakan oleh Deddy Mulyana berikut ini :
56
Meskipun suatu perspektif mungkin lebih mendekati realitas yang dimaksud daripada persepktif lainnya, semua perspektif itu mungkin menangkap setidaknya sebagian dari realitas tersebut, yakni menonjolkan aspek-aspek tertentu dan mengabaikan aspek-aspek lainnya. Tidak satu perspektif pun dapat menangkap keseluruhan realitas yang diamati. Jadi, suatu perspektif bersifat terbatas dan mengandung bias, karena hanya memungkinkan manusia melihat satu sisi saja dari realitas “di luar sana”. Dengan kata lain, tidak ada perspektif yang memungkinkan manusia dapat melihat semua aspek realitas secara simultan (Mulyana, 2006 : 16).
Namun, pemilihan cara penelitian dengan menggunakan metodologi
khususnya metodologi penelitian kualitatif juga menawarkan beberapa kemudahan
yang signifikan untuk menentukan fokus dalam penelitian komunikasi ini. Sebagai
peneliti, penulis lebih dimudahkan untuk memahami realitas-realitas ganda dalam
proses penelitian karena adanya interaksi yang diusahakan bisa sedekat mungkin
(intim) dengan yang diteliti, subjek penelitian mengerti dan memahami maksud dan
tujuan yang peneliti utarakan dan lain sebagainya.
Dalam penelitian kualitatif ini, penulis berusaha sedekat mungkin dan
menyesuaikan dengan keadaan subjek penelitian. Hubungan yang dibangun oleh
penulis dengan subjek penelitian ini didasari oleh saling pengertian dan menjaga
kepercayaan, ini dilakukan agar bisa melakukan penelitian secara lebih mendalam
lagi.
Metode penelitian kualitatif juga memiliki pandangan bahwa, sebaiknya
sebuah fenomena yang terjadi di masyarakat diteliti secara lebih mendalam, holistik
dan interpretif. “ Memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data,
57
rancangan penelitiannya bersifat sementara dan juga hasil penelitiannya disepakati
oleh kedua belah pihak” (Moleong, 1988 : 27), yaitu penulis dan subjek penelitian.
Dalam penelitian kualitatif ini, realitas dipandang sebagai sebuah kesatuan
yang utuh, memiliki dimensi yang banyak namun bisa berubah-ubah, hal ini berakibat
pada penelitian yang tidak disusun secara detail, seperti lazimnya suatu penelitian.
Metode penelitian kualitatif bertujuan untuk mempertahankan bentuk dan isi perilaku
manusia dan menganalisis kualitas-kualitasnya, tidak mengandalkan bukti-bukti
berdasarkan logika matematis.
3.2 Karakteristik Penelitian Kualitatif
Dalam setiap penelitian tentu masing-masing mempunyai ciri-ciri atau
karakteristik yang berbeda-beda agar tercipta sebuah kekhasan. Begitu pula dengan
jenis penelitian kualitatif yang digunakan oleh penulis sebagai acuan dalam membuat
fokus penelitian ini, juga memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya
dengan penelitian-penelitian yang lain. Berikut ini adalah sejumlah karakteristik
penelitian kualitatif hasil kajian Bogdan dan Biklen (1982 : 27-30) serta Lincoln dan
Guba (1985 : 30-44) :
1. Latar Alamiah Penelitian kualitatif melakukan penelitian pada latar alamiah, yaitu pada konteks suatu keutuhan (entity). Lincoln dan Guba mengatakan hal ini dilakukan karena ontologi alamiah menghendaki adanya kenyataan-kenyataan sebagai suatu keutuhan, yang tidak dapat dipahami jika dipisahkan dari konteksnya.
58
2. Manusia sebagai Alat (instrumen) Hanya manusia yang melakukan penelitian itu sendirilah yang dapat melakukan penyesuaian dan memahami akan adanya interaksi fakta (di lapangan) dan konteks penelitian (kenyataan). Demikian pula interaksi antara peneliti dengan subjek penelitian adalah tonggak utama dalam keberhasilan penelitian kualitatif, agar bisa mengetahui dan memahami makna-makna dari objek penelitian, responden dan kaitannya dengan kenyataan yang ada di lapangan. Pengetahuan sebelumnya, perasaan, bahkan intuisi (peneliti) justru mempertajam pengumpulan data penelitian kualitatif. Oleh karena itu, peneliti haruslah terlibat langsung (pengamatan berperanserta) secara aktif dalam mengikuti setiap kegiatan yang ingin diteliti dari subjek penelitian.
3. Metode Kualitatif Metode kualitatif diantaranya yaitu pengamatan, wawancara, penelaahan dokumen dan lain sebagainya. Metode-metode ini digunakan karena beberapa manfaat. Pertama, peneliti akan merasa lebih mudah menggunakan metode kualitatif apabila dihadapkan dengan kenyataan-kenyataan yang jamak di lapangan (benar salahnya asumsi peneliti disesuaikan dengan fakta). Kedua, metode ini ingin merasakan adanya kedekatan ‘emosi’ secara langsung antara peneliti dengan subjek penelitian, karena diharapkan dapat saling menghargai hakikat nilai hubungan antara keduanya. Ketiga, metode kualitatif lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. Hal ini berkaitan dengan proses penelitian yang hasilnya tidak dapat ditebak. Ada faktor-faktor yang mempengaruhi hasil dari proses penelitian yang dilakukan tersebut, yang mana peneliti harus mampu melakukan penyesuaian dengan teknik-teknik penelitian. Oleh karena interaksi antara peneliti dan subjek penelitian berjalan secara dinamis dalam penelitian kualitatif, maka seringkali interaksi tersebut mempengaruhi rancangan penelitian yang mengharuskan peneliti untuk melakukan perubahan-perubahan. Apa yang telah dirancang dan direncanakan dalam usulan penelitian, dapat berubah guna mengakomodasi temuan-temuan baru di lapangan. Fleksibilitas ini justru merupakan kelebihan penelitian kualitatif (emergent design).
4. Analisis Data secara Induktif Penelitian kualitatif ini menggunakan analisis data secara induktif untuk beberapa alasan. Pertama, proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan jamak seperti yang terdapat dalam data. Kedua, analisis induktif lebih dapat membuat hubungan peneliti dengan subjek penelitian menjadi eksplisit, dapat dikenal dan akuntabel. Ketiga, analisis demikian lebih dapat menguraikan latar secara penuh dan dapat membuat keputusan-keputusan tentang bisa atau tidaknya pengalihan kepada latar-latar lainnya. Keempat, analisis induktif lebih dapat menemukan pengaruh bersama yang mempertajam tentang hubungan. Kelima, analisis ini dapat memperhitungkan nilai-nilai secara eksplisit sebagai bagian dari struktur analitik.
59
5. Teori dari Dasar (grounded theory) Pencarian data dalam penelitian kualitatif bukan dimaksudkan untuk membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan sebelum penelitian, tetapi lebih kepada pembentukan abstraksi berdasarkan bagian-bagian yang telah dikumpulkan, kemudian dikelompok-kelompokkan.
6. Deskriptif Data yang dikumpulkan dalam penelitian kualitatif berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Sehingga dalam laporan penelitian ini akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data-data dalam penelitian kualitatif ini berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, alat perekam, dokumen pribadi, catatan atau memo dan dokumen resmi lainnya. Khususnya data-data dalam penelitian “impression management PRO” ini berasal dari wawancara langsung dengan PRO dan key informan pendukung, dokumen-dokumen resmi perusahaan, hasil rekaman, catatan di lapangan dan lain sebagainya. Dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
7. Lebih Mementingkan Proses daripada Hasil Penelitian kualitatif sangat mementingkan segi proses ketimbang hasil, karena hubungan antara bagian-bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas apabila diamati dalam prosesnya. Mengingat interaksi antara peneliti dan subjek penelitian berjalan secara dinamis dalam penelitian kualitatif, maka seringkali interaksi tersebut mempengaruhi apa yang sudah dirancang sebelum penelitian ke lapangan yang mengharuskan peneliti untuk melakukan perubahan-perubahan. Apa yang telah dirancang dan direncanakan dalam usulan penelitian, dapat berubah untuk mengakomodasi temuan-temuan baru di lapangan. Oleh karena proses yang bisa berubah setiap saat sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan inilah yang disebut penting dalam penelitian kualitatif, karena tujuan penelitian kualitatif sendiri adalah mengembangkan teori dan menemukan hal-hal baru untuk disadari dan dipelajari dalam realitas kehidupan manusia. Sedangkan hasil akhir bisa saja berubah tergantung pada bagaimana kenyataan (pemerolehan data) di lapangan.
8. Adanya Batas yang Ditentukan oleh Fokus Penelitian kualitatif juga menghendaki adanya batas-batas penelitian atas dasar harus ada fokus sebagai konsentrasi dalam suatu penelitian. Oleh karena sifat penelitian kualitatif yang mengarah pada pemahaman yang terbuka dari penelitinya, maka agar tidak semakin meluas penelitiannya, diperlukan adanya batasan-batasan penelitian dengan meletakkan fokus dengan maksud agar terkonsentrasi dengan pendekatan penelitian yang digunakan.
9. Adanya Kriteria Khusus untuk Keabsahan Data Kriteria pencapaian keabsahan data dalam penelitian kualitatif bersumber pada validitas, reliabilitas dan objektivitas. Dimana penetapan ketiga hal tersebut berbasis pada kriteria truth value, aplikabilitas, konsistensi dan netralitas. Truth
60
value adalah mempertanyakan apakah hasil penelitian valid atau mencerminkan the truth, sedangkan aplikabilitas berkaitan dengan apakah hasilnya dapat diterapkan kepada subjek atau konteks yang lain (aplikabel). Dua kriteria yang lain adalah apabila penelitian tersebut direplikasi kepada subjek dan konteks yang serupa, apakah hasilnya akan konsisten (konsistensi) dan pengaruh karakter peneliti terhadap hasil yang diperoleh (netralitas). Isu mengenai validitas dan reliabilitas dikenal dengan istilah trustworthiness, yang secara umum berarti apakah hasil penelitian ini trustworthy (dapat dipercaya) atau worth to trust (bermanfaat untuk dipercaya).
10. Desain yang Bersifat Sementara Mengingat dalam penelitian kualitatif ini banyak hal yang tidak terduga yang sering ditemui peneliti saat melakukan penelitian di lapangan (perubahan-perubahan data), maka susunan desain akan terus-menerus disesuaikan dengan kenyataan yang ada. Selain itu unsur nilai yang terkait berhubungan dengan cara yang tidak dapat diramalkan. Di sisi lain, terlebih lagi saat interaksi dan stabilitas sebagai peneliti yang kerap kali menurun juga dapat mempengaruhi fokus desain yang telah ditetapkan sebelumnya. Oleh karena itulah apa yang telah dirancang sifatnya hanya sementara, bisa dibilang hanya untuk pemandu di awal saja.
11. Hasil Penelitian Dirundingkan dan Disepakati Bersama Terakhir, dalam penelitian kualitatif yang memang memiliki kekhasan yang membuatnya unik dan sangat berbeda dengan penelitian-penelitian lainnya adalah bahwa ada kehendak penciptaan ‘emosi’, yaitu ingin adanya rasa saling pengertian dan memahami antara peneliti dengan subjek penelitian, dalam mengungkap realitas manusia dalam kehidupan, sehingga hasil yang diperoleh adalah rundingan dan kesepakatan bersama antara kedua belah pihak yang selama penelitian mengalami hubungan kedekatan yang khusus. Tentu alangkah baiknya, meski apapun hasilnya, dapat terkonfirmasi dengan baik dapat saling memahami dan menghargai maksud dan tujuan masing-masing pihak, sehingga tidak ada yang merasa dirugikan.
3.3 Tahap-Tahap Penelitian Kualitatif
Dalam subbab ini, penulis akan menjelaskan secara singkat tahap-tahap yang
dilakukan dalam upaya melaksanakan penelitian skripsi yang berjudul “Impression
Management PRO dalam Upaya Merencanakan Pembentukan Citra Perusahaan” ini
sebagai berikut :
61
1. Tahap Pra-Lapangan
a. Menyusun Rancangan Penelitian
Yang dimaksud rancangan penelitian disini yaitu konsep mentah yang dibuat
oleh penulis dalam memberikan dasar gambaran akan penelitian yang akan
dilakukan, lebih tepatnya yaitu bab satu dari skripsi ini yang merupakan
rancangan penelitian.
b. Memilih Lapangan Penelitian
Setiap situasi, aspek-aspek kehidupan sosial dalam lapangan penelitian
kualitatif merupakan laboraturium bagi penulis. Disisi lain, satu hal yang
harus diingat oleh penulis, bahwa jangan berpaku pada teori dalam
melaksanakan penelitian kualitatif ini, tetapi biarkanlah hal itu dikembangkan
pada saat pengumpulan data. Penulis menetapkan beberapa lapangan
penelitian, yaitu : kantor, tempat subjek penelitian bekerja dan melakukan
interaksi bersama rekan-rekan perusahaan. Tempat kegiatan, yaitu tempat-
tempat di dalam dan diluar kantor dimana subjek penelitian berinteraksi dan
menjalankan aktivitasnya dengan publik internal dan eksternal perusahaan.
Rumah, tempat subjek penelitian tinggal dan berinteraksi dengan pembantu
dan tetangganya.
c. Mengurus Perizinan
Dalam proses perizinan ini, yang pertama sekali penulis meminta izin
tentunya adalah kepada subjek penelitian ini, yang akan menjadi aktor dalam
penelitian dramaturgi ini.
62
Penulis tentu saja harus membicarakan terlebih dahulu tentang maksud
mengapa memilih Ia sebagai subjek dan objek penelitian ini, serta
membicarakan secara singkat tentang bagaimana penelitian ini, seperti
ketentuan dalam penelitian kualitatif, yaitu agar hasil yang diperoleh nanti
dapat dirundingkan dan disepakati bersama atas dasar saling pengertian dan
menghargai. Kedua, setelah subjek penelitian menyetujui, barulah penulis
mengajukan surat permohonan izin dari kampus penulis, bahwa akan
mengadakan penelitian tugas akhir terhadap subjek penelitian di perusahaan
tersebut selama beberapa waktu.
d. Menjajaki dan Menilai Lapangan
Tahap ini belum sampai titik yang menyikapkan bagaimana penelitian masuk
ke lapangan, dalam arti mulai mengumpulkan data yang sebenarnya. Tetapi,
tahap ini merupakan orientasi lapangan, namun dalam hal-hal tertentu telah
menilai keadaan lapangan. Penulis dalam hal ini akan mencari informasi
terlebih dahulu secara singkat mengenai bagaimana pekerjaan public relations
perusahaan itu, kemudian tentang subjek penelitian dan situasi serta
lingkungan seperti apa yang akan menjadi lapangan penelitian penulis
nantinya.
e. Memilih dan Memanfaatkan Informan
Informan adalah orang-orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi
tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Jadi, setidaknya Ia harus
mempunyai cukup pengalaman tentang latar penelitian. Ia berkewajiban
63
secara sukarela menjadi anggota tim penelitian meskipun sifatnya informal.
Ini dimaksudkan agar penulis mempunyai data-data penguat atau pelengkap
tentang subjek penelitian. Key informan yang penulis orientasi ada dua orang
dari perusahaan, namun tidak menutup kemungkinan bisa lebih dari itu.
f. Menyiapkan Perlengkapan Penelitian
Perlengkapan penelitian yang harus dipersiapkan antara lain adalah buku
catatan dan alat tulis untuk mencatat kegiatan pengamatan dan data yang
diperoleh dari perusahaan, serta alat perekam berupa MP4 dan handphone
penulis untuk merekam pembicaraan dalam setiap wawancara yang dilakukan
dan mendokumentasikan beberapa kegiatan yang diikuti, serta flashdisk untuk
menyimpan data-data resmi (softcopy) perusahaan.
g. Persoalan Etika Penelitian
Salah satu ciri utama penelitian kualitatif ialah orang sebagai alat atau
instrumen yang mengumpulkan data. Hal ini dilakukan dalam pengamatan
berperanserta, wawancara mendalam, pengumpulan dokumen, foto dan lain
sebagainya. Penulis akan berhubungan langsung dengan subjek penelitian
khususnya, serta orang-orang dalam perusahaan (publik internal) dan orang-
orang di luar perusahaan (publik eksternal) pada umumnya.
Persoalan etika akan muncul ketika peneliti masuk ke dalam lingkungan-
lingkungan tersebut yang masing-masing mempunyai peraturan, norma
agama, nilai sosial, budaya, hak dan nilai pribadi, adat, kebiasaan, tabu dan
lain sebagainya yang hidup dalam lingkungan-lingkungan tersebut. Oleh
64
karena itu, sebagai peneliti haruslah setidaknya mengetahui apa-apa saja yang
harus dipatuhi dan dihormati dalam upaya menyesuaikan diri, yaitu dalam hal
ini hubungannya dengan etika yang berlaku dalam perusahaan, subjek
penelitian dan lingkungan lainnya yang terkait.
2. Tahap Penelitian di Lapangan
a. Memahami Latar Penelitian dan Persiapan Diri
Dalam hal ini penulis harus menempatkan diri, mengerti adanya latar terbuka
dan latar tertutup dari subjek dan objek penelitian ini. Pada kesempatan ini,
peneliti mengadakan penelitian di PT. PERTAMINA EP Region Jawa-
Cirebon pada latar tertutup. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam
tahap ini yaitu : Pembatasan latar dan peneliti, disini penulis akan berusaha
untuk mendapatkan data sebanyak-banyaknya yang akan disesuaikan dengan
kondisi di lapangan. Penampilan, dalam menyesuaikan dengan lingkungan
perusahaan yang mempunyai peraturan, etika dan budaya, maka peneliti selalu
berpenampilan secara formal dan memenuhi batas-batas kesopanan.
Penampilan disesuaikan dengan norma yang berlaku di setiap lingkungan
yang peneliti hadapi. Pengenalan hubungan peneliti di lapangan, penulis
memanfaatkan pengamatan berperanserta dan wawancara mendalam ini agar
hubungan yang terjalin antara penulis dan subjek penelitian bisa lebih akrab.
Sebelum melakukan penelitian untuk skripsi, penulis memang sudah terlebih
dahulu melakukan kerja praktek di perusahaan tempat PRO bekerja, sehingga
telah mengenal satu sama lain dengan karyawan dan subjek penelitian dan
65
hubungan pun telah terjalin cukup baik dan akrab. Jumlah waktu studi, dalam
melakukan penelitian ini penulis menargetkan penelitian dimulai dari Bulan
Maret hingga Bulan Juni 2010.
b. Memasuki Lapangan
Saat memasuki lapangan ini, penulis harus berusaha mengakrabkan diri
dengan subjek penelitian, memasuki pembicaraan mengenai penelitian yang
akan dilakukan, menjelaskan maksud dan tujuan secara perlahan. Penulis juga
harus berperan sebagai orang yang mempunyai hubungan dekat dengan subjek
penelitian, hal ini dilakukan agar tidak menimbulkan kecurigaan. Dalam
kenyataan di lapangan, penulis diperkenalkan sebagai peserta kerja praktek
dalam Bagian Hupmas agar diperbolehkan mengikuti kegiatan-kegiatan
subjek penelitian.
c. Berperanserta sambil Mengumpulkan Data
Tahap ini merupakan tahap dimana penulis telah mulai melakukan
pengamatan langsung secara aktif, mengikuti kegiatan-kegiatan subjek
penelitian, pencatatan dan pengambilan data serta wawancara mendalam,
yang seluruhnya dimaksudkan untuk sambil mengumpulkan data dan
mengolahnya sedikit demi sedikit di waktu senggang setiap penelitian itu
selesai dilaksanakan di hampir setiap harinya.
66
3.4 Pendekatan Dramaturgi
Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah
Pendekatan Dramaturgi Erving Goffman. Dramaturgi adalah sebuah pandangan atas
realitas kehidupan sosial manusia yang dilihat sebagai serangkaian ‘pertunjukkan
drama’ yang mirip dengan pertunjukkan drama di panggung teater. Pandangan ini
berintikan bahwa, ketika manusia berinteraksi dengan manusia lain, Ia ingin
mengelola kesan yang Ia harapkan tumbuh pada orang lain tersebut terhadap dirinya,
untuk itulah mengapa setiap orang melakukan pertunjukkan bagi orang lain. Dalam
pengantar Bukunya, The Presentation of Self in Everyday Life, Goffman membahas
cara individu menampilkan dirinya sendiri dan aktivitasnya kepada orang lain, cara Ia
memandu dan mengendalikan kesan yang dibentuk orang lain terhadapnya.
