Post on 28-Dec-2015
description
MODUL TUGAS INDIVIDU
INFEKSI
PNEUMONIA ANAK
Oleh:
Muhammad Cholis Hidayat
0910713053
Pembimbing:
dr. Tita Hariyanti, M.Kes.
dr. Holipah
PUSKESMAS SUMBERPUCUNG
LABORATORIUM ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
1. Identitas Pasien
Nama : An. R
Umur : 2,5 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Jatiguwi RT 4/1
Identitas Orang Tua:
Ibu
Nama : Ny.Ratih
Usia : 24 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Ayah
Nama : Tn. Miskan
Usia : 24 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
2. Anamnesa
2.1 Keluhan Utama
Batuk
2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dibawa ke UGD Puskesmas Sumberpucung dengan keluhan batuk
sejak 7 hari SMRS, dan makin memberat dalam 2 hari SMRS. Batuk
dikeluhkan berbunyi “grok-grok” seperti ada dahaknya. Batuk muncul
bersamaan dengan demam, muncul sepanjang hari, tidak
memberat/berkurang dengan posisi dan tidak dipicu oleh debu dan cuaca.
Sejak 2 hari sebelum MRS, ibu pasien juga merasa anaknya bernafas lebih
cepat dari biasanya, terlihat sesak, disertai adanya tarikan dinding dada
kedalam. Saat sesak, sempat terdengar mengi. Sesak terutama pada
malam hari sehingga pasien rewel dan sering terbangun saat malam hari.
Sesak tidak membaik dengan perubahan posisi (duduk). Tidak ada
pernafasan cuping hidung dan anaknya tidak sampai biru. Tidak ada nafas
berbunyi ‘ngik-ngik’. Tidak ada riwayat tersedak.
Pasien juga dikeluhkan mengalami demam sejak 7 hari SMRS tetapi ibu
pasien tidak mengukur suhunya, menurut ibu pasien hanya demam sumer-
sumer, kemudian 5 hari sebelum MRS, pasien terlihat sesak dengan
demam sumer-sumer. Keadaan pasien sempat membaik menurut ibu
pasien dan 1 hari sebelum ngamar, demam dirasakan semakin tinggi dan
pasien telihat semakin sesak dengan batuk yang bertambah berat,
sehingga pagi harinya oleh ibu pasien, pasien dibawa ke Puskesmas
Pasien juga dikeluhkan sempat muntah terkadang setelah batuk, sejak 5
hari SMRS, muntah berisi makanan dan minuman dengan lendir putih,
tidak ada darah. Muntah dikatakan sebanyak ± ⅓ gelas. Muntah tidak
nyemprot
Tidak ada gangguan BAK dan BAB. Pasien sehari-hari BAK sebanyak 7-8x
sehari, jumlah cukup, warna kuning jernih, tanpa popok, Pasien sehari-hari
BAB sebanyak 1x sehari tidak selalu tiap pagi, sebanyak ± ½ gelas,
konsistensi padat, warna kuning-coklat.
Tidak ada keluhan mual. Tidak ada riwayat kejang. Tidak ada berkeringat
di malam hari tanpa sebab. Nafsu makan sedikit menurun sejak gejala
muncul, makan tetap 3x sehari tetapi kadang tidak habis.
Pasien tinggal serumah dengan ibu dan nenek, tetapi tidak ada anggota
keluarga yang sakit serupa/ batuk yang lama dan menahun, atau demam.
Tidak juga dengan tetangga dan lingkungan sekitar tempat tinggal pasien.
2.3 Riwayat Penyakit dahulu
Pasien pernah sakit batuk dan pilek sebelumnya, namun tidak dengan
panas dan sesak, sembuh sendiri tanpa diberi obat atau dibawa ke
puskesmas.
2.4 Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah mendapatkan pengobatan sebelumnya
2.5 Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien tinggal serumah dengan ibu dan nenek. Tidak ada anggota
keluarga yang sakit serupa/ batuk yang lama dan menahun, atau demam.
Tidak juga dengan tetangga dan lingkungan sekitar tempat tinggal pasien.
2.6 Riwayat Sosial
Pasien merupakan seorang petani yang hubungan dengan lingkungan sekitar cukup baik.
