BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging

34
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging Ayam pedaging adalah istilah untuk menyebutkan strain hasil budidaya teknologi yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat konversi ransum yang baik dan dapat dipotong pada usia relatif muda sehingga sirkulasi pemeliharaan lebih cepat dan efisien serta menghasilkan daging yang berkualitas baik (Murtidjo dalam Zulfanita, 2011). Menurut Jayanata dan Harianto (2011), day old chick (DOC) yang berkualitas baik memiliki ciri-ciri berasal dari indukan yang berkualitas, DOC sehat, bebas dari penyakit, aktif bergerak, lincah, aktif bergerak, tidak terlihat lesu, tubuh gemuk dan berbentuk bulat, berbulu bersih mengkilat, mata terlihat tajam dan cerah, lubang anus bersih dan tidak terdapat kotoran, tidak terdapat bekas luka dan tidak cacat, serta bobot tubuh minimal 37 gram atau rata-rata sebesar 40 gram. Dalam pemeliharaannya, DOC sangat membutuhkan keadaan yang steril, sehingga kebersihan kandang harus terjaga saat penerimaan DOC. Strain merupakan ayam pedaging yang dihasilkan oleh perusahaan pembibitan melalui proses pemuliabiakan untuk tujuan ekonomis tertentu. Berbagai strain ayam pedagingbanyak dipelihara di Indonesia. Contoh strain ayam pedaging antara lain CP 707, Starbro, Hybro dan Lohmann (Suprijatna dkk., 2015). Strain Lohmann adalah strain yang diciptakan di Jerman pada 1972. Strain

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ayam Pedaging

Ayam pedaging adalah istilah untuk menyebutkan strain hasil budidaya

teknologi yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas yaitu

pertumbuhan yang cepat konversi ransum yang baik dan dapat dipotong pada usia

relatif muda sehingga sirkulasi pemeliharaan lebih cepat dan efisien serta

menghasilkan daging yang berkualitas baik (Murtidjo dalam Zulfanita, 2011).

Menurut Jayanata dan Harianto (2011), day old chick (DOC) yang

berkualitas baik memiliki ciri-ciri berasal dari indukan yang berkualitas, DOC

sehat, bebas dari penyakit, aktif bergerak, lincah, aktif bergerak, tidak terlihat

lesu, tubuh gemuk dan berbentuk bulat, berbulu bersih mengkilat, mata terlihat

tajam dan cerah, lubang anus bersih dan tidak terdapat kotoran, tidak terdapat

bekas luka dan tidak cacat, serta bobot tubuh minimal 37 gram atau rata-rata

sebesar 40 gram. Dalam pemeliharaannya, DOC sangat membutuhkan keadaan

yang steril, sehingga kebersihan kandang harus terjaga saat penerimaan DOC.

Strain merupakan ayam pedaging yang dihasilkan oleh perusahaan

pembibitan melalui proses pemuliabiakan untuk tujuan ekonomis tertentu.

Berbagai strain ayam pedagingbanyak dipelihara di Indonesia. Contoh strain

ayam pedaging antara lain CP 707, Starbro, Hybro dan Lohmann (Suprijatna dkk.,

2015). Strain Lohmann adalah strain yang diciptakan di Jerman pada 1972. Strain

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging

5

lohmann dipilih karena memiliki daya tahan tubuh yang baik dan tempramen yang

tenang (Rasyaf, 2011).

Ayam pedaging atau ayam broiler merupakan hasil teknologi yaitu

persilangan antara ayam Cornish dengan Plymouth Rock. Karakteristik ekonomis,

pertumbuhan yang cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan rendah,

dipanen cepat karena pertumbuhannya yang cepat, dan sebagai penghasil daging

dengan serat lunak. Pertambahan berat badan yang ideal 400 gram per minggu

untuk jantan dan untuk betina 300 gram per minggu (Rasyaf, 2011).

Ayam broiler adalah ayam tipe pedaging yang telah dikembangbiakan

secara khusus untuk pemasaran secara dini.Ayam broiler merupakan jenis ayam

jantan atau betina yang berumur 6 sampai 8 minggu yang dipelihara secara

intensif untuk mendapatkan produksi daging yang optimal. Ayam broiler

dipasarkan pada umur 6 sampai 7 minggu untuk memenuhi kebutuhan konsumen

akan permintaan daging. Ayam broiler terutama unggas yang pertumbuhannya

cepat pada fase hidup awal, setelah itu pertumbuhan menurun dan akhirnya

berhenti akibat pertumbuhan jaringan yang membentuk tubuh. Ayam broiler

mempunyai kelebihan dalam pertumbuhan dibandingkan dengan jenis ayam

piaraan dalam klasifikasinya, karena ayam broiler mempunyai kecepatan yang

sangat tinggi dalam pertumbuhannya. Hanya dalam tujuh atau delapan minggu

saja, ayam tersebut sudah dapat dikonsumsi dan dipasarkan padahal ayam jenis

lainnya masih sangat kecil, bahkan apabila ayam broiler dikelola secara intensif

sudah dapat diproduksi hasilnya pada umur enam minggu dengan berat badan

mencapai 2 kilogram per ekor (Tamalluddin, 2012).

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging

6

Menurut Abidin (2002), faktor yang mempengaruhi pertambahan berat

badan adalah konsumsi ransum. Secara umum penambahan berat badan akan

dipengaruhi oleh jumlah konsumsi ransum yang dimakan dan kandungan nutrisi

yang terdapat dalam ransum tersebut. Standar bobot ayam pedaging atau broiler

berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Standar Bobot Badan Ayam Pedaging atau Broiler Berdasarkan Jenis

Kelamin

Umur (Minggu) Bobot Ayam (Gram)

Jantan Betina

1 152 144

2 376 344

3 686 617

4 1085 965

5 1576 1344

6 2088 1741 Sumber : NRC (1994) dalam Sugiarto (2018)

Untuk mendapatkan bobot badan yang sesuai dengan yang dikehendaki

pada waktu yang tepat, maka perlu diperhatikan pakan yang tepat. Kandungan

energi pakan yang tepat dengan kebutuhan ayam dapat mempengaruhi konsumsi

pakannya, dan ayam jantan memerlukan energi yang lebih banyak daripada

betina, sehingga ayam jantan mengkonsumsi pakan lebih banyak. Hal-hal yang

terus diperhatikan dalam pemeliharaan ayam broiler antara lain perkandangan,

pemilihan bibit, manajemen pakan, sanitasi dan kesehatan, recording dan

pemasaran. Banyak kendala yang akan muncul apabila kebutuhan ayam tidak

terpenuhi, antara lain penyakit yang dapat menimbulkan kematian, dan bila ayam

dipanen lebih dari 8 minggu akan menimbulkan kerugian karena pemberian pakan

sudah tidak efisien dibandingkan kenaikkan/penambahan berat badan, sehingga

akan menambah biaya produksi (Pramu, 2010).

