makalah kelenjar hipofisis

32
Disusun Oleh Kelompok 1 : 1. STEFFY MARLIANI SAFITRI .Y 0826010332 2. JUNITA ANGGRAINI 0826010182 3. DESNA PRANATA LEONI 0826010313 4. TITI GUMANTI 0826010320 5. ANGGRAINI PUSPITA SARI 0826010314

Transcript of makalah kelenjar hipofisis

Disusun Oleh Kelompok 1 :

1. STEFFY MARLIANI SAFITRI .Y 08260103322. JUNITA ANGGRAINI 08260101823. DESNA PRANATA LEONI 0826010313

4. TITI GUMANTI 08260103205. ANGGRAINI PUSPITA SARI 0826010314

6. ROSITA ERFINA SARI 0826010339

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU

TAHUN AJARAN 2010

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena penulis telah dapat menyelesaikan makalah tentang ASUHAN

KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN FUNGSI KELENJAR HIPOFISIS dengan tidak ada hambatan yang

berarti.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak terutama kepada yang terhormat dosen pembimbing dan rekan-

rekan di kelas Keperawatan (V F) yang telah banyak membantu dan memberi dorongan dalam penyelelesaian makalah ini.

Hasil makalah ini tentunya belum sempurna, namun bagi penulis hasil ini sangatlah berarti terutama dapat memberikan

dorongan dan sekaligus tantangan untuk terus berkarya sebagai pengisi kegiatan dan aktifitas remaja yang dituntut untuk terus

berkarya dan berkreasi mengisi masa depan yang penuh tantangan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mohon

saran dan kritik demi kesempurnaan makalah ini.

Bengkulu, Oktober 2010

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Hipofisis yang berasal dari bahasa Yunani yaitu hypo yang berati dibawah, sedangkan physis, berati pertumbuhan, atau

Kelenjar Pituitaria, beratnya sekitar 0.5 gram, dan dimensi normalnya pada manusia sekitar 10 x 13 x 6 mm. Kelenjar ini berada di

rongga tulang sphenoid Sella Turcica . Selama embriogenesis, hipofisis berkembang sebagian dari ectoderm oral dan sebagian lagi

dari jaringan saraf. Komponen neural muncul sebagai sebuah evaginasi dari dasar diencephalon dan tumbuh ke arah caudal sebagai

batang tanpa melepaskan diri dari otak.

Karena berasal dari dua sumber, hipofisis sebenarnya terdiri dari dua kelenjar yang bersatu secara anatomis tapi mempunyai fungsi

yang berbeda:

neurohipofisis (Posterior Pituitary, Neurohypophysis, Neural Pituitary) yang berkembang dari jaringan saraf, terdiri dari

bagian yang besar, pars nervosa, dan yang lebih kecil infundibulum. Infundibulum terdiri atas stem dan eminentia mediana.

Neurohifisis merupakan perpanjangan dari hipotalamus yang terbentuk dari sekelompok akson dari Hypothalamic

Neurosecretory Neurons yang berselingan dengan sel glial.

adenohipofisis (Anterior Pituitary, Adenohypophysis, Glandular Pituitary) merupakan bagian dari hipofisis yang muncul dari

oral ectoderm dan terdiri dari tiga bagian: pars distalis, atau lobus anterior; bagian cranial, pars tuberalis, yang mengelilingi

infundibulum; serta pars intermedia.

Dari studi mikroskopik terhadap adehipofisis, ditemukan tiga jenis sel yaitu asidofil, basofil dan kromofob.

B.Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui dan mempelajari tentang asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit kelenjar hipofisis dan juga

pengertian dari kelenjar hipofisis.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui konsep teoritis penyakit kelenjar hipofisis.

b. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan teoritis pada klien dengan penyakit kelenjar hipofisis yang meliputi

pengkajian, diagnosa keperawatan dan rencana asuhan keperawatan.

c. Untuk mengetahui konsep kasus fiktif pada klien dengan penyakit kelenjar hipofisis yang meliputi, pengkajian, diagnosa

keperawatan, rencana asuhan keperawatan, implementasi dan evaluasi.

C. Manfaat

1. Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan kita semua dalam membuat asuhan keperawatan pada klien dengan

penyakit kelenjar hipofisis

2. Dapat Memberikan pengetahuan dan wawasan kepada pembaca tentang kasus pada klien dengan penyakit kelenjar hipofisis dan

asuhan keprawatannya secara teoritis.

