Post on 04-Feb-2018
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sebagai negara berkembang, Indonesia tidak terlepas dari kegiatan
pembangunan nasional. Pembangunan adalah suatu proses kegiatan yang
dilakukan dalam rangka pengembangan atau mengadakan perubahan -
perubahan kearah keadaan yang lebih baik. Pembangunan yang ingin dicapai
bangsa Indonesia adalah mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur yang
merata baik materiil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang -
Undang Dasar 1945. Demi terciptanya pembangunan nasional, maka
penyusunan program pembangunan tersebut rnengikuti suatu pola atau tatanan
yang telah ditentukan di dalam pemerintah negara Indonesia. Kegiatan
pembangunan yang sedang berjalan saat ini membutuhkan biaya yang cukup
besar, maka diperlukan adanya keikutsertaan seluruh lapisan masyarakat untuk
bekerja keras di bidang masing-masing.
Dalam usaha mencapai tujuan pembangunan tersebut, pemerintah
menciptakan tahap - tahap pelaksanaannya, baik untuk jangka panjang
maupun jangka pendek yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pembiayaan,
pengawasan, dan evaluasi dengan tidak mengecilkan arti peran dari pokok -
pokok lainnya dalam berpartisipasi mensukseskan pembangunan nasional.
Untuk meningkatkan dan menetapkan penyelenggaraan pemerintah
pelaksanaan dan penggunaannya juga diperlukan adanya pengawasan yang
efektif dan efisien agar pembangunan nasional berjalan dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Pendayagunaan aparatur pemerintah sangat penting dalam pengelolaan
pendapatan untuk menggali sumber pendapatan guna membiayai
pembangunan.
Dalam membiayai pembangunan salah satu upaya pemerintah adalah
menyerap dari sektor pajak, meskipun tidak kalah pentingnya pemasukan dari
berbagai sektor pendapatan yang lain (Erly Suandy, 2000: 9).
Sejak diadakannya reformasi terhadap sistem perpajakan (tax reform)
pada tahun 1983, hingga sekarang berbagai perbaikan di bidang perpajakan
masih terus dilakukan. Segala perbaikan tersebut ditujukan untuk
meningkatkan penerimaan pajak yang saat ini masih merupakan sumber
penerimaan negara terbesar untuk membiayai perekonomian nasioanal
(BPS:2008). Menurunya penerimaan negara dari sektor migas selama
beberapa tahun ini membuat perekonomian negara semakin terperosok.
Untuk ke depannya pajak diharapkan mampu menjadi tulang
punggung penerimaan negara, karena pemerintah Indonesia tidak dapat
selamanya menggantungkan penerimaan negara dari kegiatan ekspor migas.
Pajak sebagai sumber utama penerimaan negara perlu terus ditingkatkan
sehingga pembangunan nasional dapat dilaksanakan dengan mengandalkan
kemampuan sendiri. Untuk menjamin kelangsungan pembangunan nasional
diperlukan partisipasi aktif dari seluruh komponen negara, khususnya seluruh
rakyat Indonesia. Oleh karena itu, kesadaran masyarakat dalam membayar
pajak sangat diperlukan demi berlangsungnya pembangunan nasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Pajak disamping sebagai sumber penerimaan negara yang utama (fungsi
budget), juga mempunyai fungsi lain yaitu sebagai alat untuk mengatur dan
mengawasi kegiatan-kegiatan swasta dalam perekonomian (fungsi pengatur).
Sebagai alat anggaran (budgetair) pajak digunakan sebagai alat untuk
mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan pemerintah,
terutama kegiatan-kegiatan rutin. Sedangkan pajak dalam fungsinya sebagai
pengatur (regulatory), dimaksudkan terutama untuk mengatur perekonomian
guna menuju pada pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat, mengadakan
redistribusi pendapatan serta stabilitas ekonomi.
Diagram 1.1
Tabel 1.1 Penerimaan Pajak Tahun 2011
Penerimaan Pajak Tahun 2011 (dalam milyar Rupiah)
Jenis Pajak Realisasi
PPh 112.609
PPN 99.872
Pajak Lainnya 1.154
Total 213.635
(sumber: http://www.fiskal.depkeu.go.id)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Gambar dan tabel di atas menunjukkan penerimaan pajak terbesar tahun
2011 berasal dari Pajak Penghasilan, yaitu mencapai 112 milyar. Berdasarkan
data Dirjen Pajak, jumlah Wajib Pajak perorangan di seluruh Indonesia hanya
1,3 juta orang, padahal jumlah rumah tangga mencapai 51,2 juta.
Sejalan dengan perkembangan ekonomi, teknologi informasi, sosial dan
politik, disadari bahwa perkembangan pajak di Indonesia semakin meningkat
dan kini dirasakan bahwa pajak sudah menjadi suatu kebutuhan kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Kesadaran untuk menjadi Wajib Pajak dan memenuhi segala
kewajibannya perlu dibina sehingga timbul disetiap kalbu Wajib Pajak yang
hidup bermasyarakat. Dengan demikian, maka roda pemerintahan akan
berlangsung lancar demi kepentingan Wajib Pajak itu sendiri dan lancarnya
roda pemerintahan akan melancarkan pula tercapainya keseluruhan cita- cita
rakyat / penduduk hidup dalam negara yang adil dan makmur dalam lingkup
nilai- nilai Pancasila dan UUD 1945. Setiap rakyat/penduduk harus sadar
bahwa kewajiban membayar pajak bukanlah untuk pihak lain, tetapi untuk
melancarkan jalannya roda pemerintahan yang mengurusi segala kepentingan
rakyat sendiri. Jadi sadar berkorban dan pengorbanan itu adalah untuk
kepentingannya sendiri dari generasi ke generasi.
Sistem pemungutan pajak di Indonesia yang menganut asas Self
Assessment System sangat mengharapkan peran serta, tanggung jawab dan
kepercayaan masyarakat. Self Assessment System merupakan pengganti dari
Official Assement System dampak terjadinya reformasi perpajakan (tax
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
reform) pada tahun 1983. Dengan Self Assessment System, Wajib Pajak
diberikan kepercayaan penuh untuk menghitung, memperhitungkan,
menyetor dan melaporkan besarnya pajak yang terutang (pajak yang harus
dibayar) sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Namun salah satu kendala terbesar yang dihadapi adalah menurunnya
kepatuhan dan kesadaran Wajib Pajak akan kewajibannya membayar pajak
karena masih banyak masyarakat yang buta akan pajak dan tidak tahu
prosedur-prosedur terkait penghitungan maupun pelaporan pajak.
Menyadari hal tersebut, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Karanganyar melakukan pembinaan dan edukasi tentang perpajakan.
Kegiatan tersebut merupakan salah satu usaha yang bisa dilakukan untuk
meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Dalam mensukseskan
program kampanye taat pajak tersebut dipandang perlu untuk memberikan
pengetahuan tentang hak dan kewajiban perpajakan. Dengan kampanye
diharapkan kepatuhan wajib pajak dapat timbul dari diri wajib pajak.
Sehingga Wajib Pajak sadar akan kewajiban- kewajibannya dalam hal
membayar pajak.
Setiap tahun Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Karanganyar
melakukan penyuluhan atau sosialisasi kepada masyarakat di Kabupaten
Karanganyar dan Sragen, karena masih banyak yang belum mengerti dan
sadar akan pentingnya pajak, sehingga mereka tidak tahu berbagai hal yang
seharusnya dilakukan sebagai Wajib Pajak Orang Pribadi dalam
melaksanakan kewajiban perpajakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Karanganyar menciptakan
sistem perpajakan agar tingkat kepatuhan Wajib Pajak meningkat, salah satu
dengan cara pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pada Wajib
Pajak yang pendapatanya diatas Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP). Bagi
Wajib Pajak Orang Pribadi yang pendapatannya diatas PTKP dan memiliki
NPWP wajib melaporkan pajak terutang ke Kantor Pelayanan Pajak setempat.
Wajib Pajak Orang Pribadi Baru yang akan melapor pajak terutang harus
mempunyai NPWP, dan dalam melaporkan pajak terutangnya harus
menggunakan Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Tahunan. Melalui SPT dapat
diketahui tingkat kepatuhan Wajib Pajak.
Dalam rangka mewujudkan Wajib Pajak Orang Pribadi yang patuh dan
taat, berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE-
32/PJ/2010 tentang Penegasan Tindak Lanjut Kantor Pelayanan Pajak
Pratama terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi maka perlu diadakan Kampanye
Taat Pajak melalui Pembinaan, Edukasi, dan Pelayanan.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, penulis ingin
mengetahui lebih dalam tentang efektivitas pelaksanaan kegiatan tersebut
dengan membuat skripsi yang berjudul :
“KAMPANYE TAAT PAJAK DAN KEPATUHAN PELAPORAN SPT
TAHUNAN”
(Studi Evaluasi Efektivitas Program Kampanye Taat Pajak Oleh Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Karanganyar Terhadap Kepatuhan Pelaporan
SPT Tahunan PPh Orang Pribadi)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka untuk memudahkan
dalam menyusun Skripsi ini, penulis mencoba menuliskan rumusan
permasalahan sebagai berukut :
1. Bagaimanakah efektivitas program kampanye taat pajak oleh Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Karanganyar terhadap kepatuhan
pelaporan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi?
2. Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi penghambat maupun penunjang
dalam pelaksanaan program kampanye taat pajak oleh Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) Pratama Karanganyar terhadap kepatuhan pelaporan SPT
Tahunan PPh Orang Pribadi?
1.3 Tujuan Penelitian
Sejalan dengan perumusan masalah, adapun tujuan yang hendak dicapai
dari penelitian ini adalah :
a. Mengetahui efektivitas program kampanye taat pajak oleh Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Karanganyar terhadap kepatuhan
pelaporan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi.
b. Mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang menjadi penghambat maupun
penunjang dalam pelaksanaan program kampanye taat pajak oleh Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Karanganyar terhadap kepatuhan
pelaporan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
1.4 Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
1. Mengetahui dan mendapatkan informasi atau gambaran tentang praktik
kegiatan komunikasi dalam pelaksanaan program kampanye taat pajak
oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Karanganyar dan
kepatuhan pelaporan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi.
2. Merupakan salah satu sarana bagi penulis untuk mengumpulkan data
sebagai bahan penyusunan skripsi guna melengkapi persyaratan untuk
mencapai gelar kesarjanaan di Jurusan Ilmu Komunikasi pada Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universltas Sebelas Maret Surakarta.
b. Manfaat Praktis
1. Penelitian ini diharapkan bisa berguna bagi Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Pratama Karanganyar sebagai bahan masukan untuk mengetahui
efektivitas dan faktor-faktor pendukung dan penghambat keberhasilan
pelaksanaan program kampanye taat pajak dan kepatuhan pelaporan
SPT Tahunan PPh Orang Pribadi.
2. Dengan penulisan skripsi ini diharapkan dapat meningkatkan dan
mengembangkan kemampuan penulis dalam bidang ilmu komunikasi
sebagai bekal untuk terjun ke dalam masyarakat nantinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
1.5 Landasan Teori
1.5.1 Komunikasi
Komunikasi merupakan hubungan kontak antara manusia baik
individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari maupun
tidak disadari komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia itu
sendiri. Manusia sejak dilahirkan sudah berkomunikasi dengan
lingkungannya. Selain itu komunikasi sering diartikan pula sebagai
kegiatan-kegiatan yang ada kaitanya dengan masalah hubungan atau dapat
diartikan bahwa komunikais adalah tukar-menukar pikiran.
