Post on 04-Feb-2020
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKAPADA PASIEN DEMAM TIFOID KELOMPOK PEDIATRIK
DI INSTALASI RAWAT INAPRUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA
PERIODE JANUARI-DESEMBER 2010
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Cornelius Danan Rufaldi
NIM : 078114100
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2011
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA
PADA PASIEN DEMAM TIFOID KELOMPOK PEDIATRIK
DI INSTALASI RAWAT INAP
RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA
PERIODE JANUARI-DESEMBER 2010
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Cornelius Danan Rufaldi
NIM : 078114100
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2011
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA
PADA PASIEN DEMAM TIFOID KELOMPOK PEDIATRIK
DI INSTALASI RAWAT INAP
RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA
PERIODE JANUARI-DESEMBER 2010
Skripsi yang diajukan oleh :
Cornelius Danan Rufaldi
NIM : 07811410
telah disetujui oleh :
Pembimbing Utama
(Drs. Mulyono, Apt.)
Tanggal 4 Juli 2011
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
Pengesahan Skripsi Berjudul
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA
PADA PASIEN DEMAM TIFOID KELOMPOK UMUR PEDIATRIK
DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH
YOGYAKARTA PERIODE JANUARI-DESEMBER 2010
Oleh :
Cornelius Danan Rufaldi
NIM : 078114100
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
pada tanggal :
8 Agustus 2011
Mengetahui
Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
Dekan
Ipang Djunarko, M.Si., Apt.
Pembimbing
Drs. Mulyono, Apt.
Panitia Penguji Tanda Tangan
1. Drs. Mulyono, Apt. .....................
2. dr. Fenty, M.Kes., Sp. PK. .....................
3. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. .....................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
When we accept tough jobs as a challenge and wade into
them with joy and enthusiasm, miracles can happen.
- Arland Gilbert
The challenge is not to manage time, but to manage
ourselves.
- Steven Covey
Experience is a hard teacher because she gives the test first,
the lesson afterwards
- Vernon Law
Kupersembahkan karya ini bagi:
Tuhan Yesus Kristus-ku
Bapak dan Ibu tesayang
Terima kasih atas segala doa dan dukungan kalian........
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Cornelius Danan Rufaldi
NIM : 078114100
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN DEMAM
TIFOID KELOMPOK UMUR PEDIATRIK DI INSTALASI RAWAT INAP
RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA PERIODE JANUARI-
DESEMBER 2010
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet
maupun media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari
saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 8 Agustus 2011
Yang menyatakan
Cornelius Danan Rufaldi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PRAKATA
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas pencerahan,
bimbingan, penyertaan, dan kekuatan yang diberikan kepada penulis sehingga
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Evaluasi Penggunaan Antibiotika Pada
Pasien Demam Tifoid Kelompok Pediatrik di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Panti Rapih Yogyakarta Periode Desember-Januari 2010”. Skripsi ini merupakan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Ilmu
Farmasi (S.Farm.).
Penulis mengucapkan terima kasih kepada banyak pihak yang telah
membantu secara material maupun secara moral, memberikan motivasi, semangat,
dorongan, kritik, maupun saran hingga dapat terselesaikannya skripsi ini, terutama
kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa atas segala restu dan bimbinganNya selama
penulisan skripsi.
2. Direktur Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta yang memberikan ijin
penelitian kepada penulis.
3. Kepala Instalasi Rekam Medik Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta atas
kerjasama dan kemudahan yang diberikan pada saat pengambilan data-data
untuk penelitian.
4. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
5. Drs. Mulyono, Apt., selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan,
motivasi, kritik, maupun saran yang selalu diberikan agar skripsi dapat
selesai tepat pada waktunya.
6. Dokter Fenty, M.Kes., Sp.PK., selaku dosen penguji atas masukan, kritik
dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis.
7. Maria Wisnu Donowati M.Si., Apt., selaku dosen penguji atas saran maupun
kritik serta bimbingan yang telah diberikan kepada penulis.
8. Semua dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
yang telah memberikan ilmu dan softskill sebagai bekal praktik kefarmasian
kelak.
9. Robertus Heru Saptono dan Vincentia Sedyarningsih, selaku kedua orang
tuaku yang senantiasa dengan sabar memberikan dukungan motivasi, doa,
materi, dan nasihat hingga terselesaikannya skripsi ini.
10. Clarissa Resty Prabaniswari atas motivasi, doa, waktu, dan kasih sayang
demi kelancaran dan keberhasilan penyusunan skripsi ini.
11. Rosanna Olivia Hartono, sahabat berbagi keceriaan baik dalam suka
maupun duka serta kawan diskusi saat menghadapi permasalahan dalam
penyelesaian skripsi.
12. Staff Sekretariat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma atas segala
bantuan demi kelancaran dalam pengurusan ijin.
13. Mahendra Agil Kusuma, Yeyen Kristiyana, dan Prima Mustika, atas
motivasi yang telah diberikan kepada penulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
14. Teman-teman angkatan 2007 khususnya kelas C dan FKK B atas hari-hari
yang indah dan menyenangkan selama kuliah.
15. Semua bagian dari perjalanan hidup penulis yang mampu menjadi inspirasi.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar skripsi ini dapat menjadi
lebih baik. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk
menambah pengetahuan bagi yang membutuhkan.
Yogyakarta, 7 Juli 2011
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah
ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Yogyakarta, 7 Juli 2011
Penulis
Cornelius Danan Rufaldi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
Hal.
HALAMAN JUDUL............................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI......................................................v
PRAKATA.........................................................................................................vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ix
DAFTAR ISI.......................................................................................................x
DAFTAR TABEL.............................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................xiv
INTISARI..........................................................................................................xv
ABSTRACT.......................................................................................................xvi
BAB I. PENGANTAR........................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
1. Perumusan Masalah .............................................................................3
2. Keaslian Penelitian ..............................................................................4
3. Manfaat Penelitian ...............................................................................6
B. Tujuan Penelitian .......................................................................................7
1. Tujuan Umum......................................................................................7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
2. Tujuan Khusus .....................................................................................7
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA.................................................................8
A. Antibiotika ..............................................................................................8
B. Resistensi Bakteri .................................................................................12
C. Demam Tifoid .......................................................................................14
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ........................................................26
A. Jenis Penelitian......................................................................................26
B. Definisi Operasional..............................................................................27
C. Subjek Penelitian...................................................................................28
D. Bahan Penelitian....................................................................................29
E. Tata Cara Penelitian ..............................................................................29
F. Tata Cara Analisis Hasil........................................................................30
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................33
A. Profil Pasien ..........................................................................................34
B. Identifikasi dan Diagnosis Pasien .........................................................38
C. Pola Penggunaan Antibiotika................................................................42
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................56
A. Kesimpulan ...........................................................................................56
B. Saran......................................................................................................57
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................58
LAMPIRAN......................................................................................................62
BIOGRAFI PENULIS ....................................................................................137
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR TABEL
Tabel I Penggolongan antibiotika berdasarkan sifat ............................ 9
Tabel II Terapi yang direkomendasi WHO untuk demam tifoid ......... 22
Tabel III Gejala klinis yang dialami pasien demam tifoid di RS. Panti
Rapih Yogyakarta periode Januari-Desember 2010 ............... 39
Tabel IV Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pasien demam tifoid
di RS. Panti Rapih Yogyakarta periode Januari – Desember
2010 ....................................................................................... 40
Tabel V Dosis dan Frekuensi Pemakaian Antibiotika Pada Pasien
Demam Tifoid Kelompok Umur Pediatrik di Instalasi Rawat
Inap RS. Panti Rapih Yogyakarta selama periode 2010......... 46
Tabel VI Durasi Penggunaan Antibiotika Kombinasi ........................... 49
Tabel VII Durasi Penggunaan Antibiotika Tunggal................................ 50
Tabel VIII Kategori Ketepatan Penggunaan Antibiotika menurut Kurrin dan
Gyssens ................................................................................... 53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Mekanisme kerja antibiotika sebagai bakteriosida
dan bakteriostatik .......................................................................... 9
Gambar 2 Mekanisme kerja antibiotika ....................................................... 11
Gambar 3 Struktur kimia Penicilin .............................................................. 11
Gambar 4 Struktur kimia Kloramfenikol ..................................................... 11
Gambar 5 Struktur kimia Sefalosporin ........................................................ 12
Gambar 6 Diagram patofisiologi demam tifoid ........................................... 15
Gambar 7 Persentasi jumlah pasien pria dan wanita penderita penyakit
demam tifoid di RS. Panti Rapih Yogyakarta periode 2010....... 35
Gambar 8 Persentasi kasus demam tifoid di RS. Panti Rapih Yogyakarta
periode 2010 berdasarkan umur pasien....................................... 36
Gambar 9 Frekuensi kejadian pasien demam tifoid di RS. Panti Rapih
Yogyakarta periode 2010 ........................................................... 37
Gambar 10 Profil penggunaan terapi antibiotika tunggal dan kombinasi di RS.
Panti Rapih Yogyakarta periode 2010 ........................................ 43
Gambar 11 Jenis antibiotika untuk pengobatan demam tifoid di RS. Panti
Rapih Yogyakarta periode 2010.................................................. 44
Gambar 12 Profil rute pemberian antibiotika untuk pasien demam tifoid di RS.
Panti Rapih Yogyakarta periode 2010 ........................................ 51
Gambar 13 Profil kategori ketepatan penggunaan antibiotika pada pasien
demam tifoid di RS. Panti Rapih Yogyakarta periode 2010....... 54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar diagnosis pasien terkait demam tifoid.............................. 62
Lampiran 2 Guideline dosis antibiotika untuk pengobatan demam tifoid...... 65
Lampiran 3 Daftar antibiotika yang digunakan pasien demam tifoid di
RS. Panti Rapih tahun 2010 ....................................................... 66
Lampiran 4 Data dan evaluasi penggunaan antibiotika kombinasi
pasien demam tifoid di RS. Panti Rapih tahun 2010 .................. 67
Lampiran 5 Data dan evaluasi penggunaan antibiotika tunggal
pasien demam tifoid di RS. Panti Rapih tahun 2010 .................. 70
Lampiran 6 Data pemeriksaan laboratorium dan terapi antibiotika
pasien........................................................................................... 75
Lampiran 7 Surat Izin Penelitian RS. Panti Rapih Yogyakarta.................... 136
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
INTISARI
Penyakit infeksi menjadi salah satu penyebab utama kematian diIndonesia. Menurut survey tahun 2005 pada beberapa rumah sakit di Indonesia,kejadian demam tifoid menduduki tempat kedua dari 10 penyakit dan sebagianbesar menyerang anak-anak. Pengobatan demam tifoid dilakukan denganmenggunakan antibiotika, namun penggunaan antibiotika juga beresiko memicutimbulnya resistensi bakteri apabila tidak digunakan secara tepat. Tujuanpenelitian ini adalah untuk mengevaluasi penggunaan antibiotika pasien demamtifoid kelompok pediatrik di RS. Panti Rapih Yogyakarta periode 2010.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian non eksperimental denganrancangan deskriptif-evaluatif yang bersifat retrospektif. Kriteria inklusipenelitian ini ialah pasien pria dan wanita berumur 0-12 tahun, dirawat di RumahSakit Panti Rapih pada periode 2010, terdiagnosa demam tifoid tanpa adanyakomplikasi dan mendapatkan terapi menggunakan antibiotika.
Dari hasil penelitian terdapat 62 pasien (58.1% pria dan 41.9% wanita).Pasien terbanyak pada kelompok 6-12 tahun (42.9%). Berdasarkan kategoriketepatan penggunaan antibiotika menurut Kurin dan Grysens, dari 62 kasus yangmemenuhi konsep rasional (kategori I) sebesar 16.13%, kategori IIA sebesar70.98%, kategori IIB sebesar 48.39%, kategori IIIB sebesar 25.81%, dan kategoriIVA sebesar 1.61%. Berdasarkan Behrman (1992), Roespandi dan Nurhamzah(2009), dan Kass (1990), disimpulkan bahwa penggunaan antibiotika di RS.PantiRapih Yogyakarta kurang tepat.
Kata kunci : demam tifoid, evaluasi, antibiotika, pediatrik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
ABSTRACT
Infectious diseases become one of the leading causes of death inIndonesia. According to the survey in 2005 at several hospitals in Indonesia, theincidence of typhoid fever occupies the second place of 10 diseases and mostlyaffects children. Treatment of typhoid fever is done by using antibiotics.However, the use of antibiotics lead to bacterial resistance are at risk if not usedproperly. The purpose of this study was to evaluate the use of antibiotics oftyphoid fever patients on pediatric group in Panti Rapih Yogyakarta period of2010.
This study included type of non-experimental research with descriptive-evaluative designs that are retrospective. Inclusion criteria of this study is thatmale and female patients aged 0-12 years, hospitalized in the period 2010 PantiRapih, diagnosed with typhoid fever without complications and get therapy usingantibiotics.
From the results of the study there were 62 patients (58.1% men and41.9% women). Most patients in groups 6-12 years (42.9%). Based on the correctuse of antibiotics according to category and Grysens Kurin, from 62 cases thatmeet the rational concepts (category I) amounting to 16.13%, category IIA of70.98%, 48.39% for category IIB, category IIIB of 25.81% and category IVA of1.61%. According to Behrman (1992), Roespandi and Nurhamzah (2009), andKass (1990) as a guide, it was concluded that the use of antibiotics in RS.PantiRapih Yogyakarta less precise.
Keywords: typhoid fever, evaluation, antibiotics, pediatric
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Infeksi ataupun penyakit yang disebabkan akibat adanya suatu infeksi
merupakan salah satu kategori penyebab kesakitan dan kematian yang tinggi di
dunia. Menurut data Surkesnas (Survey Kesehatan Nasional) pada tahun 2001,
berbagai penyakit infeksi seperti tuberkulosis, pneumonia, diare, dan demam
tifoid tercatat dalam 10 penyebab utama kematian di Indonesia (Widodo, 2010).
Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi yang menyerang saluran
pencernaan dan disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang masih dijumpai
secara luas di berbagai negara berkembang terutama yang terletak di daerah tropis
dan subtropis (Judarwanto, 2009). Kejadian demam tifoid banyak dijumpai di
negara-negara berkembang seperti di Indonesia dan kebanyakan menyerang anak-
anak. Prevalensi demam tifoid di Indonesia menurut data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2007 sebesar 1.6% dan sebesar 4.3% terjadi pada anak-anak.
Data survey mortalitas yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan Republik
Indonesia (Depkes RI) pada tahun 2005 di 10 provinsi menyatakan bahwa angka
kematian bayi yang diakibatkan demam tifoid berada pada peringkat kesembilan
(1.2%) sedangkan angka kematian balita yang disebabkan oleh demam tifoid
berdasarkan data terakhir pada tahun 2002-2003 yaitu 46 per 1000 kelahiran hidup
(Herawati dan Ghani, 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
tersebut adalah Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Pasien Demam Tifoid
Kelompok Pediatrik di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode 2010.
Lokasi yang dipilih untuk melakukan penelitian adalah Rumah Sakit
Panti Rapih Yogyakarta. Lokasi tersebut dipilih karena merupakan salah satu
rumah sakit swasta besar di Yogyakarta yang berdiri sejak tahun 1940-an dan
menerima pelayanan asuransi kesehatan baik dari pemerintah maupun swasta.
Evaluasi yang dimaksud adalah menjabarkan profil pasien demam tifoid
yang menggunakan antibiotika meliputi umur, jenis kelamin, frekuensi kejadian,
dan beberapa pemeriksaan penunjang diagnosis yang dilakukan serta menjabarkan
profil penggunaan antibiotika yang meliputi jenis, dosis, frekuensi, durasi, dan
rute pemberian antibiotika. Penggunaan antibiotika tersebut dibandingkan dengan
pustaka yang telah dijadikan acuan untuk mengetahui kriteria ketepatan
penggunaannya dan kemudian hasilnya dinyatakan dalam persen (%). Hal ini
perlu dilakukan dengan tujuan untuk menghindari bertambahnya jumlah bakteri
yang resisten terhadap antibiotika.
1. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang tersebut, beberapa permasalahan yang
ditemukan antara lain :
a. Bagaimana karakteristik pasien demam tifoid kelompok umur pediatrik yang
menggunakan antibiotika di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta periode Januari-Desember 2010?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
b. Berapa persentasi penggunaan antibiotik yang rasional pada pasien demam
tifoid kelompok umur pediatrik di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti
Rapih Yogyakarta periode Januari-Desember 2010?
2. Keaslian Penelitian
Berdasarkan hasil penelusuran pustaka yang dilakukan, beberapa
penelitian yang berhubungan dengan evaluasi penggunaan antibiotika pada pasien
demam tifoid yang pernah dilakukan sebelumnya, antara lain :
a. Kajian Rasionalitas Penggunaan Antibiotika Pada Kasus Demam Tifoid Yang
Dirawat Pada Bangsal Penyakit Dalam di RSUP. dr. Kariadi Semarang tahun
2008 (Santoso, 2009). Hasilnya, konsep rasionalitas terhadap 137 terapi
antibiotika, yang termasuk kategori VI (data tidak lengkap) sebesar 14 terapi
antibiotika, kategori V sebesar 1 terapi antibiotika, kategori IVA sebesar 15
terapi antibiotika, kategori IVC sebesar 92 terapi antibiotika dan kategori IVD
sebesar 4 terapi antibiotika. Sedangkan yang masuk dalam kategori I
(memenuhi konsep rasional) hanya sebesar 11 terapi.
b. Pola Pemberian Antibiotika Pengobatan Demam Tifoid Anak Di Rumah
Sakit Fatmawati Jakarta Tahun 2001-2002 (Musnelina et al., 2004). Hasilnya,
ditemukan 182 kasus demam tifoid, sebanyak 120 kasus (74.6%) kriteria
inklusi dan 62 kasus (25.4%) kriteria ekslusi. Sebanyak 97 kasus (53.5%)
menggunakan kloramfenikol dan sebanyak 49 kasus (29.6%) menggunakan
seftriaksone sebagai terapi antibiotika.
Perbedaan : sampel, lokasi, periode, poin evaluasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
c. Evaluasi Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Anak Penderita DemamTifoid
di Instalasi Rawat Inap RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008-
Juni 2009 (Pratiwi, 2010). Hasilnya ditemukan 40 kasus. Penggunaan
antibiotika selama rawat inap yaitu sefalosporin generasi I (2.9%), golongan
sefalosporin generasi III (31.9%), dan golongan kloramfenikol (65.2%).
Outcome terapi pasien, lama rawat inap terbanyak pada lama perawatan 1-3
hari (52.5%), keadaan pasien keluar rumah sakit sebanyak 39 kasus (97%)
keluar rumah sakit dengan keadaan membaik dan sebanyak 1 kasus (3%)
dengan keadaan sembuh. Identifikasi DRPs penggunaan antibiotika diperoleh
3 kasus, yang terdiri dari 4 dalam kasus dosis kurang (10%), 2 dalam kasus
dosis berlebih (5%), dan 2 dalam kasus efek obat yang tidak diinginkan (5%).
d. Evaluasi Drug Therapy Problems Pada Pengobatan Kasus Demam Tifoid di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Sleman Periode Juni
2007-Juni2008 (Sari, 2009). Hasilnya jumlah kasus yang diteliti sebanyak 45
kasus. Kelas terapi terbanyak adalah obat antiinfeksi golongan antibakteri
(Tiamfenikol) dan obat gizi dan darah (100%). Jenis DTPs yang terjadi
adalah dosis terlalu rendah sebanyak 10 kasus dan potensial interaksi obat
sebanyak 28 kasus. Outcome kasus tifoid yaitu sembuh 9 kasus (20%),
membaik 34 kasus (76%) dan belum sembuh 2 kasus (4%).
e. Kajian Penggunaan Obat Demam Tifoid Bagi Pasien Anak di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2000-Desember
2001 (Triana, 2003). Hasilnya golongan obat yang paling banyak digunakan
adalah golongan antimikroba dan antibiotika (27.04%). Jenis obat terbanyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
adalah kotrimoksazol (44.32%). Cara pemberian obat peroral dengan bentuk
sediaan tablet merupakan jumlah yang paling banyak digunakan. Ada 4 obat
yang menyebabkan terjadinya efek samping dan 9 kasus terjadi interaksi obat.
Dari penelitian ini ditemukan ada 39 kasus yang tepat indikasi sedangkan 16
kasus kurang tepat indikasi, rata-rata lama perawatan anak demam tifoid
adalah 4-10 hari.
3. Manfaat Penelitian
Manfaat Praktis
a. Bagi Pasien
1) Membantu pasien memahami penggunaan antibiotika untuk penyakit
demam tifoid secara tepat, sehingga pengobatan penyakit pada kejadian
rawat jalan dapat berjalan secara efisien.
b. Bagi Tenaga Kesehatan (dokter dan apoteker)
1) Suatu sarana evaluasi ataupun refleksi bagi dokter maupun apoteker
bahwa dalam melaksanakan pelayanan kesehatan juga dibutuhkan sikap
yang bijaksana, serta menggunakan hati nurani, tidak hanya
mengutamakan keuntungan sepihak, namun merugikan pasien.
2) Suatu sarana untuk memacu para dokter dan apoteker untuk
menggunakan antibiotika pada kasus demam tifoid secara rasional
berdasarkan dasar-dasar ilmiah yang sudah ada.
c. Bagi Peneliti
1) Menambah pengetahuan peneliti mengenai penggunaan antibiotika
secara rasional pada kasus demam tifoid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
2) Sarana evaluasi dan bahan untuk refleksi bahwa dalam menjalankan
tugas melayani pasien haruslah mempertimbangkan banyak hal tidak
semata-mata hanya kesembuhan pasien, tetapi juga harus
mempertimbangkan daya beli pasien.
Manfaat Teoritis
Menambah pengetahuan baik untuk masyarakat umum maupun untuk
tenaga kesehatan mengenai antibiotika untuk penatalaksanaan penyakit demam
tifoid serta penggunaannya secara rasional.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Melihat rasionalitas penggunaan antibiotika sebagai obat anti infeksi.
2. Tujuan Khusus
Penelitian ini secara khusus dimaksudkan untuk :
a. Melihat karakteristik pasien demam tifoid pada kelompok umur pediatrik di
RS. Panti Rapih Yogyakarta pada periode Januari sampai dengan Desember
2010.
b. Mengevaluasi rasionalitas peresepan antibiotika pada pasien rawat inap
pasien demam tifoid di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta berdasarkan
pedoman pengobatan yang ada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Antibiotika
Pada awal ditemukan, definisi antibiotika adalah suatu jenis obat yang
dihasilkan oleh mikroorganisme yang dapat menghambat pertumbuhan atau dapat
membunuh mikroorganisme lain (Ganiswara, 1995). Seiring dengan
berkembangnya teknologi, definisi antibiotika mengalami pergeseran. Antibiotika
pada prinsipnya adalah suatu zat atau senyawa obat alami maupun sintesis yang
digunakan untuk membunuh kuman penyakit dalam tubuh manusia dengan
berbagai mekanisme sehinga manusia terbebas dari infeksi bakteri (Katzung,
2008).
Istilah “antibiotika” awalnya dikenal sebagai senyawa alami yang
dihasilkan oleh jamur atau mikroorganisme lain yang digunakan untuk membunuh
bakteri penyebab penyakit pada manusia atau hewan. Secara teknis istilah “agen
anti bakteri” mengacu kepada kedua senyawa alami dan buatan tersebut baik
sintesis maupun semi sintesis. Saat ini banyak orang beranggapan dan
menggunakan kata antibiotika untuk merujuk kepada suatu senyawa yang
digunakan untuk membunuh bakteri baik yang dihasilkan langsung oleh jamur
atau mikroorganisme maupun yang dihasilkan dari proses sintesis atau semi
sintesis yang strukturnya mirip dengan yang dihasilkan pada jamur atau
mikroorganisme. Antibiotika yang akan digunakan untuk membasmi mikroba
penyebab infeksi pada manusia, harus mememiliki sifat toksisitas selektif setinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
mungkin terhadap mikroorganisme. Artinya, antibiotika yang digunakan harus
memiliki sifat toksisitas selektif yang tinggi (Katzung, 2008). Berdasarkan sifat
ini, ada antibiotika yang bersifat bakteriostatik ada juga yang bersifat bakterisida.