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDULKATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………..……........DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………………... iiiBAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang………………………………………………………………………………….………...B. Tujuan………………………………………………………………………………………………………...C. Manfaat………………………………………………………………………………………………………BAB II KONSEP TEORITIS1. Konsep Dasar TeoritisA. Definisi………………………………………………………………………………………..………...B. EtiologiC. Patofisiologi……………………………………………………………...…….D. Klasifikasi Gagal Napas Akut………………………………………………………...………...E. Mekanisme Hiperkapnia dan Hipoksemia……………………………………………….F. WOC………………………………………………………………………………………………………G. Manifestasi Klinis…………………………………………………………………………………...H. Pemeriksaan penunjang…………………………………………………………………………I. Penatalaksanaan dan tanda dan gejala………………………………………………….J. Komplikasi dan Obat dan Penatalaksanaannya……………………………………...2. Konsep Dasar ASKEPA. Pengkajian…………………………………………………………………………….……………B. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul………………………………………C. Rencana Asuhan Keperawatan …………………………………………………………….

BAB III TINJAUAN KASUSA. Pengkajian………………………………………………………………………...……………………..B. Analisa Data……………………………………………………………………………………………..C. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul…………………………………………D. NCP (Nursing Care Planning)……………………………………………………………………E. Catatan Perkembangan ……………………………………………………………………………BAB IV PENUTUPA. Kesimpulan……………………………………………………………………………………………...B. Saran ……………………………………………………………………………………………………....DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………………

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

1. Konsep Dasar Teori

A. Definisi

Hipofisis (Yunani hypo, dibawah, + physis, pertumbuhan), atau Kelenjar Pituitaria, beratnya sekitar 0.5 gram, dan dimensi

normalnya pada manusia sekitar 10 x 13 x 6 mm. Kelenjar ini berada di rongga tulang sphenoid—sella turcica—. Selama

embriogenesis, hipofisis berkembang sebagian dari ectoderm oral dan sebagian lagi dari jaringan saraf. Komponen neural muncul

sebagai sebuah evaginasi dari dasar diencephalon dan tumbuh ke arah caudal sebagai batang tanpa melepaskan diri dari otak.

Karena berasal dari dua sumber, hipofisis sebenarnya terdiri dari dua kelenjar yang bersatu secara anatomis tapi mempunyai fungsi

yang berbeda :

neurohipofisis (Posterior Pituitary, Neurohypophysis, Neural Pituitary) yang berkembang dari jaringan saraf, terdiri dari

bagian yang besar, pars nervosa, dan yang lebih kecil infundibulum. Infundibulum terdiri atas stem dan eminentia mediana.

Neurohifisis merupakan perpanjangan dari hipotalamus yang terbentuk dari sekelompok akson dari Hypothalamic

Neurosecretory Neurons yang berselingan dengan sel glial.[1]

adenohipofisis (Anterior Pituitary, Adenohypophysis, Glandular Pituitary) merupakan bagian dari hipofisis yang muncul dari

oral ectoderm dan terdiri dari tiga bagian: pars distalis, atau lobus anterior; bagian cranial, pars tuberalis, yang mengelilingi

infundibulum; serta pars intermedia.

Dari studi mikroskopik terhadap adehipofisis, ditemukan tiga jenis sel yaitu :

asidofil

basofil

kromofob.

Kelenjar Hipofisis ini terletak pada lekukan tulang selatursika di bagian tulang baji dan menghasilkan bermacam-macam hormon

yang mengatur kegiatan kelenjar lainnya. Oleh karena itu kelenjar hipofisis disebut master gland.

Kelenjar hipofisis dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :

Bagian anterior

Bagian tengah

Bagian posterior

Pembebasan hormon Adenohipofisis dikontrol oleh hipotalamus. Sel – sel neurosekresi di hipotalamus mensekresi hormone

pembebas dan hormone penghambat ke dalam jaringan kapiler yang terletak di batang pituitary. Darah yang mengandung hormone

tersebut mengalir melalui pembuluh – pembuluh portal pendek kedalam jaringan kapiler kedua di dalam pituitary anterior. Sebagai

respon terhadap hormone pembebas spesifik, sel – sel endokrin di pituitary anterior mensekresikan hormone.