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication,
menurut Wikipedia Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Latin yaitu
communicatio yang berarti pergaulan, persatuan, peran serta, kerjasama,
bersumber dari kata communis yang berarti sama makna.
Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan) untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun melalui media. Dari definisi ini dapat disimpulkan bahwa tujuan berkomunikasi adalah member tahu mengubah sikap (attitude), pendapat (opinion), atau perilaku (behavior).1
Kata komunikasi dapat diartikan secara harafiah yaitu : (1) Pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksudkan dapat dipahami; hubungan; kontak, (2) perhubungan dua arah komunikasi yang komunikan dan komunikatornya dalam satu saat bergantian memberikan informasi.2
1 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, CV. Remaja Karya, Bandung, 1986, hal 6 2 Sugono et.all, Kamus Bahasa Indonesia, Depdikbud, 2008, hal 789
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Banyak pengertian mengenai komunikasi yang bersifat khas dan
mencerminkan paradigma atau prespektif yang digunakan ahli-ahli
komunikasi dalam mendekati fenomena komunikasi, diantaranya yaitu:
1. Bernard berelson dan Gary A. Stainer dalam karyanya “Human
Behavior” mendefinisikan komunikasi sebagai berikut, Komunikasi
adalah penyampaian informasi, gagasan, emosi, ketrampilan, dan
sebagainya, dengan menggunakan lambang-lambang- kata-kata,
gambar, bilangan, grafik, dan lain-lain. Kegiatan atau proses
penyampaianlah yang biasanya dinamakan komunikasi.3
2. Menurut Gerald A. Miller dalam karyanya berjudul “On Defining
Communication:Another Stab”. Pada dasarnya, komunikasi
mengandung situasi keprilakuan sebagai minat sentral, di mana
seseorang sumber menyampaikan suatu pesan kepada seorang atau
sejumlah penerima yang secara sadar bertujuan mempengaruhi
perilakunya.
3. Menurut Hovland, Komunikasi adalah proses dimana seseorang
(komunikator) menyampaikan perangsang (biasanya lambing bahasa)
untuk mengubah perilaku orang lain (komunikan).
4. Eduard Depari, Ph. D. memberikan pengertian komunikasi yaitu:
proses penyampaian gagasan, harapan, pesan yang disampaikan
melalui lambing tertentu yang mengandung arti, dilakukan oleh
penyampaian pesan (source, communicator, sender) ditujukan pada
3 Onong Uchjana Effendy. Hubungan Masyarakat Suatu Studi Komunikologis, Remaja Karya, Bandung, 1986
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
penerima pesan (receiver, communicator, audiens) dengan maksud
mencapai kebersamaan (commonnees).4
5. Onong Uchyana effendi dalam bukunya Ilmu Komunikasi teori dan
Praktek Mengatakan: Komunikasi pada hakekatnya adalah proses
penyampaian pikiran atau perasaan oleh komunikator kepada
komunikan.5
Proses kampanye melalui komunikasi merupakan penyebaran
informasi, pengetahuan, gagasan, atau ide untuk membangun atau
menciptakan kesadaran dan pengertian melalui teknik komunikasi. Bentuk
komunikasi dalam melakukan kampanye adalah sebagai berikut :
a. Komunikasi intrapersona b. Komunikasi antarpersona (face to face) c. Komunikasi kelompok (group communication) d. Komunikasi masssa (mass communication) e. Komunikasi melalui media massa dan media nirmassa. (Effendi, 1986:
78-102)
Dalam hal melakukan kampanye atau penyuluhan atau sosialisai,
kita bertujuan untuk menyampaikan informasi dan mencari informasi
kepada mereka, agar apa yang kita ingin sampaikan atau kita minta dapat
dimengerti, sehingga komunikasi yang kita lakukan dapat tercapai
tujuannya.
Pada umumnya komunikasi mempunyai beberapa tujuan, antara
lain :
4 Widjaja, A.W. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Jakarta, Bumi Aksara,1986 5 Siahaan, S. M. Komunikasi: Pemahaman dan Penerapannya. Jakarta. PT BPK Gunung Mulia. 1989
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
a. Supaya yang kita sampaikan dapat dimengerti, sebagai komunikator kita harus menjelaskan kepada komunikan (penerima) dengan sebaik-baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengerti dan mengikuti apa yang kita maksudkan.
b. Memahami orang lain. Kita sebagai komunikator haris mengerti benar aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkan.
c. Suapaya gagasan dapat diterima orang lain. Kita harus berusaha agar gagasan kita dapat diterima orang lain dengan pendekatan persuasif bukan memaksakan kehendak.
d. Menggerakan orang lain untuk melakukan sesuatu. Menggerakan sesuatu itu bermacam-macam, mungkin berupa kegiatan. Kegiatan disini yang dimaksudkan adalah kegiatan yang banyak mendorong, namun yang penting yang harus diingat adalah bagaimana cara yang baik untuk melakukannya.6
Jadi secara singkat dapat dikatakan bahwa berkomunikasi bertujuan
untuk mengharapkan pengertian, dukungan, gagasan dan tindakan. Setiap
kali bermaksud mengadakan komunikasi maka kita perlu meneliti apa
yang menjadi tujuan.
Everett M. Rogers dan W. Floyd Shoemaker mengajukan suatu
model komunikasi umum yang biasa dipakai dalam praktik proses
penyampaian pesan dengan menampilkan a common model of
communications process is that of source-message-channel-receiver-
effects atau yang lebih dikenal dengan formula S-M-C-R, yaitu :
Tabel 1.2 Model Proses Komunikasi S-M-C-R-E
(Ruslan, 2007: 69)
1. Komunikator (Source) Seorang komunikator harus mampu menyesuaikan suatu kegiatan
atau aktivitas dan program kerja kepada publiknya. Komunikator
6 Widjaja, A.W. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta. Bumi Aksara,1986, hal 67
SOURCE (sumber)
MESSAGE (pesan)
CHANNEL (media)
RECEIVER (penerima)
EFFECT (efek)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
harus mampu bertindak sebagai mediator untuk mewakili organisasi terhadap publik atau sebaliknya.
2. Pesan (Message) Merupakan sesuatu yang perlu disampaikan kepada komunikan
melalui teknik kampanye atau propaganda tertentu. Sesuatu yang biasanya berupa ide, gagasan, informasi, aktivitas atau kegiatan lain yang dipublikasikan atau dipromosikan untuk diketahui, dipahami, dan dimengerti yang sekaligus diterima oleh publiknya.
3. Media (Channel) Sarana atau alat untuk menyampaikan pesan. Bisa juga sebagai
mediator antara komunikator dengan komunikan. Media kampanye dikelompokan menjadi (a) Media umum, (b) Media massa, (c) Media khusus, (d) Media internal.
4. Komunikan (Receiver) Publik yang menjadi sasaran dalam berkomunikasi secara langsung
atau tidak. Secara umum khalayak sasaran dalam kampanye bisa dikelompokkan menjadi (a) Government Relations, (b) Community Relations, (c) Customer Relations, (d) Consumen Bodies, (d) Pressure Group, (f) Opinion Leader, (g) Trade Association, (h) Business Relation, (i) Internal Relations.
5. Efek (Effect) Merupakan respon atau reaksi setelah proses komunikasi
berlangsung, bisa menimbulkan umpan balik berbentuk positif maupun negatif. Komunikasi merupakan interaksi antarmanusia yang bertujuan menumbuhkan pengertian antara komunikator dan komunikan. Komunikasi yang efektif dicapai jika antar komunikator dan komunikan dapat menimbulkan suatu pengertian yang sama tentang suatu pesan (efek). Efek komunikasi adalah perubahan dalam (a) Opini dan pengetahuan, (b) Sikap dan tingkah laku, (c) Pandangan, persepsi, dan ide, (d) Kepercayaan dan citra. (Ruslan, 2007: 69)
Efek yang ditimbulkan dari sebuah proses komunikasi biasanya
berhubungan dengan tujuan dilakukannya komunikasi, yaitu untuk
mengubah perilaku seseorang. Menurut Carl I Hovland, “communication
is the process to modify the behaviour of other individuals.” (Effendy,
1984:13). Guna mencapai efek yang diharapkan perlu adanya strategi
dalam berkomunikasi, menurut R. Wayne Pace, Brent D. Peterson dan M.
Dallas Burnett dalam bukunya Techiques for Effective Communication
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
(Ruslan, 2007:37), tujuan ditetapkannya strategi komunikasi adalah
sebagai berikut :
a. to secure understanding (memastikan bahwa terjadi suatu pengertian dalam berkomunikasi)
b. to establish accetance (bagaimana cara penerimaan itu terus dibina dengan baik)
c. to motive action (penggiatan untuk memotivasinya) d. the goals which the communicator sought to achieve (bagaimana
mencapai tujuan yang hendak dicapai oleh pihak komunikator dari proses komunikasi tersebut).
1.5.2 Kampanye
Pengertian kampanye secara umum adalah campaign is generally
exemply persuasion in action (kampanye merupakan kegiatan yang bertitik
tolak untuk membujuk), dan telah banyak dikemukakan beberapa
ilmuwan, ahli dan praktisi komunikasi, yaitu definisi sebagai berikut
(Venus, 2004: 7-29)7 :
· Leslie B. Snyder (Gudykunst & Mody, 2002)
A communication campaign is an organized
communications activity, directed at a particular audience, for a
particular periode of time to achieve a particular goal. (Kampanye
komunikasi adalah tindakan komunikasi yang terorganisasi yang
diarahkan pada khalayak tertentu, pada periode waktu tertentu guna
mencapai tujuan tertentu). (Venus, 2004:8)
· Rogers dan Storey (1987)
Mendefinisikan kampanye sebagai serangkaian tindakan
komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek
7 Antar Venus, Manajemen Kampanye, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2004, hal. 8.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara
berkelanjutan pada kurun waktu tertentu. (Venus, 2004:7)
· Rajasundaram (1981)
A campaign is a coordinated use of different methods of
communication aimed at focusing attention on a particular
problem and its solution over a periode of time. (Kampanye dapat
diartikan sebagai pemanfaatan berbagai metode komunikasi yang
berbeda secara terkoordinasi dalam periode waktu tertentu yang
ditujukan untuk mengarahkan khalayak pada masalah tertentu
berikut pemecahannya).
· Pfau dan Parrot (1993)
A campaign is conscious, sustained and incremental
process designed to be implemented over a specified periode of
time for the purpose of influencing a specified aundience
(Kampanye adalah suatu proses yang dirancang secara sadar,
bertahap dan berkelanjutan yang dilaksanakan pada rentang waktu
tertentu dengan tujuan mempengaruhi khalayak sasaran yang telah
ditetapkan). (Venus, 2004:8)
Pemaparan dari beberapa definisi para pakar mengenai arti
kampanye di atas dapat ditarik satu kesimpulan, yaitu dalam sebuah
kampanye terdapat kegiatan-kegiatan :
1. Adanya aktivitas proses komunikasi kampanye untuk mempengaruhi
khalayak tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
2. Untuk membujuk dan memotivasi khalayak untuk berpartisipasi.
3. Ingin menciptakan efek atau dampak tertentu seperti yang
direncanakan.
4. Dilaksanakan dengan tema yang spesifik dan narasumber yang jelas.
5. Dalam waktu tertentu atau telah ditetapkan, dilaksanakan secara
terorganisasi dan terencana baik untuk kepentingan kedua belah pihak
atau sepihak.
