Post on 10-Dec-2020
i
PENGARUH EFIKASI DIRI, SIKAP, PERSEPSI RISIKO DAN
ASERTIF TERHADAP PERILAKU MENGHINDARI ASAP
ROKOK ORANG LAIN PADA REMAJA SANTRI
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Salah Satu
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh:
MUHAMMAD FURQAN
NIM: 208070000036
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
1436 H/2015
ii
PENGARUH EFIKASI DIRI, SIKAP, PERSEPSI RISIKO DAN ASERTIF
TERHADAP PERILAKU MENGHINDARI ASAP ROKOK ORANG LAIN
PADA REMAJA SANTRI
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh:
Muhammad Furqan
NIM: 208070000036
Pembimbing
Moh. Avicenna, M.HSc. Psy
NIP. 19770906 200112 1 004
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H / 2015 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul ““PENGARUH EFIKASI DIRI, SIKAP, PERSEPSI
RISIKO DAN ASERTIF TERHADAP PERILAKU MENGHINDARI ASAP
ROKOK ORANG LAIN PADA REMAJA SANTRI” telah diujikan dalam
sidang munaqasah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta pada tanggal 24 Agustus 2015. Skripsi ini telah diterima
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana psikologi (S.Psi) pada Fakultas
Psikologi.
Jakarta, 24 Agustus 2015
Sidang Munaqasah
Dekan/Ketua Wakil Dekan/Sekretaris/Anggota
Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si Dr. Abdul Rahman Shaleh, M.Si
NIP. 19680614 199704 1 001 NIP. 19720823 199903 1 002
Anggota
Desi Yustari Muchtar, M.Psi Nia Tresniasari, M.Si
NIP.19821214 200801 2 006 NIP. 19841026 200912 2 004
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Muhammad Furqan
NIM : 208070000036
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “PENGARUH
EFIKASI DIRI, SIKAP, PERSEPSI RISIKO DAN ASERTIF TERHADAP
PERILAKU MENGHINDARI ASAP ROKOK ORANG LAIN PADA
REMAJA SANTRI” adalah benar karya saya sendiri dan tidak melakukan
kegiatan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang
terdapat dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber kutipannya
dalam daftar pustaka.
Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai undang-undang
jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan karya orang
lain.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta, 06 Agustus 2015
Muhammad Furqan
NIM: 208070000036
v
Moto dan Persembahan
Victory loves preparation
-The Mechanic-
vi
Karya ini saya persembahkan untuk keluarga besar, kedua
orang tua, adik tercinta, sahabat-sahabat serta banyak pihak
dengan upaya dan doanya senantiasa mengiri di setiap
perjuangan.
vii
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
B) Agustus 2015
C) Muhammad Furqan
D) Pengaruh efikasi diri, sikap, persepsi risiko dan asertif terhadap perilaku
menghindari asap rokok orang lain pada remaja santri
E) XIV + 66 Halaman +15 Lampiran
F) Efek negatif yang ditimbulkan oleh asap rokok tidak hanya dirasakan oleh
perokok saja tetapi orang lain disekitarnya juga ikut merasakan
dampaknya. Maka dari itu perilaku menghindari asap rokok orang lain
adalah salah satu cara untuk mengurangi resiko negatif akibat yang
ditimbulkan asap rokok orang lain. Penelitian ini dilakukan untuk menguji
pengaruh efikasi diri, sikap, persepsi risiko, dan asertif terhadap perilaku
menghindar.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Jumlah populasi dalam
penelitian ini adalah remaja santri yang berada di Pondok Pesantren
Thawalib Putra Padang Panjang, Sumatra Barat. Sampel penelitian
berjumlah 171 orang santri yang diambil dengan teknik non probability
sampling. Instrumen dalam penelitian ini merupakan adaptasi dari skala
The Avoidance of Environtmental Tobacco Smoke Scale. Analisis data
penelitian menggunakan regresi berganda dengan menggunakan program
SPSS versi 16.0. Sedangkan untuk menguji validitas konstruk
menggunakan LISREL 8.70.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel efikasi diri, sikap, persepsi
risiko, dan asertif memiliki pengaruh signifikan terhadap perilaku
menghindar dengan kontribusi 25,3%. Peneliti berharap implikasi dari
penelitian ini dapat dikaji kembali dan dapat dikembangkan pada
penelitian selanjutnya.
Kata kunci: perilaku menghindar, asap rokok orang lain, santri
G) Bahan bacaan: 11 buku, 30 jurnal, 7 artikel internet
viii
ABSTRACK
A) Faculty of Psychology Syarif Hidayatullah State Islamic University
Jakarta
B) August 2015
C) Muhammad Furqan
D) The effect of self efficacy, attitude, risk perception, and assertive toward
avoidance behavior of environmental tobacco smoke
E) XIV + 66 pages +15 appendixes
F) The negative effects caused by cigarette smoke is not only felt by the
smoker it self but other people are also affected. Thus the behavior of
avoiding other people's smoke is one way to reduce the risk of negative
consequences caused by environmental tobacco smoke. This study was
conducted to examine the effect of self-efficacy, attitudes, perceptions of
risk, and assertive toward avoidance behavior.
This study uses a quantitative approach. Total population in this study
were young students who are in boarding school Thawalib Putra Padang
Panjang, West Sumatra. These samples included 171 students were taken
with non-probability sampling techniques. Instruments in this study is an
adaptation of the scale The Avoidance of Environmental Tobacco Smoke
Scale. Analysis of study data using multiple regression using SPSS version
16.0. To test the construct validity using LISREL 8.70.
The results showed that the variables of self-efficacy and attitudes
significantly influence avoidance behavior with a contribution of 25.3%.
This research hope the implications of this study can be reviewed and
could be developed in future studies.
Keyword: avoidance behavior, environmental tobacco smoke, boarding
school
G) Reading Materials/Sources: 11 books, 30 Journals, 7 internet article
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat, hidayah, dan kasih sayang yang diberikan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “PENGARUH EFIKASI DIRI,
SIKAP, PERSEPSI RISIKO DAN ASERTIF TERHADAP PERILAKU
MENGHINDARI ASAP ROKOK ORANG LAIN PADA REMAJA
SANTRI”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan
kita, Rasulullah Muhammad SAW berikut kelurga dan sahabat-sahabatnya.
Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik
dalam bentuk sumbangan pikiran, tenaga dan waktu kepada penulis. Oleh karena
itu, perkenakanlah penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada:
1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof.
Dr. Abdul Mujib, M.Si, M.Ag beserta seluruh jajaran dekanat lainnya yang
telah memberikan kesempatan dan fasilitas terbaik kepada seluruh
mahasiswa Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, untuk menjadi
lulusan yang berkualitas.
2. Bapak Moh. Avicenna, M.HSc. Psy, selaku dosen pembimbing yang sudah
membimbing saya menyelesaikan skripsi ini dengan waktu, tenaga dan
kesabaran yang diberikan selama penulis menyelesaikan skripsi.
3. Bapak Ikhwan Lutfi, M.Psi dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan pengetahuan, dan dukungan kepada penulis.
4. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, yang telah memberikan banyak ilmu, pengetahuan, dan
bantuannya kepada penulis selama studi di kampus UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Kedua orang tua tercinta, Ayah H. Asril dan Ibu Yurdati. Terima kasih
atas kasih sayang, cinta, dukungan, perhatian, dan pengertian yang terus
mengalir untuk penulis. Buat adik saya Abdul Hadi selalu memberikan
semangat, dukungan, doa, canda dan tawa yang selalu menemani penulis.
x
6. Kepada Drs. Muslim, selaku Kepala Sekolah Pondok Pesantren Thawalib
Putra Padang Panjang atas keramahan dan izin penelitian yang telah
diberikan serta bantuannya dalam memperlancar penulis mengumpulkan
data.
7. Para santri Pondok Pesantren Thawalib Putra Padang Panjang atas
kesediaannya menjadi responden dalam penelitian ini.
8. Teman-teman seperjuangan skripsi Heri Wijayanto, Agung Uta Darwaji,
Hasan Basri, Nurul Baity Hasanah, Ana Arini Fauziah, Panji Aditya, Siti
Farah Difa, Iman Munandar dan lain-lain. Terima kasih atas bantuan, doa,
dan semangatnya untuk menyelesaikan skripsi bersama.
9. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu-persatu
yang telah banyak membantu dalam proses penyelesaian skripsi.
Semoga segala bantuan yang telah diberikan dibalas berlipat ganda oleh Allah
SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka
dari situ sangatlah diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar
dapat menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
untuk penulis pribadi dan siapa saja yang membaca serta berkeinginan untuk
mengeksplorasinya lebih lanjut.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Jakarta, 06 Agustus 2015
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii
LEMBAR ORISINALITAS .......................................................................... iv
MOTTO .......................................................................................................... v
LEMBAR PERSEMBAHAN ........................................................................ vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
ABSTRACT .................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................ 1
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah ....................................................... 10
1.2.1 Pembatasan masalah ........................................................................ 10
1.2.2 Perumusan masalah .......................................................................... 11
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................. 12
1.3.1 Tujuan penelitian ............................................................................. 12
1.3.2 Manfaat penelitian ........................................................................... 12
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Perilaku Menghindari Asap Rokok Orang Lain........................................ 14
2.1.1 Definisi Perilaku Menghindar .......................................................... 14
2.1.2 Aspek-aspek Perilaku Menghindar .................................................. 15
2.1.3 Faktor-faktor Mempengaruhi Perilaku menghindar ........................ 17
2.1.4 Pengukuran Perilaku Menghindar .................................................... 19
2.2 Efikasi Diri ............................................................................................ 19
2.2.1 Pengertian Efikasi Diri ..................................................................... 19
2.2.2 Dimensi Efikasi Diri ....................................................................... 20
2.2.3 Pengukuran Efikasi Diri .................................................................. 21
2.3 Sikap .......................................................................................................... 21
2.3.1 Pengertian Sikap............................................................................... 21
2.3.2 Dimensi Sikap .................................................................................. 23
2.3.3 Pengukuran Sikap............................................................................. 24
2.4 Persepsi Risiko .......................................................................................... 25
2.4.1 Pengertian Persepsi Risiko ............................................................... 25
2.4.2 Dimensi Persepsi Risiko .................................................................. 28
2.4.3 Pengukuran Persepsi Risiko ............................................................. 28
2.5 Asertif ....................................................................................................... 29
2.4.1 Pengertian Asertif ............................................................................ 29
xii
2.3.1 Dimensi Asertif ................................................................................ 30
2.4.2 Pengukuran Asertif .......................................................................... 31
2.6 Kerangka Berpikir ..................................................................................... 31
2.7 Hipotesis Penelitian ................................................................................... 35
2.7.1 Hipotesis mayor ............................................................................... 35
2.2.2 Hipotesis minor ................................................................................ 35
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ................................ 37
3.2 Variabel Penelitian ................................................................................... 38
3.3 Definisi Operasional ................................................................................. 38
3.4 Instrumen Pengumpulan Data ................................................................... 39
3.5 Uji Validitas Konstruk .............................................................................. 44
3.5.1 Uji Validitas Konstruk Skala Perilaku menghindar ......................... 46
3.5.2 Uji Validitas Konstruk Skala Sikap ................................................. 47
3.5.3 Uji Validitas Konstruk Skala Efikasi diri......................................... 48
3.5.4 Uji Validitas Konstruk Skala Persepsi risiko ................................. 50
3.5.5 Uji Validitas Konstruk Skala Asertif ............................................... 51
3.6 Teknik Analisis Data ................................................................................. 52
3.7 Prosedur Penelitian.................................................................................... 52
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian .......................................................... 54
4.2 Deskripsi Hasil dan Skor Variabel Penelitian ............................................ 55
4.2.1 Kategorisasi skor variabel penelitian ................................................ 55
4.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian .................................................................... 56
4.3.1 Hipotesis Mayor ................................................................................ 57
4.3.2 Hipotesis Minor ................................................................................. 58
4.4 Proporsi Varian .......................................................................................... 60
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 64
5.2 Diskusi ....................................................................................................... 64
5.3 Saran ....................................................................................................... 67
5.3.1 Saran teoritis...................................................................................... 67
5.3.2 Saran praktis ...................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 69
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Blueprint The Avoidance of Tobacco Smoke Scale ............................. 40
Tabel 3.2 Blueprint General Self-Efficacy Scale ................................................ 41
Tabel 3.3 Blueprint Smoking Attitude Scale ....................................................... 42
Tabel 3.4 Blueprint The Smoking Hazard Scale ................................................. 43
Tabel 3.5 Blueprint Rathus Asertiveness Schedule Scale ................................... 44
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Perilaku menghindar .......................................... 47
Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Sikap................................................................... 48
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Efikasi diri .......................................................... 49
Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Persepsi risiko .................................................... 50
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Asertif............................................................... 51
Tabel 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ................................................... 54
Tabel 4.2 Hasil Analisis Deskriptif Variabel Penelitian ..................................... 55
Tabel 4.3 Pedoman Interpretasi Skor .................................................................. 56
Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Variabel ................................................................. 56
Tabel 4.5 Model Summary .................................................................................. 57
Tabel 4.6 Tabel anova ......................................................................................... 57
Tabel 4.7 Koefisien regresi ................................................................................. 58
Tabel 4.8 Sumbangan provosi varians dari masing-masing IV .......................... 61
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Konsep model penelitian perilaku menghindar ................... 17
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir ................................................................ 34
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Path Diagram .................................................................................. 74
Lampiran 2 Contoh Syntax CFA Perilaku Menghindar .................................... 74
Lampiran 3 Contoh Output CFA Perilaku Menghindar ..................................... 76
Lampiran 4 Kuisioner Penelitian ...................................................................... 89
1
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian, perumusan
dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
1.1.1 Latar Belakang Masalah
Secondhand smoke (SHS), yang dikenal juga dengan perokok pasif merupakan asap
yang bercampur antara asap yang dihembuskan oleh perokok dan asap yang keluar
dari pembakaran rokok. Perokok pasif juga disebut sebagai Environmental Tobacco
Smoke (ETS), atau di Indonesia dikenal dengan asap rokok orang lain (AROL)
(WHO, 2015). Asap ini terdiri dari 4000 senyawa kimia yang bercampur, termasuk
didalamnya ditemukan bahan-bahan yang ada di dalam suatu produk, seperti
misalnya cat kuku (aseton), pembersih toilet (ammonia), racun tikus (sianida),
pestisida (DDT) dan asap knalpot mobil (karbonmonoksida). Asap tersebut
merupakan hasil dari rokok yang dibakar dan asap yang dihembuskan oleh perokok
(Kemenkes RI, 2012)
Rokok bukan hanya masalah perokok aktif tetapi juga orang disekitar
mereka. Lebih dari 40 juta anak berusia 0–14 tahun tinggal dengan perokok dan
terpapar asap rokok dilingkungannya. Anak yang terpapar asap rokok di
lingkungannya mengalami pertumbuhan paru yang lambat, dan lebih mudah
terkena infeksi saluran pernapasan, infeksi telinga dan asma (Kementrian
Kesehatan, 2010). Selanjutnya Riset Dasar Kesehatan (2010), menghitung ada 40,3
juta anak Indonesia berusia 0-14 tahun yang hidup serumah dengan perokok dan
otomatis terpapar asap nikotin. Hal ini senada dengan penelitian yang dihimpun
2
oleh The Campaign for Tobacco-Free Kids (2013) di Indonesia, yang menyebutkan
bahwa 78 persen anak muda dengan rentang usia 13-15 tahun terpapar asap rokok
di tempat umum, dan 69 persen lainnya terpapar asap rokok di rumah. Angka
kematian yang disebabkan paparan asap rokok lebih mengkhawatirkan lagi, ada
lebih dari 5 juta kematian akibat merokok pertahunnya didunia, sedangkan perokok
pasif menyumbang lebih dari 600.000 kematian pertahunnya (WHO, 2014).
Sebenarnya kematian dan penyakit akibat paparan asap rokok orang lain
dapat dicegah. Selain dukungan pemerintah serta masyarakat sekitar, bagi perokok
pasif pencegahan ini dapat dilakukan dengan cara mengadaptasi perilaku
menghindar pada saat berada di lingkungan paparan asap rokok. Karena paparan
asap rokok orang lain tidak hanya melibatkan perokok saja, melainkan melibatkan
perilaku dari dua orang, yaitu orang yang merokok dan orang yang terkena paparan
asap rokok (Ding et.al., 2010). Perilaku menghindar, atau yang dikenal dengan
avoidance behavior adalah perilaku yang muncul akibat ada atau tidak adanya
aversi atau stimulus yang tidak menyenangkan. Perilaku menghindar juga
merupakan perilaku yang muncul karena sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi,
hal ini karena seseorang mengharapkan hasil positif dari perilaku tersebut
(Martinelli, 1998). Dapat diartikan bahwa perilaku menghindari asap rokok orang
lain muncul untuk menghindari resiko kesehatan atau bahkan kematian yang
disebabkan oleh asap rokok orang lain.
Martinelly (1998) mengklasifikasikan perilaku menghindar sebagai berikut:
(a) menolak untuk masuk ke dalam situasi di mana terdapat paparan asap rokok
orang lain, (b) meminta perokok untuk menghentikan perilaku merokok, (c)
3
mengurangi paparan asap rokok ketika tidak mampu menghindari lingkungan asap
rokok orang lain. Penelitian menghindari asap rokok orang lain pertama kali
dimulai oleh Martineli pada tahun 1998. Kemudian diikuti dengan penelitian yang
lain dengan sampel yang beragam. Ada yang menggunakan partisipan dari ibu
hamil di Taiwan (Lai et.al, 2013). Peneliti lainnya menggunakan partisipan
karyawan wanita (Gharaibeh et.al, 2011) dalam studi tentang perilaku menghindar.
Kemudian pada penelitian ini menggunakan remaja sebagai partisipan penelitian.
Masa remaja merupakan masa yang rentan dengan resiko kesehatan,
beberapa masalah kesehatan pada waktu dewasa cenderung berhubungan dengan
perilaku seseorang pada masa remaja (Centers for Disease Control and Prevention,
2004). Beberapa teori juga menjelaskan bahwa remaja juga cenderung
memunculkan perilaku yang dinilai beresiko (Arnett, 1999). Karena digambarkan
sebagai masa penuh kesenangan, kegembiraan, mencoba hal-hal yang baru, dan
tantangan, yang kemudian berpotensi berbahaya dalam kegiatan tertentu
(Zuckermen dalam Arnett & Balle-Jensen, 1993). Teori yang lain juga
menyebutkan bahwa perilaku beresiko pada remaja muncul karena keinginan untuk
diterima oleh teman sepermainan, dan status dalam kelompok (Jessor, 1991).
Sehingga remaja dituntut untuk menentukan perilaku apa yang harus ia lakukan
pada saat itu juga, menghindari atau tidak menghindari lingkungan asap rokok.
Masalah rokok tidak hanya dihadapi oleh remaja secara umum, tetapi juga
terjadi pada santri pondok pesantren. Pada santri, mereka mendapatkan pendidikan
juga pemahaman keagamaan lebih banyak dibandingkan sekolah pada umumnya.
Selain tinggal di asrama, dimana terdapat aturan ketat mengenai rokok, para
4
pendidik juga dapat dengan mudah memantau perkembangan anak didiknya.
Kemudian dengan adanya aturan MUI (Majelis Ulama Indonesia) pada tahun 2009
menetapkan bahwa rokok hukumnya makruh dan haram, namun merokok hanya
diharamkan ditempat umum, bagi anak-anak, dan wanita hamil (kemenag.go.id,
2009). Sehingga diharapkan memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai
dampak negatif perilaku merokok dibandingkan dengan remaja pada umumnya.
Selain itu, Pondok pesantren tempat penulis mengadakan penelitian berada
di kota Padang Panjang, Sumatra Barat, merupakan salah satu dari tiga kota di
Sumatra Barat yang menerapkan perda KTR (kawasan tanpa rokok). Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Azkha (2013) berkenaan dengan penerapan KTR
dalam upaya menurunkan perokok aktif di Sumatra Barat mengatakan bahwa,
penerapan KTR mampu mengurangi jumlah perokok aktif, meskipun jumlah
perokok aktif masih cukup tinggi yaitu 59%. Ini artinya perokok pasif masih harus
berjuang untuk menghindari asap rokok orang lain. Namun dengan adanya perda
KTR diharapkan para santri sadar akan dampak asap rokok orang lain, kemudian
lebih yakin dan asertif dalam upaya. Penelitian yang dilakukan oleh Ding et.al.
