MANAJEMEN PERSEDIAN BAHAN BAKU DENGAN METODE …
Transcript of MANAJEMEN PERSEDIAN BAHAN BAKU DENGAN METODE …
MANAJEMEN PERSEDIAN BAHAN BAKU
DENGAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ)
PADA PT. KSIN INDONESIA
Wiji Wulandari1, Ir. Kurbandi SBR .,M.M
2
Prodi Manajemen, Universitas Pelita Bangsa
E-mail : [email protected]; [email protected]
2
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan metode persediaan bahan baku pada PT.
KSIN Indonesia yang paling efektif, dengan membandingkan yang digunakan perusahaan
dengan metode Economic Order Quantity (EOQ), mengetahui analisis persediaan bahan baku
dengan menggunakan penentuan persediaan pengaman (safety stock), dan kapan melakukan
pembelian kembali oleh perusahaan (reorder point). Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif kuantitatif yaitu untuk mengetahui hasil perhitungan biaya total persediaan bahan
baku yang minimum dengan cara observasi dan wawancara sehingga dapat ditarik sebua
kesimpulan. Hasil penelitian dan perhitungan EOQ jumlah pesanan ekonomis setiap kali pesan
per tahun adalah sebesar 9.741,40 Kg pada tahun 2016, 16.920 kg pada tahun 2017, dan
21.807,43 kg pada tahun 2018. Safety stock untuk tahun 2016 sebesar 781,39 kg pada tahun
2017 sebesar 668,58 kg dan pada tahun 2018 sebesar 909,24 kg. Reorder point pada tingkat
persediaan sebesar 4.633,4 kg pada tahun 2016, 8.236,58 pada tahun 2017, dan 9.933,24 pada
tahun 2018. Sedangkan untuk total biaya persediaan menunjukan bahwa pembelian bahan baku
yang dilakukan perusahaan dinilai kurang efisien, karena kebijakan perusahaan cenderung
mengakibatkakan pengeluaran biaya menjadi lebih besar dan menggunakan metode Economic
Order Quatity (EOQ) maka perusahaan akan mendapatkan penghematan biaya sebesar Rp.
4.748.036 pada tahun 2016, Rp. 17.279.107,66 pada tahun 2017, dan Rp. 10.325.598,31 pada
tahun 2018.
Kata kunci : Economics Order Quantity (EOQ), Safety stock, Reorder point, Persediaan, Bahan Baku dan Total Biaya Persediaan
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan perekonomian di
Indonesia terus berkembang seiring dengan
era globalisasi, kemajuan perekonomian
indonesia membuat persaingan semakin
ketat diseluruh sektor industri. Perusahaan
dituntut untuk mengelola semua sumber
daya yang dimiliki agar perusahaan dapat
meningkatkan produktivitas dan laba
optimal serta menghadapi segala tantangan
dalam upaya menjalankan kegiatan usaha
secara efisien. Hal ini bertujuan agar
perusahaan mampu bertahan dan bersaing
dengan industri perusahaan lainnya.
Dengan kondisi perekonomian yang seperti
saat ini, hanya perusahaan yang mampu
menekan biaya produksi seminimal
mungkin tanpa mengurangi kualitas dapat
menjaga kelangsungan hidup suatu
perushaan. Semua perusahaan pada
dasarnya mengadakan perencanaan dan
pengendalian bahan baku dengan tujuan
pokok menekan (meminimumnkan) biaya
dan untuk mamaksimumkan laba.
Perencanaan dan pengendalian bahan
baku yang menjadi masalah utama adalah
tidak tepatnya dalam menyelenggarakan
persediaan bahan baku untuk kegiatan
produksi. Agar kegiatan produksi tidak
terganggu dan persediaan bahan baku tidak
berlebihan. Masalah tersebut berpengaruh
terhadap penentuan (1) berapa kuantitas
yang akan dibeli dalam periode, (2) berapa
jumlah atau kuantitas yang akan dibeli
dalam setiap kali dilakukanpembelian,(3)
kapan pemesanan bahan harus dilakukan,
(4) berapa jumlah minimum kuantitas
bahan yang harus selalu ada dalam
persediaan pengaman (safety stock) agar
perusahaan terhindar dari kemacetan
produksi akibat keterlambatan bahan, dan
berapa jumlah maksimum kuantitas bahan
dalam persediaan agar dana yang ditahan
tidak berlebihan (M. Trihudiyatmanto,
2018).
Kebijakan persediaan bahan baku yang
diterapkan dalam perusahaan seharusnya
biaya persediaan dapat ditekan sekecil
mungkin. Untuk minimumkan biaya
persediaan tersebut dapat digunakan metode
“Economic Order Quantity” (EOQ). EOQ
adalah kuantitas bahan yang dibeli pada
setiap kali pembelian dengan biaya yang
paling minimal. Metode EOQ dapat
digunakan baik untuk barang-barang yang
dibeli maupun yang produksi sendiri.
Sedangkan menurut Heizer dan Render
(2010:92), EOQ adalah salah satu teknik
pengendalian persediaan yang paling tua
dan terkenal secara luas, metode
pengedalian persediaaan ini menjawab 2
(dua) pertanyaan penting, kapan harus
memesan dan berapa banyak harus
memesan. Metode EOQ berusahan
mencapai tingkat persediaan yang
seminimum mungkin, bayar rendah dan
mutu yang lebih baik. Selain itu dengan
adanya penerapan metode EOQ perusahaan
akan mampu mengurangi biaya
penyimpanaan, penghematan ruang, baik
untuk ruangan gudang dan ruangan kerja,
menyelesaikan masalah-masalah yang
timbul dari banyaknya persediaan yang
memumpuk sehingga mengurangi resiko
yang dapat timbul karena persediaan yang
ada di gudang seperti kayu yang sangat
rentah terhadap api.
PT. KSIN Indonesia merupakan
perusahaan yang bergerak dalam bidang
manufaktur, yang produksi utamanya
penyediaan komponen untuk elektronik dan
otomotif. Bahan baku yang digunakan
dalam proses produksi adalah serbuk besi
(Iron Powder) dan perusahaan harus
mengelola persediaan bahan baku dengan
baik. Oleh karena itu, perlu dilaksanakan
perencanaan dan pengendalian persediaan
bahan baku serta dengan biaya yang
serendah-rendahnya. Namun berdasarkan
observasi awal ternyata persediaan bahan
baku pada PT. KSIN Indonesia belum
direncanakan dengan baik, karena
terjadinya ketidak seimbangan antara
pengendalian persediaan terhadap
permintaan konsumen, sehingga menjadi
salah satu faktor yang membuat perusahaan
sulit menentukan waktu dan jumlah
pemesanan untuk kebutuhan bahan baku
yang mengakibatkan perusahaan
mengalami kelebihan bahan baku. Berikut
ini disajikan data perusahaan mengenai
persediaan bahan baku.
