Post on 21-May-2018
47
BAB IV
PENYAJIAN DAN ANALISA DATA
4.1. Penyajian Data
4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan
PT Wijaya Prima Baja Indonesia berdiri sejak tahun 2007 oleh Bpk
Oei Robby Wijaya dengan nomer izin 019-07/437-56/1/2007, yang kini
berkantor pusat di Jl Raya Pelem watu No.9 Blok 1-B, kecamatan
Menganti, kabupaten Gresik. PT Wijaya Prima Baja Indonesia yang
mempunyai spesialisasi dalam memproduksi pipa baja Electric
Resistance Welding adalah salah satu member dari Wijaya Group yang
terkenal reputasinya di indonesia dan manca negara sebagai produsen
furniture, electronic equipment, office equipment dan industrial estate. PT
Wijaya Prima Baja Indonesia memiliki 6 line mesin pembuat pipa (pipe
forming ERW System),satu line mesin wsl (slitting), satu line mesin CTL,
satu line mesin Shearing, satu line mesin kanal C,
4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan
1. Visi
Menjadi Perusahaan produsen pipa baja terkemuka di pasar
Domestik maupun pasar Internasional. Dan didukung oleh tenaga ahli
48
dan profesional dibidangnya serta ditunjang dengan peralatan yang
canggih dan modern. Menerapkan total quality management secara
konsisten, sehingga PT Wijaya Prima Baja Indonesia menjadi
perusahaan pipa baja berskala international.
2. Misi
Menjadi Perusahaan yang terus-menerus :
a. meningkatkan kinerja perusahaan dengan menerapkan Manajemen
Sistem ISO 9001:2008,
b. menggunakan teknologi termodern dan membangun bisnis secara
inovatif .
c. membangun serta menciptakan citra perusahaan yang terbaik
perusahaan.
d. memberikan pelayanan, mutu serta kepuasan yang terbaik kepada
pelanggan.
4.1.3. Tujuan Perusahaan
PT. Wijaya Prima Baja Indonesia memiliki beberapa tujuan diantaranya
adalah :
1. Selalu meningkatkan kualitas produk, proses, dan pelayanan dalam rangka
untuk memenuhi kebutuhan dan persyaratan konsumen
2. Selalu meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dan lingkungan kerja
49
3. Berkomitmen untuk selalu mencegah dampak lingkungan serta resiko
kesehatan dan keselamatan kerja
4. Melakukan pemenuhan terhadap persyaratan dan perundang-undangan yang
berlaku, terkait lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja.
Dalam hal ini, PT. Wijaya Prima Baja Indonesia juga sangat menyadari pentingnya
partisipasi aktif dari pemasok dan konsumen. Untuk itu, PT. Wijaya Prima Baja Indonesia
selalu mengikutsertakan konsumen, karyawan dan pemasok sebagai pasangan yang
penting, untuk secara aktif mendukung dalam mengembangkan performa sistem
manajemen yang berkesinambungan. Semua proses pengerjaan produksi, factory, dan
office berada dilokasi tanah seluas 10 hektar.
Produk yang dihasilkan PT Wijaya Prima Baja Indonesia dapat digunakan referensi
bangunan, konstruksi, umum, dan lain-lain. Digunakan untuk aplikasi bagian dalam dan
luar kendaraan bermotor, peralatan rumah tangga, peralatan kantor dan sebagainya.
PT. Wijaya Prima Baja Indonesia mempunyai komitmen penuh terhadap kesuksesan
pelaksanaan, pemeliharaan dan pengembangan Sistem Manajemen sesuai dengan Standar
Internasional ISO 9001:2008. Selain itu, perusahaan bertujuan turut melaksanakan,
menunjang kebijaksanaan dan khususnya di bidang baja dan industri lainnya.
