Post on 25-May-2022
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ayam Pedaging
Ayam pedaging adalah istilah untuk menyebutkan strain hasil budidaya
teknologi yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas yaitu
pertumbuhan yang cepat konversi ransum yang baik dan dapat dipotong pada usia
relatif muda sehingga sirkulasi pemeliharaan lebih cepat dan efisien serta
menghasilkan daging yang berkualitas baik (Murtidjo dalam Zulfanita, 2011).
Menurut Jayanata dan Harianto (2011), day old chick (DOC) yang
berkualitas baik memiliki ciri-ciri berasal dari indukan yang berkualitas, DOC
sehat, bebas dari penyakit, aktif bergerak, lincah, aktif bergerak, tidak terlihat
lesu, tubuh gemuk dan berbentuk bulat, berbulu bersih mengkilat, mata terlihat
tajam dan cerah, lubang anus bersih dan tidak terdapat kotoran, tidak terdapat
bekas luka dan tidak cacat, serta bobot tubuh minimal 37 gram atau rata-rata
sebesar 40 gram. Dalam pemeliharaannya, DOC sangat membutuhkan keadaan
yang steril, sehingga kebersihan kandang harus terjaga saat penerimaan DOC.
Strain merupakan ayam pedaging yang dihasilkan oleh perusahaan
pembibitan melalui proses pemuliabiakan untuk tujuan ekonomis tertentu.
Berbagai strain ayam pedagingbanyak dipelihara di Indonesia. Contoh strain
ayam pedaging antara lain CP 707, Starbro, Hybro dan Lohmann (Suprijatna dkk.,
2015). Strain Lohmann adalah strain yang diciptakan di Jerman pada 1972. Strain
5
lohmann dipilih karena memiliki daya tahan tubuh yang baik dan tempramen yang
tenang (Rasyaf, 2011).
Ayam pedaging atau ayam broiler merupakan hasil teknologi yaitu
persilangan antara ayam Cornish dengan Plymouth Rock. Karakteristik ekonomis,
pertumbuhan yang cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan rendah,
dipanen cepat karena pertumbuhannya yang cepat, dan sebagai penghasil daging
dengan serat lunak. Pertambahan berat badan yang ideal 400 gram per minggu
untuk jantan dan untuk betina 300 gram per minggu (Rasyaf, 2011).
Ayam broiler adalah ayam tipe pedaging yang telah dikembangbiakan
secara khusus untuk pemasaran secara dini.Ayam broiler merupakan jenis ayam
jantan atau betina yang berumur 6 sampai 8 minggu yang dipelihara secara
intensif untuk mendapatkan produksi daging yang optimal. Ayam broiler
dipasarkan pada umur 6 sampai 7 minggu untuk memenuhi kebutuhan konsumen
akan permintaan daging. Ayam broiler terutama unggas yang pertumbuhannya
cepat pada fase hidup awal, setelah itu pertumbuhan menurun dan akhirnya
berhenti akibat pertumbuhan jaringan yang membentuk tubuh. Ayam broiler
mempunyai kelebihan dalam pertumbuhan dibandingkan dengan jenis ayam
piaraan dalam klasifikasinya, karena ayam broiler mempunyai kecepatan yang
sangat tinggi dalam pertumbuhannya. Hanya dalam tujuh atau delapan minggu
saja, ayam tersebut sudah dapat dikonsumsi dan dipasarkan padahal ayam jenis
lainnya masih sangat kecil, bahkan apabila ayam broiler dikelola secara intensif
sudah dapat diproduksi hasilnya pada umur enam minggu dengan berat badan
mencapai 2 kilogram per ekor (Tamalluddin, 2012).
6
Menurut Abidin (2002), faktor yang mempengaruhi pertambahan berat
badan adalah konsumsi ransum. Secara umum penambahan berat badan akan
dipengaruhi oleh jumlah konsumsi ransum yang dimakan dan kandungan nutrisi
yang terdapat dalam ransum tersebut. Standar bobot ayam pedaging atau broiler
berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Standar Bobot Badan Ayam Pedaging atau Broiler Berdasarkan Jenis
Kelamin
Umur (Minggu) Bobot Ayam (Gram)
Jantan Betina
1 152 144
2 376 344
3 686 617
4 1085 965
5 1576 1344
6 2088 1741 Sumber : NRC (1994) dalam Sugiarto (2018)
Untuk mendapatkan bobot badan yang sesuai dengan yang dikehendaki
pada waktu yang tepat, maka perlu diperhatikan pakan yang tepat. Kandungan
energi pakan yang tepat dengan kebutuhan ayam dapat mempengaruhi konsumsi
pakannya, dan ayam jantan memerlukan energi yang lebih banyak daripada
betina, sehingga ayam jantan mengkonsumsi pakan lebih banyak. Hal-hal yang
terus diperhatikan dalam pemeliharaan ayam broiler antara lain perkandangan,
pemilihan bibit, manajemen pakan, sanitasi dan kesehatan, recording dan
pemasaran. Banyak kendala yang akan muncul apabila kebutuhan ayam tidak
terpenuhi, antara lain penyakit yang dapat menimbulkan kematian, dan bila ayam
dipanen lebih dari 8 minggu akan menimbulkan kerugian karena pemberian pakan
sudah tidak efisien dibandingkan kenaikkan/penambahan berat badan, sehingga
akan menambah biaya produksi (Pramu, 2010).
7
Menurut Santosa (2013) bahwa ayam pedaging komersil pada umumnya
dipelihara secara intensif dengan sistem pemeliharaan ayam selalu dikandangkan
dari mulai ayam datang sampai ayam siap dipanen. Sebagian besar kandang ayam
broiler dibuat dengan model rumah gudang, yaitu kotak persegi empat dengan
atap dua sisi menyamping, dan lantai yang rendah terutama karena
mempergunakan sistem alas litter. Namun, beberapa kandang ayam pedaging atau
broiler model terbaru dibuat dengan konsep seperti rumah panggung, dengan
menerapkan sistem lantai renggang atau alas berlubang, dengan jarak terendah
lantai dari tanah sekitar 100 – 170 cm. Pengguna model panggung ini, maka
kotoran ayam dan sisa pakan maupun air minum yang tumpah akan langsung
turun ke bawah lantai sehingga tidak terlalu mengotori lantai dan mudah untuk
dikumpulkan atau dibersihkan. Ada dua fungsi kandang bagi ternak yaitu sebagai
fungsi primer dan fungsi sekunder yaitu:
a. Fungsi Primer
Secara makro, kandang untuk tempat tinggal dan berlindung dari cuaca,
dan gangguan predator. Secara mikro, kandang berfungsi menyediakan
lingkungan yang nyaman agar ternak terhindar dari cekaman (stress).
b. Fungsi sekunder
Kandang berfungsi tempat bekerja bagi peternak untuk melakukan
kegiatan harian dalam melakukan pemeliharaan ternak.
Adapun syarat-syarat kandang yang baik agar Social Walfare ayam terjaga
adalah (Santosa, 2013):
8
a) Dinding kandang dapat terbuat dari papan, bilah bambu, ram kawat.