Gambar 1. Mekanisme kerja bakteriosida dan bakteriostatik pada antibiotika(Lullmann et al., 2000)
Tabel I. Penggolongan antibiotika berdasarkan sifat beserta contohnya
Bakteriostatik BakterisidaKloramfenikol
TetrasiklinEritromisinLinkomisinKlindamisinRifampisinSulfonamidTrimetoprim
SpektinomisinMetenamin Mandelat
Asam NalidiksidAsam OksolinikNitrofurantoin
PenisilinSefalosporin
AminoglikosidPolimiksin
VankomisinBasitrasinSikloserin
(Katzung, 2008)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Antibiotika dan kemoterapetika merupakan jenis obat yang paling
banyak digunakan dalam klinik. Hal ini tidak lepas dari tingginya angka kejadian
infeksi dalam populasi dibandingkan dengan penyakit-penyakit lain.
Perkembangan ilmu kedokteran dan farmasi dalam beberapa dekade terakhir ini
telah memungkinkan ditemukannya berbagai jenis obat baru termasuk antibiotika
(Ganiswara, 1995).
Perkembangan ini jelas sangat menggembirakan karena kasus-kasus
infeksi yang dahulu tidak dapat disembuhkan oleh beberapa jenis antibiotika saat
ini seiring dengan banyak ditemukannya antibiotika baru dapat teratasi.
Banyaknya penemuan antibiotika baru juga dapat memicu timbulnya masalah
seperti sulitnya untuk menentukan pilihan dan pemakaian yang sesuai (Ganiswara,
1995).
Ada beberapa macam penggolongan antibiotika, antara lain
penggolongan antibiotika berdasarkan sifat, mekanisme kerja serta berdasarkan
aktifitasnya (Katzung, 2008).
Berdasarkan mekanisme kerjanya, antibiotika dibagi dalam 5 kelompok,
yaitu :
1. Mengganggu metabolisme sel mikroba.
2. Menghambat sintesis dinding sel mikroba.
3. Merusak keutuhan membran sel mikroba.
4. Menghambat sintesis protein sel mikroba.
5. Menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel mikroba.
(Katzung, 2008)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Gambar 2. Mekanisme kerja antibiotika (Lullmann et al., 2000)
Berdasarkan aktifitasnya, antibiotika dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :
1. Antibiotika berspektrum sempit.
2. Antibiotika berspektrum luas.
(Ganiswara, 1995)
Gambar 3. Struktur Penicillin Gambar 4. Struktur Kloramfenikol(Craig and Stitzel, 2005) (Connor, 1992)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Gambar 5. Struktur Sefalosporin (Craig dan Stitzel, 2005)
B. Resistensi Bakteri terhadap Antibiotika
Penggunaan antibiotika yang tidak rasional dapat berakibat pada
timbulnya resistensi terhadap antibiotika. Terdapat empat jalur mekanisme
terjadinya resistensi antibiotika yaitu penurunan permeabilitas terhadap
antibiotika, adanya proses enzimatik, modifikasi letak reseptor obat, dan
peningkatan sintesis metabolit antagonis terhadap antibiotika (Shulman, 1992).
1. Perubahan permeabilitas
Antibiotika tidak dapat mencapai lokasi target yang dikehendaki.
Keadaan ini berhubungan dengan penurunan permeabilitas dinding
mikroorganisme terhadap antibiotika. Perubahan permeabilitas berhubungan
dengan perubahan reseptor permukaan sel sehingga antibiotika kehilangan
kemampuan untuk melakukan transportasi aktif guna melewati membran sel, dan
akhirnya terjadi perubahan struktur dinding sel yang tidak spesifik. Sebagai
contoh mekanisme ini terjadi pada Gram negatif. Bakteri Gram negatif
mempunyai lapisan lipid pada membran luar dinding sel, membran luar tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
terdiri dari protein porin yang berbentuk saluran, penuh berisi air. Perubahan yang
terjadi pada porin akan menyebabkan penurunan permeabilitas terhadap
antibiotika tertentu, misalnya golongan beta laktam (Shulman, 1992).
2. Proses inaktifasi oleh enzim
Organisme patogen memacu terjadinya mekanisme biokimia, melalui
proses enzimatik yang berperan mengurangi atau mengeliminasi antibiotika.
Mikroorganisme yang telah mengalami mutasi mengalami peningkatan aktifitas
enzim atau terjadi mekanisme baru sehingga obat menjadi tidak aktif, seperti
contohnya adalah adanya beta-laktamase menyebabkan penisilin dan sefalosporin
menjadi inaktif. Modifikasi biokimia antibiotika oleh enzim bakteri merupakan
suatu masalah yang sangat serius dalam pengobatan antibiotika dan kemoterapi
(Shulman, 1992).
3. Modifikasi lokasi reseptor sel target
Melalui mekanisme biokimiawi yang menyebabkan ikatan antara
antibiotika dengan mikroorganisme tidak berlangsung lama, interaksi antara obat
dengan sel target tidak terjadi. Pada mikroorganisme yang telah mengalami
mutasi, perubahan biokimiawi ini terjadi selama fase pengobatan pasien, seperti
pada contoh resistensi yang terjadi pada pengobatan menggunakan eritromisin,
klindamisin, dan streptomisin (Shulman, 1992).
4. Peningkatan sintesis metabolit yang bersifat antagonis
Peningkatan kemampuan mikroba untuk membuat zat metabolit esensial
yang bersifat antagonis terhadap antibiotika, dapat memutuskan kerja antibiotika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Sebagai contoh terjadinya resistensi terhadap kloramifenikol, trimetropim dibantu
diperantarai oleh plasmid (Shulman, 1992).
C. Demam Tifoid (Typhoid Fever)
1. Definisi
Demam tifoid adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Salmonella typhi atau Salmonella paratyphii (Crump et al., 2005). Bakteri
penyebab penyakit demam tifoid tersebut merupakan suatu bakteri Gram negatif
(Anonim, 2003) yang masuk menembus ke dalam saluran gastrointestinal,
berkembang biak dan menyebar melalui pembuluh darah serta menyebabkan
inflamasi pada dinding usus (Crump et al., 2005).
2. Epidemiologi
Penyebaran demam tifoid sangat luas, khususnya di negara-negara
berkembang dengan keadaan sanitasi yang buruk. Demam tifoid endemik di Asia,
Afrika, Amerika Latin, Kepulauan Karibia, dan Oceania (Brusch, 2010). Diantara
beberapa wilayah tersebut, demam tifoid paling banyak terjadi pada negara-negara
berkembang ataupun pada negara terbelakang. Demam tifoid menginfeksi kurang
lebih 21.6 juta orang (angka kejadian 3.6 per 1000 populasi) dan diperkirakan
membunuh 200.000 orang setiap tahun (Brusch, 2010).
3. Patofisiologi
Masuknya kuman Salmonella typhii ke dalam tubuh manusia terjadi
melalui makanan yang terkontaminasi. Sebagian kuman dimusnahkan di lambung
oleh asam lambung dan sebagian lainnya dapat masuk ke dalam usus. Bakteri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
patogen yang masuk diselubungi oleh sel
fagosit tersebut tidak dapat merusak bakteri dengan segera sehingga bakteri bisa
menembus dan masuk dalam lamina propria usus (Behrman, 1992).
hidup dan berkembangbiak di dalam makrofag
masuk dalam sirkulasi darah dan menyebar
(Behrman, 1992). Pada saat berada dalam
dari sel fagosit dan berkembang biak
empedu dan kemudian larut disana menyebabkan terjadinya bakterimia (Soedarto,
1996).
Gambar 6 : Diagram patofisiologi Demam Tifoid
patogen yang masuk diselubungi oleh sel-sel fagosit (Brusch, 2010), namun sel
fagosit tersebut tidak dapat merusak bakteri dengan segera sehingga bakteri bisa
menembus dan masuk dalam lamina propria usus (Behrman, 1992).
hidup dan berkembangbiak di dalam makrofag (Parry et al., 2002)
masuk dalam sirkulasi darah dan menyebar hingga mencapai hati dan limpa
Pada saat berada dalam organ retikuloendotelial
berkembang biak. Melalui kapiler hati, bakteri dapat mencapai
empedu dan kemudian larut disana menyebabkan terjadinya bakterimia (Soedarto,
: Diagram patofisiologi Demam Tifoid (Soedarto, 1996)
15
(Brusch, 2010), namun sel
fagosit tersebut tidak dapat merusak bakteri dengan segera sehingga bakteri bisa
menembus dan masuk dalam lamina propria usus (Behrman, 1992). Kuman dapat
., 2002) kemudian
hingga mencapai hati dan limpa
organ retikuloendotelial, bakteri keluar
Melalui kapiler hati, bakteri dapat mencapai
empedu dan kemudian larut disana menyebabkan terjadinya bakterimia (Soedarto,
(Soedarto, 1996)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Kuman yang terdapay dalam empedu kemudian diekskresikan secara
bersama cairan empedu ke dalam lumen usus dan dikeluarkan dalam bentuk feses
(Soedarto, 1996). Tidak semua kuman tersebut diekskresi, sebagian ada yang
masuk dan kembali menembus usus sehingga proses yang sama terulang kembali.
Makrofag yang telah teraktivasi kemudian melakukan upaya pertahanan diri
dengan membebaskan suatu zat endotoksin, yaitu lipopolisakarida (LPS) yang
bertanggung jawab terhadap beberapa tanda dan gejala infeksi (Behrman, 1992).
4. Manifestasi Klinis
Masa tunas penyakit demam tifoid berlangsung 10 sampai 14 hari (Parry
et al., 2002). Keluhan dan gejala demam tifoid tidak khas, dan bervariasi dari
gejala seperti flu ringan sampai tampilan sakit berat dan fatal yang mengenai
banyak sistem organ. Gejala yang timbul amat bervariasi. Gambaran penyakit
bervariasi dari penyakit ringan yang tidak terdiagnosis, sampai gambaran penyakit
yang khas dengan komplikasi dan kematian (Brusch, 2010).
Secara klinis gambaran penyakit demam tifoid berupa demam
berkepanjangan, gangguan fungsi usus, dan keluhan sistem saraf pusat. Panas
lebih dari 7 hari, biasanya makin hari makin meninggi, sehingga pada minggu ke
2 panas tinggi secara terus menerus. Demam biasanya dialami pada malam hari.
Gejala gangguan saluran gastrointestinal dapat berupa obstipasi, diare, mual,
muntah, dan kembung (Soedarto, 1996).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Dalam minggu pertama penyakit, keluhan dan gejala serupa dengan
penyakit infeksi akut. Pada umumnya timbul gejala seperti demam,nyeri kepala,
pusing, nyeri otot, tidak nafsu makan, mual, muntah, perut kembung dan perasaan
tidak enak diperut, sedangkan diare dan sembelit silih berganti. Pada akhir minggu
pertama diare lebih sering terjadi. Pemeriksaan fisik hanya ditemukan suhu badan
meningkat. Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam,
denyut jantung relatif lambat, lidah yang khas (kotoran ditengah, tepi dan ujung
merah, tremor/bergetar, hati membesar, limpa membesar, gangguan mental) (Ali,
2006).
Pada minggu ketiga suhu tubuh berangsur-angsur turun, dan normal
kembali di akhir minggu. Hal itu terjadi jika tanpa komplikasi atau berhasil
diobati. Bila keadaan membaik, gejala-gejala akan berkurang dan temperatur
mulai turun. Meskipun demikian justru pada saat ini komplikasi perdarahan dan
perforasi cenderung untuk terjadi, akibat lepasnya kerak dari ulkus. Jika denyut
nadi sangat meningkat disertai oleh peritonitis lokal maupun umum, maka hal ini
menunjukkan telah terjadinya perforasi usus sedangkan keringat dingin, gelisah,
sukar bernapas, dan kolaps dari nadi yang teraba denyutnya memberi gambaran
adanya perdarahan. Degenerasi miokardial toksik merupakan penyebab umum
dari terjadinya kematian penderita demam tifoid pada minggu ketiga (Ali, 2006).
Minggu keempat merupakan stadium penyembuhan meskipun pada awal
minggu ini dapat dijumpai adanya pneumonia lobar atau tromboflebitis vena
femoralis. Pada mereka yang mendapatkan infeksi ringan dengan demikian juga
hanya menghasilkan kekebalan yang lemah, kekambuhan dapat terjadi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
berlangsung dalam waktu yang pendek. Kekambuhan dapat lebih ringan dari
serangan primer tetapi dapat menimbulkan gejala lebih berat daripada infeksi
primer tersebut. Sepuluh persen dari demam tifoid yang tidak diobati akan
mengakibatkan timbulnya relaps (Brusch, 2010).
5. Diagnosis
Gambaran klinis penyakit demam tifoid sangat bervariasi dari hanya
sebagai penyakit ringan yang tidak terdiagnosis, sampai gambaran penyakit yang
khas dengan komplikasi dan dapat mengakibatkan kematian (Behrman, 1992).
Penegakan diagnosis harus dilakukan sedini mungkin agar bisa diberikan terapi
yang tepat serta meminimalkan terjadinya komplikasi. Pengetahuan mengenai
gambaran klinis penyakit ini sangat penting untuk membantu mendeteksi secara
dini walaupun pada kasus tertentu dibutuhkan pemeriksaan tambahan untuk
membantu menegakkan diagnosis (Brusch, 2010).
Penegakan diagnosis penyakit demam tifoid ini masih kurang lengkap
apabila belum ditunjang dengan hasil pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan
laboratorium secara konvensional dapat dilakukan melalui identifikasi adanya
antigen/antibodi sampel (darah) dan melalui kultur mikroorganisme (Brusch,
2010)
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan hematologi, urinalisis,
kimia klinik, imunoserologi, dan mikrobiologi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
1) Hematologi
Kadar hemoglobin dapat menurun ataupun normal apabila terdapat
pendarahan usus atau perforasi. Jumlah lekosit sering rendah (lekopenia) tetapi
dapat juga normal atau tinggi. Jumlah trombosit sering menurun
(trombositopenia) ataupun normal (Kass dan Platt, 1990).
2) Urinalisis
Adanya protein di dalam urine bervariasi dari negatif sampai dengan
positif (akibat demam). Jumlah lekosit dan eritrosit normal, apabila terjadi
peningkatan maka kemungkinan terjadi pendarahan (Brusch, 2010).
3) Kimia Klinik
Enzim hati (SGPT dan SGOT) akan meningkat dengan gambaran adanya
komplikasi pada fungsi hati (mulai dari peradangan hingga hepatitis akut)
(Brusch, 2010).
4) Imunoserologi
Pemeriksaan serologi Widal ditujukan untuk mendeteksi adanya antibodi
(dalam darah) terhadap antigen kuman Salmonella typhi / paratyphi (reagen). Uji
ini merupakan test kuno yang masih amat popular dan paling sering diminta
terutama di negara dimana penyakit ini endemis seperti di Indonesia. Sebagai uji
cepat (rapid test) hasilnya dapat segera diketahui. Hasil positif dinyatakan dengan
adanya aglutinasi. Karena itu antibodi jenis ini dikenal sebagai febrile agglutinin.
(Brusch, 2010).
Reaksi Widal adalah suatu reaksi pengendapan antara antigen dan
antibody (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terdapat pada serum penderita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
penyakit tifus. Reaksi Widal bertujuan untuk menentukan adanya aglutinin dalam
serum penderita yang disangka menderita penyakit tifus (Judarwanto, 2009).
Hasil uji Widal dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga dapat
memberikan hasil positif palsu atau negatif palsu. Hasil positif palsu dapat
disebabkan oleh faktor-faktor, antara lain pernah mendapatkan vaksinasi, reaksi
silang dengan spesies lain (Enterobacteriaceae sp), reaksi anamnestik (pernah
sakit), dan adanya faktor rheumatoid (RF). Hasil negatif palsu dapat disebabkan
oleh karena antara lain penderita sudah mendapatkan terapi antibiotika, waktu
pengambilan darah kurang dari 1 minggu sakit, keadaan umum pasien yang buruk,
dan adanya penyakit imunologik lain (Sherwal et al., 2004).
Pemeriksaan tes Typhidot merupakan uji imunologik yang lebih baru,
yang dianggap lebih sensitif dan spesifik dibandingkan uji Widal untuk
mendeteksi Demam Tifoid/Paratifoid. Sebagai tes cepat (rapid test) hasilnya juga
dapat segera di ketahui (Sherwal et al., 2004).
5) Mikrobiologi
Uji kultur merupakan standar baku untuk pemeriksaan demam tifoid.
Apabila hasil biakan positif maka diagnosis pasti untuk demam tifoid. Apabila
hasil negatif, maka belum tentu bukan demam tifoid karena hasil biakan negatif
palsu dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain jumlah darah terlalu
sedikit, adanya kesalahan pada saat preparasi, sudah mendapat terapi antibiotika
atau sudah mendapat vaksinasi demam tifoid (WHO, 2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
6. Penatalaksanaan
Sampai saat ini masih dianut trilogi penatalaksanaan demam tifoid, yaitu
istirahat dan perawatan, diet dan terapi penunjang (simptomatik dan suportif),
serta pemberian terapi farmakologi. Tatalaksana pengobatan demam tifoid antara
lain adalah dengan pemberian antibiotika. Antibiotika yang biasa diberikan antara
lain adalah kloramfenikol, amoksisilin, ampisilin serta golongan sefalosporin
generasi ketiga seperti cefixime, cefotaxime dan ceftriaxone (Shah et al., 2009).
Selain dengan terapi antibiotik, terapi lain juga perlu dilakukan untuk pengobatan
demam tifoid seperti pemberian oral/intravena cairan tubuh, pemberian antipiretik
serta asupan nutrisi yang cukup ke dalam tubuh (WHO, 2003).
Kloramfenikol merupakan salah satu obat pilihan utama dalam
pengobatan demam tifoid. Kloramfenikol biasanya diberikan secara oral kepada
pasien, namun tidak menutup kemungkinan juga apabila kloramfenikol diberikan
melalui saluran intravena dengan tujuan untuk mempercepat kerja obat apabila
pasien sudah benar-benar membutuhkan pertolongan. Kloramfenikol mempunyai
ketersediaan biologik 80% pada pemberian iv. Waktu paruh plasmanya 3 jam
pada bayi baru lahir, dan bila terjadi sirosis hepatis diperpanjang sampai dengan 6
jam. Pada anak berumur 6-12 tahun diberikan dosis sebesar 40-50 mg/kg/hari
sedangkan pada anak berumur 1-3 tahun membutuhkan dosis 50-100 mg/kg/hari.
Kloramfenikol apabila diberikan secara intravena, dosis untuk anak berumur 7-12
tahun sebesar 50-80 mg/kg/hari, dan 50-100 mg/kg/hari untuk anak berumur 2-6
tahun (Lacy et al., 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Ampisilin dan amoksisilin memiliki kemampuan untuk menurunkan
demam lebih rendah dibandingkan dengan kloramfenikol. Obat ini mempunyai
ketersediaan biologik sebesar 60%. Waktu paruh plasmanya 1.5 jam (bayi baru
lahir: 3,5 jam). Dosis untuk pemberian per oral dalam lambung yang kosong
dibagi dalam pemberian setiap 6-8 jam sekitar setengah jam sebelum makan.
Dosis yang dianjurkan diberikan pada anak adalah 100-200 mg/kg/hari (Lacy et
al., 2006).
Antibiotika lain yang bisa digunakan untuk pengobatan demam tifoid
selain menggunakan kloramfenikol dan amoksilin adalah antibiotika golongan
quinolon dan sefalosporin (WHO, 2003). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
merekomendasikan penggunaan antibiotika golongan quinolon dan sefalosporin
untuk pengobatan demam tifoid, namun dalam prakteknya penggunaan quinolon
tidak dianjurkan pada anak-anak karena dapat menyebabkan toksisitas pada tulang
yang berakibat terhambatnya pertumbuhan anak (Shah et al., 2006).
Tabel II. Terapi yang direkomendasi WHO untuk demam tifoid
(WHO, 2003)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Antibiotika golongan sefalosporin generasi ketiga yang dapat menjadi
pilihan untuk pengobatan demam tifoid antara lain adalah cefixime, cefotaxime,
dan ceftriaxone. Cefixime bisa dijadikan sebagai pilihan pertama pengobatan
demam tifoid. Cefixime memiliki ketersediaan biologik sebesar 40-50%, waktu
paruh eliminasi antara 3 sampai 4 jam serta membutuhkan waktu sekitar 2 sampai
dengan 6 jam untuk mencapai konsentrasi maksimum. Dosis yang biasa
digunakan pada anak-anak adalah 15-20 mg/kg/hari selama 10 sampai 14 hari
(Lacy et al., 2006).
Cefotaxime dan ceftriaxone merupakan alternatif antibiotika yang dapat
digunakan untuk pengobatan demam tifoid yang disertai dengan beberapa
komplikasi dengan penyakit lain. Cefotaxime maupun ceftriaxone digunakan
sebagai pilihan pertama apabila ditemukan adanya riwayat resistensi suatu bakteri
terhadap antibiotika golongan quinolon (WHO, 2003). Dosis cefotaxime untuk
anak berumur > 12 tahun adalah 1-2 g setiap 4-12 jam dan untuk anak berumur
< 12 tahun dengan berat badan < 50 kg adalah 50-200 mg/kg (Lacy et al., 2006).
Dosis ceftriaxone untuk anak-anak adalah 50-100 mg/kg dengan interval 1-2 kali
perhari dan dosis maksimum yang masih diperkenankan adalah 4 g/hari (Lacy et
al., 2006).
c. Landasan Teori
Pengobatan penyakit infeksi selama ini dilakukan dengan pemberian
agen-agen antimikroba seperti salah satu contohnya dengan pemberian obat-obat
antibiotika, begitu pula dengan pengobatan demam tifoid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Antibiotika sebaiknya digunakan secara rasional untuk mengurangi
kemungkinan timbulnya bahaya resistensi.. Menurut WHO, kriteria penggunaan
obat yang rasional meliputi tepat pasien, tepat obat, tepat indikasi, tepat dosis, dan
waspada efek samping (WHO, 2003), begitu pula dengan pengobatan
menggunakan antibiotika haruslah meliputi kelima aspek tersebut. Kurrin dan
Gyssens menggolongkan ketepatan penggunaan antibiotika dalam enam kategori
dimana kategori I adalah penggunaan antibiotika secara tepat atau rasional.
Kategori II adalah ketidaktepatan penggunaan antibiotika karena adanya dosis
yang tidak sesuai, interval pemberian maupun rute pemberian yang tidak sesuai.
Kategori III adalah ketidaktepatan yang diakibatkan penggunaan antibiotika
terlalu lama maupun terlalu singkat. Kategori IV adalah ketidaktepatan
penggunaan antibiotika diakibatkan karena ada pilihan antibiotika lainnya yang
lebih efektif maupun lebih aman. Kategori V diakibatkan karena antibiotika yang
digunakan tidak memiliki indikasi untuk penyakit tertentu dan kategori VI adalah
penggunaan antibiotika tidak dapat dievaluasi karena tidak ada data (Benin dan
Dowel, 2001).
Selama ini antibiotika yang digunakan untuk pengobatan demam tifoid
adalah kloramfenikol dengan dosis 50-100 mg/kg BB selama 5 sampai 14 hari.
Namun pada perkembangannya antibiotika lainnya dari golongan sefalosporin
generasi ketiga seperti cefixime juga dapat digunakan dalam pengobatan demam
tifoid mengingat banyaknya kasus resistensi bakteri terhadap kloramfenikol yang
dilaporkan akhir-akhir ini (Lacy et al., 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
d. Keterangan Empiris
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai
penggunaan antibiotika untuk pengobatan demam tifoid pada kelompok pediatrik
di RS. Panti Rapih Yogyakarta serta evaluasinya yang bisa bermanfaat untuk
mengurangi timbulnya resistensi bakteri terhadap antibiotika dan meningkatkan
efisiensi pengobatan pada pasien demam tifoid kelompok pediatrik di RS. Panti
Rapih Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian mengenai Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Pasien
Demam Tifoid Kelompok Pediatrik di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti
Rapih Yogyakarta periode 2010 merupakan jenis penelitian non eksperimental
dengan rancangan deskriptif evaluatif yang bersifat retrospektif.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental karena tidak
ada perlakuan pada subjek uji. Rancangan penelitian deskriptif evaluatif karena
data yang diperoleh dari catatan rekam medik kemudian dievaluasi berdasarkan
studi pustaka, dan dideskripsikan terhadap fenomena yang terjadi, kemudian
disajikan dalam bentuk tabel dan atau gambar. Selain itu, rancangan penelitian
deskriptif evaluatif karena tujuan penelitian yaitu memberikan gambaran dan
evaluasi mengenai penggunaan obat antibiotika pada pasien demam tifoid
kelompok pediatrik.