4.1.4. Struktur Organisasi Perusahaan
Adanya struktur organisasi yang baik merupakan salah satu syarat yang penting
agar perusahaan dapat berjalan dengan baik. Suatu perusahaan akan berhasil
50
mencapai prestasi kerja yang efektif dari karyawan apabila terdapat suatu sistem
kerja sama yang baik, di mana fungsi-fungsi dalam organisasi tersebut
mempunyai pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang telah
dinyatakan dan diuraikan dengan jelas.
Struktur organisasi PT Wijaya Prima Baja Indonesia adalah gabungan dari
struktur organisasi garis dan staf. Kekuasaan tertinggi terletak pada pemegang saham,
PT Wijaya Prima Baja Indonesia (WPBI). Perusahaan dipimpin oleh seorang Direktur
Utama.
Adapun bagan struktur organisasi PT WIJAYA PRIMA BAJA INDONESIA adalah
sebagai berikut :
51
Gambar 4.1
Struktur organisasi perusahaan
PT. WIJAYA PRIMA BAJA INDONESIA
Sumber : PT. Wijaya Prima Baja Indonesia
CHAIRMAN / DIRECTOR
VICE DIRECTOR
SECRETARY
MARKETING
MANAGER
ACCOUNTING
MANAGER
PRODUKSI
MANAGER
PPIC
MANAGER
QC
MANAGER
HRD
MANAGER
GUDANG
MANAGER
S T A F F
A D M I N I S T R A T I O N
OPERATIONAL
52
4.1.5. Uraian Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Masing – Masing
Fungsionaris
1. Direktur Utama
Direktur utama mengemban tugas dalam memimpin, mengkoordinasi,
dan mengendalikan semua kegiatan pengelolaan yang telah ditetapkan dalam
rangka pengembangan kemajuan meliputi semua bidang perusahaan. Direktur
utama juga mengawasi langsung kegiatan-kegiatan yang terjadi di
departemen pengawasan intern.
2. Wakil Direktur
Wakil direktur bertugas membantu direktur utama, mengawasi jalannya
perusahaan.
3. Sekertaris
Mengingatkan semua kegiatan direktur utama dan wakil direktur serta
menjalankan administrasinya yang berkaitan dengan hal tersebut.
4. Manajer produksi
Manager produksi bertugas mengawasi langsung semua kegiatan
produksi dan bertanggung jawab atas semua hasil produk yang dihasilkan di
PT Wijaya Prima Baja Indonesia.
5. Manajer personalia (HRD)
Bertugas membantu dalam hal pengembangan sumber daya manusia guna
mendapatkan hasil yang maksimal.
53
6. Manajer PPIC
Bertugas bertanggung jawab atas semua perencanaan produksi demi
mencapai suatu target yang maksimal.
7. Manajer marketing atau pemasaran
Bertugas memasarkan ke setiap wilayah serta membawahi distribusi yang
ada.
8. Manajer accounting
Bertugas mengawasi langsung hal – hal yang berkaitan dengan masalah
keuangan pengelolaan dana, pajak, dan biro pengelolaan hutang piutang dan
aset.
9. Divisi Produksi
Yaitu mengolah bahan baku berupa coil atau bahan setengah jadi (strip)
menjadi pipa yang yang berkualitas tinggi digunakan berbagai macam produk
yang bermanfaat.
10. Divisi PPIC (Production Planning and Inventory Control)
Yaitu merencanakan dan mengontrol semua kebutuhan bahan untuk
kegiatan produksi sampai dengan pengiriman hasil produk ke pelanggan
(customer). Di departemen ini sangat penting karena merupakan jantung
perusahaan.
11. Divisi QC (Quality Control)
Departemen yang mengawasi atau mengontrol kualitas produk sesuai
dengan standart ISO 9001:2008 sehingga bisa menembus pasar international.