Untuk memelihara citra diri agar tetap stabil, seseorang seakan harus terus
melakukan “pertunjukkan” (performance) di hadapan orang lain. Misi kaum
dramaturgis adalah memahami dinamika sosial dan menganjurkan kepada orang-
orang yang ikut andil dalam interaksi tersebut untuk membuka topeng
pertunjukkannya dengan maksud untuk lebih memperbaiki kinerja mereka. Makna
atas suatu simbol, penampilan atau perilaku sepenuhnya bersifat serbamungkin,
sementara dan situasional, maka fokus pendekatan dramaturgis adalah bukan apa
yang orang lakukan, apa yang ingin mereka lakukan, atau mengapa mereka
melakukan, melainkan bagaimana mereka melakukannya.
67
Pendekatan dramaturgis sebagai salah satu varian interaksionisme simbolik
sering menggunakan konsep “peran sosial” dalam menganalisis interaksi sosial, yang
dipinjam dari khasanah teater. Peran adalah “ekspektasi yang didefinisikan secara
sosial yang dimainkan seseorang dalam suatu situasi untuk memberikanitra tertentu
kepada khalayak yang hadir” (Mulyana, 2006 : 108-109).
Menjadi seorang public relations officer adalah memainkan suatu peran
tertentu di depan seluruh karyawan perusahaan (publik internal) maupun di depan
orang-orang di luar perusahaan (publik eksternal) yang terdiri dari tindakan-tindakan
tertentu terhadap publik-publik tersebut yang sesuai dengan statusnya sebagai public
relations officer. Ketika seorang public relations officer ini berada di lingkungan
teman-teman mainnya di luar pekerjaannya, maka Ia memainkan peran sebagai
seorang anak muda yang mungkin bertindak dan bersikap dengan tidak terkontrol
atau sembrono dan berbusana seenaknya sesuai dengan karakter aslinya yang tidak
dituntut peran-peran formal seperti di dalam pekerjaannya. Inilah cara bagaimana
sang aktor berperilaku bergantung pada peran sosialnya dalam situasi tertentu. Peran,
seperti juga norma dan jabatan, adalah sekedar kerangka yang memungkinkan
interaksi berlangsung.
Menurut Goffman, kehidupan sosial itu dibagi menjadi “wilayah depan” (front region) dan “wilayah belakang” (back region). Wilayah depan merujuk kepada peristiwa sosial yang memungkinkan individu bergaya atau menampilkan peran formalnya. Mereka seperti sedang memainkan suatu peran diatas panggung sandiwara di hadapan khalayak penonton. Sebaliknya, wilayah belakang belakang merujuk kepada tempat dan peristiwa yang memungkinkannya mempersiapkan perannya di wilayah depan. Wilayah
68
depan ibarat panggung sandiwara bagian depan (front stage) yang ditonton khalayak penonton, sedangkan wilayah belakang ibarat panggung sandiwara bagian belakang (back stage) atau kamar rias tempat pemain sandiwara bersantai, mempersiapkan diri atau berlatih untuk memainkan perannya di depan panggung. (Mulyana, 2006 : 114)
Dalam penelitian ini, penulis akan mengungkap bagaimana pengelolaan kesan
yang dilakukan seorang public relations officer pada panggung depan (front stage)
dan panggung belakang (back stage), dalam upayanya membuat serangkaian kegiatan
(aktivitas) perencanaan untuk pembentukan citra perusahaan (corporate image).
3.5 Subjek Penelitian
Dalam penelitian kualitatif ini, peran subjek penelitian (key informan)
sangatlah penting karena menjadi sumber data utama dalam penelitian kualitatif yang
meneliti tentang bagaimana peran individu dalam kehidupan ini. Selain peran subjek
penelitian (key informan) sebagai sumber data utama, dibutuhkan pula peran orang
lain sebagai data-data penunjang dan pelengkap dalam penelitian ini yaitu yang
disebut dengan key informan pelengkap yang fungsinya adalah sebagai sumber
pelengkap dan penyempurna data-data dalam penelitian ini.
3.5.1 Key Informan (Subjek Penelitian)
Subjek penelitian (key informan) yang penulis teliti dalam penelitian
ini adalah seorang wanita multi talented bernama lengkap Andar Titi Lestari
69
yang bekerja sebagai public relations internal dan data di Fungsi
Legal&Relation Hupmas PT. PERTAMINA EP Region Jawa-Cirebon. Andar
mengawali karirnya di PERTAMINA EP Region Jawa pada Bulan Januari
2008 dengan menjabat sebagai staf eksternal, kemudian berpindah jabatan
menjadi Public Relations Internal dan Data pada akhir tahun 2009 saat
berganti atasan.
Andar dikatakan multi talented, karena wanita yang selalu tampak
enerjik ini memang serba bisa. Andar adalah orang yang sangat aktif,
disamping hobinya membaca, Ia juga pintar bernyanyi dan memasak. Beliau
juga senang berolahraga, seperti senam dan juga olahraga ekstrim seperti
diving. Wanita kelahiran 6 Agustus 1979 silam ini juga mendapat kepercayaan
menjadi MC di banyak acara dan kegiatan perusahaan, mulai dari kegiatan
hiburan yang non formal sampai acara sangat formal perusahaan.
Meskipun Andar belum genap 3 tahun berkarir, namun
kredibilitasannya dalam bekerja sudah tidak diragukan lagi oleh perusahaan.
Wanita yang hobi travelling ini selain aktif berperan sebagai internal public
relations dan data, Ia juga banyak mendapatkan penugasan khusus jangka
panjang dari perusahaan, beberapa diantaranya yaitu :
70
1. Bekerja dalam Tim Accessor/Auditor yang ditunjuk langsung oleh
PERTAMINA (PERSERO), bertugas untuk menilai dan mengevaluasi
hasil kinerja unit-unit lain dalam lingkup PERTAMINA.
2. Bekerja dalam Tim Kategori Kepemimpinan PQA, yang ditunjuk oleh
GM (General Manager) PERTAMINA EP Region Jawa melalui SDM,
bertugas untuk bekerjasama dengan GM PERTAMINA EP Region Jawa
dalam membuat, mengarahkan, member saran dan pendapat atas kinerja
kepemimpinan GM PERTAMINA EP Region Jawa, yang akan
dikompetisikan dalam PERTAMINA Quality Award, yaitu ajang penilaian
kualitas kinerja manajerial seluruh unit PERTAMINA seluruh Indonesia,
yang mana PERTAMINA EP Region Jawa berhasil mendapatkan
peringkat kedua.
Andar yang lahir dan dibesarkan di Kota Metropilitan Jakarta adalah
anak sulung dari 2 bersaudara, lulusan Sarjana Komunikasi Universitas
Prof.Dr.Moestopo (BERAGAMA)-Jakarta yang jago berbahasa Inggris.
Sebelum bekerja di PT. PERTAMINA EP Region Jawa, wanita berdarah Jawa
ini mengawali karirnya di banyak bidang, diantaranya beliau pernah bekerja di
Event Organizer, PR Consultant, Radio, Advertising dan lain-lain.
Andar adalah sosok wanita yang cerdas dan supel, dengan karakter
yang agak tomboy, enerjik, pemberani, easy going, percaya diri dan cekatan
inilah yang telah mengantarkan kredibilitas perusahaan terhadapnya,
71
didukung pula oleh segudang talenta yang Ia miliki sebagai wanita yang
masih berstatus single. Begitu menariknya bagi penulis untuk meneliti
seorang Andar Titi Lestari karena melihat keunikan karakter yang dimiliki
dan begitu banyaknya talenta serta peran-peran yang bisa Ia mainkan dalam
kehidupan ini.
3.5.2 Key Informan Pelengkap 1
Sumber data pelengkap yang penulis wawancara dalam penelitian ini
adalah atasan dari Andar Titi Lestari yang bernama lengkap Dian Hapsari
Firasati yang tak lain adalah Asisten Manajer Hupmas Fungsi Legal&Relation
PT.PERTAMINA EP Region Jawa-Cirebon. Wanita ramah dan bersahaja ini
mengawali karir di PERTAMINA pertama kali sebagai staf media dan data
tahun 2003 di PT. PERTAMINA EP Region Sumatera-Prabumulih, Sumatera
Selatan.
Kemudian karirnya berkembang pada posisi Humas Internal di tahun
2005 dan posisi Humas Eksternal di tahun 2006 hingga 2007. Di tahun 2006,
wanita yang akrab di sapa dengan panggilan Sari ini meraih anugerah
penghargaan sebagai “Pekerja Berprestasi”. Dari hasil kerja keras dan
ketekunan wanita yang sangat hobi membaca buku tentang karakter manusia
inilah yang akhirnya mengantarkan kepindahan karir beliau hingga diangkat
menjadi Asisten Manajer Hupmas Legal&Relations di PERTAMINA EP
Region Jawa, Cirebon pada Bulan Desember 2009 hingga saat ini.
72
3.5.3 Key Informan Pelengkap 2
Selanjutnya sumber data pelengkap yang penulis wawancara dalam
penelitian ini adalah seorang wanita muda yang baru masuk PERTAMINA
bernama lengkap Linggar Budi Anggraeni. Ia adalah staf CSR Hupmas
Fungsi Legal&Relation PT. PERTAMINA EP Region Jawa, Cirebon. Wanita
yang hobi membaca komik dan tidur ini mengawali karirnya di PERTAMINA
EP Region Jawa sebagai staf CSR, baru selama 5 bulanan hingga saat ini.
Sebelum Ia dilantik menjadi Pegawai PERTAMINA, selama kurang lebih 3
bulan Ia mengikuti pendidikan dan OJT (On The Jobtraining) di Kantor PEP
Region Jawa. Setelah itu secara resmi pada 1 Maret 2010 Ia resmi dilantik
menjadi Pegawai PERTAMINA. Semenjak OJT hingga bekerja saat ini, Ia
banyak sekali mendapat pembelajaran (diajarkan bagaimana bekerja di
Hupmas) oleh Andar. Peran Andar terhadap perkembangan dirinya selama ini
sangatlah bermanfaat dan membuat kemajuan yang pesat terhadap kinerjanya.
73
BAB IV
PEMBAHASAN
Komunikasi memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan
manusia, karena komunikasi merupakan sebuah media sosial manusia. Tidak ada
sesuatu hal yang tidak melibatkan komunikasi, untuk itulah komunikasi hadir
dimana-mana. Secara sederhana, komunikasi dikatakan sebagai suatu proses
penyampaian pesan ataupun informasi dari penyampai pesan (komunikator) ke
penerima pesan (komunikan), baik secara verbal maupun non verbal, secara
langsung maupun tidak langsung, sehingga pesan atau informasi tersebut
memunculkan efek setelahnya.
Adanya interaksi antarmanusia menandakan adanya kehidupan sebagai
kebutuhan utama manusia yang tidak bisa tidak berkomunikasi dengan manusia
lain. Manusia sebagai makhluk sosial, selalu ‘haus’ akan aktivitas berinteraksi
dengan manusia lain. Banyak hal dan cara-cara yang manusia lakukan untuk dapat
berinteraksi dan diterima dalam kehidupan sosial manusia lain. Hal utama yang
menjadi komponen mutlak dalam interaksi sosial manusia adalah bagaimana cara
kita menjalin hubungan dengan orang lain.
Komunikasi mementingkan arti sebuah proses. Dalam upaya manusia
menjalin hubungan dengan orang lain, hal pertama yang harus dilakukan sebagai
seorang insan komunikasi yang baik adalah bagaimana cara kita berkenalan
terlebih dahulu dengan orang lain. Proses selanjutnya adalah bagaimana caranya
74
agar diri kita bisa diterima oleh orang lain dan diterima dalam kehidupan sosial
orang lain tersebut. Proses terpenting yang dimaksud adalah sejak awal
perkenalan bagaimana kita memberikan kesan yang baik di benak orang lain, agar
proses-proses selanjutnya menjadi lebih mudah dalam mencapai sesuatu yang kita
inginkan.
Ketika manusia berinteraksi, ada hal-hal tertentu baik yang di sengaja
maupun tidak sengaja yang Ia lakukan sehingga ‘tertanam’ pada benak orang lain
sebagai suatu gambaran dirinya. Gambaran diri yang ditunjukkan seseorang tentu
memiliki tujuan-tujuan tertentu dalam rangka memenuhi keinginan-keinginannya
sebagai fitrah manusia yang memiliki nafsu dan hasrat. Upaya manusia yang
seperti ini dinamakan pengelolaan kesan (impression management), yaitu “ teknik-
teknik yang digunakan aktor untuk memupuk kesan-kesan tertentu dalam situasi
tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.” (Mulyana, 2006 : 112)
Upaya seorang manusia dalam memupuk kesan kepada orang lain, berarti
sama halnya dengan proses penciptaan citra diri (self image). Lebih jauh
penelitian ini ingin membahas bagaimana upaya seorang individu dalam
menciptakan citra diri (self image) dalam peran yang Ia jalankan dan mengungkap
bagaimana citra diri (self image) tersebut ‘mengantarkan’ dirinya untuk
melakukan serangkaian proses pencitraan demi nama baik perusahaan (corporate
image) yang mana hal itu adalah tuntutan dari profesinya.
Berangkat dari hal itulah, penulis merasa tertarik ingin meneliti bagaimana
upaya seorang manusia dalam melakukan semua proses tersebut, dengan
75
berlandaskan pada Teori Impression Management dan Pendekatan Dramaturgi.
Pendekatan Dramaturgi ingin mengungkap bagaimana manusia yang di
ilustrasikan sebagai ‘sang aktor’ ini menjalankan peran-perannya dalam
kehidupan yang mirip dengan serangkaian pertunjukkan drama teater, yang
dibahas oleh Goffman dengan istilah panggung depan (front stage) dan panggung
belakang (back stage).
Dalam penelitian dramaturgi ini penulis mengambil fokus penelitian pada
bagaimana pengelolaan kesan yang dilakukan seorang public relations officer
pada panggung depan (front stage) dan panggung belakang (back stage), dalam
upayanya membuat serangkaian aktivitas perencanaan untuk pembentukan citra
perusahaan (corporate image).
4.1 Deskripsi Peran sebagai PRO dan sebagai Pegawai PERTAMINA
PT. PERTAMINA (PERSERO) sebagai sebuah perusahaan milik negara
yang memegang peranan penting dalam bisnis pertambangan dan migas di Negara
Indonesia ini menyadari pentingnya fungsi Humas atau Public Relations Officer
dalam mendukung proses bisnis negara. PT. PERTAMINA EP Region Jawa-
Cirebon adalah anak perusahaan PT. PERTAMINA (PERSERO) dari PT.
PERTAMINA EP (Eksplorasi Produksi) yang bergerak di sektor hulu minyak dan
gas bumi untuk mengelola Wilayah Kuasa Pertambangan (WKP) PERTAMINA.
Wilayah PT. PERTAMINA EP meliputi Region Sumatera, Region Jawa dan
Region KTI (Kawasan Timur Indonesia).
76
PT. PERTAMINA EP (PEP) Region Jawa yang berpusat di Kota Cirebon
ini, memegang peranan penting dalam menjaga stabilitas dan kesinambungan
pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Gas dalam negeri untuk terus
dipertahankan demi memenuhi kebutuhan masyarakat dan kebutuhan migas
perusahaan-perusahaan dan industri-industri untuk kegiatan kerja mereka.
Kegiatan eksplorasi yang dilakukan di Wilayah Jawa ini merupakan bentuk dari
pusat Daerah Operasi Hulu (DOH) yang merupakan wilayah eksplorasi dengan
penghasil migas terbesar se-PERTAMINA EP, sehingga sangat diperlukan adanya
hubungan baik antara PEP Region Jawa dengan masyarakat sekitar, agar dapat
terjalin kerjasama yang menguntungkan semua pihak.
Dalam menangani pemeliharaan dan pengembangan hubungan kerjasama
antara perusahaan dan pihak eksternal serta stakeholders, diperlukan orang-orang
yang profesional dalam bidang kehumasan, sehingga terdapat Bagian Humas di
PT. PERTAMINA EP Region Jawa ini. Humas PT. PERTAMINA EP Region
Jawa dinamakan Hupmas (Hubungan Pemerintah dan Masyarakat). Bagian
Hupmas sangat berperan penting dalam hal terjadinya hubungan baik dengan
masyarakat dan koordinasi dengan publik internal yang wilayahnya tersebar,
menangani permasalahan yang timbul sehubungan dengan kegiatan operasional
PT. PERTAMINA EP Region Jawa yang berdampak secara langsung maupun
tidak langsung terhadap masyarakat sekitarnya.
Bagian Hupmas PT. PERTAMINA EP Region Jawa ini berada dibawah
pimpinan dan pengawasan Manajer dari Fungsi Legal&Relation. Fungsi
Legal&Relation membawahi 3 bagian, yaitu Bagian Hupmas, HKP (Hukum dan
77
Pertanahan) dan Security. Hupmas sendiri dipimpin oleh Asisten Manajer Hupmas
Legal&Relation. Asisten Manajer Hupmas Legal&Relation membawahi tiga
jabatan, yakni jabatan eksternal, internal dan data dan juga CSR. Selain
bertanggungjawab kepada Manajer Legal&Relation, Hupmas tentu juga
bertanggung jawab kepada General Manager PERTAMINA EP (PEP) Region
Jawa.
Dalam artian, bagian Hupmas pun memiliki otoritas untuk memberikan
masukan kepada pihak GM (General Manager) PEP Region Jawa secara langsung
perihal penyelesaian konflik yang terjadi di lapangan maupun mengenai
kepentingan internal. Secara organisatoris, karena Bagian Hupmas ini berada pada
posisi Region, maka Hupmas PT. PERTAMINA EP Region Jawa ini juga
membawahi Hupmas di field yang berada di daerah cakupan Region Jawa, yaitu
Field Subang, Field Jatibarang, Field Cepu dan Field Tambun.
Peran resmi Andar Titi Lestari dalam strukturisasi organisasi perusahaan
adalah sebagai public relations internal dan data. Sebagai satu-satunya orang yang
memegang jabatan public relations internal dan data tanpa ada staf lain di
bawahnya, mengindikasikan bahwa Andar adalah satu-satunya orang yang
dipercaya dapat diandalkan oleh para atasan dan pemimpin perusahaan untuk
memegang kendali pekerjaan yang menyangkut kebutuhan dan kepentingan
orang-orang atau para pegawai (publik internal) dalam perusahaan ini.
Batas cakupan wilayah kerja yang diurusi oleh Andar tidak hanya wilayah
dimana tempat Ia berkantor (Klayan-Cirebon) saja, namun Andar juga harus
mengurusi seluruh pegawai yang wilayah kerjanya tersebar se-Pulau Jawa
78
(Region Jawa), yakni di Field Tambun (Bekasi), Field Subang, Field Jatibarang
(Indramayu) dan Field Cepu (perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur). Namun,
seluruh pegawai yang wilayah kerjanya tersebar dan jumlahnya ratusan tersebut
tidak serta merta membuat Andar bekerja sendiri mengurusi kebutuhan dan
kepentingan seluruh pegawai secara langsung, tetapi tentu setiap lapangan
tersebut mempunyai perwakilan yang mengurusi pekerja-pekerja di lapangan yang
dinamakan Layanan Operasi (LO).
Dalam upayanya mengelola informasi, kebijakan perusahaan, sosialisasi,
koordinasi dan lain sebagainya dari PERTAMINA EP (pusat) ke setiap wilayah
kerja yang tersebar, Andar sebagai public relations internal dan data bekerjasama
dengan para LO setiap lapangan tersebut dalam proses koordinasinya dengan
seluruh pekerja PEP Region Jawa. LO adalah Humas untuk wilayah lapangan
(operasi) yang bekerja untuk menjalin hubungan baik dengan masyarakat yang
tempat tinggalnya berada di sekitar wilayah pemboran (operasi) PERTAMINA.
Tugas Andar pula yang membantu memberi pembinaan untuk kinerja dan kualitas
kerja para LO ini dengan mencarikan training dan lain sebagainya.