Penelitian bersifat retrospektif, karena data diambil dengan menggunakan
penelusuran terhadap dokumen yang terdahulu yaitu berupa kartu rekam medik
pasien demam tifoid kelompok pediatrik di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Panti Rapih Yogyakarta periode 2010.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
B. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel utama
a. Variable bebas
Jenis, dosis, frekuensi, dan durasi penggunaan antibiotika
b. Variable terikat
Kondisi pasien pada saat proses pengobatan
2. Variabel terkendali
a. Usia
b. Jenis kelamin
3. Variabel tak terkendali
a. Berat badan
4. Definisi Operasional
a. Pasien pediatrik adalah pasien dengan berumur 0-12 tahun (Izenberg,
2000) pria maupun wanita yang terdiagnosa demam tifoid tanpa adanya
komplikasi (ditunjang dengan hasil laboratorium), dirawat di RS. Panti
Rapih Yogyakarta pada periode Januari-Desember 2010, mendapatkan
terapi antibiotika dan menyelesaikan pengobatan di RS. Panti Rapih
Yogyakarta sampai sembuh atau dinyatakan sembuh oleh dokter.
b. Antibiotika adalah suatu jenis obat yang dihasilkan oleh mikroorganisme
maupun yang dihasilkan melalui proses sintesis atau semi sintesis yang
strukturnya menyerupai zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme tersebut
yang dapat membunuh ataupun menghambat pertumbuhan
mikroorganisme lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
c. Evaluasi penggunaan antibiotika adalah evaluasi mengenai
kerasionalitasan penggunaan antibiotika dalam penatalaksanaan penyakit
demam tifoid. Evaluasi yang dilakukan meliputi ketepatan dosis,
frekuensi, durasi, dan rute pemberian antibiotika.
d. Terapi antibiotika kombinasi adalah terapi menggunakan antibiotika baik
yang digunakan bersamaan maupun yang sifatnya penggantian antibiotika.
e. Lembar atau kartu rekam medis adalah lembar catatan yang berisi data
klinis pasien demam tifoid yang menjalani terapi di RS. Panti Rapih
Yogyakarta.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah semua pasien pediatrik demam tifoid yang
menerima terapi antibiotika dan dirawat di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
periode Januari 2010 sampai dengan Desember 2010 kemudian diambil sesuai
dengan kriteria inklusi yaitu semua pasien berumur 0-12 tahun baik pria maupun
wanita yang didiagnosis positif menderita demam tifoid tanpa adanya penyakit
penyerta, menerima terapi antibiotika hingga selesai di RS. Panti Rapih
Yogyakarta dan dinyatakan sembuh oleh dokter, serta dengan kriteria eksklusi
yaitu pasien peditarik yang terdiagnosis positif menderita demam tifoid dengan
beberapa penyakit penyerta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
D. Bahan Penelitian
Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar
rekam medis pasien demam tifoid yang ada di Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta periode 2010.
E. Tata Cara Penelitian
1. Analisis Situasi
Analisis situasi dengan melihat data laboratorium dan obat antibiotika
yang digunakan pasien pediatrik demam tifoid yang diperoleh dari Instalasi
Rekam Medik Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta pada bulan Januari 2010
sampai bulan Desember 2010.
2. Pengambilan Data
Data pasien yang diperoleh dari lembar rekam medik dipilih sesuai
dengan kriteria inklusi yang sudah ditetapkan oleh penulis. Tahap pengambilan
data meliputi beberapa proses sebagai berikut :
a. Penelusuran data, dilakukan dengan menelusuri data menggunakan
komputer di Instalasi Rekam Medik mengenai jumlah pasien yang
didiagnosis menderita demam tifoid kelompok pediatrik, nomor rekam
medis, umur pasien kelompok pediatrik, serta lama pengobatan di Rumah
Sakit.
b. Pengumpulan data, pada tahap ini dilakukan pencarian pasien pediatrik
sesuai dengan definisi operasional yang sudah ditetapkan sebelumnya
berdasarkan nomor rekam medis yang didapat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
c. Pencatatan data, dilakukan dengan mencatat data pasien pediatrik yang
menjalani rawat inap di rumah sakit serta melakukan pemeriksaan
laboratorium dan mendapat terapi antibiotika.
Data yang dikumpulkan meliputi nomor rekam medis, nama pasien, usia
pasien, lama pasien dirawat di rumah sakit, data pemeriksaan laboratorium serta
terapi yang didapatkan pasien selama pasien dirawat.
3. Pengolahan Data
Data yang sudah didapat kemudian dievaluasi apakah antibiotika yang
diresepkan oleh dokter rasional atau tidak rasional pada penatalaksanaan demam
tifoid pada kelompok pediatrik. Data kemudian disajikan dalam bentuk tabel
maupun diagram.
Evaluasi penggunaan antibiotika dilakukan dengan membandingan terapi
antibiotika yang diterima pasien dengan literatur yang diacu. Pustaka yang
digunakan sebagai acuan yaitu Drug Information Handbook (Lacy et al., 2006),
Textbook of Pediatrics (Behrman, 1992), Current Therapy of Infectious Disease
(Kass dan Plat, 1990), Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit
(Roespandi dan Nurhamzah, 2009).
F. Tata Cara Analisis Hasil
Data kualitatif yang diperoleh dibahas dalam bentuk uraian secara
deskriptif dalam bentuk tabel maupun gambar. Evaluasi dilakukan dengan
melakukan analisis ketepatan penggunaan antibiotika yang diresepkan untuk
pengobatan demam tifoid di RS. Panti Rapih Yogyakarta. Langkah-langkah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
melakukan analisis dari hasil rekam medis yang didapatkan adalah sebagai
berikut:
1. Persentasi pasien demam tifoid yang telah menerima terapi antibiotika
berdasarkan frekuensi kejadian di RS dengan menghitung jumlah pasien yang
sesuai kriteria per bulan dibagi total kasus dikali 100%.
2. Persentasi pasien demam tifoid yang telah menerima terapi antibiotika
berdasarkan usia dengan menghitung jumlah pasien dibagi total kasus dikali
100%.
3. Persentasi pasien demam tifoid yang telah menerima terapi antibiotika
berdasarkan jenis kelamin dengan menghitung jumlah pasien laki-laki dan
perempuan dibagi total kasus dikali 100%.
4. Persentasi pasien demam tifoid yang telah menerima terapi antibiotika
berdasarkan pemeriksaan laboratorium yang dilakukan dengan menghitung
jumlah pasien tiap pemeriksaan dibagi total kasus dikali 100%.
5. Persentasi penggunaan antibiotika berdasarkan jenisnya (nama generik) yang
dilakukan dengan menghitung jumlah antibiotika dibagi total kasus dikali
100%.
6. Persentasi penggunaan antibiotika berdasarkan dosis dan frekuensinya yang
dilakukan dengan menghitung jumlah antibiotika dibagi total kasus dikali
100%.
7. Persentasi penggunaan antibiotika berdasarkan durasi yang dilakukan dengan
menghitung jumlah antibiotika dibagi total kasus dikali 100%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
8. Persentasi penggunaan antibiotika berdasarkan rute pemberiannya yang
dilakukan dengan menghitung jumlah antibiotika tiap rute dibagi total kasus
dikali 100%.
9. Persentasi pasien demam tifoid yang telah menerima terapi antibiotika
berdasarkan kriteria ketepatan penggunaan antibiotika dengan menghitung
jumlah pasien dengan penggunaan antibiotika yang tepat (jenis, dosis,
frekuensi, rute dan cara pemberian, dan durasi) dibagi total kasus dikali 100%.
10. Persentasi pasien demam tifoid yang telah menerima terapi antibiotika
berdasarkan kriteria ketepatan penggunaan antibiotika dengan menghitung
jumlah pasien dengan penggunaan antibiotika yang tidak tepat (jenis, dosis,
frekuensi, rute dan cara pemberian, dan durasi) dibagi total kasus dikali 100%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran
mengenai profil pasien demam tifoid pada kelompok umur pediatrik yang terjadi
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta serta untuk melihat
ketepatan penggunaan antibiotika yang digunakan dalam pengobatan demam
tifoid khususnya pada kelompok umur pediatrik. Data mengenai antibiotika yang
sudah didapatkan kemudian dianalisis ketepatannya meliputi ketepatan dosis,
frekuensi, rute pemberian serta durasi pemakaian antibiotika. Data yang sudah
didapatkan tersebut kemudian dibandingkan dengan pedoman pengobatan yang
telah ditentukan. Pedoman pengobatan yang digunakan sebagai acuan dalam
penelitian ini adalah Current Therapy in Infectious Disease (Kass dan Platt,
1990), Textbook of Pediatrics (Behrman, 1992), Drug Information Handbook
(Lacy et al., 2006), The Diagnosis, Treatment and Prevention of Typhoid Fever
(WHO, 2003), dan Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit
(Depkes RI, 2009).
Subyek dari penelitian ini adalah pasien pada kelompok umur pediatrik,
baik pria maupun wanita dengan diagnosis demam tifoid tanpa adanya penyakit
penyerta, mendapatkan terapi antibiotika, serta dinyatakan sembuh atau membaik
oleh dokter pada saat keluar dari Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Hasil
penelitian disajikan dalam tiga bagian yaitu profil pasien demam tifoid,
identifikasi dan diagnosis pasien demam tifoid, serta pola penggunaan antibiotika
beserta evaluasinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
A. Profil Pasien
Pada penelitian ini, gambaran profil pasien yang dibahas meliputi jenis
kelamin, umur, serta gejala klinis yang dialami. Data yang digunakan dalam
penelitian ini diperoleh dari kartu rekam medis pasien yang ada di RS. Panti
Rapih Yogyakarta. Langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan kriteria
inklusi maupun kriteria eksklusi dari subjek penelitian. Langkah selanjutnya
adalah melakukan penelusuran kartu rekam medis pasien sesuai dengan kriteria
inklusi maupun ekslusi yang sudah ditetapkan sebelumnya dan kemudian
melakukan analisis masing-masing kasus kemudian menyajikan data-data yang
sudah didapat dalam bentuk tabel maupun grafik.
Persentase dihitung dari jumlah pasien menurut jenis kelamin, umur serta
gejala klinis yang dialami pasien pada tahun 2010 dibagi jumlah keseluruhan
pasien demam tifoid di RS. Panti Rapih Yogyakarta selama periode 2010
kemudian dikalikan 100%.
1. Jenis Kelamin
Berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi, jumlah pasien yang didapatkan
sebagai subyek penelitian sebesar 62 pasien. Dari total pasien sejumlah 62 pasien,
36 diantaranya adalah pria dan 26 sisanya adalah wanita. Penelitian sebelumnya
yang pernah dilakukan di Rumah Sakit Fatmawati Jakarta oleh Musnelina,
Afdhal, Gani, dan Andayani (2004) juga menemukan pasien pria lebih banyak
daripada pasien demam tifoid yang berjenis kelamin wanita. Menurut Hook (cit.,
Musnelina et al., 2004), anak laki-laki lebih banyak menderita demam tifoid
dibandingkan dengan perempuan dikarenakan anak laki-laki memiliki aktifitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berdasarkan Jenis Kelamin
diluar rumah yang lebih banyak daripada perempuan. Hal ini memungkinkan anak
laki-laki untuk memiliki resiko lebih besar terserang demam tifoid diba
dengan anak perempuan.
Gambar 7. Persentasidemam tifoid di RS. Panti Rapih Yogyakarta periode 2010
Dari gambar
tifoid adalah pria dan sebesar 41.9% pasien demam tifoid adalah wanita.
2. Umur
Subjek penelitian ini adalah pasien
menderita demam tifoid.
kelompok neonatus (≤ 1 tahun), kelompok balita (>1
anak-anak (>5-12 tahun). Hasil
tifoid di RS. Panti Rapih Yogyakarta paling banyak terjadi pada kelompok usia
anak-anak yaitu pada
mendukung beberapa
58,1%41,9%
Karakteristik Pasienberdasarkan Jenis Kelamin
Pria Wanita
diluar rumah yang lebih banyak daripada perempuan. Hal ini memungkinkan anak
laki untuk memiliki resiko lebih besar terserang demam tifoid diba
dengan anak perempuan.
Persentasi jumlah pasien pria dan wanita penderita penyakitdemam tifoid di RS. Panti Rapih Yogyakarta periode 2010
gambar diatas, dapat dilihat bahwa sebesar 58.1% pasien demam
tifoid adalah pria dan sebesar 41.9% pasien demam tifoid adalah wanita.
Subjek penelitian ini adalah pasien pada kelompok pediatrik yang
demam tifoid. Kelompok pediatrik dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu
≤ 1 tahun), kelompok balita (>1-5 tahun), dan kelompok
12 tahun). Hasil penelitian mendapatkan bahwa kasus demam
tifoid di RS. Panti Rapih Yogyakarta paling banyak terjadi pada kelompok usia
pada rentang umur 6-12 tahun sebesar 42.9%. Hasil
beberapa hasil penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya
35
diluar rumah yang lebih banyak daripada perempuan. Hal ini memungkinkan anak
laki untuk memiliki resiko lebih besar terserang demam tifoid dibandingkan
jumlah pasien pria dan wanita penderita penyakitdemam tifoid di RS. Panti Rapih Yogyakarta periode 2010
diatas, dapat dilihat bahwa sebesar 58.1% pasien demam
tifoid adalah pria dan sebesar 41.9% pasien demam tifoid adalah wanita.
pada kelompok pediatrik yang
menjadi 3 bagian yaitu
5 tahun), dan kelompok usia
dapatkan bahwa kasus demam
tifoid di RS. Panti Rapih Yogyakarta paling banyak terjadi pada kelompok usia
%. Hasil penelitian ini
dilakukan sebelumnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
0
5
10
15
20
25
30
Jum
lah
Kas
us
Profil Pasien berdasarkan Umur
Ochiai et al.
6-12 tahun memiliki resiko terserang demam tifoid lebih besar.
Ochiai et al. (2008) menunjukkan bahwa dari total sebanyak 131 kasus demam
tifoid yang terjadi pada kelompok pediatrik, sebesar 58 kasus (44.27%) terjadi
pada rentang usia 6-
tersebut anak-anak masih sangat menyukai membeli makanan sembarangan di
lingkungan sekitar yang higienitasnya tidak dapat dijamin. Lingkungan, dalam hal
ini salah satu contohnya
pendukung untuk mengurangi atau menambah luas penyebaran demam tifoid
(Castillo cit., Musnelina
Gambar 8. Persentasi
Hal tersebut mendukung penelitian sebelumnya yang
dilakukan di India pada tahun 1995. Sinha
sebanyak 28 kasus dari total 63
≤ 1 tahun > 1-5 tahun > 5-12 tahun
Profil Pasien berdasarkan Umur
. (2008) mendapatkan hasil bahwa anak pada
12 tahun memiliki resiko terserang demam tifoid lebih besar.
(2008) menunjukkan bahwa dari total sebanyak 131 kasus demam
tifoid yang terjadi pada kelompok pediatrik, sebesar 58 kasus (44.27%) terjadi
-12 tahun. Hal tersebut dikarenakan karena pada saat usia
anak masih sangat menyukai membeli makanan sembarangan di
sekitar yang higienitasnya tidak dapat dijamin. Lingkungan, dalam hal
salah satu contohnya adalah faktor higienitas, merupakan salah satu faktor
pendukung untuk mengurangi atau menambah luas penyebaran demam tifoid
, Musnelina et al., 2004).
Persentasi kasus demam tifoid di RS. Panti Rapih Yogyakartaperiode 2010 berdasarkan umur pasien
Hal tersebut mendukung penelitian sebelumnya yang
dilakukan di India pada tahun 1995. Sinha et al. (1999) menyatakan bahwa
sebanyak 28 kasus dari total 63 kasus demam tifoid di India ditemukan pada anak
36
pada rentang usia
12 tahun memiliki resiko terserang demam tifoid lebih besar. Hasil penelitian
(2008) menunjukkan bahwa dari total sebanyak 131 kasus demam
tifoid yang terjadi pada kelompok pediatrik, sebesar 58 kasus (44.27%) terjadi
Hal tersebut dikarenakan karena pada saat usia
anak masih sangat menyukai membeli makanan sembarangan di
sekitar yang higienitasnya tidak dapat dijamin. Lingkungan, dalam hal
merupakan salah satu faktor
pendukung untuk mengurangi atau menambah luas penyebaran demam tifoid
kasus demam tifoid di RS. Panti Rapih Yogyakarta
Hal tersebut mendukung penelitian sebelumnya yang juga pernah
. (1999) menyatakan bahwa
kasus demam tifoid di India ditemukan pada anak-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
anak berusia 5-12 tahun. Laju insidensi demam tifoid di India sebesar 27.3 terjadi
pada usia dibawah 5 tahun per 1000 orang dalam satu tahun (Sinha
3. Frekuensi Kejadian
Berdasarkan kriteria
didiagnosis menderita demam tifoid pada kelompok umur pediatrik di RS. Panti
Rapih Yogyakarta adalah sebanyak 62 pasien
pada kelompok umur pediatrik selama periode 2010 di R
Yogyakarta adalah sebanyak 63 kasus.
Gambar 9. Frekuensi
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Ujung Pandang pada
tahun 1997, kasus demam tifoid lebih banyak terdiagnosis antara bulan April
sampai dengan bulan September yaitu pada saat setelah melewati musim hujan
0
2
4
6
8
10
12
14
Jum
lah
Kas
us
di RS. Panti Rapih Yogyakarta periode 2010
tahun. Laju insidensi demam tifoid di India sebesar 27.3 terjadi
pada usia dibawah 5 tahun per 1000 orang dalam satu tahun (Sinha
ejadian
Berdasarkan kriteria inklusi maupun kriteria eksklusi, jumlah pasien yang
didiagnosis menderita demam tifoid pada kelompok umur pediatrik di RS. Panti
rta adalah sebanyak 62 pasien, sedangkan kasus demam tifoid
pada kelompok umur pediatrik selama periode 2010 di R
Yogyakarta adalah sebanyak 63 kasus.
. Frekuensi kejadian demam tifoid di RS. Panti Rapih Yogyakartaperiode 2010
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Ujung Pandang pada
tahun 1997, kasus demam tifoid lebih banyak terdiagnosis antara bulan April
sampai dengan bulan September yaitu pada saat setelah melewati musim hujan
Frekuensi Kejadian Demam Tifoiddi RS. Panti Rapih Yogyakarta periode 2010
37
tahun. Laju insidensi demam tifoid di India sebesar 27.3 terjadi
pada usia dibawah 5 tahun per 1000 orang dalam satu tahun (Sinha et al., 1999).
inklusi maupun kriteria eksklusi, jumlah pasien yang
didiagnosis menderita demam tifoid pada kelompok umur pediatrik di RS. Panti
edangkan kasus demam tifoid
pada kelompok umur pediatrik selama periode 2010 di RS. Panti Rapih
demam tifoid di RS. Panti Rapih Yogyakarta
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Ujung Pandang pada
tahun 1997, kasus demam tifoid lebih banyak terdiagnosis antara bulan April
sampai dengan bulan September yaitu pada saat setelah melewati musim hujan
di RS. Panti Rapih Yogyakarta periode 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
dan akan memasuki musim kering/kemarau (Valema et al., 1997). Hal tersebut
bertolak belakang dengan hasil penelitian yang didapatkan di RS. Panti Rapih
Yogyakarta. Kasus demam tifoid pada tahun 2010 di RS. Panti Rapih Yogyakarta
paling banyak terdiagnosis pada bulan Maret (22.2%) dan pada bulan November
(11.1%). Kejadian tersebut kemungkinan disebabkan akibat adanya pergeseran
musim akibat pemanasan global.
B. Identifikasi dan Diagnosa
Data-data yang akan digunakan untuk mengidentifikasi masalah dan
penegakan diagnosis pasien dapat dilihat pada kartu rekam medis pasien. Data
yang diperoleh antara lain berupa gejala yang dialami pasien serta pemeriksaan
laboratorium yang digunakan sebagai penunjang dalam penegakan diagnosa.
Pada penelitian, beberapa data ini dikelompokkan kemudian ditampilkan
dalam bentuk persentase. Persentasi dihitung berdasarkan jumlah kasus menurut
banyaknya gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium yang dialami pasien
demam tifoid dibagi jumlah keseluruhan kasus demam tifoid pada kelompok umur
pediatrik di RS. Panti Rapih Yogyakarta selama periode Januari 2010 sampai
Desember 2010.
Kasus dihitung berdasarkan kunjungan pasien ke RS. Panti Rapih
Yogyakarta dengan diagnosis demam tifoid serta menerima terapi menggunakan
antibiotika. Dari 62 pasien yang termasuk kriteria inklusi maupun kriteria
eksklusi, ditemukan sebanyak 63 kasus demam tifoid pada periode Januari 2010
sampai dengan Desember 2010 di RS. Panti Rapih Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
1. Gejala yang dialami pasien
Secara klinis, infeksi yang dialami oleh pasien dapat bermanifestasi
menjadi gejala umum. Gejala umum demam tifoid antara lain adalah demam,
mual, muntah, flu ringan, perut kembung, konstipasi, dan diare (Brusch, 2010).
Keluhan ataupun gejala awal yang dialami pasien demam tifoid tidak khas, karena
hal itulah perlu dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu dengan melakukan
pemeriksaan laboratorium. Gejala klinis yang dialami oleh pasien demam tifoid
kelompok umur pediatrik di Instalasi Rawat Inap RS. Panti Rapih Yogyakarta
disajikan dalam tabel berikut ini :
Tabel III. Gejala klinis yang dialami pasien demam tifoiddi RS. Panti Rapih Yogyakarta periode 2010
No. Gejala JumlahKasus
Persentasi(%)
1. Demam 63 100,0
2. Mual dan muntah 60 95,2
3. Flu 23 36,5
4. Batuk 10 15,9
5. Diare 7 11,1
6. Konstipasi (susah BAB)* 20 31,7
7. Sesak nafas 15 23,8
*BAB = Buang Air Besar
Dalam penelitian ditemukan bahwa gejala klinis yang paling sering
dijumpai pada pasien demam tifoid kelomok umur pediatrik adalah demam yang
biasanya disertai dengan mual dan muntah. Sebanyak 63 pasien (100%)
mengalami gejala demam. Gejala lain yang sering dijumpai adalah mual dan
muntah yaitu sekitar 95.2%. Gejala demam tifoid yang paling sering dijumpai
adalah demam tinggi yang disertai mual dan muntah (Brusch, 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Sebagian besar infeksi meningkatkan denyut nadi dan suhu tubuh. Hal
tersebut dapat dijumpai pada beberapa kasus penyakit infeksi seperti demam
tifoid, demam berdarah dengue (Tunkel, 2009)
2. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada pasien demam tifoid
antara lain adalah pemeriksaan hematologi, urinalisis, dan immunoserologi.
Pemeriksaan immunoserologi dengan reaksi Widal merupakan salah satu cara
penunjang diagnosa demam tifoid yang masih cukup populer sampai saat ini.
Reaksi Widal adalah suatu reaksi pengendapan antara antigen dengan antibodi
(aglutinin) (Judarwanto, 2009). Aglutinin yang spesifik terdapat pada serum
penderita demam tifoid. Hasil positif ditandai dengan adanya peristiwa aglutinasi.
Gambaran pemeriksaan laboratorium pada pasien demam tifoid dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel IV. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pasien demam tifoiddi RS. Panti Rapih Yogyakarta 2010
No. PemeriksaanLaboratorium
JumlahPasien
Persentasi(%)
1. Hematologi 63 100,0
2. Typhidot test 46 73,0
3. Widal Test 12 19,0
4. Urinalisis 35 55,6
5. Kimia klinik 5 7,9
Dari 63 pasien, masing masing pasien tidak hanya mendapat satu jenis
pemeriksaan laboratorium saja. Pemeriksaan laboratorium yang digunakan
sebagai penunjang penegakan diagnosa demam tifoid yang paling sering adalah
pemeriksaan hematologi. Hal tersebut terlihat dalam tabel dimana sebanyak 63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
pasien semuanya mendapat pemeriksaan hematologi (100%). Pemeriksaan
penunjang selanjutnya yang sering dilakukan untuk membantu penegakan
diagnosa demam tifoid adalah pemeriksaan immunoserologi. Pemeriksaan
immunoserologi yang sering dilakukan saat ini adalah dengan menggunakan
pemeriksaan Typhidot tes. Metode ini sekarang lebih sering dilakukan karena
memiliki sensitifitas dan spesifitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan uji
Widal. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Sherwal (2004), didapatkan
nilai sensitifitas dan spesifitas dari dua metode yang biasa digunakan sebagai
pemeriksaan penunjang demam tifoid yaitu tes Widal, dan tes Typhidot. Nilai
sensitifitas dan spesifitas tes widal yang didapatkan dari penelitian tersebut
sebesar 57% dan 83% sedangkan nilai sensitifitas dan spesifitas tes Typhidot
sebesar 92% dan 87.5% (Sherwal et al., 2004). Berdasarkan penelitian tersebut,
tes Widal saat ini sudah mulai ditinggalkan, begitu juga di RS. Panti Rapih
Yogyakarta. Pemeriksaan penunjang untuk penegakan diagnosis demam tifoid
saat ini sudah menggunakan tes Typhidot. Sebanyak 46 pasien (73%) melakukan
pemeriksaan penunjang dengan tes Typhidot, sedangkan pasien yang
menggunakan tes Widal sejumlah 12 pasien (19%). Tes Typhidot memiliki
beberapa kelebihan seperti sensitifitas dan spesifitas yang tinggi, cepat, mudah
digunakan dan reliabel (Sherwal et al., 2004).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
C. Pola Penggunaan Antibiotika
Keberhasilan suatu pengobatan tidak semata-mata bergantung dari
kandungan atau zat aktif dari obat tersebut namun juga perlu diperhatikan
mengenai dosis, frekuensi pemberian, rute, dan durasi pengobatan.
