Post on 19-Mar-2019
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
EFEKTIVITAS PELAKSANAAN KURIKULUM DAN PROGRAM PENGAJARAN
MATA PELAJARAN EKONOMI DALAM RANGKA PENERAPAN
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
SMA NEGERI 1 SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2009/2010
Skripsi
Oleh:
SRI LESTARI
K 7406144
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
EFEKTIVITAS PELAKSANAAN KURIKULUM DAN PROGRAM PENGAJARAN
MATA PELAJARAN EKONOMI DALAM RANGKA PENERAPAN
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
SMA NEGERI 1 SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2009/2010
Oleh:
SRI LESTARI
K 7406144
Skripsi
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyarat Mendapatkan
Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi
Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, 13 April 2010
Pembimbing I
Drs. Sudiyanto, M. Pd. NIP. 19570217 198109 1 001
Pembimbing II
Jaryanto, S. Pd., S.E., M. Si. NIP. 1976090 200501 1 001
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Senin
Tanggal : 26 April 2010
Tim Penguji Skripsi:
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Wahyu Adi, M. Pd. ………………....
Sekretaris : Drs. Sukirman, M. M. .…………………
Anggota I : Drs. Sudiyanto, M. Pd. ………………....
Anggota II : Jaryanto, S. Pd., S.E., M. Si. ..………………....
Disahkan oleh
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd.
NIP. 19600727 198702 1 001
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
REVISI
Skripsi ini telah direvisi sesuai arahan dan anjuran Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan
diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Tim Penguji Skripsi:
Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua : Drs. Wahyu Adi, M. Pd.
(…………................................)
Sekretaris : Drs. Sukirman, M. M.
(…………................................)
Anggota I : Drs. Sudiyanto, M. Pd.
(…………................................)
Anggota II : Jaryanto, S. Pd., S.E., M. Si.
(…………................................)
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Sri Lestari, NIM K7406144, EFEKTIVITAS PELAKSANAAN KURIKULUM DAN PROGRAM PENGAJARAN MATA PELAJARAN EKONOMI DALAM RANGKA PENERAPAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH SMA NEGERI 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010, Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, April 2010.
Tujuan penelitian adalah: (1) Mengetahui pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran mata pelajaran ekonomi dalam rangka penerapan manajemen berbasis sekolah tahun ajaran 2009/2010 SMA Negeri 1 Surakarta. (2) Mengetahui efektivitas pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran mata pelajaran ekonomi dalam rangka penerapan manajemen berbasis sekolah tahun ajaran 2009/2010 SMA Negeri 1 Surakarta. (3) Mengetahui hambatan yang dihadapi dan pemecahan masalah yang dilakukan dalam pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran dalam rangka penerapan manajemen berbasis sekolah tahun ajaran 2009/2010 SMA Negeri 1 Surakarta.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan strategi tunggal terpancang. Sumber data yaitu (1) informan, yaitu Wakil kepala sekolah bagian kurikulum, para guru ekonomi, dan para siswa SMA Negeri 1 Surakarta yang memperoleh pelajaran ekonomi; (2) dokumen, arsip-arip yang berhubungan dengan pelaksanaan KTSP dan program pengajaran pelajaran ekonomi SMA Negeri 1 Surakarta; (3) peristiwa dan aktivitas, yaitu aktivitas siswa yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar. Teknik sampling menggunakan sampel bertujuan (Purposive Sampling). Teknik pengunpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Untuk mengetahui keabsahan data menggunakan trianggulasi data (sumber) dan trianggulasi metode. Teknik analisis data menggunakan model analisis interaksi.
Hasil penelitian ini antara lain: (1) Pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran mata pelajaran ekonomi antara lain: (a) Realita menunjukkan bahwa sejauh ini KTSP sudah dilaksanakan dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22, 23 dan 24 tahun 2006 tentang Standar Isi (SI), Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Pelaksanaannya (b) Pengembangan silabus berdasarkan prinsip pengembangan silabus dibawah dinas pendidikan Kab/Kota yang telah ditetapkan, yang meliputi: Prinsip Ilmiah, Prinsip Relevan, Prinsip Sistematis, Prinsip Konsisten, Prinsip Memadai, Prinsip Aktual dan Kontekstual, Prinsip Fleksibel, Prinsip Menyeluruh. (c) Pelaksanaan KTSP mengalami kemajuan kearah yang lebih baik, hal ini disebabkan sekolah berpartisipasi dalam memberikan sosialisasi KTSP kepada para guru, (d) Pelaksanaan dan pengelolaan pembelajaran kurang mengandung unsur Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif Menyenangkan (PAIKEM). Hal tersebut disebabkan metode pembelajaran mata pelajaran ekonomi yang konvensional, kurangnya media pembelajaran yang digunakan dalam pelajaran ekonomi, para guru ekonomi sebagian besar tidak memanfaatkan fasilitas modern yang disediakan oleh sekolah, dan para guru tidak membuat RPP berdasarkan
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
karakteristik peserta didik (e) Pendekatan psikologis dan sosio-kultur dilakukan para guru ekonomi. (f) Penilaian belajar sesuai dengan materi yang diajarkan sebelumnya, berkelanjutan, bentuk dan jenis tagihan bervariasi (g) Terdapat program perbaikan dan program pengayaan mata pelajaran ekonomi. (2) Efektivitas pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran mata pelajaran ekonomi antara lain: (a) pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran yang sudah efektif: KTSP disusun berdasarkan SNP, pengembangan silabus berdasarkan prinsip pengembangan silabus dibawah dinas pendidikan Kab/Kota, pelaksanaan KTSP mengalami kemajuan kearah yang lebih baik, keadaan dan potensi sekolah yang memadai, pendekatan pikologis dan sosio-culture yang baik, penilain belajar yang baik, terdapat program perbaikan dan program pengayaan; (b) Pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran mata pelajaran ekonomi yang belum efektif: RPP tidak dibuat secara maksimal, metode pembelajaran yang konvensional, kegiatan pembelajaran yang kurang kondusif di dalam kelas, dan pengawasan yang belum maksimal dalam memantau kualitas dan kuantitas pembuatan RPP dan pelaksanaannya di dalam kelas; (3) Hambatan dan pemecahan masalah pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran mata pelajaran ekonomi antara lain (a) Hambatan: bertambahnya beban guru dari segi administrasi, media pembelajaran yang kurang memadai, keterbatasan dalam penguasaan teknologi pembelajaran bagi sebagian besar guru ekonomi, metode guru dalam mengajar kurang bervariasi dan bersifat konvensional, kegiatan belajar yang kurang kondusif di dalam kelas, kurangnya percontohan dalam soal dan analisis masalah ekonomi; (b) Pemecahan masalah: guru berpartisipasi dalam pengadaan media pembelajaran secara mandiri, siswa yang berperan dalam penggunaan teknologi, guru bekerjasama dalam memenuhi kewajiban administrasi, siswa bertanya kepada teman yang lebih paham, mengikuti program bimbingan belajar dan les privat, mencari referensi buku lain di perpustakaan.
Kata kunci: efektivitas, kurikulum, program pengajaran, manajemen berbasis
sekolah
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
Sri Lestari. NIM K7406144. THE EFECTIVENESS OF CURRICULUM IMPLEMENTATION AND TEACHING LEARNING PROCESS OF ECONOMICS IN THE IMPLEMENTATION OF SCHOOL BASED MANAGEMENT SENIOR HIGH SCHOOL 1 SURAKARTA YEAR 2009/2010, Thesis. Surakarta: Teacher Training and Educational Faculty, Sebelas Maret University, April 2010.
This research is aimed to: (1) Know the curriculum implementation and teaching learning process of economics in the implementation of school based management in the academic year of 2009/2010 senior high school 1 surakarta. (2) Know the efectiveness of the curriculum implementation and teaching learning process of economics in the implementation of school based management in the academic year of 2009/2010 senior high school 1 surakarta. (3) Know the problems faced and the solutions taken in the curriculum implementation and teaching learning process of economics in the implementation of school based management in the academic year of 2009/2010 senior high school 1 surakarta.
This research uses descriptive qualitative method with single strategy fixed. The data resources are: (1) Informant, that is vice headmaster of curriculum, economic teacher , and the students of senior high school 1 Surakarta who are now having economic lesson. (2) Documents, archives related to the implementation of KTSP and the teaching learning process of economics senior high school 1 Surakarta. (3) The evidences and the activities, those are the students activities related to the teaching learning process. The technique of sampling uses purposive sampling. Data collection techniques used are observation, interview, and documentation. To know the validity of the data, the researches uses data triangulation (sources) and method triangulation. The technique of analyzing data uses interaction analysis model.
The results of this research are: (1) The curriculum implementation and teaching learning process of economics are: (a) The fact shows that so far KTSP is implemented based on Peraturan Menteri number 22, 23, and 24 year 2006 about standard contents (SI), standard graduate competence (SKL) and the implementation. (b) The syllabus development is based on syllabus development principle of Dinas Pendidikan Kab/Kota, including: scientific principle, relevant principle, systematic principle, consistent principle, completeness principle, actual and contextual principle, flexible principle, principle comprehensive. (c) The implementation of KTSP has been developed, because the school take a part in giving the socialization of KTSP to the teachers. (d) The teaching and learning process contains less elements of fun effective creative innovative mobile study element (PAIKEM). That is caused of the economics teaching learning method that is still conventional, insufficient media used in economics lesson, the economics teachers who do not use the modern facilities provided by the school, and do not make lesson plans based the students characteristics. (e) Psychological and social-culture approach is done the economic teachers. (f) The evaluation is based on the materials given, continuously, the forms and kinds of evaluation can
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
varies. (g) There are remedial program and developing program of economic lesson. (2) The effectiveness of curriculum implementation and teaching learning process are: (a) The curriculum implementation and teaching learning process that are effective are: KTSP is arranged based on SNP, syllabus development is based syllabus development principles under Dinas pendidikan Kab/Kota, the implementation of KTSP has been developed, the school’s condition and potential are sufficient, psychological and social-culture is good, the evaluation is good, and there are remedial and developing program. (b) The curriculum implementation and teaching learning process that are not effective are: lesson plans are not made maximally, the teaching method is still conventional, the learning process that is less conducive, and un maximal control of the quality and quantity of lesson plans and the implementation. (3) The problems and the solutions in curriculum implementation and teaching learning process are: (a) problems: the increasing of the teacher’s responsibilities in the administration aspect, insufficient teaching media, limited knowledge of technology of the teachers, the teaching methods which are still conventional, unconducive activities, less of examples and exercises, and analysis of economic cases. (b) Solutions: the teachers take a part in providing teaching media, the students take a part in using technology, the teachers cooperate in completing the administrative duties, the students ask to their friends, join the study course programs, and private course, find some referent books in the library.
The key word: the effectiveness, curriculum, teaching learning process, school based management
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
“Jangan pernah berhenti pada satu titik. Cobalah untuk menggapai titik
yang lain agar bertambah ilmu dan pengalaman kita”
(Penulis)
“Jadilah Sang Pemimpi untuk mengukir masa depanmu. Terdiam tanpa
mimpi bagaikan hamparan lahan yang tandus dan gersang, maka ukirlah
mimpimu seindah mega, gapai dan wujudkan mimpimu selagi kau masih
bisa”
(Penulis)
“Ketulusan, Kesabaran, Kegigihan serta Keuletan dalam berusaha tidak
akan sempurna tanpa Kepasrahan dalam doa kepada Allah SWT”
(Penulis)
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHAN
Karya ini ku persembahkan untuk:
1. Bunda dan Bapak yang selalu menyayangiku,
terima kasih atas doa yang selama ini
menyertaiku dalam setiap langkah dan
aktivitasku.
2. Kakakku Suyono dan kakak iparku Mba Uli,
serta dua keponkanku Lintang & Fandi yang
sangat usil dan selalu membuatku tertawa.
3. Para guru yang telah memberiku ilmu, terima
kasih atas jasamu.
4. Sahabat terbaikku, ViNaTa_Ni,
ViNaTa_San, Ririn, Yosie, Tasnim. Terima
kasih untuk persahabatan selama ini.
5. Almamater tercinta
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga skipsi ini dapat
diselesaikan dengan baik oleh penulis untuk memenuhi sebagian persyaratan
untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
Hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi dalam menyelesaikan
penulisan skipsi ini dapat diatasi berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu,
atas segala bentuk bantuannya penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial yang telah memberikan ijin penulisan skripsi ini.
3. Drs. Wahyu Adi, M.Pd., selaku Ketua Bidang Keahlian Khusus Pendidikan
Akuntansi yang telah memberikan ijin penulisan skripsi ini.
4. Drs. Sudiyanto, M. Pd., selaku pembimbing I yang telah memberikan banyak
sekali motivasi, ilmu dan arahan dalam penyususnan skripsi.
5. Jaryanto, S. Pd., S.E., M. Si., selaku pembimbing II yang telah memberikan
arahan dan bimbingan dengan baik.
6. Drs. Sukirman, M. M., selaku pembimbing akademis penulis yang telah
memberikan semangat untuk menyusun skripsi.
7. Bapak/Ibu dosen Program pendidikan Ekonomi BKK Akuntansi yang penuh
ketulusan dalam memberikan pengetahuannya kepada penulis selama penulis
menjadi mahasiswa.
8. Drs. H. M. Thoyibun, S. H., M. M., selaku kepala sekolah SMA Negeri 1
Surakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan
penelitian di SMA Negeri 1 Surakarta dengan sabar dan ramah dalam
kerjasamanya dengan penulis.
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9. Drs. Suryadi, M. Pd., selaku Wakil kepala sekolah bagian Kurikulum SMA
Negeri 1 Surakarta yang telah memberikan informasi degan sabar dan ramah
dalam penelitian ini.
10. Para guru ekonomi dan siswa-siswi SMA Negeri 1 Surakarta yang telah
bersedia memberikan informasi yang diperlukan penulis dalam penelitian ini.
11. Sahabat-sahabat terbaikku: ViNaTa_Ni, ViNata_San, Ririn, Tasnim, dan
Yosie terima kasih untuk persahabatan yang telah kita jalani selama ini.
12. Teman-temanku Bank Mini, FICOS, BEM, terima kasih untuk ilmu,
pengalaman dan pertemanan yang kita jalin selama ini.
13. Teman-temanku: Tia PTN, Ita PTN, Ridwan PTN, Sari B. Inggris, Ika Sosant
Tofan, Umam, Burhan, Khoir, Yarsi, Arum, Titin, dan semua teman-teman
angkatan 2006 lainnya yang telah memberikan kesan yang begitu mendalam
selamanya.
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan,
namun penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan perkembangan ilmu pengetahuan pada khususnya.
Surakarta, 14 April 2010
Penulis
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DARTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………...
HALAMAN PENGAJUAN……………………………………………………
HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………………
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………….........
HALAMAN REVISI…………………………………………………………...
ABSTRAK………………………………………………………………….......
ABSTRACT…………………………………………………………………….
MOTTO…………………………………………………………………………
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………………..
KATA PENGANTAR………………………………………………………….
DAFTAR ISI……………………………………………………………………
DAFTAR TABEL………………………………………………………………
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….......
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………….……..
A. Latar Balakang Masalah...……..……............................................
B. Perumusan Masalah…………………………………………........
C. Tujuan Penelitian……………………………………………........
D. Manfaat Penelitian…….………………………………………….
BAB II LANDASAN TEORI…………………………………………….......
A. Tinjauan Pustaka…………………………………………………
1. Tinjauan Manajemen Berbasis Sekolah…………………….......
2. Tinjauan Kurikulum…………………………………………….
3. Tinjauan Program Pengajaran…………………………………..
4. Tinjauan Efektivitas Kurikulum Dan Program Pengajaran….….
B. Hasil Penelitian Yang Relevan…………………………………..
C. Kerangka Pemikiran………………………………………….......
BAB III METODOLOGI……………………………………………………...
A. Tempat dan Waktu Penelitian...…………………………………
B. Bentuk dan Strategi Penelitian………………………………......
i
ii
iii
iv
v
vi
viii
x
xi
xii
xiv
xvi
xvii
xviii
1
1
6
6
7
8
8
8
12
22
28
30
33
35
35
36
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
C. Sumber Data……………..………………………………………
D. Teknik Sampling…………………………………………………
E. Teknik Pengumpulan Data……………………………………....
F. Validitas Data……………………………………………………
G. Analisis Data……..………………………………………………
H. Prosedur Penelitian…………………………………………….....
BAB IV HASIL PENELITIAN………………………………………………...
A. Deskriptif Lokasi Penelitian……………………………………...
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian……………………………….
C. Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Kajian Teori…………
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN…………….…………..
A. Simpulan……………………………………………………….....
B. Implikasi…………………………………………………………..
C. Saran……………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
37
39
39
43
44
46
48
48
57
70
78
78
81
82
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Tabel Rencana Penelitian……………………….…..…………
Tabel 2. Tabel Tenaga Pengajar SMA Negeri 1 Surakarta…..…………
Tabel 3. Tabel Siswa-Siswi SMA Negeri 1 Surakarta………………….
35
53
53
xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema Sistem Kurikulum……………………...……………….
Gambar 2. Matrik RPP Format Silabus…………………….………………
Gambar 3. Matrik RPP Format Satpel……………………….……………..
Gambar 4. Skema Kerangka Pemikiran…………….………………………
Gambar 5. Analisis Model Interaksi………………..………………………
Gambar 6. Prosedur Penelitian……………………..……………………….
Gambar 7. Struktur Organisasi Sekolah Secara Operasional………….........
15
26
28
34
46
46
51
xviii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Lampiran 7.
Lampiran 8.
Lampiran 9.
Lampiran 10.
Lampiran 11.
Pedoman Wawancara Untuk Guru SMA Negeri 1 Surakarta…......
Pedoman Wawancara Untuk Siswa-Siswi SMA Negeri 1
Surakarta…….....…………………….……………………………
Pedoman Wawancara Untuk Wakasek Kurikulum SMA Negeri 1
Surakarta………..…………….…………………………………...
Field Note……………………..………………………………......
Lembar Observasi……………..…………………………………..
Foto Penelitian………………..…………………………………...
Surat Ijin Menyususn Skripsi Kepada PD I…..…..……………….
Surat Keputusan Dekan Tentang Ijin Penyusunan Skripsi…….….
Surat Permohonan Research Kepada Rektor UNS………….....….
Surat Rekomendasi Research Dari PD III………………...…...….
Surat Keterangan Telah Melaksanakan Pelaksanaan Penelitian......
87
89
90
91
160
172
177
178
179
180
181
xix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHUALUAN
A. Latar Balakang Masalah
Generasi Muda merupakan bagian terpenting dalam suatu negara,
mereka merupakan generasi penerus sebagai agen of change yang akan
meneruskan tonggak kemajuan dalam suatu negara. Generasi muda sebagai
penerus masa depan diharapkan mempunyai kualitas yang baik sehingga mampu
untuk diandalkan dan dibanggakan. Apabila generasi muda yang diciptakan
dengan kualitas yang kurang memadai maka semakin terbelakang masa depan
negara kita, tetapi apabila generasi yang diciptakan memiliki kualitas yang baik,
memiliki skill yang tinggi dan mampu bersaing dengan negara lain, maka tidak
menutup kemungkinan bangsa kita akan menjadi negara yang lebih baik lagi.
Terkait dengan peningkatan kualitas generasi muda maka faktor
pendidikan merupakan faktor terpenting dibandingkan dengan faktor yang
lainnya. Kerangka pendidikan dibutuhkan dan dipandang sebagai kebutuhan yang
mendasar bagi masyarakat yang ingin maju. Dengan pendidikan yang memadai
diharapkan dan dituntut generasi muda memiliki academic knowledge
(pengetahuan akademik), skill of thinking (kemampuan dalam berpikir),
manajement skill (kemampuan dalam manjemen), dan communication skill
(kemampuan dalam berkomunikasi). Dalam kerangka inilah pendidikan
merupakan faktor terpenting bagi masyarakat yang ingin maju, demikian halnya
bagi masyarakat Indonesia yang memiliki wilayah yang sangat luas.
Luasnya Negara kesatuan republik Indonesia dan sangat bervariasinya
kondisi daerah beserta masalah-masalah yang dihadapi telah mendorong
pemerintah untuk memperhatikan potensi daerah. Salah satunya melalui otonomi
daerah dengan memberikan keleluasaan pada daerah untuk mengelola pendidikan
di daerahnya. Sejalan dengan kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi yang
ditempuh pemerintah, maka tanggungjawab pemerintah daerah semakin
meningkat, termasuk dalam manajemen pendidian. Pemerintah daerah diharapkan
mampu meningkatkan dan memajukan kemampuannya dalam berbagai tahap
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2 pembangunan pendidikan, sejak tahap perumusan kebijakan daerah, perencanaan,
pelaksanaan, sampai pemantauan di daerah masing-masing sejalan dengan
kebijakan pendidikan nasional yang digariskan pemerintah.
Berkaitan dengan hal tersebut, gagasan kearah pengelolaan pendidikan
yang memberikan keleluasan sekolah untuk menetapkan kebijakan secara luas
menjadi salah satu alternatif pilihan. Dalam kerangka inilah menciptakan konsep
manajemen berbasis sekolah (MBS) atau “school bassed manajement” (SBM)
sebagai paradigma baru pengembangan pendidikan yang berorientasi pada
kebutuhan sekolah dan kebutuhan daerah masing-masing. MBS merupakan suatu
konsep yang menawarkan otonomi pada sekolah untuk menentukan kebijakan
sekolah dalam rangka meningkatkan mutu, efisiensi dan pemerataan pendidikan
agar dapat mengakomodasi keinginan masyarakat setempat serta menjalin
kerjasama yang erat antara sekolah, masyarakat, dan pemerintah. MBS merupakan
kebijakan yang sangat strategis dalam rangka pengembangan kemampuan sekolah
dan daerah dalam bottom-up planning policy, yaitu kebijakan pendidikan yang
diprakarsai oleh setiap sekolah dan daerah serta ditindaklanjuti oleh setiap
tingkatan manajemen di atasnya sampai tingkat pusat.
