BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 LANDASAN TEORI 2.1.1 PAJAK...

37
6 BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 LANDASAN TEORI 2.1.1 PAJAK 2.1.1.1 Pengertian Pajak Pada dasarnya pajak merupakan salah satu perwujudan dan kewajiban kenegaraan yang merupakan sarana peran serta masyarakat dalam pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Dalam hal ini pajak yang dipunggut oleh negara digunakan untuk menjalankan roda pemerintahan demi menjamin kelangsungan hidup serta meningkatkan mutu kehidupan bangsa Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang - Undang Dasar 1945 yang bertujuan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan turut serta dalam melaksanakan ketertiban dunia. Pengertian pajak dan pandangan para ahli dalam bidang tersebut memberikan berbagai definisi tentang pajak yang berbeda - beda, tetapi pada dasarnya definisi tersebut mempunyai tujuan yang sama. Untuk lebih jelasnya dan untuk lebih memahami tentang apa yang dimaksud dengan pajak, maka dikemukakan beberapa definisi pajak sebagai berikut : Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH yang dikutip dalam buku karangan Prof. Dr. Mardiasmo ( 2011 : 1 ) bahwa : Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang

Transcript of BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 LANDASAN TEORI 2.1.1 PAJAK...

6

BAB II

TELAAH PUSTAKA

2.1 LANDASAN TEORI

2.1.1 PAJAK

2.1.1.1 Pengertian Pajak

Pada dasarnya pajak merupakan salah satu perwujudan dan kewajiban

kenegaraan yang merupakan sarana peran serta masyarakat dalam pembiayaan

negara dan pembangunan nasional. Dalam hal ini pajak yang dipunggut

oleh negara digunakan untuk menjalankan roda pemerintahan demi menjamin

kelangsungan hidup serta meningkatkan mutu kehidupan bangsa Indonesia yang

tercantum dalam pembukaan Undang - Undang Dasar 1945 yang bertujuan untuk

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan turut

serta dalam melaksanakan ketertiban dunia.

Pengertian pajak dan pandangan para ahli dalam bidang tersebut

memberikan berbagai definisi tentang pajak yang berbeda - beda, tetapi pada

dasarnya definisi tersebut mempunyai tujuan yang sama.

Untuk lebih jelasnya dan untuk lebih memahami tentang apa yang

dimaksud dengan pajak, maka dikemukakan beberapa definisi pajak sebagai

berikut :

Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH yang dikutip dalam buku karangan

Prof. Dr. Mardiasmo ( 2011 : 1 ) bahwa :

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang

7

( yang dapat dipaksakan ) dengan tidak mendapat jasa timbal (

kontraprestasi ) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan

untuk membayar pengeluaran umum.

Sedangkan menurut Undang - Undang No. 16 Tahun 2009 tentang perubahan atas

Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan ( KUP ), bahwa :

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang,

dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk

keperluan negara bagi sebesar - besarnya kemamkmuran rakyat.

Dari kedua definisi di atas terdapat persamaan pandangan atau prinsip

mengenai pajak. Perbedaan mengenai kedua definisi tersebut hanya pada

penggunaan gaya bahasa atau kalimatnya saja. Sehingga dari berbagai definisi

tersebut dapat ditarik kesimpulan tentang unsur - unsur yang terdapat pada

pengertian pajak, antara lain :

a. Iuran dari rakyat kepada negara.

Yang berhak memungut pajak hanyalah negara. Iuran berupa uang (

bukan barang ).

b. Berdasarkan Undang - Undang.

Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan Undang - Undang

serta aturan pelaksanaannya.

c. Tidak mendapatkan jasa timbal balik ( kontraprestasi perseorangan )

yang dapat ditunjukkan secara langsung. Artinya, meskipun rakyat

membayar pajak kepada pemerintah, pemerintah tidak langsung

memberikan jasa kepada pribadi pembayar pajak. Pemerintah hanya

8

memberikan pelayanan yang ditujukan kepada seluruh anggota

masyarakat.

Misalnya, orang yang taat membayar pajak kendaraan bermotor akan

melalui jalan yang sama kualitasnya dengan orang yang tidak taat

membayar pajak kendaraan bermotor.

d. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.

Yakni pengeluaran – pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat

luas.

e. Dapat dipaksakan.

Pemungutan pajak dapat dipaksakan apabila Wajib Pajak tidak

memenuhi kewajiban perpajakan dan dapat dikenakan sanksi sesuai

peraturan perundang - undangan.

2.1.1.2 Fungsi Pajak

Fungsi pajak menurut Mardiasmo ( 2011 : 2 ), yaitu :

1) Fungsi Anggaran ( Budgetair )

Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran

- pengeluarannya.

2) Fungsi Mengatur ( Regulerend )

Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan

pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

Contoh :

9

a. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk

mengurangi konsumsi minuman keras.

b. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang – barang mewah untuk

mengurangi gaya hidup konsumtif.

c. Tarif pajak untuk ekspor sebesar 0%, untuk mendorong ekspor produk

Indonesia di pasaran dunia.

2.1.1.3 Jenis-Jenis Pajak

Dalam buku Perpajakan, Mardiasmo ( 2011 : 5 ) mengelompokkan jenis

pajak menurut :

1. Golongannya

Berdasarkan golongannya, jenis pajak dibedakan menjadi :

a. Pajak Langsung

Yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak

dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.

Contoh : Pajak Penghasilan.

b. Pajak tidak langsung

Yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan

kepada orang lain.

