Makalah Hipofungsi Kelenjar Hipofisis

download Makalah Hipofungsi Kelenjar Hipofisis

of 47

description

hipofisis

Transcript of Makalah Hipofungsi Kelenjar Hipofisis

Makalah Hipofungsi Kelenjar Hipofisis (Hipopituitarisme)

INCLUDEPICTURE "http://1.bp.blogspot.com/-2lLi4jQfNRQ/TgzlYzNFWfI/AAAAAAAABUQ/OvZZUInOpnI/s000/date.png" \* MERGEFORMATINET

15:09 renaldazwari

HYPERLINK "http://banjaristi.blogspot.com/2011/09/makalah-hipofungsi-kelenjar-hipofisis.html" \l "comment-form" No comments

BlogThis! Tulisan di sini copas dari makalah kelompok saya di mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III, Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran UNLAM.

Hipopituitarisme adalah suatu gambaran penyakit akibat insufisiensi kelenjar hipofisis, terutama bagian anterior. Gangguan ini menyebabkan munculnya masalah dan manifestasi klinis yang berkaitan dengandefisiensi hormon-hormon yang dihasilkannya.

Hipopituitarisme adalah insupisiensi hipofisis akibat kerusakan mudos anterior kelenjar hipofise. Panhipopituitarisme (penyakit simmod) adalah tidak terdapatnya sekresi semua hipofisis secara total dan merupakan kondisi yang jarang terjadi. Nekrosis hipofisis post partum (sindrom Sheehan) adalah penyebab tidak umum dari gagal hipofisis anterior. Kondisi lebih sering terjadi pada wanita dengan kelainan darah hebat, hipovolemia, dan hipotennsi saat melahirkan. Hipopituitarisme merupakan komplikasi radiasi pada kepala dan leher. Kerusakan kelenjar hipofise total oleh trauma, tomur atau lesi vaskuler menghilangkan semua stimuli yang normmalnya diterima oleh tiroid, kelenjar gonad, dan kelenjar adrenal.

Hipofungsi kelenjar hipofisis (hipopituitarisme) dapat terjadi akibat penyakit pada kelenjar sendiri ataupada hipotalamus. (Robbins Cotran Kumar. Hipopitutarisme is pituitary insuffisienency from destruction of the anterior lobe of the pituitary gland. (DianeC. Baughman. Hipopituitarisme mengacu kepada keadaan sekresi beberapa hormon hipofisis anterior yang sangat rendah. (Elizabeth C Erorwin). Hipopituitarisme adalah hiposekresi satu atau lebih hormon hipofise anterior. (Barbara C. Long).Hipopituitarisme adalah disebabkanoleh macam-macam kelainan antara lain nekrosis, hipofisis post partum(penyakit shecan), nekrosis karena meningitis basalis trauma tengkorak, hipertensi maligna, arteriasklerosis serebri, tumor granulema dan lain-lain (KapitaSelekta Edisi:2)

Kelenjar Hipofisis atau nama lainnya adalah kelenjar pituitary merupakan kelenjar yang sebesar kelereng namun mempunyai makna fisiologis yang sangat penting bagi kelangsungan dan homeostasis tubuhmanusia. Selain itu hipofisis, terutama bagian anterior, memiliki kemampuan dalam mengatur kelenjar-kelenjar endokrin lainnya. Hal inilah yang menyebabkan kelenjar ini diberi nama Master of Gland. Pituitary adalah kelenjar majemuk sekresi internal yang terletak di dalam sel tursika, yakni suatu lekukan di dalam tulang sfenoid hipopituitarisme dapat desebabkan oleh macam-macam kelainan kelamin antara lain nekrosis, hipofisis postpartura (penyakit shecan), nekrosis karena meningitis basalis, trauma tengkorak, hipertensi maligna, arteriasklerosis serebri, tumor granulema dan lain-lain.

Kelenjar hipofisis merupakan struktur kompleks pada dasar otak, terletak dalam sela tursika,di ronggadinding tulang sphenoid. Kelenjar hipofisis manusia dewasa terdiri dari lobus posterior atau neurohipofisis sebagai lanjutan dari hipotalamus, dan lobus anterior atau adenohipofisis yang berhubungan dengan hipotalamus melalui tangkai hipofisis. Pada manusia lobus Intermedia terdapatmenyatu dengan lobus anterior.

Suatu struktur vaskular, yaitu sistem portal hipotalamus-hipofisis, juga menghubungkan hipotalamusdengan bagian anterior kelenjar hipofisis. Melalui sistem vaskular ini hormon pelepasan dari hipotalamus dapat mencapai kelenjar hipofisis untuk mempermudah pelepasan hormon.Kelenjar hipofisis terbentuk sejak awal perkembangan embrional dari penyatuan dua tonjolan ektodermal yang berongga. Kantung rathke, suatu invaginasi dari atap daerah mulut primitif yang meluas ke atas menuju dasar otak dan bersatu dengan tonjolan dasar ventrikel ketiga yang akan menjadi neurohipofisis.Fungsi-Fungsi hormon Hipofisis GH Gowth hormon atau somatotropin mempunyai pengaruh metabolik utama, baik pada anak-anakmaupun pada orang dewasa. Pada anak-anak, hormon ini diperlukan untuk pertumbuhan somatik. Padaorang dewasa berfungsi untuk mempertahankan ukuran orang dewasa normal dan juga berperan dalampengaturan sintesis protein dan pembuangan zat makanan. GH disintesis di sel somatrotop padakelenjar hipofisis anterior. Kerja GH yang paling dramatis adalah pada pertumbuhan otot dan tulangskelet. Kerjanya dapat dibagi menjadi kerja direk dan indirek. Kerja indirek hormon pertumbuhan GH bekerja pada untuk menstimulasi sintesis dan sekresi IGF-1 peptida yang menstimulasipertumbuhan. Pada sel lemak, IGF-1 menstimulasi lipolisis dan pada otot hormon ini menstimulasisintesis protein. Reseptor GH fungsional juga terdapat di tulang, menstimulasi produksi lokal IGF-1 padakondrosit proliferatif.

Kerja direk hormon pertumbuhan GH bersifat diabetogenik karena kerja hormon ini berlawanan dengan insulin dan bersifat lipolitik di sellemak dan glukoneogenik di sel otot.Kadar GH normal : -setelah diberi glukosa < 2 mU/L -stress > 20 mU/L MSH MSH atau melanocortin stimulating hormone merupakan suatu unsur pokok dari propiomelanokortin.Hormon ini mengingkatkan pigmentasi kulit dan merangsang dispersi granula-granula melanin dalam melanositm.Sekresi MSH diatur oleh CRH (corticotrophin releasing hormone) dari hipotalamus dan dihambat oleh pengeluaran kortisol. Prolaktin Merupakan salah satu kelompok hormon yang dibutuhkan untuk perkembangan payudara dan sekresi susu. Pelepasan prolaktin berada dibawah pengaruh penghambatan tonik oleh hipotalamus melaluidopamin, yang disekresi oleh sistem neuron dopaminergik tuberohipofiseal. Jika faktor-faktorpenghambat ini tidak ada maka sekresi prolaktin akan meningkat dan dapat terjadi laktasi. Thyrotropin-releasing hormone (TRH) merangsang sekresi prolaktin. Kadar prolaktin normal: 50-400 mU/L ACTH Adrenocorticotropin hormone (ADH) merangsang pertumbuhan dan fungsi korteks adrenal, merupakansuatu faktor yang sangat penting pada pengaturan produksi kortisol. CRH (corticotrophin releasinghormone) dan arginine-vasopresin (AVP) bekerja secara sinergis untuk merangsang sekresi ACTH. Kadar ACTH normal : - jam 09:00 = 10-80 ng/L. TSH Merangsang pertumbuhan dan fungsi kelenjar thyroid. TSH menyebabkan pelepasan tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3),Kadar TSH normal : 0,3-4,0 mU/LT4 bebas : 9-26 pmol/LT3 bebas : 3,0-8,8 pmol/L

Hipopituitarisme adalah keadaan yang timbul sebagai akibat hipofungsi hipofisis. Definisi hormonhipofisis depan dapat terjadi dari 3 jalur :1. Kelainan di dalam kelenjar yang dapat merusak sel-sel sekretorik.2. Kelainan di dalam atau yang berdekatan dengan tangkai hipofise dimana dapat menyebabkan penghentian penyebaran faktor-faktor yang berasal dari hipotalamus.3. Kelainan di dalam hipotalamus sendiri dimana dapat merusak pelepasan bahan pengatur pada hipofise depan.

Enam hormon yang sangat penting ditambah beberapa yang kurang disekresi oleh hipofise anterior dan dua hormon yang penting disekresi oleh hipofise posterior. Hormon hormon hipofisis anterior memegang peranan utama mengatur fungsi metaboliosme di seluruh tubuh, Growth Hormon meningaktkan pertumbuhan binatang dengan mempengaruhi banyak fungsi metabolisme di seluruh tubuh, khususnya pembentukan n. Adrenokortikotropin mengatur sekresi beberapa hormon korteks adrenal yang selanjutnya mempengaruhi metabolisme glukosa, protein dan lemak.Hormon perangsang tiroid mengatur kecepatan sekresi tiroksin oleh kelenjar tiroid, mengatur kecepatan sekresi tiroksin oleh kelenjar tiroid dan tiroksin selanjutnya mengatur kecepatan sebagian besar reaksi-reaksi kimia seluruh tubuh.Prolaktin meningkatkan perkembangan kelenjar mammae dan pembentukan susu dan dua hormon gonadotropin.Hormon perangsang folikel dan Hormon luteinisasi mengatur pertumbuhan gonad serta aktivitas reproduksinya. Dua hormon yang disekresi oleh hipofise posterior memegang peranan lain:1. Hormon antideuretik mengatur kecepatan ekskresi air ke dalam urina dan dengan cara ini membantu mengatur konsentrasi air dalam cairan tubuh.2. Oksitosin Mengkonsentrasikan alveolus payudara, sehingga mambantu mengalirkan susu dari kelenjar mammae ke puting susu salama penghisapan dan mengkonsentrasikan uterus jadi membantu melahirkan bayi kehamilan.

2.2 KLASIFIKASI(1) HIPOFISIS ANTERIOR (Adenohipofisis)Merupakan kelenjar yang sangat vaskuler dengan sinus - sinus kapiler yang luas diantara sel sel kelenjar, 0,6 gr dan diameternya sekitar 1 cm sekresi hipofisis anterior diatur oleh hormon yang dinamakan releasing dan inhibitory hormones (atau factor) hipotalamus yang disekresi dalam hipotalamus sendiri dan kemudian dihantarkan kehipofisis anterior melalui pembuluh darah kecil yang dinamakan pembuluh partal hipotalamik hipofisial. Kelenjar hipofisis anterior terdiri atas beberapa jenis sel. Pada umumnya terdapat satu jenis sel untuk setiap jenis hormon yang dibentuk pada kelenjar ini, dengan teknik pewarnaan khusus berbagai jenis sel ini dapat dibedakan satusama lain. Satu-satunya kemungkinan pengecualiannya adalah sel dari jenis yang sama mungkin menyekresi hormon iuteinisasi dan hormon perangsang folikel. Berdasarkan ciri ciri pewarnaannya, sel-sel hipofise anterior dibedakan ke dalam 3 kelompok klasik: Kromofobik (tanpa granul), Eosinofilik, dan Basofilik. Sel-sel eosinfilik dianggap bertanggung jawab untuk sekresi ACTH, TSH, LH serta FSH.a. ACTH (Adrenocorticotropic Hormon) merangsang biosintesis dan pelepasan kortisol oleh korteks adrenal.b. Hormon perangsang tiroid / TSH (Thyroid-Stimulating Hormon : tirotropin) merangsang uptake yodida dan sintesis serta pelepasan hormon tiroid oleh kelenjar tiroid.c. Hormon perangsang folikel / FSH (Follicte-Stimulating Hormon) merangsang perkembangan folikel de graaf dan sekresi hormon esterogen dan ovarium serta spermatogenesis pada testis.d. Hormon Luteinisasi (LH) mendorong ovulasi dan luteinasi folikel yang sudah masak di dalam ovarium. Pada laki laki hormon ini, yang dahulunya disebut hormon perangsang sel interstisialis (ICSH=Interfisial Cell Stimulating Hormon), merangsang produksi dan pelepasan testosteron oleh sel sel leydig di testis.e. Prolaktrin (PRL) merangsang sekresi air susu oleh payudara ibu setelah melahirkan.f. Pengendalian sekresi hipofisis anterior.Sistem rangkap (dual system) yang mengendalikan sekresi hormon hipofise anterior melalui 2 mekanisme kontrol antara lain :a. Umpan Balik negatif, dimana hormon dari kelenjar sasaran yang bekerja pada tingakat hipofise/hipotalamus menghambat sekresi hormon trofiknya.b. Pengendalian Oleh hormon hormon hipotalamus yang berasal dari sel-sel neuronai di dalam atau di dekat eminensia medialis dan disekresikan ke sirkulasi partai hipofise.

