Post on 03-Jul-2018
7
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Teori
1. Kehamilan
a. Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah masa dimulainya konsepsi sampai lahirnya
janin (Prawiroharjo, 2007 p.89). Faktor psikologis yang mempengaruhi
kehamilan terdiri dari (Maulana, 2008 p.31): stres, dukungan keluarga,
faktor lingkungan sosial, budaya dan ekonomi.
b. Tanda dan Gejala Kehamilan
1) Tanda presumtif
Menurut Wiknjosastro (2007, pp.125-126), tanda-tanda
kehamilan antara lain:
a) Amenorrhoea
Gejala pertama kehamilan ialah haid tidak datang pada
tanggal yang diharapkan. Bila seorang wanita memiliki siklus haid
teratur dan mendadak berhenti, ada kemungkinan hamil. Tetapi
meskipun demikian sebaiknya ditunggu selama 10 hari sebelum
memeriksakan diri ke dokter. Karena sebelum masa itu sulit untuk
memastikan adanya kehamilan.
Haid yang terlambat pada wanita berusia 16-40 tahun, pada
umumnya memang akibat adanya kehamilan. Tetapi kehamilan
8
bukanlah satu-satunya penyebab keterlambatan haid. Haid dapat
tertunda oleh tekanan emosi, beberapa penyakit tertentu, dan juga
akibat makan obat-obat tertentu. Selain kehamilan, penurunan berat
badan dan tekanan emosi juga sering menjadi penyebab
keterlambatan haid pada wanita yang semula mempunyai siklus
normal.
b) Perubahan pada payudara
Banyak wanita merasakan payudara memadat ketika
menjelang haid. Bila terjadi kehamilan, gejala pemadatan
bersifat menetap dan semakin bertambah. Payudara menjadi
lebih padat, kencang dan lebih lembut, juga dapat disertai rasa
berdenyut dan kesemutan pada putting susu.
Perubahan diatas disebabkan oleh tekanan kelamin
wanita, estrogen dan progesterone yang dihasilkan oleh uri
(plasenta). Hormon-hormon ini menyebabkan saluran dan
kantong kelenjar susu membesar, dan tertimbun lemak di daerah
payudara. Rasa kesemutan dan berdenyut disebabkan oleh
bertambahnya aliran darah yang mengaliri payudara.
c) Mual dan muntah ( Emesis Gravidarum )
Kira-kira separuh dari wanita yang mengandung
mengalami mual dan muntah, dengan tingkat yang berbeda-
beda, biasanya cukup ringan dan terjadi dipagi hari.
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi juga disebabkan oleh
9
peningkatan kadar hormon kelamin yang diproduksi selama
hamil. Sesudah 12 minggu gejala-gejala itu biasanya
menghilang, karena tubuh sudah menyesuaikan diri.
d) Sering kencing
Sering terjadi karena kandung kencing pada bulan-
bulan pertama kehamilan tertekan oleh uterus yang mulai
membesar. Pada triwulan kedua umumnya keluhan ini hilang
oleh karena uterus yang membesar keluar dari rongga panggul.
Pada akhir triwulan gejala bisa timbul karena janin mulai masuk
ke ruang panggul dan menekan kembali rongga panggul.
e) Obstipasi
Terjadi karena tonus otot menurun yang disebabkan oleh
pengaruh hormon steroid.
f) Pigmentasi kulit
Terjadi pada kehamilan 12 minggu ke atas. Pada pipi,
hidung, dan dahi kadang-kadang tampak deposit pigmen yang
berlebihan, dikenal sebagai cloasma gravidarum. Areola
mammae juga menjadi lebih hitam karena didapatkan deposit
pigmen yang berlebih. Daerah leher menjadi lebih hitam.
Demikian pula linea alba di garis tengah abdomen menjadi lebih
hitam (linea grisea). Pigmentasi ini terjadi karena pengaruh
hormon kortiko-steroid plasenta yang merangsang melanofor
dan kulit.
10
g) Varises
Dijumpai pada triwulan terakhir. Didapat pada daerah
genetalia ekstena, fossa poplitea, kaki dan betis. Pada
multigravida kadang-kadang varises ditemukan pada kehamilan
yang terdahulu, timbul kembali pada triwulan pertama. Kadang-
kadang timbulnya varises merupakan gejala pertama kehamilan
muda.