(2010), menyebutkan remaja yang menghindari asap rokok orang lain biasanya
mendapat dukungan dari lingkungan disekitar, teman yang tidak merokok, serta
memiliki komitmen untuk tidak merokok.
Mengadaptasi perilaku menghindar didalam lingkungan masyarakat yang
menganggap merokok adalah perilaku yang normal merupakan suatu hal yang tidak
mudah dilakukan, seseorang akan dihadapi dengan beberapa masalah sosial, seperti
isolasi sosial sementara dan konflik interpersonal dengan orang lain (Martinelli,
5
1998). Menurut penelitian yang lain, dengan meningkatkan tingkat efikasi diri
seseorang dan menerapkan cara hidup sehat menjadi faktor yang penting agar dapat
menerapkan perilaku menghindari asap rokok orang lain (Martineli, 1999). Efikasi
diri berarti keyakinan seseorang mengenai berhasil atau tidaknya melakukan sebuah
perilaku yang diinginkan. Perilaku yang muncul sesuai dengan apa yang mereka
harapkan, tetapi jika mereka ragu tentang kemampuannya untuk memunculkan
perilaku yang diharapkan, perilaku tersebut tidak akan muncul (Bandura, 1986).
Seseorang akan menghindari lingkungan asap rokok jika ia yakin bahwa ia mampu
melakukannya, caranya bisa saja dengan menyatakan perasaan tidak suka seperti
menutup hidung, pergi dari lingkungan asap rokok, atau bahkan meminta perokok
untuk mematikan rokoknya.
Beberapa penelitian sebelumnya telah menunjukkan efikasi diri sebagai
salah satu prediktor yang kuat terkait dengan perilaku menghindari paparan asap
rokok orang lain. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Martinelli (1999) dengan
sampel pelajar umur 18 – 25 tahun, mengemukakan bahwa efikasi diri secara
signifikan terkait dengan perilaku menghindari paparan asap rokok orang lain.
Penelitiannya yang lain, menggunakan wanita dengan rata-rata umur 37 tahun dan
telah memiliki anak sebagai sampel penelitian. Hasil penelitian menyebutkan
bahwa, wanita yang memiliki efikasi diri yang rendah lebih rentan terkena paparan
asap rokok dibandingkan dengan yang memiliki efikasi diri tinggi. Namun,
meskipun seorang ibu seringkali terkena paparan asap rokok orang lain, mereka
cenderung memiliki efikasi diri yang tinggi untuk melindungi anaknya dari paparan
asap rokok (Martinelli, 2002). Kemudian penelitian Li dan Wang (2006) yang
6
menggunakan sampel remaja dengan rentang usia 15 hingga 19 tahun menunjukkan
bahwa efikasi diri memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku
menghindari asap rokok orang lain.
Menghindar atau tidaknya seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh efikasi
diri, setidaknya seseorang mampu menilai bahwa asap rokok orang lain merupakan
hal yang negatif, kemudian memandang perilaku menghindar sebagai perilaku
positif yang dapat mengurangi risiko terkena penyakit akibat asap rokok orang lain.
Ajzen dan Fishbein (1975) menyebutnya sebagai sikap, yaitu fungsi dari keyakinan-
keyakinan positif terhadap objek sikap akan menumbuhkan sikap positif terhadap
objek sikap tersebut. Sikap berhubungan dengan perilaku, sehingga jika seseorang
memiliki sikap negatif terhadap asap rokok orang lain maka intensi untuk menjauhi
asap rokok orang lain juga lebih tinggi. Lai et.al. (2013), melakukan penelitian
dengan sampel yang terdiri dari wanita hamil mengatakan bahwa, wanita hamil
yang memiliki sikap anti merokok yang tinggi, selama masa kehamilan akan
mengadopsi perilaku menghindari asap rokok orang lain lebih banyak dari pada
mereka yang memiliki sikap negatif terhadap perilaku menghindar selama masa
kehamilan. Berdasarkan hasil penelitian Wang (2006), menemukan bahwa sikap
orang dewasa memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku menghindari
paparan asap rokok orang lain. Karena sikap erat kaitannya dengan perilaku yang
akan dimunculkan seseorang yang memandang perilaku menghindar baik untuk
dirinya akan mengadaptasi perilaku tersebut karena berguna agar terhindar dari
resiko terkena penyakit akibat asap rokok orang lain.
7
Mereka yang memiliki sikap positif terhadap perilaku menghindar meyakini
bahwa dengan menghindar akan mengurangi risiko buruk asap rokok terhadap
kesehatan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ding et.al. (2010), lebih dari
90% remaja mengakui bahwa merokok dapat merusak kesehatan, dan 80% remaja
setuju bahwa asap rokok orang lain memiliki efek buruk terhadap kesehatan.
Dengan mengadaptasi perilaku menghindar akan mempengaruhi penilaiannya
terhadap tingkat resiko terkena penyakit yang muncul dimasa yang akan datang
(Weinstein, 2004). Dalam penelitian Lai et.al. (2013), persepsi risiko menjadi
faktor yang paling penting mempengaruhi cara pengambilan keputusan bagi wanita
hamil yang merokok untuk berhenti merokok. Mereka yang tidak mengindahkan
resiko kesehatan yang ditimbulkan oleh asap rokok terhadap anaknya yang belum
lahir memiliki kemungkinan untuk tetap melanjutkan perilaku merokoknya. Dalam
penelitiannya juga disebutkan bahwa wanita hamil yang memiliki persepsi risiko
yang tinggi selama masa kehamilan akan mengadaptasi perilaku menghindari asap
rokok di rumahnya.
Ketika seseorang menilai bahwa asap rokok orang lain adalah hal negatif
yang memberikan efek negatif terhadap kesehatan orang disekitar perokok, maka
seseorang diharapkan mampu mengutarakan perasaan, keinginan, kebutuhan dan
pendapat (George Domino, 1976). Raudsepp (1992), menyebutkan asertif sebagai
kemampuan mengungkapkan pendapat dengan jelas tanpa harus menyakiti orang
lain, sehingga kedua belah pihak saling mengerti dan saling berprasangka baik.
Penelitian yang dilakukan Kaufman (2014) menyebutkan bahwa kebanyakan
partisipan lebih mudah meminta anak-anak atau orang yang lebih muda dari mereka
8
untuk tidak merokok ditempat umum. Namun, dalam beberapa kasus, mereka
menghadapi kesulitan atau tidak berani meminta orang yang lebih tua atau lebih
tinggi sosial ekonominya dari pada mereka untuk tidak merokok ditempat umum,
namun beberapa partisipan tetap berani meminta atasan mereka untuk tidak
merokok di dalam kantor pemerintahan karena ada aturan ketat mengenai rokok.
Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Australian Institute of Health and
Welfare (AIHW), responden ditanya mengenai bagaimana jika seseorang
menyalakan rokok disekitar mereka. Sebanyak 71 persen responden mengatakan
bahwa mereka akan menghindarinya dengan cara pergi dari lingkungan asap rokok,
dan hanya 6 persen responden meminta perokok untuk berhenti merokok. Jika
dipersempit lagi, dibandingkan dengan laki-laki (53%), perempuan (68%) lebih
cenderung menghindari asap rokok (AIHW, 2004).
Poland et.al. (1999) dalam penelitiannya menyebutkan, dibandingkan
dengan beberapa tahun yang lalu, saat ini partisipan penelitian merasa lebih nyaman
untuk meminta perokok agar tidak merokok didekat wanita hamil dan anak-anak.
Bahkan beberapa perokok merasa tidak nyaman lagi merokok ditempat umum.
Menurutnya hal itu disebabkan oleh beberapa hal seperti, a) ketatnya aturan
mengenai rokok, diberlakukannya KTR, b) tingkat penerimaan masyarakat
terhadap rokok, c) kesadaran perihal resiko kesehatan terhadap perokok dan bukan
perokok, d) adanya perubahan dalam kehidupan pribadi mereka (seperti memiliki
anak). Perilaku asertif sangat dibutuhkan bagi perokok pasif ketika berhadapan
dengan lingkungan asap rokok agar tidak terkena resiko kesehatan yang
ditimbulkan oleh asap rokok.
9
Dalam beberapa banyak penelitian juga disebutkan faktor demografis yang
mempengaruhi kemampuan menghindar seseorang, seperti apakah sebelumnya ia
pernah merokok, memiliki teman atau orang tua yang merokok. Dalam
penelitiannya Wang menyebutkan bahwa tinggal dengan perokok memiliki dampak
negatif terhadap kemampuan menghindar perokok pasif dari paparan asap rokok
orang lain (Wang dalam Gharaibeh et.al, 2011). Mereka yang tinggal dengan
perokok memiliki kecenderungan lebih rendah untuk menghindari asap rokok orang
lain dibandingkan dengan mereka yang tidak tinggal dengan perokok, sebaliknya
memiliki anggota keluarga yang tidak merokok dan teman yang tidak merokok
cenderung untuk menampilkan perilaku menghindari asap rokok orang lain
(Martinelli, 1999). Dalam penelitian lainnya disebutkan juga bahwa remaja yang
pernah mencoba merokok memiliki kecenderungan untuk tidak menghindari
lingkungan asap rokok orang lain dari pada mereka yang belum pernah merokok
(Ding et.al., 2010). Emmons (1994) dalam penelitiannya juga menyebutkan bahwa
seseorang yang memiliki kebiasan merokok sejak lama mempengaruhi motivasinya
untuk menghindari lingkungan asap rokok orang lain, mereka yang telah lama
memiliki kebiasaan merokok cenderung memiliki minat yang rendah untuk
menghindari lingkungan asap rokok orang lain.
Beranjak dari penjelasan dan keterangan yang telah dipaparkan di atas,
dalam penelitian ini peneliti ingin melihat seberapa besar pengaruh dari masing-
masing variabel terhadap perilaku menghindari asap orang lain. Oleh karenanya
diajukan penelitian dengan judul “Pengaruh Efikasi diri, Sikap, Persepsi risiko dan
10
Asertif terhadap Perilaku menghindari asap rokok orang lain pada Remaja Santri
Thawalib Putra Padang Panjang”.
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan masalah
Agar penelitian ini fokus terhadap variabel yang akan diteliti, penelitian ini dibatasi
hanya untuk mengetahui Pengaruh efikasi diri, sikap, dan persepsi risiko dan asertif
terhadap perilaku menghindar. Adapun pengertian konsep masing-masing variabel
adalah sebagai berikut:
1. Perilaku menghindar dalam penelitian ini mengacu pada teori Martinelli (1998),
yaitu perilaku yang berhubungan atau tidak berhubungan dengan aversi atau
reinforcer negatif.
2. Efikasi diri dalam penelitian ini menggunakan konsep teori Bandura (1986),
dimana efikasi diri digambarkan sebagai evaluasi seseorang terhadap
kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan sebuah tugas, mencapai
tujuan, atau mengatasi hambatan.
3. Sikap dalam penelitian ini menggunakan konsep teori tindakan beralasan atau
Theory of Reasoned Action yang dikembangkan oleh Fishbein dan Ajzen (1975),
konstruk sikap terhadap suatu perilaku secara mendasar merupakan fungsi dari
keyakinan terhadap suatu perilaku (behavior beliefs) dan evaluasi (evaluation)
terhadap keyakinan terhadap suatu perilaku itu. Keyakinan terhadap suatu
perilaku menggambarkan persepsi individu tentang konsekuensi pelaksanaan
suatu perilaku.
11
4. Persepsi risiko dalam penelitian ini menggunakan konsep teori Weinstein
(2004), menurutnya persepsi risiko adalah bagaimana perilaku seseorang saat ini
mempengaruhi penilaiannya terhadap tingkat resiko terkena penyakit yang
muncul dimasa yang akan datang.
5. Asertif dalam penelitian ini menggunakan konsep teori Lazarus (dalam Pipas,
2010), menurutnya asertif adalah kemampuan untuk mengatakan tidak, meminta
bantuan, membuat permintaan, memulai dan mengakhiri percakapan, serta
kemampuan untuk mengekspresikan perasaan positif dan negatif.
6. Remaja santri dalam penelitian ini dibatasi pada santri Pondok Pesantren
Thawalib Putra Padang Panjang dengan jenjang pendidikan dari kelas VII
(tujuh) SMP hingga X (sepuluh) SMA.
1.2.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan pada masalah di atas, maka permasalahan penelitian
dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah variabel efikasi diri memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
perilaku menghindar?
2. Apakah variabel sikap memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku
menghindar?
3. Apakah variabel persepsi risiko memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap perilaku menghindar?
4. Apakah variabel asertif memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
perilaku menghindar?
12
5. Apakah variabel demografis pernah mencoba rokok memiliki pengaruh
yang siginifikan terhadap perilaku menghindar?
6. Apakah variabel demografis umur pertama kali merokok memiliki
pengaruh yang siginifikan terhadap perilaku menghindar?
7. Apakah variabel demografis status orang tua merokok memiliki pengaruh
yang siginifikan terhadap perilaku menghindar?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel efikasi diri , variabel
sikap, variabel persepsi risiko dan variabel asertif. terhadap perilaku menghindari
asap rokok orang lain pada remaja santri Thawalib Putra Padang Panjang.
1.3.2 Manfaat penelitian
1. Manfaat secara teoritis
Manfaat secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
ilmiah bagi wahana perkembangan ilmu psikologi, khususnya di bidang
psikologi kesehatan dan perilaku. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan penjelasan yang lebih luas tentang faktor-faktor apa saja yang dapat
mempengaruhi perilaku menghindar.
2. Manfaat secara praktis
Manfaat secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi
penelitian selanjutnya mengenai efikasi diri, sikap, persepsi risiko, dan asertif
terhadap perilaku menghindar pada remaja. Penelitian ini juga diharapkan dapat
menjadi solusi atau pemecahan masalah bagi para remaja santri dalam mengatasi
13
masalah yang berkaitan dengan perilaku yang diadaptasi ketika berhadapan dengan
lingkungan asap rokok. Selain itu, hasil penelitian dapat menjadi rujukan bagi
Pusat Promosi Kesehatan untuk membuat program yang dapat meningkatkan
kesadaran masyarakat akan pentingnya menghindari lingkungan asap rokok.
14
BAB 2
LANDASAN TEORI
Pada bab ini terdapat 4 sub bab yang akan peneliti jabarkan. Sub bab pertama
membahas mengenai perilaku menghindar, sub bab kedua efikasi diri, sub bab
ketiga sikap, dan sub bab keempat persepsi risiko dan sub bab kelima asertif.
Terakhir diuraikan mengenai kerangka berpikir serta hipotesis penelitian
2.1 Perilaku Menghindari (Avoidance Behavior) Asap Rokok Orang Lain
2.1.1 Defenisi perilaku menghindar
Penelitian mengenai Avoidance Behavior atau perilaku menghindar telah
dilakukan semenjak abad dua puluh, penelitian ini awalnya dilakukan oleh
Bekhterev (Maia, 2012), kemudian dilanjutkan oleh Murray Sidman (dalam
Abbots, 2012), yang disebut dengan Sidman Avoidance. Dalam lingkungan asap
rokok, teori ini menjelaskan bahwa perilaku seseorang muncul untuk menghindari
stimulus aversif atau reinforcer negatif.
Pada penelitian berikutnya, Klein (2012), menyebutkan avoidance
conditioning melibatkan proses pembelajaran respon yang berfungsi untuk
mencegah terjadinya suatu peristiwa tidak menyenangkan. Ia kemudian membagi
perilaku menghindar menjadi dua macam, active avoidance learning dan passive
avoidance learning. Active avoidance learning adalah perilaku yang muncul
untuk menghindari munculnya konsekuensi atau hasil yang tidak diinginkan.
Sedangkan passive avoidance learning merupakan lawan dari active avoidance
learning, yaitu tidak memunculkan perilaku untuk menghindari munculnya
konsekuensi.
15
Dalam penelitian yang lain, Schoenfeld (1969) menjelaskan bahwa
menghindar memiliki makna secara umum yaitu melakukan sesuatu untuk
menghindari pengalaman yang menyakitkan terjadi. Sedangkan menurut
Martinelli (1998), menghindar adalah perilaku aktif yang berhubungan atau tidak
berhubungan dengan aversi. Menghindar juga merupakan konsekuensi dari aversi
itu sendiri. Dalam perilaku menghindar, seseorang dalam keadaan aktif dan
menyadari perilakunya, hal ini karena mereka mengharapkan hasil positif dari
perilaku tersebut.
Martinelli (1998) menyebutkan perilaku menghindari paparan lingkungan
asap rokok terbagi dalam beberapa kategori, yaitu: (a) menolak untuk tidak masuk
kedalam situasi dimana terdapat paparan asap rokok tembakau, (b) mengendalikan
tingkat paparan dengan meminta perokok untuk tidak merokok, (c) mencoba
meredam paparan asap rokok tembakau ketika tidak bisa sepenuhnya menghindar
dari lingkungan asap rokok.
Dari beberapa definisi di atas, maka dalam penelitian ini menggunakan
defenisi perilaku menghindar yang disebutkan oleh Martinelli (1998), yaitu
perilaku aktif yang berhubungan atau tidak berhubungan dengan aversi atau efek
negatif yang tidak menyenangkan.
2.1.2 Aspek-aspek perilaku menghindar
Adapun aspek-aspek perilaku menghindar yang dapat dijadikan untuk mengukur
perilaku menghindar seseorang menurut Martinelly (1998) adalah sebagai berikut:
1. Menyadari bahwa asap rokok orang lain memiliki dampak buruk
terhadap kesehatan dan kenyamanan. Seseorang yang menyadari
16
dampak buruk asap rokok orang lain terhadap dirinya dan lingkungan
sekitar akan cenderung menghindari situasi dimana terdapat asap
rokok orang lain
2. Memiliki keinginan untuk menghindari asap rokok orang lain. Tanpa
adanya keinginan untuk menghindar, seseorang tidak akan
menghindari asap rokok orang lain meskipun ia memiliki pengetahuan
mengenai dampak buruk asap rokok orang lain terhadap dirinya.
3. Memiliki kemampuan fisik untuk menghindari asap rokok orang lain
baik secara verbal dan non-verbal.
4. Meyakini bahwa konsekuensi yang diakibatkan oleh paparan asap
rokok orang lain berasal dari tindakan diri sendiri. Memiliki
keyakinan bahwa dampak buruk asap rokok orang lain berasal dari
tindakan diri sendiri akan mempengaruhi perilaku seseorang untuk
menghindar jika berada dalam situasi yang terdapat asap rokok orang
lain.
5. Yakin terhadap kemampuan diri sendiri untuk menghindari asap rokok
orang lain. Keyakinan seseorang terhadap dirinya sendiri memiliki
kaitan yang erat terhadap perilaku menghindar yang akan ditampilkan.
Seseorang yang yakin untuk menghindari asap rokok orang lain akan
merasa percaya diri untuk menghindari asap rokok dengan cara
meminta perokok untuk mematikan rokoknya, sedangkan pada
tingkatan yang lain, seseorang lebih memilih untuk menghindari asap
17
rokok dengan cara menutup hidung atau pura-pura batuk sebagai
bentuk ungkapan tidak nyaman terhadap perokok.
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menghindar
Penelitian yang dilakukan oleh Li dan Wang (2006), menggunakan
PRECEDE model untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku
menghindar. Dalam penelitiannya model PRECEDE dapat menunjukkan secara
signifikan faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku menghindar, yaitu:
Gambar 2.1. Konsep model penelitian Li dan Wang (2006) mengenai perilaku
menghindari asap rokok orang lain.