Selain itu, masih ada ‘segudang’ pekerjaan sehari-hari Andar sebagai
seorang public relations internal dan data. Berikut ini adalah job description yang
telah ditetapkan oleh perusahaan untuk dikerjakan oleh Andar dalam perannya
sebagai seorang public relations internal dan data di PT. PERTAMINA EP
Region Jawa :
79
1) Meningkatkan citra perusahaan dan membina hubungan baik dengan
stakeholders,
2) Menyusun, menyiapkan dan mengelola materi informasi untuk publikasi
kepada pers/publik dalam bentuk pers conference, press release, artikel dan
lain-lain untuk mensosialisasikan aktifitas operasi, kinerja, kebijakan serta
kegiatan penting perusahaan untuk dimuat/ditayangkan di berbagai media
massa,
3) Melaksanakan kegiatan press clipping setiap hari terhadap pemberitaan tentang
PERTAMINA dan perkembangan dunia Migas Internasional maupun
Nasional dengan segala aspeknya,
4) Melaksanakan standar protokoler perusahaan baik yang diadakan di dalam
maupun ke luar (kunjungan kehormatan/countessy call),
5) Mendokumentasikan acara/kegiatan perusahaan dan memelihara hasil
dokumentasinya,
6) Pembuatan media informasi perusahaan seperti buletin, leaflet, spanduk, plakat
dan lain-lain,
7) Membuat dan mengirimkan berita tentang aktivitas operasi, kinerja dan
kegiatan penting di Region Jawa ke media internal PERTAMINA.
Adanya peran public relations officer (PRO) dalam sebuah perusahaan
adalah suatu usaha yang sengaja dilakukan, direncanakan secara
berkesinambungan untuk menciptakan saling pengertian antara sebuah perusahaan
80
dengan masyarakat. Public Relations adalah sebuah seni sekaligus ilmu sosial
dalam menganalisa kecenderungan, meramalkan konsekuensinya, memberikan
pengarahan kepada pimpinan perusahaan dan melaksanakan program-program
terencana yang dapat memenuhi kepentingan baik perusahaan, instansi dan
lembaga serta masyarakat yang terkait, serta merupakan fungsi manajemen untuk
mencapai target tertentu yang sebelumnya harus mempunyai program kerja yang
jelas dan rinci, mencari fakta, merencanakan, mengkomunikasikan, hingga
mengevaluasi hasil-hasil apa yang telah dicapainya.
Dalam hal memberikan pengarahan kepada pimpinan perusahaan, Andar
yang berperan sebagai public relations internal dan data difungsikan pada
kegiatan-kegiatan, seperti ketika GM PEP Region Jawa akan memberikan kata
sambutan pada sebuah acara, maka Andar dipercaya untuk memberikan arahan
untuk isi pidato beliau dan membuatkan naskah pidatonya. Selain itu, ada pula
tugas Andar dimana ketika GM diminta langsung oleh BP MIGAS (Badan
Pemeriksa Minyak dan Gas) untuk presentasi ke DPR RI Komisi VII di Bandung,
Hupmas ditunjuk sebagai koordinator dan Andar ditugaskan untuk
mempersiapkan isi materi (sesuai dengan permintaan BP MIGAS) untuk
dipresentasikan ke DPR RI Komisi VII Bandung tersebut. Selain GM dan
Manager Senior Eksploitasi yang terlibat langsung dalam pembuatan isi materi,
Andar juga memberikan arahan sehubungan dengan sistematika presentasi.
Sehubungan dengan target kerja, Andar sebagai public relations internal
dan data pun mempunyai target kerja yang telah Ia susun dan harus Ia capai dalam
81
jangka waktu satu tahun, yang terangkum dalam SMK (Sistem Manajemen Kerja)
Andar, beberapa diantaranya yaitu :
1. Media tour ke fasilitas produksi PERTAMINA EP Region Jawa. Target media
kurang lebih sepuluh media. Dengan target dalam satu tahun sebanyak dua
kali media tour,
2. Media training dalam bentuk pembinaan hubungan dengan wartawan berupa
press release dan advertorial. Dengan target sebanyak tiga kali dalam satu
tahun,
3. Perencanaan, pelaksanaan, pengevaluasian, pengkoordinasian program
pemberdayaan masyarakat untuk mendukung PROPER (Program Penilaian
Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan) Hijau setiap
field di wilayah kerja PERTAMINA EP Region Jawa. Dengan target realisasi
sebanyak tiga program,
4. Survei citra perusahaan di wilayah lokasi kerja pemboran. Dengan target tiga
kali survei dalam setahun,
5. Pembuatan buletin, kaleidoskop dan survei buletin sebanyak satu kali. Target
cetak buletin dalam satu tahun adalah dua puluh kali cetak,
6. Perbaikan STK (Sistem Tata Kerja), kegiatan dalam Tim PQA (PERTAMINA
Quality Award) dan lain-lain.
Setiap pegawai PERTAMINA diwajibkan membuat target kerja sesuai
dengan job description yang telah ditentukan oleh perusahaan. Setiap pegawai
(terutama yang masih muda) juga dituntut berperan aktif untuk ikut ambil bagian
dalam peran-peran lain selain peran (jabatan) resmi dalam strukturisasi organisasi
82
perusahaan, seperti peran-peran Andar yang bergengsi, yaitu anggota dalam Tim
PQA (PERTAMINA Quality Award) dan anggota dalam Tim Assessor/Auditor.
Tim PQA adalah penunjukkan kepada pegawai PEP Region Jawa yang
muda dan berkualitas oleh Tim Manajemen Mutu PEP Region Jawa, yang
bertugas untuk bekerjasama dengan GM PEP Region Jawa dalam membuat,
mengarahkan, memberi saran dan pendapat atas kinerja kepemimpinan GM PEP
Region Jawa, yang akan dikompetisikan dalam PERTAMINA Quality Award,
yaitu ajang penilaian kualitas kinerja manajerial seluruh unit PERTAMINA
seluruh Indonesia, yang mana terakhir PEP Region Jawa berhasil mendapatkan
peringkat kedua.
Tim Assessor/Auditor adalah penunjukkan secara langsung oleh
PERTAMINA (PERSERO) kepada pegawai PERTAMINA yang muda dan
berkualitas, yang bertugas untuk menilai dan mengevaluasi hasil kinerja unit-unit
lain dalam lingkup PERTAMINA (seluruh Indonesia). Selain itu masih banyak
lagi peran yang Andar jalani sebagai Pegawai PERTAMINA, seperti anggota
BAZMA (Badan Zakat PERTAMINA), anggota BDI (Badan Dakwah Islam),
BAPOR dan Serikat Pekerja.
Penunjukkan perusahaan terhadap peran para pegawai PERTAMINA
diluar peran (jabatan) resmi dalam strukturisasi organisasi perusahaan seperti
yang diikuti oleh Andar dan Pegawai PERTAMINA lainnya, bertujuan agar para
Pegawai PEP Region Jawa dapat mengembangkan bakat dan kemampuannya di
segala bidang, mampu bekerjasama dengan baik, serta berperan aktif dalam
memajukan dan meningkatkan citra positif untuk perusahaan.
83
Di dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, hubungan antarpribadi
memainkan peran sangat penting, bahkan bisa menjadi faktor utama dalam
mengembangkan diri seorang individu, lebih jauh lagi dalam membentuk
kehidupan masyarakat. Terutama ketika hubungan antarpribadi itu mampu
memberi dorongan kepada seseorang yang berhubungan dengan perasaan,
pemahaman informasi, dukungan dan berbagai bentuk komunikasi yang
mempengaruhi citra diri seseorang serta juga dapat membantu individu dalam
memahami harapan-harapan orang lain.
Andar sebagai seorang public relations internal dan data tentu sangat
mengutamakankan adanya komunikasi antarpribadi yang terjalin sebagai sudah
menjadi kebiasaan sehari-hari yang tidak dapat dipisahkan dari setiap
pekerjaannya. Komunikasi antarpribadi sangat berkualitas karena bentuknya
adalah dialog, tatap muka, yang memberikan jawaban dan pendapat bahkan
terpacu untuk mengemukakan ide-ide spontan secara langsung, sehingga dapat
terjadi sebuah diskusi hingga pemecahan masalah secara lebih efektif, yang tentu
saja hal ini sangat bermanfaat dan menguntungkan semua pihak.
Pergaulan antarmanusia merupakan salah satu bentuk peristiwa
komunikasi dalam masyarakat. Di antara manusia yang saling bergaul, ada yang
saling berbagi informasi, ada pula yang membagi gagasan dan sikap. Dalam
pergaulan antarmanusia selalu terjadi proses penyesuaian pikiran, penciptaan
simbol yang mengandung suatu pengertian bersama. Dalam prosesnya yang tatap
muka, kemampuan dan keterampilan seseorang dalam berbahasa, baik secara
84
verbal maupun non verbal menjadi faktor utama dalam keberhasilan komunikasi
antarpribadi.
Andar yang telah memiliki segudang pengalaman di bidang komunikasi
dan pengalaman dalam kegiatan-kegiatan ke-PR-an sebelum dirinya bekerja di
PERTAMINA, membuat kemampuannya di bidang komunikasi sudah tidak
diragukan lagi oleh atasannya. Hal ini baru terlihat oleh atasan dan para pimpinan
ketika Andar selalu bisa membuktikan bahwa Ia bisa mengerjakan setiap
pekerjaan bahkan memberikan masukan-masukan dan inovasi baru pada setiap
pekerjaannya dengan baik.
Berpegang pada kemampuannya yang dapat diandalkan itulah, saat itu
Andar diawarkan untuk pertama kalinya menjadi MC di sebuah acara perusahaan.
Di kantor, tidak ada seorang pun yang mengetahui bahwa sebelum masuk
PERTAMINA Ia telah sering menjadi MC, jadi bukan merupakan kesulitan lagi
bagi dirinya. Setelah melihat aksinya, semua pekerja saat itu langsung
memberikan apresiasi yang sangat baik. Semenjak saat itulah, Andar sering
dimintai peran sebagai MC dalam acara-acara dan kegiatan formal maupun non
formal perusahaan. Acara formal itu, seperti ketika kunjungan kerja direktur,
kegiatan formal, seperti sosialisasi dan acara non formal, seperti perlombaan
melukis serta kegiatan non formal, seperti family gathering. Berikut ini adalah
petikan wawancara penulis dengan Andar perihal perannya sebagai MC :
“Kalo MC waktu itu aku di challenge sama Manager SDM untuk MC. Saat itu aku ditanya sama Asman ku, “Berani gak MC?” aku jawab aja dengan modal PEDE “Siap pak!!”. Nah dari situ langsung aku latihan sama mba Ocha (SDM). Untung waktu masa pendidikan OJT sempet
85
diajarin cara MC bagaimana. Dan sebelumnya di Makassar juga pernah MC. Sebelum masuk PERTAMINA juga pernah ngeMC, jadi ya sedikit banyak PEDE nya agak-agak lumayan lah, hehehee…..Orang-orang di PERTAMINA belum tau kalo aku dah pernah ngeMC, jadi tinggal aku buktiin aja sama mereka kalo aku bisa. Dan alhamdulillah terbukti bisa. Dan gak sangka orang-orang pada applause. Man.SDM juga saat itu langsung kasih selamat, Asmanku juga kasih selamat, temen-temen bilang bagus! Ya alhamdulillah semua orang seneng..NAH!!!! Dari situ dehh!!!! Setiap MC aku terus yang diminta..” (wawancara lewat email pada Hari Kamis, 15 Juli 2010)
Jauh sebelum Andar resmi menjadi pegawai PERTAMINA, ketika Ia
masih OJT (on the jobtraining) di Makassar, Ia pun sudah membuat
pembaharuan, yaitu terhadap kegiatan press clipping dengan membuat media
monitoring dan analisanya. GM Pemasaran PERTAMINA Makassar pada saat itu
memberinya apresiasi dengan langsung datang ke ruangan Andar. Berikut ini
adalah petikan wawancara penulis dengan Andar perihal apresiasi tersebut :
“Alhamdulillah..dan aku gak nyangka, aku dapet apresiasi langsung dari GM-nya. Beliau sampe dateng ke ruangan ku, Cuman bilang selamat dan monitoring ini dipertahankan. “Terus melakukan improvisasi, ya…“ gitu katanya hehehe..” (wawancara lewat email pada Hari Rabu, 7 Juli 2010)
Sebuah apresiasi kecil, namun berdampak besar dalam memotivasi dan
mendukung kinerja Andar agar semakin baik lagi ke depannya. Namun, hal ini
tidak lantas membuat Andar puas dan merasa sombong. Meskipun Ia belum genap
3 tahun bekerja di PEP Region Jawa, namun semua publik internal telah mengenal
dirinya sebagai tipe pekerja yang aktif, supel, cerdas, cekatan dan enerjik.
Di Bagian Hupmas, pegawai yang bekerja ada tujuh orang. Seorang yang
mengepalai Hupmas, yaitu Asisten Manajer Hupmas dan enam orang staf yang
86
berada di bawahnya, yaitu terdiri dari satu orang yang menjabat sebagai public
relations internal dan data, satu orang menjabat sebagai staf CSR dan empat orang
yang menjabat sebagai staf eksternal. Ketujuh orang inilah yang disebut sebagai
Tim Hupmas. Oleh karena itu, dalam setiap pekerjaan yang Andar buat dan
lakukan, yang sangat erat kaitannya dengan pencitraan perusahaan, Ia berusaha
ikut melibatkan rekan-rekan kerjanya untuk saling bekerjasama, ada yang berbagi
pendapat, ide, gagasan, saran dan kritik terhadap setiap kegiatan yang Andar
lakukan yang berhubungan dengan pencitraan perusahaan.
Meskipun dalam sebuah kegiatan tertentu adalah tugas yang diberikan
oleh atasan ataupun perusahaan untuk Andar, namun sering kali dalam melakukan
persiapannya hingga pelaksanaan, Andar selalu mengajak rekan-rekannya untuk
ikut mengambil peran, apakah itu sebagai pemberi pendapat, penasihat, sampai
dilibatkan langsung dalam kegiatannya. Andar adalah orang yang sangat
menjunjung tinggi arti sebuah kerjasama, sebab baginya, Ia dan rekan-rekannya
adalah sebuah tim, yang ketika sebuah kegiatan di persembahkan untuk publik
(publik internal dan eksternal), maka semua itu adalah sebuah karya atas nama
Tim Hupmas, meskipun rekan-rekannya sifatnya hanya membantu, karena
penyumbang ide dan gagasan terbesar adalah Andar.
Kerap kali Andar mengajak rekan-rekannya untuk terbuka dalam
mengemukakan pendapat. Pertama tujuannya adalah ingin melihat rekan-rekannya
juga bisa berkembang dan maju bersama dirinya untuk bersama memajukan dan
meningkatkan citra perusahaan. Kedua, Andar merasa mempunyai tanggungjawab
dengan komitmen yang telah dibuat bersama dalam sebutan nama, “Tim
87
Hupmas”. Dan yang terakhir yaitu yang memang telah menjadi tugas dan
kewajiban Andar sebagai seorang public relations internal dan data adalah untuk
selalu menjaga hubungan yang baik dan harmonis antarrekan-rekan dan seluruh
publik internal PEP Region Jawa. Jadi, di dalam setiap kegiatannya, Andar tidak
ingin menunjukkan dan menampilkan peran bahwa “One Man Show”, tetapi
“Team Show”, meskipun yang ditunjuk sebagai koordinator dan
penanggungjawab kegiatan adalah tetap dirinya.
Istilah ‘peran’ sebenarnya diambil dari khasanah dunia teater (sandiwara). Dalam teater, seorang aktor harus bermain sebagai seorang tokoh tertentu. Dalam posisinya sebagai seorang tokoh itu, Ia diharapkan untuk berperilaku secara tertentu pula. Posisi aktor dalam dunia teater (sandiwara) itu kemudian dianalogikan dengan posisi seseorang di dalam kehidupan masyarakat. Sebagaimana halnya dalam posisi panggung teater, posisi seseorang di dalam kehidupan masyarakat sama halnya dengan posisi aktor di dalam panggung teater, yaitu bahwa perilaku yang diharapkan daripadanya tidaklah berdiri sendiri, melainkan selalu berada dalam kaitan dengan adanya orang-orang lain yang berhubungan dengan orang atau aktor tersebut dalam menjalankan peran tersebut (Sarwono, 2004 : 215).
Begitu banyak peran yang bisa Andar mainkan sebagai seorang ‘aktor
sosial’ dalam kehidupan ini, khususnya dalam kehidupan kerja di perusahaan
tempat Ia bekerja. Maka berbeda-beda pula cara Andar dalam menghadapi
khalayaknya yang juga berbeda sesuai dengan tujuan khalayak di setiap peran
yang Ia lakoni tersebut. Hal ini serupa dengan apa yang telah dikemukakan oleh
Goffman bahwa,
Kehidupan sosial bagaikan teater yang memungkinkan sang aktor memainkan berbagai peran di atas suatu atau beberapa panggung dan memproyeksikan citra-diri tertentu kepada orang yang hadir, sebagaimana yang diinginkan sang aktor dengan harapan bahwa khalayak bersedia menerima citra-diri sang aktor dan memperlakukannya sesuai dengan citra diri itu. Seringkali sang aktor melakukan pengelolaan kesan tersebut tanpa
88
sadar, ada kalanya setengah sadar, namun terkadang juga dengan kesengajaan penuh demi kepentingan pribadi, finansial, sosial, atau politik tertentu (Mulyana, 2002 : 119-120).
4.2 Upaya PRO dalam Merencanakan Pembentukan Citra Perusahaan
Salah satu karakteristik Penelitian Kualitatif adalah ‘adanya batas yang
ditentukan oleh fokus’. Maka dalam penelitian ini, penulis memberi batasan
penelitian dengan mengambil fokus tentang bagaimana upaya yang dilakukan
PRO dalam membuat perencanaan untuk pembentukan citra perusahaan. Dalam
membuat perencanaan citra yang dimaksud disini, adalah ide-ide dan gagasan apa
saja dari Andar Titi Lestari dan bagaimana usaha-usaha yang Ia lakukan sebagai
seorang PRO (bukan sebagai Pegawai PERTAMINA) dalam melaksanakan ide-
ide dan gagasan tersebut yang bertujuan untuk membentuk citra yang positif bagi
perusahaan.
Banyak hal yang dilakukan oleh Andar Titi Lestari dalam upaya membuat
perencanaan untuk pembentukan citra yang positif bagi perusahaan. Mulai dari
pengungkapan ide-ide dan gagasan baru, mengembangkan gagasan yang telah ada
atau mengimprovisasinya, sampai kepada membuat kegiatan baru yang belum
pernah dilakukan sebelumnya oleh perusahaan.
Andar adalah tipe pekerja yang aktif, berani dan cerdas. Modal diri ini Ia
tunjukkan ketika Ia mempunyai sebuah ide atau gagasan, maka akan segera Ia
utarakan kepada atasannya di Hupmas dan Manajer Legal&Relation dengan cara
komunikasi antarpribadi yang informal, yaitu di sela-sela kesibukan kerja masing-
89
masing pihak. Obrolan informal ini sudah biasa dilakukan antarpegawai dengan
para atasannya, karena sudah terbina hubungan kekeluargaan di antara mereka.
Tidak harus selalu di forum formal pegawai bisa mengemukakan ide dan
pendapatnya, namun dengan obrolan dan pertemuan di sela-sela kesibukan
masing-masing pekerja pun kerap kali dilakukan.
Saling keterbukaan dan tanpa merasa ada kesenjangan status jabatan inilah
yang lantas membuat orang-orang di dalam Hupmas maupun orang-orang di
bawah Fungsi Legal&Relation, baik staf maupun atasannya menjadi tim-tim yang
solid dalam bekerja, sehingga seolah tidak ada kekakuan dalam mengemukakan
ide dan pendapat, semua mengalir begitu saja dengan porsi-porsi komunikasi yang
tepat, dalam arti tetap menjunjung norma-norma etika dan kesopanan.
Sebelum resmi diangkat dan dilantik menjadi Pegawai PERTAMINA,
Andar telah melalui serangkaian tes, ujian hingga pendidikan terlebih dahulu
selama lebih dari satu tahun di Jakarta dan PERTAMINA Unit Pemasaran (UPms)
Makassar. Setelah dilantik pada Januari 2008 Andar resmi menjadi Pegawai
PERTAMINA dan mengawali karirnya sebagai seorang PRO di Bagian Hupmas
Legal&Relation PEP Region Jawa-Cirebon dengan menjabat sebagai staf
eksternal.