Disamping itu, kampanye juga memiliki karakteristik lain, yaitu
sumber yang jelas, yang menjadi penggagas, perancang, penyampai
sekaligus penanggung jawab suatu produk kampanye (Campaign makers),
sehingga setiap individu yang menerima pesan kampanye dapat
mengidentifikasi bahkan mengevaluasi kredibilitas sumber pesan tersebut
setiap saat.
Secara umum, kampanye memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Tabel 1.3 Ciri-ciri Kampanye
KETERANGAN KAMPANYE 1. Nara sumber & tema 2. Periode 3. Sifat gagasan 4. Tujuan kegiatan 5. Penerimaan 6. Modus pelaksanaan 7. Kepentingan 8. Penilaian
Dapat diidentifikasikan Waktu yang terbatas Moderat yang terbuka Spesifik dan variatif Sukarela dan persuasif Sesuai dengan kode etik Kedua belah pihak Berkonotasi positif
Kampanye merupakan interaksi simbolis (symbolic interaction),
artinya pengoperan simbol-simbol atau lambang komunikasi yang
mempunyai makna tertentu dalam berkampanye. Lambang komunikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
tersebut bisa berbentuk bahasa (tulisan maupun lisan), tanda (sign),
gambar, isyarat tertentu yang telah dirumuskan sedemikian rupa, sehingga
dapat menarik perhatian sekaligus berpengaruh terhadap pesan yang
disampaikan. Unsur-unsur dalam kampanye antara lain :
1. Ada kegiatan atau proses komunikasi yang berlangsung dalam
kegiatan kampanye. Kampanye berisikan rencana, tema/topik/isu,
budget / dana dan fasilitas.
2. Komunikator merupakan orang yang menyampaikan pesan yang
hendak disampaikan kepada pihak lain, oleh karena itu, teknik
komunikasi adalah suatu cara, kiat atau seni dalam penyampaian
pesan melalui kampanye yang dilakukan sedemikian rupa oleh
komunikator sehingga menimbulkan dampak tertentu bagi
komunikannya.
Tujuan utama kampanye adalah menciptakan awareness publik
sasaran terhadap organisasi yang bersangkutan (baik terhadap organisasi
itu sendiri, produk yang dihasilkannya ataupun kebijakannya). Tolak ukur
keberhasilan kampanye bisa dilihat dari tercapai atau tidaknya
target/sasaran kampanye yang sudah ditetapkan sebelumnya. Hasil akhir
atau tingkat keberhasilan dari kegiatan kampanye yang hanya bisa
dirasakan dari perolehan citra dan kepercayaan public terhadap organisasi
yang bersangkutan. Menurut Newsom, Scott & Turk (1975:475), tujuan
kegiatan kampanye adalah sebagai berikut:
a. Public Awareness
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Berupaya untuk menciptakan kesadaran publik terhadap sesuatu yang berkaitan dengan kepentingan sosial.
b. Offer Information Menawarkan informasi yang lebih mendalam tentang suatu program tertentu kepada publik.
c. Public Education Kemampuan praktisi PR untuk mendidik publik secara emosional dengan tetap mempertahankan sikap etis dan wajar dalam mengekspresikan opininya.
d. Reinforce the attitudes and behavior Program kampanye yang dilakukan harus mampu memperkuat nilai-nilai atau ingin mengubah perilaku publik yang berkaitan dengan positioning statement komunikator.
e. Behavior Modification Memodifikasi atau ingin mengubah perilaku untuk meyakinkan public mengenai program sosial tertentu. (Ruslan, 2007:96)
Sedangkan menurut Ostegaard (2002) tiga tujuan kampanye
sebagai ‘3A’ yaitu :
1. Awareness, yakni menggugah kesadaran, menarik perhatian dan memberikan informasi tentang produk atau gagasan yang dikampanyekan.
2. Attitude, yakni memunculkan simpati, rasa suka, kepedulian atau keberpihakan khalayak pada isu-isu yang menjadi tema kampanye.
3. Action, yakni mengubah perilaku khalayak secara konkret dan terukur.8
Aktivitas komunikasi dalam berkampanye biasanya berkaitan
dengan suatu kepentingan dan tujuannya apa, siapa khalayak sasarannya,
dalam rangka kegiatan apa, untuk membujuk atau memotivasi khalayak.
Dalam kegiatan tersebut, terdapat beberapa jenis program kampanye yang
dilaksanakan secara prinsip merupakan kegiatan yang bertitik tolak untuk
memotivasi atau membujuk, dan mencapai tujuan tertentu, maka menurut
8 Ibid., hal. 10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Charles U. Larson dalam Persuasion, Reception and Responsibility (1992)
membagi jenis-jenis kampanye sebagai berikut :
1. Product – oriented Campaign Kegiatan dalam kampanye berorientasi pada produk, dan biasanya dilakukan dalam kegiatan komersil kampanye promosi pemasaran suatu peluncuran produk baru. Kampanye pencitraan dan CSR (Corporate Social Responsibility) oleh sebuah organisasi juga dapat dimasukkan pada jenis ini.
2. Candidate – oriented Campaign Kegiatan kampanye yang beorientasi bagi calon (kandidat) untuk kepentingan kampanye politik (political campaign). Kegiatan ini berupaya meraih dukungan yang sebanyak-banyaknya dari masyarakat melalui kampanye politik serta kampanye komunikasi dan periklanan atau menggunakan teknik-teknik kampanye PR.
3. Ideological or Cause – oriented Campaign Jenis kampanye ini berorientasi yang bertujuan bersifat khusus dan berdimensi perubahan sosial (social change campaign) yaitu kegiatan kampanye sosial bersifat khusus non komersial.9
Boleh dikatakan tidak ada model yang berupaya menggambarkan
proses kampanye berdasarkan unsur-unsurnya sebagaimana terjadi dalam
menjelaskan proses komunikasi. Karena itu menampilkan model
kampanye dengan menggambarkan unsur-unsur yang terdapat di dalamnya
menjadi penting. Tujuannya agar dapat memahami fenomena kampanye
bukan hanya dari tahapan kegiatannya, tetapi juga dari interaksi antar
komponen yang terdapat di dalamnya, salah satunya adalah Model
Komponensial Kampanye, yang mengambil komponen-komponen pokok
yang terdapat dalam suatu proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan
kampanye. Model tersebut digambarkan sebagai berikut:
9 Rosady Ruslan, Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hal. 25.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Tabel 1.4 Model Komponensial Kampanye
Umpan Balik
(Venus, 2004: 13)
Dalam model kampanye di atas digambarkan bahwa sumber
(campaign makers) memiliki peran yang dominan, secara aktif
mengonstruksi pesan yang ditujukan untuk menciptakan perubahan pada
diri khalayak (campaign receivers). Pesan-pesan tersebut disampaikan
melalui media berbagai saluran komunikasi seperti media massa, media
tradisional atau saluran personal. Ketika pesan-pesan diterima khalayak
diharapkan muncul efek perubahan pada diri mereka. Terjadi atau tidaknya
efek perubahan dapat diidentifikasi dari umpan balik yang diterima
sumber. Umpan balik untuk mengukur efektivitas kampanye dapat muncul
dari pesan itu sendiri, saluran yang digunakan atau respon penerima.
Model ini diidentifikasikan menggunakan pendekatan transmisi
(transmission approach), dengan alasan bahwa kampanye merupakan
kegiatan komunikasi yang direncanakan, bersifat purposif (bertujuan).
Lebih dari itu kampanye merupakan kegiatan yang bersifat persuasif
Sumber Kampanye
Pesan Penerima Kampanye
Efek
Saluran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
dimana sumber (campaigner) secara aktif berupaya mempengaruhi
penerima (campaignee).
Keefektifan sebuah program kampanye tidak bisa terlepas dari
perencanaan yang matang. Tahapan-tahapan kampanye Public Relations
(Gregory, 2003:53) melalui proses sepuluh tahapan perencanaan
kampanye (The Ten Stages of Campaign Planning) yang terdiri atas:
1. Analisis (analysis) Program kampanye biasanya dimulai dengan SWOT Analysis,
yaitu mengenai unsur kekuatan (Strenght), kelemahan (Weakness), peluang (Opportunity), dan ancaman (Threath) sebagai upaya menganalisa faktor-faktor masalah internal dan eksternal perusahaan.
2. Tujuan (objectives) Menetapkan tujuan yang realistik sebagai arah tujuan program
kampanye yang hendak dicapai, apakah untuk tujuan jangka panjang (strategi dan jangka pendek (taktik pelaksanaan) atau demi pencapaian tujuan internal dan eksternal.
Ada beragam tujuan yang bisa dicapai dalam program kampanye, diantaranya adalah menyampaikan sebuah pemahaman baru, memperbaiki kesalahpahaman, menciptakan kesadaran, mengembangkan tujuan tertentu, menghilangkan prasangka serta mengajak khalayak melakukan tindakan tertentu.
3. Publik atau khalayak sasaran (public or audience) Tahapan ini untuk menentukan siapa yang menjadi publik sasaran
dalam perencanaan program kampanye PR, menurut James Grunig terdapat tiga bentuk yaitu: a. Latent public
Publik tersembunyi yang sulit untuk dikenali keberadaanya oleh pihak organisasi atau PR.
b. Aware public Publik yang peduli terhadap organisasi. Jenis publik ini mudah dikenali kegiatan dan keberaadaanya.
c. Activities public Publik yang aktif dan selalu berkaitan dengan suatu permasalahan yang dihadapi pihak organisasi.
4. Pesan (messages) Menetapkan pesan-pesan yang akan disampaikan dalam kampanye,
dengan empat langkah sebagai berikut: a. Pertama, menetapkan keberadaan persepsi publik berdasarkan hasil
penelitian, untuk menentukan apakah diterima atau ditolak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
b. Kedua, menetapkan apakah terdapat upaya perubahan dari persepsi publik, untuk melihat apa keinginan publik yang sebenarnya agar tema atau isi pesan dalam kampanye tersebut dapat diklarifikasi oleh tim kampanye.
c. Ketiga, melakukan tahapan identifikasi dari unsur-unsur persuasif dan edukatif yang merupakan cara terbaik untuk mengenal keinginan publik berdasarkan faktual dan aktual informasi yang ada pada khalayak sasaran.
d. Keempat, meyakinkan dalam penyampaian pesan-pesan yang lebih kredibel dan dapat disalurkan dengan memanfaatkan promosi periklana, berdialog dan melakukan korespondensi surat-menyurat yang dikelola sdalam strategi kampanye PR.
5. Strategi (strategy) Merupakan pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan
pelaksanaan perencanaan program kampanye dalam kurun waktu tertentu. Dilaksanakan dengan mengkoordinasikan tim kerja, memilih tema faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip untuk melaksanakan gagasan strategis secara rasional dan dapat dilaksanakan melalui suatu taktik program kampanye PR secara efektif dan efisien.
Lawrence D. Brennan dalam bukunya, Business Communication, yang ia sebut Seven Pilar of Communication Strategy ( Tujuh Sendi Strategi Komunikasi) adalah: a. Adaption of the Communication Process (Adapatasi Proses
Komunikasi) b. Thought (Pikiran) c. Language control (Penguasaan Bahasa) d. Clearness (Kejelasan) e. Completeness (Kelengkapan) f. Good Will (Itikad Baik) (Effendy, 1986:64)
6. Taktik pelaksanaan (tactics) Berkaitan erat dengan program dari strategi utama (grand strategy)
tujuan kampanye. Taktik pelaksanaan program kampanye tersebut tidak terlepas dari faktor-faktor kekuatan, kreativitas atau kemampuan tim pelaksana pengembangan program hingga pencapain tujuan akhir yang terukur sebagai berikut: a. Appropriatness
Adanya kecocokan secara aktual antar teknik-teknik taktik pelaksanaan, pencapaian publik sasaran dengan hasil-hasil yang dicapai dalam melaksanakan kesan-kesan kamapnye. Termasuk kecocokan dengan teknik PR dan media komunikasi yang dipergunakan.
b. Deliverability Mampukah melaksanakan teknik-teknik kampanye secara sukses sesuai dengan target, berapa besar alokasi dana yang diperlukan. Bagaimana dengan jadwal waktu pelaksanaan kampanye, sudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
tepat atau belum, apakah memiliki tim ahli dan pendukung dalam melaksanakan taktik kampanye.
7. Skala waktu (Time Scale) Dalam skala waktu pelaksanaa kegiatan kampanye terdapat
kendala keterbatasan waktu (dealine), baik untuk pelaksanaan koordinasi program yang memerlukan partisipasi penuh secara internal maupun internal. Disini diperlukan perencanaan skala waktu pelaksanaan program kampanye yang tersusun secara rinci, spesifik, terencana tepat terkait dengan masalah susunan jadwal waktu dan program kegiatan secara berimbang.
8. Sumber daya (resources) Terdapat tiga sumber daya utama yang berkaitan dengan
pelaksanaan program kampanye, yaitu: a. Sumber Daya Manusia (SDM)
Mereka yang terlibat langsung dalam kegiatan kampanye terdiri atas tenaga profesional dan staf pendukung atau tenaga lapangan.
b. Sumber Biaya Operasional Untuk menunjang kegiatan kampanye yang dikelola secara efisien dalam pembiayaan pelaksanaan operasional (implementation fee, consultant or profesional fee, space and advertising cost and equipment fee)
c. Sumber Perlengkapan d. Dukungan peralatan teknis, pemanfaatan media komunikasi dan
tim kerja. 9. Penilaian (evaluations)
Penilaian terhadap suatu proses pelaksanaan dapat berupa tolak ukur suatu pencapaian keberhasilan atau juga kegagalan selam berlangsungnya kegiatan kampanye, baik dalam jangka pendek atau jangka panjang. Termasuk mengevaluasi sejauh mana kegiatan kampanye telah menjadi liputan berbagai media massa serta hasil-hasil apa saja yang telah dicapai.
10. Peninjauan (review) Berlangsung secara periodik setiap tahun yang kemudian dianalisis efektivitasnya dalam pencapaian tujuan program kampanye PR melalui proses input (perolehan riset data, fakta, dan informasi di lapangan), output (kecocokan dengan isi pesan, tujuan dan media yang digunakan),dan result (hasil-hasil dari tujuan dan efektivitas program yang telah dicapai). (Venus, 2004: 145-159) Selain perencanaan yang matang, alokasi dana oprasional memegang
peran penting. Perencanaan anggaran kampanye merupakan hal vital yang
harus dilakukan agar kampanye berjalan sesuai rencana. Selain itu,
perencanaan anggaran kampanye memiliki peran penting pada proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
evaluasi, salah satunya mengukur produktivitas kerja dengan mengaitkan
biaya dan hasil yang diperoleh, sera mengukur efisiensi biaya dengan
pencapaian tujuan kampanye secara keseluruhan. Dalam menyusun anggaran
kampanye, ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk membuat
keputusan alokasi dana (Weilbacher dalam Simmons, 1990), yaitu:
a. Arbitrary Methods Semua pengalokasian dana bergantung dari apa yang diputuskan oleh pimpinan organisasi. Pendekatan ini digunakan bila dana sudah disediakan dan tidak perlu cari lagi.
b. Rule of-Thumbs Methods Tiga aspek yang saling berkaitan yaitu persentase pendapatan organisasi, pengeluaran yang ditetapkan per unit, serta metode pelaksanaan tugas agar hasil yang diperoleh sesuai dengan dana yang dikeluarkan.
c. Market Experience Methods Dana dialokasikan dengan sistematisasi umpan balik dari kampanye dari aktivitas kampanye. Umpan balik tersebut bisa diperoleh dengan cara proyeksi dan pengujian pasar.
d. Theorithical Methods Metode ini memasukkan model statistik yang dibuat berdasarkan data yang diperoleh melalui pengalaaman sebenarnya. (Venus, 2004: 184)
Setelah melalui tahapan perencanaan program kampanye dan penetapan
alokasi dana kampanye, maka unsur penting lain yang tidak bisa diabaikan
adalah pelaksanaan kampanye. Pelaksanaan kampanye merupakan penerapan
dari konstruksi pesan rancangan program kampanye yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Beberapa hal yang harus dilakukan dalam tahap pelaksanaan program
kampanye meliputi :
1. Realisasi Unsur-unsur Kampanye a. Perekrutan dan Pelatihan Personel Kampanye
Beberapa ketrampilan yang harus dimiliki diantaranya: kemampuan persuasi, presentasi dan kemampuan menggunakan berbagai media komunikasi umum seperti fotografi.
b. Mengonstruksi Pesan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Konstruksi pesan kampanye didasarkan pada pertimbangan kesederhanaan (simplicity), kedekatan (familiarity), kejelasan (clarity), keringkasan (conciseness), kebaruan (novelty), kesopanan (courtesy), dan kesesuaian dengan objek kampanye.
c. Menyeleksi Penyampai Pesan Penetapan siapa yang akan menjadi penyampai pesan bersifat kontekstual, dan sesuai dengan situasi dan jenis khalayak sasaran yang dihadapi.
d. Menyeleksi Saluran Kampanye Faktor pokok yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media kampanye diantaranya: jangkauan media, tipe dan ukuran besarnya khalayak, biaya, waktu, dan tujuan serta objek kampanye.
2. Uji Coba Rencana Kampanye Lewat uji coba kampanye akan dipeoleh gambaran tentang respon awal sebagian khalayak sasran terhadap pesan-pesan kampanye. Respon tersebut menjadi bahan evaluasi program kampanye.
3. Tindakan dan Pemantauan Kampanye Dalam praktiknya akan banyak kendala yang dihadapai untuk membuat program kampnye tetap berjalan di jalurnya. Untuk itu harus dipahami bahwa tindakan kampanye bersifat : a. Adaptif
Bersikap terbuka terhadap masukan atau bukti baru yang ditemukan di lapangan.
b. Antisipatif Kegiatan kampanye harus mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang akan muncul di lapangan saat kampanye dilakukan.
c. Orientasi pemecahan masalah Segala bentuk tindakan dalam proses kampanye diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
d. Integrative dan Koordinatif Keberhasilan kampanye ditentukan oleh bagaimana pelaksana kampanye bertindak secara integratif dan koordinatif.
4. Laporan Kemajuan Unsur terakhir dari pelaksaan kampanye, sebagai dokumen yang penting sebab memuat data-data terkait realisasi kampanye yang digunakan sebagai bahan evaluasi. (Venus, 2004: 200-208)
“Designing programs or communication campaigns to affect behaviours requiresfirst being able to understand why people behave the way they do. Interventions are more effective when they are based on research that tell us what factors influences person’s decison to perform a spesific behaciour, or the ways in which an existing behaviour can channeled toward more desirable outcomes. Fortunately, decades of research have tought us much about human behavior. Behavioural change theorists now agree on eight factors known to influences behaviour :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
1. Intentions 2. Environmental constraints 3. Skills 4. Attitudes 5. Norms 6. Self standars 7. Emotion 8. Self Efficacy10
Kampanye merupakan program kerja yang cukup penting bagi
sebuah organisasi, karena didalamnya banyak hal yang terlibat (tenaga,
waktu, pikiran dan dana yang besar). Oleh karena itu pelaksanaannya
harus terencana dengan baik dan disusun dengan urut-urutan yang logis.
Komponen-komponen setiap langkah penggiatan program kampanye
dibentuk secara berangkai, langkah-langkah tersebut terdiri atas :
1. Analisa situasi dan audit komunikasi
2. Merumuskan tujuan dan target waktunya
3. Menentukan publiknya / target audiens
4. Menentukan media
5. Menetapkan anggaran untuk kampanye tersebut
6. Program penggiatan kampanye, dan
7. Analisa hasil program tersebut dan aplikasinya.
Terdapat banyak hambatan dalam proses kampanye, antara lain
hambatan dalam komunikasi dan teknik yang digunakan dalam
berkampanye. Tidak semua komunikasi dalam melakukan kampanye bisa
10 Anne Pollock, Using Behavioural Change Theory to Communicate Effectively, Int. Journal, 2009.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
berlangsung mulus tanpa rintangan, ada juga hambatannya. Hambatan
komunikasi dalam kampanye biasanya berupa :
1. Gangguan teknik dan mekanisme komunikasi 2. Gangguan semantik atau bahasa 3. Gangguan suara atau sound system yang dipergunakan 4. Kecurigaan 5. Kurang kesiapan dalam melakukan kampanye 6. Predisposisi atau sudah ada pendapat yang lebih mapan dan
mantap.(Ruslan, 2007: 39)
Resiko yang dihadapi dalam berkampanye yang dapat
menggagalkan teknik persuasi pihak khalayak sasaran adalah sebagai
berikut:
1. Penyesatan suatu pengertian atau pemahaman tentang tema kampanye yang tengah dilancrkan oleh pihak lain (kompetitor).
2. Merusak atau memalsukan isi atau materi pesan (to make the message invalid).
3. Menafsirkan suatu pesan dengan ukuran menurut pengertian atau pandangan sepihak (subjektif evaluation).
4. Memberikan pesan dengan bahasa yang terlalu sukar untuk dimengerti atau dicerna (to make the message too difficult to be understanding). (Ruslan, 2007: 74)
Jika ditarik suatu kesimpulan dari uraian di atas bahwa kampanye
tersebut menyangkut kepentingan lembaga, organisasi, perusahaan,
peluncuran suatu produk barang atau jasa, hingga bidang politik, ekonomi,
sosial, seni budaya, olah raga, program pembangunan nasional dan
sebagainya. Kegiatan kampanye dilakukan pada event tertentu dan jangka
waktu tertentu yang dirancang sedemikian rupa, atraktif, kreatif dan
dinamis dalam rangka untuk mempengaruhi pihak lain.
Kampanye biasanya memuncak pada event tertentu untuk menarik
perhatian, dukungan, pemahaman dan meningkatkan kesadaran sekaligus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
mempengaruhi masyarakat tentang suatu isu, tema dan topik tertentu
seperti berikut ini :
1. Kampanye anti narkoba, anti alkohol dan anti merokok
2. Kampanye pemilu
3. Kampanye mencegah HIV AIDS
4. Kampanye Gerakan KB Nasional
5. Kampanye Gerakan Menabung Nasional
1.5.3 Komunikasi Persuasif dalam Kampanye
Proses komunikasi dalam kampanye melibatkan konseptor
(conception skill), teknisi komunikasi (technical skill) dan komunikator
dengan segala kemampuan berkomunikasinya (communication skill).
Ketiganya diperlukan untuk mempengaruhi komunikan dengan dukungan
berbagi aspek teknis dan praktis operasional dalam bentuk perencanaan
yang taktis dan strategis untuk mencapai tujuan tertentu. Teknik
komunikasi dalam sebuah kampanye dilaksanakan dengan prosedur A-A
Procedure atau From Attention to Action atau yang lebih dikenal dengan
formula AIDDA, yaitu :
A –Attention : menarik perhatian I – Interest : membangkitkan minat D – Desire : menumbuhkan hasrat D – Decision : membuat keputusan A – Action : melakukan penggiatan. (Suhandang
,2004:63-64) Penggiatan proses komunikasi dalam kampanye public relation
tersebut dilakukan melalui dua cara, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
1. Proses kampanye yang berlangsung singkat
2. Proses kampanye yang berlangsung dalam waktu lama dan terus
menerus.
Dengan dua cara tersebut, kampanye akan menimbulkan efek dari
proses komunikasi. Bisa berbentuk menarik perhatian, simpati, empati, dan
bisa sebaliknya antipati.
Aktivitas kampanye selalu melekat dengan kegiatan komunikasi
persuasif (komunisuasif). Seperti yang diungkapkan oleh Michael Pfau &
Roxanne Parrot (Massachusets: Allyn and Bacon, 1993),”Campaign are
inherently persuasive communication activities.” (Persuasi secara inheren
terkandung dalam kampanye) (Venus, 2004: 29)
Kenneth E. Andersen dalam bukunya, Introduction to
Communication Theory and Practice, mendefinisikan persuasi sebagai
berikut:
“A process of interpersonal communicarion in which the communicator through the use of symbols to affect the cognitions of a receiver and thus through the use of symbols to affect the cognitions of a receiver and thus communicator.”
(Suatu proses komunikasi antarpersona dimana komunikator berupayadengan menggunakan lambang-lambang untuk mempengaruhi kognisi penerima, jadi secara sengaja mengubah sikap atau kegiatan seperti yangdiinginkan komunikator). (Effendy, 1986: 103)
Sedangkan Erwin P. Bettinghause dalam bukunya, Persuasive
Communication, mendefinisikan persuasif sebagai berikut:
“In order to be persuasive in nature, a communication situation must involve a conscious attempt by one individual to chamge behaviour of another nehaviour individual groups through the transmission of some message.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
(Agar bersifat persuasif suatu situasi komunikasi harus mengandung upayayang dilakukan oleh seseorang dengan sadar untuk mengubah perilaku orang lain atau sekelompok orang lain dengan menyampaikan beberapa pesan saja). (Effendy, 1986: 104)
Pada saat kampanye, seorang komunikator melakukan kegiatan
persuasi ataubujukan. Melakukan persuasi merupakan tujuan dari proses
komunikasi yang dilakukan. Persuasi merupakan proses belajar yang
bersifat emosional atau dilakukan. Persuasi merupakan proses belajar yang
bersifat emosional atau pemahaman. Untuk itu diperlukan strategi persuasi
dalam praktik kampanye, yaitu:
a. Pilihlah komunikator yang baik Menurut Hovland, Janis dan Kelley (Windhal, Signitizer & Olson, 1983) tiga aspek yang mempengaruhi kredibilitas sumber adalah: § Keterpercayaan (Trustworthiness)
Penilaian khalayak bahwa sumber informasi dianggap tulus, jujur, bijak dan adil, objektif, memiliki integritas pribadi, serta memiliki tanggung jawab sosial yang tinggi.
§ Keahlian (Expertise) Sumber dianggap berpengetahuan, cerdas, berpengalaman, memiliki kewenangan tertentu dan menguasai skill yang bisa diandalkan.
§ Daya Tarik Sumber Daya tarik sumber termasuk variabel yang digunakan dalam mengefektifkan pesan-pesan kampanye, meliputi daya tarik fisik dan daya tarik psikologis.
§ Faktor Pendukung McCroskey, Jensen, dan Valencia mengidentifikasi tiga faktor pendukung yang mempengaruhi kredibilitas sumber, yaitu keterbukaan (extrovision), ketenangan (composure), kemampuan bersosialisasi (sociability) dan kharisma. (Venus, 2004:57-65)
b. Kemaslah pesan sesuai keyakinan khalayak c. Munculkan kekuatan diri khalayak d. Ajak khalayak untuk berpikir e. Gunakan strategi pelibatan (Venus, 2004:43-47)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
1.5.4 Teori Perbedaan-Perbedaan Individu
Melvin De Fleur dalam buku “Theories of Mass Communication”,
yang telah disarikan oleh Eduard Depari dan Colin Mac Andrews
mengemukakan teori komunikasi massa kontemporer. Salah satunya
adalah teori perbedaan-perbedaan individu, yang dilatarbelakangi oleh
paradigma psikologi. Teori tersebut menyatakan bahwa perilaku seseorang
diarahkan kepada suatu objek dan didorong oleh motivasinya. Motivasi
tersebut dikuasai oleh struktur kognitif yang dimiliki olehseseorang.
Sementara itu struktur kognitif antara seseorang dengan orang lain
berbeda-beda antara lain yang menyangkut kebutuhan, kebiasaan,
persepsi, kepercayaan, nilai-nilai, sikap dan ketrampilan. Angapan-
anggapan tersebut yang melahirkan teori perbedaan individu (Liliweri,
1991:105)
Hasil studi tersebut timbul pengakuan akan adanya motivasi
individu serta perbedaan-perbedaan pengalaman berdasarkan hasil belajar.
Dengan demikian setiap individu memiliki kepribadian masing-masing
yang akan mempengaruhi juga perilaku mereka dalam menanggapi
sesuatu. Perbedaan individu itu terjadi karena perbedaan lingkungan yang
menghasilkan pula perbedaan pandangan dalam menghadapi sesuatu.
(Marhaeni, 2009: 252)
Lingkungan akan membentuk sikap, nilai-nilai, serta kepercayaan
yang mendasari kepribadian individu. Sikap terbuka (open mindedness)
amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
yang efektif. Rokeach, yang kemudian memperjelas pemikirannya dalam
bukunya (1960), menegaskan sikap tertutup terhadap pross penerimaan
dan pengolahan informasi. Dengan menggunakan rujukan Brooks dan
Emmert (1977), karakteristik orang yang bersikap terbuka dikontraskan
dengan dengan karakteristik orang yang bersikap tertutup, berikut
karakteristik dari sikap terbuka dan sikap tertutup:
Tabel 1.5 Karakteristik Sikap Terbuka dan Sikap Tertutup
Sikap Terbuka Sikap Tertutup
Menilai pesan secara objektif, dengan
menggunakan data dan keajegan logika Menilai pesan berdasar motif pribadi
Membedakan dengan mudah, melihat
nuansa
Berpikir simplisitis, tidak melihat
nuansa
Berorientasi pada isi Berorientasi pada sumber pesan
Mencari informasi dari berbagai sumber
Mencari informasi tentang kepercayaan
orang lain dari sumbernya sendiri,
bukan dari sumber kepercayaan orang
lain
Lebih bersifat profesional dan bersedia
mengubah kepercayaan
Secara kaku mempertahankan dan
memegang teguh sistem kepercayaan
Mencari pengertian pesan yang tidak
sesuai dengan rangkaian kepercayan
Menolak pesan yang tidak konsisten
dengan sistem kepercayaan
(Rakhmat, 2003: 136)
Setiap orang akan menanggapi isi media massa disesuaikan dengan
kepercayaan serta nilai-nilai sosial mereka. Atas dasar pengakuan bahwa
tiap individu tidak sama perhatiannya, kepentingan, kepercayaan, maupun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
nilai-nilainya, maka dengan sendirinya selektivitas mereka terhadap
komunikasi massa juga berbeda. Oleh sebab itu, pengakuan terhadap
perbedaan individu dalam menanggapi komunikasi dapat diwujudkan
dalam The Individual differences theory of Mass Communication effect.
(Marhaeni, 2009: 254)
1.5.5 Pajak
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-
undang sehingga dapat dipaksakan dengan tiada mendapat balas jasa
secara langsung. Pajak dipungut penguasa berdasarkan norma-norma
hukum guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif
untuk mencapai kesejahteraan umum (http://www. wikipedia.
org/w/index.php.title=Pajak).
Menurut P. J. A. Adriani, pajak adalah iuran masyarakat kepada
negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib
membayamya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang)
dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan
yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum
berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan
(http://www. wikipedia. org/w/index.php.title=Pajak).
Menurut Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., & Brock
Horace R, pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta
kesektor pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib
dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
mendapat imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat
melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintahan
(http://www.wikipedia.org/w/index.php.title=Pajak).
Definisi pajak Rochmat Soemitro pajak adalah iuran rakyat kepada
kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan
tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.(Erly
Suandy, 2002:10)
Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki
unsur-unsur:
a. Iuran dari rakyat untuk negara, yang berhak memungut pajak hanyalah negara. Iuran tersebut berupa uang (bukan barang).
b. Berdasarkan Undang-undang, pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan Undang-undang serta aturan pelaksanaannya.
c. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat ditunjukan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.
d. Digunakan imtuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas (Mardiasmo,2008: 2)
· Ciri-ciri Pajak
Dari berbagai defmisi yang diberikan terhadap pajak baik
pengertian secara ekonomis (pajak sebagai pengalihan sumber dari sektor
swasta ke sektor pemerintah) atau pengertian secara yuridis (pajak adalah
iuran yang dapat dipaksakan) dapat ditarik kesimpulan tentang ciri-ciri
yang terdapat pada pengertian pajak antara lain sebagai berikut:
a. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang. Asas ini sesuaidengan perubahan ketiga UUD 1945 pasal 23A yang menyatakan "pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dalam undang-undang."
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
b. Tidak mendapatkan jasa timbal balik (konraprestasi perseorangan) yang dapat ditunjukkan secara langsung. Misalnya, orang yang taat membayar pajak kendaraan bermotor akan melalui jalan yang sama kualitasnya dengan orang yang tidak membayar pajak kendaraan bermotor.
c. Pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin maupun pembangunan.
d. Pemungutan pajak dapat dipaksakan. Pajak dapat dipaksakan apabila wajib pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan dan dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.
e. Selain fungsi budgeter (anggaran) yaitu fungsi mengisi Kas Negara/Anggaran Negara yang diperlukan untuk menutup pembiayaan penyeknggaraan pemerintahan, pajak juga berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan negara dalam lapangan ekonomi dan sosial (fungsi mengatur / regulatif) (Mardiasmo, 2008:1).
· Fungsi Pajak
Dari definisi pajak yang sudah tergambarkan fungsi dari pajak
yaitu untuk menyediakan barang dan jasa publik. Fungsi pajak adalah
sebagai berikut :
a. Fungsi Finansial (budgeter), pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran.
b. Fungsi mengatur (regulerend), pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. Contoh: pajak yang tinggi terhadap minuman keras untuk mengurangi konsumsi minuman keras.
c. Fungsi stabilitas, dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan. Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien.
d. Fungsi redistribusi pendapatan, pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat (Fidel, 2008:3).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
· Jenis Pajak
Secara umum, pajak yang berlaku di Indonesia dapat dibedakan
menjadi Pajak Pusat dan Pajak Daerah. Pajak Pusat adalah pajak-pajak
yang dikelola oleh Pemerintah Pusat yang dalam hal ini sebagian dikelola
oleh Direktorat Jenderal Pajak - Departemen Keuangan. Sedangkan Pajak
Daerah adalah pajak-pajak yang dikelola oleh Pemerintah Daerah baik di
tingkat Propinsi maupun Kabupaten/Kota. Pajak-pajak Pusat dalam hal ini
adalah :
a. Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu Tahun Pajak. Yang dimaksud dengan penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang berasal baik dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat digunakan untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan dengan nama dan dalam bentuk apapun. Dengan demikian maka penghasilan itu dapat berupa keuntungan usaha, gaji, honorarium hadiah, dan lain sebagainya (Hadi Purnomo, 2004:1).
b. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adaiah pajak yang dikenakan atas konsumsi Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean. Orang Pribadi, perusahaan, maupun pemerintah yang mengkonsumsi Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak dikenakan PPN. Pada dasarnya, setiap barang dan jasa adalah Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak, kecuali ditentukan lain oleh Undang-undang PPN. Tarif PPN adalah tunggal yaitu sebesar 10%. Dalam hal ekspor, tarif PPN adalah 0%. Yang dimaksud Dengan Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, peraian, dan ruang udaradiatasnya (Hadi Purnomo,2004:1)
c. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn BM), selain dikenakanPPN, atas barang-barang kena pajak tertentu yang tergolong mewah, juga dikenakan PPn BM. Yang dimaksud dengan Barang Kena Pajak yang tergolong mewah adalah: 1. Barang tersebut bukan merupakan barang kebutuhan pokok 2. Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu 3. Pada umumnya barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat
berpenghasilan tinggi 4. Barang tersebut dikonsumsi untuk menunjukkan status
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
5. Apabila dikonsumsi dapat merusak kesehatan dan moral masyarakat, serta mengganggu ketertiban masyarakat (Hadi Purnomo, 2004:2).
d. Bea Meterai adalah pajak yang dikenakan atas dokumen, seperti surat perjanjian, akta notaris, serta kwitansi pembayaran, surat berharga, dan efek, yang memuat jumlah uang atau nominal diatas jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan ( Hadi Purnomo, 2004:2).
e. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak yang dikenakan atas kepemilikan atau pemanfaatan tanah dan atau bangunan. PBB merupakan Pajak Pusat namun demikian hampir seluruh realisasi penerimaan PBB diserahkan kepada Pemerintah Daerah baik Propinsi maupun Kabupaten/Kota (Hadi Purnomo, 2004:2).
f. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) adalah pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan. Seperti halnya PBB, walaupun BPHTB dikelola oleh Pemerintah Pusat namun realisasi penerimaan BPHTB seluruhnyadiserahkan kepada Pemerintah Daerah baik Propinsi maupun Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan (Hadi Purnomo, 2004:2).
· Jenis Wajib Pajak
a. Wajib Pajak Orang Pribadi Wajib Pajak (WP) adalah Orang Pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan perilndang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu.
b. Wajib Pajak Badan Wajib Pajak (WP) adalah Orang Pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu.
c. Wajib Pajak Bendaharawan Bendaharawan Pemerintah adalah Bendaharawan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Instansi atau Lembaga Pemerintah, Lembaga Negara lainnya dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Luar Negeri, yang membayar gaji, upah, tunjangan, honorarium dan pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan.
d. Wajib Pajak Patuh Wajib Pajak Patuh adalah Wajib Pajak yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak sebagai Wajib Pajak yang memenuhi kriteria tertentu yang dapat diberikan pengembalian pendahuluan kelebihanpembayaranpajak(http://www.paiak.go.ld/index.php?optionconicontent&view=article&N7285&Itemid=175X)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
· Sistem Pemungutan Pajak
a. Official Assessment System Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada pemungut pajak (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayar (pajak yang terutang) oleh Wajib Pajak.
b. Self Assessment System Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang penuh
kepada Wajib Pajak untuk menghitung, menyetorkan dan melaporkan sendiri besarnya utang pajak.
c. With Holding System Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang.
· Subyek Pajak Penghasilan Orang Pribadi
a. Subjek Pajak Dalam Negeri Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia dan atau orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat bertempat tinggal di Indonesia. Kewajiban pajak subjektif orang pribadi dalam negeri dimulai pada saat orang pribadi tersebut dilahirkan, berada, atau berniat untuk bertempat tiggal di Indonesia dan berakhir pada saat meninggal dunia atau meninggalkan Indonesia.
b. Subjek Pajak Luar Negeri 1) Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia
atauberada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melaui bentuk usaha tetap di Indonesia.
2) Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
Kewajiban pajak subjektif orang pribadi luar negeri dimulai saat
orang pribadi tersebut menerima atau memperoleh penghasilan dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Indonesia dan berakhir pada saat tidak lagi memperoleh penghasilan
tersebut.
· Objek Pajak Penghasilan Orang Pribadi
Objek Pajak Penghasilan adalah penghasilan yaitu setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik
berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai
untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang
bersangkutan dengan nama dan bentuk apapun, temasuk:
a. penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh, termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang;
b. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan; c. laba usaha; d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta
termasuk: 1) keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan
persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyerahan modal;
2) keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota;
3) keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha;
4) keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungannya dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau pengasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan.
e. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya;
f. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
g. deviden, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk deviden dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;
h. royalti; i. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta; j. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala; k. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan
jumlah tertentu yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah; l. keuntungan karena selisih kurs mata uang asing; m. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva; n. premi asuransi; o. iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya
yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
p. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak.
· Ketentuan Perpajakan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi
Wajib Pajak diharuskan melaksanakan kewajiban
perpajakannya dengan cara sebagai berikut:
a. Mendaftarkan diri menjadi Wajib Pajak dan Pengusaha Kena Pajak (pasal 2 (1) & (2) UU KUP).
b. Mengambil Surat Pemberitahuan sendiri ke KPP atau tempat lain yang telah ditentukan oleh DJP (pasal 3 (2) UU KUP).
c. Mengisi SPT dengan benar, lengkap, dan jelas serta menandatanganinya dan melaporkan SPT (pasal 3 (1) UU KUP).
d. Membayar pajak yang terhutang yang telah dihitung sendiri tanpa menunggu adanya SKP atau STP (pasal 12 (1) UU KUP).
e. Menyelenggarakan pembukuan, kecuali Wajib Pajak yang dibebaskan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan tetapi wajib menyelenggarakan pencatatan (pasal 28 (1) UU KUP).
f. Menyimpan dokumen sebagai dasar penghitungan pajak selama 10 tahun (pasal 28 (11) UU KUP).
g. Memperlihatkan pembukuan dan memberikan keterangan apabila dilakukan pemerikasaan (pasal 29 (3) UU KUP).
· Surat Pemberitahuan (SPT)
Surat pemberitahuan adalah surat yang digunakan untuk
melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
dan/atau bukan objek pajak, harta kewajiban sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan perpajakan. Surat Pemberitahuan Tahunan
Orang Pribadi adalah surat pemberitahuan untuk satu tahun pajak atau
bagian tahun pajak, seperti :
a. SPT Tahunan Orang Pribadi Wajib Pajak yang melakukan
pekerjaan bebas atau melakukan kegiatan usaha tetapi menerima
penghasilan dari satu pemberi kerja atau lebih pemberi kerja,
menerima penghasilan dalam negeri lainnya dan menerima
penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat
Final.
b. SPT Tahunan Orang Pribadi Wajib Pajak yang penghasilan hanya
dari satu pemberi kerja dengan jumlah penghasilan brutonya tidak
melebihi 60 juta setahun.
Batas penyanpaian Surat Pemberitahuan Tahunan Orang Pribadi
paling lambat 3 (tiga) bulan setelah akhir tahun pajak atau tanggal 31
Maret. Sanksi yang dikenakan kepada Wajib Pajak apabila terlambat
dalam melaporkan SPT, maka dikenakan denda sebesar Rp
100.000,00 (seratus ribu rupiah) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (1).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
1.5.6 Evaluasi Program
Program adalah sederetan kegiatan yang akan dilakukan untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.11 Evaluasi adalah suatu proses yang terus
berlangsung, terutama dalam program jangka panjang. Evaluasi dilakukan
untuk mengetahui seberapa besar usaha yang telah dilakukan untuk
mencapai tujuan dan seberapa besar hasil yang telah didapatkan. Melalui
evaluasi dapat diketahui langkah tepat apa saja yang telah diambil atau
langkah salah yang telah diterapkan. Tanpa evaluasi tidak akan diketahui
sampai mana kemajuan atau kemunduran yang telah diperoleh. Dan yang
paling penting dari sebuah evaluasi adalah bagaimana organisasi dapat
melakukan yang lebih baik lagi di kesempatan yang akan datang.
Michael Quinn Patton mengemukakan bahwa :
“Evaluation should start with an understanding of who the evaluation’s users are and how they will use the evaluation, as well as what evaluation questions they want answered. Getting clarity on these items up front will ensure the evaluation delivers the right kind of information when it is needed. It also will help avoid misplaced expectations down the road.”12
Evaluasi menurut Profesor James Bissland adalah :
“The systematic assessment of a program and its results. It is a means for practitioners to offer accountability to clients – and to themselves.”
Dari definisi di atas jelas bahwa evaluasi adalah suatu cara yang
sistematis dalam mengevaluasi suatu program dan hasil-hasilnya. Evaluasi ini
bermanfaat bagi organisasi itu sendiri baik secara eksternal maupun internal.
Proses evaluasi dimaksudkan untuk menguraikan dan memahami
dinamika internal berjalannya suatu program, memandang tidak hanya
11 Suharsimi Arikunto, Penilaian Program Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta, 1998, hal.1 12 Julia Coffman, A User’s Guide to Advocacy Evaluation Planning, Int. Journal, 2009.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
aktivitas formal dan hasil yang diharapkan tetapi juga menyelidiki pola-
pola tidak formal akibat yang tidak diharapkan dalam konteks penuh dari
implementasi program dan perkembangannya. Akhirnya, proses evaluasi
biasanya memasukan persepsi orang yang dekat dengan program mengenai
bagaimana semuanya berjalan.13
Evaluasi program merupakan kegiatan untuk mengatur
keberhasilan sebuah program. Evaluasi ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui efektivitas pencapaian tujuan, hasil atau dampak suatu
kegiatan atau program dan juga mengenai proses pelaksanaan suatu
kebijakan yang telah direncanakan dan dilaksanakan dalam kurun waktu
tertentu.14 Schuman memandang evaluasi sebagai sebuah proses
menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan
untuk mendukung tercapainya tujuan. Evaluasi program ini termasuk
dalam kategori evaluais sumatif, yang mana dilakukan untuk membuat
dasar keputusan tentang apakah program itu efektif dan apakah itu harus
dilanjutkan, mengukur ketercapaian program.
Evaluasi memberikan kontribusi yang sangat besar bagi sebuah
program. Wujud hasil dari evaluasi adalah sebuah rekomendasi dari
evaluator untuk mengambil keputusan (decision maker). Evaluasi dapat
dipakai untuk mengetahui seberapa luas program itu berhasil, sehingga
dapat dibuat sebuah keputusan seperti :
13 Michael Quinn Patton, Metode Evaluasi Kualitataif, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2006, hal.30-32 14 H.B Sutopo, Metode Penelitian Kualitatif, Sebelas Maret University Press, Surakarta, 2002, hal.113
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
1. Menghentikan program karena dipandang bahwa program tersebut tidak ada manfaatnya atau tidak dapat terlaksana sebagaimana yang diharapkan.
2. Merevisi program karena ada bagian-bagian yang kurang sesuai dengan harapan.
3. Melanjutkan program karena pelaksanaan program menunjukan bahwa segala sesuatu sudah berjalan sesuai harapan dan memberikan hasil yang bermanfaat.
4. Menyebarluaskan program (melaksanakan program di tempat lain atau mengulangi program di lain waktu) karena program tersebut berhasil dengan baik, bermanfaat dan perlu dilaksanakan lagi di lain waktu serta di tempat lain.15
Evaluasi berkaitan dengan konsep efektivitas. Mengevaluasi sama
halnya dengan melihat apakah program dilaksanakan secara efektif atau
tidak. Pengertian efektivitas yang dijelaskan oleh H Emerson dalam
Soewarno Handayaningrat (1986 :16) dengan mengatakan :
“Effectivitas is measuring intern at attaining prescribed genis or
ojectives”
Yang berarti efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya
tujuan/sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Sedangkan menurut
Rosady Ruslan (2007:32) efektivitas berarti berhasil mencapai tujuan
seraya untuk memuaskan semua pihak terkait.
Efektivitas suatu program dapat dilihat dari efek positif yang
terjadi setelah program tersebut dilaksanakan. Evaluasi diperlukan untuk
melihat apakah suatun program dapat terlaksana dengan baik dan
membawa efek positif sesuai yang diinginkan.
15 Suharsimi Arikunto, Op.Cit. hal.8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Evaluasi program dapat dibedakan ke dalam berbagai jenis,
tergantung tujuan evaluasi. Jika berdasarkan tahap-tahap penyelenggaraan
suatu program, evaluasi dibagi menjadi tiga macam, yaitu :16
1. Pre-Programme Evaluation (evaluasi yang diselenggarakan sebelum program mulai dilaksanakan).
2. On-Going Programme Evaluation (evaluasi yang diselenggarakan pada saat suatu program masih sedang berlangsung).
3. Ex-Post Programme Evaluation (evaluasi yang dilaksanakan sesudah berakhirnya sebuah program).
Penelitian tentang efektivitas kampanye melaui kegiatan pembinaan,
edukasi, dan pelayanan wajib pajak orang pribadi baru ini tergolong dalam On-
Going Programme Evaluation. On-Going Programme Evaluation merupakan
analisa yang bersifat “action-oriented” atas dan akibat dampak program dilihat
dari perspektif tujuan atau akibat dan dampak program yang diinginkan (Cernea &
Tepping, 1997). Fungsi utama dari On-Going Programme Evaluation adalah :
1. Menyarankan pemecahan masalah-masalah yang timbul di dalam pelaksanaan program.
2. Menilai apakah penyelenggara program benar-benar memperoleh keuntungan dari penyelenggaraan program.
3. Membantu penyelenggaraan/manajemen program melakukan penyesuaian program terhadap situasi dan tujuan yang berubah.
4. Membantu manajemen melakukan penyesuaian-penyesuaian kebijakan tentang tujuan, organisasi kelembagaan dan sumber daya yang mempengaruhi penyelenggaraan program.17
Dalam penelitian evaluasi ini, peneliti menggunakan cara
pendekatan model CIPP (Context, Input, Process, Product). Pendekatan
CIPP ini pada dasarnya merupakan pendekatan yang digunakan dalam
16 Nasikun, Seminar Sistem Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Pedesaan 9-11 Maret 1987, PAU Studi Sosial UGM, Yogyakarta, hal 11 yang dikutip dari skripsi Pungki Hernita Widyastuti tahun 2009 17 Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
pengembangan program yang secara keseluruhan memperhitungkan
keterkaitan antar faktornya (CIPP).
Pendekatan model CIPP dikembangkan oleh Daniel L. Stufflebeam
dan kawan-kawannya yang tergabung dalam kelompok ilmuwan Phi Delta
Kapha (1967) di Ohio State University Amerika Serikat, dengan empat
sasaran penilaian, yaitu:
1. Penilaian tentang Context (konteks) Menurut Gilbert Sax, penilaian konteks merupakan penggambaran
dan spesifikasi tentang lingkungan program, kebutuhan yang belum terpenuhi, populasi dan sample dari individu yang dilayani dan tujuan program. Atau bisa dikatakan penilaian konteks adalah penilaian terhadap kebutuhan, tujuan pemenuhan kebutuhan dan karakteristik individu yang menanganinya.
Penilaian konteks dilakukan untuk menjawab pertanyaan sebagai berikut :
a. Kebutuhan apa saja yang belum terpenuhi oleh kegiatan program?
b. Tujuan pengembangan manakah yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan?
c. Tujuan pengembangan manakah yang berhubungan dengan kepentingan masyarakat?
d. Tujuan manakah yang paling mudah dicapai? 2. Penilaian tentang Input (masukan)
Meliputi pertimbangan tentang sumber daya dan strategi yang diperlukan untuk mencapai tujuan umum dan tujuan khusus suatu program. Informasi-informasi yang terkumpul selama tahap penilaian, seharusnya digunakan oleh pengambil keputusan untuk menentukan sumber dan strategi di dalm keterbatasan dan hambatan yang ada.
Penilaian masukan digunakan untuk menjawab pertanyaan sebagai berikut :
a. Apakah strategi yang digunakan oleh program sudah sesuai dengan pencapaian tujuan?
b. Apakah strategi yang diambil merupakan strategi resmi? c. Strategi manakah yang sudah ada sebelumnya dan sudah
cocokkah untuk pencapaian tujuan program kampanye sebelumnya?
d. Prosedur dan jadwal khusus mana yang digunakan untuk melaksanakan strategi tersebut?
e. Apa ciri khusus dari kegiatan yang dilaksankan di dalam program dan apa akibatnya yang ditimbulkannya?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
3. Penilaian tentang Process (proses) Meliputi koleksi data penilaian yang telah ditentukan dan
diterapkan dalam praktek. Dalam penialain proses diperlukan catatan tentang kejadian-kejadian yang muncul selama program berlangsung. Catatan tersebut digunakan untuk menentukan kelemahan dan kekuatan pendukung dan penghambat program jika dikaitkan dengan keluaran yang ditemukan. Tujuannya adalah membantu penanggungjawaban pemantauan agar lebih mudah mengetahui kelemahan-kelemahan program dari berbagai aspek untuk kemudian dapat dengan mudah melakukan remidi. Penilaian proses digunakan untuk menjawab pertanyaan sebagai berikut:
a. Apakah kegiatan program sudah sesuai dengan jadwal yang ditentukan?
b. Perlukah staf pelaksana diberi orientasi mengenai mekanisme kegiatan program?
c. Apakah fasilitas dan bahan penunjang lain telah digunakan secara tepat?
d. Hambatan apakah yang dijumpai selama pelaksanaan program berlangsung dan perlu diatasi?
4. Penilaian tentang Product (hasil) Penilaian yang dilakukan oleh penilai di dalam mengukur
keberhasilan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Penilaian ini berfungsi membantu penanggung jawab program dalam mengambil keputusan, meneruskan, memodifikasi atau menghentikan program. Penilaian hasil memerlukan perbandingan antara hasil program dengan tujuan yang telah ditetapkan. Penilaian hasil digunakan untuk menjawab pertanyaan:
a. Tujuan mana yang sudah dicapai ? b. Pernyataan seperti apa yang dapat dibuat yang menunjukkan
hubungan antara spesifikasi prosedur dengan hasil nyata dari kegiatan program?
c. Kebutuhan individu manakah yang telah terpenuhi sebagai akibat dari kegiatan program?
d. Hasil jangka panjang apakah yang nampak sebagai akibat dari kegiatan program? (Arikunto, 1998:39-43)
Menurut Arikunto, ada tiga dimensi dalam penelitian evaluasi
dengan model CIPP, yaitu :
a. Tipe Evaluasi Konteks, input, proses dan hasil
b. Manfaat Evaluasi Digunakan untuk pengambilan keputusan (decision making) dan bukti pertanggungjawaban (accountability)
c. Tahap evaluasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
§ Menggambarkan (delineating) Berkaitan dengan pertanyaan “pertanyaan seperti apa yang akan diajukan?”
§ Memperoleh (obtaining) Berkaitan dengan pertanyaan “bagaimankah cara memperoleh informasi yang diperlukan?”
§ Menyediakan (providing) Berkaitan dengan pertanyaan “bagaimanakah informasi yang diperoleh akan dilaporkan?”
Alasan pemilihan model evaluasi CIPP, karena secara keseluruhan
model CIPP memperhatikan keterkaitan secara menyeluruh dari
konteksnya yang meliputi informasi dari beberapa faktor mengenai kondisi
dan karakteristik konteks sebelum dilaksanakan. Masukan yang diberikan
sebagai persiapan pelaksanaan program supaya berjalan lancar. Proses
bagaiamana program dilaksanakan dari awalnya dengan pendekatan
apakah sesuai konteks dan merupakan proses yang tepat untuk mencapai
tujuan program. Dan akhirnya bagaimana kualitas hasil (product) yang
telah dicapai selama pelaksanaan program yang dievaluasi tersebut.18
Dari kumpulan informasi tersebut, maka peneliti bisa menganalisis
dengan melihat kesesuaian antar faktornya, sehingga bisa diketahui
kelemahan dan kekuatan program yang sedang diteliti. Oleh karena itu,
hasil penelitian tersebut dijadikan dasar untuk menyusun secara
operasional untuk memperbaiki dan mengembangkan program.
Stufflebeam mencoba menghubungkan evaluasi dengan
pengambilan keputusan dalam penelitian evaluasi model CIPP.
18 H.B Sutopo. Op.Cit. hal. 116
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Pengambilan keputusan adalah konseptualisasi dari proses keputusan
seperti kesadaran, pemilihan dan tindakan.
Dalam proses tersebut peran evaluator adalah:
1. Memantau program mengidentifikasi kebutuhan dan kesempatan.
2. Mengidentifikasi alternatif dari konsepsi persoalan yang dipecahkan
untuk memenuhi kebutuhan dalam menggunakan kesempatan.
3. Mengukur alternatif perumusan masalah dari berbagai posisi nilai.
4. Mengukur atau mempertimbangkan situasi yang membutuhkan
perubahan dan apakah tersedia informasi yang cukup sehingga
memungkinkan terjadinya perubahan kegiatan.
Dalam model evaluasi CIPP, terdapat empat macam keputusan
dengan urutan :
1. Planning decisions, yaitu pemilihan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai.
2. Structure decisions, yang berisi optimalisasi strategi dan prosedur yang telah direncanakan dalam planning decisions.
3. Implementations decisions, dengan penekanan pada pelaksanaan desain, strategi dan metode yang telah dipilih.
4. Recycling decisions, yaitu yang menentukan apakah program tersebut akan dilanjutkan, diubah atau dihentikan sesuai dengan hasil yang telah dicapai.19
Beberapa studi evaluasi dengan model CIPP yang sudah pernah
dilaksanakan sebelumnya oleh mahasiswa program studi Ilmu Komunikasi
FISIP UNS antara lain :
1) Studi Evaluasi Efektivitas Publisitas Marketing Public Relation PT.
TELKOM Drive IV Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta
dalam meningkatkan product awareness/kepahaman produk di
kalangan pelanggan telepon perumahan Kota Surakarta.