Analisis mengenai profil dan ketepatan penggunaan antibiotika dalam
terapi mengacu pada Kategori Ketepatan Penggunaan Antibiotika menurut Kurin
dan Gyssens (Benin dan Dowell, 2001). Pembahasan akan dimulai dengan
memaparkan jenis antibiotika, dosis, rute pemberian, frekuensi, serta durasi
penggunaan antibiotika di RS. Panti Rapih Yogyakarta untuk terapi demam tifoid
pada kelompok umur pediatrik. Setelah itu baru kemudian akan dianalisis
mengenai ketepatan penggunaan antibiotika pada masing-masing kasus mengacu
pada kategori ketepatan penggunaan antibiotika menurut Kurrin dan Gyssens.
1. Jenis Antibiotika
Hasil penelitian berkaitan dengan jumlah serta persentasi jenis antibiotika
yang diresepkan dalam penatalaksanaan terapi demam tifoid. Hal ini bertujuan
untuk mengetahui jenis antibiotika apa saja yang diresepkan dokter kepada pasien
demam tifoid di RS. Panti Rapih Yogyakarta. Berdasarkan data dari rekam medik,
antibiotika yang digunakan untuk pasien demam tifoid terdiri dari 9 jenis yaitu
kloramfenikol, cefixime, amoxicillin, meropenem, cefotaxime, ceftriaxone,
cephadrine, tiamfenikol, serta kombinasi imipenem dan silastatin.
Pada beberapa kejadian, pasien menerima terapi lebih dari satu jenis
antibiotika. Tujuan pemberian antibiotika lebih dari satu jenis ini dimaksudkan
sebagai terapi kombinasi (amoxicillin dengan kloramfenikol) maupun sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penggunaan Antibiotika Pada
antibiotika pengganti (ceftriaxone diganti dengan cefixime). Sebany
(69.8%) menerima terapi antibiotika tunggal dan sebanyak 19 pasien (30.2%)
menerima terapi antibiotika kombinasi.
pada kasus-kasus khusus dan digunakan untuk beberapa tujuan tertentu seperti
untuk mencegah adanya resistensi bakteri terhadap antibiotika yang sifatnya
mendadak, dan untuk mendapatkan manfaat dari dua atau lebih antibiotika yang
mekanisme kerjanya saling bersinergi
Gambar 10. Profil penggunaan terapi antibiotika tunggal dan kombinasipada pengobatan demam tifoid kelompok umur pediatrik
Berdasarkan hasil dari penelitian ini, terda
antibiotika yang digunakan
Panti Rapih Yogyakarta.
kloramfenikol yaitu sebanyak 38% kemudian disusul dengan Cefixime yaitu
sebesar 31%.
69.8%
30.2%
Penggunaan Antibiotika PadaPasien Demam Tifoid
Tunggal
Kombinasi
antibiotika pengganti (ceftriaxone diganti dengan cefixime). Sebany
(69.8%) menerima terapi antibiotika tunggal dan sebanyak 19 pasien (30.2%)
terapi antibiotika kombinasi. Terapi antibiotika kombinasi digunakan
kasus khusus dan digunakan untuk beberapa tujuan tertentu seperti
h adanya resistensi bakteri terhadap antibiotika yang sifatnya
mendadak, dan untuk mendapatkan manfaat dari dua atau lebih antibiotika yang
mekanisme kerjanya saling bersinergi (Murray et al., 2009).
. Profil penggunaan terapi antibiotika tunggal dan kombinasipada pengobatan demam tifoid kelompok umur pediatrik
di RS. Panti Rapih Yogyakarta 2010
Berdasarkan hasil dari penelitian ini, terdata sebanyak 88 jenis
yang digunakan dari 62 pasien demam tifoid pada periode 2010 di RS.
Panti Rapih Yogyakarta. Penggunaan antibiotika yang paling tinggi adalah
kloramfenikol yaitu sebanyak 38% kemudian disusul dengan Cefixime yaitu
43
Penggunaan Antibiotika Pada
Tunggal
Kombinasi
antibiotika pengganti (ceftriaxone diganti dengan cefixime). Sebanyak 44 pasien
(69.8%) menerima terapi antibiotika tunggal dan sebanyak 19 pasien (30.2%)
Terapi antibiotika kombinasi digunakan
kasus khusus dan digunakan untuk beberapa tujuan tertentu seperti
h adanya resistensi bakteri terhadap antibiotika yang sifatnya
mendadak, dan untuk mendapatkan manfaat dari dua atau lebih antibiotika yang
. Profil penggunaan terapi antibiotika tunggal dan kombinasipada pengobatan demam tifoid kelompok umur pediatrik
sebanyak 88 jenis
en demam tifoid pada periode 2010 di RS.
Penggunaan antibiotika yang paling tinggi adalah
kloramfenikol yaitu sebanyak 38% kemudian disusul dengan Cefixime yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8%
5%10%
1% 2%
Jenis Antibiotika yang digunakan di RS. Panti
Kloramfenikol dan cefixime merupakan dua contoh obat yang
sebagai first line therapy
golongan sefalosporin generasi ketiga terbukti dapat menjadi pilihan antibiotika
setelah pada beberapa penelitian ditemukannya resistensi bakteri terhadap
kloramfenikol (Shah
Gambar 11. Jenis antibiotika yang digunakan untuk pengobatan demam tifoid
di RS. Panti Rapih Yogyakarta periode 2010
Menurut pedoman WHO
antibiotika yang dianjurkan sebagai
berasal dari golongan quinolon seperti ciproploxacin, ofloxacin serta yang berasal
dari golongan sefalosporin generasi ketiga yaitu cefixim
Golongan Quinolon digunakan sebagai pilihan pertama karena pada beberapa
penelitian menyebutkan bahwa obat antibiotika golongan Quinolon mampu
bekerja lebih baik dari antibiotika sebelumnya seperti kloramfenikol, amoxicilin,
38%
31%
2% 3% 2%
Jenis Antibiotika yang digunakan di RS. PantiRapih Yogyakarta Periode 2010
Kloramfenikol
Cefixime
Amoxicilin
Meropenem
Cefotaxime
Ceftriaxone
Tiamfenikol
Imipenem + Cilastatin
Kloramfenikol dan cefixime merupakan dua contoh obat yang
first line therapy demam tifoid. Cefixime yang merupakan bagian dari
golongan sefalosporin generasi ketiga terbukti dapat menjadi pilihan antibiotika
setelah pada beberapa penelitian ditemukannya resistensi bakteri terhadap
(Shah et al., 2006).
. Jenis antibiotika yang digunakan untuk pengobatan demam tifoidpada kelompok umur pediatrik
di RS. Panti Rapih Yogyakarta periode 2010
Menurut pedoman WHO terkait penatalaksanaan terapi demam tifoid,
antibiotika yang dianjurkan sebagai first line therapy adalah antibiotika yang
berasal dari golongan quinolon seperti ciproploxacin, ofloxacin serta yang berasal
dari golongan sefalosporin generasi ketiga yaitu cefixime (
Golongan Quinolon digunakan sebagai pilihan pertama karena pada beberapa
penelitian menyebutkan bahwa obat antibiotika golongan Quinolon mampu
bekerja lebih baik dari antibiotika sebelumnya seperti kloramfenikol, amoxicilin,
44
Jenis Antibiotika yang digunakan di RS. Panti
Kloramfenikol
Amoxicilin
Meropenem
Cefotaxime
Ceftriaxone
Tiamfenikol
Imipenem + Cilastatin
Kloramfenikol dan cefixime merupakan dua contoh obat yang digunakan
demam tifoid. Cefixime yang merupakan bagian dari
golongan sefalosporin generasi ketiga terbukti dapat menjadi pilihan antibiotika
setelah pada beberapa penelitian ditemukannya resistensi bakteri terhadap
. Jenis antibiotika yang digunakan untuk pengobatan demam tifoid
penatalaksanaan terapi demam tifoid,
antibiotika yang
berasal dari golongan quinolon seperti ciproploxacin, ofloxacin serta yang berasal
e (WHO, 2003).
Golongan Quinolon digunakan sebagai pilihan pertama karena pada beberapa
penelitian menyebutkan bahwa obat antibiotika golongan Quinolon mampu
bekerja lebih baik dari antibiotika sebelumnya seperti kloramfenikol, amoxicilin,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
dan kombinasi trimethoprim-sulfamethoxazole (Anonim, 2003). Antibiotika
golongan Quinolon memiliki kekuatan penetrasi untuk menembus dinding sel
bakteri lebih besar dibandingkan dengan antibiotik pendahulunya seperti
amoxicilin, kloramfenikol, maupun ampicilin (WHO, 2003). Namun
permasalahannya adalah antibiotika golongan Quinolon memiliki resiko yang
cukup berbahaya apabila diberikan kepada anak berusia dibawah 18 tahun.
Menurut beberapa penelitian pada hewan uji, penggunaan antibiotika golongan
Quinolon dapat meningkatkan resiko terjadinya ruptur tendon (Baker et al., 2009).
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit (2009)
menyatakan bahwa antibiotika pertama yang dianjurkan dalam pengobatan
demam tifoid adalah kloramfenikol. Apabila tidak memungkinkan untuk memberi
kloramfenikol dapat dganti dengan pemberian amoxicillin sebagai pilihan kedua.
Pilihan antibiotika ketiga yang dianjurkan adalah antibiotika golongan
sefalosporin generasi ketiga seperti ceftriaxone ataupun cefixime. Pemberian
antibiotika golongan sefalosporin dilakukan apabila setelah pemberian
kloramfenikol ataupun amoxicillin, pasien tidak menunjukkan adanya perbaikan
gejala klinis.
Saat ini, penggunaan ceftriaxone dan cefixime yang biasa digunakan
sebagai pilihan ketiga terapi demam tifoid mulai bergeser. Ditemukannya
beberapa kasus mengenai resistensi bakteri terhadap kloramfenikol mendorong
para peneliti untuk mencari alternatif antimikroba lain untuk melawan penyakit
demam tifoid. Beberapa daerah endemik demam tifoid tidak lagi menggunakan
kloramfenikol sebagai first line theraphy namun mulai menggunakan antibiotika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
golongan sefalosporin seperti cefixime dan ceftriaxone. Hal tersebut didukung
dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh Santillan, Benavente, dan Garcia
(2000). Penelitian menggunakan metode Uji Susceptibiltas. Isolat yang digunakan
adalah isolat S.typhii dan antibiotika yang digunakan adalah kloramfenikol,
ampicillin, trimetoprim, dan cefixime. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa
dari 24 isolat, 22 isolat sensitif terhadap ampicilin, 96% sensitif terhadap
kloramfenikol dan kombinasi trimetoprim-sulfametoxazole serta 24 isolat (100%)
sensitif terhadap cefixime (Santillan et al., 2000).
2. Dosis dan Frekuensi Penggunaan Antibiotika
Tabel V. Dosis dan Frekuensi Penggunaan Antibiotika
No. Antibiotika Dosis FrekuensiJumlahkasus
1. Amoxicillin
62.5 mg 1 1
125 mg 3 2
150 mg 3 1
200 mg 1 1
333 mg 3 1
500 mg 3 1
2. Cefixime
32 mg 2 1
34 mg 2 1
38 mg 2 1
40 mg 2 2
44 mg 2 1
50 mg 2 2
60 mg 2 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Tabel V. (lanjutan)
Berdasarkan tabel V, antibiotika yang paling sering digunakan dalam
terapi demam tifoid adalah kloramfenikol dengan dosis 500 mg dengan frekuensi
No. Antibiotika Dosis FrekuensiJumlahkasus
2. Cefixime
70 mg 2 1
72 mg 2 1
72 mg 1 1
100 mg 2 11
150 mg 2 3
3. Cefotaxime
75 mg 2 1
200 mg 2 1
250 mg 2 1
400 mg 2 1
500 mg 2 2
500 mg 3 3
4. Ceftriaxone 500 mg 2 1
5. Cephradine500 mg 3 1
400 mg 2 1
6 Imipenem + Cilastatin 300 mg 3 3
7. Kloramfenikol
30 mg 3 1
100 mg 3 1
150 mg 3 5
200 mg 3 3
200 mg 4 2
250 mg 3 5
333 mg 3 5
400 mg 3 1
500 mg 3 10
8. Meropenem
72 mg 1 1
333 mg 3 2
500 mg 3 1
9. Tiamfenikol 250 mg 3 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
tiga kali per hari (10 kasus) dan cefixime dosis 100 mg dengan frekuensi dua kali
sehari (11 kasus).
Dosis antibiotika yang digunakan haruslah sesuai dengan diagnosis
penyakit, tingkat keparahan infeksi, mekanisme kerja obat, serta efek samping
dari obat tersebut. Penetapan dosis pada pasien kelompok umur pediatrik haruslah
diperhatikan. Organ-organ yang digunakan untuk melakukan metabolisme obat
(ginjal dan hati) belum sempurna perkembangannya pada anak-anak. Apabila
pemberian dosis pada anak tidak tepat, bisa jadi obat tersebut akan menjadi racun
di dalam tubuh anak.
Frekuensi penggunaan antibiotika dipengaruhi oleh sifat farmakokinetika
obat serta kondisi pasien itu sendiri. Hal yang perlu diperhatikan dalam suatu
farmakokinetika obat adalah t½ eliminasi. Definisi t½ eliminasi adalah waktu
yang dibutuhkan oleh obat untuk mencapai penurunan konsentrasi obat sebesar
50% dari konsentrasi sebelumnya di dalam plasma. Nilai t½ eliminasi bervariasi
untuk masing-masing obat. Tujuan adanya interval pemberian obat adalah untuk
menjaga konsentrasi obat dalam cairan plasma agar selalu berada pada konsentrasi
terapetik minimal sehingga obat dapat bekerja dan memberikan efek. Kondisi
ginjal dan hati sebagai organ ekskresi utama juga mempengaruhi frekuensi
pemberian obat. Jika organ ekskresi mengalami gangguan, maka proses eliminasi
obat akan berjalan lebih lambat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
3. Durasi Penggunaan Antibiotika
Tabel VI. Durasi Pemakaian Antibiotika Kombinasi
No. AntibiotikaDurasi(hari)
Jumlahkasus
1. Amoxicillin + Cefixime 7 1
2. Amoxicillin + Meropenem 8 1
3. Cefotaxime + Cefixime 6 1
4. Ceftriaxone + Cefotaxime 6 1
5. Cephradine + Cefixime 8 1
6. Kloramfenikol + Amoxicillin + Cefixime 8 1
7. Kloramfenikol + Amoxicillin6 18 1
8. Kloramfenikol + Cefixime
6 17 38 19 1
9. Kloramfenikol + Cefotaxime6 18 19 1
10. Kloramfenikol + Meropenem + Cefotaxime 10 1
11. Meropenem + Imipenem 12 1
Durasi ataupun lama penggunaan antibiotik untuk pasien demam tifoid
tidak sama untuk setiap golongan antibiotika. Menurut Behrman, durasi
pengobatan demam tifoid menggunakan kloramfenikol adalah 3 sampai dengan 7
hari, sedangkan durasi pengobatan demam tifoid menggunakan antibiotika
golongan Penisilin seperti amoxicillin adalah sekitar 7 sampai dengan 14 hari
(Behrman, 1992). Menurut Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah
Sakit, durasi pengobatan demam tifoid menggunakan antibiotika golongan
Sefalosporin generasi ketiga seperti cefixime dan ceftriaxone adalah selama 8-10
hari untuk penggunaan cefixime serta 5-7 hari untuk penggunaan ceftriaxone
(Roespandi dan Nurhamzah, 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Tabel VII. Durasi Pemakaian Antibiotika Tunggal
No. Antibiotika Durasi (hari) Jumlah Kasus
1. Amoxicillin6 19 1
2. Cefixime
5 16 57 18 39 1
10 211 1
3. Cefotaxime5 17 18 1
4. Cephradine 7 1
5. Imipenem + Cilastatin7 18 1
6. Kloramfenikol
5 16 27 118 19 3
7. Meropenem 6 1
8. Tiamfenikol6 17 1
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa durasi penggunaan antibiotika
tunggal untuk demam tifoid paling sering digunakan adalah kloramfenikol selama
7 hari yaitu sebanyak 11 kasus, sedangkan pada penggunaan antibiotika
kombinasi yang paling sering adalah penggunaan kombinasi antara kloramfenikol
dan cefixime selama 7 hari.
Durasi pemberian antibiotika berkaitan dengan proses pembunuhan bakteri
penginfeksi. Masing-masing antibiotika memiliki waktu optimum untuk
membunuh suatu bakteri atau mikroorganime tertentu. Kloramfenikol optimal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
untuk pengobatan demam tifoid apabila digunakan selama 7
Kloramfenikol diasumsikan mampu membunuh bakteri penyebab demam tifoid
dalam waktu 7-14 hari. Apabila
dihasilkan tidak jauh berbeda dengan durasi optimal
resiko resistensi bakteri
(Islam et al., 1993).
4. Rute Pemberian Antibiotika
Gambar 12. Profil rute pemberian antibiotika untuk pasien demam tifoidkelompok umur pediatrik di RS. Panti Rapih Yogyakarta periode 2010
Diagram pie
kepada pasien. Dapat kita lihat bahwa rute yang p
secara intravena. Dari 88 jenis antibiotika yang di
antibiotika (59.1%) diberikan secara parenteral melalui intravena dan sebanyak 36
antibiotika (40.9%) diberikan k
Menurut pustaka yang digunakan sebagai acuan, tidak disebutkan secara
spesifik mengenai rute pemberian antibiotika yang digunakan dalam pengobatan
intravena peroral
5236
Rute Pemberian Antibiotika di RS.Panti Rapih Yogyakarta periode 2010
untuk pengobatan demam tifoid apabila digunakan selama 7
Kloramfenikol diasumsikan mampu membunuh bakteri penyebab demam tifoid
14 hari. Apabila durasi pengobatan ditambah, efek yang akan
dihasilkan tidak jauh berbeda dengan durasi optimal bahkan bisa meningkatkan
resiko resistensi bakteri apabila penggunaan antibiotika melebihi waktu optimal
Rute Pemberian Antibiotika
. Profil rute pemberian antibiotika untuk pasien demam tifoidkelompok umur pediatrik di RS. Panti Rapih Yogyakarta periode 2010
pie diatas menunjukkan profil rute pemberian antibiotika
kepada pasien. Dapat kita lihat bahwa rute yang paling sering digunakan adalah
Dari 88 jenis antibiotika yang diresepkan
antibiotika (59.1%) diberikan secara parenteral melalui intravena dan sebanyak 36
antibiotika (40.9%) diberikan kepada pasien secara perenteral.
Menurut pustaka yang digunakan sebagai acuan, tidak disebutkan secara
spesifik mengenai rute pemberian antibiotika yang digunakan dalam pengobatan
51
Panti Rapih Yogyakarta periode 2010
untuk pengobatan demam tifoid apabila digunakan selama 7-14 hari.
Kloramfenikol diasumsikan mampu membunuh bakteri penyebab demam tifoid
durasi pengobatan ditambah, efek yang akan
bahkan bisa meningkatkan
apabila penggunaan antibiotika melebihi waktu optimal
. Profil rute pemberian antibiotika untuk pasien demam tifoidkelompok umur pediatrik di RS. Panti Rapih Yogyakarta periode 2010
diatas menunjukkan profil rute pemberian antibiotika
aling sering digunakan adalah
resepkan, sebanyak 52
antibiotika (59.1%) diberikan secara parenteral melalui intravena dan sebanyak 36
Menurut pustaka yang digunakan sebagai acuan, tidak disebutkan secara
spesifik mengenai rute pemberian antibiotika yang digunakan dalam pengobatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
demam tifoid. Antibiotika yang digunakan bisa diberikan melalui intravena,
peroral, maupun melalui intramuskular. Rute pemberian antibiotika untuk pasien
demam tifoid dalam hal ini secara umum terbagi menjadi dua yaitu secara
intravena secara peroral. Pemberian antibiotika secara intravena maupun secara
peroral dilakukan dengan berbagai maksud dan tujuan. Pemberian antibiotika
secara intravena dilakukan agar obat dapat lebih cepat masuk ke dalam tubuh dan
memberikan efek (Cunha, 2007). Pemberian obat secara intravena juga memiliki
beberapa keuntungan seperti menghindari first pass effect dan mencegah obat
terdegradasi oleh asam lambung (Cunha, 2007).
5. Analisis Rasionalitas Penggunaan Antibiotika
Pengobatan yang rasional menurut kriteria WHO adalah menyangkut
ketepatan indikasi, ketepatan penderita, ketepatan obat, ketepatan dosis dan cara
pemberian serta waspada terhadap adanya efek samping. Penelitian ini
memfokuskan pada analisis ketepatan penggunaan antibiotika pada pasien demam
tifoid kelompok umur pediatrik di Instalasi Rawat Inap RS. Panti Rapih
Yogyakarta periode 2010. Analisis mengenai ketepatan penggunaan antibiotika
mengacu pada kategori ketepatan penggunaan antibiotika menurut Kurin dan
Gyssens (Benin dan Dowell, 2001).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Tabel VIII. Kategori Ketepatan Penggunaan Antibiotika (Kurrin dan Gyssens)
Kategori Penjelasan
I Tepat atau rasional-antibiotika optimal
IITidak tepat, karena kesalahan dosisa atau interval
pemberianb atau cara dan rute pemberianc
IIITidak tepat, karena pemberian terlalu lamaa atau terlalu
pendekb
IV
Tidak tepat, karena tersedianya antibiotika alternatif
yang lebih efektifa atau kurang toksikb atau lebih murahc
atau antibiotika dengan spektrum lebih sempitd
V Antibiotika tidak ada indikasi
VI Tidak ada data atau tidak dapat dievaluasi
(Benin dan Dowell, 2001)
Keterangan:
IIa : tidak tepat, karena kesalahan dosis
IIb : tidak tepat, karena kesalahan interval/ frekuensi pemberian
IIc : tidak tepat, karena kesalahan cara dan rute pemberian
IIIa : tidak tepat, karena durasi pemberian terlalu lama
IIIb : tidak tepat, karena durasi pemberian terlalu pendek
IVa : tidak tepat, karena tersedianya antibiotika alternatif yang lebih efektif
IVb : tidak tepat, karena tersedianya antibiotika alternatif yang kurang toksik
IVc : tidak tepat, karena tersedianya antibiotika alternatif yang lebih murah
IVd : tidak tepat, karena tersedianya antibiotika alternatif dengan spektrum
lebih sempit
Menurut kriteria WHO, penggunaan obat yang rasional didasarkan pada
ketepatan indikasi, ketepatan pasien, ketepatan pemilihan obat, ketepatan dosis
dan rute pemberian serta waspada akan adanya efek samping obat. Dalam
penelitian ini akan dianalisis mengenai ketepatan penggunaan antibiotika pada
pasien demam tifoid kelompok umur pediatrik di RS. Panti Rapih Yogyakarta
periode Januari 2010 sampai dengan Desember 2010.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
I
Jum
lah
Kas
us
Profil Ketepatan PenggunaanAntibiotika pada Pasien Demam Tifoid
Pada periode 2010, total antibiotika yang diresepkan untuk pengobatan
demam tifoid pada kelompok umur pediatrik di RS.Panti Rapih Yogyakarta
adalah sebanyak 88 jenis antibiotika pada 6
Gambar 13
pada pasien
di RS. Panti Rapih Yogyakarta periode 2010
Berdasarkan
terbanyak terdapat pada kategori IIA yaitu sebesar
kategori IIB terdapat
(25,81%), kategori I
kasus (1.61%).