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging

7

Menurut Santosa (2013) bahwa ayam pedaging komersil pada umumnya

dipelihara secara intensif dengan sistem pemeliharaan ayam selalu dikandangkan

dari mulai ayam datang sampai ayam siap dipanen. Sebagian besar kandang ayam

broiler dibuat dengan model rumah gudang, yaitu kotak persegi empat dengan

atap dua sisi menyamping, dan lantai yang rendah terutama karena

mempergunakan sistem alas litter. Namun, beberapa kandang ayam pedaging atau

broiler model terbaru dibuat dengan konsep seperti rumah panggung, dengan

menerapkan sistem lantai renggang atau alas berlubang, dengan jarak terendah

lantai dari tanah sekitar 100 – 170 cm. Pengguna model panggung ini, maka

kotoran ayam dan sisa pakan maupun air minum yang tumpah akan langsung

turun ke bawah lantai sehingga tidak terlalu mengotori lantai dan mudah untuk

dikumpulkan atau dibersihkan. Ada dua fungsi kandang bagi ternak yaitu sebagai

fungsi primer dan fungsi sekunder yaitu:

a. Fungsi Primer

Secara makro, kandang untuk tempat tinggal dan berlindung dari cuaca,

dan gangguan predator. Secara mikro, kandang berfungsi menyediakan

lingkungan yang nyaman agar ternak terhindar dari cekaman (stress).

b. Fungsi sekunder

Kandang berfungsi tempat bekerja bagi peternak untuk melakukan

kegiatan harian dalam melakukan pemeliharaan ternak.

Adapun syarat-syarat kandang yang baik agar Social Walfare ayam terjaga

adalah (Santosa, 2013):

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging

8

a) Dinding kandang dapat terbuat dari papan, bilah bambu, ram kawat.

Dinding kandang tidak boleh terlalu rapat, hal ini dimaksudkan untuk

keleluasaan sirkulasi udara kandang, dan tidak boleh terlalu jarang

sehingga predator tidak dapat masuk kedalam kandang.

b) Arah kandang sebaiknya membujur timur – barat. Hal ini dimaksudkan

agar ayam tidak terlalu kepanasan, tetapi pagi hari masih dapat

memperoleh sinar mata hari.

c) Tinggi tiang tengah keatap minimal 6–7 meter dan tiang tepi minimal 2,5–3

meter, hal ini berhubungan dengan sirkulasi udara dalam kandang, lebar

kandang maksimal 6–8 m.

d) Atap kandang dirancang sesuai dengan fungsinya yaitu melindungi

bangunan beserta isinya dari hujan, panas matahari atau angin.

e) Lantai kandang sebaiknya dibuat menggunakan semen kasar sehingga

mudah dibersihkan dan akan mengurangi dari bahaya penyakit Coccidiosis.

Secara konstruksi, kandang sistem tertutup dibedakan atas dua sistem

yakni pertama sistem Tunnel dan Evaporative Cooling Sistem (ECS). Pada sistem

Tunnel lebih mengandalkan aliran angin untuk mengeluarkan gas sisa, panas, uap

air dan menyediakan oksigen untuk kebutuhan ayam. Sistem tunnel ini lebih

cocok untuk area dengan temperatur maksimal tidak lebih dari 30C. Sedangkan

pada sistem Evaporative Cooling Sistem (ECS), memberikan benefit pada

peternak seperti mengandalkan aliran angin dan proses evaporasi dengan bantuan

angin. Sistem kandang tertutup ini hanya cocok untuk daerah panas dengan suhu

udara diatas 35C. Sumber panas berasal dari ayam itu sendiri, sinar matahari

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging

9

yang ditransfer secara radiasi, panas dari brooder pada masa brooding dan panas

dari proses fermentasi dalam sekam. Sementara itu sumber uap air dapat berasal

dari kelembaban lingkungan, proses evaporasi, sisa air yang dikeluarkan bersama

dengan feses, dan air minum yang tumpah (Dahlan dan Hud, 2011).

2.1.1. Produktifitas Ayam Pedaging

Produktifitas ayam pedaging selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga

dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Salah satu faktor lingkungan yang penting

dan harus diperhatikan adalah perkandangan terutama menentukan tingkat

kepadatan kandang. Penyediaan ruang kandang yang nyaman dengan tingkat

kepadatan yang sesuai berdampak pada performa produksi yang akan dicapai.

Kepadatan yang tinggi memiliki efek negatif yaitu stres sebagai akibat suhu dan

kelembaban yang tinggi, serta sirkulasi udara yang buruk, dan timbul sifat

kanibalisme. Suhu lingkungan yang tinggi selama pemeliharaan menyebabkan

konsumsi pakan rendah sehingga bobot badan akhir optimal tidak tercapai (Salam,

2013).

Dalam pemeliharaan broiler banyak faktor lingkungan yang memengaruhi

salah satunya kandang. Kandang merupakan tempat ayam tinggal dan beraktivitas

sehingga kandang yang nyaman sangat berpengaruh terhadap pencapaian

produktivitas yang baik. Ayam merupakan ternak yang bersifat homeotermis,

artinya ayam akan selalu berusaha menjaga suhu tubuhnya tetap konstan, tidak

mengikuti suhu lingkungan. Cara yang dipakai oleh ayam untuk mengurangi

panas tubuh yaitu dengan radiasi, konduksi, konveksi dan evaporasi (Murtidjo

dalam Zulfanita, 2011).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging

10

Penampilan ayam pedaging yang bagus dapat dicapai dengan sistem

peternakan intensif modern yang bercirikan pemakaian bibit unggul, pakan

berkualitas, serta perkandangan yang memperhatikan aspek kenyamanan dan

kesehatan ternak (Nuriyasa, 2013).

2.2. Sistem Perkandangan

Kandang merupakan bangunan yang digunakan sebagai tempat tinggal

ternak. Keberhasilan usaha peternakan unggas tergantung tiga faktor penting yaitu

bibit (20%), manajemen kandang, ransum dan lain-lain (50%), dan lingkungan

(30%), untuk memperoleh keuntungan yang layak, diperlukan upaya untuk

menekan ongkos produksi yang optimal. Beberapa cara yang ditempuh secara

tidak langsung dalam rangka menekan ongkos produksi antara lain: ransum,

culling, tenaga kerja, obat-obatan, vaksin dan feed supplement serta alat-alat

perkandangan (Pramu, 2010).

Suprijatna, dkk., (2015) menjelaskan secara umum tipe kandang yang

digunakan pada pemeliharaan ayam pedaging di Indonesia ada dua macam, yaitu

kandang terbuka dan kandang tertutup. Kondisi kandang terbuka kurang

memenuhi aspek lingkungan akibat polusi udara pada lingkungan disekitar

peternakan dan tidak dapat menimalisir penyakit pada ayam. Banyaknya ransum

yang dikonsumsi ayam akan berbeda, hal ini dapat dipengaruhi banyak faktor,

salah satunya kondisi lingkungan terutama temperatur didalam kandang semakin

rendah temperatur didalam kandang akan banyak ayam mengonsumsi ransum

yang disediakan untuk mempertahankan suhu tubuh agar relatif konstan (Fadilah,

2017). Temperatur ideal untuk ayam pedaging setelah periode pemeliharaan

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging

11

brooding adalah 23 – 26ºC. Sistem kandang tertutup banyak memiliki kelebihan

seperti situasi suhu dan kelembaban kandang lebih diperkecil. Sistem kandang

tertutup, kondisi udara tidak dapat masuk kecuali masuk dari inlet dan keluar dari

outlet yang sudah dibuat dalam suatu sistem ventilasi. Kandang tertutup

mempunyai 3 komponen yaitu: sistem ventilasi, sistem evaporasi dan sistem tirai.

Sistem ventilasi digunakan sebagai outlet udara dengan komponen utama kipas

angin, sistem evaporasi sebagai inlet udara dengan komponen udara colling net,

sistem tirai digunakan sebagai penutup seluruh sisi kandang (Dahlan, 2011).

Kandang yang baik harus memiliki sirkulasi udara yang relatif lancar, mudah

dilakukan sanitasi kandang dan isi kandang sesuai dengan kapasitas ayam.

Berdasarkan sistemnya kandang terdiri dari kandang koloni dan kandang

individual. Sistem kandang koloni dimana satu kandang untuk banyak individu

tanpa ada pengaruh didalamnya. Sistem kandng individual dikenal dengan “cage”

ada pengaruh individu didalamnya menjadi dominan. Pada peternakan modern,

kandang dibangun dengan system praktis tidak menggunakan tempat terlalu luas

tetapi dapat berdaya guna semaksimal mungkin. Kandang dibuat sesuai dengan

selera masing-masing dengan memperhatikan tempat dan lokasi yang tersedia

(Fadilah, 2007).

2.2.1. Manajemen Perkandangan

Keberhasilan usaha peternakan unggas tergantung tiga faktor penting yaitu

bibit (20%), manajemen kandang, ransum dan lain-lain (50%), dan lingkungan

(30%), untuk memperoleh keuntungan yang layak, diperlukan upaya untuk

menekan ongkos produksi yang optimal. Beberapa cara yang ditempuh secara

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging

12

tidak langsung dalam rangka menekan ongkos produksi antara lain: ransum,

culling, tenaga kerja, obat-obatan, vaksin dan feed supplement serta alat-alat

perkandangan (Pramu, 2011).

Tipe kandang sistem dua lantai merupakan manajemen yang paling efisien

karena dengan kandang dengan sistem ini dapat meminimalisir keterbatasan area

lahan, mengingat area lahan yang semakin hari semakin berkurang juga

disebabkan oleh bertambahnya jumlah peternak untuk saat ini.

2.2.2. Tata Letak Pengaturan Kandang

Sebelum mendirikan perusahaan peternakan ayam pedaging perlu

diperhatikan masalah pemilihan lokasi dan masalah perizinannya. Lokasi untuk

peternakan ayam pedaging dipilih yang memenuhi syarat, antara lain:

a. Terisolasi dari pemukiman penduduk dan peternakan unggas lainnya.

Kemudahan transportasi juga harus tetap diperhatikan, terutama menyangkut

penyediaan makanan dan penyaluran hasil peternakan.

b. Jarak dari usaha peternakan unggas lainnya sekurang-kurangnya 1 km.

c. Faktor lain yang harus dipertimbangkan untuk pemilihan lokasi adalah harga

tanah, dan ketersediaan sumber air yang menyangkut faktor jumlah dan

kualitas air (Sudaryani, 2014).

Tata letak dan desain kandang harus dapat menyeimbangkan temperatur

dengan tersedianya udara segar didalam kandang. Adanya lingkungan dengan

temperatur didalam kandang harus diimbangi dengan masuknya udara didalam

kandang, mengubah udara kotor menjadi segar, serta keluarnya bau kotoran

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging

13

dengan amoniak. Oleh karena itu sistem dan manajemen lantai kandang harus

baik (Banong, 2012).

Menurut Malik (2011), lokasi kandang hendaknya dipilih tanah yang

paling tinggi dari komplek yang tersedia, dan dilengkapi dengan sistem drainase

yang baik, dengan demikian keadaan disekitar kandang. Untuk mencegah polusi

di lingkungan, maka jarak antara kandang dengan pemukiman penduduk minimal

250 m, disamping itu sekitar peternakan ditanami pohon pelindung, seperti akasia

dan albasian yang berfungsi sebagai sabuk hijauan untuk mengurangi polusi

udara. Untuk mencegah keluar masuknya ternak lain maka seputar peternakan

harus diberi pagar yang rapat dan tinggi. Tinggi pagar sebaiknya ±1,75 meter dan

jarak pagar dengan kandang minimal 5 meter (Fadilah, 2017).

2.2.3. Kapasitas Kandang

Menurut pernyataan Irawan (2011) bahwa ukuran kandang masa starter

sesuai dengan jumlah ayam yang diperoleh, sehingga pedoman untuk anak ayam

umur 1 sampai dengan 8 minggu kepadatan populasinya 15 sampai dengan 20

ekor/ 𝑚2 , untukanak ayam umur 8 sampai dengan 22 minggu kepadatan

populasinya 10 sampai dengan 15 ekor/𝑚2 dan di atas umur 22 minggu kepadatan

dikurangi lagi yaitu menjadi 5 sampai 6 ekor/𝑚2.

Kapasitas kandang berkaitan dengan kepadatan kandang, dan kondisi ini

juga berhubungan dengan iklim mikro kandang. Populasi yang terlalu padat

menyebabkan ayam akan stress sehingga menurunkan produksi, selain itu juga

akan berpengaruh pada efisien penggunaan pakan. Sedangkan populasi yang

terlalu kecil akan menyebabkan kandang kurang efisien dan akan berpengaruh

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging

14

pada pertumbuhan bobot badannya yang kurang optimal karena ayam banyak

bergerak. Menurut Malik (2011) bahwa kapasitas kandang ayam pedaging sesuai

dengan tingkat umur ayam pedaging yaitu:

a. Umur 1 hari – 1 minggu = 40 – 50 ekor DOC/m2.

b. Umur >7 hari – 2 minggu = 20 – 25 ekor ayam/m2.

c. Umur >2 minggu 8 – 12 ekor ayam/m2.

2.2.4. Jenis-jenis Kandang Ayam Pedaging

Pada umunya ada dua jenis perkandangan ayam pedaging yaitu sistem

kandang panggung dan tertutup.

1. Kandang Panggung

Kandang panggung yang digunakan yaitu kandang dengan sistem 2

lantai. Masa brooding (selama 15 hari) dilakukan pada lantai satu dan lantai

dua, dan masa pembesaran (selama 20 hari) dilakukan pada lantai yang sama

yaitu lantai satu dan lantai dua. Modifikasi kandang 2 lantai yang dilakukan

peternak bertujuan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan lahan yang

terbatas. Pemeliharaan pada lantai 1 dan 2 tersebut mengakibatkan adanya

perbedaan suhu udara, kelembaban dan sirkulasi udara sehingga dapat

mempengaruhi penampilan produksi ayam pedaging. Memperhatikan adanya

pembagian populasi pada lantai 1 dan 2, maka informasi mengenai kelebihan

dan kekurangan dari masing-masing lantai tersebut sangat diperlukan. Hal ini

disebabkan karena pada masing-masing lantai dapat mempengaruhi

kenyamanan ternak ayam pedaging yang dipelihara. Penampilan ayam

pedaging yang bagus dapat dicapai dengan sistem peternakan intensif modern

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging

15

yang bercirikan pemakaian bibit unggul, pakan berkualitas, serta perkandangan

yang memperlihatkan aspek kenyamanan dan kesehatan ternak (Nuriyasa,

2013).

Unsur mikro dalam kandang tergantung pada kondisi alam disekitar

lingkungan kandang. Kandang yang digunakan di Indonesia khususnya di

peternakan ayam skala kecil adalah sistem kandang terbuka atau kandang

postal. Dalam sistem kandang tebuka ada dua tipe kandang yang digunakan

yaitu kandang postal biasa dan kandang panggung. Pada kandang postal, lantai

kandang dapat berupa tanah atau tembok yang dilapisi 2 dengan litter, baik

sekam, atau bahan lain yang biasadigunakan. Pada kandang panggung lantai

kandang dapat berupa slatt yang tebuat dari bilah bamba atau kayu sehingga

lantai kandang terdapat celah yang memungkinkan dilakukannya pembangunan

litter (Tammaludin, 2012).

Kelebihan tipe kandang ini adalah biaya operasional yang cukup murah

untuk membangun kandang tebuka, dan untuk memaksimalkan fungsi ventilasi

karena intensitas angin relatif tinggi dan juga untuk mamaksimalkan cahaya

matahari yang juga memaksimalkan intensitas yang tinggi. Kelemahan

kandang ini sangatdipengaruhi oleh kondisi lingkungan dari luar seperti panas,

kelembaban udara dan angin, terutama di Indonesia dengan iklim tropis yang

terkadang perubahan cuacanya sangat ekstrim. Daerah dataran rendah suhu

sangat tinggi dan angin cukup kencang. Sementara itu di dataran tinggi suhu

sangat dingin disertai dengan kelembaban tinggi (Tammaludin, 2012).

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging

16

2. Kandang Slat

Kandang slat memiliki jarak antara lantai kandang dengan tanah

berkisar 2 m. Jenis kandang ini bisa disebut kandang panggung. Lantai dari

kandang ini biasanya menggunakan bila bambu yang disusun sejajar dengan

jarak kurang lebih 2 cm. Namun saat ini sudah ada slat yang terbuat dari plastik

dengan ukuran standar 100 x 50 cm dengan harga yang terjangkau sekitar 100

ribuan (Tammaludin, 2012).

Keuntungan menggunakan kandang jenis ini adalah jumlah ayam yang

dipelihara lebih banyak per meter persegi, ayam lebih bersih dan tidak banyak

menghirup gas amoniak karena ayam tidak bersentuhan langsung dengan

kotoran serta gas amoniak yang timbul dengan mudah dikontrol. Sementara

kelemahannya adalah biaya untuk membangung kandang lebih besar, karena

kandang harus dibuat kokoh untuk menopang pekerja yang memberikan

maka/minum dan sebagainya. Lantai harus sering dikontrol untuk melakukan

perbaikan jika ada yang lapuk/rusak (slat plastik lebih tahan) (Tammaludin,

2012).

3. Kandang Tertutup (Closed House)

Pemeliharaan ayam pedaging pada umumnya menggunakan kandang

alas litter, termasuk pada kandang tipe closed house. Iklim mikro dalam

kandang dapat diatur sesuai kebutuhan. Selain itu kelebihan dari kandang tipe

ini adalah kapasitas atau populasi jauh lebih banyak, ayam lebih terjaga dari

gangguan luar, baik fisik, cuaca, maupun serangan penyakit, terhindar dari

polusi, keseragaman ayam lebih bagus, dan pakan lebih efisien. Kandang tipe

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging

17

ini juga memberikan kemudahan karena kondisi angina akan lebih terkontrol

dibandingkan dengan kandang tipe terbuka. Sedangkan kelemahan dari

kandang closed house adalah membutuhkan investasi dan beban operasional

yang cukup tinggi untuk membangunnya. Selain itu kandang tipe ini harus

disertai dengan infrastruktur dan penguasaan teknologi yang baik

(Tammaludin, 2012).

2.2.5. Syarat dan Perlengkapan Kandang

Kandang adalah bangunan yang digunakan oleh unggas sebagai tempat

tinggal sejak awal pertumbuhan sampai masa akhir produksi. Oleh karena itu,

kandang yang disediakan harus bias menjamin kenyamanan dan kesehatan bagi

penghuninya, sehingga unggas mampu bereproduksi secara maksimal (Irawan,

2011). Ditinjau dari fungsinya, kandang mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Pelindung dari kondisi suhu yang tidak sesuai seperti dari sinar matahari secara

langsung, hujan dan kemungkinan angin yang terlalu kencang.

2. Perlindungan dari hewan liar seperti ular, kucing, tikus ataupun musang.

3. Tempat unggas melakukan kegiatan rutin seperti makan, minum, dan

beristirahat.

4. Tempat unggas tumbuh, bereproduksi dan berkembang.

5. Tempat tenaga kerja (mess) melakukan perawatan atau penanganan unggas

(Malik, 2011).

Syarat kandang yang harus dipenuhi untuk bangunan yang baik terutama

mengenai lokasi kandang, letak antara kandang, ruang yang cukup penyinaran

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging

18

dalam kandang merata, penggunaan bahan bangunan yang tahan lama, murah dan

memenuhi syarat, bentuk dan sistem atap yng tidak merugikan, lebar kandang

cukup dan peralatan kandang yang memadai (Santosa, 2011).

1. Atap Kandang

Kondisi atap sangat berpengaruh terhadap sirkulasi udara dan

temperatur dalam kandang. Faktor yang paling menentukan dalam pembuatan

kandang konstruksi atap adalah fase pemeliharaan, skala usaha, serta iklim.

Pada kandang fase starter dibutuhkan udara hangat, sedangkan pada skala

usaha yang besar dengan populasi ribuan ekor membutuhkan sirkulasi yang

cepat. Kandang fase starter cocok menggunakan bentuk atap “A”, sedangkan

kandang yang membutuhkan sirkulasi udara yang cocok menggunakan

kandang “monitor” (Banong, 2012).

Atap kandang yang baik tidak terbuat dari seng atau bahan yang dapat

menimbulkan panas dalam ruangan, lebih praktis apabila atap terbuat dari

genteng dan dianjurkan pembuatan kandang tidak terlalu pendek karena dapat

menyebabkan panas dalam ruangan kandang tersebut (Rasyaf, 2011).

Atap kandang diperlukan diperlukan untuk melindungi ternak ayam dari

panas matahari secara lansung dan hujan. Berdasarkan konstruksi, atap

dibedakan menjadi atap biasa dan atap monitoring (atap yang bagian atasnya

dibentuk sehingga dapat berfungsi sebagai ventilasi). Atap monitoring

diperlukan apabila kandang yang cukup luas. Pada kondisi kandang yang

sempit, sebaiknya cukup digunakan atap biasa (Fadilah, 2017).

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging

19

2. Dinding Kandang

Berdasarkan fungsinya, kandang dapat dibedakan atas dinding terbuka

dan tertutup. Dinding terbuka menggunakan bilah-bilah bambu, kayu, atau

anyaman kawat dengan diameter lubang ± 2,2 cm. Dinding terbuka berfungsi

sebagai ventilasi udara (Malik, 2011).

Sedangkan dinding tertutup pada umumnya menggunakan Foam (bahan

stryfoam untuk menggunakan dinding kedap temperatur), atau bahan yang

rapat lainnya. Jenis dinding ini lebih umum digunakan di negara-negara yang

mempunyai periode musim dingin (Prayitno, 2011).

Sudaryani dan Santosa (2004), yang mengatakan bahwa dinding

kandang terbuka dengan menggunakan anyaman kawat, kayu, atau bamboo

dengan diameter anyaman ±2,2 cm berfungsi sebagai ventilasi. Kandang sistem

terbuka dilengkapi dengan terpal yang terpasang semi permanen dan dapat

diatur besar kecilnya ventilasi sesuai dengan keadaan lingkungan kandang.

Terbuka dan tertutupnya tirai serta besar kecilnya sirkulasi udara yang masuk

disesuaikan dengan umur ayam.

3. Lantai Kandang

Pada daerah tropis bentuk kandang lebih ekonomis menggunakan

kandang terbuka. Lantai dapat seluruhnya dari beton yang licin atau bentuk

slat. Keuntungan lantai kandang bentuk slat menurut (Santosa, 2013), adalah

mengirit ruangan, tidak lembab, sanitasi lebih baik, tenaga lebih efisien.

Kerugian lantai kandang bentuk slat adalah lebih mahal dibandingkan dengan

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging

20

lantai biasa, penggunaan kandang kurang fleksibel, kalua ada pakan keluar dari

tempat pakan akan jatuh ke bawah slat dan kondisi lingkungan lebih kritis.

Lantai kombinasi terdiri dari 1/3 bagian litter dan 2/3 bagian slat biasa.

Slat biasa digunakan pada peternakan pembibitan ayam pedaging maupun

ayam peterlur. Lantai litter dapat diletakkan pada kedua sisi kandang dan slat

ditengah kandang atau bias sebaliknya, lantai litter ditengah dan slat kedua sisi

kandang, kandang sistem lantai, secara umum menjadi pilihan pertama para

peternak, karena secara ekonomis lebih mudah dan murah. Jenis lantai

umumnya yang dipakai ada dua jenis, yaitu lantai beralas litter dan lantai

sistem panggung. Bahan-bahan litter bisa berupa sekam padi, pasir, kapur yang

sudah dimatikan, kerikil (batu kecil), dan serbuk gergaji kayu (Santosa, 2011).

4. Ventilasi

Ventilasi artinya mengubah udara kotor menjadi segar, ventilasi yang

baik menghasilkan konversi ransum yang bau dan produksi yang optimal. Tiga

cara untuk memperoleh ventilasi yang baik yaitu udara segar mengalir ke

kandang ayam, isolasi untuk menjamin suhu kandang yang baik pemindahan

udara lembab dari kandang dengan kipas angina. Sistem isolasi yang baik

mencakup dua bagian, menggunakan saty atau lebih fan untuk mengalirkan

udara kotor dari kandang dan menggunakan monitor yang cukup (Abidin,

2013).

Diperlukan ventilasi yang baik agar sirkulasi oksigen dalam kandang

benar-benar terjamin. Selain ketersediaan oksigen terjamin, juga dapat

mencegah timbulnya amoniak didalam kandang akibat reaksi litter yang basah.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging

21

Tingginya kadar amoniak dapat menimbulkan bau yang sangat merangsang

dana ayam umur 1 hari sampai 2 minggu matanya menjadi bengkak (Iswanto,

2016).

Udara merupakan hal sangat penting bagi pertumbuhan ayam karena

dengan kadar oksigen yang cukup maka sirkulasi peredaran darah dan

pengangkutan zat-zat yang berlangsung didalam tubuh akan berjlan lancar.

Berkaitan dengan itu perlu usaha menciptakan ventilasi yang baik dengan lebar

kandang, panjang kandang tergantung jumlah unggas yang akan dipelihara dan

sesuai dengan keadaan permukaan tanah yang ada. Fentilasi yang baik yaitu

mempertimbangkan adanya udara segar didalam kandang mudah tercipta dan

kebutuhan oksigen mudah terpenuhi. Semua itu harus terpikirkan sejak

merencanakan bangunan kandang (Aziz, 2017).

Menurut Rasyaf (2011), tiga fungsi utama ventilasi yaitu udara segar

dapat berhembus masuk ke dalam kandang, udara kotor dan lembab dapat

keluar dari kandang, sebagai penyekat dan dapat menjaga kehangatan udara

dalam kandang. Berbagai macam cara menciptakan ventilasi sesuai dengan

ukuran dan kapasitas peternakan tersebut. Peternakan kecil biasanya

menggunakan ventilasi alami dengan mengandalkan aliran udara yang

berhembus. Peternakan besar menggunakan fan karena dengan udara alami tidk

memadai, selain itu ada yang menggunakan atap monitoring, lebih efisien

karena bila dengan kipas angina harus memikirkan kerusakan dan listrik mati

(Irawan, 2011).

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging

22

Ventilasi adalah jalur keluar masuknya udara sehingga udara segar dari

luar dapat menggantikan udara yang kotor didalam kandang. Pertukaran udara

yang berlangsung terus menerus menjaga kesegaran udara serta dapat

mengalirkan oksigen yang dibutuhkan kedalam kandang yang emngeluarkan

karbondioksida keluar kandang (Prayitno, 2011). Ventilasi kandang juga

berfungsi untuk menjaga suhu dan kelembaban didalam kandang. Suhu dan

kelembaban yang baik didalam kandang akan mengurangi terjadinya penyakit

pernafasan pada ayam (Sudaryani, 2014).

Jenis peralatan kandang yang digunakan selama proses produksi ayam

pedaging adalah :

a. Tempat Pakan

Tempat pakan yang digunakan selama proses pemeliharaan mulai dari 1

hari sampai panen terdiri dari chick feeder tray digunakan umur 1 hari sampai

satu atau dua minggu dengan kapasitas 100 DOC/buah. Setelah ayam berumur

dua minggu maka tempat pakan untuk anak ayam diganti seluruhnya dengan

tempat pakan ayam ayam dewasa. Pada umumnya menggunakan round feeder

(tempat pakan bundar) dengan kapasitas yang berbeda-beda. Tempat pakan

kapasitas 3-5 kg dengan diameter 40 cm digunakan untuk 20 ekor ayam

pedaging. Sedangkan tempat pakan kapasitas 7 kg digunakan untuk 15 ekor

ayam pedaging. Kapasitas tempat pakan berhubungan dengan eating space

seekor ayam. Bentuk tempat pakan ada 2 tipe yaitu bundar dan panjang

(Rasyaf, 2011).

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging

23

b. Tempat Air Minum

Tempat air minum yang digunakan selama proses pemeliharaan mulai

umur 1 hari sampai satu atau 2 minggu adalah chick found dengan kapasitas 75

DOC/buah. Selanjutnya untuk ayam yang sudah berumur lebih dari 2 minggu

menggunakan tempat air bundar (round drinker) baik yang manual atau secara

otomatis. Untuk tempat air minum manual, dengan kapasitas bervariasi: 600

ml, 1 liter, 1 galon dan 2 galon, kapasitas 2 galon untuk 100 ekor ayam

pedaging, sedangkan tempat air minum otomatis yang circumference 110 cm

untuk kapasitas 50-75 ekor/buah. Kapasitas tempat air minum berhubungan

dengan drinking space. Ada dua bentuk tempat air minum yaitu berbentuk

bundar dan panjang, dengan standar drinking space yang sama yaitu tempat

minum manual memanjang standar 1 cm/ekor, sedangkan tempat minum

manual bundar standar 1 cm/ekor.

c. Alat Pemanas/Heater

Indonesia beriklim tropis dengan suhu rataan 27C. Daerah tropis

umumnya mempunyai kondisi lingkungan suhu yang udaranya panas dan

kelembaban yang tinggi, dengan keragaman suhu udara yang sangat rendah,

kecuali didaerah ekuator keragaman suhu cukup tinggi dan kering. Tingginya

kelembaban udara menyebabkan terhambatnya mekanisme pelepasan/

pembuangan panas tubuh atau penurunan beban panas yang dapat menimbulkan

heat stress. Heat stress inilah yang menyebabkan penurunan produktivitas ternak

(Malik, 2011).

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging

24

Sumber energi panas dapat diperoleh dari listrik, gas, minyak tanah, batu

bara, serbuk/gergaji kayu yang halus atau menggunakan kayu bakar. Pilihlah

sumber energi yang mudah didapat, dan murah biaya energinya, agar tidak terjadi

biaya tinggi, dan gunakan sesuai kebutuhan suhu kandang (Malik, 2011).

d. Dinding Kandang

Dinding kandang bisa dibuat sistem semi terbuka agar pertukaran udara

dalam kandang bisa berjalan dengan baik sehingga bau kotoran atau pakan bisa

keluar atau berganti dengan udara segar. Bahan yang digunakan untuk dinding

kandang pada bagian bawah adalah dinding gedhek, sedangkan bagian atasnya

dibuat dari potongan bambu yang dibelah atau dihaluskan, atau dengan

menggunakan kawat ram. Bila menggunakan bilah bambu, jarak antara bilah

satu dengan yang lain kira-kira selebar dua jari orang dewasa atau 5 – 6 cm,

yang dipasang dalam posisi tegak berdiri. Dinding juga dilengkapi dengan tirai

dari plastik atau kain, tujuannya agar bila sewaktu-waktu ada angin kencang

atau hujan, tirai tersebut bisa bermanfaat sebagai pelindung. Tirai ini diatur

sesuai kebutuhan yaitu umur anak ayam, dan bahan yang digunakan secara

umum plastik. Tirai ini berfungsi untuk menahan udara, atau angin kencang

masuk kedalam kandang, disamping itu untuk insulator agar suhu kandang

dapat terjaga kestabilannya (Irawan, 2011)..

Ayam pedaging membutuhkan sumber panas untuk menjaga suhu tubuh

agar lebih stabil. Pemanas pada 7 hari pertama sangat penting dilakukan saat

memelihara ayam pedaging. Suhu yang rendah akan membuat pertumbuhan

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging

25

terhambat. Suhu yang tinggi akan membuat ayam pedaging mudah dehidrasi

dan menyebabkan kematian atau pertumbuhan terhambat (Irawan, 2011).

e. Atap Kandang

Atap kandang sebaiknya menggunakan bahan-bahan yang tidak

menhantarkan panas seperti genting, rumbia, ataupun anyaman daun kelapa.

Paling disarankan adalah memakai atap dari genting karena tidak mudah bocor,

tahan lama, daya refleksi terhadap panas matahari cukup bagus, dan tidak

menjadi sarang tikus sebagaimana bila menggunakan atap dari daun kelapa.

Namun, bila menggunakan atap dari bahan yang bisa menghantarkan panas

seperti seng, maka dibawahnya dilapisi dengan bahan-bahan yang bisa

menyerap panas seperti bambu atau kayu (Prayitno, 2011).

Atap ditata dengan kemiringan tertentu agar suhu kandang tidak

terlalu panas. Selain itu, bentuk atap bisa dibuat ganda dengan lubang angin

yang disebut dengan sistem monitor dengan tujuan agar pertukaran udara

didalam kandang lebih terjaga. Namun, bisa juga dengan memakai sistem atap

tunggal dengan lubang udara yang disebut sistem semimonitor (Prayitno,

2011).

f. Ventilasi Kandang

Ventilasi dan temperatur kandang harus diatur sedemikian rupa agar

pertukaran udara bagus dan ayam tidak merasa gerah atau sumpek didalam

kandang. Lubang-lubang ventilasi dibuat pada semua sisi dinding kandang,

bisa dengan mempergunakan bilah-bilah bambu atau dengan menggunakan

kawat ram. Untuk mendukung pertukaran udara agar lebih bagus, didalam

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging

26

kandang dipasang beberapa kipas angin yang berfungsi untuk menyedot udara

kotor dari kandang dan untuk menghembuskan angin segar ke dalam kandang.

Ventilasi dan temperatur kandang dengan suhu dan kelembapan dapat

diatur secara otomatis ayam tidak akan mengalami Heat Stress (cekaman

panas). Banyak para peternak ayam pedaging di Indonesia masih menggunakan

cara manual dalam menjaga suhu optimal kandang dan memberi minum ayam.

Cara manual seperti ini menjadikan pemberian minum dan penjagaan suhu

kandang ayam kurang efektif dan efisien (Alimuddin, 2012).

g. Lantai Kandang

Menurut Muharlien dan Rachmawati (2011), ada 3 sistem lantai

kandang pada kandang ayam broiler yaitu :

1) Sistem lantai rapat (litter)

Sistem ini menggunakan lantai tanah yang sudah dipadatkan atau

semen plester, lalu di atasnya ditaburi dengan bahan litter (alas lantai).

Untuk lantai dari tanah yang dikeraskan, biasanya tanah dicampur dengan

pasir dan kapur agar lebih bisa menyerap air dan menetralisir amonia.

Sedangkan bahan litter yang digunakan umumnya adalah sekam padi.

Selain sekam padi, juga bisa digunakan serbuk gergaji, serutan kayu yang

halus, potongan kulit kacang, ataupun tongkol jagung. Pada prinsipnya,

bahan alas litter yang akan digunakan adalah tidak menimbulkan debu,

mudah menghisap air, mudah didapatkan, dan sebaik mungkin harganya

tidak mahal.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging

27

Semakin tebal lapisan atau alas litter, maka suhu ruangan kandang

akan semakin hangat. Namun, lapisan litter yang terlalu tebal akan

menambah beban kerja karyawan bilamana akan mengganti bahan litter

tersebut dengan yang masih segar. Keuntungan utama dari penggunaan alas

litter ini adalah ayam lebih merasa nyaman karena terhindar dari lepuh

pada bagian dada atau bagian lainnya lantaran bergesekan dengan lantai.

Namun, kelemahan dari penggunaan alas litter ini mudah dan cepat basah

sehingga bisa menimbulkan bau yang tidak sedap atau tengik. Selain itu,

alas litter yang basah juga bisa mengundang berbagai bibit penyakit seperti

CRD (penyakit saluran pernapasan) dan snot. Untuk itulah, peternak harus

rajin mengganti bahan litter dengan yang masih segar bilamana sudah

terlihat basah ataupun lembab.

2) Sistem lantai tenggang/alas berlubang

Sistem lantai renggang banyak dipakai pada kandang baterai atau

kandang cage (berbentuk sangkar). Lantai yang digunakan bisa terbuat dari

kayu, bilah bambu atau dari kawat ram. Ukuran kerenggangan lantai sangat

bergantung pada umur dan ukuran ayam yang dimasukkan. Lubang yang

dihasilkan dari kerenggangan lantai harus diukur agar kaki ayam bisa

langsung terjatuh ke lantai penampungan kotoran.

Keuntungan dari lantai renggang ini adalah keadaan lantai selalu

bersih lantaran kotoran ayam akan langsung jatuh ke tempat penampungan

kotoran yang berada dibawah lantai. Selain itu, pertukaran udara akan

semakin bagus karena lantai juga berfungsi sebagai lubang ventilasi.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging

28

3) Sistem alas campuran

Sistem alas campuran merupakan perpaduan antara lantai alas litter

dan alas berlubang. Bagian yang alasnya berlubang adalah untuk lokasi

tempat mengotori alas litter. Sedangkan bagian yang memakai alas litter

digunakan untuk tempat ayam berkumpul atau istirahat.

h. Tinggi kandang

Tinggi kandang menyesuaikan dengan besar dan luasnya kandang.

Namun sebagai perbandingan, untuk iklim tropis seperti di Indonesia, kandang

ayam broiler dibuat dengan ketinggian dari lantai hingga atap teratas sekitar 6-

7 meter, dan dari lantai hingga atap terendah sekitar 3,5 hingga 4 meter

(Tamalludin, 2012).

Untuk kandang yang dibuat dengan sistem panggung, maka tinggi

kandang akan lebih tinggi sekitar 1 hingga 1,5 meter. Lebar kandang bisa

menyesuaikan kebutuhan, namun agar tidak terlalu sumpek setidaknya dibuat

dengan lebar minimal 6 meter dan maksimal 8 meter. Sedangkan panjang

kandang, bisa menyesuaikan lahan yang tersedia (Tamalludin, 2012).