A. Hormon Yang Dihasilkan Anterior Hipofisis

No. Hormon Prinsip kerja

1 Growth Hormone (GH) atau

Somatotropin

Sekresi dirangsang oleh growth hormone releasing hormone/GHRH (dari hipotalamus) GH diperlukan untuk:

Pertumbuhan somatik dan mempertahankan ukuran yang telah dicapai.

Mengatur sistesis protein dan pembungan nutrien

Efek pertumbuhan diperoleh oleh somatomedin yang dikeluarkan oleh GH tsb.

2 Thyroid stimulating hormone

(TSH)

TSH menyebabkan pelepasan tiroksin dan triyodotironin

Pelepasan TSH dipengaruhi oleh thyrotropin releasing hormon (TRH) dari hipotalamus

Merangsang pertumbuhan3 Adreno corticotrophic

hormone (ACTH) atau

Hormon Adrenokortikotropik

Pelepasan ACTH dipengaruhi oleh cortricotropin releasing hormone dari hipotalamus

Berfungsi merangsang pertumbuhan

Mengatur produksi kortisol Mengontrol sekresi beberapa hormone oleh korteks adrenal.

4 Follicle Stimulating Hormon

(FSH)

a. Pada wanita : merangsang

perkembangan folikel pada ovarium

dan sekresi estrogen.

b. Pada testis : menstimulasi testis untuk

mengstimulasi sperma.

5 Luteinizing hormone (LH) a. Pada Wanita : bersama dengan

estrogen menstimulasi ovulasi dan

pembentukan progesterone oleh

korpus luteum.

b. Pada pria : menstimulasi sel – sel

interstitial pada testis untuk

berkembang dan menghasilkan

testoteron.

6 Prolaktin Pelepasannya dipengaruhi oleh

prolactin releasing hormon/PRH

Fungsi prolakstin ; Menstimulasi

produksi ASI.

B. Hormon yang dihasilkan posterior hipofisis

No. Hormon Prinsip kerja

1 Oksitosin Menstimulasi kontraksi otot polos pada

rahim wanita selama proses melahirkan.

Sel targetnya adalah uterus dan payudara

Oksitosin berfungsi meningkatkan

kontraksi uterus dan menyebabkan

laktas.

2 Hormon ADH (ANTI

DIURETIC

HORMONE

/VASOPRESIN)

Pelepasan ADH dipengaruhi keadaan

kurang cairan/dehidrasi

Sel targetnya adalah tubulus dan arteriol.

Efek: meningkatkan TD, meningkatkan

absorsi di tubulus distal, menurunkan

krja otot saluran GI dan Menurunkan

volume urine.

Pratiwi, (2007 : 198)

Sel – sel neurosekresi dalam hipotalamus mensintesis hormone ADH dan oksitosin. Neurohipofisis membebaskan hormone itu ke dalam darah, dimana hormone itu bersirkulasi. ADH berikatan dengan sel target di ginjal, oksitosin berikatan dengan sel target di kelenjar susu dan uterus

B. Hormon yang dihasilkan intermediet hipofisis

No. Hormon Prinsip kerja

1 Melanocyte

stimulating hormon

(MSH)

Mempengaruhi warna kulit individu

B.ETIOLOGI

1. Diabitus insipidus central atau neurogenik.

Kelainan hipotalumus dan kelenjar pituetary posterior karena familial atau idiopatic. Disebut diabitus insipidus primer.

Kerusakan kelenjar karena tumor pada area hipotalamus – pituitary,-trauama, proses infeksi, gangguan aliran aliran darah,

tumor metastase dari mamae atau paru di sebut diabitus insipidus sekunder.

Pengaruh obat yang dapat mempengaruhi sintesis dan sekresi ADH seperti phenitoin, alkohol, lithium carbonat.

2. Diabitus insipidus Nephrogenik

Suatu defec yang diturunkan.

Tubulus ginjal tidak berespon terhadap ADH

PATOFISIOLOGI

Sindrom klinis yang ada kaitannya dengan kelainan fungsi kelenjar hipofisis antara lain mencakup penyakit- penyakit akibat

kekurangan dan kelebihan hormon.

Insufisiensi hipofisis pada umumnya akan mempengaruhi semua hormon yang secara normal disekresi oleh kelenjar hipofisis

anterior. Oleh karena itu, manifestasi klinis dari panhipopituitarisme merupakan gabungan perngaruh metabolic akibat berkurangnya

sekresi masing- masing hormon hipofisis.