2) Tanda-tanda kemungkinan hamil
a) Perut membesar
b) Uterus membesar, terjadi perubahan dalam bentuk, besar dan
konsistensi rahim
c) Tanda hegar
d) Tanda Chadwick
e) Tanda Piscaseck
f) Kontraksi kecil uterus bila dirangsang
g) Teraba Ballotement Reaksi kehamilan positif
3) Tanda Pasti kehamilan (tanda positif)
a) Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasakan atau diraba, juga
bagian-bagian janin.
b) Denyut jantung janin
(1) Didengar dengan stetoskop
(2) Monoral dicatat dan dengar dengan alat dopler
(3) Dicatat dengan feto-elektro kardiogram
11
(4) Dilihat pada ultrasonografi
c) Terlihat tulang-tulang janin dalam foto-rontgen
c. Perubahan Selama Kehamilan
Proses Kehamilan sampai persalinan merupakan mata rantai satu
kesatuan dari konsepsi, nidasi, pengenalan adaptasi, pemeliharaan
kehamilan, perubahan endokrin sebagai persiapan menyongsong
kelahiran bayi, dan persalinan dengan kesiapan pemeliharaan bayi.
Kehamilan dibagi dalam 3 trimester (Wiknjosastro, 2007 pp.125-126):
1) Perubahan Perubahan Psikologis dalam Kehamilan
a) Trimester Pertama (konsepsi sampai 12 minggu)
Pada trimester pertama seorang ibu akan selalu mencari
tanda-tanda untuk lebih mayakinkan bahwa dirinya memang hamil.
Setiap perubahan yang terjadi pada dirinya akan selalu diperhatikan
dengan seksama.
Reaksi pertama seorang pria ketika mengetahui bahwa
dirinya akan menjadi ayah adalah timbulnya kebanggan atas
kemampuannya mempunyai keturunan bercampur dengan
keprihatinan akan kesiapannya untuk menjadi seorang ayah dan
menjadi pencari nafkah untuk keluarganya. Seorang calon ayah
mungkin akan sangat memperhatikan keadaan ibu yang sedang
mulai hamil dan menghindari hubungan seks karena takut
mencederai bayinya.
12
b) Trimester Kedua (12 minggu sampai 28 minggu).
Trimester kedua biasanya adalah saat ibu merasa sehat.
Tubuh ibu sudah terbiasa dengan keadaan hormone yang lebih
tinggi dan merasa tidak nyaman karena hamil sudah berkurang.
Perut ibu belum terlalu besar sehingga belum dirasakan sebagai
beban. Ibu sudah mulai menerima kehamilannya dan mulai dapat
menggunakan energi dan pikirannya secara lebih konstruktif. Pada
trimester ini pula ibu mulai merasakan gerakan bayinya, dan ibu
mulai merasakan kehadiran bayinya sebagai seseorang diluar
dirinya sendiri. Banyak ibu yang merasa terlepas dari rasa
kecemasan dan rasa yang tidak nyaman seperti yang dirasakan pada
trimester pertama dan merasakan meningkatnya libido.
c) Trimester Ketiga (28 minggu sampai 40 minggu).
Trimester ketiga seringkali disebut periode menunggu dan
waspada sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu
kelahiran bayinya. Gerakan bayi dan membesarnya perut
merupakan 2 hal yang meningatkan ibu akan bayinya. Kadang-
kadang ibu merasa khawatir kalau bayinya akan lahir sewaktu-
waktu. Ini menyebabkan ibu meningkatkan kewaspadaannya akan
timbulnya tanda dan gejala akan terjadinya persalinan. Ibu sering
kali takut kalau-kalau bayi yang akan dilahirkannya tidak normal.
Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali pada
trimester ketiga dan banyak ibu yang merasa dirinya aneh dan
13
jelek. Disamping itu ibu mulai merasa sedih karena akan berpisah
dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima selama
hamil. Pada trimester inilah ibu memerlukan keterangan dan
dukungan dari suami, keluarga dan bidan.
d. Keluhan yang terjadi pada ibu hamil (Hidayati, 2009 pp.49-52).
1) Sakit kepala
2) Rasa mual dan muntah (Morning Sickness)
3) Produksi air liur yang berlebihan (Ptyalism)
4) Mengidam
5) Keringat bertambah
6) Kelelahan
7) Hidung tersumbat / berdarah
8) Gatal-gatal
9) Frekuensi kemih meningkat (Nokturia)
10) Diare
2. Preeklampsia
a. Pengertian Preeklampsia.