Tabel 1
Persediaan Bahan Baku Serbuk Besi
(Iron Powder)
Tahun Persediaan
Awal (kg)
Pemasukan
(kg)
Total
persediaan
(kg)
pemakaian
(kg)
Persediaan
Akhir (kg)
2016 4.390 5.000
20.390 9.630 4.760 10.000
2017 4.760
5.000
30.741 18.920 11.840 10.000
10.000
2018 11.840 15.000
36.840 22.560 14.280 10.000
Sumber: PT. KSIN Indonesia (2019)
PT. KSIN Indonesia harus
menghitung besarnya safety stock sehingga
tidak terjadi kelebihan atau kekurangan
stock persediaan bahan baku. Dan PT.KSIN
Indonesia juga harus menghitung ROP
(Reorder Point) sehingga dapat ditentukan
waktu yang tepat untuk melakukan
pemesanaan kembali dan berapa jumlah
kuantitas yang akan dipesan. Menurut
Heizer dan Render (2015:567), “Reorder
point (ROP) atau titik pemesanan ulang
adalah tingkat atau titik persediaan dimana
tindakan harus diambil untuk mengisi
kembali persediaan barang”.
Penulis dapat menentukan untuk
mengangkat topik skripsi dalam latar
belakang ini, mengenai pengendalian bahan
baku di perusahaan tersebut dengan judul
“Manajemen Persedian Bahan Baku
Dengan Metode Economic Order Quantity
(EOQ) Pada PT. KSIN Indonesia”.
Batasan penelitian ini penulis hanya
akan meneliti mengenai penerapan metode
Economic Order Quantity (EOQ) guna
menentukan biaya persediaan bahan baku
di PT. KSIN Indonesia, penelitian ini hanya
meneliti persediaan bahan baku pada
periode tahun 2016 sampai dengan tahun
2019.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian melakukan
penelitian ini adalah untuk mengetahui
analisis persediaan bahan baku
menggunakan metode Economic Order
Quantity (EOQ) dapat meningkatkan
efisiensi total biaya persediaan pada PT.
KSIN Indonesia.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persediaan
Persediaan merupakan salah satu unsur
yang paling aktif dalam operasi perusahaan
yang secara kontinyu diperoleh, diubah,
yang kemudian dijual kembali. Sebagian
besar dari sumber-sumber perusahaan juga
sering dikaitkan di dalam persediaan yang
akan digunakan dalam perusahaan
manufaktur. Dengan tersedianya persediaan
maka diharapkan perusahaan dapat
melakukan proses produksi sesuai
kebutuhan atau permintaan konsumen.
Selain itu dengan adanya persediaan yang
cukup di gudang juga diharapkan dapat
memperlancar kegiatan produksi/pelayanan
kepada konsumen. Perusahaan dapat
menghindari terjadinya kekurangan barang,
keterlambatan jadwal pemenuhan produk
yang dipesan konsumen dapat merugikan
perusahaan dalam hal ini image yang
kurang baik. Berikut dijelaskan pengertian
persediaan menurut para ahli, diantaranya
Agus Ristono (2013:2) “Inventory
merupakan suatu teknik yang berkaitan
dengan penetapan terhadap besarnya
persediaan barang yang harus diadakan
untuk menjamin kelancaran dalam kegiatan
operasi produksi, serta menetapkan jadwal
pengadaan dan jumlah pemesanan barang
yang seharusnya dilakukan oleh
perusahaan.
Menurut Heizer dan Render
(2015:553), “Persediaan adalah menetukan
keseimbangan antara investasi persediaan
dan pelayanan pelanggan. Tujuan
persediaan tidak akan pernah mencapai
strategi berbiaya rendah tanpa manajemen
persediaan yang baik”. Sedangkan menurut
Eddy Herjanto (2010;237), menyatakan
bahwa “Persediaan (Inventory) adalah
bahan atau barang yang disimpan yang akan
digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu,
misalnya untuk digunakan dalam proses
produksi atau perakitan, untuk dijual
kembali, atau untuk suku cadang dari suatu
peralatan atau mesin. Persediaan dapat
berupa bahan mentah, bahan pembantu,
barang dalam proses, barang jadi ataupun
suku cadang”. Berdasarkan keterangan di
atas dapat diketahui bahwa persediaan
sangat penting artinya bagi suatu
perusahaan karena berfungsi
menghubungkan antara operasi yang
berurutan dalam pembuatan suatu barang
dan menyampaikannya kepada konsumen.
2.2 Jenis- Jenis Persediaan
Persediaan memiliki berbagai jenis
yang berbeda, maka dari itu persediaan
didalam perusahaan perlu dikelompokan
agar persediaan dapat berfungsi dengan
baik. Menurut Heizer dan Render
(2015:554) berdasarkan proses produksi,
persediaan terbagi menjadi empat jenis,
yaitu:
1. Persediaan bahan mentah (raw material
inventory) adalah bahan–bahan yang
telah dibeli tetapi belum diproses.
Bahan-bahan dapat diperolah dari
sumber alam atau dibeli dari supplier
(penghasil bahan baku).
2. Persediaan barang setengah jadi (work in
process) atau barang dalam proses
adalah komponen atau bahan mentah
yang telah melewati sebuah proses
produksi/telah melewati beberapa proses
perubahan, tetapi belum selesai atau
akan diproseskembali menjadi barang
jadi.
3. Persediaan pasokan
pemeliharaan/perbaikan/operasi/ MRO
(maintenance, repair, operating) yaitu
persediaan–persediaan yang disediakan
untuk pemeliharaan, perbaikan, dan
operasional yang dibutuhkan untuk
menjaga agar mesin–mesin dan proses –
proses tetap produktif.
Persediaan barang jadi (finished good
inventory) yaitu produk yang telah selesai
di produksi atau diolah dan siap dijual.
2.3 Fungsi-fungsi Persediaan
Persediaan yang terdapat dalam
perusahaan dapat dibedakan menurut
beberapa cara. Dilihat dari fungsinya,
menurut Heizer & Render (2015 : 553).
