Post on 10-Aug-2015
HEMATOLOGIFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS HASANUDDIN
RANGKUMANHEMATOLOGI IN PRACTICE
Chapter 2 :
FROM HEMATOPOIESIS TO THE COMPLETEBLOOD COUNT
Oleh :
Nama : Muh. Rezhan FauzanNIM : N11112124Kelas : Farmasi B
MAKASSAR2013
1
DARI HEMATOPOIESIS
HINGGA PERHITUNGAN DARAH LENGKAP
HEMATOPOIESIS: ASAL PEMBENTUKAN SEL
Hematopoiesis didefinisikan sebagai pengembangan, produksi, diferensiasi,
dan pematangan dari semua sel-sel darah. Dalam keempat fungsi ini mesin-mesin
seluler melampaui skala produsen paling tinggi dalam hal kuota produksi, spesifikasi
biasa, dan kualitas dari produk akhir. Dalam struktur sumsum tulang dasar terdapat
mekanisme untuk:
1. Terus memasok sirkulasi perifer dengan sel matang.
2. Memobilisasi sumsum tulang untuk meningkatkan produksi jika kondisi terkait
hematologinya menjamin.
3. Mengimbangi penurunan hematopoiesis dengan menyediakan tempat untuk
hematopoietik di luar dari sumsum tulang (bukan tempat sumsum tulang, hati
dan limpa).
Sumsum tulang sangat fleksibel dan melayani tubuh dengan baik,dengan
memberi kehidupan-memberikan sel dengan fungsi yang beraneka ragam. Yolk sac,
hati, dan limpa adalah organ utama dalam perkembangan janin. Dari 2 minggu
sampai 2 bulan dalam kehidupan janin, kebanyakan eritropoiesis terjadi di yang yolk
sac janin. Pada tahap ini, Periode mesoblastic, menghasilkan erythroblasts primitif
dan embrio hemoglobin (HGB) seperti Hgb Gower I dan II Gower dan Hgb Portland.
Sebagai HGB embrio, mereka tidak bertahan dalam kehidupan dewasa dan tidak
terlibat dalam pengiriman oksigen. Selama periode hepatic, yang terus berlanjut dari
2 sampai 7 bulan kehidupan janin, hati dan limpa mengambil alih peran
hematopoietik. Sel darah putih dan megakariosit mulai muncul dalam jumlah yang
kecil. Hati berfungsi sebagai organ penghasil erythroid utama tetapi juga
menimbulkan Hgb janin. Pada limpa, timus, dan kelenjar getah bening juga menjadi
pembentuk sel aktif selama tahap ini, memproduksi sel darah merah dan limfosit;
dari usia 7 bulan sampai lahir, sumsum tulang mengasumsikan peran utama dalam
hematopoiesis, peran tersebut berlanjut ke dalam kehidupan dewasa.
2
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 20 30 40 50 60
(Bulan) (Tahun)
Gambar 2.1 Pembentukan Sumsum pada janin (kiri) dan dewasa (kanan)
Hematopoiesis dalam sumsum tulang disebut intramedulla hematopoiesis.
Istilah extramedullary hematopoiesis menggambarkan pembentukan sel di luar
lingkungan sumsum tulang, terutama hati dan limpa. Hati dan limpa dapat berfungsi
sebagai organ hematopoiesis jika diperlukan dalam kehidupan dewasa. Beberapa
keadaan di dalam sumsum tulang (masuknya sel-sel leukemia, tumor, dll) dapat
mengurangi kemampuan hematopoietik normal dari sumsum tulang dan memaksa
organ-organ ini untuk sekali lagi tampil sebagai organ primer atau pusat
hematopoiesis. Jika extramedullary hematopoiesis berkembang,hati dan limpa akan
membesar, kondisi ini dikenal sebagai hepatosplenomegali. Bukti Fisik
hepatosplenomegali yaitu seorang individu akan terlihat bengkak dan menonjol di
daerah perut kiri atas. Hepatosplenomegali selalu merupakan indikator bahwa
kesehatan hematologi terganggu.
3
LIMPA SEBAGAI SUATU INDIKATOR KESEHATAN HEMATOPOIETIK
Beberapa organ cocok dengan fleksibilitas dari limpa. Organ kecil yang sering
dilupakan ini adalah pembangkit tenaga dari aktifitas sel darah merah yang menonjol
seperti filtrasi, produksi, dan kekebalan sel. Dalam keadaan normal, organ
tidak dapat dirasakan atau diraba pada pemeriksaan fisik dan dapat menerima
output 5% per menit dari jantung. Limpa adalah organ yang dipenuhi darah, terdiri
dari butiran merah, butiran putih, dan daerah marjinal. Fungsidari butiran merah
yang utama adalah filtrasi sel darah merah, sedangkan butiran putih berkaitan
dengan pengolahan limfosit dan daerah marjinal dengan penyimpanan sel darah
putih dan trombosit.