Preeklampisa adalah penyakit dengan tanda-tanda hipetensi,
edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini
umumnya terjadi dalam triwulan. Ke-3 kehamilan, tetapi dapat terjadi
sebelumnya, misalnya pada mola hidatidosa (Prawirohardjo, 2002 pp.M
38).
14
Preeklamsia adalah kumpulan gejala penyakit yang terdiri dari
trias HPE atau disebut dengan hipertensi, proteinuria dan edema
(Prawirohardjo, 2002 pp.282). Preeklamsia adalah timbulnya hipertensi
disertai proteinuria atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau
segera setelah persalinan (Nuha Litera Offset, 2009 p 58).
b. Etiologi
Penyebab pre-eklampsi sampai sekarang belum diketahui. Telah
banyak teori yang mencoba menerangkan sebab-musabab penyakit
tersebut, tetapi tidak ada yang memberi jawaban yang memuaskan. Ada
teori yang menyebutkan tentang penyebab pre-eklamsia yaitu iskemia
plasenta. Akan tetapi, dengan teori ini tidak dapat diterangkan semua hal
yang berkaitan dengan penyakit itu ( Prawirohardjo, 2007, pp.282-283).
c. Gejala-gejala pre-eklampsia
Pre-eklamsia digolongkan preeklampsia ringan dan pre-eklamsia
berat dan gejala serta tanda sebagai berikut (Prawirohardjo, 2002 p.288):
1. Pre-eklamsia ringan.
a. Tekanan darah sistolik 140 atau kenaikan 30 mm Hg dengan
interval pemeriksaan 6 Jam.
b. Tekanan darah diastole 90 atau kenaikan 15 mm Hg dengan
interval periksaan jam.
c. Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam satu minggu.
d. Proteinuria (protein dalam urin) 0,3 gr setelah kehamilan 20
minggu dimana partikel protein yang padat ditemukan dalam urin
15
sesudah urin dididihkan,sebagai akibat dari kerusakan yang
sebenarnya pada ginjal, proteinuria merupakan tanda bahwa
peristiwa preeklamsia tersebut serius.
e. Edema : pada wajah, tangan (menggunakan cincin yang terlalu
ketat).
2. Pre-eklamsia berat
Sakit kepala, pandangan kabur, tidak dapat melihat cahaya
yang terang, Kelelahan, mual/muntah, Sedikit buang air kecil (BAK),
Sakit di perut bagian kanan atas, napas pendek dan cenderung mudah
cedera.
d. Patofisiologi
Menurut prawirohardjo (2007, p.285). perubahan pokok yang
didapatkan pada pre-eklamsia adalah spasmus pembuluh darah disertai
dengan retensi garam dan air. spasmus yang hebat terjadi pada arteri
glomerolus,kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan
penimbunan cairan yang berlebihan dalam ruang interstitial belum
diketahui sebabnya, telah diketahui bahwa pada pre-eklamsia dijumpai
kadar aldosteron yang rendah dan konsentrasi prolaktin yang tinggi dari
pada kehamilan yang normal. Aldosteron penting untuk mempertahankan
volume plasma dan mengatur retensi air dan natrium.pada pre-eklamsia,
permiabelitas pembuluh darah terhadap protein meningkat. Selain itu,
perubahan fisiologi juga terjadi pada (Prawirohardjo, 2007 p.285) :
16
1) Plasenta dan uterus
Menurunnya darah keplasenta mengakibatkan gangguan fungsi
plasenta, kenaikan tonus uterus dan kepekaan terhadap perangsangan
sering didapat kan pada pre-eklamsia dan eklamsia sehingga mudah
terjadi partus prematurus.
2) Ginjal
Perubahan pada ginjal disebabkan aliran darah pada ginjal menurun,
sehingga menyebabkan filtrasi glomeurus mengurang. Kelainan pada
ginjal yang penting ialah dalam hubungan dengan proteinuria dan
mungkin sekali juga dengan retensi garam dan air.
3) Retina
Tampak edema retina, spasmus setempat/menyeluruh pada
satu/beberapa arteri, jarang terlihat perdarahan/eksudat.
4) Paru-paru
Terjadi edema paru-paru yang disebabkan oleh dekompensasio kordis
kiri.