Mengingat bahwa MBS, merupakan paradigma pendidikan yang
diterapkan di Indonesia pada saat ini, diperlukan berbagai sumber yang dapat
membantu para pelaksana (kepala sekolah dan guru) di lapangan. Para pelaksna
tersebut diharapkan dapat melaksanakan komponen-komponen dalam MBS
dengan baik, dimana komponen-komponen tersebut meliputi:
1. Manajemen kurikulum dan program pengajaran 2. Manajemen tenaga kependidikan 3. Manajemen kesiswaan 4. Manajemen keuangan dan pembiayaan 5. Manajemen sarana dan prasarana pendidikan 6. Manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat 7. Manajemen layanan khusus (E. Mulyasa, 2007: 40-52)
Berdasarkan ketujuh komponen tersebut, manajeman kurikulum dan
program pengajaran merupakan komponen terpenting tanpa mengabaikan keenam
komponen yang lain. Hal tersebut senada dengan M. Zainuddin (2008: 205) yang
menyatakan bahwa “…baik yang berkaitan dengan kurikulum, formasi materi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3 sarana dan prasarana, maupun sistem dengan penyempurnaan secara terus-
menerus. Pengembangan pendidikan nasional secara terus-menerus ini lebih
banyak menggunakan instrument kurikulum ketimbang komponen lain… “.
Sekolah merupakan ujung tombak pelaksanaan kurikulum, baik kurikulum
nasional maupun muatan lokal.
Perencanaa dan pengembangan kurikulum nasional pada umumnya telah
dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional pada tingkat pusat. Sekolah
dapat mengembangkan kurikulum, namun tidak boleh mengurangi isi kurikulum
yang berlaku secara nasional yang dikembangkan oleh pemerintah pusat. Di
tingkat sekolah yang paling penting adalah bagaimana merealisasikan dan
menyesuaikan kurikulum tersebut dengan kegiatan pembelajaran. Disamping itu,
sekolah juga bertugas dan berwenang untuk mengembangkan kurikulum muatan
lokal sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan lingkungan setempat. Sekolah
dapat menjabarkan dan menambah mata pelajaran yang sesuai dengan keadaan
lingkungan dan ciri khas sekolah yang bersangkutan dengan tidak mengurangi
kurikulum yang berlaku secara nasional.
Pengembangan kurikulum muatan lokal selama ini tidak diimbangi
dengan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan. Selama ini
keberadaan masyarakat kurang atau bahkan tidak pernah diperhatikan dan
diikusertakan dalam penyelenggaraan pendidikan. Kalaupun ada partisipasi
masyarakat selama ini lebih banyak bersifat dukungan input (dana), bukan proses
pendidikan (pengambilan keputusan, monitoring, evaluasi dan akuntabilitas).
Dalam kegiatan kurikulum terdapat kesulitan dalam membuat perangkat mengajar
utamanya pada rencana pelaksanaan pembelajaran, urutan dari komponen yang
berbeda-beda tiap guru dan format nilai, sehingga menghambat penyusunan
perangkat pembelajaran bagi guru. Pada awal tahun 2007/2008 Indonesia
menerapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), dengan harapan KTSP
merupakan sebuah kurikulum yang benar-benar dibuat oleh sekolah yang
melibatkan unsur kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, konselor, komite
sekolah dan nara sumber, sehingga dengan sinerginya unsur -unsur tersebut akan
menemukan kemudahan dalam proses pembuatan kurikulum. Kurikulum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4 mempunyai kedudukan sentral dalam sebuah proses penyelenggaraan pendidikan.
Tujuan-tujuan pendidikan nasional yang telah ditetapkan tidak akan pernah
tercapai tanpa didasarkan dan diarahkan oleh kurikulum, karena kurikulum inilah
yang akan mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan.
Aktivitas pendidikan formal dilaksanakan di sekolah, sedangkan sekolah
merupakan ujung tombak pelaksanaan kurikulum, yang diwujudkan melalui
proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, institusional,
kurikuler, dan instruksional. Agar proses belajar-mengajar dapat dilaksanakan
secara efektif dan efisien serta mencapai hasil yang diharapkan, diperlukan
kegiatan manajemen program pengajaran. Dalam pelaksanaan program
pengajaran, guru dituntut untuk kreatif dalam mengemas pelaksanaan kegiatan
pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik. Sehubungan dengan hal
tersebut tentu saja kurikulum sangat berperan besar, baik kurikulum tingkat
sekolah maupun kurikulum tingkat kelas. Pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah
merupakan tanggungjawab dari kepala sekolah sedangkan kurikulum tingkat kelas
yang bertanggung jawab adalah guru. Salah satu pelaksanaan kurikulum tingkat
kelas adalah kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru.
Guru harus benar-benar paham tentang kurikulum untuk menjalankan
tugasnya dengan baik, tanpa adanya pemahaman yang jelas maka hasilnya tidak
akan maksimal, sebagian guru masih bingung dalam pelaksanaan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan, hal ini ditunjukkan melalui keadaan tingkat nasional
maupun lokal. Berdasarkan Kompas (31 Juli 2006) diberitakan, Setelah dalam
rentang waktu yang sangat panjang guru ditempatkan tak lebih sebagai “mesin
pelaksana” dari paket kurikulum, kini diberi otonomi untuk mengembangkan
kurikulum sendiri. Dengan pemberian otonomi ini, mulai terbayang: sebagian
besar guru akan bekerja dengan penuh gairah karena dapat mengekspresikan
kreativitasnya sendiri; kelas akan lebih hidup, karena guru lebih dekat dengan
realitas siswa dan dunia sekitar; dan komunikasi dua arah antara guru dan siswa
akan lebih cair, karena guru mempunyai kesempatan luas untuk “menjadi dirinya
sendiri”. Namun, pada sisi lain muncul pula kecemasan oleh beberapa pertanyaan
yang mengusik. Satu diantaranya, yang dijadikan topik tulisan ini adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5 Mungkinkah para guru mengembangkan kurikulum sendiri, seperti yang
diharapkan ?
Berdasarkan observasi awal di SMA Negeri 1 Surakarta, dapat dikatakan
SMA Negeri 1 Surakarta adalah salah satu SMA di wilayah Surakarta yang
melaksanakan sistem manajemen berbasis sekolah. Kondisi sekolah yang strategis
dan kondusif sebagai tempat belajar merupakan pilihan masyarakat untuk
menyekolahkan anaknya, sehingga SMA Negeri 1 Surakarta merupakan sekolah
yang memiliki input siswa yang bagus. Input yang berkualitas tidak menjamin
output yang berkualitas, apabila tidak didukung oleh proses yang berkualitas pula.
Hasil observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat ketidakpuasan siswa
dalam pelaksanaan kurikulum tingkat kelas dalam hal kegiatan belajar mengajar
mata pelajaran ekonomi. Dalam pembelajaran di kelas guru jarang menggunakan
metode pembelajaran siswa aktif, sehinggga siswa merasa bosan dalam mengikuti
pelajaran selain itu siswa cenderung tidak pernah mengajukan pertanyaan dan
mengemukakan pendapat di dalam kegiatan pembelajaran. Peranan kurikulum dan
program pengajaran di dalam proses ini sangatlah besar. Dari pengamatan yang
dilakukan dapat dikatakan terjadi ketidakpuasan siswa terhadap guru yang
mengajar, hal tersebut ditunjukkan dari siswa yang kurang memperhatikan ketika
guru mengajar di dalam kelas. Guru seharusnya menjadi fasilitator apabila
terdapat siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar dan berusaha untuk
membantu siswa dalam memecahkan masalah tersebut, namun dalam
kenyataannya terdapat beberapa siswa cenderung menutup diri dengan
permasalahan yang dihadapinya dan tidak berusaha untuk menanyakannya dengan
pihak guru. Mereka menganggap metode yang dilaksanakan guru dalam
pembelajaran kurang memberikan motivasi untuk belajar, tetapi malah
menimbulkaan dampak membosankan, mengantuk di dalam kelas, dan suasana
yang kurang kondusif untuk kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu diketahui bahwa
kurikulum tingkat kelas merupakan salah satu komponen terpenting dalam
peningkatan mutu peserta didik. Oleh sebaab itu peneliti tertarik untuk meneliti
salah satu perangkat pendukung peningkatan kualitas sekolah dalam rangka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6 pelaksanaan pendidikan berbasis otonomi daerah, yang dikemas dalam
manajemen berbasis sekolah. Untuk itu peneliti memilih judul:
“EFEKTIVITAS PELAKSANAAN KURIKULUM DAN PROGRAM
PENGAJARAN MATA PELAJARAN EKONOMI DALAM RANGKA
PENERAPAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH SMA NEGERI 1
SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010”
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah (probelamatika) diperlukan sebagai arah atau
pedoman dalam melakukan penelitian. Berdasarkan latar belakang yang telah
peneliti kemukakan maka dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran mata pelajaran
ekonomi dalam rangka penerapan manajemen berbasis sekolah tahun ajaran
2009/2010 SMA Negeri 1 Surakarta ?
2. Bagaimana efektivitas pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran mata
pelajaran ekonomi dalam rangka penerapan manajemen berbasis sekolah
tahun ajaran 2009/2010 SMA Negeri 1 Surakarta ?
3. Apa hambatan yang dihadapi dan pemecahan masalah yang dilakukan dalam
pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran dalam rangka penerapan
manajemen berbasis sekolah tahun ajaran 2009/2010 SMA Negeri 1
Surakarta ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui:
1. Pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran mata pelajaran ekonomi
dalam rangka penerapan manajemen berbasis sekolah tahun ajaran 2009/2010
SMA Negeri 1 Surakarta.
2. Efektivitas pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran mata pelajaran
ekonomi dalam rangka penerapan manajemen berbasis sekolah tahun ajaran
2009/2010 SMA Negeri 1 Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7 3. Hambatan yang dihadapi dan pemecahan masalah yang dilakukan dalam
pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran dalam rangka penerapan
manajemen berbasis sekolah tahun ajaran 2009/2010 SMA Negeri 1
Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah pengetahuan tentang pelaksanaan kurikulum dan program
pengajaran dalam rangka penerapan manajemen berbasis sekolah.
b. Memberikan wawasan tentang efektivitas pelaksanaan kurikulum dan program
pengajaran dalam rangka penerapan manajemen berbasis sekolah.
c. Bahan referensi peneliti yang lain yang akan meneliti permasalahan yang
berhubungan dengan efektivitas pelaksanaan kurikulum dan program
pengajaran dalam rangka penerapan manajemen berbasis sekolah.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi SMA Negeri 1 Surakarta:
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi rekomendasi dan bahan
pertimbangan dalam perbaikan pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran
dalam rangka penerapan manajemen berbasis sekolah.
b. Bagi FKIP pendidikan Akuntansi
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah referensi kepustakaan tentang
efektivitas pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran dalam rangka
penerapan manajemen berbasis sekolah.
c. Bagi Peneliti
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan peneliti agar
mengetahui lebih mendalam tentang efektivitas pelaksanaan kurikulum dan
program pengajaran dalam rangka penerapan manajemen berbasis sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Snelbecker (Lexy J. Moleong, 2009: 57) berpendapat bahwa “Teori
sebagai seperangkat proposisi yang berinteraksi secara sintaksi (yaitu yang
mengikuti aturan tertentu yang dapat dihubungkan secara logis satu dengan
lainnya dengan data atas dasar yang dapat diamati) dan berfungsi sebagi wahana
untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati”. Mengkaji teori
yang relevan dengan masalah yang dirumuskan merupakan langkah awal untuk
mencari jawaban atas masalah tersebut. Di dalam penelitian ilmiah diperlukan
teori yang relevan dan mendukung dengan permasalahannya.
Teori yang peneliti gunakan untuk mendukung rencana penelitian ini
adalah:
1. Tinjauan Manajemen Berbasis Sekolah
a. Manajemen Sekolah
G.R. Terry (Nunung Chozanah, 1994: 22) definisi manajemen adalah,
“Manajemen sebagai pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya
melalui usaha orang lain atau ada usaha-usaha untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan lebih dahulu dengan mempergunakan kegiatan orang lain”.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat suatu tujuan yang
ingin dicapai dan untuk mencapai tujuan tersebut dengan memberdayakan
kemampuan orang lain.
Mary Parker Follet yang dikutip dalam Wikipedia.com, menyatakan
bahwa “who wrote on the topic in the early twentieth century, defined
management as the art of getting things done through people", yang artinya
manajemen adalah suatu seni untuk melaksanakan suatu pekerjaan melalui
orang lain. Definisi tersebut mengandung perhatian pada kenyataan bahwa para
manajer mencapai suatu tujuan organisasi dengan cara mengatur orang-orang
lain untuk melaksanakan apa saja yang perlu dalam pekerjaan itu, bukan
dengan cara melaksanakan pekerjaan itu oleh dirinya sendiri.
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Pengaturan manajemen sangatlah berperan penting dalam pencapaian
tujuan dalam suatu organisasi, tanpa manejemen tujuan organisasi sukar untuk
dicapai. Begitu pula dalam pelaksanaan kebijakan sekolah, manajemen
berperan dalam pengaturan dan upaya peningkatan kualitas sekolah. Gaffar
(1989) yang dikutip oleh E. Mulyasa (2007: 19-20) mengemukakan bahwa
Manajemen pendidikan mengandung arti sebagai suatu proses kerja sama yang sistematik, sismetik, dan komprehensif dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Manajemen pendidikan juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berkenaan dengan pengelolaan proses pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, baik tujuan jangka pendek, menengah, maupun tujuan jangka panjang. Berdasarkan atas hal tersebut, dapat dikemukakan bahwa manajemen
sangat berperan penting dalam proses pendidikan untuk mengatur segala proses
pendidikan yang saling terkait, karena terdapat komponen-komponen yang
berhubungan secara sistematis. Tanpa manajemen pendidikan tujuan
pendidikan nasional tidak akan terwujud secara optimal, efektif dan efisien.
Manajemen pendidikan dalam pelaksanaannya dikenal dengan
desentralisasi pendidikan, yakni otonomi daerah dengan pelimpahan
wewenang dari pemerintah pusat kepada daerah untuk membuat keputusan
manejemen dan menyusun perencanaan sendiri dalam mengatasi masalah
pendidikan, dengan mengacu kepada sistem pendidikan nasional.
Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat dikemukakan bahwa praktek
desentralisasi manejemen pendidikan dapat diterapkan di dalam beberapa
tingkat dan struktur organisasi penyelenggaraan pendidikan, mulai dari tingkat
nasional sampai tingkat satuan pendidikan yakni sekolah.
b. Manajemen Berbasis Sekolah
Manajemen berbasis sekolah merupakan terjemahan dari school-based
management. Istilah ini pertama kali muncul di Amerika Serikat ketika
masyarakat mulai mempertanyakan relevansi pendidikan dengan tuntutan dan
perkembangan masyarakat setempat. Sementara di Indonesia konsep ini telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
disosialisasikan bersamaan dengan pewacanaan kurikulum 1994 pada tenaga
pendidik dan kependidikan.
E. Mulyasa (2007: 24) menyatakan bahwa “MBS memberikan otonomi
luas pada tingkat sekolah dalam rangka kebijakan nasional”. Dengan
pemberian otonomi tersebut sekolah memiliki kewenangan dalam mengelola
sumber daya dan sumber dana dengan mengalokasikannya sesuai dengan
prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat.
Donoseputro (1997: 3-6) menyatakan:
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) pada hakikatnya adalah penyerasian sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan semua pemangku kepentingan yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan peningkatan mutu sekolah atau untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Berdasarkan definisi tersebut dapat dinyatakan bahwa diperlukan
kerjasama dari berbagai pihak baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah,
masyarakat, kepala sekolah, guru,dan pihak-pihak terkait lainnya untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional.
1) Tujuan MBS
Dalam pelaksanaan desentralisasi pendidikan MBS memiliki
tujuan sebagai berikut:
a) Peningkatan efisiensi, antara lain diperoleh melalui keleluasaan
mengelola sumberdaya partisipasi masyarakat dan penyederhanaan
birokrasi.
b) Peningkatan mutu, antara lain melalui partisipasi orang tua
terhadap sekolah, fleksibilitas pengelolaan sekolah dan kelas,
peningkatan profesionalisme guru dan kepala sekolah, berlakunya
sistem insentif dan disinsentif.
c) Peningkatan pemerataan, antara lain diperoleh melalui peningkatan
partisipasi masyarakat yang memungkinkan pemerintah lebih
berkonsentrasi pada kelompok tertentu. Hal ini dimungkinkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
karena pada sebagian masyarakat tumbuh rasa kepemilikan yang
tinggi terhadap sekolah.
2) Manfaat MBS
MBS memberikan beberapa manfaat diantaranya dengan
kondisi setempat, sekolah dapat meningkatkan kesejahteraan guru
sehingga dapat lebih berkonsentrasi pada tugasnya, keleluasaan dalam
mengelola sumberdaya dan dalam menyertakan masyarakat untuk
berpartisipasi, mendorong profesionalisme kepala sekolah dalam
peranannya sebagai manajer maupun pemimpin sekolah, guru
didorong untuk berinovasi, rasa tanggap sekolah terhadap kebutuhan
setempat meningkat dan menjamin layanan pendidikan sesuai dengan
tuntutan masyarakat sekolah dan peserta didik.
3) Komponen-komponen MBS
Hal yang paling penting dalam implementasi MBS adalah
manajemen terhadap komponen-komponen itu sendiri, dimana
komponen-komponen tersebut meliputi:
a) Manajemen kurikulum dan program pengajaran b) Manajemen tenaga kependidikan c) Manajemen kesiswaan d) Manajemen keuangan dan pembiayaan e) Manajemen sarana dan prasarana pendidikan f) Manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat g) Manajemen layanan khusus (E. Mulyasa, 2007: 40-52)
Dari ketujuh komponen tersebut manajemen kurikulum dan program
pengajaran merupakan komponen terpenting diantara keenam
komponen yang lain, namun keenam komponen yang lain tidak boleh
diabaikan karena ikut menentukan keberhasilan pelaksanaan MBS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
2. Tinjauan Kurikulum
a. Pengertian Kurikulum
Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin, yakni “Curriculae”, artinya
jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Pada waktu itu, pengertian
kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang
bertujuan untuk memperoleh ijazah. Dengan menempuh suatu kurikulum,
siswa dapat memperoleh ijazah. Dalam hal ini, ijazah pada hakekatnya
merupakan suatu bukti, bahwa siswa telah menempuh kurikulum yang berupa
rencana pelajaran, sebagaimana halnya seorang pelari telah menempuh suatu
jarak antara satu tempat ke tempat lainnya dan akhirnya mencapai finish.
(Oemar Hamalik 2003: 16).
Definisi kurikulum dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional
sebagaimana dapat dilihat dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
No. 20 Tahun 2003 BAB I Pasal 1 Butir 19 menyatakan bahwa “Kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”. Dengan
demikian setiap satuan pendidikan akan memiliki acuan dalam kegiatan
pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan masing-
masing sekolah, dimana tujuan masing-masing sekolah bermuara pada tujuan
nasional pendidikan.
Kurikulum ditinjau dari berbagai aspek memiliki pengertian yang
berbeda-beda sesuai dengan substansi yang terkandung di dalamnya. Ditinjau
dari isi dan materi pelajaran, kurikulum di bentuk agar memberi kemudahan
bagi guru dalam menyampaikan pelajaran kepada siswa sehingga siswa
memperoleh pengetahuan karena isi dan materi telah tersusun dalam
kurikulum. Hal ini ditegaskan oleh Hamalik dalam Muhammad Joko Susilo
(2007: 78) bahwa “kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus
ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan”.
Mata ajaran (subject matter) yang dimaksud adalah pemgalaman orang tua atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
orang-orang pandai masa lampau, yang telah tersusun secara sistematis dan
logis.
Sementara itu menurut ahli lain, “Kurikulum adalah program
pendidikan” (Oemar Hamalik, 2006: 10) yang disediakan oleh lembaga
pendidikan (sekolah) bagi siswa. Berdasarkan program pendidikan tersebut
siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga mendorong
perkembangan dan pertumbuhannya sesuai dengan tujuan pendidikan yang
telah ditetapkan. Dengan kata lain, dengan program kurikuler tersebut,
sekolah/lembaga pendidikan menyediakan lingkungan pendidikan bagi siswa
untuk berkembang. Itu sebabnya, kurikulum disusun sedemikian rupa yang
memungkinkan siswa melakukan beraneka ragam kegitan belajar. Kurikulum
tidak terbatas pada sejumlah mata pelajaran, namun meliputi segala sesuatu
yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa, seperti: bangunan sekolah,
alat pelajaran, perlengkapan sekolah, perpustakaan, karyawan tata usaha,
gambar-gambar, halaman sekolah, dan lain-lain. Semua kegiatan yang
bertujuan memberikan pengalaman pendidikan kepada siswa tercakup dalam
kurikulum.
Kurikulum mencerminkan keseluruhan siklus input-proces-output,
sehingga kurikulum adalah serangkaian pengalaman belajar yang melibatkan
semua kegiatan yanga terdapat dalam sekolah. Hal ini senada dengan pendapat
Romine dalam Oemar Hamalik (2006: 10) dan Muhammad Joko Susilo (2007:
79) yang menyatakan bahwa “Curriculum is interpreted to mean all of the
organized course activites, and experience which pupils have under the
direction of school, whether in the classroom or not”. Berdasarkan rumusan
tersebut, kegiatan-kegiatan kurikuler tidak terbatas dalam ruang kelas,
melainkan mencakup juga kegiatan di luar kelas. Pandangan modern
menjelaskan, bahwa kegiatan intrakulikuler dan kegiatan ekstrakulikuler tidak
ada pemisahan yang tegas. Semua kegiatan yang memberikan pengalaman
belajar bagi siswa pada hakikatnya adalah kurikulum.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa
kurikulum merupakan bagian dari sekolah yang sangat penting, karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14 melibatkan semua kegiatan yang terdapat dalam sekolah dan memiliki perananan
yang penting bagi guru karena sebagai acuan dalam proses belajar mengajar agar
siswa memperoleh pengetahuan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
tertentu yang telah ditetapkan.
b. Komponen Kurikulum
Kurikulum merupakan suatu sistem yang memiliki suatu
komponen-komponen tertentu. Komponen-komponen tersebut saling terkait
satu dengan yang lainnya karena merupakan suatu proses kegiatan yang
berkesinambungan, dan dalam proses tersebut selalu dikembangkan menuju
perpaduan dan penyempurnaan.
