Post on 25-May-2015
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny.S.S DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN : DIABETES MELITUS DI RUANG RA1
RUMAH SAKIT H.ADAM MALIK MEDANPada tanggal 28 agst s/d 31 agst 2012
DISUSUN
OLEH :Nama : VERONIKA.MANURUNG
NIM : 10.061
AKADEMI KEPERAWATAN YTP. ARJUNAPINTUBOSI-LAGUBOTI
2011/2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan perlindungannya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun judul dari makalah ini adalah “Asuhan Keperawatan pada Pasien Ny.S.S Dengan Gangguan Sistem Endokrin : Diabetes Melitus + Gangren di Ruang RA1 HAM.Medan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu praktek keperawatan..
Selama penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepad semua yang berpartisipasi membantu mendampingi penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terimakasih.
Agustus,2012
Veronikamanurun
DAFTAR ISIKata PengantarDaftar IsiBAB I :PENDAHULUAN…………………………………………….
A. Latar belakang………………………………………………….B. Ruang lingkup penulisan………………………………………..C. Tujuan penulisan………………………………………………..D. Metode penulisan……………………………………………….E. Sistematika penulisan…………………………………………...
BAB II :LANDASAN TEORITIS………………………………………A. Ladasan Teoritis Medis………………………………………….
1. Defenisi………………………………………………………2. Anatomi Fisiologi……………………………………………3. Etiologi………………………………………………………4. Patofisiologi…………………………………………………5. Manipestasi klinis……………………………………………6. Komplikasi…………………………………………………..7. Pemeriksaan Diagnostik……………………………………..8. Penatalaksanaan Medis……………………………………….
B. Landasan Teoritis Keperawatan…………………………………..1. Pengkajian…………………………………………………….2. Dignosa keperawatan………………………………………… 3. Intervensi……………………………………………………..4. Implementasi…………………………………………………5. Evaluasi………………………………………………………
BAB III :TINJAUAN KASUS…………………………………………..A. Pengkajian……………………………………………………….B. Diagnosa keperawatan …………………………………………..C. Perencanaan, Implementasi, Evaluasi……………………………
BAB IV:PEMBAHASAN……………………………………………….1. Pengkajian………………………………………………………..2. Diagnosa Keperawatan……………………………………………3. Perencanaan……………………………………………………….4. Pelaksanaan………………………………………………………..5. Evaluasi……………………………………………………………
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………..A. Kesimpulan…………………………………………………….B. Saran……………………………………………………………
Daftar PustakaLampiran: Catatan Perkembangan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit kencing manis atau disebut diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit menahun yang ditandai dengan kadar gula darah melebihi nilai normal (hiperglikemia). Kondisi ini timbul terutama disebabkan adanya gangguan pada metabolisme karbohidrat (gula) di dalam tubuh. Gangguan metabolisme tersebut antara lain disebabkan oleh adanya gangguan fungsi hormon insulin di dalam tubuh. Pada penderita DM, gangguan fungsi hormon insulin, akan menyebabkan pula gangguan pada metabolisme lemak, yang ditandai dengan meningkatnya kadar beberapa zat turunan lemak seperti trigliserida dan kolesterol. Peningkatan trigliserida dan kolesterol merupakan akibat penurunan pemecahan lemak yang terjadi karena penurunan aktivitas enzim-enzim pemecah lemak, yang kerjanya dipengaruhi oleh insulin.
Oleh karena itu, kondisi hiperglikemia yang terjadi dalam jangka waktu lama akan menyebabkan perubahan fungsi dan metabolisme tubuh, termasuk metabolisme lemak. Perubahan-perubahan tersebut dapat menyebabkan kerusakan jaringan, dan kerusakan jaringan inilah yang akan menimbulkan komplikasi-komplikasi. Sementara itu komplikasi kronik DM merupakan faktor resiko utama timbulnya penyakit jantung koroner, penyumbatan pembuluh darah, serebro-vaskuler (stroke), gagal ginjal, gangguan penglihatan, dan lain-lain.
Oleh karena itu jika dibiarkan tidak terkendali, DM dapat menimbulkan penyakit atau komplikasi-komplikasi lain yang dapat berakibat fatal. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan trigliserida merupakan faktor resiko independen yang kuat untuk penyakit jantung koroner, dan pada wanita peningkatan trigliserida berkorelasi dengan peningkatan resiko penyakit jantung koroner mencapai 30 persen.