Fungsi Limpa
Ada empat tugas utama limpa yang berhubungan dengan viabilitas sel darah
merah dan kemampuan kekebalan limpa. Fungsi pertama adalah waduk, atau
penyimpanan. Tempat penyimpanan limpa sepertiga dari massa trombosit yang
beredar dan sepertiga dari massa granulosit dan mungkin dapat memobilisasi
trombosit ke dalam perifer sirkulasi seperlunya. Jika terjadi pecah pada limpa atau
trauma, sejumlah besar trombosit dapat tumpah ke dalam sirkulasi perifer. Peristiwa
ini bisa menyebabkan rentan terhadap pembekuan yang tidak diinginkan, karena
trombosit berfungsi sebagai katalis untuk hemostasis. Fungsi kedua dari limpa
adalah fungsi filtrasi.Limpa memiliki mekanisme pemeriksaan yang unik dan
pemeriksaan setiap sel darah merah dan trombosit untuk kelainan dan inklusi. sel
darah merah yang lebih tua mungkin kehilangan elastisitas mereka dan
deformabilitas dalam hari-hari terakhir dalam rentang 120-hari hidup mereka dan
diambil dari sirkulasi oleh limpa fagosit. Bilirubin, besi, dan produk sampingan globin
dirilis melalui proses pemusnahan didaur ulang melalui plasma dan sirkulasi. Sel-sel
darah merah yang diisi dengan inklusi (badan Howell Jolly, badan Heinz, badan
Pappenheimer, dll) secara selektif diperiksa dan dibersihkan. Inklusi yang "diadu"
dan ditarik dari sel darah merah tanpa merusak integritas selular, dan sel darah
merah yang tersisa untuk melanjutkan perjalanan melalui sirkulasi. Antibodi-dilapisi
oleh sel darah merah yang antibodinya terhapus dan biasanya muncul kembali
dalam sirkulasi perifer sebagai spherocytes, yang lebih kecil, Struktur sel darah
merah lebih padat dengan dipersingkatnya rentang hidup. Salah satu peran paling
dihargai dari limpa adalah peran imunologi. Sebagai organ limfoid terbesar
4
sekunder, limpa memainkan peran berharga dalam peningkatan aktivitas fagositosis
untuk mengkemas organisme seperti Haemophilus influenzae, Streptococcus
pneumoniae, atau Neisseria meningitidis. Limpa menyediakan opsonizing antibodi,
bahan yang mengupas kapsul dari permukaan bakteri. Setelah ini diselesaikan,
bakteri yang tidak berada dalam kapsul lebih lemah terhadap sistem
retikuloendotelial fagositik (RES) 3 dan kurang mampu untuk memasang infeksi ke
host sistem. Tanpa adanya fungsi limpa, fungsi penting ini ditiadakan dan dapat
menyebabkan akibat serius,termasuk kematian, untuk individu yang terinfeksi.
Fungsi terakhir dari limpa adalah hematopoietik.
Potensi resiko dari splenektomi
Limpa yang membesar, infark, atau berkurangnya fungsi dapat menyebabkan
kesulitan bagi pasien. Secara sederhana, limpa dipandang sebagai organ yang tidak
penting, mudah dibuang dan salah satu yang tidak perlu untuk fungsi kehidupan.
Meskipun benar bahwa prosedur splenektomi mungkin memberikan manfaat
hematologi untuk pasien yang mengalami masalah dengan limpa mereka,
kebenarannya sama bahwa individu yang tidak memiliki limpa memiliki risiko
tambahan,seperti yang disebutkan sebelumnya. Ada laporan dalam literatur infeksi
postsplenectomy yang luar biasa (OPSIs) yang mungkin terjadi bertahun-tahun
setelah limpa telah dikeluarkan. Dalam kebanyakan kasus, infeksi terjadi dalam 3
tahun, tetapi mereka telah dilaporkan selama 25 tahun setelah splenektomi tersebut.
Banyak orang meninggal karena OPSIs atau setidaknya mengalami keterlibatan
pada organ lain. Sebagai organ sistem adalah sistem hematopoietik, limpa
memilikikemampuan besar dan memberikan nilai yang tinggi dan fleksibilitas.Jika
penghapusan limpa diputuskan,ahli bedah harus meninggalkan beberapa jaringan
limpa di tempatnya dan hati-hati mengelola pasien asplenia(ketidak adaan limpa);
sebagai individu yang lebih lemah.