Menurut Muhammad Joko Susilo (2007: 89) berpendapat bahwa
kurikulum terdiri atas empat komponen yaitu:
1) Tujuan Kurikulum disusun berdasarkan tujuan pelajaran atau tujuan sekolah (pendidikan) yang hendak dicapai.
2) Bahan pelajaran Kurikulum harus memuat bahan pelajaran yang sesuai guna mencapai tujuan.
3) Proses belajar mengajar Bahan-bahan pelajaran yang telah dipilih, harus didesain sedemikian rupa dalam kurikulum agar efektif ketika disajikan kepada siswa.
4) Penilaian atau evaluasi Menentukan standar nilai untuk mengevaluasi efektivitas penyajian bahan pelajaran dan pelaksanaan kurikulum secara keseluruhan.
Komposisi kurikulum yang dikemukakan M. Joko Susilo tersebut
menunjukkan bahwa keempat komponen kurikulum tersebut memiliki
hubungan yang saling terkait. Tujuan merupakan komponen kurikulum yang
paling pertama dan merupakan harapan yang ingin diwujudkan setiap
pendidikan. Oleh karena itu dalam menetapkan tujuan harus memperhatikan
tiga komponen yang lain baik komponen bahan pelajaran, proses belajar
mengajar maupun penilaian. Begitu juga dalam menentukan bahan pelajaran
harus memperhatikan tiga komponen yang lain, karena semua komponen
tersebut saling berkaitan. Apabila keempat komponen tersebut dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
dijalankan secara efektif maka akan dapat dijadikan tolak ukur atas
keberhasilan yang akan dicapai.
Kesalingketerkaitan komponen-komponen tersebut dapat
digambarkan dalam bagan berikut:
Gambar 1. Skema Sistem Kurikulum Sumber: Muhammad Joko susilo (2007: 89)
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Tujuan
pembelajaran merupakan tujuan pendidikan yang lebih operasional, yang
hendak dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran dari setiap mata pelajaran.
Melalui proses pembelajaran diharapkan terdapat perubahan dalam aspek
kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam proses pembelajaran diharapkan
mengandung unsur PAIKEM, yang merupakan akronim dari Pembelajaran
Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan, sehingga
memungkinkan siswa untuk dapat melaksanakan proses belajarnya secara
aktif, kreatif dan menyenangkan, dengan efektivitas yang tinggi. Sedangkan
evaluasi merupkan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pengembangan
kurikulum itu sendiri. Melalui evaluasi, dapat ditentukan nilai dan arti
kurikulum, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan apakah kurikulum
dapat dipertahankan atau tidak.
Tujuan
Bahan Pelajaran penilaian
Proses belajar Mengajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16 c. Fungsi Kurikulum
Dalam aktivitas belajar mengajar, kedudukan kurikulum sangat penting,
karena dengan kurikulum akan bermanfaat bagi beberapa pihak baik peserta
didik, orang tua siswa, guru, dan pihak-pihak lain yang terkait. Oleh sebab itu
kurikulum mempunyai beberapa fungsi diantaranya:
1) Fungsi kurikulum dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan
Kurikulum pada suatu sekolah merupakan suatu alat atau usaha mencapai
tujuan - tujuan pendidikan yang diinginkan sekolah tertentu yang dianggap
cukup tepat untuk dicapai. Dalam pencapain tujuan pendidikan yang dicita-
citakan, tujuan-tujuan tersebut mesti dicapai secara bertingkat yang saling
mendukung, sedangkan keberadaan kurikulum di sini adalah sebagai alat
untuk mencapai tujuan (pendidikan).
2) Fungsi kurikulum bagi anak didik
Keberadaan kurikulum sebagai organisasi belajar tersusun merupakan suatu
persiapan bagi anak didik. Sebagai alat dalam mencapai tujuan pendidikan,
kurikulum diharapkan mampu menawarkan program-program pada anak
didik yang akan hidup di zamannya.
3) Fungsi kurikulum bagi pendidik
Guru merupakan pendidik profesional, yang secara implisit telah merelakan
dirinya untuk memikul sebagian tanggungjawab pendidikan yang ada di
pundak para orang tua. Adapun fungsi kurikulum bagi guru adalah sebagai
pedoman kerja dalam menyususn dan mengorganisasi pengalaman belajar
pada anak didik dan sebagai pedoman dalam mengevaluasi perkembangan
anak didik.
4) Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah/pembina sekolah
Kepala sekolah merupakan administrator dan supervisor yang mempunyai
tangging jawab terhadap kurikulum, fungsi kurikulum bagi kepala sekolah
dan Pembina lainnya adalah sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi
supervise.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
5) Fungsi kurikulum bagi orang tua
Bagi orang tua, kurikulum difungsikan sebagai bentuk adanya partisipasi
orang tua dalam membantu usaha sekolah dalam memajukan putra-putrinya.
Bantuan tersebut dapat berupa konsultasi langsung dengan sekolah
mengenai masalah menyangkut anak-anak mereka.
6) Fungsi kurikulum bagi sekolah tingkat di atasnya
Fungsi kurikulum dalam hal ini dibagi dalam dua komponen yaitu dalam
pemeliharaan keseimbangan proses pendidikan dan penyiapan tenaga baru.
7) Fungsi kurikulum bagi masyarakat dan pemakai lulusan sekolah
Kurikulum suatu sekolah juga berfungsi bagi masyarakat dan pihak pemakai
lulusan yang bersangkutan baik ikut memberikan kontribusi dalam
memperlancar pelaksanaan program pendidikan dan ikut memberikan kritik
dan saran konstruktif demi penyempurnan program pendidikan di sekolah.
d. Pengembangan Kurikulum
Perencanaan dan pengembangan kurikulum nasional pada umumnya
telah dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional pada tingkat pusat.
Karena itu level sekolah yang paling penting adalah bagaimana merealisasikan
dan menyesuaikan kurikulum tersebut dengan kegiatan pembelajaran.
Kurikulum sebagai suatu sistem keseluruhan memiliki komponen-komponen
yang berkaitan antara satu dengan yang lainnya, komponen-komponen tersebut,
baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama menjadi dasar utama
dalam upaya mengembangan sistem pembelajaran. Menurut Oemar Hamalik
(2003: 24-30) kurikulum memiliki komponen-komponen sebagai berikut:
1) Tujuan kurikulum tiap satuan pendidikan harus mengacu kearah pencapaian tujuan pendidikan nasional, sebagaimana telah ditetapkan dalam Undan-undang No. 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional.
2) Materi kurikulum pada hakekatnya adalah isi kurikulum yang berupa bahan kajian dan pelajaran
3) Metode adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
4) Organisasi kurikulum, yang terdiri dari mata pelajaran terpisah, mata pelajaran berkorelasi, bidang studi/pengajaran, program yang berpusat pada anak, core program, dan eclectic program.
5) Evaluasi merupakan suatu komponen kurikulum, karena kurikulum adalah pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.
Komponen-komponen kurikulum dengan hubungannya yang saling
terkait menunjukkan bahwa proses pengembangan kurikulum bukanlah
pekerjaan yang mudah. Adakalanya kurikulum yang telah disusun tidak dapat
mencapai tujuan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang sangat kompleks, dan
melibatkan berbagai komponen, yang tidak hanya menuntut ketrampilan teknis
dari pihak pengembang terhadap pengembangan berbagai komponen
kurikulum. Kurikulum didesain atas pengembangan dan perbaikan.
Pelaksanaan pengembangan kurikulum memberikan kesempatan lebih
luas terhadap guru untuk berimprovisasi, terutama dalam pengembangan
silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang lebih sesuai dengan
kebutuhan. Sekolah yang memiliki kemampuan mandiri dapat menjabarkan
standar isi dan standar kompetensi lulusan secara mandiri serta
mengembangkan silabus yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya setelah
mendapat persetujuan dari Dinas Pendidikan setempat (provinsi, kabupaten,
dan kota). Karena sekolah diberi kebebasan dan keleluasaan dalam
pengembangan silabus sesuai dengan karakteristik peserta didik serta kondisi
dan kebutuhan masing-masing, maka pemerintah melalui Departemen
Pendidikan Nasional memberikan acuan yang dapat dijadikan pedoman dalam
pengembangan silabus, dengan adanya standar yang harus dipenuhi maka
komponen dalam silabus diharapkan tidak ada yang terlewatkan dan
diharapkan guru lebih mudah dalam pengembangan silabus.
Landasan pengembangan silabus tersebut terdapat dalam PP Nomor 19
tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan pasal 17 ayat (2) dan PP
Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan pasal 20. “Silabus”
yang dimaksudkan adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang
implementasi kurikulum, yang mencakup kegiatan pembelajaran, pengelolaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
kurikulum berbasis sekolah, kurikulum hasil belajar, serta penilaian berbasis
kelas. (E. Mulyasa, 2009: 133). Silabus merupakan kerangka inti dari setiap
kurikulum yang akan ditanamkan kepada siswa melalui kegiatan pembelajaran,
dimana kegiatan pembelajaran harus dilakukan untuk membentuk suatu
kompetensi tertentu. Upaya pembelajaran yang dilakukan kemudian diadakan
penilain dengan tujuan agar mengetahui bahwa kompetensi tersebut sudah
dimiliki oleh siswa.
Silabus merupakan penjabaran lebih rinci dari Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar yang minimal memuat kompetensi dasar, materi standar,
dan hasil belajar yang harus dimiliki oleh siswa. Secara lebih rinci dijelaskan
Departemen Pendidikan Nasional (2007: 126) menyatakan bahwa “Silabus
adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata
pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar,
materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar”.
Pengembangan silabus sekolah harus berpedoman pada delapan prinsip
pengembangan silabus, agar pengembangan yang dilakukan oleh sekolah tetap
berada dalam koridor standar pendidikan nasional. Sesuai dengan standar
Departemen Pendidikan Nasional (2007: 128-130), terdapat delapan prinsip
dalam pengembangan kurikulum, yaitu:
1) Prinsip Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam
silabus harus benar dan dapat dipertanggungawabkan secara keilmuan
2) Prinsip Relevan
Dalam pengembangan silabus diharapkan terdapat kesesuaian antara
cakupan, kedalaman dan tingkat kesulitan, serta urutan penyajian materi
dan kompetensi dasar dengan karakteristik peserta didik. Serta diharapkan
terdapat keserasian antara silabus dengan kebutuhan dan tuntutan
masyarakat pemakai lulusan. Demikian halnya dalam kaitannya dengan
jenjang pendidikan yang ada di atasnya sehingga terjadi kesinambungan
dalam pengembangan silabus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
3) Prinsip Sistematis
Komponen-komponen dalam silabus saling berkaitan secara
fungsional dalam mencapai kompetensi.
4) Prinsip Konsisten
Kurikulum dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prinsip
keterpaduan, sehingga terdapat konsistensi antara format dalam silabus
dengan pelaksanaan dalam proses pembelajaran, baik dalam interaksi antara
siswa dan guru maupun antara teori dan praktik dalam rangka membentuk
kompetensi peserta didik.
5) Prinsip Memadai
Prinsip memadai berkaitan dengan cakupan indikator, materi
pokok, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup
untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar. Serta didukung sarana dan
prasarana yang tersedia dalam proses belajar mengajar. Dengan sarana
prasarana yang memadai, maka dalam penyampaian kompeteni dasar akan
lebih mudah dan menyenangkan bagi siswa.
6) Prinsip Aktual dan Kontekstual
Berkaitan dengan cakupan indikator, materi pokok, kegiatan
pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan
perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata,
dan peristiwa yang terjadi.
7) Prinsip Fleksibel
Guru sebagai pelaksana kurikulum, tidak harus menyajikan mutlak
seperti dalam silabus, tetapi guru dapat mengembangkan berbagai ide baru.
Sifat luwes, lentur dan fleksibel dalam pelaksanaannya, memungkinkan
terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi tempat
dan waktu yang selalu berkembang, serta kemampuan dan latar belakang
peserta didik.
8) Prinsip Menyeluruh
Komponen dalam silabus yang dikembangkan harus mencakup
keseluruhan ranah kompotensi baik kognitif, afektif, dan psikomotorik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Pemenuhan prinsip-prinsip di atas itulah yang membedakan antara
penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan kurikulum
sebelumnya, yang justru tampaknya sering kali terabaikan. Karena prinsip-
prinsip itu boleh dikatakan sebagai ruh atau jiwanya kurikulum. Dengan prinsip
pengembangan kurikulum, pengengembangan silabus oleh sekolah tetap berada
dalam koridor standar nasional pendidikan.
Pengembangan silabus KTSP dalam prosesnya dapat dilakukan melalui
tiga cara seperti berikut:
1) Mengembangkan silabus sendiri; bagi sekolah yang sudah mampu mengembangkannya, dan didukung oleh sumber daya, sumber dana, serta fasilitas dan lingkungan yang memadai.
2) Menggunakan model silabus yang dikembangkan oleh BNSP; bagi sekolah yang belum mampu mengembangkannya secara mandiri.
3) Menggunakan atau memotokopi silabus dari sekolah lain; bagi yang belum mampu mengembangkannya secara mandiri. (E. Mulayasa, 2009: 134)
Dengan demikian setiap satuan pendidikan berhak dalam
pengembangkan silabus sesuai dengan kemampuan masing-masing, apabila
sekolah belum mampu atau belum memenuhi kriteria dalam pengembangan
silabus secara mandiri, maka guru dan kepala sekolah diperbolehkan
menggunakan model silabus dari BNSP, atau bisa juga memfotokopi silabus
dari sekolah lain, namun guru dan kepala sekolah harus menyesuaikan
kurikulum tersebut, serta menganalisisnya dengan cara memilah dan mimilih
setiap kompetensi dasar yang dikembangkan disesuaikan dengan kondisi
masing-masing sekolah.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa silabus
merupakan inti penjabaran dari kurikulum yang dapat dikembangkan oleh
setiap satuan pendidikan yaitu guru, kelompok guru atau kelompok kerja guru
masing-masing mata pelajaran dibawah koordinasi dan supervisi Dinas
Pendidikan setempat. Oleh Karena itu melalui pengembangan kurikulum dari
satuan pendidikan, diharapkan mampu menciptakan pembelajaran efektif dan
menyenangkan bagi siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22 e. Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Kelas
Pelaksanan kurikulum dibagi mejadi dua tingkatan yaitu pelaksanaan
kurikulum tingkat sekolah dan tingkat kelas. Dalam tingkat sekolah yang
berperan adalah kepala sekolah dan pada tingkat kelas yang berperan adalah
guru. Walaupun dibedakan antara tugas kepala sekolah dan tugas guru dalam
pelaksanaan kurikulum serta diadakan perbedaan tingkat dalam pelaksanaan
administrasi, yaitu tingkat kelas dan tingkat sekolah, namun antara kedua tingkat
dalam pelaksanaan administrasi kurikulum tersebut senantiasa bergandengan
dan bersama-sama bertanggungjawab melaksanakan proses administrasi
kurikulum.
Pelaksanaan kurikulum tingkat kelas terdapat unsur pembagian tugas
guru secara administrasi untuk menjamin kelancaran pelaksanan kurikulum
lingkungan kelas. Pembagian tugas-tugas tersebut meliputi tiga jenis kegiatan
administrasi yaitu: pembagian tugas mengajar, pembagian tugas pembinaan
ekstrakulikuler, dan pemberian tugas bimbingan belajar. Berkaitan dengan tugas
mengajar, kegiatan ini erat sekali kaitannya dengan tugas-tugas seorang guru
dalam mengajar suatu mata pelajaran tertentu. Kegiatan tersebut antara lain:
a) Menyusun pelaksanaan program unit.
b) Menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan dan jadwal pelajaran
c) Pengisian daftar penilaian kemajuan belajar dan perkembangan siswa
d) Pengisian buku laporan pribadi siswa bagi wali kelas.
Dengan penjabaran tugas guru, maka guru akan lebih mudah dalam
menjalankan kewajibannya dalam mengajar di dalam kelas. Langkah yang
dilakukan oleh guru akan lebih terbimbing dan terkontrol. Sehingga pelaksaan
pembelajaran akan berjalan secara efektif dan efisien.
3. Tinjauan Program Pengajaran
a. Pengertian Program Pengajaran
Sekolah merupakan ujung tombak pelaksanaan kurikulum, baik
kurikulum nasional maupun muatan lokal, yang diwujudkan dalam proses
belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, institusional,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
kurikuler dan instruksional. Agar proses belajar-mengajar dapat dilaksanakan
secara efektif dan efisien, serta mencapai hasil yang diharapkan, diperlukan
kegiatan manajemen program pengajaran. Dalam manajemen program
pengajaran terdapat suatu perencanaan pengajaran yang digunakan sebagai
acuan dalam pelaksanaan pengajaran oleh guru. Dengan adanya perencanaan
maka langkah-langkah yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan akan
lebih terstuktur dan terinci dengan baik karena dapat disusun berdasarkan
kebutuhan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan keinginan pembuat
perencanaan.
E. Mulyasa (2007: 41) menyatakan bahwa “manajemen atau
administrasi pengajaran adalah keseluruhan proses penyelenggaraan kegiatan
di bidang pengajaran yang bertujuan agar seluruh kegiatan di bidang
pengajaran terlaksana secara efektif dan efisien”. Dengan demikian segala
sesuatu yang berhubungan dan mendukung kegiatan pengajaran dapat
dinyatakan dalam aktivitas manajemen pengajaran, dimana manajemen
pengajaran tersebut bertujuan untuk menciptakan kegiatan pengajaran yang
lebih efektif dan efisien.
Perencanaan pengajaran menurut Abdul Majid (2008: 17) “dapat
diartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media
pengajaran, penggunaan pendekatan dan metode pengajaran, dan penilaian
dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan”. Berdasarkan deskripsi tersebut
lingkup manajemen program pengajaran lebih terdeskripsikan bila
dibandingkan dengan pengertian sebelumnya, karena dalam pengertian tersebut
dijelaskan secara rinci bagian apa saja yang menjadi lingkup dari program
pengajaran, yaitu: materi pelajaran, media pengajaran, penggunaan pendekatan
dan metode pengajaran, dan penilaian.
Sedangkan menurut Oemar hamalik (2003: 55) menyatakan bahwa
“pengajaran atau instruction adalah a goal-directed teaching process which is
more or less pre-planned”. Dalam pengajaran, perumusan tujuan adalah hal
utama dan setiap proses pengajaran senantiasa diarahkan untuk mencapai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
tujuan yang telah ditetapkan. Untuk itu proses pengajaran harus direncanakan.
Lebih lengkapnya definisi pengajaran atau pembelajaran oleh Oemar hamalik
(2003: 57) menyatakan bahwa “suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-
unsur manusiawai, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran”.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
perencanaan program pengajaran merupakan sebuah proses disiplin ilmu
pengetahuan, system, dan teknologi pembelajaran bertujuan agar pelaksanaan
pengajaran berjalan dengan efektif dan efisien. Kurikulum khususnya silabus
menjadi acuan utama dalam penyusunan perencanaan program pengajaran,
namun kondisi satuan pendidikan dan lingkungan sekitar merupakan hal
penting jangan sampai diabaikan.
b. Rencana Pelaksanan Pembelajaran
Tugas utama guru dalam kaitannya dengan dokumen kurikulum adalah
membuat rencana pembelajaran yang akan dijadikan pedoman dalam
pelaksanaan pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik. Oleh
karena itu, dalam kondisi dan situasi bagaimanapun guru harus membuat RPP,
karena perencanaan merupakan pedoman pembelajaran. Seperti yang
dinyatakan oleh E. Mulyasa (2009: 154) “Guru boleh saja tidak membuat
kurikulum, boleh juga tidak membuat alat peraga, bahkan dalam hal tertentu
tidak melakukan penilaian, tetapi tidak boleh tidak membuat perencanaan”.
Dengan demikian pembuatan perencanaan (RPP) merupakan hal wajib yang
harus dibuat oleh guru sebelum melakukan pembelajaran, karena merupakan
pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran.
Departemen Pendidikan Nasional (2007: 144) menyatakan bahwa
“Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai
satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan telah dijabarkan
dalam silabus. Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu)
kompetensi dasar yang terdiri atas (satu) kali pertemuan atau lebih”. Dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
demikian rencana pembelajaran merupakan hal penting yang harus dilakukan
guru untuk menunjang pembentukan kompetensi yang akan diharapkan. Dalam
hal ini, guru harus menjabarkan Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
(SKKD) dalam bidangnya untuk jangka waktu tertentu. Oleh karena itu, RPP
memiliki kedudukan yang esensial dalam pembelajaran yang efektif karena
akan membantu membuat disiplin kerja yang baik, suasana yang lebih menarik,
pembelajaran yang diorganisasikan dengan baik, relevan dan akurat.
c. Pengembangan Rencana Pelaksaan Pembelajaran
Pengembangan rencana pembelajaran yang dilakukan oleh guru tidak
boleh menyimpang dalam peraturan yang telah ditetapkan, dalam
pengembangan rencana pembelajaran minimal harus memuat komponen-
komponen berikut:
1) Tujuan pembelajaran 2) Materi pembelajaran 3) Metode pembelajaran 4) Sumber belajar 5) Penilaian hasil belajar (Departemen Pendidikan Nasional, 2007: 145)
Sedangkan menurut ahli lain, Muhammad Joko Susilo (2007:146-
148) pengembangan RPP dapat memuat komponen-komponen berikut:
1) Identitas mata pelajaran 2) Standar kompetensi 3) Kompetensi dasar 4) Materi pokok 5) Materi pembelajaran 6) Strategi pembelajaran 7) Media pembelajaran 8) Penilaian/asesmen dan tindak lanjut 9) Sumber bacaan
Pengembangan rencana pembelajaran harus mengacu pada
kompetensi dasar yang ada dalam silabus. Guru bebas mengembangkan
kompetensi standar tersebut kedalam sejumlah kompetensi yang diperlukan
oleh peserta didik, sesuai dengan karakteristik dan kondisi lingkungan serta
kebutuhan daerah dan kebutuhan sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Pengembangan RPP dalam implementasi KTSP dapat dilakukan
melalui dua cara. Pertama, menambah kolom lebih rinci pada format silabus.