2.3. Suhu dan Kelembaban Kandang

Indonesia beriklim tropis dengan suhu rataan 27C. Daerah tropis

umumnya mempunyai kondisi lingkungan suhu yang udaranya panas dan

kelembaban yang tinggi, dengan keragaman suhu udara yang sangat/ rendah,

kecuali didaerah ekuator keragaman suhu cukup tinggi dan kering. Tingginya

kelembaban udara menyebabkan terhambatnya mekanisme pelepasan atau

pembuangan panas tubuh atau penurunan beban panas yang dapat menimbulkan

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging

29

heat stress. Heat stress inilah yang menyebabkan penurunan produktivitas ternak

(Tamalludin, 2012).

Malik (2011) menyatakan bahwa suhu memiliki peranan penting bagi

kesehatan unggas. Unggas baru bisa melakukan aktivitas secara normal apabila

suhu udara didalam kandangnya mempunyai suhu ideal atau yang dibutuhkan oleh

unggas tersebut. Setiap penyimpanan dari suhu ideal akan selalu diikuti dengan

perubahan produktivitas ayam pedaging seperti perubahan konsumsi pakan dan

minum, pertumbuhan, produksi dan kualitas daging.

Suhu merupakan derajat panas atau dingin yang diukur berdasarkan skala

tertentu dengan menggunakan thermometer yaitu: 32ºC = 5/9 (F – 32ºC), F = 9/5

(ºC) +32º. Sedangkan kelembaban merupakan banyaknya kadar uap air yang ada

di udara, kelembaban relatif adalah perbandingan jumlah uap air di udara dengan

jumlah uap air yang dikandung panas dan temperatur tertentu yang dinyatakan

dalam persen, yakni 0% artinya udara kering sedangkan 100% artinya udara jenuh

dengan uap air yang akan terjadi titik-titik air (Wahyu, 2010).

Daerah tropis suhu ideal dalam ruangan kandang ayam muda dan dewasa

berbeda diantara 21ºC sampai 27ºC. Oleh karena itu hendaknya diusahakan

kontruksi kandang dengan sedemikian rupa, sehingga dalam ruangan kandang

terdapat udara yang lebih sejuk dari udara sekitarnya. Sedangkan unggas yang

masih periode starter suhu ideal diatara 30ºC sampai 35ºC. Kandang starter harus

mampu mempertahankan suhu yang selalu lebih tinggi dari suhu luar (Malik,

2011).

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging

30

Kelembaban udara di kandang harus selalu diperhatikan. Kelembaban

udara yang terlalu tinggi atau rendah dari yang ideal akan menyebabkan tekanan

bagi unggas tersebut. Kelembaban yang dibutuhkan unggas sekitar 60%.

Kelembaban yang tinggi akan menyebabkan bibit ayam penyakit akan tumbuh

dengan mudah dan berkembangbiak dan unggas akan menjadi peka terhadap

penyakit-penyakit (Malik, 2011).

Kontrol suhu tubuhzona suhu kenyamanan (comfort zone) pada ternak

ayam didaerah tropik adalah antara 15C sampai 25C (Bird et al., 2013). Suhu

lingkungan optimum atau thermoneutral zone untuk ayam potong di Indonesia

adalah 18C hingga 23C (Bird et al., 2013). Suhu lingkungan optimum untuk

ayam buras di Indonesia belum diketahui, namun dalam kisaran suhu lingkungan

18C hingga 25°C diperkirakan pertumbuhan ayam buras baik. Pada suhu

lingkungan diatas thermoneutral, produksi panas meningkat karena ayam tak

dapat mengontrol hilangnya panas dengan menguapkan airdari pori-pori keringat,

akhirnya cara yang dilakukan ialah melalui pernafasan yang cepat, dangkal atau

suara terengah-engah (panting). Panting tak dapat digunakan sebagai alat

mengontrol hilangnya panas untuk waktu tak terbatas, seandainya suhu

lingkungan tidak turun atau panas tubuh yang berlebihan tidak dibuang, maka

ayam akan mati karena hyperthermy (kelebihan suhu). Suhu tubuh ayam naik

dalam lingkungan suhu tinggi (Bird et al., 2013).

Pada suhu lingkungan 23°C, sekitar 75% dari panas tubuh dikeluarkan

dengan cara sensible yaitu melalui kenaikan suhu lingkungan disekitarnya; 25%

panas tubuh selebihnya dikeluarkan dengan jalan penguapan (insensible) yaitu

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging

31

dengan mengubah air dalam tubuh menjadi uap air. Pada suhu lingkungan35°C,

sekitar 25% panas tubuh dikeluarkan melalui kulit dan 75% melalui penguapan,

biasanya ayam terengah-engah sehingga lebih banyak air dapat diuapkan dari

permukaan paru-paru (Birdet al., 2013).

Pengukuran unsur iklim mikro didalam kandang dilakukan pada 4 waktu

yaitu: pukul 02.00 (terjadinya suhu terendah), 07.00, 13.00 (terjadinya suhu

tertinggi), dan 17.00 sebagai faktor yang mempengaruhi kenyamanan ternak. Rasa

nyaman (comfortable) ternak dalam kandang dipengaruhi oleh beberapa faktor,

seperti suhu, kelembaban, tingkat kepadatan ternak dan jenis lantai kandang yang

dipergunakan (Umam, dkk., 2015). Tingginya suhu udara lingkungan merupakan

salah satu masalah dalam pencapaian performa ayam pedaging yang optimal.

Ayam pedaging akan mengalami stres pada suhu udara yang tinggi, yang akan

mempengaruhi penurunan konsumsi pakan sehingga terjadi penurunan bobot

tubuh (Nova, 2018). Menurut Kusnadi (2016), ayam pedaging termasuk hewan

homeothermis dengan suhu nyaman 24C yang akan berusaha mempertahankan

suhu tubuhnya dalam keadaan relatif konstan antara lain melalui peningkatan

frekuensi pernafasan dan jumlah konsumsi air minum serta penurunan konsumsi

pakan.

Tabel 2.2. Suhu Ideal Kandang Ayam Broiler

Umur (Minggu) Suhu (C) RH (%)

1 32 – 30 60 – 70

2 30 – 28 60 – 70

3 28 – 25 60 – 70

4 25 – 24 60 – 70

5 24 – 22 60 – 70

6 22 – 20 60 – 70 Sumber : ISA Brown Management Guide (2018)

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging

32

Menurut Reny (2011), diperlukan upaya untuk menciptakan lingkungan

yang sesuai dengan kebutuhan ternak, mengingat lingkungan pemeliharaan di

Indonesia cukup beragam. Mulai dari daerah lingkungan cukup panas yaitu daerah

pantai sampai daerah sejuk seperti daerah pegunungan. Namun demikian

kelembaban udara cukup tinggi. Pada daerah kondisi seperti ini intensitas

serangan penyakit cukup tinggi.

2.4. Feed Intake

Feed intake atau yang biasanya disebut dengan konsumsi pakan ini bisa

didapat dari perhitungan antara selisih dari pemberian pakan dengan sisa pakan

yang dikonsumsi. Feed intake atau konsumsi pakan digunakan untuk mengetahui

seberapa banyak pakan yang dikonsumsi ternak sehingga nantinya bisa diprediksi

berapa bobot badan, produksi telur atau yang lainnya yang ingin dihasilkan.

Biasanya konsumsi pakan ini diguna kan dalam variabel penelitian untuk

mengetahui produksi penampilan, misal ayam pedaging, ayam petelur dan lain

sebagainya (Soetiyono, 2014).

Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam manajemen pemeliharaan

ayam broiler yaitu feed intake. Feed intake merupakan salah satu indikator ayam

itu sehat atau tidak. Pada keadaan normal, semakin tinggi freed intakemaka

menunjukkan ayam itu sehat. Feed intake tinggi kemungkinan besar bobot juga

semakin tinggi. Untuk memperoleh freed intakeyang tinggi, maka harus

memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut (Tamalludin, 2012):

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging

33

a. Kepadatan ayam umur 26 sampai panen

Kepadatan ayam disesuaikan dengan bertambahnya umur ayam,

memasuki umur 26 hari lakukan penjarangan agar kandang tidak terlalu padat.

b. Tekstur pakan

Pada ayam broiler atau pedaging jangan diberi pakan bentuk mess

karena akan menurunkan konsumsi pakan. Gunakan pakan untuk crumble

umur 0–28, untuk selanjutnya gunakan pakan bentuk pellet.

c. Suhu kandang

Pemasangan blower diperlukan untuk memperlancar sirkulasi udara dan

menurunkan suhu kandang.

d. Ketersediaan air

Air minum hatus tersedia adlibitum agar ayam dapat minum sesuai

kebutuhan.

e. Program pencahayaan

Program pencahayaan biasanya dilakukan untuk kandang closed house.

Tujuannya untuk makan. Program pencahayaan harus dilakukan sesuai

prosedur yang ada.

2.5. Feed Convention Ratio (FCR)

Konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan berkaitan erat dengan

konversi pakan. Konversi pakan merupakan suatu ukuran yang dapat digunakan

untuk menilai efisiensi penggunaan pakan dengan menghitung perbandingan

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging

34

antara jumlah pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan dalam

jangka waktu tertentu.

Menurut Sugito (2017) bahwa kondisi lingkungan kandang yang panas dan

lembab menyebabkan cekaman panas yang berpengaruh kurang baik pada ternak

karena menurunkan pertumbuhan dan efisiensi penggunaan pakan pada ayam

pedaging. Suhu dan lingkungan didalam kandang berpengaruh terhadap

penampilan produksi ayam pedaging. Griffin, et al., (2015) menyatakan bahwa

suhu udara ideal untuk pemeliharaan ayam pedaging adalah 10–22°C untuk

pencapaian berat badan optimum.

Program pemberian pakan dengan cara mengatur waktu tertentu

merupakan metode yang dapat meningkatkan efisiensi pakan. Hal ini ditunjukkan

dengan semakin rendahnya angka konversi pakan, karena aktivitas makan ayam

akan berkurang sehingga energi yang diperlukan untuk melakukan aktifitas

tersebut dapat dihemat sehingga energi tersebut dapat digunakan untuk

pertumbuhan (Muharlien dan Kurniawan 2010).

Faktor penyebab tingginya nilai FCR adalah pemberian pakan berlebihan,

tempat pakan yang tidak memenuhi standar, sehingga banyak pakan yang

tercecer, ayam terserang penyakit, terutama terjangkit penyakit saluran

pernapasan sehingga nafsu makan menurun, kandungan gas amonia didalam

kandang tinggi, suhu dalam kandang tinggi, serta mutu pakan kurang baik

(Subkhie, 2012). Perbaikan konversi pakan mempunyai arti penting karena

berkaitan dengan efisiensi biaya produksi.

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging

35

Nilai konversi pakan yang tinggi menunjukkan bahwa efisiensi pakan

kurang baik, sebaliknya nilai konversi pakan yang rendah menunjukkan bahwa

makin banyak pakan yang dimanfaatkan oleh ternak (Aryanti, 2013). Daud (2015)

menyatakan semakin tinggi nilai konversi pakan menunjukkan semakin banyak

pakan yang dibutuhkan untuk meningkatkan bobot badan persatuan berat.

Demikian juga sebaliknya semakin rendah nilai konversi pakan berarti kualitas

pakan semakin baik.

2.6. Mortalitas (Deplesi)

Mortalitas adalah jumlah ayam yang mati dibagi dengan total ayam masuk,

dengan rumus yaitu:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑦𝑎𝑚 𝑚𝑎𝑡𝑖

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑦𝑎𝑚𝑥 100%

Pemeliharaan unggas di negara-negara tropis dimana suhu lingkungan

merupakan stres utama dengan kisaran sampai 30ºC sampai 37ºC untuk waktu

yang lama. Suhu ideal pada ayam pedaging 10ºC sampai 22ºC untuk pencapaian

berat badan optimum dan 15ºC sampai 27ºC untuk efesiensi pakan (Soetiyono,

2014).

Stres panas didalam kandang dapat mengakibatkan nafsu makan ayam

berkurang, minum semakin banyak, bobot badan turun, kekebalan tubuh melemah

sehingga mudah terserang penyakit sehingga mengalami kematian. Pada ayam

pedaging mortalitas yang normal adalah 5% dalam satu periode pemeliharaan

(CPI 2011).

Faktor yang menyebabkan mortalitas adalah berbagai macam diantaranya

kepadatan kandang, stres panas, kondisi panas dan lembab, kondisi lingkungan

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging

36

yang mengalami perubahan panas tinggi, ventilasi kandang kurang, manur

(ekskreta) menumpuk terlalu tinggi sehingga akan menahan aliran udara dan

menghasilkan panas melalui proses pembusukan alamiah (Rahayu, 2011).

Mortalitas atau kematian adalah salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi keberhasilan usaha pengembangan peternakan ayam. Tingkat

kematian yang tinggi pada ayam pedaging sering terjadi pada periode awal atau

starter dan semakin rendah pada periode akhir atau finisher. Angka mortalitas

diperoleh dari perbandingan jumlah ayam yang mati dengan jumlah ayam yang

dipelihara (Lacy dan Vest, 2010). Tingkat mortalitas dipengaruhi oleh beberapa

fakor, diantaranya bobot badan, bangsa, tipe ayam, iklim, kebersihan lingkungan,

sanitasi peralatan dan kandang serta penyakit (Murtidjo dalam Zulfanita, 2011),

Kematian pada suhu yang tinggi dapat mencapai 30% dari total populasi

(Tarmudji, 2014).

2.7. Berat Badan Akhir (BBA)

Berat badan akhir ayam pedaging adalah hasil penimbangan terakhir

seluruh ayam yang dipelihara sesaat menjelang panen (Rasyaf, 2011). Menurut

Wahyu (2014) bahwa pada umumnya berat akhir ayam pedaging dihitung per ekor

rata-rata dengan cara jumlah berat ayam seluruhnya saat panen dilakukan dibagi

dengan jumlah ayam yang berhasil diimbang, maka akan diperoleh rata-rata berat

akhir ayam.

Menurut Siregar dan Sabrani (2015) bahwa seiring menurunnya konsumsi

pakan oleh ternak akibat suhu lingkungan yang tinggi, maka secara tidak langsung

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging

37

akan mempengaruhi bobot badan yang dihasilkan, artinya semakin panas

temperatur lingkungan akan semakin berat pula berat akhirnya.

Berat akhir seekor ternak dapat digunakan sebagai salah satu ukuran untuk

dapat mengetahui pertumbuhan ternak, diantara individu ternak dalam suatu bangs

ternak terdapat perbedaan kecepatan pertumbuhan yang disebabkan oleh adanya

perbedaan respon terhadap suhu lingkungan (Siregar dan Sabrani, 2015).

2.8. Hipotesis

Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Diduga terdapat perbedaan produktivitas antara ayam pedaging yang

dipelihara di kandang lantai satu dan lantai dua.