Sindrom klinis yang diakibatkan oleh panhipotuitarisme pada anak- anak dan orang dewasa berbeda. Pada anak- anak, terjadi

gangguan pertumbuhan somatis akibat defisiensi pelepasan growth hormone. Cebol (dwarfism) hipofisis merupakan konsekuensi dari

defisiensi tersebut. Ketika anak- anak tersebut mencapai pubertas, maka tanda- tanda seksual sekunder dan genitalia eksterna gagal

berkembang.

Jika hipopituitarisme terjadi pada orang dewasa, kehilangan fungsi hipofisis, sering mengikuti kronologis sebagai berikut:

Hilangnya growth hormone, hipogonadisme, hipotiroidisme, dan insufisiensi adrenal. Karena orang dewasa telah menyelesaikan

pertumbuhan somatisnya, maka tinggi tubuh pasien dewasa dengan hipopituitarisme adalah normal. Manifestasi defisiensi growth

hormone mungkin dinyatakan dengan timbulnya kepekaan yang luar biasa terhadap insulin dan terhadap hipoglikemia puasa.

Bersamaan dengan terjadinya hipoganodisme pria menunjukkan penurunan libido, impotensi dan pengurangan progresif rambut dan

bulu ditubuh, jenggot, dan berkurangnya perkembangan otot. pada wanita, berhentinya siklus menstrulasi atau amenore, merupakan

tanda awal dari kegagalan hipofisis. kemudian diikuti oleh atrofi payudar dan genitalia eksterna. Baik pria maupun wanita

menunjukkan berbagai tingkatan hipotiroidisme dan insufisiensi adrenal. Kuranggan MSH akan mengakibatkan kulit penderita

kelihatan pucat.

Kadang kala, penderita memperlihatkan kegagalan hormone hipofisis yang berdiri sendiri (terisolasi). Dalam keadaan ini,

penyebab defisiensi agaknya terletak pada hipotalamus dan mengenai releasing factor yang bersangkutan.

MANIFESTASI KLINIS

Diabitus insipidus dapat terjadi secara perlahan lahan atau secara cepat setelah trauma

atau proses infeksi. Gejala utamanya adalah:

Poliuria sangat encer ( 4- 30 liter ) dengan berat jenis 1.001-1.005

Polidipsi 5- 10 lt/hari

Gejala dehidrasi( turgor kulit jelek, bibir kering dll).

Hiperosmolar serum (peningkatan konsentrasi ion dalam plasma darah)

Hipoosmolar urine (penurunan konsentrsi ion dalam urin)

Pada diabetes insipidus herediter, gejala primernya dapat berawal sejak lahir. Kalau keadaan ini terjadi pada usia dewasa,

biasanya gejala poliuria memiliki awitan yang mendadak

atau bertahap (insidius).

Penyakit ini tidak dapat dikendalikan dengan membatasi asupan cairan karena kehilangan urin dalam jumlah besar akan terus terjadi

sekalipun tidak dilakukan penggantian cairan. Upaya-upaya untuk membatasi cairan akan membuat pasien tersiksa oleh keinginan

minum yang luar biasa yang tidak pernah terpuaskan di samping akan menimbulkan keadaan hipernatremia dan

dehidrasi yang berat.

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan medis:

1.Kausal : terhadap kelainan dalam hipotalamus/hipofisis.

2. Terapi substitusi dengan:

Desmopresin 10-20 ug intranasal (MINRIN) atau 1-4 ug subkutan, efektif selama 12-24 jam. MINRIN adalah derivat dari

vasopressin dari pabrik FERRING AB, Malmoe, Swedia. Sudah lama digunakan dengan sukses di Eropa. Pemakaian mudah

sekali karena dihirup secara intra nasal (bagi penulis ini pilihan utama).

Vaso pressin dalam aqua 5-10 U sub kutan, efektif antara 1-6 jam

Lypressin 2-4 unit intranasal, efektif antara 4-6 jam.

Vasopressin dalam ol. Tannate 5 unit intramuskuler, efektif selama 24-72 jam.

3.Transplantasi:

Implantasi hipofisis kera subkutan. Biasanya implant ini tidak bisa bertahan lama.

4.Terapi medika mentosa, efektifitas diragukan.

Chlorpropamide (antikonvulsan kuat yang berkhasiat sebagai antiepileptik, psikotropik dan analgesik spesifik) 200-500 mgr

perhari.

Clofebrate (belum jelas tapi di gunakan untuk obat yang menurunkan kadar kolesterol) 4x500 mgr perhari.