Contoh : Pajak Pertambahan Nilai

10

2. Sifatnya

Berdasarkan sifatnya, jenis pajak dibedakan menjadi :

a. Pajak Subjektif

Yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam

arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.

Contoh : Pajak Penghasilan.

b. Pajak Objektif

Yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan

keadaan diri Wajib pajak.

Contoh : Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Bumi dan Bangunan.

3. Lembaga pemungutnya

Berdasarkan lembaga pemungutnya, jenis pajak dibedakan menjadi :

a. Pajak Pusat

Adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan

untuk membiayai rumah tangga negara.

Contoh :

- Pajak Penghasilan ( PPh )

- Pajak Pertambahan Nilai ( PPN )

- Pajak Penjualan atas Barang Mewah ( PPnBM )

11

b. Pajak Daerah

Adalah pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan

untuk membiayai rumah tangga daerah.

Contoh :

- Pajak Bumi dan Bangunan

- Pajak Hotel

- Pajak Restoran

- Pajak Kendaraan Bermotor

2.1.1.4 Tarif Pajak

Prof. Supramono, SE., MBA dan Theresia Woro Damayanti, SE ( 2010 : 7

) menyatakan bahwa tarif pajak merupakan tarif yang digunakan untuk

menentukan besarnya pajak yang harus dibayar. Secara umum, tarif pajak

dinyatakan dalam bentuk persentase.

Menurut Mardiasmo ( 2011 : 9 ), ada 4 macam tarif pajak, yaitu :

1) Tarif Sebanding / Proporsional

Yaitu tarif berupa persentase yang tetap, terhadap berapapun

jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang

proporsional terhadap besarnya nilai yang dikenai.

Contoh: Untuk penyerahan Barang Kena Pajak di dalam daerah

12

pabean akan dikenai Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10%.

2) Tarif Tetap

Yaitu tarif berupa jumlah yang tetap ( sama ) terhadap berapapun

jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang

tetap.

Contoh: Besarnya tarif Bea Meterai untuk cek dan bilyet giro

dengan nilai nominal berapapun adalah Rp 3.000,00.

3) Tarif Progresif

Yaitu persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah

yang dikenai pajak semakin besar.

Contoh : Pasal 17 Undang – Undang Pajak Penghasilan untuk Wajib

Pajak orang pribadi dalam negeri

Tabel 2.1

Tarif Pajak PPh WPOP

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

Sampai dengan Rp. 50.000.000,00 5%

Di atas Rp. 50.000.000,00 s.d Rp. 250.000.000,00 15%

Di atas Rp. 250.000.000,00 s.d Rp. 500.000.000,00 25%

Di atas Rp. 500.000.000,00 30%

13

4) Tarif Degresif

Yaitu persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah

yang dikenai pajak semakin besar.

2.1.2 PEMUNGUTAN PAJAK

2.1.2.1 Sistem Pemungutan Pajak

Menurut Mardiasmo ( 2011 : 7 ) bahwa sistem pemungutan pajak dibagi

menjadi 3 ( tiga ) macam, yaitu :

1) Official Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada

pemerintah ( fiskus ) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang

oleh Wajib Pajak

Ciri-cirinya :

- Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada

pada fiskus.

- Wajib pajak bersifat pasif

- Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak

oleh fiskus.

2) Self Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang

kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang

14

terutang.

Ciri-cirinya:

- Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada

pada Wajib Pajak sendiri.

- Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan

melaporkan sendiri pajak yang terutang.

- Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

3) With Holding System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang

kepada pihak ketiga ( bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang

bersangkutan ) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh

Wajib Pajak.

Ciri-cirinya :

- Wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada

pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan Wajib Pajak.

2.1.2.2 Syarat Pemungutan Pajak

Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan - hambatan atau

perlawanan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat.

Mardiasmo ( 2011 : 2 ) menyatakan bahwa syarat pemungutan pajak

adalah sebagai berikut :

a. Pemungutan pajak harus adil ( Syarat Keadilan )

15

Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan, Undang -

Undang dan pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil dalam

perundang - undangan diantaranya mengenakan pajak secara umum

dan merata, serta disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.

Sedang adil dalam pelaksanaannya yakni dengan memberikan hak bagi

Wajib Pajak untuk mengajukan keberatan, penundaan dalam

pembayaran dan mengajukan banding kepada Majelis Pertimbangan

Pajak.

b. Pemungutan pajak harus berdasarkan Undang - Undang ( Syarat

Yuridis )

Di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini

memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik Negara

maupun warganya.

c. Tidak mengganggu perekonomian ( Syarat Ekonomis )

Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi

maupun perdagangan, sehingga tidak menimbukan kelesuan

perekonomian rakyat.

d. Pemungutan pajak harus efisien ( Syarat Finansiil )

Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan

sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannnya.

e. Sistem pemungutan pajak harus sederhana ( Sederhana )

Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan

mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajibaan perpajakannya.

16

2.1.2.3 Timbul dan Hapusnya Utang Pajak

Utang pajak adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi

administrasi berupa utang bunga, denda atau kenaikan yang tercantum dalam

Surat Ketetapan Pajak atau surat sejenisnya berdasarkan ketentuan peraturan

perundang - undangan perpajakan.

Ada 2 ( dua ) ajaran mengenai saat timbulnya utang pajak yaitu :

1) Ajaran Materiil

Dalam ajaran materiil, utang pajak timbul karena Undang - Undang dan

karena ada sebab - sebab yang mengakibatkan seseorang atau suatu pihak

di kenakan pajak, yaitu karena perbuatan, keadaan dan peristiwa yang

dapat menimbulkan adanya utang pajak.