54
12. Divisi Marketing
Memasarkan dan menjual hasil semua produk yang ada di PT Wijaya
Prima Baja Indonesia guna memeperoleh keuntungan yang lebih besar.
penyelenggaraan kegiatan pemesanan dan distribusi berbagai macam pipa
serta barang-barang hasil produksi lainnya atau barang-barang lainnya yang
menggunakan pipa sebagai bahan pokok, dengan cara atau dengan jalan
tertentu serta melakukan kegiatan-kegiatan perdagangan baik dalam maupun
luar negeri. Melakukan penelitian pasar (marketing research), dengan tujuan
agar hasil produk yang dijual bisa memasuki segmen pasar serta
menyelenggarakan administrasi penjualan.
13. Divisi Accounting
Mencatat semua transaksi yang berhubungan dengan akuntansi keuangan
dan perpajakan serta menyusun laporan keuangan secara periodik di PT
Wijaya Prima Baja Indonesia.
14. Divisi HRD (Human Resource Departemen)
Departemen yang menangani tentang semua yang berhubungan dengan
karyawan. Antara lain, pencatatan gaji dan upah, presensi karyawan, aspek
ketenagakerjaan, recruitmen & seleksi karyawan dll.
15. Divisi Gudang
Menyelenggarakan administrasi gudang, menyimpan bahan baku untuk
proses produksi, menyimpan produk sesuai jenis diameter, tebal, panjang, per
customer.
55
4.2. Analisa Data
Dalam kegiatan operasional perusahaan , pajak merupakan biaya yang harus
diperhitungkan oleh PT. Wijaya Prima Baja Indonesia dalam mencapai laba uang
maksimal yang telah ditetapkan. Dalam hal ini perusahaan belum melaksanakan
perencanaan pajak yang jika diterapkan akan lebih menguntungkan bagi perusahaan.
Perbandingan laba rugi fiskal sebelum dan sesudah pajak.
56
Tabel 4.1
PT Wijaya Prima Baja Indonesia
RINCIAN LAPORAN LABA RUGI
Untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2011
(sebelum tax planning) Laba Rugi Fiskal
Penjualan Rp 184.752.014.867
Beban Pokok Penjualan Rp 110.886.193.244
LABA KOTOR Rp 73.865.821.623
BEBAN USAHA
Beban Penjualan
Pengiriman Penjualan Rp 3.504.877.184
Pengepakan Rp 4.507.557.820
Pengelolaan gudang Rp 1.820.545.640
Promosi Rp 3.662.560.160
Humas Perjalanan Rp 513.131.724
Gaji, upah, kesejahteraan karyawan Rp 3.502.632.790
Perjalanan dinas Rp 701.070.000
Pemeliharaan Rp 264.184.780
Pengembangan dan rekruitment Rp 167.472.900
lain-lain Rp 87.874.190
Jumlah Beban Penjualan Rp 18.731.907.188
Beban Umum dan Administrasi
Gaji, upah, kesejahteraan karyawan Rp 2.627.691.465
Program kemitraan dan bina lingkungan Rp 165.078.727
Kewajiban estimasi pasca kerja Rp 1.190.058.078
Pemeliharaan Rp 124.387.859
Asosiasi dan organisasi Rp 23.024.808
Promosi dan jamuan Rp 523.315.570
Perjalanan dinas Rp 182.281.743
Pengiriman barang dan dokumen Rp 175.275.177
Pajak asuransi dan sewa Rp 622.567.912
Kantor Rp 506.165.558
Penyusutan Rp 281.934.068
57