Carbamazepine (untuk pengobatan epilepsi. Dipakai untuk epilepsi grand mal/ di gabungkan dengan obat lain untuk pasien

yang resisten terhadap pengobatan). 400-600 mgr perhari.

5. Terapi cairan parenteral

6. Jika hanya kekurangan ADH

dapat diberikan obat Clorpropamide, clofibrate untuk merangsang sintesis ADH di hipotalamus.

7. Jika berat diberikan ADH melalui semprotan hidung dan diberikan vasopresin (larutan pteresine).

Penatalaksanaan keperawatan: Pasien yang diduga menderita Diabetes Insipidus memerlukan dorongan dan dukungan pada

saat menjalani pemeriksaan untuk meneliti kemungkinan lesi cranial. Pasien dengan anggota keluarganya harus dijelaskan tentang

perawatan tindak lanjut dan berbagai tindakan darurat. Kepada pasien juga disarankan untuk mengenakan tanda pengenal seperti gelan

medic alert dan menyimpan obat serta informasi tentang kelainan ini disetiap saat. Penggunaan vasopressin harus dilakukan secara

hati-hati jika terdapat penyakit arteri koroner karena tindakan ini menyebabkan vasokonstriksi.

2. Konsep dasar ASKEP

A. Pengkajian

PENGKAJIAN1. Biodata2. Riwayat Keperawatana) Keluhan UtamaGangguan tidur

b) Riwayat Kesehatan SekarangBuang air kecil yang sering dan perasaan dahaga yang hebat akan mengganggu istirahat pasienc) Riwayat Kesehatan DahuluTrauma, inflamasi yang pernah terjadid) Riwayat Kesehatan KeluargaRiwayat penyakit yang pernah diderita keluarga dan pengaruhnya terhadap diabetes insipidus3. pola Fungsi Kesehatana) Pola Istirahat TidurPola istirahat klien akan terganggu karena BAK yang sering dan dahaga yang hebat.b) Pola AktivitasAktivitas terganggu karena BAK yang seringc) Pola NutrisiKlien mengalami penurunan nafsu makan akibat dari dehidrasi.d) Pola EliminasiPada eliminasi urine klien mengalami sering BAK.4. Pemeriksaan FisikKeadaan Umum : lemah, lemasTTV : Nadi, Suhu, TD, RRBerat Badan : sama atau kurang dari berat badan sebelumnya.Kepala dan wajah : wajah sayu,mata cowongMulut : bibir kering, mulut pucatDada : nafas cepat dan dangkalJantung : denyut cepat tapi lemahEkstremitas : ekstrimitas dingin5. Pemeriksaan PenunjangTes defripasi cairanPengukuran kadar vasopressin plasmaPengukuran osmolalitas plasma serta urin.

B. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul1. Devisit volume cairan berhubungan dengan dehidrasiTujuan : kebutuhan volume cairan kembali normalKriteia hasil :

• intake output seimbang• urine, berat badan dan tanda-tanda vital dalam batas normal.Intervensi :a) pantau masukan dan pengeluaran, catat warna dan volume cairanR/: memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan penganti,fungsi ginjal, dan keefektifan dari terapi yang di berikan.b) Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500ml/hari dalam batas yang dapat di toleransi jantung jika pemasukan cairan melalui oral sudah dapat di berikan.R/: mempertahankan hidrasi/volume sirkulasic) Kaji nadi perifer,pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosaR/: merupakan indikator dari tingkat dehidrasi / volume sirkulasi yang adekuat.d) Ukur berat badan setiap hariR/: memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.e) Kaji tanda- tanda vitalR/: mengetahui keadaan umum pasien.

2. Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan poliuria.Tujuan : pola eliminasi urin kembali normalKriteria hasil : • Pasien akan mengungkapkan pemahaman tentang kondisi• Pasien akan mempertahankan keseimbangan masuk keluarnya urin• Pasien akan mengungkapkan / mendemostrasikan perilaku dan teknik untuk mencegah retensi urin.