5) Metabolisme air dan elektrolit
Terjadi hemokonsentrasi yang menyertai pre-eklamsia.terjadi
pergeseran cairan dari ruang intra vaskuler ke ruang interstisial yang
diikuti oleh kenaikan hematokrit, peningkatan protein serum, dan
sering bertambahnya edema, menyebabkan volume darah berkurang,
fiskositet darah meningkat, waktu peredaran darah tepi lebih lama.
17
jumlah air dan natrium dalam badan lebih banyak pada penderita pre-
eklamsia.
e. Diagnosis
Pada umumnya diagnosis pre-eklampsia didasarkan atas adanya 2
dari trias tanda utama yaitu hipertensi, edema dan proteinuria. Hal ini
berguna untuk kepentingan statistik, akan tetapi dapat merugikan
penderita karena tiap tanda dapat merupakan bahaya kematian. Adanya
sesuatu tanda harus menimbulkan kewaspadaan, apalagi oleh karena
cepat tidaknya penyakit meningkat tidak dapat diramalkan, dan bila
eklampsia terjadi, maka prognosis bagi ibu maupun janin menjadi jauh
lebih buruk. Tiap kasus pre-eklampsia oleh sebab itu harus ditangani
dengan sungguh-sungguh diagnosis deferensial antara preeklamsia
dengan hipertensi menahun atau penyakit ginjal tidak jarang
menimbulkan kesukaran.pada hipertesi menahun adanya tekanan darah
yang meninggi sebelum hamil dan kehamilan muda (Prawirohardjo, 2002
p. 288).
f. Klasifikasi Pre-eklampsia
Pre-eklampsia digolongkan dalam pre-eklampsia ringan dan pre-
eklampsia berat dengan gejala dan tanda (Prawirohardjo, 2007 pp.211-
213), sebagai berikut:
1) Pre-eklampsia ringan
a) Tekanan darah sistolik 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan interval
pemeriksaan 6 jam.
18
b) Tekanan darah diastolik 90 atau kenaikan 15 mmHg dengan interval
pemeriksaan 6 jam.
c) Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu.
d) Edema umum, kaki, jari tangan dan muka.
e) Proteinuria 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif 1 sampai 2
pada urin kateter atau urin aliran pertengahan.
2) Pre-eklampsia berat
Diagnosa PEB ditegakkan apabila pada kehamilan >20 minggu
didapatkan satu/lebih gejala/tanda di bawah ini:
a) Tekanan darah 160/110 mmHg Ibu hamil dalam keadaan relaksasi
(pengukuran tekanan darah minimal setelah istirahat 10 menit).
b) Ibu hamil tidak dalam keadaan his.
c) Oigouria, urin kurang dari 500 cc/24 jam.
d) Poteinuria 5 gr/liter atau lebih atau 4+ pada pemeriksaan secara
kuantitatif.
e) Terdapat edema paru dan sianosis.
f) Gangguan visus dan serebral.
g) Keluhan subjektif Nyeri epigastrium.
h) Gangguan penglihatan Nyeri kepala.
i) Gangguan pertumbuhan janin intrauteri.
j) Pemeriksaan trombosit.
19
g. Pencegahan kejadian Pre-eklampsia
Pre-eklampsia merupakan komplikasi kehamilan yang
berkelanjutan dengan penyebab yang sama. Oleh karena itu, pencegahan
atau diagnosis dini dapat mengurangi kejadian dan menurunkan angka
kesakitan dan kematian. Untuk mencegah kejadian pre eklampsia ringan
dapat dilakukan nasehat tentang dan berkaitan dengan (Prawirohardjo,
2007 pp. 211-213):
1) Diet-makanan
Makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin dan rendah
lemak. Kurangi garam apabila berat badan bertambah atau edema.
Makanan berorientasi pada empat sehat lima sempurna. Untuk
meningkatkan jumlah protein dengan tambahan satu butir telur setiap
hari.
2) Cukup istirahat
Istirahat yang cukup pada saat hamil semakin tua dalam arti bekerja
seperlunya disesuaikan dengan kemampuan. Lebih banyak duduk atau
berbaring kearah kiri sehingga aliran darah menuju plasenta tidak
mengalami gangguan.
3) Pengawasan antenatal
Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim segera
datang ke tempat pemeriksaan. Keadaan yang memerlukan perhatian:
a) Uji kemungkinan Pre eklampsia:
20
(1) Pemeriksaan tekanan darah atau kenaikannya.