Menurut Green & Keutler (1999), model PRECEDE (Predisposing,
Reinforcing, and Enabling Causes in Educational Diagnosis and Evaluation)
menekankan bahwa perilaku kesehatan dipengaruhi oleh predisposing factor,
enabling factor, dan reinforcing factor. Dalam penelitiannya Li dan Wang (2006)
menggunakan PRECEDE untuk mengukur:
Predisposing factor Knowledge of ETS
Attitude toward avoiding ETS
Self efficacy of voiding ETS
Demographic factor
Gender
Age
Socioeconomic status
Enabling Factors
Perception of health resources for
avoiding ETS in school
Behavior to avoid ETS
Reinforcing Factor
Perceprion of ETS avoidance in families
Perceprion of ETS avoidance in peers
Smoking behavior of families
Smoking behavior of friends
18
a. Predisposing factor didefenisikan sebagai faktor yang memberikan efek
sebelum perilaku muncul dengan cara meningkatkan atau menurunkan
motivasi seseorang untuk melakukan perilaku tersebut. Beberapa hal yang
termasuk kedalam Predisposing factor adalah pengetahuan, sikap, belief
(kepercayaan), nilai, dan persepsi yang mempengaruhi motivasi untuk
berperilaku.
b. Enabling Factor adalah ketersediaan lingkungan dalam memfasilitasi
perubahan perilaku seperti, ketersediaan, akses, dan keterjangkauan
kesehatan yang disediakan masyarakat. Enabling factor bisa dalam bentuk
pengetahuan mengenai resiko kesehatan perokok pasif yang diajarkan di
sekolah.
c. Reinforcing factor didefenisikan sebagai dukungan atau timbal balik dari
sebuah perilaku, seperti dukungan dari temen sepergaulan. Persepsi keluarga
dan teman sepergaulan mengenai perilaku menghindari asap rokok orang
lain dapat mempengaruhi persepsinya mengenai perokok pasif dimasa
dewasa. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa orang dewasa yang
tinggal dengan perokok memiliki tingkat motivasi yang rendah untuk
menghindari asap rokok lingkungan (Martinelli, 1999).
d. Faktor demografis dapat membantu untuk mengidentifikasi kelompok mana
saja yang mempengaruhi perilaku. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
wanita lebih baik dalam menghindari asap rokok lingkungan dari pada laki-
laki (Martinelli, 1999)
19
2.1.4 Pengukuran perilaku menghindar
Hingga saat ini, banyak penelitian mengenai perilaku menghindari asap rokok
orang lain menggunakan alat ukur The Avoidance of Environmental Tobacco
Smoke (ETS) Scale. Karena penelitian mengenai perilaku menghindari asap rokok
orang lain baru dibuat pada tahun 1998 dan sepanjang pengetahuan penulis belum
ada jenis alat ukur lain yang mengukur perilaku menghindari asap rokok orang
lain hingga saat ini. Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis menggunakan
alat ukur The Avoidance of ETS Scale yang diadaptasi dari Martinelli (1998)
dengan jumlah 19 item.
2.2 Efikasi Diri
2.2.1 Pengertian efikasi diri
Bandura (2006) mendefenisikan efikasi diri sebagai keyakinan seseorang tentang
kemampuan untuk menghasilkan tingkat kinerja yang mempunyai pengaruh
terhadap peristiwa yang mempengaruhi kehidupan seseorang. Ia juga
mendefeniskan efikasi diri sebagai evaluasi seseorang terhadap kemampuan atau
kompetensinya untuk melakukan sebuah tugas, mencapai tujuan, atau mengatasi
hambatan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa efikasi diri adalah keyakinan
seseorang terhadap kemampuannya dalam melakukan sesuatu yang dianggap
perlu untuk menghadapi situasi tertentu, yang mana keyakinan akan
kemampuannya tersebut mempengaruhi persepsi dan motivasinya dalam
mencapai tujuan atau tingkat kinerja tertentu secara spesifik.
Velicer et.al. (1998) dalam teori Transtheoritical Model menjelaskan
bahwa efikasi diri mewakili seberapa yakin individu dalam situasi tertentu
20
meskipun dalam situasi yang rumit tanpa harus kembali kepada kebiasaan lama
mereka yang tidak sehat. Efikasi diri dalam Transtheoritical Model pada dasarnya
diadaptasi dari teori efikasi diri yang dibangun oleh Bandura. Dalam
Transtheoritical Model efikasi diri sering dikaitkan dengan Temptation atau
godaan. Temptation digambarkan sebagai intensitas dorongan untuk terlibat dalam
kebiasaan tertentu dalam situasi yang sulit (Velicer et.al, 1998).
Berdasarkan defenisi diatas, maka dalam penelitian ini menggunakan teori efikasi
diri dari tokoh Bandura (2006), yaitu evaluasi seseorang terhadap kemampuan
atau kompetensinya untuk melakukan sebuah tugas, mencapai tujuan, atau
mengatasi hambatan.
2.2.2 Dimensi efikasi diri
Bandura (2006) menyatakan bahwa sel efficacy memiliki tiga dimensi diantaranya
yaitu:
a. Magnitude
Dimensi magnitude ini berkaitan dengan derajat kesulitan tugas. Apabila
tugas-tugas yang dibebankan pada individu disusun menurut tingkat
kesulitannya, maka perbedaan self efficacy secara individual mungkin
terbatas pada tugas-tugas yang sederhana, menengah atau tinggi. Individu
akan melakukan tindakan yang dirasakan mampu untuk dilaksanakannya
dan akan tugas-tugas yang diperkirakan di luar batas kemampuan yang
dimilikinya.
b. Generality
Dimensi generality ini berhubungan dengan keyakinan seseorang terhadap
kemampuan diri dapat berbeda dalam hal generalisasi. Maksudnya
21
seseorang mungkin menilai keyakinan dirinya untuk aktivitas-aktivitas
tertentu saja.
c. Strength
Dimensi strength ini berkaitan dengan tingkat kekuatan atau kemantapan
seseorang terhadap keyakinannya. Tingkat efikasi diri yang lebih rendah
mudah digoyahkan oleh pengalaman-pengalaman yang memperlemahnya.
Sedangkan, orang yang memiliki efikasi diri yang kuat akan tekun dalam
meningkatkan usahanya meskipun dijumpai pengalaman yang
memperlemahnya.
2.2.3 Pengukuran efikasi diri
Alat ukur untuk variabel efikasi diri yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah Sherer et.al., General self-efficacy scale (dalam Syed Sohail Iman, 2007).
Alat ukur yang dikembangkan oleh Sherer et.al. ini mengacu pada teori Albert
Bandura mengenai efikasi diri. Alat ukur ini terdiri dari 17 item.
2.3 Sikap
2.3.1 Pengertian sikap
Allport (1935) dalam penelitian Schwarz dan Bohner (2001) mengenai The
construction of Attitude menjelaskan bahwa sikap adalah kesiapan keadaan mental
dan saraf yang tersusun melalui pengalaman, kemudian secara lansung
mempengaruhi respon seseorang terhadap objek dan situasi yang terkait. Dalam
bahasa yang lebih ringkas, sikap adalah suka dan tidak suka (Bem D.J, 1970).
Defenisi lainnya diungkapkan oleh Fishbein dan Azjen (1975) yaitu
besarnya perasaan positif atau negatif terhadap suatu sikap objek. Objek yang
dimaksud pada umumnya adalah berupa tingkah laku. Fishbein dan Azjen
22
kemudian mengembangkan sebuah teori yang dapat mengukur hubungan antara
sikap terhadap perilaku, teori itu kemudian dinamakan dengan Theory of
Reasoned Action.
Dalam konteks Theory of Reasoned Action atau teori tindakan beralasan
yang dikembangkan oleh Fishbein dan Ajzen (1975), konstruk sikap terhadap
suatu perilaku secara mendasar merupakan fungsi dari keyakinan terhadap suatu
perilaku (behavior beliefs) dan evaluasi (evaluation) terhadap keyakinan terhadap
suatu perilaku itu. Keyakinan terhadap suatu perilaku menggambarkan persepsi
individu tentang konsekuensi pelaksanaan suatu perilaku. Contoh, konsekuensi
yang dipersepsi oleh individu terhadap perilaku menghindari asap rokok orang
lain adalah kemungkinan semakin sadarnya seseorang akan resiko terkena
penyakit perokok pasif. Keyakinan terhadap suatu perilaku kemudian dikalikan
dengan evaluasi individu terhadap keyakinan tentang perilaku itu.
Theory of Reasoned Action paling berhasil ketika diaplikasikan pada
perilaku yang di bawah kendali individu sendiri. Hal ini sesuai dengan makna
perilaku menghindar yang digambarkan dalam penelitian yang dilakukan oleh
Martinelli (1998), ia mengatakan bahwa perilaku menghindar merupakan perilaku
yang disadari oleh individu, bahwa individu memiliki kontrol penuh atas
perilakunya.
Berdasarkan defenisi diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini
menggunakan konsep teori tindakan beralasan atau Theory of Reasoned Action
yang dikembangkan oleh Fishbein dan Ajzen (1975), konstruk sikap terhadap
suatu perilaku secara mendasar merupakan fungsi dari keyakinan terhadap suatu
23
perilaku (behavior beliefs) dan evaluasi (evaluation) terhadap keyakinan terhadap
suatu perilaku itu.
2.3.2 Dimensi sikap terhadap rokok
Fishbein dan Ajzen (1975) membagi dimensi sikap menjadi dua bagian, yaitu:
1) Aspek keyakinan terhadap perilaku.
Keyakinan terhadap perilaku merupakan keyakinan individu untuk menampilkan
atau tidak menampilkan perilaku karena berhubungan dengan akibat-akibat atau
hasil-hasil perilaku tersebut. Aspek ini berkaitan dengan pengetahuan individu
tentang objek sikap. Semakin positif keyakinan individu akan akibat dari suatu
objek sikap, maka akan semakin positif pula sikap individu terhadap objek sikap
tersebut, demikian pula sebaliknya.
2) Aspek evaluasi akan akibat perilaku.
Evaluasi akan akibat perilaku merupakan penilaian yang diberikan oleh individu
terhadap akibat atau hasil yang dapat diperoleh apabila menampilkan atau tidak
menampilkan perilaku tertentu. Evaluasi atau penilaian ini dapat bersifat
menguntungkan dapat juga merugikan, berharga atau tidak berharga,
menyenangkan atau tidak menyenangkan. Semakin positif evaluasi individu akan
akibat dari suatu objek sikap, maka akan semakin positif pula sikap terhadap
objek tersebut, demikian pula sebaliknya.
Shore et.al. (2012) lebih spesifik menyatakan bahwa sikap terhadap rokok
atas perilaku menghindar dapat diuraikan menjadi 5 (lima) yaitu:
1) Hubungan interpersonal dengan perokok, yaitu penilaian individu jika memiliki
hubungan dengan perokok
24
2) Hukum dan larangan merokok di area publik, yaitu peniliain terhadap aturan
yang berlaku dan yang ditetapkan pemerintah daerah.
3) Masalah kesehatan terhadap perokok pasif, yaitu penilaian individu yang
berkaitan dengan masalah yang ditimbulkan asap rokok orang lain terhadap
kesehatan perokok pasif.
4) Penjualan dan pemasaran rokok, yaitu penilaian individu terhadap bentuk
promosi rokok keberbagai macam media serta sebaran pangsa pasar rokok
keberbagai daerah.
Dalam penelitian ini dimensi-dimensi yang akan digunakan untuk mengukur
sikap oleh penulis adalah dimensi sikap menurut Shore et. Al (2012).
2.3.3 Pengukuran sikap terhadap rokok
Salah satu alat ukur yang mengukur sikap yang sesuai dengan penelitian penulis
adalah Etter et.al. (2000) mengembangkan alat ukur Attitude Toward Smoking
Scale (ATS -18). Alat ukur ini mengukur sikap perokok dan mantan perokok
terhadap rokok dengan total 18 skala item dan terdiri dari tiga sub skala yaitu
persepsi efek samping akibat rokok, manfaat psiko aktif dan rasa nikmat merokok.
Alat ukur selanjutnya adalah Smoking Attitude Scale (SAS) yang
diadaptasi dari Shore et. al. (2012), skala ini berjumlah 17 item dengan
Cronbach’s alpa .90. Alat ukur ini terdiri dari empat subskala yaitu berkenaan
hubungan dengan perokok yang terdiri dari 5 item, berkenaan pandangan
mengenai larangan dan hukum rokok terdiri dari 6 item, mengenai perokok pasif
yang terdiri dari 3 item, dan sikap yang berkenaan dengan penjualan dan
pemasaran rokok yang teridri dari 3 item.
25
Dalam penelitian ini penulis menggunakan alat ukur yang kedua yaitu
SAS yang dikembangkan oleh Shore et.al. (2012) , karena selain sesuai dengan
teori yang penulis gunakan, alat ukur ini juga dapat digunakan dalam skala yang
lebih luas. Sedangkan alat ukur lain hanya mengukur orang dewasa, padahal
remaja dan orang dewasa memiliki cara pandang yang berbeda mengenai isu
rokok (Shore et.al, 2012), selain itu pada alat ukur lain lebih berfokus pada sikap
perokok atau mantan perokok terhadap rokok, sedangkan bahasan mengenai
perokok pasif tidak banyak ditemukan. Alat ukur yang dikembangkan oleh Shore
et.al. (2012) dinilai lebih baru dibandingkan dengan dengan alat ukur yang serupa,
item yang dibahas juga sesuai dengan penelitian yang diteliti oleh penulis.
2.4 Persepsi Risiko
2.4.1 Pengertian persepsi risiko
Persepsi risiko adalah penilaian subjektif terhadap probabilitas pada kejadian
tertentu dan seberapa peduli seseorang terhadap konsekuensi dari kejadian
tersebut. Dalam persepsi risiko termasuk didalamnya adalah evaluasi dari
probabilitas seperti konsekuensi negatif yang akan terjadi (Sjoberg et.al, 2004).
Sedangkan Witte (1992) menyebutkan persepsi risiko merupakan acuan dari
gabungan antara persepsi kerentanan (perceived susceptibility) dan persepsi
keparahan (perceived severity), yang mempengaruhi bagaimana seseorang
memproses informasi mengenai kesehatan dan bagaimana agar mereka
termotivasi untuk memunculkan perilaku tertentu. Contohnya pada penelitian
yang dilakukan oleh Lai et.al. (2013) dengan sampel wanita hamil, hasil dari
penelitiannya menyebutkan bahwa persepsi resiko terbukti mempengaruhi cara
26
pengambilan keputusan seseorang untuk mengadaptasi atau tidak mengadaptasi
perilaku menghindar selama masa kehamilan, karena mereka meyakini bahwa
terpapar asap rokok orang lain akan mempengaruhi perkembangan anaknya
selama masa kehamilan.
Persepsi resiko merupakan komponen terpenting dalam banyak teori yang
berkaitan dengan perilaku kesehatan, salah satu yang sering digunakan adalah
penelitian yang dilakukan oleh Witte (2000) melalui teori yang disebut dengan
Extended Parallel Model (EPPM). Menurut teori ini ketika seseorang dihadapkan
kepada sebuah resiko atau bahaya yang berkaitan dengan kesehatan, mereka akan
mengendalikan bahaya tersebut atau mengendalikan ketakutan mereka terhadap
bahaya tersebut. Ketika mereka terancam kemudian ketakutan, mereka akan
termotivasi untuk mengambil tindakan, yaitu tindakan apapun yang dapat
mengurangi rasa takut mereka. Namun apabila mereka tidak menganggap
ancaman itu biasa saja, maka mereka tidak akan merespon karena tidak
termotivasi untuk menghindarinya (Witte, 2000).
Beberapa penelitian yang dilakukan Weinstein (2004), persepsi risiko
disebut juga dengan perceived probability, susceptibility, atau vulnerability.
Menurutnya, persepsi risiko adalah bagaimana perilaku seseorang saat ini
mempengaruhi penilaiannya terhadap tingkat resiko terkena penyakit yang
muncul dimasa yang akan datang. Dalam penelitiannya ia menyebutkan, seorang
wanita mungkin saja menganggap bahwa ia beresiko rendah terkena penyakit
malaria ketika ia masuk hutan, kemudian menggunakan obat oles anti nyamuk.
Meskipun ia mengatakan bahwa ia beresiko rendah terkena penyakit malaria, ia
27
tahu bahwa resiko terkena penyakit malaria lebih tinggi jika ia tidak menggunakan
obat oles anti nyamuk. Wanita yang lain mungkin saja mengatakan bahwa ia
beresiko rendah terkena penyakit malaria, karena ia tidak mengetahui bahwa
serangga yang membawa penyakit malaria bisa saja ditemukan di lingkungan nya.
Dari kedua wanita diatas, wanita kedua lebih cenderung memiliki sedikit minat
dalam upaya perlindungan dirinya dimasa yang akan datang. Dengan demikian,
meskipun keduanya memiliki persamaan dalam pernyataan "resiko saya rendah",
namun memiliki minat yang berbeda dalam upaya melindungi dirinya dari
penyakit malaria. Dalam penelitian ini, dapat dikatakan bahwa perokok pasif yang
menganggap dirinya beresiko rendah terkena penyakit akibat AROL akan
memiliki kemungkinan yang berbeda pada setiap orang dalam upaya perlindungan
dirinya dimasa yang akan datang berdasarkan perilakunya saat ini. Maka dapat
disimpulkan bahwa setiap orang memiliki minat yang berbeda dalam melindungi
dirinya dari AROL meskipun sama-sama menganggap bahwa AROL berbahaya
bagi kesehatan mereka.
Berdasarkan beberapa defenisi diatas, maka dalam penelitian ini
menggunakan teori persepsi risiko oleh Weinstein (2004), yaitu bagaimana
perilaku seseorang saat ini mempengaruhi penilaiannya terhadap tingkat resiko
terkena penyakit yang muncul dimasa yang akan datang.
28
2.4.2 Dimensi persepsi risiko
Melinda F. Davis (2006) membagi dimensi persepsi risiko menjadi empat bagian,
yaitu:
1. Resiko yang terlihat jelas atau obvious health yaitu resiko kesehatan akibat
asap rokok orang lain yang secara jelas memiliki hubungan dengan dampak
kesehatan asap rokok, seperti sakit paru-paru dan bronkitis..
2. Resiko kesehatan samar atau subtle health, yaitu resiko kesehatan akibat asap
rokok orang lain yang secara tidak lansung memiliki hubungan dengan resiko
kesehatan, seperti kerusakan ginjal dan amputasi.
3. Resiko kesehatan secara umum atau general health, yaitu resiko kesehatan
yang tidak memiliki hubungan dengan asap rokok seperti infeksi saluran air
kencing dan penyakit sex menular.
4. Bahaya kehidupan, yaitu risiko bahaya yang terjadi dan sama sekali tidak
berkaitann dengan risiko kesehatan dan dampak buruk asap rokok, seperti
kehilangan dompet atau barang berharga lainnya.
2.4.3 Pengukuran persepsi risiko
Penulis mengadopsi The Smoking Hazard Scale dari tokoh Melinda F. Davis
(2006), dengan jumlah 12 item. Melinda F. Davis (2006) menyusun alat ukur ini
dengan mengacu pada teori Weinstein (2004). Menurut teori ini bagaimana
perilaku seseorang saat ini mempengaruhi penilaiannya terhadap tingkat resiko
terkena penyakit yang muncul dimasa yang akan datang.
29
2.5 Asertif
2.5.1 Pengertian asertif
Lazarus (dalam Pipas, 2010) pertama kali mendefenisikan perilaku asertif,
menurutnya asertif adalah kemampuan untuk mengatakan tidak, meminta bantuan,
membuat permintaan, memulai dan mengakhiri percakapan, serta kemampuan
untuk mengekspresikan perasaan positif dan negatif. Sedangkan George Domino
(1976) menyatakan asertif sebagai pernyataan perasaan, keinginan, kebutuhan dan
pendapat. Bebeda dengan agresi, asertif tidak melibatkan ancaman dan hukuman.
Menurut penulis, kemampuan ini tidak hanya sebuah ekspresi dari sisi
perilaku. Beberapa orang seringkali tidak tahu bagaimana cara menyatakan
perasaan dan kebutuhan mereka pada situasi yang tidak sesuai dengan kehendak
mereka. Takut akan munculnya banyak konflik atau perpecahan sehingga lebih
memilih memendam perasaan mereka agar bebas dari konflik. Dalam penelitian
yang dilakukan oleh Martinelli (1998), bahwa dengan menghindari asap rokok
orang lain secara tidak lansung seseorang akan dihadapi dengan beberapa masalah
sosial sementara dan konflik interpersonal dengan orang lain.