Kategori I
Ketepatan ini meliputi ketepatan dosis, frekuensi dan durasi
antibiotika yang dipilih sesuai dengan indikasi.
I IIA IIB IIIB IVA
Kategori Ketepatan
Profil Ketepatan PenggunaanAntibiotika pada Pasien Demam Tifoid
Pada periode 2010, total antibiotika yang diresepkan untuk pengobatan
demam tifoid pada kelompok umur pediatrik di RS.Panti Rapih Yogyakarta
adalah sebanyak 88 jenis antibiotika pada 62 pasien.
13. Profil kategori ketepatan penggunaan antibiotik
pasien demam tifoid kelompok umur pediatrik
di RS. Panti Rapih Yogyakarta periode 2010
Berdasarkan dari diagram batang tersebut, dapat diketahui bahwa kasus
terbanyak terdapat pada kategori IIA yaitu sebesar 44 kasus (
terdapat 30 kasus (48.39%), kategori IIIB terdapat
(25,81%), kategori I terdapat 10 kasus (16.13%) dan pada kategori IVA
berarti antibiotika digunakan secara tepat dan rasional.
meliputi ketepatan dosis, frekuensi dan durasi pengobatan serta
antibiotika yang dipilih sesuai dengan indikasi. Kategori IIA berarti
54
IVA
Antibiotika pada Pasien Demam Tifoid
Pada periode 2010, total antibiotika yang diresepkan untuk pengobatan
demam tifoid pada kelompok umur pediatrik di RS.Panti Rapih Yogyakarta
penggunaan antibiotika
demam tifoid kelompok umur pediatrik
dapat diketahui bahwa kasus
kasus (70.98%). Pada
terdapat 16 kasus
10 kasus (16.13%) dan pada kategori IVA sebesar1
antibiotika digunakan secara tepat dan rasional.
pengobatan serta
berarti penggunaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
antibiotika belum tepat dalam hal pemberian dosis. Dosis yang diberikan bisa
terlalu kecil sehingga tidak mencapai konsentrasi terapi minimum atau bahkan
berlebihan sehingga mendekati konsentrasi toksik minimum. Kategori IIB berarti
antibiotika yang digunakan belum tepat dalam hal pemberian frekuensi. Pemilihan
frekuensi pemberian berkaitan dengan tujuan agar tetap terjaganya konsentrasi
suatu obat di dalam plasma agar selalu berada pada jendela terapi sehingga bisa
memberikan efek. Kategori IIIB artinya penggunaan antibiotika belum tepat yang
disebabkan karena ketidaktepatan durasi penggunaan. Durasi penggunaan
berkaitan dengan kemampuan antibiotika dalam membunuh atau menghambat
pertumbuhan bakteri. Apabila durasi terlalu pendek dikhawatirkan bakteri belum
mati sepenuhnya sehingga masih dapat menginfeksi kembali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan :
1. Profil pasien Demam Tifoid yang menjalani rawat inap di RS. Panti Rapih
Yogyakarta pada periode Januari-Desember 2010, terdiri dari 36 pasien pria
(58.1%) dan 26 pasien wanita (41.9%). Pasien terbanyak berumur 6-12 tahun
yaitu sebesar 27 pasien (42.9%), 1-5 tahun sebanyak 22 pasien (34.9%), dan
≤ 1 tahun (neonatus) 14 pasien (22.2%).
2. Kriteria ketepatan penggunaan antibiotika pada pasien demam tifoid di
Instalasi Rawat Inap RS. Panti Rapih Yogyakarta periode 2010 adalah
kategori I sebesar 16.13%, kategori IIA sebesar 70.98%, kategori IIB sebesar
48.39%, kategori IIIB sebesar 25.81% dan kategori IVA sebesar 1.61%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
B. Saran
Saran yang bisa diberikan dari hasil penelitian ini agar penelitian selanjutnya
dapat lebih baik adalah :
1. Perlu ada penelitian selanjutnya mengenai evaluasi penggunaan antibiotika
dengan menggunakan metode prospektif agar dapat melihat efek antara
penggunaan antibiotika lanjutan setelah tidak dirawat inap di rumah sakit
dengan kondisi kesehatan pasien.
2. Pengisian catatan medis pasien sebaiknya diusahakan lebih lengkap lagi agar
bisa dipergunakan untuk membantu pengobatan agar bisa lebih efisien dan
optimal seperti adanya pencatatan berat badan pasien, tekanan darah pasien,
dan rute pemberian obat sehingga kesalahan pemberian dosis dan frekuensi
dapat diminimalkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
DAFTAR PUSTAKA
Ali, S., 2006, Typhoid Fever, pp. 25-43, Gildeprints, Netherlands.
Baker, D., 2009, Current FDA-Related Drug Information, Hospital Pharmacy,vol.44, pp 701-707, Wolters Kluwer Health, Inc.
Behrman, R.E., 1992, Textbook of Pediatrics, pp. 731-734, WB. SaundersCompany, Philadelphia.
Benin, A.L. and Dowell, S.F., 2001, Antibiotic Resistance and Implications forThe Appropriate Use of Antimicrobial Agents. Dalam Mainous AG,Pomeroy C (eds). Management of Antimicrobial in Infectious Disease.Impact of Antibiotics Resistance, pp.3-25, New Jersey: Humana Press Inc.
Brusch, J., 2010, Typhoid Fever : Treatment & Medication,http://emedicine.medscape.com/article/231135, diakses tanggal 14 April2011.
Chin, J., 2011, Typhoid “Enteric” Fever, http://www.doh.wa.gov/notify/guidelines/pdf/typhoid.pdf, diakses tanggal 18 Juni 2011.
Craig, C.L. and Stitzel, R.E., Modern Pharmacology with Clinical Applications,5th edition, p.49, Lippincott, USA.
Crump, J.A., Stephen, P., Luby, E.D., and Mintz, 2005, The Global Burden ofTyphoid Fever. Bulletin of the World Health Organization (BLT), WorldHealth Organization, http://www.who.int /bulletin/volumes/82/5/en/346.pdf, diakses tanggal 10 Mei 2011.
Cunha, B.A., 2007, Drugs; Administration and Kinetic of Drugs,http://www.merckmanuals.com /home /sec02 /ch011/ch011b.html, diakses8 Juni 2011.
Ganiswara, 1995, Farmakologi dan Terapi, hal.25-38, Fakultas KedokteranUniversitas Indonesia, Jakarta.
Herawati, M.H., dan Ghani, L., 2009, Hubungan Faktor Determinan denganKejadian Tifoid di Indonesia Tahun 2007, Media Penelitian danPengembangan Kesehatan vol. XIX No.4., hal.165-173.
Islam, A., Butler T., Kabir I., and Alam H., 1993, Treatment of Typhoid Feverwith Ceftriaxone for 5 Days or Chloramphenicol for 14 Days: aRandomized Clinical Trial, Antimicrobial Agents and Chemotherapyvol.37 No.8, pp. 1572-1575.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Izenberg, N., 2000, Handbook of Pediatric Drug Therapy, 2nd edition,pp. 1525-1527, Springhouse Corporation, USA.
Judarwanto, W., 2009, Demam Tifus, Koran Indonesia Sehat, YudhasmaraPublisher, Jakarta.
Katzung, B., 2008, Basic and Clinical Pharmacology, 10th edition, pp. 1007-1012,Mc Graw-Hill, USA.
Kass, E.H., and Platt, R., 1990, Current Therapy of Infectious Disease-3, pp.105-116, BC Pecker Inc., Philadelphia.
Lacy, C.F., Armstrong, L.L., and Goldman, M.P., 2006, Drug InformationHandbook: A Comprehensive Resource for All Clinicians and HealthcareProfessionals, pp.149-1089, Lexi-Comp. Inc., USA.
Lullmann, H., Mohr, K., Ziegler, A., and Bieger, D., 2000, Colour Atlas ofPharmacology, 2nd edition, p.152, Thieme, New York.
Murray, P.R., Rosenthal, K.R., and Pfaller, M.A., Medical Microbiology 6th
edition, pp.235-247, Elsevier Inc., USA.
Musnelina, L., Afdhal, A.F., Ghani, A., dan Andayani, P., 2004, Pola PemberianAntibiotika Pengobatan Demam Tifoid Anak Di Rumah Sakit FatmawatiJakarta Tahun 2001-2002, Makara Kesehatan vol.8 No.1, hal. 27-31.
Ochiai, R., Camilo, J., Carolina, M., Dong, B., Sujit, K., and Magdarina, D.,2008, A Study of Typhoid Fever in Five Asian Countries: Disease Burdenand Implications for Controls, Buletin of The World Health Organization,World Health, http://www.who.int/bulletin/volumes/862/4/en/268.pdf,
diakses tanggal 10 Mei 2011.
Parry, C.M., Hien, T.T., Dougan, G., White, N.J., and Farrar, J.J., 2002, TyphoidFever, The New England Journal of Medicine vol.347 No.22, pp.1770-1782.
Pratiwi, E.P., 2010, Evaluasi Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Anak PenderitaDemamTifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD dr. Agoesdjam KetapangPeriode Juni 2008-Juni 2009, Skripsi, Universitas Sanata Dharma,Yogyakarta.
Prayitno, A., Aslam, M., dan Tan, C.K., 2003, Farmasi Klinis (ClinicalPharmacy), hal.58-64, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Roespandi, H., dan Nurhamzah, W., 2007, Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anakdi Rumah Sakit, hal. 167-168, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,Jakarta.
Santillan, R.M., Garcia, G.R., Benavente, I.H., and Garcia, E.M., 2000, Efficacyof Cefixime in the Therapy of Typhoid Fever, West Pharmacology Society,pp.65-66.
Santoso, H., 2009, Kajian Rasionalitas Penggunaan Antibiotik Pada KasusDemam Tifoid Yang Dirawat Pada Bangsal Penyakit Dalam di RSUP. dr.Kariadi Semarang tahun 2008, Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang.
Sari, L.M., 2009, Evaluasi Drug Therapy Problems Pada Pengobatan KasusDemam Tifoid di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini KalasanSleman Periode Juni 2007-Juni2008, Skripsi, Universitas Sanata Dharma,Yogyakarta.
Shah, R., Kundu, R., Ganguly, N., Ghosh, T., Yewale, V., and Shah, N, 2006, IAPTask Force Report: Management of Enteric Fever in Children, IndianPediatric, vol. 43, pp. 884-887.
Sherwal, B.L., Dhamija, R.K., Randhawa, V.S., Jais, M., Kaintura, A., andKumar, M., 2004, A Comparative Study of Typhidot and Widal Test inPatients of Typhoid Fever, Journal Indian Academy of Clinical Medicine,Vol. 5, No. 3, pp.244-246.
Shulman, 1992, The Biology and Clinical Basisof Infectious Diseases, 4th edition,in Sommers (Ed.), pp.134-146, WB. Saunders Company, Philadelphia.
Sinha, A., Sazawal, S., Kumar, R., Sood, S., Reddaiah, V.P., and Singh, B., 1999,Typhoid Fever in Children Aged Less Than 5 Years, Indian Council forMedical Research, Advanced Centre for Diarrhoeal Disease Research,Division of Paediatric Gastroenterology, New Delhi, pp.645-647.
Soedarto, 1996, Penyakit-Penyakit Infeksi di Indonesia, hal.42-49, Widya Medika,Jakarta.
Triana, M., 2003, Kajian Penggunaan Obat Demam Tifoid Bagi Pasien Anak diInstalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari2000-Desember 2001, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Tunkel, D., 2009, Biology of Infectious Disease; Infectious Disease,http://www.merckmanuals.com/professional /sec14/ch167/ch167d.html,diakses tanggal 6 Juni 2011.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Valema, J.P., Wijnen, G., Bult, P., Naerssen, T., and Jota., S., 1997, Typhoidfever in Ujung Pandang, Indonesia – high-risk groups and high-riskbehaviours, Tropical Medicine and International Health, vol.2 No.11,pp.1088-1094.
Widodo, D., 2010, Kebijakan Penggunaan Antibiotika Bertujuan MeningkatkanKualitas Pelayanan Pasien dan Mencegah Peningkatan Resistensi Kuman,Cermin Dunia Kedokteran (CDK), vol.37 no.1, pp.7 – 10
World Health Organization, 2003, Background Document : The Diagnosis,Treatment, and Prevention of Typhoid Fever, World Health Organization,http://whqlibdoc.who.int/hq /2003 /WHO_V%26B_03.07.pdf, diaksestanggal 10 Juni 2011.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Lampiran 1. Daftar Diagnosis Pasien Demam Tifoiddi RS. Panti Rapih Tahun 2010
No. Nomor RM Diagnosis Umur (tahun)
1. 024330 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 112. 177529 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 103. 182977 Demam Tifoid komplikasi ISPA 104. 184447 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 95. 209004 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 96. 237776 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 87. 241376 Demam Tifoid komplikasi ISPA 98. 246499 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 99. 251728 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 9
10. 255128 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 811. 269300 Demam Tifoid komplikasi ISK 1212. 274233 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 813. 286606 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 714. 293621 Suspect Demam Tifoid 815. 371026 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 616. 411859 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 1017. 421144 Suspect Demam Tifoid 1018. 424208 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 1019. 435228 Demam Tifoid komplikasi ISPA 520. 436790 Demam Tifoid komplikasi ISPA 521. 458861 Demam Tifoid komplikasi ISPA 522. 459348 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 523. 496744 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 424. 505050 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 425. 510020 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 526. 512903 Demam Tifoid komplikasi Bronchitis 427. 529242 Demam Tifoid komplikasi ISPA 328. 539764 Demam Tifoid komplikasi ISPA 429. 543020 Demam Tifoid komplikasi ISPA 330. 547970 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 431. 559617 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 832. 560340 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 333. 564402 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 334. 567273 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 435. 567737 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 336. 571242 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 237. 589375 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 438. 590349 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 239. 590349 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Lampiran 1. (lanjutan)
No. Nomor RM Diagnosis Umur (tahun)
40. 593672 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 1241. 596180 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 542. 598413 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 443. 599059 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 244. 605158 Demam Tifoid komplikasi ISPA 445. 616821 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 1246. 617977 Suspect Demam Tifoid 447. 624686 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 248. 628698 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 149. 628838 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 250. 630243 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 651. 631440 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 152. 637914 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 153. 639270 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 854. 660967 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 055. 669805 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 056. 670914 Demam Tifoid komplikasi ISPA 857. 672825 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 758. 673476 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 159. 675035 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 160. 677615 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 161. 691792 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 062. 692767 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 863. 696354 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 164. 696693 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 1265. 697156 Suspect Demam Tifoid 766. 697593 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 367. 698022 Suspect Demam Tifoid 368. 699035 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 269. 699297 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 170. 699674 Typhus abdominalis 1271. 701125 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 072. 702457 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 673. 705633 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 1274. 708440 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 1075. 714433 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 1176. 718554 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 177. 720228 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 478. 720375 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 079. 722588 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Lampiran 1. (lanjutan)
No. Nomor RM Diagnosis Umur (tahun)
80. 722954 Demam Tifoid komplikasi ISPA 581. 724459 Demam Tifoid komplikasi ISPA 882. 726798 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 383. 728434 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 584. 729810 Demam Tifoid komplikasi ISK 585. 731035 Demam Tyfoid tanpa komplikasi 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Lampiran 2. Guideline Dosis Antibiotika untuk Demam Tifoid
pada Kelompok Pediatrik
Drug Name Dose Duration
Chloramphenicol 50-100 mg/kg/day q6h 5-7 daysAmpicillin 100-200mg/kg/day q6h 10-14 daysAmoxicillin 100 mg/kg/day q6h 10-14 daysCotrimoxazole 185 mg/m2/day q8h (TMP) 10 days
925 mg/m2/day q8h (SMZ)(Behrman, 1992)
Chloramphenicol 50 mg/kg/day q6h 7-14 daysAmoxicillin 100 mg/kg/day q6h 10-14 days
(Kass dan Platt, 1990)
Cefixime 20 mg/kg/day q12h 8-14 daysMeropenem 60 mg/kg/day q8hCefotaxime 50-200 mg/kg/day q8hCeftriaxone 50-100 mg/kg/day q12hImipenem+Cilastatin 15-25 mg/kg/day q6hCephradine 50-100 mg/kg/day q6h
(Lacy et al., 2006)
Chloramphenicol 50-75 mg/kg/day 14-21 daysAmoxicillin 75-100 mg/kg/day 14 daysCefixime 15-20 mg/kg/day 7-14 days
(WHO, 2003)
Chloramphenicol 50-100 mg/kg/day q6h 7-14 daysAmoxicillin 100 mg/kg/day 10 daysCotrimoxazole 48 mg/kg/day q12h 10 daysCeftriaxone 80 mg/kg/day 5-7 daysCefixime 20 mg/kg/day q12h 10 days
(Roespandi danNurhamzah, 2009)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Lampiran 3. Daftar Antibiotika yang Digunakan oleh Pasien Kelompok Pediatrik
di RS. Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2010
No. AntibiotikaJumlah
Pemakaian
1. Golongan KarbapenemMeropenem 4
2. Golongan SefalosporinCefiximeCefotaximeCeftriaxoneCephradine
27912
3. Golongan PenisilinAmoxicillin 7
4. Antibiotika Golongan lainTiamfenikolKloramfenikol
233
5. Antibiotika Kombinasi3Imipenem + Cilastatin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Lampiran 4. Data dan Evaluasi Penggunaan Antibiotika Pasien Demam Tifoid di RS. Panti Rapih Tahun 2010
NoRM
No.Kasus
Usia(tahun)
BB(kg)
Keterangan Generik RuteDosis(mg)
Frekuensi(x/hari)
Durasi(hari)
TotalDosis
(mg/hari)
Literatur(mg)
Kategori
593672 1. 12 47 kombinasiKloramfenikol i.v 500 3 4 1500 2350-4700
IIA IIBCefixime p.o 100 2 3 200 705-940
567273 4. 4 15 ganti obatAmoxicillin i.v 200 3 1 600 1500
IMeropenem i.v 300 3 4 900 900
596180 8. 5 19 ganti obat Cefotaxime i.v 500 3 4 1500 760-1520 IKloramfenikol i.v 333 3 3 999 950-1900
547960 12. 4 20 kombinasi Kloramfenikol p.o 250 3 3 750 1000-2000 IIA IIBAmoxicillin p.o 62,5 1 2 62,5 2000
505050 15. 4 17.5 ganti obat Cefotaxime i.v 500 3 1 1500 700-1400 IIB IIIBKloramfenikol i.v 333 3 3 999 875-1750
589375 20. 4 15 ganti obat Ceftriaxone i.v 500 2 2 1000 750-1125 ICefotaxime i.v 75 2 1 150 600-1200
624686 23. 2 20 ganti obatKloramfenikol i.v 250 3 4 750 1000-2000 IIA IIB
Cefixime p.o 50 2 1 100 300-400
598413 25. 4 19 ganti obat
Kloramfenikol i.v 333 3 2 999 950-1900
IIA IIBMeropenem i.v 400 3 4 1200 1140
Cefixime p.o 72 1 1 72 285-380
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Lampiran 4. (lanjutan)
No.RM
No.Kasus
Umur(tahun)
BB(kg)
Keterangan Antibiotika RuteDosis(mg)
Frekuensi(x/hari)
Durasi(hari)
TotalDosis
(mg/hari)
Literatur(mg)
Kategori
616821 28. 12 37 ganti obatKloramfenikol i.v 500 3 4 1500 1850-3700
IIA IIBCefixime p.o 150 2 3 300 555-740
599059 30. 2 15 ganti obatCephradine i.v 400 2 4 800 750-1500
ICefixime p.o 50 2 1 100 225-300
675025 34. 1 10 ganti obatMeropenem i.v 333 3 5 999 600
IIA IIB IVAImipenem & Cilastatin i.v 333 3 4 999 150-250
669805 36.7
bulan7.3 kombinasi
Cefixime p.o 32 2 2 64 109.5-146
IKloramfenikol i.v 150 3 4 450 365-730
Cefixime p.o 38 2 3 76 109.5-146
677615 37. 1 10 kombinasiKloramfenikol i.v 250 3 6 750 500-1000
ICefotaxime i.v 500 2 5 1000 400-800
628838 38. 2 17 ganti obatCefotaxime i.v 500 3 3 1500 680-1360
IIA IIB IIIBKloramfenikol p.o 400 3 2 1200 850-1700
699035 45. 2 12 kombinasi Kloramfenikol i.v 200 3 3 600 600-1200 ICefixime p.o 50 2 3 100 180-240
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Lampiran 4. (lanjutan)
No.RM
No.Kasus
Umur(tahun)
BB(kg)
Keterangan Antibiotika RuteDosis(mg)
Frekuensi(x/hari)
Durasi(hari)
TotalDosis
(mg/hari)
Literatur(mg)
Kategori
699674 49. 12 44 kombinasi
Kloramfenikol i.v 500 3 5 1500 2200-4400
IIA IIBAmoxicillin i.v 500 3 3 1500 4400
Cefixime p.o 150 2 3 300 660-880
720228 57. 4 15 ganti obatAmoxicillin p.o 125 3 2 375 1500
IIA IIB IIIBCefixime p.o 40 2 2 80 225-300
731035 65.11
bulan8.1 kombinasi
Cefotaxime i.v 250 2 3 500 324-648I
Cefixime p.o 34 2 3 68 121.5-162
255128 75. 8 20 kombinasiAmoxicillin i.v 333 3 5 999 2000
IIA IIBKloramfenikol i.v 333 3 4 999 1000-2000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Lampiran 5 Data dan Evaluasi Penggunaan Antibiotika Tunggal Pasien Demam Tifoid di RS. Panti Rapih Tahun 2010
No.RM
Umur(tahun)
BB(kg)
No.Kasus
Generik RuteDosis(mg)
Frekuensi(x/hari)
Durasi(hari)
TotalDosis
(mg/hari)
Literatur(mg)
Kategori
590349 3 16.5 2. Cefixime p.o 66 2 3 132 247.5-412.5 IIA IIIB
567737 3 17 3. Amoxicillin p.o 125 3 6 375 1700 IIA IIIB
564402 3 10 5. Kloramfenikol i.v 333 3 3 999 500-1000 IIB
560340 3 18 6.Imipenem &
Cilastatini.v 333 3 5 999 270-450 IIA IIB
559617 8 47 7. Kloramfenikol i.v 500 3 2 1500 2350-4700 IIA IIB
590349 3 16.5 9. Cefixime p.o 100 2 3 200 247.5-412.5 IIA IIIB
510020 5 30 14. Cefixime p.o 100 2 4 200 450-750 IIA IIIB
459348 5 20 19. Cefixime p.o 74 2 3 148 300-500 IIA
630243 6 14 24. Tiamfenikol p.o 250 3 3 750 420-700 IIA
628698 2 10 26. Kloramfenikol i.v 150 3 4 450 500-1000 IIA IIB
631440 1 11.7 29. Kloramfenikol i.v 333 3 2 999 585-1170 IIB
672825 7 29 32. Cefixime p.o 100 2 6 200 435-725 IIA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Lampiran 5 (lanjutan)
No.RMUmur
(tahun)BB(kg)
No.kasus Antibiotika RuteDosis(mg)
Frekuensi(x/hari)
Durasi(hari)
TotalDosis
(mg/hari)
Literatur(mg)
Kategori
66096711
bulan9.5 33. Kloramfenikol i.v 150 3 6 450 475-950 IIA IIB
673476 1 10 35. Kloramfenikol i.v 200 3 3 600 500-1000 IIB
637914 1 11 39. Kloramfenikol i.v 150 3 3 450 550-1100 IIA IIB
639270 12 17 40. Kloramfenikol i.v 250 3 3 750 850-1700 IIA IIB
692767 8 24 41. Cefixime i.v 100 2 7 200 360-600 IIA
699297 1 10 42. Cefixime p.o 44 2 2 88 150-250 IIA IIIB
696693 12 31 43 Kloramfenikol i.v 500 3 3 1500 1550-3100 IIA IIB
697593 3 15 44. Kloramfenikol i.v 250 3 3 750 750-1500 IIB