Penderita DM tidak perlu takut karena resiko timbulnya komplikasi diabetik dapat diantisipasi dengan jalan mengontrol dan mengendalikan kadar gula darah dalam jangka panjang. Pengendalian kadar gula darah secara ketat akan memperbaiki pula kadar trigliserida dan kolesterol pada penderita DM sehingga faktor risiko terkena komplikasi DM dapat dikurangi.
Pemeriksaan laboratorium merupakan bagian penting dalam menanggulangi DM, baik untuk menemukan penyebabnya, diagnosis, pemantauan, maupun deteksi
dini adanya komplikasi. Pemeriksaan kadar gula darah di laboratorium yang biasa dilakukan selama ini, umumnya hanya mencerminkan kadar gula darah sesaat, karena hasil pengukuran sangat dipengaruhi oleh faktor makanan, olah raga, emosi, maupun oleh obat-obat yang diminum. Penentuan seseorang menderita DM tidak dapat dilakukan hanya dengan satu kali pemeriksaan kadar gula darah. Oleh karena itu dokter perlu melakukan pemantauan melalui beberapa kali pemeriksaan, disamping juga anjuran untuk mengatur pola makan dan berolah raga. Mengatur pola makan, apalagi atas rekomendasi ahli gizi yang telah diperhitungkan secara seksama, bertujuan mengelola kadar gula maupun kadar lemak darah sesuai kebutuhan tubuh. Berolah raga secara teratur dapat juga membantu menurunkan kadar gula darah karena dengan berolah raga, gula darah dapat dengan mudah dimetabolisme oleh sel-sel tubuh.
Di dalam tubuh kita terdapat sel-sel darah merah yang mengandung hemoglobin, dengan fungsi utama mengikat/menangkap oksigen yang sangat diperlukan tubuh. Dalam keadaan normal, hemoglobin ini dalam kadar tertentu mengikat pula berbagai macam zat lain, salah satunya ialah mengikat glukosa (gula darah). Ikatan antara hemoglobin dengan glukosa ini disebut glikohemoglobin dan diberi kode HbA1C. Glikohemoglobin ini sangat stabil di dalam darah, sehingga pengukuran kadar HbA1C dapat mencerminkan kadar gula di dalam darah. Oleh karena sel-sel darah merah kita memiliki umur kurang lebih tiga bulan (120 hari), maka hasil pengukuran HbA1C dapat mencerminkan kadar gula darah hingga kurang lebih tiga bulan sebelum pemeriksaan.
Berdasarkan hal tersebut, pengukuran kadar HbA1C dapat digunakan sebagai indikator kontrol diabetes yang sangat bagus. Sebagai gambaran kami sampaikan bahwa berdasarkan Konsensus DM Indonesia tahun 1998, nilai HbA1C 4 sampai 5,9 persen menunjukkan pengendalian DM berjalan baik. Dewasa ini telah banyak dokter menyertakan pemeriksaan HbA1C dalam rujukannya guna memantau kadar gula darah pasien, apakah cukup terkendali. Pemantauan kadar gula darah melalui pemeriksaan HbA1C lebih mudah dilakukan karena pasien tidak perlu puasa sebelum pengambilan darah.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimanakah konsep apendisitis ?
1.2.2 Bagaimanakah proses asuhan keperawatan pada apendisitis ?
1.3 Tujuan
1.3.2 Tujuan umum
Menjelaskan konsep dan proses asuhan keperawatan pada diabetes mellitus
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi definisi dari diabetes mellitus 2. Mengidentifikasi klasifikasi diabetes melitus3. Mengidentifikasi tanda dan gejala dari diabetes melitus4. Mengidentifikasi pemeriksaan penunjang dari diabetes mellitus 5. Mengidentifikasi manifestasi klinis dari diabetes melitus6. Mengidentifikasi proses keperawatan dari diabetes melitus
1.4 Manfaat
1.4.1 Mahasiswa mengetahui dasar konsep dasar diabetes melitus
1.4.2 Mahasiswa mampu melakukan proses asuhan keperawatan pada diabetes mellitus
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I : Pendahuluan meliputi latar belakang, tujuan, ruang lingkup, metode
penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Teoritis terdiri dari tinjauan teoritis medis dan tinjauan
teoritis keperawatan.
BAB III : Laporan Kasus, terdiri dari hasil pengkajian, perumusan diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi, evaluasi dan catatan
perkembangan.
BAB IV : Pembahasan, terdiri dari pembahasan pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
BAB V : Penutup, meliputi kesimpulan dan saran.