Berdasarkan beberapa defenisi diatas, maka dalam penelitian ini
menggunakan teori asertif yang disebutkan oleh Lazarus (dalam Pipas, 2010),
yaitu kemampuan untuk mengatakan tidak, meminta bantuan, membuat
permintaan, memulai dan mengakhiri percakapan, serta kemampuan untuk
mengekspresikan perasaan positif dan negatif.
30
2.5.2 Dimensi Asertif
Fensterheim & Baer (1980) membagi dimensi asertif menjadi delapan bagian,
yaitu :
1. Bebas mengemukakan pikiran dan pendapat, baik melalui kata-kata
maupun tindakan.
2. Dapat berkomunikasi secara lansung dan terbuka.
3. Mampu memulai, melanjutkan dan mengakhiri suatu perbincangan dengan
baik.
4. Mampu menolak dan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pendapat
orang lain, atau segala sesuatu yang tidak beralasan dan cenderung bersifat
negative
5. Mampu mengajukan permintaan dan bantuan kepada orang lain ketika
membutuhkan
6. Mampu menyatakan perasaan, baik yang menyenangkan maupun yang
tidak menyenangkan dengan cara yang tepat.
7. Memiliki sikap dan pandangan yang aktif terhadap kehidupan.
8. Menerima keterbatasan yang ada di dalam dirinya dengan tetap berusaha
untuk mencapai apa yang diinginkannya sebaik mungkin.
Sedangkan Rathus dan Nevid (1979) membagi dimensi asertif menjadi enam
aspek, yaitu:
1. Meminta pertolongan dan menolak permintaan.
2. Menyatakan ketidaksetujuan secara efektif.
3. Menjalin interaksi social.
31
4. Mengungkapkan perasaan secara spontan dan tidak berlebihan.
5. Memberi dan menerima pujian.
6. Memberikan dan menerima keluhan atau complain
Dalam penelitian ini dimensi-dimensi yang akan digunakan untuk
mengukur asertif oleh penulis adalah dimensi asertif menurut Rathus dan Nevid
(1979).
2.5.3 Pengukuran asertif
Dalam penelitian ini, alat ukur yang digunakan untuk mengukur variable asertif
diadaptasi dari Rathus (1973), Rathus Asertiveness Schedule yang terdiri dari 30
item.
2.6 Kerangka Berfikir
Paparan asap rokok orang lain dapat terjadi dimana saja dalam kehidupan sehari-
hari. Dampak akibat asap rokok tidak hanya mengganggu kesehatan perokok saja,
orang lain di sekitarnya juga terkena dampak buruk akibat asap rokok. Efek asap
rokok yang dihisap orang lain bahkan lebih berbahaya bagi orang disekitarnya
ketimbang bagi perokok itu sendiri. Larangan mengenai perilaku merokok bagi
perokok tidak cukup menghentikan aktivitas merokok ini, diperlukan upaya dari
orang sekitar atau perokok pasif untuk menghambat atau bahkan menghentikan
laju pertumbuhan aktivitas rokok. Maka dibutuhkan usaha dari pihak lain yaitu
perokok pasif untuk menghindari asap rokok orang lain sangat dibutuhkan untuk
mengurangi dampak kesehatan yang ditimbulkan oleh asap rokok. Dengan
mengadaptasi perilaku menghindar, kemungkinan seseorang jauh dari resiko
terkena penyakit yang di timbulkan oleh asap rokok orang lain lebih tinggi
32
dibandingkan mereka yang tidak mengadaptasi perilaku menghindar. Perilaku
menghindar juga membuat para perokok sadar betapa orang di sekitarnya tidak
nyaman beraktifitas sehingga kemudian menghentikan aktivitas merokoknya atau
bahkan pada tahapan selanjutnya ia akan mengurangi intensitas atau bahkan
berhenti merokok di area publik akibat tekanan dari lingkungan.
Perilaku menghindar tidak muncul begitu saja, ia dipengaruhi oleh banyak
faktor, salah satunya adalah faktor efikasi diri, efikasi diri sangat diperlukan
diperlukan ketika seseorang ingin mengeksekusi sebuah perilaku. Bagaimana
dukungan orang lain atas tindakannya tersebut serta keyakinan bahwa tindakan
yang akan dia lakukan memiliki ekspektasi positif terhadap dirinya, sehingga
membuatnya yakin untuk mengadaptasi perilaku tersebut. Seseorang dengan
efikasi diri yang tinggi akan mengadaptasi perilaku menghindar dengan harapan
jauh dari resiko penyakit akibat paparan asap rokok. Begitu juga sebaliknya,
tingkat efikasi yang rendah cenderung untuk mengabaikan efek negatif akibat
paparan asap rokok orang lain terhadapnya. Efikasi diri merupakan variabel
pribadi yang penting, jika digabung dengan tujuan-tujuan spesifik akan menjadi
penentu tingkah laku mendatang yang penting.
Faktor lainnya yang mempengaruhi perilaku menghindari asap rokok
oranglain adalah sikap. Seseorang akan bertindak sesuai dengan nilai-nilai yang
ada dalam dirinya, bagaimana penilaiannya terhadap objek akan menentukan
tindakan yang diperlukan untuk merespon objek tersebut. seseorang akan
mengadaptasi perilaku menghindar jika ia menyadari bahwa perilaku tersebut
memiliki efek positif terhadap dirinya, karena ia meyakini bahwa rokok tidak baik
33
untuk kesehatan dan dapat mengganggunya beraktifitas, begitu juga sebaliknya,
seseorang dengan penilaian negatif terhadap perilaku menghindar memiliki
kemungkinan kecil untuk menjauhi lingkungan asap rokok dan juga rentan
terhadap resiko kesehatan akibat asap rokok.
Selain sikap, persepsi risiko yang ditimbulkan asap rokok juga merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku menghindar. Penelitian yang
dilakukan oleh Kenkel (dalam Chotidjah, 2012) menunjukkan bahwa di antara
perilaku mengonsumsi alkohol, merokok dan olahraga maka perilaku merokoklah
yang memiliki hubungan yang paling erat dengan pengetahuan tentang kesehatan.
Persepsi tentang bahaya rokok, seperti pengetahuan seseorang tentang zat-zat
yang dikandung oleh rokok, penyakit-penyakit yang disebabkan oleh perilaku
merokok dan pengetahuan umum seputar rokok seperti akibat rokok pada wanita
hamil, remaja dan orang dewasa serta perokok pasif. Jika seseorang memiliki
persepsi resiko tentang efek negatif yang ditimbulkan asap rokok maka mereka
akan mampu menghadapi pengaruh negatif akibat asap rokok, sehingga kemudian
mengadaptasi perilaku untuk menghindari asap rokok.
Tingkat asertif seseorang juga mempengaruhi bagaimana seseorang
mengadaptasi perilaku yang akan mereka gunakan untuk menghindari lingkungan
asap rokok. Mereka secara jujur dan berani dalam mengungkapkan hak mereka
atas udara bersih tanpa ada rasa cemas dan rasa bersalah pada dirinya sendiri.
Asertif sangat dibutuhkan bagi perokok pasif ketika berhadapan dengan
lingkungan asap rokok agar tidak terkena resiko kesehatan yang ditimbulkan oleh
asap rokok. Dengan adanya asertif dari perokok pasif secara tidak lansung akan
34
membuat perokok untuk tidak merokok pada saat itu atau bahkan berhenti dari
perilaku merokok.
Dalam hal ini efikasi diri, sikap, persepsi risiko dan asertif memiliki
peranan penting dalam menentukan perilaku menghindar seseorang. Oleh karena
itu, peneliti menduga ada pengaruh efikasi diri, sikap, persepsi risiko dan asertif
terhadap perilaku menghindar seseorang dan berikut merupakan gambar
rangkumannya.
Gambar 2.2 Kerangka Berfikir
Demografi
Sikap
Persepsi risiko
Perilaku menghindari
asap rokok orang lain
Efikasi diri
Status orang tua
merokok
Asertif
Status merokok
Umur pertama kali
merokok
35
Berdasarkan skema gambar kerangka berpikir peneliti ingin mencari pengaruh
efikasi diri, sikap, persepsi risiko, asertif, dan variabel demografis seperti status
merokok, umur pertama kali merokok, dan status orang tua merokok terhadap
perilaku menghindar.
2.7 Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah hipotesis nihil yang terdiri
dari hipotesis mayor dan minor.
2.7.1 Hipotesis mayor
Ada pengaruh yang signifikan efikasi diri, sikap, persepsi risiko dan asertif
terhadap perilaku menghindari asap rokok orang lain pada remaja santri Thawalib
Putra Padang Panjang.
2.7.2 Hipotesis minor
H1 : Ada pengaruh yang signifikan efikasi diri terhadap perilaku
menghindari asap rokok orang lain pada remaja santri Thawalib
Putra Padang Panjang.
H2 : Ada pengaruh yang signifikan dari sikap terhadap perilaku
menghindari asap rokok orang lain pada remaja santri Thawalib
Putra Padang Panjang.
H3 : Ada pengaruh yang signifikan dari persepsi risiko terhadap perilaku
menghindari asap rokok orang lain pada remaja santri Thawalib
Putra Padang Panjang.
36
H4 : Ada pengaruh yang signifikan dari asertif terhadap perilaku
menghindari asap rokok orang lain pada remaja santri Thawalib
Putra Padang Panjang.
H5 : Ada pengaruh yang signifikan status merokok terhadap perilaku
menghindari asap rokok orang lain pada remaja santri Thawalib
Putra Padang Panjang.
H6 : Ada pengaruh yang signifikan umur pertama kali merokok terhadap
perilaku menghindari asap rokok orang lain pada remaja santri
Thawalib Putra Padang Panjang.
H7 : Ada pengaruh yang signifikan status orang tua merokok terhadap
perilaku menghindari asap rokok orang lain pada remaja santri
Thawalib Putra Padang Panjang.
37
BAB 3
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini peneliti akan memaparkan tentang populasi, sampel, teknik
pengambilan sampel, variabel-variabel penelitiq azan, instrumen pengumpulan
data, prosedur pengumpulan data, pengujian validitas alat ukur, dan teknik analisis
data.
3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam peneliti an ini adalah 436 santri yang aktif di Pondok Pesantren
Thawalib Putra Padang Panjang Provinsi Sumatera Barat. Adapun jumlah sampel
yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teori Isaac dan Michael
(1981), sehingga dapat ditentukan jumlah sampel sebanyak 171 santri. Adapun
rumus Isaac dan Michael sebagai berikut:
Dimana , dengan dk=1
P=Q=0,5
D=0,1
S= jumlah sampel
N= populasi
Dalam penelitian ini, penghitungan statistik dilakukan dengan
menggunakan sistem komputerisasi program SPSS versi 17.0. Adapun teknik
yang digunakan dalam penenlitian ini adalah accidental sampling yang
merupakan salah satu teknik non probability sampling.
38
3.2 Variable Penelitian
Adapun variabel penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini, yaitu:
1. Perilaku menghindar
2. Efikasi diri
3. Sikap
4. Persepsi risiko
5. Asertif
6. Status merokok
7. Umur pertama kali merokok
8. Status orang tua merokok
3.3 Defenisi Operasional
Defenisi operasional dari varibel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut:
a. Perilaku menghindari asap rokok orang lain adalah perilaku seseorang
yang muncul karena ada atau tidak adannya reinforcer negatif atau
stimulus yang tidak menyenangkan dan mengharapkan hasil positif dari
perilaku tersebut, dalam hal ini adalah perilaku menghindari asap rokok
orang lain yang muncul dengan harapan jauh dari resiko terkena penyakit
akibat asap rokok.
b. Efikasi diri adalah keyakinan seseorang tentang kemampuan untuk
menghasilkan tingkat kinerja yang mempunyai pengaruh terhadap
peristiwa dan mempengaruhi kehidupan seseorang.
39
c. Sikap adalah fungsi dari keyakinan terhadap suatu perilaku (behavior
beliefs) dan evaluasi (evaluation) terhadap keyakinan terhadap suatu
perilaku itu. Keyakinan terhadap suatu perilaku menggambarkan persepsi
individu tentang konsekuensi pelaksanaan suatu perilaku
d. Persepsi risiko adalah bagaimana perilaku seseorang saat ini
mempengaruhi penilaiannya terhadap tingkat resiko terkena penyakit yang
muncul dimasa yang akan datang.
e. Asertif adalah kemampuan untuk mengatakan tidak, meminta bantuan,
membuat permintaan, memulai dan mengakhiri percakapan, serta
kemampuan untuk mengekspresikan perasaan positif dan negatif.
f. Status merokok adalah kondisi apakah responden memiliki riwayat pernah
merokok atau tidak.
g. Umur pertama kali merokok adalah usia saat pertama kali responden
mencoba rokok
h. Status orang tua merokok adalah kondisi saat ini apakah orang tua
merokok atau tidak
3.4 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk
kuesioner dengan menggunakan skala Likert yang memiliki empat rentangan dari
Sangat setuju, Setuju, Tidak setuju, dan Sangat tidak setuju. Instrumen
pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari 5 alat ukur.
40
1. Perilaku Menghindar
Untuk mengukur perilaku menghindari asap rokok orang lain , peneliti
menyusun skala yang diadaptasi dari The Avoidance of Tobacco Smoke
Scale yang diadaptasi dari Martinelli (1998). Alat ukur tersebut berbentuk
skala likert dengan jumlah 19 item yang menjelaskan private setting dan
social setting.
Tabel 3.1 Blue print The Avoidance of Tobacco Smoke Scale
No Dimensi Indikator Item Total
Fav Unfav
1. Private Setting Menghindari
asap rokok
orang lain dalam
ruang lingkup
pribadi
6, 9, 14,
15, 16, 18
5, 7,
10, 12 10
2.
Social Setting Menghindari
asap rokok
orang lain dalam
ruang lingkup
sosial
1, 4, 11,
13, 17
2, 3,
8, 19
9
Total 11 8 19
2. Efikasi Diri
Dalam penelitian ini, peneliti mengadaptasi General Self-Efficacy Scale
yang diadaptasi dari Sherer et.al. (dalam Syed Sohail Iman, 2007). Skala
ini berjumlah 17 item yang menjelaskan magnitude, strength dan
generality. Adapun pembagian item-item tiap dimensi dapat dilihat pada
table 3.2 dibawah ini :
41
Tabel 3.2 Blue Print General Self-Efficacy Scale
No Dimensi Indikator Item Total
Fav Unfav
1. Magnitude Keyakinan individu atas
kemampuannya terhadap
tingkat kesulitan tugas,
keyakinan mengerjakan
berbagai tuntutan tugas
1, 2, 3 4, 5 5
2. Strength Keyakinan individu akan
kemampuannya
melaksanakan tugas
diberbagai aktivitas atau
situasi
6, 7, 8, 9 10, 11,
12, 13 8
3 Generality Keyakinan yang kuat
terhadap kemampuan diri
sendiri dan daya tahan
dalam menghadapi
hambatan
15 14, 16,
17 4
Total
8 9 17
3. Instrumen Sikap
Dalam penelitian ini, peneliti mengadaptasi Smoking Attitude Scale (SAS)
yang diadaptasi dari Shore et.al. (2012). Skala sikap terhadap rokok ini
berjumlah 17 item. Alat ukur ini terdiri dari empat subskala yaitu
berkenaan hubungan dengan perokok yang terdiri dari lima item,
berkenaan pandangan mengenai larangan dan hukum rokok terdiri dari
enam item, mengenai perokok pasif yang terdiri dari tiga item, dan sikap
yang berkenaan dengan penjualan dan pemasaran rokok yang teridri dari
tiga item.
42
Tabel 3.3 Blue print Smoking Attitude Scale
No Dimensi Indikator Item Total
Fav Unfav
1. Hubungan
dengan perokok
Penilaian individu
terhadap
hubungan
interpersonal
dengan perokok
1, 2, 3, 4 5 5
2. Pandangan
mengenai
hukum
larangan
merokok
Menyikapi
persoalan yang
berkaitan dengan
hokum larangan
merokok
- 6, 7, 8,
9, 10 5
3 Dampak rokok
pada perokok
pasif
Pengetahuan akan
dampak asap
rokok pada
kesehatan
perokok pasif
12, 13, 14, 11 4
4 Penjualan dan
pemasaran
rokok
Penilaian individu
mengenai promosi
rokok
15, 17 16 3
Total 9 8 17
4. Persepsi risiko
Alat ukur atau instrumen yang digunakan untuk mengukur persepsi risiko
adalah modifikasi alat ukur yang dikembangkan oleh Melinda F. Davis
(2006) yaitu The Smoking Hazard Scale (SHS) dengan jumlah 12 item dan
terdiri dari tiga item yang mengukur obvious health, tiga item mengukur
subtle health, tiga item mengukur general health, dan 3 item mengukur
health hazard. Adapun pembagian item-item tiap dimensi dapat dilihat
pada table 3.4 dibawah ini :
43
Tabel 3.4 Blue print The Smoking Hazard Scale
No Dimensi Indikator Item Total
Fav Unfav
1. Obvious
health
Penyakit yang berkaitan
secara lansung dengan
resiko asap rokok terhadap
kesehatan
- 1, 2, 3 3
2. Subtle
health
Secara tidak lansung
berkaitan dengan resiko
asap rokok terhadap
kesehatan
4, 5, 6 3
3. General
health risk
Resiko kesehatan yang
tidak memiliki kaitan
dengan efek resiko asap
rokok
7,8,9 3
4. Life hazard Tidak memiliki kaitan
dengan efek resiko akibat
asap rokok
10,11,12 3
Total 12 12
5. Asertif
Dalam penelitian ini, peneliti mengadaptasi Rathus Asertiveness Schedule
Scale (RAS) yang diadaptasi dari Rathus (1973). Skala asertif berjumlah
30 item yang terdiri dari empat item yang mengukur dimensi menolak dan
menerima permintaan, dua item yang mengukur dimensi setuju dan tidak
setuju terhadap pendapat orang lain, lima item yang mengukur dimensi
memulai dan mengahiri percakapan, tujuh item yang mengukur dimensi
mengungkapkan perasaan secara spontan, empat item yang mengukur
memberi dan menerima pujian, dan delapan item yang mengukur dimensi
44
memberi dan menerima keluhan . Adapun pembagian item-item tiap
dimensi dapat dilihat pada table 3.5 dibawah ini :
Tabel 3.5 Blue Print Rathus Asertiveness Schedule Scale
No Dimensi Item Total
Fav Unfav
1. Kemampuan untuk meminta
pertolongan dan menolak permintaan
tidak layak
6 5, 16, 23 4
2. Kemampuan untuk mengungkapkan
ketidaksetujuan terhadap pendapat
orang lain secara efektif
18 19 2
3. Kemampuan untuk menjalin
interaksi sosial termasuk menyapa,
membuak percakapan, serta
mengatahui apa yang harus
dikatakan
9 2, 11, 12, 13 5
4. Kemampuan untuk mengungkapkan
perasaan dan apa yang dipikirkan
secara spontan dan tidak berlebihan
21, 29 1, 15, 17,
24, 30
7
5. Kemampuan untuk mengungkapkan
dan menerima pujian
7, 8, 20 26 4
6. Kemampuan untuk memberikan
dan menerima keluhan atau
komplain
3, 22, 25,,
27, 28
4, 10, 14 8
Total 17 13 30
3.5 Uji Validitas Alat Ukur
Instrumen yang digunakan pada validitas ini akan diuji dengan mengunakan CFA
(Confirmatory Factor Analysis). Pada instrumen: 1. Perilaku menghindar 2.