Persediaan dapat memiliki berbagai fungsi
yang menambah fleksibilitas operasi
perusahaan. Keempat fungsi persediaan
adalah sebagai berikut :
1. Untuk memberikan pilihan barang agar
dapat memenuhi permintaan pelanggan
yang diantisipasi dan memisahkan
perusahaan dari fluktuasi permintaan.
Persediaan seperti ini digunakan secara
umum pada perusahaan ritel.
2. Untuk memisahkan beberapa tahapan
dari proses produksi. Contohnya, jika
persediaan sebuah perusahaan
berfluktuasi, persediaan tambahan
mungkin diperlukan agar bisa
memisahkan proses produksi dari
pemasok.
3. Untuk mengambil keuntungan dari
potongan jumlah karena pembelian
dalam jumlah besar dapat menurunkan
biaya pengiriman barang.
4. Untuk menghindari inflasi dan kenaikan
harga. 2.4 Manfaat
Menurut Eddy Herjanto (2010:238),
beberapa manfaat persediaan dalam
memenuhi kebutuhan perusahaan, sebagai
berikut :
a. Menghilangkan resiko keterlambatan
pengiriman bahan baku atau barang
yang dibutuhkan perusahaan.
b. Menghilangkan resiko jika material
yang dipesan tidak baik sehingga harus
dikembalikan.
c. Menghilangkan resiko terhadap
kenaikan harga barang atau inflasi.
d. Untuk menyimpan bahan baku yang
dihasilkan secara musiman sehingga
perusahaan tidak akan kesulitan jika
bahan itu tidak tersedia dipasaran.
e. Mendapatkan keuntungan dari
pembelian berdasarkan diskon kuantitas.
Memberikan pelayanan kepada
pelanggan dengan tersedianya barang yang
diperlukan. 2.5 Biaya-biaya Perrsediaan
Banyaknya jumlah persediaan yang
ada dalam perusahaan harus sesuai dengan
kemampuan perusahaan. Dengan adanya
suatu persediaan pada perusahaan, akan
menimbulkan biaya-biaya untuk
menyimpan persediaan tersebut dalam
gudang. Menurut Eddy Herjanto
(2010:242), unsur-unsur biaya yang
terdapat dalam persediaan dapat
digolongkan menjadi tiga, yaitu :
1. Biaya Pemesanan atau pembelian
Biaya pemesanan adalah biaya yang
dikeluarkan sehubungan dengan
kegiatan pemesanan bahan/barang, sejak
dari penempatan pemesanan sampai
tersedianya barang digudang. Biaya
pemesanan ini meliputi semua biaya
yang dikeluarkan dalam rangka
mengadakan pemesanan barang, yang
dapat mencakup biaya administrasi dan
penempatan order, biaya pemilihan
vendor/pemasok, biaya pengangkutan
dan bongkar muat, biaya penerimaan
dan pemeriksaan barang. Biaya
pemesanan dinyatakan dalam rupiah
(satuan mata uang) per pesanan, tidak
tergantung dari jumlah yang dipesan,
tetapi tergantung dari beberapa kali
pesanan dilakukan.
2. Biaya Penyimpanan
Biaya penyimpanan (carrying costs,
holding costs) adalah biaya yang
dikeluarkan berkenaan dengan
diadakannya persediaan barang. Yang
termasuk biaya ini, antara lain biaya
sewa gudang, biaya administrasi
pergudangan, gaji pelaksana
pergudangan, biaya listrik, biaya modal
yang tertanam dalam persediaan, biaya
asuransi, ataupun biaya kerusakan,
kehilangan atau penyusutan barang
selama dalam penyimpanan. Biaya
modal biasanya merupakan komponen
biaya penyimpanan yang terbesar, baik
itu berupa biaya bunga kalau modalnya
berasal dari pinjaman maupun biaya
oportunitas apabila modalnya milik
sendiri.
Biaya penyimpanan dapat
dinyatakan dalam dua bentuk, yaitu
sebagai persentase dari unit harga/nlai
barang, dan dalam bentuk rupiah per
unit barang, dalam periode waktu
tertentu.
3. Biaya Kekurangan Persediaan
Biaya kekurangan persediaan adalah
biaya yang timbul sebagai akibat tidak
tersedianya barang pada waktu
diperlukan.Biaya kekurangan persediaan
ini pada asarnya bukan biaya nyata ,
melainkan berupa biaya kehilangan
kesempatan. Dalam perusahaan
manufaktur, biaya ini merupakan biaya
kesempatan yang timbul misalnya
karena terhentinya proses produksi
sebagai akibat tidak adanya bahan yang
diproses, yang antara lain meliputi biaya
mehilangan waktu produksi bagi mesin
dan karyawan.
3. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.
Menurut Sugiyono (2016:53) penelitian
deskriptif yaitu, penelitian yang dilakukan
untuk mengetahui nilai variabel mandiri,
baik satu variabel atau lebih (independen)
tanpa membuat perbandingan, atau
menghubungkan dengan variabel yang lain.
Sedangkan analisis kuantitatif digunakan
dalam penelitian ini untuk mengetahui hasil
perhitungan biaya total persediaan bahan
baku yang minimum.
3.2 Tempat Penelitian
Subyek dari penelitian ini adalah
persediaan bahan baku serbuk besi di PT.
KSIN Indonesia
3.3 Desain Penelitian
Gambar 1
Kerangka pemikiran
3.4 Populasi dan Sampel
Populasi dan sampel dalam penelitian
ini adalah:
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2016: 117),
populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi dalam
penelitian ini adalah persediaan bahan
baku serbuk besi (Iron Powder) pada PT
KSIN Indonesia.
2. Sampel Menurut Sugiyono (2016: 118),
sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Maka peneliti dapat
menggunakan sampel yang diambil dari
populasi tersebut, sampel dalam
penelitian ini adalah data persediaan
bahan baku serbuk besi (Iron Powder)
PT. KSIN Indonesia mulai dari Januari
2016 sampai dengan Desember tahun
2018. Data tersebut meliputi pembelian
bahan baku, biaya penyimpanan, biaya
pemesanan dan lain-lain
3.5 Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang
dilakukan penulis dalam penelitian ini
adalah :
1. Penelitian lapangan, dilakukan dengan
cara pengamatan secara langsung pada
PT. KSIN Indonesia untuk memperoleh
data primer. Data primer merupakan
data yang dikumpulkan langsung oleh
peneliti yang dibutuhkan dengan
menggunakan cara sebagai berikut:
a. Observasi, yaitu peninjauan dan
pengamatan secara langsung di
tempat produksi untuk memperoleh
data yang asli terkait dengan masalah
pengendaliaan persediaan yang ada
di perusahaan.
b. Wawancara, yaitu melakukan proses
wawancara secara langsung kepada
pihak-pihak yang berwenang untuk
memperoleh keterangan mengenai
tujuan penelitian dengan cara tanya
jawab antara pewawancara dengan
responden.
2. Penelitian kepustakaan (library
research), yaitu untuk memperoleh data
sekunder. Data sekunder merupakan
data yang diperoleh atau dikumpulkan
oleh peneliti dari sumber-sumber yang
telah ada dengan cara membandingkan
berbagai literatur-literatur, jurnal-jurnal
penelitian dan data internal perusahaan
yang berhubungan dengan permasalahan
yang menjadi topik penelitian.
3.6 Metode Analisis Data
Metode analisis yaitu mtode yang
digunakan untuk membuat gambaran secara
sistematis, factual dan akurat mengenai
suatu objek yang akan diteliti.
1. Menentukan Economic Order Quantity
(EOQ)
EOQ adalah jumlah pesanan
paling ekonmis, yang dapat
meminimalkan total biaya persediaan,
sehingga perhitungan biaya hanya
didasarkan pada biaya yang
mempengaruhi pemesanan dan
pembelian yaitu total biaya pemesanan
dan total biaya penyimpanan. Dengan
menggunakan rumus sebagai berikut
(Haizer dan Render, 2010:97)
𝐸𝑂𝑄 = 𝑄∗ = √2𝐷𝑆
𝐻
Dimana:
D= jumlah kebutuhan bahan baku
(unit/tahun)
S= Biaya pemesanan (rupiah/pesanan)
H= Biaya penyimpanan (rupiah/unit)
Q*= Pemesanan paling ekonomis(EOQ)
Menghitung frekuensi pemesanan
setelah nilai EOQ (𝑄∗) diketahui, dan
dirumuskan sebagai berikut:
𝐹 = 𝐷
𝑄∗
Keterangan :
F = Frekuensi Pemesanan
Q* = jumlah pemesanan
ekonomis(EOQ)
D = jumlah kebutuhan barang
(unit/tahun)
2. Menentukan Persediaan Pengaman
(Safety Stock)
Penentuan biaya persediaan
pengaman menggunakan analisis
stastistik, yaitu dengan
mempertimbangkan penyimpanan-
penyimpanan yang telah terjadi antara
perkiraan pemakaian bahan baku
sebeneranya, sehingga diketahui standar
deviasinya. Adapun rumus standar
deviasi adalah sebagai berikut:
𝑆𝐷 = √∑(𝑥 − 𝑥)2
𝑛
Keterangan:
SD = Standar Deviasi
X = Pemakaian sesungguhnya
𝑋= Perkiraan pemakaian
N = Jumlah data
𝑆𝑆 = 𝑆𝐷 𝑥 𝑍 Keterangan:
SS = Persediaan pengaman (Safety
Stock)
SD = Standar Deviasi
Z = Faktor pengaman
3. Reoder point
Reorder Point dapat dihitung
dengan menjumlahkan kebutuhan bahan
baku selama lead time ditambah dengan
jumlah persediaan pengaman (safety
stock). Jadi reorder point dapat dihitung
dengan rumus (Haizer dan Render,
2010:100)
𝑅𝑂𝑃 = (𝑑 𝑥 𝐿 ) + 𝑆𝑆 dimana
𝑑 = 𝐷
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
Keterangan :
ROP = titik pemesanan ulang (Reorder
Point)
D = pemakaian pertahun
d = pemakaian perhari
L = waktu tunggu (lead time)
SS = Safety Stock
4. Menentukan Total Biaya Persediaan/
Total Inventory cost (TIC)
Total biaya persediaan merupakan
penjumlahan dari biaya pemesanan dan
biaya penyimpanan. Untuk menentukan
total biya persediaan menggunakan
rumus sebagai berikut (Haizer dan
Render, 2010:95)
𝑇𝐼𝐶 = 𝐷
𝑄 𝑆 +
𝑄
2 𝐻
Keterangan :
TIC = Total biaya persediaan
D = Jumlah kebutuhan, unit per tahun
Q = Jumlah barang setiap kali pesan
S = Biaya pesanan setiap kali pesan
H = Biaya penyimpanan, unit per tahun
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembelian bahan baku serbuk besi PT.
KSIN Indonesia dengan melakukan
pembelian dari PT. Höganäs supplier di
skåne, Swedia yang telah menjadi rekan
dari tahun 2011 hingga sekarang. Data yang
diperoleh dari perusahaan tersebut tentang
pembelian bahan baku pada tahun 2016 –
2018.
Tabel 2
Pembelian Bahan Baku Serbuk Besi
Bulan Tahun
2016 2017 2018
Juli 5.000 - -
Desember 5.000 - -
Januari - 10.000 -
September - 5.000 -
November - 10.000 -
Mei - - 15.000
Desember - - 10.000
Jumlah 10.000 25.000 25.000 Sumber : PT. KSIN Indonesia (2019)
Penggunaan bahan baku Serbuk besi
(Iron Powder) untuk pembuatan material
komponen untuk elektronik dan otomotif
disesuaikan dengan rencana produksi yang
didasarkan atas ramalan penjualan dari
bagian marketing selanjutnya
dikonfirmasikan ke bagian produksi.
Pemakaian aktual bahan baku serbuk besi
( Iron Powder) selama periode 2016-2018.
Table 3
Pemakaian bahan baku serbuk besi
Bulan Tahun
2016 2017 2018
Januari 440 1.040 2.200
Februari 400 960 2.320
Maret 240 1.540 3.000
April 1040 1.920 2.320
Mei 440 1.800 1.900
Juni 800 960 1.140
Juli 440 1.920 1.980
Agustus 720 1.640 1.660
September 1.120 1.320 2.140
Oktober 1.960 1.660 1.100
November 1.350 1.920 1.680
Desember 680 2.240 1.120
Total 9.630 18.920 22.560
Rata-
rata/bulan 802,5 1.576,7 1.880
Sumber : PT.KSIN Indonesia (2019)
Waktu tunggu pengadaan bahan baku
adalah waktu yang dibutuhkan sejak bahan
baku dipesan sampai dengan bahan baku
tersebut sampai di perusahaan. Berdasarkan
keterangan dari perusahaan, waktu tunggu
untuk bahan baku serbuk besi adalah 4
bulan.