Dinding kandang tidak boleh terlalu rapat, hal ini dimaksudkan untuk
keleluasaan sirkulasi udara kandang, dan tidak boleh terlalu jarang
sehingga predator tidak dapat masuk kedalam kandang.
b) Arah kandang sebaiknya membujur timur – barat. Hal ini dimaksudkan
agar ayam tidak terlalu kepanasan, tetapi pagi hari masih dapat
memperoleh sinar mata hari.
c) Tinggi tiang tengah keatap minimal 6–7 meter dan tiang tepi minimal 2,5–3
meter, hal ini berhubungan dengan sirkulasi udara dalam kandang, lebar
kandang maksimal 6–8 m.
d) Atap kandang dirancang sesuai dengan fungsinya yaitu melindungi
bangunan beserta isinya dari hujan, panas matahari atau angin.
e) Lantai kandang sebaiknya dibuat menggunakan semen kasar sehingga
mudah dibersihkan dan akan mengurangi dari bahaya penyakit Coccidiosis.
Secara konstruksi, kandang sistem tertutup dibedakan atas dua sistem
yakni pertama sistem Tunnel dan Evaporative Cooling Sistem (ECS). Pada sistem
Tunnel lebih mengandalkan aliran angin untuk mengeluarkan gas sisa, panas, uap
air dan menyediakan oksigen untuk kebutuhan ayam. Sistem tunnel ini lebih
cocok untuk area dengan temperatur maksimal tidak lebih dari 30C. Sedangkan
pada sistem Evaporative Cooling Sistem (ECS), memberikan benefit pada
peternak seperti mengandalkan aliran angin dan proses evaporasi dengan bantuan
angin. Sistem kandang tertutup ini hanya cocok untuk daerah panas dengan suhu
udara diatas 35C. Sumber panas berasal dari ayam itu sendiri, sinar matahari
9
yang ditransfer secara radiasi, panas dari brooder pada masa brooding dan panas
dari proses fermentasi dalam sekam. Sementara itu sumber uap air dapat berasal
dari kelembaban lingkungan, proses evaporasi, sisa air yang dikeluarkan bersama
dengan feses, dan air minum yang tumpah (Dahlan dan Hud, 2011).
2.1.1. Produktifitas Ayam Pedaging
Produktifitas ayam pedaging selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga
dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Salah satu faktor lingkungan yang penting
dan harus diperhatikan adalah perkandangan terutama menentukan tingkat
kepadatan kandang. Penyediaan ruang kandang yang nyaman dengan tingkat
kepadatan yang sesuai berdampak pada performa produksi yang akan dicapai.
Kepadatan yang tinggi memiliki efek negatif yaitu stres sebagai akibat suhu dan
kelembaban yang tinggi, serta sirkulasi udara yang buruk, dan timbul sifat
kanibalisme. Suhu lingkungan yang tinggi selama pemeliharaan menyebabkan
konsumsi pakan rendah sehingga bobot badan akhir optimal tidak tercapai (Salam,
2013).
Dalam pemeliharaan broiler banyak faktor lingkungan yang memengaruhi
salah satunya kandang. Kandang merupakan tempat ayam tinggal dan beraktivitas
sehingga kandang yang nyaman sangat berpengaruh terhadap pencapaian
produktivitas yang baik. Ayam merupakan ternak yang bersifat homeotermis,
artinya ayam akan selalu berusaha menjaga suhu tubuhnya tetap konstan, tidak
mengikuti suhu lingkungan. Cara yang dipakai oleh ayam untuk mengurangi
panas tubuh yaitu dengan radiasi, konduksi, konveksi dan evaporasi (Murtidjo
dalam Zulfanita, 2011).
10
Penampilan ayam pedaging yang bagus dapat dicapai dengan sistem
peternakan intensif modern yang bercirikan pemakaian bibit unggul, pakan
berkualitas, serta perkandangan yang memperhatikan aspek kenyamanan dan
kesehatan ternak (Nuriyasa, 2013).
2.2. Sistem Perkandangan
Kandang merupakan bangunan yang digunakan sebagai tempat tinggal
ternak. Keberhasilan usaha peternakan unggas tergantung tiga faktor penting yaitu
bibit (20%), manajemen kandang, ransum dan lain-lain (50%), dan lingkungan
(30%), untuk memperoleh keuntungan yang layak, diperlukan upaya untuk
menekan ongkos produksi yang optimal. Beberapa cara yang ditempuh secara
tidak langsung dalam rangka menekan ongkos produksi antara lain: ransum,
culling, tenaga kerja, obat-obatan, vaksin dan feed supplement serta alat-alat
perkandangan (Pramu, 2010).
Suprijatna, dkk., (2015) menjelaskan secara umum tipe kandang yang
digunakan pada pemeliharaan ayam pedaging di Indonesia ada dua macam, yaitu
kandang terbuka dan kandang tertutup. Kondisi kandang terbuka kurang
memenuhi aspek lingkungan akibat polusi udara pada lingkungan disekitar
peternakan dan tidak dapat menimalisir penyakit pada ayam. Banyaknya ransum
yang dikonsumsi ayam akan berbeda, hal ini dapat dipengaruhi banyak faktor,
salah satunya kondisi lingkungan terutama temperatur didalam kandang semakin
rendah temperatur didalam kandang akan banyak ayam mengonsumsi ransum
yang disediakan untuk mempertahankan suhu tubuh agar relatif konstan (Fadilah,
2017). Temperatur ideal untuk ayam pedaging setelah periode pemeliharaan
11
brooding adalah 23 – 26ºC. Sistem kandang tertutup banyak memiliki kelebihan
seperti situasi suhu dan kelembaban kandang lebih diperkecil. Sistem kandang
tertutup, kondisi udara tidak dapat masuk kecuali masuk dari inlet dan keluar dari
outlet yang sudah dibuat dalam suatu sistem ventilasi. Kandang tertutup
mempunyai 3 komponen yaitu: sistem ventilasi, sistem evaporasi dan sistem tirai.
Sistem ventilasi digunakan sebagai outlet udara dengan komponen utama kipas
angin, sistem evaporasi sebagai inlet udara dengan komponen udara colling net,
sistem tirai digunakan sebagai penutup seluruh sisi kandang (Dahlan, 2011).
Kandang yang baik harus memiliki sirkulasi udara yang relatif lancar, mudah
dilakukan sanitasi kandang dan isi kandang sesuai dengan kapasitas ayam.
Berdasarkan sistemnya kandang terdiri dari kandang koloni dan kandang
individual. Sistem kandang koloni dimana satu kandang untuk banyak individu
tanpa ada pengaruh didalamnya. Sistem kandng individual dikenal dengan “cage”
ada pengaruh individu didalamnya menjadi dominan. Pada peternakan modern,
kandang dibangun dengan system praktis tidak menggunakan tempat terlalu luas
tetapi dapat berdaya guna semaksimal mungkin. Kandang dibuat sesuai dengan
selera masing-masing dengan memperhatikan tempat dan lokasi yang tersedia
(Fadilah, 2007).
2.2.1. Manajemen Perkandangan
Keberhasilan usaha peternakan unggas tergantung tiga faktor penting yaitu
bibit (20%), manajemen kandang, ransum dan lain-lain (50%), dan lingkungan
(30%), untuk memperoleh keuntungan yang layak, diperlukan upaya untuk
menekan ongkos produksi yang optimal. Beberapa cara yang ditempuh secara
12
tidak langsung dalam rangka menekan ongkos produksi antara lain: ransum,
culling, tenaga kerja, obat-obatan, vaksin dan feed supplement serta alat-alat
perkandangan (Pramu, 2011).
Tipe kandang sistem dua lantai merupakan manajemen yang paling efisien
karena dengan kandang dengan sistem ini dapat meminimalisir keterbatasan area
lahan, mengingat area lahan yang semakin hari semakin berkurang juga
disebabkan oleh bertambahnya jumlah peternak untuk saat ini.
2.2.2. Tata Letak Pengaturan Kandang
Sebelum mendirikan perusahaan peternakan ayam pedaging perlu
diperhatikan masalah pemilihan lokasi dan masalah perizinannya. Lokasi untuk
peternakan ayam pedaging dipilih yang memenuhi syarat, antara lain:
a. Terisolasi dari pemukiman penduduk dan peternakan unggas lainnya.
Kemudahan transportasi juga harus tetap diperhatikan, terutama menyangkut
penyediaan makanan dan penyaluran hasil peternakan.
b. Jarak dari usaha peternakan unggas lainnya sekurang-kurangnya 1 km.
c. Faktor lain yang harus dipertimbangkan untuk pemilihan lokasi adalah harga
tanah, dan ketersediaan sumber air yang menyangkut faktor jumlah dan
kualitas air (Sudaryani, 2014).
Tata letak dan desain kandang harus dapat menyeimbangkan temperatur
dengan tersedianya udara segar didalam kandang. Adanya lingkungan dengan
temperatur didalam kandang harus diimbangi dengan masuknya udara didalam
kandang, mengubah udara kotor menjadi segar, serta keluarnya bau kotoran
13
dengan amoniak. Oleh karena itu sistem dan manajemen lantai kandang harus
baik (Banong, 2012).
Menurut Malik (2011), lokasi kandang hendaknya dipilih tanah yang
paling tinggi dari komplek yang tersedia, dan dilengkapi dengan sistem drainase
yang baik, dengan demikian keadaan disekitar kandang. Untuk mencegah polusi
di lingkungan, maka jarak antara kandang dengan pemukiman penduduk minimal
250 m, disamping itu sekitar peternakan ditanami pohon pelindung, seperti akasia
dan albasian yang berfungsi sebagai sabuk hijauan untuk mengurangi polusi
udara. Untuk mencegah keluar masuknya ternak lain maka seputar peternakan
harus diberi pagar yang rapat dan tinggi. Tinggi pagar sebaiknya ±1,75 meter dan
jarak pagar dengan kandang minimal 5 meter (Fadilah, 2017).
2.2.3. Kapasitas Kandang
Menurut pernyataan Irawan (2011) bahwa ukuran kandang masa starter
sesuai dengan jumlah ayam yang diperoleh, sehingga pedoman untuk anak ayam
umur 1 sampai dengan 8 minggu kepadatan populasinya 15 sampai dengan 20
ekor/ 𝑚2 , untukanak ayam umur 8 sampai dengan 22 minggu kepadatan
populasinya 10 sampai dengan 15 ekor/𝑚2 dan di atas umur 22 minggu kepadatan
dikurangi lagi yaitu menjadi 5 sampai 6 ekor/𝑚2.
Kapasitas kandang berkaitan dengan kepadatan kandang, dan kondisi ini
juga berhubungan dengan iklim mikro kandang. Populasi yang terlalu padat
menyebabkan ayam akan stress sehingga menurunkan produksi, selain itu juga
akan berpengaruh pada efisien penggunaan pakan. Sedangkan populasi yang
terlalu kecil akan menyebabkan kandang kurang efisien dan akan berpengaruh
14
pada pertumbuhan bobot badannya yang kurang optimal karena ayam banyak
bergerak. Menurut Malik (2011) bahwa kapasitas kandang ayam pedaging sesuai
dengan tingkat umur ayam pedaging yaitu:
a. Umur 1 hari – 1 minggu = 40 – 50 ekor DOC/m2.
b. Umur >7 hari – 2 minggu = 20 – 25 ekor ayam/m2.
c. Umur >2 minggu 8 – 12 ekor ayam/m2.
2.2.4. Jenis-jenis Kandang Ayam Pedaging
Pada umunya ada dua jenis perkandangan ayam pedaging yaitu sistem
kandang panggung dan tertutup.
1. Kandang Panggung
Kandang panggung yang digunakan yaitu kandang dengan sistem 2
lantai. Masa brooding (selama 15 hari) dilakukan pada lantai satu dan lantai
dua, dan masa pembesaran (selama 20 hari) dilakukan pada lantai yang sama
yaitu lantai satu dan lantai dua. Modifikasi kandang 2 lantai yang dilakukan
peternak bertujuan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan lahan yang
terbatas. Pemeliharaan pada lantai 1 dan 2 tersebut mengakibatkan adanya
perbedaan suhu udara, kelembaban dan sirkulasi udara sehingga dapat
mempengaruhi penampilan produksi ayam pedaging. Memperhatikan adanya
pembagian populasi pada lantai 1 dan 2, maka informasi mengenai kelebihan
dan kekurangan dari masing-masing lantai tersebut sangat diperlukan. Hal ini
disebabkan karena pada masing-masing lantai dapat mempengaruhi
kenyamanan ternak ayam pedaging yang dipelihara. Penampilan ayam
pedaging yang bagus dapat dicapai dengan sistem peternakan intensif modern
15
yang bercirikan pemakaian bibit unggul, pakan berkualitas, serta perkandangan
yang memperlihatkan aspek kenyamanan dan kesehatan ternak (Nuriyasa,
2013).
Unsur mikro dalam kandang tergantung pada kondisi alam disekitar
lingkungan kandang. Kandang yang digunakan di Indonesia khususnya di
peternakan ayam skala kecil adalah sistem kandang terbuka atau kandang
postal. Dalam sistem kandang tebuka ada dua tipe kandang yang digunakan
yaitu kandang postal biasa dan kandang panggung. Pada kandang postal, lantai
kandang dapat berupa tanah atau tembok yang dilapisi 2 dengan litter, baik
sekam, atau bahan lain yang biasadigunakan. Pada kandang panggung lantai
kandang dapat berupa slatt yang tebuat dari bilah bamba atau kayu sehingga
lantai kandang terdapat celah yang memungkinkan dilakukannya pembangunan
litter (Tammaludin, 2012).
Kelebihan tipe kandang ini adalah biaya operasional yang cukup murah
untuk membangun kandang tebuka, dan untuk memaksimalkan fungsi ventilasi
karena intensitas angin relatif tinggi dan juga untuk mamaksimalkan cahaya
matahari yang juga memaksimalkan intensitas yang tinggi. Kelemahan
kandang ini sangatdipengaruhi oleh kondisi lingkungan dari luar seperti panas,
kelembaban udara dan angin, terutama di Indonesia dengan iklim tropis yang
terkadang perubahan cuacanya sangat ekstrim. Daerah dataran rendah suhu
sangat tinggi dan angin cukup kencang. Sementara itu di dataran tinggi suhu
sangat dingin disertai dengan kelembaban tinggi (Tammaludin, 2012).
16
2. Kandang Slat
Kandang slat memiliki jarak antara lantai kandang dengan tanah
berkisar 2 m. Jenis kandang ini bisa disebut kandang panggung. Lantai dari
kandang ini biasanya menggunakan bila bambu yang disusun sejajar dengan
jarak kurang lebih 2 cm. Namun saat ini sudah ada slat yang terbuat dari plastik
dengan ukuran standar 100 x 50 cm dengan harga yang terjangkau sekitar 100
ribuan (Tammaludin, 2012).
Keuntungan menggunakan kandang jenis ini adalah jumlah ayam yang
dipelihara lebih banyak per meter persegi, ayam lebih bersih dan tidak banyak
menghirup gas amoniak karena ayam tidak bersentuhan langsung dengan
kotoran serta gas amoniak yang timbul dengan mudah dikontrol. Sementara
kelemahannya adalah biaya untuk membangung kandang lebih besar, karena
kandang harus dibuat kokoh untuk menopang pekerja yang memberikan
maka/minum dan sebagainya. Lantai harus sering dikontrol untuk melakukan
perbaikan jika ada yang lapuk/rusak (slat plastik lebih tahan) (Tammaludin,
2012).
3. Kandang Tertutup (Closed House)
Pemeliharaan ayam pedaging pada umumnya menggunakan kandang
alas litter, termasuk pada kandang tipe closed house. Iklim mikro dalam
kandang dapat diatur sesuai kebutuhan. Selain itu kelebihan dari kandang tipe
ini adalah kapasitas atau populasi jauh lebih banyak, ayam lebih terjaga dari
gangguan luar, baik fisik, cuaca, maupun serangan penyakit, terhindar dari
polusi, keseragaman ayam lebih bagus, dan pakan lebih efisien. Kandang tipe
17
ini juga memberikan kemudahan karena kondisi angina akan lebih terkontrol
dibandingkan dengan kandang tipe terbuka. Sedangkan kelemahan dari
kandang closed house adalah membutuhkan investasi dan beban operasional
yang cukup tinggi untuk membangunnya. Selain itu kandang tipe ini harus
disertai dengan infrastruktur dan penguasaan teknologi yang baik
(Tammaludin, 2012).
2.2.5. Syarat dan Perlengkapan Kandang
Kandang adalah bangunan yang digunakan oleh unggas sebagai tempat
tinggal sejak awal pertumbuhan sampai masa akhir produksi. Oleh karena itu,
kandang yang disediakan harus bias menjamin kenyamanan dan kesehatan bagi
penghuninya, sehingga unggas mampu bereproduksi secara maksimal (Irawan,
2011). Ditinjau dari fungsinya, kandang mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Pelindung dari kondisi suhu yang tidak sesuai seperti dari sinar matahari secara
langsung, hujan dan kemungkinan angin yang terlalu kencang.
2. Perlindungan dari hewan liar seperti ular, kucing, tikus ataupun musang.
3. Tempat unggas melakukan kegiatan rutin seperti makan, minum, dan
beristirahat.
4. Tempat unggas tumbuh, bereproduksi dan berkembang.
5. Tempat tenaga kerja (mess) melakukan perawatan atau penanganan unggas
(Malik, 2011).
Syarat kandang yang harus dipenuhi untuk bangunan yang baik terutama
mengenai lokasi kandang, letak antara kandang, ruang yang cukup penyinaran
18
dalam kandang merata, penggunaan bahan bangunan yang tahan lama, murah dan
memenuhi syarat, bentuk dan sistem atap yng tidak merugikan, lebar kandang
cukup dan peralatan kandang yang memadai (Santosa, 2011).
1. Atap Kandang
Kondisi atap sangat berpengaruh terhadap sirkulasi udara dan
temperatur dalam kandang. Faktor yang paling menentukan dalam pembuatan
kandang konstruksi atap adalah fase pemeliharaan, skala usaha, serta iklim.
Pada kandang fase starter dibutuhkan udara hangat, sedangkan pada skala
usaha yang besar dengan populasi ribuan ekor membutuhkan sirkulasi yang
cepat. Kandang fase starter cocok menggunakan bentuk atap “A”, sedangkan
kandang yang membutuhkan sirkulasi udara yang cocok menggunakan
kandang “monitor” (Banong, 2012).
Atap kandang yang baik tidak terbuat dari seng atau bahan yang dapat
menimbulkan panas dalam ruangan, lebih praktis apabila atap terbuat dari
genteng dan dianjurkan pembuatan kandang tidak terlalu pendek karena dapat
menyebabkan panas dalam ruangan kandang tersebut (Rasyaf, 2011).
Atap kandang diperlukan diperlukan untuk melindungi ternak ayam dari
panas matahari secara lansung dan hujan. Berdasarkan konstruksi, atap
dibedakan menjadi atap biasa dan atap monitoring (atap yang bagian atasnya
dibentuk sehingga dapat berfungsi sebagai ventilasi). Atap monitoring
diperlukan apabila kandang yang cukup luas. Pada kondisi kandang yang
sempit, sebaiknya cukup digunakan atap biasa (Fadilah, 2017).
19
2. Dinding Kandang
Berdasarkan fungsinya, kandang dapat dibedakan atas dinding terbuka
dan tertutup. Dinding terbuka menggunakan bilah-bilah bambu, kayu, atau
anyaman kawat dengan diameter lubang ± 2,2 cm. Dinding terbuka berfungsi
sebagai ventilasi udara (Malik, 2011).
Sedangkan dinding tertutup pada umumnya menggunakan Foam (bahan
stryfoam untuk menggunakan dinding kedap temperatur), atau bahan yang
rapat lainnya. Jenis dinding ini lebih umum digunakan di negara-negara yang
mempunyai periode musim dingin (Prayitno, 2011).
Sudaryani dan Santosa (2004), yang mengatakan bahwa dinding
kandang terbuka dengan menggunakan anyaman kawat, kayu, atau bamboo
dengan diameter anyaman ±2,2 cm berfungsi sebagai ventilasi. Kandang sistem
terbuka dilengkapi dengan terpal yang terpasang semi permanen dan dapat
diatur besar kecilnya ventilasi sesuai dengan keadaan lingkungan kandang.
Terbuka dan tertutupnya tirai serta besar kecilnya sirkulasi udara yang masuk
disesuaikan dengan umur ayam.
3. Lantai Kandang
Pada daerah tropis bentuk kandang lebih ekonomis menggunakan
kandang terbuka. Lantai dapat seluruhnya dari beton yang licin atau bentuk
slat. Keuntungan lantai kandang bentuk slat menurut (Santosa, 2013), adalah
mengirit ruangan, tidak lembab, sanitasi lebih baik, tenaga lebih efisien.
Kerugian lantai kandang bentuk slat adalah lebih mahal dibandingkan dengan
20
lantai biasa, penggunaan kandang kurang fleksibel, kalua ada pakan keluar dari
tempat pakan akan jatuh ke bawah slat dan kondisi lingkungan lebih kritis.
Lantai kombinasi terdiri dari 1/3 bagian litter dan 2/3 bagian slat biasa.
Slat biasa digunakan pada peternakan pembibitan ayam pedaging maupun
ayam peterlur. Lantai litter dapat diletakkan pada kedua sisi kandang dan slat
ditengah kandang atau bias sebaliknya, lantai litter ditengah dan slat kedua sisi
kandang, kandang sistem lantai, secara umum menjadi pilihan pertama para
peternak, karena secara ekonomis lebih mudah dan murah. Jenis lantai
umumnya yang dipakai ada dua jenis, yaitu lantai beralas litter dan lantai
sistem panggung. Bahan-bahan litter bisa berupa sekam padi, pasir, kapur yang
sudah dimatikan, kerikil (batu kecil), dan serbuk gergaji kayu (Santosa, 2011).
4. Ventilasi
Ventilasi artinya mengubah udara kotor menjadi segar, ventilasi yang
baik menghasilkan konversi ransum yang bau dan produksi yang optimal. Tiga
cara untuk memperoleh ventilasi yang baik yaitu udara segar mengalir ke
kandang ayam, isolasi untuk menjamin suhu kandang yang baik pemindahan
udara lembab dari kandang dengan kipas angina. Sistem isolasi yang baik
mencakup dua bagian, menggunakan saty atau lebih fan untuk mengalirkan
udara kotor dari kandang dan menggunakan monitor yang cukup (Abidin,
2013).
Diperlukan ventilasi yang baik agar sirkulasi oksigen dalam kandang
benar-benar terjamin. Selain ketersediaan oksigen terjamin, juga dapat
mencegah timbulnya amoniak didalam kandang akibat reaksi litter yang basah.
21
Tingginya kadar amoniak dapat menimbulkan bau yang sangat merangsang
dana ayam umur 1 hari sampai 2 minggu matanya menjadi bengkak (Iswanto,
2016).
Udara merupakan hal sangat penting bagi pertumbuhan ayam karena
dengan kadar oksigen yang cukup maka sirkulasi peredaran darah dan
pengangkutan zat-zat yang berlangsung didalam tubuh akan berjlan lancar.
Berkaitan dengan itu perlu usaha menciptakan ventilasi yang baik dengan lebar
kandang, panjang kandang tergantung jumlah unggas yang akan dipelihara dan
sesuai dengan keadaan permukaan tanah yang ada. Fentilasi yang baik yaitu
mempertimbangkan adanya udara segar didalam kandang mudah tercipta dan
kebutuhan oksigen mudah terpenuhi. Semua itu harus terpikirkan sejak
merencanakan bangunan kandang (Aziz, 2017).
Menurut Rasyaf (2011), tiga fungsi utama ventilasi yaitu udara segar
dapat berhembus masuk ke dalam kandang, udara kotor dan lembab dapat
keluar dari kandang, sebagai penyekat dan dapat menjaga kehangatan udara
dalam kandang. Berbagai macam cara menciptakan ventilasi sesuai dengan
ukuran dan kapasitas peternakan tersebut. Peternakan kecil biasanya
menggunakan ventilasi alami dengan mengandalkan aliran udara yang
berhembus. Peternakan besar menggunakan fan karena dengan udara alami tidk
memadai, selain itu ada yang menggunakan atap monitoring, lebih efisien
karena bila dengan kipas angina harus memikirkan kerusakan dan listrik mati
(Irawan, 2011).
22
Ventilasi adalah jalur keluar masuknya udara sehingga udara segar dari
luar dapat menggantikan udara yang kotor didalam kandang. Pertukaran udara
yang berlangsung terus menerus menjaga kesegaran udara serta dapat
mengalirkan oksigen yang dibutuhkan kedalam kandang yang emngeluarkan
karbondioksida keluar kandang (Prayitno, 2011). Ventilasi kandang juga
berfungsi untuk menjaga suhu dan kelembaban didalam kandang. Suhu dan
kelembaban yang baik didalam kandang akan mengurangi terjadinya penyakit
pernafasan pada ayam (Sudaryani, 2014).
Jenis peralatan kandang yang digunakan selama proses produksi ayam
pedaging adalah :
a. Tempat Pakan
Tempat pakan yang digunakan selama proses pemeliharaan mulai dari 1
hari sampai panen terdiri dari chick feeder tray digunakan umur 1 hari sampai
satu atau dua minggu dengan kapasitas 100 DOC/buah. Setelah ayam berumur
dua minggu maka tempat pakan untuk anak ayam diganti seluruhnya dengan
tempat pakan ayam ayam dewasa. Pada umumnya menggunakan round feeder
(tempat pakan bundar) dengan kapasitas yang berbeda-beda. Tempat pakan
kapasitas 3-5 kg dengan diameter 40 cm digunakan untuk 20 ekor ayam
pedaging. Sedangkan tempat pakan kapasitas 7 kg digunakan untuk 15 ekor
ayam pedaging. Kapasitas tempat pakan berhubungan dengan eating space
seekor ayam. Bentuk tempat pakan ada 2 tipe yaitu bundar dan panjang
(Rasyaf, 2011).
23
b. Tempat Air Minum
Tempat air minum yang digunakan selama proses pemeliharaan mulai
umur 1 hari sampai satu atau 2 minggu adalah chick found dengan kapasitas 75
DOC/buah. Selanjutnya untuk ayam yang sudah berumur lebih dari 2 minggu
menggunakan tempat air bundar (round drinker) baik yang manual atau secara
otomatis. Untuk tempat air minum manual, dengan kapasitas bervariasi: 600
ml, 1 liter, 1 galon dan 2 galon, kapasitas 2 galon untuk 100 ekor ayam
pedaging, sedangkan tempat air minum otomatis yang circumference 110 cm
untuk kapasitas 50-75 ekor/buah. Kapasitas tempat air minum berhubungan
dengan drinking space. Ada dua bentuk tempat air minum yaitu berbentuk
bundar dan panjang, dengan standar drinking space yang sama yaitu tempat
minum manual memanjang standar 1 cm/ekor, sedangkan tempat minum
manual bundar standar 1 cm/ekor.
c. Alat Pemanas/Heater
Indonesia beriklim tropis dengan suhu rataan 27C. Daerah tropis
umumnya mempunyai kondisi lingkungan suhu yang udaranya panas dan
kelembaban yang tinggi, dengan keragaman suhu udara yang sangat rendah,
kecuali didaerah ekuator keragaman suhu cukup tinggi dan kering. Tingginya
kelembaban udara menyebabkan terhambatnya mekanisme pelepasan/
pembuangan panas tubuh atau penurunan beban panas yang dapat menimbulkan
heat stress. Heat stress inilah yang menyebabkan penurunan produktivitas ternak
(Malik, 2011).
24
Sumber energi panas dapat diperoleh dari listrik, gas, minyak tanah, batu
bara, serbuk/gergaji kayu yang halus atau menggunakan kayu bakar. Pilihlah
sumber energi yang mudah didapat, dan murah biaya energinya, agar tidak terjadi
biaya tinggi, dan gunakan sesuai kebutuhan suhu kandang (Malik, 2011).
d. Dinding Kandang
Dinding kandang bisa dibuat sistem semi terbuka agar pertukaran udara
dalam kandang bisa berjalan dengan baik sehingga bau kotoran atau pakan bisa
keluar atau berganti dengan udara segar. Bahan yang digunakan untuk dinding
kandang pada bagian bawah adalah dinding gedhek, sedangkan bagian atasnya
dibuat dari potongan bambu yang dibelah atau dihaluskan, atau dengan
menggunakan kawat ram. Bila menggunakan bilah bambu, jarak antara bilah
satu dengan yang lain kira-kira selebar dua jari orang dewasa atau 5 – 6 cm,
yang dipasang dalam posisi tegak berdiri. Dinding juga dilengkapi dengan tirai
dari plastik atau kain, tujuannya agar bila sewaktu-waktu ada angin kencang
atau hujan, tirai tersebut bisa bermanfaat sebagai pelindung. Tirai ini diatur
sesuai kebutuhan yaitu umur anak ayam, dan bahan yang digunakan secara
umum plastik. Tirai ini berfungsi untuk menahan udara, atau angin kencang
masuk kedalam kandang, disamping itu untuk insulator agar suhu kandang
dapat terjaga kestabilannya (Irawan, 2011)..
Ayam pedaging membutuhkan sumber panas untuk menjaga suhu tubuh
agar lebih stabil. Pemanas pada 7 hari pertama sangat penting dilakukan saat
memelihara ayam pedaging. Suhu yang rendah akan membuat pertumbuhan
25
terhambat. Suhu yang tinggi akan membuat ayam pedaging mudah dehidrasi
dan menyebabkan kematian atau pertumbuhan terhambat (Irawan, 2011).
e. Atap Kandang
Atap kandang sebaiknya menggunakan bahan-bahan yang tidak
menhantarkan panas seperti genting, rumbia, ataupun anyaman daun kelapa.
Paling disarankan adalah memakai atap dari genting karena tidak mudah bocor,
tahan lama, daya refleksi terhadap panas matahari cukup bagus, dan tidak
menjadi sarang tikus sebagaimana bila menggunakan atap dari daun kelapa.
Namun, bila menggunakan atap dari bahan yang bisa menghantarkan panas
seperti seng, maka dibawahnya dilapisi dengan bahan-bahan yang bisa
menyerap panas seperti bambu atau kayu (Prayitno, 2011).
Atap ditata dengan kemiringan tertentu agar suhu kandang tidak
terlalu panas. Selain itu, bentuk atap bisa dibuat ganda dengan lubang angin
yang disebut dengan sistem monitor dengan tujuan agar pertukaran udara
didalam kandang lebih terjaga. Namun, bisa juga dengan memakai sistem atap
tunggal dengan lubang udara yang disebut sistem semimonitor (Prayitno,
2011).
f. Ventilasi Kandang
Ventilasi dan temperatur kandang harus diatur sedemikian rupa agar
pertukaran udara bagus dan ayam tidak merasa gerah atau sumpek didalam
kandang. Lubang-lubang ventilasi dibuat pada semua sisi dinding kandang,
bisa dengan mempergunakan bilah-bilah bambu atau dengan menggunakan
kawat ram. Untuk mendukung pertukaran udara agar lebih bagus, didalam
26
kandang dipasang beberapa kipas angin yang berfungsi untuk menyedot udara
kotor dari kandang dan untuk menghembuskan angin segar ke dalam kandang.
Ventilasi dan temperatur kandang dengan suhu dan kelembapan dapat
diatur secara otomatis ayam tidak akan mengalami Heat Stress (cekaman
panas). Banyak para peternak ayam pedaging di Indonesia masih menggunakan
cara manual dalam menjaga suhu optimal kandang dan memberi minum ayam.
Cara manual seperti ini menjadikan pemberian minum dan penjagaan suhu
kandang ayam kurang efektif dan efisien (Alimuddin, 2012).
g. Lantai Kandang
Menurut Muharlien dan Rachmawati (2011), ada 3 sistem lantai
kandang pada kandang ayam broiler yaitu :
1) Sistem lantai rapat (litter)
Sistem ini menggunakan lantai tanah yang sudah dipadatkan atau
semen plester, lalu di atasnya ditaburi dengan bahan litter (alas lantai).
Untuk lantai dari tanah yang dikeraskan, biasanya tanah dicampur dengan
pasir dan kapur agar lebih bisa menyerap air dan menetralisir amonia.
Sedangkan bahan litter yang digunakan umumnya adalah sekam padi.
Selain sekam padi, juga bisa digunakan serbuk gergaji, serutan kayu yang
halus, potongan kulit kacang, ataupun tongkol jagung. Pada prinsipnya,
bahan alas litter yang akan digunakan adalah tidak menimbulkan debu,
mudah menghisap air, mudah didapatkan, dan sebaik mungkin harganya
tidak mahal.
27
Semakin tebal lapisan atau alas litter, maka suhu ruangan kandang
akan semakin hangat. Namun, lapisan litter yang terlalu tebal akan
menambah beban kerja karyawan bilamana akan mengganti bahan litter
tersebut dengan yang masih segar. Keuntungan utama dari penggunaan alas
litter ini adalah ayam lebih merasa nyaman karena terhindar dari lepuh
pada bagian dada atau bagian lainnya lantaran bergesekan dengan lantai.
Namun, kelemahan dari penggunaan alas litter ini mudah dan cepat basah
sehingga bisa menimbulkan bau yang tidak sedap atau tengik. Selain itu,
alas litter yang basah juga bisa mengundang berbagai bibit penyakit seperti
CRD (penyakit saluran pernapasan) dan snot. Untuk itulah, peternak harus
rajin mengganti bahan litter dengan yang masih segar bilamana sudah
terlihat basah ataupun lembab.
2) Sistem lantai tenggang/alas berlubang
Sistem lantai renggang banyak dipakai pada kandang baterai atau
kandang cage (berbentuk sangkar). Lantai yang digunakan bisa terbuat dari
kayu, bilah bambu atau dari kawat ram. Ukuran kerenggangan lantai sangat
bergantung pada umur dan ukuran ayam yang dimasukkan. Lubang yang
dihasilkan dari kerenggangan lantai harus diukur agar kaki ayam bisa
langsung terjatuh ke lantai penampungan kotoran.
Keuntungan dari lantai renggang ini adalah keadaan lantai selalu
bersih lantaran kotoran ayam akan langsung jatuh ke tempat penampungan
kotoran yang berada dibawah lantai. Selain itu, pertukaran udara akan
semakin bagus karena lantai juga berfungsi sebagai lubang ventilasi.
28
3) Sistem alas campuran
Sistem alas campuran merupakan perpaduan antara lantai alas litter
dan alas berlubang. Bagian yang alasnya berlubang adalah untuk lokasi
tempat mengotori alas litter. Sedangkan bagian yang memakai alas litter
digunakan untuk tempat ayam berkumpul atau istirahat.
h. Tinggi kandang
Tinggi kandang menyesuaikan dengan besar dan luasnya kandang.
Namun sebagai perbandingan, untuk iklim tropis seperti di Indonesia, kandang
ayam broiler dibuat dengan ketinggian dari lantai hingga atap teratas sekitar 6-
7 meter, dan dari lantai hingga atap terendah sekitar 3,5 hingga 4 meter
(Tamalludin, 2012).
Untuk kandang yang dibuat dengan sistem panggung, maka tinggi
kandang akan lebih tinggi sekitar 1 hingga 1,5 meter. Lebar kandang bisa
menyesuaikan kebutuhan, namun agar tidak terlalu sumpek setidaknya dibuat
dengan lebar minimal 6 meter dan maksimal 8 meter. Sedangkan panjang
kandang, bisa menyesuaikan lahan yang tersedia (Tamalludin, 2012).
2.3. Suhu dan Kelembaban Kandang
Indonesia beriklim tropis dengan suhu rataan 27C. Daerah tropis
umumnya mempunyai kondisi lingkungan suhu yang udaranya panas dan
kelembaban yang tinggi, dengan keragaman suhu udara yang sangat/ rendah,
kecuali didaerah ekuator keragaman suhu cukup tinggi dan kering. Tingginya
kelembaban udara menyebabkan terhambatnya mekanisme pelepasan atau
pembuangan panas tubuh atau penurunan beban panas yang dapat menimbulkan
29
heat stress. Heat stress inilah yang menyebabkan penurunan produktivitas ternak
(Tamalludin, 2012).