Efikasi diri 3. Sikap 4. Persepsi risiko 5. Asertif. Peneliti melakukan uji validitas
konstruk dengan menggunakan Lisrel 8.70, adapun langkah-langkah untuk
melakukan pengujian item dengan CFA (Umar, 2012) adalah sebagai berikut:
45
1. Dilakukan uji CFA dengan model satu faktor dan dilihat nilai chi-square yang
dihasilkan. Jika nilai chi-square tidak signifikan (p>0.05) berarti semua item
hanya mengukur satu faktor saja. Namun, jika nilai chi-square signifikan
(p<0.05), maka perlu dilakukan modifikasi terhadap model dengan cara
memperbolehkan kesalahan pengukuran pada item-item yang saling
berkolerasi. Jika sudah diperoleh model yang fit, maka dilakukan langkah
selanjutnya.
2. Menganalisis item mana yang menjadai sumber tidak fit. Dalam
menganalisisinya terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
1) Melakukan uji signifikansi terhadap koefisien muatan faktor dari masing-
masing item dengan menggunakan t-test. Jika nilai t(<1.96), maka item
tersebut akan didrop karena dianggap tidak signifikan sumbangannya
terhadap mengukuran yang sedang dilakukan.
2) Melihat koefisien muatan faktor. Jika suatu item memiliki muatan faktor
negatif, maka item tersebut akan didrop dan sebaliknya.
3) Dilihat juga apabila kesalahan pengukuran item terlalu banyak korelasi
(lebih dari tiga), maka item tersebut juga akan didrop. Alasannya, karena
item yang demikian selain mengukur apa yang ingin diukur juga
mengukur hal lain (multi-deminseional item).
3. Menghitung faktor skor. Jika langkah-langkah telah dilakukan, maka
diperoleh item-item yang valid untuk mengukur apa yang ingin diukur. Item-
item yang valid tersebut akan diikutsertakan dalam mengestimasi factor skor
dari masing-masing variabel. Jadi, perhitungan factor skor ini tidak
46
menjumlahkan item-item variabel seperti pada umumnya, tetapi dihitung true
score pada tiap skala. Adapun rumus true score = 50 + (10 x faktor skor).
Dimana nilai mean = 50 dan standar deviasi = 10, jadi dengan menggunakan
true score, nilai mean dan standar deviasi seluruh variabel disamakan. Setelah
didapatkan faktor skor yang telah dirubah menjadi true score, maka nilai baku
inilah yang akan dianalisis dalam uji hipotesis dan regresi.
3.5.1 Uji Validitas Skala Perilaku Menghindar
Pada uji validitas konstruk perilaku menghindar, peneliti menguji apakah 19 item
yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur satu variabel saja
yaitu perilaku menghindar. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model
satu faktor, hasil penelitian dinyatakan fit, dengan Chi–Square = 858.47 , df =
152 , P-value = 0.00000, RMSEA = 0.165. Setelah dilakukan modifikasi terhadap
model, kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu
sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan nilai Chi–Square = 122.99 , df =
100 , P-value = 0.05918, RMSEA = 0.037.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di
drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien
muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor.
47
Tabel 3.6 Muatan faktor item perilaku menghindar
No item Koefisien Standar Eror T-Value Signifikansi
ITEM 1 0.41 0.07 5.61 V
ITEM 2 0.83 0.06 12.92 V
ITEM 3 0.82 0.07 12.61 V
ITEM 4 0.60 0.07 8.41 V
ITEM 5 0.68 0.07 9.77 V
ITEM 6 0.53 0.07 7.38 V
ITEM 7 0.62 0.07 8.96 V
ITEM 8 0.61 0.07 8.91 V
ITEM 9 0.58 0.07 7.79 V
ITEM 10 0.50 0.08 6.58 V
ITEM 11 0.54 0.07 7.54 V
ITEM 12 0.36 0.08 4.76 V
ITEM 13 0.30 0.08 3.96 V
ITEM 14 0.31 0.07 4.28 V
ITEM 15 0.38 0.07 5.15 V
ITEM 16 0.38 0.07 5.17 V
ITEM 17 0.50 0.07 6.91 V
ITEM 18 0.31 0.07 4.36 V
ITEM 19 0.50 0.07 6.82 V Keterangan: tanda V =signifikan t (>1,96) ; X= tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.6 diatas dapat diketahui bahwa semua item bermuatan
positif dan signifikan. Sehingga semua item pada instrumen yang telah disebutkan
telah memenuhi kriteria yang telah dijelaskan setelah model fit.
3.5.2 Uji validitas konstruk sikap
Pada uji validitas konstruk sikap, Peneliti menguji apakah 17 item yang ada
bersifat unidimensional atau tidak, artinya apakah benar hanya mengukur satu
variabel saja yaitu sikap. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan
model satu faktor ternyata tidak fit, dengan Chi – Square = 692.87 , df = 119 , P-
value = 0.00000 , RMSEA = 0.168. Setelah dilakukan modifikasi terhadap model,
kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama
lainnya, maka diperoleh model fit dengan nilai Chi-Square = 103.46, df = 82, p-
value = 0.05486, RMSEA = 0.039.
48
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di-
drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien
muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.7 berikut.
Tabel 3.7 Muatan faktor item sikap
No item Koefisien Standar Error T-Value Signifikansi
ITEM 20 0.60 0.08 7.40 V
ITEM 21 0.55 0.08 6.62 V
ITEM 22 0.58 0.09 6.74 V
ITEM 23 0.56 0.08 6.86 V
ITEM 24 0.40 0.08 4.73 V
ITEM 25 0.41 0.09 4.73 V
ITEM 26 0.34 0.09 3.79 V
ITEM 27 0.39 0.09 4.45 V
ITEM 28 0.57 0.08 6.80 V
ITEM 29 0.47 0.09 5.44 V
ITEM 30 0.19 0.09 2.14 V
ITEM 31 0.39 0.08 4.64 V
ITEM 32 0.36 0.09 4.22 V
ITEM 33 0.23 0.09 2.62 V
ITEM 34 0.34 0.09 4.00 V
ITEM 35 0.39 0.09 4.39 V
ITEM 36 -0.34 0.09 -4.00 X
Keterangan: tanda V =signifikan t (>1,96) ; X= tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.7 diatas, terdapat item yang memiliki nilai koefisien t
> 1.96 yaitu item 36. Sedangkan item lainnya signifikan (t > 1.96).
3.5.3. Uji validitas konstruk efikasi diri
Peneliti menguji apakah 17 item yang ada bersifat unidimensional atau tidak,
artinya apakah benar hanya mengukur satu variabel saja yaitu efikasi diri. Dari
hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu factor, hasil penelitian
dinyatakan, fit, dengan Chi – Square = 817.34 , df = 119 , P-value = 0.00000 ,
RMSEA = 0.186. Oleh karena itu, peneliti tidak perlu melakukan modifikasi
terhadap model. Setelah dilakukan modifikasi terhadap model, kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka
49
diperoleh model fit dengan nilai Chi-Square = 99.47, df = 80, p-value = 0.06923,
RMSEA = 0.038.
Tabel 3.8
Muatan Faktor Item efikasi diri No item Koefisien Standar Error T-Value Signifikansi
ITEM 37 0.35 0.07 4.89 V
ITEM 38 0.77 0.07 11.00 V
ITEM 39 0.59 0.07 8.72 V
ITEM 40 0.69 0.07 9.70 V
ITEM 41 0.46 0.07 6.57 V
ITEM 42 0.68 0.07 10.08 V
ITEM 43 0.40 0.07 5.60 V
ITEM 44 0.91 0.07 13.09 V
ITEM 45 0.56 0.07 8.05 V
ITEM 46 0.22 0.07 3.03 V
ITEM 47 0.35 0.08 4.40 V
ITEM 48 0.42 0.08 5.26 V
ITEM 49 0.23 0.07 3.11 V
ITEM 50 0.35 0.08 4.41 V
ITEM 51 0.15 0.07 2.00 V
ITEM 52 0.34 0.07 4.88 V
ITEM 53 0.39 0.07 5.32 V
Keterangan: tanda V =signifikan t (>1,96) ; X= tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.8 diatas dapat diketahui bahwa semua item bermuatan
positif dan signifikan. Sehingga semua item pada instrumen yang telah disebutkan
telah memenuhi kriteria yang telah dijelaskan setelah model fit.
3.5.4. Uji validitas konstruk persepsi risiko
Peneliti menguji apakah 12 item yang ada bersifat unidimensional atau tidak,
artinya apakah benar hanya mengukur satu variabel saja yaitu persepsi risiko. Dari
hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak
fit, dengan Chi – Square = 233.17 , df = 54 , P-value = 0.000000 , RMSEA =
0.140. Setelah dilakukan modifikasi terhadap model, kesalahan pengukuran pada
beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit
dengan nilai Chi-Square = 61.04, df = 8, p-value = 0.05570, RMSEA = 0.046.
50
Tahapan selanjutnya melihat apakah signifikan tidaknya item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis
nihil tentang koefisien muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan
melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.9 berikut.
Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Persepsi Risiko No item Lamda Standard Error T-Value Signifikansi
IIEM 84 0.76 0.07 11.58 V
ITEM 85 0.87 0.06 14.28 V
ITEM 86 0.88 0.06 14.60 V
ITEM 87 0.92 0.06 15.80 V
ITEM 88 0.89 0.06 14.85 V
ITEM 89 0.65 0.07 9.45 V
ITEM 90 0.82 0.06 12.90 V
ITEM 91 0.73 0.07 11.05 V
ITEM 92
ITEM 93
0.81
0.36
0.06
0.08
12.84
4.79
V
V
ITEM 94 0.57 0.07 7.96 V
ITEM 95 0.57 0.07 7.92 V
Keterangan: tanda V =signifikan t (>1,96) ; X= tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.9 diatas dapat diketahui bahwa semua item bermuatan
positif dan signifikan. Sehingga semua item pada instrumen yang telah disebutkan
telah memenuhi kriteria yang telah dijelaskan setelah model fit.
3.5.5. Uji validitas konstruk asertif
Peneliti menguji apakah 30 item yang ada bersifat unidimensional atau
tidak, artinya apakah benar hanya mengukur satu variabel saja yaitu asertif. Dari
hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak
fit, dengan Chi – Square = 1655.90.17 , df = 405 , P-value = 0.000000 , RMSEA
= 0.135. Setelah dilakukan modifikasi terhadap model, kesalahan pengukuran
pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh
model fit dengan nilai Chi – Square = 309.96 , df = 273 , P-value = 0.06179 ,
RMSEA = 0.028. Tahapan selanjutnya melihat apakah signifikan tidaknya item
51
tersebut mengukur faktor yang hendak diukur. Dalam hal ini yang diuji adalah
hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan
dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.10
berikut.
Tabel 3.10
Muatan Faktor Item Asertif No item Lamda Standard Error T-Value Signifikansi
ITEM 54 0.24 0.08 2.87 V
ITEM 55 -0.03 0.07 -0.48 X
ITEM 56 -.042 0.07 -5.65 X
ITEM 57 0.60 0.07 8.27 V
ITEM 58 0.12 0.07 1.58 X
ITEM 59 -0.11 0.08 -1.41 X
ITEM 60 -0.65 0.07 -9.40 X
ITEM 61 -0.54 0.07 -7.32 X
ITEM 62
ITEM 63
0.18
-0.14
0.07
0.09
2.41
-1.64
V
X
ITEM 64 0.32 0.08 4.16 V
ITEM 65 -0.09 0.07 -1.26 X
ITEM 66 -0.20 0.07 -2.90 X
ITEM 67 -0.01 0.08 -0.19 X
ITEM 68 0.70 0.07 9.60 V
ITEM 69 0.11 0.08 1.44 X
ITEM 70 0.05 0.07 0.63 X
ITEM 71 -0.04 0.07 -0.61 X
ITEM 72 0.14 0.08 1.87 X
ITEM 73 0.10 0.07 1.30 X
ITEM 74 -0.19 0.07 -8.06 X
ITEM 75 -0.58 0.07 -8.06 V
ITEM 76 0.11 0.08 1.41 X
ITEM 77 0.24 0.07 3.18 V
ITEM 78 -0.60 0.07 -8.05 X
ITEM 79 -0.21 0.07 -2.81 X
ITEM 80 -0.36 0.07 -4.93 X
ITEM 81 -0.53 0.07 -7.95 X
ITEM 82 -0.61 0.08 -7.95 X
ITEM 83 0.24 0.07 3.26 V
Keterangan: tanda V =signifikan t (>1,96) ; X= tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.10 diatas, terdapat item yang memiliki nilai koefisien
t < 1.96 yaitu item 55, 56, 58, 59, 60, 61, 63, 65, 66, 67, 69, 70, 71, 72, 73, 74, 76,
77, 78, 79, 80 dan 81. Sedangkan item lainnya signifikan (t > 1.96) sehingga item
nomor 54, 57, 62, 64, 68, 75, 77, dan 83 dinyatakan valid.
52
3.6 Teknik Analisis Data
Untuk menguji hipotesis penelitian mengenai pengaruh efikasi diri, sikap,
persepsi risiko dan asertif terhadap perilaku menghindari asap rokok orang lain
pada remaja santri Thawalib Putra Padang Pannjang, maka data yang ada diolah
dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda (Multiple Regression
Analysis) dengan bantuan software SPSS.
1. Melalui analisi berganda ini akan diperoleh beberapa informasi, diantaranya:
R2 (R square) untuk mengetahui berapa besar kontribusi varian DV yang
dijelaskan oleh selruh IV dan melihat apakah seluruh IV berpengaruh
signifikan terhadap DV.
2. Uji hipotesis mengenai siginifikan atau tidaknya koefisien regresi dari masing-
masing IV. Koefisien yang signifikan menunjukkan dampak yang signifikan
dari IV yang bersangkutan.
3. Dapat diketahui besarnya sumbangan dari setiap IV pada DV, dan melihat
signifikansinya.
3.7 Prosedur Penelitian
Dalam melaksanakan proses pengumpulan data, peneliti melakukan beberapa
tahapan sebagai berikut:
1. Sebelum turun ke lapangan, peneliti merumuskan masalah yang akan
diteliti kemudian menentukan variabel yang akan diteliti yaitu perilaku
menghindar, sikap, efikasi diri, persepsi risiko dan asertif. Setelah itu
mengadakan studi pustaka untuk melihat masalah tersebut dari sudut
pandang teoritis. Setelah mendapatkan teori-teori secara lengkap kemudian
53
menyiapkan, membuat dan menyusun alat ukur yang akan digunakan
dalam penelitian ini yaitu perilaku menghindar yang mengadaptasi skala
pengukuran yang digunakan penelitian sebelumnya berdasarkan teori
Martinelli (1991) dengan bentuk skala likert, alat ukur sikap berdasarkan
skala baku yang diadaptasi oleh Shore et.al. (2012) dengan bentuk skala
likert, alat ukur efikasi diri berdasarkan skala baku yang diadaptasi oleh
sherer et.al. (2007), alat ukur persepsi risiko yang diadaptasi berdasarkan
teori Davis M. F (2006), dan alat ukur asertif berdasarkan skala baku yag
diadaptasi oleh Rathus (1973).
2. Kemudian setelah alat ukur dibuat berupa angket, peneliti membagikannya
kepada responden, yaitu santri Thawalib Putra Padang Panjang yang
memenuhi kriteria yang sudah ditentukan.
3. Setelah mendapatkan seluruh data yang diperlukan, peneliti melakukan
pengolahan data dan pengujia hipotesis terhadap data yang sudah
didapatkan.
54
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan dipaparkan mengenai gambaran subjek penelitian, hasil analisis
deskriptif, kategorisasi skor variabel penelitian, hasil uji hipotesis dan proporsi
varians.
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian
Untuk mendapatkan gambaran umum mengenai latar belakang subjek penelitian
maka pada subbab ini ditampilkan gambaran banyaknya subjek penelitian
berdasarkan usia dan status merokok.
Tabel 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian
No Frequensi Presentase
1
2
Usia
12-19
Status merokok
Perokok
Bukan perokok
Total
171
56
115
171
100%
67.3%
32.7%
100%
Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa jumlah subjek berdasarkan usia
dari 12 hingga 19 tahun. Kemudian status perokok dari jumlah sampel penelitian
171 orang, pada penelitian ini memiliki jumlah sampel perokok sebanyak 56 orang
atau 32, 7% dan sampel bukan perokok 115 orang atau 67.3%. Selanjutnya jumlah
subjek yang diikutsertakan dalam penelitian ini sebanyak 171 orang yang terdiri
dari remaja santri Pondok Pesantren Thawalib Padang Panjang.
55
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian
Analisis deskriptif adalah hasil yang memberikan gambaran data penelitian. Dalam
hasil analisis deskriptif ini akan disajikan maksimum, minimum, mean dan standar
deviasi variabel serta kategorisasi tinggi dan rendahnya skor variabel penelitian.
Gambaran hasil analisis deskriptif ini dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil Analisis Deskriptif Variabel Penelitian
Variabel N Minimum Maksimum
Perilaku menghindar 171 19.64 69.14
Efikasi diri 171 28.96 71.66
Sikap 171 23.14 69.57
Persepsi risiko 171 36.35 75.28
Asertif 171 26.19 70.41
Berdasarkan table 4.2 diatas dapat diketahui bahwa subjek penelitian
sebanyak 171 orang dengan nilai minimum dari variabel perilaku menghindar
adalah 19.64 dan nilai maksimum = 69.14. Kedua, efikasi diri memiliki nilai
minimum = 28.96, dan nilai maksimum = 71.66. Ketiga, sikap memiliki nilai
minimum = 23.14 dan nilai maksimum = 69.57. Keempat, persepsi risiko memiliki
nilai minimum = 36.35 dan nilai maksimum = 75.28. Kelima, asertif memiliki nilai
minimum = 26.19, dan nilai maksimum = 70.41.
4.2.1 Kategorisasi skor variabel penelitian
Kategorisasi dalam penelitian ini dibuat menjadi dua kategori yaitu, tinggi dan
rendah. Untuk mendapatkan norma kategorisasi tersebut, peneliti menggunakan
pedoman sebagai berikut.
56
Tabel 4.3 Pedoman Interpretasi Skor
Uraian mengenai gambaran kategorisasi skor variabel penelitian
berdasarkan rendah dan tingginya variabel perilaku menghindar disajikan pada
tabel 4.4 di bawah ini.
Tabel 4.4 Kategorisasi skor masing-masing variabel
Variabel Frekuensi Persentase
Rendah Tinggi Rendah Tinggi
Perilaku Menghindar 82 89 48 52
Sikap 89 82 52 48
Efikasi diri 77 94 45 55
Persespsi risiko 80 91 46.8 53.2
Asertif 91 80 53.2 46.8
Berdasarkan tabel 4.4, semua variabel memiliki frekuensi tinggi yaitu variabel
Perilaku menghindar dan Persepsi risko.
4.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian
Pada tahapan ini peneliti menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi berganda
dengan menggunakan software SPSS 17.0 seperti yang sudah dijelaskan pada bab
3, dalam regresi ada tiga hal yang dilihat yaitu melihat R suare untuk mengetahui
berapa persen (%) variasi DV yang dijelaskan oleh IV berpengaruh secara
signifikan terhadap DV, kemudian terahir melihat signifikan atau tidaknya
koefisien dari masing-masing IV.
Norma Interpretasi
X < Mean Rendah
X > Mean Tinggi
57
4.3.1 Hipotesis mayor
Peneliti melihat besaran R square untuk mengetahui berapa persen (%) varians dari
dependent variable, yaitu perilaku menghindar yang diprediksikan oleh
keseluruhan independent variable.
Selanjutnya dapat dilihat bahwa perolehan R square sebesar 0.258. atau
25.8% dari bervariasinya perilaku menghindar ditentukan oleh bervariasinya
independent variable yang diteliti yaitu efikasi diri, sikap, persepsi risiko, asertif,
dan variable demografis seperti status merokok, umur pertama kali merokok, dan
status orang tua merokok. Sedangkan 74.2% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain
diluar penelitian. Adapun R square dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5 model summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error of
Square the Estimate Sig. F Change
1 508a .258 .226 8. 19171 .000
.
