Post on 20-Dec-2020
HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN USIA
MENARCHE PADA SISWI KELAS 8 DAN KELAS 9 MTS
KHAZANAH KEBAJIKAN TAHUN 2019
Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
Disusun oleh:
DEVIN SEPTIA BRAMANDA
11161030000057
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2019 M
v
KATA PENGANTAR
Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
Alhamdulillahirabbill’aalamin, puji dan syukur saya ucapkan atas kehadirat
Allah SWT karena dengan limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat
menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam kepada
Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan pengikutnya yang setia hingga
akhir zaman.
Penelitian ini tentunya tidak dapat terlaksana dengan baik tanpa bimbingan,
bantuan, dukungan serta doa dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. dr. Hari Hendarto, Ph.D., Sp.PD-KEMD selaku Dekan Fakultas Kedokteran UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, dr. Achmad Zaki, M.Epid., Sp.OT selaku Ketua Program
Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, seluruh
tenaga pendidik yang selalu membimbing dan memberikan arahan selama menjalani
masa pendidikan di Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Prof. Dr. dr. Sardjana, Sp.OG(K) SH NSL dan Dr. Zeti Harriyati, M. Biomed selaku
dosen pembimbing, yang telah membimbing, mengarahkan, dan memberikan
semangat dalam menyelesaikan penelitian ini.
3. dr. H. M. Djauhari W, AIF., PFK dan dr. Nina Afiani, Sp.OG, M.Kes yang telah
bersedia menjadi penguji penulis dalam sidang skripsi penelitian ini.
4. drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D selaku penanggung jawab riset Program Studi
Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Seluruh keluarga besar terutama kedua orang tua tercinta, Heru Wahyudi dan
Triningsih yang tak henti-hentinya memberikan dukungan moral, materil dan doa
sepanjang waktu sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
vi
6. Untuk adik-adik tercinta, Regita Ardhya Citra Pramesti dan Tesar Chandra Esnawan
yang menjadi penyemangat penulis dalam menyelasaikan penelitian ini.
7. Wahyuddin S Pd selaku kepala sekolah MTs Khazanah Kebajikan Tangerang Selatan
yang telah memberikan izin kepada penulisuntuk melakukan penelitian di Khazanah
Kebajikan.
8. Teman-teman satu kelompok riset, Laksana Firman Latief, Arga Prahastya dan Ahmad
Zaqi yang telah berjuang dan bekerjasama dalam menyelesaikan penelitian ini.
9. Teman-teman satu tempat pengambilan data riset “Pejuang Khazanah”, Rara Sifa
Izdihariyah, Salwa Luthfianissofa, Laksana Firman Latief dan Rendika Fajryah Hutami
10. Seluruh teman seperjuangan saya, angkatan 2016 Pacemaker FK UIN.
11. Sahabat saya Annisa Luthfi Hapsari, Ahmad Mustafa Bardah, Ahmad Syahal
Syaifudin, Farras Yassar dan Putra Agung Rahmatullah.
12. Seluruh responden yang sudah meluangkan waktunya untuk mengikuti penelitian ini
sampai selesai.
13. Semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan penelitian ini yang tidak
bisa disebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu peneliti mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun dari pembaca
demi kesempurnaan skripsi ini.
Ciputat, 28 November 2019
Devin Septia Bramanda
vii
ABSTRAK
Devin Septia Bramanda. Fakultas Kedokteran. Hubungan Tingkat Stres dengan Usia Menarche pada Siswi Kelas 8 dan Kelas 9 MTs Khazanah Kebajikan Tahun 2019.
Latar belakang: Menarche adalah menstruasi pertama yang dialami seorang wanita saat masa pubertas. Di Indonesia, rata-rata usia menarche adalah 13 tahun. Stres adalah salah satu bagian dalam kehidupan seseorang dan perempuan lebih rentan untuk mengalami stres. Stres dipengaruhi banyak faktor. Karena belum adanya penelitian hubungan tingkat stres dengan usia menarche, maka penelitian ini diperlukan. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat stres dengan usia menarche pada siswi MTs Khazanah Kebajikan tahun 2019. Metode: Penelitian ini menggunakan desain analitik secara potong lintang. Sampel penelitian adalah siswi kelas 8 dan kelas 9 MTs Khazanah Kebajikan tahun ajaran 2019/2020. Sampel diambil dengan metode simple random sampling. Siswi yang masuk menjadi sampel kemudian diberikan lembar informed consent dan kemudian dilakukan pengisian kuesioner. Hasil: Distribusi sampel berdasarkan usia terbanyak adalah 13 tahun dengan usia termuda adalah 12 tahun dan usia tertua adalah 15 tahun. Usia menarche rata-rata adalah 11,9 tahun. Pengukuran stres dengan Dass Score dan hubungannya dengan usia menarche menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat stres dengan usia menarche (Chi-square p=0,752). Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara tingkat stres dengan usia menarche pada siswi kelas 8 dan kelas 9 MTs Khazanah Kebajikan tahun 2019.
Kata kunci: tingkat stres, usia menarche
viii
ABSTRACT
Devin Septia Bramanda. Faculty of Medicine. Correlation between Stress Levels and Menarche Age on 8th grade and 9th grade Female Students of MTs Khazanah Kebajikan on 2019.
Background: Menarche is a first menstruation that happens in woman who is in puberty age. In Indonesia, the mean age of menarche is 13 years old. Stress is a part of one’s life and woman is more suspectible to become stressed. Stress is influenced by many factors. Because of there is no study that discuss about correlation between stress and menarche age, this study is conducted. Objective: This study’s objective is to determine the correlation between stress levels and menarche age on female students of MTs Khazanah Kebajikan on 2019. Method: This study is a cross sectional analytical study. Samples were female 8th and 9th grade students of MTs Khazanah Kebajikan for academic year of 2019/2020. Samples was obtained by simple random sampling method. Students who were eligible was given informed consent form and they filled the questionnaire. Result: Sample distribution according to the highest in age group was 13 years old with the youngest is 12 years old and the oldest is 15 years old. The mean age of menarche is 11,9 years old. The measurement of stress level with Dass Score and its correlation with menarche age showed that there was no correlation between stress level and menarche age. (Chi-square p=0,752). Conclusion: There was no correlation between stress levels and menarche ages on female 8th and 9th grade students of MTs Khazanah Kebajikan on 2019.
Keywords: stress level, age of menarche
ix
DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................... iiiPENGESAHAN PANITIA UJIAN ........................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................................. vABSTRAK ................................................................................................................. vii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. ixDAFTAR GAMBAR .................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xiiDAFTAR SINGKATAN .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xivBAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 11.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 31.3 Hipotesis ....................................................................................................... 31.4 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 3
1.4.1 Tujuan Umum ....................................................................................... 31.4.2 Tujuan Khusus ...................................................................................... 3
1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 31.5.1 Bagi Peneliti .......................................................................................... 31.5.2 Bagi Institusi ......................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 32.1 Landasan Teori .............................................................................................. 4
2.1.1 Pengertian pubertas ............................................................................... 42.1.2 Perubahan fisik pada pubertas pada wanita .......................................... 52.1.3 Pengertian Menarche ............................................................................ 72.1.4 Pengertian Menstruasi ........................................................................... 82.1.5 Fisiologi Menstruasi ............................................................................. 82.1.6 Pengertian Stres .................................................................................. 122.1.7 Jenis – Jenis Stres................................................................................ 132.1.8 Klasifikasi Stres .................................................................................. 132.1.9 Sumber Stres ....................................................................................... 142.1.10 Fisiologi Stres ..................................................................................... 162.1.11 Neurotransmiter dan Stres ................................................................... 182.1.12 Alat Ukur Tingkat Stres ...................................................................... 202.1.13 Mekanisme Stres dengan Perubahan Usia Menarche ......................... 21
2.2 Kerangka Teori ........................................................................................... 232.3 Kerangka Konsep ........................................................................................ 24
x
2.4 Definisi Operasional ................................................................................... 25
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 253.1 Desain Penelitian ........................................................................................ 263.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................... 26
3.2.1 Lokasi .................................................................................................. 263.2.2 Waktu .................................................................................................. 26
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian .................................................................. 263.3.1 Populasi ............................................................................................... 263.3.2 Sampel ................................................................................................. 26
3.4 Teknik Pengambilan Sampel ...................................................................... 273.5 Kriteria Sampel ........................................................................................... 27
3.5.1 Kriteria Inklusi .................................................................................... 273.5.2 Kriteria Eksklusi ................................................................................. 27
3.6 Cara Pengumpulan Data ............................................................................. 273.6.1 Bahan .................................................................................................. 273.6.2 Alat ...................................................................................................... 28
3.7 Cara Kerja Penelitian .................................................................................. 293.8 Managemen Data ........................................................................................ 30
3.8.1 Pengumpulan Data .............................................................................. 303.8.2 Pengolahan Data ................................................................................. 30
3.9 Analisis Data ............................................................................................... 30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 304.1 Hasil Penelitian ........................................................................................... 31
4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ................................................................ 314.1.2 Karakteristik Responden ..................................................................... 314.1.3 Tingkat Stres Responden .................................................................... 324.1.4 Usia Menarche Responden ................................................................. 334.1.5 Analisis Bivariat .................................................................................. 33