Biaya pemesanan adalah biaya yang
timbul akibat dari pembelian bahan baku.
Total biaya pemesanan setahun diperoleh
dengan mengalihkan biaya pemesanan
perpesanan dengan banyaknya pemesanan
selama setahun. Komponen biaya
pemesanan bahan baku serbuk besi (Iron
Powder) meliputi biaya administrasi, baiya
jasa EMKL, dan biaya transportasi.
Table 4
Biaya Pemesanan Serbuk Besi
ITEM BIAYA
TAHUN
2016
(RP)
2017
(RP)
2018
(RP)
Biaya
Administrasi 1.350.000 1.350.000 1.350.000
Biaya EMKL 1.500.000 1.500.000 1.500.000
Biaya Transportasi 6.432.552 11.788.950 19.663.403
Total 9.282.552 14.638.950 22.513.403
Sumber: PT. KSIN Indonesia (2019)
Biaya penyimpanan bahan baku
ditetapkan oleh pihak PT.KSIN Indonesia
sebesar 6% dari harga per Kg, nilai tersebut
digunakan untuk keperluan pengadaan dan
perbaikan alat serta perlengkapan di
gudang penyimpanan. Apabila tidak terjadi
kerusakan maka biaya tersebut dialokasikan
ke pengelola gudang dalam bulan tersebut.
Besarnya biaya penyimpanan adalah: Tabel 5
Biaya Penyimpanan Serbuk Besi
Tahun
% Biaya
penyimpan
an
Harga (Rp)
Bahan Baku
Per Kg
Biaya
Penyimp
anan
(Rp)
2016 6% 31.400 1.884
2017 6% 32.250 1.935
2018 6% 35.600 2.136
Sumber: PT. KSIN Indonesia (2019)
Analisi Persediaan Bahan Baku
Menggunakan Metode Economic Order
Quantity (EOQ)
Yang pertama adalah menganalisis
penentuan jumlah persediaan bahan baku
yang paling ekonomis untuk setiap kali
pembelian dengan menggunakan metode
Economic Order Quantity (EOQ). 1. Tahun 2016
𝐸𝑂𝑄 = √2(9.630)(𝑅𝑝. 9.282.552)
𝑅𝑝. 1.884
= 9.741,40 kg
Frekuensi pemesanan = 9.630
9.741,40
= 0,98 (dibulatkan
menjadi 1)
1. Tahun 2017
𝐸𝑂𝑄 = √2(18.920)(𝑅𝑝. 14.638.950)
𝑅𝑝. 1.935
= 16.920 kg
Frekuensi pemesanan = 18.920
16.920
= 1,11 (dibulatkan menjadi 1)
1. Tahun 2018
𝐸𝑂𝑄 = √2(22.560)(𝑅𝑝. 22.153.403)
𝑅𝑝. 2.136
= 21.807,43 kg
Frekuensi pemesanan = 22.560
21.807,43
= 1.03 (dibulatkan menjadi 1)
Tabel 6
Hasil Stok Akhir Pembelian Persediaan
Bahan Baku Menggunakan Metode
Economic Order Quantity (EOQ)
Tah
un
Stok
awal
Pemesa
nan
EOQ
Pemakai
an
bahan
baku
Stok
Akhir
2016 4370 9.741,40 9.630 4.481,4
2017 4.481,4 16.920 18.920 2.481,4
2018 2.481,4 21.807,4
3 22.560
1.728,83
Sumber: Data penelitian yang diolah,2019
Penentuan Persediaan Pengaman (Safety
Stock) Untuk menghitung persedian
pengaman digunakan metode statistik
dengan membandingkan rata-rata bahan
baku dengan pemakaian bahan baku
sesungguhnya setelah itu dicari
penyimpangannya.
1. Tahun 2016 perhitungan Safety Stock
𝑥 =𝐷
𝑛
𝑥 =9.630
12= 802 𝑘𝑔
𝑆𝐷 = √∑(𝑥 − 𝑥)2
𝑛
= √∑2.691.228
12
= 473,57
Dengan pemakaian asumsi bahwa PT.
KSIN Indonesia menerapkan persediaan
yang memenuhi permintaan 95% dan
persediaan cadangan 5%, sehingga
diperoleh Z dengan table standard deviasi
sebesar 1,65.
Safety Stock = SD x Z
= 473,57 x 1,65
= 781,39 kg
2. Tahun 2017 perhitungan Safety Stock
𝑥 =𝐷
𝑛
𝑥 =18.920
12= 1.577 𝑘𝑔
𝑆𝐷 = √∑(𝑥 − 𝑥)2
𝑛
= √∑1.970.268
12
= 405,2
Dengan pemakaian asumsi bahwa PT.
KSIN Indonesia menerapkan persediaan
yang memenuhi permintaan 95% dan
persediaan cadangan 5%, sehingga
diperoleh Z dengan table standard deviasi
sebesar 1,65.
Safety Stock = SD x Z
= 405,2 x 1,65
= 668,58 kg
3. Tahun 2018 perhitungan Safety Stock
𝑥 =𝐷
𝑛
𝑥 =22.560
12= 1.880 𝑘𝑔
𝑆𝐷 = √∑(𝑥 − 𝑥)2
𝑛
= √∑3.644.000
12
= 551,05
Dengan pemakaian asumsi bahwa
PT. KSIN Indonesia menerapkan
persediaan yang memenuhi permintaan
95% dan persediaan cadangan 5%,
sehingga diperoleh Z dengan table
standard deviasi sebesar 1,65.
Safety Stock = SD x Z
= 551,05 x 1,65
= 909,24 kg
Penentuan Titik Pemesanan Ulang
(Reorder Point)Saat pemesanan ulang atau
Reorder Point (ROP) adalah saat dimana
perusahaan harus melakukan pemesanan
bahan bakunya kembali, sehingga
penerimaan bahan baku yang dipesan dapat
tepat waktu.
PT. KSIN Indonesia memiliki waktu
tunggu (lead time) dalam menunggu
pemesanan bahan baku serbuk besi (iron
power) adalah selama 4 bulan atau 120 hari.
Dan dengan rata-rata jumlah hari kerja (t)
300 hari dalam setahun. Sebelum
menghitung besarnya ROP maka terlebih
dahulu dicari tingkat penggunaan bahan
baku/hari (d) dengan cara sebagai berikut :
𝑑 =𝐷
𝑡
1. Perhitungan Bahan Baku serbuk besi
pada tahun 2016
𝑅𝑂𝑃 = (𝑑 𝑥 𝐿 ) + 𝑆𝑆
= ((9.630
300) 𝑥 120) + 781,39
= 4.633,4 𝑘𝑔
2. Perhitungan Bahan Baku serbuk besi
pada tahun 2017
𝑅𝑂𝑃 = (𝑑 𝑥 𝐿 ) + 𝑆𝑆
= ((18.920
300) 𝑥 120) + 668,58
= 8.236,58 𝑘𝑔 3. Perhitungan Bahan Baku serbuk besi
pada tahun 2018
𝑅𝑂𝑃 = (𝑑 𝑥 𝐿 ) + 𝑆𝑆
= ((22.560
300) 𝑥 120) + 909,24
= 9.933,24 𝑘𝑔
Total biaya persediaan
Menurut perhitungan perusahaan Agar
dapat menghitung biaya persediaan yang
diperlukan perusahaan maka diketahui:
Tabel 7
Jumlah Penggunaan Bahan Baku,Pembelian
Rata-Rata, Biaya Pemesanan, Penyimpanan
Per Kg Bahan Baku Serbuk Besi
Keterangan
Tahun
2016 2017 2018
Total
kebutuhan
(Kg)
9.630 18.920 22.560
Pembelian
rata-rata (Kg) 4.815 6.306,67 11.280
Biaya
pemesanan
per pesan
(Rp)
9.282.5
52
14.638.95
0
22.153.4
03
Biaya simpan
per kg (Rp) 1.884 1.935 2.136
Sumber: Data penelitian yang diolah,2019
1. Total Biaya Persediaan Bahan Baku
tahun 2016:
𝑇𝐼𝐶 = (9.630
4.815𝑥 𝑅𝑝. 9.282.552)
+ (4.815
2𝑥 𝑅𝑝. 1.884)
= 𝑅𝑝. 18.565.104 + 𝑅𝑝. 4.535.730 = 𝑅𝑝. 23.100.834
2. Total Biaya Persediaan Bahan Baku
tahun 2017:
𝑇𝐼𝐶 = (18.920
6.306,67𝑥 𝑅𝑝. 14.638.950)
+ (6.306,67
2𝑥 𝑅𝑝. 1.935)
= 𝑅𝑝. 43.916.826,78 + 𝑅𝑝. 6.101.703,22 = 𝑅𝑝. 50.018.530
3. Total Biaya Persediaan Bahan Baku
tahun 2018:
𝑇𝐼𝐶 = (22.560
11.280𝑥 𝑅𝑝. 22.153.403)
+ (11.280
2𝑥 𝑅𝑝. 2.136)
= 𝑅𝑝. 44.306.806 + 𝑅𝑝. 12.047.040 = 𝑅𝑝. 56.353.846
Total biaya persediaan dengan metode
EOQ Untuk menghitung total biaya
persediaan, maka telah diketahui:
Tabel 8
Jumlah Penggunaan Bahan Baku,
Pembelian Bahan Baku Yang Paling
Ekonomis, Biaya Pemesanan, Penyimpanan
Per Kg
Keterangan
Tahun
2016 2017 2018
Total kebutuhan
(Kg) 9.630 18.920
22.560
Pembelian
Bahan Baku
Ekonomis (Kg)
9.741,40 16.920
21.807,
43
Biaya
pemesanan
per pesan (Rp)
9.282.55
2
14.638.
950
22.153.
403
Biaya simpan
per kg (Rp) 1.884 1.935
2.136
Sumber: Data penelitian yang diolah,2019
1. Total Biaya Persediaan Bahan Baku
tahun 2016:
𝑇𝐼𝐶 = (9.630
9.741,40𝑥 𝑅𝑝. 9.282.552)
+ (9.741,40
2𝑥 𝑅𝑝. 1.884)
= 𝑅𝑝. 9.176.399,2 + 𝑅𝑝. 9176398,8 = 𝑅𝑝. 18.352.798
2. Total Biaya Persediaan Bahan Baku
tahun 2017:
𝑇𝐼𝐶 = (18.920
16.920𝑥 𝑅𝑝. 14.638.950)
+ (16.920
2𝑥 𝑅𝑝. 1.935)
= 𝑅𝑝. 16.369.322,34 + 𝑅𝑝. 16.370.100 = 𝑅𝑝. 32.739.422,34
3. Total Biaya Persediaan Bahan Baku
tahun 2018:
𝑇𝐼𝐶 = (22.560
21.807,43𝑥 𝑅𝑝. 22.153.403)
+ (21.807,43
2𝑥 𝑅𝑝. 2.136)
= 𝑅𝑝. 22.917.912,45 + 𝑅𝑝. 23.290.335,24 = 𝑅𝑝. 46.208.247,69
Table 9
Perbandingan Total Biaya persediaan
Berdasarkan menurut perusahaan
dengan Menggunakan Metode EOQ
Tahun
TIC
menurut
perusaha
an (Rp)
TIC
menurut
Metode
EOQ (Rp)
Penghemat
an biaya
(Rp)
2016 23.100.8
34
18.352.79
8 4.748.036
2017 50.018.5
30
32.739.42
2,34
Rp.
17.279.107,
66
2018 56.353.8
46
46.208.24
7,69
10.325.598
,31
Sumber: Data penelitian yang diolah,2019
Peramalan Total Biaya Persediaan (TIC)
Tahun 2019. Salah satu fungsi dari
peramalan ini adalah untuk menentukan
kebijakan yang akan diambil kedepanya
supaya kabijakan tersebut optimal. Ada
beberapa metode dalam menentukan
peramalan, namun dalam penelitian ini
mengadopsi cara perhitungan
forecasting PT. KSIN Indonesia dengan
menggunakan metode moving average
untuk meramalkan kebutuhan bahan
baku pada tahun 2019 dengan rentang
waktu 2 peridoe sebelumnya yaitu, pada
tahun 2017 dan 2018.
Rumus:
𝐹𝑡+1=
𝑋𝑡+𝑋𝑡−1+⋯+𝑋𝑛−𝑡𝑛
Keterangan:
Xt = Data Periode t
N = Jumlah deret waktu yang
digunakan
Ft+1 = Nilai prakiraan periode t+1
(berikutnya)
𝐹2019=
X2017+X2018n
𝐹2019=
18.920+22.560
2
=41.480
2
= 20.740 Kg
Tabel 10
Peramalan Kebutuhan Bahan Baku 2019
Tahun
Kebutuhan
Bahan Baku
(Kg)
2016 9.630
2017 18.920
2018 22.560
2019
(Forecasting) 20.740
Sumber: Data penelitian yang diolah 2019
Dari data forecsting ditahun 2019
jumlah kebutuhan sebesar 20.740 kg
apabila di asumsikan harga bahan baku
serbuk besi (Iron Powder) pada tahun 2019
tidak mengalami kenaikan atau sama
dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp.
35.600/kg maka diperoleh biaya
penyimpanan sebesar Rp. 2.136 dan biaya
pemesanan sebesar Rp. 22.153.403 maka
perhitungan Economic Order Quantity nya
adalah sebagai berikut:
𝐸𝑂𝑄 = √2(20.740)(𝑅𝑝. 22.153.403)
𝑅𝑝. 2.136
= 20.741,44 kg
Frekuensi pemesanan = 20.740
20.741,44
= 0,99 (dibulatkan menjadi 11)
Total Biaya Persediaan Bahan Baku
tahun 2019:
𝑇𝐼𝐶 = (20.740
20.741,44𝑥 𝑅𝑝. 22.153.403)
+ (20.741,44
2𝑥 𝑅𝑝. 2.136)
= 𝑅𝑝. 22.151.864,97 + 𝑅𝑝. 22.151.857,92
= 𝑅𝑝. 44.303.722,89
PEMBAHASAN
Dari perhitungan metode Economic
Order Quantity (EOQ) diperoleh pembelian
paling ekonomis pada tahun 2016 sebesar
9.741 kg dengan frekuensi pemesanan 1
kali, pada tahun 2017 sebesar 16.920 kg
dengan frekuensi pemesanan 1 kali dan
pada tahun 2018 sebesar 21.087,43 kg
dengan frekuensi pemesanan 1 kali.
Berdasarkan dengan pembelian dengan
metode EOQ lebih besar tetapi dengan
frekuensi yang lebih sedikit dibandingkan
dengan menurut perusahaan maka dapat
dikatakan pembelian oleh PT. KSIN
Indonesia belum efisien.
Berdasarkan perhitungan Total
inventory cost (TIC) menggunakan metode
EOQ lebih efisien dibandingkan dengan
metode PT. KSIN Indonesia saat ini, hal ini
dibuktikan bahwa Total Inventory Cost
menggunakan metode EOQ lebih kecil
dibandingkan Total Inventory Cost yang
dikeluarkan PT. KSIN Indonesia. Selisih
TIC pada tahun 2016 adalah sebesar Rp.
4.748.036, tahun 2017 sebesar Rp.
17.279.107,66 dan tahun 2018 sebesar Rp.
10.325.598,31.
Apabila metode Economic Order
Quantity (EOQ) ini diterapkan di PT. KSIN
Indonesia pada tahun 2019 dengan cara
perhitungan forecasting PT.KSIN Indonesia
menggunakan metode peramalan moving
avarange didapat jumlah persediaan bahan
baku pada tahun 2019 sebesar 20.740 kg
dengan EOQ sebesar 20.741,44 kg dengan
frekuensi pembelian sebanyak 0,99 atau
sebanyak 1 kali dan biaya persediaan
sebesar Rp. 44.303.722,89.
Penerapan yang digunakan perusahaan
mempunyai kelebihan dan kelemahan.
Kelebihan dari metode tersebut adalah
konsistensi persediaan perusahaan dapat
dijaga sehingga tidak pernah ada masalah
kehabisan persediaan. Namun disisi lain
kebijakan ini juga mengandung banyak
kelemahan. Kelemahan dari metode ini
adalah seringnya kelebihan bahan baku
menjadikan biaya yang diendapkan atas
bahan baku tersebut juga besar dan biaya
yang dikeluarkan karena memesan bahan
baku tidak dilakukan dengan efisien. Dalam
menyelengarakan kegiatan produksi
perusahaan tentunya membutuhkan
persediaan bahan baku guna menjamin
kelancaran proses produksi. Dalam
perumusan kebijakan persediaan bahan
baku, maka perusahaan harus
memperhatikan dan memperhitungkan
faktor yang mempengaruhi persediaan itu
sendiri.
Dari pemaparan dapat diketahui
jumlah yang lebih kecil dikeluarkan pihak
PT. KSIN Indonesia apabila menggunakan
metode EOQ, akan tetapi ada kelemahan
apabila metode EOQ ini diterapkan yaitu
jumlah pemesanan menjadi lebih besar di
setiap pemesanan atau order, hal ini
mengakibatkan jumlah biaya yang
dikeluarkan setiap kali pemesananan
menjadi lebih besar, hal ini tentunya
menjadi salah satu pertimbangan pihak PT.
KSIN Indonesia apabila menggunakan
metode Economic Order Quantity (EOQ).
5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian di atas
dapat diperoleh kesimpulan terhadap
penerapan metode Economic Order
Quantity (EOQ) pada PT.KSIN Indonesia,
dapat ditemukan beberapa hal yaitu:
1. Dari hasil penelitian diketahui bahwa
jumlah pesanan bahan baku yang
ekonomis pada PT. KSIN Indonesia
pada tahun 2016 sebesar 97.741,40 kg
pada tahun 2017 sebesar 16.920 kg,
pada tahun 2018 sebesar 21.807,43 kg
dan pada tahun 2019 menggunakan
peramalan PT.KSIN Indonesia dengan
metode Moving Avarange sebesar
20.741,44 kg.
2. Dari hasil penelitian diketahui bahwa
Total Inventory Cost (TIC) bahan baku
yang dikeluarkan menurut perusahaan
adalah pada tahun 2016 sebesar Rp.
23.100.834, pada tahun 2017 sebesar
Rp. 50.01.530 dan pada tahun 2018 dan
sebesar Rp. 56.353.846. Jika
menerapkan kebijakan Economic Order
Quantity (EOQ) adalah sebesar Rp.
18.352.798 pada tahun 2016, Rp.
32.739.422,34 pada tahun 2017, dan Rp.
46.208.247,69 pada tahun 2018. Total
Inventory Cost (TIC) pada tahun 2019
dengan peramalan PT. KSIN Indonesia
menggunaan metode Moving Avarange
didapat biaya persediaan sebesar Rp.
40.154.332,2, dengan perhitungan TIC
menggunakan metode EOQ menjadi
bahan pertimbangan perusahaan ditahun
2019.
3. Kuantitas persediaan pengaman (safety
stock) menurut metode Economic Order
Quantity (EOQ) sebesar 781,39 kg pada
tahun 2016, 668,58 kg pada tahun 2017,
dan 909,24 kg pada tahun 2018.
Penentuan titik Pemesanan kembali
(Reorder Point) pada tingkat persediaan
sebesar 4.633,4 kg pada tahun 2016,
8.236,58 pada tahun 2017, dan 9.933,24
pada tahun 2018.
4. Dengan menerapkan metode Economic
Order Quantity (EOQ) perusahaan akan
mendapatkan efesiensi biaya sebesar Rp.
4.748.036 pada tahun 2016, Rp.
17.279.107,66 pada tahun 2017, dan Rp.
10.325.598,31 pada tahun 2018.
Efesiensi tersebut dihasilkan dari
meminimalkan total biaya persediaan,
dimana menggunakan metode Economic
Order Quantity (EOQ) yang membuat
kuantitas pemesanan lebih tinggi dan
frekuensi pemesnan akan lebih rendah
sehingga terjadi penghematan biaya
pemesanan. Dengan demikian dari perbandingan
persediaan bahan baku menggunakan metode
Economic Order Quantity (EOQ) lebih efisien
dibandingkan cara yang digunakan pihak PT.
KSIN Indonesia, hal ini dibuktikan dari nilai
TIC menurut EOQ lebih kecil dibandingkan TIC
PT.KSIN Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Ristono. 2013. Manajemen
Persediaan. Penerbit Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Assauri, Sofjan. 2011. Strategic
Management, Sustainable
Competitive Advantage. Indonesia,
Jakarta.
Bintarti Surya, S.E.,M.M.,2015, Metodologi
Penelitian ekonomi Manajemen,
Cetakan Pertama, Bekasi:Mitra
Wacana Media.
Clara, Claudia. 2019. “Analisis
Pengendalian Persediaan Bahan
Baku Beras Pada PT. Empat
Saudara Dengan Menggunakan
Metode Eoq (Economic Order
Quantity)”. Sulawesi Utara,
Universitas Sam Ratulangi.
Damayanti, Destriana. 2012. Tinjauan
Pengendalian Persediaan Bahan
Baku Slab pada PT Hevea MK.1
Palembang. Laporan Akhir,
Politeknik Negeri Sriwijaya
Heizer, Jay & Barry Render. 2010.
Manajemen Operasi. Edisi Ketujuh
Buku 1. Jakarta: Salemba Empat
Heizer, Jay dan Barry Render. 2015,
Operations Management
(Manajemen Operasi), ed.11,
Penerjemah: Dwi anoegrah wati S
dan Indra Almahdy, Salemba
empat, Jakarta.
Herjanto, Eddy. 2010. Manajemen Operasi.
Jakarta: Grasindo
Jessica Juventia, Lusia P.S Hartanti. 2016.
“Analisis Persediaan Bahan Baku
PT. BS dengan Metode Economic
Order Quantity (EOQ)”. Surabaya,
Universitas Pelita Harapan.
Manullang, Asna. 2017. “Analisis
Pengendalian Persediaan Dengan
Menggunakan Metode Eoq Untuk
Mengoptimalisasi Persediaan
Bahan Baku Gula Pasir Pada PT.
SMART TBK di Bogor. Jurnal
Ilmiah Binaniaga Vol. 13, No. 02,
Desember. Bogor, STIE Binaniaga.
Nissa Khoirun, M. Tirtana Siregar. 2017.
“Analisis Pengendalian Persediaan
Bahan Baku Kain Kemeja
Poloshirt Menggunakan Metode
Economic Order Quantity (EOQ) di
PT Bina Busana Internusa”.
Jakarta, Politeknik APP.
Nurhasanah, Siti. 2012. “Analisis
Persediaan Solar Dengan
Menggunakan Metode Economic
Order Quantity (EOQ) Pada PT.
Anugerah Bara Kaltim”.
Kalimantan Timur, Politeknik
Negeri Samarinda.
Rajab, Tusa’diah, Abdul, Halima. 2015.
Pengoptimalan persediaan bahan
baku tepung ketela menggunkan
metode EOQ (Economic Order
Quantity), Skripsi (dipublikasikan).
Fakultas Ekonomi UIN Maulana
Malik Ibrahim, Malang.
Rosmiati, Rustam Abdul Rauf, Dafina
Howara. 2013. “Analisis Economic
Order Quantity untuk menentukan
Persediaan bahan baku keripik
sukun. (Studi Kasus : Industri
Rumah Tangga Citra Lestari
Production)”. Palu, Universitas
Tadulako.
Setyorini ,Retno. 2014. “Analisis
Pengendalian Persediaan Bahan
Baku Daging Dan Ayam Dengan
Menggunakan Metode Economic
Order Quantity (EOQ) Pada
Restoran Steak Ranjang Bandung”.
E-proceeding of Management :
Vol.1, No.3 Desember. Bandung,
Universitas Telkom.
Stevenson, W.J., Chuong, S.C. 2015.
Manajemen Operasi Perspektif
Asia, Edisi 9. Jakarta:Salemba
Empat.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: PT Alfabet.
Sulaiman, Fahmi & Nanda. 2015.
Pengendalian Persediaan Bahan
Baku Dengan Menggunakan
Metode Eoq Pada Ud. Adi Mabel.
Medan, Politeknik LP3I.
Syarif Hidayatullah Elmas, Muhammad.
2017. “Analysis Control Supplies
RAW Materials with The EQQ
Methods in the Smoothness of The
Production Process.” International
Journal of Social Science and
Business Vol.1 (3) pp. 186-196.
Probolinggo, UPM.
Trihudiyatmanto, M. 2018. “Analisis
Persediaan Bahan Buku Dengan
Metode Economic Order Quantity
(EOQ) Pada UD. Gemilang Jaya
Wonosobo”. Wonosobo ,
Universitas Sains Al-Qur'an
(UNSIQ).