Survey dan penelitian Rp 155.282.400
Jasa professional Rp 23.152.396
Listrik, air, dan telpon Rp 513.286.125
Sumbangan Rp 104.072.220
Jumlah beban umum dan administrasi Rp 7.217.574.106
Jumlah Beban Usaha Rp 25.949.481.294
LABA USAHA Rp 47.916.340.329
Pendapatan Beban Lain-lain
Pendapatan lain-lain
jasa giro Rp 93.456.934
Lainnya Rp 794.931.669
Jumlah pendapatan lain-lain Rp 888.388.603
Beban lain-lain
Bunga Pinjaman Rp 3.667.774.798
Manajemen fee Rp 1.979.959.679
Denda hutang bunga Rp 1.915.258.948
Jasa agen fasilitas Rp 150.000.000
Jasa rekening penampung Rp 43.000.000
Rugi selisih kurs Rp 776.379.125
Jumlah Beban Lain-lain Rp 8.532.372.550
LABA SEBELUM PAJAK Rp 40.272.356.382
Koreksi fiskal positif
Pengembangan dan rekruitment Rp 167.472.900
Pajak asuransi dan sewa Rp 622.567.912
Jasa professional Rp 23.152.396
Manajemen fee Rp 1.979.959.679
Jasa agen fasilitas Rp 150.000.000
Jasa rekening penampung Rp 43.000.000
Rugi selisih kurs Rp 776.379.125
Promosi dan jamuan Rp 523.315.570
Gaji, upah, kesejahteraan karyawan Rp 3.502.632.790
Pemeliharaan Rp 98.858.216
Sumbangan Rp 104.072.220
Penyusutan aset tetap* Rp 499.889.864
Jamuan, sumbangan dan promosi Rp 2.478.339.957
58
Jumlah Koreksi fiskal positif Rp 10.969.640.629
Koreksi fiskal negatif
Jasa giro Rp (93.459.934)
Taksiran laba (rugi) fiskal Rp 10.876.180.695
Laba fiskal Rp 51.148.537.077
Laba fiskal setelah pembulatan Rp 51.148.537.000
Sumber: PT . Wijaya Prima Baja Indonesia (data diolah)
• Penyusutan komersial = Rp. 715.735.094
Penyusutan fiskal = Rp. 215.835.230
Selisih = Rp. 499.889.864
1) Sebelum Perencanaan Pajak
PPh Terutang Tahun 2011
Peredaran laba bruto diatas Rp. 50.000.000.000
Laba fiskal = Rp. 51.148.537.000
Pph pasal 25 terutang = 25% X Rp. 51.148.537.000
= Rp. 12.787.134.250
59
Tabel 4.2
PT Wijaya Prima Baja Indonesia
RINCIAN LAPORAN LABA RUGI
Untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2011
(sesudah tax planning) Laba Rugi Fiskal
Penjualan Rp 184.752.014.867
Beban Pokok Penjualan Rp 110.886.193.244
LABA KOTOR Rp 73.865.821.623
BEBAN USAHA
Beban Penjualan
Pengiriman Penjualan Rp 3.504.877.184
Pengepakan Rp 4.507.557.820
Pengelolaan gudang Rp 1.820.545.640
Promosi Rp 3.662.560.160
Humas Perjalanan Rp 513.131.724
Gaji, upah, kesejahteraan karyawan Rp 3.502.632.790
Perjalanan dinas Rp 701.070.000
Pemeliharaan Rp 264.184.780
Pengembangan dan rekruitment Rp 167.472.900
lain-lain Rp 87.874.190
Jumlah Beban Penjualan Rp 18.731.907.188
Beban Umum dan Administrasi
Gaji, upah, kesejahteraan karyawan Rp 2.627.691.465
Program kemitraan dan bina lingkungan Rp 165.078.727
Kewajiban estimasi pasca kerja Rp 1.190.058.078
Pemeliharaan Rp 124.387.859
Asosiasi dan organisasi Rp 23.024.808
Promosi dan jamuan Rp 523.315.570
Perjalanan dinas Rp 182.281.743
Pengiriman barang dan dokumen Rp 175.275.177
Pajak asuransi dan sewa Rp 622.567.912
Kantor Rp 506.165.558
Penyusutan Rp 281.934.068
Survey dan penelitian Rp 155.282.400
60
Jasa professional Rp 23.152.396
Listrik, air, dan telpon Rp 513.286.125
Sumbangan Rp 104.072.220
Jumlah beban umum dan administrasi Rp 7.217.574.106
Jumlah Beban Usaha Rp 25.949.481.294
LABA USAHA Rp 47.916.340.329
Pendapatan Beban Lain-lain
Pendapatan lain-lain
jasa giro Rp 93.456.934
Lainnya Rp 794.931.669
Jumlah pendapatan lain-lain Rp 888.388.603
Beban lain-lain
Bunga Pinjaman Rp 3.667.774.798
Manajemen fee Rp 1.979.959.679
Denda hutang bunga Rp 1.915.258.948
Jasa agen fasilitas Rp 150.000.000
Jasa rekening penampung Rp 43.000.000
Rugi selisih kurs Rp 776.379.125
Jumlah Beban Lain-lain Rp 8.532.372.550
LABA SEBELUM PAJAK Rp 40.272.356.382
Koreksi fiskal positif
Pengembangan dan rekruitment Rp 167.472.900
Pajak asuransi dan sewa Rp 622.567.912
Jasa professional Rp 23.152.396
Manajemen fee Rp 1.979.959.679
Jasa agen fasilitas Rp 150.000.000
Jasa rekening penampung Rp 43.000.000
Rugi selisih kurs Rp 776.379.125
Promosi dan jamuan Rp 523.315.570
Gaji, upah, kesejahteraan karyawan Rp 3.502.632.790
Pemeliharaan -
Sumbangan Rp 104.072.220
Penyusutan aset tetap * Rp 499.889.864
Jamuan, sumbangan dan promosi Rp 2.478.339.957
Jumlah Koreksi fiskal positif Rp 10.870.782.413
61
Koreksi fiskal negatif
Jasa giro Rp (93.459.934)
Taksiran laba (rugi) fiskal Rp 10.777.322.479
Laba fiskal Rp 51.049.678.861
Laba fiskal setelah pembulatan Rp 51.049.678.000
Sumber: PT . Wijaya Prima Baja Indonesia (data diolah)
• Penyusutan komersial = Rp. 715.735.094
Penyusutan fiskal = Rp. 215.835.230
Selisih = Rp. 499.889.864
2. Sesudah Perencanaan Pajak
PPh Terutang Tahun 2011
Peredaran laba bruto diatas Rp. 50.000.000.000
Laba fiskal = Rp. 51.049.678.000
Pph pasal 25 terutang = 25% X Rp. 51.049.678.000
= Rp. 12.762.419.500
Maka penghematan pajak yang diperoleh akibat dilakukannya perencanaan
pajak adalah sebesar Rp. 12.787.134.250 – Rp. 12.762.419.500 = Rp. 24.714.750.
Laba bersih setelah pajak yang siap dibagikan sebagai deviden adalah laba
bersih komersil dikurangi Pajak Penghasilan.
62
Penghematan ini terjadi karena ditiadakan mobil dinas sebagai fasilitas,
melainkan digunakan sepenuhnya hanya untuk keperluan perusahaan saja.
Sehingga biaya pemeliharaan yang telah dikoreksi sebesar Rp. 98.858.216 Selama
tahun 2011 PT Wijaya Prima Baja Indonesia memiliki kewajiban PPh pasal 29 yang
merupakan angsuran PPh yang dihitung berdasarkan perhitungan tahun
sebelumnya. Hal ini sesuai dengan SPT tahunan 2011 yang telah disampaikan ke
Kantor Pelayanan Pajak.
4.3. Kebijakan-kebijakan Akuntansi yang Diterapkan Oleh Perusahaan
dalam Perhitungan PPh Terutang.
Dalam menjalankan usahanya, perusahaan mempunyai beberapa
kewajiban akuntansi, antara lain :
1. Dasar pembukuan yang dilakukan perusahaan adalah accrual basis.
2. Sistem penilaian persediaan menggunakan metode average.
3. Sistem pencatatan persediaan dilakukan dengan pencatatan perpetual.
4. Penyusutan aktiva tetap menggunakan penyusutan garis lurus.
4.3.1. Memaksimalkan Penghasilan Yang Dikecualikan
Dalam melaksanakan perencanaan pajak wajib pajak berupaya untuk
meminimalkan pajak, salah satunya adalah memaksimalkan penghasilan
yang dikecualikan. Usaha memaksimalkan penghasilan yang dikecualikan adalah
usaha memaksimalkan penghasilan yang bukan objek pajak. Karena itu, perlu
63
diketahui penghasilan yang menjadi objek pajak, penghasilan yang dikenakan
pajak final dan penghasilan yang bukan objek pajak. Penghasilan yang menjadi
objek pajak ialah penghasilan-penghasilan yang termasuk dalam pasal 4 ayat
1 Undang-Undang No. 17 Tahun 2000 sebagaimana telah diubah menjadi
Undang-Undang No. 36 Tahun 2008.
4.3.2. Kredit Pajak
PPh pasal 22 dibayar dalam tahun berjalan memulai pemotongan
oleh pihak-pihak tertentu. Pemungutan PPh pasal 22 ada yang bersifat final dan
tidak final. Jika pemungutan PPh pasal 22 bersifat final, maka jumlah pajak yang
telah dibayar dalam tahun berjalan tersebut dapat dikreditkan dari total PPh
badan terutang pada akhir tahun saat pengisian Surat Pemberitahuan tahunan
(SPT). Ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh pihak yang dipungut
PPh pasal 22 dalam pelaksanaan perencanaan pajak, yaitu yang mengoptimalkan
kredit pajak adalah :
1. Inventarisir transaksi-transaksi yang dipungut PPh pasal 22 yang bersifat
final
2. Pastikan bahwa dokumen yang menjadi dasar pengkreditan (SSP atau bukti
pungut) telah diterima atau diisi dengan benar
3. Arsipkan dengan baik SSp atau bukti pungut tersebut
64
4. Pastikan bahwa SSP atau bukti pungut telah dikreditkan dalam SPT
tahunan.
4.3.3. Memaksimalkan Biaya Fiskal dan Meminimalkan Biaya yang
Tidak Diperkenankan Sebagai Pengurang
1. Biaya makan / minum
Perusahaan tidak memberikan uang makan siang ataupun tunjangan
beras kepada karyawan, tetapi perusahaan memberikan makan dan
minum bersama bagi karyawan. Pemberian makan dan minum bersama
merupakan pemberian objek PPh pasal 21 karena makan bersama
merupakan pemberian dalam bentuk natura. Dengan demikian dari sisi
karyawan pemberian makan tidak akan menambah PPh pasal 21 terutang.
Disisi perusahaan berdasarkan pasal 9 ayat (1) huruf e UU PPh No. 36
tahun 2008, penggantian imbalan atau sehubungan dengan pekerjaan atau
jasa yang diberikan dalam bentuk natura atau kenikmatan tidak dapat
dibebankan sebagai biaya, kecuali penyediaan makanan dan minuman
bagi seluruh pegawai. Artinya pemberian makan dan minum bersama
walaupun bentuknya natura, dapat dibiayakan oleh perusahaan. Dengan
demikian disisi perusahaan akan mengurangi PPh badan terutang. Apabila
dibandingkan perlakuan pajak dalam hal pembiayaan pemberian makan
bersama dengan pemberian tunjangan makan berupa uang kehadiran,
maka akan lebih menguntungkan karyawan dan perusahaan apabila
memilih kebijakan pemberian makan bersama karena dengan
65
memberikan makan bersama bukan merupakan penghasilan bagi
karyawan sedangkan apabila diberikan berupa tunjangan makan tersebut
menjadi penghasilan karena pajak bagi karyawan. Oleh karena itu,
keputusan perusahaan untuk memberi makan bersama sudah baik.
2. Transportasi karyawan
Untuk transportasi karyawan perusahaan menyediakan mobil untuk
transportasi bagi pegawai yang berkantor di pabrik yang berada di
kabupaten Gresik. pemberian transportasi menurut keputusan direktur
jendral pajak Nomor KEP – 57/PJ/2009 tentang objek pajak pasal 21
merupakan penghasilan yang dikenakan bagi para karyawan menurut UU
PPh No. 36 tahun 2008 pasal (1) huruf a, dapat dikurangkan dalam
penghasilan kena pajak bagi perusahaan. Dengan demikian, perusahaan
ini mempertimbangkan kembali selisih biaya yang harus dikeluarkan
perusahaan jika memberikan tunjangan transportasi kepada karyawan.
Jika dari hasil perhitungan kemudian didapatkan hasil bahwa biaya yang
dikeluarkan untuk memberi tunjangan transportasi langsung kepada
karyawan lebih besar dibandingkan dengan menyediakan bus transportasi
saja. Perusahaan dapat melakukan penghematan pajak karena pemberian
tunjangan transportasi dapat dikurangkan dalam penghasilan kena pajak
bagi perusahaan sehingga bsa menghemat PPh terutang perusahaan.
66
3. Tunjangan asuransi
Untuk premi yang ditanggung perusahaan, menurut UU PPh No. 36
tahun 2008 pada pasal 6 ayat (1) huruf a, pembayaran tersebut boleh
dibebankan dalam penghasilan kena pajak peusahaan dan bagi karyawan
yang bersangkutan, menurut keputusan direktur jendral pajak nomor
KEP-57/PJ/2009 tentang objek pajak PPh pasal 21, adalah penghasilan
berupa objek pajak. Premi yang dibayar oleh wajib pajak orang pribadi,
menurut keputusan direktur jendral pajak Jenderal Pajak Nomor KEP-
57/PJ/2009 tentang pengurangan yang diperbolehkan dalam
menghitung Penghasilan Kena Pajak PPh pasal 21 dihitung sebagai
pengurangan penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan.
4. Beban penyusutan dan perbaikan kendaraan
Perusahaan menyediakan kendaraan dinas yang disediakan direktur
pemasaran. Biaya perbaikan / pemeliharaan / beban penyusutan
kendaraan dipakai oleh direktur, tidak dapat dikurangkan seluruhnya
sebagai biaya perawatan dan beban penyusutan kendaraan dalam laporan
laba rugi perusahaan. Jumlah biaya yang dapat dibiayakan hanya 50%
karena sesuai dengan keputusan direktur jendral pajak Nomor KEP-
220/PJ/2002 pasal 3 ayat (2), biaya dibebankan sebagai biaya perusahaan
50% dari jumlah biaya pemeliharaan atau perbaikan dalam tahun pajak
yang bersangkutan. Perusahaan dapat membiayakan seluruhnya apabila
kendaraan kantor tidak diberikan sebagai fasilitas direktur, melainkan
67
digunakan sepenuhnya hanya untuk keperluan perusahaan saja. Hal ini
juga menghindari penggunaan kendaraan kantor untuk keperluan pribadi
karyawan, misalnya sopir perusahaan.
4.3.4. Metode Penyusutan dan Amortisasi
Metode Penyusutan dan amortisasi yang diperbolehkan yaitu metode garis
lurus (straight line method) dan metode saldo menurun (declining balance
method) dan perusahaan saat ini menggunakan metode penyusutan garis lurus.
Akan tetapi kedua metode tersebut sebenarnya mempunyai kelebihan dan
kekurangan masing-masing Wajib Pajak dapat berbeda mengingat adanya
perbedaan kepentingan. Namun demikian apabila menjadi dasar
perbandingan adalah faktor komersial, kedua metode ini akan berbeda kalau
dinilai secara future value. Mana yang dipilih dari kedua metode penyusutan
dan amortisasi tersebut, antara kebijakan fiskal dan kebijakan perusahaan dapat
bertentangan. Disatu pihak diinginkan laba tinggi itu maka PPh juga menjadi
tinggi.