69179211
bulan8 46. Amoxicillin i.v 250 3 3 750 800 IIA IIB IIIB
696354 1 8 47. Kloramfenikol i.v 200 3 3 600 400-800 IIB
722588 10 46 51. Cefixime i.v 150 2 5 300 690-1150 IIA
708440 10 42 52. Kloramfenikol i.v 500 3 3 1500 2100-4200 IIA IIB
718554 1 10 53. Cefotaxime i.v 500 2 2 1000 400-800 IIA IIIB
702457 6 22 54. Cefixime p.o 75 2 3 150 330-440 IIA IIIB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Lampiran 5 (lanjutan)
No.RMUmur
(tahun)BB(kg)
No.Kasus
Antibiotika RuteDosis(mg)
Frekuensi(x/hari)
Durasi(hari)
TotalDosis
(mg/hari)
Literatur(mg)
Kategori
705633 12 53 55. Kloramfenikol i.v 500 3 4 1500 2650-5300 IIA IIB
7011257
bulan7.1 56. Cefotaxime i.v 200 2 4 400 284-568 I
7203759
bulan8.5 58. Cefotaxime i.v 400 2 4 800 340-680 IIA IIIB
714433 11 25 59. Cefixime p.o 100 2 3 200 375-500 IIA IIIB
726798 3 16.5 62. Cefixime p.o 72 2 3 144 247.5-330 IIA IIIB
728434 5 20.5 63. Kloramfenikol p.o 250 4 3 1000 1025-2050 IIA
024330 11 53 66. Tiamfenikol p.o 250 3 3 750 1590-2650 IIA IIB
177529 10 34 67. Meropenem i.v 500 3 3 1500 2040 IIA
209004 9 50 69. Cefixime p.o 100 2 4 200 750-1250 IIA
184447 9 35 70. Cefixime p.o 100 2 8 200 525-875 IIA
237776 8 34 71. Kloramfenikol i.v 500 3 6 1500 1700-3400 IIA IIB
246499 9 20 73. Kloramfenikol p.o 250 4 4 1000 1000-2000 I
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Lampiran 5 (lanjutan)
No.RMUmur
(tahun)BB(kg)
No.Kasus
Antibiotika RuteDosis(mg)
Frekuensi(x/hari)
Durasi(hari)
TotalDosis
(mg/hari)
Literatur(mg)
Kategori
251728 9 30 74. Kloramfenikol i.v 500 3 4 1500 1500-3000 IIB
274233 8 28 77. Cephradine i.v 500 3 4 1500 1400-2800 IIB
286606 7 29 78. Cefixime i.v 100 2 7 200 435-725 IIA
371026 6 26 80. Kloramfenikol i.v 500 3 3 1500 1300-2600 IIB
424208 10 41.5 81. Cefixime i.v 100 2 4 200622.5-1037.5
IIA
411859 10 23 85.Imipenem &
Cilastatini.v 333 3 3 999 345-575 IIA IIB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Informasi PasienPria, berumur 12 tahun, BB 47 kg. Keluhan utama : demam, mual, muntah,batuk, diare. Diagnosis : demam tifoid. Keadaan pasien keluar : sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan
(11 Maret 2010)Nilai Normal
HematologiHemoglobin 13.2 (12.0-14.0) g%Lekosit 13.4 (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit 5.50 (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit 36.6 (36.0-44.0) %Trombosit 277 (150-450) 103 /µL
Eosinofil 1.1 (0.0-9.5) %Basofil 0.8 (0.0-2.5) %Neutrofil 66.1 (35.0-88.7) %Limfosit 23.1 (12.0-44.0) %Monosit 8.6 (0.0-11.2) %
ImmunoserologiTest Widal
S.typhii HS.typhii OS.paratyphii AHS.paratyphii AOS.paratyphii BHS.paratyphii BOS.paratyphii CHS.paratyphii CO
negatif+ 1/160negatifnegatif+ 1/160negatifnegatifnegatif
negatifnegatifnegatifnegatifnegatifnegatifnegatifnegatif
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Injeksi Colsancetine® 3x500 mg 11,12,13,14,15Sporetic® 2x1 cth 12,13,14,15
Lampiran 6. Data Pemeriksaan Laboratorium dan Terapi Antibiotika Pasien
Kasus 1
Nomor RM : 593672Dirawat tanggal : 11-15 Maret 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Informasi PasienPria, berumur 3 tahun, BB 16.5 kg. Keluhan utama ; demam, susah buangair besar, mual dan muntah tiap pagi hari. Diagnosis : demam tifoid.Keadaan pasien keluar : sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan(23 November 2010)
Nilai Normal
HematologiHemoglobin 12.8 (12.0-14.0) g%Lekosit 8.3 (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit 5.01 (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit 37.4 (36.0-44.0) %Trombosit 318 (150-450) 103 /µL
Eosinofil 0.6 (0.0-9.5) %Basofil 1.1 (0.0-2.5) %Neutrofil 43.3 (35.0-88.7) %Limfosit 39.6 (12.0-44.0) %Monosit 15.4 (0.0-11.2) %Immunoserologi
Ig M antibodi S.typhii 4≤ 2 = negatif3 = grayzone
4-5 = indikasi Typhoid≥ 6 = indikasi kuat
Typhoid
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal PemberianSporetic® 2x3.3 cc 23, 24, 25
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 2
Nomr RM :590349Dirawat tanggal : 23-26 November 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Informasi PasienPria, berumur 3 tahun, BB 17 kg. Keluhan : demam disertai dengan mual danmuntah, diare. Diagnosis : demam tifoid. Keadaan pasien keluar : sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan (Januari 2010)
Nilai Normal1 2 3 4 5 7
Hematologi
Hemoglobin 10.2(12.0-14.0)
g%
Lekosit 14.614.8 10.7
(4.0-11.0)103 /µL
Eritrosit 4.02(4.10-5.50)
106 /µL
Hematokrit 30.4 29.0 29.6(36.0-44.0)
%
Trombosit 122 133 166 296(150-450)103 /µL
Eosinofil 0.2 (0.0-9.5) %Basofil 0.1 (0.0-2.5) %
Neutrofil 83.3(35.0-88.7)
%
Limfosit 10.9(12.0-44.0)
%Monosit 5.5 (0.0-11.2) %
Immunoserologi
IgM antibodiS.typhii
4
≤ 2 = negatif3 = grayzone
4-5 =indikasiTyphoid≥ 6 =
indikasi kuatTyphoid
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Kalomoxicillin® 3x1 cth 1,2,3,4,5,6,7
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 3
Nomor RM : 567737Dirawat tanggal : 1-7 Januari 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Informasi PasienWanita, berumur 4 tahun, BB 15 kg. Keluhan utama : susah buang air besar,muntah, demam. Diagnosis : demam tifoid. Keadaan pasien pada saatkeluar : sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan
(Oktober2010) Nilai Normal27 31
Hemoglobin 11.3 11.3 (12.0-14.0) g%Lekosit 19.2 11.7 (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit 4.36 4.26 (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit 33.6 34.0 (36.0-44.0) %Trombosit 332 346 (150-450) 103 /µL
Eosinofil 0.2 1.4 (0.0-9.5) %Basofil 1.0 3.3 (0.0-2.5) %Neutrofil 71.6 68.7 (35.0-88.7) %Limfosit 14.3 18.6 (12.0-44.0) %Monosit 12.8 8.0 (0.0-11.2) %Immunoserologi
IgM antibodiS.typhii
4
≤ 2 = negatif3 = grayzone4-5 = indikasi
Typhoid≥ 6 = indikasi kuat
Typhoid
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Injeksi Amoxan® 3x200 mg 28Injeksi Merofen® 3x⅓ gram 28,29,30,31
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 4
Nomor RM : 567273Dirawat tanggal : 27-31Oktober 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Informasi PasienWanita, berumur 3 tahun, BB 10 kg. Keluhan utama : demam, batuk, diare.Diagnosis : demam tifoid. Keadaan pasien pada saat keluar : sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan
(Maret 2010) Nilai Normal22
Hemoglobin 11.3 (12.0-14.0) g%Lekosit 19.2 (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit 4.36 (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit 33.6 (36.0-44.0) %Trombosit 332 (150-450) 103 /µL
Eosinofil 0.2 (0.0-9.5) %Basofil 1.0 (0.0-2.5) %Neutrofil 71.6 (35.0-88.7) %Limfosit 14.3 (12.0-44.0) %Monosit 12.8 (0.0-11.2) %Immunoserologi
IgM antibodi S.typhii4
≤ 2 = negatif3 = grayzone4-5 = indikasi
Typhoid≥ 6 = indikasi kuat
Typhoid
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Injeksi Colsancetine® 3x⅓ gram 22,23,24
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 5
Nomor RM : 564402Dirawat tanggal : 21-25 Maret 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Informasi PasienPria, berumur 3 tahun, BB 18 kg. Keluhan utama : demam disertai mual danmuntah, diare. Diagnosis : demam tifoid. Keadaan pasien keluar : sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan(Juli-Agustus 2010) Nilai Normal
28 29 30 31 2Hemoglobin 11.1 11.3 11.3 11.2 11.1 (12.0-14.0) g%Lekosit 7.5 (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit 4.32 (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit 31.4 31.6 32.1 31.5 31.2 (36.0-44.0) %Trombosit 139 155 173 158 283 (150-450) 103 /µL
Eosinofil 0.3 (0.0-9.5) %Basofil 0.3 (0.0-2.5) %Neutrofil 56.0 (35.0-88.7) %Limfosit 33.7 (12.0-44.0) %Monosit 9.7 (0.0-11.2) %
Immunoserologi
IgM antibodiS.typhii
4
≤ 2 = negatif3 = grayzone4-5 = indikasi
Typhoid≥ 6 = indikasi kuat
Typhoid
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Injeksi Pelastine® 3x⅓ gram 28,29,30,31,1,2
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 6
Nomor RM : 560340Dirawat tanggal : 28 Juli-2Agustus 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Informasi PasienPria, berumur 8 tahun, BB 47 kg. Keluhan utama : mual, demam, diare,batuk selama 2 hari. Diagnosis : demam tifoid. Keadaan pasien keluar:sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan
(Maret 2010) Nilai Normal25 26 27 28
Hemoglobin 12.2 13.0 14.0 14.0 (12.0-14.0) g%Lekosit 2.5 (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit 4.88 5.40 (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit 35.6 39.5 42,8 42.4 (36.0-44.0) %Trombosit 179 133 118 121 (150-450) 103 /µL
Eosinofil 2.1 0.6 (0.0-9.5) %Basofil 0.3 2.5 (0.0-2.5) %Neutrofil 61.7 50.8 (35.0-88.7) %Limfosit 26.3 36.1 (12.0-44.0) %Monosit 9.6 10.0 (0.0-11.2) %
Immunoserologi
IgM antibodiS.typhii
4
≤ 2 = negatif3 = grayzone4-5 = indikasi
Typhoid≥ 6 = indikasi kuat
Typhoid
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Injeksi Colsancetine® 3x500 mg 27,28
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 7
Nomor RM : 559617Dirawat tanggal : 25-28 Maret 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Informasi PasienPria, berumur 5 tahun, BB 19 kg. Keluhan utama :demam disertai denganmual dan muntah, batuk dan flu. Diagnosis : demam tifoid. Keadaan pasienkeluar : sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan (Juni 2010)
Nilai Normal4 7 8
Hemoglobin 12.0 12.8 12.1 (12.0-14.0) g%Lekosit 13.5 5.8 (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit 4.86 5.29 (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit 36.0 38.8 36.7 (36.0-44.0) %Trombosit 246 283 256 (150-450) 103 /µL
Eosinofil 0.4 0.2 (0.0-9.5) %Basofil 0.2 0.3 (0.0-2.5) %Neutrofil 80.8 34.9 (35.0-88.7) %Limfosit 10.9 57.9 (12.0-44.0) %Monosit 7.7 6.7 (0.0-11.2) %
Immunoserologi
IgM antibodiS.typhii
4
≤ 2 = negatif3 = grayzone4-5 = indikasi
Typhoid≥ 6 = indikasi kuat
Typhoid
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Injeksi Cefotaxime 3x500 mg 4,5,6,7,8Injeksi Colsancetine® 3x⅓ gram 8,9,10,11
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 8
Nomor RM : 596180Dirawat tanggal : 4-11 Juni 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Informasi PasienPria, berumur 2 tahun, BB 13 kg. Keluhan utama : demam,tidak nafsumakan, flu. Diagnosis : demam tifoid. Keadaan pasien keluar : sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan
(Mei 2010) Nilai Normal3 4
Hemoglobin 12.8 13.4 (12.0-14.0) g%Lekosit 6.0 (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit 5.01 (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit 37.8 39.0 (36.0-44.0) %Trombosit 288 309 (150-450) 103 /µL
Eosinofil (0.0-9.5) %Basofil (0.0-2.5) %Neutrofil 52 (35.0-88.7) %Limfosit 29 (12.0-44.0) %Monosit 9.0 (0.0-11.2) %
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal PemberianCefixime 2x1 cth 4,5,6
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 9
Nomor RM : 590349Dirawat tanggal : 3-6 Mei 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Informasi PasienWanita, berumur 4 tahun, BB 20 kg. Keluhan utama : muntah tiap pagi hari,flu, demam. Diagnosis : demam tifoid. Keadaan pasien keluar : sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan
(Maret 2010) Nilai Normal8 9
Hemoglobin 11.6 12.2 (12.0-14.0) g%Lekosit 5.5 (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit 4.19 (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit 32.5 36.0 (36.0-44.0) %Trombosit 289 311 (150-450) 103 /µL
Eosinofil 0.7 (0.0-9.5) %Basofil 0.3 (0.0-2.5) %Neutrofil 48.6 (35.0-88.7) %Limfosit 43.2 (12.0-44.0) %Monosit 6.8 (0.0-11.2) %
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Colsancetine® 3x2 cth 8,9,10,11Amoxan® 1x½ cth 8,10
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 10
Nomor RM : 547970Dirawat tanggal : 8-11 Maret 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Informasi PasienWanita, berumur 5 tahun, BB 30 kg. Keluhan utama : demam tiap pagi dansore hari selama 3 hari, mual dan muntah, diare. Diagnosis : demam tifoid.Keadaan pasien keluar : sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan
(April 2010) Nilai Normal4 5 6
Hemoglobin 10.9 10.6 10.4 (12.0-14.0) g%Lekosit 19.8 (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit 4.68 (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit 32.5 31.5 31.9 (36.0-44.0) %Trombosit 346 274 261 (150-450) 103 /µL
Eosinofil 0.6 (0.0-9.5) %Basofil 0.2 (0.0-2.5) %Neutrofil 72.1 (35.0-88.7) %Limfosit 16.5 (12.0-44.0) %Monosit 10.7 (0.0-11.2) %
Immunoserologi
IgM antibodiS.typhii 5
6
≤ 2 = negatif3 = grayzone4-5 = indikasi
Typhoid≥ 6 = indikasi kuat
Typhoid
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal PemberianSporetic® 2x5.7 cc 5,6,7,8
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 11
Nomor RM : 510020Dirawat tanggal : 4-8 April 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Informasi PasienPria, berumur 4 tahun, BB 17.5 kg. Keluhan utama : batuk pilek, demam.Diagnosis : demam tifoid. Keadaan pasien keluar : sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan
(Februari 2010) Nilai Normal14 15
Hemoglobin 11.2 10.6 (12.0-14.0) g%Lekosit 9.3 (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit 4.99 (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit 34.8 34.3 (36.0-44.0) %Trombosit 366 308 (150-450) 103 /µL
Eosinofil 2.3 (0.0-9.5) %Basofil 0.5 (0.0-2.5) %Neutrofil 60.4 (35.0-88.7) %Limfosit 28.8 (12.0-44.0) %Monosit 6.0 (0.0-11.2) %
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Injeksi Colsancetine® 3x⅓ gram 14,15,16,17Cefotaxime 3x500 mg 14
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 12
Nomor RM : 505050Dirawat tanggal : 14-17 Februari 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Informasi PasienWanita, berumur 5 tahun, BB 20 kg. Keluhan Utama : demam, flu, mualdan muntah, susah buang air besar. Diagnosis : demam tifoid. Keadaanpasien keluar : sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan
(November 2010) Nilai Normal19 21
Hemoglobin 11.0 11.8 (12.0-14.0) g%Lekosit 7.8 5.3 (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit 4.19 4.41 (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit 33.1 34.9 (36.0-44.0) %Trombosit 405 379 (150-450) 103 /µL
Eosinofil 2.7 4.1 (0.0-9.5) %Basofil 0.6 0.9 (0.0-2.5) %Neutrofil 44.5 34.2 (35.0-88.7) %Limfosit 46.9 53.3 (12.0-44.0) %Monosit 5.3 7.5 (0.0-11.2) %
Immunoserologi
Ig M antibodiS.typhii
4
≤ 2 = negatif3 = grayzone4-5 = indikasi
Typhoid≥ 6 = indikasi kuat
Typhoid
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal PemberianSporetic® 2x3.7 cc 19,20,21
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 13
Nomor RM : 459348Dirawat tanggal : 19-21 November 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Informasi PasienPria, berumur 4 tahun, BB 15 kg. Keluhan utama : mual dan muntah, sertadiare. Diagnosis : demam tifoid. Keadaan pasien keluar : sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan
(Oktober 2010) Nilai Normal19 20 21
Hemoglobin 13.5 12.3 11.9 (12.0-14.0) g%Lekosit 6.8 (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit 5.65 (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit 40.1 36.6 36.6 (36.0-44.0) %Trombosit 357 285 257 (150-450) 103 /µL
Eosinofil 0.1 (0.0-9.5) %Basofil 0.6 (0.0-2.5) %Neutrofil 42,5 (35.0-88.7) %Limfosit 45.3 (12.0-44.0) %Monosit 11.6 (0.0-11.2) %
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal PemberianCeftriaxone 2x500 mg 21,22Cefotaxime 2x75 mg 23
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 14
Nomor RM : 589375Dirawat tanggal : 19-23 Oktober 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Informasi PasienPria, berumur 2 tahun, BB 20 kg. Keluhan Utama : mual disertai muntahsetiap pagi dan sore hari, demam tinggi, kadang mengalami sesak nafas.Diagnosis : demam tifoid. Keadaan pasien keluar : sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan
(Oktober 2010) Nilai Normal23
Hemoglobin 11.3 (12.0-14.0) g%Lekosit 4.9 (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit 4.06 (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit 31.5 (36.0-44.0) %Trombosit 218 (150-450) 103 /µL
Eosinofil 0.6 (0.0-9.5) %Basofil 0.1 (0.0-2.5) %Neutrofil 61.9 (35.0-88.7) %Limfosit 26.1 (12.0-44.0) %Monosit 11.3 (0.0-11.2) %
ImmunoserologiTest Widal
S.typhii HS.typhii OS.paratyphii AHS.paratyphii AOS.paratyphii BHS.paratyphii BOS.paratyphii CHS.paratyphii CO
negatifnegatifnegatifnegatif+1/160negatifnegatifnegatif
negatifnegatifnegatifnegatifnegatifnegatifnegatifnegatif
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Injeksi Colsancetine® 3x250 mg 23,24,25,26,27Cefspan® 2x½ cth 27
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 15
Nomor RM : 624686Dirawat tanggal : 23-27 Oktober 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Informasi PasienWanita, berumur 6 tahun, BB 14 kg. Keluhan Utama :demam tinggi selama3 hari, dsertai mual dan muntah serta sesak nafas di malam hari. Diagnosis :demam tifoid. Keadaan pasien keluar : sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan
(Januari 2010) Nilai Normal25 26
Hemoglobin 11.8 (12.0-14.0) g%Lekosit 4.4 (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit 4.66 (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit 37.3 (36.0-44.0) %Trombosit 204 (150-450) 103 /µL
Eosinofil 0.0 (0.0-9.5) %Basofil 0.7 (0.0-2.5) %Neutrofil 54.7 (35.0-88.7) %Limfosit 35.7 (12.0-44.0) %Monosit 8.9 (0.0-11.2) %
Immunoserologi
Ig M antibodi S.typhii4
≤ 2 = negatif3 = grayzone4-5 = indikasi
Typhoid≥ 6 = indikasikuat Typhoid
UrinalisisLekosit esterase 7.5 negatifBacteria 111.7 0.0-100.0
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal PemberianBiothicol® 3x2 cth 26,27,28,29
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 16
Nomor RM : 630243Dirawat tanggal : 25-29 Januari 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Informasi PasienWanita, berumur 4 tahun, BB 19 kg. Keluhan Utama : demam tinggi, fludisertai batuk. Diagnosis : demam tifoid. Keadaan pasien keluar : sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan
(September 2010) Nilai Normal18
Hemoglobin 12.0 (12.0-14.0) g%Lekosit 6.6 (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit 4.47 (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit 33.2 (36.0-44.0) %Trombosit 229 (150-450) 103 /µL
Eosinofil 0.3 (0.0-9.5) %Basofil 0.3 (0.0-2.5) %Neutrofil 71.5 (35.0-88.7) %Limfosit 22.2 (12.0-44.0) %Monosit 5.7 (0.0-11.2) %
Immunoserologi
Ig M antibodi S.typhii5
≤ 2 = negatif3 = grayzone4-5 = indikasi
Typhoid≥ 6 = indikasi kuat
Typhoid
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Injeksi Colsancetine® 3x⅓ gram 19,20Sporetik® 1x3.6 ml 19
Injeksi Merosan® 3x400 mg 20,21,22,23
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 17
Nomor RM : 598413Dirawat tanggal : 19-23 September 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Informasi PasienPria, berumur 2 tahun, BB 10 kg. Keluhan Utama : diare, demam tinggiselama 2 hariDiagnosis : demam tifoid. Keadaan pasien keluar : sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan
(Maret 2010) Nilai Normal17
Hemoglobin 13.0 (12.0-14.0) g%Lekosit 7.6 (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit 5.11 (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit 38.1 (36.0-44.0) %Trombosit 284 (150-450) 103 /µL
Eosinofil 0.1 (0.0-9.5) %Basofil 0.9 (0.0-2.5) %Neutrofil 17.7 (35.0-88.7) %Limfosit 67,5 (12.0-44.0) %Monosit 13.8 (0.0-11.2) %
Immunoserologi
Ig M antibodi S.typhii5
≤ 2 = negatif3 = grayzone4-5 = indikasi
Typhoid≥ 6 = indikasi kuat
Typhoid
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Injeksi Colsancetine® 3x150 mg 17,18,19,20,21
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 18
Nomor RM : 628698Dirawat tanggal : 17-21 Maret 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Informasi PasienWanita, berumur 12 tahun, BB 37 kg. Keluhan Utama : mual dan muntah,demam tinggi selama 2 hari, susah buang air besar, nafsu makan menurun.Diagnosis : demam tifoid. Keadaan pasien keluar : sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan
(Februari 2010) Nilai Normal1 2
Hemoglobin 12.1 (12.0-14.0) g%Lekosit 6.1 (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit 4.66 (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit 37.0 (36.0-44.0) %Trombosit 236 (150-450) 103 /µL
Eosinofil 0.2 (0.0-9.5) %Basofil 0.6 (0.0-2.5) %Neutrofil 64.2 (35.0-88.7) %Limfosit 26.8 (12.0-44.0) %Monosit 8.3 (0.0-11.2) %
Immunoserologi
Ig M antibodi S.typhii6
≤ 2 = negatif3 = grayzone4-5 = indikasi
Typhoid≥ 6 = indikasi kuat
TyphoidTest Widal
S.typhii HS.typhii OS.paratyphii AHS.paratyphii AOS.paratyphii BHS.paratyphii BOS.paratyphii CHS.paratyphii CO
+1/320+1/80negatifnegatif+1/80+1/160negatif+1/320
negatifnegatifnegatifnegatifnegatifnegatifnegatifnegatif
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Colsancetine® 3x500 mg 3,4,5,6,7Sporetic® 2x1½ cth 5,6,7
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 19
Nomor RM : 616821Dirawat tanggal : 2-7 Februari 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Informasi PasienWanita, berumur 1 tahun, BB 11.7 kg. Keluhan Utama : demam tinggi,muntah dan mual. Diagnosis : demam tifoid. Keadaan pasien keluar :sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan
(September 2010) Nilai Normal12
Hemoglobin 12.1 (12.0-14.0) g%Lekosit 4.1 (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit 4.52 (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit 36.3 (36.0-44.0) %Trombosit 282 (150-450) 103 /µL
Eosinofil 0.7 (0.0-9.5) %Basofil 0.7 (0.0-2.5) %Neutrofil 25.1 (35.0-88.7) %Limfosit 55.7 (12.0-44.0) %Monosit 17.8 (0.0-11.2) %
Immunoserologi
Ig M antibodi S.typhii5
≤ 2 = negatif3 = grayzone4-5 = indikasi
Typhoid≥ 6 = indikasi kuat
Typhoid
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Colsancetine® 3x⅓ cth 12,13
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 20
Nomor RM : 631440Dirawat tanggal : 12-13 September 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