Kedua, membuat format terpisah dalam bentuk satuan pelajaran (Satpel). (E.
Mulyasa, 2009: 162). Dapat dikatakan cara pertama lebih tepat dilakukan oleh
guru yang sudah berpengalaman, sedangkan cara kedua lebih cocok digunakan
oleh guru pemula atau oleh para calon guru. Guru yang belum berpengalaman
pada umumnya memerlukan perencanaan yang lebih rinci dibandingkan
dengan guru yang sudah berpengalaman dalam bidangnya. Berikut merupakan
contoh pengembangan RPP dalam bentuk format silabus dan bentuk Satuan
Pelajaran:
MATRIK RPP
Kelas :…………………………………..
Standar Kompetensi :…………………………………..
Kompetensi
dasar
Indikator Materi
Pokok
Kegiatan
Belajar
Penilaian Instrumen
Penilaian
Tugas Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
Pendahuluan
Pembentukan
kompetensi
Penutup
Gambar 2. Matrik RPP Format Silabus Sumber: E. Mulyasa, 2009; p: 163
Matrik di atas memberikan kemudahan, karena guru hanya mengisi
matrik tersebut sesuai dengan kompetensi yang akan ditanamkan kepada siswa.
Format tersebut dapat dimodifikasi dan disesuaikan dengan kebutuhan sekolah
serta dengan kebutuhan dan perkembangan peserta didik. Selanjutnya
kemampuan guru sendiri yang akan mengembangkan persiapan belajar, dan
akan yang akan melakukan proses pembelajaran.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
I. IDENTITAS MATA PELAJARAN Mata pelajaran : ……………………………………. Satuan pendidikan : ……………………………………. Kelas/semester : ……………………………………. Pertemuan ke : ……………………………………. Alokasi waktu : …………………………………….
II. KOMPETENSI DASAR ……………………………………………………………………. …………………………………………………………………….
III. INDIKATOR ……………………………………………………………………. …………………………………………………………………….
IV. TUJUAN PEMBELAJARAN …………………………………………………………………… ……………………………………………………………………
V. MATERI STANDAR …………………………………………………………………… ……………………………………………………………………
VI. METODE PEMBELAJARAN …………………………………………………………………… ……………………………………………………………………
VII. KEGIATAN PEMBELAJARAN Kegiatan awal ……………………………………………………………………. ……………………………………………………………………. Kegiatan inti ……………………………………………………………………… ……………………………………………………………………… Kegiatan akhir …………………………………………………………………….. ……………………………………………………………………..
VIII. ALAT, BAHAN, DAN SUMBER BELAJAR …………………………………………………………………….. ……………………………………………………………………...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
IX. PENILAIAN
……………………………………………………………………… ………………………………………………………………………
Gambar 3. Matrik RPP Format Satpel Sumber: E. Mulyasa, 2009; p: 164-165
Pengembangan RPP dengan format Satpel lebih rinci, sehingga
menggunakan waktu yang cukup lama dibandingkan dengan cara pertama.
Pembuatannya pun perlu dilakukan beberapa kali, mungkin untuk satu silabus
perlu tiga sampai lima Satpel. Sedangkan cara pertama, silabus langsung
berfungsi sebagai satpel, setelah ditambah beberapa kolom.
4. Tinjauan Efektivitas Kurikulum Dan Program Pengajaran
Makna efektivitas bagi setiap orang akan memiliki makna yang
berbeda, sesuai sudut pandang dan kepentingan masing-masing. Hal tersebut
diakui oleh Chung dan Maginson dalam Mulyasa E (2007: 82) “Efektivenes
means different to different people”. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2001:
219) mengemukakan bahwa “Efektivitas berarti ada efeknya (akibatnya,
pengaruhnya, kesannya), manjur atau mujarab, dapat membawa hasil”.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan efektivitas adalah adanya
kesesuaian antara orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju.
Efektivitas adalah bagaimana suatu organisasi berhasil mendapatkan dan
memanfaatkan sumber daya dalam usaha mewujudkan tujuan operasional.
Sedangkan menurut Starawaji (2009) menyatakan:
Efektivitas berasal dari bahasa inggris yaitu Effective yang berarti berhasil, tepat atau manjur. Efektivitas menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan, suatu usaha dikatakan efektif jika usaha itu mencapai tujuannya. Di dalam kamus bahasa Indonesia Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efektif, pengaruh atau akibat, atau efektif juga dapat diartikan dengan memberikan hasil yang memuaskan. Efektivitas adalah ukuran keberhasilan tujuan organisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dikemukakan bahwa efektivitas
berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketetapan
waktu, dan adanya partisipasi aktif dari anggota. Efektivitas dapat dijadikan
barometer untuk mengukur keberhasilan suatu program, karena merupakan
pengaruh yang ditimbulkan atau disebabkan oleh adanya suatu kegiatan tertentu
untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan yang dicapai dalam setiap
tindakan yang dilakukan.
Berdasarkan cakupan teori di atas maka kurikulum dapat dikatakan
efektif apabila memenuhi kriteria berikut ini:
1) Kesesuaian susunan kurikulum dengan panduan BSNP, terdapat: landasan
kurikulum tingkat sekolah, terdapat visi dan misi, tujuan dan motto sekolah
dan terdapat standar kompetensi lulusan
2) Terdapat komponen kurikulum yang meliputi: tujuan, bahan pelajaran,
proses belajar mengajar, dan penilaian atau evaluasi
3) Kesesuaian format silabus yang meliputi: penelitian identitas mata pelajaran,
standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran,
indikaor, penilaian, alokasi waktu, sumber belajar sesuai Standar Nasional
Pendidikan.
4) Pengembangan silabus berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar
kompetensi kelulusan dibawah dinas pendidikan Kabupaten/Kota yang
meliputi: silabus berbasis kemampuan dasar, pengembangan pengalaman
belajar terdapat ranah kognitif, psikomotorik, afektif, terdapat
pengembangan kecakapan hidup
5) Analisis keadaan dan potensi sekolah yang meliputi: iklim belajar yang
kondusif, sarana dan prasarana yang memadai
6) Pengembangan kurikulum: Prinsip Ilmiah, Prinsip Relevan, Prinsip
Sistematis, Prinsip Konsisten, Prinsip Memadai, Prinsip Aktual dan
Kontekstual, Prinsip Fleksibel, dan Prinsip Menyeluruh
Program pengajaran dapat dikatakan efektif apabila memenuhi kriteria
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
1) Pengembangan Rencana Pelaksaan Pembelajaran minimal terdapat
komponen-komponen berikut: Tujuan pembelajaran, Materi pembelajaran
sesuai dengan Kompetensi Dasar, Metode pembelajaran yang sesuai, alat,
dan sarana pembelajaran, serta Penilaian hasil belajar
2) Pelaksanaan dan pengelolaan pembelajaran yang efektif yang meliputi:
waktu, memberikan pelayanan yang berbeda kepada siswa yang berbeda
karakteristik dan keunikan, merancang kegiatan pembelajaran yang kondusif
di dalam kelas, adanya pendekatan psikologis dan sosio-culture.
3) Pelaksanaan dan pengelompokan penilaian hasil belajar yang meliputi:
penilaian mengacu kepada kemampuan, berkelanjutan, didaktis, menggali
informasi
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Berikut ini merupakan beberapa hasil penelitian yang dilampirkan yang
dianggap relevan dengan masalah yang peneliti teliti:
1. Dra. Susi Gustina pada tahun 2007, yaitu mengenai “Sosialisasi paradigma
baru dalam pelaksanaan kurikulum learner centered”. Hasil penelitian
menunjukkan situasi pembelajaran yang diciptakan oleh para aplikan adalah
baik, hal tersebut ditunjukkan dari peningkatkan motivasi siswa dalam
pembelajaran, seperti aktif mengikuti aktivitas seni, meningkatkan kepekaan
untuk merasakan elemen-elemen seni (bunyi, gerakan), menciptakan gerakan
atau bunyi secara kreatif, dan meningkatkan kemampuan mereka dalam
pemecahan masalah.
2. Dewi Kuntari pada tahun 2009, yaitu mengenai “Problematika Pembelajaran
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Yang Dihadapi Guru
Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Kasus di SMA Negeri Di Bondowoso)”.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) penerapan kurikulum tingkat satuan
pendidikan di SMA Negeri Bondowoso yaitu diawali dengan menyusun
komponen KTSP seperti: Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan Tingkat satuan
Pendidikan, Struktur dan Muatan KTSP, Kalender Pendidikan, Silabus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di SMA Negeri Bondowoso adalah
membuka pelajaran, kegiatan inti, menutup pelajaran. Sumber belajar yang
digunakan oleh guru adalah buku teks, LKS, buku-buku lain yang relevan
dengan materi, koran, kliping, majalah, internet, sedangkan media yang
digunakan oleh guru adalah OHP, LCD, laptop, komputer, kartu kasus,
televisi, DVD, VCD. Metode belajar bervariasi ceramah, diskusi, tanya jawab.
Penilaian yang digunakan adalah ulangan harian, ulangan tengah semester,
ujian akhir semester, bentuk lain dengan wawancara, tugas kelompok dan
tugas idividu. (2) problematika yang dihadapi guru Pendidikan
Kewarganegaraan adalah (a) kesulitan dalam membuat perangkat mengajar
utamanya pada rencana pelaksanaan pembelajaran, urutan dari komponen
yang berbeda-beda tiap guru, format penilaian, dan juga keterlambatan
pengiriman kalender pendidikan dari pusat, sehingga menghambat
penyusunan perangkat pembelajaran bagi guru; (b) kesulitan guru dalam
mengoperasikan komputer, LCD dan laptop; (c) sarana dan prasarana yang
terbatas;. (3) upaya mengatasi problematika yang dihadapi guru yaitu: (a)
mengatasi kesulitan guru dalam menyusun perangkat mengajar, upaya yang
dilakukan adalah dengan mendatangkan pakar/ahli untuk mengadakan
sosialisasi dan konsultasi tentang kesulitan yang dihadapi guru; (b) Upaya
yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan dalam metode ataupun media
adalah pihak kepala sekolah, mengadakan kursus untuk guru seperti komputer
dan LCD; (b) untuk melengkapi sarana dan prasarana dilakukan dengan
musyawarah dengan komite sekolah, rapat orang tua wali murid.
3. Riptono pada tahun 2007, yaitu mengenai “Pelaksanaan kurikulum tingkat
satuan pendidikan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa SMK Negeri 6
Surakarta tahun diklat 2007/2008”. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: (1)
Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SMK Negeri 6
Surakarta sudah sesuai dan sejalan dengan tuntutan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Standar Nasional Pendidikan. (2) Dengan diberlakukannya Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan di SMK Negeri 6 Surakarta ini, sekolah memiliki suatu
kewenangan sendiri untuk mengembangkan peranan guru dan kreatifitas guru
untuk lebih maju meningkatkan kreatifitas dan prestasi belajar siswa sehingga
lulusan dapat bersaing di dunia kerja. Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan menggunaan manajemen berbasis sekolah yang didukung dengan
otonomi daerah sehingga sudah sinkron sesuai tuntutan dunia pendidikan; (3)
Faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan di SMK Negeri 6 Surakarta adalah: (a) Pendanaan, sarana dan
prasarana yang terbatas, (b) Terdapat sebagian guru dan karyawan yang sulit
diajak maju.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas, dapat dikemukakan
persamaan dan perbedaan hasil penelitian, persamaan dan perbedaan tersebut
berdasarkan pada masing-masing tujuan penelitian. Persamaan tersebut
ditunjukkan dalam pelaksaan kurikulum telah sesuai dan sejalan dengan tuntutan
UU Rebuplik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dan Peraturan Pemerintah Rebuplik Indonesia Nomor 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan. Faktor-faktor yang menghambat pelaksaan
kurikulum adalah pendanaan, sarana dan prasarana yang terbatas dan terdapat
sebagian guru yang mengalami kesulitan dalam menyusun perangkat mengajar.
Perbedaan hasil penelitian ditunjukkan berdasarkan keluasan dan
kedalaman penelitian, hasil penelitian Riptono menggambarkan secara umum
tentang pelaksanaan kurikulum dan hambatan yang dialami para guru, sedangkan
hasil penelitian Dewi Kuntari lebih bersifat khusus dan memberikan banyak
informasi bagi pembaca, karena menggambarkan pelaksanaan kurikulum dari
awal perencanaan, pelaksanaan pengajaran di dalam kelas, hambatan yang
dihadapi para guru dan upaya mengatasi hambatan yang dihadapi para guru.
Sedangkan hasil penelitian Susi Agustina menjelaskan bahwa pembelajaran yang
dilakukan dengan model siswa aktif akan lebih efektif dan dapat meningkatkan
motisasi siswa dalam pembelajaran dan meningkatkan kemampuan dalam
pemecahan masalah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
C. Kerangka Pemikiran
Manajemen pendidikan adalah suatu penataan bidang garapan
pendidikan yang selalu ditingkatkan untuk menciptakan siswa yang berkualitas.
Dalam manajemen pendidikan dikenal dua mekanisme pengaturan, yaitu sistem
sentralisasi dan desentralisasi. Dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah
pendekatan sentralistik masih diperlukan, terutama untuk menentukan kurikulum
pendidikan nasional agar dapat tercapai kesamaan dan pemerataan standar
pendidikan di seluruh wilayah tanah air.
UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dan UU No.
32 Tahun 2004 tentang otonomi daerah, desentralisasi pendidikan tidak hanya
dilimpahkan pada pemerintah daerah namun hingga ke tingkat satuan pendidikan.
Manajemen berbasis sekolah merupakan merupakan paradigma baru pendidikan,
yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah ( pelibatan masyarakat )
dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. Manajemen kurikulum dan
program pengajaran merupakan bagian dari MBS. Manajemen kurikulum
merupakan subtansi manajemen yang utama di sekolah. Prinsip dasar manajemen
kurikulum ini adalah berusaha agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan
baik. Manajemen kurikulum dan program pengajaran mencakup kegiatan
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian kurikulum. Perencanaan dan
pengembangan kurikulum nasional pada umumnya telah dilakukan oleh
Departemen Pendidikan Nasional pada tingkat pusat. Karena itu level sekolah
yang paling penting adalah bagaimana merealisasikan dan menyesuaikan
kurikulum tersebut dengan kegiatan pembelajaran. Disamping itu, sekolah juga
bertugas dan berwenang untuk mengembangkan kurikulum muatan lokal sesuai
dengan kebutuhan masyarakat dan lingkungan setempat.
Pengembangan kurikulum harus memenuhi standar minimal yang telah
ditetapkan dari Departemen Pendidikan Nasional agar tidak menyimpang dalam
pelaksanaannya. Begitu pula dalam program pengajaran, guru harus berusaha
menciptakan pembelajaran yang PAIKEM di dalam menyampaikan materi
sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Untuk memperjelas kerangka pemikiran yang telah dirumuskan di atas,
dapat dilihat dalam skema kerangka pemikiran berikut ini:
Keterangan:
: Permasalahan yang diteliti.
: Permasalahan yang tidak diteliti.
Gambar 4. Skema Kerangka Pemikiran
Manajemen Berbasis Sekolah
2. Manajemen tenaga kependidikan 3. Manajemen kesiswaan 4. Manajemen keuangan dan
pembiayaan 5. Manajemen sarana dan prasarana
pendidikan 6. Manajemen hubungan sekolah
dengan masyarakat 7. Manajemen layanan khusus
1. Manajemen kurikulum dan program pengajaran
Efektivitas perencanaan oleh pusat
Hambatan yang dihadapi
Efektivitas pelaksanaan oleh guru
Efektivitas penilaian oleh pusat
Manajemen kurikulum dan program pengajaran tingkat sekolah
Manajemen kurikulum dan program pengajaran tingkat kelas
Pengembangan kurikulum oleh guru Pelaksanaan pembelajaran oleh guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
BAB III
METODOLOGI
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Surakarta, dengan objek penelitian
pada bagian pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran. Adapun alasan yang
mendasari pelaksanaan penelitian di lokasi ini adalah:
a. SMA Negeri 1 Surakarta mempunyai potensi kesulitan dalam pengembangan
pengajaran mata pelajaran ekonomi, sehingga siswa mengalami kesulitan
dalam pembelajaran di kelas.
b. SMA Negeri 1 Surakarta merupakan salah satu sekolah favorit, sehingga dapat
dijadikan barometer pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran dalam
rangka penerapan manajemen berbasis sekolah.
c. Belum pernah ada mahasiswa yang mengadakan penelitian dengan tema
manajemen berbasis sekolah di tempat tersebut.
2. Waktu Penelitian
Waktu yang direncanakan peneliti untuk melakukan penelitian kurang
lebih enam bulan, dengan jadwal sebagai berikut:
Tabel 1. Tabel Rencana Penelitian
No Keterangan Tahun 2009 Tahun 2010
Okt Nov Des Jan Feb Maret
1 Pengajuan Judul
2 Penyusunan Proposal
3 Izin Penelitian
4 Pengumpulan Data
5 Analisis Data
6 Penyusunan Laporan Penelitian
35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Pelaksanaan penelitian memerlukan suatu metode tertentu yang dianggap
sesuai dengan masalah yang diteliti. Pemilihan metode yang tepat dapat
menunjang penelitian dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai. Dalam
melakukan penelitian terdapat berbagai metode yang dapat digunakan. Oleh
karena itu peneliti harus menggunakan metode yang sesuai dengan permasalahan,
situasi dan kondisi dalam penelitian tersebut. Sesuai dengan permasalahan, situasi
dan kondisi yang peneliti rumuskan, maka penelitian ini menggunakan metode
deskriptif kualitatif.
Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Lexy J. Moleong (2009: 4)
menyatakan metode kualitatif adalah “Prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati”. Sedangkan menurut Kirk dan Miller yang dikutip Lexy J.
Moleong (2009: 4) mendefinisikan bahwa “Penelitian kualitatif adalah tradisi
tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari
pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam
peristilahannya”. Sementara itu Wolf dan Tymiz dalam sukardi (2006: 2)
menyatakan bahwa “Penelitian kualitatif bertujuan untuk mengetahui aktualitas,
realitas sosial dan persepsi manusia melalui pengakuan mereka, yang mungkin
tidak dapat diungkapkan melalui penonjolan pengukuran formal atau pertanyaan
penelitian yang telah dipersiapkan terlebih dahulu”.
Penelitian kualitatif bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa
yang dialami oleh subjek penelitian dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata
dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode alamiah. Dalam penelitian kualitatif, peneliti tidak menggunakan
perantara angka sebagai transpormasi fenomena, tetapi langsung berinteraksi
dengan subjek yang diteliti, melakukan observasi atau dengan melakukan
wawancara untuk mengungkap pengakuan subjek yang diteliti baik melalui
simbol-simbol atau tingkah laku yang muncul di lapangan. Simbol, pengkuan,
atau rangkaian tindakan tersebut kemudian dikumpulkan dan digunakan sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37 masukan utama dalam menggambarkan subjek atau obek penelitian secara
deskriptif.
H. Hadari Nawawi dan H. Mimi Martini (1996: 73) menyatakan penelitian
deskriptif adalah “Prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan
menggambarkan atau melukiskan objek penelitian pada saat sekarang,
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya”. Sedangkan
menurut Lexy J. Moleong (2009: 11) menjelaskan bahwa “data yang dikumpulkan
adalah kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka, … dengan demikian, laporan
penelitian akan berisi kutipan-kutipan data yang memberikan gambaran penyajian
laporan tersebut”.
Berdasarkan pengertian para ahli di atas penelitian ini termasuk dalam
penelitian deskriptif kualitatif karena menggambarkan keadaan mengenai
pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran, bagaimana sistem pelaksanaan
dan hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan kurikulum dan
program pengajaran di SMA Negeri 1 Surakarta.
2. Strategi Penelitian
Strategi penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
strategi tunggal terpancang. Menurut H. B. sutopo (2002: 42) penelitian
terpancang adalah, “Penelitian kualitatif yang sudah menentukan focus penelitian
berupa variabel utamanya yang akan dikaji berdasarkan pada tujuan dan minat
penelitiannya sebelum peneliti ke lapangan studinya”. Berdasarkan pengertian
tersebut tunggal berarti penelitian hanya dilakukan pada satu lokasi penelitian,
yaitu SMA Negeri 1 Surakarta, sedangkan terpancang artinya ada tujuan untuk
mengetahui pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran di SMA Negeri 1
Surakarta.
C. Sumber Data
H. B. Sutopo (2002: 58) menyatakan bahwa “Sumber data dalam
penelitian kualitatif terdiri dari beberapa jenis, bisa berupa orang, peristiwa,
tempat atau lokasi, benda, serta dokumen atau arsip”. Sedangkan menurut Lofland
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38 dan Lofland yang dikutip Lexy J. Moleong (2009: 157) mengemukakan bahwa
“sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan,
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain”. Pemahaman
terhadap sumber data sangatlah penting, karena ketepatan dalam memilih sumber
data akan menentukan kenyataan dan ketepatan data atau informasi yang
diperoleh. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Informan
Hasil penelitian yang berkualitas dapat ditunjang dengan informan yang
relevan, yang dapat memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan. Informan
adalah seorang yang mengetahui dan berhubungan dengan masalah yang akan
diuji dan bersedia memberikan keterangan-keterangan yang dibutuhkan.
Informan dalam penelitian ini adalah Kepala Bidang Kurikulum, para guru mata
pelajaran ekonomi, dan siswa dalam pengumpulan data.
2. Dokumen
Dokumen merupakan sumber informasi yang dibutuhkan yang dapat
berupa bahan tertulis yang berkaitan dengan suatu peristiwa tertentu. Peneliti
memanfaatkan dokumen bertujuan agar penelitian didukung dengan bukti yang
ada dan dapat diyakini kebenarannya. Dokumen yang akan digunakan peneliti
adalah pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran serta data-data lain yang
menunjang kegiatan penelitian di SMA Negeri 1 Surakarta.
3. Peristiwa dan Aktivitas
Data juga dapat dikumpulkan dari tempat, peristiwa dan aktivitas atau
perilaku sebagai sumber data yang berkaitan dengan sasaran penelitian. Dari
pengamatan aktivitas atau peristiwa, peneliti bisa mengetahui proses bagaimana
suatu terjadi secara lebih pasti karena menyaksikan sendiri secara langsung.
Peristiwa adalah sumber data secara disengaja atau pun tidak disengaja.
Sedangkan aktivitas merupakan rutinitas yang berulang atau yang hanya satu kali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39 terjadi. Aktivitas tersebut meliputi aktivitas secara formal ataupun tidak formal,
tertutup atau terbuka untuk dapat diamatai oleh siapapun. (H. B. Sutopo, 2002)
Peristiwa dan aktivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
mengenai kegiatan belajar mengajar di dalam kelas dan pelaksanaan program
pengayaan, dimana peneliti mengamati dan mengobservasi kegiatan para siswa
dan guru dalam kegiatan belajar mengajar.
D. Teknik Sampling
Lexy J. Meleong (2009: 224) menyatakan bahwa “Dalam penelitian
kualitatif sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor kontekstual. Jadi, maksud
sampling dalam hal ini ialah untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari
berbagai macam sumber dan bangunannya (constructions)”. Sedangkan menurut
H. B. Sutopo (2002: 55) bahwa “Teknik cuplikan merupakan suatu bentuk khusus
atau proses bagi pemusatan atau pemilihan dalam penelitian yang mengarah pada
seleksi”. Oleh sebab itu pada penelitian kualitatif tidak ada sampel pemilihan
secara acak tetapi sampel bertujuan (purposive sampling). Peneliti mengambil
sample informan yang menguasai permasalahan yang peneliti teliti sehingga dapat
memberikan berbagai informasi yang peneliti perlukan. Dengan purposive
sampling ini diharapkan peneliti akan memperoleh responden yang dapat
memberikan informasi yang relevan di lapangan. Peneliti dalam melakukan
penunjukan responden menggunakan kriteria yang konsisten, dan bukan atas dasar
perasaan segan dan tidak senamg terhadap seseorang dengan tujuan untuk
menghindari terjadinya bias dalam memperoleh informasi yang diinginkan.
Informan kunci maupun informan pendukung dalam penelitian ini adalah
wakil kepala sekolah bagian kurikulum, para guru, dan para siswa yang mengikuti
pelajaran ekonomi yang dipilih sebagaimana teknis di atas.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang ditempuh untuk
memperoleh data yang diperlukan dalam suatu penelitian dengan menggunakan
alat tertentu. Sesuai dengan pendekatan penelitian kualitatif dan jenis sumber data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40 yang digunakan dalam penelitian ini, maka teknik pengumpulan data yang
dipergunakan adalah:
1. Wawancara
“Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu”. (Lexy J. Meleong, 2009: 186)
Penggunaan teknik wawancara bertujuan apabila data yang dibutuhkan
belum tersedia secara komplit dalam teknik dokumentasi. Menurut Lexy J.
Meleong (2009: 187-188) terdapat tiga macam teknik wawancara:
a. Wawancara Pembicaraan Informal
Wawancara ini bersifat spontanitas karena pertanyaan yang diajukan
tergantung pada pewawancara dan hubungan antara pewawancara dengan yang
diwawancarai dalam suasana wajar, biasa. Selain itu pemberian pertanyaan dan
jawabannya yang diajukan seperti percakapan biasa dalam kehidupan sehari-
hari.
b. Pendekatan Menggunakan Petunjuk Umum Wawancara
Dalam bentuk ini pewawancara harus membuat daftar pertanyaan secara
runtut dan dan membuat kerangka beserta garis besar pokok-pokok pertanyaan.
Pembuatan daftar pertanyaan tersebut harus dipersiapkan sebelum pelaksanaan
wawancara dimulai. Hal tersebut dilakukan agar dapat mencakup secara
keseluruhan pertanyaan yang akan diajukan.
c. Wawancara Baku Terbuka
Pelaksaan wawancara ini dengan menggunakan seperangkat pertanyaan
dari baku, urutan pertanyaan, kata-katanya, dan cara penyajiannya pun sama
untuk setiap responden. Kefleksibelan dalam wawancara sangat terbatas,
sehingga kecakapan pewawancara sangat diperlukan dalam pelaksanaan teknik
ini.
Berdasarkan jenis wawancara di atas, peneliti menggunakan teknik
wawancara dengan sistem petunjuk umum wawancara, sehingga peneliti harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
membuat daftar pertanyaan terlebih dahulu, agar semua informasi yang
dibutuhkan dapat terangkum dalam sesi tanya jawab tersebut.
2. Dokumentasi
Slamet Widodo (2004: 79) mengemukakan bahwa “Teknik
pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh
melalui dokumen-dokumen”. Sedangkan menurut Guba dan Lincoln yang dikutip
oleh Lexy J. Moleong (2009: 216) menyatakan bahwa “ Dokumen adalah setiap
bahan tertulis ataupun film, lain dari record, yang tidak dipersiapkan karena
adanya permintaan seorang penyidik”.
Teknik ini digunaan dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut:
a. Lebih mudah dan murah didapatkan
b. Waktu dan tenaga lebih efisien
c. Berguna sebagai bukti kebenaran dalam suatu pengujian
d. Dokemen digunakan sebagai sumber data karena datanya bersifat relatif stabil
dan kaya akan informasi.
Dokumen yang peneliti gunakan adalah buku dan sumber yang
berhubungan dengan kurikulum dan program pengajaran.
3. Observasi
Slamet Widodo (2004: 64) mengemukakan bahwa “Observasi adalah
pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti”.
Teknik observasi yang tepat dapat membantu dalam mengumpulkan informasi-
informasi yang relevan dan dapat mengurangi bias. Berkaitan dengan hal tersebut
terdapat tiga jenis teknik observasi, yaitu:
a. Teknik observasi partisipasi lawannya non partisipasi
Slamet Widodo (2004: 65) menyatakan bahwa “Observasi partisipasi
(participant observation) jika observer terlibat langsung secara aktif dalam
obyek yang diteliti. Keadaan yang sebaliknya disebut non observasi partisipasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42 b. Teknik observasi sistematis lawannya non sistematis
Observasi sistematis merupakan observasi yang sudah ditentukan
terlebih dahulu kerangkanya. Kerangka tersebut memuat faktor-faktor yang
akan diobservasi menurut kategorinya.
c. Teknik observasi eksperimental lawannya non eksperimental
Observasi eksperimen merupakan observasi yang dilakukan terhadap
situasi yang disiapkan sedemikian rupa untuk meneliti sesuatu yang dicobakan.
Berdasarkan teknik obserasi tersebut peneliti menggunakan teknik observasi
partisipsi, non partisipasi, sistematis dan non eksperimen.
Berdasarkan teknik observasi partisipasi peneliti dapat berdialog atau
bercakap-cakap yang mengarah pada pendalaman dan kelengkapan datanya,
disamping itu peneliti juga bisa mengarahkan peristiwa-peristiwa yang sedang
dipelajari demi kemantapan datanya. Peneliti melakukan interaksi dengan
objek yaitu bercakap-cakap dengan Waka Kurikulum dan para gugu ekonomi
di SMA Negeri 1 Surakarta untuk memperoleh informasi yang relevan,
terutama mengenai pelaksaan kurikulum dan program pengajaran di SMA
Negeri 1 Surakarta.
Berdasarkan teknik non partisipasi peneliti dapat mengamati kegiatan
belajar mengajar guru untuk memperoleh data yang dibutuhkan terutama
informasi atau data yang berkaitan dengan hambatan dalam pelaksaan
kurikulum dan program pengajaran di SMA Negeri1 Surakarta. Menurut teknik
observasi ini, peneliti hanya melakukan pengamatan tanpa melakukan interaksi
atau peran apapun terhadap objek dan lingkungan objek.
Berdasarkan teknik observasi sistematis peneliti harus membuat
indikator terlebih dahulu, dengan pembuatan indikator maka kerangka
penelitian sudah ditentukan terlebih dahulu sehingga akan mempermudah
penelitian. Kerangka tersebut memuat faktor-faktor yang akan diobservasi
menurut kategorinya.
Berdasarkan teknik non eksperimental peneliti tidak mempersiapkan
keadaan atau situasi sedemikian rupa berupa rekayasa untuk menguji cobakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
sesuatu, tetapi peneliti meneliti keadaan murni dalam pelaksaan kurikulum dan
program pengajaran di SMA Negeri 1 Surakarta.
F. Validitas Data
Data-data yang telah diperoleh dan dikumpulkan untuk diteliti harus
diusahakan kebenarannya, oleh karena itu diperlukan cara untuk mendukung
derajat kebenarannya yang disebut validitas data. Validitas merupakan jaminan
bagi kemantapan simpulan dan tafsiran makna sebagai hasil penelitian. (H.B.
Sutopo, 2002: 78) adapun dalam penelitian yang akan dilaksanakan peneliti
menggunakan cara trianggulasi dan review informan dalam memeriksa keabsahan
datanya.
1. Trianggulasi
Keabsahan data dalam penelitian merupakan syarat penting untuk
menghasilkan penelitian yang berkualitas, keabsahan data diperlukan dengan
teknik pemeriksaan data yang didasarkan atas sejumlah kriteria. Menurut Lexy J.
Moleong (2001: 173),
Untuk menetapkan trustworthiness atau keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan dalam teknik pemeriksaan data yaitu kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), ketergantungan (dependability), dan kepastian (conformability). Pendapat lain dari Patton yang dikutip H. B. Sutopo (2002: 78-82)
terdapat empat macam teknik trianggulasi, yaitu:
a. Trianggulasi data/sumber (Data Triangulation) dimana peneliti menggunakan beberapa sumber data yang sama
b. Trianggulasi peneliti (Investigator Triangulation) yaitu pengumpulan data yang sama dan dilakukan oleh beberapa orang
c. Trianggulasi metodologis (Methodological Triangulation) yaitu penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metode penelitian yang berbeda ataupun dengan menggunakan data yang sejenis, tetapi dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda, dan
d. Trianggulasi teoritis (Theoretical Triangulation) yaitu menggunakan penelitian tentang topic yang sama dan datanya dianalisis dengan menggunakan beberapa prespektif teoritis yang berbeda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Berdasarkan beberapa pengertian trianggulasi di atas peneliti
menggunakan trianggulasi sumber dan metode. Trianggulasi sumber dilakukan
dengan cara membandingkan data sejenis dan berkaitan yang terkumpul dari
berbagai sumber data yang berbeda, yaitu dengan teknik wawancara yang
dilakukan dengan nara sumber baik dari Kepala Bidang Kurikulum, para guru
mata pelajaran ekonomi dan para siswa dalam pengumpulan data. Trianggulasi
metode dilakukan dengan cara mengumpulkan data sejenis tetapi dengan
menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda, yaitu baik dengan cara
wawancara maupun dokumentasi.
2. Review Informan
Review Informan merupakan salah satu teknik pemeriksaan keabsahan
data yang dilakukan oleh informan pokok dengan cara mengekpos hasil sementara
atau hasil akhir peneliti. Hal ini dimaksudkan untuk menjajaki dan menguji
hipotesis yang muncul dari pemikiran peneliti tersebut merupakan pertanyaan
yang dapat disetujui mereka.
G. Analisis Data
Bogdan dan Biklen yang dikutip Lexy J. Moleong (2005: 248),
mengemukakan bahwa:
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasi data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang dianggap penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Selanjutnya menurut Janice McDrury dalam Lexy J. Moleong (2005:
248) menyatakan tahapan analisis data kualitatif adalah sebagai berikut:
1. Membaca/mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan yang ada dalam data,
2. Mempelajari kata-kata kunci itu, berupaya menemukan tema-tema yang berasal dari data,
3. Menulis model yang ditemukan 4. Koding yang telah dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Proses analisis dalam penelitian kualitatif pada dasarnya dilakukan secara
bersamaaan dengan proses pelaksanaan pengumpulan data. Miles dan Huberman
dalam bukunya H. B. Sutopo (2002: 92) menyatakan bahwa “Dalam proses
analisis terdapat tiga komponen utama yang harus benar-benar dipahami oleh
setiap peneliti kualitatif. Tiga komponen utama tersebut adalah reduksi data,
sajian data dan pemeriksaan simpulan serta verifikasinya”.
1. Reduksi Data
H. B. Sutopo (2002: 92) mengemukakan bahwa “Reduksi data adalah
bagian dari proses analisis yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus,
membuang hal-hal yang tidak penting, dan mengatur data sedemikian rupa
sehingga simpulan penelitian dapat dilakukan”. Reduksi data merupakan
komponen pertama dam analisis yang merupakan proses seleksi, pemfokusan,
penyederhanaan, dan abstraksi data yang diperoleh dari catatn-catatan tertulis di
lapangan yang diarahkan dan diorganisir agar dapat menjadi suatu kesimpulan.
2. Sajian Data
Tahap selanjutnya yang harus dilakukan setelah reduksi data adalah sajian
data. Sajian data merupakan serangkaian informasi, deskripsi dalam bentuk narasi
yang disusun secara logis dan sistematis yang mengacu pada rumusan masalah
yang telah dirumuskan sebagai pertanyaan penelitian. Sajian data merupakan
deskripsi mengenai kondisi rinci untuk menceritaan dan menjawab setiap
permasalahan dalam penelitian, dengan maksud agar mempermudah dalam
pemahaman atas gambaran fenomena yang ada pada objek penelitian.
3. Pemeriksaan Simpulan dan Verifikasi
Tahap selanjutnya yang harus dilakukan adalah penarikan kesimpulan dan
verifikasi data. Data yang diperoleh pada saat awal penelitian merupakan suatu
kesimpulan, namun belum jelas dan masih bersifat sementara, yang kemudian
meningkat sampai pada simpulan yang mantap, yaitu pernyataan yang telah
memiliki landasan yang kuat karena telah melalui proses analisis data. Agar lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46 jelas, dapat dilihat pada gambar analisis model interaktif menurut Miles &
Huberman sebagaimana dikutip H. B. Sotopo berikut ini:
Gambar 5. Analisis Model Interaksi Sumber: H. B. Sutopo, 2002; p: 96
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah tahapan-tahapan yang ditempuh dalam suatu
penelitian yang dimulai dari awal sampai akhir penelitian. Dalam penelitian ini
menggunakan prosedur penelitian sebagai berikut:
Gambar 6. Prosedur Penelitian
Pengumpulan Data
Reduksi Data Sajian Data
Pemeriksaan Simpulan
dan Verifikasi
Persiapan Penelitian
Analisis Data Awal
Penyusunan Proposal
Izin Penelitian
Pengumpulan Data
Analisis Data Akhir
Penarikan Kesimpulan
Pembuatan Laporan
Pengajuan Judul
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Penjelasan mengenai tahapan penelitian tersebut adalah:
1. Tahap Persiapan Penelitian
Dalam tahap ini kegiatannya adalah pengajuan judul terlebih dahulu,
kemudian dilanjutkan dengan penyusunan proposal, yaitu rencana penelitian
yang memuat semua hal yang akan dilakukan dalam penelitian. Proposal ini
meliputi pendahuluan, landasan teori dan metodologi penelitian. Setelah
proposal mendapat persetujuan dari pihak yang bersangkutan, tahapan
selanjutnya adalah izin penelitian pada objek yang akan diteliti.
2. Tahap Pengumpulan Data
Dalam tahap ini peneliti menggunakan tiga teknik yaitu: observasi,
dokumentasi dan wawancara.
3. Tahap Analisis Data Awal
Dilakukan untuk mengetahui apakah data yang dikumpulkan tersebut sesuai
denagn yang diharapkan dan yang tidak diperlukan
4. Tahap Analisis Data Akhir
Data yang dianalisis dalam tahap ini adalah seluruh data yang diperoleh dalam
pengumpulan data merupakan data yang sangat mendukung tujuan penelitian.
5. Tahap Penarikan Kesimpulan
Setelah semua data yang diperoleh dianalisis denagn pendekatam kualitatif,
tahap selanjutnya adalah verifikasi/menarik kesimpulan dari apa yang
dihasilakn dalam analisis data tersebut. Penarikan kesimpulan didasarkan pada
tujuan penelitian denagan dukungan oleh data yang valid sehingga data
penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan.
6. Tahap Pembuatan Laporan
Tahap akhir dalam proses penelitian ini adalah penyusunan laporan penelitian.
Laporan ini disusun berdasar atas semua data yang telah diolah dan dianalisis
yang kemudian disusun dalam bentuk skripsi dengan aturan yang sudah
ditetapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Sejarah dan Perkembangan SMA Negeri 1 Surakarta
Bulan Agustus 1943 (Zaman Pendudukan Jepang ) Bapak Mr. Widodo
Sastrodiningrat (waktu itu kepala bagian pendidikan kasunanan) dan Bapak
Soetopo Adiputro (waktu itu kepala pendidikan karisidenan Surakarta), bersama-
sama menghadap pembesar Jepang untuk mengusulkan rencana pembukaan
sekolah sederajat AMS (Setingkat SMA). Setelah disetujui, Bapak Mr. Widodo
Sasrtodingrat menghubungi Bapak Soeprapto untuk menjadi tenaga pengajar
sekaligus membantu mencarikan tenaga pengajar yang lain. Berdasarkan SK
X/II/1943 berdirilah Koto Chu Gokko Sekolah Menengah Tinggi Negeri
(SMTN). Sekolah ini, bertempat di Manahan (Sekarang Gedung SMP Negeri I
Surakarta).
Tahun 1947 terjadi Agresi Militer Belanda I, sehingga gedung sekolah di
Manahan diserahkan kepada Angkatan Laut dan kegiatan belajar mengajar
memakai gedung SMP Negeri II (sekarang Palace Hotel Mangkunegaran). Nama
SMTN digunakan sampai bulan November 1949 karena setelah itu diganti dengan
nama SMA A/B berdasarkan SK No XX / 12 / 1949. Berikutnya pada tanggal 1
Agustus 1956 berubah menjadi SMA Negeri III A/B yang terletak di
Margoyudan, sekolah tersebut terdiri dari:
a. SMA Negeri I – B : di bawah pimpinan Bp. Soepandan
b. SMA Negeri II – A : di bawah pimpinan Bp. Paryatmo
c. SMA Negeri III- B : di bawah pimpinan Bp. Roespandji Atmowirogo
Tanggal 30 Januari 1967 SMA Negeri III – B pindah dari Margoyudan (Jl
Monginsidi No 40) ke Jl. Warungmiri No 90. Dengan demikian, sekolah masih
tersisa di Margoyudan adalah SMA Negeri I dan II. SMA Negeri 1 Surakarta
sampai dengan sekarang tetap beralamat di Margoyudan (sekarang Jl Monginsidi
No 40 Surakarta).
48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Letak SMA Negeri 1 Surakarta menghadap ke selatan yaitu menghadap
perkampungan penduduk dengan batas sebelah barat SMA Negeri II Surakarta.
Kemudian di sebelah timur berbatasan dengan Universitas Kristen Surakarta
(UKS) dan di sebelah utara berbatasan dengan SMP Kristen 3 Surakarta. Secara
geografis letak SMA Negeri 1 Surakarta cukup strategis, karena berada di antara
instansi pendidikan yang lain, seperti SMA Negeri II, SMA Warga, SMA Kristen
Widya Pratama, SMA Kristen III. Hal ini menimbulkan suasana pendidikan yang
kondusif untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM).
Perkembangan SMA Negeri 1 Surakarta tidak lepas dari usaha dan
partisipasi setiap kepala sekolah. Nama–nama kepala sekolah yang pernah
menjadi pimpinan SMA Negeri I Surakarta adalah sebagai berikut:
a. R.M Soepandan : 1 November 1947 s/d 31 Juli 1963
b. R.M Soehardjo : 1Agustus 1963 s/d 31 September 1966
c. R.Prawoto : 1 November 1966 s/d 15 Juni 1971
d. R. Marsaid : 16 Juni 1971 s/d 1 April 1976
e. Drs. Sarwono, B. Sc : 1 April 1976 s/d 29 September 1986
f. Drs. Sri Widodo : 29 September 1986 s/d 2 Februari 1991
g. Drs. H. Djambari Soetjipto : 2 Februari 1991 s/d 28 Maret 1995
h. Drs. H. Kuswanto : 29 Maret 1995 s/d 1 Juli 2002
i. Dra. Hj. Tatik Sutarti : 1 Juli 2002 s/ d 25 November 2004
j. Drs. Sartono Praptoharjono : 25 November 2004 s/d 25 November 2007
k. Drs. H. M Thoyibun, SH, M.M. : 25 November 2007 s/d Sekarang
2. Visi dan Misi
a. Visi
Visi SMA Negeri 1 Surakarta adalah mewujudkan insan yang
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, disiplin, cerdas dan
berwawasan luas. Pengertian dan makna dari kata-kata pada visi tersebut
adalah:
1) Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berarti melaksanakan perintah dan
menjauhi larangan sesuai dengan agama yang dianutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
2) Berbudi luhur berarti santun dalam bertindak, jujur, menjunjung tinggi tata
karma, dan cinta tanah air.
3) Disiplin mengandung arti taat dan patuh pada peraturan atau tata tertib yang
berlaku dengan penuh kesadaran.
4) Cerdas berarti mampu menggunakan ilmu pengetahuan untuk memecahkan
permasalahan yang dihadapinya.
5) Berwawasan luas berarti mampu menggali potensi diri sehingga dapat
mengembangkan potensi tersebut secara optimal dalam era globalisasi.
b. Misi
Misi SMA Negeri 1 Surakarta untuk mewujudkan visi yang telah
ditetapkan adalah:
1) Memelihara dan meningkatkan pengamalan terhadap ajaran agama yang
dianut dengan mengembangkan sikap toleransi.
2) Membudayakan perilaku santun, jujur dan menjunjung tinggi nilai-nilai
luhur budaya bangsa.
3) Menanamkan kesadaran berdisiplin tinggi kepada seluruh warga sekolah.
4) Melaksanakan pendidikan, pembelajaran dan pelayanan yang optimal
sehingga menghasilkan insan yang berprestasi dalam semua bidang.
5) Meningkatkan fasilitas sekolah sebagai sumber belajar.
6) Mendayagunakan dan mengembangkan kegiatan yang menambah
wawasan.
7) Menjalin kerjasama dengan berbagai institusi baik lokal, maupun
internasional.