Kemudian peneliti menganalisis dampak dari seluruh independent variable
terhadap perilaku menghindar. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.6
dibawah ini:
Tabel 4.6 Anova Pengaruh Keseluruhan IV Terhadap DV
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 3809.339 7 544.191 8.110 .000a
Residual 10937.957 163 67.104
Total 14747.296 170
58
Berdasarkan data pada tabel 4.6 kolom ke 6 dari kiri diketahui bahwa
(p<0.05) atau signifikan, maka hipotesis nol ditolak. Oleh karenanya hipotesis
mayor yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan seluruh independent
variable terhadap perilaku menghindar ditolak. Artinya, ada pengaruh yang
signifikan dari efikasi diri, sikap, persepsi risiko, status merokok, umur pertama kali
merokok, dan status orang tua merokok terhadap perilaku menghindar.
4.3.2 Hipotesis Minor
Pada hipotesis minor melihat koefisien regresi tiap independent variable. Adapun
penyajiannya ditampilkan pada table 4.7.
Tabel 4.7 Koefisien Regresi
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
(Constant) 19.391 6.977 2.779 .006
Efikasi diri .257 .085 .252 3.029 .003
Sikap .303 .083 .291 3.648 .000
Persepsi risiko .021 .069 .022 .309 .758
Asertif .049 .076 .047 .647 .518
Status merokok -1.989 1.886 -.099 -1.055 .293
Umur pertama
kali merokok .466 .498 .086 .935 .351
Status Orang tua
merokok -.393 .578 -.048 -.680 .498
a. Dependent Variable: Perilaku menghindar
Berdasarkan koefisien regresi pada tabel 4.7 dapat disampaikan persamaan
regresi sebagai berikut, dengan tanda (*) yang artinya signifikan:
59
Perilaku menghindar = 19.391 + 0.257 efikasi diri* + 0.303 sikap* + 0.021
persepsi risiko + 0.049 asertif - 1.989 coba merokok + 0.466 umur pertama kali
merokok - 0.393 status orang tua merokok
Berdasarkan data pada tabel 4.7, untuk melihat signifikan atau tidaknya
koefisien regresi yang dihasilkan, kita cukup melihat nilai signifikan pada kolom
yang paling kanan jika P (< 0.05), maka koefisien regresi yang dihasilkan
signifikan pengaruhnya terhadap perilaku menghindar dan sebaliknya. Dari hasil di
atas, koefisien regresi dari efikasi diri dan sikap dikatakan memiliki pengaruh yang
signifikan sedangkan sisa lainnya tidak signifikan.
Hal ini berarti bahwa dari delapan independent variable hanya dua variabel
signifikan yaitu efikasi diri dan sikap. Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang
diperoleh pada masing-masing IV adalah sebagai berikut:
1. Variabel efikasi diri : Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.257 dengan
signifikansi sebesar 0.003 ( 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel
efikasi diri memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap perilaku
menghindar. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi efikasi diri
seseorang maka semakin tinggi perilaku menghindar orang tersebut.
2. Variabel sikap : Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.303 dengan
signifikansi sebesar 0.000 (< 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa sikap
memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap perilaku menghindar.
Dapat disimpulkan, semakin tinggi sikap maka semakin tinggi perilaku
menghindar.
60
3. Variabel persepsi risiko : Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.021
dengan signifikansi sebesar 0.758 (> 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa
persepsi risiko tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku
menghindar.
4. Variabel asertif : Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.049 dengan
signifikansi sebesar 0.518 (> 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa asertif tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku menghindar.
5. Variabel status merokok : Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar --1.989
dengan signifikansi sebesar 0.293 (> 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa
mencoba rokok tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku
menghindar.
6. Variabel umur pertama kali merokok : Diperoleh nilai koefisien regresi
sebesar 0.466 dengan signifikansi sebesar 0.351 (> 0.05). Hal ini
menunjukkan bahwa umur pertama kali merokok tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap perilaku menghindar.
7. Variabel status orang tua merokok: Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar
-0.393 dengan signifikansi sebesar 0.498 (> 0.05). Hal ini menunjukkan
bahwa orang tua merokok tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
perilaku menghindar.
4.4 Proporsi Varian
Selanjutnya peneliti ingin mengetahui bagaimana penambahan proporsi varians
setiap independent variabel terhadap perilaku menghindar. Pada tabel 4.8 kolom
61
pertama adalah IV yang dianalis satu per satu, kolom kedua merupakan
penambahan varians DV dari tiap IV yang dimasukkan secara satu persatu tersebut.
Kolom ketiga merupakan nilai murni varians DV dari tiap IV yang
dimasukkan secara satu per satu, kolom keempat adalah nilai F hitung bagi IV yang
bersangkutan. Kolom DF adalah derajat bebas bagi IV yang bersangkutan pula,
yang terdiri dari numerator dan dunemerator yang telah ditentukan sebelumnya,
nilai kolom inilah yang akan dibandingkan dengan nilai F hitung. Apabila F hitung
lebih besar daripada F tabel, maka kolom selanjutnya, yaitu kolom signifikansi yang
dituliskan signifikan dan sebaliknya.
Tabel 4.8
Proporsi Varian masing-masing independent variable
Model Summary
Model R
R
Square
Adjusted
R
Square
Std.
Error of
the
Estimate
Change Statistics
R
Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .430a .185 .180 8.43171 .185 38.434 1 169 .000
2 .499b .249 .240 8.11766 .064 14.330 1 168 .000
3 .500c .249 .236 8.14046 .000 .060 1 167 .807
4 .501d .251 .233 8.15483 .002 .412 1 166 .522
5 .503e .253 .230 8.17099 .002 .344 1 165 .558
6 .506f .256 .229 8.17826 .003 .707 1 164 .402
7 .508g .258 .226 8.19171 .002 .462 1 163 .498
Predictors: (Constant), efikasi diri, sikap, persepsi risiko, asertif, status merokok
, umur pertama kali merokok, status orang tua merokok
Berdasarkan data pada tabel 4.8 dapat disampaikan informasi sebagai
berikut :
62
1. Variabel efikasi diri : Diketahui bahwa R² change dari efikasi diri terhadap
perilaku menghindar adalah sebesar 0.185, artinya variabel efikasi diri
memberikan sumbangan varians sebesar 18.5% terhadap perilaku menghindari
asap rokok orang lain. Sumbangan ini signifikan secara statistik karena nilai
sig. F change = 0.000 (<0.05).
2. Variabel sikap : Diketahui bahwa R² change dari sikap terhadap perilaku
menghindar adalah sebesar 0.064, artinya variabel sikap memberikan
sumbangan varians sebesar 6.4% terhadap perilaku menghindari asap rokok
orang lain. Sumbangan ini signifikan secara statistik karena nilai sig. F change
= 0.000 (<0.05).
3. Variabel persepsi risiko : Diketahui bahwa R² change dari persepsi risiko
terhadap perilaku menghindar adalah sebesar 0.000, artinya variabel persepsi
risiko memberikan sumbangan varians sebesar 0% terhadap perilaku
menghindari asap rokok orang lain. Sumbangan ini tidak signifikan secara
statistik karena nilai sig. F change = 0.807 (>0.05).
4. Variabel asertif : Diketahui bahwa R² change dari asertif terhadap perilaku
menghindar adalah sebesar 0.002, artinya variabel asertif memberikan
sumbangan varians sebesar 0.2% terhadap perilaku menghindari asap rokok
orang lain. Sumbangan ini tidak signifikan secara statistik karena nilai sig. F
change = 0.522 (>0.05).
5. Variabel status merokok : Diketahui bahwa R² change dari status merokok
terhadap perilaku menghindar adalah sebesar 0.002, artinya variabel status
merokok memberikan sumbangan varians sebesar 0.2% terhadap perilaku
63
menghindari asap rokok orang lain. Sumbangan ini tidak signifikan secara
statistik karena nilai sig. F change = 0.558 (>0.05).
6. Variabel umur pertama kali merokok : Diketahui bahwa R² change dari umur
pertama kali merokok terhadap perilaku menghindar adalah sebesar 0.003,
artinya variabel umur pertama kali merokok memberikan sumbangan varians
sebesar 0.3% terhadap perilaku menghindari asap rokok orang lain.
Sumbangan ini tidak signifikan secara statistik karena nilai sig. F change =
0.402 (>0.05).
7. Variabel status orang tua merokok : Diketahui bahwa R² change dari status
orang tua merokok terhadap perilaku menghindar adalah sebesar 0.002, artinya
variabel efikasi diri memberikan sumbangan varians sebesar 0.2% terhadap
perilaku menghindari asap rokok orang lain. Sumbangan ini signifikan secara
statistik karena nilai sig. F change = 0.498 (>0.05).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat dua variabel independen,
yaitu efikasi diri dan sikap yang signifikan sumbangannya terhadap perilaku
menghindar. Adapun sumbangan terbesar independent variable terhadap perilaku
menghindari asap rokok orang lain sebagai dependent variable dengan melihat nilai
R2change. Maka dapat diketahui bahwa, sumbangan terbesar pada perilaku
menghindari asap rokok orang lain dalam penelitian ini adalah pada efikasi diri
dimana efikasi diri menyumbang sebesar 18.5%, kemudian diiukuti oleh sikap
6.4%. Adapun variabel yang memiki sumbangan terkecil yakni persepsi risiko
sebesar 0%.
64
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
Pada bab lima peneliti akan menjelaskan lebih lanjut hasil dari penelitian
yang telah dilakukan. Bab ini terdiri dari tiga bagian yaitu kesimpulan, diskusi,
dan saran.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian maka kesimpulan yang dapat diambil
dari penelitian ini adalah: “ada pengaruh yang signifikan antara efikasi diri, sikap,
persepsi risiko dan asertif terhadap perilaku menghindari asap rokok orang lain
pada santri Pondok Pesantren Thawalib Putra Padang Panjang.
Kemudian berdasarkan hasil uji hipotesis yang menguji signifikansi
masing-masing koefisien regresi terhadap dependent variable, diperoleh hanya
dua koefisien regresi yang signifikan mempengaruhi perilaku menghindar yaitu
efikasi diri dan sikap. Variabel ini memiliki pengaruh positif terhadap perilaku
menghindari asap rokok orang lain, sehingga dapat dikatakan bahwa semakin
tinggi efikasi diri dan sikap maka semakin tinggi perilaku menghindari asap rokok
orang lain.
5.2 Diskusi
Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis, diketahui bahwa ada
pengaruh yang signifikan antara efikasi diri, sikap, persepsi risiko dan asertif
terhadap perilaku menghindari asap rokok orang lain pada santri Pondok
Pesantren Thawalib Putra Padang Panjang.
65
Dalam penelitian ini peneliti menemukan variabel efikasi diri signifikan
mempengaruhi perilaku menghindar. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Lin et.al. (2010) menemukan bahwa efikasi diri mempengaruhi
perilaku menghindar. Dalam studinya, efikasi diri didapati memiliki hubungan
dengan perilaku menghindar. Pada penelitian yang dilakukan oleh Martinelli
(1999) juga menunjukkan bahwa efikasi diri memiliki hubungan yang signifikan
dengan perilaku menghindar. Kemudian penelitian lainnya dengan sampel dan
variabel yang berbeda yang dilakukan Martinelli pada tahun 2002 menyebutkan
efikasi diri juga memiliki pengaruh signifikan terhadap perilaku menghindar
dengan koefisien regresi sebesar.
Peneliti mendapati efikasi diri terbukti secara signifikan berkontribusi
mempengaruhi perilaku menghindar, yang berarti bahwa semakin tinggi efikasi
pada remaja santri, maka semakin tinggi perilaku menghindari asap rokok orang
lain. Sehingga menggambarkan santri memiliki keyakinan diri yang tinggi dapat
menghindari berbagai macam situasi dimana terdapat asap rokok orang lain.
Pernyataan ini didukung oleh Martinelli (1999) yang menyatakan bahwa efikasi
diri berperan melindungi seseorang dari ajakan untuk merokok juga melindungi
seseorang dari asap rokok orang lain.
Pada variabel sikap, hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perilaku menghindar. Hal ini
menunjukkan bahwa sikap memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku
menghindar pada santri. Lin et.al (2010), mengatakan bahwa ada kaitan positif
antara sikap dengan perilaku menghindar. Kemudian penelitian yang dilakukan
66
oleh Mei-Chang (2013) juga menemukan bahwa mereka yang memiliki sikap anti
merokok yang tinggi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku
menghindar. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Lai dan Chou
(2006) yang menyebutkan bahwa sikap merupakan faktor signifikan yang
mempengaruhi perilaku menghinda. Bahkan dalam penelitian yang ia lakukan,
variabel sikap lebih penting dibandingkan efikasi diri untuk menjelaskan perilaku
menghindar seseorang.
Selanjutnya pada variabel persepsi risiko tidak menunjukkan pengaruh yang
signifikan terhadap perilaku menghindar. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Lai dan Chou (2013), dimana hasil penelitian yang
dilakukannya menunjukkan bahwa persepsi risiko memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap perilaku menghindar. Penelitian Li dan Wang (2006) juga
menemukan hal yang sama, dimana persepsi risiko memiliki pengaruh signifikan
terhadap perilaku menghindar.
Dalam penelitian ini, peneliti beranggapan jika tidak signifikannya
variabel persepsi risiko disebabkan oleh perasaan optimis yang tidak realistis
(unrealistic optimism) mengenai resiko terkena paparan asap rokok terhadap
kesehatan (Weinstein et.al, 2015), karena efek negatif akibat paparan asap rokok
bersifat jangka panjang, tidak dapat secara lansung dirasakan. Sehingga para
santri beranggapan bahwa paparan asap rokok orang lain tidak berdampak negatif
terhadap diri mereka.
Beradasarkan hasil penelitian, pada variabel asertif diketahui tidak
signifikan mempengaruhi perilaku menghindar. Hal ini sejalan dengan penelitian
67
yang dilakukan oleh Poland B.D et.al. (1999) dimana responden memiliki
kesulitan untuk meminta perokok untuk mematikan asap rokoknya, responden
lebih sering menggunakan bahasa non-verbal dari pada bahasa verbal. Pada
penelitian ini, rendahnya asertif santri bisa saja disebabkan oleh masih lemahnya
penerapan aturan mengenai rokok, masih tingginya tingkat penerimaan
masyarakat terhadap rokok, dan kurang waspada terhadap resiko paparan asap
rokok orang lain terhadap dirinya.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, bahwa adanya perbedaan penelitian
terdahulu dan sekarang mungkin dikarenakan perkembangan zaman yang sudah
berubah, sampel yang tidak sesuai dan alat ukur yang kurang relevan. Sehingga
kemudian mempengaruhi hasil penelitian ini.
5.3 Saran
Peneliti menyadari banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karena itu
peneliti memberikan beberapa saran yang bisa dipertimbangkan untuk
penyempurnaan penelitian selanjutnya yang terkait dengan penelitian serupa.
5.3.1 Saran teoritis
1. Disarankan untuk penelitian selanjutnya agar meneliti/menganalisa
variable-variabel lain yang diduga mempengaruhi perilaku menghindar
seperti seperti konformitas, health locus of control, unrealistic optimism
dan perceived behavioral control.
2. Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah ragam dalam
karakteristik sampel penelitian yang tidak hanya pada santri saja, namun
bisa dilakukan pada anak jalanan, mahasiswa, ibu melahirkan, dan sampel
68
dengna karakteristik yang memiliki resiko rentan akibat asap rokok,
sehingga hasil penelitian menjadi lebih kaya.
3. Pada peneliti selanjutnya disarankan untuk memperhatikan jumlah sampel
antara laki-laki dan perempuan. Karena dengan perbandingan sampel yang
seimbang, diharapkan hasil yang diperoleh dapat lebih akurat. Kemudian
menambah jumlah sampel penelitian, karena semakin banyak sampel
penelitian maka hasil penelitian menjadi lebih baik.
5.3.2 Saran praktis
1. Pihak pengurus pondok pesantren dapat mengadakan berbagai kegiatan,
misalnya seminar mengenai bahaya dampak rokok, kerjasama dengan
layanan kesehatan terkait layanan informasi bahaya rokok terhadap
perokok pasif, dan lain-lain.
2. Pihak pengurus pondok pesantren memperhatikan kembali aturan kawasan
bebas asap rokok disekitar pondok pesantren tidak hanya berlaku bagi
pelajar, tetapi juga pengajar serta lapisan masyarakat yang berada di area
bebas asap rokok. Karena berdasarkan pengamatan peneliti, masih banyak
guru yang merokok meskipun terdapat peringatan kawasan bebas asap
rokok.
3. Berdasarkan penelitian bahwa variabel yang signifikan mempengaruhi
perilaku menghindari yaitu efikasi diri dan sikap hendaknya dapat dimiliki
oleh para santri melalui berbagai kegiatan yang diadakan pesantren,
mereka perlu disadarkan akan pentingnya efikasi diri serta sikap tersebut.
69
DAFTAR PUSTAKA
Abbots, B. (2012). Instrumental conditioning. Diunduh tanggal 22 Maret 2015
dari http://users.ipfw.edu/abbott/314/Avoidance.html
Arnett, J. (1999). Adolescent storm and stress, reconsidered. American
Psychologist. 54 (5), 317-326.
Arnett, J., Jensen, LB. (1993). Cultural bases of risk behavior: Danish adolescents.
The Society for Research in Child Development. 1993. 64 (1),1842-18.
Azkha, N. (2013). Studi efektivitas penerapan kebijakan perda kota tentang
Kawasan tanpa rokok (ktr) dalam upaya menurunkan perokok aktif di
sumatera barat tahun 2013. Skripsi. Padang. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Andalas.
Bandura, A. (2006). Self-efficacy beliefs of adolescents. Information Age
Publishing. 307- 337.
Bem, D.J. (1970). Beliefs, attitudes, and human affairs. California: Brooks/Cole
Publishing Co.
Brewer, N.T., Weinstein, N.D., and Cuite, C.L. (2004). Risk perceptions and their
relation to risk behavior. Annals of Behavior Medicine. 27(2), 125–130.
Centers for disease control and prevention, national center for chronic disease
prevention and health promotion, division of adolescent and school health.
(2004). Improving the health of adolescents & young adults: A Guide for
states and communities. Atlanta: U.S Department of Health and Human
Services.
Chance, P. (2009). Learning and behavior: Active learning edition. Sixth Edition.
Wadsworth: Cengage Learning
Chotidjah, Sitti. (2012). Pengetahuan tentang rokok, pusat kendali kesehatan
eksternal dan perilaku merokok. Sosial Humaniora. 16 (1), 49-56.
Davis, M.F. (2006) . The smoking hazards scale. Journal of the Arizona-Nevada
Academy of Science. 38 (2), 102-106.
Ding, Dennis R., et al. (2010). Secondhand smoke avoidance by preteens living
with smokers: To leave or stay?. Addict Behavior. 35 (11), 989–994.
70
Domino, Domino, M.L. (2006). Psychological testing: an introduction. New
York: Cambridge University Press
Emmons, K.M., Hammond, K., & Abrams, D.A. (1994). Smoking at home: The
impact of smoking cessation on non smokers’ exposure to environtmental
tobacco smoke. Health Psychology. 13(6), 516-520.
Epstein, JA., Williams, C., et al. (2015). Psychosocial predictors of cigarette
smoking among adolescents living in public housing developments.
Tobacco Control. 8 (1), 45-52.
Fensterheim, Herbert, Jean Baer. (1980). Jangan bilang ya, bila anda mengatakan
tidak. Jakarta: Gunung Jati
Fishbein, M., & Ajzen, I. (1975). Belief, attitude, intention, and behavior: An
introduction to theory and research. Reading, MA: Addison-Wesley.
Gharaibeh, H., et al. (2011). Knowledge, attitudes, and behavior in avoiding
secondhand smoke exposure among non-smoking employed women with
higher education in jordan. International Journal of Environmental
Research and Public Health. 8 (1), 4207-4219
Goodwin, C.J. (2014). A history of modern psychology. Fifth edition. Wiley.
Green, L.W., Kreuter, M. (2005). The precede-proceed model of health program
planning & evaluation. Diunduh tanggal 27 Juli 2015 dari
http://lgreen.net/precede.htm
Sherer., et al. (1982). The Self-Efficacy Scale: Construction and validation.
Psychological Reports. 51, 663-671.
Isaac, S., & Michael, W. B. (1971). Handbook in research and evaluation. San
Diego: EdITS Publisher.