BAB IITINJAUAN TEORITIS
2.1.Tinjauan Teoritis Medis
A. Pengertian
Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).
B. KlasifikasiKlasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :
1. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya4. Diabetes mellitus gestasional (GDM)
C. Etiologi
1. Diabetes tipe I:
a. Faktor genetikPenderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA.
b. Faktor-faktor imunologiAdanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi selbeta.
2. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th) b. Obesitas c. Riwayat keluarga
E. Tanda dan Gejala
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan adalah :
1. Katarak 2. Glaukoma 3. Retinopati 4. Gatal seluruh badan 5. Pruritus Vulvae 6. Infeksi bakteri kulit 7. Infeksi jamur di kulit 8. Dermatopati 9. Neuropati perifer 10. Neuropati viseral 11. Amiotropi 12. Ulkus Neurotropik 13. Penyakit ginjal 14. Penyakit pembuluh darah perifer 15. Penyakit koroner 16. Penyakit pembuluh darah otak 17. Hipertensi
Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut.
Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba, apabila pasien mengalami infeksi akut. Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi, kesadaran menurun dengan hiperglikemia, dehidrasi dan ketonemia. Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar, menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut. Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak.
Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang. Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas.
F. Pemeriksaan Penunjang1. Glukosa darah sewaktu2. Kadar glukosa darah puasa3. Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl)
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu Plasma vena Darah kapiler
Kadar glukosa darah puasa Plasma vena Darah kapiler
< 100<80
<110<90
100-20080-200
110-12090-110
>200>200
>126>110
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan : 1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L) 2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L) 3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl
G. PenatalaksanaanTujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas
insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes : 1. Diet 2. Latihan 3. Pemantauan 4. Terapi (jika diperlukan) 5. Pendidikan
BAB III
Pengkajian
1BIODATA
A.IDENTITAS PASIEN
NAMA :Ny.S.S
Jenis kelamin :Perempuan
Umur :42 Tahun
Agama :Muslim
Pendidikan :Sma
Tgl masuk :20 agust 2012
Ruangan :RA1/kamar III-4
Golda :O
Diagnosa medis :DM
B.PENANGGUNG JAWAB
NAMA :Tn.y
Hub :Isteri
Pekerjaan :Wiraswasta
Alamat :Desa payung
.keluhan utama :
Os lemah,dengan keadaan yang dirasakan semenjak 2 minggu yang lalu.os merasa lemah.
Riwayat Kesehatan KeluargaAdakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
Aktivitas/ Istirahat :Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
SirkulasiAdakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah
Integritas EgoStress, ansietas
EliminasiPerubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
Makanan / CairanAnoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik.
NeurosensoriPusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan penglihatan.
Nyeri / KenyamananAbdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
PernapasanBatuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
KeamananKulit kering, gatal, ulkus kulit.
I. Masalah Keperawatan
1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan2. Kekurangan volume cairan 3. Gangguan integritas kulit4. Resiko terjadi injury
J. Intervensi
1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme protein, lemak.
Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhiKriteria Hasil :
Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya
Intervensi : Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi. Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang
dapat dihabiskan pasien. Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual,
muntahan makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa sesuai dengan indikasi.
Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui oral.
Libatkan keluarga pasien pada pencernaan makan ini sesuai dengan indikasi. Observasi tanda-tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat kesadaran, kulit
lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala. Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah. Kolaborasi pemberian pengobatan insulin. Kolaborasi dengan ahli diet.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.
Tujuan : kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhiKriteria Hasil :Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urin tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi : Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul Kaji frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu nafas Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa Pantau masukan dan pengeluaran Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang
dapat ditoleransi jantung Catat hal-hal seperti mual, muntah dan distensi lambung. Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan BB, nadi tidak
teratur Kolaborasi : berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa, pantau
pemeriksaan laboratorium (Ht, BUN, Na, K)
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati perifer).
Tujuan : gangguan integritas kulit dapat berkurang atau menunjukkan penyembuhan.Kriteria Hasil :Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan jaringan dan tidak terinfeksiIntervensi :
Kaji luka, adanya epitelisasi, perubahan warna, edema, dan discharge, frekuensi ganti balut.
Kaji tanda vital Kaji adanya nyeri Lakukan perawatan luka Kolaborasi pemberian insulin dan medikasi. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
4. Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan
Tujuan : pasien tidak mengalami injuryKriteria Hasil : pasien dapat memenuhi kebutuhannya tanpa mengalami injuryIntervensi : Hindarkan lantai yang licin.