4.2 Pembahasan ................................................................................................. 344.3 Keterbatasan penulis ................................................................................... 36
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 365.1 Simpulan ..................................................................................................... 375.2 Saran ........................................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 38Lampiran 1 ................................................................................................................ 42
Lampiran 2 ................................................................................................................ 44Lampiran 3 ................................................................................................................ 48
Lampiran 4 ................................................................................................................ 49Lampiran 5 ................................................................................................................ 50
Lampiran 6 ................................................................................................................ 51
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tahap perkembangan pubertas pada anak perempuan menurut Tanner. .. 5
Gambar 2.2 Tahapan pubertas pada anak perempuan menurut Tanner. ....................... 5
Gambar 2.3 Aksis hipotalamus–hipofisis–gonad pada anak Perempuan. .................... 6
Gambar 2.4 Persentase perempuan usia 10-59 tahun menurut umur pertama haid. ..... 7
Gambar 2.5 Korelasi antara kadar hormone dan perubahan siklus ovarium dan
uterus ........................................................................................................................... 12
Gambar 2.6 Aksis HPA. ............................................................................................. 17
Gambar 2.7 Komponen Mayor Sistem Limbik, Pengaturan Neurotransmiter dan
Sistem Neurotransmitter yang Mengatur Respon Stres. ............................................. 20
xii
DAFTAR TABEL
Table 2.1 Kriteria Dass ............................................................................................... 20
Table 3.1 Komponen pertanyaan dalam kuesioner .................................................... 28
Table 4.1 Distribusi Karateristik Responden .............................................................. 31
Table 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Stres Responden ........................................... 32
Table 4.3Distribusi Frekuensi Usia Menarche Responden ......................................... 33
Table 4.4 Hubungan Usia Menarche dengan Tingkat Stres ....................................... 33
xiii
DAFTAR SINGKATAN
GnRH : gonadotropik releasing hormone
FSH : Follicle stimulating hormon
LH : Luteinizing hormone
Riskesdas : Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar
MTs :Madrasahtsanawiyah
Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
APA : American Psychological Association
GABA :gamma-aminobutyricacid
HPA : Hipothalamus-pituitary-Adrenal
ACTH : Adrenocorticoid Hormone
CRF : Corticotropin Releasing Factor
DHEA : Dehydroepiandrosterone
5-HT1A : 5- hidroksitriptamin 1A
PVN : Paraventricular Nucleus
NMDA : N-metil-D-Aspartat
DASS : Depression Anxiety and Stress Scale
xiv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lembar Informed Consent…..…………………………………………..41
Lampiran 2 Lembar Kuesioner …….....……………………………….….................43
Lampiran 3 Surat Persetujuan Etik…………………………………………………..47
Lampiran 4 Hasil Uji Statistik SPSS………………………………………………...48
Lampiran 5 Dokumentasi…………………………………………………................49
Lampiran 6 Riwayat Hidup Penulis………………………………………................50
1
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Masa pubertas didefinisikan sebagai waktu tercapainya kematangan seksual,
yaitu mulai berfungsinya organ reproduksi. Pada perempuan, pubertas dimulai dengan
terjadinya menarche yaitu mentruasi yang terjadi pertama kali dengan ditandai
keluarnya darah dari vagina akibat peluruhan dinding endometrium.1
Menarche adalah menstruasi pertama kali yang dialami seorang wanita
disebabkan oleh proses sistem hormonal yang kompleks. Inisiasi pubertas itu sendiri
dikontrol oleh neuron kisspeptin yang terletak di nucleus arcuate hipotalamus. Neuron
tersebut akan mengeluarkan neurokinin B dan dynorphin, sehingga menstimulasi
hipotalamus sekresi gonadotropik releasing hormone (GnRH) yang akan meransang
kelenjar hipofisis sekresi Follicle stimulating hormon (FSH) dan Luteinizing hormone
(LH). FSH merangsang folikel primordial untuk menghasilkan hormon esterogen
sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan tanda seks sekunder, ini juga
merupakan tanda - tanda remaja sedang mengalami pubertas.2
Menarche dini adalah menstruasi pertama yang dialami seorang wanita ketika
usianya masih dibawah 12 tahun.3 Usia menarche yang terlampau cepat pada remaja
dapat menyebabkan ketidaksiapan dan masalah pada remaja.4 Menarche yang terlalu
cepat juga menjadi faktor risiko terjadinya kanker payudara, kanker ovarium,
penumpukan lemak dalam jaringan adiposa, risiko penyakit kardiovaskuler, hipertensi,
dan juga menopause yang lebih cepat.5
Di beberapa negara di dunia terdapat variasi umur menarche yang dialami
perempuan, seperti di Amerika Serikat menurut penelitian pada tahun 2001, rata –
rata umur menarche yaitu 12,5 tahun. Di beberapa negara Asia, seperti India pada
tahun 1998 perempuan mengalami menarche rata-rata umur 12,1 tahun, dan di
Jepang pada tahun 1992 memiliki rata-rata umur menarche yaitu 12,6 tahun.4 Di
Kanada rata – rata usia menarche adalah 12,72 tahun.6
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 rata – rata usia
menarche di Indonesia adalah 13 tahun (20,0%) terjadi pada 37,5 persen anak dengan
2
kejadian lebih awal pada usia kurang dari 9 tahun dan ada yang lebih lambat sampai
dengan usia 20 tahun. Sebanyak 30,3 persen anak di DKI Jakarta mengalami menarche
pada umur 11 sampai 12 tahun dan 2,6 persen anak di DKI Jakarta mengalami
menarche pada umur 9 sampai 10 tahun.7
Pada saat ini usia menarche pada remaja putri mengalami perubahan. Penelitian
menunjukan kecenderungan anak perempuan mencapai usia pubertas semakin dini.
Penelitian di amerika serikat dan eropa, rata – rata usia menarche turun 3 sampai 4
bulan per dasawarsa dari tahun 1830 sampai 1980 di Amerika Serikat.8 Sedangkan di
Indonesia menempati urutan ke 15 dari 67 negara dengan penurunan usia menarche
mencapai 0,145 tahun per decade.9
Stres adalah suatu respon adaptif dari individu pada berbagai tekanan atau
tuntutan eksternal yang diterima sehingga menghasilkan berbagai gangguan meliputi
gangguan fisik, emosional dan perilaku.10
Stres merupakan bagian yang tidak terhindarkan dari kehidupan seseorang.
Stres dapat mempengaruhi setiap orang, termasuk remaja. Sumber stres pada remaja
laki-laki dan perempuan pada umumnya sama, namun dampak beban ini berbeda pada
remaja perempuan dan laki-laki.10 Remaja perempuan lebih rentan merasakan dampak
negatif dari stres daripada remaja laki-laki dikarenakan remaja perempuan memiliki
tingkat sensitif yang lebih besar daripada remaja laki – laki.11
Menurut Santrock kebanyakan remaja awalnya mengalami stres karena
masalah di keluarga, sekolah, dan mereka mengalami masalah perilaku. Banyak stresor
lain yang dialami remaja secara terus menerus setiap harinya, tekanan akademis,
kompetisi, kecemasan, tekanan dari teman sebaya.12
MTS Khazanah Kebajikan terletak di kota Tanggerang Selatan, merupakan
sekolah berbasis islam yang dikelola oleh yayasan khazanah kebajikan. Memberikan
pendidikan bagi siswa yatim piatu dan ekonomi menengah kebawah.
Berdasarkan latar belakang tersebut dan belum adanya penelitian yang terkait
di Indonesia maka penulis tertarik melakukan penelitian di MTS Khazanah Kebajikan
untuk mengetahui hubungan tingkat stres dengan usia menarche pada siswi kelas 8 dan
kelas 9 MTS Khazanah Kebajikan Kota Tanggerang Selatan.
3
1.2 Rumusan Masalah
Adakah hubungan tingkat stres dengan usia menarche pada siswi kelas 8 dan
kelas 9 MTS Khazanah Kebajikan Tahun 2019?
1.3 Hipotesis
Terdapat hubungan tingkat stres dengan usia menarche pada MTs Khazanah
Kebajikan Tahun 2019.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan tingkat stres dengan usia menarche pada siswi mts
khazanah kebajikan tahun 2019.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran tingkat stres di MTs Khazanah Kebajikan.
2. Mengetahui gambaran usia menarche di MTs Khazanah Kebajikan.
3. Mengetahui apakah tingkat stres mempengaruhi usia menarche di MTs
Khazanah Kebajikan.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Peneliti
1. Memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana kedokteran di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Menambah referensi dalam penelitian di bidang kedokteran.
1.5.2 Bagi Institusi
Menambah sumber referensi penelitian hubungan tingkat stres dengan usia
menarche.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian pubertas
Pubertas merupakan masa transisi dari masa anak menjadi dewasa. Pada saat
tersebut telah terjadi pertumbuhan yang cepat (growth spurt), yang akhirnya mulailah
terbentuk karakteristik seksual sekunder, tercapainya fertilitas, dan perubahan besar
dalam hal psikologis.13
Pubertas merupakan tahapan yang penting bagi wanita, akan terjadi perubahan
dari masa anak-anak menjadi dewasa. Perubahan tersebut terdiri dari perubahan
hormon, fisik, psikologi dan sosial. Masa pubertas adalah fase organ reproduksi remaja
matang dan siap untuk bereproduksi.12
Saat pubertas ini terjadi dua perubahan yang menonjol di dalam diri yaitu
perubahan fisik dan psikologis. Peristiwa yang paling penting pada masa pubertas
adalah perubahan yang berlangsung cepat dan drastis yang terjadi pada sistem
reproduksi. Perubahan bentuk tubuh terjadi karena sejumlah hormon mulai diproduksi
dan mempengaruhi organ reproduksi untuk memulai siklus reproduksi. Perubahan
dalam pubertas terjadi secara bertahap dari karakteristik seksual primer dan
karakteristik seksual sekunder. Perkembangan organ-organ reproduksi merupakan
perubahan primer, sedangkan perubahan dalam bentuk tubuh sesuai dengan jenis
kelamin termasuk dalam seksual sekunder, misalnya pada remaja putri ditandai dengan
menarche (menstruasi pertama), tumbuhnya rambut-rambut pubis, pembesaran buah
dada, dan pinggul.13
Suatu indikator yang menandakan kematangan organ reproduksi pada remaja
wanita adalah menarche. Sistem reproduksi pada wanita sudah berfungsi yang
mempengaruhi perubahan fisik.13
Menarche merupakan salah satu perubahan yang terjadi pada masa pubertas bagi
remaja putri. Perubahan tubuh yang terjadi akan semakin mencapai keseimbangan yang
sifatnya individual. Di akhir masa remaja, ukuran tubuh remaja sudah mencapai bentuk
5
akhir dan sistem reproduksi sudah mencapai kematangan secara fisiologis. Hasil akhir
dari kematangan sistem reproduksi ini, remaja sudah mampu menjalankan fungsi
reproduksinya, artinya sudah dapat mempunyai keturunan.13
2.1.2 Perubahan fisik pada pubertas pada wanita
Dalam masa ini organ reproduksi wanita akan mengalami perubahan. Ovarium,
tuba falopi, uterus dan vagina akan mengalami perubahan dan pembesaran berkali lipat.
Selain itu organ genitalia eksterna juga akan mengalami perubahan dan ciri ciri seks
sekunder.9
Perubahan fisik selama pubertas dapat diukur menggunakan skala tanner. Secara
umum tahapan pubertas tertera pada Gambar 2.1 dan Gambar 2.2 menurut Tanner.
Gambar 2.1 Tahap perkembangan pubertas pada anak perempuan menurut Tanner.14
Sumber: Tanner 1990
Gambar 2.2 Tahapan pubertas pada anak perempuan menurut Tanner.14
Sumber: Tanner 1990
6
2.1.1 Fisiologi Pubertas
Pubertas terjadi disebabkan oleh peningkatan sekresi GnRH dari hipotalamus,
kemudian diikuti oleh sistem umpan balik negatif dan positif dari sistem endokrin yang
kompleks. Selanjutnya, proses ini akan diikuti dengan timbulnya timbunya tanda -
tanda seks sekunder dan kesiapan organ reproduksi untuk reproduksi.15
Pubertas normal diawali oleh terjadinya aktivasi aksis hipotalamus–hipofisis–
gonad dengan peningkatan GnRH secara menetap (Gambar 2.3).17 Inisiasi pubertas itu
sendiri dikontrol oleh neuron kisspeptin yang terletak di nucleus arcuate hipotalamus.