3. Pemeriksaan
3.1 Pemeriksaan pada Tingkat Individu
3.1.1 Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Status gizi : Cukup
N: 130x/menit RR: 60x/menit Tax: 38,5ºC
KEPALAInspeksi Anemis (-)/(-) ; Ikterik (-)/(-)LEHERInspeksi
Palpasi
Simetris, Edema (-), Massa (-)
JVP R+0 cmH2O 300
Pembesaran kelenjar limfe (-)/(-)
THORAXa. PulmoInspeksi : Gerakan
Palpasi: Stem Fremitus
Auskultasi : Suara nafas, Rales, Rhonki, Wheezing
Simetris, Retraksi (+) subcostal, dyspnea (+),laju napas: 60x/menit regularD = S
v v Rh + + Wh - -bv v + + - -bv v + + - -
b. JantungInspeksi : IktusPalpasi : Iktus, Thrill
Auskultasi : Denyut Jantung (Frekuensi, Irama) S1, S2, S3, S4, gallop, murmur.
Iktus InvisibleIktus palpable @ ICS V Parasternal Line SinistraS1S2 single, murmur (-), gallop (-)
AbdomenInspeksi : Bentuk, parut bekas operasi, dilatasi vena, radang
Flat, sikatrik (-), dilatasi vena (-), radang umbilikus (-), rash (-)
umbilikus, rashAuskultasi : Bising ususPalpasi : konsistensi, massa
BU(+)NSoefl, BisingUsus (+) normal, meteorismus (-), Hepar tidak teraba membesar, lien tidak teraba. Ascites (-), shifting dullness (-), turgor kulit kembali dalam 2 detik
EKSTREMITASSuperior
Inferior
Akral hangat, Anemis (-)/(-), Ikterik (-)/(-), Edema (-)/(-), Cyanosis (-)/(-)
Akral hangat, Anemis (-)/(-), Ikterik (-)/(-), Edema (-)/(-), Cyanosis (-)/(-)
3.1.2 Pemeriksaan Psikologi
Ayah pasien merupakan seorang wiraswasta yang sekitar 1 tahun ini bekerja keluar kota, sedangkan ibu pasien sebagai ibu rumah tangga. Dalam kesehariannya, pasien hanya bermain di dalam rumah bersama neneknya. Menurut penuturan ibu pasien, pasien sering sakit-sakitan sejak ditinggal oleh ayah pasien. Nenek pasien mempunyai riwayat merokok 5 batang perhari, dan sudah merokok selama 40 tahun.
3.2 Pemeriksaan pada Tingkat Keluarga
3.2.1 Genogram
Keluarga Ny Haryanti
Keterangan : : Laki-laki
Muslimin, 68 ♥
Sugianti, 83 ♥
Ratih, 24 Miskan, 9 Meddy, 35 Lina, 32 Daud, 34 Yanis, 31
R, 2
: Wanita
: Pasien
/
3.2.2 Family APGAR
No Pertanyaan Sering
(2)
Kadang-kadang
(1)
Jarang
(0)1 Saya puas karena saya dapat
bercerita kepada keluarga saat saya memiliki masalah
√
2 Saya puas dengan cara keluarga bermusyawarah untuk memecahkan masalah
√
3 Saya puas karena diberikan kesempatan bertumbuh sesuai arah kehidupan yang saya inginkan
√
4 Saya puas dengan kasih sayang yang terjalin diantara keluarga saya
√
5 Saya puas dengan keluarga membagi waktu antara pribadi dan waktu bersama
√
3.2.3 SCREEM
a. Social
Keluarga tersebut cukup terisolasi dari lingkungan sekitar
b. Cultural
Tidak didapatkan permasalahan pada adat budaya pasien terhadap masalah kesehatan pasien
c. Religius
Keluarga pasien mengaku selalu menjalankan sholat 5 waktu.
d. Economic
Stabilitas ekonomi cukup rendah dan juga orang tua pasien sudah tidak bekerja lagi.
e. Educational
Sulit memahami dan mengerti arti pentingnya kesehatan
f. Medical
Tidak didapakan permasalahan dengan akses dan informasi mengenai kesehatan
3.3 Pemeriksaan Penunjang
3.3.1 Pemeriksaan Laboratorium
Pasien disarankan untuk melakuakn pemeriksaan lab berupa pemeriksaan darah lengkap
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Dahak dan Darah Lengkap
No Pemeriksaan Hasil Normal1 Leukosit (WBC) 14.300/µL 4300-10.3002 Eritrosit (RBC) 4.300 4000-5.5003 Hemoglobin 14.800 13.400-17.7004 Hematokrit 41.8% 40-47%5 Trombosit 300.000 142-424.000
4. Analisis Kasus
Definisi Pneumonia
Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapatkonsolidasi dan terjadi pengisian alveoli oleh eksudat yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan benda–benda asing.