Gunakan bed yang rendah. Orientasikan klien dengan ruangan. Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi
BAB IVPEMBAHASAN
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Pasien Tn. I L Dengan Gangguan Sistem Endokrin: Diabetes mellitus di Ruang UGD Rumah Sakit HKBP Balige , maka penulis membahas apa yang diperoleh dari tinjauan teoritis dan tinjauan kasus yang dimulai dari tahap pengkajian, tahap diagnosa, tahap intervensi, tahap implementasi dan tahap evaluasi.
4.1 pengkajianPengkajian merupakan dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengenal masalah pasien. Dalam tahap ini data yang diperoleh penulis dari pemeriksaan fisik yang meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Selain keluarga dan tim kasehatan seperti dokter sehingga masalah yang ada pada pasien dapat diperoleh secara keseluruhan.
Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada Tn.SL Dengan Gangguan Sistem Pencernaan : Apendisitis terdapat 1 kesenjangan antara data yang diperoleh pada tinjauan kasus dengan data yang terdapat pada tinjauan teoritis.
4.2 diagnosa keperawatan1. Dari pengkajian yang telah dilakukan,penulis makalah menemukan 4 diagnosa
yaitu :
Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme protein, lemak.
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotic Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik
(neuropati perifer). Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan
Sedangkan diagnosa yang ditemukan penulis pada tinjauan kasus sebanyak 3 diagnosa yaitu :
Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme protein, lemak.
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotic Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik
(neuropati perifer).
Sehingga kesenjangan yang ditemukan penulis ada 1 diagnosa keperawatan yang ada pada teoritis namun tidak terdapat pada kasus yaitu :
Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan
4.3 intervensiPada tahap perencanaan tindakan keperawatan, penulis membuat rencana tindakan
dengan bekerja sama dengan pasien, keluarga pasien dan tim kesehatan lainnya. Dalam perencanaan ini penulis tidak menemukan adanya antara tinjauan kasus dengan teori yang ada.
4.4 implementasiPada tahap implementasi penulis tidak menemukan kesulitan dalam melaksanakan
asuhan keperawatan karena tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah ditetapkan serta didukung oleh adanya kerja sama yang baik antara pasien, keluarga dan juga tim kesehatan yang ada di Ruang UGD Rumah Sakit HKBP Balige sehingga asuhan keperawatan dapat ditetapkan oleh penulis.
4.5 EvaluasiEvaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan atau penilaian
akhir dari tindakan yang diberikan setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Tn I L dengan gangguan sistem endokrin : diabetes mellitus , maka sebagian ada dijumpai selama merawat pasien tersebut dapat teratasi sebagian secara bertahap.
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan kepada Tn.AS dengan Gangguan Sistem Pencernaan : Apendisitis di Ruang OK Rumah Sakit HKBP Balige maka penulis mengambil kesimpulan dan saran yang mungkin bermanfaat bagi kemajuan dalam bidang keperawatan.
A.Kesimpulan
Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermiformis, dan merupakan penyebab akut yang paling sering.
Pada tahap pengkajian padaTn I L tidak ditemukan adanya kesulitan karena pasien dan keluarga dapat bekerja sama dengan baik sehingga penulis dapat mengumpulkan data yang diperlukan.
Pada tahap diagnosa keperawatan pada tinjauan teoritis ditemukan 4 diagnosa, sedangkan pada kasus ditemukan 3 diagnosa.
Pada tahap perencanaan tindakan keperawatan, penulis tidak menemukan adanya perbedaan antara teori dan kasus dan semua yang akan direncanakan untuk suatu tindakan selalu ada komunikasi langsung antara dokter, perawat, pasien dan keluarga.
Pada tahap pelaksanaan penulis berusaha untuk melakukan asuhan keperawatan semaksimal mungkin sesuai apa yang direncanakan sesuai kebutuhan pasien.
Dalam mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah diterapkan, penulis menyimpulkan sebagian masalah keperawatan yang ditemukan pada kasus dapat teratasi sebagian
B.Saran
1. kepada Pasien dan keluargaDiharapkan agar lebih menjaga kebersiahan dan meningkatkan kualitas
kesehatan.2. Peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam penelitian sertamenerapkan ilmu yang telah didapat selama studi khususnyametodologi penelitian dalam rangka menganalisa masalah pencernaankhususnya penderita appendist3. Instalasi pendidikan
Sebagai bahan wacana diperpustakaan dan referensi awal penelitianselanjutnya bagi perpustakaan di instalansi pendidikan.