(2) HIPOFISIS POSTERIOR (Neurohipofisis)Kelenjar hipofisis posterior terutama terdiri atas sel-sel glia yang disebut pituisit. Namun, pituisit ini tidak mensekresi hormon, sel ini hanya bekerja sebagai struktur penunjang bagi banyak sekali ujung-ujung serat saraf dan bagian terminal akhir serat dari jaras saraf yang berasal dari nukleus supraoptik dan nukleus paraventrikel hipotalamus. Jaras saraf ini berjalan menuju ke neurohipofisis melalui tangkai hipofisis, bagian akhir saraf ini merupakan knop bulat yang mengandung banyak granula-granula sekretonik, yang terletak pada permukaan kapiler tempat granula-granula tersebut mensekresikan hormon hipofisis posterior berikut: Hormon antidiuretik (ADH) yang juga disebut sebagai vasopresin yaitu senyawa oktapeptida yang merupakan produk utama hipofise posterior. Memainkan peranan fisiologik yang penting dalam pengaturan metabolisme air.Hormon antidiuretik (ADH) dalam jumlah sedikit sekali, sekecil 2 nanogram, bila disuntukkan ke orang dapat menyebabkan anti diuresis yaitu penurunan ekskresi air oleh ginjal. Stimulus yang lazim menimbulkan ekskresi ADH adalah peningkatan osmolaritas plasma. Dalam keadaan normal osmolaritas plasma dipertahankan secara ketat sebesar 280 mOsm/kg plasma. Kalau terjadi kehilangan air ekstraselular, osmolaritas plasma akan meningkat shingga mengaktifkan osmoreseptor, kemudian sinyal untuk pelepasan ADH, peningkatan osmolaritas plasma juga merangsang pusat rasa haus yang secara anatomis berdekatan / berhubungan dengan nukleus supraoptikus. Kerja ADH untuk mempertahankan jumlah air tubuh terutama terjadi pada sel sel ductus colligens ginjal. ADH mengerahkan kemampuannya yang baik untuk mengubah permeabilitas membran sel epitel sehingga meningkatkan keluarnya air dari tubulus ke dalam cairan hipertonik diruang pertibuler/interstisial. Aktifitas ADH dan rasa haus yang saling terintigritas itu sangat efektif untuk mempertahankan osmolaritas cairan tubuh dalam batas batas yang sangat sempit.(3) HIPOFISIS PARS INTERMEDUSBerasal dari bagian dorsal kantong Rathke yang menjadi satu dengan hipofisis posterior. Pars intermedus mengeluarkan hormon MSH (melanocyte stimulating hormon) melanotropin =intermedian. MSH terdiri dari sub unit alfa dan sub untui beta, beta MHS lebih menentukan khasiat hormon tersebut. Pada manusia, pars intermedus sangat rudimeter sehingga pada orang dewasa tidak ada bukti bahwa MSH dihasilkan oleh bagian ini. Beta MSH memiliki struktur kimia yang mirip dengan ACTH (adrenocortico tropic hormon), sehingga ACTH memiliki khasiat seperti MSH.

2.3 ETIOLOGI Hipopiutuitarisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar hipofisis atau hipotalamus. Penyebabnya menyangkut:1. Infeksi atau peradangan oleh : jamur,bakteri piogenik.2. Penyakit autoimun (Hipofisis limfoid autoimun)3. Tumor, misalnya dari sejenis sel penghasil hormon yang dapat mengganggu pembentukan salah satu atau semau hormon lain.4. Umpan balik dari organ sasaran yang mengalamai malfungsi. Misalnya, akan terjadi penurunan sekresi TSH dari hipofisis apabila kelenjar tiroid yang sakit mengeluarkan HT dalam kadar yang berlebihan.5. Nekrotik hipoksik (kematian akibat kekurangan O2) hipofisis atau oksigenasi dapat merusak sebagian atausemua sel penghasil hormon. Salah satunya sindrom sheecan, yang terjadi setelah perdarahan maternal.

2.4 MANIFESTASI KLINIS1. Sakit kepala dan gangguan penglihatan atau adanya tanda-tanda tekanan intara kranial yang meningkat. Mungkin merupakan gambaran penyakit bila tumor menyita ruangan yang cukup besar.2. Gambaran dari produksi hormon pertumbuhan yang berlebih termasuk akromegali (tangan dan kaki besar demikian pula lidah dan rahang), berkeringat banyak, hipertensi dan artralgia (nyeri sendi).3. Hiperprolaktinemia : amenore atau oligomenore galaktore (30%), infertilitas pada wanita, impotensi pada pria.4. Sindrom Chusing : obesitas sentral, hirsutisme, striae, hipertensi, diabetesmilitus, osteoporosis.5. Defisiensi hormon pertumbuhan : (Growt Hormon = GH) gangguan pertumbuhan pada anak-anak.6. Defisiensi Gonadotropin : impotensi, libido menurun, rambut tubuh rontok pada pria, amenore pada wanita.7. Defisiensi TSH : rasa lelah, konstipasi, kulit kering gambaran laboratorium dari hipertiroidism.8. Defisiensi Kortikotropin : malaise, anoreksia, rasa lelah yang nyata, pucat, gejala gejala yang sangat hebat selama menderita penyakit sistemik ringan biasa, gambaran laboratorium dari penurunan fungsi adrenal.9. Defisiensi Vasopresin : poliuria, polidipsia,dehidrasi, tidak mampu memekatkan urin.

2.5 PEMERIKSAAN FISIK1. Pemeriksaan Fisika. Inspeksi :Amati bentuk dan ukuran tubuh, ukur BB dan TB, amati bentuk dan ukuran buah dada, pertumbuhan rambut axila dan pubis pada klien pria amati pula pertumbuhan rambut wajah (jenggot dan kumis)b. Palpasi: Palpasi kulit, pada wanitabiasanya menjadi kering dan kasar.Tergantung pada penyebab hipopituitarisme, perlu juga dikaji data lain sebagai data penyerta seperti bila penyebabnya adalah tumor maka perlu dilakukan pemeriksaan terhadap fungsi serebrum dan fungsi nervus kranialis dan adanya keluhan nyeri kepala.2. Kaji pula dampak perubahan fisik terhadap kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.3. Data penunjang dari hasil pemeriksaan diagnostik seperti: a. Foto kranium untuk melihat pelebaran dan atau erosi sella tursika.b. Pemeriksaan serum darah : LH dan FSH GH, prolaktin, alsdosteron, testosteron, kartisol, androgen, test stimulasi yang mencakup uji toleransi insulin dan stimulasi tiroid releasing hormon.

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Pemeriksaan Laboratorik ditemukan Pengeluaran 17 ketosteroid dan 17 hidraksi kortikosteroid dalam urin menurun, BMR menurun.2. Pemeriksaan Radiologik / Rontgenologis ditemukan Sella Tursikaa. Foto polos kepalab. Poliomografi berbagai arah (multi direksional)c. Pneumoensefalografid. CTScane. Angiografi serebral3. Pemeriksaan Lapang Pandanga. Adanya kelainan lapangan pandang mencurigakanb. Adanya tumor hipofisis yang menekankiasma optik4. Pemeriksaan Diagnostika. Pemeriksaan kartisol, T3 dan T4, serta esterogen atau testosteronb. Pemeriksaan ACTH, TSH, dan LHc. Tes provokasi dengan menggunakan stimulan atau supresan hormon, dan dengan melakukan pengukuran efeknya terhadap kadar hormon serum.d. Tes provokatif.

2.7 KOMPLIKASI1. Kardiovaskuler.a. Hipertensi.b. Tromboflebitis.c. Tromboembolisme.d. Percepatan uterosklerosis.2. Imunologi. Peningkatan resiko infeksi danpenyamaran tanda tanda infeksi.3. Perubahan mata.a. Glaukoma.b. Lesi kornea.4. Muskuloskeletal.a. Pelisutan otot.b. Kesembuhan luka yang jelek.c. Osteoporis dengan fraktur kompresi vertebra, fraktur patologik tulang panjang, nekrosis aseptik kaput femoris.5. Metabolik. Perubahan pada metabolisme glukosa sindrome penghentian steroid.6. Perubahan penampakan.a. Muka seperti bulan (moon face).b. Pertambahan berat badan.c. Jerawat.

2.8 DIAGNOSA BANDING1. Gangguan hipotalamus.2. Penyakit organ target seperti gagal tiroid primer, penyakit addison atau gagal gonadal rimer.3. Penyebab sindrom chusing lain termasuk tumor adrenal, sindrome ACTH ektopik.4. Diabetes insipiduspsikogenik atau nefrogenik.5. Syndrom parkinson

2.9 PENATALAKSANAAN MEDIS 1. Kausal.Bila disebabkan oleh tumor, umumnya dilakukan radiasi. Bila gejala gejala tekanan oleh tumor progresif dilakukan operasi. 2. Terapi Substitusia. Hidrokortison antara 20 30 mg sehari diberikan peros, umumnya disesuaikan dengan siklus harian sekresi steroid yaitu 10 15 mg waktu pagi, 10 mg waktu malam. Prednison dan deksametason tidak diberikan karena kurang menyebabkan retensi garam dan air, bila terdapat stres (infeksi, operasi dan lain - lain), dosis oral dinaikkan atau diberikan parenteral. Bila terjadi krisis adrenal atasi syok segera dengan pemberian cairan per-infus NaCl glukosa, steroid dan vasopreses.b. Puluis tiroid / tiroksin diberikan setelah terapi dengan hidrokortison.c. Testosteron pada penderita laki laki berikan suntikan testosteron enantot atau testosteron siprionat 200 mg intramuskuler tiap 2 minggu. Dapat juga diberikan fluoxymestron 10 mg per-os tiap hari.d. Esterogen diberikan pada wanita secara siklik untuk mempertahankan siklus haid. Berikan juga androgen dosis setengah dosis pada laki laki hentikan bila ada gejala virilisasi growth hormone bila terdapat dwarfisme. 3. Tumor hipofisis, diobati dengan pembedahan radioterapi atau obat (misal : akromegali dan hiperprolaktinemia dengan hymocriptine). 4. Beberapa cara pengobatan sering dilakukan. 5. Defisiensi hormon hos diobati sebagai berikut : penggantian GH untuk defisiensi GH pada anak anak, tiroksin dan kortison untuk defisiensi TSH dan ACTH, penggantian androgen atau esterogen untuk defisiensi gonadotropin sendiri (isolated) dapat diobati dengan penyuntikan FSH atau HCG. 6. Desmopressin dengan insuflasi masal dalam dosis terukur.

2.10 TINJAUAN KEPERAWATAN1. PENGKAJIAN Pengkajian keperawatan pada klien dengan kelainan ini antara lain mencakup:1. Riwayat penyakit masa lalu Adakah penyakit atau trauma pada kepala yang pernah diderita klien, serta riwayat radiasi pada kepala.2. Sejak kapan keluhan diarasakan Dampak defisiensi GH mulai tampak pada masa balita sedang defisiensi gonadotropin nyata pada masa praremaja.3. Apakah keluhan terjadi sejak lahir.Tubuh kecil dan kerdil sejak lahirterdapat pada klien kretinisme.4. Kaji TTV dasar untukperbandingan dengan hasil pemeriksaan yang akan datang.5. Berat dan tinggi badan saat lahir atau kaji pertumbuhan fisik klien. Bandingkan perumbuhan anak dengan standar.6. Keluhan utama klien: a. Pertumbuhan lambat. b. Ukuran otot dan tulang kecil. c. Tanda tanda seks sekunder tidak berkembang, tidak ada rambut pubis dan rambut axila, payudara tidak tumbuh, penis tidak tumbuh, tidak mendapat haid, dan lain lain. d. Interfilitas. e. Impotensi. f. Libido menurun. g. Nyeri senggama pada wanita.7. Pemeriksaan fisika. Amati bentuk dan ukuran tubuh, ukur BB dan TB, amati bentuk dan ukuran buah dada, pertumbuhan rambut axila dan pubis pada klien pria amati pula pertumbuhan rambut wajah (jenggot dan kumis).b. Palpasi kulit, pada wanita biasanya menjadi kering dan kasar. Tergantung pada penyebab hipopituitary,perlu juga dikaji data lain sebagai data penyerta seperti bila penyebabnya adalah tumor maka perlu dilakukan pemeriksaan terhadap fungsi serebrum danfungsi nervus kranialis dan adanya keluhan nyeri kepala.8. Kaji pula dampak perubahan fisik terhadap kemapuan klien dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.9. Data penunjang dari hasil pemeriksaan diagnostik seperti :a. Foto kranium untuk melihat pelebaran dan atau erosi sella tursika.b. Pemeriksaan serta serum darah : LH dan FSH GH, androgen, prolaktin, testosteron, kartisol, aldosteron, test stimulating yang mencakup uji toleransi insulin dan stimulasi tiroid releasing hormone.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada klien dengan hipopituitarisme adalah:1. Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan struktur tubuh dan fungsi tubuh akibat defisiensi gonadotropin dan defisiensi hormon pertumbuhan.2. Koping individu tak efektif berhubungan dengan kronisitas kondisi penyakit.3. Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan penampilan tubuh.4. Gangguan persepsi sensori (penglihatan) berhubungan dengan gangguan transmisi impuls sebagai akibat penekanan tumor pada nervus optikus.5. Ansietas berhubungan dengan ancaman atau perubahan status kesehatan.6. Defisit perawatan diri berhubungan dengan menurunnya kekuatan otot.7. Resiko gangguan integritas kulit (kekeringan) berhubungan dengan menurunnya kadar hormonal.