Intervensi :a) Kaji pola berkemih seperti frekuensi dan jumlahnya. Bandingan keluaran urin dan masukan cairan dan catat berat jenis urinR/: mengidentifikasi fungsi kandung kemih (mis: pengosongan kandung kemih, fungsi ginjal dan keseimbangan cairan.b) Palpasi adanya distensi kandung kemih dan observasi pengeluaran cairanR/: disfungsi kandung kemih bervariasi, ketidakmampuan berhubungan dengan hilangnya kontraksi kandung kemih untuk merilekskan sfingter urinariusc) Anjurkan pasien untuk minum/masukan cairan (2-4 /hr) termasuk juice yang mengandung asam askorbatR/: membantu mempertahan fungsi ginjal, mencegah infeksi dan pembentukan batud) Bersihkan daerah perineum dan jaga agar tetap kering lakukan perawatan kateter bila perluR/: menurunkan resiko terjadinya iritasi kulit/kerusakan kulit

e) Berikan pengobatan sesuai indikasi seperti: vitamin dan atau antiseptik urinariusR/: mempertahankan lingkungan asam dan menghambat pertumbunhan bakteri (kuman)

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nokturiaTujuan : pasien bisa tidur dan mampu menentukan kebutuhan atau waktu tidurKriteria Hasil :- pasien akan mampu menciptakan pola tidur yang adekuat dengan penurunan terhadap pikiran yang melayang-layang- pasien akan melaporkan dapat beristirahat dengan cukup

Intervensi:a) Berikan kesempatan untuk beristirahat/tidur sejenak, anjurkan latihan saat siang hari, turunkan aktivitas mental/fisik pada sore hariR/: karena aktivitas fisik dan mental yang lama mengakibatkan kelelahan yang dapat meningkatkan kebingungan, aktifitas yang terprogram tanpa stimulasi berlebihan yang meningkatkan waktu tidurb) Evaluasi tingkat stress/orientasi sesuai perkembangan hari demi hariR/: peningkatan kebingungan, disorientasi da tingkah laku yang tidak koopertif dapat malanggar pola tidur yang mencapai tidur pulasc) Berikan makanan kecil sore hari, susu hangat mandi dan masase punggungR/: meningkatkan relaksasi dengan perasaan mengantukd) Turunkan jumlah minum pada sore hari. Lakukan berkemih sebelum tidurR/: menurunkan kebutuhan akan bangun untuk pergi ke kamar mandi/berkemih selama malam harie) Putarkan musik yang lembut atau suara yang jernihR/: menurunkan stimulasi sensori dengan menghanbat suara-suara lain dari lingkungan sekitar yang akan menghambat tidur nyenyak.

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafsu makan menurunTujuan : nafsu makan pasien kembali normalKriteria Hasil :• pasien akan menunjukkan berat badan stabil atau peningkatan berat badan sesuai sasaran dengan nilai laboraturium normal dan tidak ada tanda malnutrisiIntervensi :a) Timbang berat badan tiap hariR/: memberikan informasi tentang kebutuhan diit/keefektifan terapib) Anjurkan istirahat sebelum makanR/: menenangkan peristaltic dan meningkatkan energi untuk makanc) Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan menyenangkan, dengan situasi tidak terburu-buru, temani

R/: lingkungan yang menyenangkan menurunkan stress dan lebih kondusif untuk makand) Dorong pasien untuk menyatakan perasaan masalah mulai makan diitR/: keragu-raguan untuk makan mungkin diakibatkan oleh takut akanan akan menyebabkan eksaserbasi gejalae) Kolaborasi dengan ahli giziR/: membantu mengkaji kebutuhan nutrisi pasien dalam perubahan pencernaan daan fungsi usus Diposkan oleh usfinit engky di 21.10

B. Rencana asuhan keperawatan.

no Diagnose Tujuan Intervensi Rasional

Devisit volume cairan berhubungan dengan dehidrasi

BAB IV

PENUTUP

A. KesimpulanHipofisis (Yunani hypo, dibawah, + physis, pertumbuhan), atau Kelenjar

Pituitaria, beratnya sekitar 0.5 gram, dan dimensi normalnya pada manusia sekitar 10 x 13 x 6

mm. Kelenjar ini berada di rongga tulang sphenoid—sella turcica—. Selama embriogenesis,

hipofisis berkembang sebagian dari ectoderm oral dan sebagian lagi dari jaringan saraf.

Komponen neural muncul sebagai sebuah evaginasi dari dasar diencephalon dan tumbuh ke arah

caudal sebagai batang tanpa melepaskan diri dari otak.

B. SaranDiharapkan dengan adanya makalah ini dapat membantu perawatan keluarga pasien

yang mengalami gangguan kelenjar hipofisis. Dan sebagai pedoman bagi seorang perawat dalam

melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami gangguan kelenjar hipofisis.

DAFTAR PUSTAKA