luka bakar.docx

29
DEFINISI Luka bakar adalah kerusakan kulit tubuh yang disebabkan oleh api,atau oleh penyebab lain seperti oleh air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi. Kerusakan dapat menyertakan jaringan di bawah kulit (Sudjatmiko, 2011). Luka bakar dapat terjadi di semua golongan umur, baik tua maupun orang muda. Biasanya lebih sering terjadi pada ekstremitas atas dari pada anggota tubuh lainnya (Dzhokic et al, 2008). ETIOLOGI Penyebab luka bakar selain terbakar langsung atau tidak langsung, juga pajanan suhu tinggi dari radiasi sinar matahari, sengatan listrik, maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api, misalnya tersiram air panas dan minyak, banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga (Sjamsuhidajat dan De Jong, 2005). Di sisi lain bahan-bahan kimia, kilatan dari ledakan materi eksplosif, gesekan dari benda ke kulit, radiotheraphy, laser, radiasi panas dari pemanas ruangan atau perapian, atau tersambar petir juga merupakan hal-hal yang mengakibatkan terjadinya luka bakar (Sudjatmiko, 2011). Luka bakar elektrik dapat dibagi menjadi luka bakar elektrik tegangan tinggi dan tegangan rendah. Tegangan tinggi bisa disebabkan

Transcript of luka bakar.docx

Page 1: luka bakar.docx

DEFINISI

Luka bakar adalah kerusakan kulit tubuh yang disebabkan oleh api,atau

oleh penyebab lain seperti oleh air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi.

Kerusakan dapat menyertakan jaringan di bawah kulit (Sudjatmiko, 2011).

Luka bakar dapat terjadi di semua golongan umur, baik tua maupun orang

muda. Biasanya lebih sering terjadi pada ekstremitas atas dari pada anggota tubuh

lainnya (Dzhokic et al, 2008).

ETIOLOGI

Penyebab luka bakar selain terbakar langsung atau tidak langsung, juga

pajanan suhu tinggi dari radiasi sinar matahari, sengatan listrik, maupun bahan

kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api, misalnya

tersiram air panas dan minyak, banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga

(Sjamsuhidajat dan De Jong, 2005). Di sisi lain bahan-bahan kimia, kilatan dari

ledakan materi eksplosif, gesekan dari benda ke kulit, radiotheraphy, laser, radiasi

panas dari pemanas ruangan atau perapian, atau tersambar petir juga merupakan

hal-hal yang mengakibatkan terjadinya luka bakar (Sudjatmiko, 2011). Luka

bakar elektrik dapat dibagi menjadi luka bakar elektrik tegangan tinggi dan

tegangan rendah. Tegangan tinggi bisa disebabkan sengatan listrik dengan

tegangan lebih dari 1000 Volts (N Blackwell and J Hayllar, 2002; S. Homa et al,

1990; Akbar, A. M. et al, 2008).

KLASIFIKASI KEDALAMAN LUKA BAKAR

Kedalaman luka bakar dinilai dari seberapa jauh kerusakan terjadi pada

jaringan kulit yang bergantung pada tingginya suhu dan lamanya pajanan suhu

tinggi (Sjamsuhidajat dan De Jong, 2005; Sudjatmiko, 2011). Selain api yang

langsung menjilat tubuh, baju yang ikut terbakar juga memperdalam luka bakar.

Bahan baju yang paling aman adalah yang terbuat dari bulu domba (wol). Bahan

sintetis, seperti nilon dan dakron, selain mudah terbakar juga mudah lumer oleh

suhu tinggi, lalu menjadi lengket sehingga memperberat kedalaman luka bakar

(Sjamsuhidajat dan De Jong, 2005).

Page 2: luka bakar.docx

Setiap derajat luka bakar memiliki keunikan tersendiri, sesuai dengan

rusaknya jaringan yang terjadi. Berikut adalah klasifikasi kedalaman luka bakar:

Derajat—1

Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis. Ditandai dengan kemerahan dan

setelah 24 jam timbul gelembung yang kemudian kulit mengelupas. Kulit sembuh

tanpa cacat.

Derajat—2

Terjadinya kerusakan sebagian dermis. Ditandai dengan timbulnya bullae. Dalam

fase penyembuhan akan tampak daerah bintik-bintik biru dari sel sebasea dan akar

rambut.

Derajat 2 dibagi menjadi:

a. Superfisial: akan sembuh dalam 2 minggu.

b. Dalam: penyembuhan melalui jaringan granulasi tipis dan sempit akan

ditutup oleh epitel yang berasal dari dasar luka selain dari tepi luka.