3. INTERVENSI Secara umum tujuan yang diharapakan dari perawatan klien dengan hipofungsi hipofisis adalah :1. Klien memiliki kembali citra tubuh yang positif dan harga diri yang tinggi.2. Klien dapat berpartisipasi aktif dalam program pengobatan.3. Klien dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari hari.4. Klien bebas dari rasa cemas.5. Klien terhindar dari komplikasi.1. Dx : Gangguan Citra Tubuh Berhubungan dengan Perubahan Struktur Tubuh dan Fungsi Tubuh.Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien memiliki kembali citra tubuh yang positif dan harga diri yang tinggi. Kriteria Hasil :1. Melakukan kegiatan penerimaan, penampilan misalnya: kerapian, pakaian, postur tubuh, pola makan, kehadiran diri.2. Penampilan dalam perawatan diri / tanggung jawab peran. Intervensi :1. Dorong individu untuk mengekspresikan perasaan.R: Kita dapat mengkaji sejauh mana tingkat penolakan terhadap kenyataan akan kondisi fisik tubuh, untuk mempercepat teknik penyembuhan / penanganan.2. Dorong individu untuk bertanya mengenai masalah, penanganan, perkembangan, prognosa kesehatan.R: Dengan mengetahui proses perjalanan penyakit tersebut maka klien secara bertahap akan mulai menerima kenyataan.3. Tingkatkan komunikasi terbuka, menghindari kritik / penilaian tentang perilaku klien.R: Membantu untuk tiap individu untuk memahami area dalam program sehingga salah pemahaman tidak terjadi.4. Berikan kesempatan berbagi rasa dengan individu yang mengalami pengalaman yang sama.R: Sebagai problem solving5. Bantu staf mewaspadai dan menerima perasaan sendiri bila merawat pasien lain.R/ Perilaku menilai, perasaan jijik, marah dan aneh dapat mempengaruhi perawatan/ditransmisikan pada klien, menguatkan harga negatif / gambaran.

2. Dx : Koping Individu Tidak Efektif berhubungan dengan Kondisi Penyakit.Tujuan : Setelah dilakuan tindakan keperawatan tingkat koping individu meningkat.Kriteria Hasil :1. Mengungkapkan perasaan yang berhubungan dengan keadaan emosional.2. Mengidentifikasi pola koping personal dan konsekuensi perilaku yang diakibatkan.3. Mengidentifikasi kekuatan personal dan menerima dukungan melalui hubungan keperawatan.4. Membuat keputusan dan dilanjutkan dengan tindakan yang sesuai / mengubah situasi provokatif dalam lingkungan personal.Intervensi :1. Kaji status koping individu yang ada.R/ Meningkatkan proses interaksi sosial karena klien mengalami peningkatan komunikatif.2. Berikan dukungan jika individu berbicara.R/ Klien meningkatkan rasa percaya diri kepada orang lain.3. Bantu individu untuk memecahkan masalah (problem solving).R/ Dengan berkurangnya ketegangan, ketakutan klien akan menurun dan tidak mengucil/mengisolasikan diri dari lingkungan.4. Instruksikan individu untuk melakukan teknis relasi, dalam proses teknik pembelajaran penatalaksanaan stress.R/ Ketepatan penanganan dan proses penyembuhan.5. Kolaborasi dengan tenaga ahli psikologi untuk proses penyuluhan.R/ Klien mengerti tentang penyakitnya.3. Dx : Harga diri Rendah berhubungan dengan Perubahan Penampilan Tubuh.Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan harga diri meningkat.Kriteria hasil :1. Mengungkapkan hasil perasaan dan pikiran mengenai diri.2. Mengidentifikasikan dua atributif positif mengenai diri.Intervensi :1. Bina hubungan saling percaya perawat dan klien.R/ Rasa percaya diri meningkat, pasien menerima kenyataan akan penampilan tubuh.2. Tingkatkan interaksi sosial.R/ Pasien akan merasa berarti, dihargai, dihormati, serta diterima oleh lingkungan.3. Diskusikan harapan /keinginan / perasaan.R/ Dengan cara pertukaran pengalaman perasaan akan lebih mampu dalam mencegah faktor penyebab terjadinya harga diri rendah.4. Rujuk kepelayanan pendukung.R/ Memberikan tempat untuk pertukaran masalah dan pengalaman yang sama.

4. Dx : Gangguan Persepsi Sensori: Penglihatan berhubungan dengan Kesalahan Interpertasi Sekunder, Gangguan Transmisi, Impuls.Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan penglihatan berangsur-angsur membaik.Kriteria Hasil :1. Menunjukkan tanda adanya penurunan gejala yang menimbulkan gangguan persepsi sensori2. Mengidentifikasi dan menghilangkan faktor resiko jika mungkin.3. Menggunakan rasionalisasi dalam tindakan penanganan.Intervensi :1. Kurangi penglihatan yang berlebih.R/ Mengurangi tingkat ketegangan otot mata, meningkatkan relaksasi mata.2. Orientasikan terhadap keseluruhan 3 bidang (orang, tempat, waktu).R/ Untuk mengetahui faktor penyebab melalui tes sensori indera penglihatan.3. Sediakan waktu untuk istirahat bagi klien tanpa gangguan.R/ Meningkatkan kepekaan indera penglihatan melalui stimulus indera khususnya penglihatan.4. Gunakan berbagai metode untuk menstimulasi indera.R/ Mempertahankan normalitas melalui waktu lebih muda bila tidak mampu menggunakan penglihatan.

5. Dx : Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan Menurunnya Kekuatan Otot.Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dapat aktif dalamaktifitas perawatan diri.Kriteria hasil :1. Mengidentifikasi kemampuan aktifitas perawatan diri.2. Melakukan kebersihan optimal setelah bantuan dalam perawatan diberikan.3. Berpartisipasi secara fisik / verbal dalam aktifitas, perawatan diri / pemenuhan kebutuhan dasar.Intervensi :1. Kaji faktor penyebab menurunnya defisit perawatan diri.R/ Menghambat faktor penyebab dapat meningkatkan perawatan diri.2. Tingkatkan partisipasi optimal.R/ Partisipasi optimal dapat memaksimalkan perawatan diri.3. Evaluasi kemampuan untuk berpartisipasi dalam setiap aktivitas perawatan.R/ Dapat menumbuhkan rasa percaya diri klien.4. Beri dorongan untuk mengexpresikan perasaan tentang kurang perawatan diri.R/ Dapat memberikan kesempatan pada klien untuk melakukan perawatan diri.

6. Dx : Resiko Gangguan Integritas Kulit (Kekeringan) berhubungan dengan Menurunnya Kadar Hormonal.Tujuan : Setelah dilakukan keperawatan integritas kulitdalam kondisi normal.Kriteria hasil :1. Mengidentifikasi faktor penyebab.2. Berpartisipasi dalam rencana pengobatan yang dilanjutkan untuk meningkatkan penyembuhan luka.3. Menggambarkan etiologi dan tindakan pencegahan.4. Memperlihatkan integritas kulit bebas dari luka tekan.Intervensi :1. Pertahankan kecukupan masukan cairan untuk hidrasi yang adekuat.R/ Mengurangi ketidaknyamanan yang dihubungkan dengan membran mukosa yang kering dan untuk rehidrasi.2. Berikan dorongan latihan rentang gerak dan mobilisasi.R/ Meningkatkan pemeliharaan fungsi otot / sendi.3. Ubah posisi atau mobilisasi.R/ Meningkatkan posisi fungsional pada ekstrimitas.4. Tingkatkan masukan karbohidrat dan protein untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen positif.R/ Kelemahan dan kehilangan pengaturan metabolisme terhadap makanan dapat mengakibatkan malnutrisi.5. Pertahankan tempat tidur sedatar mungkin.R/ Posisi datar menjaga keseimbangan tubuh dan mencegah retensi cairan pada daerah tertentu sehingga tidak terjadi edema lokal.

4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN1. Dx : Gangguan Citra Tubuh yang Berhubungan dengan Perubahan Struktur Tubuh dan Fungsi Tubuh Akibat Defisiensi Gonadotropin dan Defisiensi Hormon Pertumbuhan. Mendorong klien untuk mengungkapkan perasaan. Mendorong klien untuk meningkatkan proses koping terhadap orang lain. Mendorong klien untuk berbagi rasa dengan individu yang mengalami pengalaman yang sama. Membantu klien dalam aktivitas perawatan diri melibatkan juga orang lain. Membantu klien untuk dapat terlibat dalam aktivitas perawatan diri.

2. Dx : Koping Individu Tak Efektif berhubungan dengan Kronisitas Kondisi Penyakit. Mengkaji status koping individu yang ada. Memberikan dukungan jika individu berbicara. Melakukan tindakan komunikasi terapeutik dengan membina hubungan saling percaya kepada klien. Membantu individu dalam memecahkan masalah (problem solving). Mengajarkan teknik relaksasi.

3. Dx : Harga diri Rendah berhubungan dengan Perubahan Penampilan Tubuh. Membina hubungan saling percaya antar perawat dengan klien. Meningkatkan interaksi sosial. Meningkatkan harga diri dengan cara mendukung segala tindakan, harapan atau keinginan pasien.

4. Dx : Gangguan Persepsi Sensori (Penglihatan) berhubungan dengan Kesalahan Interpertasi Sekunder, Gangguan Transmisi, Impuls. Mengurangi penglihatan yang berlebihan. Mengorientasikan klien terhadap orang, tempat dan waktu. Menyediakan waktu istirahat atau tidur bagi pasien tanpa gangguan. Gunakan berbagai metode untuk menstimulasi indera..

5. Dx : Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan Menurunnya Kekuatan Otot. Mengkaji faktor penyebab menurunnya defisit perawatan diri. Meningkatkan keterlibatan klien secara total dalam kegiatan perawatan diri. Mengevaluasi kemampuan untuk berpartisipasi dalam setiap aktifitas perawatan diri. Memberi dorongan untuk mengungkapkan perasaan tentang kurang perawatan diri.

6. Dx : Resiko kerusakan Integritas Kulit (Kekeringan) berhubungan dengan Menurunnya Kadar Hormonal. Mempertahankan kecukupan masukan cairan untuk hidrasi yang adekuat. Memberikan dorongan latihan rentang gerak dan mobilitas. Mengubah posisi atau mobilisasi. Mengamati adanya britema dan kepucatan dan melakukan palpasi untuk mengetahui adanya kehangatan. Meningkatkan masukan karbohidrat dan protein untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen positif. Mempertahankan posisi tempat tidur sedatar mungkin.5. EVALUASI KEPERAWATAN1. Dx : Gangguan Citra Tubuh yang Berhubungan dengan Perubahan Struktur Tubuh dan Fungsi Tubuh.S : Keluarga mengatakan bahwa klien mulai melakukan kegiatan penerimaan diri, misalnya perawatan diri.O :Aktivitas peningkatan diri misalnya: penampilan, kerapian, pola makan, dan lain lain. Kemampuan dalam penampilan perawatan diri / tanggung jawab peran membaik, misalnya: penampilan dalam aktifitas keterlibatan sosial

2. Dx : Koping Individu Tak Efektif berhubungan dengan Kronisitas Kondisi Penyakit.S : Klien mengungkapkan keinginan untuk berpartisipasi dalam proses sosialisasi, interaksi sosial.O : Kondisi emosional terkontrol, pasien tidak mudah marah, tingkat stress menurun, klien mulai ikut serta dalam tindakan pengobatan, klien mulai berkomunikasi kepada perawat serta tenaga kesehatan lain.