SUMSUM TULANG DAN MIELOID: RASIO ERITROID
Sumsum tulang adalah salah satu organ terbesar dari tubuh, meliputi 3%
sampai 6% dari berat badan dan beratnya 1500 gram pada orang dewasa. Hal ini
sulit untuk mengkonsepsikan sumsum tulang sebagai organ, karena bukan organ
yang mudah untuk disentuh, ditimbang,dan diukur. Karena jaringan tulang sumsum
yang tersebar di seluruh tubuh, seseorang dapat membayangkannya hanya dalam
5
konteks itu. Sumsum ini terdiri sumsum kuning, sumsum merah, dan pasokan nutrisi
yang rumit serta pembuluh darah. Pada struktur ini sel-sel erythroid (sel darah
merah), sel-sel myeloid (sel darah putih), dan megakariosit (trombosit) dalam
berbagai tahap pematangan, bersama dengan osteoklas, stoma, dan jaringan
lemak. Dalam struktur ini terjadi pematangan sel erithroid (sel darah merah), sel-sel
myeloid (sel darah putih), dan megakariosit (trombosit) dalam berbagai tahap,
bersama dengan osteoklas, stoma, dan jaringan lemak. Sel matang memasuki
sirkulasi perifer melalui sinus sumsum tulang, struktur utama dilapisi dengan sel
endotel yang menyediakan bagian untuk sel matang dari lokasi ekstravaskuler ke
sirkulasi. Sebab dan akibat penyakit hematologi biasanya ditemukan akarnya pada
sumsum tulang, pabrik pusat untuk produksi semua sel hematopoietik dewasa.
Dalam 18 tahun pertama kehidupan, sumsum tulang tersebar di seluruh tulang
kerangka utama,terutama tulang yang panjang. Lambat laun, seperti tubuh berubah,
sumsum diganti oleh lemak hingga lokasi utama bagi sumsum tulang pada orang
dewasa adalah krista iliaka, yang terletak di daerah panggul, dan tulang dada,
terletak di daerah dada. Jumlah sel-sel sumsum tulang memiliki rasio yang unik yang
disebut rasio myeloid: erythroid (M: E). Penunjukan angka ini memberikan perkiraan
unsur myeloid di sumsum serta sel-sel pembentuknya dan unsur erythroid dalam
sumsum serta sel-sel pembentuknya. Rasio normal yaitu 3 ataui 4:1 ini
menggambarkan hubungan antara rentang produksi dan kehidupan berbagai jenis
sel. Sel darah putih memiliki jangka hidup yang jauh lebih singkat dibandingkan sel
darah merah,yaitu 6 sampai 10 jam untuk neutrofil, dibandingkan sampai 120 hari
untuk eritrosit, dengan demikian perlu diproduksi di tingkat yang lebih tinggi untuk
hematopoiesis normal.
PERUBAHAN DALAM MIELOID: PERBANDINGAN ERITROID
Perbandingan M:E adalah faktor hematologi yang sensitif yang mungkin
merusak rentang hidup sel darah merah, menghalangi keseluruhan produksi, atau
menyebabkan peningkatan yang dramatis di jalur sel tertentu. Setiap dari kondisi-
kondisi ini mencerminkan sumsum tulang yang dinamis melalui perubahan
perbandingan M:E. Banyak pengamatan di sekeliling yang dapat ditelusuri kembali
untuk peristiwa patofisiologi pada tingkat sumsum tulang. Contoh yang bagus adalah
respon sumsum tulang terhadap anemia. Anemia berkembang dan menjadi parah,
pasien mendapatkan gejala dan ginjal merasakan hipoksia karena tingkat Hgb turun.
6
Jaringan hipoksia menstimulasi peningkatan pengeluaran erythropoietin (EPO),
sebuah hormone penstimulasi sel darah merah, dari ginjal. EPO lewat melalui
sirkulasi dan mengikat dengan reseptor di sumsum tulang termuda mendahului sel,
pronormoblast. Sumsum tulang mempunyai kapasitas untuk memperbanyak
produksi enam sampai delapan kali dalam respon sebuah kejadian pucat.
Karenanya, sumsum tulang membawa reticulocytes dan mengintikan sel darah
merah ke sirkulasi sekeliling yang premature jika ginjal merasakan tekanan
hipoksia.Yang akan diobservasi di sekitar darah adalah polychromasia (tekanan
reticulocytes, sel merah polychromatophilic yang besar) dan sel darah merah yang
berinti. Kedua dari tipe sel ini menandakan sumsum tulang mengalami regenerasi
sebagai respon dalam suatu peristiwa. Ini menandakan keharmonian antara
sumsum tulang dan sirkulasi.