Neuron tersebut akan mengeluarkan neurokinin B dan dynorphin, sehingga
menstimulasi sekresi GnRH. GnRH akan menyebabkan pengeluaran LH dan FSH dari
kelenjar hipofisis bagian anterior, sehingga akan mempengaruhi sel sertoli pada testis
laki-laki atau sel teka dan sel granulosa pada perempuan yang nantinya akan
mengeluarkan hormon seksual sehingga memulai pubertas.16
Gambar 2.3 Aksis hipotalamus–hipofisis–gonad pada anak Perempuan.17
Sumber: Brook CDG 1999
7
2.1.3 Pengertian Menarche
Pertumbuhan dan kematangan dari fungsi organ reproduksi yang ditandai dengan
menstruasi untuk pertama kali disebut menarche.18
Menarche adalah haid pertama yang dialami seorang wanita diakibatkan oleh
proses hormonal yang kompleks.17 Sekresi GnRH di hipotalamus merangsang hipofisis
mensekresikan hormon FSH dan LH untuk merangsang pematangan folikel.1
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) melaporkan terjadinya
usia menarche di Indonesia, data Riskesdas tahun 2010, usia menarche13-14 tahun
sekitar 37,5% dan yang mengalami menarche di bawah usia 12 tahun sebanyak 5,2%
sementara responden yang berusia 15 tahun mengalami menarchesebanyak 15,2%.3
Gambar 2.4 Persentase perempuan usia 10-59 tahun menurut umur pertama haid. 3
Sumber: Riskesdas 2010
8
2.1.4 Pengertian Menstruasi
Menstruasi adalah perdarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari
setelah ovulasi.22 Menstruasi adalah perdarahan vagina secara berkala akibat
terlepasnya lapisan endometrium uterus. Fungsi menstruasi normal merupakan hasil
interaksi antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium dengan perubahan-perubahan
terkait pada jaringan sasaran pada saluran reproduksi normal, ovarium memainkan
peranan penting dalam proses ini, karena tampaknya bertanggung jawab dalam
pengaturan perubahan-perubahan siklus maupun lama siklus menstruasi.19
2.1.5 Fisiologi Menstruasi
Siklus reproduksi normal perempuan terjadi setiap sebulan sekali dari awal
menarche samapi menopause, sehingga fertilitas dari perempuan memiliki waktu
terbatas. Pada awal-awal menstruasi sekitar 1 – 2 hari setelah menarche, ovulasi hanya
terjadi 10% dari siklus dan fase luteal lebih pendek.23
2.1.5.1 Fase Folikular
Didalam folikel primer, oosit primer dikelilingi oleh selapis sel granulosa. Satu
lapisan sel granulosa pada folikel primer berproliferasi untuk membentuk beberapa
lapisan yang mengelilingi oosit. Sel - sel granulosa membentuk zona pelusida. Pada
saat yang sama ketika oosit sedang membesar dan sel – sel granulosa berproliferasi, sel
sel jaringan ikat ovarium khusus yang berkontak dengan sel granulosa berproliferasi
dan berdiferensiasi membentuk sel teka, mengubah folikel primer menjadi folikel pra
antral. Folikel yang mencapai tahap praantral direkrut untuk berkembang lebih lanjut
dibawah pengaruh FSH pada saat dimulainya siklus ovarium. Lingkungan hormon
mendorong terjadinya pembesaran dan pengembangan cepat kemampuan sekresi sel –
sel folikel, mengubah folikel praantral menjadi folikel sekunder atau folikel antral.
Selama tahap perkembangan folikel ini, terbentuk suatu rongga berisi cairan, antrum,
dibagian tengah folikel. Salah satu folikel akan berkembang menjadi folikel dominan
akan tumbuh lebih cepat karena memiliki lebih banyak reseptor FSH disebabkan oleh
estrogen yang dihasilkan oleh folikel dominan lebih banyak. Setelah sekitar 14 hari
9
terjadi pertumbuhan cepat folikel yang dipengaruhi oleh FSH dan folikel berkembang
menjadi folikel matang. Pada folikel matang, antrum menempati sebagian besar ruang.
Oosit yang dikelilingi oleh zona pelusida dan satu lapisan sel granulosa, tergeser
asimetris ke salah satu sisi folikel, dalam suatu gundukan kecil yang menonjol ke arah
antrum. Folikel matang yang telah membesar menonjol ke permukaan ovarium,
menciptakan suatu daerah tipis yang kemudian pecah untuk membebaskan oosit pada
ovulasi dibawah pengaruh lonjakan LH. 23
2.1.5.2 Fase Luteal
Folikel yang pecah yang tertinggal di ovarium mengalami perubahan karena sel
– sel granulosa dan sel teka yang tertinggal di sisa folikel mengalami transformasi
struktural dan fungsional yang disebut luteinisasi. Sel – sel yang tertinggal ini
membentuk Korpus luteum.23 Ketika terjadi lonjakan FSH akan menyebabkan
pembentukan reseptor LH pada sel granulosa. Hal ini menyebabkan korpus luteum
produksi progesteron.24
Kadar progesteron yang tinggi akan menginhibisi FSH dan LH sehingga tidak ada
pembentukan folikel baru, namun karena LH juga mempertahankan korpus luteum
maka korpus luteum hanya bertahan hingga hari ke 9 – 11 setelah ovulasi, yang
nantinya akan membentuk korpus albikans.25
2.1.5.3 Fase Proliferatif
Setelah masing-masing daerah endometrium mengelupas sewaktu menstruasi,
mulai terjadi proses perbaikan regeneratif, permukaan endometrium dibentuk kembali
dengan metaplasia sel-sel stroma dan dengan pertumbuhan keluar sel-sel epitel kelenjar
endometrium. Dalam tiga hari setelah menstruasi berhenti, perbaikan seluruh
endometrium sudah selesai. Endometrium pada fase proliferatif dini tipis kelenjarnya
sedikit, sempit, lurus dan dilapisi sel kuboid, dan stromanya padat. Fase regeneratif
dini berlangsung dari hari ke-3 siklus menstruasi hingga hari ke-7, ketika proliferasi
semakin cepat. Kelenjar-kelenjar epitelial bertambah besar dan tumbuh ke bawah tegak
lurus terhadap permukaan. Sel-selnya menjadi kolumnar dengan nuklei di basal. Sel-
10
sel stroma berproliferasi, tetap padat dan berbentuk kumparan. Pembelahan sel
(mitosis) umum terjadi pada kelenjar dan stroma. Endometrium disuplai oleh arteri-
arteri basal di miometrium yang memberikan percabangan pada sudut yang tepat untuk
mendarahi endometrium. Pada mulanya ketika menembus endometrium basal,
masingmasing arteri berjalan lurus, tetapi pada lapisan media dan superfisial arteri
berubah menjadi spiral. Bergelungnya arteri ini memungkinkannya memberikan suplai
darah pada endometrium yang terus tumbuh hingga menjadi tidak berkelok lagi. Setiap
arteri spiral mensuplai suatu daerah endometrium tertentu.23 Fase proliferasi ini
berlangsung dari hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid dan terbagi 3 fase yaitu
fase proliferasi dini (hari ke-4 sampai hari ke-7), fase proliferasi media (hari ke-8
sampai hari ke-10), dan fase proliferasi akhir (hari ke-11 sampai hari ke-14).23
2.1.5.4 Fase Sekretori
Fase ini mulai sesudah ovulasi dan berlangsung dari hari ke-14 sampai ke-28.22
Jika terjadi ovulasi, seperti biasanya, endometrium mengalami perubahan-perubahan
yang nyata, kecuali pada awal dan akhir masa reproduksi. Perubahan ini mulai pada
dua hari terakhir pada fase proliferatif, tetapi meningkat secara dramatis setelah
ovulasi. Vakuol-vakuol sekretorik, yang kaya akan glikogen, tampak di dalam sel-sel
yang melapisi kelenjar endometrium. Pada mulanya vakuol-vakuol tersebut terdapat di
bagian basal dan menggeser inti sel ke arah superfisial. Jumlahnya cepat meningkat
dan kelenjar menjadi berkelok-kelok. Pada hari keenam setelah ovulasi, fase sekresi
mencapai puncak. Vakuol-vakuol telah melewati nukleus. Beberapa diantaranya sudah
mengeluarkan mukus ke dalam rongga kelenjar yang lain penuh dengan mukus,
sehingga tampak seperti gigi gergaji. Arteri spiral bertambah panjang dengan
meluruskan gelungan.24
Apabila tidak ada kehamilan, sekresi estrogen dan progesteron menurun karena
corpus luteum menjadi tua. Penurunan ini menyebabkan peningkatan asam arakidonat
dan endoperoksidase bebas di dalam endometrium. Enzim-enzim ini menginduksi
lisosom sel stroma untuk mensintesis dan mensekresi prostaglandin (PGF2α dan
PGE2α) dan prostasiklin. PGF2α merupakan suatu vasokonstriktor kuat dan
11
menyebabkan kontraksi uterus; PGE2α menyebabkan kontraksi uterus dan
vasodilatasi; prostasiklin adalah suatu vasodilator, yang menyebabkan relaksasi otot
dan menghambat agregasi trombosit. Perbandingan PGF2α dengan kedua
prostaglandin meningkat selama menstruasi. Perubahan ini mengurangi aliran darah
melalui kapiler endometrium dan menyebabkan pergeseran cairan dari jaringan
endometrium ke dalam kapiler, sehingga mengurangi ketebalan endometrium. Ini
menyebabkan bertambahnya kelokan arteri spiral bersamaan dengan terus
berkurangnya aliran darah. Daerah endometrium yang disuplai arteri spiral menjadi
hipoksik, sehingga terjadi nekrosis iskemik. Vasokonstriksi terjadi pada setiap arteri
spiral dengan waktu berbeda, bergantian dengan vasodilatasi. Daerah nekrotik dari
endometrium mengelupas ke dalam rongga uterus disertai dengan darah dan cairan
jaringan, maka menstruasi mulai terjadi.24
Jika diambil panjang siklus haid 28 hari dengan perkiraan ovulasi terjadi pada
hari ke-14, maka 36-48 jam setelah ovulasi belum terlihat perubahan yang menonjol
pada endometrium. Karena itu, dating hari ke-14 dan ke-15 tidah berguna untuk
dilakukan, dan sebaiknya baru dimulai pada hari ke-16. Pada hari ke-16 vakuola basal
subnukleus terlihat pada banyak kelenjar. Hari ini ialah hari terakhir pseudostratifikasi
barisan inti. Terlihat mitosis pada kelenjar-kelenjar dan stroma. Pada hari ke-19
sebagian kecil vakuola terlihat. Sepintas lalu gambarannya menyerupai hari ke-16,
tetapi pada hari ke-19 ini dapat dilihat sekresi intraluminal, dan tidak terdapat
pseudostratifikasi dan mitosis.23
12
Gambar 2.5 Korelasi antara kadar hormone dan perubahan siklus ovarium dan uterus.23
Sumber: Sherwood edisi 8, 2014
2.1.6 Pengertian Stres
Stres adalah suatu keadaan yang dihasilkan oleh perubahan lingkungan yang
diterima sebagai suatu hal yang menantang, mengancam atau merusak terhadap
keseimbangan seseorang. Selain itu stres dapat disebut juga sebagai suatu reaksi atau
respon tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan).10
13
Stres dapat dialami oleh setiap orang dari berbagai usia, ras atau jenis kelamin.
Tingkat stres di dunia cukup tinggi, sebagai contoh tingkat stres di negara Amerika
sekitar 75% orang dewasa mengalami tingkat yang stres berat dengan jumlah yang
terus meningkat dalam satu tahun terakhir.25
2.1.7 Jenis – Jenis Stres
Laura mengategorikan jenis stres menjadi dua jenis, yaitu:26
A. Eustres
Eustres adalah keadaan penderitaan emosi atau fisik yang menyenangkan.
Stres ini bersifat positif dan membangun. Beberapa karakteristik eustres adalah:
1. Meningkatkan kinerja
2. Sifat jangka pendek
3. Motivasi dan kekuatan fokus
4. Terasa menyegarkan atau memberi energi
5. Keyakinan atas kemampuan diri/sesuatu yang dapat ditangani.
B. Distres
Distres adalah keadaan penderitaan emosi atau fisik, rasa tidak nyaman atau
sakit stres ini bersifat negatif dan merusak. Beberapa karakteristik distres adalah:
1. Demotivasi dan menggugurkan energi
2. Menyebabkan ansietas, kekhawatiran atau kerisauan
3. Merasa segala sesuatu tidak menyenangkan/menyakitkan
4. Menurunnya seluruh kinerja/kemampuan
5. Dapat menyebabkan penyakit fisik/kelelahan mental/penipisan emosional
2.1.8 Klasifikasi Stres
Menurut American Psychological Association (APA), stres dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu:25
a. Stres Akut
Stres akut adalah stres yang datang dari tuntutan dan tekanan masa lalu yang
diantisipasi dalam waktu dekat.
14
b. Stres Akut Episodik
Stres akut episodik adalah stres akut dimana penderita tidak dapat mengatasi
stresor yang dihadapinya sehingga menjadi stres yang berkepanjangan dan tidak
selesai. Ciri-ciri orang yang mudah terkena stres akut episodik adalah orang yang
pemarah, mudah cemas, dan tegang.
c. Stres Kronik
Pada kondisi ini penderita akan sering menyendiri, depresi, dan tidak
memiliki semangat hidup. Stres kronik datang ketika penderita tidak mampu
menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
2.1.9 Sumber Stres
Sumber stres juga disebut stresor. Ada dua tipe stresor yaitu stresor positif dan
stresor negatif. Stresor yang sering dirasakan pada aktivitas sehari-hari adalah sebagai
berikut:27
A. Kesibukan
Kesibukan adalah gangguan kehidupan sehari-hari yang menimpakan beban
stres. Contohnya adalah kemacetan lalu lintas, urusan rumah tangga, tugas mahasiswa
preklinik yang menumpuk, aktivitas organisasi kampus, menghadapi cuaca buruk, dan
menyeimbangkan tuntutan keluarga dan hubungan sosial.
Saat melaksanakan aktivitas sehari-hari, seseorang pasti akan menghadapi kerepotan
yang datang terus menerus secara tidak teratur atau tidak terduga misalnya terjebak
hujan tanpa membawa payung. Akan tetapi kesibukan harian yang semakin menumpuk
akan menyebabkan seseorang mengalami stres berat.
B. Peristiwa Kehidupan
Stres juga bisa diakibatkan oleh perubahan besar dalam suasana kehidupan. Hal
ini bisa berupa kejadian negatif, seperti kehilangan pekerjaan, atau peristiwa positif,
seperti menikah, menerima promosi jabatan, lulus ujian akhir atau kelahiran bayi.
Perubahan lebih baik atau lebih buruk bisa menimpakan beban stres yang menuntut
penyesuaian.
15
C. Frustasi
Frustasi adalah keadaan emosi negatif yang dialami ketika upaya seseorang untuk
mengejar satu tujuan yang terhambat atau pupus. Contohnya adalah orang yang ingin
menempuh pendidikan tinggi namun terkendala masalah biaya, ataupun seseorang
yang merasa frustasi ketika kita menetapkan cita-cita yang terlalu tinggi dan tidak
mampu dicapai
D. Konflik
Konflik adalah keadaan ketegangan yang disebabkan oleh keberadaan dua atau
lebih tujuan yang berlawanan yang menuntut penyelesaian dan berlangsung serempak.
Konflik terbagi menjadi empat yaitu konflik pendekatan-pendekatan, konflik
penghindaran-penghindaran, konflik pendekatan-penghindaran dan konflik banyak
pendekatan-penghindaran.
Konflik pendekatan-pendekatan terjadi ketika seseorang merasa ditarik kearah
dua tujuan positif yang bertolak belakang. Konflik penghindaran-penghindaran terjadi
ketika seseorang menghadapi dua tujuan yang berlawanan dan sama- sama tidak
menyenangkan. Konflik pendekatan-penghindaran terjadi ketika seseorang
menghadapi tujuan yang memiliki kualitas segaligus positif dan negatif. Sedangkan
konflik banyak pendekatan-penghindaran melibatkan dua atau lebih tujuan, masing-
masing dengan karakteristik negatif dan positif yang menarik.
E. Pola Perilaku Tipe A
Pola perilaku tipe A adalah pola perilaku yang ditandai dengan ketidaksabaran,
terburu waktu, suka bersaing, dan bermusuhan. Orang yang memiliki perilaku ini
cenderung tidak sabaran, kompetitif, dan agresif. Orang tersebut senantiasa dalam
keadaan terburu-buru dan merasa bahwa waktu amat mendesak.
F. Stresor Traumatik
Stresor traumatik adalah peristiwa yang mengancam nyawa. Yang termasuk
dalam kategori ini adalah bencana alam atau bencana teknologi misalnya angin topan,
tsunami, banjir, kecelakaan nuklir, dan sebagainya. Orang yang mengalami peristiwa
traumatik bisa mengembangkan gangguan psikologis yang disebut gangguan stres
pascatrauma (PTSD).
16
G. Stres Akulturasi
Stres akulturasi adalah tuntutan yang dihadapi oleh para imigran untuk
menyesuaikan diri dengan budaya tempat menumpang. Stres yang dihadapi oleh para
imigran yang berakulturasi secara buruk dalam usaha mereka untuk mendapatkan
pijakan ekonomi dan bisa menyumbang pada masalah emosional dalam bentuk ansietas
dan depresi.
2.1.10 Fisiologi Stres
Secara fisiologis, respon tubuh yang diakibatkan stres akan mengaktivasi
hipotalamus yang kemudian akan mengendalikan system neuroendokri yaitu system
simpatis dan korteks adrenal. Saraf simpatis berespon terhadap impuls saraf dari
hipotalamus yaitu dengan aktivasi berbagai organ tubuh dan otot polos. Respon tubuh
terhadap stres yang mengaktifkan system simpatis antara lain akan meningkatkan
kecepatan denyut jantung ( takikardi) dan dilatasi pupi. Saraf simpatis memberi sinyal
ke medulla adrenal untuk melepaskan epinefrin dan norepinefrin ke aliran darah. Jika
tubuh tidak mampu melakukan penyesuaian diri maka akan terjadi gangguan
keseimbangan dalam tubuh. 20,21
Dalam ilmu syaraf, terdapat dua klasifikasi neurotransmiter berdasarkan fenotip,
yaitu eksitatorik dan inhibitorik.8 Terdapat tiga jenis neurotransmiter yang
berhubungan dengan gangguan kecemasan, yaitu norepinefrin, serotonin yang
berperan sebagai neurotransmiter eksitatorik, dan reseptor γ-aminobutyric (GABA) ,
atau secara spesifik GABAA, yang berperan sebagai neurotransmiter inhibitorik.8,9
Stres fisiologik dapat meningkatkan sintesis dan pengeluaran kortisol. Kortisol
memiliki peran dalam peningkatan rangsangan, kewaspadaan, fokus, atensi, dan
pembentukan memori. Namun, kortisol dapat menginhibisi sistem reproduksi dan
menahan respons imun. Sekresi kortisol yang berlebihan dapat menyebabkan efek
samping, termasuk hipertensi, osteoporosis, immunosupresi, resistensi insulin,
dislipidemia, gangguan koagulasi, aterosklerosis dan penyakit kardiovaskular. Pada
pasien dengan stres, terdapat perubahan pada fungsi pada aksis HPA (Hipothalamus-
pituitary-Adrenal) dan terdapat penelitian respons ACTH (Adrenocorticoid Hormone)
17
menjadi tumpul terhadap CRF (Corticotropin Releasing Factor) pada pasien dengan
gangguan panik.8
Mediator pada respons stres, seperti CRH berfungsi untuk koordinasi terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi ketika stres seperti perilaku adaptif dan perubahan
fisiologis. Ketika berada dalam keadaan stres, CRH meningkat dan mengakibatkan
aktivasi aksis HPA dan mengeluarkan kortisol dan DHEA (Dehydroepiandrosterone)
dan CRH mengakibatkan inhibisi fungsi neurovegetatif seperti nafsu makan, aktivitas
seksual, dan sistem endokrin untuk pertumbuhan dan reproduksi.9
GABA merupakan neurotransmitter inhibitorik primer pada sistem saraf pusat (1
dari 3 neuron pada sistem saraf pusat adalah GABA dan merupakan neurotransmitter
utama). Peran aktivasi reseptor GABA pada gangguan kecemasan adalah sebagai
neuron inhibitorik. Inhibisi neuron oleh GABA di mediasi oleh dua jenis reseptor
GABA yaitu GABAA ionotropik yang bekerja cepat dan GABAB metabotropik yang
bekerja lamban dan respons inhibitorik yang berkepanjangan.12
Gambar 2.6 Aksis HPA. 28
Sumber: Kulkarni 2016
18
2.1.11 Neurotransmiter dan Stres
Menurut Kumar, terdapat beberapa teori mengenai neurotransmiter pencetus stres
sebagai berikut:29
A. Asam Gamma—Aminobutirat (GABA)
Neurotransmiter ini adalah inhibitor penting dalam sistem saraf pusat. Peran
reseptor GABA dan benzodiazepin telah didokumentasikan dengan baik dalam
gangguan stres, seperti kecemasan, epilepsi, insomnia, dan gangguan kejang.
Dilaporkan bahwa stres dapat mengubah neurotransmiter GABA, yang menunjukkan
keterlibatan GABA dalam perubahan perilaku dan biokimia yang diinduksi oleh stres.
B. Dopamin
Perubahan tingkat induksi stres dalam dopamin (DA) pada daerah terminal
melibatkan daerah-daerah sel yang terproyeksi. Penemuan dari studi praklinis
menunjukkan bahwa respon dari DA dalam rangsangan stres itu berbeda- beda. Secara
spesifik, tekanan fisik yang akut dan dapat dikontrol menyebabkan peningkatan sekresi
DA ke dalam striatum ventral, sedangkan pada kondisi yang kronis dan tidak terkontrol
pada tekanan yang sama, sekresi DA mengalami penurunan. Penyakit Parkinson
merupakan penyakit neurodegeneratif yang berkaitan dengan usia, secara klinis
ditandai dengan gangguan gerakan yang timbul karena neuron dopamin yang
terdegenerasi secara selektif pada substansia nigra otak tengah ventral, sehingga kadar
dopamin pada striatum menipis.
C. Norepinefrin
Secara umum, epinefrin berfungsi sebagai sistem alarm yang mengurangi fungsi
neurovegetatif seperti makan dan tidur, serta bekontribusi terhadap peningkatan
otonom dan respon neuroendokrin terhadap stres seperti aktivasi aksis HPA.
Norepinefrin juga berfungsi mengaktifkan amigdala, bagian otak yang mengatur rasa
takut, memori ingatan jangka panjang dan sebagai tempat penyimpanan kenangan
emosional pada bagian hipokampus dan striatum.
Sistem monoaminergik mengatur aktivitas neuron di amigdala. Dilaporkan
bahwa stres meningkatkan omset NE pada banyak ujung proyeksi lokus seruleus serta
meningkatkan NE ekstraseluler di hipokampus. Bukti substansial menunjukkan bahwa
19
neuron di otak mengandung dan menyekresi noradrenalin dan CRF diaktifkan selama
stres. Dapat disimpulkan bahwa noradrenalin dan CRF terlibat dalam respon perilaku
terhadap stres.
D. Serotonin
Stres dapat memengaruhi aktivitas neuron dopaminergik dan serotonergik
sentral. Sebuah studi menjelaskan bahwa terjadi penurunan kadar serotonin secara
signifikan sebagai respon terhadap stres. Konsentrasi serotonin hipokampus meningkat
selama konflik psikososial pada hewan. Reseptor 5- hidroksitriptamin 1A (5-HT1A)
menurun secara teratur pada daerah otak yang berbeda di dalam hipokampus.
E. Glutamat
Studi menjelaskan bahwa Paraventricular Nucleus (PVN) menerima inervasi
glutaminergik dari area otak besar yang melibatkan PVN itu sendiri dan beberapa inti
lain di dalam dan di luar hipotalamus. Antara daerah neuroanatomical afferent
glutaminergic ke PVN, nukleus dorsomedial hipotalamus adalah lokus awal untuk
neuron glutaminergik yang dapat diaktifkan oleh stres yang imobilisasi. Mikroinjeksi
N-metil-D-Aspartat (NMDA) ke dalam nukleus dorsomedial hipotalamus
menyebabkan peningkatan pelepasan glutamat dalam PVN dan hasil dalam respon
kardiovaskular sangat mirip dengan yang ditimbulkan oleh stres emosional.
20
Gambar 2.7 Komponen Mayor Sistem Limbik, Pengaturan Neurotransmiter dan
Sistem Neurotransmitter yang Mengatur Respon Stres.29
Sumber: Kumar 2013
2.1.12 Alat Ukur Tingkat Stres
Depression Anxiety and Stres Scale (DASS) adalah kuesioner untuk menilai
depresi, rasa cemas dan stres. Kuesioner ini bukan sebagai alat bantu diagnosis namun
sebagai alat untuk menentukan tingkat keparahan kondisi stres. Unsur yang dinilai
antara lain skala stres. Setiap pertanyaan diberikan skor 0 hingga 3, kemudian skor
pada masing-masing kategori dijumlahkan dan dilakukan interpertasi normal, ringan,
sedang, berat dan sangat berat. Interpretasi hasil penjumlahan skor dapat ditampilkan
sebagai berikut:30
Tabel 2.1 Kriteria Dass
Kategori Skor
Normal 0-14
Ringan 15-18
Sedang 19-25
Berat 26-33
Sangat Berat >34
21
2.1.13 Mekanisme Stres dengan Perubahan Usia Menarche
Inisiasi pubertas dikontrol oleh neuron kisspeptin yang terletak di nucleus arcuate
hipotalamus. Neuron tersebut akan mengeluarkan neurokinin B dan dynorphin,
sehingga menstimulasi sekresi GnRH.16 Sekresi GnRH di hipotalamus akan
merangsang hipofisis anterior mensekresikan hormon FSH dan LH.1 FSH berperan
memicu sekresi inhibin B untuk merangsang LH agar meningkatkan sekresi androgen
di sel teka dan memberi umpan balik negatif FSH yang di sekresi oleh hipofisis. Selain
itu, FSH memicu aktivin yang berfungsi untuk memicu sekresi esterogen di sel
granulosa mengakibatkan kadar esterogen terus meningkat. LH berperan memicu
pembentukan prostaglandin lokal pada sel granulosa. Hal tersebut memicu ovulasi
dengan perubahan vaskular sehingga menyebabkan proliferasi folikel secara cepat dan
kontraksi dinding folikel untuk “memecahkan” dinding folikel agar oosit keluar dan
terjadi ovulasi.31 Setelah ovulasi, folikel pecah yang tertinggal di ovarium mengalami
perubahan pada sel granulosa dan sel teka secara struktural dan membentuk korpus
luteum. Ketika memasuki fase luteal, sel-sel yang mengalami perubahan menjadi
membesar dan menghasilkan kadar progesteron dan esterogen secara aktif.32 Perubahan
pada komponen-komponen endometrium terjadi karena peran estrogen dan
progesteron yang berasal dari korpus luteum setelah ovulasi. Namun, jika ovum yang
telah dibebaskan tidak mengalami pembuahan, maka sel-sel luteal pada korpus luteum
akan mengalami degenerasi dan difagositosis serta membentuk massa jaringan fibrosa
yang diketahui sebagai Korpus Albicans.31,32 sekresi estrogen dan progesteron
menurun karena corpus luteum mengalami degenerasi. Penurunan ini menyebabkan
peningkatan asam arakidonat dan endoperoksidase bebas di dalam endometrium.
Enzim-enzim ini menginduksi lisosom sel stroma untuk mensintesis dan mensekresi
prostaglandin (PGF2α dan PGE2α) dan prostasiklin. PGF2α merupakan suatu
vasokonstriktor kuat dan menyebabkan kontraksi uterus.24 Vasokonstriksi terjadi pada
setiap arteri spiral dengan waktu berbeda, bergantian dengan vasodilatasi. Daerah
22
nekrotik dari endometrium mengelupas ke dalam rongga uterus disertai dengan darah
dan cairan jaringan, maka menstruasi mulai terjadi.24
Ketika berada dalam keadaan stres, CRH meningkat dan mengakibatkan aktivasi
aksis HPA dan menghasilkan kortisol yang sekresikan oleh kelenjar adrenal. Kortisol
menekan fungsi reproduksi melalui inhibisi GnRH di hipotalamus. Di tingkat hipofisis,
efek dari inhibisi GnRH oleh kortisol menyebabkan penurunan produksi FSH dan LH
di hipofisis anterior.28
Jika kadar FSH dan LH semakin menurun mengakibatkan pematangan folikel
terganggu. Proses pematangan folikel terganggu menyebabkan proses ovulasi
terganggu. Jika tidak terjadi ovulasi, tidak akan terbentuk korpus luteum. Produksi
progesterone dan estrogen yang dihasilkan korpus luteum akan menurun dan
menyebabkan proliferasi endometrium terganggu mengakibatkan terlambatnya
menstruasi atau tidak terjadi menstruasi.
Jumlah folikel yang berkembang dari folikel primordial menuju folikel antral di
pengaruhi oleh respon folikel terhadap hormone FSH. Folikel yang teransang aksi
FSH akan tumbuh dan berkembang hingga tahap proses maturasi. Kortisol dapat
mengganggu pulsasi dari GnRH sehinggga membuat kadar FSH dan LH semakin
menurun mengakibatkan pematangan folikel terganggu. Proses pematangan folikel
terganggu menyebabkan proses ovulasi terganggu. Produksi progesterone yang
terganggu akan menyebabkan proliferasi endometrium terganggu mengakibatkan
terlambatnya menstruasi atau tidak terjadi menstruasi 28
23
2.2 Kerangka Teori
hipocampus
perempuan
MasalahLingkungan
keluarga, sekolah, pergaulan
Stressor
Hipotalamus
Hipofisisanterior
ACTH
kortisol
Adrenal korteks
CRH
Sistem SarafSimpatik GnRH
LH FSH
STRES
Folikelprimer
Folikelsekunder
FaseProliferasi
Folikeldegraaf
korpusluteum
Pembentukanendometrium
progesteron
Fasesekretori
Fasemensruasi
oosit
estrogen
Norepinefrindari sekeliling
ujung saraf
Faseluteal
Fasefolikuler
pubertas
Neuronkiss
menarche
(-)
(-)
(-)(-)
Selteka
Selgranulosa
Kolesterol Androgen Estrogen
Diubahmenjadi
Diubahmenjadi
(-)
(-)
Amigdala
24
2.3 Kerangka Konsep
Siswi MTs KhazanahKebajikan kelas 8 dan
kelas 9
Tingkat StresUsia menarche
VariabelIndependen
VariabelDependen
Stressor
25
2.4 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Alat Ukur Cara
Ukur
Skala
Ukur
1 Tingkat
Stres
Tingkatan reaksi
tubuh terhadap
situasi yang dapat
menimbulkan
tekanan,
perubahan, dan
ketegangan emosi.10
Kuesioner
DASS 42
Baca Kategorik
2 Usia
Menarche
Usia responden (siswi
kelas 8 dan kelas 9 MTs
Khazanah Kebajikan)
saat pertama
kali mengalami
menstruasi.
