Post on 31-Oct-2019
1
HUBUNGAN KADAR
MONOCYTES CHEMOATTRACTANT PROTEIN-1 (MCP-1)
DENGAN UMUR LUKA MEMAR PADA MENCIT
(Mus musculus)
THE CORRELATION BETWEEN
MONOCYTES CHEMOATTRACTANT PROTEIN - 1 (MCP-1) RATE AND
THE AGE OF BRUISES WOUND IN MICE (Mus Musculus)
Annisa, Gatot S. Lawrence, Gunawan Arsyadi
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Medikolegal Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin
Alamat Korespondensi : Annisa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar , 90221 HP : 0811425799 Email : annisaluckyatar@gmail.com
2
Abstrak
Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara kadar Monocyte Chemoattractant Protein-1 (MCP-1) dalam serum pada mencit yang mengalami luka dengan lamanya luka terjadi (umur luka). Metode pemeriksaan kadar MCP-1 dengan teknik ELISA. Kelompok sampel terdiri dari tanpa luka memar, umur luka memar 12 jam, 24 jam, 36 jam, 48 jam, 60 jam, 72 jam dan 84 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan peningkatan dan hubungan antara kadar Monocyte Chemoattractant Protein-1 (MCP-1) dengan lamanya luka (umur luka memar). Penentuan umur luka memar dengan menganalisis kadar MCP-1 pada mencit belum dapat diaplikasikan pada manusia karena banyaknya faktor-faktor yang dapat meningkatkan kadar MCP-1 dan sulit dikendalikan.
Kata Kunci : Monocyte Chemoattractant Protein-1 (MCP-1), inflamasi, umur luka memar
Abstract
This study aims to find out the relationship between MCP-1 rate in the serum of mice that have wound, and the age of the wound. The examination of MCP-1 rate was conducted by using the ELISA technique. There were several groups of samples: group of samples without wound, and group of samples with wound aged 12 hours, 24 hours, 36 hours, 48 hours, 60 hours, 72 hours, and 84 hours.The results revealed that there was no difference enhancement and relationship between MPP-1 rate and bruise wound age. The determination of bruise wound age by analyzing MCP-1 rate in mice cannot be applied to human yet. Many factors can icrease MCP-1 rate, and they are difficult to control.
Keywords: Monocyte Chemoattractant Protein-1 (MCP-1), inflammation, bruise wound age.
3
PENDAHULUAN
Perlukaan disertai dengan Surat Permintaan Visum et Repertum (SPV) merupakan
kasus forensik yang terbanyak. Di Makassar dari tahun 2009-2010; 55% dan tahun 2010-
2011: 60% dari seluruh kasus forensik dan insiden perlukaan jenis memar menempati urutan
tertinggi dari jenis perlukaan. (Bhayangkara RS, IKFM-UNHAS, 2011). Pemeriksaan luka
oleh dokter berkaitan dengan pasal 133 KUHAP ayat (1) dan ayat (2). Meskipun di undang-
undang tidak dijelaskan tentang umur luka, namun secara eksplisit bahwa pengungkapan
kebenaran sangat penting pada pemeriksaan luka. Hal ini berkaitan dengan rentetan proses
terjadinya trauma dengan umur luka. Metode penilaian umur luka memar yang selama ini
digunakan dalam bidang forensik melalui perubahan warna kulit yaitu merah 0-1 hari, biru
keunguan 1-4 hari, hijau kuning 5-7 hari, kuning kecoklatan 8-10 hari, normal 1-3 minggu
(Schwartz dkk, 1996), (Knight, 1997 dan Kumar Sanil, 2011). Range waktu umur luka yang
panjang ini mulai terlihat di umur luka lebih dari 24 jam. Hal ini masih jauh dari harapan,
yang memungkinkan biasnya banyak. Bilamana ada pemeriksaan lain dengan interpretasi
jarak umur luka yang lebih pendek tentu hal ini sangat membantu para penyidik terutama
investigasi tentang waktu kapan dan berapa lama luka itu sudah terjadi.
Proses inflamasil lebih dari 24 jam diketahui melalui aktivitas monosit sebagai
mekanisme pertahanan menggantikan neutrofil dalam sirkulasi. (Robbin’s dan Cotran,
2000). Monosit menuju tempat jejas diperantarai Monocyte Chemoattractant Protein-1
(MCP-1) (Yoshimura dkk, 1989. Ajuebor dkk, 1998. Deshmane Satish dkk, 2009). MCP-1
berafinitas tinggi untuk asosiasi infiltrasi monosit dan berperan mendatangkan monosit/
makrofag dari sirkulasi menuju tempat jejas. (Sozzani dkk 1993 . Ajuebor dkk, 1998). Umur
monosit hidup lebih lama sebagai makrofag dibanding leukosit lainnya (Rollins BJ, 1997).
dapat menjadi salah satu marker untuk mengetahui umur luka lebih dari 24 jam setelah
terjadinya trauma.
Dengan mengetahui peranan Monocyte Chemoattractant Protein-1 (MCP-1)
terhadap jejas, maka penting untuk mengetahui hubungan antara kadar MCP-1 dalam serum
pada mencit yang mengalami luka dengan lamanya luka tersebut terjadi (umur luka).
Penelitian ini bertujuan menganalisis perbedaan dan hubungan antara kadar Monocyte
Chemoattractant Protein-1 (MCP-1) dengan masing-masing kelompok umur luka (kontrol/
tanpa luka memar, 12 jam, 24 jam, 36 jam, 48 jam, 60 jam, 72 jam, dan 84 jam).
4
BAHAN DAN METODE
Lokasi dan Rancangan penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Animal Universitas Hasanuddin dan di
laboratorium Pendidikan RS. Universitas Hasanuddin Makassar. Jenis penelitian yang
digunakan adalah Eksperimental.
Sampel
Sampel adalah mencit jantan, berat badan 20-40 gr, umur 12-14 minggu dengan
populasi yang tergolong dalam varient filum chordata, kelas mamalia, ordo rodentia, famili
muridae, sub family murinae, genus mus, spesies mus musculus, strain albino. Sampel
berasal dari Balai Penyelidikan dan Pengujian Veteriner (BPPV) Surabaya.
Metode pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil seluruh populasi terjangkau yang
memenuhi kriteria inklusi dan dipilih dengan teknik acak dan sederhana. Sampel dibagi dua
kelompok yaitu kelompok pertama (kelompok tanpa perlakuan) sebanyak 5 ekor. Kelompok
perlakuan (membuat luka memar) sebanyak 35 ekor mencit dibagi 7 kelompok waktu (12
jam, 24 jam, 36 jam, 48 jam, 60 jam, 72 jam, 84 jam), masing-masing kelompok waktu
perlakuan terdiri dari 5 ekor mencit. Sampel yang diambil disimpan dalam tabung EDTA,
disimpan dalam suhu -20oC sampai semua sampel terkumpul. Lalu pemeriksaan ELISA dapat
segera dimulai.
Metode pemeriksaan kadar MCP-1 (ELISA)
Sampel diambil dari darah setiap mencit sebanyak 3 cc. Jumlah sampel 40 dari 40
ekor mencit. Setelah seluruh sampel terkumpul, standar kerja dan reagen disiapkan lalu
dilakukan pemeriksaan kadar MCP-1 dengan teknik ELISA menggunakan kit Quantikine
Animal MCP-1/CCL2 immunoassay. Memindahkan strip mikroplat ELISA yang ada dari
tempat bingkainya, menambahkan dan mencampur secara lembut 50 µL Assay Diluent RD
1W kedalam masing-masing tabung dan menambahkan 50 µL standar, kontrol dan sampel
setiap wadah selama 1 menit. Penutup aluminium foil direkatkan kembali pada bingkai
wadah. Inkubasi selama 2 jam dalam suhu kamar. Isi wadah yang disajikan untuk merekam
standar dan sampel yang diperiksa. Mengeluarkan dan mencuci masing-masing wadah
piringan. Mengulangi proses ini sebanyak 4 kali untuk semua dari 5 kali mencuci. Membilas
dengan wash buffer (400 µL) menggunakan semprit botol. Menambahkan 100 µL JE/MCP-1
conjugate ke setiap wadah piringan. Tutup dengan aluminium foil. Inkubasi selama 2 jam
5
pada suhu kamar. Ulangi hal yang sama pada step 5. Tambahkanlah 100 µL Subrstrate
Solution kedalam masing-masing wadah. Inkubasi 30 menit pada suhu kamar. Larutan
campuran harus terlindung dari cahaya. Menambahkan 100 µl Stop Solution kedalam masing-
masing tabung. Menentukan densitas optic dari tiap tabung dalam 30 menit, menggunakan
suatu mikroplat pembaca 450 nm. Hasil yang didapat dari mikroplat pembaca merupakan
kadar MCP-1 dengan skala numerik dan satuan pg/ml (picogram per mililiter).
Analisis Data
Semua data yang diperoleh dari hasil penelitian dicatat, kemudian dilakukan analisis
yang sesuai. Analisis dengan uji tes One Way Anova untuk membandingkan lebih dari dua
kelompok tidak berpasangan berskala numerik. Analisis dengan uji korelasi untuk
mengetahui hubungan antara kadar MCP-1 masing-masing kelompok perlakuan dengan
lamanya luka (umur luka). Pada penelitian ini uji tes One Way Anova membandingkan
antara kadar MCP-1 masing-masing kelompok dengan lamanya luka (umur luka) yaitu kadar
MCP pada kelompok kontrol dengan umur luka 12 jam, 24 am, 36 jam, 48 jam, 60 jam, 72
jam, dan 84 jam demikian seterusnya satu kelompok dengan kelompok lainnya. Uji korelasi
pearson menilai ada tidaknya hubungan antara kadar MCP-1 masing-masing kelompok
dengan lamanya luka (umur luka) yaitu kadar MCP pada kelompok kontrol dengan umur luka
12 jam, 24 am, 36 jam, 48 jam, 60 jam, 72 jam, dan 84 jam demikian seterusnya satu
kelompok dengan kelompok lainnya. Penilaian hasil uji hipotesis dinyatakan bermakna, bila
p≤0,05
HASIL PENELITIAN
Karakteristik sampel
Tabel 1 memperlihatkan karakteristik sampel dari umur, jenis kelamin, vol.darah,
ukuran luka memar, berat badan, dan keadaan luka. Dari penelitian ini 40 mencit jantan
dengan umur 14 minggu, jumlah volume darah 2 cc, dan ukuran luka memar 0,4x0,3 mm.
Ada 21 ekor (52,5%), dengan berat badan 30 gram dan 19 ekor (47,5%) dengan berat badan
40 gram. 40 mencit yang dikarantinakan, ada satu mencit pada kelompok 84 jam yang mati
sebelum diberikan luka memar. Didapatkan setiap sampel kelompok perlakuan luka memar
(pada kelompok 12 jam, 24 jam, 36 jam, 48 jam dan 60 jam) belum terjadi penyembuhan,
sedangkan pada kelompok perlakuan luka memar (pada kelompok 72 jam dan 84 jam) ada
tanda penyembuhan.
6
Perbandingan antara kadar MCP-1 dalam serum pada mencit yang mengalami luka
dengan lamanya luka tersebut terjadi (umur luka)
Tabel 2 memperlihatkan perbandingan antara kadar MCP-1 masing-masing
kelompok dengan lamanya luka (umur luka). Berdasarkan uji statistik dari data diatas
didapatkan p= 0,31 ( p > 0,05 ) yang berarti tidak ada perbedaan bermakna antara kadar
MCP pada kelompok kontrol dengan kadar MCP-1 pada umur luka 12 jam, 24 am, 36 jam,
48 jam, 60 jam, 72 jam, dan 84 jam demikian seterusnya satu kelompok dengan kelompok
lainnya.
Hubungan antara kadar MCP-1 dalam serum pada mencit yang mengalami luka dengan
lamanya luka tersebut terjadi (umur luka)
Tabel 3 memperlihatkan hubungan antara kadar MCP-1 masing-masing kelompok
dengan lamanya luka (umur luka). Berdasarkan uji Korelasi Pearon didapatkan p = 0,48 (p
> 0,05 ) yang berarti tidak terdapat hubungan bermakna antara kadar MCP-1 masing-masing
kelompok dengan lamanya luka (umur luka).
PEMBAHASAN
Penelitian ini menunjukkan bahwa kadar MCP-1 tidak memiliki perbedaan
peningkatan bermakna dan juga hubungan peningkatan kadar MCP-1 yang tidak bermakna
dengan lamanya luka (umur luka), yaitu dilakukan uji tes One Way Anova, perbandingan
antara kadar MCP-1 masing-masing kelompok perlakuan dengan lamanya luka (umur luka)
tersebut diperoleh hasil p= 0,31 (p > 0,05) dan uji korelasi pearson untuk melihat hubungan
antara kadar MCP-1 masing-masing kelompok perlakuan dengan lamanya luka (umur luka)
diatas diperoleh hasil p= 0,48 (p > 0,05 ).
Monocyte Chemoacctractant Protein-1 (MCP-1) salah satu jenis dari family CC
kemokin yang berfungsi mengarahkan lekosit ketempat jejas. (Charo IF dkk, 2006). MCP-1
berperan dalam regulasi dan infiltrasi monosit, limphosit T memory, dan Natural Killer cell.
Fungsinya yang paling dominan adalah dalam rekrutmen monosit ke jaringan yang
mengalami jejas luka. (Deshmane dkk, 2009, Yoshimura dkk, 1989. Ajuebor dkk, 1998).
MCP-1 dihasilkan oleh lekosit monosit menggantikan peran netrofil setelah 24 jam.
(Robbin’s dkk, 2010). Hal ini menunjukkan bahwa peran MCP-1 terjadi pada 24 jam untuk
merekrut monosit menuju tempat cedera menggantikan netrofil. Pada penelitian ini kadar
7
MCP-1 dengan umur luka memar 12 ke 24 jam tidak memperlihatkan peningkatan kadar
MCP-1, sedangkan umur luka 24 jam ke 36 jam terjadi peningkatan kadar MCP-1, namun
hanya 60% kadar MCP-1 sampel pada kelompok ini (umur luka tertinggi 179,3 pg/ mL),
sesuai dengan referensi bahwa pada umur luka lebih dari 24 jam, akan mulai terjadi
perubahan dari monosit yang bersirkulasi menjadi monosit yang aktif untuk menggantikan
peran netrofil, pada saat perubahan monosit menjadi aktif, monosit juga akan mengeluarkan
MCP-1 dan CCR-2 sebagai reseptornya. Sedangkan kadar MCP-1 lainnya pada mencit yang
mengalami luka dengan lamanya luka tersebut terjadi (umur luka 36 jam ke 48 jam, dst)
secara keseluruhan tidak memperlihatkan kemaknaan perbedaan peningkatan dan
ketidmaknaan hubungan peningkatan antara kadar MCP-1 dengan lamanya luka (umur luka).
Perhatikan grafik 1 dan grafik 2. Hal ini disebabkan karena walaupun sampel sudah dibuat
homogen, tetapi masih banyak faktor yang tidak dapat dihomogenkan seperti adanya
penyakit lain (penyakit infeksi kronis, keganasan) pada mencit yang juga akan meningkatkan
kadar MCP-1, selain itu seharusnya semua mencit sebelum dilakukan perlakuan diperiksa
untuk mengetahui berapa kadar awal MCP-1 pada masing-masing mencit, sehingga dapat
dinilai apakah ada peningkatan atau penurunan kadar berdasarkan umur luka.
KESIMPULAN DAN SARAN
Tidak terdapat perbedaan peningkatan yang bermakna kadar Monocyte
Chemoattractant Protein-1 (MCP-1) antara masing-masing kelompok; kontrol, perlakuan 12
jam, 24 jam, 36 jam, 48 jam, 60 jam, 72 jam, dan 84 jam. Tidak terdapat juga hubungan
peningkatan yang bermakna antara kadar Monocyte Chemoattractant Protein-1 (MCP-1)
dengan lamanya umur luka (luka memar); kontrol, perlakuan 12 jam, 24 jam, 36 jam, 48 jam,
60 jam, 72 jam, dan 84 jam. Penentuan umur luka memar dengan menganalisis kadar MCP-1
sebagai marker pada mencit belum dapat diaplikasikan pada manusia karena banyaknya
faktor-faktor yang dapat meningkatkan kadar MCP-1 dan sulit dikendalikan. Untuk
penentuan umur luka secara akurat masih diperlukan pembuktian peran marker lain seperti
beberapa jenis sitokin yang juga berperan pada proses peradangan. Berdasarkan hasil
penelitian tersebut, perlu dilakukan homogenitas sampel untuk memperkecil faktor-faktor
yang mempengaruhi peningkatan kadar MCP-1 (penyakit infeksi kronik, keganasan).
Pemeriksaan awal kadar MCP-1 perlu dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya penyakit
dengan menggunakan hewan coba yang lebih besar sehingga dapat diikuti sampai umur luka
8
yang diinginkan dan perlu membandingkan dengan kelompok chemokine jenis lain yang
sama-sama menarik monosit ke tempat jejas.
DAFTAR PUSTAKA
Ajuebor MN, Flower RJ, Hannon R, Christie M, Bowers K, Verity A, Perretti M. 1998. Endogenous monocyte chemoattractant protein-1 recruits monocytes in the zymosan peritonitis model. J Leukoc Biol 63:108–116.
Andrew T.A, (2011). Dating and Timing of Injuries; Art, Science or Both. The Legal Conundrum.State of New Hampshire.
Barna BP, Pettay J, Barnett GH, Zhou P, Iwasaki K, Estes ML. 1994 Regulation of monocyte chemoattractant protein-1 expression in adult human non-neoplastic astrocytes is sensitive to tumor necrosis factor (TNF) or antibody to the 55-kDa TNF receptor. J Neuroimmunol 50:101–107.
Bhayangkara RS, (2011). Makassar. Perlukaan 2010-2011 di Makassar. Bagian Forensik- Medikolegal UNHAS.
Boring, L. et al. (1996) J. Biol. Chem. 271:7551. Brown Z, Strieter RM, Neild GH, Thompson RC, Kunkel SL, Westwick J. (1992). IL-1
receptor antagonist inhibits monocyte chemotactic pep J. 1992. IL-1 receptor antagonist inhibits monocyte chemotactic peptide 1 generation by human mesangial cells. Kidney Int 42:95–101
Charo IF, Myers SJ, Herman A, Franci C, Connolly AJ, Coughlin SR. (1994). Molecular cloning and functional expression of two monocyte chemoattractant protein 1 receptors reveals alternative splicing of the carboxyl-terminal tails. Proc Natl Acad Sci USA 91:2752–2756.
Charo IF dan Ransohoff RM. Review Article; Mechanisms of Disease. The Many Roles of Chemokines and Chemokine Receptors in Inflammation. The New Enghland Journal, (2006).p.12: 610-621.
Clark- Lewis, Key Sun Kim, Krishnakumar Rajarathnam, dkk.Structure Activity Relationships of Chemokines. Journal of leucocyte Biology. Vol. 57. (1995). P. 703-711.
Cushing SD. Berliner JA, Valente AJ. Territo MC. Navab M. Parhami F. Gerrity R. Schwartz CJ. Fogelman AM. Minimally modified low density lipoprotein induces monocyte chemotactic protein 1 in human endothelial cells and smooth muscle cell. Proc Natl acad Sci USA. (1990); 87: 5134-5138.
Deshmane Satish, Kremlev Sergey, Amini Shohreh, Sawaya Bassel E. Monocyte Chemoattractant Protein-1 (MCP-1): An Overview. Journal of Interferon and cytokine research volume 29, Number 6, (2009);14: 313-326.
Gao, J-L. et al. (1995) J. Biol. Chem. 270:17494. Gerard Craig, Rollins BJ. Chemokines and disease: An Chemokine reviews.Nature
Publishing Group. Nature Immunology. Volume 2 No. 2. (2001). P. 108- 115. Kelvin DJ, Michiel DF, Johnston DA, dkk. Review Chemokine and Serpentines: The
Molecular Biology of Chemokine Reseptors. Journal of leukocyte Biology. Volume 54. (1993). P. 604-612.
Kindt G, Osborne. Leukocyte Migration and Inflamation. Kuby, Imunology International edition. 6 ed: W.H Freeman; (2006).p.339-46.
Knight Bernard, The Examination of Wounds. Simpson’s Forensic Medicine. Edition Eleventh. (1997).p.44-50
9
Kitab Undang- Undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 8 Tahun (1981). p.36
Kumar Sanil, (2011). Mechanical Injuries. Forensic Medicine & Toxicology. Departement of Forensic Medicine and Toxicology.
Kurihara, T. et al. (1996) J. Biol. Chem. 271:11603. Lawrence, G.S. Multiple Cause of Damage (MCoD) Dasar Pembuatan Visum et Repertum
Korban Hidup. Pertemuan Ilmiah berkala ke 17, FK-UNHAS 27-29 Januari, 2011. Makassar.
Luster, A.D., (1998). Cemokines- Chemotactic Cytokines That mediate Inflamation; New Eng. J Med., 338, 436-445.
Robbins SL, Kumar V. Mitchell RN, Acute and Chronic Inflammation. Pathologic Basis of Disease.Ed. 7. (2000);p. 58-89
Rollins BJ, 1997. Chemokines. Blood 90:909–928 Schwartz, Ricci, (1996). How Accurately can Bruises be Aged in Abused Children?.
Literature review and synthesis. Pediatrics ; 97: 254-257. Seim HB, Fossum TW: Postoperative Careo of the Surgical Patient, inFossum TW (ed).
Small Animal Surgery, Mosby, St. Louis, (1997), p. 64. Shkrum, J. Michael David A. Ramsay, (2007). Aging of Injuries. Dalam : Forensic Pathology
of Trauma. New Jersey : Humana Press. : 411-14 Sozzani S, Molino M, Locati M, Luini W, Cerletti C, Vecchi A, Mantovani A. (1993).
Receptor-activated calcium infl ux in human monocytes exposed to monocyte chemotactic protein-1 and related cytokines. J Immunol 150:1544–1553.
Standiford TJ, Kunkel SL, Phan SH, Rollins BJ, Strieter RM., (1991). Alveolar macrophage-derived cytokines induce monocyte lveolar macrophage-derived cytokines induce monocyte chemoattractant protein-1 expression from human pulmonary type II-like epithelial cells. J Biol Chem 266:9912–9918
Stam B, Gemert MJC, et al. 3D Finite Compartment Modelling of Formation and Healing of Bruise May Identify Methods for Age Determination of Bruise. (2010) September, 48(9);911-921.
T.Kondo TO, R.Mori, D.W.Guan,K.Ohshima,W.Eisenmenger. Immunohistochemical detection of chemokines in human skin wounds and its application to wound age determination. Int J Legal Med.(2002);116:87-91.
Usman Saud, (2012). Polri: Kejahatan di Indonesia terjadi tiap 91 detik. Refleksi Penegakan Hukum dan Ham. Tribunnews.com, Jakarta.
Van Coillie E, Van Damme J, Opdenakker G. 1999. The MCP/ eotaxin subfamily of CC chemokines. Cytokine Growth Factor Rev 10:61–86.
Wahid Syarifuddin, dkk. Inflamasi. (2011). (Buku in press) Wahidin RS, Makassar, (2011). Perlukaan 2010-2011 di Makassar. Bagian Forensik-
Medikolegal UNHAS. Wilsone LM. Respon tubuh terhadap cedera. In: Price SA, Wilson LM, editors. Patofisiologi.
Jakarta: EGC; (2006). p. 56-77. Wilson RM. Infections and Diabetes. In Chronic Complications of Diabetes. Edited By John
C.P & Gareth Williams, Blackweel Scientific Publication, Oxford, (1994), 282-88. Yoshimura T, Robinson EA, Tanaka S, Appella E, Leonard EJ. (1989). Purification and
amino acid analysis of two human monocyte chemoattractants produced by phytohemagglutininstimulated human blood mononuclear leukocytes. J Immunol 142:1956–1962.
10
Tabel. 1. Data karakteristik sampel penelitian
Kelompok/ kondisi luka Keterangan Jantan/ vol.darah 2 cc/ ukuran luka memar/ BB/
umur(minggu) Jumlah (%)
Kelompok kontrol (tanpa luka)
Jantan/ 2cc/ 0,4x0,3 mm/30gr/ 14 mgg Jantan/ 2cc/ 0,4x0,3 mm/40 gr/ 14 mgg
2 (40%) 3 (60%)
Luka memar (12 jam) (belum terjadi penyembuhan)
Jantan/ 2cc/ 0,4x0,3 mm/30 gr/ 14 mgg Jantan/ 2cc/ 0,4x0,3 mm/40 gr/ 14 mgg
2 (40%) 3 (60%)
Luka memar (24 jam) (belum terjadi penyembuhan)
Jantan/ 2cc/ 0,4x0,3 mm/30 gr/ 14 mgg Jantan/ 2cc/ 0,4x0,3 mm/40 gr/ 14 mgg
2 (40%) 3 (60%)
Luka memar (36 jam) (belum terjadi penyembuhan)
Jantan/ 2cc/ 0,4x0,3 mm/30 gr/ 14 mgg Jantan/ 2cc/ 0,4x0,3 mm/40 gr/ 14 mgg
2 (40%) 3 (60%)
Luka memar (48 jam) (belum terjadi penyembuhan)
Jantan/ 2cc/ 0,4x0,3 mm/30 gr/ 14 mgg Jantan/ 2cc/ 0,4x0,3 mm/40 gr/ 14 mgg
2 (40%) 3 (60%)
Luka memar (60 jam) (belum ada tanda penyembuhan)
Jantan/ 2cc/ 0,4x0,3 mm/30 gr/ 14 mgg 5 (100%)
Luka memar (72 jam) (ada tanda penyembuhan)
Jantan/ 2cc/ 0,4x0,3 mm/30 gr/ 14 mgg 5 (100%)
Luka memar (84 jam) (ada tanda penyembuhan)
Jantan/ 2cc/ 0,4x0,3 mm/30 gr/ 14 mgg Jantan/ 2cc/ 0,4x0,3 mm/40 gr/ 14 mgg
1 (20%) 4 (80%)
Tabel 2. Perbandingan antara kadar MCP-1 dalam serum pada mencit yang mengalami luka dengan lamanya luka tersebut terjadi (umur luka)
Kelompok Kadar MCP-1 (pg/ mL)
Mean SD Median Min-max
Kontrol 117,5 56,5 141,8 57,0- 183,9
12 jam 105,1 31,6 91,7 77,4- 156,5
24 jam 80,7 14,8 79,4 60,7- 98,0
36 jam 119,4 58,8 142,9 34,8- 179,3
48 jam 71,9 28,9 69,4 39,9-102,3
60 jam 47,9 21,2 46,9 25,1- 81,4
72 jam 142,5 54,2 127,3 81,4- 224,1
84 jam 156,8 163,6 85,3 56,0- 400,7 Anova One Way Test df:6 p=0,31 (p > 0,05)
Tabel 3. Hubungan antara kadar MCP-1 dalam serum pada mencit yang mengalami luka dengan lamanya luka tersebut terjadi (umur luka)
11
Kadar MCP-1 (pg/ mL)
Kelompok umur luka Pearson Correlation
Sig. (2 tailed)
Kontrol
12 jam
24 jam
36 jam
48 jam
60 jam
72 jam
84 jam
0,118
0,48
Pearson correlation test p = 0,48 (p > 0,05 )
690
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0 2 4 6
Perbandingan seluruh kelompok penelitian
Tanpa perlakuan (kontrol)
Kelompok 12 jam
Kelompok 24 jam
kelompok perlakuan 36 jam
Kelompok 48 jam
Kelompok 60 jam
Kelompok 72 jam
Kelompok 84 jam
jumlah mencit`
UMUR LUKA MENCIT
Grafik 1. Gambaran kadar MCP-1 dengan umur luka memar masing-masing kelompok pada 40 mencit yang dihomogenkan