Derajat—3

Kerusakan seluruh lapisan dermis atau lebih dalama.Tampak epitel terkelupas dari

daerah putih karena koagulasi protein dermis.Dermis yang terbakar kemudian

mengering dan menciut, disebut eskar.Bila eskar melingkar aka menekan arteri,

vena dan saraf perifer, yang tertekan pertama biasanya saraf dengan gejala rasa

kesemutan. Sayatan longitudinal lapisan epidermis dan tanpa memotong vena

akan membebaskan penekanan dan tanpa perdarahan yang berarti.

Setelah minggu kedua eskar mulai lepas karena lesi di perbatasan dengan jaringan

sehat kemudian tampak jaringan granulasi dan memerlukan penutupan dengan

“skin graft”. Bila granulasi dibiarkan, akan menebal dan berakhir dengan jaringan

parut yang tebal menyempit. Kelainan ini disebut dengan kontraktur (Reksoprodjo

dkk. 2004).

PATOFISIOLOGI

Luka bakar menghancurkan fungsi-fungsi kulit antara lain sebagai

regulator temperatur, permukaan sensoris, respon imun, pelindung dari invasi

Page 3: luka bakar.docx

bakteri, pengontrol hilangnya cairan, fungsi metabolik, hemodinamik, dan

psikososial (Jureta et al, 2007;Sudjatmiko, 2011). Luka bakar bersifat tiga

dimensi, menyebabkan terbukanya jaringan dibawah kulit ke permukaan sehingga

menyebabkan: kehilangan cairan, protein dan suhu tubuh, edema, syok

hipovolemia, imunosupresi yang menyebabkan infeksi, rusaknya protein dari

dinding saluran pencernaan yang menyebabkan translokasi bakteri dan

menyebabkan sepsis (Setiamihardja, 1995).Selain itu, luka bakar elektrik dapat

menyebabkan kerusakan pada sistem saraf, berupa paralisis (J Thaventhiran et al,

2001; John et al, 2010).

Menurut Jackson, 1953 daerah luka bakar terbagi menjadi 3 zona yaitu

(Sudjatmiko, 2011; Sples C. and Richard G. Trohman, 2006):

1. Zona sentral (zona koagulasi)

Merupakan zona kerusakan terparah yang disebabkan oleh cedera utama,

pada zona koagulasi kerusakan bersifat irreversible.

2. Zona tengah (zona stasis)

Kerusakan lebih lanjut dapat dicegah dengan pertolongan pertama pada

zona stasis.Pada zona ini terjadi kerusakan vaskularisasi dan zona terjadinya

inflamasi.

3. Zona luar (zona hiperemia)

Pada zona hiperemia, respon kulit berupa vasodilatasi dan peningkatan

aliran darah, tidak ada kerusakan jangka panjang yang terjadi, biasanya

sembuh setelah 7-10 hari.Batas antar zona tidak tetap tergantung dari faktor

local dan sistemik, penurunan aliran darah, edema yang berlebihan cenderung

memperluas zona koagulasi dan menyebabkan jaringan tersebut

nekrosis.Dalam beberapa kondisi, batas zona sentral biasanya menetap

sedangkan zona statis dapat berubah menjadi zona koagulasi.

Page 4: luka bakar.docx

Ketika luka bakar mencapai 30% TBSA berbagai sitokin dan mediator

inflamasi dilepaskan ke seluruh tubuh, menyebabkan berbagai perubahan di

sistem kardiovaskuler, respiratorik, metabolic dan imunologik (Sudjatmiko,

2011).

Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan

kesakitan.Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitasnya

meningkat.Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi

anemia.Meningkatnya permeabilitas dapat menyebabkan oedem dan

menimbulkan bula yang menimbulkan elektrolit.Hal ini menyebabkan

berkurangnya volume cairan intravaskuler.Kerusakan kulit akibat luka bakar

menyebabkan kehilangan cairan akibat penguapan yang berlebihan. Masuknya

cairan k bula yang terbentuk pada luka bakar derajat dua dan pengeluaran dari

keropeng luka bakar derajat tiga (Sjamsuhidajat,dkk. 2005).

Bila luas luka bakar kurang dari 20%, mekanisme kompensasi tubuh

masih dapat mengatasinya. Tetapi apabila lebih dari 20% maka akanterjadi syok

hipovolemik. Pembengkakan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi setelah 8 jam

(Sjamsuhidajat,dkk. 2005).