3. Dx : Harga diri Rendah berhubungan dengan Perubahan Penampilan Tubuh.S : Klien mengatakan mulai menerima kenyataan dan tidak mengatakan hal yang muluk-muluk atau hal yang negatif tentang dirinya.O : Expresi malu rasa bersalah berkurang.Tanda-tanda depresi menurun. Mulai mencoba untuk mencoba sesuatu / situasi baru. Berkurangnya perilaku penyalahgunaan diri (misalnya : pengrusakan, usaha bunuh diri dan lain-lain).

4. Dx : Gangguan Persepsi Sensori (Penglihatan) berhubungan dengan Kesalahan Interpertasi Sekunder, Gangguan Transmisi, Impuls.S : Klien mengatakan adanya halusinasi penglihatan.O : Orientasi terhadap orang, tempat dan waktu membaik. Stimulasi terhadap lingkungan membaik. Resiko cidera mata yang mengganggu penglihatan, misalnya: ikterus, konjungtes stimulasi indera penglihatan membaik /mengalami peningkatan

5. Dx : Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan Menurunnya Kekuatan Otot.S : Keluarga klien mengatakan bahwa klien mulai melakukan aktifitas perawatan diri atau personal hygene.O : Perubahan gaya hidup, misalnya : pola makan, istirahat teratur.Perubahan penampilanbepakaian, kerapian. Perubahan peningkatan aktivitas personal hygene, misalnya: menggosok gigi dll

6. Dx : Resiko Gangguan Integritas Kulit (Kekeringan) berhubungan dengan Menurunnya Kadar Hormonal.O : Mukosa kulit lembab.Tonus otot meningkat.Luka tekan atau ulkus berkurang, berangsur mengalami penyembuhan..

DAFTAR PUSTAKA1. Bagnara,Turnor.1998. Endokrinologi Umum.Yogyakarta: Airlangga University.2. Corwin,Elizabet.J.1997.Buku Saku Patologi 2. Jakarta : EGC.3. C. Long, Barbara.1996.Perawatan Medikal Bedah Edisi 3. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan keperawatan.4. Doengoes, Marilynn E.1999.Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.Jakarta: ECG.5. Ganang.W.F.1995.Buku Ajar Fisiologi kedokteran Edisi 14. Jakarta :EGC.6. Guyton.1987.Buku Ajar Fisiologi Manusia Penyakit Manusia. Jakarta: EGC.7. Guyton dan Hall.1997.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta: EGC.8. Hayes,Evelyn.R dan Joyce.L.Kee.1996.Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC.9. Kumar,Robbins.1995.Buku Ajar Patologi II Edisi 4. Jakarta : EGC.10. Ovedoff, David.2002.Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Binarupa Aksara.11. Price,Sylvia.A dan Wilson.1995.Patofisiologi Konsep Klinis Proses Proses Penyakit. Jakarta: EGC.12. Price, Silvia A., & Lorraine M Wilson. 2006.Patofisiologi.Jakarta : EGC13. Greenstein, Ben, & Diana Wood. 2010. At a Glance Sistem Endokrin edisi kedua. Jakarta: Erlangga.14. Silbernagl, Stefan, & Florian Lang. 2007. Teks & Atlas Bewarna Patofisiologi . Jakarta: EGC

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangKelenjar hipofisis kadang disebut kelenjar penguasa karena hipofisis mengkoordinasikan berbagai fungsi dari kelenjar endokrin lainnya. Beberapa hormone hipofisis memiliki efek langsung, beberapa lainnya secara sederhana mengendalikan kecepatan pelepasan hormonnya sendiri melalui mekanisme umpan balik, oleh organ lainnya, dimana kadar hormone endokrin lainnya dalam darah memberikan sinyal kepada hipofisis untuk memperlambat atau mempercepat pelepasan hormonnya. Jenisnya ada Kelenjar hipofisis anterior dan posterior.

Hipofungsi kelenjar hipofisis ( Hipopituitarisme ) dapat terjadi akibat penyakit pada kelenjar hipofisis sendiri atau pada hipotalamus ; namun demikian, akibat kedua keadaan ini pada hakikatnya sama. Hipopituitarisme dapat terjadi akibat kerusakan lobus anterior kelenjar hipofisis. Panhipopituitarisme ( penyakit simmond ) merupakan keadaan tidak adanya seleruh sekresi hipofisis dan penyakit ini jarang dijumpai. Microsisi hipofisis pasca partus ( syndrome Sheehan ) merupakan penyebab lain kegagalan hipofisis anterior yang jarang. Keadaan ini lebih cenderung terjadi pada wanita yang mengalami kehilangan darah, hipovolemia dan hipotensi pada saat melahirkan.

(Smeltzer, Suzanne.C. 2001. )

B. Tujuan Penulisan1. Tujuan umumMakalah ini disusun sebagai salah satu tugas yang diberikan untuk memenuhi tugas mata kuliah sistem endokrin.2. Tujuan khususDiharapkan setelah membaca makalah ini mahasiswa dapat:a. Mengetahui pengertian penyakit hipopituitarisme

b. Mengetahui klasifikasi dari hipopituitarisme

c. Mengetahui penyebab terjadinya hipopituitarisme

d. Mengetahui tanda dan gejala penyakit hipopituitarisme

e. Mengetahui dan memahami focus pengkajian pada penyakit hipopituitarisme

f. Mengetahui dan memahami focus perencanaan pada penyakit hipopituitarisme

g. Memahami contoh kasus penyakit hipopituitarisme dan mengetahui asuhan keperawatan yang harus diberikan pada penderita hipopituitarisme

C. Manfaat PenulisanDapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca, sehingga dapat menetahui cara hidup sehat, menambah pengetahuan dan pendalaman, penelitian tentang pasien dengan gangguan gagal jantung.BAB IIPEMBAHASANA. Definisi Hipopituitarisme adalah keadaan yang timbul sebagai akibat hipofungsi hipofisis. Hipopituitarisme merupakan defisiensi hormon tiroid, adrenal, gonadal dan hormon pertumbuhan akibat penyakit hipofisis. Pada setiap pasien dengan defisiensi hormonal ini, kemungkinan adanya defisiensi lain harus dicari. Kadang-kadang timbul akut berupa apopleksi hipofisis dimana terdapat infark hemoragik pad atumor hipofisis, biasanya disertai nyeri disertai kepala berat mendadak dan seringkali bersama dengan defek lapanng pandang. Hipopituitarisme memilki prevalensi 30/100.000. (Gledle Jonathan, 2005:143)Hipopituitarisme adalah suatu gambaran penyakit akibat insufisiensi kelenjar hipofisis, terutama bagian anterior. Gangguan ini menyebabkan munculnya masalah dan manifestasi klinis yang berkaitan dengandefisiensi hormon-hormon yang dihasilkannya.( http://banjaristi.blogspot.com )

B. EtiologiSindrom ini disebabkan oleh kelainan destrutif pada kelenjar hipofisis. Penyebab yang sering ialah :1. Sheehans postpartum pituitary necrosis2. Adenoma khoromofob3. Craniopharyngioma4. Kelainan-kelainan lain yang mungkin juga menimbulkan hipopitutarisme ialah radang, terutama tuberculosis, sarcoidosis. Kadang-kadang penyebab dari pada destruksi hipofisis tidak jelas dan hanya tampak sebagai fibrosis saja.(dr. Sutisna Himawan, 1994)Hipopiutuitarisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar hipofisis atau hipotalamus. Penyebab menyangkut : 1. Infeksi atau peradangan oleh : jamur,bakteri piogenik.2. Penyakit autoimun (Hipofisis limfoid autoimun).3. Tumor, misalnya dari sejenis sel penghasil hormon yang dapat mengganggu pembentukan salah satu atau semau hormon lain.4. Umpan balik dari organ sasaran yang mengalamai malfungsi. Misalnya, akan terjadi penurunan sekresi TSH dari hipofisis apabila kelenjar tiroid yang sakit mengeluarkan HT dalam kadar yang berlebihan.5. Nekrotik hipoksik (kematian akibat kekurangan O2) hipofisis atau oksigenasi dapat merusak sebagian atausemua sel penghasil hormon. Salah satunya sindrom sheecan, yang terjadi setelah perdarahan maternal.C. Klasifikasi1. Hypophyseal Cachexia ( Penyakit Simmonds ):a. Dapat terjadi pada semua usia, lebih sering pada usia dewasa.b. Lebih sering pada wanita dengan perbandingan 2 : 1c. Penderita dapat hidup bertahun-tahun dengan penyakitnya, kadang-kadang sampai 30-40 tahun.Gejala-gejala klinik biasanya disebabkan oleh insufiensi adrenal, thyroid atau gonad, yang terjadi sekunder akibat hipopituitarisme. Kombinasi kelenjar yang mengalami insufiensi itu bisa berbagai macam ; yang paling sering ialah kombinasi hipothyroidisme dan hipoadrenalisme.2. Hypophyseal Dwarfism ( Jenis Lorain-Levi ):a. Pada anak yang sedang tumbuhb. Terjadi dwarfisme yang simetrik.Penyebab yang paling sering ialah ; craniopharyngioma. Kadang-kadang juga disebabkan juga oleh : nekrosis iskhemik, kista, atau radang.3. Sindrom Froehlich ( Dystrophia Adiposogenitalis ):a. Obesitas jenis eunuchoid.b. Pertumbuhan yang tidak sempurna daripada gonad dan genital.c. Cirri-ciri sex sekunder tidak ada, disfungsi seksual, dan kulit yang halus.d. Terjadi pada usia muda.e. Dapat menyerang baik laki-laki maupu wanita dengan perbandingan yang sama. (dr. Sutisna Himawan, 1994)D. Manifestasi KlinisPada anak-anak, terjadi gangguan pertumbuhan somatis akibat defisiensi pelepasan GH. Dwarfisme hipofisis (kerdil) merupakan konsekuensi dari defisiensi tersebut. Ketika anak-anak tersebut mencapai pubertas, maka tanda-tanda seksual sekunder dan genitalia eksterna gagal berkembang. Selain itu sering pula ditemukan berbagai derajat insifisiensi adrenal dan hipitiroidisme, mereka mungkin akan mengalami kesulitan di sekolah dan memperlihatkan perkembangan intelektual yang lamban, kulit biasanya pucat karena tidak adanya MSH. Pada orang dewasa, kehilangan fungsi hipofisis sering mengikuti kronologis seperti defisiensi GH, hipogonadisme, hipotiroidisme, dan insufisiensi adrena. Karena orang dewasa telah menyelesaikan pertumbuhan somatisnya, maka tinggi tubuh pasien dewasa dengan hipotuitarisme adalah normal.Adapun tanda dan gejalanya yang mungkin ditemukan yaitu :1. Terjadinya hipogonadisme.2. Penurunan libido, impotensi, progresif pertumbuhan rambut dan bulu ditubuh, jenggot, berkurangnya perkembangan otot pada pria.3. Pada wanita, berhentinya siklus menstruasi atau aminorea yang merupakan tanda awal dari kegagalan hipofisis. Kemudian di ikiti atrofi payudara dan genetalia eksterna.(Price Syvia A, 2005:1216-1217)Sakit kepala dan gangguan penglihatan atau adanya tanda-tanda tekanan intara kranial yang meningkat. Mungkin merupakan gambaran penyakit bila tumor menyita ruangan yang cukup besar.1. Gambaran dari produksi hormon pertumbuhan yang berlebih termasuk akromegali (tangan dan kaki besar demikian pula lidah dan rahang), berkeringat banyak, hipertensi dan artralgia (nyeri sendi).2. Hiperprolaktinemia : amenore atau oligomenore galaktore (30%), infertilitas pada wanita, impotensi pada pria.3. Sindrom Chusing : obesitas sentral, hirsutisme, striae, hipertensi, diabetesmilitus, osteoporosis.4. Defisiensi hormon pertumbuhan : (Growt Hormon = GH) gangguan pertumbuhan pada anak-anak.5. Defisiensi Gonadotropin : impotensi, libido menurun, rambut tubuh rontok pada pria, amenore pada wanita.6. Defisiensi TSH : rasa lelah, konstipasi, kulit kering gambaran laboratorium dari hipertiroidism.7. Defisiensi Kortikotropin : malaise, anoreksia, rasa lelah yang nyata, pucat, gejala gejala yang sangat hebat selama menderita penyakit sistemik ringan biasa, gambaran laboratorium dari penurunan fungsi adrenal.8. Defisiensi Vasopresin : poliuria, polidipsia,dehidrasi, tidak mampu memekatkan urin.