Kuesioner Baca Kategorik
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan merupakan deskriptif yang bersifat analitik
dengan menggunakan desain potong lintang (cross sectional).
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi
Penelitian dilaksanakan di MTs Khazanah Kebajikan
3.2.2 Waktu
Penelitian dilakukan pada bulan Mei tahun 2019 – September tahun 2019
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi
Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah Siswi MTs Khazanah
Kebajikan kelas 8 dan kelas 9 tahun ajaran 2019/2020.
3.3.2 Sampel
Untuk menentukan besarnya sampel dalam penelitian ini digunakan rumus
sebagai berikut:
𝑛 =#%&'
(%)(+'))-
.% -'+ /#%&'(%)(+'))
+,12%.4,5(+'4,5)+674,+% +67'+ /+,12%.4,5(+'4,5)
= 58
27
Keterangan :
n = Jumlah sampel yang dibutuhkan
a = persisif relatif
Z = z score ditentukan berdasarkan derajat kepercayaan
P = proporsi penelitian sebelumnya
N = jumlah populasi
Dari hasil perhitungan di atas diperoleh jumlah sampel minimal yang diperlukan 58
orang, dalam penelitian ini saya mengambil sampel 100 siswa
3.4 Teknik Pengambilan Sampel
Metode pengumpulan data dalam penlitian ini ialah menggunakan simple
random sampling.
3.5 Kriteria Sampel
3.5.1 Kriteria Inklusi
• Siswi MTs Khazanah Kebajikan yang bersedia menjadi responden.
• Siswi MTs Khazanah Kebajikan yang telah mengalami menarche.
3.5.2 Kriteria Eksklusi
• Siswi MTs Khazanah Kebajikan yang menderita penyakit kronis.
• Siswi MTs Khazanah Kebajikan yang tidak hadir pada saat penelitian
berlangsung.
3.6 Cara Pengumpulan Data
3.6.1 Bahan
Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer
yang diperoleh dari subjek yang telah mengisi pertanyaan gambaran menarche
pada anak dan kuesioner DASS 42.
28
3.6.2 Alat
Alat yang digunakan adalah kuesioner yang disebarkan kepada
responden. Kuesioner dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama adalah
bagian yang meliputi demografi responden yang mencakup umur dan kelas.
Bagian kedua adalah gambaran usia menarche pada anak yang meliputi usia
menarche responden dan beberapa informasi mengenai menstruasi yang
dialami responden pertama kali. Bagian ketiga adalah gambaran tingkat stres
anak menggunakan kuisoner DASS 42.
Sebelum disebarkan kepada responden, kuesioner dilakukan uji coba
untuk mengetahui kelayakan kuesioner untuk digunakan dalam penelitian.
Uji yang digunakan adalah uji keterbacaan untuk melihat apakah terdapat
kata-kata yang sulit dimengerti oleh responden dan untuk mengetahui
apakah kuesioner dapat dimengerti dapat dijawab oleh responden sesuai
dengan yang diharapkan oleh peneliti.
Tabel 3.1 Komponen pertanyaan dalam kuesioner
Komponen Nomor Pertanyaan Jumlah Pertanyaan
1. Demografi responden
a. usia saat ini
b. kelas saat ini
2. Gambaran Usia Menarche
a. konsumsi obat saat ini 1 1
b. usia menarche responden 2 1
c. Frekuensi Menstruasi setelah menarche 3 1
d. Apakah responden mengalami menstruasi
setiap bulannya4 1
3. Gambaran Tingkat Stres
a. Tingkat stres DASS 421, 6, 8, 11, 12, 14, 18, 22, 27,
29, 32, 33, 35, 39.14
29
3.7 Cara Kerja Penelitian
Siswi MTs Khazanah Kebajikan yang ditetapkan menjadi sampel
Informed consent
Ya
Pengumpulan dan pengolahan data denganSPSS for window
Pengisiankuisoner
Usia Menarche
Analisa usia menarche dan faktor –faktor yang mempengaruhinya
Tidak
Analisis usia menarche dantingkat stres
Usia menarche & DASS SCORE
30
3.8 Managemen Data
3.8.1 Pengumpulan Data
Data primer diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner yang dibagikan kepada
siswi MTs Khazanah Kebajikan yang terpilih dengan metode simple random sampling
serta memenuhi kriteria inklusi. Alat yang digunakan berupa kuesioner.
3.8.2 Pengolahan Data
Semua data dalam penelitian diolah dengan menggunakan program SPSS. Proses
pengolahan data dimulai dengan pengumpulan data dan melakukan proses editing
untuk memeriksa data yang sudah terkumpul, kemudian dilakukan proses coding untuk
pemberian nilai kepada setiap jawaban respoden. Selanjutnya memasukan atau meng-
entry data ke perangkat lunak komputer yang diakhiri dengan proses cleaning data
untuk membersihkan kesalahan input data.
3.9 Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan dua tahap yaitu analisis univariat untuk
mendeskripsikan karakteristik dari variabel independen dan dependen, dan analisis
bivariat untuk melihat hubungan antara variabel independent dan dependen dengan
analisis uji chi square
3.10 Etika Penelitian
Jenis Penelitian ini tidak menggunakan kaji etik namun menggunakan informed
consent.
31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMKs Khazanah Kebajikan yang berlokasi di Jalan
Talas 1 Pondok Cabe Ilir, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten. MTs
Khazanah Kebajikan. MTs Khazanah Kebajikan sebagai salah satu lembaga
pendidikan yang diselenggarakan oleh Yayasan Khazanah Kebajikan adalah wujud
kepedulian untuk membantu pemerintah dalam pemerataan kesempatan pendidikan
terutama pendidikan bagi segenap lapisan masyarakat baik dari kalangan mampu
maupun tidak.
4.1.2 Karakteristik Responden
Tabel 4.1 Distribusi Karateristik Responden
Variabel Min Max Mean
Usia 12 15 13,6
Usia
Menarche
10 13 11,9
Tabel 4.1 menjelaskan bahwa rata-rata usia responden adalah 13,6 tahun. Usia
termuda adalah usia 12 tahun dan tertuanya adalah usia 15 tahun.
Untuk usia menarche responden, rata-rata usia menarche responden adalah 11,9
tahun. Usia menarche termuda adalah usia 10 tahun dan adalah usia 13 tahun.
32
4.1.3 Tingkat Stres Responden
Pada penelitian ini, proporsi stres dikategorikan menjadi lima yaitu normal, stres
ringan, stres sedang, stres berat dan stres sangat berat. Terdapat 14 pertanyaan
mengenai stres dari kuesioner DASS-42 dengan 4 pilihan jawaban sehingga skor
minimal masing-masing pertanyaan adalah 0 dan skor maksimal adalah 3. Kategori
stres dapat dilihat pada Table 2.1. Hasil perhitungan didapatkan subjek penelitian yang
terdistribusi berdasarkan proporsi stres seperti pada tabel di bawah.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Stres Responden
No variabel jumlah presentase
Tingkat Stres
1 Normal 25 25%
2 Stres Ringan 30 30%
3 Stres Sedang 19 19%
4 Stres Berat 20 20%
5 Stres Sangat Berat 6 6%
Tabel 4.2 menjelaskan kategori tingkat stres responden , responden yang
dikategorikan Normal berjumlah 25 orang (25%), stres ringan berjumlah 30 orang
(30%), stres sedang berjumlah 19 orang (19%),stres berat berjumlah 20 orang (20%)
dan stres sangat berat berjumlah 6 orang (6%)
33
4.1.4 Usia Menarche Responden
Usia menarche responden, dikategorikan sesuai dengan rata-rata lazim yaitu
dikategorikan dengan tidak normal jika usia menarche kurang dari 12 tahun dan normal
jika usia menarche 12 tahun sampai 13 tahun.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Usia Menarche Responden
No variabel jumlah presentase
Usia Menarche
6 < 12 Tahun 31 31%
7 12-13 Tahun 69 69%
Dari distribusi Sehingga diketahui frekuensi responden terbanyak pada usia
menarche normal dengan jumlah 69 orang (69%), sedangkan pada usia menarche tidak
normal berjumlah 31 orang (31%).
4.1.5 Analisis Bivariat
Hasil analisis bivariate antara Usia Menarche dengan Tingkat Stres adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.4 Hubungan Usia Menarche dengan Tingkat Stres
No Tingkat Stres usia menarche p-value
< 12 tahun 12-13 tahun
N % N %
1 Normal 6 6% 19 19% 0,752
2 Stres Ringan 11 11% 19 19%
3 Stres Sedang 7 7% 12 12%
4 Stres Berat 6 6% 14 14%
5 Stres Sangat
Berat
1 1% 5 5%
Diketahui bahwa responden dengan tingkat stres yang dikategorikan Normal
dengan usia menarche tidak normal berjumlah 6 orang (6%) dan normal berjumlah 19
34
orang (19%), dikategorikan Stres Ringan dengan usia menarche tidak normal
berjumlah 11 orang (11%) dan normal berjumlah 19 orang (19%). Kategorikan Stres
Sedang dengan usia menarche tidak normal berjumlah 7 orang (7%) dan normal
berjumlah 12 orang (12%). Kategorikan Stres Berat dengan usia menarche tidak
normal berjumlah 6 orang (6%) dan normal berjumlah 14 orang (14%). Kategorikan
Stres Sangat Berat dengan usia menarche tidak normal berjumlah 1 orang (1%) dan
normal berjumlah 5 orang (5%). Hasil dari uji statistik chi-square didapatkan p-value
0.752 (p < 0.05) Hal ini menunjukkan tidak adanya hubungan antara tingkat stres
dengan usia menarche pada siswi MTs Khazanah Kebajikan.
4.2 Pembahasan
Gambaran Usia Menarche Siswi MTs Khazanah Kebajikan
Hasil pada penelitian ini menunjukkan dari 100 responden, rata - rata usia
menarche mereka adalah 11,9 tahun. Usia menarche tercepat adalah 10 tahun.
Menarche merupakan salah satu tanda pubertas anak perempuan. Menurut penelitian
yang dilakukan oleh Putri (2009) menunjukkan hasil persentase yang lebih tinggi untuk
status menarche. Penelitian yang dilakukan di sekolah menengah pertama di Jakarta
dengan karakteristik umur populasi yang sama menunjukkan siswi sudah mengalami
menarche dengan rata-rata usia menarche 11,42 tahun.34
Penelitian menganai menarche juga pernah dilakukan di Bekasi. Hasil
penelitian oleh Agustin (2010) pada siswi SMP. Rata-rata usia menarche mereka
adalah 11,6 tahun.35
Rata – rata usia menarche dari dua penelitian di Jakarta dan Bekasi
menunjukkan hasil yang berbeda dengan penelitian ini. Rata-rata usia menarche di dua
daerah tersebut lebih cepat yaitu 11,42 tahun dan 11,59 tahun. Rata-rata usia menarche
dalam penelitian ini menunjukkan hasil 11,9 tahun. Penelitian tingkat nasional
menunjukkan rata-rata usia menarche lebih lambat dari dua penelitian ini yaitu 13-14
tahun (Riskesdas, 2010).3
35
Perbedaan usia menarche ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut
Karapanou (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi menarche adalah genetik, ras,
status gizi, persen lemak tubuh, aktifitas fisik, dan sosial ekonomi. 36
Usia menarche remaja putri cenderung mengalami percepatan selama 100
tahun terakhir. Pubertas remaja yang ditandai dengan usia menarche terjadi lebih cepat.
Di Norwegia, rata-rata usia menarche menurun dari 15,6 tahun pada wanita yang lahir
tahun 1860 menjadi 13,3 pada wanita yang lahir setelah tahun 1940. Di Amerika
Serikat, penurunan rata-rata usia menarche terjadi 3 bulan per dekade. Pada pergantian
abad, rata-rata umur menarche menurun dari 14,6 tahun menjadi
12,6 tahun (Krumel,1996).37
Gambaran Tingkat Stres Siswi MTs Khazanah Kebajikan
Hasil dari penelitian ini menunjukan siswi mts khazanah kebajikan dengan tingkat
stres ringan berjumlah 30 orang dengan presentase 30%. tingkat stres normal berjumlah
25 orang dengan presentase 25%. tingkat stres berat berjumlah 20 orang dengan
presentase 20% dan tingkat stres sangat berat berjumlah 6 orang dengan presentase 6%.
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yunitasari (2017)
pada siswi SMPN 3 Sragi Pekalongan diperoleh sebagian besar siswi mengalami stres
sedang dengan presentase 67%. Stres ringan dengan presentase 32,8%. Dan tidak ada
siswi yang mengalami stres berat. Dan tidak sejalan dengan penelitian fitania Mariska
(2018) pada siswi smp jember diperoleh siswi smp dengan tingkat stres berat sebanyak
45%, siswi dengan tingkat stres sangat berat sebanyak 26%. Siswi dengan tingkat stres
sedang sebanyak 24%. Siswi dengan tingkat stres ringan sebanyak 2%. Dan siswi
dengan tingkat stres normal sebanyak 1,3%. 37
Lovibond (1995) membagi stres dalam beberapa tingkat menurut seringnya
respon yang dirasakan dan menggangu keseimbangan.31 Stres didefinisikan sebagai
hubungan antara seseorang dengan lingkungannya yang dalam keadaan itu
mendapatkan tuntutan yang melebihi kemampuan dan membahayakan keselamatannya
(Lazarus & Folkman, 1986).38
36
Hubungan Tingkat Stres dengan Usia Menarche pada Siswi MTs Khazanah
Kebajikan
Berdasarkan hasil uji statistik chi square didapatkan nilai p (0,752), yang berarti
secara statistik tidak ada hubungan bermakna antara tingkat stres dengan usia menarche
pada siswi MTs Khazanah Kebajikan. Karena p-value > 0,5 maka Ha ditolak dan Ho
diterima yang artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat stres
dengan usia menarche pada siswi MTs Khazanah Kebajikan tahun 2019.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Julia A. Graber,
Jeanne Brooks-Gunn dan Michelle P Warren pada tahun 1995 bahwa stres tidak
mempengaruhi usia menarche 46
4.3 Keterbatasan Penulis
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah jumlah sampel yang terlalu sedikit,
walaupun memenuhi kriteria minimal jumlah sampel sehingga menyebabkan tingkat
stres tidak berhubungan dengan usia menarche. Dan mempertimbangkan faktor-faktor
lain yang mempengaruhi usia menarche.
37
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan pada penelitian ini, didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Rata-rata usia menarche pada siswi MTs Khazanah Kebajikan Kota Tangeran Selatan
pada tahun 2019 adalah 11,9 tahun dengan usia termuda menarche pada 10 tahun dan
usia tertua menarche adalah 13 tahun.
2. Tingkat Stres pada siswi MTs Khazanah Kebajikan kota tanggerang selatan pada tahun
2019 menunjukan stres ringan berjumlah 30 orang, Stres sedang 19 orang. Stres berat
berjumlah 20 orang dan Tingkat Stres sangat berat berjumlah 6 orang.
3. Berdasarkan pengelompokan dari usia menarche didapatkan 33% mengalami
menarche pada usia <12 tahun sedangkan 67% mengalami menarche pada usia 12-13
tahun.
4. Berdasarkan hasil uji statistik chi-square menunjukkan tidak terdapat hubungan antara
tingkat stres dengan usia menarche pada siswi MTs Khazanah Kebajikan Kota
Tangerang Selatan Tahun 2019.
5.2 Saran
Untuk penlitian serupa berikutnya dapat diharapkan:
1. Pada penelitian berikutnya diharapkan memperbanyak jumlah dari sampel penelitian
dengan memperluas populasi.
2. Pada penelitian berikutnya dapat diperhatikan faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi tingkat sress dan usia menarche.
38
DAFTAR PUSTAKA
1. Susanti AV, Sunarto S. Faktor Risiko Kejadian Menarche Dini pada Remaja di SMP
N 30 Semarang (Doctoral dissertation, Diponegoro University).
2. Ida, M. Penyakit Kandungan dan Ilmu Kebidanan. Jakarta: EGC, 2005
3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta. 2010.
4. Karapanou, Olga, dan Anastasios Papadimitriou. “Determinants of Menarche.”
Reproductive Biology and Endrocrinology. 8:115 (2010): 1-8.
5. Tim Penulis Poltekkes Depkes Jakarta, Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya.
Jakarta: Salemba Medika; 2010. hal.12-15.
6. Al-Sahab, B., Ardern, C.I., Hamadeh, M.J. et al. Age at menarche in Canada: results
from the National Longitudinal Survey of Children & Youth. BMC Public
Health 10, 736 (2010) Available at: http://bmcpublichealth.biomedcentral.com/.
7. Rokade SA, Mane AK. A study of age at menarche, the secular trend and factors
associated with it. The Internet Journal of Biological Anthropology. 2009;3(2)
Available at: https://www.cabdirect.org [Accessed June 30, 2019].
8. Talma H, Schonbeck Y, van Dommelen P, Bakker B, van Buuren S, HiraSing RA.
Trends in Menarcheal Age between 1955 and 2009 in the Netherlands. LoS ONE.
2013; 8(4): e60056. doi:10.1371/journal.pone.0060056. Diakses 9 Februari 2017.
9. Silvana S. Pemodelan Usia Menarche dengan Regresi Logistik Ordinal dan Metode
CHAID pada Siswi SMP di Kota Depok [tesis] Bogor (Indonesia): Program Studi
Statistika, Institut Pertanian Bogor; 2008
10. Hawari, D. 1997. Alquran Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Mental. Jakarta:Dana
Bhakti Yasa.
11. Santrock, J.W.Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup. Edisi Kelima.
Jilid 2. Jakarta: Erlangga. 2002
12. Walker J. Teens in distress series adolescent stress and depression. The Center for.
2002.
39
13. Institute of Medicine and National Research Council. Adolescent Development and
the Biology of Puberty: Summary of a Workshop on New Research. Washington DC:
The National Academy Press. [diunduh pada Rabu, 12 Juni 2019]. Pada website
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK224692/
14. Tanner JM. Foetus into man: Physical growth from conception to maturity. Harvard
University Press; 1990.
15. Retnowati S. Remaja dan permasalahannya. Yogyakarta: Universitas. 2011.
16. Breehl, Logen; Caban, Omar. Physiology, Puberty. Treasure Island (FL): StstPearls
Publishing. 2019. [diunduh pada Kamis, 13 Juni 2019]. Pada website
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK534827/
17. Brook CDG. Mechanism of Puberty. Horm Res 1999;51:52-4
18. Tarwoto, Ns. Dkk. Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Jakarta: Salemba
Medika. 2010.
19. Kaplan SL, Grumbach MM. Pituitary and placental gonadotrophins and sex steroids in
the human and sub-human primate fetus. Clinics in endocrinology and metabolism.
1978 Nov 1;7(3):487-511.
20. Batubara JR. Adolescent development (perkembangan remaja). Sari pediatri. 2016 Nov
23;12(1):21-9.
21. Tarwoto, Ns. Dkk. Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Jakarta: Salemba
Medika. 2010.
22. Manuaba, I. B. G. Ilmu Kandungan dan Penyakit Kandungan.Jakarta : EGC. 2005
23. Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
24. Braunwald E, Isselbacher KJ, Petersforg RG,et al. Harrison’s Principles of Internal
Medicine 19th Edition. New York: McGraw-Hill. 2015.
25. American Psychological Association. 2013. Stress in america: missing the health care
connection [Online Journal] [diunduh pada 6 juni 2016]. Tersedia dari:
https://www.apa.org/news/press/releases/stress/2012/full-report.pdf.
26. Chang LK, Eustress vs Distress, Mindfulness Muse, 2011.
https://www.mindfulnessmuse.com/stress-reduction/eustress-vs-distress [Diakses
pada tanggal 14 Oktober 2019 pukul 19.09]
40
27. Nevid JS, Psikologi Konsepsi dan Aplikasi, Edisi 3, Bandung, Penerbit Nusa Media,
2017
28. Kulkarni J, Worsley R, Handbook of Behavioral Neurosciences, vol. 23, Singapore,
ELSEVIIER, 2016
29. Kumar A, Rinwa P, Stres: Neurobiology, consequences and management. Journal of
Pharmacy & Bioallied Sciences. Vol. 5, 2013
30. Lovibond, SH, Lovibond, PF. Manual for the Depression Anxiety & Stress Scales. 2nd
Ed. Sydney: Psychology Foundation.1995.
31. Prawirohardjo S, Wiknjosatrio H. Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. Jakarta: PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2017 (di hubungan stres menarch
32. 32. Sherwood, L et al. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC. 2016.
33. Anoraga, Pandji. Psikologi Kerja, Rineka Cipta. Jakarta; 2014.
34. Manuaba A. Bunga Rampai Ergonomi, Vol I. Program Studi Ergonomi-Fisiologi Kerja
Universitas Udaayana Denpasar. 1998.
35. Tarwaka .Ergonomi Industri. Surakarta : Harapan Press, 2011
36. Susman EJ, Rogol A. Puberty and psychological development. Handbook of adolescent
psychology. 2004 Jan 2;2:15-44
37. Whirledge S, Cidlowski JA. Glucocorticoids, stress, and fertility. Minerva
endocrinologica. 2010 Jun;35(2):109.
38. Matthiesen SM, Frederiksen Y, Ingerslev HJ, Zachariae R. Stress, distress and outcome
of assisted reproductive technology (ART): a meta-analysis. Human reproduction.