Malik (2011) menyatakan bahwa suhu memiliki peranan penting bagi
kesehatan unggas. Unggas baru bisa melakukan aktivitas secara normal apabila
suhu udara didalam kandangnya mempunyai suhu ideal atau yang dibutuhkan oleh
unggas tersebut. Setiap penyimpanan dari suhu ideal akan selalu diikuti dengan
perubahan produktivitas ayam pedaging seperti perubahan konsumsi pakan dan
minum, pertumbuhan, produksi dan kualitas daging.
Suhu merupakan derajat panas atau dingin yang diukur berdasarkan skala
tertentu dengan menggunakan thermometer yaitu: 32ºC = 5/9 (F – 32ºC), F = 9/5
(ºC) +32º. Sedangkan kelembaban merupakan banyaknya kadar uap air yang ada
di udara, kelembaban relatif adalah perbandingan jumlah uap air di udara dengan
jumlah uap air yang dikandung panas dan temperatur tertentu yang dinyatakan
dalam persen, yakni 0% artinya udara kering sedangkan 100% artinya udara jenuh
dengan uap air yang akan terjadi titik-titik air (Wahyu, 2010).
Daerah tropis suhu ideal dalam ruangan kandang ayam muda dan dewasa
berbeda diantara 21ºC sampai 27ºC. Oleh karena itu hendaknya diusahakan
kontruksi kandang dengan sedemikian rupa, sehingga dalam ruangan kandang
terdapat udara yang lebih sejuk dari udara sekitarnya. Sedangkan unggas yang
masih periode starter suhu ideal diatara 30ºC sampai 35ºC. Kandang starter harus
mampu mempertahankan suhu yang selalu lebih tinggi dari suhu luar (Malik,
2011).
30
Kelembaban udara di kandang harus selalu diperhatikan. Kelembaban
udara yang terlalu tinggi atau rendah dari yang ideal akan menyebabkan tekanan
bagi unggas tersebut. Kelembaban yang dibutuhkan unggas sekitar 60%.
Kelembaban yang tinggi akan menyebabkan bibit ayam penyakit akan tumbuh
dengan mudah dan berkembangbiak dan unggas akan menjadi peka terhadap
penyakit-penyakit (Malik, 2011).
Kontrol suhu tubuhzona suhu kenyamanan (comfort zone) pada ternak
ayam didaerah tropik adalah antara 15C sampai 25C (Bird et al., 2013). Suhu
lingkungan optimum atau thermoneutral zone untuk ayam potong di Indonesia
adalah 18C hingga 23C (Bird et al., 2013). Suhu lingkungan optimum untuk
ayam buras di Indonesia belum diketahui, namun dalam kisaran suhu lingkungan
18C hingga 25°C diperkirakan pertumbuhan ayam buras baik. Pada suhu
lingkungan diatas thermoneutral, produksi panas meningkat karena ayam tak
dapat mengontrol hilangnya panas dengan menguapkan airdari pori-pori keringat,
akhirnya cara yang dilakukan ialah melalui pernafasan yang cepat, dangkal atau
suara terengah-engah (panting). Panting tak dapat digunakan sebagai alat
mengontrol hilangnya panas untuk waktu tak terbatas, seandainya suhu
lingkungan tidak turun atau panas tubuh yang berlebihan tidak dibuang, maka
ayam akan mati karena hyperthermy (kelebihan suhu). Suhu tubuh ayam naik
dalam lingkungan suhu tinggi (Bird et al., 2013).
Pada suhu lingkungan 23°C, sekitar 75% dari panas tubuh dikeluarkan
dengan cara sensible yaitu melalui kenaikan suhu lingkungan disekitarnya; 25%
panas tubuh selebihnya dikeluarkan dengan jalan penguapan (insensible) yaitu
31
dengan mengubah air dalam tubuh menjadi uap air. Pada suhu lingkungan35°C,
sekitar 25% panas tubuh dikeluarkan melalui kulit dan 75% melalui penguapan,
biasanya ayam terengah-engah sehingga lebih banyak air dapat diuapkan dari
permukaan paru-paru (Birdet al., 2013).
Pengukuran unsur iklim mikro didalam kandang dilakukan pada 4 waktu
yaitu: pukul 02.00 (terjadinya suhu terendah), 07.00, 13.00 (terjadinya suhu
tertinggi), dan 17.00 sebagai faktor yang mempengaruhi kenyamanan ternak. Rasa
nyaman (comfortable) ternak dalam kandang dipengaruhi oleh beberapa faktor,
seperti suhu, kelembaban, tingkat kepadatan ternak dan jenis lantai kandang yang
dipergunakan (Umam, dkk., 2015). Tingginya suhu udara lingkungan merupakan
salah satu masalah dalam pencapaian performa ayam pedaging yang optimal.
Ayam pedaging akan mengalami stres pada suhu udara yang tinggi, yang akan
mempengaruhi penurunan konsumsi pakan sehingga terjadi penurunan bobot
tubuh (Nova, 2018). Menurut Kusnadi (2016), ayam pedaging termasuk hewan
homeothermis dengan suhu nyaman 24C yang akan berusaha mempertahankan
suhu tubuhnya dalam keadaan relatif konstan antara lain melalui peningkatan
frekuensi pernafasan dan jumlah konsumsi air minum serta penurunan konsumsi
pakan.
Tabel 2.2. Suhu Ideal Kandang Ayam Broiler
Umur (Minggu) Suhu (C) RH (%)
1 32 – 30 60 – 70
2 30 – 28 60 – 70
3 28 – 25 60 – 70
4 25 – 24 60 – 70
5 24 – 22 60 – 70
6 22 – 20 60 – 70 Sumber : ISA Brown Management Guide (2018)
32
Menurut Reny (2011), diperlukan upaya untuk menciptakan lingkungan
yang sesuai dengan kebutuhan ternak, mengingat lingkungan pemeliharaan di
Indonesia cukup beragam. Mulai dari daerah lingkungan cukup panas yaitu daerah
pantai sampai daerah sejuk seperti daerah pegunungan. Namun demikian
kelembaban udara cukup tinggi. Pada daerah kondisi seperti ini intensitas
serangan penyakit cukup tinggi.
2.4. Feed Intake
Feed intake atau yang biasanya disebut dengan konsumsi pakan ini bisa
didapat dari perhitungan antara selisih dari pemberian pakan dengan sisa pakan
yang dikonsumsi. Feed intake atau konsumsi pakan digunakan untuk mengetahui
seberapa banyak pakan yang dikonsumsi ternak sehingga nantinya bisa diprediksi
berapa bobot badan, produksi telur atau yang lainnya yang ingin dihasilkan.
Biasanya konsumsi pakan ini diguna kan dalam variabel penelitian untuk
mengetahui produksi penampilan, misal ayam pedaging, ayam petelur dan lain
sebagainya (Soetiyono, 2014).
Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam manajemen pemeliharaan
ayam broiler yaitu feed intake. Feed intake merupakan salah satu indikator ayam
itu sehat atau tidak. Pada keadaan normal, semakin tinggi freed intakemaka
menunjukkan ayam itu sehat. Feed intake tinggi kemungkinan besar bobot juga
semakin tinggi. Untuk memperoleh freed intakeyang tinggi, maka harus
memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut (Tamalludin, 2012):
33
a. Kepadatan ayam umur 26 sampai panen
Kepadatan ayam disesuaikan dengan bertambahnya umur ayam,
memasuki umur 26 hari lakukan penjarangan agar kandang tidak terlalu padat.
b. Tekstur pakan
Pada ayam broiler atau pedaging jangan diberi pakan bentuk mess
karena akan menurunkan konsumsi pakan. Gunakan pakan untuk crumble
umur 0–28, untuk selanjutnya gunakan pakan bentuk pellet.
c. Suhu kandang
Pemasangan blower diperlukan untuk memperlancar sirkulasi udara dan
menurunkan suhu kandang.
d. Ketersediaan air
Air minum hatus tersedia adlibitum agar ayam dapat minum sesuai
kebutuhan.
e. Program pencahayaan
Program pencahayaan biasanya dilakukan untuk kandang closed house.
Tujuannya untuk makan. Program pencahayaan harus dilakukan sesuai
prosedur yang ada.
2.5. Feed Convention Ratio (FCR)
Konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan berkaitan erat dengan
konversi pakan. Konversi pakan merupakan suatu ukuran yang dapat digunakan
untuk menilai efisiensi penggunaan pakan dengan menghitung perbandingan
34
antara jumlah pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan dalam
jangka waktu tertentu.
Menurut Sugito (2017) bahwa kondisi lingkungan kandang yang panas dan
lembab menyebabkan cekaman panas yang berpengaruh kurang baik pada ternak
karena menurunkan pertumbuhan dan efisiensi penggunaan pakan pada ayam
pedaging. Suhu dan lingkungan didalam kandang berpengaruh terhadap
penampilan produksi ayam pedaging. Griffin, et al., (2015) menyatakan bahwa
suhu udara ideal untuk pemeliharaan ayam pedaging adalah 10–22°C untuk
pencapaian berat badan optimum.
Program pemberian pakan dengan cara mengatur waktu tertentu
merupakan metode yang dapat meningkatkan efisiensi pakan. Hal ini ditunjukkan
dengan semakin rendahnya angka konversi pakan, karena aktivitas makan ayam
akan berkurang sehingga energi yang diperlukan untuk melakukan aktifitas
tersebut dapat dihemat sehingga energi tersebut dapat digunakan untuk
pertumbuhan (Muharlien dan Kurniawan 2010).
Faktor penyebab tingginya nilai FCR adalah pemberian pakan berlebihan,
tempat pakan yang tidak memenuhi standar, sehingga banyak pakan yang
tercecer, ayam terserang penyakit, terutama terjangkit penyakit saluran
pernapasan sehingga nafsu makan menurun, kandungan gas amonia didalam
kandang tinggi, suhu dalam kandang tinggi, serta mutu pakan kurang baik
(Subkhie, 2012). Perbaikan konversi pakan mempunyai arti penting karena
berkaitan dengan efisiensi biaya produksi.
35
Nilai konversi pakan yang tinggi menunjukkan bahwa efisiensi pakan
kurang baik, sebaliknya nilai konversi pakan yang rendah menunjukkan bahwa
makin banyak pakan yang dimanfaatkan oleh ternak (Aryanti, 2013). Daud (2015)
menyatakan semakin tinggi nilai konversi pakan menunjukkan semakin banyak
pakan yang dibutuhkan untuk meningkatkan bobot badan persatuan berat.
Demikian juga sebaliknya semakin rendah nilai konversi pakan berarti kualitas
pakan semakin baik.
2.6. Mortalitas (Deplesi)
Mortalitas adalah jumlah ayam yang mati dibagi dengan total ayam masuk,
dengan rumus yaitu:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑦𝑎𝑚 𝑚𝑎𝑡𝑖
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑦𝑎𝑚𝑥 100%
Pemeliharaan unggas di negara-negara tropis dimana suhu lingkungan
merupakan stres utama dengan kisaran sampai 30ºC sampai 37ºC untuk waktu
yang lama. Suhu ideal pada ayam pedaging 10ºC sampai 22ºC untuk pencapaian
berat badan optimum dan 15ºC sampai 27ºC untuk efesiensi pakan (Soetiyono,
2014).
Stres panas didalam kandang dapat mengakibatkan nafsu makan ayam
berkurang, minum semakin banyak, bobot badan turun, kekebalan tubuh melemah
sehingga mudah terserang penyakit sehingga mengalami kematian. Pada ayam
pedaging mortalitas yang normal adalah 5% dalam satu periode pemeliharaan
(CPI 2011).
Faktor yang menyebabkan mortalitas adalah berbagai macam diantaranya
kepadatan kandang, stres panas, kondisi panas dan lembab, kondisi lingkungan
36
yang mengalami perubahan panas tinggi, ventilasi kandang kurang, manur
(ekskreta) menumpuk terlalu tinggi sehingga akan menahan aliran udara dan
menghasilkan panas melalui proses pembusukan alamiah (Rahayu, 2011).
Mortalitas atau kematian adalah salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi keberhasilan usaha pengembangan peternakan ayam. Tingkat
kematian yang tinggi pada ayam pedaging sering terjadi pada periode awal atau
starter dan semakin rendah pada periode akhir atau finisher. Angka mortalitas
diperoleh dari perbandingan jumlah ayam yang mati dengan jumlah ayam yang
dipelihara (Lacy dan Vest, 2010). Tingkat mortalitas dipengaruhi oleh beberapa
fakor, diantaranya bobot badan, bangsa, tipe ayam, iklim, kebersihan lingkungan,
sanitasi peralatan dan kandang serta penyakit (Murtidjo dalam Zulfanita, 2011),
Kematian pada suhu yang tinggi dapat mencapai 30% dari total populasi
(Tarmudji, 2014).
2.7. Berat Badan Akhir (BBA)
Berat badan akhir ayam pedaging adalah hasil penimbangan terakhir
seluruh ayam yang dipelihara sesaat menjelang panen (Rasyaf, 2011). Menurut
Wahyu (2014) bahwa pada umumnya berat akhir ayam pedaging dihitung per ekor
rata-rata dengan cara jumlah berat ayam seluruhnya saat panen dilakukan dibagi
dengan jumlah ayam yang berhasil diimbang, maka akan diperoleh rata-rata berat
akhir ayam.
Menurut Siregar dan Sabrani (2015) bahwa seiring menurunnya konsumsi
pakan oleh ternak akibat suhu lingkungan yang tinggi, maka secara tidak langsung
37
akan mempengaruhi bobot badan yang dihasilkan, artinya semakin panas
temperatur lingkungan akan semakin berat pula berat akhirnya.
Berat akhir seekor ternak dapat digunakan sebagai salah satu ukuran untuk
dapat mengetahui pertumbuhan ternak, diantara individu ternak dalam suatu bangs
ternak terdapat perbedaan kecepatan pertumbuhan yang disebabkan oleh adanya
perbedaan respon terhadap suhu lingkungan (Siregar dan Sabrani, 2015).
2.8. Hipotesis
Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Diduga terdapat perbedaan produktivitas antara ayam pedaging yang
dipelihara di kandang lantai satu dan lantai dua.