Contoh :

- Perbuatan : mendirikan bangunan, melakukan kegiatan

impor / ekspor, bepergian keluar negeri.

- Keadaan : memiliki tanah/ bumi dan bangunan,

memperoleh penghasilan, memiliki kendaraan bermotor.

- Peristiwa : mendapat hadiah undian.

2) Ajaran Formil

Dalam ajaran formil, utang pajak timbul dikarenakan adanya ketetapan

pajak dari pemerintah atau fiskus. Sehingga pajak terutang pada saat

diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak oleh pihak fiskus / pemerintah.

17

Menurut Mardiasmo ( 2011 : 8 ), ada empat hal yang menyebabkan

terhapusnya utang pajak, yaitu :

1) Pembayaran

Wajib Pajak melakukan pembayaran atas utang pajaknya ke kas negara

atau tempat lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.

2) Kompensasi

Cara penghapusan utang pajak yang dilakukan dengan cara pemindahan

kelebihan pajak pada suatu jenis pajak ( pada tahun yang sama atau tahun

yang berbeda ) dengan menutup kekurangan utang pajak atas jenis pajak

yang sama atau jenis lainnya ( juga pada tahun pajak yang sama atau tahun

pajak yang berbeda ).

3) Kadaluwarsa

Suatu cara untuk menghapus utang pajak karena lampaunya waktu. Bisa

juga terjadi karena lampaunya waktu penerbitan pajak ( penerbitan Surat

Ketetapan Pajak ) maupun karena lampaunya waktu proses penagihan

pajak.

4) Pembebasan dan penghapusan

Terhapusnya utang pajak bisa terjadi karena :

a. Wajib Pajak meninggal dunia dengan tidak

meninggalkan harta warisan dan tidak mempunyai ahli

waris atau ahli waris tidak dapat ditemukan.

18

b. Wajib Pajak tidak mempunyai harta kekayaan lagi yang

dibuktikan berdasarkan surat keterangan dari

Pemerintah Daerah setempat.

c. Sebab lain.

2.1.2.4 Hambatan Pemungutan Pajak

Menurut Mardiasmo ( 2011 : 8 ), hambatan terhadap pemungutan pajak

dapat dikelompokkan menjadi :

1) Perlawanan Pasif

Masyarakat enggan ( pasif ) membayar pajak, yang dapat disebabkan

antara lain:

- Perkembangan intelektual dan moral masyarakat

- Sistem perpajakan yang ( mungkin ) sulit dipahami masyarakat

- Sistem kontrol tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan

baik.

2) Perlawanan Aktif

Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara

langsung ditujukan kepada fiskus dengan tujuan untuk menghindari pajak.

Bentuknya antara lain:

- Tax avoidance, usaha meringankan beban pajak dengan tidak

melanggar undang-undang.

- Tax evasion, usaha meringankan beban pajak, dengan cara

melanggar undang-undang ( menggelapkan pajak ).

19

2.1.3 PENAGIHAN PAJAK

2.1.3.1 Pengertian Penagihan Pajak

Pelaksanaan penagihan pajak yang tegas, konsisten, dan konsekuen

diharapkan akan dapat membawa pengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib

Pajak dalam membayar tunggakan pajaknya.

Mardiasmo ( 2011 : 145 ) menjelaskan bahwa :

Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak

melunasi tunggakan pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur

atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus,

memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan

penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita.

Penagihan pajak berfungsi agar Wajib Pajak atau Penanggung Pajak

melunasi tunggakan pajak dan biaya penagihan pajak. Agar tujuan penagihan

pajak tersebut tercapai maka diperlukan serangkaian tindakan, penerbitan Surat

Teguran atau sejenisnya, kemudian penyampaian Surat Paksa, Penyampaian surat

perintah melakukan penyitaan dan melaksanakan penyitaan, penjualan barang

hasil penyitaan sampai dengan tindakan pencegahan terhadap Wajib Pajak atau

Penanggung Pajak untuk berpergian keluar negeri.

2.1.3.2 Dasar Penagihan Pajak

Dalam Pasal 18 Undang - Undang No. 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan

Umum Perpajakan ( KUP ), dasar penagihan pajak adalah :

a) Surat Tagihan Pajak ( STP )

20

Surat Tagihan Pajak ( STP ) adalah surat untuk melakukan tagihan

pajak dan atau sanksi administrasi berupa denda, dan atau bunga.

Fungsi STP adalah :

- Sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terutang menurut

SPT Wajib Pajak.

- Sarana untuk mengenakan sanksi berupa bunga dan atau

denda.

- Sarana untuk menagih pajak.

Sedangkan sebab diterbitkannya STP adalah :

- Pajak penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau

kurang dibayar.

- Berdasarkan penelitian, terdapat kekurangan pembayaran

pajak sebagai akibat salah tulis dan atau salah hitung.

- Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda

dan atau bunga.

- Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP (

Pengusaha Kena Pajak ) tetapi tidak membuat faktur

pajak atau membuat faktur pajak tetapi tidak tepat waktu.

- Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP tetapi

tidak mengisi faktur pajak secara lengkap

- PKP melaporkan faktur tidak sesuai dengan masa

penerbitan faktur pajak

21

- PKP yang gagal berproduksi dan telah diberikan

pengembalian pajak masukan.

b) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar ( SKPKB )

SKPKB adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya

jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan

pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi dan jumlah

yang masih harus dibayar.

Sebab diterbitkannya SKPKB adalah :

- Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain

pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar.

- Surat Pemberitahuan ( SPT ) tidak disampaikan dalam

jangka waktu yang telah ditentukan.

- Kewajiban menyelenggarakan pembukuan atau

pencatatan tidak dipenuhi sehingga tidak dapat diketahui

besarnya pajak yang terutang.

c) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan ( SKPKBT )

SKPKBT adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan

atas jumlah pajak yang telah ditetapkan sebelumnya.

d) Surat Keputusan Pembetulan

e) Surat Keputusan Keberatan

f) Putusan Banding

22

2.1.3.3 Tindakan Penagihan Pajak

Tindakan penagihan pajak dilakukan apabila pajak yang terutang

sebagaimana tercantum dalam Surat Tagihan Pajak ( STP ), SKPKB, SKPKBT,

Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding yang menyebabkan pajak yang

harus dibayar bertambah, tidak atau kurang bayar setelah lewat tanggal jatuh

tempo pembayaran pajak yang bersangkutan.

Dalam bidang administrasi perpajakan dikenal beberapa bentuk tindakan

penagihan yaitu :

a. Penagihan Pasif

Penagihan pasif adalah tindakan yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan

Pajak dengan cara memberikan himbauan kepada Wajib Pajak agar

melakukan pembayaran pajak sebelum tanggal jatuh tempo. Penagihan

pajak dilakukan dengan menggunakan Surat Tagihan Pajak ( STP ),

SKPKB, SKPKBT, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan

Keberatan, Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak terutang

menjadi lebih besar. Penagihan pasif merupakan pengawasan fiskus atau

kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajibannya sesuai Undang

- Undang yang berlaku.

b. Penagihan Aktif

Penagihan aktif merupakan kelanjutan dari penagihan pajak pasif. Dimana

Undang - Undang telah menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran

yaitu 1 bulan terhitung mulai dari STP, SKPKB, SKPKBT diterbitkan.

23

Jika dalam jangka waktu 30 hari tunggakan pajak belum dilunasi maka 7

hari setelah jatuh tempo akan dilakukan tindakan penagihan pajak yang

diawali dengan menerbitkan Surat Teguran dan melaksanakan Surat

Paksa. Dalam upaya penagihan ini Fiskus berperan aktif dalam arti tidak

hanya mengirim surat tagihan atau surat ketetapan pajak, tetapi akan

diikuti dengan tindakan sita dan dilanjutkan dengan pelaksanaan lelang.

Proses penagihan pajak menurut Rudy Suhartono dan Wirawan B Ilyas (

2010 : 80 ) adalah :

Tabel 2.2

Proses Penagihan Pajak

Urutan Kegiatan Penagihan Waktu Pelaksanaan

1.

Penerbitaan Surat Teguran

atau Surat Peringatan atau

surat lain yang sejenis.

7 ( tujuh ) hari sejak saat jatuh

tempo, penanggung pajak tidak

melunasi tunggakan pajaknya.

2. Penerbitan Surat Paksa

Sudah lewat 21 ( dua puluh satu )

hari sejak diterbitkannya Surat

Teguran / Surat Peringatan dan

peanggung pajak tidak melunasi

tunggakan pajaknya.

24

3.

Penerbitan surat perintah

melaksanakan penyitaan

Setelah lewat 2 x 24 jam Surat

Paksa diberitahukan kepada

penanggung pajak dan tunggakan

pajak belum dilunasi.

4. Pengumuman lelang

Setelah lewat waktu 14 ( empat

belas ) hari sejak tanggal

pelaksanaan penyitaan dan

penanggung pajak tidak melunasi

tunggakan pajak.

5.

Penjualan / pelelangan barang

sitaan

Setelah lewat waktu 14 ( empat

belas ) hari sejak pengumuman

lelang dan penanggung pajak

tidak melunasi tunggakan

pajaknya.

2.1.3.4 Daluwarsa Penagihan Pajak

Dalam UU KUP No. 16 tahun 2009 Pasal 22 dijelaskan bahwa hak untuk

melakukan penagihan pajak, termasuk bunga, denda, kenaikan, dan biaya

penagihan pajak, daluwarsa setelah melampaui waktu 5 ( lima ) tahun terhitung

sejak penerbitan Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan

Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan

25

Peninjauan Kembali. Saat daluwarsa penagihan pajak ini perlu ditetapkan untuk

memberi kepastian hukum kapan utang pajak tersebut tidak dapat ditagih lagi.

Daluwarsa penagihan pajak tertangguh apabila :

a. Diterbitkan Surat Paksa

Direktorat Jenderal Pajak menerbitkan dan memberitahukan Surat

Paksa kepada Penanggung Pajak yang tidak melakukan pembayaran

utang pajak sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran. Dalam

hal seperti itu, daluwarsa penagihan pajak dihitung sejak tanggal

pemberitahuan Surat Paksa tersebut.

b. Ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak baik langsung maupun

tidak langsung.

Wajib Pajak menyatakan pengakuan utang pajak dengan cara

mengajukan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran utang

pajak sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran. Dalam hal seperti itu,

daluwarsa penagihan pajak dihitung sejak tanggal surat permohonan

angsuran atau penundaan pembayaran utang pajak diterima oleh

Direktorat Jenderal Pajak.

c. Diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan

Pajak Kurang Bayar Tambahan.

Terdapat Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan

Pajak Kurang Bayar Tambahan yang diterbitkan terhadap Wajib Pajak

karena Wajib Pajak melakukan tindakan pidana di bidang perpajakan

26

dan tindak pidana lain yang dapat merugikan pendapatan negara

berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan

hukum tetap. Dalam hal seperti itu, daluwarsa penagihan pajak

dihitung sejak tanggal penerbitan surat ketetapan tersebut.

d. Dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan.

Terhadap Wajib Pajak dilakukan penyidikan tindak pidana dibidang

perpajakan, daluwarsa penagihan pajak dihitung sejak tanggal

penerbitan Surat Perintah Penyidikan tindak pidana di bidang

perpajakan.

2.1.4 PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT TEGURAN

2.1.4.1 Surat Teguran

Awal dalam tindakan penagihan adalah penerbitan Surat Teguran. Surat

Teguran atau dapat juga disebut Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis

adalah surat yang diterbitkan oleh pejabat untuk menegur atau memperingatkan

kepada Wajib Pajak untuk melunasi utang pajaknya. Langkah ini diambil sebagai

peringatan agar penanggung pajak segera melunasi utang pajaknya untuk

menghindari dilakukannya tindakan penagihan. Dalam hal Wajb Pajak tidak

melunasi jumlah pajak yang masih dibayar dalam jangka waktu yang telah

ditentukan, pajak yang masih harus dibayar tersebut ditagih dengan terlebih

dahulu menerbitkan Surat Teguran.

27

Penyampaian Surat Teguran tidak harus dilakukan oleh Jurusita Pajak,

namun dapat dilakukan melalui :

a. Secara langsung dapat dilakukan oleh petugas pada seksi

penagihan

b. Melalui pos

c. Melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti

pengiriman surat

Surat Teguran tidak perlu diterbitkan apabila :

a. Penanggung Pajak menyampaikan permohonan angsuran atau

penundaan pembayaran pajak.

b. Dilakukan penagihan seketika dan sekaligus.

Apabila terjadi kekeliruan dalam penerbitan Surat Teguran, penanggung

pajak dapat mengajukan permohonan pembetulan atau pergantian kepada Pejabat.

Pejabat dalam jangka waktu paling lama 7 ( tujuh ) hari sejak tanggal diterima

permohonan harus memberi keputusan atas permohonan yang diajukan, jika tidak

diberikan jawaban dalam jangka waktu tersebut, maka permohonan Wajib Pajak

dianggap dikabulkan dan tindakan penagihan dihentikan untuk sementara waktu.

Apabila penanggung pajak setelah lewat waktu 21 ( dua puluh satu ) hari sejak

tanggal disampaikan Suat Teguran tidak melakukan pelunasan tunggakan pajak,

maka Pejabat menerbitkan Surat Paksa dan Surat Paksa tersebut diberitahukan

secara langsung oleh Jurusita Pajak kepada penanggung pajak.

28

2.1.4.2 Penerbitan Surat Teguran

Surat Teguran diterbitkan apabila utang pajak yang tercantum dalam STP,

SKPKB atau SKPKBT tidak dilunasi sampai melewati waktu 7 hari dari batas

waktu jatuh tempo 1 bulan sejak diterbitkannya.

Penerbitan Surat Teguran dilakukan pada Seksi Penagihan dengan

prosedur sebagai berikut :

1) Pelaksana pada Seksi Penagihan meneliti Surat Ketetapan

Pajak ( SKP ) / Surat Tagihan Pajak ( STP ) / Surat Tagihan

Bea ( STB ) yang harus diterbitkan Surat Teguran dalam Sistim

Administrasi Perpajakan dan meminta persetujuan

Kepala Seksi dan kemudian diteruskan kepada Kepala Kantor

Pelayanan Pajak melalui Sistem Informasi DJP ( Direktorat

Jenderal Pajak ).

2) Kepala Kantor Pelayanan Pajak memeriksa usulan penerbitan

Surat Teguran dan memberikan persetujuan penerbitan melalui

Sistem Informasi DJP.

3) Pelaksana melihat Sistem Informasi DJP dan memeriksa

persetujuan penerbitan Surat Teguran dari Kepala Kantor

Pelayanan Pajak, mencetak Surat Teguran

dan menyampaikannya kepada Kepala Seksi Penagihan.

29

4) Kepala Seksi Penagihan meneliti, memaraf Surat Teguran, dan

menugaskan kepada Pelaksana untuk menyampaikannya

kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

5) Kepala Kantor Pelayanan Pajak meneliti, menandatangani

Surat Teguran, dan meneruskan kepada pelaksana untuk

disampaikan kepada Wajib Pajak

6) Pelaksana meneliti Surat Teguran yang telah ditandatangani

Kepala Kantor Pelayanan Pajak, menatausahakan, dan

menyampaikannya kepada Wajib Pajak.

2.1.5 PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

2.1.5.1 Pengertian Surat Paksa

Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya

penagihan pajak. Sedangkan pengertian Surat Paksa menurut Mardiasmo ( 2011 :

147 ) adalah :

Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya

penagihan pajak. Surat Paksa mempunyai kekuatan dan kedudukan

hukum yang sama dengan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap.

Surat Paksa bertuliskan kata-kata DEMI KEADILAN BERDASARKAN

TUHAN YANG MAHA ESA pada kepala surat, yang mempunyai kekuatan dan

kedudukan hukum yang sama dengan putusan pengadilan yang mempunyai

kekuatan hukum tetap.

Surat Paksa harus memuat sekurang-kurangnya :

1) Nama Wajib Pajak, atau nama Penanggung Pajak.

30

2) Dasar Penagihan.

3) Besarnya Tunggakan Pajak.

4) Perintah untuk membayar.

2.1.5.2 Penerbitan Surat Paksa

Surat Paksa diterbitkan paling cepat setelah lewat waktu 21 ( dua puluh

satu ) hari dari penerbitan Surat Teguran, kecuali apabila terhadap Penanggung

Pajak telah diterbitkan Surat Penagihan Seketika dan Sekaligus, Surat Paksa dapat

segera diterbitkan tanpa menunggu lewat tenggang waktu 21 hari sejak saat Surat

Teguran diterbitkan.

Surat Paksa akan diterbitkan apabila :

a) Penanggung Pajak tidak melunasi tunggakan pajak dalam Surat

Teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis.

b) Terhadap Penanggung Pajak telah dilaksanakan penagihan

seketika dan sekaligus.

Mardiasmo ( 2011 : 146 ) menjelaskan bahwa :

Penagihan seketika dan sekaligus adalah tindakan penagihan

pajak yang dilaksanakan oleh Jurusita Pajak kepada

Penanggung Pajak tanpa menunggu tanggal jatuh tempo

pembayaran yang meliputi seluruh utang pajak dari semua jenis

pajak, masa pajak, dan tahun pajak.

Jurusita Pajak melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus

berdasarkan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus.

Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus diterbitkan

apabila :

31

- Penanggung pajak akan meninggalkan Indonesia untuk

selama – lamanya atau berniat untuk itu.

- Terdapat tanda – tanda bahwa penanggung pajak akan

membubarkan badan usahanya, atau menggabungkan

usahanya, atau memekarkan usahanya, atau

memindatangankan perusahaan yang dimiliki atau

dikuasainya, atau melakukan perubahan bentuk lainnya.

- Terjadinya penyitaan atas barang Penanggung Pajak oleh

pihak ketiga atau terdapat tanda – tanda kepailitan.

c) Penanggung Pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana

tercantum dalam keputusan persetujuan angsuran atau

penundaan pembayaran pajak.

Pemberitahuan Surat Paksa dilakukan oleh Jurusita Pajak dengan

pernyataan penyerahan Surat Paksa kepada Penanggung Pajak. Untuk setiap

Penanggung Pajak dapat berupa :

1) Wajib Pajak Orang Pribadi

Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi, Surat Paksa diberitahukan

kepada :

a. Penanggung pajak di tempat tinggal, tempat usaha, atau di

tempat lain yang memungkinkan.

32

b. Orang dewasa yang bertempat tinggal bersama ataupun bekerja

ditempat usaha Penanggung Pajak apabila Penanggung Pajak

tidak dapat dijumpai.

c. Salah seorang ahli waris atau pelaksana wasiat atau yang

mengurus harta peninggalannya apabila Wajib Pajak telah

meninggal dunia dan harta warisan belum dibagi.

d. Para ahli waris apabila Penanggung Pajak telah meninggal

dunia dan harta warisan telah dibagi.

2) Wajib Pajak Badan

Terhadap Wajib Pajak Badan, Surat Paksa diberitahukan kepada :

a. Pengurus, pemegang saham, dan pemilik modal baik ditempat

kedudukan badan yang bersangkutan, di tempat tinggal mereka

maupun ditempat lain yang memungkinkan, atau

b. Pegawai tingkat pimpinan di tempat kedudukan atau tempat

usaha badan yang bersangkutan apabila Jurusita Pajak tidak

dapat menjumpai salah seorang sebagaimana dimaksud pada

penjelasan yang sebelumnya.

3) Wajib Pajak Pailit

Apabila Wajib Pajak dinyatakan pailit, Surat Paksa diberitahukan

kepada Balai Harta Peninggalan atau Hakim Pengawas yang

ditetapkan. Sedangkan terhadap Wajib Pajak Badan yang dinyatakan

bubar atau dalam likuidasi, Surat Paksa diberitahukan kepada orang

33

atau badan yang dibebani untuk melakukan pemberesan, atau

likuidator, atau Penerima Kuasa.

2.1.5.3 Pelaksanaan Pemberitahuan Surat Paksa

Cara pelaksanaan pemberitahuan Surat Paksa adalah sebagai berikut :

1) Jurusita Pajak mendatangi tempat tinggal kedudukan Wajib Pajak atau

Penanggung Pajak dengan memperlihatkan tanda pengenal diri. Jurusita

Pajak mengemukakan maksud kedatangannya yaitu memberitahukan Surat

Paksa dengan pernyataan dan menyerahkan salinan Surat Paksa tersebut.

2) Jika Jurusita Pajak bertemu langsung dengan Wajib Pajak atau

Penanggung Pajak minta agar WP atau PP memperlihatkan surat-surat

keterangan pajak yang ada untuk di teliti :

- Apakah tunggakan pajak menurut Surat Ketetapan Pajak

cocok dengan jumlah tunggakan yang tercantum dalam

Surat Paksa?

- Apakah ada Surat Keputusan Pengurangan/

Penghapusan?

- Apakah ada kelebihan pembayaran dari tahun/ jenis

pajak lainnya yang belum diperhitungkan?

3) Kalau Jurusita tidak menjumpai Wajib Pajak/ Penanggung pajak maka

salinan Surat Paksa tersebut dapat diserahkan kepada :

34

a. Keluarga Penanggung Pajak atau orang bertempat

tinggal bersama WP / PP yang akil baliq ( dewasa dan

sehat mental ).

b. Anggota pengurus komisaris dari Badan Usaha yang

bersangkutan atau,

c. Pejabat Pemerintah setempat ( Bupati/ Walikota/

Camat/ Lurah ) dalam hal mereka tersebut pada butir a

dan b diatas juga tidak dijumpai.

d. Pejabat - pejabat ini harus memberi tanda tangan pada

Surat Paksa dan salinannya, sebagaimana tanda

diketahuinya dan menyampaikan salinannya kepada

Wajib Pajak atau Penanggung Pajak yang bersangkutan.

e. Jurusita Pajak yang telah melaksanakan penagihan

pajak dengan Surat Paksa, harus membuat Laporan

Pelaksanaan Surat Paksa.

2.1.6 PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK

2.1.6.1 Pengertian Pencairan Tunggakan Pajak

Pajak yang terutang oleh Wajib Pajak harus dibayar atau dilunasi tepat

pada waktunya. Oleh karena itu apabila setelah tanggal jatuh tempo pajak tersebut

belum dilunasi maka timbul tunggakan pajak. Tunggakan pajak adalah pajak yang

belum dapat dibayar oleh Wajib Pajak atau Penanggung Pajak dalam masa

tagihan pajak berdasarkan peraturan perundang - undangan perpajakan yang

35

berlaku. Sedangkan pengertian tunggakan didalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

menyatakan “Tunggakan adalah angsuran yang belum dibayar atau utang yang

masih belum dilunasi pada atau setelah tanggal pengenaan denda.”

Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pencairan

tunggakan pajak merupakan pembayaran utang pajak oleh Wajib Pajak atau

Penanggung Pajak yang masih punya tunggakan dan disertai pembayaran sanksi

adminisrasi berupa bunga, denda, atau kenaikan yang tercantum dalam Surat

Ketetapan Pajak dan kepadanya telah diterbitkan Surat Tagihan Pajak ( STP ),

Surat Ketetapan Pajak, dan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar ( SKPKB ).

2.1.6.2 Mekanisme Pencairan Tunggakan Pajak

Mekanisme pencairan tunggakan pajak adalah sebagai berikut :

1. Pembayaran Surat Setoran Pajak ( SSP )

SSP adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melakukan

pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke Kas Negara atau ke

tempat pembayaran lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Surat

Setoran Pajak ( SSP ) ini difungsikan sebagai bukti pelunasan kekurangan

pembayaran pajak yang terutang.

2. Pemindabukuan

Pemindabukuan merupakan adanya kelebihan pembayaran pajak yang

besarnya dinyatakan dalam Surat Keputusan Kelebihan Pembayaran Pajak

( SKKP ).

36

3. Pengurangan / penghapusan utang pajak

Pengurangan atau dihapusnya utang Wajib Pajak dikarenakan pembatalan

Surat Ketetapan Pajak atau Wajib Pajak mengalami kebangkrutan maupun

mengalami kesulitan likuiditas.

2.1.7 TEORI EFEKTIVITAS

Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil

atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah populer

mendefinisikan efektvitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil guna atau

menunjang tujuan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, keefektivan adalah

keadaan berpengaruh, keberhasilan tentang usaha atau tindakan. Sedangkan

definisi efektivitas menurut Mardiasmo ( 2010 : 134 ) adalah “ Efektivitas adalah

ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya ”.

Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran

yang telah ditentukan didalam setiap organisasi, kegiatan ataupun program.

Disebut efektif apabila tercapai tujuan ataupun sasaran seperti yang telah

ditentukan.

Upaya mengevaluasi jalannya suatu organisasi, dapat dilakukan melalui

konsep efektivitas. Konsep ini adalah salah satu faktor untuk menentukan apakah

perlu dilakukan perubahan secara signifikan terhadap bentuk dan manajemen

organisasi atau tidak. Dalam hal ini efektivitas merupakan pencapaian tujuan

organisasi melalui pemanfaatan sumber daya yang dimiliki secara efisien, ditinjau

dari sisi masukan ( input ), proses, maupun keluaran ( output ). Dalam hal ini yang

37

dimaksud sumber daya meliputi ketersediaan personil, sarana dan prasarana serta

metode dan model yang digunakan. Suatu kegiatan dikatakan efisien apabila

dikerjakan dengan benar dan sesuai dengan prosedur. Sedangkan dikatakan efektif

bila kegiatan tersebut dilaksanakan dengan benar dan memberikan hasil yang

bermanfaat.

Hal terpenting yang perlu dicatat adalah bahwa efektivitas tidak

menyatakan tentang besar biaya yang telah dikeluarkan untuk mencapai tujuan

tersebut. Efektivitas hanya melihat apakah suatu program atau kegiatan telah

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2.1.8 TEORI KONTRIBUSI

Kontribusi berasal dari bahasa Inggris yaitu contribute, contribution,

maknanya adalah keikutsertaan, keterlibatan, melibatkan diri maupun sumbangan.

Berarti dalam hal ini kontribusi dapat berupa materi atau tindakan. kontribusi

dapat diberikan dalam berbagai bidang yaitu pemikiran, kepemimpinan,

profesionalisme, finansial, dan lainnya.

2.2 PENELITIAN TERDAHULU

Penelitian mengenai tindakan penagihan pajak memang telah banyak

dilakukan sebelumnya. Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan

tindakan penagihan pajak dengan Surat Teguran maupun dengan Surat Paksa yang

dikutip dari berbagai sumber, disajikan dalam bentuk tabel berikut :

38

Tabel 2.3

Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Penelitian Kesimpulan

1. Andi Marduati

(2012)

Pengaruh Penagihan

Pajak Dengan Surat

Teguran dan Surat Paksa

Terhadap Pencairan

Tunggakan Pajak di

Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Makassar Barat.

