Post on 23-Dec-2015
description
HUBUNGAN INTERNAL
Istilah Public Relations yang di Indonesia secara umum diterjemahkan menjadi
Hubungan Masyarakat, sebenarnya baru dikenal pada abad ke-20, namun gejalanya sudah
tamapk sejak abad-abad sebelumnya, bahkan sejak manusia masih primitif. Unsur-unsur
dasarnya memberi informasi, membujuk, dan mengintegrasikan khalayak selalu tampak dalam
kehidupan masyarakat zaman dahulu. Gejala tersebut terlihat pada adanya hubungan yang
harmonis diantara individu-individu, individu dengen kelompok, ataupun antar kelompok, di
dalam pergaulan mereka.
Harmonis dalam arti adanya saling pengertian dan persesuaian antara kedua belah pihak,
satu sama lain saling memberikan keuntungan dan merasa senang. Hanya saja pada waktu itu
orang belum menemukan istilah (public relations) yang cocok untuk melukiskan kegiatan
dimaksud. Padahal apa yang dilakukan Cleopatra dengan keindahannya sebagai ratu, dalam
rangka menyambut Mark Anthony di tepi sungai Nili, sebenernya merupakan kegiatan PR
(Griswold dalam Kustadi Suhandang, 2004).
APAKAH PUBLIC RELATIONS ?
Menurut para pakar, hingga saat ini belum terdapat konsensus mutlak tentang difinisi dari
PR. Ketidaksepakatan tersebut disebabkan oleh: pertama beragamnya definisi PR yang telah
dirumuskan baik oleh para pakar maupun profesional PR didasari perbedaan sudut pandang
mereka terhadap pengertian Humas/PR.
Definisi yang sangat umum diberikan oleh John. E. Marston, “ PR is planned, persuasive
communication designed to influence significant public”
PR adalah kegiatan komunikasi yang terencana dan persuasif untuk mendesain publik-
publik yang nyata. PR bukanlah ilmu tradisional yang digunakan untuk menghadapi tujuan-
tujuan sesaat. PR perlu direncanakan dalam suatu pendekatan manajemen kepada target-target
public tertentu.
Yulda anggraeni Pribadi
1210521006
Ilmu Komunikasi
Dari definisi yang sangat umum tadi, kita menuju kepada definisi yang lebih spesifik,
yang lebih konkret. Marston memberikan defisnisi yang baik sekali lagi;
“PR adalah seni untuk membuat perusahaan Anda disukai dan dihormati oleh para karyawan,
konsumen dan para penyalurnya”.
Sedangkan Harlow (dalam Grunig, James E, 1984: 7), memberikan definisi dengan
mengkombinasikan berbagai elemen dari berbagai definisi sebagai berikut:
Public Relations is the distinctive management functions which helps establish and maintain
mutual line of communication, acceptance and cooperation between an organization and its
public; involves the management of problems and issues; helps management to keep informed on
and responsive to public opinion
Public Relations adalah fungsi manajemen yang membantu mendirikan dan memelihara
hubungan komunikasi yang saling menguntungkan, keterbukaan dan kerjasama antara organisasi
dan publiknya, melibatkan manajemen problem dan issu, membantu manajemen untuk tetap
terinfomasi dan responsive terhadap publik.
Definisi Harlow walaupun terkesan sangat umum ataupun general, memberikan arti
penting bagi kegiatan PR itu sendiri. Bahwa kegiatan PR yang dilakukan oleh setiap organisasi
maupun institusi pada intinya adalah kegiatan komunikasi, serta membantu agar manejemen
tetap terinformasi (keluar dan kedalam) serta responsive terhadap apa yang terjadi pada
lingkungannya.
Sedangkan Baskin, Otin et al mendefinisikan PR dalam definisi yang lebih operasional
yaitu :
Public relations is a management function that helps achieve organizational objectives, define
philosophy, and facilitate organizational change. Public Relations practitioners communicate
with all relevant internal and external public to develop positive relationship and to create
consistency between organizational goals and societal expectations
Dari definisi tersebut Baskin, Otin dan kawan-kawan mencoba untuk mendefinisikan
fungsi PR secara lebih luas, dimana PR adalah sebuah fungsi (bagian) dari manajemen yang
bertangung jawab untuk mencapai tujuan organisasi dan berkomunikasi dengan publik internal
dan eksternal untuk mengembangkan sebuah hubungan yang positif.
Pada kenyataannya, tidak semua praktisi melakukan apa yang didefinisikan oleh Baskin.
Beberapa bahkan praktisi PR melakukan hal yang lebih luas (more broadly) dari apa yang
didefinisikan oleh Baskin.
Beberapa definisi PR menekankan pada fungsi komunikasi dari PR. Pada dasarnya ,
semua manajer di dalam organisasi bertanggung jawab dan terlibat dalam komunikasi, tetapi PR
manajer memiliki tanggung jawab yang lebih besar, dan memiliki tanggung jawab yang lebih
spesifik di dalam komunikasi. Komunikasi berperan di dalam skill (keahlian) seorang PR, juga
harus nampak dalam tugas-tugasnya (tasks performed). Ahli PR yang bernama Gene Harlan dan
Alan Scott menekankan sbb : “skilled communication of ideas to various publics with the object
of producing desired results”. Artinya bahwa keahlian komunikasi harus nampak di dalam segala
ide yang dihasilkan untuk publik yang beragam dengan obyek (PR) dalam mendapatkan hasil
sesuai dengan yang diinginkan “. Masih menurut Gene Harlan, tugas (objek PR) antara lain
produksi release, laporan tahunan (annual report), majalah karyawan perusahaan (employee
magazine). Seorang PR akan berhubungan dengan hal-hasl tsb.
Selain harus nampak pada skill, seorang PR juga harus dapat mengaplikasikan
komunikasi dalam sistem. Frank Jefkins dalam Baskin, Otis (et.al,p.9) mendeskripsikan sebagai
“a system of communications to create goodwill”, artinya bawa sistem dari komunikasi akan
menciptakan hubungan baik (goodwill). Sistem komunikasi yang dimaksud adalah metode untuk
mengumpulkan informasi , memelihara hubungan baik dengan publik baik secara internal
maupun eksternal adalah contoh dari pelaksanaan sistem komunikasi. Yang terakhir yaitu public
relations bertanggung jawab terhadap terciptanya komunikasi 2 arah yang sistematis.
Keberadaan PR dalam suatu organisasi terutama difungsikan untuk menunjang fungsi-
fungsi manajemen perusahaan untuk mencapai tujuan bersama. Adanya berbagai kemajuan telah
mengakibatkan terjadinya pembaruan dalam masyarakat. Cara hidup mesyarakat yang semakin
modern dan semakin terspesialisasi dalam bidang-bidang tertentu, semakin mempengaruhi fungsi
tersebut. Kondisi di atas jelas memerlukan keahlian khusus di bidang PR. Praktisi PR dituntut
kemampuannya untuk mengkoordinasikan atau mengelola pemanfaatan sumber daya organisasi
untuk penyelenggaraan komunikasi 2 arah antara organisasi dan publiknya. Kaitan antara PR
dengan konsep manajemen menghasilkan pemahaman akan pentingnya public relations, seperti
dinyatakan oleh Mc Elreath:
“Management PR berarti melakukan penelitian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi terhadap
berbagai kegiatan komunikasi yang disponsori oleh organisasi. Bentuk kegiatan komunikasi
dapat berupa penerbitan brosur perusahaan, pertemuan-pertemuan kelompok kecil sampai pada
kegiatan yang sangat kompleks seperti konferensi pers dengan menggunakan satelit”. Dari
pernyataan tersebut manajemen public relations dipahami sebagai bentuk pengelolaan public
relations dengan menerapkan fungsi-fungi manajemen yaitu dengan menjalankan penelitian,
perencanaan dan evaluasi terhadap program yang dijalankan.
Keterangannya sebagai berikut:
1. Penelitian
Pada dasarnya, penelitian merupakan cara yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
publik baik internal maupun eksternal untuk memahami masalah yang dihadapi dengan akurat
dan metode ilmiah.
2. Perencanaan dan pemrograman
Perencanaan dan pemograman merupakan segala informasi atau data masukan atau input yang
diperoleh berkaitan dengan hal atau permasalahan yang dihadapi ke dalam bentuk rencana
tindakan untuk pemecahannya. Perencanaan Public Relations merupakan suatu proses
berkesinambungan dan selalu memerlukan peninjauan agar tindakan yang diambil sesuai dengan
aturan yang ditetapkan. Sejumlah prinsip yang harus diperhatikan dalam perencanaan program
antara lain: sifat, waktu dan lingkungan. Perencanaan juga harus memperhatikan situasi di dalam
maupun di luar organisasi, serta pihak-pihak yang terlibat dalam perencanaan tersebut.
3. Pelaksanaan program
Pelaksanaan program merupakan tahap dimana rencana program yang telah ditetapkan
dilaksanakan atau diimplementasikan ke dalam suatu bentuk program aksi sebagai langkah nyata
pemecahan masalah PR yang dihadapi. Pelaksanaan Program ini dapat berupa program tindakan
maupun program komunikasi yang kesemuanya merupakan cara atau proses untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
4. Evaluasi
Merupakan suatu tahapan yang dilaksanakan untuk menentukan atau memperlihatkan nilai suatu
program termasuk pengelolaan maupun hasil atau dampak pelaksanaannya. Melalui evaluasi, PR
akan mengetahui faktor-faktor yang menjadi kegagalan ataupun keberhasilan suatu program,
sehingga dapat ditentukan langkah-langkah selanjutnya yang seharusnya dilakukan.
Pada dasarnya tujuan sentral PR adalah untuk menunjang manajemen yang berupaya
mencapai tujuan organisasi atau perusahaan. Meskipun tujuan setiap organisasi berbeda
tergantung dari sifat organisasi tersebut, tetapi dalam kegiatan humas terdapat kesamaan yakni
membina hubungan yang harmonis antara organisasi dengan publik dalam membentuk citra
positif.
Hubungan yang baik atau harmonis dalam PR mengandung arti luas, yakni sikap yang
menyenangkan (favorable), itikad baik (goodwill), toleransi (tolerance), saling pengertian
(mutual understanding), saling mempercayai (mutual confidence), saling menghargai (mutual
appreciation), dan citra baik (good image). Penampilan dan sikap seorang PR dalam mencapai
tujuan organisasi dengan cara menciptakan kesan yang baik akhirnya dapat melekat dan
mempengaruhi citra dari perusahaan yang diwakilinya.
Pengertian citra itu sendiri abstrak , tetapi wujudnya dapat dirasakan dari penilaian baik
semacam tanda respek dan hormat dari publik terhadap perusahaan dilihat sebagai sebuah badan
usaha yang baik, dipercaya, profesional dan dapat diandalkan dalam pemberian pelayanan yang
baik (Ruslan, Rosady, 1994: 66)
Menurut Edward L. Bernay, terdapat tiga fungsi utama PR yaitu:
1. Memberikan penerangan kepada masyarakat
2. Melakukan persuasi untuk mengubah sikap dan perbuatan anda secara langsung
3. Berupaya untuk mengintegrasikan sikap dan perbuatan suatu badan/lembaga sesuai dengan
sikap dan perbuatan masyarakat atau sebaliknya.
Adapun ruang lingkup tugas PR dalam sebuah organisasi/lembaga antara lain meliputi aktivitas:
1. Membina hubungan ke dalam (publik internal)
Yang dimaksud dengan publik internal adalah publik yang menjadi bagian dari
unt/badan/perusahaan atau organisasi itu sendiri. Seorang PR harus mampu mengidentifikasi
atau mengenali hal-hal yang menimbulkan gambaran negatif di dalam masyarakat.
2. Membina hubungan keluar (publik eksternal)
Membina hubungan keluar (publik eksternal) Yang dimaksud publik eksternal adalah publik
umum (masyarakat). Mengusahakan tumbuhnya sikap dan gambaran publik yang positif
terhadap lembaga yang diwakilinya.Dengan demikian peran PR /Humas tersebut bersifat 2 arah,
yaitu berorientasi ke dalam (inward looking) dan ke luar (outward looking)
Menurut H. Fayol beberapa kegiatan dan sasaran PR adalah:
o Membangun identitas dan citra perusahaan (building corporate identity and image)
o Menciptakan identitas dan citra perusahaan yang positif
o Mendukung kegiatan komunikasi timbal balik dua arah dengan berbagai pihak.
o Menghadapi krisis (Facing of Crisis)
o Menangani keluhan (complaint) dalam menghadapi krisis yang terjadi dengan membentuk
manajemen krisis dan PR Recovery of Image yang bertugas memperbaiki lost of image and
damage.
KEDUDUKAN HUMAS STRUKTUR ORGANISASI
Kedudukan humas dalam organisasi dan kewenangan petugasnya tidak selalu dapat
dinyatakan dengan tegas. Menurut John Tondowijojo (2004:9), bila humas diakui sebagai bagian
jajaran kebijakan pimpinan, maka humas harus berada langsung di bawah direksi. Humas harus
mampu menyampaikan kebijaksanaan pimpinan, sehingga ia harus langsung berada di pihak
yang berhubungan dengan pimpinan seluruh jajaran manajemen. (Tondowidjojo, 2004:9).
Sedangkan menurut Renald Khasali, public relations merupakan fungsi manajemen yang sama
pentingnya dengan pemasaran, produksi, keuangan dan SDM.
Menurut Tondowidjojo, kegiatan humas haruslah sistematis dan terencana, tetapi kadang-
kadang juga perlu untuk berimprovisasi dan berinovasi. Suatu kebijakan harus dipertimbangkan,
dirumuskan, direncanakan dan evaluasi. Untuk ini diperlukan analisis data yang diperoleh
tentang organisasi dan lingkungannya. Seberapa jauh PR harus menapakkan kakinya ke peran
internal atau fungsi eksternal, tentu saja sepenuhnya tergantung pada kebijakan manajemen.
Hanya saja kalau kita menginjak pada tataran ideal fungsi PR, tentu saja keseimbangan peran
internal dan eksternal adalah perlu. Seberapa jauh titik keseimbangan tersebut harus dijalankan
tentu tergantung pada bidang gerak perusahaan/organisasi yang bersangkutan.
Semakin kuat kedekatan perusahaan dengan publik dengan sendirinya membutuhkan
banyak konsentrasi untuk memerhatikan publik. Sebaliknya kalau perusahaan lebih banyak
bergerak pada komunitas yang tidak secara langsung menemui publik, maka peran PR harus
dioptimalkan secara internal.
PERBEDAAN FUNGSI INTERNAL DAN EKSTERNAL PR
INTERNAL
1. Mengkomunikasian kebijaksanaan direksi dan manajemen pada karyawan.
2. Menjelaskan perubahan kebijakan direksi dan manajemen agar karyawan memahami dasar
pengambilan keputusan yang diambil.
3. Membangun jaringan komunikasi interkatif antara karyawan, manajemen dan direksi.
4. Membantu proses restrukturisasi, mulai dari sosialisasi kebijakan hingga pelatihan untuk
mengurangi dampak buruk restrukturisasi.
5. Membantu peningkatan rasa memiliki karyawan terhadap perusahaan.
6. Membantu terciptanya budaya perusahaan yang sesuai dengan visi organisasi.
EKSTERNAL
1. Mensosialisasikan kebijakan perusahaan kepada publik.
2. Menjelaskan hasil Rapat Umum Pemegang Saham.
3. Menjelaskan hasil dan dasar diadakannya Rapat Umum Luar Biasa Pemegang Saham.
4. Membantu pemasaran untuk menciptakan citra produk.
5. Mensosialisasikan prestasi yang dicapai oleh perusahaan.
6. Mengembangkan program-program pengembangan masyarakat, sebagai bentuk tanggung
jawab perusahaan kepada publik.
7. Menyiapkan sarana bagi publik unyuk melihat perusahaan secara langsung.
8. Menyiapkan sarana bagi pemerintah dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat unuk melihat
kinerja perusahaan.
TUGAS-TUGAS PUBLIC RELATIONS
Inti tugas Public Relations adalah sinkronisasi antara informasi dari perusahaan dengan
reaksi dan tanggapan public sehingga mencapai suasana akrab, saling mengerti, dan muncul
suasana yang menyenangkan dalam interaksi perusahaan dan Public. Persesuaian yang
menciptakan hubungan harmonis di mana satu sama lain saling memberi dan menerima hal-hal
yang bisa menguntungkan kedua belah pihak. Berdasarkan adanya dua jenis public bagi suatu
badan atau perusahaan (public intern dan ekstern), maka tujuan Public Relations pun diarahkan
melalui dua macam tugas, yaitu di dalam dengan sebutan internal Public Relations, dan di luar
dengan sebutan external Public Relations. Dengan kata lain, Public Relations mengemban tugas
atas tujuannya tadi, yaitu berkomunikasi ke dalam dengan public intern, dan keluar dengan
public ekstern.
INTERNAL PUBLIC RELATIONS
Sudah tentu suasana di dalam badan atau perusahaan menjadi target dari tugas Internal
Public Relations, terutama suasana diantara para karyawannya yang mempunyai hubungan
langsung dengan perkembangan badan atau perusahannya. Kegiatan Public Relations ke dalam
perusahaan tersebut diperlukan untuk memupuk adanya suasana yang menyenangkan di antara
para karyawannya, komunikasi antara bawahan dan pimpinan atau atasan terjalin dengan akrab
dan tidak kaku, serta meyakini rasa tanggung jawab akan kewajibannya terhadap perusahaan.
Tiap anggota dari badan atau perusahaan itu, dari tingkat pimpinan sampai pesuruh, merupakan
Public Relations Officer yang tidak resmi. Mereka harus menyadari bahwa sebagai anggota atau
keluarga dari perusahaan, mereka akan selalu mendapat sorotan dari publik yang ada di luar.
Sikap, sifat, tingkah laku, dan perbuatan seorang karyawan atau keluargaya dapat mempengaruhi
nama baik instansi atau perusahaan dimana mereka bekerja. Dengan kesadaran dan keyakinan
tersebut diharapkan muncul kegairahan kerja dari para pegawainya. Keadaan yang demikian
dapat diciptakan apabila pimpinan atau majikan selalu memperhatikan kepentingan para
pegawainya. Baik secara ekonomi, sosial, maupun secara psikologis.
EXTERNAL PUBLIC RELATIONS
Bagi suatu perusahaan, hubungan dengan public di luar perusahaannya merupakan suatu
keharusan yang mutlak. Sesuai dengan sifatnya, dalam masyarakat modern tidak akan ada
kemungkinan bagi seseorang atau suatu badan bisa hidup menyendiri. Masing-masing akan
saling membutuhkan satu sama lain. Hubungan ke luar perlu dibina oleh perusahaan atau instansi
seperti ke pemerintah, pelanggan, pers / media termasuk kepada masyarakat sekitar
(community).
Hubungan yang harmonis dan bak hanya dapat tercapai dengan pengertian yang ikhlas,
tidak dengan paksaan. Apalagi hubungan atau komunikasi itu harus berkembang dalam
masyrakat demokratis. Semua komunikasi dengan public ekstern hendaknya dilakukan
perusahaan itu secara informative dan persuasive. Informasi hendaknya diberikan secara jujur,
teliti, sempurna, dan berdasarkan fakta yang sebenarnya. Publik kadang-kdang sangat kritis
terhadap sesuatu yang berhubungan dengan kepentingannya yang actual dan tidak biasa. Karena
sifat yang ramah merupakan salah satu syarat yang bisa menentukan berhasil tidaknya usaha
External Public Relations.
Kegiatan External Public Relations antara lain meliputi :
1. Bagaimana memperluas pasar;
2. Bagamana memperkenalkan produksinya kepada masyarakat;
3. Bagaimana cara mendapatkan penghargaan dan penerimaan dari public maupun masyarakat;
4. Bagaimana memelihara hubungan baik dengan para pejabat pemerintahan dan Negara;
5. Bagaimana cara mengetahui sikdap dan pendapat public terhadap perusahaan;
6. Bagaimana memelihara hubungan baik dengan pers dan para opinion -leader;
7. Bagaimana memelihara hubungan baik dengan para pemasok dan public-publik lain yang
berhubungan dengan operasional perusahaan;
8. Problem lainnya yang menyangkut persoalan antara perusahaan dengan masyarakat yang ada
di luar perusahaan, untuk mencapai rasa simpatik dan kepercayaan dari publik-publik yang
ada di dalam masyarakat itu.
PR DAN ORGANISASI
INTERNAL PUBLIC RELATIONS
Sudah tentu suasana di dalam badan atau perusahaan menjadi target dari tugas Internal
Public Relations, terutama suasana diantara para karyawannya yang mempunyai hubungan
langsung dengan perkembangan badan atau perusahannya. Kegiatan Public Relations ke dalam
perusahaan tersebut diperlukan untuk memupuk adanya suasana yang menyenangkan di antara
para karyawannya, komunikasi antara bawahan dan pimpinan atau atasan terjalin dengan akrab
dan tidak kaku, serta meyakini rasa tanggung jawab akan kewajibannya terhadap perusahaan.
Tiap anggota dari badan atau perusahaan itu, dari tingkat pimpinan sampai pesuruh, merupakan
Public Relations Officer yang tidak resmi. Mereka harus menyadari bahwa sebagai anggota atau
keluarga dari perusahaan, mereka akan selalu mendapat sorotan dari publik yang ada di luar.
Sikap, sifat, tingkah laku, dan perbuatan seorang karyawan atau keluargnya dapat mempengaruhi
citra baik instansi atau perusahaan dimana mereka bekerja. Dengan kesadaran dan keyakinan
tersebut diharapkan muncul kegairahan kerja dari para pegawainya. Keadaaan yang demikian
dapat diciptakan apabila pimpinan atau majikan selalu memperahatikan kepentingan para
pegawainya. Baik secara ekonomi, sosial, maupun secara psikologis. Oleh karena itu
pemahaman PR akan komunikasi organisasi beserta saluran-saluran komunikasi organisasi
menjadi sangat penting karena PR akan bekerja melalui saluran-saluran komunikasi organisasi
yang ada, dan memastikan saluran tersebut berfungsi dengan baik dalam organisasi.
Komunikasi organisasi
Pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian
dari suatu unit tertentu.
Proses penciptaan makna atas interaksi yang menciptakan , memelihara dan mengubah
organisasi. Komunikasi lebih dari sekedar alat, ia adalah cara berpikir.
DEFINISI KOMUNIKASI ORGANISASI
Komunikasi organisasi: didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-
unit komunikasi yang merupakan bagian dari organisasi ttt. Komunikasi menjadi suatu fungsi
pembentuk organisasi bukan hanya sebagai pemelihara organisasi.
Komunikasi organisasi yang efektif merupakan salah satu jalan ataupun cara agar organisasi
terus tetap dapat bertahan hidup. Komunikasi organisasi yang efektif membantu organisasi untuk
dapat mencapai tujuan organisasi. Seperti yang digambarkan oleh Richard Blundel dalam
bukunya Effective Organisation (2004; hal 2) bahwa komunikasi organisasi dapat membantu
organisasi dalam :
1. Satisfied Repeat Customer, rather than un happy ex-customers
2. Well Motivated Employees, rather than an expensive industrial dispute
3. A positive reputation in the wider community, rather than an interational boycott of its
products
4. Innovative and Creative strategies , rather than inefficiency, indecision and resistance to
change.
Dalam telaah Blundel, komunikasi organisasi membantu organisasi mencapai hal-hal yang
menjadi tujuan utama organisasi misalnya : kepuasan customer, karyawan yang termotivasi, citra
atau reputasi yang positif serta iklim inovatif dan kreatif. Banyak definisi komunikasi organisasi
menurut para ahli, salah satunya Wayne Pace dan Don F Faules, menurut mereka Komunikasi
organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit
komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu (Wayne, Pace dan Faules Don
F, 2002 : hal 31). Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan-hubungan
hirarkis antara yang satu dengan yang lainnya. Komunikasi organisasi terjadi kapan pun setidak-
tidaknya satu orang yang menduduki suatu jabatan dalam suatu organisasi menafsirkan suatu
pertunjukan. Fokus komunikasi organisasi adalah anggota-anggota dalam organisasi. Proses
penciptaan makna atas interaksi yang menciptakan , memelihara dan mengubah organisasi.
Komunikasi lebih dari sekedar alat, ia adalah cara berpikir. Tujuan komunikasi dalam proses
organisasi tidak lain dalam rangka membentuk saling pengertian (mutual understanding). Pendek
kata agar terjadi penyetaraan dalam kerangka referesi (frame of references) maupun bidang
pengalaman (field of experiences). Dikatakan oleh Redi Panuju (hal 2) meskipun nyaris mustahil
menyamakan ranah kognitif individu-individu dalam organisasi, tetapi melalui kegiatan
komunikasi yang terencana dan subtansi isinya terdesain, minimal terjadi proses penyebarluasan
(difusi) dimensi-dimensi organisasi pada setiap orang. Kesalahkaprahan utama dalam
berkomunikasi adalah asumsi-asumsi bahwa (1) makna terdapat dalam informasi atau pesan dan
(2) makna dapat dipindahkan dari seseorang kepada orang lain.
Pesan mungkin ditunjukkan dalam bentuk verbal (bahasa) atau bentuk nonverbal (non bahasa)
dan sarana lisan, tertulis atau gambar.
Dimensi-dimensi komunikasi organisasi menurut Onong Uchjana (dalam Rusadi Ruslan , 2001:
80 ) adalah :
1. Komunikasi vertikal
Yakni arus komunikasi dua arah timbal balik. Komunikasi jenis ini memegang peranan cukup
vital dalam melakanakan fungsi-fungsi manajemen yaitu Komunikasi dari atas ke bawah
(downward communication) dan dari bawah ke atas (upward communication). Dalam arus
komunikasi vertikal-dari atas ke bawah- tersebut pihak pimpinan memberikan instruksi,
petunjuk, informasi, penjelasan dan penugasan lain sebagainya kepada bawahan. Kemudian arus
komunikasi ke atas diterima dalam bentuk bawahan memberikan laporan, pelaksanaan tugas,
sumbang saran dan hingga pengaduan kepada pimpinannya masing-masing.
2. Komunikasi horizontal
Merupakan komunikasi satu level yang terjadi antara para karyawan dengan karyawan lainnya,
antara pimpinan satu departemen dengan departemen lainnya dalam satu tingkatan dan lain
sebagainya
3. Komunikasi eksternal
Komunikasi eksternal berlangsung atau terjadi dua pihak antara pihak organisasi/lembaga
dengan pihak luar. Misalnya komunikasi dengan pihak kreditur, rekan bisnis, pelanggan,
community relations, dsb.
Adapun tujuan komunikasi organisasi adalah sebagai berikut (Ruslan, Rosady hal 84)
1. Mempertukarkan simbol
Dalam berkomunikasi antara komunikator dan komunikan akan terjadi suatu pertukaran simbol
atau bentuk lambang dengan pengertian yangsama, dan dapat disampaikan secara lisa atau
tertulis. Dalam metode komunikasi pada organisasi, instruksi, perintah, pesan dan informasi yang
berasal dari atasan tersebut akan disampaikan melalui kata-kata yang diucapkan secara lisan atau
tertulis seperti nota dinas, laporan pekerjaan, peraturan administrasi pekerjaan dsb. PR dituntut
untuk memiliki pemahaman terhadap bagaimana saluran komunikasi organisasi tersebut bekerja
dan memastikan bahwa semua saluran baik formal maupun informal berjalan secara baik dan
mengurangi hambatan komunikasi.
2. Membentuk makna tertentu
Komunikasi bersifat transaksional dalam artian orang akan saling belajar satu dengan yang lain,
tukar pengalaman atau pengetahuan melalui simbol-simbol yang dimengerti dan membentuk
suatu makna tertentu, yang hanya dapat dipahami oleh kedua belah pihak.
3. Mengembangkan harapan-harapan
Maksudnya adalah mempelajari simbol-simbol tersebut dan kemudian menghubungkannya
dengan pengalaman yang diperoleh, serta mengamati dan menganalisis apa yang dilakukan oleh
pihak lain.
Dalam komunikasi organisasi pun kita kenal penghalang atau hambatan dalam berkomunikasi,
yang dapat berupa berikut ini :
1. Persepsi selektif :melihat dan mendengar berdasarkan kebutuhan, motivasi, pengalaman, latar
belakang dan karakteristik pribadi
2. Emosi : perasaan si penerima ketika menerima suatu pesan komunikasi akan mempengaruhi
penafsiran pesan
3. Media. Apakah pesan dicetak, diumumkan atau disebarluaskan?Apakah pesan diukir di suatu
papan atau dicat dinding? Kadang-kadang pesan merupakan bagian tak terpisahkan dari
peralatan atau proses.
4. Faktor psikologi. Pengirim mungkin mempunyai gaya hidup dan latar belakang yang berbeda
dengan penerima pesan. Misalnya harga memiliki makna yang berbeda bagi pembeli yang
membayar tunai dengan pemakai kartu kredit.
5. Faktor pendidikan. Bahasa yang terlalu kompleks akan sulit dipahami. Pada umumnya,
dalam bahasa bisnis, kata-katanya harus sederhana dan kelimat harus singkat.
6. Faktor budaya: pesan bisa terdistorsi dari maksud asalnya, karena pengaruh budaya yang
menyaring cerapan yang diterima. Di Perancis, misalnya warna kuning mempunyai citra
tidak setia.
7. Ketrampilan mendengarkan. Pesan harus diterima dengan penuh perhatian. Kurangnya
konsentrasi penerima pesan membuat pesan tidak sempurna
BUDAYA ORGANISASI
Secara umum, bila orang-orang berinteraksi selama beberapa waktu, mereka membnetuk suatu
budaya. Setiap budaya mengembangkan harapan-harapan yang tertulis maupun tidak tertulis
tentang perilaku (aturan dan norma-norma) yang mempengaruhi para anggota budaya itu. Tetapi
orang-orang tidak hanya dipengaruhi budaya tersebut, mereka menciptakan budaya. Setiap
organisasi memiliki satu budaya atau lebih yang memuat perilaku-perilaku yang diharapkan-
tertulis atau tidak tertulis.
TUJUAN KARAKTERISTIK PRIMER BUDAYA ORGANISASI
1. Inovasi dan pengambian resiko: sejauh mana para karyawan didorong untu inovatif dan
mengarnbil resiko
2. Orientasi hasil: sejauh mana menjadi memfokus pada hasil bukan pada teknik dan proses
3. Perhatian ke rincian: presisi, analistis dan perhatian.
4. Orientasi orang : sejauh mana keputusanmenjadi memperhitungkan efek hasil pada orang-
orang.
5. Orientasi tim: Sejauh mana kegiatan kerja diorangkan sekitar tim
6. Keagresifan: sejauh mana orang-orang itu agresif dan kompetitif dan bukannya santai
7. Kernantapan: sejauh mana kegiatan orang menekankan dipertahankannya status
FUNGSI BUDAYA
o Budaya mencipatakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang lain.
o Budaya membawa rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi
o Mempermudah timbulnya komitmen yang luas
o Meningkatkan kemantapan sistem sosial
o Perekat sosial yang membantu memepersatukan organisasi itu.
BUDAYA DOMINAN
Mengungkapkan nilai-nilai inti yang dianut bersarna oleh suatu mayoritas anggota organisasi itu.
ANAK BUDAYA
Budaya-budaya mini di dalam suatu organisasi yang lazimnya ditentukan oleh rambu
departemen dan pemisahan geografis.
NILAI INTI
Nilai primer atau dominan yang diterima baik diseluruh organisasi
Budaya Kuat Versus Budaya Lemah
Budaya kuat : budaya dimana nilai-nilai inti dipegang secara intensif dan dianut bersama
secara meluas
Mempunyai dampak yang lebih besar pada perilaku karyawan karena:
* Tingginya tingkat kebersamaan (sharedness)
* Memperlihatkan kesepakatan yang tinggi di kalangan anggota
Budaya organisasi dalam praktek nyata
1. The Walt Disney Co
- Tidak ada karyawan, melainkan yang ada anggota pelaku (cast member)
- Pelanggan adalah ”tamu” , kendaraan disebut atraksi
2. MCI Communications
Senioritas maupun kesetiaan pada korporasi tidak penting mendorong individu-individu agar
unik, karyawan bebas dan fleksibel
3. Levi Strauss:
Keterbukaan : menjadi memperlihatkan sifat langsung, terbuka,komitmen pada sukses orang
lain.
Keanekaragaman : menghargai keanekaragarnan angkatan kerja pada semua tingkat
organisasi
Etika : pengharapan yang jelas, mernpraktikkan standar perilaku
Pemberian kuasa : mendorong wewenang dalarn orang ke bawah.
4. Budaya Workaholic Microsoft : menganut etos kerja tanpa belas kasihan bekerja lebih dari
12jam sehari
5. Mc Donalds : QSCV : Quality, Service, Cleanliness, Values
RAGAM BUDAYA
1. Cerita : dongeng dari peristiwa mengenai pendiri organisasi sukses dari miskin ke kaya.
Reaksi terhadap kesalahan masa lalu
2. Ritual : deretan berulang dari kegiatan yang mengungkapkan dan memperkuat nilai-nilai
utama organisasi itu Contoh: Mary Kay Cosmetics, setiap tahun memberikan hadiah kepada
SPG-nya.
3. Lambang materi, Fasilitas yang diberikan oleh korporasi kepada executive puncak.
4. Bahasa : suatu cara untuk mengidentifikasi anggota suatu budaya
Budaya sebagai suatu beban
1. Penghalang terhadap perubahan
2. Penghalang terhadap keanekaragarnan : jika menyingkirkan kekuatan unik yang dibawa oleh
orang-orang dengan latar belakang berlainan
Bagaimana karyawan mernpelajari budaya
1. Cerita : dongeng dari peristiwa mengenai pendiri organisasi sukses dari miskin ke kaya.
2. Ritual : deretan berulang dari kegiatan yang mengungkapkan dan memperkuat nilai-nilai
utama dari orang itu
3. Lambang materi :ukuran dan tata letak kantor, keanggunan perabot, pakaian.
4. Bahasa : dengan mempelajari bahasa, para anggota menegaskan penerimaan mereka akan
budaya itu.
Implikasi bagi komunikasi organisasi
Peranan komunikasi dalam budaya organisasi dapat dilihat secara berlainan bergantung
pada bagaimana budaya dikonsepsikan. Bila budaya dianggap sebagai sebuah himpunan artefak
simbolik yang dikomunikasikan kepada anggota organisasi untuk pengendalian organisasi, maka
komunikasi dapat diartikan sebaga sebuah sarana yang memungkinkan perolehan hasilnya.
Penelitian komunikasi organisasi dari sudut pandang budaya mencakup lebih dari sekedar
penelaahan pertukaran resmi pegawai antara orang-orang yang terpilih yang memiliki status.
Percakapan sehari-hari mengungkapkan pemahaman organisasi dan jaringan-jaringan makna
bersama yang mungkin ada. Perilaku sebagaimana adanya yang memungkinkan adanya rutinitas
dan pengorganisian melekat dalam komunikasi