2011 Aug 1;26(10):2763-76.
39. Hawari D, Sonhadji HM. Al Qur'an: ilmu kedokteran jiwa dan kesehatan jiwa. Dana
Bhakti Prima Yasa; 1995.
40. Kaplan SL, Grumbach MM. Pituitary and placental gonadotrophins and sex steroids in
the human and sub-human primate fetus. Clinics in endocrinology and metabolism.
1978 Nov 1;7(3):487-511.
41
41. Putri AK. Hubungan antara Status Gizi, Status Menarche Ibu, Media Massa, Aktivitas
Olahraga dengan Status Menarche Siswi di SMP Islam Al-Azhar Rawamangun, Jakarta
Timur tahun 2009 (skripsi). Depok. Universitas Indonesia. 2009.
42. Agustin ID. Hubungan antara Status Gizi, Aktivitas Fisik, dan Tingkat Sosial Ekonomi
terhadap Kejadian Menarche Remaja Putri di SMP Negeri 17 Bekasi Tahun 2010.
Skripsi. Universitas Indonesia. 2010.
43. Karapanou O, Papadimitriou A. Determinants of menarche. Reproductive Biology and
Endocrinology. 2010 Dec;8(1):115.
44. Krummel DA, Kris-Etherton PM. Nutrition in women's health. Jones & Bartlett
Learning; 1996.
45. Yunitasari R, Rejeki S, Khayati N. KARAKTERISTIK DAN TINGKAT STRES
SISWI DENGAN KEJADIAN DISMENORE PRIMER DI SMP N 3 SRAGI
PEKALONGAN. In PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL
2017
46. Folkman S, Lazarus RS. Stress processes and depressive symptomatology. Journal of
abnormal psychology. 1986 May;95(2):107.
47. GRABER, Julia A., et al. Is psychopathology associated with the timing of pubertal
development?. Journal of the American Academy of Child & Adolescent Psychiatry,
1997, 36.12: 1768-1776.
42
Lampiran 1
NASKAH PENJELASAN KEPADA PESERTA PENELITIAN
Assalamualaikum Wr. Wb.
Saudara/i yang saya hormati,
Perkenalkan kami, Laksana Firman Latief dan Devin Septia Bramanda adalah
mahasiswa jurusan pendidikan dokter angkatan 2016 Fakultas Kedokteran Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatulla Jakarta yang sedang melaksanakan penelitian
mengenai:
1. HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI
MTS KHAZANAH KEBAJIKAN
2. HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN USIA MENARCHE PADA
SISWI MTS KHAZANAH KEBAJIKAN
Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan proses
belajar mengajar pada program S1 Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran UIN SH.
Kuesioner yang saya berikan pertanyaan terkait menstruasi pertama (menarche) untuk
menentukan usia saat mengalami menarche, dan juga pertanyaan terkait status gizi dan
tingkat stres untuk menentukan hubungan faktor tersebut dengan usia menarche. Untuk
kepentingan tersebut kami mohon kesedian Saudara/i untuk ikut sebagai responden
dalam penelitian ini. Jika Saudara/i bersedia, silahkan menandatangani persetujuan
sebagai bukti kesukarelaan.
Identitas pribadi sebagai responden akan dirahasiakan dan semua informasi yang
diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Jika ada hal yang kurang dapat
dipahami dapat bertanya langsung kepada peneliti.
Atas perhatian dan kesediaan Saudara/i menjadi responden dalam penelitian ini kami
ucapkan terima kasih.
Ciputat, 2019
(peneliti)
43
(lanjutan) LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN
(Informed Consent)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Umur : Kelas : No. Hp : Telah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan, saya menandatangani dan menyatakan bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.
Ciputat, Juli 2019
Responden
(__________________________)
44
Lampiran 2
KUESIONER PENELITIAN MENSTRUASI
1. Apakah Anda saat ini sedang minum obat?
a. Ya, kenapa?....
b. Tidak
2. Pada saat terjadi menstruasi/haid/haid pertama, berapakah usia Anda?
a. <12 tahun, berapa tepatnya b. 12-15 tahun, berapa tepatnya c. >15 tahun, berapa tepatnya
3. Setelah menstruasi/haid pertama, berapa kali sudah mengalami menstruasi/haid lagi? a. Beberapa kali (1-5 kali) b. Sudah sering (>5 kali)
4. Apakah setiap bulannya selalu mendapatkan menstruasi/haid? a. Iya b. Tidak
45
(lanjutan) TES DASS
Petunjuk Pengisian Kuesioner ini terdiri dari berbagai pernyataan yang mungkin sesuai dengan
pengalaman Bapak/Ibu/Saudara dalam menghadapi situasi hidup sehari-hari. Terdapat empat pilihan jawaban yang disediakan untuk setiap pernyataan yaitu:
0 : Tidak sesuai dengan saya sama sekali, atau tidak pernah. 1 : Sesuai dengan saya sampai tingkat tertentu, atau kadang kadang. 2 : Sesuai dengan saya sampai batas yang dapat dipertimbangkan, atau lumayan
sering. 3 : Sangat sesuai dengan saya, atau sering sekali.
Selanjutnya, Bapak/Ibu/Saudara diminta untuk menjawab dengan cara memberi tanda silang (X) pada salah satu kolom yang paling sesuai dengan pengalaman Bapak/Ibu/Saudara selama satu minggu belakangan ini. Tidak ada jawaban yang benar ataupun salah, karena itu isilah sesuai dengan keadaan diri Bapak/Ibu/Saudara yang sesungguhnya, yaitu berdasarkan jawaban pertama yang terlintas dalam pikiran Bapak/Ibu/ Saudara.
No PERNYATAAN 0 1 2 3
1 Saya merasa bahwa diri saya menjadi marah karena hal-hal sepele.
2 Saya merasa bibir saya sering kering.
3 Saya sama sekali tidak dapat merasakan perasaan positif.
4 Saya mengalami kesulitan bernafas (misalnya: seringkali terengah-engah atau tidak dapat bernafas padahal tidak melakukan aktivitas fisik sebelumnya).
5 Saya sepertinya tidak kuat lagi untuk melakukan suatu kegiatan.
6 Saya cenderung bereaksi berlebihan terhadap suatu situasi.
7 Saya merasa goyah (misalnya, kaki terasa mau ’copot’). 8 Saya merasa sulit untuk bersantai.
9 Saya menemukan diri saya berada dalam situasi yang membuat saya merasa sangat cemas dan saya akan merasa sangat lega jika semua ini berakhir.
10 Saya merasa tidak ada hal yang dapat diharapkan di masa depan.
46
(lanjutan)
No PERNYATAAN 0 1 2 3
11 Saya menemukan diri saya mudah merasa kesal.
12 Saya merasa telah menghabiskan banyak energi untuk merasa cemas.
13 Saya merasa sedih dan tertekan.
14 Saya menemukan diri saya menjadi tidak sabar ketika mengalami penundaan (misalnya: kemacetan lalu lintas, menunggu sesuatu).
15 Saya merasa lemas seperti mau pingsan. 16 Saya merasa saya kehilangan minat akan segala hal.
17 Saya merasa bahwa saya tidak berharga sebagai seorang manusia.
18 Saya merasa bahwa saya mudah tersinggung.
19 Saya berkeringat secara berlebihan (misalnya: tangan berkeringat), padahal temperatur tidak panas atau tidak melakukan aktivitas fisik sebelumnya.
20 Saya merasa takut tanpa alasan yang jelas. 21 Saya merasa bahwa hidup tidak bermanfaat. 22 Saya merasa sulit untuk beristirahat. 23 Saya mengalami kesulitan dalam menelan.
24 Saya tidak dapat merasakan kenikmatan dari berbagai hal yang saya lakukan.
25 Saya menyadari kegiatan jantung, walaupun saya tidak sehabis melakukan aktivitas fisik (misalnya: merasa detak jantung meningkat atau melemah).
26 Saya merasa putus asa dan sedih. 27 Saya merasa bahwa saya sangat mudah marah. 28 Saya merasa saya hampir panik.
29 Saya merasa sulit untuk tenang setelah sesuatu membuat saya kesal.
30 Saya takut bahwa saya akan ‘terhambat’ oleh tugas-tugas sepele yang tidak biasa saya lakukan.
31 Saya tidak merasa antusias dalam hal apapun.
32 Saya sulit untuk sabar dalam menghadapi gangguan terhadap hal yang sedang saya lakukan.
33 Saya sedang merasa gelisah. 34 Saya merasa bahwa saya tidak berharga.
47
(lanjutan)
35 Saya tidak dapat memaklumi hal apapun yang menghalangi saya untuk menyelesaikan hal yang sedang saya lakukan.
36 Saya merasa sangat ketakutan. 37 Saya melihat tidak ada harapan untuk masa depan. 38 Saya merasa bahwa hidup tidak berarti. 39 Saya menemukan diri saya mudah gelisah.
40 Saya merasa khawatir dengan situasi dimana saya mungkin menjadi panik dan mempermalukan diri sendiri.
41 Saya merasa gemetar (misalnya: pada tangan).
42 Saya merasa sulit untuk meningkatkan inisiatif dalam melakukan sesuatu.
48
Lampiran 3
SURAT PERSETUJUAN ETIK
49
Lampiran 4
HASIL UJI STATISTIK SPSS
USIA
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
12 3 3.0 3.0 3.0 13 44 44.0 44.0 47.0 14 43 43.0 43.0 90.0 15 10 10.0 10.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
KELAS
Frequency Percent Valid
Percent Cumulative
Percent
Valid
KELAS 8
52 52.0 52.0 52.0
KELAS 9
48 48.0 48.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
TINGKAT STRES
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
normal 25 25.0 25.0 25.0 ringan 30 30.0 30.0 55.0 sedang 19 19.0 19.0 74.0 berat 20 20.0 20.0 94.0 sangat berat 6 6.0 6.0 100.0 Total 100 100.0 100.0
50
Lampiran 5
Dokumentasi
Responden berkumpul untuk pengarahan pengisian kuesioner
Responden mengisi kuesioner.
51
Lampiran 6
Riwayat Hidup Penulis
Identitas
Nama : Devin Septia Bramanda
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Tempat, tanggal lahir: Jakarta, 22 September 1994
Agama : Islam
Alamat : Jl Candra No 648, Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur
e-mail : devin_septia@yahoo.co.id
Riwayat Pendidikan
2009 - 2000 : TK Angkasa 5
2000 - 2006 : SD Angkasa 1
2006 - 2009 : SMPN 80 Jakarta
2009 - 2012 : SMAN 67 Jakarta
2016 – Sekarang : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi
Kedokteran dan Profesi Dokter UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta