Perwatan Luka

25
BAB I 1.1 PENDAHULUAN Luka merupakan suatu kerusakan integritas kulit yang dapat terjadi ketika kulit terpapar suhu atau pH, zat kimia, gesekan, trauma tekanan dan radiasi. Respon tubuh terhadap berbagai cedera dengan proses pemulihan yang kompleks dan dinamis yang menghasilkan pemulihan anatomi dan fungsi secara terus menerus disebut dengan penyembuhan luka (Joyce M. Black, 2001). Penyembuhan luka terkait dengan regenerasi sel sampai fungsi organ tubuh kembali pulih, ditunjukkan dengan tanda-tanda dan respon yang berurutan dimana sel secara bersama-sama berinteraksi, melakukan tugas dan berfungsi secara normal. Idealnya luka yang sembuh kembali normal secara struktur anatomi, fungsi dan penampilan. Metode perawatan luka berkembang cepat dalam 20 tahun terakhir, jika tenaga kesehatan dan pasiennya memanfaatkan terapi canggih yang sesuai dengan perkembangan, akan memberikan dasar pemahaman yang lebih besar terhadap pentingnya perawatan luka. Semua tujuan manajemen luka adalah untuk membuat luka stabil dengan

description

zzv

Transcript of Perwatan Luka

Page 1: Perwatan Luka

BAB I

1.1 PENDAHULUAN

Luka merupakan suatu kerusakan integritas kulit yang dapat terjadi ketika kulit

terpapar suhu atau pH, zat kimia, gesekan, trauma tekanan dan radiasi. Respon tubuh

terhadap berbagai cedera dengan proses pemulihan yang kompleks dan dinamis yang

menghasilkan pemulihan anatomi dan fungsi secara terus menerus disebut dengan

penyembuhan luka (Joyce M. Black, 2001). Penyembuhan luka terkait dengan

regenerasi sel sampai fungsi organ tubuh kembali pulih, ditunjukkan dengan tanda-

tanda dan respon yang berurutan dimana sel secara bersama-sama berinteraksi,

melakukan tugas dan berfungsi secara normal. Idealnya luka yang sembuh kembali

normal secara struktur anatomi, fungsi dan penampilan.

Metode perawatan luka berkembang cepat dalam 20 tahun terakhir, jika tenaga

kesehatan dan pasiennya memanfaatkan terapi canggih yang sesuai dengan

perkembangan, akan memberikan dasar pemahaman yang lebih besar terhadap

pentingnya perawatan luka. Semua tujuan manajemen luka adalah untuk membuat

luka stabil dengan perkembangan granulasi jaringan yang baik dan suplai darah yang

adekuat., hanya cara tersebut yang membuat penyembuhan luka bisa sempurna.

Untuk memulai perawatan luka, pengkajian awal yang harus dijawab adalah, apakah

luka tersebut bersih, atau ada jaringan nekrotik yang harus dibuang, apakah ada tanda

klinik yang memperlihatkan masalah infeksi, apakah kondisi luka kelihatan kering dan

terdapat resiko kekeringan pada sel, apakah absorpsi atau drainage objektif terhadap

obat topical dan lain-lain. Terjadinya peradangan pada luka adalah hal alami yang

sering kali memproduksi eksudat; mengatasi eksudat adalah bagian penting dari

penanganan luka. Selanjutnya, mengontrol eksudat juga sangat penting untuk

menangani kondisi dasar luka, yang mana selama ini masih kurang diperhatikan dan

Page 2: Perwatan Luka

kurang diannggap sebagai suatu hal yang penting bagi perawat, akibatnya bila

produksi eksudat tidak dikontrol dapat meningkatkan jumlah bakteri pada luka,

kerusakan kulit, bau pada luka dan pasti akan meningkatkan biaya perawatan setiap

kali mengganti balutan.

1.2 Tujuan

a. Tujuan umum penulisan ini bertujuan untuk memperkenalkan perawatan luka modern

kepada mahasiswa

b. Tujuan Khusus

Mahasiswa dapat menjelaskan

Definisi Luka

Klasifikasi Luka

Proses Penyembuhan Luka

Factor Yang Mempengaruhi Proses Penyembuhan Luka

Perawatan Luka Dengan Metode Negative Pressure Wound Therapy

Page 3: Perwatan Luka

BAB II

KONSEP PENYEMBUHAN LUKA

2.1 Definisi

Penyembuhan luka adalah respon tubuh terhadap berbagai cedera dengan proses

pemulihan yang kompleks dan dinamis yang menghasilkan pemulihan anatomi dan

fungsi secara terus menerus.(Joyce M. Black, 2001).

Penyembuhan luka terkait dengan regenerasi sel sampai fungsi organ tubuh kembali

pulih, ditunjukkan dengan tanda-tanda dan respon yang berurutan dimana sel secara

bersama-sama berinteraksi, melakukan tugas dan berfungsi secara normal. Idealnya

luka yang sembuh kembali normal secara struktur anatomi, fungsi dan penampilan.

2.2 Etiologi / Penyebab Luka

Secara alamiah penyebab kerusakan harus diidentifikasi dan dihentikan sebelum

memulai perawatan luka, serta mengidentifikasi, mengontrol penyebab dan faktor-

faktor yang mempengaruhi penyembuhan sebelum mulai proses penyembuhan.

Berikut ini akan dijelaskan penyebab dan faktor-faktor yang mempengaruhi

penyembuhan luka :

Trauma

Panas dan terbakar baik fisik maupun kimia

Gigitan binatang atau serangga

Tekanan

Gangguan vaskular, arterial, vena atau gabungan arterial dan vena

Immunodefisiensi

Malignansi

Page 4: Perwatan Luka

Kerusakan jaringan ikat

Penyakit metabolik, seperti diabetes

Defisiensi nutrisi

Kerusakan psikososial

Efek obat-obatan

Pada banyak kasus ditemukan penyebab dan faktor yang mempengaruhi penyembuhan

luka dengan multifaktor.

2.3 Jenis-jenis luka

a. Berdasarkan Kategori

1. Luka Accidental

Adalah cedera yang tidak disengaja, seperti kena pisau, luka tembak, luka bakar;

tepi luka bergerigi; berdarah; tidak steril

2. Luka Bedah

Merupakan terapi yang direncanakan, seperti insisi bedah, needle introduction;

tepi luka bersih; perdarahan terkontrol; dikendalikan dengan asepsis bedah

b. Berdasarkan integritas kulit

1. Luka terbuka

Kerusakan melibatkan kulit atau membran mukosa; kemungkinan perdarahan

disertai kerusakan jaringan; risiko infeksi

2. Luka tertutup

Tidak terjadi kerusakan pada integritas kulit, tetapi terdapat kerusakan jaringan

lunak; mungkin cedera internal dan perdarahan

c. Berdasarkan Descriptors

1. Aberasi

Page 5: Perwatan Luka

Luka akibat gesekan kulit; superficial; terjadi akibat prosedur dermatologik

untuk pengangkatan jaringan skar

2. Puncture

Trauma penetrasi yang terjadi secara disengaja atau tidak disengaja oleh akibat

alat-alat yang tajam yang menusuk kulit dan jaringan di bawah kulit

3. Laserasi

Tepi luka kasar disertai sobekan jaringan, objek mungkin terkontaminasi; risiko

infeksi

4. Kontusio

Luka tertutup; perdarahan di bawah jaringan akibat pukulan tumpul; memar

2.4 Prinsip Dasar Penyembuhan Luka

Penyembuhan luka adalah proses yang komplek dan dinamis dengan perubahan

lingkungan luka dan status kesehatan individu. Fisiologi dari penyembuhan luka yang

normal adalah melalui fase hemostasis, inflamasi, granulasi dan maturasi yang

merupakan suatu kerangka untuk memahami prinsip dasar perawatan luka. Melalui

pemahaman ini profesional keperawatan dapat mengembangkan ketrampilan yang

dibutuhkan untuk merawat luka dan dapat membantu perbaikan jaringan. Luka kronik

mendorong para profesional keperawatan untuk mencari cara mengatasi masalah ini.

Penyembuhan luka kronik membutuhkan perawatan yang berpusat pada pasien

”patient centered”, holistik, interdisiplin, cost efektif dan eviden based yang kuat.

Penelitian pada luka akut dengan model binatang menunjukkan ada empat fase

penyembuhan luka. Sehingga diyakini bahwa luka kronik harus juga melalui fase yang

sama. Fase tersebut adalah sebagai berikut:

Hemostasis

Page 6: Perwatan Luka

Inflamasi

Proliferasi atau granulasi

Remodeling atau maturasi

2.5 Faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka

a. Status Imunologi

b. Kadar gula darah (impaired white cell function)

c. Hidrasi (slows metabolism)

d. Nutritisi

e. Kadar albumin darah (‘building blocks’ for repair, colloid osmotic pressure –

oedema)

f. Suplai oksigen dan vaskularisasi

g. Nyeri (causes vasoconstriction)

h. Corticosteroids (depress immune function)

Page 7: Perwatan Luka
Page 8: Perwatan Luka

BAB III

TREND DAN ISU PERAWATAN LUKA

3.1 Kecendrungan Perawatan Luka Saat ini

Pada tatanan pelayanan keperawatan, khususnya dalam perawatan luka, banyak diteliti

metode – metode penyembuhan luka, baik penyembuhan secara medis, maupun secara

komplementer dengan menggunakan media yang ada di alam untuk mempercepat

penyembuhan luka. Semua hasil penelitian memiliki evidence based yang cukup kuat

dan bisa dibuktikan. Namun pada prinsipnya, secara keilmuan seorang perawat

professional harus mengetahui bagaimana proses penyembuhan luka secara alami,

kenapa terjadi luka, proses apa yang terjadi pada luka, berapa lama luka akan sembuh

dan kenapa luka tersebut bisa sembuh dengan meninggalkan jaringan parut atau

bahkan sembuh tanpa meninggalkan jaringan parut. Hal ini akan mempengaruhi

persepsi dan kemampuan perawat dalam melaksanakan perawatan luka, semakin

mengerti proses yang terjadi pada luka, kualitas seorang perawat akan semakin baik

dalam melakukan perawatan luka dan outcomenya juga akan baik, kepuasan pasien

meningkat.

Perawatan luka dewasa ini, cenderung menggunakan metode balutan kasa ”wet-to-

dry”, digunakan khusus untuk debridemen pada dasar luka, normal salin digunakan

untuk melembabkan kasa, kemudian dibalut dengan kasa kering. Ketika kasa lembab

menjadi kering, akan menekan permukaan jaringan, yang berarti segera harus diganti

dengan balutan kering berikutnya. Hal ini mengakibatkan tidak hanya pertumbuhan

jaringan sehat yang terganggu, tetapi juga menimbulkan rasa nyeri yang berlebihan,

Page 9: Perwatan Luka

metode wet to dry dianggap sebagai metode debridemen mekanik dan diindikasikan

bila ada sejumlah jaringan nekrotik pada luka.

Dari metode perawatan luka saat ini, banyak prinsip-prinsip yang terlupakan atau

tidak menjadi pertimbangan bagi perawat dalam merawat luka, seperti proses

fisiologis pertumbuhan jaringan luka, bagaimana mengoptimalkan perbaikan jaringan,

meningkatkan aliran darah ke permukaan luka, bagaimana cara balutan ideal, jenis

balutan yang dipakai tanpa merusak jaringan yang sehat, tidak menimbulkan

nyeri/trauma baru serta bagaimana agar dapat mempercepat proses penyembuhan luka

hingga dapat menekan biaya perawatan. Karena itulah perlu dilakukan metode

perawatan luka yang telah mempertimbangkan berbagai aspek tersebut demi mencapai

perawatan luka yang efektif, proses penyembuhan yang cepat, outcome yang

berkualitas dan biaya yang lebih murah.

3.2 “Negative Pressure Wound Therapy (NPWT’

a. Definisi

Negative Pressure Wound Therapy (NPWT) telah dikenal selama 15 tahun di berabgai

belahan dunia sebagai metode perawatan luka. NPWT adalah teknik perawatan luka

menggunakan dressing bertekanan negatif untuk membantu proses penyembuhan pada

luka akut dan kronik. Pada NPWT, luka ditutup dengan primary dressing berupa foam

atau gauze dan secondary dressing oklusif berupa film. Kemudian dihubungkan

dengan tube yang memberikan tekanan subatmosferik dari mesin NPWT.

Mekanisme kerja dari NPWT adalah sebagai berikut: Pertama saat terjadi tekanan

negatif, ukuran luka akan mengecil karena pengaruh tekanan negatif dari mesin.

Kedua, menciptakan lingkungan yang lembab karena bersifat oklusif dan

membersihkan eksudat.

Page 10: Perwatan Luka

Sebuah penelitian retrospektif dari USA, tahun 2012 Agustus yang diterbitkan di

Annals of Plastic Surgery berusaha mengevaluasi efikasi dari NPWT untuk

penyembuhan luka pasca incisi dinding abdomen dibandingkan dengan dressing

konvensional. Terdapat 23 pasien diterapi menggunakan NPWT dan 33 pasien diterapi

dengan dressing konvensional. Hasi yang didapatkan adalah sebagai berikut:

NPWT KONVENSIONAL NILAI P

Komplikasi luka 22 63.6% 0.02

Dehises 9 39% 0.014

Kesimpulan dari penelitian observasional ini adalah, NPWT dapat bermanfaat bagi

proses penyembuhan luka incisi dinding abdomen secara bermakna lebih efektif

dibandingkan dengan dressing konvensional. Penelitian ini bersifat observasional

sehingga sebaiknya 9 dikonfirmasi dengan menggunakan uji klinik tersamar ganda

dengan jumlah sampel yang mencukupi

b. Komponen NPWT

1. Vaccum Pump

Vaccum pump berfungsi untuk vakum drainase membantu untuk menghilangkan

darah atau cairan serosa (nanah) dari bagian luka dan memberikan menggunakan

tekanan negatif atau tekanan sub-atmosfer di tempat luka

2. Disposable Canisters

Disposable Canisters berfungsi menampung darah atau cairan serosa (nanah)

3. Drainage tubing

Page 11: Perwatan Luka

Drainage tubing berfungsi untuk mengalirkan tekanan negatif dari vaccum pump

ke daerah luka dan mengalirkan darah atau cairan serosa (nanah) ke Disposable

Canisters

4. Non-adherent wound contact layer or foam

Merupakan lapisan semipermeabel yang mampu ditembus darah atau cairan lain

pada luka .

5. Antimicrobial gause

Digunakan sebagai antibiotik

6. Round or flat wound drain

Menghubungkan drainage tubing dengan luka

7. Transparent occlusive dressing

Digunakan untuk menutup luka

8. Barrier skin prep wipes

Perekat transparant dressing

9. Steril Salin

Untuk irigasi sebelum memasang non-adherent wound contact layer

10. Surgical tape

c. Indikasi

1. Luka akut dan kronik ( Acute and cronic wounds )

2. Diabetik foot ulcers

Pasien DM denga kriteria : ulkus diabetik yang mengalami arterosklerosis, infeksi

dan terjadi penurunan aliran darah ke ekstremitas dan neuropati perifer.

Klasifikasi ulkus diabetik menurut Wagner :

Page 12: Perwatan Luka

- Grade 1 : Luka pada kaki dengan ukuran kecil yang mengalami penebalan kulit

disekitarnya

- Grade 2 : Luka mengenai dermis

- Grade 3 : Luka mengenai tendon

- Grade 4 : Gangren terlokalisir

- Grade 5 : Terlihat tulang dan mengalami nekrosis

3. Presure ulsers ( Dekubitus ulsers, bed sores)

Adalah luka yang disebabkan terjadinya penekanan yang terlalu lama pada daerah

tertentu, paling sering berjadi pada daerah bokong.

Faktor resiko terjadinya luka dekubitus adalah bedrest total, penurunan persepsi

sensori.

Luka dekubitus diklasifikasikan berdasarkan tingkat kerusakannya :

- Grade 1 : Terjadi kemerahan pada kulit

- Grade 2 : Kehilangan kulit superfisial ( dermis dan epidermis )

- Grade 3 : Kehilangan jaringan subkutan

- Grade 4 : Kehilangan jaringan sampai pada otot, tendon dan tulang

Luka dekubitus dapat menyebabkan infeksi lokal, sepsis, osteomyelitis dan

nyeri

4. Venous Leg Ulsers

Adalah luka yang terjadi akibat insufisiensi vaskular. Biasanya terjadi pada usia

diatas 60 tahun yang menderita hipertensi. Vena mengalami dilatasi kapiler,

peningkatan filtrsi kapiler sehingga menyebabkan edem dan terjadi kerusakan pada

jaringan sub kutan. Perawatan luka jenis ini dengan cara membersihkan dan

melindungi luka dengan cairan steril, debridemen menggunakan alat yang steril dan

menjaga hemodinamik luka.

Page 13: Perwatan Luka

5. Luka akibat pembedahan ( Surgical Wounds )

Luka akibat pembedahan yang terinfeksi bisa menyebabkan terjadinya luka yang

kronis misalnya luka laparatomy, luka operasi pada pembedahan rongga thorak

( Cardiac Surgey dengan sternotomy insisi )

Sebagai patokan yang dapat digunakan adalah :

- Jumlah purulen drainase yang keluar

- Kedalaman insisi

- Bila ditemukan tanda infeksi lakukan observasi, histopatologi dan radiologi

6. Luka bakar ( Burns )

Luka bakar yang luas dapat menyebabkan terjadinya kematian akibat infeksi yang

serius.Luka bakar derajat 2 dan 3 menyebabkan kehilangan jaringan dermis sehingga

terjadi infasi patogen dan supresi imun yang meluas.

7. Luka Trauma

Luka trauma sering disebabkan oleh kecelakaan lalulintas, jatuh dari ketinggian,

kecelakaan kerja di pabrik, dan luka tembak.

8. Skin Grafting

d. Kontraindikasi

1. Inadequat wound : luka dengan jaringan nekkrosis lebih banyak daripada jaringan

granulasi

2. Osteomyelitis atau sepsis

3. Terjadi Gangguan Coagulopathy

4. Jaringan Nekrotik Yang Meluas

5. Keganasan Pada Luka

6. Alergi Pada Beberapa Komponen Prosedur

Page 14: Perwatan Luka

e. Kelebihan

1. Dapat diterapkan dengan mudah dan cepat.

2. Selalu siap dalam keadaan apapun.

3. Menghapus cairan, seroma sehingga meminimalkan atau pembentukan hematoma.

4. Mengurangi kegagalan karena gerakan.

5. Ketidaknyamanan kepada pasien minimal.

6. Potensi Infeksi berkurang

f. Kekurangan

1. Komplikasi yang paling umum adalah erosi sekitar jaringan karena tekanan yang

disebabkan oleh tubing evakuasi.

2. Berlebihan dalam pertumbuhan jaringan granulasi ke busa , terjadi jika perubahan

dilakukan pada interval 48 jam.

3. Pengambilan busa, jika dibiarkan lama > 48 jam, dapat mengakibatkan pendarahan

kecil.

4. Dermatitis dapat terjadi sebagai akibat menghilangkan perekat pada setiap perubahan

perban.

5. Masalah ini dapat dicegah dengan menghilangkan pita perekat hanya sekitar busa.

g. Prinsip NPWT

1. Penarikan luka ( wound retraction )

2. Stimulasi jaringan granulasi

3. Pembersihan luka secara kontinyu setetah tindakan bedah

4. Pergerakan eksudat secara terus menerus

5. Menyerap odem

h. Cara Kerja NPWT

Page 15: Perwatan Luka

Pada dasarnya teknik ini sangat sederhana. Sepotong busa dengan struktur pori pori

terbuka dimasukkan ke dalam luka dan menguras luka dengan perforasi lateral

diletakkan di atasnya. Seluruh area kemudian ditutup dengan perekat membran

transparan, yang tegas dijamin ke kulit sehat di sekitar tepi luka. Drainage tubbing

dihubungkan ke sumber vakum, cairan diambil dari luka melalui busa ke dalam

reservoir untuk pembuangan.

Membran plastik mencegah masuknya udara dan cairan dari luar. Pastikan seluruh

permukaan luka terkena efek tekanan negatif.

Cara perawatan luka gangren dengan NPWT :

1. Langkah 1

Irigasi Luka dengan steril saline

2. Langkah 2

Keringkan area sekitar luka

3. Langkah 3

Oleskan barrier skin prep wipes pada permukaan sekitar luka

4. Langkag 4

Tutup luka dengan non-adherent wound contact layer

5. Langkah 5

Lapisi non-adherent wound contact layer dengan Antimicrobial gause

6. Langkah 6

Pasang Round or flat wound drain

7. Langkah 7

Basahi Antimicrobial gause dengan steril salin

Page 16: Perwatan Luka

8. Langkah 8

Tutupi Round or flat wound drain dengan antimicrobial gause yang sudah dibasahi

dengan steril salin

9. Langkah 9\

Tutup dengan Transparent occlusive dressing

9. Langkah 10

Fiksasi dengan tape

10.Langkah 11

Hubungkan round or flat wound drain dengan Vaccum pump

11.Langkah 12

Nyalakan Vaccum pump dan pastikan tekanan -75 mmHg

Page 17: Perwatan Luka

BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pada tatanan pelayanan keperawatan, khususnya dalam perawatan luka, banyak diteliti

metode – metode penyembuhan luka, baik penyembuhan secara medis, maupun secara

komplementer dengan menggunakan media yang ada di alam untuk mempercepat

penyembuhan luka. Semua hasil penelitian memiliki evidence based yang cukup kuat

dan bisa dibuktikan. Namun pada prinsipnya, secara keilmuan seorang perawat

professional harus mengetahui bagaimana proses penyembuhan luka secara alami,

kenapa terjadi luka, proses apa yang terjadi pada luka, berapa lama luka akan sembuh

dan kenapa luka tersebut bisa sembuh dengan meninggalkan jaringan parut atau

bahkan sembuh tanpa meninggalkan jaringan parut. Hal ini akan mempengaruhi

persepsi dan kemampuan perawat dalam melaksanakan perawatan luka, semakin

mengerti proses yang terjadi pada luka, kualitas seorang perawat akan semakin baik

dalam melakukan perawatan luka dan outcomenya juga akan baik, kepuasan pasien

meningkat

4.2 Saran

Demikian maskalah perawatan luka modern atau terkini semoga dapat menjadi

wacana dan wawasan bagi kita, sebagai suatu trend perawatan luka dengan prinsip

luka cepat sembuh, kualitas penyembuhan baik serta dapat mengurangi biaya

perawatan luka, dan ini sangat penting bagi perawat untuk dapat mengembangkan dan

mengaplikasikannya di lingkungan perawatan khususnya perawatan luka yang jelas

sangat memberikan kepuasan bagi kesembuhan luka pasien.