Jessor. (1991). Risk behavior in adolescent: A psychosocial framework for
understanding and action. Journal of Adolescent Health. 12 (1), 597-605
Kaufman., et al. (2014). ‘Excuse me, sir. Please don’t smoke here’. A qualitative
study of social enforcement of smoke-free policies in Indonesia. Health
Policy and Planning. 30 (8), 995-1002
Kearney, P., et al. (1984). Factor analysis of the rathus assertiveness schedule and
the personal report of communication Apprehension-24: replication and
extension. Psychological report, 54 (1), 851-854.
71
Kemenag.go.id (2009). Rokok hukumnya makruh dan haram. Diunduh tanggal 19
februari 2015 dari :
http://kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=81811www.metrotvnews.co
m
Kementrian Kesehatan, (2010). Pusat kesehatan pedoman pengembangan
kawasan tanpa rokok. Jakarta, Kementrian Kesehatan RI
Klein, Stephen B. (2015). Learning: principle and application. 7th edition.
Mississipi State University: SAGE Publications
Lin., et al. (2010). Second-hand smoke exposure and the factors associated with
avoidance behavior among the mothers of pre-school children: a school-
based cross-sectional study. Diunduh tanggal 15 Maret 2015 dari
http://bmcpublichealth.biomedcentral.com/articles/10.1186/1471-2458-10-
606
Maia, T.V. (2012). Avoidance learning. encyclopedia of the science of learning.
Springer Science & Bussiness Media. New York.
Martinelli A. M. (1998). Development and validation of the avoidance of
environtmental tobacco smoke scale. Journal of Nursing Measurement. 6
(1).
Martinelli, AM. (1999). Testing a model of avoiding environmental tobacco
smoke in young adults. The Journal of Nursing Scholarship. 31 (3), 237.
Martinelli, AM. (2002). Testing a model of exposure to environmental tobacco
smoke in millitary women with children. Millitary Medicine. 167 (2), 113
– 120.
Mei-Fang, Rhuey-Hsia. (2006). Factors related to avoidance of environmental
tobacco smoke among adolescents in southern taiwan. Journal of Nursing
Research. 14 (2), 103-112.
Ming-Cheng., et al (2013). Tobacco use and environtmental smoker exposure
among taiwanese pregnant smokers and recent quitters: Risk perception,
attitude, and avoidance behavior. International Journal of Environmental
Research and Public Health. 10 (1), 4104-4116.
Nevid. J. S. & Rathus, S. A. (1979). Factor analysis of the rathus assertiveness
schedule with a college population. Journal of Behavior Therapy &
Experimental Psychiatry. 10 (1), 21 – 24.
P2PL Kementrian Kesehatan RI. (2012). Buletin jendela data dan informasi
kesehatan. Jakarta, Kementrian Kesehatan RI
72
Pipas, M.D., Jaradat, M. (2010). Assertive communication skills. Annales
Universitatis Apulensis Series Oeconomica. 2 (12), 649-656.
Poland, B.D., et al. (1999). Interactions between smokers and non-smokers in
public places: A qualitative study. Canadian Journal of Public Health. 90
(5), 330-333.
Rathus, S.A. (1973). A 30-item schedule for assesing assertive behavior. Behavior
therapy. Monteleir Stage College. New Jersey. 4, 398-406.
Salkind, N. J. (2007). Encyclopedia of measurement. SAGE Publications, Inc.
Schoenfeld, W.N. (1969). Avoidance in behavior theory. Journal of the
Experimental Analysis of Behavior. 12 (1), 669-674
Schwarz, N., Bohner, G. (2001). The construction of attitudes. Blackwell
Handbook of Social Psychology. UK: Blackwell. 436-457.
Shore, T.H., Tashchian, A., Adam, J.S. (2012). Development and validation of a
scale measuring attitudes toward smoking. The Journal of Social
Psychology. 140 (5), 615-623
Sjöberg, L., Moen, B., Rundmo, T. (2004). Explaining risk perception: An
evaluation of the psychometric paradigm in risk perception research.
Trondheim, Norway: Rotunde.
Tobaccofreekids.org (2013). Tobacco burden facts. Diunduh tanggal 21 Februari
2015 dari
http://global.tobaccofreekids.org/files/pdfs/en/Indonesia_tob_burden_en.p
df.
Tobaccoinaustralia.org (2015). Public attitudes to secondhand smoke. Diunduh
tanggal 22 februari 2015 dari http://www.tobaccoinaustralia.org.au/4-14-
public-attitudes-to-secondhand-smoke.
Umar, J. (2012). Analisis faktor konfirmatori. Bahan Ajar. Tidak dipublikasikan.
Fakultas Psikologi Univarsitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Velicer, W.F., et al. (1998). Smoking cessation and stress management:
Applications of the transtheoretical model of behavior change. Health
psychology. Homestasis. 38 (1), 216-233.
Weinstein, N.D., Marcus, S.E., Moser, R.P. (2015). Smoker unrealistic optimism
about their risk. Tobacco Control. Group BMJ. 14 (1), 55-59.
73
Who. (2015). Tobacco Free Initiatve (TFI): Second-hand tobacco smoker.
Diunduh pada tanggal 20 februari 2015 dari
www.who.int/entity/tobacco/research/secondhand_smoke/en/
Who. (2015). Tobacco. Diunduh pada tanggal 22 Februari 2015 dari
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs339/en/
Witte, K,. Morrison, K. (2000). Examining the influence of trait
anxiety/represion-sensitization on individuals’reaction to fear appeals.
Western Journal of Communication. 64 (1), 1-27.
Witte, K. (1992). Putting the fear back into fear appeals: The extended parallel
process model. Communication Monograph. 59 (1), 329-349.
74
ITEM19.44
ITEM26.94
ITEM37.46
ITEM48.87
ITEM58.68
ITEM69.29
ITEM79.32
ITEM89.40
ITEM98.10
ITEM108.97
ITEM119.19
ITEM129.24
ITEM1310.03
ITEM149.68
ITEM159.85
ITEM169.55
ITEM179.12
ITEM189.58
ITEM199.65
PERILAKU 0.00
Chi-Square=122.99, df=100, P-value=0.05918, RMSEA=0.037
5.61
12.92
12.61
8.41
9.77
7.38
8.96
8.91
7.79
6.58
7.54
4.76
3.96
4.28
5.15
5.17
6.91
4.36
6.82
LAMPIRAN ANALISIS FAKTOR
75
LAMPIRAN SYNTAX
uji validitas
DA NI=19 NO=171 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11
ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 ITEM19
PM SY FI=perilaku.cor
MO NX=19 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
PERILAKU
FR LX 1 -LX19
FR TD 19 17 TD 19 14 TD 15 14 TD 7 5 TD 13 1 TD 10 8 TD 16 13 TD 14 2 TD 9 2 TD 18
16 TD 18 14 TD 6 4 TD 15 11
FR TD 12 5 TD 12 9 TD 17 16 TD 19 18 TD 8 6 TD 13 4 TD 10 6 TD 6 3 TD 12 6 TD 9 3
TD 18 8 TD 17 15 TD 14 11
FR TD 16 1 TD 18 1 TD 6 1 TD 18 10 TD 15 10 TD 19 10 TD 7 4 TD 15 13 TD 13 11 TD
19 13 TD 19 16 TD 16 15
FR TD 19 9 TD 10 3 TD 4 2 TD 11 3 TD 5 4 TD 17 13 TD 17 9 TD 9 5 TD 13 12 TD 13 9
TD 18 15 TD 12 8 TD 16 7
FR TD 10 2
PD
OU SS TV MI AD=OFF IT=1000
76
Contoh Ouput CFA Perilaku Menghindar
DATE: 7/11/2015 TIME: 13:47
L I S R E L 8.70
BY
Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom
This program is published exclusively by Scientific Software International, Inc. 7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100 Lincolnwood, IL 60712, U.S.A. Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140 Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2004 Use of this program is subject to the terms specified in the Universal Copyright Convention. Website: www.ssicentral.com
The following lines were read from file C:\Users\cone\Documents\Olah Data revisi unidimensi\PERILAKU
MENGHINDAR\PERILA.spl:
uji validitas DA NI=19 NO=171 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12 ITEM13
ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 ITEM19 PM SY FI=perilaku.cor MO NX=19 NK=1 LX=FR TD=SY LK PERILAKU FR LX 1 -LX19 FR TD 19 17 TD 19 14 TD 15 14 TD 7 5 TD 13 1 TD 10 8 TD 16 13 TD 14 2 TD 9 2 TD 18 16 TD 18 14 TD
6 4 TD 15 11 FR TD 12 5 TD 12 9 TD 17 16 TD 19 18 TD 8 6 TD 13 4 TD 10 6 TD 6 3 TD 12 6 TD 9 3 TD 18 8 TD 17 15
TD 14 11 FR TD 16 1 TD 18 1 TD 6 1 TD 18 10 TD 15 10 TD 19 10 TD 7 4 TD 15 13 TD 13 11 TD 19 13 TD 19 16 TD
16 15 FR TD 19 9 TD 10 3 TD 4 2 TD 11 3 TD 5 4 TD 17 13 TD 17 9 TD 9 5 TD 13 12 TD 13 9 TD 18 15 TD 12 8
TD 16 7 FR TD 10 2 PD OU SS TV MI AD=OFF IT=1000
uji validitas
Number of Input Variables 19 Number of Y - Variables 0 Number of X - Variables 19 Number of ETA - Variables 0 Number of KSI - Variables 1 Number of Observations 171
77
uji validitas
Correlation Matrix
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 -------- -------- -------- -------- -------- -------- ITEM1 1.00 ITEM2 0.32 1.00 ITEM3 0.34 0.68 1.00 ITEM4 0.22 0.34 0.45 1.00 ITEM5 0.18 0.55 0.55 0.31 1.00 ITEM6 0.37 0.41 0.34 0.49 0.38 1.00 ITEM7 0.26 0.48 0.48 0.18 0.64 0.34 ITEM8 0.27 0.57 0.50 0.32 0.44 0.15 ITEM9 0.30 0.19 0.24 0.43 0.28 0.34 ITEM10 0.21 0.35 0.29 0.29 0.35 0.10 ITEM11 0.30 0.42 0.34 0.44 0.39 0.42 ITEM12 0.13 0.31 0.26 0.13 0.06 0.02 ITEM13 0.51 0.28 0.19 0.35 0.11 0.26 ITEM14 0.23 0.07 0.31 0.24 0.31 0.27 ITEM15 0.29 0.29 0.34 0.36 0.32 0.34 ITEM16 0.40 0.29 0.27 0.31 0.13 0.32 ITEM17 0.25 0.45 0.39 0.19 0.24 0.27 ITEM18 0.30 0.21 0.26 0.26 0.20 0.26 ITEM19 0.19 0.46 0.37 0.23 0.19 0.25
Correlation Matrix
ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12 -------- -------- -------- -------- -------- -------- ITEM7 1.00 ITEM8 0.41 1.00 ITEM9 0.37 0.28 1.00 ITEM10 0.36 0.53 0.21 1.00 ITEM11 0.25 0.23 0.34 0.14 1.00 ITEM12 0.25 0.38 -0.06 0.26 0.18 1.00 ITEM13 0.09 0.14 0.31 0.10 0.38 -0.02 ITEM14 0.21 0.04 0.16 0.10 0.31 -0.04 ITEM15 0.12 0.12 0.22 0.26 0.46 0.00 ITEM16 0.26 0.21 0.28 0.14 0.20 0.15 ITEM17 0.38 0.37 0.11 0.33 0.18 0.39 ITEM18 0.21 -0.03 0.28 -0.03 0.19 -0.06 ITEM19 0.31 0.39 0.05 0.37 0.15 0.42
Correlation Matrix
ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 -------- -------- -------- -------- -------- -------- ITEM13 1.00 ITEM14 0.12 1.00 ITEM15 0.39 0.51 1.00 ITEM16 0.50 0.20 0.33 1.00 ITEM17 0.24 0.06 0.01 0.42 1.00 ITEM18 0.11 0.48 0.32 0.36 0.08 1.00 ITEM19 0.31 -0.23 0.06 0.32 0.70 -0.05
Correlation Matrix
ITEM19
78
-------- ITEM19 1.00
uji validitas
Parameter Specifications
LAMBDA-X
PERILAKU -------- ITEM1 1 ITEM2 2 ITEM3 3 ITEM4 4 ITEM5 5 ITEM6 6 ITEM7 7 ITEM8 8 ITEM9 9 ITEM10 10 ITEM11 11 ITEM12 12 ITEM13 13 ITEM14 14 ITEM15 15 ITEM16 16 ITEM17 17 ITEM18 18 ITEM19 19
THETA-DELTA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 -------- -------- -------- -------- -------- -------- ITEM1 20 ITEM2 0 21 ITEM3 0 0 22 ITEM4 0 23 0 24 ITEM5 0 0 0 25 26 ITEM6 27 0 28 29 0 30 ITEM7 0 0 0 31 32 0 ITEM8 0 0 0 0 0 34 ITEM9 0 36 37 0 38 0 ITEM10 0 40 41 0 0 42 ITEM11 0 0 45 0 0 0 ITEM12 0 0 0 0 47 48 ITEM13 52 0 0 53 0 0 ITEM14 0 58 0 0 0 0 ITEM15 0 0 0 0 0 0 ITEM16 66 0 0 0 0 0 ITEM17 0 0 0 0 0 0 ITEM18 76 0 0 0 0 0 ITEM19 0 0 0 0 0 0
THETA-DELTA
ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12 -------- -------- -------- -------- -------- --------
79
ITEM7 33 ITEM8 0 35 ITEM9 0 0 39 ITEM10 0 43 0 44 ITEM11 0 0 0 0 46 ITEM12 0 49 50 0 0 51 ITEM13 0 0 54 0 55 56 ITEM14 0 0 0 0 59 0 ITEM15 0 0 0 61 62 0 ITEM16 67 0 0 0 0 0 ITEM17 0 0 71 0 0 0 ITEM18 0 77 0 78 0 0 ITEM19 0 0 83 84 0 0
THETA-DELTA
ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 -------- -------- -------- -------- -------- -------- ITEM13 57 ITEM14 0 60 ITEM15 63 64 65 ITEM16 68 0 69 70 ITEM17 72 0 73 74 75 ITEM18 0 79 80 81 0 82 ITEM19 85 86 0 87 88 89
THETA-DELTA
ITEM19 -------- ITEM19 90
uji validitas
Number of Iterations = 43
LISREL Estimates (Maximum Likelihood)
LAMBDA-X
PERILAKU -------- ITEM1 0.41 (0.07) 5.61 ITEM2 0.83 (0.06) 12.92 ITEM3 0.82 (0.07) 12.61 ITEM4 0.60 (0.07) 8.41
80
ITEM5 0.68 (0.07) 9.77 ITEM6 0.53 (0.07) 7.38 ITEM7 0.62 (0.07) 8.96 ITEM8 0.61 (0.07) 8.91 ITEM9 0.58 (0.07) 7.79 ITEM10 0.50 (0.08) 6.58 ITEM11 0.54 (0.07) 7.54 ITEM12 0.36 (0.08) 4.76 ITEM13 0.30 (0.08) 3.96 ITEM14 0.31 (0.07) 4.28 ITEM15 0.38 (0.07) 5.15 ITEM16 0.38 (0.07) 5.17 ITEM17 0.50 (0.07) 6.91 ITEM18 0.31 (0.07) 4.36
81
ITEM19 0.50 (0.07) 6.82
PHI
PERILAKU -------- 1.00
THETA-DELTA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 -------- -------- -------- -------- -------- -------- ITEM1 0.83 (0.09) 9.44 ITEM2 - - 0.31 (0.04) 6.94 ITEM3 - - - - 0.34 (0.05) 7.46 ITEM4 - - -0.16 - - 0.64 (0.04) (0.07) -3.90 8.87 ITEM5 - - - - - - -0.11 0.55 (0.05) (0.06) -2.44 8.68 ITEM6 0.15 - - -0.12 0.14 - - 0.73 (0.05) (0.04) (0.06) (0.08) 2.84 -2.82 2.32 9.29 ITEM7 - - - - - - -0.21 0.24 - - (0.05) (0.05) -4.38 4.73 ITEM8 - - - - - - - - - - -0.17 (0.05) -3.55 ITEM9 - - -0.30 -0.24 - - -0.13 - - (0.05) (0.05) (0.05) -6.07 -4.85 -2.87 ITEM10 - - -0.10 -0.15 - - - - -0.17 (0.05) (0.05) (0.05) -2.27 -3.38 -3.14 ITEM11 - - - - -0.09 - - - - - - (0.04)
82
-2.35 ITEM12 - - - - - - - - -0.19 -0.16 (0.05) (0.05) -3.87 -2.89 ITEM13 0.33 - - - - 0.13 - - - - (0.06) (0.04) 5.61 3.00 ITEM14 - - -0.17 - - - - - - - - (0.04) -4.76 ITEM15 - - - - - - - - - - - - ITEM16 0.19 - - - - - - - - - - (0.06) 3.36 ITEM17 - - - - - - - - - - - - ITEM18 0.16 - - - - - - - - - - (0.05) 3.02 ITEM19 - - - - - - - - - - - -
THETA-DELTA
ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12 -------- -------- -------- -------- -------- -------- ITEM7 0.63 (0.07) 9.32 ITEM8 - - 0.62 (0.07) 9.40 ITEM9 - - - - 0.63 (0.08) 8.10 ITEM10 - - 0.22 - - 0.76 (0.05) (0.09) 4.12 8.97 ITEM11 - - - - - - - - 0.71 (0.08) 9.19 ITEM12 - - 0.12 -0.23 - - - - 0.86 (0.05) (0.06) (0.09) 2.39 -3.78 9.24
83
ITEM13 - - - - 0.10 - - 0.20 -0.15 (0.05) (0.05) (0.05) 2.10 4.25 -2.96 ITEM14 - - - - - - - - 0.14 - - (0.05) 2.71 ITEM15 - - - - - - 0.17 0.27 - - (0.05) (0.06) 3.53 4.71 ITEM16 0.09 - - - - - - - - - - (0.04) 2.33 ITEM17 - - - - -0.15 - - - - - - (0.05) -2.87 ITEM18 - - -0.15 - - -0.16 - - - - (0.05) (0.06) -3.18 -2.89 ITEM19 - - - - -0.20 0.08 - - - - (0.05) (0.04) -3.83 2.11
THETA-DELTA
ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 -------- -------- -------- -------- -------- -------- ITEM13 0.90 (0.09) 10.03 ITEM14 - - 0.85 (0.09) 9.68 ITEM15 0.23 0.31 0.85 (0.05) (0.06) (0.09) 4.73 5.43 9.85 ITEM16 0.38 - - 0.19 0.86 (0.06) (0.05) (0.09) 6.03 3.66 9.55 ITEM17 0.16 - - -0.11 0.23 0.74 (0.05) (0.05) (0.06) (0.08) 3.00 -2.34 3.75 9.12 ITEM18 - - 0.30 0.14 0.20 - - 0.84 (0.06) (0.06) (0.05) (0.09) 4.91 2.47 3.93 9.58 ITEM19 0.26 -0.30 - - 0.20 0.41 -0.12
84
(0.05) (0.05) (0.05) (0.06) (0.05) 5.14 -6.33 3.66 6.58 -2.68
THETA-DELTA
ITEM19 -------- ITEM19 0.73 (0.08) 9.65
Squared Multiple Correlations for X - Variables
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 -------- -------- -------- -------- -------- -------- 0.17 0.69 0.66 0.36 0.46 0.28
Squared Multiple Correlations for X - Variables
ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12 -------- -------- -------- -------- -------- -------- 0.38 0.38 0.35 0.25 0.29 0.13
Squared Multiple Correlations for X - Variables
ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 -------- -------- -------- -------- -------- -------- 0.09 0.10 0.14 0.14 0.26 0.10
Squared Multiple Correlations for X - Variables
ITEM19 -------- 0.25
Goodness of Fit Statistics
Degrees of Freedom = 100 Minimum Fit Function Chi-Square = 123.94 (P = 0.053) Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 122.99 (P = 0.059) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 22.99 90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 55.24) Minimum Fit Function Value = 0.73 Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.14 90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.32) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.037 90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.057) P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.85 Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 1.78 90 Percent Confidence Interval for ECVI = (1.65 ; 1.97) ECVI for Saturated Model = 2.24 ECVI for Independence Model = 16.78 Chi-Square for Independence Model with 171 Degrees of Freedom = 2814.31
85
Independence AIC = 2852.31 Model AIC = 302.99 Saturated AIC = 380.00 Independence CAIC = 2931.00 Model CAIC = 675.74 Saturated CAIC = 1166.92 Normed Fit Index (NFI) = 0.96 Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.98 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.56 Comparative Fit Index (CFI) = 0.99 Incremental Fit Index (IFI) = 0.99 Relative Fit Index (RFI) = 0.92 Critical N (CN) = 187.29
Root Mean Square Residual (RMR) = 0.066 Standardized RMR = 0.066 Goodness of Fit Index (GFI) = 0.93 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.87 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.49
uji validitas
Modification Indices and Expected Change
No Non-Zero Modification Indices for LAMBDA-X
No Non-Zero Modification Indices for PHI
Modification Indices for THETA-DELTA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 -------- -------- -------- -------- -------- -------- ITEM1 - - ITEM2 1.03 - - ITEM3 1.62 0.06 - - ITEM4 1.90 - - 0.20 - - ITEM5 3.42 0.10 0.15 - - - - ITEM6 - - 2.25 - - - - 0.66 - - ITEM7 0.49 0.27 0.49 - - - - 0.01 ITEM8 0.59 0.98 0.30 0.00 0.13 - - ITEM9 0.23 - - - - 1.23 - - 2.07 ITEM10 0.07 - - - - 0.06 0.12 - - ITEM11 0.18 0.13 - - 1.80 1.06 0.87 ITEM12 0.12 0.01 0.35 1.59 - - - - ITEM13 - - 2.26 1.85 - - 0.18 0.19 ITEM14 0.01 - - 1.37 0.02 0.08 0.12 ITEM15 2.74 0.31 0.18 0.06 1.66 0.09 ITEM16 - - 0.01 0.09 2.09 1.12 0.23 ITEM17 1.22 0.43 0.03 2.74 0.28 0.53 ITEM18 - - 0.13 0.12 0.78 0.63 0.14 ITEM19 0.43 1.09 0.11 0.00 1.23 0.05
Modification Indices for THETA-DELTA
ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12 -------- -------- -------- -------- -------- --------
86
ITEM7 - - ITEM8 0.11 - - ITEM9 0.42 0.21 - - ITEM10 1.32 - - 0.93 - - ITEM11 0.72 0.77 0.61 2.29 - - ITEM12 0.00 - - - - 0.21 1.34 - - ITEM13 0.73 0.26 - - 0.32 - - - - ITEM14 0.04 1.94 0.91 0.19 - - 0.05 ITEM15 2.06 0.01 0.00 - - - - 0.42 ITEM16 - - 0.00 0.08 1.71 0.08 0.08 ITEM17 0.58 0.07 - - 2.37 0.16 1.78 ITEM18 1.41 - - 0.10 - - 0.37 2.55 ITEM19 0.18 0.01 - - - - 0.92 1.64
Modification Indices for THETA-DELTA
ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 -------- -------- -------- -------- -------- -------- ITEM13 - - ITEM14 0.00 - - ITEM15 - - - - - - ITEM16 - - 2.24 - - - - ITEM17 - - 1.38 - - - - - - ITEM18 0.53 - - - - - - 0.08 - - ITEM19 - - - - 1.50 - - - - - -
Modification Indices for THETA-DELTA
ITEM19 -------- ITEM19 - -
Expected Change for THETA-DELTA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 -------- -------- -------- -------- -------- -------- ITEM1 - - ITEM2 -0.04 - - ITEM3 0.05 0.01 - - ITEM4 -0.07 - - -0.02 - - ITEM5 -0.07 0.01 0.01 - - - - ITEM6 - - -0.08 - - - - 0.04 - - ITEM7 0.03 -0.02 -0.03 - - - - 0.00 ITEM8 0.03 0.04 -0.02 0.00 0.01 - - ITEM9 0.03 - - - - 0.06 - - -0.08 ITEM10 -0.01 - - - - 0.01 -0.01 - - ITEM11 0.02 -0.02 - - 0.07 0.04 0.04 ITEM12 -0.02 0.00 -0.03 -0.07 - - - - ITEM13 - - 0.05 -0.05 - - 0.02 0.02 ITEM14 0.00 - - 0.04 0.01 0.01 -0.01 ITEM15 0.08 -0.02 0.02 0.01 0.05 0.01 ITEM16 - - 0.00 -0.01 0.07 -0.05 0.02 ITEM17 0.05 -0.02 0.01 -0.06 -0.02 0.03 ITEM18 - - 0.01 -0.01 0.04 -0.03 0.02 ITEM19 -0.03 0.03 0.01 0.00 -0.03 -0.01
Expected Change for THETA-DELTA
ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12 -------- -------- -------- -------- -------- --------
87
ITEM7 - - ITEM8 0.01 - - ITEM9 0.04 -0.02 - - ITEM10 0.05 - - -0.05 - - ITEM11 -0.03 -0.04 0.04 -0.08 - - ITEM12 0.00 - - - - 0.03 0.06 - - ITEM13 -0.03 -0.02 - - 0.03 - - - - ITEM14 0.01 -0.06 -0.05 0.02 - - -0.01 ITEM15 -0.05 0.00 0.00 - - - - -0.03 ITEM16 - - 0.00 0.02 -0.07 0.01 -0.02 ITEM17 0.03 0.01 - - 0.08 -0.02 0.06 ITEM18 0.05 - - 0.02 - - -0.03 -0.08 ITEM19 0.01 0.00 - - - - -0.04 0.05
Expected Change for THETA-DELTA
ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 -------- -------- -------- -------- -------- -------- ITEM13 - - ITEM14 0.00 - - ITEM15 - - - - - - ITEM16 - - 0.08 - - - - ITEM17 - - -0.06 - - - - - - ITEM18 -0.04 - - - - - - -0.01 - - ITEM19 - - - - -0.07 - - - - - -
Expected Change for THETA-DELTA
ITEM19 -------- ITEM19 - -
Maximum Modification Index is 3.42 for Element ( 5, 1) of THETA-DELTA
uji validitas
Standardized Solution
LAMBDA-X
PERILAKU -------- ITEM1 0.41 ITEM2 0.83 ITEM3 0.82 ITEM4 0.60 ITEM5 0.68 ITEM6 0.53 ITEM7 0.62 ITEM8 0.61 ITEM9 0.58 ITEM10 0.50 ITEM11 0.54 ITEM12 0.36 ITEM13 0.30 ITEM14 0.31 ITEM15 0.38 ITEM16 0.38 ITEM17 0.50 ITEM18 0.31
88
ITEM19 0.50
PHI
PERILAKU -------- 1.00
Time used: 0.062 Seconds
89
Kepada partisipan,
Saya Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Psikologi
sedang melakukan penelitian. Dalam rangka skripsi, saya memohon kesediaan Anda
berpartisipasi menjadi partisipan dalam penelitian saya. Saya harap hasil dari partisipasi Anda
dapat membantu perkembangan ilmu pengetahuan terutama psikologi. Saya sangat tertarik
dengan pengalaman Anda sehari-hari. Oleh karena itu saya akan memberikan beberapa
pertanyaan dalam bentuk kuisioner. Saya mohon Anda memberikan informasi yang
menggambarkan diri Anda sejujur-jujurnya karena semua jawaban yang Anda berikan akan
dijamin kerahasiaannya dan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian. Oleh karena
itu anda tidak perlu mencantumkan nama pada kuisioner maupun data identitas pribadi.
Umur :
Keterangan: SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju
S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
NO Pernyataan SS S TS STS
1 Saya akan menjauh jika ada orang yang merokok didekat saya SS S TS STS
2 Saya akan tetap duduk dan berbicara dengan teman atau
kerabat yang sedang merokok SS S TS STS
3 Saya akan tetap berada dalam kelompok meskipun ada yang
merokok diantara saya SS S TS STS
4 Saya memilih untuk mencari tempat makan lain daripada harus
makan didekat orang yang sedang merokok SS S TS STS
5 Saya mengizinkan teman atau kerabat merokok di kamar saya SS S TS STS
6 Saya memilih untuk duduk dengan orang yang tidak merokok
ketika berpergian dengan bus atau transportasi umum SS S TS STS
7 Saya membolehkan orang merokok di mobil saya SS S TS STS
8 Dari pada sendirian lebih baik saya bergabung dengan teman
atau kerabat saya, walaupun mereka sedang merokok SS S TS STS
9 Saya tidak mengizinkan orang merokok di mobil saya SS S TS STS
10 Saya akan tetap duduk di dekat orang yang sedang merokok,
meskipun saya telah memesan ruangan bebas asap rokok SS S TS STS
11 Saya akan meminta perokok untuk mematikan rokoknya jika
saya tidak bisa menghindar dari perokok SS S TS STS
12
Saya akan duduk di dekat orang yang sedang merokok jika
tidak dapat menemukan tempat duduk lainnya di bus atau
tempat umum
SS S TS STS
13 Saya akan menjauh jika ada orang yang sedang merokok di
tempat terbuka SS S TS STS
Berilah tanda checklist ( √ ) pada jawaban yang paling menggambarkan diri anda.
Bila ada pilihan jawaban yang tidak menggambarkan diri anda, anda tetap diminta
memilih satu jawaban yang paling menggambarkan diri anda.
90
14 Saya duduk di tempat bebas asap rokok ketika berada di
restoran SS S TS STS
15 Saya akan mencuci pakaian saya yang berbau rokok meskipun
terlihat bersih SS S TS STS
16 Saya merasa tidak nyaman berada diantara perokok SS S TS STS
17 Saya bergaul dengan orang yang merokok SS S TS STS
18 saya duduk di tempat bebas asap rokok ketika selesai makan SS S TS STS
19 Saya berada di lingkungan di mana merokok adalah hal yang
wajar SS S TS STS
20 Saya tidak akan berpacaran dengan perokok SS S TS STS
21 Saya tidak akan menikahi perokok SS S TS STS
22 Saya keberatan hidup dengan perokok SS S TS STS
23 Saya lebih memilih untuk tidak menghabiskan waktu dengan
perokok SS S TS STS
24 Saya dengan senang hati berteman dengan perokok SS S TS STS
25 Tidak ada alasan yang pantas untuk melarang seseorang
merokok di dalam bus SS S TS STS
26 Membatasi seseorang untuk merokok di depan umum tidak
adil bagi perokok SS S TS STS
27 Aturan yang membatasi seseorang merokok ditempat kerja
tidak adil bagi perokok SS S TS STS
28 Seseorang seharusnya memiliki hak untuk merokok dimana
dan kapan saja mereka inginkan SS S TS STS
29 Merokok seharusnya tidak dibatasi oleh hukum dimana saja SS S TS STS
30 Orang bukan perokok seharusnya belajar untuk lebih toleran
terhadap perokok SS S TS STS
31 Setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan udara bebas
dari asap rokok SS S TS STS
32 Perokok pasif rentan terhadap resiko kesehatan SS S TS STS
33 Perusahaan seharusnya menyediakan lingkungan bebas asap
rokok bagi karyawan mereka SS S TS STS
34 Semua bentuk iklan rokok tidak diperbolehkan SS S TS STS
35 Perusahaan rokok seharusnya diijinkan untuk memasarkan
produk mereka dalam bentuk yang mereka inginkan SS S TS STS
36 Penjualan rokok harus dilarang sama sekali SS S TS STS
37 Saya yakin dapat menghindari lingkungan asap rokok SS S TS STS
38 Menghindari teman atau kerabat yang merokok adalah hal
tersulit bagi saya SS S TS STS
39 Meskipun pada awalnya tidak berani untuk meminta perokok
mematikan asap rokok saya akan terus mencobanya SS S TS STS
40 Saya mampu menghindari lingkungan asap rokok SS S TS STS
41 Saya sudah menyerah sebelum berhasil menghindari
lingkungan asap rokok SS S TS STS
42 Saya tidak mampu menghindari lingkungan asap rokok jika itu
terasa sulit bagi saya SS S TS STS
43 Ketika saya melihat bahwa menegur perokok untuk tidak
merokok didekat saya itu sulit, saya enggan menegurnya SS S TS STS
44 Saya mampu menolak tawaran teman yang mengajak saya
untuk merokok meskipun saya sebenarnya merasa tidak enak SS S TS STS
91
45 Ketika ada yang merokok didekat saya, saya yakin dapat
menjauh atau menegurnya untuk tidak merokok SS S TS STS
46 Saya pasrah berada didekat perokok meskipun saya sudah
mencoba untuk menegurnya SS S TS STS
47 Saya tidak yakin dapat menghindari orang yang merokok SS S TS STS
48 Saya enggan menghindari lingkungan asap rokok jika itu
terlihat sulit dilakukan SS S TS STS
49 Saya akan berusaha sebisa mungkin agar terhindar dari
paparan asap rokok orang lain SS S TS STS
50 Saya tidak yakin akan kemampuan saya untuk menghindari
teman atau kerabat yang merokok SS S TS STS
51 Saya dapat mengandalkan diri sendiri untuk dapat terhindar
dari asap rokok orang lain SS S TS STS
52 Saya pasrah ketika ada yang merokok didekat saya SS S TS STS
53 Saya kurang yakin mampu menghindari lingkungan asap rokok
dalam kehidupan sehari-hari SS S TS STS
54 Saya melihat orang lain lebih tegas dari pada saya SS S TS STS
55 Saya enggan memulai percakapan dengan orang yang baru saja
saya kenal SS S TS STS
56 Saya komplain kepada pelayan ketika makanan di restoran
tidak sesuai dengan apa yang saya harapkan SS S TS STS
57 Saya berhati-hati agar tidak menyakiti perasaan orang lain,
meskipun saya telah disakiti SS S TS STS
58
Saya memiliki kesulitan untuk menolak barang yang
ditawarkan penjual, meskipun barang itu tidak cocok untuk
saya
SS S TS STS
59 Ketika saya diminta untuk melakukan sesuatu, saya menolak
sebelum mengetahui alasannya SS S TS STS
60 Adakalanya saya meminta pendapat baik dari orang lain SS S TS STS
61 Saya tegas seperti kebanyakan orang jika berada diposisi saya SS S TS STS
62 Banyak orang yang mengambil keuntungan dari saya SS S TS STS
63 Saya menikmati bercengrama dengan orang yang baru saja
saya kenal SS S TS STS
64 Saya seringkali tidak tahu apa saja yang harus dikatakan jika
saya bertemu dengan lawan jenis yang attraktif SS S TS STS
65 Saya ragu-ragu jika menelefon untuk urusan bisnis dan
institusi SS S TS STS
66 Saya lebih memilih menulis surat dari pada harus menghadiri
wawancara untuk melamar kerja SS S TS STS
67 Saya merasa malu jika harus mengembalikan barang SS S TS STS
68
Jika orang terdekat atau orang yang dihormati mengganggu
saya, saya akan sabar dari pada harus mengungkapkan
perasaan kesal saya
SS S TS STS
69 Saya menolak untuk bertanya jika pertanyaan itu terdengar
bodoh SS S TS STS
70 Ketika berpendapat terkadang saya merasa takut akan kecewa
atau mengacaukan acara SS S TS STS
92
71
Jika guru yang saya hormati melakukan kesalahan dalam
menjelaskan pelajaran saya akan membantah agar semua orang
mendengarkan pendapat saya
SS S TS STS
72 Saya menghindari menawar harga dengan penjual SS S TS STS
73 Ketika saya melakukan sesuatu yang sangat penting saya akan
membiarkan orang lain mengetahuinya SS S TS STS
74 Saya orangnya terbuka mengenai perasaan SS S TS STS
75 Jika orang lain menyebar gosip yang buruk tentang saya, saya
akan segera berbicara dengannya. SS S TS STS
76 Saya seringkali merasa kesulitan mengatakan “tidak” SS S TS STS
77 Saya lebih baik menutupi perasaan saya dari pada orang lain
tahu SS S TS STS
78 Saya komplain terhadap rendahnya pelayanan disebuah
restoran SS S TS STS
79 Ketika saya ingin komplain, saya bingung harus mengatakan
apa SS S TS STS
80
Ketika orang atau pasangan berbicara agak keras didalam
bioskop, saya akan memintanya untuk diam atau bicara
ditempat lain
SS S TS STS
81 Saya akan marah jika ada yang menyalip antrian didepan saya SS S TS STS
82 Saya cepat dalam mengutarakan pendapat SS S TS STS
83 Saya tidak dapat mengatakan sesuatu yang menjadi hak saya SS S TS STS
Keterangan :
Mohon lengkapi pertanyaan dibawah dengan melingkari salah satu nomor.
NO ITEM
84
Kemungkinan saya beresiko menderita
bronkitis dimasa yang akan datang adalah
Sangat
tidak
beresiko
-3 -2 -1 0 +1 +2 +3 Sangat
Beresiko
85
Kemungkinan saya beresiko menderita kanker
paru-paru dimasa yang akan datang adalah
Sangat
tidak
beresiko
-3 -2 -1 0 +1 +2 +3 Sangat
Beresiko
86
Kemungkinan saya beresiko menderita
penyakit jantung dimasa yang akan datang
adalah
Sangat
tidak
beresiko
-3 -2 -1 0 +1 +2 +3 Sangat
Beresiko
87
Kemungkinan saya beresiko menderita
kerusakan ginjal dimasa yang akan datang
adalah
Sangat
tidak
beresiko
-3 -2 -1 0 +1 +2 +3 Sangat
Beresiko
89
Kemungkinan saya beresiko menderita
amputasi dimasa yang akan datang adalah
Sangat
tidak
beresiko
-3 -2 -1 0 +1 +2 +3 Sangat
Beresiko
90
Kemungkinan saya beresiko menderita
masalah kesehatan mata dimasa yang akan
datang adalah
Sangat
tidak
beresiko
-3 -2 -1 0 +1 +2 +3 Sangat
Beresiko
91
Kemungkinan saya beresiko menderita
osteoporosis dimasa yang akan datang adalah
Sangat
tidak
beresiko
-3 -2 -1 0 +1 +2 +3 Sangat
Beresiko
92
Kemungkinan saya beresiko tertular penyakit
sexual dimasa yang akan datang adalah
Sangat
tidak
beresiko
-3 -2 -1 0 +1 +2 +3 Sangat
Beresiko
93 Kemungkinan saya beresiko menderita infeksi
saluran urin dimasa yang akan datang adalah Sangat -3 -2 -1 0 +1 +2 +3
Sangat
Beresiko
93
tidak
beresiko
94
Kemungkinan saya beresiko kehilangan
telepon genggam dimasa yang akan datang
adalah
Sangat
tidak
beresiko
-3 -2 -1 0 +1 +2 +3 Sangat
Beresiko
95
Kemungkinan saya beresiko cerai dengan
pasangan dimasa yang akan datang adalah
Sangat
tidak
beresiko
-3 -2 -1 0 +1 +2 +3 Sangat
Beresiko
96
Kemungkinan saya beresiko kecelakaan mobil
dimasa yang akan datang adalah
Sangat
tidak
beresiko
-3 -2 -1 0 +1 +2 +3 Sangat
Beresiko
Keterangan:
Pilihlah jawaban yang paling menggambarkan diri anda. Bila ada pilihan jawaban yang
tidakmenggambarkan diri anda, andatetap diminta memilihh satu jawaban yang paling
menggambarkan diri anda
97. Saya pernah mencoba rokok :
a. Pernah b. Tidak pernah
98. Umur pertama kali merokok :
a. < saya tidak pernah merokok e. 12 atau 13 tahun
b. 7 tahun atau lebih muda f. 14. Atau 15 tahun
c. 8 atau 9 tahun g. Di atas 16 tahun
d. 10 atau 11 tahun
99. Apakah kedua orang tua kamu saat ini merokok ?
a. Tidak ada satupun d. Ibu saja
b. Kedua-duanya merokok e.Tidak tahu
c. Ayah saja
TERIMA KASIH