Pada kebakaran pada wajah atau di ruang tertutup, dapat tejadi kerusakan

mukosa jalan nafas karena gas, asap atau uap panas yang terhirup. Oedem laring

yang ditimbulkannya dapat menyebabkanhambatan jalan nafas dengan gejala

sesak nafas, takipnaea, stridor, suara serak dan dahak berwarna gelap akibat

Page 5: luka bakar.docx

jelaga. Keracunan gas CO atau gas beracun lainnya dapat terjadi. Gas CO

mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin tak mampu mengikat

oksigen lagi.Tanda keracunan ringan seperti lemas, bingung, pusing, mual,

muntah.Pada keracunan berat bisa terjadi koma bahkan meninggal. Setelah 12-24

jam, permeabilitas kapiler membaik dan terjadi mobilisasi serta penyerapan

kembali cairan edema ke pembuluh darah yang ditandai dengan diuresis (Lee et

al. 2003; Peter et al, 1987;Sjamsuhidajat,dkk. 2005).

Luka bakar sering tidak steril, kontaminasi pada kulit mati yang

merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah

infeksi. Infeksi pada luka bakar sulit teratasi karena daerah yang tidak tercapai

oleh pembuluh darah kapiler yang membawa sistem pertahanan tubuh dan

antibiotik mengalami thrombosis. Kuman penyebab infeksi pada luka bakar

berasal dari kulit penderita sendiri , kontaminasi saluran nafas dan kontaminasi

rumah sakit. Pada awalnya infaeksi disebabkan oleh kuman golongan kokus gram

positif yang berasal dari kulit sendiri atau dari saluran nafas, tetapi kemudian

dapat terjadi infeksi kuman gram negatif.Pseudomonas aeruginosa menghasilkan

eksotosin protease yang sangat agresif pada invasinya pada luka bakar,

menghasilkan keropeng dengan eksudasi membentuk nanah. Infeksi Pseudomonas

dapat dilihat dari warna hijau pada kasa penutup luka bakar (Sjamsuhidajat,dkk.

2005).

Pada luka bakar berat dapat terjadi ileus paralitik.Pada fase akut, peristaltik

usus menurun atau berhenti karena syok, sedangkan pada fase mobilisasi,

peristaltik dapat menurun karena kekurangan ion kalium. Stress dan beban faali

pada luka bakar berat dapat menyebakan tukak mukosa lambung atau duodenum

yang sering disebut dengan tukak curling. Fase permulaan luka bakar adalah fase

katabolisme sehingga keseimbangan protein menjadi negatife.Protein tubuh

banyak hilang karena eksudasi, metabolism tinggi dan infeksi. Penguapan

berlebihan dari kulit yang rusak juga memerlukan kalori tambahan

(Sjamsuhidajat,dkk. 2005).

Page 6: luka bakar.docx

LUAS LUKA BAKAR

Kesalahan dalam perhitungan luas luka bakar masih sering terjadi,

meskipun sudah dilakukan oleh klinisi yang berpengalaman. Perlu diketahui untuk

menghindari overestimasi, area eritem tidak perlu dimasukkan dalam perhitungan,

dengan cara menunggu sampai eritem tersebut hilang (Sudjatmiko, 2007).

Luas luka bakar dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh.

Pada orang dewasa digunakan rumus “Rule of 9”, yaitu luas kepala dan leher,

dada, punggung, perut, pinggang dan bokong, ektremitas atas kanan, ekstremitas

atas kiri, paha kanan, paha kiri, tungkai dan kaki kanan, serta tungkai dan kaki kiri

masing-masing 9%, sisanya 1% adalah daerah genitalia. Rumus ini membantu

untuk menaksir luasnya permukaan tubuh yang terbakar pada orang dewasa.

Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan

kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Karena

perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda.

Selain dalam dan luasnya permukaan, prognosis dan penanganan

ditentukan oleh letak daerah yang terbakar, usia, dan keadaan kesehatan penderita.

Daerah perineum, ketiak, leher, dan tangan sulit perawatannya, antara lain karena

mudah mengalami kontraktur.

Karena bayi dan orang usia lanjut daya kompensasinya lebih rendah maka

bila terbakar, digolongkan dalam golongan berat (Sjamsuhidajat,dkk. 2005).

Page 7: luka bakar.docx

INDIKASI MASUK RUMAH SAKIT

Pasien dengan luka bakar idealnya segera dirujuk ke rumah sakit yang

mempunyai Unit Luka Bakar, sesuai dengan salah satu kriteria di bawah ini :