InformasiPria, berumur 2 tahun, BB 15 kg. Keluhan Utama : demam dan mual sertamuntah. Diagnosis : demam tifoid. Keadaan pasien keluar : sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan
(Juli 2010) Nilai Normal5 7 8
Hemoglobin 11.8 12.5 (12.0-14.0) g%Lekosit 6.9 6.5 (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit 4.47 4.68 (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit 35.2 35.1 (36.0-44.0) %Trombosit 231 176 (150-450) 103 /µL
Eosinofil 0.5 0.0 (0.0-9.5) %Basofil 0.5 1.6 (0.0-2.5) %Neutrofil 53.1 31.3 (35.0-88.7) %Limfosit 35.3 47.9 (12.0-44.0) %Monosit 10.6 19.2 (0.0-11.2) %
Immunoserologi
Ig M antibodiS.typhii 5
≤ 2 = negatif3 = grayzone4-5 = indikasi
Typhoid≥ 6 = indikasi kuat
Typhoid
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Injeksi Dynacef® 2x400 mg 7,8,9,10,11Sporetic® 2x½ cth 10
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 21
Nomor RM : 599059Dirawat tanggal : 7-17 Juli 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Infprmasi PasienPria, berumur 7 tahun, BB 29 kg. Keluhan Utama : demam selama 4 hari,ada rasa tidak enak di perut (semacam mual). Diagnosis : demam tifoid.Keadaan pasien keluar : sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan (Februari 2010)
Nilai Normal6 7 8 9 10 13
Hemoglobin 11.6 10.7 10.3 10.4 11.0 10.8 (12.0-14.0) g%
Lekosit 4.8 5.5(4.0-11.0)
103 /µL
Eritrosit 4.56 4.07(4.10-5.50)
106 /µL
Hematokrit 34.3 30.3 31.3 31.1 32.9 32.7 (36.0-44.0) %
Trombosit 149 138 115 118 155 357(150-450)
103 /µL
Eosinofil 1.1 0.2 (0.0-9.5) %Basofil 0.4 0.5 (0.0-2.5) %Neutrofil 64.8 76.7 (35.0-88.7) %Limfosit 25.5 14.8 (12.0-44.0) %Monosit 8.2 7.9 (0.0-11.2) %
Immunoserologi
Ig MantibodiS.typhii
5 5
≤ 2 = negatif3 = grayzone4-5 = indikasi
Typhoid≥ 6 = indikasikuat Typhoid
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal PemberianCefixime 2x1 7,8,9,10,11,12,13
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 22
Nomor RM : 672825Dirawat tanggal : 7-13 Februari 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Informasi PasienBalita berjenis kelamin pria, berumur 11 bulan, BB 9.5 kg. Keluhan Utama: demam tinggi. Diagnosis : demam tifoid. Keadaan pasien keluar : sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan
(April 2010) Nilai Normal16 19
Hemoglobin 11.5 11.3 (12.0-14.0) g%Lekosit 16.8 9.1 (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit 4.57 4.53 (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit 33.8 36.4 (36.0-44.0) %Trombosit 164 288 (150-450) 103 /µL
Eosinofil 1.7 5.5 (0.0-9.5) %Basofil 0.3 0.6 (0.0-2.5) %Neutrofil 63.1 22.3 (35.0-88.7) %Limfosit 26.0 61.4 (12.0-44.0) %Monosit 9.0 10.1 (0.0-11.2) %
Immunoserologi
Ig M antibodiS.typhii 5
≤ 2 = negatif3 = grayzone
4-5 = indikasi Typhoid≥ 6 = indikasi kuat
Typhoid
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Injeksi Colsancetine® 3x150 mg 15,16,17,18Colsancetine® oral 3x150 mg 18,19,20
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 23
Nomor RM : 660967Dirawat tanggal : 15-20 April 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Informasi PasienPria, berumur 1 tahun, BB 10 kg. Keluhan Utama : tidak nafsu makan,susah buang air besar, demam, mual dan muntah. Diagnosis : demam tifoid.Keadaan pasien keluar : sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan
(November-Desember 2010) Nilai Normal26 30 6
Hemoglobin 9.8 9.7 11.0 (12.0-14.0) g%Lekosit 20.4 22.6 17.2 (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit 3.65 3.58 4.13 (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit 29.3 29.0 33.6 (36.0-44.0) %Trombosit 926 841 673 (150-450) 103 /µL
Eosinofil 0.9 1.6 2.5 (0.0-9.5) %Basofil 0.5 0.3 0.4 (0.0-2.5) %Neutrofil 59.4 65.9 59.4 (35.0-88.7) %Limfosit 33.2 25.4 32.0 (12.0-44.0) %Monosit 6.0 6.8 5.7 (0.0-11.2) %
Immunoserologi
Ig M antibodiS.typhii 4
≤ 2 = negatif3 = grayzone4-5 = indikasi
Typhoid≥ 6 = indikasi kuat
Typhoid
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Injeksi Pelastine® 3x⅓ gram 27,28,29,30,1Injeksi Merosan® 3x⅓ gram 1,2,3,4,5,6
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 24
Nomor RM : 675035Dirawat tanggal : 27 November-6 Desember 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Informasi PasienPria, 1 tahun, BB 10 kg. Keluhan Utama : demam dan perut merasa tidakenak (mual). Diagnosis : demam tifoid. Keadaan pasien keluar : sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan
(Februari 2010) Nilai Normal17
Hemoglobin 11.4 (12.0-14.0) g%Lekosit 10.0 (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit 4.63 (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit 32.1 (36.0-44.0) %Trombosit 298 (150-450) 103 /µL
Eosinofil 1.2 (0.0-9.5) %Basofil 3.7 (0.0-2.5) %Neutrofil 34.3 (35.0-88.7) %Limfosit 44.9 (12.0-44.0) %Monosit 15.8 (0.0-11.2) %
Immunoserologi
Ig M antibodi S.typhii5
≤ 2 = negatif3 = grayzone4-5 = indikasi
Typhoid≥ 6 = indikasi kuat
Typhoid
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Injeksi Colsancetine® 3x200 mg 17,18,19
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 25
Nomor RM : 673476Dirawat tanggal : 17-19 Februari 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Informasi PasienPria, 7 bulan, BB 7.3 kg. Keluhan Utama : demam tinggi, kesulitan untukbernafasDiagnosis : demam tifoid. Keadaan pasien keluar : sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan
(Maret 2010) Nilai Normal15 17 20
Hemoglobin 9.4 9.7 9.1 (12.0-14.0) g%Lekosit 10.4 8.6 (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit 3.90 3.69 (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit 28.8 31.2 29.0 (36.0-44.0) %Trombosit 709 684 753 (150-450) 103 /µL
Eosinofil 2.3 3.8 (0.0-9.5) %Basofil 0.7 0.5 (0.0-2.5) %Neutrofil 69.0 35.0 (35.0-88.7) %Limfosit 69.3 80.9 (12.0-44.0) %Monosit 20.7 11.2 (0.0-11.2) %
Immunoserologi
Ig M antibodiS.typhii 4
≤ 2 = negatif3 = grayzone4-5 = indikasi
Typhoid≥ 6 = indikasi kuat
Typhoid
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal PemberianSporetic® 2x1.6 cc 16,17
Injeksi Colsancetine® 3x150 mg 16,17,18,19,20Sporetic® 2x1.9 cc 17,18,19,20
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 26
Nomor RM : 669805Dirawat tanggal : 16-20 Maret 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Informasi PasienPria, 1 tahun, BB 10 kg. Keluhan Utama : demam tinggi selama 3 hari.Diagnosis : demam tifoid. Keadaan pasien keluar : sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan
(April 2010) Nilai Normal26 29
Hemoglobin 8.8 8.5 (12.0-14.0) g%Lekosit 21.6 (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit 3.97 (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit 26.6 26.0 (36.0-44.0) %Trombosit 606 642 (150-450) 103 /µL
Eosinofil 0.1 (0.0-9.5) %Basofil 0.4 (0.0-2.5) %Neutrofil 51.0 (35.0-88.7) %Limfosit 36.5 (12.0-44.0) %Monosit 12.0 (0.0-11.2) %
Immunoserologi
Ig M antibodiS.typhii 7
≤ 2 = negatif3 = grayzone4-5 = indikasi
Typhoid≥ 6 = indikasi kuat
Typhoid
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Colsancetine® 3x250 mg 26,27,28,29,30,1Injeksi Clacef® 2x500 mg 26,27,28,29,30,1
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 27
Nomor RM : 677615Dirawat tanggal : 26 April-1 Mei 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Informasi PasienPria, 2 tahun, BB 17 kg. Keluhan Utama : turunnya nafsu makan, susahbuang air besar, demam tinggi. Diagnosis : demam tifoid. Keadaan pasienkeluar : sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan
(Desember 2010) Nilai Normal4 5 6 8
Hemoglobin 13.0 13.0 12.2 (12.0-14.0) g%Lekosit 11.8 (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit 5.0 (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit 37.8 36.1 351 (36.0-44.0) %Trombosit 147 150 157 (150-450) 103 /µL
Eosinofil 0.8 (0.0-9.5) %Basofil 3.0 (0.0-2.5) %Neutrofil 30.9 (35.0-88.7) %Limfosit 61.9 (12.0-44.0) %Monosit 3.4 (0.0-11.2) %
ImmunoserologiTest Widal
S.typhii HS.typhii OS.paratyphii AHS.paratyphii AOS.paratyphii BHS.paratyphii BOS.paratyphii CHS.paratyphii CO
negatifnegatifnegatifnegatif+1/80negatifnegatif+1/160
negatifnegatifnegatifnegatifnegatifnegatifnegatifnegatif
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal PemberianCefotaxime 3x500 mg 6,7,8
Chloramphenicol 3x400 mg 8,9,10
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 28
Nomor RM : 628838Dirawat tanggal : 4-10 Desember 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Informasi PasienWanita, 1 tahun, BB 11 kg. Keluhan utama : demam tinggi. Diagnosis :demam tifoid. Keadaan pasien keluar : sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan
(Maret 2010) Nilai Normal13 15
Hemoglobin 11.9 12.8 (12.0-14.0) g%Lekosit 17.8 16.9 (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit 4.82 5.21 (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit 37.0 40.5 (36.0-44.0) %Trombosit 42.8 610 (150-450) 103 /µL
Eosinofil 0.0 1.5 (0.0-9.5) %Basofil 0.3 1.0 (0.0-2.5) %Neutrofil 66,1 49.7 (35.0-88.7) %Limfosit 21,6 42.1 (12.0-44.0) %Monosit 12.0 5.7 (0.0-11.2) %
Immunoserologi
IgM antibodiS.typhii 4
≤ 2 = negatif3 = grayzone
4-5 = indikasi Typhoid≥ 6 = indikasi kuat
Typhoid
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Injeksi Colsancetine® 3x150 mg 15,16,17
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 29
Nomor RM : 637914Dirawat tanggal : 13-17 Maret 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Informasi PasienWanita, 12 tahun, BB 17 kg. Keluhan Utama : demam tinggi, mual danmuntah, susah buang air besar. Diagnosis : demam tifoid. Keadaan pasienkeluar : sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan
(Februari 2010) Nilai Normal3 4 5 6
Hemoglobin 12.4 12.5 12.4 12.2 (12.0-14.0) g%Lekosit 5.7 (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit 5.0 (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit 36.8 39.2 39.4 39.6 (36.0-44.0) %Trombosit 210 150 185 181 (150-450) 103 /µL
Eosinofil 0.0 (0.0-9.5) %Basofil 0.3 (0.0-2.5) %Neutrofil 76.3 (35.0-88.7) %Limfosit 15.8 (12.0-44.0) %Monosit 7.6 (0.0-11.2) %
Immunoserologi
IgM antibodiS.typhii 4
≤ 2 = negatif3 = grayzone4-5 = indikasi
Typhoid≥ 6 = indikasi kuat
Typhoid
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Injeksi Colsancetine® 3x250 mg 3,4,5
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 30
Nomor RM : 639270Dirawat tanggal : 3-6 Februari 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Informasi PasienPria, 8 tahun, BB 24 kg. Keluhan Utama : demam tinggi, mual dan muntah,susah buang air besar. Diagnosis : demam tifoid. Keadaan pasien keluar :sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan
(Februari 2010) Nilai Normal1 2
Hemoglobin 14.1 (12.0-14.0) g%Lekosit 5.5 (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit 5.90 (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit 40.5 38.6 (36.0-44.0) %Trombosit 150 165 (150-450) 103 /µL
Eosinofil 0.7 (0.0-9.5) %Basofil 0.7 (0.0-2.5) %Neutrofil 60.5 (35.0-88.7) %Limfosit 31.1 (12.0-44.0) %Monosit 7.0 (0.0-11.2) %
Immunoserologi
IgM antibodiS.typhii 5
≤ 2 = negatif3 = grayzone4-5 = indikasi
Typhoid≥ 6 = indikasi kuat
Typhoid
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Starcef® 2x100 mg 2,3,4,5,6,7,8,9
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 31
Nomor RM : 692767Dirawat tanggal : 1-9 Februari 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Informasi PasienPria, 1 tahun, BB 10 kg. Keluhan Utama : demam tinggi, flu, batuk.Diagnosis : demam tifoid. Keadaan pasien keluar : sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan (April 2010)
Nilai Normal18 20 21 22
Hemoglobin 11.8 12.4 12.1 11.9 (12.0-14.0) g%Lekosit 9.8 (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit 5.11 (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit 37.9 38.6 37.6 37.0 (36.0-44.0) %Trombosit 253 165 177 190 (150-450) 103 /µL
Eosinofil 0.9 (0.0-9.5) %Basofil 0.5 (0.0-2.5) %Neutrofil 54.9 (35.0-88.7) %Limfosit 29.4 (12.0-44.0) %Monosit 14.2 (0.0-11.2) %
Immunoserologi
IgM antibodiS.typhii 5
≤ 2 = negatif3 = grayzone4-5 = indikasi
Typhoid≥ 6 = indikasi kuat
Typhoid
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal PemberianSporetic® 2x2.2 cc 22,23
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 32
Nomor RM : 699297Dirawat tanggal : 18-23 April 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Informasi PasienPria, 12 tahun, BB 31 kg. Keluhan Utama : flu dan batuk selama seminggu,demam tinggi tiap pagi dan sore hari selama 3 hari, mual dan muntah setiapselesai makan. Diagnosis : demam tifoid. Keadaan pasien keluar : sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan
(Maret 2010) Nilai Normal22
Hemoglobin 12.4 (12.0-14.0) g%Lekosit 8.0 (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit 4.34 (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit 34.8 (36.0-44.0) %Trombosit 390 (150-450) 103 /µL
Eosinofil 6.1 (0.0-9.5) %Basofil 0.2 (0.0-2.5) %Neutrofil 56.0 (35.0-88.7) %Limfosit 30.2 (12.0-44.0) %Monosit 7.4 (0.0-11.2) %
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Injeksi Colsancetine® 3x500 mg 22,23,24Colsancetine® oral 3x500 mg 24,25
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 33
Nomor RM : 696693Dirawat tanggal : 22-25 Maret 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Informasi PasienPria, 3 tahun, BB 15 kg. Keluhan Utama : demam tinggi serta muntah-muntah setiap pagi dan sore hari. Diagnosis : demam tifoid. Keadaan pasienkeluar : sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan
(Maret 2010) Nilai Normal16 17
Hemoglobin 12.1 (12.0-14.0) g%Lekosit 5.4 (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit 4.89 (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit 36.1 (36.0-44.0) %Trombosit 177 (150-450) 103 /µL
Eosinofil 4.1 (0.0-9.5) %Basofil 1.7 (0.0-2.5) %Neutrofil 40.0 (35.0-88.7) %Limfosit 43.5 (12.0-44.0) %Monosit 10.7 (0.0-11.2) %
Immunoserologi
IgM antibodi S.typhii5
≤ 2 = negatif3 = grayzone4-5 = indikasi
Typhoid≥ 6 = indikasi kuat
Typhoid
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Injeksi Colsancetine® 3x250 mg 17,18,19
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 34
Nomor RM : 697593Dirawat tanggal : 15-19 Maret 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Informasi PasienPria, 2 tahun, BB 12 kg. Keluhan Utama : mual dan muntah, diare, batuk,demam tinggi. Diagnosis : demam tifoid. Keadaan pasien keluar : sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan
(Maret 2010) Nilai Normal25
Hemoglobin 11.7 (12.0-14.0) g%Lekosit 7.3 (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit 4.45 (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit 35.2 (36.0-44.0) %Trombosit 211 (150-450) 103 /µL
Eosinofil 0.1 (0.0-9.5) %Basofil 0.3 (0.0-2.5) %Neutrofil 54.5 (35.0-88.7) %Limfosit 37.1 (12.0-44.0) %Monosit 8.0 (0.0-11.2) %
Immunoserologi
IgM antibodi S.typhii4
≤ 2 = negatif3 = grayzone4-5 = indikasi
Typhoid≥ 6 = indikasi kuat
Typhoid
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Injeksi Colsancetine® 3x200 mg 26,27,28Spretic® 2x½ cth 26,27,28
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 35
Nomor RM : 699035Dirawat tanggal : 25-28 Maret 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Informasi PasienPria, balita berusia 11 bulan, BB 8 kg. Keluhan Utama : demam tinggiselama lebih dari 1 hari. Diagnosis : demam tifoid. Keadaan pasien keluar :sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan
(Januari 2010) Nilai Normal23 25 26
Hemoglobin 12.2 12.0 12.5 (12.0-14.0) g%Lekosit 13.04 5.1 2.9 (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit 3.6 4.56 4.72 (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit 36.6 37.8 39.6 (36.0-44.0) %Trombosit 239 160 167 (150-450) 103 /µL
Eosinofil 0.0 0.0 0.0 (0.0-9.5) %Basofil 0.0 0.6 0.3 (0.0-2.5) %Neutrofil 45 41.4 31.5 (35.0-88.7) %Limfosit 38 37.7 49.3 (12.0-44.0) %Monosit 17 20.3 18.9 (0.0-11.2) %
Immunoserologi
IgM antibodiS.typhii 4
≤ 2 = negatif3 = grayzone4-5 = indikasi
Typhoid≥ 6 = indikasikuat Typhoid
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal PemberianAmoxan® 3x150 mg 25,26,27
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 36
Nomor RM : 691792Dirawat tanggal : 24-27 Januari 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Informasi PasienPria, 1 tahun, BB 8 kg. Keluhan Utama : demam tinggi, mual serta muntah.Diagnosis : demam tifoid. Keadaan pasien keluar : sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan
(Maret 2010) Nilai Normal4 5
Hemoglobin 12.6 12.2 (12.0-14.0) g%
Lekosit 13.1 10.7 (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit 4.78 4.65 (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit 38.0 35.6 (36.0-44.0) %
Trombosit 359 376 (150-450) 103 /µL
Eosinofil 0.1 (0.0-9.5) %Basofil 1.0 (0.0-2.5) %Neutrofil 28.6 (35.0-88.7) %Limfosit 65.0 37.0 (12.0-44.0) %Monosit 10.0 13.3 (0.0-11.2) %
ImmunoserologiTest Widal
S.typhii H +1/640 negatifS.typhii O +1/640 negatifS.paratyphii AH +1/80 negatifS.paratyphii AO Negatif negatifS.paratyphii BH Negatif negatifS.paratyphii BO Negatif negatifS.paratyphii CH Negatif negatifS.paratyphii CO Negatif negatif
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Injeksi Colsancetine® 3x200 mg 5,6,7
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 37
Nomor RM :696354Dirawat tanggal : 5-7 Maret 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Identifikasi PasienPria, 12 tahun, BB 44 kg. Keluhan utama : demam tinggi, mual dan muntahserta diare. Diagnosis : demam tifoid. Keadaan pasien keluar : sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan(Maret-April 2010) Nilai Normal30 1
Hemoglobin 15.9 (12.0-14.0) g%
Lekosit (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit 44.9 (36.0-44.0) %
Trombosit 266 (150-450) 103 /µL
Eosinofil (0.0-9.5) %Basofil (0.0-2.5) %Neutrofil (35.0-88.7) %Limfosit (12.0-44.0) %Monosit (0.0-11.2) %
Immunoserologi
IgM antibodi S.typhii 6
≤ 2 = negatif3 = grayzone4-5 = indikasi
Typhoid≥ 6 = indikasi kuat
Typhoid
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Injeksi Colsancetine® 3x500 mg 31,1,2,3,4,5Injeksi Amoxicillin 3x500 mg 31,1,2,3
Sporetic® 2x1½ cth 3,4,5,6
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 38
Nomor RM :699674Dirawat tanggal : 30 Maret-6 April 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Identifikasi PasienWanita, 10 tahun, BB 46 kg. Keluhan utama : demam tinggi selama 3 hari, nafsumakan hilang, sulit buang air besar. Diagnosis : demam tifoid. Keadaan pasienkeluar : sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan (Sep-Okt
2010) Nilai Normal27 28 29 30 1
Hemoglobin 14.6 13.3 12.6 12.3 13.1 (12.0-14.0) g%
Lekosit 5.1 (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit 5.51 (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit 41.7 38.6 35.8 35.6 37.9 (36.0-44.0) %
Trombosit 174 176 189 215 260 (150-450) 103 /µL
Eosinofil 0.2 (0.0-9.5) %Basofil 0.6 (0.0-2.5) %Neutrofil 58.4 (35.0-88.7) %Limfosit 31.1 (12.0-44.0) %Monosit 9.8 (0.0-11.2) %
Immunoserologi
IgM antibodiS.typhii
5
≤ 2 = negatif3 = grayzone4-5 = indikasi
Typhoid≥ 6 = indikasi kuat
Typhoid
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal PemberianCefixime 2x150 mg 27,28,29,30,31,1,2
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 39
Nomor RM :722588Dirawat tanggal : 27 September-2 Oktober 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Identifikasi PasienWanita, 10 tahun, BB 42 kg. Keluhan utama : demam tinggi yang tidakkunjung hilang selama 2 hari, perasaan tidak nyaman di perut (mual).Diagnosis : demam tifoid. Keadaan pasien keluar : sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan
(September 2010) Nilai Normal1 2
Hemoglobin 12.7 (12.0-14.0) g%
Lekosit (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit 35.0 37.9 (36.0-44.0) %
Trombosit 222 225 (150-450) 103 /µL
Eosinofil (0.0-9.5) %Basofil (0.0-2.5) %Neutrofil (35.0-88.7) %Limfosit (12.0-44.0) %Monosit (0.0-11.2) %
ImmunoserologiTes Widal
S.typhii HS.typhii OS.paratyphii AHS.paratyphii AOS.paratyphii BHS.paratyphii BOS.paratyphii CHS.paratyphii CO
+1/80+1/80negatifnegatif+1/160+1/80negatifnegatif
negatifnegatifnegatifnegatifnegatifnegatifnegatifnegatif
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Colsancetine® 3x500 mg 1,2,3
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 40
Nomor RM :708440Dirawat tanggal : 1-3 September 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Identifikasi PasienPria, 1 tahun, BB 10 kg. Keluhan utama : demam tinggi, susah buang airbesar, sering muntah tiap pagi dan sore hari. Diagnosis : demam tifoid.Keadaan pasien keluar : sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan
(Agustus 2010) Nilai Normal26 28
Hemoglobin 11.3 11.4 (12.0-14.0) g%
Lekosit 20.5 8.5 (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit 5.28 5.38 (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit 35.0 35.4 (36.0-44.0) %
Trombosit 491 506 (150-450) 103 /µL
Eosinofil 1.0 8.3 (0.0-9.5) %Basofil 0.4 0.4 (0.0-2.5) %Neutrofil 15.3 24.4 (35.0-88.7) %Limfosit 63.6 52.5 (12.0-44.0) %Monosit 19.7 14.4 (0.0-11.2) %
Immunoserologi
IgM antibodi S.typhii 3
≤ 2 = negatif3 = grayzone4-5 = indikasi
Typhoid≥ 6 = indikasi kuat
Typhoid
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal PemberianCefotaxime 2x500 mg 26,27
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 41
Nomor RM :718554Dirawat tanggal : 26-28 Agustus 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Identifikasi PasienPria, 1 tahun, BB 10 kg. Keluhan utama : susah buang air besar, demamselama 2 hari. Diagnosis : demam tifoid. Keadaan pasien keluar : sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan
(April 2010) Nilai Normal19
Hemoglobin 12.7 (12.0-14.0) g%
Lekosit 7.6 (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit 4.82 (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit 39.6 (36.0-44.0) %
Trombosit 259 (150-450) 103 /µL