E. Pemeriksaan Diagnostik1. Pemeriksaan Laboratorik ditemukan Pengeluaran 17 ketosteroid dan 17 hidraksi kortikosteroid dalam urin menurun, BMR menurun.2. Pemeriksaan Radiologik / Rontgenologis ditemukan Sella Tursika.a. Foto polos kepala.b. Poliomografi berbagai arah (multi direksional).c. Pneumoensefalografi.d. CTScan.e. Angiografi serebral.3. Pemeriksaan Lapang Pandang.a. Adanya kelainan lapangan pandang mencurigakan.b. Adanya tumor hipofisis yang menekankiasma optik.4. Pemeriksaan Diagnostik.a. Pemeriksaan kartisol, T3 dan T4, serta esterogen atau testosteron.b. Pemeriksaan ACTH, TSH, dan LH.c. Tes provokasi dengan menggunakan stimulan atau supresan hormon, dan dengan melakukan pengukuran efeknya terhadap kadar hormon serum.d. Tes provokatif.( http://banjaristi.blogspot.com )

F. PenatalaksanaanPengobatan hipopituitarisme mencakup penggantian hormon-hormon yang kurang. GH manusia, hormon yang hanya efektif pada manusia, dihasilkan dari tehnik rekombinasi asam deoksiribonukleat(DNA), dapat digunakan untuk mengobati pasien dengan defesiensi GH dan hanya dapat dikerjakan oleh dokter spesialis.GH manusia jika diberikan pada anak-anak yang menderita dwarfisme hipofisis, dapat menyebabkan peningkatan tinggi badan yang berlebihan. GH manusia rekombinan juga dapat digunakan sebagai hormon pengganti pada pasien dewasa dengan panhipopituitarisme. Hormon hipofisis hanya dapat diberikan dengan cara disuntikan.Sehingga, terapi harian pengganti hormon kelenjar target akibat defesiensi hipofisis untuk jangka waktu yang lama, hanya diberikan sebagai alternatif.( Price Syvia A, 20051217)G. Asuhan Keperawatan Fokus1. PENGKAJIANPengkajian keperawatan pada klien dengan kelainan ini antara lain mencakup:a. Riwayat penyakit masa lalu Adakah penyakit atau trauma pada kepala yang pernah diderita klien, serta riwayat radiasi pada kepala.b. Sejak kapan keluhan diarasakan Dampak defisiensi GH mulai tampak pada masa balita sedang defisiensi gonadotropin nyata pada masa praremaja.c. Apakah keluhan terjadi sejak lahir.Tubuh kecil dan kerdil sejak lahirterdapat pada klien kretinisme.d. Kaji TTV dasar untukperbandingan dengan hasil pemeriksaan yang akan datang.e. Berat dan tinggi badan saat lahir atau kaji pertumbuhan fisik klien. Bandingkan perumbuhan anak dengan standar.f. Keluhan utama klien:- Pertumbuhan lambat.- Ukuran otot dan tulang kecil.- Tanda tanda seks sekunder tidak berkembang, tidak ada rambut pubis dan rambut axila, payudara tidak tumbuh, penis tidak tumbuh, tidak mendapat haid, dan lain lain.- Interfilitas.- Impotensi.- Libido menurun.- Nyeri senggama pada wanita.g. Pemeriksaan fisik- Amati bentuk dan ukuran tubuh, ukur BB dan TB, amati bentuk dan ukuran buah dada, pertumbuhan rambut axila dan pubis pada klien pria amati pula pertumbuhan rambut wajah (jenggot dan kumis).- Palpasi kulit, pada wanita biasanya menjadi kering dan kasar. Tergantung pada penyebab hipopituitary,perlu juga dikaji data lain sebagai data penyerta seperti bila penyebabnya adalah tumor maka perlu dilakukan pemeriksaan terhadap fungsi serebrum danfungsi nervus kranialis dan adanya keluhan nyeri kepala.h. Kaji pula dampak perubahan fisik terhadap kemapuan klien dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.i. Data penunjang dari hasil pemeriksaan diagnostik seperti :- Foto kranium untuk melihat pelebaran dan atau erosi sella tursika.- Pemeriksaan serta serum darah : LH dan FSH GH, androgen, prolaktin, testosteron, kartisol, aldosteron, test stimulating yang mencakup uji toleransi insulin dan stimulasi tiroid releasing hormone.( http://banjaristi.blogspot.com )

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada klien dengan hipopituitarisme adalah:a. Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan struktur tubuh dan fungsi tubuh akibat defisiensi gonadotropin dan defisiensi hormon pertumbuhan.b. Koping individu tak efektif berhubungan dengan kronisitas kondisi penyakit.c. Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan penampilan tubuh.d. Gangguan persepsi sensori (penglihatan) berhubungan dengan gangguan transmisi impuls sebagai akibat penekanan tumor pada nervus optikus.e. Ansietas berhubungan dengan ancaman atau perubahan status kesehatan.f. Defisit perawatan diri berhubungan dengan menurunnya kekuatan otot.g. Resiko gangguan integritas kulit (kekeringan) berhubungan dengan menurunnya kadar hormonal.h. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan Melemahnya kemampuan fisik dan ketergantungan sekunder akibat gangguan hormonal.

3. INTERVENSI Secara umum tujuan yang diharapakan dari perawatan klien dengan hipofungsi hipofisis adalah :a. Klien memiliki kembali citra tubuh yang positif dan harga diri yang tinggi.b. Klien dapat berpartisipasi aktif dalam program pengobatan.c. Klien dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari hari.d. Klien bebas dari rasa cemas.e. Klien terhindar dari komplikasi.

1. Dx : Gangguan Citra Tubuh Berhubungan dengan Perubahan Struktur Tubuh dan Fungsi Tubuh.Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien memiliki kembali citra tubuh yang positif dan harga diri yang tinggi.Kriteria Hasil :a. Melakukan kegiatan penerimaan, penampilan misalnya: kerapian, pakaian, postur tubuh, pola makan, kehadiran diri.b. Penampilan dalam perawatan diri / tanggung jawab peran.Intervensi :a. Dorong individu untuk mengekspresikan perasaan.R: Kita dapat mengkaji sejauh mana tingkat penolakan terhadap kenyataan akan kondisi fisik tubuh, untuk mempercepat teknik penyembuhan / penanganan.b. Dorong individu untuk bertanya mengenai masalah, penanganan, perkembangan, prognosa kesehatan.R: Dengan mengetahui proses perjalanan penyakit tersebut maka klien secara bertahap akan mulai menerima kenyataan.c. Tingkatkan komunikasi terbuka, menghindari kritik / penilaian tentang perilaku klien.R: Membantu untuk tiap individu untuk memahami area dalam program sehingga salah pemahaman tidak terjadi.d. Berikan kesempatan berbagi rasa dengan individu yang mengalami pengalaman yang sama.R: Sebagai problem solvinge. Bantu staf mewaspadai dan menerima perasaan sendiri bila merawat pasien lain.R/ Perilaku menilai, perasaan jijik, marah dan aneh dapat mempengaruhi perawatan/ditransmisikan pada klien, menguatkan harga negatif / gambaran.DEFINISIHipopituitarisme adalah hilangnya sebagian atau seluruh fungsi lobus anterior kelenjar hipofisa.

PENYEBABPenyebab yang secara primer mempengaruhi kelenjar hipofisa (hipopituitarisme primer):

Tumor hipofisa

Berkurangnya aliran darah ke hipofisa (akibat perdarahan hebat, bekuan darah, anemia)

Infeksi dan peradangan

Sarkoidosis atau amiloidosis

Penyinaran

Pengangkatan kelenjar hipofisa melalui pembedahan

Penyakit autoimun.

Penyebab yang secara primer mempengaruhi hipotalamus (hipopituitarisme sekunder):

Tumor hipotalamus

Peradangan

Cedera kepala

Kerusakan pada hipofisa, pembuluh darah maupun sarafnya akibat pembedahan.

GEJALAHipopituitarisme mempengaruhi fungsi kelenjar endokrin yang dirangsang oleh hormon-hormon hipofisa anterior, karena itu gejala bervariasi tergantung kepada jenis hormon apa yang kurang. Gejala-gejalanya biasanya timbul secara bertahap dan tidak disadari selama beberapa waktu, tetapi kadang terjadi secara mendadak dan dramatis.

Bisa terjadi kekurangan satu, beberapa atau semua hormon hipofisa anterior. Kekurangan gonadotropin (LH dan FSH) pada wanita pre-menopause bisa menyebabkan: - terhentinya siklus menstruasi (amenore) - kemandulan - vagina yang kering - hilangnya beberapa ciri seksual wanita. Pada pria, kekurangan gonadotropin menyebabkan: - impotensi - pengkisutan buah zakar - berkurangnya produksi sperma sehingga terjadi kemandulan - hilangnya beberapa ciri seksual pria (misalnya pertumbuhan badan dan rambut wajah).

Kekurangan gonadotropin juga terjadi pada sindroma Kallmann, yang juga menderita: - celah bibir atau celah langit-langit mulut - buta warna - tidak mampu membaui sesuatu.

Kekurangan hormon pertumbuhan pada dewasa biasanya menyebabkan sedikit gejala atau tidak menyebabkan gejala; tetapi pada anak-anak bisa menyebabkan lambatnya pertumbuhan, kadang-kadang menjadi cebol (dwarfisme).

Kekurangan TSH menyebabkan hipotiroidisme, yang menimbulkan gejala berupa: - kebingungan - tidak tahan terhadap cuaca dingin - penambahan berat badan - sembelit - kulit kering.

Kekurangan kortikotropin saja jarang terjadi; bisa menyebabkan kurang aktifnya kelenjar adrenal, yang akan menimbulkan gejala berupa: - lelah - tekanan darah rendah - kadar gula darah rendah - rendahnya toleransi terhadap stres (misalnya trauma utama, pembedahan atau infeksi).

Kekurangan prolaktin yang terisolasi merupakan keadaan yang jarang terjadi, tetapi bisa menjelaskan mengapa beberapa wanita tidak dapat menghasilkan air susu setelah melahirkan. Sindroma Sheehan merupakan suatu komplikasi yang jarang terjadi, dimana terjadi kerusakan sebagian kelenjar hipofisa. Gejalanya berupa lelah, rontoknya rambut kemaluan dan rambut ketiak serta ketidakmampuan menghasilkan air susu.

DIAGNOSAUntuk mengetahui kelainan struktural pada hipofisa dilakukan pemeriksaan CT scan atau MRI.

Pemeriksaan darah dilakukan untuk mengetahui kadar hormon-hormon berikut: - LH (berkurang) - FSH (berkurang) .- testosteron (berkurang) - estrogen (berkurang) - kortisol (berkurang) - T4 (berkurang) - TSH (berkurang) - hormon pertumbuhan (berkurang) - IGF-1 (insulin-like growth factor 1) (berkurang).

Angiografi dilakukan untuk menilai pembuluh darah yang menuju ke hipofisa.

PENGOBATANPengobatan lebih ditujukan kepada menggantikan kekurangan hormon target, bukan hormon hipofisa. Jika terjadi kekurangan TSH maka diberikan hormon tiroid, jika terjadi kekurangan kortikotropin diberikan hormon adrenokortikal dan jika terjadi kekurangan LH dan FSH diberikan estrogen, progesteron atau testosteron. Hormon pertumbuhan biasanya diberikan kepada anak-anak.

Jika penyebabnya adalah tumor hipofisa yang kecil, maka dilakukan pengangkatan tumor. Tumor penghasil prolaktin diatasi dengan pemberian bromokriptin. Penyinaran dengan kekuatan tinggi atau dengan proton juga bisa digunakan untuk menghancurkan tumor hipofisa. Tumor yang besar dan telah menyebar keluar sella tursika tidak mungkin hanya diatasi dengan pembedahan. Setelah pembedahan harus diberikan penyinaran berkekuatan tinggi untuk membunuh sisa sel-sel tumor.

Terapi penyinaran cenderung menyebabkan hilangnya fungsi hipofisa secara perlahan, baik sebagian maupun keseluruhan. Karena itu fungsi kelenjar target biasanya dinilai setiap 3-6 bulan untuk tahun pertama kemudian setiap tahun pada tahun berikutnya.LAPORAN PENDAHULUAN HIPOPITUITARISME

Kirimkan Ini lewat Email

HYPERLINK "http://www.blogger.com/share-post.g?blogID=7893462033784362985&postID=5061751299065221329&target=blog" \o "BlogThis!" \t "_blank" BlogThis!