Jumlah Surat Teguran dan

jumlah Surat Paksa yang

diterbitkan secara simultan

berpengaruh signifikan terhadap

pencairan tunggakan pajak.

Dibuktikan dari hasil uji F yang

menunjukkan nilai signifikansi

= 0,000 < 0,05

2. Nana Andriana

Erwis

(2012)

Efektivitas Penagihan

Pajak Dengan Surat

Teguran dan Surat Paksa

Terhadap Penerimaan

Pajak Pada Kantor

Pelayanan Pajak Pratama

Makassar Selatan.

Penagihan pajak dengan Surat

Teguran dan Surat Paksa

mengalami peningkatan dari

tahun 2010 ke tahun 2012.

Penagihan pajak dengan Surat

Paksa di Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Makassar Selatan

tergolong tidak efektif baik

ditinjau dari segi jumlah lembar

maupun nilai nimonal yang

tertera dalam Surat Teguran dan

Surat Paksa.

3. Derlina Sutria

Tunas

Efektivitas Penagihan

Tunggakan Pajak Dengan

Penagihan tunggakan pajak

dengan menggunakan Surat

39

(2013) Menggunakan Surat

Paksa Pada Kantor

Pelayanan Pajak Pratama

Manado.

Paksa pada tahun 2011

tergolong belum efektif,

sedangkan pada tahun 2012

mengalami peningkatan menjadi

efektif. Penerimaan pajak di

Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Manado dalam hal pembayaran

tunggakan pajak dengan Surat

Paksa bisa dikategorikan efektif

karena penerimaan tunggakan

pajak pada tahun 2011 ke tahun

2012 mengalami peningkatan.

Dari penjelasan penelitian terdahulu diatas, di temukan beberapa

persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang saat ini dilakukan peneliti.

Berikut persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang

sedang dilakukan peneliti :

1) Penelitian terdahulu Andi Marduati ( 2012 )

- Persamaan : sama – sama menggunakan 3 ( tiga ) variabel yaitu 2 (

dua ) variabel x dan 1 ( satu ) variabel y. Varabel x terdiri dari

Surat Teguran dan Surat Paksa, sedangkan variabel y nya adalah

pencairan tunggakan pajak.

40

- Perbedaan : penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat

efektivitas, sedangkan penelitian terdahulu tersebut bertujuan

untuk mengetahui pengaruh.

2) Penelitian terdahulu Nana Andriana Erwis ( 2012 )

- Persamaan : sama – sama menggunakan 3 ( tiga ) variabel yaitu 2 (

dua ) variabel x dan 1 ( satu ) variabel y. Varabel x terdiri dari

Surat Teguran dan Surat Paksa, sedangkan variabel y nya adalah

penerimaan pajak.

- Perbedaan : variabel y yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pencairan tunggakan pajak, sedangkan variabel y yang digunakan

dalam penelitian terdahulu adalah penerimaan pajak.

3) Penelitian terdahulu Derliana Sutria Tunas ( 2013 )

- Persamaan : sama – sama menggunakan teknik analisis efektivitas.

- Perbedaan : penelitian ini menggunakan 3 ( tiga ) variabel terdiri

dari Surat Teguran, Surat Paksa, dan pencairan tunggakan pajak.

Sedangkan dalam penelitian terdulu hanya menggunakan 2 ( dua )

variabel, yaitu Surat Paksa dan penagihan tunggakan pajak.

2.3 KERANGKA KONSEPTUAL

Pemerintah telah melakukan reformasi perpajakan untuk meningkatkan

penerimaan negara dari sektor pajak. Dalam reformasi perpajakan tersebut sistem

pemungutan pajak telah mengalami perubahan yang cukup signifikan yaitu

official assessment system menjadi self assessment system. Dalam self assessment

41

system, Wajib Pajak diberikan kepercayaan penuh untuk menghitung, menyetor

dan melaporkan sendiri pajaknya. Namun, dalam kenyataannya masih dijumpai

adanya tunggakan pajak sebagai akibat tidak dilunasinya utang pajak sebagaimana

mestinya, sehingga perlu dilaksanakan tindakan penagihan yang mempunyai

kekuatan hukum yang memaksa.

Salah satu tindakan penagihan pajak adalah dengan pemberitahuan Surat

Teguran dan dilanjutkan dengan penerbitan Surat paksa. Dasar dari penagihan

pajak adalah tunggakan pajak dalam Surat Tagihan Pajak ( STP ), Surat Ketetapan

Pajak Kurang Bayar ( SKPKB ), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan

( SKPKBT ), Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan

Putusan Banding. Apabila realisasi pencairan tunggakan pajak tersebut dapat

direalisasikan dengan jumlah nominal hampir sama dengan potensi pencairan

tunggakan pajak, maka penagihan pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa

tersebut telah efektif.

Dengan efektifnya penagihan pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa

maka dapat meningkatkan penerimaan pajak, dimana diharapkan memberikan

kontribusi terhadap pembangunan nasional. Oleh karena itu efektivitas penagihan

pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa sangat diperlukan untuk

meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak.

Berdasarkan uraian diatas maka kerangka konseptual dari penelitian ini

dapat digambarkan dalam bentuk berikut :

42

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual

Tunggakan

Pajak

Penagihan Pajak dg

Surat Teguran

Penagihan Pajak dg

Surat Paksa

Realisasi Pencairan

Tunggakan Pajak

Efektivitas Penagihan

Pajak dg Surat Teguran

dg Surat Teguran

Efektivitas Penagihan

Pajak dg Surat Paksa

dg Surat Paksa

Peningkatan

Penerimaan Pajak