PERAN SEL STEM DAN SITOKIN
Sebuah fitur unik pada lingkungan mikro sumsum tulang adalah
adanya sel-sel induk. Sel-sel limfosit multipotential menyerupai dan tersedia dalam
sumsum tulang dengn perbandingan satu sel induk untuk setiap 1000 non-stem sel
sel elements. Stem ditunjukkan dalam percobaan klasik dan McCullugh hingga pada
tahun 1961. Peneliti tersebut meradiasi limpa dan sumsum tulang tikus, membuat
mereka aselular, dan kemudian meyuntikkannya sel-sel sumsum tulang. Dalam
beberapa hari, koloni muncul di limpa tikus yang disebut sebagai koloni membentuk
unit--limpa (CFU-S), dengan sel-sel yang mampu regenerasi ke dalam sel
hematopoietik matang. Di terminologi saat ini, CFU-S adalah sel induk pluripotential.
Sel induk Multipotensial mampu diferensiasi menjadi sel prekursor nonlymphoid atau
limfoid berkomitmen. Sel berkomitmen Nonlymphoid akan berkembang menjadi sel
putih keseluruhan, sel darah merah, atau keluarga megakaryocytic (CFU-GEMM).
Sel berkomitmen limfositik (LSC) akan berkembang menjadi sel T atau sel B, yang
berbeda asal. Sel T bertanggung jawab untuk imunitas seluler (cell-komunikasi-sel),
sedangkan sel B bertanggung jawab untuk kekebalan humoral, produksi antibodi
beredar diatur oleh sel plasma. Masing-masing sel berkomitmen berkembang
menjadi bentuk dewasa mereka melalui proliferasi, diferensiasi pematangan, dan
sinyal kimia seperti sitokin dan interleukin yang unik bertanggung jawab untuk
mempromosikan garis keturunan tertentu sel. Sebagian besar dari zat ini adalah
glikoprotein yang akan menargetkan tahap sel tertentu. Mereka mengendalikan
7
replikasi, klonal atau seleksi keturunan dan bertanggung jawab untuk tingkat
pematangan dan penghambatan pertumbuhan sel batang. Sitokin banyak tersedia
sebagai produk farmasi. Teknologi rekombinan telah memungkinkan untuk
memurnikan dan menghasilkan sitokin seperti EPO, granulocytecolony stimulating
factor (G-CSF), dan granulocytemacrophage colony-stimulating factor (GM-CSF).
Produk ini digunakan untuk merangsang produksi sel tertentu untuk menghasilkan
manfaat terapeutik bagi pasien. Kondisi tertentu di mana sitokin rekombinan telah
berguna adalah sebagai berikut:
1. Pemulihan dari neutropenia yang dihasilkan dari terapi myelotoxic
2. Okulasi melawan penyakit di tempat lokal setelah terapi transplantasi
sumsum tulang.
3. Untuk meningkatkan jumlah sel darah putih pada pasien dengan AIDS pada
terapi antiretroviral.
Daftar singkat dari sitokin dan garis selnya yang dirangsang termasuk dalam
Tabel berikut :
Tabel 2.2 Daftar Singkatan dari Sitokin dan Faktor Pertumbuhan
Sitokin Sel Pengubah
IL-2 Sel T, sel B, sel NK
IL-3 Multilineage faktor penstimulasi
IL-4 Sel B , sel T, sel mast
IL-6 Stem sel, sel B
IL-7 Pra-sel B, sel T, granulosit awal
IL-11 megakariosit
GM-CSF Granulosit, makrofag, fibroblas, sel endotel
EPO Progenitor sel sel darah merah
IL, interleukin, GM, granulosit-monosit, CSF, faktor penstimulasi koloni, EPO,
eritropoietin, NK, pembunuh alami, fibroblast, jaringan ikat pendukung sel, sel
endotel, lapisan sel-sel pembuluh darah.
ERITROPOIETIN
8
Erythropoietin (EPO), sitokin, adalah hormon yang diproduksi oleh ginjal yang
berfungsi sebagai faktor pertumbuhan erithroid di. Hormon ini memiliki kemampuan
untuk merangsang produksi sel darah merah melalui reseptor pada pronormoblast,
prekursor sel termuda merah di sumsum tulang. EPO disekresi setiap hari dalam
jumlah kecil dan berfungsi untuk menyeimbangkan produksi sel darah merah. Jika
tubuh menjadi anemia dan Hgb mengalami penurunan, ginjal imengeluarkan lebih
banyak EPO, akibatnya, produksi sel darah merah yang dipercepat dan sel darah
merah muda dilepaskan. Pematangan normal sel merah dari sel prekursor
pronormoblast mengambil 5 hari, dengan eritropoiesis dipercepat, pematangan ini
menurun menjadi 3 sampai 4 hari. eritropoietin rekombinan Manusia (r-HuEPO)
tersedia sebagai produk farmasi dan dapat digunakan untuk orang yang mengalami
penyakit ginjal, untuk orang yang telah menjadi anemia sebagai akibat dari
kemoterapi, atau bagi individu yang menolak produk darah utuh atas dasar agama.