HYPERLINK "http://www.blogger.com/share-post.g?blogID=7893462033784362985&postID=5061751299065221329&target=twitter" \o "Berbagi ke Twitter" \t "_blank" Berbagi ke Twitter

HYPERLINK "http://www.blogger.com/share-post.g?blogID=7893462033784362985&postID=5061751299065221329&target=facebook" \o "Berbagi ke Facebook" \t "_blank" Berbagi ke FacebookDEFINISI1.Hipofungsi kelenjar hipofisis(hipopituitarisme) dapat terjadi akibat penyakit pada kelenjar sendiri ataupada hipotalamus. (Robbins Cotran Kumar)

2.Hipopitutarisme is pituitaryinsuffisienency from destruction of the anterior lobe of the pituitary gland. (DianeC. Baughman)

3.Hipopituitarisme mengacu kepadakeadaan sekresi beberapa hormon hipofisis anterior yang sangat rendah. (ElizabethC Erorwin)

4.Hipopituitarisme adalah hiposekresisatu atau lebih hormon hipofise anterior. (Barbara C. Long)

5.Hipopituitarisme adalah disebabkanoleh macam macam kelainan antara lain nekrosis, hipofisis post partum(penyakit shecan), nekrosis karena meningitis basalis trauma tengkorak,hipertensi maligna, arteriasklerosis serebri, tumor granulema dan lain lain (KapitaSelekta Edisi:2)

Pituitaryadalah kelenjar majemuk sekresi internal yang terletak di dalam sel tursika,yakni suatu lekukan di dalam tulang sfenoid hipopituitarisme dapat desebabkanoleh macam macam kelainan kelamin antara lain nekrosis, hipofisis postpartura(penyakit shecan), nekrosis karena meningitis basalis, trauma tengkorak, hipertensimaligna, arteriasklerosis serebri, tumor granulema dan lain lain.

Hipopituitarismeadalah keadaan yang timbul sebagai akibat hipofungsi hipofisis. Definisi hormonhipofisis depan dapat terjadi dari 3 jalur :

1. Kelainan di dalam kelenjar yang dapat merusak sel sel sekretorik.2. Kelainan di dalam atau yang berdekatan dengan tangkai hipofise dimana dapat menyebabkan penghentian penyebaran faktor faktor yang berasal dari hipotalamus.3. Kelainan di dalam hipotalamus sendiri dimana dapat merusak pelepasan bahan pengatur pada hipofise depan.Enam hormon yang sangat pentingditambah beberapa yang kurang disekresi oleh hipofise anterior dan dua hormonyang penting disekresi oleh hipofise posterior. Hormon hormon hipofisis anterior memegang peranan utama mengatur fungsimetaboliosme di seluruh tubuh,1. Growth Hormon meningaktkan pertumbuhan binatang dengan mempengaruhi banyak fungsi metabolisme di seluruh tubuh, khususnya pembentukan n.2. Adrenokortikotropin mengatur sekresi beberapa hormon korteks adrenal yang selanjutnya mempengaruhi metabolisme glukosa, protein dan lemak.3. Hormon perangsang tiroid mengatur kecepatan sekresi tiroksin oleh kelenjar tiroid, mengatur kecepatan sekresi tiroksin oleh kelenjar tiroid dan tiroksin selanjutnya mengatur kecepatan sebagian besar reaksi reaksi kimia seluruh tubuh.4. Prolaktin meningkatkan perkembangan kelenjar mammae dan pembentukan susu dan dua hormon gonadotropin.5. Hormon perangsang folikel dan6. Hormon luteinisasi mengatur pertumbuhan gonad serta aktivitas reproduksinya.Dua hormon yang disekresi olehhipofise posterior memegang peranan lain:1. Hormon antideuretik mengatur kecepatan ekskresi air ke dalam urina dan dengan cara ini membantu mengatur konsentrasi air dalam cairan tubuh.2. Oksitosin :a. Mengkonsentrasikan alveolus payudara, sehingga mambantu mengalirkan susu dari kelenjar mammae ke puting susu salama penghisapan danb. Mengkonsentrasikan uterus jadi membantu melahirkan bayi kehamilan.II. 2 KLASIFIKASIa. HIPOFISIS ANTERIOR (Adenohipofisis).Merupakankelenjar yang sangat vaskuler dengan sinus- sinus kapiler yang luas diantara sel sel kelenjar, 0,6 gr dan diameternyasekitar 1 cm sekresi hipofisis anterior diatur oleh hormon yang dinamakanreleasing dan inhibitory hormones (atau factor) hipotalamus yang disekresidalam hipotalamus sendiri dan kemudian dihantarkan kehipofisis anterior melauipembuluh darah kecil yang dinamakan pembuluh partal hipotalamik hipofisial.?Jenissel hipofisis anteriorKelenjar hipofisis anterior terdiri atas beberapa jenis sel. Pada umumnyaterdapat satu jenis sel untuk setiap jenis hormon yang dibentuk pada kelenjarini, dengan teknik pewarnaan khusus berbagai jenis sel ini dapat dibedakan satusama lain. Satu satunyakemungkinan pengecualiannya adalah sel dari jenis yang sama mungkin menyekresi hormoniuteinisasi dan hormon perangsang folikel.Berdasarkan ciri ciripewarnaannya, sel sel hipofise anterior dibedakan ke dalam 3 kelompok klasik: Kromofobik (tanpa granul), Eosinofilik dan Basofilik.?Sel sel eosinfilik dianggap bertanggung jawab untuk sekresi ACTH, TSH, LH sertaFSH.ACTH (Adrenocorticotropic Hormon) merangsangbiosintesis dan pelepasan kortisol oleh korteks adrenal.

Hormon perangsang tiroid / TSH (Thyroid Stimulating Hormon : tirotropin) merangsang uptake yodida dan sintesis sertapelepasan hormon tiroid oleh kelenjar tiroid.

Hormon perangsang folikel / FSH (Follicte Stimulating Hormon) merangsang perkembangan folikel de graaf dan sekresi hormonesterogen dan ovarium serta spermatogenesis pada testis.

Hormon Luteinisasi (LH) mendorong ovulasi danluteinasi folikel yang sudah masak di dalam ovarium. Pada laki laki hormonini, yang dahulunya disebut hormon perangsang sel interstisialis (ICSH=Interfisial Cell Stimulating Hormon), merangsang produksi dan pelepasantestosteron oleh sel sel leydig di testis.

Prolaktrin (PRL) merangsang sekresi air susuoleh payudara ibu setelah melahirkan.

Pengendalian sekresi hipofisis anterior.

Sistem rangkap (dual system) yang mengendalikan sekresi hormon hipofise anteriormelalui 2 mekanisme kontrol antara lain :

1. Umpan balik negatif, dimana hormon dari kelenjar sasaran yang bekerja pada tingakat hipofise/hipotalamus menghambat sekresi hormon trofiknya.2. Pengendalian oleh hormon hormon hipotalamus yang berasal dari sel sel neuronai di dalam atau di dekat eminensia medialis dan disekresikan ke sirkulasi partai hipofise.b. HIPOFISIS POSTERIOR (Neurohipofisis) Kelenjar hipofisis posterior terutamaterdiri atas sel sel glia yang disebut pituisit. Namun pituisit ini tidakmensekresi hormon, sel ini hanya bekerja sebagai struktur penunjang bagi banyaksekali ujung ujung serat saraf dan bagian terminal akhir serat dari jarassaraf yang berasal dari nukleus supraoptik dan nukleus paraventrikelhipotalamus.

Jaras saraf ini berjalan menuju keneurohipofisis melalui tangkai hipofisis, bagian akhir saraf ini merupakan knopbulat yang mengandung banyak granula granula sekretonik, yang terletak padapermukaan kapiler tempat granula granula tersebut mensekresikan hormonhipofisis posterior berikut :

Hormonantidiuretik (ADH) yang juga disebut sebagai vasopresin yaitu senyawaoktapeptida yang merupakan produk utama hipofise posterior. Memainkan perananfisiologik yang penting dalam pengaturan metabolisme air.

Hormonantidiuretik (ADH) dalam jumlah sedikit sekali, sekecil 2 nanogram, biladisuntukkan ke orang dapat menyebabkan anti diuresis yaitu penurunan ekskresiair oleh ginjal. Stimulus yang lazim menimbulkan ekskresi ADH adalahpeningkatan osmolaritas plasma. Dalamkeadaan normal osmolaritas plasma dipertahankan secara ketat sebesar 280mOsm/kg plasma.Kalau terjadi kehilangan airekstraselular, osmolaritas plasma akan meningkat shingga mengaktifkanosmoreseptor, kemudian sinyal untuk pelepasan ADH, peningkatan osmolaritasplasma juga merangsang pusat rasa haus yang secara anatomis berdekatan /berhubungan dengan nukleus supraoptikus.Kerja ADH untuk mempertahankanjumlah air tubuh terutama terjadi pada sel sel ductus colligens ginjal. ADHmengerahkan kemampuannya yang baik untuk mengubah permeabilitas membran selepitel sehingga meningkatkan keluarnya air dari tubulus ke dalam cairanhipertonik diruang pertibuler/interstisial.Aktifitas ADH dan rasa haus yangsaling terintigritas itu sangat efektif untuk mempertahankan osmolaritas cairantubuh dalam batas batas yang sangat sempit.c. HIPOFISIS PARSINTERMEDUSBerasal dari bagian dorsal kantongRathke yang menjadi satu dengan hipofisis posterior. Pars intermedusmengeluarkan hormon MSH (melanocyte stimulating hormon) melanotropin =intermedian. MSH terdiri dari sub unit alfa dan sub untui beta, beta MHS lebihmenentukan khasiat hormon tersebut. Pada manusia, pars intermedus sangatrudimeter sehingga pada orang dewasa tidak ada bukti bahwa MSH dihasilkan olehbagian ini. Beta MSH memiliki struktur kimia yang mirip dengan ACTH (adrenocortico tropic hormon), sehingga ACTH memiliki khasiat seperti MSH.

II. 3 ETIOLOGIHipopiutuitarismedapat terjadi akibat malfungsi kelenjar hipofisis atau hipotalamus. Penyebabnyamenyangkut :

1.Infeksi atau peradangan oleh : jamur,bakteri piogenik.2.Penyakit autoimun (Hipofisis limfoidautoimun)3.Tumor, misalnya dari sejenis sel penghasilhormon yang dapat mengganggu pembentukan salah satu atau semau hormon lain.4.Umpan balik dari organ sasaran yangmengalamai malfungsi. Misalnya, akan terjadi penurunan sekresi TSH darihipofisis apabila kelenjar tiroid yang sakit mengeluarkan HT dalam kadar yangberlebihan.5.Nekrotik hipoksik (kematian akibatkekurangan O2) hipofisis atau oksigenasi dapat merusak sebagian atausemua sel penghasil hormon. Salah satunya sindrom sheecan, yang terjadi setelahperdarahan maternal.II.5 MANIFESTASI KLINIS1.Sakit kepala dan gangguan penglihatanatau adanya tanda tanda tekanan intara kranial yang meningkat. Mungkinmerupakan gambaran penyakit bila tumor menyita ruangan yang cukup besar.2.Gambaran dari produksi hormonpertumbuhan yang berlebih termasuk akromegali (tangan dan kaki besar demikianpula lidah dan rahang), berkeringat banyak, hipertensi dan artralgia (nyerisendi).3.Hiperprolaktinemia : amenoreatau oligomenore galaktore (30%), infertilitas pada wanita, impotensi padapria.

4.Sindrom Chusing : obesitassentral, hirsutisme, striae, hipertensi, diabetesmilitus, osteoporosis.

5.Defisiensi hormonpertumbuhan : (Growt Hormon = GH) gangguan pertumbuhan pada anak anak.

6.Defisiensi Gonadotropin :impotensi, libido menurun, rambut tubuh rontok pada pria, amenore pada wanita.