1. Luka bakar partial-thickness dengan luas lebih dari 10% TBSA

2. Luka bakar yang meliputi muka, tangan, kaki, alat kelamin, perineum, atau

sendi-sendi mayor

3. Luka bakar derajat 3 di kelompok umur apapun

4. Terbakar listrik, termasuk sambaran petir

5. Luka bakar karena zat kimia

6. Trauma inhalasi

7. Pasien luka bakar dengan kondisi penyakit yang sudah diderita yang dapat

memberikan komplikasi perawatan, memperpanjang penyembuhan, atau

mempengaruhi tingkat kematian

8. Pasien dengan luka bakar dan trauma bermakna (seperti patah tulang) dimana

luka bakar lebih mengancam nyawa. Jika keadaan trauma lebih berat, maka

pasien dapat distabilkan dulu di trauma center baru dirujuk ke unit luka bakar

9. Anak dengan luka bakar yang dirawat di rumah sakit tanpa keberadaan

spesialis anak maupun, peralatan untuk anak

10. Luka bakar pada pasien yang membutuhkan konsiderasi spesial pada aspek

emosional, sosial, atau rehabilitasi jangka panjang (C.K. Johansenet al,

2008;Sudjatmiko, 2007).

RESUSUTASI CAIRAN

Tujuan dari resusitasi cairan adalah untuk memperbaiki sirkulasi dan

mempertahankannya. Resusitasi cairan diperlukan jika luka bakar termasuk dalam

derajat 2 atau 3 dengan yang melebihi 25% dari luas permukaan tubuh (Sidik,

2004). Beberapa unit luka bakar di Amerika mencatat fenomena kelebihan

resusitasi, ketika resusitasi cairan melebihi 4 ml/kg/% luka bakar.Fenomena ini

disebut sebagai Fluid Creep.Kelebihan resusitasi ini dapat menyebabkan formasi

edema, meningkatnya tekanan kompartmen, acute respiratory distress syndrome

Page 8: luka bakar.docx

(ARDS), dan gagal organ multiple. Ada beberapa cara resusitasi yang bisa

digunakan, antara lain:

Formulasi cairan menurut Baxter

Hari 1 : Berat Badan (kg) x 4 cc (RL), 50% total perhitungan cairan

diberikan 8 jam pertama dan sisanya 16 jam setelahnya

Hari 2 : 500-2000 cc (koloid) + glukosa 5%, untuk mempertahankan

cairan

Formulasi cairan menurut EVANS

Hari 1 :

- Berat badan (kg) x % luka bakar x 1 cc (elektrolit/NaCl) per 24 jam

- Berat badan (kg) x % luka bakar x 1 cc Koloid per 24 jam

- 2000 cc glukosa 10%

Hari 2 : cairan diberikan setengah dari jumlah cairan pada hari pertama

Hari 3 : cairan diberikan setengah dari jumlah cairan pada hari kedua

Hal yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Jenis cairan

2. Permaebilitas akan membaik setelah 8 jam pasca trauma

3. Koloid diberikan setelah permaebilitas pembuluh darah membaik dan

diberikan dalam bentuk plasma

4. Penderita dengan curiga gangguan sirkulasi yang datang terlambat atau

dalam keadaan syok harus ditangani sebagai syok hipovolemik

Monitoring sirkulasi bisa dilihat dari :

1. Tekanan darah, nadi, pengisian vena, pengisian kapiler,

2. Dieresis

3. CVP

4. Hb dan Ht setiap jam

Urine Output adalah parameter utama dalam menilai keberhasilan resusitasi.

Target utama Urine Output sebanyak 0,5-1,0 ml/kgBB/jam pada dewasa dan 1,0-

1,5 ml/kgBB/jam pada anak (D. J. Dewaret al, 2004; Sudjatmiko, 2011).

Page 9: luka bakar.docx

TATALAKSANA LUKA BAKAR

Pertolongan pertama pada luka bakar bertujuan untuk menghentikan

proses bakar,mendinginkan luka bakar, dan menutupi luka bakar. Hal tersebut

dapat dilakukan dengan:

1. Hentikan proses bakar dengan cara menjauhkan atau mematikansumber

panas, contohnya: STOP, DROP, ROLL, and COVER pada kejadian terbakar

api, memutuskan sambungan listrik pada luka bakar listrik, atau dengan cara

menyiramkan air pada luka bakar untuk mendinginkan luka bakar.

2. Dinginkan luka bakar dapat dilakukan dengan irigasi menggunakan air dingin

(150 C)selama 20 menit bermanfaat untuk mendinginkan luka bakar,

mengurangi nyeri, dan mengurangi edema. Hasil penelitian dari irigasi air

dingin selama 20 menit ini pun bermakna pada improvisasi di re-epitelisasi

jaringan setelah 2 minggu luka bakar dan kurangnya jaringan scar dalam 6

minggu post luka bakar. Metode lain seperti kompres handuk basah dan es

tidak disarankan.

3. Analgetik, mendinginkan dan menutup luka bakar akan mengurangi nyeri,

bermacam obat golongan opioids, paracetamol, dan anti inflamasi seperti

ibuprofen dapat digunakan untuk mengurangi nyeri

4. Menutup luka bakar, dengan balutan yang juga digunakan untuk mencegah

hipotermia (D. J. Dewar et al, 2004;Sudjatmiko G, 2011).

Manajemen pada luka bakar berat (Arnoldo B. et al, 2006):

1. Primary survey

a. Airway

Cek airway dan materi-materi asing

Jaw trush, chin lift, head tilt, dan stabilisasi leher untuk mencegah

cidera tulang cervikal

Pertimbangkan intubasi, jika tidak masukan gudel

b. Breathing and ventilation

Periksa ekspansi dada apakah bilateral dan simetris

Hati-hati dengan luka bakar derajat 2 dan 3 pada dada dan

pertimbangkan escharatomy

Page 10: luka bakar.docx

Beri oksigen 100%

Ventilasi melalui bag mask dan intubasi jika diperlukan

Perhatikan tand-tanda keracunan karbonmonoksida

Monitor laju respirasi normal, hati-hati jika respirasi < 10 atau >

20 per menit

c. Circulation and hemorrage control

Cek nadi, rhytm, dan kekuatan (lemah/kuat)

Cek capillary refill time pada luka bakar dan daerah normal

(normal < 2 detik)

Perhatikan tanda-tanda perdarahan, hentikan perdarahan dengan

penekanan

d. Disability and neurological status

Tentukan tingkat kesadaran dengan sistem GCS

Cek pupil dan tanda penurunan kesadaran karena syok, hipoxemia,

dan alkohol

Obat-oabatan dan anagetik dapat mempengaruhi kesadarn

e. Exposure with enviromental control

Lepaskan semua pakaian dan perhiasan

Jaga tubuh pasien pada suhu optimal

Ganti balutan dan cek bagian tubuh lainnya untuk luka bakar

f. Fluid rescucitation

Pasien dengan luka bakar > 20% TBSA harus segera mendapat

resusitasi cairan

Tentukan luas luka bakar dengan Wllace Rules of Nine atau Lund

and Browden Chart (TBSA%)

Memberikan akses resusitasi yang baik dengan kateter IV

berukuran besar dan 2 jalur

g. Analgetik

Paracetamol dapat dipakai untuk mengurangi nyeri sejak awal tetapi

morphin IV juga bisa dipakai sesuai kebituhan

h. Nutrisi

Page 11: luka bakar.docx

Pasang NGT pada luka bakar > 20% TBSA (berat)

Cara pemberian nutrisi bisa enteral atau paraenteral

Persamaan Harris-benedict untuk kebutuhan kalori:

kebutuhan kalori 24 jam = (25 kkal x kg BB) + (40 kkal x

%TBSA)

Protein: 2,5-3 g/ kg per hari (dewasa), 3-4 g/kg per hari (anak)

Pada pasien dengan luka bakar luas dapat dilakukan pemantauan

kadar prealbumin (Sudjatmiko G, 2011).

2. Secondary survey

a. Anamnesis riwayat penyakit

Dengan menggunakan AMPLE (Alergic, Medications, Past ilness,

Last meal,Even/Environments related to injury)

b. Mekanisme luka bakar

Waktu dan tempat, kapan pertama kali terbakar

Penyebab luka bakar dan lamanya kontak dengan penyebab

Pakaian yang sedang dipakai

Kegiatan saat kejadian

Pertolongan apa saja yang sudah diberikan

c. Pemeriksaan fisik seluruh tubuh

Catat hasil pemeriksaan fisik

d. Perawatan psikososial

Hubungi keluarga dan saudara

Asses status psikologi dan psikiatri pasien

e. Re-evaluasi

Berikan tetanus profilasis jika diperlukan

Lakukan pemeriksaan laboratorium (darah lengkap, urine, elektrolit, EKG, AGD)

(Sudjatmiko G, 2011).

Luka Bakar listrik

Page 12: luka bakar.docx

Luka bakar bisa karena voltase rendah atau voltase tinggi. Kerusakan jaringan

tubuh disebabkan karena beberapa hal berikut :

1. Aliran listrik (arus bolak-balik, alternating current / AC) merupakan energi

dalam jumlah besar. Berasal dari sumber listrik, melalui bagian tubuh yang

memiliki resistensi paling rendah (cairan, darah / pembuluh darah). Aliran

listrik dalam tubuh menyebabkan kerusakan akibat yang ditimbulkan oleh

resistensi. Kerusakan dapat bersifat ekstensif local maupun sistemik

(otak/ensellopati, jantung/fibrilisasi ventrikel, otot/ rabdomiosis, gagal

ginjal, dan sebagai berikut).

2. Loncatan energi yang ditimbulkan oleh udara yang berubah menjadi api.

3. Kerusakan jaringan bersifat lambat tapi pasti dan tidak dapat diperkirakan

luasnya. Hal ini di sebabkan akibat kerusakan system pembuluh darah

disepanjang bagian tubuh yang dialiri listrik (trombosis, akulasi kapiler)

PENANGANAN/SPECIAL MANAGEMENT

A. PRIMARY SURVEY

a. Airway – cervical spine.

b. Breathing

c. Circulation

d. Disability-Pemeriksaan kesadaran GCS dan periksa pupil

e. Exposure-cegah penderita dari hipotermi.

B. SECOUNDARY SURVEY

1. Pemeriksaan dari kepala sampai kaki.

2. Pakaian dan perhiasan dibuka

a. Periksa titik kontak

b. Estimasi luas luka bakar / derajat luka bakarnya.

c. Pemeriksaan neurologist

d. Pemeriksaan traumalain, patah tulang/dilokasi.

e. Kalau perlu dipasang endotrakeal intubasi.

C. RESUSITASI

Page 13: luka bakar.docx

1. Bila didapatkan luka bakar, dapat diberikan cairan 2-4 cc/kg/ luas luka

bakar.

2. Kalau didapatkan haemocromogen (myoglobin), urine output

dipertahankan antara 75-100 cc/jam sampai tampak menjadi jernih.

3. Sodium bicarbonate dapat ditambahkan pada ringer laktat sampai pH > 6,0

4. Monitor jarang dipergunakan.

D. CARDIAC MONITORING

1. Monitoring ECG kontinu untuk disritmia.

2. ventricular fibrilasi, asystole dan aritmia diterapi sesuai Advanced Cardiac

Live Support.

MONITORING POST RESUSITASI (72 jam pascatrauma)

Hal hal yang perlu diobservasi setiap harinya secara sistematik dan teliti meliputi

observasi klinis dan data pemeriksaan laboratorium yaitu :

1. Cairan – elektrolit

2. Keadaan luka bakarnya

3. Kondisi potensial infeksi

4. Status nutrisi / gizi

Luka bakar dengan trauma inhalasi

a. Pada kebakaran dalam ruangan tertutup (in door)

b. Luka bakar mengenai daerah muka / wajah

c. Dapat merusak mukosa jalan napas

d. Edema laring

e. Hambatan jalan napas

Gejala

Sesak napas

Takipnea

Stridor

Suara serak

Dahak berwarna gelap (jelaga)

Page 14: luka bakar.docx

Mekanisme kerusakan saluran napas.

1. Trauma panas langsung

Terhirupnya sesuatu yang panas, produk dari bahan yang terbakar, seperti

jelaga dan bahan khusus menyebabkan kerusakan mukosa langsung pada

percabangan trakeobronkial.

2. Keracunan asap yang toksik

Akibat termodegradasi material alamiah dan material yang diproduksi

terbentuk gas toksik (beracun), misalnya hydrogen sianida, nitrogen

dioksida, nitrogen klorida, akreolin, iritasi dan bronkokonstriksi saluran

napas. Obstruksi jalan napas akan menjadi lebih hebat akibat

trakealbronkitis dan edema.

3. Intoksikasi karbon monoksida (CO)

Intoksikasi CO hipoksia jaringan. Gas CO memiliki afinitas cukup kuat

terhadap pengikatan hemoglobin (210-240 kali lebih kuat di banding

dengan O2) CO memisahkan O2 dari Hb hipoksia jarinagn. Peningkatan

kadar karboksihemoglobin (COHb) dapat dipakai untuk evaluasi berat /

ringannya intoksikasi CO.

KLINIS

Kecurigaan adanya trauma inhalasi bila pada penderita luka bakar terdapat 3 atau

lebih dari keadaan berikut :

1. Riwayat terjebak dalam rumah/ ruangan terbakar

2. Sputum tercampur arang

3. Luka bakar perioral, hidung, bibir, mulut atau tenggorokan.

4. penurunan kesadaran.

5. Tanda distress napas, rasa tercekik, tersedak, malas bernapas dan adanya

wheezing atau rasa tidak nyaman pada mata atau tenggorokan (iritasi

mukosa)

6. Gejala distress napas. Takipea

7. Sesak atau tidak ada suara

Page 15: luka bakar.docx

8. Pada fase awal : kerusakan saluran napas akibat efek toksik yang langsung

terhirup

9. Pada fase lanjut : edema paru dengan terjadinya hpoksemia progresif

terjadi ARDS

Korelasi tingkat keracunan CO / presentase COHb dengan kelainan neurologist

Pemeriksaan tambahan :

1. Kadar karboksihemoglobin (COHb)

Pada trauma inhalasi, kadar COHb 35-45 % (berat), bahkan setelah 3 jam

dari kejadian, kadar COHb pada batas 20-25 %. Bila kadar COHb lebih

dari 15 % setelah 3 jam kejadian bukti kuat terjadi taruama inhalasi.

2. Gas Darah

PaO2 yang rendah (kurang dari 10 kPa pada konsentrasi oksigen 50%,

FiO2 = 0,5) mencurigakan adanya trauma inhalasi. PaO2 biasanya normal

pada fase awal, tetapi dapat meningkat pada fase lanjut.

3. Foto Toraks biasanya normal pada fase awal

4. Bronkoskopi Fiberoptic

Bila terdapat sputum beraran, edema mukosa, adanya bintik – bintik

pendarahan dan ulserasi dengan diagnosa trauma inhalasi.

5. Tes Fungsi paru

Diagnosa Trauma Inhalasi :

1. Kecurigaan klinis

2. Riwayat kejadian

3. Pemeriksaan gad darh dan kadr COHb

4. Dikonfirmasi dengan bronkoskopi fiberoptic

5. pemeriksaan fungsi paru.

PENATALAKSANAAN

Page 16: luka bakar.docx

Tanpa Distres Pernapasan :

1. Intubasi / pipa endotrakeal.

2. Pemberian oksigen 2-4 liter / menit

3. Penghisapan secret secara berkala.

4. Humidifikasi dengan nebulizer.

5. Pemberian bronkodilator (Ventolin ® inhalasi)

6. Pemantauan gejala dan tanda distress pernapasan

A. Gejala Subyektif : gelisah, sesak napas.

B. Gejala Obyektif : Frekuensi napas meningkat ( > 30 kali / menit), sianotik,

stridor, aktivitas otot pernapasan tambahan, perubahannilai hasil pemeriksaan

analisis gas darah (8jam pertama . 24 jam sampai 4-5 hari.

C. Pemeriksaan :

1. Analisa gas darah

a. pada saat pertama kali (resusitasi)

b. 8 jam pertama

c. Setelah 24 jam kejadian

d. Selanjutnya sesuai kebutuhan

2. foto toraks 24 jam pasca kejadian.

3. Pemeriksaan radiologik (foto toraks) dikerjakan bila ada masalah pada jalan

napas.

4. Posisi penderita duduk/etengah duduk, dirawat di bed observasi

5. Pelaksanaan di ruang resusitasi gawat darurat

Dengan Distres Pernapasan

Untuk mengatasi masalah distress pernapasan yang dijumpai :

1. Dilakukan trakeostomi dengan local anestesi, dengan atau tanpa kanul

trakeostomi.

2. Pemberian oksigen 2 - 4 liter /menit melalui trakeostomi.

3. Pembersihan secret saluran pernapasan secara berkala serta bronchial washing.

4. Humidifikasi dengan nebulizer.

5. Pemberian bronkodilator (Ventolin ® inhalasi setiap 6 jam.

6. Pemantauan gejala dan tanda distress pernapasan.

Page 17: luka bakar.docx

A. Gejala subyektif : gelisah, sesak napas (dispnea)

B. Gejala obyektif : frekuensi napas meningkat (30-40 kali / menit), sianotik,

stridor, aktivitas otot pernapasan tambahan, perubahan hasil pemeriksaan

analisis gas darah 98 jam pertama). Gambaran hasil infitrat paru dijumpai > 24

jam samapi 4-5 hari.

7. Pemeriksaan radiologik (foto toraks) dikerjakan bila masalah pernapasan telah

diatasi.

8. kasus ini dirawat pada bed observasi dengan posisi duduk atau setengah duduk.

9. Pelaksanaan di ruang resusitasi instalasi gawat darurat.

Luka Bakar Kimia.

Di Amerika Serikat terdapat 500.000 jenis kimia yang beredar. Sekitar 30.000

jenis yang berbahaya dan telah dilaporkan 2-6 % kejadian luka bakar karena

bahan kimia

Klafisikasi Bahan kimia :

1. Alkalis/Basa

Hidroksida, soda kaustik, kalium amoniak, litium, barium, kalsium atau bahan

–bahan pembersih dapat menyebabkan liquefaction necrosis dan denaturasi

protein.

2. Acids/Asam

Asam hidroklorat, asam aksalat, asam sulfat, pembersih kamar mandi atau

kolamrenang dapat menyebabkan kerusakan coagulation necrosis.

3. Organic Compounds

Fenol, creosote, petroleum, sebagai desinfektan kimia yang dapatmenyebabkan

kerusakana kutaneus, efek toksis terhadap ginjal dan liver.

Berat / ringannya trauma tergantung :

1. bahan

2. Konsentrasi

3. Volume

Page 18: luka bakar.docx

4. Lama kontak

5. Mekanisme trauma

Penatalaksanaan :

1. Bebaskan pakaian yang terkena

2. Irigasi dengan air yang kontinu

3. Hilangkan ras nyeri

4. Perhatikan airway, breathing dan circulation

5. Indenifikasi bahan penyebab.

6. Perhatikan bila mengenai mata.

7. Penanganan selajutnya sama seperti penanganan luka bakar.

DAFTAR PUSTAKA

Page 19: luka bakar.docx

1. M Sjaifudin Noer, Penanganan Luka Bakar, Airlangga University Press, 20062. David S. Perdanakusuma, Penanganan Luka bakar, Airlangga University

Press, 20063. Pedoman Diagnosis dan Terapi, Lab/ Ilmu Bedah, Rumah Sakit Dr. Sutomo

Surabaya. 20064. Akbar, A. Mohammadi., Masoud Amini, Davood Mehrabani, Zohreh

Kiani, and Azam Seddigh. 2008. A Survey on 30 Mounth Electrical Burns in Shiraz University of Medical Sciences Burn Hospital. Burns. 34: 111-113.

5. Arnoldo, B., Matthew Klein, Nicole S. Gibran. 2006. Practice Guidelines for the Management of Electrical Injuries. Journal of Burn Care & Research. Vol. 27, Number 4.

6. B H Nguyen, M MacKay, B Bailey, T P Klassen. 2004. Epidemiology of electrical and lightning related deaths andinjuries among Canadian children and youth. Injury Prevention. 10 : 122-124.

7. C.K. Johansen, K.M. Welker, E.P. Lindell, and G.W. Petty. 2008. Cerebral corticospinal tract injury resulting fromhigh-voltage electrical shock. AJNR. 29 : 1142-3.

8. D. J. Dewar, J. F. Fraser, K. L. Choo, and R. M. Kimble. 2004. Thermal injuries in three children caused by an electrical warming mattress. Br J Anaesth. 93 : 586–9.

9. Dzhokic, G; Jovchevska, J.; dan Dik, A. 2008. Electrical Injuries: Etiology, Pathophysiology and Mechanism of Injury. Macedonian Journal of Medical Sciences. (2):54-58.

10. John H. Wills, FANZCA, Jan Ehrenwerth, MD, and Dan Rogers, MD. 2010.Electrical injury to a nurse due to conductive fluid inan operating room designated as a dry location. Anesth Analg. 110 : 1647–9.

11. Jureta W. Horton, Jing Tan, D. Jean White, and David L. Maass. 2007. Burn injury decreases myocardial Na-K-ATPase activity: role of PKC inhibition. Am J Physiol Regul Integr Comp Physiol 293: 1684-92.

12. J Thaventhiran,M J O’Leary, J H Coakley, M Rose, K Nagendran, R Greenwood. 2001. Pathogenesis and recovery of tetraplegia after electrical injury. J Neurol Neurosurg Psychiatry.71 : 535–537.

13. Lee M. Buono, MD, Nicholas L. DePace, MD, and David M. Elbaum, DO. 2003. Dilated cardiomyopathy after electrical injury:report of two cases. JAOA. 103 : 247-249.

14. N Blackwell and J Hayllar. 2002. A three year prospective audit of 212 presentations to the emergency department after electrical injury with a management protocol. Postgrad Med J. 78 : 283-285.

15. Peter J. J,Poul Erik Bloch T, Jens Peter B, Aage Norgaard,and Ulrik Baandrupt. 1987. Electrical injury causing ventricular arrhythmias. Br Heart J. 57:279-83.

16. S Homma, L D Gillam and A E Weyman. 1990. Echocardiographic observations in survivors of acute electrical injury. Chest J. 97 : 103-5.

17. Setiamihardja S, 1995. Luka bakar. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: FKUI.

Page 20: luka bakar.docx

18. Sidik, Reksoprodjo S., dkk. 2004. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo

19. Sjamsuhidajat, R dan De Jong, W. 2005.Buku Ajar Ilmu Bedah.2nded. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

20. Sples, Christian and Richard G. Trohman. 2006. Narrative Review: Electrocution and Life-Threatening Electrical Injuries. Ann Intern Med. 145: 531-537.

21. Sudjatmiko, Gentur. 2011. Petunjuk Praktis Ilmu Bedah Plastik Rekonstruksi. Jakarta: Yayasan Khasanah Kebajikan

22. Reksoprodjo, S dkk. 2004. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: Penerbit Bagian Ilmu Bedah FKUI.