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru. Menurut anatomis pneumonia pada anak dibedakan menjadi 3 yaitu pneumonia lobaris, pneumonia lobularis (bronchopneumonia), Pneumonia interstisialis. Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri) dan sebagian kecil disebabkan oleh hal lain seperti aspirasi dan radiasi. Di negara berkembang, pneumonia pada anak terutama disebabkan oleh bakteri. Bakteri yang sering menyebabkan pneumonia adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan Staphylococcus aureus.
Etiologi
Usia pasien merupakan faktor yang memegang peranan penting pada perbedaan dan kekhasan pneumonia anak, terutama dalm spektrum etiologi, gambaran klinis dan strategi pengobatan. Spektrum mikroorganisme penyebab pada neonatus dan bayi kecil (< 20 hari) meliputi Streptococcusgrup B dan bakteri gram negatif seperti E. Coli, Pseudomonas sp, atau Klebsiella sp.Pada
bayi yang lebih besar (3 minggu – 3 bulan) dan anak balita (4 bulan – 5 tahun), pneumonia sering disebabkan oleh infeksi Streptococcus pneumoniae, Haemophillus influenza type B, dan Staphylococcus aureus,sedangkan pada anak yang lebih besar dan remaja, menduduki tempat ke-2 sebagai penyebab kematian bayi dan balita setelah diare dan menduduki tempat ke-3 sebagai penyebab kematian pada neonatus. pneumoniae (Said, 2010).
Klasifikasi Pneumonia
Klasifikasi ISPA dalam program P2 ISPA juga dibedakan untuk golongan umur kurang dari 2 bulan dan golongan umur balita 2 bulan – 5 tahun (Said, 2010) :
a. Golongan umur kurang dari 2 bulan ada 2 klasifikasi yaitu:
1) Pneumonia Berat.
Anak dengan tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam atau nafas cepat (60X per menit atau lebih). Tarikan dinding dada kedalam terjadi bila paru-paru menjadi “kaku” dan mengakibatkan perlunya tenaga untuk menarik nafas. Anak dengan tarikan dinding dada ke dalam, mempunyai resiko meninggal yang lebih besar dibanding dengan anak yang hanya menderita pernafasan cepat. Penderita pneumonia berat juga mungkin disertai tanda-tanda lain seperti :
a). Napas cuping hidung, hidung kembang kempis waktu bernafas.
b). Suara rintihan
c). Sianosis (Kulit kebiru-biruan karena kekurangan oksigen).
d). Wheezingyang baru pertama dialami.
2) Bukan Pneumonia
Bila tidak ditemukan adanya tarikan kuat ke dalam dinding dada bagian bawah atau nafas cepat yaitu < 60 kali per menit (batuk, pilek, biasa). Tanda bahaya untuk golongan umur kurang dari 2 bulan ini adalah : kurang bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor, wheezing, gizi buruk, demam/dingin.
b. Golongan umur 2 bulan – 5 tahun ada 3 klasifikasi, yaitu :
1) Pneumonia Berat, bila disertai nafas sesak dengan adanya tarikan dada bagian bawah ke dalam waktu anak menarik nafas, dengan catatan anak harus dalam keadaan tenang, tidak menangis dan meronta.
2) Pneumonia, bila hanya disertai nafas cepat dengan batasan :
(a) Untuk usia 2 bulan – kurang 12 bulan = 50 kali per menit.
(b) Untuk usia 1 tahun – 5 tahun = 40 kali per menit atau lebih.
3) Bukan Pneumonia, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah kedalam atau nafas cepat (batuk pilek biasa). Tanda bahaya untuk golongan umur 2 bulan – 5 tahun adalah : tidak dapat minum, kejang, kesadaran menurun, stridor, wheezing dan gizi buruk.
Manifestasi klinis
Beberapa faktor yang mempengaruhi gambaran klinis pneumonia pada anak adalah imaturitas anatomik dan imunologik, mikroorganisme penyebab yang luas, gejala klinis yang kadangkadang tidak khas terutama pada bayi, terbatasnya penggunaan prosedur diagnostik invasif, etiologi non infeksi yang relatif lebih sering, dan faktor patogenesis (Said, 2010).Menurut Said (2010) gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat-ringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut:
a. Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan nafsu makan, keluhan Gastro Intestinal Tarcktus (GIT) seperti mual, muntah atau diare: kadang-kadang ditemukan gejala infeksi ekstrapulmoner.
b. Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk, sesak napas, retraksi dada, takipnea, napas cuping hidung, air hunger, merintih, dan sianosis. Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan tanda klinis seperti pekak perkusi, suara napas melemah, dan ronki, akan tetapi pada neonatus dan bayi kecil, gejala dan tanda pneumonia lebih beragam dan tidak selalu jelas terlihat. Pada perkusi dan auskultasi paru umumnya tidak ditemukan kelainan.
5. Diagnosis Holistik Komprehensif
a. Biomedis
Diagnosis biomedis: Pneumonia Anak
b. Faktor Resiko
Internal
- Genetik
Tidak ditemukan penyakit yang sama di keturunan pasien sebelumnya.
- Perilaku
Nenek pasien memiliki riwayat merokok >40 tahun.
Eksternal
- Ekonomi
Keluarga pasien termasuk dalam golongan menengah kebawah. Sehingga, keadaan rumah yang kurang ventilasi masih belum bisa diperbaiki oleh pasien
- Sosial
Pasien sering kontak dengan neneknya yang mempunyai kebiasaan merokok.
- Budaya
Budaya yang ada di masyarakat bahwa sakit paru merupakan penyakit yang banyak menyerang masyarakat dengan kelas ekonomi rendah.
- Biologi
Pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, virus atau jamur.
-Upaya
Ibu pasien membelikan obat batuk yang dibeli di pasaran
6. Intervensi Holistik Komprehensif
a. Medikamentosa dan Tindakan Medis
Pada pasien ini, diberikan pengobatan suportif dan antibiotik. Pengobatan suportif pada pasien ini adalah diberikan antipiretik yang diberikan saat pasien demam yaitu paracetamol 3x250 mg. Pasien juga diberikan mukolitik untuk mengencerkan dahaknya yaitu ambroxol 3x15 mg. Untuk antibiotik yang diberikan yaitu ciprofloksasin 2x250 mg. Menurut PDPI, seharusnya antibiotik yang diberikan yaitu levofloksasin. Akan tetapi, obat tersebut tidak tersedia di puskesmas sehingga saya menggantinya dengan pemberian ciprofloksasin.
b. Edukasi dan Advokasi
- Edukasi obat-obatan dan tindakan
Pasien tersebut di KIE mengenai diagnosis kerja, terapi medikamentosa, efek samping, prognosis penyakit dan pencegahannya.
a. Diagnosis Kerja
Diagnosis kerja pada pasien tersebut pneumonia atau radang pada paru-paru. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri, virus, jamur atau parasit. Selain itu, pasien juga menderita penyakit paru kronis yaitu PPOK yang disebabkan oleh kebiasan merokok lebih dari 40 tahun.
b. Terapi medikamentosa
Pasien tersebut diberikan obat antibiotik yaitu ciprofloksasi 2x1 tablet. Fungsi dari ciprofloksasin adalah untuk menghilangkan bakteri penyebab. Selain itu juga diberikan parasetamol 3x1 tablet untuk
menurunkan panas dan diberikan ambroxol 3x1 untuk mengeluarkan dahak.
c. Efek samping
Efek samping pemberian ciprofloksasin adalah pasien dapat merasa mual, muntah atau diare. Akan tetapi efek samping tersebut dapat menghilang apabila ciprofloksasin diminum setelah makan. Untuk parasetamol, efek sampingnya adalah mual, muntah dan dapat menimbulkan reaksi hipersensitifitas.
d. Prognosis Penyakit
Prognosis pada pasien tersebut baik untuk pneumonia apabila antibiotik diminum secara teratur. Untuk PPOK pada pasien tersebut tidak bisa disembuhkan akan tetapi dapat dikontrol
e. Pencegahan
Pada pasien tersebut diberikan KIE supaya tidak terkena pneumonia lagi dengan cara makan-makanan bergizi, ventilasi rumah lebih diperbanyak lagi.
- Edukasi Psikososial
Pada pasien diberikan nasihat tentang pencegahan supaya tidak terjadi pneumonia lagi. Diantaranya dengan melakukan
a. Pola hidup sehat termasuk tidak merokok
b. cara batuk yang benar yang efektif dan benar.
c. mengurangi stress
- Edukasi Lingkungan
Pasien dan keluarga diedukasi untuk menambah ventilasi udara di rumahnya.
7. Efek Komunitas
Pengalaman pasien dapat menjadi sumber pengetahuan masyarakat setempat, terutama komunitas sosial pasien bahwa pneumonia merupakan penyakit yang dapat simbuhkan dan tidak hanya menyerang masyarakat dengan status ekonomi rendah. Pneumonia juga dapat menular ke masyarakat sekitar akan tetapi tidak seinfeksius TBC karena penyebab pneumonia disebabkan oleh ketahanan tubuh yang menurun.
8. Dokumentasi Home Visit