Diawal bekerja, Andar mempelajari semua hal mulai dari strukurisasi
organisasi perusahaan hingga job descriptionnya sebagai seorang staf Hupmas
eksternal. Sambil belajar, Ia pun mulai memahami karakteristik kinerja orang-
orang PERTAMINA yang kebanyakan sudah senior (usia tua), yang ternyata dari
90
hal inilah jalan pikiran Andar mulai terbuka untuk mencetuskan ide-ide baru dan
mengembangkan gagasan untuk memajukan perusahaannya, yang Ia sebut, karena
keadaan.
Diawali dengan melihat keadaan, kemudian tercetuslah ide-ide dan
gagasan yang cemerlang di otaknya, dalam usahanya membuat perencanaan untuk
pembentukan citra perusahaan. Gagasan Andar yang pertama adalah membuat
video company profile, yang Ia kembangkan berdasarkan idenya dan
pembuatannya adalah hasil kerjasama dengan Tim Hupmas. Company profile PEP
Region Jawa telah 2 tahun tidak diperbaharui dan desainnya yang terdahulu tidak
up to date. Kemudian Andar bersama tim membuat dan mengemas sedemikian
rupa dan ditampilkan ketika acara gala dinner perusahaan, hasilnya mendapatkan
apresiasi yang sangat baik.
Setelah itu ide Andar selanjutnya adalah membuat program publikasi.
Publikasi untuk internal adalah pembuatan buletin, sedangkan publikasi untuk
ekstertnal adalah pembuatan press release dan advertorial. Buletin internal PEP
Region Jawa sebelumnya hanya berisi 8 halaman dengan desain seperti koran,
namun sekarang Andar membuatnya menjadi 20 halaman dengan desain seperti
majalah. Perubahan ini pun mendapat sambutan yang sangat baik, sehingga publik
internal pun mulai ‘melihat’ sosok Andar.
Publikasi untuk eksternal sebelumnya perusahaan biasanya hanya
memberikan berita kepada wartawan jika ada wartawan yang datang untuk
meliput berita. Namun kini, Andar ingin mengubahnya menjadi perusahaanlah
91
yang berinisiatif untuk selalu memberikan berita kepada wartawan melalui press
release dan advertorial. Ada lagi kegiatan yang belum pernah dilakukan oleh
perusahaan sebelumnya, yaitu media gathering. Media gathering yang dibuat oleh
Andar berada di dua lokasi, yaitu di gedung pertemuan perusahaan dan lokasi
pemboran PERTAMINA. Hasil dari media gathering pun cukup memuaskan,
banyak peliputan berita tentang PERTAMINA di berbagai media. Berikut ini
adalah petikan wawancara penulis dengan Andar perihal program publikasi untuk
eksternal tersebut :
“Yang dulu seringnya wartawan yang datang untuk meliput, bukan karena kita undang, tapi kalo perusahaan lagi ada masalah. Sekarang aku buat kita yang ke wartawan dengan cara buat media gathering, buat advertorial. Gak papa lah bayar, yang penting aku dapet hubungan baik dengan mereka.” (wawancara lewat email pada Hari Rabu, 7 Juli 2010)
Selanjutnya ide-ide lain pun bermunculan ketika Andar kembali melihat
keadaan, bahwa PERTAMINA seolah ‘dimanfaatkan’ oleh masyarakat dalam hal
pemberian bantuan (charity), tanpa ada dokumentasi yang jelas dan bantuan yang
dinilai kurang ‘mengena’ untuk mendapatkan citra perusahaan. Andar berfikir,
jika keadaan ini terus dibiarkan, maka akan terus merugikan perusahaan baik dari
segi finansial maupun citra. Ide Andar untuk membuat sebuah program yang lebih
terukur dan ‘mengena’ di hati dan benak masyarakat pun muncul, yaitu
mengadakan sebuah program pemberdayaan masyarakat (Program CSR).
Atasan Andar pun langsung menyetujui usulan Andar yang dinilai sangat
baik ini. Lantas, atasannya memberikan kepercayaan dan dukungan penuh untuk
proses selanjutnya dikelola oleh Andar. Atasan Andar, yaitu Ibu Sari yang baru
92
menjabat sebagai Asisten Manajer Hupmas Legal&Relations PEP Region Jawa
saat itu langsung memberikan penugasan khusus kepada Andar untuk fokus
mengelola program pemberdayaan masyarakat ini untuk terus dikembangkan
dalam program kerjanya ke depan dan seterusnya. Program pemberdayaan
masyarakat adalah salah salah satu bentuk Program CSR PERTAMINA kepada
masyarakat setempat yang wilayahnya berada dekat dengan wilayah operasional
PERTAMINA, dalam mengemban tanggung jawab sosial untuk mengembangkan
bakat dan potensi, serta membentuk masyarakat yang mandiri dan sejahtera.
Seketika itu pula terjadi perubahan jabatan Andar dan rekan sekerjanya di
Hupmas oleh Ibu Sari, Asisten Manajer Hupmas Legal&Relations. Andar berganti
jabatan dari staf eksternal menjadi Public Relations Internal dan Data. Pertanyaan
pun muncul dalam benak penulis, mengapa saat Andar menjadi staf eksternal,
tetapi lebih banyak mengerjakan pekerjaan internal, seperti buletin dan press
release. Berikut ini adalah petikan wawancara penulis kepada Andar perihal
kejanggalan tersebut :
“Aku di eksternal tapi saat itu aku lebih berfikir ke internal, gitu loh. Itu sebenernya pemetaan dari SDM aku nggak tau seperti apa gitu ya. Sebetulnya aku aja tuh berfikir untuk orang baru, anak baru seperti aku tuh jangan langsung tarok di eksternal, gitu loh. Harusnya aku kenal dulu di internal seperti apa. Jadi akhirnya, nggak efektif. Namaku eksternal, tapi kegiatan yang aku lakukan adalah kegiatan internal, tapi itu di support aja, gitu loh. Atasanku waktu itu nggak terlalu ambil pusing, walaupun aku eksternal tapi melakukan kegiatan internal nggak papa juga, yang penting kerjaanku beres, gitu.” (wawancara langsung pada Hari Kamis, 29 Juli 2010)
93
Oleh karena itulah ketika berganti atasan yang lebih muda, yang pola
pikirnya lebih maju dari atasan sebelumnya, yaitu Ibu Sari. Beliau melihat ada
kesalahan posisi di Bagian Hupmas yang akhirnya diperbaiki semua dan Andar
menurutnya ‘bagus’ di internal. Hal ini justru membuat tumpuan kepercayaan
perusahaan bertambah kepada Andar. Atasannya mengatakan, bahwa di jabatan
ini Andar adalah sebagai manajemen mutunya PEP Region Jawa, manajemen
mutunya Hupmas ada di Andar. Artinya, beliau (Ibu Sari) sangat mengandalkan
kemampuan yang Andar miliki karena telah mempunyai banyak pengalaman di
bidang komunikasi dan juga melihat kemampuannya dalam bekerja, dibandingkan
dengan rekan sekerjanya yang lain di Hupmas. Berikut ini adalah petikan
wawancar penulis dengan Ibu Sari perihal pergantian jabatan Andar tersebut :
“Saya masukkan Andar di internal, karena kemarenkan memang ada kesalahan posisi yang Andar ini dari awal seharusnya dia masuk ke internal, jangan di eksternal dulu, gitu. Kemudian saya bertumpu kepada Andar sebagai manajemen mutunya PERTAMINA, manajemen mutunya Hupmas di Andar. Selama inikan banyak program tapi tanpa disusun dengan dokumentasi yang baik, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan rencana ke depannya, jadi untuk ini saya bertumpu sama Andar.” (wawancara langsung pada Hari Kamis, 8 Juli 2010)
Andar, yang telah diberi kepercayaan oleh perusahaan untuk menempati
jajaran PRO dengan posisi sebagai seorang public relations internal dan data,
tentu merasa mempunyai tanggungjawab profesionalitas dalam menjaga nama
baik perusahaannya. Ia hanya ingin terus berusaha dalam tindakan, untuk
membuktikan bahwa PR PERTAMINA juga tidak kalah dengan PR-PR
perusahaan lain, terutama perusahaan-perusahaan swasta tempat Ia pernah bekerja
sebelumnya. Andar bercerita, bahwa PERTAMINA selalu terbiasa dengan
94
melakukan rutinitas pekerjaan yang itu-itu saja, jarang sekali ada pembaharuan.
Oleh karena keadaan itulah, semenjak Ia masuk PERTAMINA hingga saat ini,
semangat Andar terus terpacu untuk terus mengembangkan sesuatu yang ada di
dalam perusahaan dan juga menciptakan ide-ide dan gagasan serta inovasi baru
untuk semakin memajukan dan meningkatkan citra perusahaannya.
Andar Titi Lestari, beserta seluruh pegawai muda lainnya di perusahaan
PERTAMINA ini, memang merupakan sebuah ‘aset negara’ yang sangat
diandalkan dan dibanggakan oleh PERTAMINA sebagai penerus bisnis negara
yang mempunyai semangat juang dengan pola pikir yang cerdas, modern dan
global. Sebab pada ‘otak-otak’ merekalah PERTAMINA memberikan
kepercayaan dan tumpuan harapan, untuk menjadikan PERTAMINA semakin
berkembang maju dan pesat, menuju perusahaan kelas dunia (world class) di
tahun 2014.
Manusia hidup tidak bisa tidak berkomunikasi. “We cannot not
communicate”. Jelas dipandang dari sudut manapun, komunikasi memegang
peranan utama dalam kehidupan manusia, khususnya dalam berinteraksi sosial
dengan manusia lain. Banyak sekali fungsi komunikasi bagi kehidupan manusia.
Dari sekian banyak fungsi komunikasi menurut para ahli, penulis berpegang pada
sebuah perspektif yang dikemukakan oleh Thomas M. Scheidel, bahwa ,“ kita
berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan mendukung identitas diri, untuk
membangun kontak sosial dengan orang di sekitar kita dan untuk mempengaruhi
orang lain untuk merasa, berpikir atau berperilaku seperti yang kita inginkan”.
(Mulyana, 2007 : 5)
95
Ketika para pekerja PERTAMINA membaca buletin internal PEP Region
Jawa dan melihat nama Andar Titi Lestari dalam Tim Redaksi sebagai
Koordinator Redaktur Pelaksana, maka para pekerja tentu akan bertanya-tanya
hingga akhirnya mengetahui bahwa Andar bekerja sebagai seorang public
relations internal dan data. Ini merupakan salah satu cara komunikasi Andar
dalam bentuk komunikasi tulisan dalam menyatakan identitas diri kepada seluruh
karyawan PEP Region Jawa yang wilayahnya tersebar. Didukung pula ketika Ia
aktif mengumpulkan data ke setiap fungsi dalam setiap kegiatannya membuat
materi presentasi untuk GM PEP Region Jawa melalui komunikasi antarpribadi,
maka publik internal akan semakin mengetahui identitas Andar.
Ada pula cara yang Andar lakukan dengan mengajak rekan-rekannya
untuk ikut mengambil peran dalam setiap kegiatan yang Ia lakukan, maka artinya
Andar ingin membangun sebuah kontak sosial dalam komunikasi dengan rekan-
rekan sekerjanya sebagai sebuah Tim Hupmas. Dalam upayanya merencanakan
citra, ketika Andar mengungkapkan ide-ide dan gagasan kepada atasannya, Andar
berusaha mempresentasikannya sedemikian rupa untuk meyakinkan bahwa
program yang Ia buat itu layak untuk direalisasi. Menggunakan komunikasi
persuasi adalah salah satu keterampilan komunikasi yang Andar miliki untuk
mempengaruhi orang lain agar merasa, berpikir hingga berperilaku seperti apa
yang Ia inginkan.
Jadi, upaya yang Andar buat dan lakukan dalam merencanakan
pembentukan citra perusahaan pertama adalah membuat program publikasi.
Program publikasi terdiri dari dua macam, yaitu program publikasi untuk internal
96
dan program publikasi untuk eksternal. Program publikasi untuk internal yang
Andar buat adalah buletin internal, sedangkan program publikasi untuk eksternal
adalah press release, advertorial dan media gathering. Upaya yang kedua adalah
Andar membuat program CSR, yaitu program pemberdayaan masyarakat.
Program pemberdayaan masyarakat ini adalah sebuah usaha yang sangat besar
untuk mendapatkan citra positif bagi perusahaan.
Sebenarnya tentu masih banyak upaya-upaya yang Andar lakukan dalam
membuat perencanaan untuk pembentukan citra perusahaan, hanya saja apabila
diukur dari bobot skala keefektifan dalam membentuk citra, upaya-upaya yang
lain ini masih kurang menonjol dibandingkan dengan kedua upaya diatas. Namun,
penulis akan mencoba membahasnya dalam subbab selanjutnya.
Semua upaya perencanaan citra yang dibuat dan dilakukan oleh Andar ini
akan terus dilaksanakan dalam jangka waktu yang tidak terbatas, dengan tujuan
pembentukan citra dan lebih jauh lagi agar meningkatkan citra yang positif bagi
perusahaan. Dari hasil wawancara dan pengamatan penulis dengan Andar Titi
Lestari, terlihat dan terbukti bahwa Andar adalah seorang pekerja yang sangat
aktif, berbakat dan selalu bisa bekerja secara profesional. Ia membuktikannya
dengan terus melakukan aktualisasi diri dan mengupayakan dalam setiap
aktivitasnya agar bisa membentuk citra yang positif di mata publik, baik internal
maupun eksternal perusahaan.
97
4.3 Impression Management pada Aktivitas PRO pada Upaya Merencanakan
Pembentukan Citra Perusahaan dalam Dramaturgi
Ketika seorang individu bekerja dalam sebuah perusahaan, maka Ia harus
berperan sebagai apa yang telah ditentukan dan diharapkan oleh perusahaannya
seprofesional mungkin. Setiap pekerjaan dari peran yang Ia lakoni merupakan
sebuah tugas dan tanggungjawab yang harus diembannya dan dilaksanakan sebaik
mungkin. Sama halnya dengan peran PRO, dalam hal ini Andar Titi Lestari yang
bekerja sebagai public relations internal dan data. Sebagai seorang PRO, Andar
tentu mempunyai segudang kesibukan dan target pekerjaan yang harus Ia
selesaikan setiap harinya.
Pengelolaan kesan tampaknya sudah menjadi suatu hal yang biasa
dilakukan dan sudah melekat dalam diri seseorang dalam aktivitasnya berinteraksi
dengan orang lain. Tidak hanya individu yang ingin mengelola kesan terhadap
orang lain, namun juga objek-objek yang manusia ciptakan untuk kebutuhan
sesamanya juga tak luput dari melakukan pengelolaan kesan yang dilakukan oleh
manusia-manusia itu sendiri. Dalam proses pengelolaan kesan, manusia berusaha
menampilkan petunjuk-petunjuk tertentu untuk menimbulkan kesan tertentu di
benak orang lain. Dari petunjuk-petunjuk yang diberikan seseorang kepada orang
lain itulah, maka akan tercipta suatu penilaian terhadap diri seseorang dan dengan
hasil itu pula mereka memperlakukan seseorang tersebut.
Kita melakukan pengelolaan kesan kepada orang lain agar mereka
memperlakukan kita seperti apa yang kita inginkan. Sebaliknya, orang lain pun
98
melakukan hal yang sama terhadap kita. Dengan kata lain, selain sebagai pelaku,
kita juga sebagai khalayak. Segala sesuatu yang terbuka mengenai diri kita, dapat
digunakan untuk memberi tahu orang lain siapa kita dan itu kita lakukan secara
sengaja maupun spontan dari situasi ke situasi. Pengelolaan kesan (impression
management) adalah “ teknik-teknik yang digunakan aktor untuk memupuk kesan-
kesan tertentu dalam situasi tertentu untuk mencapai tujuan tertentu” (Mulyana,
2006 : 112).
Menjadi seorang public relations officer berarti memainkan suatu peran
tertentu di depan seluruh karyawan perusahaan (publik internal) maupun di depan
khalayak di luar perusahaan (publik eksternal), yang terdiri dari tindakan-tindakan
tertentu dan dikemas sedemikian rupa, dipersiapkan dan direncanakan secara baik
agar bisa mendapatkan kesan dan citra yang positif terhadap nama perusahaan
yang dibawanya. Melalui interaksi simbolik inilah, seorang PRO melakukan
seluruh aktivitasnya terhadap orang lain.
Dramaturgi juga menekankan sisi ekspresif aktivitas manusia, yakni
bahwa makna kegiatan manusia terdapat dalam cara mereka mengekspresikan diri
dalam interaksinya dengan orang lain yang juga ekspresif. Oleh karena perilaku
manusia yang bersifat ekspresif inilah, maka perilaku manusia pula bersifat
dramatik, dengan kata lain, banyak yang ‘dibuat-buat’. Berkat daya ekspresifnya,
manusia mampu menegosiasikan segala makna dengan orang lain yang juga
ekspresif dalam suatu situasi. Jadi, tindakan manusia tidak dipandang sebagai
akibat dari kekuatan-kekuatan luar yang mempengaruhi mereka, melainkan
manusia sebagai tuan dari nasibnya sendiri.
99
Pada subbab ini, penulis akan menjelaskan bagaimana saja pengelolaan
kesan yang dilakukan oleh Andar Titi Lestari sebagai seorang PRO, dalam
upayanya membuat perencanaan untuk pembentukan citra perusahaan, yang akan
dibahas dalam panggung belakang dan panggung depan. Dalam panggung
belakang yaitu, bagaimana Andar melakukan pengelolaan kesan ketika Ia
membuat dan melakukan serangkaian aktivitas dan kegiatan dari hasil ide dan
gagasannya dalam mempersiapkan rencana untuk membentuk citra perusahaan.
Sedangkan di panggung depan, yaitu bagaimana Andar melakukan pengelolaan
kesan dalam upayanya melaksanakan apa yang telah Ia persiapkan dalam rangka
membentuk citra perusahaan.
Dalam penelitian ini, penulis mengikuti bagaimana aktivitas dan kegiatan
yang Andar lakukan dalam kesehariannya bekerja sebagai PRO di PT.
PERTAMINA EP Region Jawa selama beberapa bulan. Tiada hari tanpa progress
yang dibuat dan dilakukan oleh Andar. Namun, bagi Andar semua itu sudah biasa,
Ia hanya menganggap semua kesulitan hanya sebagai tantangan untuk dirinya.
Penulis melihat Andar pun bisa menikmati pekerjaannya.
Andar memang terlihat totalitas dalam bekerja. Ia selalu merangkum semua
pekerjaannya dalam apa yang Ia sebut sebagai ‘things to do’ dan ‘skema report’.
Hal apapun bisa menjadi inspirasi baginya. Semua kendala dan kesulitan Ia buat
supaya bisa menjadi mudah. Pengalaman-pengalaman bekerja sebelumnya telah
membuat Andar banyak belajar dan berbagi pengalaman dengan rekan-rekannya
dalam Tim Hupmas. Namun juga sebaliknya, pengalaman-pengalaman para
100
seniornya di Hupmas pula yang Ia jadikan guru dan penasihat dalam melakukan
setiap aktivitas pekerjaannya.
Di panggung belakang, Andar adalah sosok individu yang bebas, karena
statusnya yang masih single. Di rumah, Ia hanya tinggal dengan pembantunya
saja. Orangtua dan adiknya tinggal di Jakarta. Karakternya yang cuek, easy going,
blak-blak-an, bisa dibilang selenge’an dan agak tomboi ini terlihat ketika penulis
bermain ke rumahnya dan juga beberapa kali penulis diajak jalan bersamanya. Di
panggung depan saat bekerja, Ia tentu harus mengontrol semua karakter dan
kebebasannya tersebut sesuai dengan situasi dan tututan peran yang dijalaninya
ketika sedang berhadapan dengan pimpinan dan khalayak eksternal tertentu.
Ketika di kantor, di ruangan Hupmas, jika tidak ada Andar, akan terasa
sepi, karena sosok Andar di kantor terkenal rame, heboh dan selalu bisa
mencairkan suasana yang sedang kaku dan tegang. Tertawa, mimik muka dan
celetukannya yang khas, disambut balas-balasan celetukan dari rekan-rekannya
yang juga gokil, membuat suasana di Ruangan Hupmas yang idealnya sebagai
tempat yang serius bekerja, berpadu menjadi panggung hiburan dan lawakan.
Penulis pun merasa betah berada di Ruangan Hupmas, karena orang-orangnya
yang ramah dan rame. Setting-an tata letak meja kerja pun dibuat senyaman
mungkin tanpa sekat dan sangat rapat, sehingga akan lebih memudahkan dalam
komunikasi. Tradisi berjabat tangan (salam pagi) kepada setiap orang dalam
Hupmas ketika masuk kantor di pagi hari pun semakin mengindikasikan
kehangatan kekerabatan antarpekerja dalam Tim Hupmas.
101
Dalam penampilan, Andar adalah orang yang sederhana, style pakaiannya
casual saja, mungkin lebih terlihat tomboi. Menurutnya, meskipun Ia harus tampil
formal, namun penilaian penampilan pertama baginya adalah masalah
kenyamanan, kedua barulah memikirkan standar kerapihan dan formal. Seperti
yang pernah Ia lontarkan kepada penulis di sela-sela persiapan ketika Ia akan
menjadi MC, bahwa “Kalo pake baju tuh yang penting kita comfort, kalo nggak
ngerasa comfort, mending gak usah aja!” (pembicaraan langsung pada Hari
Selasa, 29 Juni 2010).
Di panggung depan, ketika ke kantor, Ia memakai pakaian seragam kantor,
kemeja dan sepatu pantofel plus kaus kaki. Di panggung belakang, ketika Ia di
rumah memakai pakaian rumah, seperti kaos dan celana tidur, serta membuka
jilbabnya. Berikut ini wawancara penulis dengan Andar seputar penampilannya.
“Humas itu kayak artis. Humas itu corongnya perusahaan. Meskipun everybody’s PR, tapi pemegang citra yang ke masyarakat itukan kita. Jadi, penampilan dari pergi ke kentor sampe pulang tuh penampilan harus ada-lah. Kita ke kantor nggak mungkin pake kaos, itu citra diri, kan? Kita ke kantor nih kerja nggak mungkin pake jeans kan, kecuali kalo di lapangan. Itu memang persiapan.” (wawancara langsung pada Hari Kamis, 29 Juli 2010)
Penulis melihat, mengamati, mengikuti hingga mewawancarai seluruh
aktivitas yang Andar lakukan selama bekerja sebagai seorang PRO, khususnya
sebagai seorang PR internal dan data di PT. PERTAMINA EP Region Jawa.
Hampir seluruh aktivitas pekerjaan yang Ia lakukan tak luput dari perencanaan
untuk pembentukan citra perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara
penulis bersama Andar dan beberapa rekannya untuk mengetahui bagaimana dan
102
apa saja upaya yang dilakukan oleh Andar dalam aktivitas bekerjanya membuat
perencanaan untuk pembentukan citra perusahaan, tentu banyak hal dan upaya
yang Andar lakukan sebagai fungsi peran PRO, yaitu untuk membentuk dan
meningkatkan citra positif bagi perusahaan.
Berawal ketika Andar menjadi pegawai baru di PT. PERTAMINA EP
Region Jawa, Klayan-Cirebon. Sebagai pegawai baru, layaknya individu yang
baru masuk dalam sebuah kelompok sosial interaksi manusia, selain belajar
mengetahui struktur organisasi perusahaan dan mempelajari karakteristik kinerja
perusahaan dan melihat keadaan perusahaannya, Andar pun seperti pegawai baru
pada umumnya, merasa ingin dirinya dikenal dan ‘dilihat’. Ini merupakan
kebutuhan aktualisasi diri manusia. Kemudian Ia pun berfikir untuk membuat
sesuatu agar dirinya dikenal oleh publik internal. Meskipun saat itu Ia menjabat
sebagai staf eksternal, namun dirinya banyak melakukan pekerjaan internal,
mungkin ini efek dari aktualisasi diri Andar tersebut. Berikut ini adalah petikan
wawancara penulis dengan Andar perihal aktualisasi diri tersebut,
“Gatau mungkin mmm..sifatku juga kali ya..aku punya sifat yang ingin diliat orang, gitu..gatau loe liat aja deh, sifatnya orang Leo tuh pengen diliat orang. Jadi perempuan Leo itu tuh kalo kerja, makanya dia lebih cocok berada di lingkungan masyarakat. Semakin dia diliat semakin dia yang semangat. Semakin semangat untuk bikin apalagi-apalagi, gitu. Itu tuh sifat karakternya. Jadi, pada saat aku masuk, yang aku pikirkan, aku harus buat apa nih supaya aku diliat, dikenal, tapi aku tidak mau seperti terlihat aku mencari muka, nggak!! Aku harus memperlihatkan dari tindakan kerjaku.” (wawancara langsung pada Hari Kamis, 29 Juli 2010)
Berawal dari itu, target pembentukan citra positif saat itu Ia targetkan
untuk publik internal, yaitu pekerja dan mitra. Andar pun melihat keadaan kinerja
103
orang-orang di PERTAMINA yang selalu melakukan rutinitas yang monoton,
jarang sekali ada pembaharuan. Andar pun mencoba membuat beberapa
‘gebrakan’ terkait hal untuk pembentukan citra di internal perusahaan, hal
pertama uang Ia lakukan, yaitu membuat video company profile yang baru dan
membuat buletin internal dengan desain dan gaya baru.
Di panggung belakang, ide Andar membuat video company profile
tercetus ketika salah seorang pekerja menyuruhnya membuat company profile
dalam bentuk power point untuk dipresentasikan ke stakeholder. Andar pun
mengembangkannya menjadi bentuk video dan dalam proses pembuatannya
dibantu oleh rekannya di Hupmas untuk membuat isi materi, content dan editing
video. Kemudian Andar melaporkan hasil video company profile tersebut ke
atasannya di Hupmas dan beliau setuju. Di panggung depan, pada saat ada acara
gala dinner perusahaan (syukuran) dalam rangka kenaikan produksi perusahaan,
video yang Andar buat bersama rekannya tersebut ditampilkan dan mendapat
apresiasi yang baik oleh tim manajemen. Publik internal pun mulai ‘melihat
keberadaan’ Andar.
Pengelolaan kesan di panggung belakang dilakukan oleh Andar pada saat
pembuatan video tersebut, mulai dari mencari data-data mentah, mengedit data
hingga menjadi serangkaian kata-kata dan tulisan yang bagus, menarik dan layak
untuk dipresentasikan, kemudian mengeditnya menjadi video oleh rekannya. Di
panggung depan, semua isi content, desain, warna, layout, narasi hingga musik
yang dikemas menjadi sebuah video company profile tersebut dibuat untuk
menggambarkan dan menunjukkan identitas perusahaan, agar pekerja PEP Region
104
merasa bangga terhadap perusahaannya karena melihat kemajuan dari segi
kualitas pencitraan. Itu adalah ide Andar dan juga hasil kerjasama tim, sehingga
hasilnya memuaskan banyak pihak. Bermula dari situlah Andar kemudian
dipercaya untuk membuat pekerjaan-pekerjaan yang lain lagi. Ini merupakan
pembentukan citra diri yang positif untuk Andar.
Upaya Andar yang kedua adalah membuat program publikasi. Pertama Ia
membuat program publikasi untuk internal, yaitu buletin dengan dengan style
design dan gaya bahasa yang baru. Di panggung belakang, Andar membuat
rencana pengelolaan kesan dalam serangkaian persiapannya, sebagai upaya
mengubah tampilan dan isi buletin agar lebih menarik dan tidak kalah dengan
buletin internal perusahaan lain. Andar pun membuat survey terlebih dahulu
mengenai tanggapan pekerja tentang buletin internal yang selama ini telah mereka
baca. Beberapa hasil survey adalah bahwa dari tampilan dan warna buletin yang
sangat tidak menarik, desain foto yang hanya mengangkat foto berjabat tangan
saja atau berdiri berderet dan gaya penulisan yang sangat kaku.
Berdasarkan hasil survey tersebut, juga dari pengalamannya serta beberapa
masukan dari teman-teman di advertising dan publishing company, menjadi
pemicu Andar untuk merubah tampilan buletin. Selanjutnya Andar mencari
beberapa majalah internal Sampoerna, Garuda Indonesia dan Osram di rumahnya
untuk kemudian mendiskusikan dengan teman-teman mitra di Hupmas yang biasa
membuat desain-desain souvenir, marchendise dan buletin sebelumnya untuk
mencontoh konsep majalah-majalah tersebut hingga akhirnya mereka setuju.
Sebelum membuat konsep yang matang, Andar pun menghadap ke atasannya di
105
Hupmas dan beliau sangat mendukung serta langsung memberikan kepercayaan
kepada Andar untuk mengelolanya.
Andar pun membuat konsep mulai dari latar belakang membuat buletin,
tujuan, desain, gaya bahasa, target cetakan hingga keseluruhan tampilan buletin
akan seperti apa, sampai penetapan waktu target launching buletin (diskusi
dengan teman-teman mitra). Kemudian dengan sepengetahuan atasannya, Andar
mempresentasikan konsep yang telah Ia buat tersebut ke Manajer Fungsi Business
Support (sekarang Legal&Relation). Berikut ini adalah petikan wawancara
penulis dengan Andar perihal pengalamannya mempresentasikan konsep buletin
tersebut ke Manajer,
“Hadduuh nggi…. itu aku pikir akan ditanyakan detil sama beliau. Ternyata setelah dia baca konsepku dan dengerin sekilas tentang planning aku gini, “Pak, saya boleh nggak bikin buletin?”, “Kan udah ada ndar..”, “Nggak pak, bentuknya kayak majalah, jadi ada rubrik-rubriknya, profil pekerja itu kita angkat satu orang, kita wawancara, kita tanya dari kepemimpinannya dia, pengalamannya dia sampe keluarganya dia.” Komentar dia cuman gini, “Saya mau lihat hasilnya, gak cuman ngomong doang!”, “Oh, oke pak!” Waaa aku denger dia ngomong gitu langsung tertantang dan memicu aku untuk membuktikan!” (wawancara lewat email pada Hari Rabu, 7 Juli dan wawancara langsung pada Hari Kamis, 29 Juli 2010).
Setelah itu Andar langsung membuat rencana untuk buletin edisi pertama
‘versinya’. Untuk rubrik profil pekerja, Ia mewawancarai Vice President
PERTAMINA EP Region Jawa saat itu dan menceritakan juga sekilas tentang
buletin versi baru tersebut. Beliau pun menyambut dengan antusias. Sebelum
memulai wawancara, jauh sebelum Andar menghadap beliau, ternyata ada
persiapan lagi dibalik itu. Andar membaca-baca profil dari majalah-majalah
106
seperti Femina, Tempo dan lain-lain terlebih dahulu. Berikut ini adalah petikan
wawancara penulis dengan Andar perihal pengalamannya mewawancarai ‘orang
nomor satu’ di perusahaannya tersebut,
“Waduh, lumayan deg-deg-an loh waktu menghadap beliau. Akhirnya aku menghadap dan menceritakan sekilas tentang buletin ini. Alhamdulillah beliau menyambut dengan antusias! Dia malah memberi masukan “Kalo bisa bahasanya pake bahasa yang popular, jangan yang kaku” katanya. Akhirnya interview pertama dimulai. Pertanyaannya pun seputar gaya kepemimpinannya beliau, hingga keseharian beliau.” (wawancara lewat email pada Hari Rabu, 7 Juli 2010)
Selesai wawancara, Andar langsung menulis kembali untuk kemudian
dimasukkan ke dalam content rubrik profil pekerja. Pada saat itu, giliran Andar
menantang teman-teman mitra untuk membuat buletin yang sebelumnya
berjumlah 8 halaman, ditambah menjadi 12 halaman atau 18 halaman. Ternyata
teman-teman mitra masih belum berani, akhirnya Andar menuruti saja kemauan
mereka untuk tetap 8 halaman.
Di panggung depan, saat ‘edisi versi baru’ terbit, sambutan dari para
pekerja ‘heboh’, semua bertanya-tanya tentang siapa yang membuat buletin
tersebut dan lain sebagainya. Berikut ini adalah petikan wawancara penulis
dengan Andar perihal sambutan buletin ‘edisi versi baru’ tersebut,
“Alhamdulillah sambutannya lumayan. Lumayan bikin kaget maksudnya. Gimana enggak, semua orang nanya, ini siapa yang buat? Wah model baru yah? Sampai, kok cuman gini doang?? Macem-macemlah reaksinya. Nah dari situ, Manajer sama Asmenku langsung kasih tantangan lagi. “Ndar, kamu coba buat 20 halaman! Terus ini.. terus itu…!! Wahh masukan dari Manajer ku tuh nggi! Dari yang aku challenge temen-temenku maksimal 18 halaman, malah nambah jadi 20 halaman. Oke deh..tampaknya harus lebih serius nih. Alhamdulillah dapet support juga dari temen-temen.
107
Temen-temen dari field jadi sering kirim, pekerja-pekerja juga jadi sering kasih tulisan ke kita. Wah seneng deh…Alhamdulillah. Cuman emang sayangnya, kita kurang apresiasi ke mereka. Seharusnya kita kasih mereka souvenir buat yang nulis, tapi karena terbatasnya biaya, jadinya souvenir itu gak bisa kami adakan.” (wawancara lewat email pada Hari Rabu, 7 Juli 2010)
Kembali ke panggung belakang, dalam membuat perencanaan citra untuk
buletin, Andar dan tim membuat rubrik peristiwa yang diisi dengan berita-berita
dari kegiatan dan acara internal perusahaan. Andar dan teman-teman mitra saling
bekerjasama untuk mencari dan membuat berita. Setiap kegiatan dan acara
internal pun memang selalu diliput oleh teman-teman mitra sendiri, sehingga tidak
ada kesulitan dalam membuat content isi buletin. Untuk membuat profil pekerja,
terkadang Andar menyuruh mahasiswa/i yang sedang PKL (termasuk penulis)
untuk membuat pertanyaan wawancara, mewawancarai dan membuat hasilnya
kemudian di edit oleh Andar dan tim. Buletin selalu terbit setiap bulan sebanyak
1000 eksemplar. Berikut ini adalah wawancara penulis dengan Andar perihal
teknis proses pembuatan buletin untuk pengelolaan kesan menuju panggung
depan,
“Kalo cover dan isinya aku yang minta. Jadi memang aku yang minta untuk menghindari kebosenan pekerja. Dalam buletin ini memang kerjasama tim, jadi ada content ini dan itu tuh atas kesepakatan bersama, gitu. Dalam membuat isi, kita bener-bener nyari, dengan bergantung pada kegitan-kegiatan dan acara internal. Kalau masih kurang, kita tambah entah dengan artikel tentang kesehatan, browsing di internet, atau kita buat tulisan sendiri, atau kita ajak temen-temen yang udah bikin tulisan ke kita. Setelah temen-temen mitra sudah buat 20 halaman, terus ke aku, aku edit kalo misalnya ada tulisan yang salah-salah, penempatan layout, tata letak fotonya juga kadang aku yang ngatur, kalo foto-fotonya sendiri aku serahkan ke mereka (mitra), aku percayalah! Aku juga harus tau buletinku ini keluar kapan, kalo mo dipastikan keluarnya akhir bulan, berarti dari minggu pertama sampe minggu kedua itu cari berita, nulis berita. Minggu
108
ketiga itu desain dan editing. Minggu keempat, approval (atasan), cetak, sebar. Itu kalo sebulan sekali. Kalo sebulan dua kali, diperpendek. Terus rencana itu sama rubrik-rubriknya itu harus ada. Aku kerjasama sama temen-temen mitra. Mereka kasih masukan tentang rubrik-rubrik gitu.” (wawancara langsung pada Hari Kamis, 29 Juli 2010)
Di panggung depan, pengelolaan kesan yang Andar buat mulai dari cover,
Andar memasang foto profil pekerja yang akan diangkat di dalamnya, supaya
pembaca penasaran melihat sosok yang ada di cover itu siapa, sehingga tertarik
untuk membaca, karena biasanya profil pekerja adalah orang-orang penting di
PERTAMINA EP Region Jawa. Ada juga tulisan-tulisan di cover sebagai point-
point penting yang mewakili isi berita di dalam buletin. Template-template yang
wajib ada di setiap buletin terbit, adalah logo perusahaan, layout nomor dan
tanggal edisi buletin, visi dan misi perusahaan, identitas tim redaksi buletin
lengkap pula dengan identitas perusahaan, prinsip-prinsip EKB (Etika Kerja dan
Bisnis), tips HSE (Health, Safety and Environment) of the week dan prinsip
budaya perusahaan di cover belakang. Tujuan template wajib ini selain agar
menjadi ciri khas buletin itu sendiri, juga bertujuan agar data-data, tips dan
prinsip-prinsip kerja yang penting tersebut tertanam di benak para pekerja
PERTAMINA EP Region Jawa.
Desain tampilan isi buletin pun seperti majalah dengan full colour yang
menarik dan background di setiap halamannya agar terasa lebih hidup, serta
rubrik-rubrik yang sudah ditetapkan sebagai fokus dalam membuat content isi
setiap buletin yang terbit, adalah rubrik profil pekerja, peristiwa (berita-berita),
warta CSR dan kolom (artikel). Untuk penulisan dan gaya bahasa dibuat dengan
109
kata-kata yang lebih natural, tidak kaku dan senetral mungkin, sehingga lebih
mudah dimengerti dan tidak bosan untuk dibaca oleh pembaca untuk semua
kalangan. Foto-foto yang ditampilkan tentu dipilih yang terbaik dan terbagus yang
bisa mewakili isi berita sehingga jelas terlihat dan dapat dimengerti sesuai dengan
isi berita.
Namun secara pembentukan citra, (terbukti dari hasil survey) secara citra
sudah cukup baik untuk internal, walaupun masih ada masukan-masukan yang
sifatnya membangun. Informasi dan kebijakan perusahaan pun dapat dibaca dan
diketahui oleh seluruh pekerja PERTAMINA EP Region Jawa hingga yang
lokasinya jauh di lapangan sekalipun. Bagi Andar, yang paling Ia rasakan dirinya
mendapat apresiasi yang luar biasa sehingga Ia semakin dikenal dan ‘dilihat’ oleh
banyak orang (khalayak internal) adalah ketika membuat buletin ini. Berikut ini
adalah petikan wawancara penulis dengan Andar perihal keberhasilan dari hasil
pengelolaan kesan dari upayanya membuat perencanaan citra tersebut,
“Ketika kita sudah membuat sesuatu yang berbeda, trus orang-orang tau, gitu, keberadaan kita tuh diliat. Nggak cuman aku nih, tapi temen-temen yang lain juga, sama. Aktualisasi pasti! Jadi, prinsip ku nih, kita bekerja ikhlas, kita senang dengan pekerjaan kita, gak peduli-lah orang mo nilai kita seperti apa, tapi yang pertama selama pekerjaan kita itu positif, itu InsyaAllah positif juga dinilainya sama orang lain. Aktualisasi itu tuh fungsinya untuk diri kita sendiri, karir kita sendiri, citra diri. Jadi kalo citra diri sudah baik di mata orang, kita pertahankan, jangan sampek citra diri kita itu tertoreh dengan sesuatu yang akhirnya reputasi kita turun. Kita nggak dipercaya, karir kita mentok, gitu. Karena mempertahankan itu lebih sulit, kan, gitu.” (wawancara langsung pada Hari Kamis, 29 Juli 2010)
110
Seraya membuat buletin, program publikasi lainnya pun Andar perbaharui
dan kembangkan (pada saat itu) untuk target eksternal, yaitu membuat press
release dan advertorial. Di panggung belakang, dalam persiapannya membuat
press release dan advertorial, Andar mengidentifikasi terlebih dahulu mengenai
karakteristik media-media lokal dan media nasional itu seperti apa. Isi press
release dan advertorial yang biasa Andar buat adalah seputar program-program
CSR. Dalam proses pengerjaannya, Ia langsung mengerjakan sendiri di komputer.
Dalam membuat tulisan, Andar terkadang meminta pendapat dari seniornya dalam
membuat kata-kata yang baik, biasanya Ia menyelesaikan tulisannya kurang lebih
selama 15 menit, kemudian diserahkan kepada atasan untuk di approve untuk
kemudian dikirim lewat email ke wartawan.
Di panggung depan, pengelolaan kesan dalam press release dan
advertorial yang Andar buat, bahasanya Ia kemas secara formal dan tidak terlihat
seperti promosi, padahal baik press release maupun advertorial yang Andar buat
tujuannya adalah untuk kepentingan promosi perusahaan juga. Setelah berita
sampai ke wartawan, mereka pun tidak serta merta langsung mempublikasikannya
di media, namun ada pula bahasa-bahasa yang mereka edit lagi sesuai dengan
gaya bahasa penulisan mereka, baru mereka publikasikan di media. Berikut ini
adalah petikan wawancara penulis dengan Andar perihal press release dan
advertorial,
“Ada bahasa yang di hiperbolakan, gitu. Hasil yang aku buat biasanya sebelum wartawan publikasikan di Koran, ada yang mereka edit dulu juga. Terus aku kirimkan ke media yang memang isi beritanya, kegiatannya kita lakukan di tempat itu, misalnya ada kegiatan di Indramayu, aku kirimkan ke Radar Indramayu, gitu. Biasanya aku kirim beritanya ke media-media
111
lokal, karena lebih ‘mudah’, kalo nasional itu masih ‘sulit’.” (wawancara langsung pada Hari Kamis, 29 Juli 2010)
Seorang PRO haruslah kreatif dalam membuat sesuatu agar dapat
membentuk dan meningkatkan citra untuk nama baik perusahaannya. Begitu pula
dengan Andar, ketika Ia akan mempublikasikan sebuah berita dalam bentuk
advertorial, Ia kreatif untuk mengidentifikasi dan menganalisa beritanya terlebih
dahulu, apakah unsur-unsur dari isi berita tersebut layak dan bagus untuk
dipublikasikan. Jadi, setiap Andar membuat advertorial ke wartawan, Ia tidak
‘asal kirim’, tetapi juga dipilih yang benar-benar memiliki ‘nilai jual’. Berikut ini
adalah wawancara dengan Andar seputar analisanya tersebut,
“Aku membuat advertorial dengan dua kondisi. Kondisi pertama : kalau aku menjalankan sebuah program, terutama program-program yang memiliki nilai jual, artinya secara citra program itu memiliki nilai yang positif dimata khalayak, aku akan buatkan advertorial. Kondisi kedua : bila program itu dijalankan sama temen-temen yang lain dan aku menilai bisa memiliki nilai tambah dan nilai jual, secara citra bisa meningkat, maka akan aku buatkan advertorial. Seberapa besar efek dari advertorial yang kita buat tadi bisa membentuk citra dan persepsi positif di mata khalayak. Kita harus melihat, menilai dan menganalisa, apakah program tersebut bagus untuk dipublikasikan atau tidak. Kalau bagus akan aku buatkan advertorial, bahkan aku akan undang rekan wartawan untuk meliput. Kalau tidak terlalu bagus, ya buat apa ya aku buatkan publikasinya. Intinya, PR itu salah satu tugasnyakan mempublikasikan. Nah, apapun bisa kita publikasikan, dengan catatan kita harus melihat dan menilai apakah yang dipublikasikan memiliki efek positif ke depannya atau enggak. gitu....” (wawancara lewat email pada Hari Minggu, 25 Juli 2010)
Di panggung belakang, tentu bahasa tulisan yang Andar tuangkan ke
dalam press release dan advertorial berbeda dengan bahasa tulisan sehari-harinya
di SMS yang informal. gaul, bebas dan banyak penyingkatan kata. Sedangkan di
112
panggung dalam press release dan advertorial, Andar menggunakan bahasa yang
formal, sesuai dengan ejaan EYD, huruf besar, kata sambung dan tanda baca
sangat diperhatikan, serta mengikuti gaya dan standar penulisan yang baku.
Tujuan Andar membuat press release dan advertorial ke wartawan tentu
adalah untuk menjalin hubungan baik, sekaligus ingin membentuk citra yang
positif bagi perusahaan. Ternyata ide-ide dan pembaharuan-pembaharuan yang
Andar lakukan untuk citra diri (self image) dan citra perusahaan (corporate
image) tersebut tanpa disadari olehnya telah membuahkan hasil untuk nilai
kinerjanya yang dinilai baik oleh para atasannya. Pertama kalinya nilai SMK
(Sistem Manajemen Kerja) Andar tertinggi daripada rekan-rekannya di Tim
Hupmas. Berikut ini adalah petikan wawancara penulis dengan Andar perihal
keberhasilannya tersebut,
“Pas atasan ku bilang, “Ndar, nilai SMK-mu paling tinggi tuh!”, “Ah apaan sih pak?”, “Eh, dibilangin kok..” Aku kagetkan, kata atasanku, ”Pertahankan ya!” Waduh! Ya seneng sih, tapi sesaat, udahannya mikir, gua harus ngapain lagi nih, ga bisa nih kayak gini terus, harus ditingkatin lagi-tingkatin lagi…” (wawancara langsung pada Hari Kamis, 29 Juli 2010)
Penulis pun mewawancarai rekan sekerja Andar dalam Tim Hupmas, yang
juga dirinya banyak belajar dari Andar, karena berhubung Ia juga pegawai yang
baru masuk PERTAMINA sekitar 5 bulanan. Berikut ini adalah wawancara
penulis dengan Linggar Budi Anggraeni sebagai Staf CSR, perihal penilaiannya
seputar keahlian Andar dalam komunikasi tulisan,
113
“Mbak Andar itu kreatif bikin tulisan, berbakat dalam lisan mau tulisan. Dia juga sering bikin-bikin tulisan yang dikirimin ke PERTAMINA corporate untuk dimasukkan ke Warta PERTAMINA juga media internal PERTAMINA lainnya. Dia orangnya sangat aktif.” (wawancara langsung pada Hari Rabu, 7 juli 2010)
Andar pernah mengungkapkan kepada penulis, bahwa Ia dinilai oleh
rekan-rekan pekerja memiliki bakat keterampilan dalam berbahasa yang baik. Hal
ini terlihat dan Ia buktikan dalam keaktifannya membuat tulisan (menulis), seperti
menulis berita dan mengirimkannya ke media internal PERTAMINA, membuat
press release dan advertorial yang dikirim ke wartawan, serta membuat artikel
berdasarkan pengalaman hidupnya sampai pengalaman hidup orang lain pun bisa
dijadikan inspirasi buat Andar untuk mengisi rubrik kolom (artikel) dalam buletin.
Bakatnya dalam membuat tulisan (menulis) ini ternyata telah menjadi sebuah hobi
bagi Andar, terbukti karena Andar pun mempunyai dua buah blog untuk
menuangkan hasil karya menulisnya di dunia maya.
Bakatnya dalam berbahasa lisan juga tampak ketika Andar menjadi MC,
bernegosiasi dengan siapapun dan dalam hal apapun dengan gaya bahasa, cara
berbicara, nada suara sampai bahasa mimik muka yang mampu mempersuasi
orang lain. Andar memang wanita yang multi talented dan kreatif. Segala hal yang
menurut orang lain sulit untuk dilakukan, namun oleh Andar sesuatu yang sulit
tersebut bisa dibuatnya supaya lebih mudah. Keaktifan dan bakatnya dalam
berbahasa lisan maupun tulisan, selain bertujuan untuk citra perusahaan, sekaligus
pula sebagai ‘ajang’ aktualisasi diri bagi Andar.
114
Andar pun tidak lantas merasa puas dan ‘terlena’ akan keberhasilan nilai
tertinggi yang diraihnya, namun Andar terus berusaha untuk mempertahankan
citra diri positif yang dipercayakan orang-orang dalam perusahaan untuknya. Otak
kreatif Andar pun selalu menunjukkan adanya ide-ide, gagasan dan membuat
pembaharuan-pembaharuan dalam bekerjanya, kali ini pengabdiannya lebih
kepada untuk membentuk dan meningkatkan citra yang positif bagi perusahaan.
Di panggung belakang, ketika Andar kembali melihat keadaan bahwa
hubungan perusahaan dengan wartawan kurang baik, Ia berfikir untuk membuat
sebuah kegiatan agar antara para wartawan dan perusahaan bisa saling mengenal.
Selama ini, para wartawan kerap kali membuat pemberitaan tentang aktivitas
perusahaan yang cenderung ‘menjatuhkan’ nama perusahaan. Andar pun
berinisiatif untuk membuat kegiatan media gathering. Tujuan media gathering
sendiri adalah agar dapat membina hubungan baik dan saling pengertian antara
wartawan dengan perusahaan sehingga terbina hubungan yang saling
menguntungkan. Berikut ini adalah wawancara penulis dengan Andar perihal
idenya tersebut,
“Jadi aku pikir kita harus mengumpulkan mereka, kita harus mengundang mereka dan berkenalanlah dengan mereka satu-satu, gitu yah. Gak papa lah bayar, yang penting aku dapet hubungan baik dengan mereka. Jadi ada connected-nya, jadi pemberitaan wartawan itu tidak satu pihak, gitu. Dulu itu ketika kita ada masalah, kita tuh udah pasrahlah gitu dibuat salah. Wartawan tuh jarang ada yang minta penjelasan, gitu. Kalaupun bertanya, ujung-ujungnya tuh beritanya negatif, bahasa yang mereka buat cenderung memojokkan kita sekali, bahkan salah. Tapi bukan berarti hubungan kita dengan wartawan tidak baik ya, tapi lebih emang dari kitanya aja yang ga mo berhubungan dengan mereka ‘mungkin’, atau kitanya tidak kenal mereka dan mereka juga tidak kenal kita, jadinya mungkin wartawan nulisnya seadanya aja,
115
gitu. ” (wawancara lewat email pada Hari Rabu, 7 Juli dan wawancara langsung pada Hari Kamis, 29 Juli 2010)
Andar pun mulai menyusun rencana. Di panggung belakang ini, Andar
bersama Tim Hupmas menyusun segala persiapannya. Kegiatan media gathering
yang Andar buat bersama Tim Hupmas tidak hanya sekedar berkenalan antara
kedua belah pihak, namun juga sebagai ‘ajang silaturahmi’. Dalam rangkaian
kegiatan media gathering tersebut tentu juga harus ada ‘sesuatu’ yang bisa
wartawan ‘bawa pulang’. Mulai dari berita, identitas perusahaan, hingga
connected-nya. Andar bersama tim juga mempersiapkan seluruh isi materi yang
akan disampaikan saat gathering tersebut. Untuk nilai berita, Andar mengangkat
masalah bagi hasil Migas, agar pemerintah dan masyarakat daerah dapat
mengetahui secara jelas, wilayah sekitar tempat tinggal mereka yang selama ini
terdapat aktivitas pertambangan PERTAMINA, masyarakat dan daerah juga
mendapatkan keuntungannya.
Persiapan dimulai dari Andar membuat konsep acara hingga estimasi
biaya, kemudian dipresentasikan ke atasan dan manajer, setelah disetujui, barulah
Andar menjalankan konsepnya dibantu bersama tim. Pertama Andar
menghubungi temannya di BP MIGAS untuk membicarakan isi materi, beliau
setuju, kemudian Andar membuat undangan untuk wartawan dan berangkatlah Ia
menuju basecamp-nya para wartawan lokal maupun nasional di Kota Cirebon.
Pengelolaan kesan pun Andar lakukan ketika berkenalan satu persatu dengan
mereka kemudian menjelaskan maksud kedatangannya. Keterampilan Andar
dalam berbahasa lisan pun kembali terbukti ketika Ia dapat mempersuasi para
116
wartawan hingga dapat ‘menggandeng’ seorang wartawan Indosiar untuk
mempermudah koordinasinya dengan seluruh wartawan undangan lainnya.
Berikut ini adalah wawancara penulis dengan Andar saat menceritakan
pengalamannya seputar obrolannya dengan para wartawan,
“Nih kita punya kegiatan ini nih, aku minta tolong wartawan diundang untuk peliputan, karna kita menganggap media sebagai ilmu pengetahuan juga, jadi kita berharap warga dan masyarakat bisa membaca, apa sih PERTAMINA EP itu, apa sih bagi hasil Migas itu, gimana sih cara perhitungannya. Nanti kita ajak juga ajak temen-temen wartawan ke tempat lokasi pemboran kita.” Itu tuh aku yang dateng, kenalan juga baru disitu, sebelumnya ga pernah ketemu, gitu loh..udalah, pede-pede aja! Hehehe… And it works!” (wawancara langsung pada Hari Kamis, 29 Juli 2010)
Media gathering yang intinya untuk mensosialisasikan aktifitas operasi,
kinerja dan kebijakan perusahaan ini mengundang sekitar 60 orang wartawan se-
Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan), yang terdiri
dari wartawan media cetak dan elektronik. Proses selanjutnya adalah menjalankan
birokrasi internal yang cukup memakan waktu. Sambil menunggu uang
perusahaan cair, Andar bersama tim membuat susunan acara, souvenir untuk
wartawan dan membuat backdrop, poster dan lain-lain. Media gathering ini juga
termasuk media tour, yaitu selain sosialisasi di gedung pertemuan PERTAMINA,
wartawan juga langsung diajak jalan-jalan ke lapangan untuk melihat secara
langsung aktivitas operasi PERTAMINA.
Dalam kegiatan media gathering dan tour ini, Andar berperan sebagai
PIC-nya, Ia yang mengendalikan semuanya mulai dari undangan (wartawan,
pejabat PERTAMINA EP Region Jawa dan pengisi materi), sampai desain
117
backdrop hingga catering. Dalam bekerja, Andar tidak pernah lupa untuk
membuat semacam catatan, Andar menyebutnya report progress, tujuannya agar
setiap tahap yang Ia kerjakan dapat terkontrol dan tersusun dengan baik, tidak ada
yang terlewat sampai pelaksanaannya. Andar pun sangat terbuka jika ada yang
ingin memberikan masukan, bahkan Ia ‘memancing’ rekan-rekan dalam tim-nya
untuk speak up.
Untuk koordinasi di lapangan, Andar mengandalkan rekannya yang staf
eksternal, mengukur bahwa beliau telah ‘hebat’ hubungannya dengan teman-
teman di lapangan, jadi Andar percayakan kepada rekannya tersebut untuk
mengurusnya. Yang mendesain backdrop dan souvenir seperti tas, topi dan kaos
adalah teman-teman mitra. Jadi semua staf, mitra sampai atasan di Hupmas ikut
ambil bagian dalam mempersiapkannya. Persiapannya kurang lebih sebulan. Bagi
Andar, persiapan yang paling ribet itu justru birokrasi di internal perusahaan
sendiri. Berikut ini petikan wawancara penulis dengan Andar perihal perasaannya
selama mengurus kegiatan media gathering dan tour, “Media gathering yang
paling ribet tuh birokrasi di internalnya sendiri, riibet banget dah! Kita harus
sabaaar gitu” (wawancara langsung pada Hari Kamis, 29 Juli 2010).
Di panggung depan, pengelolaan kesan pertama mulai dari settingan tata
letak meja dan kursi dan peralatan presentasi. Andar mempertimbangkan bahwa
para wartawan pasti akan ada kegiatan menulis dan mencatat, maka Ia siapkan
kurang lebih 10 meja bundar dengan masing-masing meja ada 8 kursi, memakai
taplak yang dihias renda dengan warna biru dan putih menyesuaiakan dengan
warna gorden dan dinding ruangan. Peralatan presentasi berupa meja untuk para
118
pengisi materi di depan, layar OHP dan sound system yang cukup untuk kapasitas
ruangan dan jumlah orang di dalamnya. backdrop yang besar disusun berjejer di
depan agar semuanya bisa melihat. Layout power point dan backdrop pun
dikemas semenarik mungkin yang mencerminkan identitas perusahaan dan
wartawan. Tim Hupmas sendiri saat itu sangat kompak dengan memakai seragam
kantor khas lokasi PERTAMINA, sedangkan beberapa pengisi materi ada yang
memakai dasi.
Masih di panggung depan, Andar tampil menjadi MC acara media
gathering. Penampilannya pun sudah ‘setelan’ lokasi (meskipun menjadi MC),
kompak dengan Tim Hupmas. Sebelum para wartawan datang, Tim Hupmas
sekaligus panitia acara telah meletakkan souvenir seperti kaos, tas (berisi amplop,
company profile dan materi seminar) dan topi di masing-masing kursi wartawan.
Souvenir tersebut tentu ada logo PERTAMINA EP Region Jawa-nya, dengan
asumsi bahwa dengan pekerjaan wartawan yang setiap hari berada di jalan
(outdor), artinya mereka selalu bersentuhan langsung dengan masyarakat, yang
mengindikasikan bahwa ketika wartawan memakai souvenir dengan logo
perusahaan, maka akan dapat menanamkan identitas perusahaan di benak
masyarakat. Berikut ini adalah wawancara penulis dengan Andar perihal tujuan
wartawan diberikan souvenir tersebut,
“Kita juga ngasih gimik-gimik gitu, ada topi, kaos, tas. Di dalem tasnya aja dikasih company profile, dikasih materi seminarnya gitu, sama ‘amplop’. Kita bikin tas, kaos topi tuh kita berharapnya itu semua di pake sama temen-temen wartawan buat liputan kemana-mana, gitu. Jadikan ada nama kita disitu.” (wawancara langsung pada Hari Kamis, 29 Juli 2010).
119
Acara media gathering di ruangan berlangsung dari pagi hingga siang hari.
Di sela-sela acara diberikan pula snack untuk wartawan dan pengisi acara dan
makan siang prasmanan masih di dalam ruang pertemuan tersebut. Tujuan makan
siang prasmanan ini agar semakin mengakrabkan suasana karena susunan
makanannya lengkap di satu meja khusus untuk makanan dan minuman, jadi
semua peserta dapat mengambilnya ‘berbarengan’. Usai makan siang, acara
dilanjutkan ke lapangan (media tour). Wartawan di fasilitasi kendaraan bis dan
mobil oleh perusahaan untuk berangkat ke lapangan. Setiba di lapangan, para
wartawan disambut oleh para pekerja lapangan dan duduk dalam keadaan kursi
dan suasana lokasi yang keadaannya tidak senyaman di ruangan sebelumnya,
namun tetap teduh. Pekerja lokasi memberi pengarahan tentang aktivitas
pengeboran dan selanjutnya diberikan helm safety memulai tour di lapangan
bersama para pekerja lapangan dan Tim Hupmas. Berikut ini adalah wawancara
penulis dengan Andar seputar pengalamannya dalam acara media gathering,
“Lokasinya pun dipilih yang terdekat, karena supaya lebih efisien aja untuk wartawan, karnakan wartawan punya dateline. Waktu itu tuh 60 wartawan nggak semuanya bisa dateng, karna ada yang harus ngasih berita dululah ke kantor, ada yang tiba-tiba harus liputan juga ke tempat lain, tapi trus dateng lagi ke acara kita, gitu. Jadi, kita harus ngertilah pekerjaan mereka. Pas diajak ke lapangan pemboran mereka exited banget, karna banyak yang blom pernah liat aktivitas pemboran tuh seperti apa. Tujuannya supaya mereka tuh melihat, susahnya temen-temen pemboran disana. Jadi, ketika ada kejadian-kejadian efek dari kegiatan pemboran, kayak blow out, itu mereka bisa ngerti, gitu. Penutupan pas makan malem aja.” (wawancara langsung pada Hari Kamis, 29 Juli 2010)
Hasil dari program media gathering dan tour tersebut sangat memuaskan,
banyak liputan di media-media cetak dan elektronik. Bahkan ada sebuah media
120
yang membuat tulisan satu halaman penuh. Padahal uang yang perusahaan kasih
untuk wartawan hanya ratusan ribu saja, tidak sebanding dengan jika orang lain
meminta diliput, satu kolom saja harganya bisa mencapai jutaan. Ini merupakan
sebuah hasil yang cukup membanggakan. Hasil jerih payah Tim Hupmas
membuahkan hasil yang memuaskan. Semenjak itu, hubungan dengan para
wartawan dirasakan Andar semakin baik saja. Hal ini juga tidak terlepas dari
seluruh pengelolaan kesan yang dibuat dan dilakukan oleh Andar bersama Tim
Hupmas. Semua persiapan perencanaan citra dilakukan dengan baik dan matang,
sehingga di panggung depan dapat membentuk citra yang positif untuk
perusahaan.
Menjadi seorang public relations officer, berarti memainkan suatu peran
tertentu di depan seluruh karyawan perusahaan (publik internal) maupun di depan
khalayak di luar perusahaan (publik eksternal) yang terdiri dari tindakan-tindakan
tertentu yang dikemas sedemikian rupa, dipersiapkan dan direncanakan secara
baik agar bisa mendapatkan kesan dan citra yang positif terhadap nama
perusahaan yang dibawanya.
Di tahun 2010 ini Andar semakin aktif dalam pekerjaannya sebagai
seorang PRO, khususnya PR internal dan data. Andar terus melihat keadaan, hal
apalagi di dalam perusahaannya ini yang memerlukan pembentukan dan
peningkatan citra. Andar pun ’menangkap’ adanya ’kejanggalan’ dalam program-
program bantuan yang diberikan perusahaan kepada masyarakat selama ini, yang
menurutnya tidak ’mengena’ di hati masyarakat, bahkan PERTAMINA cenderung
’dimanfaatkan’. Ide Andar pun tercetus untuk membuat sesuatu agar nama
121
perusahaan bisa lebih melekat di hati masyarakat sekaligus juga bisa
mensejahterakan mereka.