(2) Pemeriksaan tinggi fundus uteri
(3) Pemeriksaan kenaikan berat badan atau edema.
(4) Pemeriksaan protein dalam urin.
(5) Kalau mungkin dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal, fungsi hati,
gambaran darah umum dan pemeriksaan retina mata.
b) Penilaian kondisi janin dalam rahim.
(1) Pemantauan tinggi fundus uteri.
(2) Pemeriksaan janin: gerakan janin dalam rahim, denyut jantung
janin, pemantauan air ketuban.
h. Penatalaksanaan
Untuk penatalaksanaan pre-eklamsia tergantung dengan pre-
eklamsia ringan dan pre-eklamsia berat sebagai berikut:
1) Pre-eklamsia ringan ada 2 cara yaitu:
a) Dengan rawat jalan dilakukan dengan banyak tirah baring, diet
cukup protein rendah karbohidrat lemak dan garam, sedative ringan
yaitu diberikan tablet phenobarbital 3x30 mg/deazepam 3x2 mg per
oral selama 7 hari, roborantia, kunjungan ulang setiap 1 minggu
sekali, pemeriksaan laboratorium.
b) preeklamsia ringan dengan rawat inap, setelah 2 minggu
pengobatan rawat jalan tidak menunjukan adanya perbaikan dari
gejala preeklamsia meliputi kenaikan berat badan ibu naik 1
kg/lebih per minggu selama 2 minggu berturut-turut (2 minggu).
21
2) Pre-eklampsia berat
Dilihat dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala
preeklamsia berat selama perawatan maka perawatan dibagi menjadi:
a) perawatan aktif yaitu kehamilannya harus segera diakhiri dimana
ada beberapa indikasi:
(1) Dari ibu antara lain usia kehamilan 37 minggu atau lebih,
adanya tanda dan gejala impending eklamsia, kegagalan
konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan medikasi terjadi
kenaikan desakan darah atau setelah 24 jam setelah perawatan
medisinal.
(2) Dari janin antara lain adanya tanda IUGR, hasil fetal assesment
jelek (NST&USG).
b) perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan
ditambah pengobatan medisinal dengan indikasi bila kehamilan
preaterm kurang 37 minggu tanpa disertai tanda inpending
eklamsia dengan keadaan janin baik.
(1) MgSO4 tidak diberikan intravenous cukup hanya intramuskuler
dimana 4 gram pada bokong kiri dan 4 gram pada bokong
kanan.
(2) Pengobatan obstetri selama perawatan konservatif yaitu dengan
observasi dan evaluasi sama seperti perawatan aktif hanya disini
tidak dilakukan terminasi/pengakiran kehamilan, MgSO4
dihentikan bila ibu sudah mempunyai tanda preeklamsia ringan
22
selambat-lambatnya 24 jam, bila setelah 24 jam tidak ada
perubahan maka pengobatan medisial dianggap gagal dan harus
terminasi, bila sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan maka
diberi lebih dahuluMgSO4 20% 2 gram intravenios (Nuha Litera
Offset, 2009 pp. 58-66).
3. Perilaku
a. Pengertian
Perilaku adalah suatu kegiatan atau suatu aktifitas makhluk
hidup yang bersangkutan. Untuk kerangka analisis dapat dikatakan
bahwa perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang
dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak
luar (Notoatmodjo, 2003 p.114).
b. Macam-macam perilaku
Menurut Notoatmodjo (2003 p.115) di lihat dari bentuk respon terhadap
stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
1) Perilaku tertutup (cover behavior)
Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada
perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran dan sikap yang terjadi
pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum di amati
secara jelas oleh orang lain.
2) Perilaku terbuka (over behavior)
Respon seorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. Respon terhadap stimulus terhadap stimulus tersebut sudah
23
jelas dalam bentuk tindakan atau praktik, yang dengan mudah dapat
di amati oleh orang lain.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
Green (dalam Notoatmodjo, 2003 pp.164-165) mencoba
menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan
seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yaitu faktor
perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non-behavior
causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari
3 faktor, yaitu:
1) Faktor predisposisi (predisposing factor) yang terwujud dalam
pendidikan, pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai
dan sebagainya.
2) Faktor pendukung (enabling factor) yang terwujud dalam
lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas
atau sarana-sarana kesehatan, misalnya pukesmas, obat-obatan, alat-
alat kontrasepsi, jamban dan sebagainya.
3) Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap
dan perilaku petugas kesehatan, atau petugas yang lain, yang
merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Pada penelitian ini peneliti hanya akan meneliti dua faktor
yang diduga mempengaruhi terjadinya pre-eklamsia pada ibu hamil.
Untuk itu dari bab ini peneliti akan menguraikan teori mengenai
tingkat pendidikan, pengetahuan dan pre-eklamsia.
24
4. Pendidikan
a. Pengertian
Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam
pendidikan itu berarti dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan,
perkembangan, atau perubahan kearah yang lebih dewasa. Manusia
adalah makhluk sosial yang dalam kehidupannya untuk mencapai nilai-
nilai hidup dalam masyarakat selalu memerlukan bantuan orang lain.
Dalam mencapai tujuan tersebut, seorang individu, kelompok, atau
masyarakat tidak terlepas dari kegiatan belajar. (Notoatmodjo, 2007, p.
108).
Suryo (2001, p.46) mengatakan bahwa pendidikan pada
dirinya adalah penanaman pengetahuan serta pengembangan mental
maupun ketrampilan yang berlangsung dalam jangkauan waktu tertentu,
sejak mulai pelaksanaannya, sebaiknya juga diawali dari analisis
kebutuhan sampai dengan studi penerapan pendidikan tersebut di
tempat diharapkannya peserta didik dapat bekerja, dan tidak berhenti
sampai pada evaluasi hasil pendidikan saja.
Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual agama, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia
25
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
b. Manfaat/ fungsi Pendidikan
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman, dan bertakwa, kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serat bertanggung jawab (UU No.23 tahun 2003).
Menurut Fuad Ichsan (2001, p. 11) fungsi pendidikan terbagi
menjadi dua yaitu:
1) Fungsi pendidikan secara mikro (sempit) ialah membantu (secara
sadar) perkembangan jasmani dan rohani peserta didik.
2) Fungsi pendidikan secara makro (luas) ialah sebagai alat:
a) Pengembangan pribadi
b) Pengembangan warga negara
c) Pengembangan kebudayaan
d) Pengembangan bangsa
c. Tujuan Pendidikan
Menurut Notoadmodjo (2007, p.127) tujuan pendidikan diantaranya :
1) Mengubah pengetahuan/ pengertian, pendapat, dan konsep-konsep
2) Mengubah sikap dan persepsi
26
3) Menanamkan tingkah laku/ kebiasaan yang baru.
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Pendidikan
Menurut Notoadmodjo (2007, p.109) faktor-faktor yang
mempengaruhi proses pendidikan, diantara lain :
1) Masukan (Input)
Menyangkut sasaran belajar (sasaran didik) yaitu individu,
kelompok, atau masyarakat yang sedang belajar itu sendiri dengan
berbagai latar belakangnya.
2) Proses (Process)
Mekanisme dan interaksi terjadinya perubahan kemampuan
(perilaku) pada subjek belajar tersebut. Dalam proses ini terjadi
pengaruh timbal balik antara berbagai faktor, antara lain : subjek
belajar, pengajar (pendidik atau fasilitator), metode, dan teknik
belajar, alat bantu belajar, dan materi atau bahan yang dipelajari.
3) Keluaran (OutPut)
Hasil belajar itu sendiri, yaitu beberapa kemampuan atau
perubahan perilaku dari subjek belajar.
e. Jenis pendidikan
Jenis pendidikan adalah suatu pendidikan yang dikelompokkan
sesuai dengan sifat dan tujuannya. jenis pendidikan dalam sistem
pendidikan nasional terdiri dari pendidikan sekolah dan pendidikan luar
sekolah.
27
1) Pendidikan sekolah
Jenis pendidikan sekolah adalah jenis pendidikan yang berjenjang,
berstuktur dan berkesinambungan sampai dengan pendidikan tinggi.
jenis pendidikan sekolah mencakup pendidikan umum, kejuruan,
kedinasan, keagamaan dan angkatan bersenjata republik indonesia.