7.Defisiensi TSH : rasa lelah, konstipasi,kulit kering gambaran laboratorium dari hipertiroidism.8.Defisiensi Kortikotropin : malaise,anoreksia, rasa lelah yang nyata, pucat, gejala gejala yang sangat hebatselama menderita penyakit sistemik ringan biasa, gambaran laboratorium daripenurunan fungsi adrenal.9.Defisiensi Vasopresin : poliuria, polidipsia,dehidrasi, tidak mampu memekatkan urin.II. 6 PEMERIKSAAN FISIK1.Pemeriksaan Fisika.Inspeksi :Amati bentuk dan ukuran tubuh,ukur BB dan TB, amati bentuk dan ukuran buah dada, pertumbuhan rambut axila danpubis pada klien pria amati pula pertumbuhan rambut wajah (jenggot dan kumis)b.Palpasi :Palpasi kulit, pada wanitabiasanya menjadi kering dan kasar.Tergantung pada penyebabhipopituitary, perlu juga dikaji data lain sebagai data penyerta seperti bilapenyebabnya adalah tumor maka perlu dilakukan pemeriksaan terhadap fungsiserebrum dan fungsi nervus kranialis dan adanya keluhan nyeri kepala.2.Keji pula dampak perubahan fisikterhadap kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.3.Data penunjang dari hasil pemeriksaandiagnostik seperti :a.Foto kranium untuk melihat pelebaran danatau erosi sella tursika.b.Pemeriksaan serum darah : LH dan FSH GH,prolaktin, alsdosteron, testosteron, kartisol, androgen, test stimulasi yangmencakup uji toleransi insulin dan stimulasi tiroid releasing hormon. II. 7 PEMERIKSAAN PENUNJANG1.Pemeriksaan Laboratorik.Pengeluaran 17 ketosteroid dan 17hidraksi kortikosteroid dalam urin menurun, BMR menurun.2.Pemeriksaan Radiologik / RontgenologisSella Tursikaa.Foto polos kepalab.Poliomografi berbagai arah(multi direksional)

c.Pneumoensefalografi

d.CTScan

e.Angiografiserebral

3.Pemeriksaan Lapang Pandang

a.Adanya kelainan lapanganpandang mencurigakan

b.Adanya tumor hipofisis yang menekankiasma optik4.Pemeriksaan Diagnostika.Pemeriksaan kartisol, T3 dan T4, sertaesterogen atau testosteronb.Pemeriksaan ACTH, TSH, dan LHc.Tes provokasi dengan menggunakanstimulan atau supresan hormon, dan dengan melakukan pengukuran efeknya terhadapkadar hormon serum.d.Tes provokatif.II. 8 KOMPLIKASI1.Kardiovaskuler.

a.Hipertensi.

b.Tromboflebitis.

c.Tromboembolisme.

d.Percepatan uterosklerosis.

2.Imunologi.

Peningkatan resiko infeksi danpenyamaran tanda tanda infeksi.3.Perubahan mata.a.Glaukoma.b.Lesi kornea.4.Muskuloskeletal.a.Pelisutan otot.b.Kesembuhan luka yang jelek.c.Osteoporis dengan frakturkompresi vertebra, fraktur patologik tulang panjang, nekrosis aseptik kaputfemoris.

5.Metabolik.

Perubahan pada metabolisme glukosasindrome penghentian steroid.6.Perubahan penampakan.a.Muka seperti bulan (moon face).b.Pertambahan berat badan.c.Jerawat.II. 9 DIAGNOSA BANDING1.Gangguan hipotalamus.2.Penyakit organ targetseperti gagal tiroid primer, penyakit

addisonatau gagal gonadal rimer.

3.Penyebab sindrom chusinglain termasuk tumor adrenal, sindrome ACTH ektopik.

4.Diabetes insipiduspsikogenik atau nefrogenik.

5.Syndrom parkinson

II. 10 PENATALAKSANAAN MEDIS1.Kausal.

Bila disebabkan oleh tumor, umumnyadilakukan radiasi. Bila gejala gejala tekanan oleh tumor progresif dilakukanoperasi.2.Terapi Substitusia.Hidrokortison antara 20 30 mg seharidiberikan peros, umumnya disesuaikan dengan siklus harian sekresi steroidyaitu 10 15 mg waktu pagi, 10 mg waktu malam. Prednison dan deksametasontidak diberikan karena kurang menyebabkan retensi garam dan air, bila terdapatstres (infeksi, operasi dan lain - lain), dosis oral dinaikkan atau diberikanparenteral. Bila terjadi krisis adrenal atasi syok segera dengan pemberiancairan per-infus NaCl-glukosa, steroid dan vasopreses.b.Puluis tiroid / tiroksin diberikansetelah terapi dengan hidrokortison.c.Testosteron pada penderita laki lakiberikan suntikan testosteron enantot atau testosteron siprionat 200 mgintramuskuler tiap 2 minggu. Dapat juga diberikan fluoxymestron 10 mg per-ostiap hari. d.Esterogen diberikan pada wanita secarasiklik untuk mempertahankan siklus haid. Berikan juga androgen dosis setengahdosis pada laki laki hentikan bila ada gejala virilisasi growth hormonebila terdapat dwarfisme.3.Tumor hipofisis, diobati denganpembedahan radioterapi atau obat (misal : akromegali dan hiperprolaktinemiadengan hymocriptine).4.Beberapa cara pengobatan seringdilakukan.5.Defisiensi hormon hos diobati sebagaiberikut : penggantian GH untuk defisiensi GH pada anak anak, tiroksin dankortison untuk defisiensi TSH dan ACTH, penggantian androgen atau esterogenuntuk defisiensi gonadotropin sendiri (isolated) dapat diobati denganpenyuntikan FSH atau HCG.6.Desmopressin denganinsuflasi masal dalam dosis terukur.

B A BIIITINJAUAN KEPERAWATANIII. 1 PENGKAJIANPengkajian keperawatan pada klien dengan kelainan ini antara lain mencakup:1.Riwayat penyakit masa laluAdakah penyakit atau trauma pada kepalayang pernah diderita klien, serta riwayat radiasi pada kepala. 2.Sejak kapan keluhan diarasakanDampak defisiensi GH mulai tampak padamasa balita sedang defisiensi gonadotropin nyata pada masa praremaja.3.Apakah keluhan terjadi sejak lahir.Tubuh kecil dan kerdil sejak lahirterdapat pada klien kretinisme.4.Kaji TTV dasar untukperbandingan dengan hasil pemeriksaan yang akan datang.

5.Berat dan tinggi badan saat lahir atau kaji pertumbuhan fisik klien. Bandingkan perumbuhan anakdengan standar.

6.Keluhan utama klien:

a.Pertumbuhan lambat.

b.Ukuran otot dan tulang kecil.c.Tanda tanda seks sekunder tidakberkembang, tidak ada rambut pubis dan rambut axila, payudara tidak tumbuh,penis tidak tumbuh, tidak mendapat haid, dan lain lain.d.Interfilitas.e.Impotensi.f.Libido menurun.g.Nyeri senggama pada wanita.7.Pemeriksaan fisika.Amati bentuk dan ukuran tubuh, ukur BBdan TB, amati bentuk dan ukuran buah dada, pertumbuhan rambut axila dan pubispada klien pria amati pula pertumbuhan rambut wajah (jenggot dan kumis).b. Palpasi kulit, pada wanita biasanya menjadi kering dan kasar. Tergantung pada penyebab hipopituitary,perlu juga dikaji data lain sebagai data penyerta seperti bila penyebabnyaadalah tumor maka perlu dilakukan pemeriksaan terhadap fungsi serebrum danfungsi nervus kranialis dan adanya keluhan nyeri kepala.8.Kaji pula dampak perubahan fisikterhadap kemapuan klien dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.9.Data penunjang dari hasil pemeriksaandiagnostik seperti :a.Foto kranium untuk melihat pelebaran danatau erosi sella tursika.b.Pemeriksaan serta serum darah : LH danFSH GH, androgen, prolaktin, testosteron, kartisol, aldosteron, teststimulating yang mencakup uji toleransi insulin dan stimulasi tiroid releasinghormone.III. 2 DAIGNOSADiagnosa keperawatan yang dapatdijumpai pada klien hipopituitary adalah :1.Gangguan citra tubuh yang berhubungandengan perubahan struktur tubuh dan fungsi tubuh akibat defisiensi gonadotropindan defisiensi hormon pertumbuhan.2.Koping individu tak efektifberhubungan dengan kronisitas kondisi penyakit.

3.Harga diri rendahberhubungan dengan perubahan penampilan tubuh.

4.Gangguan persepsi sensori(penglihatan) berhubungan dengan gangguan transmisi impuls sebagai akibatpenekanan tumor pada nervus optikus.

5.Ansietas berhubungan denganancaman atau perubahan status kesehatan.

6.Defisit perawatan diriberhubungan dengan menurunnya kekuatan otot.

7.Resiko gangguan integritaskulit (kekeringan) berhubungan dengan menurunnya kadar hormonal.

III. 3 INTERVENSISecara umumtujuan yang diharapakan dari perawatan klien dengan hipofungsi hipofisis adalah:

1.Klien memiliki kembali citratubuh yang positif dan harga diri yang tinggi.

2.Klien dapat berpartisipasiaktif dalam program pengobatan.

3.Klien dapat memenuhi kebutuhan hidupsehari hari.4.Klien bebas dari rasa cemas.5.Klien terhindar dari komplikasi.1.Dx : Gangguan Citra Tubuh yang Berhubungandengan Perubahan Struktur Tubuh dan Fungsi Tubuh Akibat Defisiensi Gonadotropindan Defisiensi Hormon Pertumbuhan.Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien memiliki kembalicitra tubuh yang positif dan harga diri yang tinggi.Kriteria Hasil : 1. Melakukan kegiatan penerimaan, penampilan misalnya: kerapian,pakaian, postur tubuh, pola makan, kehadiran diri.2. Penampilandalam perawatan diri / tanggung jawab peran.

Intervensi :

1.Dorong individu untukmengekspresikan perasaan.

R/ Kita dapatmengkaji sejauh mana tingkat penolakan terhadap kenyataan akan kondisi fisiktubuh, untuk mempercepat teknik penyembuhan / penanganan.

2.Dorong individu untukbertanya mengenai masalah, penanganan, perkembangan, prognosa kesehatan.

R/Dengan mengetahui proses perjalanan penyakit tersebut maka kliensecara bertahap akan mulai menerima kenyataan.3.Tingkatkan komunikasi terbuka,menghindari kritik / penilaian tentang perilaku klien.R/Membantuuntuk tiap individu untuk memahami area dalam program sehingga salah pemahamantidak terjadi.4.Berikan kesempatan berbagi rasa denganindividu yang mengalami pengalaman yang sama.R/Sebagaiproblem solving5.Bantu staf mewaspadai dan menerimaperasaan sendiri bila merawat pasien lain.R/Perilakumenilai, perasaan jijik, marah dan aneh dapat mempengaruhi perawatan /ditransmisikan pada klien, menguatkan harga negatif / gambaran. 2.Dx : Koping Individu TakEfektif berhubungan dengan Kronisitas Kondisi Penyakit.Tujuan : Setelah dilakuan tindakan keperawatan tingkat koping individumeningkat.Kriteria Hasil :1.Mengungkapkan perasaan yang berhubungandengan keadaan emosional.2.Mengidentifikasi pola koping personaldan konsekuensi perilaku yang diakibatkan.3.Mengidentifikasi kekuatan personal danmenerima dukungan melalui hubungan keperawatan.4.Membuat keputusan dan dilanjutkan dengantindakan yang sesuai / mengubah situasi provokatif dalam lingkungan personal.Intervensi :1.Kaji status koping individuyang ada.

R/Meningkatkan proses interaksi sosial karena klien mengalamipeningkatan komunikatif.2.Berikan dukungan jikaindividu berbicara.

R/Klienmeningkatkan rasa percaya diri kepada orang lain.3.Bantu individu untukmemcahkan masalah (problem solving).

R/Denganberkurangnya ketegangan, ketakutan klien akan menurun dan tidak mengucil /mengisolasikan diri dari lingkungan.

4.Instruksikan individu untuk melakukanteknis relasi, dalam proses teknik pembelajaran penatalaksanaan stress.R/Ketepatanpenanganan dan proses penyembuhan.5.Kolaborasi dengan tenaga ahli psikologiuntuk proses penyuluhan.R/Klienmengerti tentang penyakitnya.3.Dx : Harga diri Rendahberhubungan dengan Perubahan Penampilan Tubuh.Tujuan : Setelah dilakukan tindakankeperawatan harga diri meningkat.Kriteria hasil :1.Mengungkapkan hasil perasaan dan pikiranmengenai diri.2.Mengidentifikasikan duaatributif positif mengenai diri.

Intervensi :

1.Bina hubungan saling percayaperawat dan klien.

R/Rasapercaya diri meningkat, pasien menerima kenyataan akan penampilan tubuh.2.Tingkatkan interaksi sosial.

R/Pasienakan merasa berarti, dihargai, dihormati, serta diterima oleh lingkungan.3.Diskusikan harapan /keinginan / perasaan.