Lantas, Andar pun berdiskusi dengan atasannya untuk mengadakan social
mapping. Social mapping adalah usaha melakukan pemetaan terhadap kebutuhan
masyarakat dan potensi apa yang ada pada sebuah wilayah yang berada di Ring 1,
yaitu wilayah tempat tinggal masyarakat setempat yang lokasinya berada dekat
dengan kegiatan operasional Pertamina EP (Sumur, Stasiun Pengumpul, Stasiun
Kompressor Gas, PPP, Water Plant), Kantor, Komplek dan Mes PERTAMINA
EP. Ring 1 merupakan wilayah prioritas utama dalam penyelenggaraan program
CSR perusahaan.
Di panggung belakang, upaya social mapping pun mulai dilakukan. Andar
bersama seniornya di Tim Hupmas berdiskusi dengan Disnaker (Dinas Tenaga
Kerja) dan juga mengunjungi desa-desa yang berada di wilayah Ring 1, untuk
mengetahui potensi wilayah dan warga setempat. Hasil mapping menyatakan
kurangnya pelatihan keahlian di kecamatan tersebut. Setelah mengadakan
beberapa kali pertemuan bersama Disnaker, Camat dan para Kades setempat,
akhirnya dapat disimpulkan atas musyawarah bersama untuk mengadakan
program pemberdayaan masyarakat berupa pelatihan otomotif roda dua dengan
target peserta yaitu pemuda SMK Otomotif. Andar bersama seniornya tersebut
langsung berfikir untuk mengadakan kerjasama dengan Honda Motor, untuk
pelatihannya.
122
Proses dimulai dari mencari contact person Honda Motor (dibantu oleh
penulis) dan Andar langsung mengatur pertemuan. Saat pertemuan pertama
berlangsung, pengelolaan kesan pun Andar lakukan ketika berkenalan dan
menjelaskan maksud dan tujuan kedatangannya, yaitu ingin mengajak Honda
bekerjasama sebagai sesama perusahaan besar, dituntut untuk memberikan dan
menunjukan kepeduliaan perusahaan terhadap masyarakat sekitar. Andar
mengajak Honda untuk membuat program sinergitas CSR antara PERTAMINA
dan Honda. Honda pun menyambut baik rencana tersebut. Proses selanjutnya
seperti biasa, Andar membuat konsepnya. Apa, bagaimana, kapan, dimana,
dengan latar belakang konsep yang juga harus jelas, hingga estimasi biayanya,
kemudian Ia serahkan ke atasan dan manajernya dan beliau setuju. Birokrasi
untuk pencairan dana untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat ini pun dilakukan
hingga menunggu dana cair.
Ada beberapa lobi yang Andar lakukan dengan Honda, yaitu saat meminta
Honda untuk sharing masalah biaya yang berhubungan dengan teknis
pelatihannya dan juga untuk magang selama satu bulan. Berikut ini adalah
wawancara penulis dengan Andar perihal komunikasi persuasi yang Ia lakukan
dengan pihak Honda (namun tidak sama persis dengan bahasa yang Andar
lontarkan ketika mempersuasi pihak Honda, ini adalah inti cuplikan bahasa
wawancara Andar untuk penulis),
“Pak, inikan program sinergi, kalo sinergi diantara kitakan berarti ada unsur pengeluarannya juga, sinergikan gak cuma dari teknikkan, sinergi itu juga dari biayanya.” Terus aku ajak, “kalo sinergi kayak gini jangan semua biayanya ke kita donk, kalo kita yang bayar semuanya ini berarti programnya PERTAMINA pure, Honda nggak dapet nama. Jadi, supaya
123
sama-sama dapet nama, Honda kerjasamalah sama kita”, gitu. Biaya-biaya teknis untuk pelatihan dan magang itu Honda aja”. Waktu itu aku hanya modal surat sama mulut! heheh...” (wawancara langsung pada Hari Kamis, 29 Juli 2010)
Proses selanjutnya adalah mencari peserta pelatihan otomotif, yaitu
lulusan SMK dan wilayahnya berada di Ring 1 PERTAMINA. Kemudian Andar
mengundang dan mengadakan pertemuan di ruang meeting perusahaan dengan
para Kades dan pihak Disnaker untuk berdiskusi bersama mengenai kondisi desa
dan warga desanya seperti apa. Andar mengikutsertakan para Kades supaya
mereka mempunyai tanggungjawab terhadap kesejahteraan warganya, mereka
juga sekaligus bisa ikut berpartisipasi atau paling tidak merasa dihargai, karena
warga mereka juga yang akan mendapat kesempatan baik ini.
Disnaker membantu dalam hal penyaringan pesertanya, Kades dan Camat
membantu untuk mengumpulkan warga dengan lulusan SMK otomotif. Ketika
waktu dan tempat untuk penyeleksian sudah ditetapkan, PERTAMINA dan Honda
tinggal meunggu saja siapa yang lulus dalam penyaringan tersebut. Saat itu
permintaan dari Honda maksimal quotanya adalah 20 orang, kemudian oleh
Andar dikomunikasikan ke Disnaker dan Kades bahwa PERTAMINA dan Honda
hanya akan memilih 20 orang pesertanya.
Sambil menunggu, Andar pun membuat tentative acara dan planing teknis
program secara keseluruhan. Disinilah Andar kembali mengajak Tim Hupmas
untuk persiapannya, mulai dari diskusi hingga eksekusinya. Untuk para seniornya
di Hupmas, Ia libatkan sebagai pemberi saran dan nasihat, sedangkan untuk yang
124
masih muda, Ia libatkan langsung untuk ikut mengurus persiapan kegiatannya.
Seperti biasa, Andar bersama tim menyiapkan souvenir, seperti kaos, topi
kemudian transport peserta sampai persiapan backdrop, spanduk dan lain-lain.
Memikirkan siapa saja yang akan diundang dari internal perusahaan sampai
bupati. Kegiatan pemberdayaan masyarakat ini memerlukan proses yang panjang
dan keuletan, karena berhubungan dengan nama baik 3 organisasi dan mengurus
masyarakat yang tidak mudah dengan segala keinginannya. Acara ini terdiri dari 4
tahap, yaitu ceremonial (pembukaan), pelatihan, pemagangan dan penutupan
(closing). Berikut ini adalah wawancara penulis dengan Andar yang bercerita
seputar pengalamannya mempersiapkan acara ini,
“Persiapan yang paling ribet dari pemberdayaan otomotif ini birokrasinya yang ribet. Karna kitakan berhubungan dengan manusia, jadi cara kita berbicara ke mereka, meyakinka mereka. Kayak ke Honda itu nggak gampang, kita bolak balik kesana, kita presentasi, telfon-telfonan. Sebenernya sih yang paling ribet itu di internal. Kita harus buat memo, disetujuin apa nggak, nunggu parafnya aja, kalo orang-orang yang mo dimintai parafnya ada di tempat, kalo nggak, nunggu lagi. Ini yang paling ribet, bikin bête. Tapi emang harus ngerti juga sih, inikan perusahaan besar, harus melalui birokrasi ini itu tuh karna berhubungan dengan uang. Goal-nya cuma satu kok untuk menyelesaikan birokrasi ini tuh supaya uangnya keluar, gitu. Betenya lagi, ribetnya lagi, keluar uang dari keuangan juga butuh waktu, nggak bisa langsung keluar. Jadinya sambil nunggu, kita pake uang kas dulu untuk bikin gimik-gimik kayak topi, kaos dan lain-lain karna itukan butuh waktu juga.” (wawancara langsung pada Hari Kamis, 29 Juli 2010)
“Untungnya kita punya temen-temen yang seneng dengan kegiatan macam gini. Jadi sangat gampang berkolaborasi dengan mereka, spiritnya dah nyambung..Oh ya, aku selalu membuat things to do, jadi aku bisa melihat mana pekerjaanku yang masih progress, mana yang sudah selesai dan mana yang belum aku kerjakan. Setiap minggunya, aku selalu report ke atasan termasuk dengan kendalanya apa aja. Biasanya 2 minggu sebelum acara pembukaan atau penutupan, aku sudah mulai wara wiri untuk memastikan semua yang berhubungan dengan acara sudah lengkap dan selesai. (makanya perlu ada things to do itu)..dari susunan acara, undangan, dari sambutan, sampai sewa tempat, makanannya apa, hingga
125
pengamanannya, dari dekorasi ruangan hingga desain backdrop atau spanduk dan lain-lain yang bersifat teknis, semua itu aku siapkan sendiri dibantu sama staf CSR dan temen-temen mitra. Selebihnya temen-temen hanya mengingatkan dan kasih masukan, tapi untuk kendali eksekusi ada di aku. Aku selalu berpatokan dengan things to do ku, itu adalah cheklist untuk persiapan pekerjaanku. Aku inget banget, waktu pembukaan aku sedang PQA, karena aku sudah buat things to do dan cheklist pekerjaanya, ketika pekerjaan itu diserahkan ke orang lain, mereka tinggal jalanin saja. Alhamdulillah semua tidak ada kendala.” (wawancara lewat email pada Hari Minggu, 25 Juli)
Hasil wawancara penulis dengan Andar diatas membuktikan bahwa betapa
sulitnya dalam mengelola sebuah kegiatan dengan serangkaian persiapan
perencanaan untuk pengelolaan kesan, yang tujuannya hanya satu, yaitu agar
dapat membentuk dan meningkatkan citra yang positif untuk perusahaan. Terbukti
pula bahwa dalam bekerja, Andar adalah orang yang sangat detail, semua
pekerjaan yang tampak sulit, Ia buat agar lebih mudah, karena Ia mampu
mempersiapkan segala sesuatunya dengan berpatokan pada catatan-catatannya
(things to do) itu. Dalam mempersiapkan acara, jika timbul ide-ide pada saat di
rumah, Andar pun langsung menulis di catatannya tersebut.
Di panggung depan, pada saat pembukaan (ceremonial) mengambil tempat
di aula pertemuan Disnaker. Karyawan Disnaker yang mengurus dekorasi ruangan
dan tempat duduk, sedangkan isi acara oleh pihak PERTAMINA dan Honda. Ada
snack dan makan siang. Pengelolaan kesannya, agar masyarakat luas mengetahui,
meskipun secara tidak langsung, karena banyak warga yang setiap hari datang ke
Disnaker, ada yang mencari lowongan pekerjaan dan kepentingan-kepentingan
lain. Andar berasumsi bahwa, pasti warga akan melihat ‘ada acara apa’ di Aula
Disnaker, karena pintu aula terbuka lebar. Jadi, masyarakat akan mengetahui,
126
dengan membaca tulisan di poster, spanduk dan backdrop yang berlogokan
PERTAMINA EP Region Jawa, Honda dan Disnaker. Mungkin juga masyarakat
akan bertanya kepada karyawan di Disnaker pada saat itu, sehingga dapat pula
membentuk citra yang positif bagi perusahaan.
Giliran Honda berperan dalam pelatihan selama seminggu (terdiri dari
class room dan praktek) dan proses pemagangan selama sebulan di Bengkel
Honda AHASS. Selama proses ini, Andar bersama tim juga tentu ikut melihat,
memantau dan meliput. Kaos, topi dan name tag sudah diberikan untuk peserta
pakai. Berikut ini adalah wawancara penulis dengan Andar perihal tujuannya
selalu membuat souvenir-souvenir tersebut dalam setiap kegiatan yang Ia buat,
“Ide bikin baju, kaos dan lain-lain untuk otomotif ini ide dari kita, untuk dapet nama di mata masyarakat, karna langsung atau tidak langsung, kalo umpamanya kita punya kegiatan dan nama kita tersebar dimana-mana, pasti orang akan melihat, pasti orang akan notice gitu, ini ada nama PERTAMINA kok ada acara apa, gitukan..ini emang sengaja kita buat baju dengan ada tiga nama instansi ini, karna mereka pasti kepengen punya nama jugakan, jadi kita fasilitasi untuk angkat nama Honda dan Disnaker juga. Jadi menandakan bahwa PERTAMINA dengan kedua instansi ini sudah membuat ini. Kan orang akan bertanya-tanya, ini ada tulisan ini apaan sih? Gitukan. Jadi ada istilah, mouth to mouth advertising, efek dari mulut omongan orang ke orang itu justru lebih besar daripada hanya kayak membuat billboard atau poster. Jadi dengan adanya ini kita berharaplah..kan orang yang make pasti berkeliaran kemana-mana dan orang melihat ada tulisan ini, gitu..” (wawancara langsung pada Hari Kamis, 29 Juli 2010)
Kembali ke panggung depan, acara penutupan (closing). Pengelolaan
kesannya, karena andil paling besar dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat
otomotif ini adalah dari pihak PERTAMINA, maka penutupan diadakan di ruang
pertemuan PERTAMINA. Selain itu juga karena mengundang bupati yang
127
diasumsikan akan bersama ajudannya, untuk internal, pejabat-pejabat
PERTAMINA yang diundang juga banyak. Andar juga mengundang wartawan
untuk meliput acara penutupan.
Di panggung depan ini, settingan tempat duduk untuk peserta diatur
berjajar dan tanpa meja karena tidak ada kegiatan menulis sesuatu, hanya
menyaksikan sambutan penutupan dan menonton video (film otomotif). Berikut
ini adalah wawancara penulis dengan Andar perihal idenya membuat film
otomotif tersebut,
“Jadi aku lagi maen ke PERTAMINA TV kantor Jakarta, terus aku mikir, kenapa nggak kita jadiin untuk promosiin kegiatan disini. Awalnya pingin mempublikasi kegiatan otomotif ke PERTAMINA TV Jakarta. Biar tau tuh, kalo Region Jawa juga punya kegiatan yang gak kalah bagusnya dengan programnya Jakarta. Jadi aku bilang ke temen-temen mitra untuk “tolong donk ambil gambar-gambar pelatihan, mereka diwawancara, aku mo bikin film”, gitu. Alhamdulillah mereka support dan emang hubungan kita tuh udah gini (sambil menggenggam kedua telapak tangannya, artinya hubungannya erat). Hasilnya ada-lah yang aku edit-edit juga. Aku buat narasi. Trus di approve sama atasan…Ternyata dikembangkan sama temen mitra, kalo film ini bisa diangkat saat penutupan otomotif tersebut, ya sudah lah..jadi deh tuh! Sekarang udah kelar akan kita kirim ke PERTAMINA TV Jakarta.” (wawancara lewat yahoo messenger pada Hari Jumat, 16 Juli 2010 dan wawancara langsung pada Hari Kamis, 29 Juli 2010)
Untuk tamu VIP dan undangan, tempat duduknya paling depan memakai
sofa dengan meja bertaplak dan bunga. Dekorasi panggung, dihias seperti taman.
Semua itu untuk memberikan kesan yang nyaman, indah dan asri. Seperti biasa di
tengah acara, tamu dan peserta yang datang diberikan snack. Peserta juga
diberikan lagi kaos, kali ini hanya berlogokan PERTAMINA EP Region Jawa dan
dipakai saat acara penutupan. Makan siang seperti biasa dengan bentuk
128
prasmanan. Disini, hasil dari pelatihan dan pemagangan, atas diskusi
PERTAMINA dan Honda, terpilih 3 orang terbaik dari peserta untuk langsung
dipekerjakan di Bengkel AHASS Honda. Peserta lainnya bisa menyalurkan
keahlian dan sertifikat yang telah mereka dapat untuk melamar kerja.
Namun, PERTAMINA juga tidak ‘tinggal diam’, Andar bersama tim saat
ini sedang mempersiapkan sebuah lahan, bekerjasama dengan Disnaker untuk
mendirikan bengkel bagi para peserta agar bisa mandiri untuk masa depan
mereka. Ini adalah kali pertamanya bagi Andar dalam mengelola secara utuh
sebuah program pemberdayaan masyarakat, berkat kerjasama Tim Hupmas juga.
Baginya, ini adalah pengalaman dan tantangan yang luar biasa. Berikut ini adalah
wawancara penulis dengan Andar perihala pengalamannya ketika bekerjasama
dengan Tim Hupmas,
“Makanya kerja di Humas itu kreatifnya jangan sendirian. Perlu punya sence of team work. Alhamdulillah temen-temen mitra Hupmas itu gak takut buat ngeluarin idenya.. mungkin karena dari awal aku selalu minta mereka buat think out of the box. Aku selalu seneng mendengar ide mereka. Mungkin dari situ, mereka juga seneng punya ide yang aneh-aneh, hahahaa… tapi bagus kok!!” (wawancara lewat yahoo messenger pada Hari Jumat, 16 Juli 2010)
Program ini pula ternyata benar-benar dirasakan oleh warga desa, terutama
para Kades-nya, sehingga hasilnya dapat membentuk citra yang positif di mata
masyarakat untuk perusahaan. Berikut ini adalah wawancara penulis dengan Ibu
Sari (Ast.Man.Hupmas) perihal hasil dari program tersebut,
“Ternyata program pemberdayaan ini lebih dirasakan oleh Kades-kades. Seperti pelatihan otomotif kemarin, Kades bilang, “Selama 70 tahun ini
129
(kan ngomongnya dari Zaman Belanda mulu, hahaha…) baru inilah ada program seperti ini dari PERTAMINA!”. Jadi, memang sebanyak apapun yang kita berikan kalau sifatnya hanya partisipasi-partisipasi tidak akan kelihatan, mending sekalian satu tapi besar dan terlihat programnya. Oleh karena itu, ini yang akan terus diperbanyak dan dikembangkan dan otomatis akan lebih fokus ke Andar.” (wawancara langsung pada Hari Kamis, 8 Juli 2010)
Masih banyak program-program yang akan Andar lakukan dalam
upayanya membuat serangkaian perencanaan untuk pembentukan citra yang
positif bagi perusahaan. Menurut Andar, hal yang paling penting, yang
mempunyai ‘bobot’ paling besar untuk membentuk dan meningkatkan citra yang
positif bagi perusahaan adalah melalui kegiatan-kegiatan pemberdayaan
masyarakat. Andar pun telah mempunyai beberapa program ke depan dan
bekerjasama dengan berbagai lembaga untuk mensukseskan idenya dalam
membuat program pemberdayaan masyarakat. Inilah yang akan Ia kembangkan
terus ke depan dalam program kerjanya sebagai seorang PRO, khususnya public
relations internal PERTAMINA EP Region Jawa.
Atasan Andar, Ibu Sari pun memberikan penilaian yang baik atas kinerja
Andar selama ini dan penilaian positif terhadap citra diri (self image) Andar.