2) Pendidikan luar sekolah
Pendidikan luar sekolah adalah jenis pendidikan yang tidak selalu
terikat oleh jenjang dan struktur persekolahan tetapi dapat
berkesinambungan.pendidikan luar sekolah menyediakan program
pendidikan yang memungkinkan terjadinya perkembangan peserta
didik dalam bidang sosial, keagamaan, budaya, keterampilan, dan
keahlian (Ihsan, 2001 pp.20-22).
f. Jenjang pendidikan
Di dalam UU No. 20 th 2003 menyebutkan jenjang
pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan
tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan
kemampuan yang akan dikembangkan. Pendidikan di indonesia
mengenal empat jenjang pendidikan, yaitu pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang jenjang pendidikan adalah
sebagai berikut :
28
1) Pendidikan anak usia dini
Pendidikan anak usia dini adalah (PAUD) adalah suatu upaya
pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia
6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan
lebih lanjut (UU No. 20 tahun 2003 ).
2) Pendidikan dasar
Pendidikan dasar yaitu jenjang pendidikan yang melandasi jenjang
pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar
(SD), dan madrasah ibtida’iyyah (MI), atau bentuk lain yang
sederajat, serta sekolah menengah pertama (SMP), dan madrasah
tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat (UU No.20 tahun
2003).
3) Pendidikan menengah
Pendidikan menengah yaitu lanjutan pendidikan dasar yang terdiri
dari pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah
kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas
(SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK),
dan madrasah aliyah keagamaan (MAK) atau bentuk lain yang
sederajat.
29
4) Pendidikan tinggi
merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang
mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister dan
doktor yang diselenggarakanoleh pendidikan tinggi.pendidikan
tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut
atau universitas.
Pendidikan juga dapat dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu
pendidikan rendah meliputi tamat SLTP kebawah dan pendidikan
tinggi meliputi SLTA keatas (Rikesdas, 2007).
Di dalam teori perilaku Green dalam Notoatmodjo (2003,
pp.164-165), faktor tingkat pendidikan pelaksanaan termasuk dalam
faktor predisposisi (presiposing factors) terbentuknya perilaku.
Tingkat pendidikan ibu merupakan dasar bagi terbentuknya
pengetahuan. Ibu yang berpendidikan tinggi maka akan lebih mudah
menerima informasi tentang pre-eklamsia untuk membentuk menjadi
satu pengetahuan.
5. Pengetahuan
a. Pengertian
Plato (dalam Keraf & Dua, 2005, p.44), mengemukakan
pengetahuan adalah pengenalan kembali akan hal yang sudah diketahui
dalam ide abadi. Pengetahuan merupakan kumpulan ingatan terpendam,
dalam benak manusia. Dengan demikian untuk mengetahui sesuatu,
30
untuk menyelidiki sesuatu dan berarti untuk pada pengetahuan sejati,
kita hanya mengandalkan akal budi.
Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai
hasil penggunaan panca inderanya, yang berbeda sekali dengan
kepercayaan (beliefs), takhayul (superstitions), dan penerangan-
penerangan yang keliru (misinformations) (Soekanto, 2006, p.6)
Pengetahuan adalah merupakan hasil “ Tahu” dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu
yang mana penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia yakni
indera penglihat, pendengar, pencium, rasa dan raba yang sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2003 p.121).
b. Tingkat Pengetahuan
Menurut (Notoatmodjo 2007, pp. 140-142), Pengetahuan yang
tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ini merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk mengukur bahwa
seseorang, tabu tentang apa yang dipelajari antara lain
31
menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan. menyatakan dan
sebagainya.
2) Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenamya, aplikasi
ini diartikan dapat sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-
hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau
situasi yang lain.
4) Analisis (Analysys)
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu
struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja
dapat menggambarkan, membedakan, mengelompokkan dan
seperti sebagainya. Analisis merupakan kemampuan untuk
mengidentifikasi, memisahkan dan sebagainya.
32
5) Sintesa (Syntesis)
Adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menggabungkan
bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan
kata lain sintesis merupakan suatu kemampuan untuk menyusun
informasi baru misalnya, dapat menyusun, menggunakan,
meringkaskan dan menyesuaikan suatu teori dan rumusan yang
ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri
atau menggunakan kriteria yang telah ada.
c. Cara memperoleh Pengetahuan
Cara memperoleh pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokkan
menjadi 2 yaitu ( Wawan dan Dewi, 2010 p. 14 ):
1) Cara tradisional
a) Cara-cara penemuan pengetahuan pada priode ini antara lain:
(a) Dengan coba-coba dilakukan dengan menggunak tersebut tidak
berhasil dicoba kemungkinan yang lama.