R/Dengan cara pertukaranpengalaman perasaan akan lebih mampu dalam mencegah faktor penyebab terjadinyaharga diri rendah.

4.Rujuk kepelayanan pendukung.

R/Memberikantempat untuk pertukaran masalah dan pengalaman yang sama.4.Dx : Gangguan Persepsi Sensori(Penglihatan) berhubungan dengan Kesalahan Interpertasi Sekunder, GangguanTransmisi, Impuls.Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan penglihatan berangsur angsur membaik.Kriteria Hasil :1.Menunjukkan tanda adanya penurunangejala yang menimbulkan gangguan persepsi sensori2.Mengidentifikasi dan menghilangkanfaktor resiko jika mungkin.3.Menggunakan rasionalisasi dalam tindakanpenanganan.Intervensi :1.Kurangi penglihatan yang berlebih.R/Mengurangitingkat ketegangan otot mata, meningkatkan relaksasi mata.2.Orientasikan terhadap keseluruhan 3bidang (orang, tempat, waktu).R/Untukmengetahui faktor penyebab melalui tes sensori indera penglihatan.3.Sediakan waktu untuk istirahat bagiklien tanpa gangguan.R/Meningkatkankepekaan indera penglihatan melalui stimulus indera khususnya penglihatan.4.Gunakan berbagai metodeuntuk menstimulasi indera.

R/Mempertahankannormalitas melalui waktu lebih muda bila tidak mampu menggunakan penglihatan.5.Dx : Ansietas berhubungan denganPerubahan Status Kesehatan.Tujuan : Ansietas berhubungan dengan perubahan statuskesehatan berkurang.Kriteria hasil :1.Peningkatan kenyaman psikologis danfsikologis.2.Menggambarkan ansietas dan polakopingnya.Intervensi :1.Bina hubungan saling percaya.R/Komunikasiterapeutik dapat memudahkan tindakan.2.Catat respon verbal nonverbal pasien.

R/Mengetahuiperasaan yang sedang dialami klien.3.Berikan aktivitas yang dapat menurunkanketegangan.R/Kondisirileks dapat menurunkan tingkat ancietas.4.Jadwalkan istirahat adekuat dan periodemenghentikan tidur.R/Mengatasikelemahan, menghemat energi dan dapat meningkatkan kemampuan koping. 6.Dx : Defisit Perawatan Diriberhubungan dengan Menurunnya Kekuatan Otot.Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dapat aktif dalamaktifitas perawatan diri.Kriteria hasil :1.Mengidentifikasi kemampuan aktifitasperawatan diri.2.Melakukan kebersihan optimal setelahbantuan dalam perawatan diberikan.3.Berpartisipasi secara fisik / verbaldalam aktifitas, perawatan diri / pemenuhan kebutuhan dasar.Intervensi :1.Kaji faktor penyebabmenurunnya defisit perawatan diri.

R/Menghambat faktor penyebabdapat meningkatkan perawatan diri.

2.Tingkatkan partisipasioptimal.

R/Partisipasioptimal dapat memaksimalkan perawatan diri.3.Evaluasi kemampuan untuk berpartisipasidalam setiap aktivitas perawatan.R/Dapatmenumbuhkan rasa percaya diri klien.4.Beri dorongan untukmengexpresikan perasaan tentang kurang perawatan diri.

R/Dapatmemberikan kesempatan pada klien untuk melakukan perawatan diri. 7.Dx : Resiko Gangguan IntegritasKulit (Kekeringan) berhubungan dengan Menurunnya Kadar Hormonal.Tujuan : Setelah dilakukan keperawatan integritas kulitdalam kondisi normal.Kriteria hasil :1.Mengidentifikasi faktor penyebab.2.Berpartisipasi dalam rencana pengobatanyang dilanjutkan untuk meningkatkan penyembuhan luka.3.Menggambarkan etiologi dan tindakanpencegahan.4.Memperlihatkan integritas kulit bebasdari luka tekan.Intervensi :1.Pertahankan kecukupan masukan cairanuntuk hidrasi yang adekuat.R/Mengurangiketidaknyamanan yang dihubungkan dengan membran mukosa yang kering dan untukrehidrasi.2.Berikan dorongan latihanrentang gerak dan mobilisasi.

R/Meningkatkanpemeliharaan fungsi otot / sendi.3.Ubah posisi atau mobilisasi.R/Meningkatkanposisi fungsional pada ekstrimitas.4.Tingkatkan masukan karbohidrat danprotein untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen positif.R/Kelemahandan kehilangan pengaturan metabolisme terhadap makanan dapat mengakibatkanmalnutrisi.5.Pertahankan tempat tidur sedatarmungkin.R/Posisidatar menjaga keseimbangan tubuh dan mencegah retensi cairan pada daerahtertentu sehingga tidak terjadi edema lokal.III. 4 IMPLEMENTASI1.Dx : Gangguan Citra Tubuh yang Berhubungandengan Perubahan Struktur Tubuh dan Fungsi Tubuh Akibat Defisiensi Gonadotropindan Defisiensi Hormon Pertumbuhan.a. Mendorong klien untuk mengungkapkan perasaan.b. Mendorong klien untuk meningkatkan proses koping terhadap orang lain.c. Mendorong klien untuk berbagi rasa dengan individu yang mengalami pengalaman yang sama.

d. Membantu klien dalam aktivitas perawatan diri melibatkan juga orang lain.e. Membantu klien untuk dapat terlibat dalam aktivitas perawatan diri.2.Dx : Koping Individu TakEfektif berhubungan dengan Kronisitas Kondisi Penyakit.a. Mengkaji status koping individu yang ada.

b. Memberikan dukungan jika individu berbicara.

c. Melakukan tindakan komunikasi terapeutik dengan membina hubungan saling percaya kepada klien.d. Membantu individu dalam memecahkan masalah (problem solving).

e. Mengajarkan teknik relaksasi.

3.Dx : Harga diri Rendahberhubungan dengan Perubahan Penampilan Tubuh.a. Membina hubungan saling percaya antar perawat dengan klien.

b. Meningkatkan interaksi sosial.

c. Meningkatkan harga diri dengan cara mendukung segala tindakan, harapan atau keinginan pasien.4.Dx : Gangguan Persepsi Sensori(Penglihatan) berhubungan dengan Kesalahan Interpertasi Sekunder, GangguanTransmisi, Impuls.a. Mengurangi penglihatan yang berlebihan.

b. Mengorientasikan klien terhadap orang, tempat dan waktu.

c. Menyediakan waktu istirahat atau tidur bagi pasien tanpa gangguan.

d. Gunakan berbagai metode untuk menstimulasi indera.

5.Dx : Ansietas berhubungandengan Perubahan Status Kesehatan.a. Mengkaji tingkat ansietas.

b. Memberikan kenyamanan dan ketentraman hati.c. Memberikan aktivitas yang dapat menurunkan ketegangan.d. Mencegah adanya faktor penyebab ansietas.e. Mengajarkan teknik penghentian ansietas untuk mengatasi stres teknik relaksasi.6.Dx : Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan Menurunnya Kekuatan Otot.a. Mengkaji faktor penyebab menurunnya defisit perawatan diri.

b. Meningkatkan keterlibatan klien secara total dalam kegiatan perawatan diri.c. Mengevaluasi kemampuan untuk berpartisipasi dalam setiap aktifitas perawatan diri.d. Memberi dorongan untuk mengungkapkan perasaan tentang kurang perawatan diri.7.Dx : Resiko Gangguan IntegritasKulit (Kekeringan) berhubungan dengan Menurunnya Kadar Hormonal.a. Mempertahankan kecukupan masukan cairan untuk hidrasi yang adekuat.b. Memberikan dorongan latihan rentang gerak dan mobilitas.

c. Mengubah posisi atau mobilisasi.

d. Mengamati adanya britema dan kepucatan dan melakukan palpasi untuk mengetahui adanya kehangatan.e. Meningkatkan masukan karbohidrat dan protein untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen positif.f. Mempertahankan posisi tempat tidur sedatar mungkin.III. 5 EVALUASI1.Dx : Gangguan Citra Tubuh yang Berhubungan dengan Perubahan Struktur Tubuhdan Fungsi Tubuh Akibat Defisiensi Gonadotropin dan Defisiensi Hormon Pertumbuhan.S:Keluarga mengatakan bahwa klien mulaimelakukan kegiatan penerimaan diri misalnya : perawatan diri.O:Aktivitas peningkatan diri misalnya :penampilan, kerapian, pola makan, dan lain lain.Kemampuandalam penampilan perawatan diri / tanggung jawab peran membaik, misalnya :penampilan dalam aktifitas keterlibatan sosial.A:Masalah gangguan citra tubuh berangsur angsur teratasi.

P:Lanjutkan intervensi hingga keadaanmembaik.2.Dx : Koping Individu Tak Efektif berhubungan dengan Kronisitas KondisiPenyakit.S:Klien mengungkapkan keinginan untukberpartisipasi dalam proses sosialisasi, interaksi sosial.O:Kondisi emosional terkontrol, pasien tidakmudah marah, tingkat stress menurun, klien mulai ikut serta dalam tindakanpengobatan, klien mulai berkomunikasi kepada perawat serta tenaga kesehatanlain.A:Masalah teratasi.P:Hentikan intervensi.3.Dx :Harga diri Rendah berhubungan dengan Perubahan Penampilan Tubuh.S:Klien mengatakan mulai menerima kenyataandan tidak mengatakan hal yang muluk muluk atau hal yang negatif tentangdirinya.O:Expresi malu rasa bersalah berkurang.Tanda tanda depresi menurun.Mulaimencoba untuk mencoba sesuatu / situasi baru.Berkurangnyaperilaku penyalahgunaan diri (misalnya : pengrusakan, usaha bunuh diri dan lain- lain).A:Masalah teratasi.P:Hentikan intervensi.4.Dx : Gangguan Persepsi Sensori (Penglihatan) berhubungan denganKesalahan Interpertasi Sekunder, Gangguan Transmisi, Impuls.S:Klien mengatakan adanya halusinasipenglihatan.O:Orientasi terhadap orang, tempat dan waktumembaik.

Stimulasiterhadap lingkungan membaik.

Resikocidera mata yang mengganggu penglihatan, misalnya : ikterus, konjungtesstimulasi indera penglihatan membaik / mengalami peningkatan.

A:Masalah teratasi sebagian.

P:Intervensi dilanjutkan.

5.Dx : Ansietas berhubungan dengan Perubahan Status Kesehatan.S:Klien merasa cemas, gelisah dan ketakutan.O:Wajah tegang, tampak pucat.

Peningkatan frekuensi pernafasan, frekuensi jantung dan tekanan darah.A:Masalah belum teratasiP:Lanjutkan intervensi.6.Dx : Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan Menurunnya KekuatanOtot.S:Keluarga klien mengatakan bahwa klien mulaimelakukan aktifitas perawatan diri atau personal hygene.O:Perubahan gaya hidup, misalnya : polamakan, istirahat teratur.Perubahanpenampilanbepakaian, kerapian.Perubahanpeningkatan aktivitas personal hygene, misalnya : menggosok gigi dllA:Masalah teratasi.

P:Hentikan intervensi.

7.Dx : Resiko Gangguan Integritas Kulit (Kekeringan) berhubungan denganMenurunnya Kadar Hormonal.O:Mukosa kulit lembab.

Tonusotot meningkat.

Luka tekan atau ulkus berkurang, berangsur mengalami penyembuhan.A:Masalah teratasi.P:Hentikan intervensi.DAFTAR PUSTAKABagnara,Turnor.1998.EndokrinologiUmum.

Yogyakarta: AirlanggaUniversity.

Corwin,Elizabet.J.1997.Buku Saku Patologi 2. Jakarta : EGC.C. Long, Barbara.1996.Perawatan Medikal Bedah Edisi3. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan keperawatan.Doengoes,Marilynn E.1999.Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.Jakarta: ECG.Ganang.W.F.1995.Buku Ajar Fisiologi kedokteran Edisi 14. Jakarta :EGC.Guyton.1987.Buku Ajar Fisiologi Manusia Penyakit Manusia. Jakarta: EGC.Guyton dan Hall.1997.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta: EGC.Hayes,Evelyn.R dan Joyce.L.Kee.1996.Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC.Kumar,Robbins.1995.Buku AjarPatologi II Edisi 4. Jakarta : EGC.Ovedoff, David.2002.KapitaSelekta Kedokteran. Jakarta : Binarupa Aksara.Price,Sylvia.A dan Wilson.1995.Patofisiologi KonsepKlinis Proses Proses Penyakit.

Jakarta: EGC.

Syariar-yusrina.blog.friendster.com