Selain atasannya, penulis juga meminta pendapat dari rekannya di staf CSR,
Linggar mengenai penilaiannya terhadap kinerja dan terhadap citra diri Andar
yang juga dinilai positif. Berikut adalah hasil wawancara penulis dengan Ibu Sari
dan Linggar mengenai Andar,
“Ide-ide Andar itu saya senengnya bagaimana sih supaya program ini tuh baik. Mungkin mulai dari mapping, perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasinya itu harus disusun secara sistematis. Jadi kalau misalnya izin
130
prinsip tadinya hanya judul program dan nilainya sekian, namun sekarang harus ada ada latar belakangnya seperti apa, apa tujuan program tersebut, biayanya juga, hasilnya akan seperti apa. Untuk semua ini aku mengandalkan Andar, karena pertama dia punya background komunikasi, kedua dia masih semangat muda, untuk menyusun proposal, survey butuh waktu yang panjang, ulet dan logika berpikir yang baik. Kalau mau dibuat nilai, andar saya kasih 8, tapi nilai itukan bukan berarti terbaik, masih ada 9 dan 10, artinya tetap harus belajar lagi. Disini saya membandingkan dari masukan2 dari LO, selama ini belum ada yang komplain tentang andar, tapi meskipun begitu andar tetap harus belajar juga. Kalau dari cara berkomunikasi dan berkoordinasi menurut saya baik karena andarkan juga mengumpulkan data-data dari LO-LO dan fungsi yang lainnya juga, kalau komunikasinya tidak baik, tidak mungkin mereka mau memberi data. Seperti juga kunjungan DPR kemarin, atau kunjungan pemda yang lain, saat pak GM atau manajer harus presentasi, andarkan yang harus mengomfile semua file-filenya dari fungsi-fungsi yang terkait, kalau andar tidak enak cara memintanya tentu orang juga males mau ngasih data, jadi disitu ada juga pointnya.” (wawancara langsung dengan Ibu Sari pada Hari Kamis, 8 Juli 2010)
“Kinerjanya dia sangat cepat, tanggap kalau punya program, dia selalu meneliti dari hal yang terkecil sampai yang terbesar, detail orangnya. Pernah waktu ada pembukaan otomotif dia tiba-tiba harus dinas, saat itu dia PIC, otomatis mau tidak mau dia harus menyerahkan tugasnya sama orang lain, nah dia selalu mengecek apakah ini sudah atau belum dan seterusnya, dia tidak pernah lepas kontrol, apalagi kalau dia sendiri yang nanganin...Mbak Andar itu baik banget. Dia selalu ngasih support ke aku untuk jangan bingung, tenang aja, kita pikirin dulu baik-baik, nanti lama-lama selesai sendiri, gitu. Wejangan lain dari mbk andar, kalau ada sesuatu kamu baca dulu kamu ngertiin, baru nanti kalau ada yang nggak tau kamu tanya. Dan banyak-banyaklah menulis, karena humas itu harus pandai menulis. Dia pinter sih dalam komunikasi, karena basicnyakan di komunikasi, caranya berkoordinasi itu by phone, by email, memo. Kalo sudah terkirim dia telfon nanya apakah sudah sampai dan bagaimana-bagaimana, gitu. Dia orang yang cepet akrab dengan orang lain. Kalo ngeMC dia bisa menghidupkan suasana dengan menyuruh atau mengerjai audiencenya. Dia bisa melihat dan memposisikan diri sesuai situasi audience yang dia hadapi itu siapa.” (wawancara dengan Linggar pada Hari Rabu, 7 Juli 2010)
131
Pada intinya, kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh PRO bertujuan
untuk mempengaruhi pendapat, sikap, sifat dan tingkah laku publik dengan jalan
menumbuhkan penerimaan dan pengertian dari publik, baik secara internal
maupun eksternal. Sebagai abdi masyarakat, PRO harus selalu mengutamakan
kepentingan publik atau masyarakat pada umumnya, menggunakan moral atau
kebiasaan yang baik, guna terpeliharanya komunikasi yang menyenangkan di
dalam masyarakat. Komunikasi yang baik didasarkan atas strategi dan teknik
berinteraksi yang mengarah pada terciptanya suatu keadaan yang harmonis antara
perusahaan dengan publiknya.
4.4 Pembahasan Umum
Menjadi seorang public relations officer berarti memainkan suatu peran
tertentu di depan seluruh karyawan perusahaan (publik internal) maupun di depan
khalayak di luar perusahaan (publik eksternal) yang terdiri dari tindakan-tindakan
tertentu yang dikemas sedemikian rupa, dipersiapkan dan direncanakan secara
baik agar bisa mendapatkan kesan dan citra yang positif terhadap nama
perusahaan yang dibawanya. Fungsi peran seorang PRO adalah menciptakan
(membentuk), memelihara, meningkatkan serta memperbaiki citra perusahaan.
Dalam melaksanakan semua itu, PRO tidak pernah lepas dari usaha-usaha
pengelolaan kesan (impression management).
Seperti aktor panggung, aktor sosial pun membawakan peran,
mengasumsikan karakter dan bermain melalui adegan-adegan ketika Ia terlibat
132
dalam interaksi dengan orang lain. Aktor sosial, seperti juga aktor teater,
bergantung pada busana, make-up, pembawaan diri, dialek, pernak-pernik dan alat
dramatik lainnya untuk memproduksi pengalaman dan pemahaman realitas yang
sama. Aktor sosial (PRO) tentu akan mengemas apa yang ingin mereka tampilkan
kepada orang lain sedemikian rupa, agar dapat memberikan kesan-kesan yang Ia
inginkan, dengan tujuan untuk membentuk citra diri (self image) dan citra
perusahaan (corporate image) yang positif.
Antara panggung belakang dan panggung depan, ketika Andar berinteraksi
dan berhadapan dengan rekan-rekan sekerja khususnya di Hupmas dan orang-
orang di rumah, dengan ketika Andar berinteraksi dan berhadapan dengan para
pimpinan perusahaan dan stakeholder eksternal (Disnaker, Kades, Camat,
masyarakat) terlihat adanya perbedaan sikap, kebiasaan dan penampilan yang
Andar lakukan dan tunjukkan. Berikut ini adalah wawancara penulis dengan
Andar perihal pengelolaan kesannya tersebut,
“Kita kan tau ya, kalo ke lapangan orang yang kita hadapi itu seperti apa, kalo kita lagi MC yang kita hadapi tuh orang seperti apa. Jadi kalo audience kita itu tim manajemen atau pekerja PERTAMINA-lah ya paling tidak kita harus menyesuaikan-lah, gitu. Tapi kalo kita udah di lapangan, yang penting kita sopan, gak berlebihan, tidak mencerminkan kita ini orang kaya, nggak glamour, kita harus merendah diri, gitu. Karna kalo di lapangan kita bertemu dengan masyarakat yang notabenenya mohon maaf gitu kan…secara tingkat dan status sosialnya juga di bawah, jadi kita harus lebih merendah, gitu loh. Cara bicaranya pun juga sebetulnya sih kalo bisa bahasa mereka ya sukur, itu jadi bisa memudahkan kita juga. Tapi kalo kayak aku kan gak bisa bahasa Sunda, gatau bahasa Sunda. Jadi kita cuma senyum aja, itu tuh mengarahkan bahwa kita tuh dalam bahasa Indonesia yang bener, gitu loh, bukan bahasa daerah. Jadi bahasa-bahasa yang kita gunakan di masyarakat itu memang bahasa-bahasa rakyat. Kita nggak bisa asal ngaco teriak-teriak gitu, tapi kita harus, “oh iya pak, iya..” ngayomi gitu..Aku liat juga orangnya, ini orangnya formal atau bisa diajak informal. Sebetulnya aku tuh bukan tipe orang yang terlalu suka dengan
133
yang formal-formal, aku lebih seneng informal, jadi kita ngomong tuh apa adanya, bukan penampilan apa adanya. Kalo penampilankan kita harus menyesuaikan dengan siapa kita berhadapan. Tapi kalo dari cara penyampaiannya itu buat aku bahasa tidak yang terlalu kaku, tidak terlalu formal, bisa diajak ketawa, guyon, tuh lebih rileks, kita pun ngomongnya pun bisa lebih explore, gitu. Daripada yang ngomongnya diem, kaku, ngomongnya pun kita jadi susah, gitu. Tapi akukan liat-liat lagi juga orang yang aku ajak ngobrol tuh seperti apa.” (wawancara langsung pada Hari Kamis, 29 Juli 2010)
Dalam aktivitas persiapannya di panggung belakang, penulis melihat
bagaimana Ia menyelesaikan seluruh pekerjaannya dengan overtime. Ia kerap kali
melebihi jam-jam kantor yang telah ditetapkan untuk beristirahat. Pukul 11.30
hingga 12.30 adalah waktu istirahat siang, namun kerap kali penulis melihat
Andar seolah mengabaikan jam istirahat tersebut. Andar selalu terlihat ‘asyik’
menyelesaikan pekerjaannya di depan komputer, meskipun rekan-rekan
sekantornya telah ‘berhamburan’ keluar untuk beristirahat. Andar terlihat selalu
membawa bekal dari rumah untuk di makan di saat jam istirahat kantor. Di rumah,
setelah Andar mempunyai pembantu, pekerjaan rumah seperti menyapu,
mengepel, mencuci dan menyetrika pakaian hingga memasak dikerjakan oleh
pembantunya. Namun, sebelum Andar mempunyai pembantu, semua pekerjaan
rumah tersebut dikerjakan sendiri olehnya, termasuk menyiapkan bekal di pagi
hari untuk istirahat makan siangnya.
Baik di panggung depan saat Ia melakukan aktivitas kerjanya maupun di
panggung belakang saat Ia berada di rumah, Andar adalah sosok pribadi yang
mandiri, percaya diri, enerjik, cekatan dan supel. Seperti di panggung depan,
134
dimana Andar terlihat akrab dengan rekan-rekan kerja maupun stakeholders-nya,
di panggung belakang pun Andar terlihat akrab dengan para tetangganya.
Di panggung belakang, demi menyelesaikan semua pekerjaan yang
menurutnya jika Ia tunda-tunda akan menjadi terbengkalai, maka Andar pun rela
pulang terlambat dari kantor hingga bisa mencapai lebih dari satu jam, demi
mempersiapkan dan menyelesaikan semua pekerjaannya. Ia ingin saat di rumah
adalah total untuk beristirahat dan melakukan aktivitasnya yang lain selain
pekerjaan, sedangkan rekan-rekan yang lain, banyak yang lebih memilih
membawa pekerjaan mereka ke rumah atau melanjutkan pekerjaannya esok hari.
Perbedaan yang menonjol terlihat pada kebiasaannya. Di panggung
belakang, di kantor, ketika Andar merasa pusing atau jenuh dengan pekerjaannya,
tiba-tiba Andar mengerjai teman-temannya, mondar-mandir dengan gaya berjalan
yang ‘selenge’an’, memukul-mukul meja, berteriak, meringis hingga tertawa
terbahak-bahak. Kebiasaan Andar yang lain di panggung belakang adalah, gaya
berjalan dan duduk yang sembrono, bersendawa, bersenandung, hingga
berpakaian seenaknya. Namun, di panggung depan, ketika Andar sedang bersama
stakeholders-nya, Ia terlihat bisa mengontrol kebiasaannya tersebut, mengelola
kesan untuk citra diri (self image).
Dalam berbahasa sehari-hari dengan rekan-rekannya di kantor, Andar
menggunakan bahasa anak muda yang gaul, modern, celetukan bahasa dan logat
daerah, serta cara ngomongnya yang ‘blak-blak-an’ dan ‘ceplas-ceplos’. Namun,
bahasa bergaul antara rekan yang sama-sama masih muda dengan rekan yang
135
umurnya jauh lebih tua Andar bisa menempatkan diri. Kepada sesama rekan yang
masih muda, Andar memakai bahasa “Gue dan elo” atau “aku dan kamu”,
sedangkan kepada rekan-rekan sekantor dan stakeholders yang jauh lebih tua,
Andar menggunakan bahasa “aku dan bapak/ibu”.
Menurut apa yang telah penulis teliti mengenai Andar dalam panggung
belakang dan panggung, mengenai penampilan, sikap, gaya berbicara dan caranya
menghadapi orang lain, Andar tidak banyak melakukan pengelolaan kesan. Andar
tidak ingin melebih-lebihkan atau pun mengurang-ngurangi sesuatu apa pun yang
ada dalam dirinya, Ia berusaha menunjukkan diri apa adanya. Andar hanya
berusaha menampilkan sesuatu atau hal apapun dari dirinya untuk memenuhi
kesesuaian standar keformalan di setiap situasi dan kondisi yang Ia hadapi.
Di panggung belakang, dalam mempersiapkan setiap kegiatan kerjanya
menuju panggung depan, Andar bersama tim dan atasannya selalu mengadakan
technical meeting, untuk membahas proses persiapannya, membuat progress,
sharing mengenai kendala-kendala yang dihadapi, hingga memberikan solusi
untuk menyelesaikan masalah. Proses tersebut sangatlah penting, agar
pertunjukkan di panggung depan berjalan dengan baik dan lancar, sehingga dapat
sukses membentuk sampai meningkatkan citra yang positif bagi perusahaan.
Selain membawakan peran dan karakter secara individu, aktor-aktor sosial
yang Goffman sebut sebagai “tim pertunjukkan” (performance team) juga
berusaha mengelola kesan orang lain terhadap kelompoknya, baik itu keluarga,
136
tempat bekerja, organisasi dan lain sebagainya yang mereka wakili. Mereka
berperan untuk bekerjasama dalam mensukseskan pertunjukan.
Dalam menjalankan fungsi perannya sebagai seorang PRO, Andar tidak
selalu bekerja sendiri, namun kerap kali dibantu oleh orang lain yang disebut Tim
Hupmas. Selain beberapa pekerjaan yang menuntut kemampuan individu, dalam
beberapa pekerjaan lain Andar pun juga memerlukan adanya kerjasama tim, agar
semuanya ikut berperan dalam mensukseskan tujuan bersama, untuk sama-sama
menjaga nama baik perusahaan.
Dalam interaksi simbolik, kehidupan sosial manusia pada dasarnya adalah
interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol. Semua kata-kata, benda-
benda, bahasa, sikap, tingkah laku dan lain sebagainya adalah simbol yang
manusia ciptakan dalam mengungkapkan tujuan-tujuannya. Teori ini tertarik pada
cara manusia menggunakan simbol-simbol yang merepresentasikan makna dan
apa yang mereka maksudkan untuk berkomunikasi dengan sesamanya dan juga
pengaruh yang ditimbulkan atas penafsiran simbol-simbol tersebut terhadap
perilaku pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi sosial tersebut.
Dalam menjalankan seluruh pekerjaan dalam perannya sebagai seorang
PRO, Andar telah melakukan serangkaian pengelolaan kesan dalam upayanya
membuat perencanaan pembentukan citra perusahaan, baik dalam panggung
belakang maupun panggung depan, dengan tujuan untuk aktualisasi diri,
membentuk citra diri (self image) dan citra yang positif bagi perusahaan
(corporate image).
137
Adanya komunikasi sosial yang dilakukan seseorang terhadap orang lain
itu sangat penting, untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, untuk
kelangsungan hidup, untuk memperoleh apa yang diinginkan, antara lain lewat
komunikasi yang menghibur dan memupuk hubungan baik dengan orang lain.
Melalui interaksi sosial pula, kita bekerjasama dengan seluruh anggota
masyarakat untuk mencapai tujuan bersama.
138
BAB V
PENUTUP
Dalam bab terakhir ini, penulis akan menguraikan hasil penelitian yang telah
penulis teliti selama kurang lebih empat bulan di PT. PERTAMINA EP Region Jawa-
Cirebon. Penelitian ini ingin mengungkap tentang bagaimana pengelolaan kesan yang
dilakukan oleh seorang public relations officer dalam merencanakan pembentukan
citra perusahaan, yang dibahas dalam panggung belakang dan panggung depannya.
Berikut ini adalah kesimpulan serta saran dari hasil penelitian ini.
5.1 Kesimpulan
Banyak hal yang dapat penulis jadikan pembelajaran dari seluruh penelitian
ini. Penulis bisa melihat, mendengar, mengamati, merasakan hingga menilai subjek
dan objek penelitian ini. Berikut ini adalah kesimpulan penelitian penulis berdasarkan
hasil dari pertanyaan penelitian :
1. Aktivitas subjek penelitian saat bekerja di panggung belakang, dalam upayanya
membuat perencanaan yang berawal dari ide dan gagasannya sendiri untuk
membentuk citra perusahaan, terdapat banyak melakukan serangkaian
pengelolaan kesan yang dipersiapkan sedemikian rupa. Dalam melaksanakan
persiapan-persiapan tersebut, subjek penelitian tidak bekerja sendiri, namun selalu
139
mengajak rekan-rekan sekerjanya untuk ikut ambil bagian, karena merasa rekan-
rekannya adalah bagian dari sebuah tim, agar dapat menciptakan sebuah hasil
kreatifitas bersama sebagai ‘ajang’ aktualisasi diri.
2. Aktivitas subjek penelitian saat bekerja di panggung depan, yang berawal dari ide
dan gagasannya sendiri dalam upaya membentuk citra perusahaan, terdapat
banyak melakukan serangkaian pengelolaan kesan sebagai sebuah ‘standar
keharusan’. Hampir semua aktivitas pengelolaan kesan yang dilakukan subjek
penelitian di panggung depan melibatkan rekan-rekan sekerjanya untuk ikut
mensukseskan ‘pertunjukan’. Sejauh ini, usaha pengelolaan kesan yang dilakukan
berhasil membentuk citra yang positif di mata publik internal dan eksternal
perusahaan terhadap citra diri (self image) subjek penelitian, terlebih kepada citra
perusahaan (corporate image). Selain itu, setiap usaha pengelolaan kesan yang
dilakukan oleh subjek penelitian di panggung depan adalah sebagai ‘ajang’
aktualisasi diri.
5.2 Saran
Penulis ingin menyampaikan saran dari hasil penelitian ini, agar dapat
memberikan pembelajaran dan pencerahan untuk para pembaca dan penikmat karya
ini.
140
5.2.1 Saran Teoritis
Dalam penelitian dramaturgi ini, penulis tidak hanya ‘terpaku’ pada
perspektif Goffman yang membahas peran-peran individu dalam kehidupan
sosial yang mengelola kesannya di panggung depan dan panggung belakang,
dengan cenderung membahasnya dari segi tindakan, bahasa verbal, bahasa
tubuh dan kebiasaan seorang individu. Namun, penulis mengembangkan
perspektif Goffman ini dengan lebih membahas pada bagaimana sikap,
tindakan, simbol-simbol dan seluruh komunikasi verbal maupun non verbal
tersebut di bahas dalam suatu konteks, yaitu dalam upaya dari persiapan-
persiapan yang individu lakukan, berupa aktivitas dan kegiatan kerjanya di
panggung belakang, dalam melakukan serangkaian rencana pengelolaan kesan
menuju panggung depan.
Inti dari metode penelitian kualitatif bertujuan untuk mengembangkan
konsep dan teori yang telah ada, Jadi, saran dari penulis adalah untuk peneliti-
peneliti selanjutnya jangan ragu untuk bisa mengembangkan teori-teori dari
metode penelitian kualitatif yang telah ada menjadi sesuatu hal yang lebih
berkembang baru lagi.
5.2.2 Saran Praktis
Untuk subjek penelitian, penulis tidak mempunyai saran apapun,
karena menurut pandangan penulis, semua yang telah dilakukan oleh subjek
141
penelitian sudah baik. Namun, penulis mempunyai beberapa saran untuk
semua pihak yang membaca hasil karya ini, yaitu sebagai berikut :
1. Hasil penelitian penulis ini hanyalah segelintir dari sekian banyak karya-
karya penelitian yang baik lainnya, dimana penulis merasa masih terdapat
banyak kelemahan. Mungkin banyak hal yang tidak terbahas oleh penulis
untuk menyempurnakan hasil karya ini, dikarenakan keterbatasan waktu.
Penulis berharap kepada peneliti selanjutnya bisa menyempurnakan hasil
karya yang lebih baik lagi dari hasil karya ini.
2. Penulis merasa bahasa-bahasa yang penulis gunakan dalam penelitian ini
masih kurang ilmiah, untuk peneliti selanjutnya lebih diperhatikan lagi.
ix
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrachman, Oemi. 1993. Dasar-Dasar Public Relations. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Arifin, Zaenal. 2008. Dasar-Dasar Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: PT Grasindo.
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Devito, Joseph A. 1997. Komunikasi Antarmanusia. Jakarta: Proffesional Books.
Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Jefkins, Frank. 1995. Public Relations. Jakarta: Erlangga.
Liliweri, Alo. 1997. Komunikasi Antarpribadi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyana, Deddy. 2000. Human Communication. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyana, Deddy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
x
Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Rakhmat, Jalaluddin. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Ruslan, Rosady. 2001. Etika Kehumasan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Ruslan, Rosady. 2005. Manajemen Public Relations & Media Komunikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Sarwono, Sarlito Wirawan. 2004. Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Soemirat, Soleh dan Elvinaro Ardianto. 2003. Dasar-Dasar Public Relations. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Suhandang, Kustadi. 2004. Public Relations Perusahaan. Bandung: Nuansa.
Yulianita, Neni. 2007. Dasar-Dasar Public Relations. Bandung: P2U-LPPM UNISBA.
Karya Ilmiah:
Andhita, Pundra Rengga. 2007. Presentasi Diri Seorang “Mami Kampus”. Bandung: Skripsi.
Hidayat, Anisa. 2005. Impression Management Dosen dalam Perspektif Dramaturgis. Bandung: Skripsi.
xi
Kurniawati, Indah. 2008. Impression Management Public Relations Officer sebagai Upaya Pembentukan Citra. Bandung: Skripsi.
Sumber Lain :
Arianto, Erwin. 2008. Citra Diri . http://erwin-arianto.blogspot.com/2008/05/citra-diri.html.
Yearry. 2008. Teori Interaksionisme Simbolik. Referensi dari: Griffin, Emory A., A First Look at Communication Theory, 5th edition, New York: McGraw-Hill, 2003