8) Meningkatkan kesadaran dan kepedulian warga sekolah terhadap
kelestarian lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan
secara global.
3. Tujuan Sekolah
Tujuan pendidikan SMA Negeri 1 surakarta antara lain adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
a. Mempersiapkan peserta didik agar menjadi manusia yang bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan beraklak mulia.
b. Mempersiapkan peserta didik agar menjadi manusia yang berbudi luhur,
cerdas, berkualitas dan berprestasi dalam bidang akademik dan non akademik.
c. Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan dan teknologi agar mampu
bersaing dan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
d. Mempersiapkan dan membekali ketrampilan pada peserta didik untuk dapat
hidup bermasyarakat dan bernegara pada martabat dan budi luhur bangsa.
e. Mempersiapkan dan membekali anak didik dengan pendidikan yang
berwawasan global.
f. Membekali peserta didik untuk dapat memelihara seni dan budaya jawa yang
ada, khususnya seni budaya Surakarta.
4. Struktur Organisasi
Setiap perusahaan maupun organisasi tentu harus mempunyai
struktur organisasi yang jelas untuk mengetahui tugas, wewenang, dan
tanggungjawab setiap bagian maupun personel. Berikut ini merupakan struktur
organisasi SMA Negeri 1 Surakarta:
Komite Sekolah Drs. Sutarno, M.Pd
(Ketua)
Kepala Sekolah Drs.H.M Thoyibun, SH, M.M
(Pembina)
Kepala Tata Usaha
Waka Kurikulum Drs. Suryadi, M.Pd Dibantu: 1. Drs. Hapsoro HP,
M.Pd 2. Dra. Sri Prautami
B 3. Irwan Taufik, SE
Waka Kesiswaan Drs. Suyoto Dibantu: 1. Drs. Imron 2. Drs. Asrori 3. MYE.
Widiyani, S.Pd
Waka Sapra Drs. Bambang Budi H Dibantu: 1. Drs. Suparno 2. Dra. Milangsih
Waka Kemasyarakatan Dra. Niken Dwi Sari Dibantu: 1. Drs. Tri
Wahyono, M.Pd 2. Drs. Sulastri
Dewan Guru
Siswa
Gambar 7. Struktur Organisasi Sekolah Secara Operasional
Sumber: Program Kerja Sekolah SMA Negeri 1 Surakarta tahun Pelajaran 2009+2010 (2009: 60)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
5. Sarana Prasarana
SMA Negeri 1 Surakarta didirikan di atas lahan seluas 7.105 m2 yang
sebagian besar terdiri dari bangunan yang dipergunakan untuk proses belajar
mengajar dan memiliki kapasitas daya tampung sebanyak 1254 siswa yang terbagi
dalam 37 ruang kelas dimana 24 ruang kelas terletak di lantai atas dan 13 ruang
kelas lainnya berada di lantai bawah. Ruang kelas tersebut terdiri dari:
a. Kelas X : 10 kelas RSBI
b. Kelas XI : 2 kelas Aksel
3 kelas RSBI
6 kelas IPA
3 kelas IPS
c. Kelas XII : 2 kelas Aksel
2 kelas RSBI
6 kelas IPA
3 kelas IPS
Selain ruang kelas tersebut, SMA Negeri 1 Surakarta juga memiliki
fasilitas-fasilitas pendukung untuk memperlancar proses belajar mengajar.
Fasilitas-fasilitas tersebut antara lain:
a. Laboratorium kimia (1 buah)
b. Laboratorium fisika (1 buah)
c. Laboratorium Biologi (1 buah)
d. Laboratorium Matematika (1 buah)
e. Laboratorium IPS (1 buah)
f. Laboratorium Bahasa (2 buah)
g. Laboratorium Komputer (2 buah)
h. Website dan Multimedia (1 buah)
i. Perpustakaan (1 buah)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
6. Guru Siswa dan Karyawan
a. Tenaga Pengajar SMA Negeri 1 Surakarta
Tenaga pengajar yang tersedia di SMA Negeri 1 Surakarta adalah 96
orang guru, dengan rincian 22 orang guru normatif, 54 orang guru IPA, 12
orang guru IPS, dan 8 orang guru Bimbingan Konseling (BK). Deskripsi tenaga
pengajar di SMA Negeri 1 Surakarta apabila ditinjau dari latar belakang
pendidikan nampak dalam tabel berikut:
Table 2. Tabel Tenaga Pengajar SMA Negeri 1 Surakarta
No Tingkat Pendidikan Jumlah Prosentase
1 Sarjana Muda (DIII) 1 1,04 %
2 Sarjana (S1) 81 84,38 %
3 Master (S2) 14 14,58 %
Jumlah 96 100 %
Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar tenaga pengajar di SMA
Negeri 1 Surakarta berpendidikan sarjana (S1) yaitu sebesar 84,38 % sisanya
yaitu sebesar 14,58 % berpendidikan master (S2), dan 1,04 berpendidikan
sarjana muda (DIII).
b. Siswa SMA Negeri 1 Surakarta
Jumlah siswa SMA Negeri 1 Surakarta tahun ajaran 2009/2010 adalah
1254 siswa dengan rincian sebagai berikut:
Table 3. Tabel Siswa-Siswi SMA Negeri 1 Surakarta
Kelas Jenis Kelamin Jumlah L P
X RSBI
X-RSBI 1 12 22 34 X-RSBI 2 12 22 34 X-RSBI 3 13 21 34 X-RSBI 4 12 22 34 X-RSBI 5 12 22 34 X-RSBI 6 14 20 34 X-RSBI 7 14 20 34 X-RSBI 8 12 21 33 X-RSBI 9 12 22 34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
X-RSBI 10 12 22 34
AKSEL XI-AKSEL 1 7 18 25 XI-AKSEL 2 8 20 28
Jumlah 140 252 392
XI
RSBI XI-RSBI 1 7 19 26
XI-RSBI 2 8 18 26
XI-RSBI 3 11 14 25
IPA
XI- IA 1 18 20 38
XI- IA 2 18 20 38 XI- IA 3 16 22 38
XI- IA 4 18 19 37
XI- IA 5 15 24 39 XI- IA 6 18 20 38
IPS XI-IS 1 14 18 31 XI-IS 2 14 18 32 XI-IS 3 16 16 32
Jumlah 173 228 400
XII
AKSEL XII-AKSEL 1 6 17 23
XII-AKSEL 2 8 17 25
RSBI XII- RSBI 1 11 16 27
XII- RSBI 2 7 19 26
IPA
XII-IA 1 18 22 40
XII-IA 2 20 22 42
XII-IA 3 20 20 40 XII-IA 4 18 22 40
XII-IA 5 18 22 40 XII-IA 6 19 22 41
IPS XII-IS 1 14 26 40 XII-IS 2 12 26 38
XII-IS 3 14 26 40 Jumlah 185 277 462
JUMLAH (X + XI + XII) 498 757 1254
c. Karyawan SMA Negeri Surakarta
Karyawan di SMA Negeri 1 Surakarta berjumlah 36 orang, dengan
rincian 18 orang sebagai tenaga administrasi dan 18 orang sebagai tenaga
lapangan. Tugas karyawan tersebut adalah membantu jalannya kegiatan
sekolah agar dapat berjalan dengan lancar, kegiatan tersebut meliputi:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
1) Administrasi, yang terdiri dari:
a) KTU
b) Agendaris
c) Kepegawaian
d) Keuangan
e) Inventaris
f) Kesiswaan
g) Perpustakaan
h) Pembantu perpustakaan
i) Administrasi RSBI dan AKSEL
j) Bendahara
k) Presensi
l) Resepsionis
m) Kurikulum
2) Tenaga Lapangan, yang terdiri dari:
a) Cleaning Service
b) KopSis
c) Penjaga
d) Satpam
e) Driver
f) Teknisi
g) Laboratorium
h) Tukang
7. Bidang-bidang Lain Sebagai Pendukung Lembaga
a. Komite Sekolah
Komite sekolah dibentuk berdasarkan keputusan Menteri
Pendidikan Nasional RI No 044/U/2002 tentang dewan pendidikan dan komite
sekolah. Keberadaan komite sekolah adalah untuk mewadahi peran serta
masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu pemerataan dan efisiensi
pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan. Ketua komite sekolah berasal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
dari pihak eksternal sekolah, ketua komite sekolah SMA Negeri 1 Surakarta
untuk periode 2008 – 2011 adalah Drs Harsoyo Supodo, M. M dengan wakil
ketua Drs. H. Anwar Hamdani, S. H, M. M..
Komite sekolah SMA Negeri 1 Surakarta memiliki peran untuk
memberikan pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan
pendidikan di satuan pendidikan, mendukung baik berwujud finansial,
pemikiran maupun tenaga dalam penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di
satuan pendidikan, dan sebagai mediator antara pemerintah dengan
masyarakat di satuan pendidikan.
b. Bimbingan Konseling (BK)
Seorang individu pasti memiliki perbedaan dengan individu
lainnya disamping ada persamaan martabat dan harkat kemanusiaannya. Ada
sejumlah perbedaan dalam diri manusia seperti perbedaan kecerdasan, bakat,
sikap, kebisaan, pengetahuan dan sebagainya. Sekolah yang hanya
memperlakukan seseorang sebagai yang sama dengan yang lain dapat
menimbulkan masalah pada diri peserta didik, sehingga mereka butuh bantuan
atau bimbingan agar tiap individu dengan kebutuhan dan masalahnya yang
unik atau khas dapat dipenuhi atau dipecahkan. dalam hal ini, pemerintah
mengupayakan program bimbingan dan penyuluhan sekolah
Sebagai realisasinya, maka di SMAN I Surakarta membentuk
petugas khusus BP yang bertugas memberikan bantuan dan pelayanan pada
semua siswa, khususnya yang mempunyai masalah di lingkungan sekolah. BP
juga membantu siswa memilih program sesuai keadaan seperti minat, dan
bakat dengan harapan siswa dapat berhasil dengan studinya. BP juga
memperlancar administrasi sekolah dengan adanya keharmonisan dan
kerjasama anatar guru, siswa, karyawan, dan staf sekolah yang lain sehingga
dapat memperlancar kinerja semua personalia.
SMA Negeri 1 Surakarta memiliki 8 konselor yang masing-masing
membina dan mengelola kelas-kelas tertentu. Dalam melaksanakan tugasnya
konselor bekerjasama denga guru. Untuk memudahkan pelayanan kepada
siswa maka disusun suatu program kerja antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
1) Kegiatan yang berhubungan dengan siswa, antara lain:
a) Legalisasi izin masuk bagi siswa yang datang terlambat
b) Legalisasi izin meninggalkan kelas / sekolah
c) Mengadakan konseling tentang berbagai permasalahan yang dialami
oleh siswa
d) Pengumpulan data pribadi
e) Berbagai macam layanan bimbingan, misalnya: layanan informasi,
layanan artikulasi, layanan orientasi
f) Home visit
g) Penjelasan tentang psikologi belajar
2) Kegiatan yang tidak langsung berhubungan dengan siswa
a) Meneliti prestasi siswa
b) Menampung persoalan dari orang tua siswa
c) Penelitian terhadap tata tertib
3) Kegiatan lainnya
a) Membantu kelancaran PBM
b) Membantu kelancaran administrasi pegawai
c) Menyelenggarakan kegiatan yang berhubungan dengan instansi lain
d) Membantu menyelenggarakan pengaturan alat sekolah
e) Membantu pelaksanaan dan penyelenggaraan rapat
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang dikaji, yaitu mengenai efektivitas
pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran mata pelajaran ekonomi dalam
rangka penerapan manajemen berbasis sekolah, maka berikut ini peneliti paparkan
deskripsi hasil penelitian berdasarkan dokumentasi, observasi dan wawancara
yang telah dilaksanakan di SMA Negeri 1 Surakarta. Guna memperoleh data yang
valid dan menghilangkan bias dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
trianggulasi metode dan trianggulasi sumber untuk menguji validitas data dari
responden.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Berdasarkan trianggulasi metode maka setelah peneliti mengadakan
wawancara dengan responden, peneliti membandingkan informasi dari responden
dengan data yang ada seperti dokumen KTSP, silabus, RPP, dan sebagainya yang
relevan dengan informasi responden. Apabila informasi dari responden tersebut
didukung dengan dokumen yang ada maka informasi dari responden tersebut
dinyatakan valid. Sedangkan menurut metode trianggulasi sumber, peneliti
memberikan pertanyaan yang sama pada beberapa responden. Apabila jawaban
tiap-tiap responden mengarah pada jawaban yang sama maka informan tersebut
valid.
Deskripsi data hasil penelitian tersebut meliputi: (1) Pelaksanaan
kurikulum dan program pengajaran mata pelajaran ekonomi SMA Negeri 1
Surakarta, (2) Efektivitas pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran mata
pelajaran ekonomi SMA Negeri 1 Surakarta, (3) Hambatan pelaksanaan
kurikulum dan program pengajaran mata pelajaran ekonomi SMA Negeri 1
Surakarta.
1. Pelaksanaan Kurikulum dan Program Pengajaran Mata Pelajaran Ekonomi
SMA Negeri 1 Surakarta
Perencanaan dan pengembangan kurikulum nasional pada umumnya telah
dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional pada tingkat pusat. Karena itu
level sekolah yang paling penting adalah bagaimana merealisasikan dan
menyesuaikan kurikulum tersebut dengan kegiatan pembelajaran. Kurikulum
sebagai suatu sistem keseluruhan memiliki komponen-komponen yang berkaitan
antara satu dengan yang lainnya, komponen-komponen tersebut, baik secara
sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama menjadi dasar utama dalam upaya
mengembangan sistem pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi di SMA Negeri 1 Surakarta, KTSP
merupakan kurikulum yang ditetapkan dari pusat, garis-garis besar dalam
pelaksaan kurikulum sudah diatur dan ditetapkan oleh Badan Standar Nasional
pendidikan. Kurikulum yang ditetapkan oleh pusat kemudian dikembangkan oleh
daerah yang sesuaikan dengan potensi sekolah masing-masing, sehingga SMA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Negeri 1 Surakarta mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi yang ada di
SMA Negeri 1 Surakarta. Ini dapat dilihat dari pernyataan Wakasek Kurikulum
sebagai berikut:
“… SMA 1 menggunakan KTSP itu dari pusat, nasional sudah membuat garis-garis besar kaitannya dengn kurikulum …, dari pusat diberikan kepada daerah, itu juga di daerah ada revisi ada pembenahan-pembenahan disesuaikan dengan potensi daerah atau disesuaikan dengan lingkungan yang ada di SMA 1.” (Lihat field Note No. 40 dan 43).
Pelaksanaan kurikulum di SMA Negeri 1 Surakarta sesuai dengan susunan
kurikulum dalam panduan BSNP, terdiri dari beberapa komponen antara lain:
landasan kurikulum tingkat sekolah, terdapat visi dan misi, tujuan dan motto
sekolah dan terdapat standar kompetensi lulusan. Selain hal tersebut, kurikulum di
SMA Negeri 1 Surakarta telah memenuhi empat komponen wajib kurikulum,
yaitu: terdapat tujuan, bahan pelajaran, proses belajar mengajar dan terdapat
penilaian atau evaluasi. Dengan adanya kriteria yang telah ditetapkan tersebut
maka akan membantu dan mempermudah dalam pelaksanaan kurikulum (Lihat
Field Note No. 50).
Pelaksanaan kurikulum yang dilakukan SMA Negeri 1 Surakarta secara
bertahap mengalami perubahan kearah yang lebih baik, melihat fenomena
pendidikan Indonesia yang telah berulang kali mengalami perubahan kurikulum.
Berdasarkan hasil penelitian di SMA Negeri 1 Surakarta, pada saat KTSP mulai
diberlakukan banyak guru mengalami hambatan. Hambatan tersebut disebabkan
karena guru belum memahami aturan-aturan yang telah ditetapkan dalam KTSP,
antara lain hambatan dan kebingungan dalam menentukan KKM, kurang paham
dalam pembuatan RPP, dan hambatan dalam membuat dan menyiapkan media
pembelajaran. Namun setelah KTSP terlaksana selama kurang lebih empat tahun,
pelaksanaan KTSP di SMA Negeri 1 Surakarta dapat menyesuaikan dengan
ketentuan yang telah ditetapkan dari pusat. Ini dapat dilihat dari pernyataan para
guru ekonomi dan Wakasek kurikulum yang menyatakan:
“Sudah lebih baik sekarang dari pada dulu, awal bingung, tuntutan macam-macam, anak-anak harus tuntas walaupun lamanya berbeda-beda …” dan “… Pada awal KTSP kurang begitu dipahami oleh guru, contohnya bagaimana cara menentukan KKM, bagaimanan cara membuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
RPP, bagimana membuat, menyiapkan media pembelajaran sekaligus penggunaannya. Tapi untuk tahap demi tahap SMA 1 mengalami sosialisasi bisa mengalami penyesuaian, sekarang katakanlah sudah 80 % guru sudah bisa menjalankan mengajar kurikulum KTSP sesuai ketentuan dari pusat.” (Lihat Field Note No. 1, 3 dan 41). Perubahan tersebut tidak luput dari partisipasi sekolah dalam membekali
pengetahuan guru tentang KTSP, yang dilakukan dengan memberikan sosialisasi
berupa seminar, workshop disekolah, melibatkan guru dalam penataran di
propinsi dan penataran di kota, keterlibatan dalam MGMP, dan mendatangkan
dosen dari perguruan tinggi untuk memberikan sosialisasi tentang pelaksanaan
KTSP. Sehingga pada akhirnya guru merasa paham dan mengalami kemudahan
dalam pembuatan perangkat pembelajaran. Ini dapat dilihat dari pernyataan
Wakasek Kurikulum yang menyatakan:
“Pengembangan kurikulum itu diantaranya ada timnya, itu meliputi dari steak holder yang ada dari SMA kepala sekolah Wakil kepala sekolah, ditambah lagi guru-guru senior dan dilibatkan juga komite….. adanya sosialisasi ada dari sekolah adanya seminar atau workshop di sekolahan…” (Lihat Field Note No. 42 dan 45). Perangkat pembelajaran merupakan bagian dari proses pelaksanaan
pembelajaran di kelas, karena tugas utama guru adalah memberikan pelajaran
kepada siswa, dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas harus bersumber pada
kurikulum yang dikembangkan dalam bentuk silabus dan RPP, dengan silabus
dan RPP tersebut guru-guru ekonomi di SMA Negeri 1 Surakarta memiliki
pedoman dalam mengajar. Ini dapat dilihat dari pernyataan para guru dan
Wakasek Kurikulum sebagai berikut “…kurikulum yang dikembangkan dalam
bentuk silabus, kemudian silabus yang ada diberikan kepada guru, guru
mengajarkan silabus yang ada di KTSP, Bagi guru kurikulum sebagai acuan...”
(Lihat Field Note No. 2, 4 dan 44).
Berdasarkan gambaran tersebut di atas, pada dasarnya pelaksanaan
kurikulum di SMA Negeri 1 Surakarta sudah sesuai dengan alurnya dan sesuai
dengan Standar Nasional Pendidikan. Hal tersebut ditunjukkan dengan sekolah
telah mengembangkan kurikulum (mata pelajaran ekonomi) yang telah ditetapkan
dari pusat dengan garis-garis besar pelaksanaan kurikulum sebagai pedomannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Pelaksanaan kurikulum di SMA Negeri 1 Surakarta telah mengalami perubahan
kearah yang lebih baik, hal tersebut didukung dengan pemberian soaialisasi yang
berupa seminar, workshop, penataran baik tingkat propinsi maupun kota dan
terdapat MGMP bagi para guru.
2. Efektivitas Pelaksanaan Kurikulum dan Program Pengajaran
Mata Pelajaran Ekonomi SMA Negeri 1 Surakarta
Berdasarkan hasil penelitian, efektivitas pelaksanaan kurikulum dan
program pengajaran sangat dipengaruhi oleh kinerja guru di sekolah tersebut.
Efektivitas pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran yang dimiliki guru
yang berkinerja baik sangat berbeda dengan efektivitas kurikulum dan program
pengajaran dari guru yang kurang memiliki potensi dalam mengajar, karena para
guru tersebut memiliki cara mengajar yang berbeda-beda sesuai dengan gaya
masing-masing dalam mengajar. Untuk lebih jelasnya berikut hasil penelitian
mengenai efektivitas pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran mata
pelajaran ekonomi.
a. Efektivitas Pelaksanaan Kurikulum Mata Pelajaran Ekonomi
Berdasarkan hasil penelitian, pelaksanaan kurikulum mata pelajaran
ekonomi di SMA Negeri 1 Surakarta terdapat ranah kognitif, afektif,
psikomotorik dan terdapat pengembangan kecakapan hidup karena dalam
pengembangan silabus berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar
kompetensi lulusan dibawah dinas pendidikan Kabupaten/Kota dan sesuai
dengan panduan Standar Nasional Pendidikan (Lihat Field Note No. 5 dan 9).
Selain itu untuk mendukung pelaksanaan kurikulum, maka materi yang
diberikan kepada siswa harus sesuai dengan silabus, oleh karena itu materi
yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dapat diperoleh dari berbagai
sumber yang relevan dengan tuntutan kurikulum, relevan dengan kebutuhan
masyarakat dan perkembangan zaman, mengandung unsur ilmiah, dan saling
berkaitan untuk membentuk suatu kompetensi. Ini dapat dilihat dari salah satu
pernyataan yang dinyatakan oleh sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
“…memahami materi ekonomi yang ada di kurikulum sesuai dengan materi pokoknya…materi ada beberapa buku. Ada dari penerbit Rosda, Cempaka putih, Darma Kalokatama, yang penting materinya relevan dengan panduan silabus… Untuk tujuannya selain siswa tahu diharapkan siswa dapat menerapkan dimasyarakat…” (Lihat Field Note No. 6, 10, 11, 14, 15, 46 dan 51). Kurikulum selain dipandang sebagai sebuah program mata pelajaran
juga dipandang sebagai keadaan lingkungan yang dapat mempengaruhi
perkembangan siswa. SMA Negeri 1 Surakarta mempunyai keadaan dan
potensi sekolah yang memadai untuk mendukung kegiatan belajar mengajar,
dengan lingkungan sekolah yang diatur sedemikian rupa diharapkan siswa
merasa nyaman dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar (Lihat Field Note
No. 52).
Berdasarkan pada gambaran tersebut pada dasarnya pelaksanaan
kurikulum mata pelajaran ekonomi sudah baik, hal tersebut ditunjukkan
dengan kurikulum mata pelajaran ekonomi terdapat ranah kognitif, afektif,
psikomotorik, dan terdapat pengembangan kecakapan hidup. Kurikulum mata
pelajaran ekonomi mengandung unsur ilmiah, relevan dan sesuai dengan
perkembangan zaman, karena materi yang diajarkan sesuai dengan silabus
yang bersumber dari kurikulum. Selain dipandang dari sudut isi dan materi
pelajaran kurikulum juga dapat dipandang dari sudut lingkungan dan
perkembangna siswa, dari sudut lingkungan dan perkembangna siswa, SMA
Negeri 1 Surakarta mempunyai keadaan dan potensi sekolah yang memadai
untuk mendukung kegiatan belajar mengajar. Hal tersebut ditunjukkan dengan
letak SMA Negeri 1 Surakarta yang strategis, fasilitas di ruang kelas yang
memadai, tata letak bangunan sekolah yang baik dan didukung beberapa
fasilitas sekolah yang tersedia.
b. Efektivitas Pelaksanaan Program Pengajaran Mata Pelajaran Ekonomi
Pelaksanaan program pengajaran merupakan bagian dari pelaksanaan
kurikulum tingkat kelas, sebelum melaksanakan pengajaran tugas utama guru
kaitannya dengan dokumen kurikulum adalah membuat rencana pelaksanaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
pembelajaran yang akan dijadikan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran
dan pembentukan kompetensi peserta didik. Oleh karena itu, dalam kondisi
dan situasi apapun guru harus membuat RPP, karena perencanaan merupakan
pedoman pengajaran. Berdasarkan hasil penelitian di SMA Negeri 1 Surakarta
guru merupakan bagian terpenting dalam pelaksanaan kurikulum tingkat
kelas, namun para guru mata pelajaran ekonomi tidak perpartisipasi secara
maksimal dalam pelaksanaan kurikulum tingkat kelas. Hal tersebut terbukti
dari para guru tidak membuat RPP berdasarkan karakteristik peserta didik,
pembuatan RPP dilakukan berdasarkan pembagian materi pelajaran pada
masing-masing guru. Pembuatan RPP digunakan sebagai pemenuhan
administrasi sekolah saja yang berakibat pembelajaran di kelas berjalan
monoton dan kurang bervariasi (Lihat Field note no. 53).
Pelaksanaan pelajaran ekonomi di SMA Negeri 1 Surakarta dibagi
menjadi dua yaitu pelajaran ekonomi dan akuntansi, bagi kelas dua dan tiga
mendapat pelajaran ekonomi dan akuntansi, sedangkan kelas satu hanya
mendapat beban belajar ekonomi saja. Berdasarkan kesepakatan bersama
pelajaran ekonomi dan akuntansi dilaksanakan mulai semester pertama hingga
semerter kedua pada kelas dua dan tiga. Pelaksanan tersebut merupakan
perubahan dari ketentuan awal yang berupa pelajaran ekonomi dilaksanakan
di semester satu dan akuntansi di semester dua bagi kelas dua dan tiga (Lihat
Field Note No. 17). Sehingga guru memiliki waktu yang lebih dari sekedar
cukup untuk menyampaikan beban materi kepada siswa dengan menggunakan
media dan metode pembelajaran yang bervariasi, karena guru diberikan
kewenangan dalam mengembangkan RPP dengan mengkolaborasikan ide-ide
baru. Ini dapat dilihat dari pernyataan guru ekonomi sebagai berikut:
“Kalau sebaiknya metodenya kan anak suka yang aktif. Itukan langsung pengamatan langsung aja, ndak itu kalau saya lho ya ,kan istilahnya bisa personal terus pendekatan perseorangan…, anak-anak yang aktif, mereka mencari, anak-anak mencari di internet hanya pokok-pokonya kemudian dipresentasikan” (Lihat Field Note No. 8). Pelaksanaan di lapangan menunjukkan fenomena yang berbeda dari
harapan yang telah ditetapkan, sebagian besar guru ekonomi mengajar dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
menggunakan metode tradisional (konvensional). Hal ini berdasarkan pada
informasi yang diperoleh dari siswa yang menyatakan
“Siswa lebih banyak mengerjakan soal di buku, trus dikumpulkan dinilai dan diparaf atau ditandatangani …, Biasanya ngantuk, lha cara ngajarnya tradisional jadi cepet bosan …, Gurunya ceramah, sama saja dengan yang di LKS. Yang guru gunakan hanya papan tulis dan Boardmarker aja …” (Lihat Field Note No. 26).
Fenomena tersebut berbeda dengan pernyataan guru, yang menyatakan
bahwa “…untuk ekonomi waktunya cukup, bahkan bisa untuk menggunakan
bermacam-macam model…” (Lihat Field Note No. 17) dan diperkuat dengan
Field Note No. 18 yang menyatakan “…sebelum pelajaran berakhir guru
merangkum kembali yang sudah dipelajari tetapi apabila dalam proses
presentasi antar siswa yang menjelaskan ntar kalau siswa tidak bisa
menjelaskan baru kemudian guru yang menjelaskan…”. Selain metode,
penggunaan media dalam pembelajaran ekonomi kurang bervariasi, sebagian
besar guru hanya melakukan pembelajaran dengan menggunkan papan tulis
dan ceramah, hal ini sesuai dengan pernyataan para siswa yang menyatakan
“….Tidak pernah menggunakan, gurunya hanya menggunkan papan tulis saja
mba….Gurunya agak gaptek mba….”(Lihat Field Note No. 25). Fenomena
tersebut sesuai dengan pernyataan guru ekonomi yang memaparkan bahwa
dirinya tidak pernah menggunakan media yang bervariasi dalam pembelajaran
dan hanya sedikit guru yang menggunakan media pembelajaran yang
bervariasi, hal ini sesuai dengan pernyataan guru ekonomi “Saya tidak pernah
pakai... ya tidak saja, ya seperti tadi bisa diamati langsung…” (Lihat Field
Note No. 12). Dan guru tidak menggunakan fasilitas yang disediakan sekolah
secara maksimal, padahal sekolah menyediakan fasilitas pokok yang memadai
(Lihat Field Note No. 7 dan 52)
Berdasarkan uraian di atas mengakibatkan berbagai respon sikap dari
para siswa, respon tersebut antara lain: terdapat siswa yang mengantuk atau
tidur, bercakap-cakap dengan teman, mengerjakan soal, malas memperhatikan
pelajaran, menyepelekan guru ketika mengajar, dan hanya sebagian kecil
siswa yang memperhatikan ketika guru mengajar dikelas (Lihat Field Note
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
No. 29). Selain hal tersebut terdapat sebagian kecil siswa yang meninggalkan
pelajaran ekonomi ketika pelajaran sedang berlangsung di dalam kelas. Ini
sesuai dengan pernyataan siswa yang menyatakan bahwa ““Ada mba, ada
beberapa anak…., Ada yang ninggalin kelas biasanya maksimal 5 anak
mba…., Beliau terkadang disepelekan….” (Lihat Field Note No. 30). Dampak
dari pelaksanaan pembelajaran tersebut adalah banyak siswa yang kurang
paham terhadap materi yang telah disampaikan oleh guru, hal tersebut di
sebabkan metode mengajar guru yang kurang mengandung unsur PAIKEM.
Ini dapat dilihat dari pernyataan siswa sebagai berikut:
“Tidak, Karena siswanya hanya gojeg dan cerita, untuk memperhatikan jadi males, gurunya menjelaskan yang tidak sesuai dengan materi. Sebenarnya kalau benar-benar memperhatikan ya paham, tapi karena ada faktor ngantuk jadi bosan jadi malas untuk memperhatikan bu guru. Jadinya ya tidak tahu….” (Lihat Field Note No. 28) Penilaian merupakan bagian dalam pelaksanaan kurikulum, setelah
siswa mengalami proses pembelajaran maka penilaian dilakukan untuk
mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan.
Berdasarkan hasil penelitian, penilaian yang dilakukan guru mata pelajaran
ekonomi sebagian besar sangat bervariasi, setiap guru memiliki cara penilaian
masing-masing untuk mengukur tingkat pemahaman siswa. Penilaian tersebut
antara lain dilakukan dengan cara: memberikan ulangan, tugas kelompok dan
individu, presentasi, mengerjakan LKS, kuis, debat, ulangan tengah semester
dan ulangan semesteran. Selain itu penilain dilakukan sesuai dengan materi
yang telah diajarkan, secara berkelanjutan dan bentuk tagihan mudah
dipahami oleh siswa (Lihat Field Note No. 13 dan 34). Hasil dari penilain
berupa nilai yang berhak siswa ketahui, diantara lima guru ekonomi tidak
semua guru transparan terhadap nilai siswa, terdapat guru yang tidak
memberitahukan nilai kepada peserta didiknya (Lihat Field Note No. 36),
seharusnya semua guru harus transparan terhadap hasil pembelajaran yang
dilakukan oleh siswa sehingga dapat menimbulkan motivasi pada diri siswa.
Seperti pernytaan dari guru akuntansi “Emang diharuskan, jadi kalau ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
ulangan atau tugas harus dikembalikan ke siswa bila sudah dikoreksi” (Lihat
Field Note No. 21)
Hasil penilaian dapat dijadikan pedoman guru dalam melaksanakan
program pengayaan dan program perbaikan. Program pengayaan ekonomi
dilakukan dengan membentuk tim lomba mata pelajaran ekonomi, sedangkan
program perbaikan dilakukan dengan cara memberikan remidi kepada siswa
yang belum mamapu memenuhi KKM ekonomi di SMA Negeri 1 Surakarta.
Ini sesuai dengan pernyataan para guru ekonomi, siswa dan Wakasek
Kurikulum sebagai berikut:
“Kalau ada yang dibawah KKM biasanya gurunya memberi motivasi biar besok semangat lagi diperbaiki. Biasanya remidinya dalam bentuk tugas saja…, Ada mba, ada tim akuntansi yang kenggotaanya diambil dari XII IS 1-3 ada 5 anak…, Ada, jadi misalkan untuk SMA untuk kompetensi dasar tertentu diajarkan, setelah diajarkan diadakan evaluasi, kalau nilanya belum memenuhi KKM diadakan remidi…., Sedangkan untuk tambahan-tambahan yang lain kita juga berikan pada anak-anak yang berpotensi. (Lihat Field Note No. 22, 35, 37, dan 47). Pelayanan yang diberikan guru kepada siswa, merupakan hal yang
tidak boleh diabaikan dalam proses belajar mengajar, berdasarkan hasil
penelitian di SMA Negeri 1 Surakarta para guru ekonomi bersikap sosio
culture terhadap para siswa, hal tersebut nampak dari para guru yang tidak
membedakan karakteristik siswa dari status sosial, guru sering memberikan
motivasi kepada siswa agar rajin dalam belajar, guru memiliki semangat
dalam bekerja, dan guru bersedia memberikan penjelasan kepada siswa yang
belum paham terhadap sebuah materi. Ini dapat dilihat dari pernyataan
beberapa siswa yang menyatakan bahwa:
“Kalau murid gaduh biasanya saya tunjuk maju…, Kalau sudah selesai pelajaran sekitar sepuluh menit sebelum pelajaran berakhir guru merangkum kembali yang sudah dipelajari…, Memperlakukan murid dengan sama tidak membeda-bedakan dari satatus social, kepinteran, Cuma kalau ada murid yang rame sering dipehatikan karena guru menjelaskan…, Kalau motivasi hampir setipa guru memberi walupun intensitasnya sedikit atau banyak, ya memberi motivasilah…, Gurunya sering masuk belum pernah kosong…, Datangnya normal kurang lebih 5 menit setelah bel gurunya sudah masuk….” (Lihat Field Note No. 18, 31, 32, dan 33).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Berdasarkan pada gambaran tersebut pada dasarnya pelaksanaan
proses belajar mengajar mata pelajaran ekonomi belum efektif, sedangkan
pelaksanaan penilaian, sikap guru dan tindak lanjut sudah baik. Hal tersebut
ditunjukkan dengan guru belum membuat RPP sesuai dengan karakteristik
peserta didik, metode mengajar yang konvensional, media pemebelajara yang
belum memadai sehingga proses belajar mengajar kurang kondusif dan
monoton yang berakibat terjadi aktivitas siswa diluar materi yang diajarkan
oleh guru. Sedangkan penilain, sikap guru dan tindak lanjut ditunjukkan
dengan bentuk dan jenis tagihan guru yang bervariasi, berkelanjutan, penilaian
sesuai dengan materi yang diajarkan dan mudah dipahami oleh siswa. Dari
penilain tersebut apabila terdapat siswa yang belum memenuhi KKM maka
siswa akan mendapatkan program perbaikan dari guru berupa remidi, dan
apabila siswa memiliki kompetensi lebih maka akan diseleksi untuk mengikuti
program pengayaan sekolah. Sedangkan sikap guru yang baik ditunjukkan
dengan sikap sosio culture yang tidak membeda-bedakan karakteristik siswa,
sering memberikan motivsi, dan memiliki semasssngat bekerja.
3. Hambatan dan Pemecahan Masalah Pelaksanaan Kurikulum dan Program
Pengajaran Mata Pelajaran Ekonomi SMA Negeri 1 Surakarta
a. Hambatan dan Pemecahan Masalah Pelaksanaan Kurikulum Mata Pelajaran
Ekonomi
Hambatan dalam pelaksanaan KTSP adalah adanya kebingunan yang
dialami oleh sebagian besar guru ekonomi pada saat diberlakukan KTSP,
kebingungan tersebut antara lain dalam menentukan KKM, cara membuat RPP
dan tentang penyediaan dan penggunaan media pembelajaran. Sementara itu
terdapat berbagai macam tuntutan yang harus dipenuhi oleh guru. Ini dapat
dilihat dari pernyataan guru dan Wakasek kurikulum sebagai berikut:
“Sudah lebih baik sekarang dari pada dulu, awal bingung, tuntutan macam-macam…, Pada awal ya maklum ya, dari pengenalan yang baru, pihak yang menjalankan aturan yang ada di KTSP kurang begitu dipahami oleh guru, contohnya bagaimana cara menentukan KKM, bagaimanan cara membuat RPP, bagimana membuat, menyiapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
media pembelajaran sekaligus penggunaannya…” (Lihat Field Note No. 3 dan 41). Namun hambatan tersebut dapat diatasi dengan diadakan sosialisasi
baik berupa seminar, workshop di sekolah, penataran di tingkat propinsi dan
ditingkat kota, serta dengan diadakannya pertemuan-pertemuan guru dalam
MGMP, hal ini berdasarkan pada pernyataan dari Wakasek kurikulum yang
menyatakan bahwa “Langkahnya ada beberapa adanya sosialisasi ada dari
sekolah adanya seminar atau workshop di sekolahan, adanya workshop…, ada
penataran di tingkat propinsi, penataran dikota guru-guru dikirim kesana dan
tidak kalahnya masing-masing MGMP berusaha untuk meningkatkan kualitas”
(Lihat Field Note No. 45).
Kendala lain dalam pelaksanaan KTSP adalah bertambahnya beban
guru dari segi administrasi yaitu tugas guru dalam penyusunan silabus,
penjabaran dalam bentuk RPP dan tugas guru untuk mencari materi
kompetensi yang belum lengkap.
Berdasarkan pada gambaran tersebut pada dasarnya hambatan
pelaksanaan kurikulum dapat diatasi, hal tersebut ditunjukkan dengan adanya
sosialisasi KTSP kepada guru maka guru semakin paham dan mengalami
kejelasan tentang pelaksanaan KTSP. Pada akhirnya guru mengalami
kemudahan dalam pembuatan perangkat pembelajaran seperti silabus, RPP,
dan menentukan KKM siswa.
b. Hambatan dan Pemecahan Masalah Pelaksanaan Program Pengajaran Mata
Pelajaran Ekonomi
Implementasi KTSP di SMA Negeri 1 Surakarta sudah dilaksanakan
mulai tahun 2006-2007 dan dalam pelaksanaan belajar mengajar materi yang
diperlukan oleh guru dalam mengajar sudah terpenuhi, karena materi dapat
diambil dari berbagai sumber yang relevan dengan tuntutan kurikulum (Lihat
Field Note No. 10 dan 51) namun siswa merasa materi yang diberikan hanya
bersumber dari LKS, sedangkan materi dalam LKS terlalu ringkas dan kurang
memberikan contoh soal. Sehingga terdapat siswa yang belum paham terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
materi yang disampaikan terutama dalam hal analisis masalah perekonomian.
Ini sesuai dengan pernyataan dari para siswa yang menyatakan bahwa:
“Bukunya minimal seharusnya ada lagi, masalahnya gurunya hanya pakai di LKS, ya nanti nek ulangan enak kan tinggal baca lagi aja,eh ternyata soalnya lebih sulit dari yang ada di LKS…, Kendalanya kata-kata di LKS membingungkan…, Hambatan nya tidak ada, kalau yang terlalu spesifiknya UAN lebih banyak analisis soal sedangkan guru ngajarnya hanya berupa hafalan teori…” (Lihat Field Note No. 38). Berdasarkan keterangan dari Wakasek kurikulum dan para guru
ekonomi, terdapat hambatan dalam media pembelajaran, perlu ada penambahan
media untuk memperlancar proses KBM. Misalnya CD, kaset, gambar-gambar
dan kaitannya tentang fenomena-fenomena di masyarakat yang berhubungan
dengan pelajaran, sehingga diharapkan guru bersedia menyiapkan media
pembelajaran secara mandiri dan tidak bergantung dari sekolah Lihat Field
Note No. 49). Kendala lain dalam pelaksanaan program pengajaran adalah
karena guru belum mahir dalam menggunakan media pembelajaran, dan guru
harus dihadapkan dengan perbedaan karakteristik siswa dalam menerima
materi yang disampaikan. Ini sesuai dengan Wakasek kurikulum yang
menyatakan bahwa
“… hambatannya adalah kelengkapan sarana prasarana sendiri belum begitu lengkap dan juga disamping itu kendala lain adalah guru yang menggunakan media pembelajaran belum mahir masih ada kendala. Didalam pembagian waktu, kalau untuk anak yang pandai akan lebih cepat kalau untuk anak yang kurang begitu pandai akan memerlukan waktu yang cukup lama, sedangkan dalam kegiatan belajar mengajar pun waktunya cukup terbatas…,:. (Lihat Field Note No. 48).
Hambatan lain dalam pelaksanaan pengajaran ekonomi juga dirasakan
para siswa, siswa merasa bosan dalam mengikuti pelajaran ekonomi karena
metode mengajar guru yang kurang bervariasi. Cara mengajar guru yang
monoton mengakibatkan kondisi kelas yang kurang kondusif dalam kegiatan
belajar mengajar. Ini sesuai dengan pernyataan siswa yang menyatakan bahwa
“… Kondisi kelas tidak nyaman karena pada banyak yang mengantuk. Guru
mengajarnya dengan metode itu-itu terus…, Kalau ada suatu bab atau materi
yang tidak bisa ya udah ketinggalan, jadi harus mati-matian ngejar ketinggalan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
itu, itu ya disebabkan cara guru ngajar kaya tadi, trus buku LKS nya, materi
dalam LKS terlalu padat penjelasan kurang terperinci terlalu sempit…” (Lihat
Field Note No. 38). Mengalami kegiatan pembelajaran yang demikian, siswa
tidak menyerah untuk mendapatkan ilmu dengan cara yang lain, siswa aktif
bertanya kepada teman yang lebih paham, siswa mempelajari kembali
pelajaran yang telah diperoleh dan dengan les BimBel maupun privat (Lihat
Field Note No. 39).
Berdasarkan pada gambaran tersebut pada dasarnya guru dan siswa
mengalami kendala dalam pelaksanaan program pengajaran mata pelajaran
ekonomi. Hal tersebut ditunjukkan bahwa guru mengalami keterbatasan media
pembelajaran untuk mengajar dan belum semua guru mahir dalam penggunaan
media dan fasilitas pembelajaran di dalam kelas. Sedangkan kendala bagi
siswa, siswa merasa materi yang diajarkan guru kurang dalam hal percontohan
soal, metode pembelajaran guru yang konvensional sehingga menimbulkan
kondisi pembelajaran yang membosankan bagi siswa.
C. Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Kajian Teori
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dalam sub bab ini
dikemukakan analisis data yang berhasil dikumpulkan peneliti guna menjawab
perumusan masalah. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini meliputi:
(1) Pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran mata pelajaran ekonomi
dalam rangka penerapan manajemen berbasis sekolah tahun ajaran 2009/2010
SMA Negeri 1 Surakarta, (2) Efektivitas pelaksanaan kurikulum dan program
pengajaran mata pelajaran ekonomi dalam rangka penerapan manajemen berbasis
sekolah tahun ajaran 2009/2010 SMA Negeri 1 Surakarta, (3) Hambatan yang
dihadapi dan pemecahan masalah yang dilakukan dalam pelaksanaan kurikulum
dan program pengajaran dalam rangka penerapan manajemen berbasis sekolah
tahun ajaran 2009/2010 SMA Negeri 1 Surakarta.
Temuan studi dalam penelitian ini diantaranya adalah pelaksanaan
kurikulum (KTSP) berjenjang dari pusat hingga tingkat satuan pendidikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Tingkat pusat menetapkan ketentuan dalam pelaksanaan kurikulum dan sekolah
diberi kewenangan dalam mengembangkan kurikulum tersebut. Hal tersebut
sesuai dengan kajian teori yang peneliti kemukakan pada BAB II. Hal yang
menarik adalah konsep KTSP tidak sesuai realita di lapangan dan berbenturan
dengan ketetapan Diknas yang lain tentang pendidikan nasional. Hal tersebut
berkaitan dengan konsep KTSP yang menyatakan bahwa sekolah diberi
kewenangan untuk menyususn kurikulum sendiri sesuai dengan potensi daerah
masing-masing.
1. Pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran mata pelajaran ekonomi
dalam rangka penerapan manajemen berbasis sekolah tahun ajaran
2009/2010 SMA Negeri 1 Surakarta
Pelaksanaan kurikulum merupakan bagian dari sekolah yang sangat
penting, karena melibatkan semua kegiatan yang terdapat dalam sekolah dan
memiliki perananan yang penting bagi guru karena kurikulum sebagai acuan
dalam proses belajar mengajar agar siswa memperoleh pengetahuan dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan tertentu yang telah ditetapkan. Oleh karena itu
pelaksanaan kurikulum berikut adalah pelaksanaan kurikulum yang di dasarkan
atas data dari informan yang memiliki pengetahuan, kemampuan, pengalaman,
dan benar-benar mengetahui proses pelaksanaan KTSP di SMA Negeri 1
Surakarta, pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran di SMA Negeri 1
Surakarta adalah sebagai berikut:
a. KTSP disusun berdasarkan Standar Nasional Pendidikan
Perubahan kurikulum merupakan upaya yang dilakukan pemerintah
untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, perubahan kurikulum perlu
disesuaikan dengan perkembangan IPTEKS (ilmu pengetahuan teknologi dan
seni). Pemerintah mengambil langkah nyata dengan menetapkan KTSP
sebagai kurikulum yang diterapkan di Indonesia sejak tahun 2006.
KTSP untuk sekolah menengah atas merupakan sebuah kurikulum
operasional yang bertujuan mempersiapkan peserta didiknya untuk
melanjutkan jenjang yang lebih tinggi dan bukan untuk bekerja. Dalam proses
pelakanaan kurikulum mata pelajaran ekonomi melibatkan para guru ekonomi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
dan mengacu pada ketentuan-ketentuan dalam SNP yang ditetapkan dengan
peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005. Sedangkan ketetapan
pelaksanaan KTSP (Standar Isi dan Standar kelulusan) diatur dalam
Permendiknas Nomor 24 tahun 2006.
b. Pengembangan silabus berdasarkan prinsip pengembangan silabus dibawah
dinas pendidikan Kab/Kota
Pengembangan silabus yang dilakukan SMA Negeri 1 Surakarta
berdasarkan pada prinsip yang telah ditetapkan, sehingga silabus yang
digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar telah memenuhi syarat
pengembangan silabus. Prinsip pengembangan silabus yang dimaksud
meliputi:
1) Prinsip Ilmiah,
2) Prinsip Relevan,
3) Prinsip Sistematis,
4) Prinsip Konsisten,
5) Prinsip Memadai,
6) Prinsip Aktual dan Kontekstual,
7) Prinsip Fleksibel,
8) Prinsip Menyeluruh.
c. Pelaksanaan KTSP mengalami kemajuan kearah yang lebih baik
Data di SMA Negeri 1 Surakarta menunjukkan sekolah berpartisipasi
dalam memberikan sosialisasi KTSP kepada para guru, sehingga guru
memiliki wawasan dalam pelaksanaan KTSP. Selain mendapat sosialisasi
yang diselenggarakan pihak sekolah, para guru kemudian mengikuti
sosialisasi di tingkat Musyawarah Guru Program Diklat (MGMP). Namun
dalam pelaksanaannya tidak semua guru berpartisipasi dalam mengikuti
sosialisasi di tingkat MGMP, sehingga hasil yang diperoleh tidak maksimal.
Sosialisasi yang diterima guru, berpengaruh pada pelaksanaan
kurikulum dan program pengajaran (ekonomi), walaupun terdapat sebagian
kecil guru tidak berbartisipasi secara menyeluruh dalam pelaksanaan KTSP
hasil yang diperoleh menunjukkan pelaksanaan kurikulum di SMA Negeri 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Surakarta mengalami kemajuan kearah yang lebih baik bila dibandingkan pada
saat ditetapkan KTSP pada tahun 2006.
d. Keadaan dan potensi sekolah yang memadai
Pelaksanaan kurikulum tingkat kelas dipengaruhi oleh keadaan dan
lingkungan masing-masing sekolah. Keadaan dan lingkungan belajar di SMA
Negeri 1 Surakarta adalah baik dan memadai. Hal ini disebabkan tersedianya
beberapa fasilitas yang menunjang dalam kegiatan belajar mengajar di kelas
IPS dan kelas X. Selain itu ditunjang dengan pengaturan lingkungan,
penampilan dan sikap guru, hubungan siswa dengan siswa dan siswa dengan
guru. Faktor lain yang menunjang adalah jumlah guru mata pelajaran ekonomi
yang memadai, sehingga dalam pengajaran ekonomi tidak kekurangan guru.
e. RPP tidak dibuat secara maksimal
RPP merupakan merupakan sebuah perencanaan pelaksanaan
pembelajaran yang bertujuan membentuk kompetensi peserta didik,
perencanaan merupakan pedoman pengajaran bagi guru, sehingga dalam
kondisi apapun guru harus membuat RPP, namun para guru mata pelajaran di
SMA Negeri 1 Surakarta tidak membuat RPP secara maksimal. Hal ini
disebabkan para guru tidak membuat RPP berdasarkan karakteristik peserta
didik masing-masing kelas. Pembuatan RPP dilaksanakan secara kolektif oleh
para guru ekonomi dan hanya sebagai pemenuhan administrasi sekolah saja.
Akibat dari pembuatan RPP seperti fenomena di atas menyebabkan
kegiatan belajar mengajar kurang bervariasi dan bersifat monoton, sehingga
timbul kejenuhan siswa dalam mengikuti pelajaran ekonomi.
f. Pelaksanaan dan pengelolaan pembelajaran
1) Metode pembelajaran yang konvensional
Sebagian besar guru ekonomi di SMA Negeri 1 surakarta mengajar
dengan menggunakan medote pempelajaran yang konvensional, sehingga
partisipai siswa kurang nampak dalam metode tersebut. Akibat lain yang
ditimbulkan pembelajaran kurang mengandung unsur PAIKEM
(Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan) sehingga
siswa merasa bosan dalam mengikuti pelajaran ekonomi (akuntansi).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Penyebab lain adalah kurangnya media pembelajaran yang
digunakan dalam pelajaran ekonomi, padahal media pembelajaran mampu
berperan dalam menciptakan pembelajaran yang kondusif di dalam kelas.
Para guru ekonomi sebagian besar tidak memanfaatkan fasilitas modern
yang disediakan oleh sekolah.
2) Kegiatan pembelajaran yang kurang kondusif di dalam kelas
Pembelajaran mata pelajaran ekonomi yang berlangsung di kelas
kurang kondusif, dikarenakan banyak siswa yang bercakap-cakap dengan
teman diluar materi pelajaran, mengantuk dan jenuh ketika guru mengajar
di kelas, selain itu terdapat beberapa siswa yang keluar kelas ketika
pelajaran berlangsung.
3) Pendekatan psikologis dan sosio-kultur
Guru ekonomi berusaha memberikan pelayanan yang sama kepada
semua siswa, guru tidak membeda-bedakan perbedaan karakteristik pada
siswa. Guru tidak memandang perbedaan status sosial siswa, guru pun
berusaha memberikan pelayanan apabila terdapat siswa yang mengalami
kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan. Guru bersedia
mengulang materi yang belum dipahami oleh siswa. Guru memberikan
motivasi kepada para siswa, agar menumbuhkan semangat belajar pada
diri siswa. Motivasi diberikan oleh guru ketika pelajaran berlangsung
diselang menyampaikan materi pelajaran.
g. Penilaian belajar yang baik
Pelaksanaan dan pengelompokan penilaian hasil belajar dilakukan
oleh guru sesuai dengan materi yang diajarkan sebelumnya. Sebagian besar
guru mengadakan penilaian setelah materi yang diajarkan per bab selesai,
sehingga penilaian dialakukan secara berkelanjutan setiap materi selesai.
Setiap ulangan, dan tugas yang diberikan guru sebagian besar menggunakan
soal uraian karena akan lebih menggali informasi tingkat pemahaman siswa,
sedangkan soal untuk tengah semester dan semesteran menggunakan soal
pilihan ganda dan uraian karena dengan pertimbangan akan menggali
pemahaman siswa secara umum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Hasil penilain siswa berhak diketahui oleh siswa, namun terdapat
guru yang kurang transparan dalam hasil penilain siswa. Guru langsung
menyajikan dalam nilai jadi dalam bentuk raport.
h. Terdapat program perbaikan dan program pengayaan
Berdasarkan data wawancara dan hasil observasi peneliti, SMA
Negeri 1 Surakarta mengadakan program perbaikan yang ditujukan kepada
siswa yang belum memenuhi KKM mata pelajaran ekonomi. Program
perbaikan dilakukan dengan memberikan remidiasi kepada siswa, dan tidak
ada penambahan jam khusus kepada siswa yang belum memenuhi KKM.
Pengadaan program pengayaan ditujukan untuk mempersiapkan
siswa-siswi dalam mengikuti perlombaan ekonomi (akuntansi) baik tingkat
kabupaten/kota, propinsi maupun tingkat nasional. Pelaksanaan program
pengayaan dilakukan dengan mengadakan seleksi masuk bagi siswa IPS kelas
XI, dan diadakan pembinaan kepada para peserta tim secara berkala.
2. Efektivitas pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran mata pelajaran
ekonomi dalam rangka penerapan manajemen berbasis sekolah tahun ajaran
2009/2010 SMA Negeri 1 Surakarta
Berdasarkan hasil penelitian dan pemaparan pelaksanaan kurikulum
dan program pengajaran di atas maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
kurikulum dan program pengajaran mata pelajaran ekonomi terdapat bagian
yang sudah efektif dan terdapat bagian yang belum efektif, yang dibuktikan
dengan:
a. Kurikulum dan program pengajaran yang sudah efektif
1) KTSP disusun berdasarkan Standar Nasional Pendidikan
2) Pengembangan silabus berdasarkan prinsip pengembangan silabus
dibawah dinas pendidikan Kab/Kota
3) Pelaksanaan KTSP mengalami kemajuan kearah yang lebih baik
4) Keadaan dan potensi sekolah yang memadai
5) Pendekatan pikologis dan sosio-culture yang baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
6) Penilain belajar yang baik
7) Terdapat program perbaikan bagi siswa yang belum memenuhi KKM
8) Terdapat program pengayaan bagi siswa yang berpotensi
b. Kurikulum dan program pengajaran yang belum efektif
a) RPP tidak dibuat secara maksimal
b) Metode pembelajaran yang konvensional
c) Kegiatan pembelajaran yang kurang kondusif di dalam kelas
d) Pengawasan proses yang belum maksimal, dalam memantau kualitas dan
kuantitas pembuatan RPP dan pelaksanaannya di dalam kelas.
3. Hambatan dan pemecahan masalah Pelaksanaan kurikulum dan program
pengajaran mata pelajaran ekonomi dalam rangka penerapan manajemen
berbasis sekolah tahun ajaran 2009/2010 SMA Negeri 1 Surakarta
Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan kurikulum dan
program pengajaran di SMA Negeri 1 Surakarta berkaitan dengan penerapan
KTSP adalah:
a. Hambatan yang dialami para guru ekonomi
Kendala utama dalam pelaksanaan KTSP adalah media pembelajaran
yang kurang memadai dan sebagian besar guru ekonomi kurang menguasai
teknologi dalam pembelajaran. Akibatnya dalam pelaksanaan pembelajaran
tercipta suasana pembelajaran yang kurang kondusif dan kurang mengandung
unsur PAIKEM.
Kendala lain adalah bertambahnya beban guru dari segi administrasi,
guru harus melengkapi berbagai tuntutan administrasi seperti menyusun
silabus, menjabarkan silabus dalam bentuk RPP dan guru harus mencari
kelengkapan materi kompetensi yang belum lengkap.
b. Hambatan yang dialami para siswa
Berdasarkan hasil penelitian di SMA Negeri Surakarta, hambatan
yang dialami siswa yang mendapat pelajaran ekonomi sebagian besar merasa
metode guru dalam mengajar kurang bervariasi sehingga menimbulkan rasa
bosan pada diri siswa. Metode pembelajaran yang kurang menarik dan cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
mengajar yang konvensional menyebabkan kondisi kelas yang kurang
kondusif dalam kegiatan belajar mengajar. Akibatnya banyak terjadi aktivitas
siswa diluar materi yang dijarkan oleh guru, seperti: terdapat siswa yang
bercakap-cakap dengan teman atau ngobrol, terdapat siswa yang merasa
ngantuk, kurang memperhatikan pelajaran, bermain kartu.
Kendala lain adalah materi yang didapat oleh siswa berasal dari LKS,
guru kurang memberikan contoh soal untuk pelajaran ekonomi akuntansi,
sehingga tingkat pemahaman siswa terhadap materi belum begitu mendalam.
Menurut informan, yang menjadi kendala adalah kurangnya percontohan
dalam analisis soal ekonomi, terdapat siswa kelas tiga yang merasa kesulitan
dalam mengerjakan soal UAN pada bulan Maret 2010. Hal tersebut
dikarenakan guru memberikan materi sama dengan yang terdapat di LKS yang
berupa hapalan teori sedangkan analisis permasalahan belum memadai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah peneliti
laksanakan, maka dapat disimpulkan:
1. Pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran mata pelajaran ekonomi
a. Realita menunjukkan bahwa sejauh ini KTSP sudah dilaksanakan dengan
berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendiddikan (SNP), Peraturan Menteri pendidikan
Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi (SI) dan dan Peraturan
Menteri pendidikan Nasional Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) serta Peraturan Menteri pendidikan Nasional
Nomor 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Standar Isi (SI) dan Standar
Kompetensi Lulusan (SKL).
b. Pengembangan silabus berdasarkan prinsip pengembangan silabus
dibawah dinas pendidikan Kab/Kota yang telah ditetapkan, sehingga
silabus yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar telah
memenuhi syarat pengembangan silabus. Prinsip pengembangan silabus
yang dimaksud meliputi: Prinsip Ilmiah, Prinsip Relevan, Prinsip
Sistematis, Prinsip Konsisten, Prinsip Memadai, Prinsip Aktual dan
Kontekstual, Prinsip Fleksibel, Prinsip Menyeluruh.
c. Pelaksanaan KTSP mengalami kemajuan kearah yang lebih baik, hal ini
disebabkan sekolah berpartisipasi dalam memberikan sosialisasi KTSP
kepada para guru, namun dalam pelaksanaannya tidak semua guru
berpartisipasi secara maksimal dalam pelaksanaan KTSP. Walaupun
terdapat sebagian kecil guru tidak berbartisipasi secara menyeluruh dalam
pelaksanaan KTSP hasil yang diperoleh menunjukkan pelaksanaan
kurikulum di SMA Negeri 1 Surakarta mengalami kemajuan kearah yang
lebih baik bila dibandingkan pada saat ditetapkan KTSP pada tahun 2006.
78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
d. Pelaksanaan dan pengelolaan pembelajaran kurang mengandung unsur
Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif Menyenangkan (PAIKEM).
Hal tersebut disebabkan metode pembelajaran mata pelajaran ekonomi
yang konvensional, kurangnya media pembelajaran yang digunakan dalam
pelajaran ekonomi, para guru ekonomi sebagian besar tidak memanfaatkan
fasilitas modern yang disediakan oleh sekolah, dan para guru tidak
membuat RPP berdasarkan karakteristik peserta didik, Sehingga
menimbulkan pembelajaran yang kurang kondusif di dalam kelas.
e. Pendekatan psikologis dan sosio-kultur dilakukan para guru ekonomi,
berusaha memberikan pelayanan yang sama kepada semua siswa, guru
tidak membeda-bedakan perbedaan karakteristik pada siswa, memberikan
motivasi agar menumbuhkan semangat belajar pada diri siswa.
f. Penilaian belajar yang baik dilakukan oleh guru sesuai dengan materi yang
diajarkan sebelumnya, penilaian dilakukan secara berkelanjutan. Bentuk
dan jenis tagihan bervariasi setiap ulangan. Hasil penilain siswa kurang
transparan disebabkan terdapat guru langsung menyajikan nilai jadi dalam
bentuk raport.
g. Terdapat program perbaikan dan program pengayaan mata pelajaran
ekonomi. Program perbaikan dilakukan dengan memberikan remidiasi
kepada siswa. Pengadaan program pengayaan ditujukan untuk
mempersiapkan siswa-siswi dalam mengikuti perlombaan ekonomi
(akuntansi) baik tingkat kabupaten/kota, propinsi maupun tingkat nasional.
2. Efektivitas pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran mata pelajaran
ekonomi
Pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran mata pelajaran
ekonomi terdapat bagian yang sudah efektif dan terdapat bagian yang belum
efektif, yang dibuktikan dengan:
a. Kurikulum dan program pengajaran yang sudah efektif
1) KTSP disusun berdasarkan Standar Nasional Pendidikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
2) Pengembangan silabus berdasarkan prinsip pengembangan silabus
dibawah dinas pendidikan Kab/Kota.
3) Pelaksanaan KTSP mengalami kemajuan kearah yang lebih baik.
4) Keadaan dan potensi sekolah yang memadai.
5) Pendekatan pikologis dan sosio-culture yang baik.
6) Penilain belajar yang baik.
7) Terdapat program perbaikan bagi siswa yang belum memenuhi KKM
8) Terdapat program pengayaan bagi siswa yang berpotensi
b. Kurikulum dan program pengajaran yang belum efektif
1) RPP tidak dibuat secara maksimal
2) Metode pembelajaran yang konvensional
3) Kegiatan pembelajaran yang kurang kondusif di dalam kelas
4) Pengawasan proses yang belum maksimal, dalam memantau kualitas
dan kuantitas pembuatan RPP dan pelaksanaannya di dalam kelas.
3. Hambatan dan pemecahan masalah pelaksanaan kurikulum dan program
pengajaran mata pelajaran ekonomi
a. Hambatan yang dialami para guru ekonomi
1) Bertambahnya beban guru dari segi administrasi, guru harus
melengkapi berbagai tuntutan administrasi seperti menyusun silabus,
menjabarkan silabus dalam bentuk RPP dan guru harus mencari
kelengkapan materi kompetensi yang belum lengkap.
2) Media pembelajaran yang kurang memadai untuk mendukung
pelaksanaan kegiatan belajar mrngajar
3) Keterbatasan dalam penguasaan teknologi pembelajaran bagi sebagian
besar guru ekonomi
b. Hambatan yang dialami para siswa
1) Metode guru dalam mengajar kurang bervariasi, cara mengajar yang
konvensional dan metode pembelajaran yang kurang menarik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
2) Kondisi kelas yang kurang kondusif dalam kegiatan belajar mengajar
sehingga menimbulkan rasa bosan, mengantuk dan terjadi aktivitas
lain diluar kegiatan belajar mengajar pada diri siswa.
3) Tingkat pemahaman siswa terhadap materi belum begitu mendalam,
yang disebabkan kurangnya percontohan dalam soal dan analisis
masalah ekonomi.
a. Pemecahan masalah yang dilakukan guru
1) Guru berpartisipasi dalam pengadaan media pembelajaran secara
mandiri
2) Siswa yang berperan dalam penggunaan teknologi
3) Guru bekerjasama dalam memenuhi kewajiban administrasi
b. Pemecahan masalah yang dilakukan siswa
1) Bertanya kepada teman yang lebih paham
2) Mengikuti program bimbingan belajar dan les privat
3) Mencari referensi buku lain di perpustakaan
B. Implikasi
Berdasarkan simpulan yang telah peneliti kemukakan di atas, maka dapat
dikaji implikasinya, baik implikasi teoritis maupun implikasi praktis.
1. Implikasi Teoritis
KTSP telah diatur dan ditetapkan dengan PP Nomor 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendiddikan (SNP), Peraturan Menteri pendidikan
Nasional Nomor 22 dan 23 tahun 2006 tentang Standar Isi (SI) dan Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) serta Peraturan Menteri pendidikan Nasional
Nomor 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL, maka setiap sekolah
hendaknya melaksanakan peraturan yang telah ditetapkan untuk pedoman
dalam melaksankan Kegiatan Belajar mengajar (KMB) di sekolah sebagai
upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
2. Implikasi Praktis
a. Proses pelaksanaan KTSP melibatkan peran serta guru, maka diperlukan
kebijakan yang jelas untuk mengatur kegiatn guru selain melaksanakan
KBM dan seharusnya setiap guru aktif berpartisipasi dalam proses
pelaksanaan KTSP ini.
b. Metode pembelajaran sangat berpengaruh dalam pelaksaan pembelajaran,
maka metode pembelajaran yang bervariasi perlu dilaksanakan.
c. Peran media yaitu membantu memudahkan siswa dalam memahami materi,
maka program pengadaan media perlu segera dilaksanakan.
d. Pendekatan pikologis dan sosio-culture yang baik sangat membantu dalam
pelaksanaan KMB di dalam kelas.
e. Program perbaikan dan program pengayaan yang dilaksanakan setiap
sekolah memerlukan bimbingan yang intensif dari guru agar menambah
kualitas peserta didik.
C. Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi yang telah dipaparkan, maka dapat
disampaikan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi guru:
a. Para guru ekonomi pada khususnya dan para guru mata pelajaran yang lain
pada umumnya di SMA Negeri 1 Surakarta untuk lebih berpartisipasi
dalam mengimplementasikan pelaksanaan KTSP, yaitu selalu berpedoman
pada silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah
disusun berdasarkan KTSP dalam setiap proses kegiatan belajar mengajar.
b. Hendaknya menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi dan
koorperatif, sehingga akan menciptakan pembelajaran yang kondusif di
dalam kelas dan mengangdung pembelajaran yang aktif inovatif kreatif
efektif dan menyenangkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
2. Bagi sekolah
a. Sekolah hendaknya mendukung para guru dalam upaya pelaksanaan KTSP
dengan menyediakan media yang dibutuhkan guru dalam proses KBM.
b. Berkoordinasi dengan institusi pendidikan tinggi untuk mengadakan
pelatihan, seminar dan lokakarya tentang pelaksanaan pembelajaran di
dalam kelas. Misalnya pelatihan bagi para guru tentang metode
pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas dengan menghadirkan dosen
atau dengan menghadirkan jajaran Badan Standar Nasional pendidikan
(BNSP).
c. Berkoordinasi dengan para siswa untuk mengadakan sharing untuk
membicarakan berbagai permasalahan siswa yang berhubungan dengan
kegiatan belajar mengajar di kelas.