PERAN PROFESIONAL LABORATORIUM DALAM PROSEDUR SUMSUM
TULANG
Mendapatkan aspirasi atau biopsi sumsum tulang merupakan prosedur invasif
dan berpotensi menyakitkan, dan untuk alasan ini, prosedur ini dengan hati-hati
dievaluasi sebelum melanjutkan. Teknolog ini memiliki peran ganda dalam aspirasi
sumsum tulang dan / atau prosedur biopsi. Pada dasarnya, teknolog bertindak
sebagai asisten ahli patologi / ahli hematologi dalam penyusunan bahan untuk
prosedur. Selanjutnya, teknolog menginformasikan ahli patologi / hematologi jika
sampel diterima atau tidak dapat diterima. Teknolog menentukan apakah prosedur
diulang atau diselesaikan.
Ada beberapa anemia dengan prosedur sumsum tulang yang diperlukan
untuk tujuan diagnostik. Namun, mendiagnosis gangguan sel darah putih seperti
leukemia atau limfoma bergantung pada evaluasi tulang sumsum dasar.
PROSEDUR SUMSUM TULANG
Pada pasien dewasa, krista iliaka adalah situs pilihan, dan pasien biasanya
menghadap ke bawah sementara dokter memilih daerah yang sesuai. Daerah ini
dibius dengan anestesi lokal untuk jumlah yang tepat waktu dan dokter hasil untuk
memajukan jarum aspirasinya dengan gerakan memutar ke bawah. Begitu jarum
telah masuk ke dalam sumsum tulang, posisinya solid dan tidak dapat dipindah-
9
pindahkan. Stilus dihapus dan jarum suntik ditempatkan di ujung jarum. Dengan
gerak cepat, sejumlah kecil cairan darah (sekitar 1 mL) dan bahan sumsum spicule
diperoleh. Para teknolog / teknisi menilai sampel untuk sumsum tulang,
berkomunikasi dengan dokter apakah sumsum diamati, dan kemudian mulai
mempersiapkan potongan dari bahan aspirat, memancing keluar sumsum tulang
spikula dengan loop mikrobiologis atau pipet. Jika sampel biopsi diminta, pisau
pemotong diperkenalkan ke dalam lubang jarum dan maju sampai rongga medullary
dimasukkan. Sebuah inti yang sangat kecil dari tulang, 3/4 inci, diperoleh, dan
sampel biopsi dihapus dengan memasukkan stilus ke pisau memotong dan
mendorong sampel melalui ujung terbuka. Prosedur ini dihentikan ketika dokter
mencabut jarum dan melakukan tekanan ke daerah. Sentuhan persiapan biopsi inti
dibuat oleh teknolog dengan lembut menerapkan sampel biopsi untuk coverslips
beberapa dengan menggunakan pinset steril. Dalam hal aspirasi yang tidak dapat
diperoleh, hal ini dapat menyajikan pilihan yang layak. Aspirasi yang tersisa dan
bahan biopsi ditempatkan dalam fiksatif sebuah Zenker 5% dan diproses di
laboratorium histologi. Pasien harus tetap di tempat tidur selama satu jam berikutnya
sehingga tekanan yang diterapkan ke lokasi aspirasinya. Pasien dengan jumlah
trombosit menurun mungkin perlu dipantau lebih dekat dan memiliki tekanan yang
diberikan di situs biopsi untuk waktu yang lama sekali prosedur ini selesai.
LAPORAN SUMSUM TULANG
Setelah potongan dari biopsi dan / atau bahan aspirat berwarna, dokter akan
mengevaluasi sumsum tulang untuk sellulariti keseluruhan, rasio M:E (300 sampai
500 sel dipindai), pematangan setiap baris sel, rasio sumsum-hingga-lemak , dan
adanya sel-sel abnormal atau tumor. Sumsum tulang yang menyimpan besi akan
dievaluasi dengan menggunakan pewarnaan Prusia biru, arsitektur sumsum akan
diamati untuk kelainan pada struktur stroma (nekrosis, fibrosis, dll). Hasil ini
dikombinasikan dengan hitung darah lengkap pasien (CBC) akan memungkinkan
dokter untuk mencapai diagnosis.
PERHITUNGAN DARAH LENGKAP
10
Hitungan darah lengkap (CBC) merupakan salah satu yang paling sering
memerintahkan dan paling waktu dihormati laboratorium tes di laboratorium
hematologi. Evaluasi ini terdiri dari sembilan komponen dan menawarkan berbagai
seorang dokter data hematologi untuk menafsirkan dan meninjau bahwa
langsung berhubungan dengan kesehatan sumsum tulang, yang diwakili oleh jumlah
dan jenis sel di perifer sirkulasi. Kesembilan komponen CBC adalah jumlah sel
darah putih (WBC), sel darah merahcount (RBC), Hgb, hematokrit (Ht), berarti
corpuscular Volume (MCV), berarti corpuscular Hgb (MCH), berarti corpuscular Hgb
konten (MCHC), jumlah trombosit, dan sel darah merah distribusi lebar (RDW).
Tergantung pada jenis instrumentasi otomatis digunakan, beberapa parameter
secara langsung dibaca dari instrumen dan beberapa dihitung. Umumnya, sebagian
besar otomatis instrumen langsung membaca WBC, RBC, Hgb, dan MCV. Itu
Hct adalah parameter dihitung. Korelasi pemeriksaan antara Hgb dan Hct adalah
bagian penting dari kualitas jaminan untuk CBC dan dikenal sebagai aturan "dari tiga
"Rumus untuk pemeriksaan korelasi / aturan tiga adalah sebagai berikut: Hgb × 3=
Hct ± 3 × 3 dan RBCX3 = Hgb. Sebagai soal praktek, masing-masing operator dari
setiap otomatis instrumentasi harus dapat dengan cepat dan akurat membangun cek
korelasi untuk setiap sampel. Kegagalan untuk jatuh dalam pemeriksaan korelasi
biasanya pertama indikator kesalahan preanalytic dan mungkin menunjukkan
korektif tindakan seperti meninjau Pap perifer, menelusuri asal sampel, atau
investigasi lainnya. Selain itu, setiap instrumen menyajikan representasi bergambar
dari data hematologi terdaftar sebagai baik histogram atau sebar, dan paling
sekarang menawarkan otomatis retikulosit hitungan. Hal ini dibahas dalam Prosedur
Bagian. Tabel 2.3 menyajikan nilai normal untuk CBC dari Tabel dewasa, dan 2,4
memberikan dipilih nilai sel darah merah untuk bayi yang baru lahir. Data ini juga
disajikan pada penutup dalam teks ini.
Tidak semua data pada CBC dipandang sama pentingnya dengan atau tanpa
kegunaan. Memang, dalam sebuah studi informal di Universitas Cleveland yang
dilakukan oleh Dr Linda Sandhaus (Direktur, Core Laboratorium Hematologi, 2004),
kebanyakan dokter melaporkan bahwa informasi yang paling disukai adalah Hgb,
Hct, jumlah trombosit, dan WBC. MCV pada umumnya dianggap penting oleh dokter
perawatan primer. The jumlah retikulosit RDW dan otomatis digunakan terutama
oleh dokter "baru".
KLASIFIKASI MORFOLOGIS DARI ANEMIA
11
Umumnya, anemia diklasifikasikan baik secara morfologis atau sesuai
dengan penyebab patofisiologi. Pendekatan patofisiologi mengacu pada penyebab
anemia-apakah anemia ini disebabkan oleh kerusakan berlebihan atau produksi sel
darah merah berkurang. Meskipun ini tentu pendekatan yang dihormati, dokter lebih
akrab dengan klasifikasi morfologi anemia yang bergantung pada indeks sel darah
merah. Klasifikasi ini sudah tersedia menggunakan data CBC dan dapat bertindak
cukup cepat sebagai sarana untuk memulai investigasi terhadap penyebabnya. Ada
tiga klasifikasi morfologi anemia:
Anemia normokromik normositik
Anemia Mikrositik hipokromik
Anemia Makrositik normokromik
Anemia normokromik normositik menyiratkan sel merah MCV normal (80
hingga 100 fL) dan konten Hgb normal sel darah merah (MCHC dari 32% menjadi
36%). Meskipun sel darah merah dan nilai-nilai Hgb dapat dikurangi pada anemia
ini, ukuran dan isi Hgb per sel berada dalam kisaran normal. Sel darah merah
adalah ukuran normal dengan konten Hgb normal. Sebuah Anemia hipokromik
mikrositik menyiratkan MCV kurang dari 80 fL dengan MCHC kurang dari 32%.
Dalam gambaran darah, sel-sel merah mikrositik dan lebih kecil dan kurangnya Hgb,
memiliki area pucat pusat jauh lebih besar daripada daerah-3 pM biasa. Anemia
normokromik makrositik menyiratkan MCV lebih besar dari 100 fL. Sel darah merah
lebih besar dari 8 pM dengan konten Hgb dalam kisaran normal. Jika anemia yang
diduga dan dikonfirmasi oleh CBC, gambar smear perifer harus mencerminkan
klasifikasi morfologi yang dihasilkan oleh hasil otomatis. Sebagai contoh, sebuah
sampel pasien dengan MCV dari 67 fL dan MCHC dari 30% harus memiliki sel darah
merah yang kecil dan pucat. Jika hasil Pap perifer tidak berkorelasi dengan auto-
dikawinkan hasil, investigasi harus dimulai untuk menentukan penyebab perbedaan
tersebut.
Tabel 2.3 Nilai normal Menggunakan Unit SI
12
WBC 4.8 to 10.8 X 109/L
RBCMales 4.7 to 6.1 X 1012/L
Females 4.2 to 5.4 X 1012/L
HgbMales 14 to 18 g/dL
Females 12 to 16 g/dL
HctMales 42% to 52%
Females 37% to 47%
MCV 80 - 100 fL
MCH 27 - 31 pg
MCHC 32% - 36%
RDW 11.5% - 14.5%
Platelet count 150,000 - 350,000 X 109/L
MENGHITUNG INDEKS SEL MERAH DAN PERANNYA DALAM INTEGRITAS
SAMPEL
Indeks sel darah merah memberikan informasi mengenai ukuran dan isi Hgb
sel darah merah dengan menyediakan MCV, MCH, dan MCHC. MCV adalah salah
satu parameter yang paling stabil di CBC, dengan sedikit variasi selama periode
waktu: kurang dari 1% .13 Untuk alasan ini, MCV memainkan peran yang sangat
berharga dalam memantau kualitas preanalitik dan analitik sampel. MCV yang baik
secara langsung dibaca oleh metode instrumentasi, atau itu adalah nilai yang
dihitung. Jika dihitung, rumusnya adalah sebagai berikut:
MCV = (hematokrit / jumlah sel merah) X 100
Nilai normal adalah antara 80 dan 100 fL dan menyiratkan sebuah sel merah
yang memiliki ukuran 6 sampai 8 pm. Penjelasan sah untuk pergeseran dalam MCV
termasuk kehadiran agglutinins dingin (sel darah merah dilapisi dengan antibodi
dingin, menyebabkan peningkatan palsu dalam ukuran), terapi transfusi (sel-sel baru
ditransfusi lebih besar), dan retikulositosis (kehadiran makrosit polikromatofilik).
13
Spesimen atau preanalitik faktor yang dapat menjelaskan untuk MCV pergeseran
meliputi14,15 berikut:
1. Kontaminasi dengan menggambar melalui infus atau di-tinggal kateter.
2. Spesimen dari pasien hiperglikemia
3. Pasien pada beberapa obat kemoterapi atau zidovudin (AZT) terapi
Setiap pergeseran MCV yang tidak dapat dijelaskan sebagai akibat dari
keadaan yang terdaftar harus meminta laboratorium untuk menyelidiki
ketidakcocokan sampel mungkin atau salah identifikasi. Sebagai parameter
pemeriksaan delta, MCV memiliki nilai tinggi ketika menentukan integritas sampel.
Lihat Tabel 2.5 untuk penyebab pergeseran MCV. MCH dan MCHC memberikan
informasi mengenai hemoglobinisasi sel darah merah. MCH dapat dihitung dengan
rumus berikut:
MCH = (hemoglobin/red cell count) X 100
Nilai normal adalah 27 hingga 31 pg, yang menyiratkan bahwa berat rata-rata
Hgb dalam jumlah tertentu sel darah merah berada dalam kisaran yang tepat. Isi
MCHC dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut (dinyatakan dalam
persentase):
MCHC = (hemoglobin / hematokrit) X 10
Nilai normal adalah 32% sampai 36%, yang berarti bahwa jumlah Hgb per sel
merah dalam konsentrasi yang tepat.
Tabel 2.4 Nilai Sel Merah Terpilih untuk Bayi
RBC 4.4 to 5.8 _1012/L
Hgb 17 to 23 g/dL
Hct 53% to 65%
MCV 98 to 108 fL
NILAI LEBAR DISTRIBUSI SEL MERAH
Parameter kedelapan dari CBC adalah RDW, perhitungan matematis yang
memberikan wawasan tentang jumlah anisositosis (variasi dalam ukuran) dan, untuk
beberapa derajat, poikilocytosis (variasi bentuk) dalam smear perifer. RDW tersebut
diperoleh dengan cara sebagai berikut:
14
(Standar deviasi dari RBC
volume / rata-rata MCV) X 100
Nilai normal untuk RDW adalah 11,5% menjadi 14,5%. Standar deviasi
volume sel darah merah berasal dari data histogram ukuran bahwa plot ukuran sel
merah setelah sejumlah besar sel darah merah yang telah dianalisis oleh instrumen.
Kegunaan dari RDW adalah bahwa dalam banyak kasus RDW akan menjadi
abnormal awal dalam proses anemia daripada MCV. Karena anemia banyak (seperti
anemia kekurangan zat besi) berkembang selama periode waktu, parameter ini
dapat memberikan indikator yang sensitif ukuran darah merah perubahan 16
sebelum indeks sel darah merah menjadi terang-terangan tidak normal. Item terakhir
dalam CBC adalah jumlah trombosit.
Tabel 2.5 Kondisi Berkaitan dengan Pergeseran MCV
Agglutinin dingin
Transfusi
Kemoterapi-tidak semua obat
AZT terapi
Pergeseran Hiperglikemia-transien
NILAI KRITIS
Nilai-nilai kritis adalah nilai yang berada di luar jangkauan referensi dan permintaan
tindakan langsung oleh operator atau teknolog. Daftar nilai-nilai kritis diberikan pada tabel
berikut:
Tabel Kondisi Berkaitan dengan Pergeseran MCV
WBC
Low 3.0 _109/L
High 25.0 _109/L
Hgb
Low 7.0 g/dL
High 17.0 g/dL
Platelets
Low 20.0 _109/L
High 1000 _109/L
15
Jika seorang pasien hadir dengan nilai kritis pada CBC, dokter atau unit harus
segera diberitahu. Komunikasi ini sangat penting dan merupakan bagian utama dari kualitas
jaminan. Semua teknolog harus menyadari pentingnya dan urgensi tindakan tepat ketika
nilai kritis telah diperoleh.
PENDEKATAN KLINIS UNTUK ANEMIA
Anemia didefinisikan sebagai penurunan Hgb, jumlah sel darahmerah, dan Hct
dalam kelompok usia dan jenis kelamin tertentu, di mana referensi referensi rentang telah
dibentuk. Banyak pederita anemia mengembangkan sekunder untuk kondisi lain, namun ada
mereka yang diakibatkan karena sel darah merah yang sakit. Menetapkan diagnosis anemia
memerlukan sejarah dan pemeriksaan fisik yang baik, serta penilaian gejala pasien. riwayat
keluarga secara menyeluruh dapat memberikan informasi tentang diet, etnis, riwayat
perdarahan atau anemia, dan riwayat medis. Pasien dengan anemia sedang, memiliki Hgb
antara 7 dan 10 g / dL, mungkin menunjukkan beberapa fisik Gejala karena sifat
kompensasi dari sumsum tulang. Namun sekali Hgb turun di bawah 7 g / dL, gejala selalu
berkembang. Pucat, kelelahan, takikardia, sinkop, dan hipotensi adalah beberapa yang
paling umum tanda-tanda anemia. Pucat dan hipotensi berhubungan dengan volume darah
menurun, sementara kelelahan dan sinkop yang berhubungan dengan penurunan transport
oksigen, dan takikardia dan hati bergumam berhubungan dengan cardiac output meningkat.
NILAI DARI PERHITUNGAN RETIKULOSIT
Prhitungan retikulosit adalah cara yang paling efektif menilai generasi sel merah atau
respon terhadap anemia. Retikulosit adalah sel darah merah yang non-nucleated dan terisi
sisa-sisa bahan RNA, retikulum. Retikulum tidak dapat divisualisasikan dengan Wright’s
stain untuk dihitung dan dievaluasi, retikulosit harus ternoda dengan noda supravital, seperti
metilen biru baru atau brilian cresyl biru. Pada noda Wright, retikulosit dilihat sebagai
macrocytes polychromatophilic, atau besar, kebiruan sel. Tingkat retikulosit normal adalah
0,5% menjadi 1,5% pada orang dewasa dan 2,0% menjadi 6,0% pada bayi baru lahir.
Karena sumsum tulang memiliki kapasitas untuk memperluas produksi hingga 7 kali tingkat
normal, retikulosit tinggi menghitung atau retikulositosis adalah respon yang tepat dalam
anemia stres. Retikulosit akan terlihat pada perifer sebagai sel darah merah macrocytes
polychromatophilic nucleated juga dapat divisualisasikan dalam perifer smear sebagai ras
sumsum tulang untuk memberikan sel prematur dengan kecepatan tinggi. Produksi EPO
meningkat respons terhadap hipoksia (anemia), dan erythroid hiperplasia dalam sumsum
tulang (kondisi dimana prekursor sel lebih merah dari sel darah putih prekursor yang
16
dihasilkan) adalah bukti nyata dari generasi yang cepat. Kegagalan dalam peningkatan
retikulosit mungkin dapat mengakibatkan eritropoiesis tidak efektif, sebuah kondisi dimana
prekursor sel darah merah yang dihancurkan sebelum mereka dikirim ke sirkulasi perifer,
atau jika sumsum tulang disusupi dengan tumor atau abnormal sel, dll. Penurunan jumlah
retikulosit juga dapat terlihat dalam kondisi aplastik, di mana produksi baik sel putih atau sel
mera atau keduanya sangat terganggu. Di setiap peristiwa, tingkat respon retikulosit atau
kurangnya respon retikulosit merupakan indikator penting dari fungsi sumsum tulang
17