Eosinofil 0.2 (0.0-9.5) %Basofil 1.0 (0.0-2.5) %Neutrofil 40.1 (35.0-88.7) %Limfosit 51.5 (12.0-44.0) %Monosit 7.3 (0.0-11.2) %
Immunoserologi
Ig M antibodi S.typhii 3
≤ 2 = negatif3 = grayzone
4-5 = indikasi Typhoid≥ 6 = indikasi kuat
Typhoid
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal PemberianSporetic® 2x¾ cth 19,20,21
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 42
Nomor RM :702457Dirawat tanggal : 19-21 April 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Identifikasi PasienPria, 12 tahun, BB 53 kg. Keluhan utama : demam tinggi yang tidakkunjung sembuh, diare. Diagnosis : demam tifoid. Keadaan pasien keluar :sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan
(Mei-Juni 2010) Nilai Normal28 31 1
Hemoglobin 13.4 14,5 14.1 (12.0-14.0) g%
Lekosit 8.3 (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit 5.01 (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit 38.8 42.4 41.1 (36.0-44.0) %
Trombosit 273 180 205 (150-450) 103 /µL
Eosinofil 4.9 (0.0-9.5) %
Basofil 0.2 (0.0-2.5) %
Neutrofil 78.4 (35.0-88.7) %
Limfosit 10.6 (12.0-44.0) %
Monosit 5.8 (0.0-11.2) %Immunoserologi
Ig M antibodiS.typhii
5
≤ 2 = negatif3 = grayzone4-5 = indikasi
Typhoid≥ 6 = indikasi kuat
Typhoid
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Chloramphenicol 3x500 mg 28,29,30,31,1
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 43
Nomor RM :705633Dirawat tanggal :28 Mei-1 Juni 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Identifikasi PasienPria, 7 bulan, BB 7.1 kg. Keluhan utama : demam tinggi. Diagnosis :demam tifoid. Keadaan pasien keluar : sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan
(Mei-Juni 2010) Nilai Normal17 18 19 20 21
Hemoglobin 11.0 9.6 9.7 10.4 10.3 (12.0-14.0) g%
Lekosit 11.0 22.4 (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit 11.03 3.86 (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit 31.7 28.1 29.0 30.9 30.7 (36.0-44.0) %
Trombosit 177 175 219 235 227 (150-450) 103 /µL
Eosinofil 3.5 0.6 (0.0-9.5) %
Basofil 0.6 1.0 (0.0-2.5) %
Neutrofil 38.4 49.5 (35.0-88.7) %
Limfosit 47.3 38.5 (12.0-44.0) %
Monosit 10.2 10.4 (0.0-11.2) %Immunoserologi
Ig MantibodiS.typhii
6
≤ 2 = negatif3 = grayzone4-5 = indikasi
Typhoid≥ 6 = indikasi kuat
Typhoid
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal PemberianClaforan® 2x250 mg 21,22,23,24,25
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 44
Nomor RM :705633Dirawat tanggal :28 Mei-1 Juni 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Identifikasi PasienPria, 4 tahun, BB 15 kg. Keluhan utama : demam tinggi, diare, sesak nafaspada malam hari. Diagnosis : demam tifoid. Keadaan pasien keluar :sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan
(September2010) Nilai Normal9
Hemoglobin 11.5 (12.0-14.0) g%
Lekosit 7.45 (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit 4.4 (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit 33.5 (36.0-44.0) %
Trombosit 305 (150-450) 103 /µL
Eosinofil 0.5 (0.0-9.5) %Basofil 0.4 (0.0-2.5) %Neutrofil 62.3 (35.0-88.7) %Limfosit 30.1 (12.0-44.0) %Monosit 9.8 (0.0-11.2) %
Immunoserologi
Ig M antibodi S.typhii 5
≤ 2 = negatif3 = grayzone
4-5 = indikasi Typhoid≥ 6 = indikasi kuat
Typhoid
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal PemberianAmoxan® 3x1 cth 10,11Starcef® 2x40 mg 11,12
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 45
Nomr RM :720228Dirawat tanggal : 19-23 September 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Identifikasi PasienPria, 9 bulan, BB 8.5 kg. Keluhan utama : demam tinggi. Diagnosis :demam tifoid. Keadaan pasien keluar : sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan (Sept 2010)
Nilai Normal11 14 15 16 17 18
Hemoglobin 12.4 12.3 12.9 12.8 12.9 12.4 (12.0-14.0) g%
Lekosit 13.2 6.0(4.0-11.0)103 /µL
Eritrosit 4.75 4.74(4.10-5.50)
106 /µL
Hematokrit 35.4 36.8 38.4 37.7 37.8 36.8 (36.0-44.0) %
Trombosit 343 180 118 93 84 91(150-450)
103 /µL
Eosinofil 0.6 0.2 (0.0-9.5) %
Basofil 0.2 0.7 (0.0-2.5) %
Neutrofil 50.7 18.5 (35.0-88.7) %
Limfosit 37.6 64.8 (12.0-44.0) %
Monosit 10.9 15.8 (0.0-11.2) %
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Injeksi Cefotaxime 2x400 mg 11,12,13,14,15
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 46
Nomr RM :720375Dirawat tanggal : 11-18 September 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Identifikasi PasienPasien : pria, 11 tahun, BB 25 kg. Keluhan utama : demam tinggi, susahbuang air besar, mual dan muntah. Diagnosis : demam tifoid. Keadaanpasien keluar : sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan
(Juli 2010) Nilai Normal25
Hemoglobin 12.2 (12.0-14.0) g%
Lekosit 13.5 (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit 4.27 (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit 36.0 (36.0-44.0) %
Trombosit 361 (150-450) 103 /µL
Eosinofil 0.2 (0.0-9.5) %Basofil 0.4 (0.0-2.5) %Neutrofil 73.6 (35.0-88.7) %Limfosit 16.3 (12.0-44.0) %Monosit 9.5 (0.0-11.2) %
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal PemberianCefspan® 2x5 cc 25,26,27
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 47
Nomr RM :714433Dirawat tanggal : 25-27 Juli 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Identifikasi PasienPria, 3 tahun, BB 16.5 kg. Keluhan utama : diare, muntah setiap pagi hariselam 2 hari, demam tinggi. Diagnosis : demam tifoid. Keadaan pasienkeluar : sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan
(Oktober 2010) Nilai Normal28 30
Hemoglobin 12.4 11.8 (12.0-14.0) g%
Lekosit 25.6 11.5 (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit 5.17 4.94 (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit 35.5 34.4 (36.0-44.0) %
Trombosit 393 451 (150-450) 103 /µL
Eosinofil 1.3 5.9 (0.0-9.5) %
Basofil 0.3 0.7 (0.0-2.5) %
Neutrofil 62.0 31.3 (35.0-88.7) %
Limfosit 24.2 51.6 (12.0-44.0) %
Monosit 12.2 10.5 (0.0-11.2) %
Immunoserologi
IgM antibodi S.typhii 4
≤ 2 = negatif3 = grayzone4-5 = indikasi
Typhoid≥ 6 = indikasi kuat
Typhoid
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal PemberianSporetic® 2x3.6 cc 28,29,30
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 48
Nomor RM :726798Dirawat tanggal : 28-30 Oktober 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Identifikasi PasienWanita, 5 tahun, BB 20.5 kg. Keluhan utama : demam tinggi, mual danmuntah, diare. Diagnosis : demam tifoid. Keadaan pasien keluar : membaik.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan
( November 2010) Nilai Normal9
Hemoglobin 14.6 (12.0-14.0) g%
Lekosit 2.1 (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit 5.83 (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit 43.4 (36.0-44.0) %
Trombosit 205 (150-450) 103 /µL
Eosinofil 0.5 (0.0-9.5) %Basofil 1.3 (0.0-2.5) %Neutrofil 195 (35.0-88.7) %Limfosit 68.9 (12.0-44.0) %Monosit 9.8 (0.0-11.2) %
ImmunoserologiTes Widal
S.typhii HS.typhii OS.paratyphii AHS.paratyphii AOS.paratyphii BHS.paratyphii BOS.paratyphii CHS.paratyphii CO
negatifnegatifnegatifnegatif+1/160negatifnegatif+1/80
negatifnegatifnegatifnegatifnegatifnegatifnegatifnegatif
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Colsancetine® 4x2 cth 9,10,11
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 49
Nomor RM :728434Dirawat tanggal : 9-11 November 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Identifikasi PasienWanita, 11 bulan, BB 8.1 kg. Keluhan : demam tinggi. Diagnosis : demamtifoid. Keadaan pasien keluar : membaik.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan
(Nov-Des 2010) Nilai Normal29
Hemoglobin 11.9 (12.0-14.0) g%
Lekosit 20.3 (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit 4.86 (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit 35.6 (36.0-44.0) %
Trombosit 374 (150-450) 103 /µL
Eosinofil 0.3 (0.0-9.5) %Basofil 0.7 (0.0-2.5) %Neutrofil 45.4 (35.0-88.7) %Limfosit 43.1 (12.0-44.0) %Monosit 10.4 (0.0-11.2) %
Immunoserologi
Ig M antibodi S.typhii 4
≤ 2 = negatif3 = grayzone4-5 = indikasi
Typhoid≥ 6 = indikasi kuat
Typhoid
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Injeksi Cefotaxime 2x250 mg 29,30,1Sporetic® 2x1.7 cc 29,30,1,2
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 50
Nomr RM :731035Dirawat tanggal : 29 November-2 Desember 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Identifikasi PasienPria, 11 tahun, BB 53 kg kg. Keluhan utama : demam tinggi, mual danmuntah serta susah buang air besar. Diagnosis : demam tifoid. Keadaanpasien keluar : membaik.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan
(Januari 2010) Nilai Normal23 24 25 26 27
Hemoglobin 12.6 (12.0-14.0) g%
Lekosit 3.37 2.4 2.6 11 10.4 (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit 4.97 (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit 37.6 36.9 39.4 36.9 39.7 (36.0-44.0) %
Trombosit 388 173 149 142 144 (150-450) 103 /µL
Eosinofil 0.0 (0.0-9.5) %
Basofil 0.0 (0.0-2.5) %
Neutrofil 73.5 (35.0-88.7) %
Limfosit 19.6 (12.0-44.0) %
Monosit 6.8 (0.0-11.2) %
ImmunoserologiTes Widal
S.typhii HS.typhii OS.paratyphii AHS.paratyphii AOS.paratyphii BHS.paratyphii BOS.paratyphii CHS.paratyphii CO
negatifnegatifnegatifnegatif+1/80+1/320negatif+1/80
negatifnegatifnegatifnegatifnegatifnegatifnegatifnegatif
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal PemberianBiothicol® 3x2 cth 25,26,27
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 51
Nomr RM :024330Dirawat tanggal : 23-27 Januari 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
Identifikasi PasienWanita, 10 tahun, BB 34 kg kg. Keluhan utama : demam tinggi sejak 2 hari,disertai mual dan muntah serta susah buang air besar. Diagnosis : demamtifoid. Keadaan pasien keluar : sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan
(November 2010) Nilai Normal4 5 6 7
Hemoglobin 14.1 13.5 13.7 13.7 (12.0-14.0) g%
Lekosit 1.4 (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit 5.94 (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit 40.2 39.9 40.2 40.2 (36.0-44.0) %
Trombosit 122 97 95 145 (150-450) 103 /µL
Eosinofil 0.0 (0.0-9.5) %
Basofil 5.1 (0.0-2.5) %
Neutrofil 25.3 (35.0-88.7) %
Limfosit 46.4 (12.0-44.0) %
Monosit 23.2 (0.0-11.2) %Immunoserologi
IgM antibodiS.typhii
4
≤ 2 = negatif3 = grayzone4-5 = indikasi
Typhoid≥ 6 = indikasi kuat
Typhoid
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Injeksi Merosan® 3x500 mg 5,6,7
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 52
Nomr RM :177529Dirawat tanggal : 4-7 November 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
Identifikasi PasienPria, 9 tahun, BB 35 kg. Keluhan utama : demam tinggi, flu disertai batukserta diare. Diagnosis : demam tifoid. Keadaan pasien keluar : sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan
(Januari 2010) Nilai Normal19 20 21 23
Hemoglobin 12.3 (12.0-14.0) g%
Lekosit 6.3 (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit 4.74 (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit 38.7 38.4 37.7 (36.0-44.0) %
Trombosit 131 101 109 122 (150-450) 103 /µL
Eosinofil 0.5 (0.0-9.5) %
Basofil 0.8 (0.0-2.5) %
Neutrofil 51.9 (35.0-88.7) %
Limfosit 39.6 (12.0-44.0) %
Monosit 7.2 (0.0-11.2) %Immunoserologi
IgM antibodiS.typhii
7
≤ 2 = negatif3 = grayzone4-5 = indikasi
Typhoid≥ 6 = indikasi kuat
Typhoid
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Starcef® 2x100 mg 22,23,24,25,26,27,28,29
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 53
Nomr RM :184447Dirawat tanggal : 19-28 Januari 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
Identifikasi PasienPria, 8 tahun, BB 34 kg. Keluhan utama : demam tinggi, flu, diare.Diagnosis : demam tifoid. Keadaan pasien keluar : sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemerksaan
(Maret 2010) Nilai Normal15 17 18
Hemoglobin 12.8 14,4 13 (12.0-14.0) g%
Lekosit 8.5 (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit 4.94 (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit 37.8 43 40.2 (36.0-44.0) %
Trombosit 207 173 195 (150-450) 103 /µL
Eosinofil 0.2 (0.0-9.5) %
Basofil 0.4 (0.0-2.5) %
Neutrofil 52.4 (35.0-88.7) %
Limfosit 38.2 (12.0-44.0) %
Monosit 8.2 (0.0-11.2) %
ImmunoserologiTes Widal
S.typhii HS.typhii OS.paratyphii AHS.paratyphii AOS.paratyphii BHS.paratyphii BOS.paratyphii CHS.paratyphii CO
negatifnegatifnegatif+1/80negatif+1/160negatif+1/160
negatifnegatifnegatifnegatifnegatifnegatifnegatifnegatif
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Injeksi Colsancetine® 3x500 mg 15,16,17,18,19,20
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 54
Nomor RM : 237776Dirawat tanggal : 15-20 Maret 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
Identifikasi PasienWanita, 9 tahun, BB 20 kg. Keluhan utama : mual dan muntah, susah buangair besar, demam tinggi. Diagnosis : demam tifoid. Keadaan pasien keluar :sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan
(November 2010) Nilai Normal25 26
Hemoglobin 12.7 13.1 (12.0-14.0) g%
Lekosit 8.8 9.0 (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit 4.69 4.82 (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit 37.0 38.1 (36.0-44.0) %
Trombosit 334 354 (150-450) 103 /µL
Eosinofil 2.9 0.3 (0.0-9.5) %
Basofil 0.8 0.4 (0.0-2.5) %
Neutrofil 46.1 72.9 (35.0-88.7) %
Limfosit 40.0 13.1 (12.0-44.0) %
Monosit 10.1 9.0 (0.0-11.2) %Immunoserologi
IgM antibodiS.typhii
5
≤ 2 = negatif3 = grayzone4-5 = indikasi
Typhoid≥ 6 = indikasi kuat
Typhoid
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Colsancetine® 4x2 cth 27,28,29
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 55
Nomor RM :246499Dirawat tanggal : 26-29 November 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
Identifikasi PasienWanita, 9 tahun, BB 30 kg. Keluhan utama :demam tinggi, disertai mual danmuntah, nafas sesak jka malam hari. Diagnosis : demam tifoid. Keadaanpasien keluar : sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan
(Juli 2010) Nilai Normal26 28
Hemoglobin 13.9 13.3 (12.0-14.0) g%
Lekosit 7.7 (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit 5.24 (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit 41.9 38.4 (36.0-44.0) %
Trombosit 381 304 (150-450) 103 /µL
Eosinofil 1.1 (0.0-9.5) %
Basofil 0.4 (0.0-2.5) %
Neutrofil 67.7 (35.0-88.7) %
Limfosit 22.7 (12.0-44.0) %
Monosit 7.9 (0.0-11.2) %
ImmunoserologiTes Widal
S.typhii HS.typhii OS.paratyphii AHS.paratyphii AOS.paratyphii BHS.paratyphii BOS.paratyphii CHS.paratyphii CO
negatif+1/160negatifnegatif+1/160+1/80negatifnegatif
negatifnegatifnegatifnegatifnegatifnegatifnegatifnegatif
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Injeksi Colsancetine® 3x500 mg 26,27,28,29
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 56
Nomor RM : 251728Dirawat tanggal :26-29 Juli 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
Identifikasi PasienWanita, 8 tahun, BB 20 kg. Keluhan utama : demam tinggi, flu, nafas menjadisesak pada malam hari, mual. Diagnosis : demam tifoid. Keadaan pasien keluar :sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan
(Januari 2010) Nilai Normal1 2 3 4 6
Hemoglobin 16.6 11.1 10.5 11 11.1 (12.0-14.0) g%
Lekosit 4.9 (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit 4.15 (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit 31.2 31.9 31.4 32.5 33.7 (36.0-44.0) %
Trombosit 137 134 149 173 189 (150-450) 103 /µL
Eosinofil 1.6 (0.0-9.5) %
Basofil 0.4 (0.0-2.5) %
Neutrofil 68.6 (35.0-88.7) %
Limfosit 19.1 (12.0-44.0) %
Monosit 10.3 (0.0-11.2) %
Immunoserologi
IgM antibodiS.typhii
3
≤ 2 = negatif3 = grayzone4-5 = indikasi
Typhoid≥ 6 = indikasikuat Typhoid
Tes Widal
S.typhii HS.typhii OS.paratyphii AHS.paratyphii AOS.paratyphii BHS.paratyphii BOS.paratyphii CHS.paratyphii CO
+1/80negatif+1/320negatif+1/80negatif+1/160negatif
negatifnegatifnegatifnegatifnegatifnegatifnegatifnegatif
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Injeksi Colsancetine® 3x⅓ gram 3,4,5,6,7Injeksi Amoxan® 3x⅓ gram 1,2,3,4,5,6,7
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 57
Nomor RM : 255128Dirawat tanggal : 1-8 Januari 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
Identifikasi PasienWanita, 8 tahun, BB 28 kg. Keluhan utama : demam, mual muntah, nafsumakan menurun. Diagnosis : demam tifoid. Keadaan pasien keluar :sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan
(April 2010) Nilai Normal23 24 25
Hemoglobin 12.9 13.1 13.7 (12.0-14.0) g%
Lekosit 2.3 (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit 4.51 (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit 38.5 39.6 42.1 (36.0-44.0) %
Trombosit 175 133 120 (150-450) 103 /µL
Eosinofil 1.2 (0.0-9.5) %
Basofil 0.4 (0.0-2.5) %
Neutrofil 50.3 (35.0-88.7) %
Limfosit 41.6 (12.0-44.0) %
Monosit 6.5 (0.0-11.2) %Immunoserologi
IgM antibodiS.typhii
4
≤ 2 = negatif3 = grayzone4-5 = indikasi
Typhoid≥ 6 = indikasi kuat
Typhoid
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Injeksi Dynacef® 3x500 mg 23,24,25,26
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 58
Nomor RM : 274233Dirawat tanggal : 23-26 April 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
Identifikasi PasienPria, 7 tahun, BB 29 kg. Keluhan utama : mual dan muntah, diare, demamtinggi. Diagnosis : demam tifoid. Keadaan pasien keluar : sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
Parameter
TanggalPemeriksaan
(Januari 2010)Nilai Normal
19
Hemoglobin (12.0-14.0) g%
Lekosit (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit (36.0-44.0) %
Trombosit 259 (150-450) 103 /µL
Eosinofil (0.0-9.5) %
Basofil (0.0-2.5) %
Neutrofil (35.0-88.7) %
Limfosit (12.0-44.0) %
Monosit (0.0-11.2) %Immunoserologi
IgM antibodi S.typhii 5
≤ 2 = negatif3 = grayzone
4-5 = indikasi Typhoid≥ 6 = indikasi kuat
Typhoid
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Starcef® 2x100 mg 19,20,21,22,23,24,25
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 59
Nomor RM : 286606Dirawat tanggal : 19-25 Januari 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
Identifikasi PasienWanita, 6 tahun, BB 26 kg. Keluhan utama : demam dan susah buang airbesar. Diagnosis : demam tifoid. Keadaan pasien keluar : sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan
(Maret 2010) Nilai Normal26 27
Hemoglobin 11.8 12.4 (12.0-14.0) g%
Lekosit 10.2 (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit 4.48 (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit 34.9 37.8 (36.0-44.0) %
Trombosit 249 223 (150-450) 103 /µL
Eosinofil 0.0 (0.0-9.5) %
Basofil 0.3 (0.0-2.5) %
Neutrofil 73.5 (35.0-88.7) %
Limfosit 16.0 (12.0-44.0) %
Monosit 10.2 (0.0-11.2) %Immunoserologi
IgM antibodi S.typhii 4
≤ 2 = negatif3 = grayzone4-5 = indikasi
Typhoid≥ 6 = indikasi kuat
Typhoid
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Injeksi Colsancetine® 3x500 mg 26,27,28
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 60
Nomor RM : 371026Dirawat tanggal :26-29 Maret 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
Identifikasi PasienPria, 10 tahun, BB 41.5 kg. Diagnosis : demam tifoid. Keadaan pasienkeluar : sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
ParameterTanggal Pemeriksaan
(Juli 2010) Nilai Normal21 22 23 24
Hemoglobin 13.6 (12.0-14.0) g%
Lekosit 1.6 (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit 5.7 (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit 42.6 37.2 35.7 35.1 (36.0-44.0) %
Trombosit 114 92 110 114 (150-450) 103 /µL
Eosinofil 0.5 (0.0-9.5) %
Basofil 1.5 (0.0-2.5) %
Neutrofil 33.2 (35.0-88.7) %
Limfosit 49.4 (12.0-44.0) %
Monosit 15.4 (0.0-11.2) %Immunoserologi
IgM antibodiS.typhii
4
≤ 2 = negatif3 = grayzone4-5 = indikasi
Typhoid≥ 6 = indikasi kuat
Typhoid
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal PemberianSporetic® 2x100 mg 21,22,23,24
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 61
Nomor RM : 424208Dirawat tanggal :21-24 Juli 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
Identifikasi PasienWanita, 10 tahun, BB 23 kg. Keluhan utama : demam selama 2 hari, mualdan muntah, susah buang air besar, nafas sesak di malam hari. Diagnosis :demam tifoid. Keadaan pasien keluar : sembuh.
Pemeriksaan Laboratorium
Parameter
TanggalPemeriksaan(Juni 2010)
Nilai Normal
20
Hemoglobin 11.0 (12.0-14.0) g%
Lekosit 8.2 (4.0-11.0) 103 /µL
Eritrosit 4.89 (4.10-5.50) 106 /µL
Hematokrit 31.7 (36.0-44.0) %
Trombosit 277 (150-450) 103 /µL
Eosinofil 0.7 (0.0-9.5) %
Basofil 1.0 (0.0-2.5) %
Neutrofil 50.3 (35.0-88.7) %
Limfosit 38.6 (12.0-44.0) %
Monosit 9.4 (0.0-11.2) %Immunoserologi
IgM antibodi S.typhii 3
≤ 2 = negatif3 = grayzone
4-5 = indikasi Typhoid≥ 6 = indikasi kuat
Typhoid
Terapi AntibiotikaNama Obat Dosis Tanggal Pemberian
Injeksi Pelastin® 3x⅓ gram 20,21,22
Lampiran 6 (lanjutan)
Kasus 62
Nomor RM : 411859Dirawat tanggal :19-22 Juni 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
Lampiran 7. Surat Izin Penelitian Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
BIOGRAFI PENULIS
Nama lengkap : Cornelius Danan Rufaldi
Nama panggilan : Danan
Tempat / tanggal lahir : Cilacap / 1 Mei 1989
Agama : Katholik
Nama Ayah : Robertus Heru Saptono
Nama Ibu : Vincentia Sedyarningsih
Riwayat Pendidikan
1992-1995 : TK Pius Cilacap
1995-2001 : SD Pius Cilacap
2001-2004 : SLTP Pius Cilacap
2004-2007 : SMA Pangudi Luhur Vanlith Muntilan
2007-2011 : Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
Kegiatan Bidang Akademik :
1. Sebagai asisten praktikum Botani Dasar pada tahun 2011
Kegiatan Bidang kemahasiswaan :
1. Anggota Unit Kegiatan Fakultas (UKF) Bola Basket pada tahun 2007-
2011
2. Panitia peringatan Hari Pendidikan Nasional kerjasama Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan Satu Atap Advertising
pada tahun 2007
3. Panitia Tiga Hari Temu Akrab Farmasi (Titrasi) sebagai seksi Publikasi,
Dekorasi, dan Dokumentasi (Pubdekdok) pada tahun 2008
4. Panitia Pharmacy Performance and Event Cup (PpnEC) sebagai seksi
Keamanan pada tahun 2008
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI