ANALISIS PERLAKUAN FASILITAS PPN DIBEBASKAN...
Transcript of ANALISIS PERLAKUAN FASILITAS PPN DIBEBASKAN...
ANALISIS PERLAKUAN FASILITAS PPN DIBEBASKAN DAN
PENGARUHNYA TERHADAP LAPORAN LABA RUGI
PT BUMI MENARA INTERNUSA DI SURABAYA
SKRIPSI
OLEH:
LAILATUS SA’ADAH
NPM : 10133083
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA
SURABAYA
2014
ii
ANALISIS PERLAKUAN FASILITAS PPN DIBEBASKAN DAN
PENGARUHNYA TERHADAP LAPORAN LABA RUGI
PT. BUMI MENARA INTERNUSA
DI SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat
memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
pada Fakultas Ekonomi Universitas Wijaya Putra Surabaya
Oleh :
LAILATUS SA’ADAH
NPM : 10133083
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA
SURABAYA
2014
iii
ANALISIS PERLAKUAN FASILITAS PPN DIBEBASKAN DAN
PENGARUHNYA TERHADAP LAPORAN LABA RUGI
PT BUMI MENARA INTERNUSA DI SURABAYA
NAMA : LAILATUS SA’ADAH
FAKULTAS : EKONOMI
JURUSAN : AKUNTANSI
NPM : 10133083
DISETUJUI dan DITERIMA OLEH:
DOSEN PEMBIMBING
YOSHI TRIAS PRATIWI, SE.,M.Ak.
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Telah diterima dan disetujui oleh penguji skripsi serta dinyatakan LULUS.
Dengan demikian skripsi ini dinyatakan sah untuk melengkapi syarat – syarat
mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS
WIJAYA PUTRA SURABAYA.
Tim penguji skripsi :
1. Ketua : Dr. Soenarmi, SE., MM., ( )
(Dekan Fakultas Ekonomi)
2. Sekretaris : Aminatuzzuhro, SE., Msi., ( )
(Ketua Program Studi)
3. Anggota : 1. Antoni, SE., MSA., ( )
(Dosen Penguji I)
2. Drs. Ec. Koes Soeparno, Ak., ( )
(Dosen Penguji II)
v
ANALISIS PERLAKUAN FASILITAS PPN DIBEBASKAN DAN
PENGARUHNYA TERHADAP LAPORAN LABA RUGI
PT BUMI MENARA INTERNUSA DI SURABAYA
LAILATUS SA’ADAH
NPM.10133083
ABSTRAK
Pajak merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan badan usaha
kepada negara, sebagaimana tertuang dalam Undang – Undang No 16 tahun 2009
tentang perubahan keempat Undang – Undang No 6 tahun 1983 tentang ketentuan
umum dan tata cara perpajakan.
Pemerintah menebitkan peraturan perpajakan terbaru mengenai pajak
pertambahan nilai (PPN) yaitu Undang - Undang No 42 tahun 2009 tentang
perubahan ketiga atas Undang – Undang No 8 tahun 1983 tentang pajak
pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah (Undang – Undang
PPN). Penelitian ini membahas Analisis perlakuan fasilitas PPN dibebaskan dan
pengaruhnya terhadap Laporan Laba Rugi di PT. Bumi Menara Internusa
Surabaya. Dimana perusahaan tidak melakukan pembukuan berdasarkan
Undang – Undang PPN yang berlaku sehingga diperlukan informasi mengenai
pembukuan sesuai dengan Undang – Undang berlaku dan bagaimana
penyajiannya dalam Laporan Keuangan.
Pendekatan Kualitatif bertujuan untuk mendapat secara sistematik, aktual
dan akurat mengenai permasalahan pada obyek penelitian. Data diperoleh dengan
cara melakukan survey pendahuluan dan dokumentasi, sehingga hasil pengolahan
data tersebut dapat digunakan untuk membuat perbandingan dan evaluasi atas
permasalahan yang ada berdasarkan penelitian yang dilakukan di PT. Bumi
Menara Internusa dapat diketahui tentang pencatatan transaksi yang berkaitan
dengan PPN atas pembelian persedian bahan baku berupa udang maupun ikan
segar utuh, dan penyajiannya dalam laporan keuangan yang disusun oleh
perusahaan.
Transaksi yang berkaitan dengan PPN tersebut jika dicatat atau dibukukan
berdasarkan undang – undang PPN, maka ditemukan beberapa perbedaan pada
saldo akun periode Desember 2013. Yaitu persediaan bahan baku dengan total
pembelian karena pembelian bahan baku udang maupun ikan segar utuh dari
Perikanan mendapatkan fasilitas PPN dibebaskan sehingga mampu menambah
laba perusahaan. Saldo akun yang tampak pada laporan keuangan perusahaan
yang disusun berdasarkan undang – undang PPN yang berlaku lebih
menguntungkan perusahaan dari pada tidak menggunakannya
Kata kunci : PPN, Fasilitas dibebaskan PPN, Laba Rugi
.
vi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb.
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmat, karunia dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik dan sebagaimana yang sudah ditentukan. Skripsi ini
disusun sebagai salah satu persyaratan akademik dalam rangka Tugas Akhir untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada fakultas ekonomi jurusan Akuntansi
Universitas Wijaya Putra Surabaya.
Penulis menyadari dengan segala kerendahan hati bahwa Skripsi ini tidak
dapat terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Oleh sebab itu dengan rasa syukur dan segenap ketulusan hati dalam
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar – besarnya atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada
pihak – pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun Skripsi ini. Yang
terhormat kepada:
1. Bapak Budi Endarto, SH., M. Hum., Selaku Rektor Universitas Wijaya
Putra yang telah memberikan kesempatan kkepada penulis untuk
menimba ilmu di Universitas Wijaya Putra.
2. Ibu Dr. Soenarmi, Dra., SE., MM., Selaku Dekan Fakultas Ekonomi
yang telah memberikan bimbingan dan motivasi selama penulis
menjalani kegiatan belajar.
vii
3. Ibu Aminatuzzuhro, SE, Msi., Selaku Kepala Jurusan Program Studi
Akuntansi yang telah memberikan ilmu, pengarahan serta perhatiannya
kepada penulis selama menimba ilmu di Universitas Wijaya Putra.
4. Ibu Yoshi Trias Pratiwi, SE., M. Ak. Selaku Dosen Pembimbing yang
telah meluangkan banyak waktunya dan tenaganya untuk memberikan
bimbingan dan petunjuk dalam ppenulisan Skripsi ini.
5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Universitas Wijaya Putra yang telah
memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama
menjalankan Studi sehingga dapat dipergunakan sebagai dasar
pertimbangan dalam penyusunan Skripsi ini.
6. Staf Karyawan BAAK dan Perpustakaan Universitas Wijaya Putra
yang banyak membantu penulisan skripsi ini.
7. Segenap Pimpinan dan Karyawan PT. Bumi Menara Internusa
Surabaya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melaksanakan riset dan pengumpulan data yang dibutuhkan penulis.
8. Kedua Orang Tua yang selalu memberikan dorongan semangat dan
moril, mendoakan dalam segala hal sehingga terselesaikannya Skripsi
ini.
9. My Soulmate “mr. E “, you are sunshine my Inspiration Spirit’s,
Support and motivation prayer a lot of and everything you it’s my true
love today, tomorrow and forever.
viii
10. Sahabat – sahabatku, Talitha, Septi, Ana. Yang telah memberikan
motivasi dan selalu menemaniku dikala bosan, sebel dan merangkap
tempat curhat sejati yang membuat komplit serta selalu kompak dalam
segala hal. when ever you guy’s are my best friend’s.
Akhir kata, Semoga semua pihak yang telah memberikan dukungan secara
moril maupun materil memperoleh rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa. Amien.
Harapan Penulis Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia
pendidikan dan berguna bagi semua pihak serta diharapkan kritik dan saran demi
kesempurnaan skripsi ini.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Surabaya, 27 Juni 2014
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………….i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………….iii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………...iv
ABSTRAK SKRIPSI…………………………………………………………….v
KATA PENGANTAR …………………………………………………………..vi
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………ix
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….......xiii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………...xiv
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………xv
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………… 1
1.1.Latar Belakang Masalah………………………………………………..…......1
1.2.Rumusan Masalah………………………………………………………...…..9
1.3.Tujuan Penelitian……………...……………………………………………..10
1.4.Manfaat Penelitian………………...………………………………………....10
BAB 2 TELAAH PUSTAKA…………………………………………………..11
2.1. Landasan Teori……………………………………………………..………..11
2.1.1. Akuntansi dan Laporan Keuangan………………………………...11
x
2.1.2. Perpajakan………………………………………………………....18
2.1.3. Pajak Pertambahan Nilai…………………………………………. 22
2.1.4. Fasilitas PPN………………………………………………………25
2.1.4.1. PPN Tidak Dipungut………………………...…………..26
2.1.4.2. PPN Dibebaskan…………………………………………28
2.2. Penelitian Terdahulu………………………………………………………...31
2.3. kerangka Konseptual………………………………………………………...33
BAB 3 METODE PENELITIAN……………………………………………...35
3.1. Jenis Penelitian………………………………………………………………35
3.2. Deskripsi dan Penentuan Sampel…………………………………………....36
3.3.Variabel dan Definisi Operational Variabel………………………………….36
3.4. Jenis dan Sumber Data………………………………………………………37
3.5.Lokasi dan Waktu Penelitian………………………………………………...37
3.6. Teknik Pengumpulan Data………………………………………………….38
3.7. Teknik Analisis Data………………………………………………………...39
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………....41
4.1. Penyajian Data……………………………………………………………....41
xi
4.1.1. Gambaran Perusahaan ……………………………...............……..41
4.1.2. Lokasi dan Letak Perusahaan………………………………...…....43
4.1.3. Visi dan Misi…………………………………………………...….45
4.1.4. Kebijakan Mutu, Semboyan, dan Nilai Dasar …………..…..........45
4.1.5. Struktur Organisasi……………………………………………...…48
4.1.6. Latar Belakang Fasilitas PPN di PT. Bumi Menara Internusa…….55
4.1.7. Faslitas PPN pada PT. Bumi Menara Internusa……...................…56
4.1.8. PPN dibebaskan pada PT. Bumi Menara Internusa……………….56
4.2. Analisis Data……………………………………………...…………………57
4.2.1. Pajak Masukan………………………………………...............…..58
4.2.2. Pajak Keluaran ………………………………………..............…..63
4.2.3. Laporan Laba Rugi………………………………………………...68
4.3. Interpretasi ……………………………………………….……………….....69
4.3.1.Perlakuan Akuntansi atas pembelian barang kena pajak yang Tidak
mendapatkan fasilitas PPN dibebaskan dalam laporan Laba
rugi……………….……………………………..…………………69
4.3.2.Laporan Laba Rugi yang dianalisis………….……………..……....71
4.3.3. Pengaruh PPN terhadap Laporan Laba Rugi………………...…....72
xii
4.3.4.Perlakuan Perpajakan atas pembelian dan penjualan barang Kena
pajak dan mendapatkan fasilitas PPN dibebaskan…………..……72
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN…..…………………………………….75
5.1. Kesimpulan…………………..……………………………………………...75
5.2. Saran…………………………………….…………………………………..76
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..77
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. SELF ASSESTMENT SYSTEM………………………………..20
Gambar 2.2. KERANGKA BERFIKIR……………………………………....34
Gambar 4.1. STRUKTUR ORGANISASI…………………………………...47
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. DAFTAR PENELITIAN TERDAHULU……………………………31
Tabel 4.1. DAFTAR JURNAL PEMBELIAN DI PT. BUMI MENARA
INTERNUSA…………………………………………………………….56
Tabel 4.2. DAFTAR PEMBELIAN DENGAN PPN DIBEBASKAN TAHUN
2013 DI PT. BUMI MENARA INTERNUSA..........................................57
Tabel 4.3. DAFTAR PEMBELIAN DENGAN PPN TAHUN 2013 DI PT. BUMI
MENARA INTERNUSA…………………………...………………..….59
Tabel 4.4. DAFTAR JURNAL PENJUALAN DI PT. BUMI MENARA
INTERNUSA…………………………………………………………….60
Tabel 4.5. DAFTAR PENJUALAN DENGAN PPN DIBEBASKAN
TAHUN 2013 DI PT. BUMI MENARA INTERNUSA…………..........61
Tabel 4.6. DAFTAR PENJUALAN DENGAN PPN TAHUN 2013 DI PT. BUMI
MENARA INTERNUSA……………………..........................................63
Tabel 4.7. LAPORAN LABA RUGI TAHUN 2013…………………………....65
Tabel 4.8. LAPORAN LABA RUGI TAHUN 2013 YANG DI ANALISIS…...68
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Faktur Pajak Penjualan dengan PPN dibebaskan
Lampiran 2. Faktur Pajak Pembelian dengan PPN dibebaskan
Lampiran 3. Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahn Nilai (SPT MASA
PPN
Lampiran 4. Surat Setoran Pajak (SSP
Lampiran 5. Bukti Penerimaan Surat
Lampiran 6. Berita Acara/Kartu Bimbingan Skripsi
Lampiran 7. Surat Izin Penelitian
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Masalah
Setiap bangsa pasti melakukan pengembangan bagi negaranya, begitu juga
Indonesia yang merupakan negara sedang berkembang. Dewasa ini Indonesia
tengah dihadapkan pada kemajuan teknologi yang menuntut pembangunan
nasional untuk terus berkembang ke arah yang lebih baik dan maju. Pembangunan
nasional tersebut bertujuan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil
dan makmur secara merata dan menyeluruh, baik materil maupun spiritual
berdasarkan Pancasila dan Undang - Undang Dasar 1945.
Pembangunan nasional tersebut akan dilaksanakan berencana, bertahap, dan
berkesinambungan. Pembiayaan atas pembangunan nasional dalam perkembangan
memerlukan dana yang cukup besar. Salah satu sumber penghasilan Negara yang
dipergunakan untuk pembangunan nasional dari pajak. Pajak adalah iuran rakyat
kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan ) dengan
tiada mendapatkan jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan
dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Pajak sebagai fungsi
regulared ( pengatur ), artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau
melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, serta
2
mencapai tujuan tertentu di luar bidang keuangan. Sebagai upaya penggalian dan
pengembanan penerimaan negara terutama dari sektor perpajakan, pemerintah
mengadakan pembaharuan – pembaharuan perpajakan yang lebih dikenal dengan
taxreform yang berlaku sejak 1984. Berdasarkan pemikiran dan pertimbangan
yang matang, pemerintah mengganti sistem perpajakan di Indonesia dari official
assessment system ialah sistem dimana besarnya jumlah pajak yang terutang oleh
wajib pajak ditentukan oleh fiskus menjadi self assessment sytem.
Menurut Resmi ( 2010:12 ) self assessment system yaitu sistem pemungutan
pajak yang memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk melaporkan,
menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajaknya.
Sebagai rakyat Indonesia dibutuhkan kesadaran yang besar untuk membayar
pajak secara jujur dan bertanggung jawab. Peranan rakyat dalam membayar pajak
merupakan salah satu perwujudan dari pengabdian dan peran serta rakyat sebagai
wajib pajak. Kontribusi rakyat dalam pembayaran pajak ini dimanfaatkan
pemerintah untuk untuk membangun sarana dan prasarana kepentingan umum,
sesuai dengan arti pajak yang tidak memberi imbalan langsung kepada wajib
pajak, tetapi manfaat yang ditunjukan dengan kesejahteraan rakyat kini dapat
dirasakan.
Berdasarkan mekanisme pemungutannya pajak di Indonesia dibagi menjadi 2
golongan yaitu pajak langsung dan tidak langsung. Pajak langsung adalah pajak
yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat
dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain atau pihak lain, sedangkan pajak
tidak langsung adalah pajak yang beban pajaknya dapat di pindahkan atau
3
dialihkan kepada pihak lain. Salah satu pajak tidak langsung adalah pajak
pertambahan nilai ( PPN ).
Berdasarkan pasal 4 ayat ( 1 ) UU PPN No. 42 tahun 2009 salah satu obyek
PPN adalah penyerahan barang kena pajak yang dilakukan di dalam daerah
pabean yang dilakukan oleh pengusaha kena pajak.
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dikenakan atas pertambahan nilai yang terjadi
atas suatu barang atau jasa. Untuk tujuan - tujuan tertentu, PPN ini tidak
dikenakan terhadap sektor -sektor usaha tertentu. Inilah yang disebut dengan
fasilitas.
Fasilitas adalah sarana untuk melancarkan pelaksanaan fungsi, kemudahan
sosial yang disediakan oleh pemerintah atau swasta untuk masyarakat.
Menurut Brotodihardjo di Indonesia, dikenal 4 (empat) fasilitas PPN yaitu:
Fasilitas PPN Tidak Dikenakan, PPN Dibebaskan, PPN Tidak Dipungut dan
PPN 0% (Nol Persen), makna keempat fasilitas tesebut sama-sama tidak
dibebani PPN. Namun, ada beberapa perbedaan mendasar diantara keempat
fasilitas tersebut, yaitu:
1. PPN Tidak Dikenakan:
a. BKP/JKP dikecualikan dari objek pajak.
b. Apabila tidak ada usaha lain, maka wajib pajak tidak wajib untuk dikukuhkan
sebagai PKP.
4
c. Pajak masukan atas perolehan Barang dan atau Jasa Kena Pajak tidak dapat
dikreditkan.
2. PPN Dibebaskan
a. Ada Objek PPN
b. Wajib Pajak harus minta dikukuhkan sebagai PKP dan Wajib membuat faktur
pajak.
c. Pajak Masukan Atas Perolehan Barang dan atau Jasa Kena Pajak tidak dapat
dikreditkan .
3. PPN Tidak Dipungut
a. Ada Objek PPN
b. Wajib Pajak harus minta dikukuhkan sebagai PKP dan wajib membuat faktur
pajak.
c. Pajak Masukan atas perolehan Barang Kena Pajak dapat dikreditkan.
4. PPN O% (Nol Persen)
a. Ada Objek PPN
b. Wajib Pajak harus minta dikukuhkan sebagai PKP
c. Pajak Masukan atas perolehan BKP dapat dikreditkan.
5
Menyadari kepentingan pajak dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
yang terus membutuhkan dana, peran, dan panutan berbagai tokoh masyarakat,
tokoh pemerintah, tokoh pemuda, maupun tokoh- tokoh di bidang lainnya tentu
sangat diharapkan. Berbagai kampanye maupun sosialisasi memberikan
pemahaman akan bangganya menjadi pembayar pajak, perlu terus dilakukan.
Mengumpulkan pajak untuk mengisi pundi APBN nampaknya sudah
menjadi rutinitas (target) yang harus dilakukan dan menjadi tugas dari pemerintah
melalui Ditjen pajak. Pajak sebagai salah satu pilar utama perekonomian
Indonesia pada saat sekarang dan merupakan potensi terpenting bagi Indonesia
untuk mewujudkan kemandirian bangsa dalam hal membiayai pembangunan
nasional dengan kemampuan sendiri.Strukturisasi pajak memberikan kejelasan
dalam pembagian jenis pajak, sehingga pengenaan pajak akan tepat sasaran dan
sesuai tujuan, serta pengalokasiannya diharapkan sesuai dengan RAPBN. Aparat
pajak harus berperan aktif dalam melaksanakan tugas – tugas penyuluhan,
pelayanan, pengawasan, dan penerapan sanksi sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Hal ini dimaksudkan untuk optimalisasi pajak.
Dalam kondisi ekonomi sekarang ini dan peraturan baru untuk pajak
pertambahan nilai beberapa tahun ini, meyebabkan para pengusaha dituntut untuk
lebih tanggap terhadap setiap perubahaan yang terjadi di sekitarnya. Apalagi jika
perusahaan telah go public, maka perusahaan memiliki tanggung jawab yang
cukup besar terhadap investor yang telah menanamkan modalnya pada
perusahaan.
6
Teng ( 2010:1 ) berpendapat bahwa terdapat hubungan yang kuat antara
perusahaan dengan orang – orang didalamnya. Pada kenyataan sebuah perusahaan
dapat jatuh sakit karena sangat dipengaruhi oleh orang – orang yang ada di
dalamnya. Berbeda dengan pandangan umum, yang menyatakan bahwa
perusahaan bukanlah sebuah obyek mati tetapi sebuah komunitas manusia dan
suatu kesatuan dengan pribadi dan perilaku sendiri. Oleh karenanya, tanpa adanya
penanganan yang tepat, suatu perusahan yang mempunyai kehidupan sendiri pun
akan runtuh. Di Indonesia sendiri saat ini banyak sekali industri yang mengalami
krisis, salah satu adalah industri pangan. Penurunan kinerja dialami oleh
perusahan – perusahan yang bergerak di sektor ini, yaitu karena kelangkaan bahan
baku menyebabkan kenaikan harga bahan baku serta tarif upah minimum
masyarakat, belum lagi ketatnya persaingan di industri ini. Dengan banyaknya
pesaing dan untuk menjaga agar perusahaan tetap bertahan dengan kondisi yang
saat ini, maka kinerja perusahaan haruslah di perhatikan dengan cermat. Hal ini
menyebabkan bagaimana pemanfaatan fasilitas dalam PPN ini agar seefisien
mungkin sesuai dengan yang berlaku.
Persyaratan substansi ini biasanya disebut secara otentik dalam setiap
peraturan pemerintah yang mengatur fasilitas tersebut, terhadap penyerahan pakan
ternak maupun hasil produk akhir (finising goods) merupakan penyerahan barang
kena pajak yang bersifat strategis menurut PP Nomor 12 Tahun 2001 beserta
perubahaannya itu dibaca lebih lanjut bahwa impor dan penyerahan pangan atau
bahan baku pembuatannya ternyata diberi fasilitas PPN dibebaskan juga. Dengan
kata lain, siapapun yang menyerahkan jenis barang kena pajak tersebut
7
mendapatkan fasilitas PPN dibebaskan.Sebagaimana telah diubah terakhir dengan
PP Nomor 31 Tahun 2008 untuk barang kena pajak tertentu yang bersifat
strategis.
Laporan Laba Rugi adalah laporan yang merupakan bagian dari laporan
keuangan yang memuat informasi mengenai hasil operasi perusahaan, baik itu
pendapatan dan pengeluaran selama periode tertentu.
Laporan Laba Rugi ini cukup penting keberadaannya, karena laporan ini dapat
dijadikan alat untuk memprediksi arus kas dimasa mendatang, banyak pemakai
laporan keuangan yang memakai laporan laba rugi ini untuk memprediksi arus kas
masa depan, seperti para investor dan kreditor. Para investor dan kreditor perlu
untuk memprediksi arus kas perusahaan masa depan sebelum mereka
menyuntikkan dana kepada perusahaan yang mereka nilai arus kas atau kinerjanya
jelek dan mengandung resiko yang terlalu besar.
Pengaruh PPN dibebaskan terhadap Laba Rugi yaitu, pada penambahan
jumlah perolehan laba Karena dengan adanya PPN dibebaskan mampu
mengurangi biaya pembelian baik bahan baku yang sekali habis dalam pemakaian,
maupun biaya packaging, dan perlengkapan lainnya dalam proses produksi.
Keyakinan terkait perlakuan pajak harus diimbangi dengan kemampuan untuk
dapat menginterpretasikan dan menganalisa peraturan perpajakan terkait fasilitas
PPN secara mendetail dan komprehensif. Analisis dan interpretasi ini terkadang
menjadi sulit karena wajib pajak harus memahami alasan utama dan kondisi
diterbitkannya peraturan perpajakan. Oleh karena itu,untuk menghindari adanya
8
persepsi dan multi tafsir, pengusaha kena pajak sebaiknya memahami cara
menafsirkan suatu aturan hukum.
Fasilitas PPN ini menyebabkan adanya pemutusan mata rantai pengenaan PPN
dari produsen, distributor hingga ke konsumen paling akhir. Dari sisi penerimaan
negara pun adanya fasilitas PPN dalam rangka pendek akan mengurangi
penerimaan pajak. Tetapi dalam jangka panjang akan adanya kesempatan untuk
sumber penerimaan baru dari perpajakan yang lain. Namun hal ini tidak menjadi
masalah yang terlalu signifikan. Adanya pengorbanan dari sisi netralitas
pengenaan pajak melalui fungsi regulered akan mencapai tujuan yang lebih positif
yaitu peningkatan perekonomian yang lebih kondusif. Seperti sudah diketahui,
fasilitas PPN pada umumnya ditunjukan untuk obyek tertentu saja. Sehingga
untuk bisa mendapatkannya pengusaha harus selalu mengikuti peraturan terkait
fasilitas ini. Hal ini penting untuk digaris bawah karena terkadang PKP tidak
peduli dengan masalah perpajakan karena terlalu banyak peraturan pelaksanaan
mengenai fasilitas PPN. Benyaknya peraturan perpajakan yang mengatur fasilitas
PPN yang diberikan dalam dua bentuk ini memang sangat rentan untuk
membingungkan PKP. Pada akhirnya, kebingungan ini akan menimbulkan
kesalahan persepsi tentang fasilitas yang diberikan.
Dengan memberikan batasan pemberian fasilitas, sebenarnya sudah
mengantisipasi adanya masalah dari sisi implementansi. Sebagai informasi,
meskipun varian fasilitas PPN tidak terlalu banyak, sampai dengan hari ini masih
saja ada PKP yang tidak dapat membedakan fasilitas – fasilitas yang disebutkan,
dalam ketentuan pasal 16 B UU PPN.
9
PT. Bumi Menara Internusa Surabaya adalah sebuah perusahaan yang
bergerak dibidang pengelolaan makanan laut dimana, dalam proses produksi ada
limbah berupa kepala dan kulit udang yang biasa digunakan sebagai makanan
ternak dan juga merupakan produk akhir sehingga untuk penjualan barang
tersebut mendapatkan fasilitas PPN dibebaskan, begitu juga dengan pembelian
packaging dan bahan baku sekali habis dalam proses produksi juga mendapatkan
fasilitas tersebut.
PT. Bumi Menara Internusa ini menjual kepala dan kulit udang tersebut
sebagai makanan ternak serta termasuk dalam produk akhir yang merupakan jenis
penyerahan Barang Kena Pajak yang bersifat strategis yang mendapatkan fasilitas
PPN dibebaskan akan menyebabkan perlakuan antara pajak masukan dalam
pembeliannya, pajak keluaran atas penjualan dan laba Rugi terhadap perlakuan
PPN tersebut akan berbeda dengan perusahaan yang tidak mendapatkan fasilitas
tersebut. Maka dari itu penulis ingin membahas bagaimana perlakuan fasilitas ini
dalam perusahaan pangan PT Bumi Menara Internusa di Surabaya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut, Bagaimana Analisis perlakuan fasilitas PPN
dibebaskan dan pengaruhnya terhadap laporan laba rugi PT Bumi Menara
Internusa Surabaya.
10
1.3 Tujan penelitian
Tujuan yang diharapkan melalui hasil ini adalah untuk mengetahui
Analisis perlakuan fasilitas PPN dibebaskan dan pengaruhnya terhadap Laporan
Laba rugi PT. Bumi Menara Internusa di Surabaya.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian bagi berbagai pihak meliputi:
Manfaat Teoritis:
- Bagi pihak PT. Bumi Menara Internusa penelitian ini dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan untuk pihak manajemen dalam memanfaatkan
fasilitas PPN dibebaskan, agar dapat melakukan tindakan efisiensi dan
efektifitas serta penentuan strategi lainnya.
- Bagi pihak analisis pasar modal, hasil penelitian ini akan dapat menambah
referensi di dalam menganalisa pengaruh fasilitas PPN dibebaskan di
perusahaaan pangan yang telah go public.
Manfaat Praktis:
- Bagi pihak peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat memberikan
sumbangan ilmu pengetahuan dan sebagai bahan referensi.
11
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
Bagian ini akan membahas mengenai paparan teori - teori, definisi,
konsep - konsep serta pendapat para ahli yang telah teruji, dan dipakai sebagai
argument secara teoritik. Mengenai definisi akuntansi, definisi laporan keuangan,
tujuan dan karakteristik laporan keuangan, pemakai laporan keuangan,
keterbatasan laporan keuangan, laporan laba rugi, perpajakan, pengertian pajak,
system self assesment, pengertian PPN, fasilitas di bidang PPN, PPN tidak
dipungut dan PPN dibebaskan.
2.1.1. Akunatansi dan Laporan Keuangan
Accounting principles board dalam statement no.4 ( 1970 ) menyatakan
bahwa akuntansi adalah suatu kegiatan jasa. Fungsinya adalah menyediakan
informasi kuantitatif terutama yang bersifat keuangan mengenai suatu kesatuan
ekonomi yang dimaksudkan agar dapat memberi manfaat dalam pengambilan
keputusan di dalam membuat pilihan yang beralasan dari berbagai alternatif
tindakan.
Begitu luasnya peranan akuntansi sebagai sumber informasi, maka
diperlukan suatu standar yang mengatur tata cara dan bahasa keuangan. Prinsip
akuntansi yang berlaku di indonesia dan menjadi pedoman dalam praktek
12
akuntansi pada saat ini disusun oleh panitia penyusun dari suatu organisasi
profesinya yakni ikatan akuntan indonesia ( IAI ) yang dikenal dengan standar
akuntansi keuangan ( SAK ).
Hasil akhir dari proses akuntansi adalah seperangkat laporan yang disebut
laporan keuangan. Laporan keuangan disusun berdasarkan catatan – catatan di
dalam akuntansi sebagai dasarnya. Penyusunan laporan keuangan baisaanya
dilakukan secara teratur dari dalam interval waktu yang tertentu pula ( pada
umumnya dilakukan pada setiap akhir tahun buku ).
Standar akuntansi mencantumkan bahwa : “ Laporan keuangan merupakan
bagian dari proses pelaporan keuangan.Laporan keuangan yang lengkap biasanya
meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan. Catatan
dan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan
keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang
berkaitan dengan laporan tersebut misalnya, informasi keuangan segmen industri
dan geografis pengungkapan pengaruh perubahan harga.”( IAI, 2010 : 1 ).
Raharjo ( 2010 : 1 ) mengatakan bahwa laporan keuangan adalah laporan
pertanggung jawaban manajer atau pimpinan perusahaan atas pengelolaan
perusahaan yang dipercayakan kepada pihak – pihak yang punya kepentingan di
luar perusahaan yaitu pemilik perusahaan, pemerintah, kreditor, dan pihak lainya.
Berdasarkan difinisi – definisi tersebut di atas maka laporan keuangan
merupakan hasil akhir dari proses akuntansi suatu perusahan yang akan menjadi
13
bahan informasi bagi pemakainya untuk mengambil keputusan dan juga sebagai
laporan pertanggung jawaban pihak manajemen.
Laporan keuangan mempunyai fungsi untuk memberikan informasi
mengenai posisi keuangan dari hasil kegiatan operasional suatu perusahaan
kepada berbagai pihak yang berkepentingan dari internal maupun eksternal
perusahaan. A Statement of Basic Accounting Theory merumuskan empat tujuan
Laporan Keungan dalam Harahap (2011 : 134):
a. Membuat keputusan yang menyangkut penggunaan kekayaan yang
terbatas dan untuk menetapan tujuan
b. Mengarahkan dan mengontrol secara efektif sumber daya manusia dan
faktor produksi lainnya.
c. Memelihara dan melaporkan pengamanan terhadap kekayaan.
d. Membantu fungsi dan pengawasan sosial.
Laporan keuangan harus memenuhi beberapa karakteristik kualitatif,
sehubungan dengan fungsi laporan keuangan yang penting bagi pihak yang
berkepentingan terhadap perusahaan. Karakteristik ini memberikan ciri khas yang
membuat informasi dalam laporan keungan berguna bagi pemakai. Menurut IAI
dalam Standar Akuntansi Keuangan (2010 : 5 ) terdapat empat karakteristik
kualitatif pokok laporan keuangan, yaitu :
1. Dapat dipahami
informasi yang terdapat dalam laporan keuangan mudah dipahami bagi
pemakainya.
14
2. Revelan
Informasi ini dapat mempengaruhi keputusan ekonomi para pemakai
dengan mereka mengevaluasi peristiwa masa lampau, masa kini,atau masa
depan.
3. Keandalan
Informasi bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material
sehingga dapat diandalkan oleh para pemakainya.
4. Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan
antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan atau trend posisi dan
kinerja keuangan perusahaan.
Laporan keuangan mengandung informasi untuk berbagai pihak. Adapun
berbagai pihak pemakai laporan keuangan dan kebutuhan informasinya. Secara
terperinci dijelaskan sebagai berikut :
a. Investor
Para invertor ( dan penasehatnya ) berkepentingan terhadap risiko yang
melekat dan hasil pengembangan dari investasi yang dilakukan. Investor
ini membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus
membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Selain itu, mereka juga
tertarik pada informasi yang memungkinkan melakukan penilaian terhadap
kemampuan perusahaan dalam membayar devinden.
15
b. Karyawan
Karyawan dan kelompok – kelompok yang mewakilinya tertarik pada
informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahan. Mereka juga
tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka melakukan penilaian
atas kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat
pensiun dan kesempatan kerja.
c. Pemberi pinjaman
Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta
bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.
d. Pemasok dan kreditor usaha lainnya
Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang
akan dibayar pada saat jatuh tempo kreditor usaha berkepentingan pada
peusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek dibanding kreditor.
e. Shareholder’s ( para pemegang saham ).
Para pemegang saham berkepentingan dengan informasi mengenai
kemajuan perusahaan, pembagian keuntungan yang akan diperoleh, dan
penambahan modal untuk business plan selanjutnya.
f. pelanggan
16
Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan
hidup perusahaan, terutama kalau terlibat dalam perjanjian panjang dengan
bergantung pada perusahaan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemakai laporan keuangan
meliputi para investor dan calon investor, kreditor ( pemberi pinjaman ), pemasok
dan kreditor usaha lainya, shareholder’s ( para pemegang saham ), pelanggan.
Para pemakai laporan keuangan ini menggunakan laporan keuangan untuk
memenuhi kebutuhan informasi yang berbeda seperti yang telah dijelaskan di atas.
Laporan keuangan dipersiapkan atau dibuat dengan maksud untuk
memberikan gambar atau kemajuan secara periodik yang dilakukan pihak
manajemen yang bersangkutan. Namun demikian, laporan keuangan itu sendiri
mempunyai keterbatasan – keterbatasan.
Keterbatasan laporan keuangan menurut Harahap ( 2011:74 ) adalah:
1. laporan bersifat sejarah yang merupakan kejadian – kejadian yang terlah
lewat, maka terdapat keterbatasan dalam kegunaannya.
2. Laporan keuangan bersifat umum dan bukan untuk memenuhi kebutuhan
tiap – tiap pemakai.
3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak lepas dari penggunaan taksiran
dan berbagai pertimbangan.
4. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu
peristiwa atau transaksi dari pada bentuk hukumnya.
17
5. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikuantifikasi
umum diabaikan.
Jadi bagi mereka yang tidak biasa atau tidak memahami akuntansi atau
pembukuan tentu akan mengangap bahwa laporan keuangan itu merupakan suatu
daftar yang merupakan atau berdasarkan fakta – fakta yang memperlihatkan nilai
dari perusahaan secara keseluruhan dengan pasti dan tepat sesuai dengan kondisi
pada saat itu.
Dalam PSAK No.1 Tahun 2009 penyajian laporan keuangan, laporan laba
rugi adalah total pendapatan dikurangi beban, tidak komponen – komponen
pendapatan komprehensif lain. Secara umum, informasi keuangan yang tercantum
dalam laporan laba rugi bermanfaat untuk menilai keberhasilan atau kegagalan
operasi perusahaan, membuat taksiran jumlah laba di masa yang akan datang,
menilai rentabilitas atau profitabilitas modal yang ditanamkan oleh pemilik.
US GAAP mengunakan prinsip laba rugi yang konservatif sedangkan
IFRS menggunakan prinsip laba rugi yang komprehensif. Berdasarkan laporan
laba rugi US GAAP, terdapat perbedaan antara penghasilan terealisasi dari
transaksi dan biaya historis yang terjadi dalam periode waktu, dengan prinsip
akrual, prinsip realisasi dan prinsip penandingan yang sudah diakui oleh banyak
studi empiris. Namun dengan banyak berkembangan ekonomi, bermunculannya
perusahaan – perusahaan multinasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi , membuat prinsip – prinsip dalam US GAAP terlalu konservatif untuk
18
mengevaluasi suatu operasi perusahaan dan biaya historis sudah tidak dapat
menggambarkan keadaan asset suatu perusahaan sebenarnya.
Oleh karena itu muncul solusi untuk mengikuti perkembangan berbagai
hal yang menuntut arus informasi yang berkualitas berupa konsep laba rugi
komprehensif yang dapat menjawab semua pertanyaan tersebut. Dengan
berkembangannya perekonomian, ilmu dan teknologi, serta perkembangan
kebutuhan informasi bagi stakeholder perusahaan maka laporan laba rugi yang
sudah diakui secara general dirasakan kurang relevan untuk memenuhi arus
informasi kekuangan. Oleh karena itu ada sebuah konsep yang ditawarkan IASB
berupa laporan laba rugi komprehensif yang dirasa dapat lebih memberikan
gambaran secara menyeluruh terhadap stakeholder. Seiring berjalannya waktu
IASB dengan International Financial Reporting Standards dimana di dalamnya
terdapat konsep laba rugi komprehensif yang nantinya akan menggantikan laba
rugi GAAP sudah mulai diakui secara intrenasional.
2.1.2. Perpajakan
Bagian ini akan membahas mengenai peraturan – peraturan perpajakan
yang terkait terhadap transaksi penjualan / penyerahan yang mendapatkan fasilitas
PPN dibebaskan. Serta membahas dan menganalisa distorsi – distorsi yang
ditimbulkan oleh peraturan – peraturan tersebut terhadap mekanisme transaksi
PPN yang berlaku umum, serta perlakuan akuntansi dan laporan keuangan
perusahaan.
19
Pengertian pajak yang dikemukakan oleh Andriani dalam
Santoso (2010 : 2) adalah iuran kepada negara ( yang dapat dipaksakan ) yang
terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan, dengan tidak
mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan gunanya adalah
membiayai pengeluaran – pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara
untuk menyelenggarakan pemerintahan.
Sedangkan pengertian pajak menurut Waluyo dan Ilyas ( 2010:2 ) “ pajak
adalah iuran rakyat ke kas negara berdasarkan Undang – Undang ( yang dapat
dipaksakan ) dengan tidak mendapat jasa timbal ( kontra prestasi ), yang langsung
dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk pengeluaran umum”.
Menurut UU No. 16 Tahun 2009 tentang ketentuan umum perpajakan
pasal 1 ayat (1) pajak adalah kontribusi wajib pada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang – Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi kemakmuran rakyat.
Dari definsi – definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa :
a. Pajak dapat dipungut oleh negara berdasarkan kekuatan Undang – Undang
serta aturan pelaksanaanya dan dapat dipaksakan.
b. Dalam pembayarannya pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontra prestasi
langsung kepada individu oleh pemerintah.
c. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah.
20
d. Pajak diperuntukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Sistem pemungutan yang dianut di Indonesia saat ini, adalah sistem
menetapkan sendiri ( self assessment), yaitu ketetapan pajak yang di tetapkan oleh
wajib pajak sendiri yang dilakukan dalam surat pemberitahuan ( SPT ). Menurut
Shoup dalam Zain ( 2011:112 ): Sistem self assessment adalah tipe ke enam dari
tipe administrasi perpajakan banyak ditentukan dari bentuk kerja sama atau
tingkat partisipasi wajib pajak atau pemotong / pemungut pajak dan respons wajib
pajak terhadap pengenaan pajak tersebut. Sehingga dari penjelasan tersebut dapat
digambarkan dalam gambar 2.1. Berikut ini
Gambar 2.1
SELF ASSESSMENT SYTEM
Menghitung Tarip x DPP Pajak Terutang
Memperhitungkan Pelunasan Pajak Kredit Pajak
WP
Membayar
Melapor
PT > KP PT = KP PT < KP
PT - KP
SPT
SKPKB SKPLB SKPN
21
Sumber : Mohammad Zain ( 2007: 112 )
Dalam tipe keenam ini wajib pajak mendapat beban yang berat, karena wajib
pajak harus melapor semua informasi yang relevan dalam surat
pemberitahuannya, menghitung dasar pengenaan pajaknya, mengkalkulasi jumlah
pajak yang terutang, bersamaan dengan itu wajib pajak memperoleh pula
kesempatan yang luas untuk melakukan penyelundupan, baik secara unilateral
yaitu dengan cara memberikan informasi yang palsu atau menunda pembayaran,
maupun secara bilateral yaitu dengan cara kolusi dengan petugas penetapan,
pemeriksa dan penagih pajak dari jajaran instansi pajak. Sanggahan dapat
terjadi saat wajib pajak tersebut mengisi surat pemberitahuannya, dan sudah
merupakan kewajiban bagi mereka untuk menjelaskan atau mempertahankan
hal – hal yang ditetapkanya sendiri apabila diminta oleh instansi pajak. Wajib
pajak pun harus pula dengan sungguh - sungguh memperhatikan tanggal jatuh
tempo atau tanggal menjelang jatuh tempo pengisian SPT dan pembayarannya,
agar tidak dianggap bersalah melakukan kelalaian memenuhi kewajiban
perpajakannya atau dengan perkataan lain penggunaan sistem self assessment,
selain partisipasi wajib pajak yang sangat luas dalam hal ketetapan pajak, juga
mengandung resiko terbukanya kesempatan penyelundupan pajak yang lebih luas,
baik unilateral maupun bilateral serta mudahnya terjadi ekstorsi.
Menurut Resmi ( 2010:6 ), beberapa teori yang mendukung hak negara untuk
memungut pajak dari rakyatnya, antara lain :
SKPKBT
22
1. Teori asuransi
Teori ini menyatakan bahwa negara bertugas untuk melindungi orang dan
segala kepentingannya, meliputi keselamatan dan keamanan jiwa, dan juga
harata bendanya.
2. Teori kepentingan
Toeri ini awalnya hanya memperhatikan pembagian beban pajak yang
harus dipungut dari seluruh penduduk.
3. Teori gaya pikul
Teori ini menyatakan bahwa dasar keadilan pemungutan pajak terletak
paga jasa – jasa yang diberikan oleh negara kepada warganya, yaitu
perlindungan nafas jiwa dan harta bendanya. Untuk kentingan tersebut
diperlukan biaya – biaya yang harus dipikul oleh segenap orang yang
menikmati perlindungan itu, yaitu dalam bentuk pajak.
4. Teori asas gaya beli
Teori ini tidak mempersoalkan asal mula negara memungut pajak,
melainkan hanya melihat pada efeknya, dan memandang efek yang baik
itu sebagai dasar keadilannya.
2.1.3 Pajak Pertambahan Nilai
Menurut Sukardji ( 2010:22 ) yang dimaksud dengan pajak pertambahan
nilai (PPN) adalah pengenaan pajak atas pengeluaran untuk komsumsi baik yang
dilakukan perseorangan maupun oleh badan baik swasta maupun badan
23
pemerintah dalam bentuk belanja barang atau jasa yang dibebankan pada
anggaran belanja negara. PPN merupakan pajak yang dikenakan atas konsumsi di
dalam negeri atau di dalam daerah pabean, baik konsumsi barang maupun
konsumsi jasa, Waluyo (2010:238 ). Jadi PPN dikenakan atas pertambahan nilai
dari barang dan jasa yang dihasilkan atau diserahkan oleh pengusaha kena pajak
di dalam daerah pabean.
Di dalam UU No. 42 Tahun 2009 pasal 4 pajak pertambahan nilai dikenakan atas:
a. Penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan
oleh pengusaha.
b. Impor barang kena pajak.
c. Pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean di
dalam daerah pabean.
d. Pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah
pabean.
e. Ekspor barang kena pajak berwujud oleh pengusaha kena pajak.
Sedangkan dalam UU. No 42 Tahun 2009 pasal 4A ayat (2) dan (3) pajak
pertambahan nilai berisi barang dan jasa yang tidak dikenakan PPN:
Jenis barang yang tidak dikenai pajak pertambahan nilai adalah barang tertentu
dalam kelompok barang sebagai berikut :
a. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung
dari sumbernya.
b. Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak.
24
c. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan,
warung dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang
dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk makanan dan minuman
yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau katering
d. Uang , emas batangan, dan surat berharga.
Sedangkan jasa yang tidak dikenakan pajak pertambahan nilai adalah jasa
tertentu dalam kelompok jasa sebagai berikut:
a. Jasa pelayanan kesehatan medis, jasa pelayanan sosial,
b. Jasa pengiriman surat dengan perangko
c. Jasa keuangan
d. Jasa asuransi
e. Jasa keagamaan
f. Jasa pendidikan
g. Jasa kesenian dan hiburan
h. Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan
i. Jasa tenaga kerja
Sedangkan dalam UU. No 42 Tahun 2009 pasal 7 berisi menjelaskan berapa
besarnya untuk tarif pajak PPN :
1. Tarif pajak pertambahan nilai adalah 10% (sepuluh persen), untuk
penyerahan barang kena pajak / jasa kena pajak / barang tidak berujud
kena pajak didalam negeri.
25
2. Tarif pajak pertambahan nilai sebesar 0 % ( nol persen), digunakan untuk
ekspor barang kena pajak/jasa kena pajak / barang tidak berwujud kena
pajak.
Diterapkan atas:
a. Ekspor barang kena pajak berwujud.
b. Ekspor barang kena pajak tidak berwujud, dan
c. Ekspor jasa kena pajak.
Tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diubah menjadi
paling rendah 5% (limapersen) dan paling tinggi 15% (lima belas
persen) yang perubahan tarifnya diatur dengan peraturan pemerintah.
Sedangkan dalam UU.No. 42 Tahun 2009 pasal 16B ayat (1) pajak terutang
tidak dipungut sebagai atau seluruhnya atau dibebaskan dari pengenaan pajak:
a. Kegiatan dikawasan tertentu atau tempat tertentu di dalam daerah pabean.
b. Penyerahan barang kena pajak tertentu atau penyerahan jasa kena pajak
tertentu.
c. Impor barang kena pajak tertentu.
d. Pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud tertentu dari luar daerah
pabean di dalam pabean
e. pemanfaatan jasa kena pajak tertentu dari luar daerah pabean di dalam
daerah pabean.
2.1.4. Fasilitas PPN
26
Berdasarkan pasal 16 B UU PPN Tahun 2009 tentang Fasilitas PPN ini
sebenanya memang sengaja dibuat. Alasan utamanya adalah keberadaan fasilitas
PPN yang sudah baku. Fasilitas PPN ini menyebabkan adanya pemutusan mata
rantai mengenai PPN dari produsen, distributor hingga ke konsumen paling akhir.
Namun hanya fasilitas ini dapt menarik investor untuk masuk di Indonesia.
Fasilitas PPN terbagi lagi dalam 2 varian, yaitu PPN Terutang tidak
dipungut dan PPN Dibebaskan. Dua fasilitas tersebut bisa dibedakan dari sisi
pengkreditan pajak masukannya. Pajak masukan yang telah dibayar atas transaksi
yang terkait langsung dengan PPN Dibebaskan tidak dapat dikreditkan pajak
masukan yang telah dibayar. Sementara jika PPN tidak dipungut, maka pajak
masukan yang telah dibayar pada saat perolehannya dapat dikreditkan.
Berikut penjelasan dua fasilitas PPN yaitu:
2.1.4.1. PPN tidak di pungut
PPN yang mendapat fasilitas tidak dipungut ini meliputi beberapa penyerahan
antara lain:
a. penyerahan BKP dari daerah pabean lainya di daerah pabean Indonesia
lainnya ke kawasan berikut dan pulau – pulau lainnya
b. pelaksanaan proyek pemerintah yang dibiayai oleh hibah atau dana
pinjaman luar negeri
27
1) kepada kontraktor utama, diberikan fasilitas PPN/PPNBM tidak
dipungut atas
a) Impor BKP
b) Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean
c) Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean
2) Kepada pemilik proyek ( pemerintah ) diberikan fasilitas PPN PPnBM
tidak dipungut atas penyerahan BKP/JKP oleh kontraktor utama.
c. Impor BKP tertentu yang dibebaskan dari bea masuk
1. Barang perwakilan negara asing beserta pejabatnya yang bertugas di
Indonesia berdasarkan asas timbal balik.
2. Barang untuk keperluan badan Internasional yang diakui dan terdaftar
pada pemerintah Indonesia beserta petugasnya yang bertugas dan
memegang paspor Indonesia.
3. Barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah, umum, amal, sosial,
atau kebudayaan.
4. Barang untuk museum, kebun binatang, dan tempat lain semacam itu
yang terbuka untuk umum.
5. Barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
d. Pulau Bintam dan Karimun Besar
Pengusaha yang melakukan kegiatan konstruksi dan kegiatan operasi
untuk membangun :
28
1) kawasan yang akan dikembangkan untuk usaha – usaha kepariwisataan
termasuk sarana pendukungnya di pulau Bintam.
2) Kawasan industri di pulau Bintam
3) Kawasan pengembangan sumber – sumber air di pulau Bintam
4) Kawasanan penimbunan, distribusi dan pengolahan minyak bumi, serta
kawasan industri maritim ( galangan kapal ) dan konstruksi lepas
pantai di pulau Karimun Besar dam pulau - pulau sekitarnya.
e. Impor barang Operasional oleh mitra kerja pertamina untuk membangun
kilang
f. Kawasan pengembangan Ekonomi Terpadu ( KAPET ).
2.1.4.2. PPN dibebaskan
PPN yang mendapatkan fasilitas dibebaskan ini meliputi beberapa penyerahan
antara lain:
a. Impor BKP
1) Senjata, amunisi, alat angkutan di air, alat angkutan di bawah air, alat
angkutan di udara, kendaraan lapis baja, kendaraan angkutan umum
khusus lainnya, dan komponen atau bahan yang diperlukan dalam
pembuatan senjata amunisi oleh PT. PINDAD, untuk keperluan TNI
dan POLRI yang belum buat di dalam negeri.
2) Vaksin polio dalam rangka pelaksanaan program pekan Imunisasi
Nasional (PIN).
3) Buku – buku pelajaran umum, kitab suci dan buku – buku pelajaran
agama.
29
4) Kapal laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau dan kapal
angkutan penyeberangan, kapal pandu, kapal tunda, kapal penangkap
ikan, kapal tongkang dan suku cadang serta alat keselamatan pelayaran
atau alat keselamatan manusia yang di impor dan digunakan oleh
perusahaan pelayanan niaga nasional atau perusahaan penangkapan
ikan nasional.
b. Penyerahan BKP
1) Rumah sederhana, rumah sangat sederhana, rumah susun sederhana,
pondok boro, asrama mahasiwa dan pelajar serta perumahaan lainnya,
yang batasannya ditetapkan oleh menteri keuangan setelah mendengar
pertimbangan menteri pemukiman dan prasarana wilayah.
2) Senjata, amunisi, alat di air, alat angkutan di bawah air, alat angkutan
di udara, kendaraan lapis baja, kendaraan angkutan khusus lainnya dan
komponen atau bahan yang diperlukan dalam pembuatan senjata dan
amunisi oleh PT PINDAD, untuk keperluan TNI/POLRI.
3) Vaksin polio dalam rangka pelaksanaan program pekan Imunisasi
Nasional (PIN).
4) Buku – buku pelajaran umum, kitab suci dan buku pelajaran agama.
c. Penyerahan JKP
1) Jasa yang diterima oleh perusahaan pelayaran Niaga Nasional atau
perusahaan penangkapan ikan nasional yang meliputi:
a) Jasa persewaan kapal
30
b) Jasa kepelabuhan meliputi jasa tunda, jasa pandu, dan jasa labuh
c) Jasa perawatan atau reparasi (docking) kapal
2) Jasa yang diterima oleh perusahaan angkutan udara Niaga Nasional
yang meliputi:
a) Jasa pesewaan pesawat udara
b) Jasa perawatan atau reparasi pesawat udara
3) Jasa perawatan atau reparasi kereta api yang diterima oleh PT Kereta
Api Indonesia.
4) Jasa persewaan rumah susun sederhana, rumah sederhana, dan rumah
sangat sederhana.
5) Jasa yang diserahkan oleh TNI dalam rangka tersedianya data batas
dan photo udara wilayah Negara Republik Indonesia
6) Jasa yang diserahkan oleh kontraktor untuk pemborong bangunan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 angka 1 dan pembangunan
tempat yang semata – mata untuk keperluan ibadah.
d. Impor dan / atau penyerahan BKP tertentu yang bersifat strategis
1) Barang modal berupa mesin dan peralatan pabrik, baik dalam keadaaan
terpasang maupun terlepas, tidak termasuk suku cadang, yang
diperlukan secara langsung dalam proses menghasilkan barang kena
pajak.
2) Makanan ternak, makanan unggas, dan ikan dan atau bahan baku untuk
pembuatan makanan ternak, dan ikan.
31
3) Bibit dan atau benih dari barang pertanian, perkebunan, kehutanan,
pertenakan, penangkaran atau perikanan.
4) Bahan baku perak dalam bentuk butiran ( granule) dan atau dalam
bentuk batangan.
5) Bahan baku untuk pembuatan uang kertas rupiah dan uang logam
rupiah yang berupa kertas uang dan logam uang.
2.2. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang akan dijelaskan
persamaan dan perbedaannya berikut ini:
Tabel 2.1
PENELITIAN TERDAHULU
No Nama peneliti dan
tahun
Judul Persamaan Perbedaan
1. Achmad Ramdhoni
Adib Nurbela (2010)
Perlakuan
Akutansi PPN
Atas
Pemakaian
Sendiri
BKP/JKP dan
pengaruhnya
Mengacu pada
penyajian
laporan
keuangan
yaitu laporan
L/R
Penelitian
menggunakan
pendekatan
kualitatif ini
adalah
bagaimana
perlakuan pajak
32
pada penyajian
Laporan
Keuangan
fiskal pada PT
“ X” Surabaya
pertambahan
nilai terhadap
pemakaian
sendiri atas
barang kena
pajak dan
bagaimana
pengaruhnya
terhadap laporan
keuangan.
2.
OCKY AGUNG R
( 2011 )
Evaluasi
Akutansi Pajak
Pertambahan
Nilai pada
penyerahan
barang kena
pajak dan
penyajiannya di
Laporan
Keuangan
Fiskal PT X di
surabaya
Mengacu
pada
penyajian
laporan
keuangan
Penelitian ini
Menggambarkan
perlakuan
pengkreditan
pajak masukan
pada pembelian
barang kena
pajak dari
pemungutan
PPN serta
penjurnalan
Pajak
Pertambahan
33
Nilai.
3. Reza Perdana ( 2011) Perlakuan
Akuntansi PPN
Atas Penjualan /
Penyerahan
barang kena
pajak kepada
pemungutan
pajak
pertambahan
Nilai ( Studi
Kasus Pada PT
“ X “ di
Surabaya
Mengacu
pada
penyajian
laporan
keuangan.
Penelitian ini
menggambarkan
implementasi
penyajian PPN
atas pengaruh
dari penyerahan
BKP/JKP
kepada
pemungut PPN
terhadap laporan
keuangan fiskal.
2.3. Kerangka Konseptual
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan
kewajiban perpajakan wajib pajak badan pada perusahaan yang penyerahaanya
mendapat fasilitas PPN dibebaskan, dimana kewajiban perpajakan itu dilihat dari
perhitungan, pemotongan, penyetoran, dan laporan. Kewajban perpajakan dilihat
dari peraturan pemerintah Nomor 12 Tahun 2001 sebagaimana telah diubah
terakhir dengan peraturan pemerintah Nomor 31 Tahun 2008.
34
Dari penjelasan tersebut dapat digambarkan dalam gambar 22. Berikut ini :
Gambar 22.
Fasilitas PPN pasal 16 B UU No. 42 Tahun 2009
KERANGKA BERPIKIR
Sumber : Data yang diolah oleh penulis
Fasilitas PPN pasal 16 B UU No 42
Tahun 2009
PP No. 12 Tahun 2001 sebagaimana
telah diubah terakhir dengan PP No.
31 Tahun 2008
Pelaksanaan kewajiban perpajakan
PPN Dibebaskan
Perhitungan
Pencatatan
Pengaruh terhadap Laporan laba rugi
35
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. JENIS PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah pada bab 1, maka jenis penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Alasan digunakannya
pendekatan kualitatif adalah karena penelitian ini tidak menggunakan perhitungan
secara statistik. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa angka – angka
dari laporan keuangan yang kemudian dianalisis dan diolah. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif karena penelitian ini
meliputi pengumpulan data yang kemudian diolah dengan suatu model analisis
sehingga dapat diketahui kinerja keuangan perusahaan. Dimana penelitian
deskriptif menurut Nazir ( 2010 : 54 ) : suatu metode dalam meneliti status
kelompok manusia, objek, serta kondisi, sistem pemikiran, atau pun suatu kelas
peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian dekriptif ini adalah untuk
membuat deskripsi, gambaran atau lukisan sacara sistematis, aktual dan akurat
mengenai fakta – fakta, sifat – sifat serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki. Jenis atau strategi penelitian ini adalah dengan analisis dokumen
dimana pada penelitian ini untuk menjawab pertanyaan pada rumusan masalah
melalui pengujian arsip atau dokumen perusahaan berupa laporan keuangan
perusahaan.
36
3.2.DESKRIPSI POPULASI DAN PENENTUAN SAMPEL
Populasi adalah sekumpulan unur atau elemen yang menjadi obyek
penelitian. Populasi merupakan himpunan semua hal yang ingin diketahui, yaitu
perusahaan PT. Bumi Menara Internusa.
Penentuan sampel adalah suatu cara pengabilan sampel yang
representative dari populasi, untuk menentukan sampel dalam penelitian terdapat
berbagai teknik sampling yang digunakan secara sistematis. Penentuan sampel
yaitu pengambilan data dari laporan keuangan perusahaan berupa laporan
Laba/Rugi.
3.3.VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL
Variabel yang diteliti dalam peelitian ini diklarifikasikan menjadi variabel
dependen dan variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
laporan laba rugi, sedangkan variabel independentnya adalah perlakuan fasilitas
ppn dibebaskan.
Definisi operasionalvariabel adalah mengubah konsep atau variabel yang
abstrak ke tingkat yang lebih tinggi realistis, kongkrit, sehingga gejala tersebut
mudah dikenal dan dapat diuji secara empiris untuk mengabaikan pengertian suatu
variabel yang abstrak yang menurun pada tingkat lebih kongkrit.
Adapun variabel yang terkait adalah sebagai berikut;
1.Perlakuan fasiltas PPN dibebaskan, perlakuan PPN yang berupa pemberian
fasilitas dibebaskan karena adanya peraturan Undang-Undang perpajakan
37
2. pengarunya terhadap laporan laba/rugi, merupakan cara untuk menyusun
laporan keuangan berdasarkan prinsip akuntansi khusus untuk kepentingan
perpajakan.
3.4. JENIS DAN SUMBER DATA
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Data kualitatif, yaitu data yang memberikan uraian yang sesuai dengan
kenyataan dan atau kondisi di perusahaan. Data ini berupa uraian tentang
sejarah perusahaan.
b. Data kuantitatif, yaitu data yang dinyatakan dalam satuan angka – angka
atau merupakan data yang terukur. Data ini berupa laporan keuangan
PT.Bumi Menara Internusa.
Sumber data meliputi:
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari perusahaan pada
saat peneliti melakukan penelitian di PT. Bumi Menara Internusa.
Sumber data penulis adalah data primer yang meliputi laporan
keuangan berupa laporan laba/rugi pada akhir periode desember 2013.
b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari literatur – literature yang
berkaitan erat dengan masalah fasilitas PPN dibebaskan.
3.5. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
- Lokasi penelitian yaitu PT. Bumi Menara Internusa Surabaya. Jalan
Margomulyo 4E Surabaya.
38
- waktu penelitian 1 Bulan, dan selama peneliti bekerja di PT. Bumi Menara
Internusa Surabaya.
3.6. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data dilakukan dengan cara :
a. Studi kepustakaan, yaitu suatu penelitian ini dilakukan dengan
mengumpulkan dan mempelajari Undang – Undang Perpajakan beserta
peraturan pelaksanannya, serta memperoleh data teoritis melalui
buku – buku atau literatur dan lain – lain, yang berhubungan dengan
masalah yang akan dibahas.
b. Pengumpulan data, yaitu melakukan pengumpulan dan analisis data
sekunder dari PT. Bumi Menara Internusa dengan teknik dokumentasi
kemudian data – data dikumpulkan diseleksi, dianalisis lalu diolah.
c. Studi lapangan, merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan
secara langsung pada obyek penelitian.
Teknik yang digunakan yaitu:
a. Interview, yaitu teknik pengumpulan data dan informasi yang
dilakukan dengan jalan mengadakan wawancara langsung dengan
pihak yang berkepentingan.
b. Observasi, yaitu suatu teknin pengumpulan data yang diperoleh
dengan melibatkan langsung obyek yang diteliti
39
3.4. TEKNIK ANALISIS DATA
Teknik analisis data adalah cara – cara yang digunakan untuk menjawab
permasalahan yang diajukan dalam menyusun skripsi ini adalah menganalisa
dengan menggunakan metode:
- Analisa Kualitatif:
Adalah cara pengolahan data yang diperoleh dengan menggunakan klimat
atau kata – kata yang berfungsi sebagai penjelasan atas analisa data
tersebut.
- Analisa kuantitatif:
Adalah cara yang dilakukan dalam pengolahan data yang diperoleh dari
hasil penelitian dengan menggunakan metode angka-angka yang berfungsi
sebagai pendukung atas analisa data dalam angka pemecahan masalah.
Analisis bukti (data) menurut Yin (2010:133), terdiri atas pengujian,
pengkatagorian, pentabulasian, atau pun pengkombinasian kembali bukti - bukti
untuk menunjuk proposi awal suatu penelitian.Teknik analisa yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pelaksana kewajiban perpajakan yang sudah dilakukan oleh
perusahaan Berdasarkan Peraturan Drijen Pajak No.PER-13/PJ./2010
tentang saat pembuatan, bentuk, ukuran, pengadaan, Tata Cara
Penyampaian, dan Tata Cara Pembetulan Faktur Pajak.
2. Mengetahui pelaksanaan kewajiban perpajakan yang sudah dilakukan oleh
perusahaan seperti menghitung, memungut, menyetor, melaporkan SPT
40
sesuai dengan PP Nomor 12 Tahun 2001 dan sebagaimana telah diubah
terakhir dengan PP Nomor 31 Tahun 2008.
3. Melihat perbedaan pelaksanaan kewajiban perpajakan antara peraturan PP
Nomor 12 Tahun 2001 dan sebagaimana telah diubah terakhir dengan PP
Nomor 31 Tahun 2008.
4. Mengetahui presepsi responden mengenai penerapan peraturan PP Nomor
12 Tahun 2001 dan sebagaimana telah diubah terakhir dengan PP Nomor
31 Tahun 2008.
5. Menarik kesimpulan dari hasil penelitian dan memberikan saran sebagai
langkah perbaikan yang bermanfaat di masa yang akan datang.
Fasilitas PPN:
1. PPN Tidak Dikenakan:
2. PPN Dibebaskan:
3. PPN Tidak Dipungut:
4. PPN O% (Nol Persen):
Fasilitas PPN yang dibahas dalam penelitian pada PT Bumi Menara
Internusa yaitu; PPN Dibebaskan karena Pajak Masukan Atas Perolehan Barang
dan atau Jasa Kena Pajak tidak dapat dikreditkan. Penjualan kepala dan kulit
udang yang termasuk dalam penyerahan BKP yang bersifat strategis, dan
merupakan finishing goods Serta pembelian bahan baku packaging dalam proses
produksi yang habis sekali pakai juga mendapatkan fasilitas.
41
BAB IV
PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
4.1. PENYAJIAN DATA
4.1.1. Sejarah Perusahaan
PT. BUMI MENARA INTERNUSA SURABAYA, Didirikan pada
Tanggal 29 Maret 1989 dan dipimpin oleh Bapak Indra Winoto. PT. Bumi Menara
Internusa terletak di Jalan Margomulyo 4E Surabaya. Perusahaan ini merupakan
salah satu peerusahaan besar di Jawa Timur yang bergerak pada pembakuan
udang. PT. Bumi menara internusa berfokus pada pembakuan udang tetapi
sekarang berkembang dengan pembakuan ikan dan kepiting dalam hasil
produksinya, dengan rata-rata hasil produksi per hari 20-30 ton finish product
dengan bahan baku yang diambil dari seluruh pelosok Indonesia, seperti; Malang
Selatan, Banyuwangi, Jawa Timur, Jawa Barat, Lampung, Kalimantan, Sumbawa,
Lamongan dan Gresik.
Adapun jenis udang yang diproduksi adalah windu (black tiger), putih laut
(white seacaught), putih tambak (vanamei), biru( blue shrimp), layu (pink), blang
(cat), krosok merah, krosok kembang, krosok batu, krosok luar negri, werus(black
pink), dll. Jenis ikan adalah Ikan Salmon, Surimi, Saba, dll.
PT. Bumi Menara Internusa merupakan perusahaan berdasarkan order,
yang dimana produk yang diproduksi dengan spesifikasi dari keinginan atau
permintaan pembeli (buyer), sebagai perusahaan yang berskala international,
pangsa pasar PT. Bumi Menara Internusa Surabaya meliputi;
42
USA (75%)
EROPA (20.93%)
JEPANG (3.74%)
Dan Negara lain seperti Australia, Hongkong, Taiwan (0.22%)
Adapun spesifikasi international yang telah diperoleh PT. Bumi Menara
Internusa guna meyakinkan pelanggan akan keamanan pangan dan kualitas
sistem manajemen perusahaan, sertifikasi itu diantaranya yaitu;
1. HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point)
Diperoleh pada tahun 1997, HACCP merupakan sistem jaminan mutu
(keamanan pangan) yang diakui secara international melalui forum CAC
yang mendasar pada kesadaran masyarakat, terutama konsumen bahwa
bahaya akan timbul pada berbagai titik atau tahap produksi, walaupun
demikian pencegahan dan pengendalian bahaya tersebut dapat
dilaksanakan.
2. ISO 9001:2000 (Standar international untuk sistem manajemen kualitas)
diperoleh pada tahun 2003. ISO adalah suatu badan yang mengatur
sertifikasi atau mengesahkan suatu standar. ISO merupakan singkatan dari
international standart organization . ISO dibuat karena keinginan
perusahaan dari berbagai macam bidang usaha untuk memuaskan
pelanggannya. Yaitu dengan cara meningkatkan kualitas kerja dan
pelayanan sesuai dengan standart yang ditetapkan.
43
3. BRC (Brithis Retail Consortium), Diperoleh tahun 2005.
BRC (Brithis Retail Consortium) adalah sertifikasi produk makanan yang
masuk pasar inggris.
Produk yang dihasilkan PT. Bumi Menara Internusa bermacam-macam antara
lain:
Ho (Head on), HL (Head Less), HLSO (Head Less Shell On), PUD (Pell
And Defined), PTO (Palled Tail On), PDTO (Pell Devined Tail On),BTO
(Butterfly Tail On), BTF (Buterfly Tail Off), SE (Susy Eby).
Dari 10 (sepuluh) produk udang yang dihasilkan atau diproduksi di PT.
Bumi Menara Internusa Susy Eby (SE), merupakan Produk unggulan, dan telah
menjadi salah satu menu makanan di Pizza Hut Indonesia dan Fast Food.
4.1.2. Lokasi Dan Letak Perusahaan
Lokasi Perusahaan
PT. Bumi Menara Internusa terletak di JL.Margomulyo 4E Surabaya Jawa
Timur Indonesia, dengan luas tanah 80.000 m2 dan Luas Bangunan 20.000 m2
dengan Area Proses Produksi 18.000 m2. Lokasi pabrik cukup penting mengingat
berhubungan langsung dengan biaya baik produksi maupun tenaga kerja,
transportasi, distribusi dan limbah produksi. Hal-hal ini mendasar sehingga perlu
dipertimbangkan oleh pemilik perusahaan.
Faktor-faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi tersebut
adalah;
44
1. Pemilik perusahaan mempunyai tanah yang luas didaerah tersebut
2. Perluasan perusahaan dan pabrik mungkin dilakukan tetapi didaerah
industri lain karena didaerah sekitar pabrik tidak ada tanah yang masih
kosong karena merupakan permukiman padat dan kawasan industri.
3. Lokasi perusahan dan pabrik tempat pengelolaan berdekatan dengan jalan
utama sehingga mempermudah proses transportasi.
4. Tersedianya air bersih dan pengelolaan yang tepat sehingga limbah tidak
berbahaya.
5. Relatif dekat dengan permukiman penduduk sehingga tenaga kerja, tempat
kost, dan tempat makanan mudah diperoleh.
Letak Perusahaan
- Sebelah Utara berbatasan dengan Jalan Tol Margomulyo.
- Sebelah Timur berbatasan dengan industri Tanjungsari.
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Balongsari.
- Sebelah Barat berbatasan dengan daerah industri Manukan.
Letak perusahaan diatur sesuai dengan aturan fungsinya yaitu kawasan strategis
suatu perusahaan.
45
4.1.3. Visi dan Misi PT. Bumi Menara Internusa
Adapun Visi dan Misi PT.Bumi Menara sebagai berikut :
Visi: Bersama menyediakan pangan bagi dunia dengan layanan prima.
Misi:
- menyediakan produk berkualitas, dan aman sesuai permintaan pelanggan
dengan harga kompetitif.
- Mengutamakan krepuasan pelanggan secara menyeluruh dengan
memberikan pelayanan yang terbaik dan prima.
- Memimpin dalam bidang inovasi,kualitas dan efisiensi proses.
- Memiliki tanggung jawab sosial dan ramah lingkungan.
4.1.4. Kebijakan Mutu, Semboyan dan Nilai Dasar.
a. Kebijakan Mutu
Adapun bunyi kebijakan mutu di PT. Bumi Menara Internusa dalah sebagai
berikut;
a. Kualitas dan efisiensi proses.
b. Pelayanan pelanggan.
c. Pengembangan SDM.
d. Inovasi
e. Tanggung jawab sosial dan ramah lingkungan.
46
Sehingga dapat menghasilkan produk yang berkualitas, aman dan meningkatkan
kepuasan pelanggan.
b. Semboyan
Adapun semboyan PT. Bumi Menara Internusa adalah:
- Brand Image: Produk PT. Bumi Menara Internusa memiliki kesan baik di
mata pelanggan maupun masyarakat.
- Market Leader: Produk PT. Bumi Menara Internusa mampu menguasai
pasar baik pasar dalam negri mauupun internasional.
- Internal External Customer Satisfaction: mampu memberikan kepuasan
pelanggan baik pelanggan internal maupun pelanggan external.
c. Nilai Dasar:
Adapun bunyi nilai dasar PT. Bumi Menara Internusa sebagaimana dijelaskan
dalam pelatihan materi perjanjian kerja bersama (PKB) adalah sebagai berikut:
1. Customer Focus:
Keinginan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, artinya berusaha untuk
memenuhi semua persyaratan yang diajukan pelanggan (baik internal
maupun eksternal).
2. Commitment to excellence:
Kesanggupan untuk berusaha dan mewuujudkan keinginan menjadi
terbaik.
47
3. Communication,Coordianation and Team Work:
Communication, adalah kemampuan seseorang mentransformasikan
informasi dan pemahaman dari seseorang kepada orang lain.
Coordination, adalah pengaturan organisasi agar tugas dan tanggung
jawab setiap orang tidak tumpang tindih.
Team Work, adalah keinginan untuk bekerjasama dengan orang lain secara
kooperatif dan menjadi bagian dari kelompok yang menekankan peran
sebagai anggota kelompok bukan sebagai pemimipin, bukan pekerja secara
terpisah atau untuk menyelesaikan suatu proses dan tugas.
4. Coompetency:
Kemampuan atau kecakapan yang harus dimiliki oleh seseorang
dalam suatu organisasi atau perusahaan untuk memangku suatu jabatan
yang mencakup berrbagai aspek ( pengetahuan, keterampilan, prilaku)
5. Creativity and Innovation:
Kesempatan untuk menciptakan sesuatu atau ide – ide baru serta
memperkenalkan penemuan baru atau kreasi baru yang berbeda dari yang
sudah ada atau sudah dikenal sebelumnya sebagai bagian dari pembaruan.
6. Continual Improvement:
Upaya perbaikan secara terus menerus untuk mencapai hasil yang
lebih baik dalam berbagai hal – hal yang perlu diperbaiki dapat berupa
metode atau alat sehingga tercipta perkembangan.
48
4.1.5. Struktur Organisasi PT Bumi Menara Internusa
Organisasi dalah suatu kerjsama sekelompok orang untuk mencapai tujuan
bersama yang di inginkan dan mau terlibat dengan segala peraturan yang telah
ditetapkan bersama.
Struktur orgnisasi penting karena, perusahaan didirikan dengan tujuan
untuk mencapai maksud tertentu yang diinginkan yang menjadi visi misi
perusahaan.
49
Struktur organisasi PT Bumi Menara Internusa disajikan secara lengkap
Gambar 4.1
Struktur Organisasi PT Bumi Menara Internusa
Sumber: Data Perusahaan
HEAD OF UNIT
HEAD OF
DEPARTEMEN
PROCUREMENT &
GENERAL AFFAIR
HEAD OF
DEPARTEMEN
SALES
HEAD OF
DEPARTEMEN PLANT
HEAD OF DEPARTEMENT
FINANCE & ACCOUNTING
LOCAL
PURCASE
MANAGER
IN AREA
SALES
MANAGER
FINANCE
MANAGER
FINACE
PRODUKSI
MANAGER
OUT AREA
SALES
MANAGER
IMPORT
PURCASE
MANAGER
TECHNIC
MANAGER
ACCOUTING
MANAGER
ADMIN SALES
MANAGER HUMAN
RESOURCES
MANAGER
QUALITY
CONTROL
MANAGER
SUPERVISOR SUPERVISOR
SUPERVISOR SUPERVISOR
STAF STAF STAF STAF
50
Berikut adalah uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab
masing - masing bagian :
1. Head Of Unit
Mewakili perusahaan dan memimpin perwakilan sesuai tugas dan
tanggung jawabnya. Bertanggung jawab atas segala kegiatan dan
berorientasi pada kebijakan dan strategi yang akan di ambil, dan
memastikan terlaksananya kebijakan perusahaan.
2. Head Departemen Plant
Bertanggung jawab langsung kepada Head Of Unit dan mengawasi
segala kegiatan yang berhubungan dengan produksi, Teknik dan Quality
Control bahan baku dan barang jadi.
a. Product manager
Bertanggung jawab atas pengawasan pekerjaan lapangan proses
produksi, membagi tugas kepada bagian – bagian dibawahnya,
memeriksa hasil laporan yang dibuat setelah dilakukan pekerjaan dari
bawahan, meningkatkan efektivitas dan efisiensi perusahaan,
memberikan laporan kepada atasan mengenai hasil pekerjaan.
b. Technic Manager
Bertanggung jawab atas pengawasan pekerjaan lapangan
prosesyang bertanggung jawab dengan segala kegiatan teknik dalam
produksi, membagi tugas kepada bagian – bagian dibawahnya,
memeriksa hasil laporan yang dibuat setelah dilakukan pekerjaan dari
51
bawahan, meningkatkan efektivitas dan efisiensi perusahaan,
memberikan laporan kepada atasan mengenai hasil pekerjaan.
c. Manager Quality Control
Bertanggung jawab atas pengawasan penentuan kualitas atas hasil
produksi dan bahan baku yang akan diterima, membagi tugas kepda
bagian – bagian dibawahanya, memeriksa hasil laporan yang dibuat
setelah dilakukan pekerjaan dari bawahan, meningkatkan efektivitas
dan efisisensi perusahaan, memberikan laporan kepada atasan
mengenai hasil pekerjaan.
d. Supervisor Operasional
Bertugas untuk mengkoordinir para staf – staf untuk pekerjaan
dilapangan dan membagi tugas terhadap pekerjaan dilapangan,
melakukan pemerikasaan atas pekerjaan bawahannya, dan melaporkan
hasil kerja dilapangan kepada manajer operasional.
e. Staf
Melaksanakan tugas dari supervisor, membantu supervisor dalam
melaksanakan dalam pekerjaan dilapangan dan bertanggung jawab atas
hasil pekerjaan di lapangan kepada supervisor.
3. Head Departement Sales
Bertanggunng jawab langsung kepada Head Of Unit dan mengawasi
segala kegiatan yang berhubungan dengan sales dengan penentuan target
penjualan dan strategi pemasaran.
52
a. In Area Sales Manager
Bertanggung jawab dan mengawasi segala kegiatan yang
berhubungan dengan penjualan dengan penentuan target dan strategi
pemasaran untuk wilayah timur.
b. Out Area Sales Manager
Bertanggung jawab dan mengawasi segala kegiatan yang
berhubungan dengan penjualan dengan penentuan target dan strategi
pemasaran untuk wilayah barat.
c. Admin Sales Manager
Bertanggung jawab dan mengawasi segala kegiatan yang
berhubungan dengan administrasi penjualan.
d. Supervisor Operasional
Bertanggung jawab untuk mengkoordinir pekerjaan dilapangan dan
membagi tugas terhadap pekerjaan dilapangan, melakukan
pemerikasaan atas pekerjaan bawahannya. Dan melaporkan hasil kerja
dilapangan kepada manajer operasional.
e. Staf
Melaksanakan tugas dari supervisor, membantu supervisor dalam
melaksanakan dalam pekerjaan dilapangan dan bertanggung jawab atas
hasil pekerjaan di lapangan kepada supervisor.
53
4. Head Departemen Procuremant dan General Affair
Bertanggung jawab langsung kepada Head Of Unit dan mengawasi
segala kegiatan yang berhubungan dengan procurement dan General
Affair dalam unit tersebut.
a. Local Purcase Manager
Bertanggung jawab terhadap pembelian domestik agar selalu
tersedianya bahan baku, bahan pembantu dan barang kebutuhan lain.
b. Import Purcase Manager
Bertanggung jawab terhadap pembelian impor agar selalu
tersedianya bahan baku, bahan pembantu dan barang kebutuhan lain.
c. Human Resources Manager
Bertanggung jawab dalam perekrutan, pengawasan dan
pengembangan sumber daya manusia dalam perusahaan, penilaian
kerja terhadap karyawan dan disesuaikan dengan standar perusahaan.
d. Resources Supervisor
Melakukan proses rekruitmen terhadap karyawan, melakukan
training terhadap karyawan, dan pengawasan secara langsung terhadap
proses perekrutan terhadap karyawan dan bertanggung jawab kepada
manajer.
e. Staf
Membantu supervisor dalam proses perekrutan karyawan dan
pengawasan secara langsung terhadap karyawan.
54
5. Head Departement Finance dan Accounting
Bertanggung jawab langsung kepada Head Of Unit dan pengawasan
segala kegiatan yang berhubungan dengan Finance dan Accounting dalam
unit tersebut.
a. Finance manager
Bertanggung jawab terhadap cash flow dan budgeting atas
penerimaan dan pembayaran.
b. Accounting manager
Bertanggung jawab terhadap laporan keuangan perusahaan dan
laporan pajak perusahaan, melakukan review atas pekerjaan
bawahannya. Merencanakan, mengorganisasikan serta mengawasi
kegiatan pembukuan secara tertib dan sesuai dengan standar akuntasi
yang berlaku di perusahaan.
c. Supervisor Finance
Menyusun Laporan penerimaan dan pengeluaran atas cash flow
perusahaan
d. Supervisor Accounting
Menyusun Laporan Keuangan dan kinerja secara periodik dengan
tepat waktu, melaksanakan kegiatan pembukuan sesuai dengan standar
akuntasi yang berlaku, bertanggung jawab kepada manajer terhadap
penyusunan laporan keuangan.
55
e. Staf
Melaksanakan kegiatan administrasi akuntansi, perpajakan dan finance
sehari – hari dan membantu dalam penyusunan laporan keuangan dan
laporan pajak termasuk mencatat setiap transaksi ke dalam
buku – buku atau kartu – kartu yang telah ditentukan dalam manual
pembukuan harian, jurnal dan kartu – kartu besar, serta penyetoran dan
laporan SPT.
4.1.6. Latar Belakang Fasilitas PPN di PT.Bumi Menara Internusa
Penjelasan pasal 16B UU PPN no 42.Tahun 2009, diberikan untuk
memberikan fasilitas perpajakan yang benar- benar diperlukan terutama untuk
berhasilnya sektor kegiatan ekonomi yang berprioritas tinggi dalam skala
nasional. Mendorong perkembangan dunia usaha dan meningkatkan daya saing,
mendukung pertahanan nasional, serta memperlancar pembangunan nasional,
kemudahaan perpajakan yang diatur dalam pasal ini diberikan terbatas untuk :
1. Mendorong ekspor pada PT. Bumi Menara Internusa yang merupakan
prioritas nasional di tempat penimbunan berikut atau untuk
mengembangkan wilayah dalam daerah pabean yang dibentuk khusus
untuk maksud tertentu.
2. Mengakomodasi kelaziman internasional dalam importasi barang kena
pajak tertentu yang dibebaskan dari pungutan bea masuk.
56
4.1.7 Fasilitas PPN pada PT. Bumi Menara Internusa
PPN yang mendapat fasilitas tidak dipungut ini meliputi beberapa penyerahan
antara lain:
1. penyerahan BKP dari daerah pabean lainya di daerah pabean Indonesia
lainnya ke kawasan berikut dan pulau – pulau lainnya.
2. Impor BKP tertentu yang dibebaskan dari bea masuk
4.1.8. PPN dibebaskan pada Bumi Menara Internusa
PPN yang mendapatkan fasilitas dibebaskan ini meliputi beberapa penyerahan
antara lain:
a. Impor BKP
b. Penyerahan BKP
c. Penyerahan JKP
d. Impor dan / atau penyerahan BKP tertentu yang bersifat strategis
1). Barang modal berupa mesin dan peralatan pabrik, baik dalam keadaaan
terpasang maupun terlepas, tidak termasuk suku cadang, yang diperlukan
secara langsung dalam proses menghasilkan barang kena pajak.
2). Makanan ternak, unggas, dan ikan dan atau bahan baku untuk
pembuatan makanan ternak, dan ikan
57
Dalam PT. Bumi Menara Internusa yang termasuk penyerahan BKP yang
bersifat strategis sehingga mendapatkan fasilitas PPN dibebaskan yaitu kepala dan
kulit udang yang dijadikan sebagai makanan ternak.
4.2. Analisis Data
PT. Bumi menara internusa adalah pkp yang menghasilkan barang bersifat
strategis yaitu bberupa kepal dan kulit udang. Dimana hasil dari kepala dan kulit
udang tersebut berdasarkan Undang – Udang mendapatkan fasilitas PPN
dibebaskan. Selain untuk penjualan barang tersebut, dalam pembelian dari
perikanan yang berupa udang mapun ikan segar utuh juga mendapatkan fasilitas
PPN dibebaskan.
Perhitungan pajak terutang pada PT. Bumi Menara Internusa masih
terdapat kesalahan dalam penerapan fasilitas PPN dibebaskan di laporan Laba
rugi. Sedangkan untuk perhitungan faktur pajak penjualan dan pembelian sudah
sesuai dengan Undang – Undang No 42 Tahun 2009 pasal 16 B pasal 16 B ayat 2,
karena semua penyerahan barang kena pajak mendapatkan fasilitas dibebaskan.
Pada dasarnya pajak masukan sangat penting perannya bagi setiap perusahaan
dimana fungsi pajak masukan bisa mengurangi pajak pertambahan nilai yang
terutang bagi perusahaan. Karena pajak masukan yang dibayar untuk perolehan
barang kena pajak dan / atau perolehan jasa kena pajak yang atas penyerahannya
dibebaskan dari pengenaan pajak pertambahan nilai tidak dapat dikreditkan. Oleh
karena itu PT. Bumi Menara Internusa memasukan PPN yang dikenakan dari
pembelian sebagai unsur dari persediaan atau biaya
58
Dan untuk pembelian dan penjualan yang mendapatkan fasilitas PPN
dibebaskan karena untuk faktur pajak nya hanya DPP saja yang dikenakan, hal
tersebut mampu menambah Laba perusahaan.
4.2.1 Pajak Masukan
Pajak masukan adalah pajak pertambahan nilai atas transaksi perolehan
BKP yang dipergunakan PT Bumi Menara Internusa. Pencatatan persediaan PT
Bumi Menara Internusa menggunakan medote perpetual, sedangkan untuk
menentukan Harga pokok persediaan menggunakan metode rata – rata. Transaksi
perolehan BKP dicatat sebagai berikut.
Tabel 4.1
Daftar Jurnal Pembelian di PT.Bumi Menara Internusa
No Transaksi Perlakuan Jurnal di Perusahaan
1 Pembelian bahan
baku
Sebagai unsur dari HPP Persediaan
barang xxx
Hutang usaha xxx
2 Pembelian Sebagai unsur dari biaya
overhead
Persediaan xxx
Hutang usaha xxx
3 Perolehan jasa Sebagai unsur dari biaya
administrasi dan umum
Jasa pengiriman xxx
(biaya operasional)
Kas xxx
Sumber: Olahan Penulis
59
Pembelian yang mendapatkan fasilitas PPN dibebaskan yaitu pembelian
bahan baku yang lagsung pada tambak perikanan berupa udang segar maupun
ikan segar dalam keadaan utuh yang belum mengalami proses apapun sehinga
bahan baku tersebut mendapat fasilitas PPN dibebaskan. Pembelian ada dua jenis
yaitu pembelian bahan baku dan pembelian bahan pendukung.
Berikut ini adalah tabel daftar pembelian yang mendapatkan fasilitas PPN
dibebaskan untuk proses produksi yang dilakukan PT. Bumi Menara Internusa
selama tahun 2013.
60
Tabel 4.2.
Daftar Pembelian Persediaan untuk proses produksi tahun 2013 yang
mendapatkan fasilitas PPN dibebaskan Di PT. Bumi Menara Internusa Surabaya
BULAN HARGA BELI DPP PPN
Januari
Rp. 6.101.764.079 Rp. 6.101.764.079 Rp. 610.176.408
Februari
Rp. 5.242.605.304 Rp. 5.242.605.304 Rp. 524.260.530
Maret
Rp. 6.501.886.561 Rp. 6.501.886.561 Rp. 650.188.656
April
Rp. 5.521.530.940 Rp. 5.521.530.940 Rp. 552.153.094
Mei
Rp. 3.943.409.807 Rp. 3.943.409.807 Rp. 394.340.981
Juni
Rp. 5.509.120.723 Rp. 5.509.120.723 Rp. 550.912.072
Juli
Rp. 5.905.112.587 Rp. 5.905.112.587 Rp. 590.511.259
Agustus
Rp. 5.413.675.048 Rp. 5.413.675.048 Rp. 541.367.505
September
Rp. 6.764.781.793 Rp. 6.764.781.793 Rp. 676.478.179
Oktober
Rp. 6.452.856.414 Rp. 6.452.856.414 Rp. 645.285.641
November
Rp. 10.615.194.717 Rp. 10.615.194.717 Rp. 1.06.519.472
Desember
Rp. 7.223.178.538 Rp. 7.223.178.538 Rp. 722.317.854
Total
Rp.75.195.116.511 Rp. 75.195.116.511 Rp. 7.519.511.651
Sumber : Data internal perusahaan
Dari data pembelian barang proses produksi untuk tahun 2013 dapat
diketahui bahwa jumlah dasar pengenaan pajaknya adalah Rp. 75.195.116.511,00
61
dan seharusnya PPN dapat dikreditkan untuk pembelian ini adalah 10% dari DPP
Rp. 75.195.116.511 yaitu Rp. 7.519.511.651 menjadi tambahan laba dalam
Laporan Laba Rugi Perusahaan, tetapi dikarenakan barang keluaran hasil produksi
PT. Bumi Menara Internusa adalah barang kena pajak yang mendapatkan fasilitas
dibebaskan maka dari itu PPN atas pembelian itu akan menjadi nilai tambah dari
Laba perusahaan.
Sedangkan Berikut ini adalah tabel daftar pembelian yang dikenakan PPN
dan dilakukan PT. Bumi Menara Internusa selama tahun 2013.
62
Tabel 4.3.
Daftar Pembelian Persediaan bahan pendukung yang dikenakan PPN tahun 2013
Di PT. Bumi Menara Internusa Surabaya
BULAN HARGA BELI DPP PPN
Januari
Rp. 2.392.096.127 Rp. 2.392.096.127 Rp. 239.209.591
Februari
Rp. 3.881.435.970 Rp. 3.881.435.970 Rp. 388.143.580
Maret
Rp. 1.840.072.013 Rp. 1.840.072.013 Rp. 184.007.187
April
Rp. 1.809.827.481 Rp. 1.809.827.481 Rp. 180.982.731
Mei
Rp. 3.156.635.339 Rp. 3.156.635.339 Rp. 315.663.513
Juni
Rp. 2.938.520.310 Rp. 2.938.520.310 Rp. 293.852.014
Juli
Rp. 3.333.960.664 Rp. 3.333.960.664 Rp. 333.396.050
Agustus
Rp. 1.777.659.962 Rp. 1.777.659.962 Rp. 177.765.975
September
Rp. 3.104.930.476 Rp. 3.104.930.476 Rp. 310.493.026
Oktober
Rp. 2.627.772.274 Rp. 2.627.772.274 Rp. 265.285.617
November
Rp. 2.948.923.966 Rp. 2.948.923.966 Rp. 294.892.376
Desember
Rp. 2.997.954.726 Rp. 2.997.954.726 Rp. 299.795.457
Total
Rp.32.809.789.308 Rp. 32.809.789.308 Rp. 3.280.978.931
Sumber : Data internal perusahaan
Dari data pembelian barang proses bahan pendukung untuk tahun 2013
dapat diketahui bahwa jumlah dasar pengenaan pajaknya adalah
Rp. 32.809.789.308 dan karena pembelian bahan pendukung ini dikenakan PPN
63
maka 10% dari DPP Rp. 32.809.789.308 yaitu Rp. 3.280.978.931 menjadi biaya
PPN bagi perusahaan.
4.2.2. Pajak Keluaran
Pajak Keluaran adalah pajak pertambahan nilai yang dipungut sendiri oleh
PT. Bumi Menara Internusa atas penjualan dan penyerahan kena pajak dan atas
pendapatan dari jasa kena pajak. Atas transaksi penjualan makanan ternak kepala
dan kulit udang dan pendapatan jasa PT. Bumi Menara Internusa yang
mengunakan metode pencatatan perpetual dan sebagai mana perlakuannya yang
digunakan untuk dibukukan dalam jurnal yang dilakukan oleh PT. Bumi Menara
Internusa adalah sebagai berikut.
Tabel 4.4.
DAFTAR JURNAL PENJUALAN DI PT.BUMI MENARA INTERNUSA
No. Transaksi Perlakuan Jurnal di perusahaan
1 Penjualan kredit
barang
PPN keluaran unsur
penjualan
Piutang dagang xxx
Penjualan xxx
PPN Keluaran xxx
2 Penentuan HPP PPN masukan unsur
HPP
HPP xxx
PPN masukan xxx
Persediaan barang xxx
3 Pendapatan sewa Sewa ruangan untuk
rapat
Piutang jasa xxx
Pendapatan sewa xxx
PPN keluaran xxx
Sumber : Olahan Penulis
64
Berikut ini adalah tabel daftar penjualan kepala dan kulit udang yang
dijadikan makanan ternak yang mendapatkan fasilitas PPN dibebaskan oleh
PT. Bumi Menara Internusa selama tahun 2013
Tabel 4.5
Daftar Penjualan kepala dan kulit udang yang digunakan sebagai makanan ternak
tahun 2013 di PT. Bumi Menara Internusa Surabaya
BULAN HARGA JUAL DPP PPN
Januari Rp. 801.228.123 Rp. 801.228.123 Rp. 80.122.814
Februari Rp. 972.333.616 Rp. 972.333.616 Rp. 97.233.361
Maret Rp. 997.859.430 Rp. 997.859.430 Rp. 99.785.945
April Rp. 1.244.056.962 Rp. 1.244.056.962 Rp.124.405.697
Mei Rp. 1.400.500.590 Rp. 1.490.500.590 Rp. 149.050.061
Juni Rp. 2.162.940.767 Rp. 2.162.940.767 Rp. 216.294.086
Juli Rp. 4.909.282.054 Rp. 4.909.282.054 Rp. 490.928.210
Agustus Rp. 464.013.210 Rp. 464.013.210 Rp. 46.401.322
September Rp. 2.617.730.556 Rp. 2.617.730.556 Rp. 261.773.056
Oktober Rp. 2.856.309.392 Rp. 2.856.309.392 Rp. 285.630.941
November Rp. 2.112.671.998 Rp. 2.112.671.998 Rp. 211.267.201
Desember Rp. 2.164.439.790 Rp. 2.164.439.790 Rp. 216.443.980
Total Rp. 22.683.366.488 RP.22.683.366.488 Rp. 2.268.336.649
Sumber : Data internal perusahaan
65
Dari data penjualan kepala dan kulit udang yang dijadikan sebagai makanan
ternak yang mendapat fasilitas PPN dibebaskan untuk tahun 2013 dapat diketahui
bahwa jumlah dasar pengenaan pajaknya adalah Rp. 22.683.366.488 dan
seharusnya PPN dapat dikreditkan untuk penjualan kepala dan kulit udang ini
adalah 10% dari DPP Rp.22.683.366.488 yaitu Rp. 2.268.336.649, tetapi
dikarenakan barang keluaran hasil produksi PT. Bumi Menara Internusa adalah
barang kena pajak yang mendapatkan fasilitas dibebaskan maka dari itu PPN atas
penjualan itu akan menjadi nilai tambah dari persediaan kepala dan kulit udang
yaitu adalah jumlah dari barang beserta PPN sebesar Rp.24.951.703.137 dan akan
menjadi unsur biaya yang mempengaruhi jumlah biaya overhead pabrik apabila
persediaan tersebut telah digunakan.
Berikut ini adalah tabel daftar penjualan hasil proses produksi yang
dikenakan PPN dan penyerahan PPN nya harus dipungut sendiri oleh PT. Bumi
Menara Internusa selama tahun 2013
66
Tabel 4.6.
Daftar Penjualan hasil proses produksi yang merupakan produk
PT. Bumi Menara Internusa dikenakan PPN tahun 2013
Di PT. Bumi Menara Internusa Surabaya
BULAN HARGA JUAL DPP PPN
Januari Rp. 2.248.818.278 Rp. 2.248.818.278 Rp. 248.281.836
Februari Rp. 1.986.127.412 Rp. 1.986.127.412 Rp. 198.612.749
Maret Rp. 1.534.688.589 Rp. 1.534.688.589 Rp. 153.468.861
April Rp. 1.656.706.203 Rp. 1.656.706.203 Rp. 165.670.617
Mei Rp. 3.637.885.446 Rp. 3.637.885.446 Rp. 363.788.558
Juni Rp. 2.941.571.042 Rp. 2.941.571.042 Rp. 294.157.103
Juli Rp. 5.674.351.982 Rp. 5.674.351.982 Rp. 567.435.210
Agustus Rp. 2.284.340.912 Rp. 2.284.340.912 Rp. 228.434.100
September Rp. 3.918.254.157 Rp. 3.918.254.157 Rp. 391.825.421
Oktober Rp. 4.661.335.338 Rp. 4.661.335.338 Rp. 466.135.543
November Rp. 3.987.459.828 Rp. 3.987.459.828 Rp. 389.745.987
Desember Rp. 5.511.441.487 Rp. 5.511.441.487 Rp. 551.144.156
Total Rp. 40.184.980.674 Rp. 40.184.980.674 Rp.4. 018.498.067
Sumber : Data internal perusahaan
67
Dari data penjualan hasil proses produksi tersebut yang dikenakan PPN
untuk tahun 2013 dapat diketahui bahwa jumlah dasar pengenaan pajaknya adalah
Rp.40.184.980.674 dan pengenaan PPN nya yaitu 10% dari DPP
Rp. 40.184.980.674 yaitu Rp. 4.018.498.067 yang pemungutanya harus dipungut
sendiri oleh PKP yaitu PT. Bumi Menara Internusa kepada semua pembeli hasil
produk tersebut.
68
4.2.3. Laporan Keuangan
Laporan Laba Rugi PT.Bumi Menara Internusa disajikan pada tabel 4.7
PT. BUMI MENARA INTERNUSA
LAPORAN LABA RUGI
PERIODE DESEMBER 2013
PENJUALAN
PENJUALAN LOKAL Rp. 40.184.980.674
PENJUALAN LAIN2 (KEPALA,KULIT UDANG) Rp. 24.951.703.137 TOTAL PENJUALAN
Rp. 65.136.683.811
RETUR PENJUALAN Rp. 4.400.688
POTONGAN PENJUALAN Rp. 744.288.096
Rp. (748.688.784)
PENJUALAN BERSIH
Rp. 64.387.995.027 PENGHASILAN DILUAR USAHA
PENGHASILAN SEWA RUANGAN
Rp. 144.000.000
PENGHASILAN LISTRIK ATM BCA
Rp. 9.883.248
HARGA POKOK PENJUALAN
Rp. 64.541.878.275
PERSEDIAAN AWAL
Rp. 10.302.757.624
PEMBELIAN
Rp. 82.714.628.162
PEMBELIAN BAHAN PENDUKUNG Rp. 32.809.789.308
RETUR PEMBELIAN Rp. (6.428.640)
POTONGAN PEMBELIAN Rp. (667.683.516)
TOTAL PEMBELIAN
Rp. 114.850.305.314
BARANG YANG TERSEDIA UNTUK DIJUAL
Rp. 125.153.062.938 PERSEDIAAN AKHIR
Rp. (85.732.941.751)
HARGA POKOK PENJUALAN
Rp. 39.420.121.187 Rp. (39.420.121.187) LABA KOTOR
Rp. 25.121.757.088
BABAN USAHA
BEBAN GAJI
Rp. 7.312.500.000
BEBAN LISTRIK & TELP
Rp. 3.940.298.736
BIAYA PERLENGKAPAN KANTOR
Rp. 928.656.739
BIAYA IKLAN
Rp. 182.400.000
BIAYA TRANSPORT DAN BAHAN BAKAR
Rp. 767.061.880
BIAYA SEWA
Rp. 337.233.760
BIAYA PERJALANAN DINAS
Rp. 637.140.672
BIAYA ASURANSI KENDARAAN KANTOR
Rp. 257.346.000
BIAYA TRAINING DAN SEMINAR
Rp. 79.693.200
BIAYA UMUM DAN ADMINISTRASI
Rp. 2.276.649.123
BIAYA DEPRESIASI DAN PEMELIHARAAN KANTOR Rp. 1.423.843.279
BIAYA BUNGA
Rp. 595.747.338 TOTAL BEBAN
Rp. 18.738.570.727 Rp. (23.878.638.348)
LABA BERSIH SEBELUM PAJAK
Rp. 1.243.118.740
Sumber : Data internal Perusahan
69
4.3. Interpretasi
4.3.1. Perlakuan akuntansi atas pembelian barang kena pajak yang mendapatkan
fasilitas PPN dibebaskan dalam laporan laba rugi
Didalam laporan laba rugi berikut ini akan dijelaskan bagaimana PPN bisa
menjadi unsur tambahan dari HPP dan biaya umum dan administrasi yang mampu
menambah Laba PT. Bumi Menara Internusa.
1. Pembelian bahan baku, bahan pembantu yang include dengan PPN, dalam
arti PPN dari pembelian bahan baku tersebut mendapatkan fasilitas PPN
dibebaskan maka akan menjadi tambahan harga dari persediaan dan
setelah digunakan dalam proses produksi karena pembelian udang maupun
ikan segar utuh mendapatkan fasilitas PPN dibebaskan.
2. Pembelian peralatan produksi atau pembelian bahan pendukung yang
dikenakan PPN, dimana PPN tersebut akan menjadi perolehan aktiva
tersebut dan juga akan mempengaruhi biaya penyusutan dalam biaya
Overhead Pabrik. Contoh, pembelian peralatan untuk pengolahan dalam
proses produksi.
70
Pada Laporan Laba Rugi tabel 4.7 terdapat kesalahan pada pencatatan laporan
keuangan tersebut, dimana untuk penjualan kepala dan kulit udang yang
mendapatkan fasilitas PPN dibebaskan seharusnya total nilai DPP yaitu
Rp. 22.683.366.488 yang dimasukkan, nilai PPN 10% dari DPP mendapatkan
fasilitas dibebaskan. Sedangkan untuk pembelian bahan produksi yang dari
perikanan berupa udang dan ikan fresh utuh yang mendapatkan fasilitas PPN
dibebaskan juga nilai DPP saja yang dimasukkan pada Laporan Laba Rugi dan
10% dari DPP tidak perlu ditambahkan karena adanya fasilitas PPN dibebaskan.
Berikut Laporan Laba Rugi PT. Bumi Menara Internusa yang telah
dianalisis karena adanya fasilitas PPN dibebaskan.
71
4.3.2. Laporan laba rugi PT.Bumi Menara Internusa yang telah di koreksi dan
dianalisis dengan adanya fasilitas PPN dibebaskan yang disajikan pada tabel 4.8.
PT. BUMI MENARA INTERNUSA
LAPORAN LABA RUGI
PERIODE DESEMBER 2013
PENJUALAN
PENJUALAN LOKAL Rp. 40.184.980.674
PENJUALAN LAIN2 (KEPALA,KULIT UDANG) Rp. 22.683.366.488 TOTAL PENJUALAN
Rp. 62.868.347.162
RETUR PENJUALAN Rp. 4.400.688
POTONGAN PENJUALAN Rp. 744.288.096
Rp. (748.688.784)
PENJUALAN BERSIH
Rp. 62.119.658.378
PENGHASILAN DILUAR USAHA
PENGHASILAN SEWA RUANGAN
Rp. 144.000.000
PENGHASILAN LISTRIK ATM BCA
Rp. 9.883.248
HARGA POKOK PENJUALAN
Rp. 62.273.541.626
PERSEDIAAN AWAL
Rp. 10.302.757.624
PEMBELIAN
Rp. 75.195.116.511
PEMBELIAN BAHAN PENDUKUNG Rp. 32.809.789.308
RETUR PEMBELIAN Rp. (6.428.640)
POTONGAN PEMBELIAN Rp. (667.683.516)
TOTAL PEMBELIAN
Rp. 107.330.793.663
BARANG YANG TERSEDIA UNTUK DIJUAL
Rp. 125.153.062.938 PERSEDIAAN AKHIR
Rp. (85.732.941.751)
HARGA POKOK PENJUALAN
Rp. 31.900.609.536 Rp. (31.900.609.536) LABA KOTOR
Rp. 30.372.932.090
BABAN USAHA
BEBAN GAJI
Rp. 7.312.500.000
BEBAN LISTRIK & TELP
Rp. 3.940.298.736
BIAYA PERLENGKAPAN KANTOR
Rp. 928.656.739
BIAYA IKLAN
Rp. 182.400.000
BIAYA TRANSPORT DAN BAHAN BAKAR
Rp. 767.061.880
BIAYA SEWA
Rp. 337.233.760
BIAYA PERJALANAN DINAS
Rp. 637.140.672
BIAYA ASURANSI KENDARAAN KANTOR
Rp. 257.346.000
BIAYA TRAINING DAN SEMINAR
Rp. 79.693.200
BIAYA UMUM DAN ADMINISTRASI
Rp. 2.276.649.123
BIAYA DEPRESIASI DAN PEMELIHARAAN KANTOR Rp. 1.423.843.279
BIAYA BUNGA
Rp. 595.747.338 TOTAL BEBAN
Rp. 18.738.570.727 Rp. (23.878.638.348)
LABA BERSIH SEBELUM PAJAK
Rp. 6.494.293.742
Sumber : Data yang diolah
72
4.3.3. Pengaruh PPN terhadap Laporan Laba Rugi PT. Bumi Menara internusa
Dari hasil laporan laba rugi PT. Bumi Menara Internusa untuk tahun 2013
dapat diketahui bahwa Laporan Rugi tabel 4.8, pada Laporan tersebut baik
penjualan kepala dan kulit udang maupun pembelian tersebut dikenai PPN
sehingga laba perusahaan hanya mencapai Rp. 1.234.118.740 setelah dikoreksi
karena penjualan kepala dan kulit udang mendapatkan fasilitas PPN dibebaskan,
dan pada pembelian bahan baku tersebut juga mendapatkan fasilitas PPN
dibebaskan karena bahan baku yang dibeli dari perikanan berupa udang segar
maupun ikan utuh juga mendapatkan fasilitas PPN dibebaskan sehingga laba rugi
PT. Bumi menara internusa menjadi Rp. 6.494.293.742 dapat dilihat pada
tabel 4.8, hal ini berpengaruh terhadap penjualan dan harga pokok pembelian
sehingga Laba perusahaan juga akan berpengaruh yaitu Laba menjadi lebih besar.
Hal inilah yang membuat bagaimana fasilitas PPN dibebaskan tersebut
mampu mempengaruhi Laba Rugi Perusahaan sehingga mampu menambah
pendapatan karena adanya fasilitas tersebut.
4.3.4. Perlakuan Perpajakan Atas Pembelian dan Penjualan Barang Kena Pajak
yang Mendapatkan Fasilitas PPN Dibebaskan.
Walaupun disini PT. Bumi Menara Internusa tidak dapat mengkreditkan
pajak keluaran dan pajak masukannnya tetapi PT. Bumi Menara Internusa
berkewajiban untuk melaksanakan administrasi perpajakan pajak pertambahan
nilai yaitu masih harus tetap lapor dan di dalamnya harus seluruh penjualan
73
dan pembeliannya walaupun semua penyerahan mendapatkan fasilitas PPN
dibebaskan.
Kerjasama antar suplier untuk pengadaan bahan baku dimulai dari
penwaran dari suplier, selanjutnya persetujuan dari PT. Bumi Menara Internusa,
setelah ada persetujuan PT. Bumi Menara Internusa membuat purchased order
dan dikirimkan ke supplier yang berisi kuantitas dan kesepakatan harga yang telah
disepakati, setelah itu pada saat barang dikirim PT. Bumi Menara Internusa
mendapatkan surat jalan dan pada saat itu pula tanggal dimana faktur pajak dibuat
atas penyerahan tersebut, apabila pembayaran memang belum terjadi sebelum
penyerahan.
Begitu juga dengan penyerahan makanan ternak kepala dan kulit udang
( finishing good ) kepada pihak customer juga terutang PPN tetapi mendapat
fasilitas di bebaskan. Pembayaran hanya pada DPP saja. Dimulai dari penawaran,
apabila harga telah disetujui oleh customer maka barang akan dipersiapkan untuk
dikirim, pada saat barang tersebut dikirim berserta surat jalannya pula faktur pajak
yang mendapatkan fasilitas dibebaskan tersebut harus dibuat PT. Bumi Menara
Internusa melakukan penagihan setalah satu minggu barang tersebut dikirim
sesuai dengan invoice, surat jalan, faktur pajak dan surat tagihan. Karena makanan
ternak (Finishing Good) adalah barang strategis yang mendapatkan fasilitas
dibebaskan karena untuk penyerahananya mendapatkan fasilitas dibebaskan dari
PPN maka faktur pajak harus dibubuhi cap, “PPN DIBEBASKAN SESUAI
DENGAN PP NOMOR 12 TAHUN 2001 SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH
TERAKHIR DENGAN PMK NO 31 TAHUN 2008 “.
74
Proses selanjutnya, pembuatan dan pelaporan SPT masa PPN, dari semua
faktur pajak masukan dan keluaran direkap kedalam SPT masa PPN, disini yang
bertugas adalah bagian Account Receivable untuk merekapnya. Disini bagian
Account Receivable mendapatkan faktur pajak masukan dari bagian pembelian,
dan untuk faktur pajak keluaran yang membuat adalah bagian Account Receivable
sendiri dengan didukung oleh faktur penjualan dari bagian sales dan marketing.
Disini semua perolehan barang maupun jasa akan masuk dalam formulir
SPT PPN 1111 B3 yang dimana itu adalah daftar pajak masukan yang tidak dapat
dikreditkan atau yang mendapatkan fasilitas dibebaskan. Karena telah dimasukan
dalam B3 tersebut maka divisi Accounting telah dapat mengakuinya sebagai
biaya. Apabila tidak menjadi biaya maka seharusnya akan masuk dalam formulir
SPT PPN 1111 B2 dan dapat dikreditkan.
Dalam membuat SPT masa PPN bagian Account Receivable menginput
dan merekap faktur pajak keluaran dan masukan mengunakan e-SPT PPN. Tidak
ada penyetoran kurang bayar SPT masa PPN tersebut karena semua penjualan
mendapat fasilitas PPN dibebaskan tetapi diwajibkan untuk melaporkannya, SPT
masa PPN dilaporkan ke KPP paling lambat akhir bulan berikutnya. Setelah SPT
masa PPN dilaporkan pada bulan berikutnya atas rekap dari bulan SPT masa PPN
yang bersangkutan maka akan mendapatkan tanda terima dari KPP, dan tanda
terima beserta faktur pajak masukan dan keluarannya untuk bulan tersebut
disimpan sebagai arsip.
75
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari studi kasus yang telah dilakukan oleh penulis
terhadap PT. Bumi Menara Internusa Surabaya, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Pemanfaatan fasilitas PPN dibebaskan yang telah memberikan dampak
yang besar terhadap Laporan Laba Rugi PT. Bumi Menara Internusa
dimana jumlah pajak masukan akan menjadi unsur – unsur yang
mempengaruhi dari Harga Pokok Penjualan dan biaya – biaya umum
dan administrasi lainnya akan menjadi nilai tambah didalamnya karena
PPN tersebut tidak dapat dikreditkan sehingga Laba perusahaan
bertambah.
2. Bahwa dengan adanya pajak masukan yang dibebankan sebagai biaya,
secara otomatis akan mengurangi Penghasilan Kena Pajak Perusahaan,
tetapi disisi lain, pajak penghasilan yang dibayar menjadi lebih kecil
dengan bertambahnya harga perolehan dari PPN tersebut. Dilihat dari PPN
pembelian bahan baku berupa udang maupun ikan segar utuh karena
pembelian pada perikanan tersebut mendapatkan fasilitas PPN dibebaskan
maka merupakan tambahan Laba bagi PT. Bumi Menara Internusa.
76
5.2. Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan diatas, maka saran yang dapat
dikemukakan untuk menjadi saran positif bagi pihak manajemen PT. Bumi
Menara Internusa adalah sebagai berikut :
1. Dikarenakan disini tidak ada devisi pajak, sebaiknya dilakukan secara
berkala kepada pelaksana operasional yang berkaitan erat dengan
transaksi – transaksi perpajakan.
2. Seharusnya faktur pajak yang diterima dari rekanan PT. Bumi Menara
Internusa , harus segera diberikan kepada yang bertugas untuk menginput
faktur pajak atas perolehan dan penyerahan, karena walaupun tidak dapat
dikreditkan faktur pajak tersebut masih harus segera dilaporkan.
3. Pada laporan keuangan seharusnya pada penjualan maupun pembelian
yang mendapatkan fasilitas PPN dibebaskan pada Laporan Laba Rugi
harus sesuai dengan prosedur untuk pengenaan fasilitas PPN dibebaskan.
77
DAFTAR PUSTAKA
American Institutes of Certified Public Accountant, 1970,Statement Of The
Accounting Principles Board No. 4 Connecticut; Financial Accounting
Foundation.
Ikatan Akuntan Indonesia, 2010, Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat,
Jakarta.
Harapa. Sofyan S, 2011, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Edisi Kesatu,
Cetakan Pertama, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Mardiasmo, 2011, Perpajakan Edisi Revisi 2010, Andi, Yogyakarta.
Nazir. Moh, 2010, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Nurbela. Achmad Ramdhoni Adib, 2010, Perlakuan Akuntansi PPN Atas
Pemakaian Sendiri BKP/JKP dan Pengaruhnya Pada Penyajian
Laporan Keuangan Fiskal Pada PT “x“ di sidoarjo, Skripsi, Program
Studi Akuntansi, Universitas Airlangga Surabaya.
Prastowo, D. Dwi dan Rafika Juliaty, 2010, Analisis Laporan Keuangan Konsep
Dan Aplikasi, UPP AMP YKPN Jakarta.
Raharjo. Budi, 2010, Laporan Keuangan Membaca, Memahami dan
Manganalisis, Gajah MadaUniversitas press, Jakarta.
Republik Indonesia, Peraturan Pemertintahan Nomor 31 Tahun 2007 Tentang
Perubahan Keempat atas Peraturan Pemerintahan Nomor 12 Tahun 2001
Tentang Impor dan Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu yang
bersifat Strategis yang dibebaskan dari Pengenaan Pajak Pertambahan
Nilai.
Republik Indonesia, Undang – UndangNomor 16 Tahun 2009 Tentang
Perubahan Keempat atas Undang – UndangNomor 8 Tahun 1983 Tentang
Pajak Pertambahan Nilai.
Republik Indonesia, Undang – Undang Nomor 42 Tahun 2009 Tentang
perubahan Ketiga atas Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang
Pajak Pertambahan Nilai.
Resmi.Siti, 2010, Perpajakan Teori dan Kasus, Salemba Empat, Jakarta.
Santoso. Brotodirharjo, 2010 , Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Edisi Ketiga, PT.
Eresco, Bandung.
78
Suandy. Erly, 2010, Perencanaan Pajak Edisi Ketiga, Salemba Empat, Jakarta.
Sukardji. Untung, 2010, Pajak Pertambahan Nilai Edisi Revisi. Cetakan ke 7,
PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Teng. M, 2010, Corporate Turnaround ( Merawat Perusahaan Sakit Menjadi
Seha tkembali ), Prenhallindo, Jakarta.
Waluyo dan Wirawan. B. Ilyas, 2010, Perpajakan Indonesia, Salemba Empat,
Jakarta.
Waluyo, 2010, Perpajakan Indonesia, Salemba Empat, Jakarta.
Yin. Robert K, 2010, Studi Kasus ( Desain dan Metode ), Cetakan Ketiga.
Terjemahan, PT. Raja GrafindoPersada, Jakarta.
Zain. Mohammad, 2011, Manajemen Perpajakan, Edisi Ketiga, Cetakan Kedua,
Salemba Empat, Jakarta.
www.Pajak.go.id