(b) Cara kekuasaan otoritas
Dimana pengetahuan diperoleh berdasarkan pada kekuasaan.
b) Berdasarkan pengalaman
33
Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali
pengalamannya yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan
yang dihadapi pada masa lalu.
c) Melalui jalan pikiran
Manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam
memperoleh pengetahuan.
2) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa
ini lebih sistematis, logis dan ilmiah, cara ini disebut dengan metode
penelitian ilmiah atau lebih populer lagi metodelogi penelitian.
d. Cara mengukur pengetahuan
Cara mengukur pengetahuan seseorang, menggunakan alat
bantu kuesioner, cara menilainya dengan dikategorikan baik, dan
kurang. Pengetahuan dinyatakan baik bila 76-100% pertanyaan
dijawab benar, kurang bila ≤ 75% pertanyaan dijawab benar.
(Notoatmodjo, 2010, p.146).
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Pengetahuan seseorang termasukpengetahuan mengenai
kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan diantaranya oleh (Notoatmodjo, 2003 p.125), secara
garis besar faktor-faktor tersebut:
34
1) Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi
respon terdapat sesuatu yang datang dari luar. Orang yang
berpendidikan tinggi akan memberi respon yang lebih rasional
terhadap informasi yang akan datang dan akan berfikir sejauh mana
keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh gagasan tersebut.
2) Paparan Media Masa (akses informasi)
Melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik berbagai
informasi dapat diterima oleh masyarakat,sehingga seseorang lebih
sering terpapar media masa (TV, radio, majalah, pamflet) akan
memperoleh informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan
orang yang tidak pernah terpapar informasi media.
3) Ekonomi (pendapatan)
Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan
sekunder keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih mudah
tercukupi dibanding keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini
akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan akan informasi
pendidikan yang termasuk kebutuhan sekunder.
4) Hubungan sosial
Manusia adalah makluk sosial dimana didalam kehidupan beriteraksi
antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat berinteraksi secara
kontinu akan lebih besar terpapar informasi.
35
5) Pengalaman
Pengalaman individu tentang berbagai hal biasa yang diperoleh dari
tingkat kehidupan dalam proses perkembangannya, misalnya sering
mengikuti kegiatan yang mendidik misal seminar.
6) Akses layanan kesehatan.
Akses layanan kesehatan mudah atau sulit dalam mengakses layanan
kesehatan tentunya akan berpengaruh terhadap pengetahuan dalam
kesehatan.
6. Hubungan tingkat pendidikan ibu hamil dengan pengetahuan tentang pre
eklamsia
Menurut Koentjoroningrat (1997, dalam Nursalam, 2001, p.133),
makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin mudah seorang itu
menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang
dimiliki. Sebaliknya, pendidikan yang kurang akan menghambat
perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang diperkenalkan.
Pendidikan menuntut manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya
untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan
untuk mendapat informasi, misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan
yaitu pengetahuan ibu hamil tentang pre-eklamsia.
36
B. KERANGKA TEORI
Gambar 2.1 Bagan Kerangka teori
Sumber: Lawrance Green dalam Notoatmodjo, 2005
Keterangan: Cetak tebal yang diteliti
C. KERANGKA KONSEP
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Konsep Penelitian
Pendidikan Ibu Hamil Tingkat Pengetahuan
tentang Pre-eklamsia
Reinforcing faktor/penguat
1.sikap dan perilaku
petugas kesehatan
2.sikap dan perilaku tokoh
masyarakat
Presdiporsing faktor
1.pengetahuan
2.sikap
3..kepercayaan
4.keyakinan
Enabling faktor/pendukung
1.lingkungan fisik
2.Ketersediaan sarana dan
prasarana sumber/fasilitas
kesehatan
Perilaku
kesehatan
Pendidikan
kesehatan
37
D. Hipotesis
Hipotesis penelitian adalah suatu jawaban sementara dari
pertanyaan penelitian. Biasanya hipotesis ini dirumuskan dalam bentuk
hubungan antara dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
Hipotesis berfungsi untuk menentukan kearah pembuktian, artinya hipotesis
ini merupakan pertanyaan yang harus dibuktikan (Notoatmodjo, 2010 p.84).
Ha (hipotesis alternatif) : Ada hubungan antara tingkat pendidikan
ibu hamil dengan pengetahuan tentang pre-eklamsia BPS H di Tegowanu
Kulon Kecamatan Tegowanu Kabupaten Grobogan.