19 Stephen Isaac & William B. Michael, Handbook and Evaluations, Edit Publisher, San Diego California, 1981, hal.6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Oleh : Yvanne Aries Widyarini, pada tahun 2003
Hasil penelitian program tersebut dapat disimpulkan program
publisitas dalam rangka meningkatkan awareness masih cukup saja.
Penilaian terhadap publisitas melalui analisa CIPP dan evaluasi
dampak mengenai publisitas MPR PT.Telkom Drive IV dalam
meningkatkan product awreness di kalangan telepon perumahan kota
surakarta menunjukan tingkat yang cukup efektif.
2) Studi Efektivitas Program Kampanye “Kenali Rupiah Anda dengan
3D” oleh Direktorat Pengedaran Uang (DPU) BI Surakarta terhadap
Uang Palsu yang Beredar di Sekitar Wilayah Surakarta.
Oleh : Nurul Solichah, pada tahun 2008
Hasil penelitian pada program ini belum bisa dikatakan berhasil
karena belum bisa meraih hasil berupa kesediaan masyarakat untuk
menjelaskan uang yang diragukan keaslianya yang mereka dapatkan
kepada BI maupun pihak kepolisian. Meskipun demikian, KBI
Surakarta sudah berhasil meraih tujuan awal dari pengadaan program
yaitu mengenalkan dan menanamkan pengetahuan tentang metode
deteksi keaslian rupiah dengan 3D dan security features pada rupiah.
3) Studi Evaluasi Program Kampanye “Hemat Listrik 17-22” olah PT.
PLN (persero) APJ Surakarta Terhadap Penghematan Penggunaan
Listrik di Surakarta.
Oleh : Pungki Hernita Widyastuti, pada tahun 2009
Hasil dari studi evaluasi program kampanye hemat listrik 17-22,
menunjukan bahwa program ini sudah cukup berhasil. Hal ini
diketahui dari dampak positif yang terjadi pada peserta program.
Dampak tersebut adalah meningkatnya pengetahuan masyarakat
terhadap pentingnya menghemat listrik terutama pada pukul 17-22.
Namun masyarakat masih kurang peduli terhadap lingkungan. Mereka
hanya tahu bahwa program ini memiliki dampak positif untuk
mengurangi pembayaran rekening listrik setiap bulannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
1.6 Kerangka Pikir
Agar dapat memberikan gambaran permasalahan, maka diperlukan
adanya suatu alur pemikiran. Untuk lebih jelasnya dapat diterangkan melalui
bagan kerangka pemikiran sebagai berikut :
Tabel 1.6 Alur pemikiran efektivitas kampanye taat pajak oleh Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Pratama Karanganyar terhadap kepatuhan pelaporan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi
Gambar kerangka pikir diatas menunjukan bahwa Input, Process
dan Product/hasil merupakan bagian dari Context yang keseluruhannya
biasa disingkat dengan CIPP. Kemudian keempatnya diteliti dan dianalisis
dengan metode analisis model CIPP untuk mengetahui dampak atau efek
yang terjadi baik ke dalam (organisasi) maupun ke luar (masyarakat), baik
itu dampak positif maupun negatif. Hal itu dilakukan untuk mengetahui
efektivitas dari program yang telah dilaksanakan. Dengan penjelasan
sebagai berikut :
INPUT PROCCESS PRODUCT
CONTEXT DAMPAK
KEDALAM KELUAR
POSITIF NEGATIF POSITIF NEGATIF
EFEKTIF ATAU TIDAK
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
1. Context
Ø Latar belakang program kampanye taat pajak
Ø Tujuan program kampanye taat pajak
Ø Sasaran program kampanye taat pajak
Ø Perencanaan program kampanye taat pajak
Ø Kesesuaian program kampanye taat pajak dengan visi dan misi
Direktorat Jenderal Pajak
2. Input
Ø Pelaksana/SDM program kampanye taat pajak
Ø Pembagian tugas dan persiapan
Ø Sarana dan prasarana program kampanye taat pajak
3. Proccess
Ø Bentuk-bentuk kegiatan program kampanye taat pajak
Ø Fokus kegiatan program kampanye taat pajak
Ø Kelancaran program kampanye taat pajak
Ø Strategi program kampanye taat pajak
Ø Continuity dan consistency program kampanye taat pajak
Ø Pendukung kelancaran program kampanye taat pajak
Ø Hambatan peogram kampanye taat pajak
4. Product
Ø Pencapaian tujuan kampanye taat pajak
Ø Parameter keberhasilan kampanye taat pajak
5. Dampak ke dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Dampak yang ditimbulkan dari kampanye taat pajak untuk Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Karanganyar. Dampak ke dalam
dinilai dari sisi positif internal kampanye taat pajak terhadap Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Karanganyar dan sisi negatif terhadap
citra Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Karanganyar.
6. Dampak ke luar
Dampak yang ditimbulkan dari kegiatan kampanye taat pajak
untuk masyarakat yang sudah menjadi peserta kampanye atau yang
sudah menjadi Wajib Pajak dan masyarakat yang belum mendaftarkan
diri sebagai Wajib Pajak atau non peserta kampanye.
1.7 Metode Penelitian
Penelitian evaluasi pelaksanaan kampanye taat pajak ini menggunakan
pendekatan model CIPP. Pada awalnya peneliti menggunakan hasil penelitian
eksploratif (pra survey yang dilaksanakan sebelum proposal penelitian
disusun), yaitu untuk mengetahui berbagai hal yang terlibat dalam sasaran
studinya, sebab peneliti sama sekali belum mengetahui apa yang terjadi atau
dengan kata lain sasaran penelitian asing bagi peneliti. Karena peneliti
menggunakan pendekatan kualitatif, untuk mendukung penyajian data, studi
kasusnya mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam mengenai
potret kondisi tentang apa yang di lapangan (Sutopo, 2002:111). Data yang
dikumpulkan berupa kata-kata dalam kalimat dan gambar yang memiliki arti
lebih dari sekedar angka atau frekuensi (Sutopo, 2002:35)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
1.7.1 Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah jenis
penelitian evaluasi yang didukung data kualitatif. Penelitian ini
dilakukan untuk menggali, menemukan dan memahami, baik kekuatan
maupun kelemahan dari semua variabel pokok yang terlibat dalam
suatu kegiatan, peristiwa, pelaksanaan program, atau suatu karya
tertentu.20
Penelitian kualitatif lebih mementingkan makna, tidak ditentukan
oleh kuantitasnya. Metode penelitian kualitatif, tidak seperti kuantitatif,
tidak mendasarkan bukti-bukti empirik pada logika matematik , prinsip
bilangan ataupun teknik analisis statistik. Tetapi lebih mendasarkan diri
pada hal-hal yang bersifat diskursif, seperti transkrip dokumen, catatan
lapangan, hasil wawancara, dokumen tertuklis dan data nondiskursif
seperti foto, video tape.21
Penelitian kualitatif menurut Bogdan & Taylor (1975:5)
merupakan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata bertulis atau lisan dari narasumber dan perilaku yang dapat
diamati, sehingga dapat menghasilkan data yang valid.(Moleong,
2000:6)
1.7.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Karanganyar, Jl. KH. Samanhudi No.7 Kompleks Perkantoran Cangakan
20 H.B. Sutopo, Op.Cit. hal 114 21 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta: LKS, 2007, hal.37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Karanganyar. Alasannya karena Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Karanganyar merupakan instansi yang memiliki tugas dalam hal
melaksanakan segala operasional pelayanan perpajakan di bidang Pajak
Pengahasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Pajak
Tidak Langsung Lainnya (PTLL) dalam daerah wewenangnya berdasarkan
kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak.
1.7.3 Teknik Sampling
Teknik sampling berkaitan dengan pembatasan jumlah dan jenis
data yang akan digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian kualitatif,
cuplikan yang diambil bersifat selektif.
Sampel dalam penelitian ini biasanya tidak ditentukan terlebih
dahulu berdasarkan pada ketentuan yang mutlak, tetapi menyesuaikan
pada kebutuhan lapangan. Dalam penelitian kualitatif, sampel bukan yang
mewakili populasi tetapi lebih berfungsi untuk menggali serta menemukan
sejauh mungkin informasi penting. Dalam memilih sampel, yang utama
adalah bagaimana menentukan sampel sevariatif mungkin dan berikutnya
dapat dipilih untuk memperluas informasi yang telah diperoleh.
Dalam penelitian ini peneliti menentukan sejumlah
informan/narasumber untuk diwawancarai guna memperoleh keterangan
tentang permasalahan yang sedang diteliti. Dalam menentukan
informan/narasumber ini peneliti menggunakan teknik purposive sampling
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
(sampel bertujuan), dimana kecenderungan peneliti untuk memilih
informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara
mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap.22
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini tidak sebagai yang mewakili
populasinya tetapi lebih cenderung mewakili informasinya.
Adapun sampel yang akan diambil untuk dijadikan sumber data
dalam penelitian ini adalah
· Kepala Seksi Pelayanan
· Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi III
· Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
· Account Representatif (AR) KPP Pratama Karanganyar
· 5 orang masyarakat selaku sasaran program
1.7.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara merupakan bagian terpenting dalam penggalian
data. Dimana dilakukan untuk mendapatkan informasi atau
gambaran yang jelas, terperinci dan mendalam mengenai objek
penelitian.
22 H.B. Sutopo, Op.Cit. hal.56
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Pengertian interview atau wawancara menurut Moh. Nazir,
Ph.D (1988:234) dalam “Metode Penelitian” adalah :
“Proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil berttaap muka antara si penanya (interviewer) dengan si penjawab (interviwee) dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara)”23 Wawancara dalam penelitian ini dilakukan secara
mendalam atau indepth interview dengan tujuan untuk
mendapatkan data selengkap-lengkapnya karena tidak sedikit
informasi yang dibutuhkan oleh peneliti untuk melihat bagaimana
efektivitas dari pelaksanaan kampanye taat pajak ini.
Peneliti memiliki batasan pertanyaan untuk setiap masing-
masing narasumber. Interview Guide digunakan untuk memberikan
batasan kepada peneliti agar pertanyaan yang diajukan tidak
melebar juga supaya pertanyaan yang diajukan menjadi lebih
terarah. Semua informan mendapatkan pertanyaan yang sama
namun sesuai dengan kemampuan atau jabatan mereka dan
pengetahuan mereka serta kebutuhan data berupa konteks, input,
proses, produk dan dampak program kampanye taat pajak.
Interview Guide yang digunakan juga menyesuaikan
dengan informan penelitian namun tetap berpegang pada kebutuhan
data. Kegiatan wawancara dengan informan pelaksana program
23 Moh. Nazir, Ph.D, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1988, hal. 234
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
serta peserta program kampanye taat pajak dilakukan formal namun
menggunakan bahasa tidak kaku.
2. Observasi
Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari
sumber data yang berupa peristiwa, tempat dan benda serta
rekaman gambar. Observasi dapat dilakukan baik secara langsung
maupun tidak langsung. (Sutopo, 2002: 64). Dalam penelitian
program kampanye taat pajak, observasi yang dilakukan oleh
peneliti yaitu observasi berperan pasif dimana peneliti hanya
mendatangi lokasi, tetapi sama sekali tidak berperan sebagai
apapun selain sebagai pengamat pasif, namun hadir dalam
konteksnya.
3. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan mempelajari dokumen,
arsip, laporan, peraturan, dan literatur lainnya yang relevan dengan
permasalahan penelitian. “Melalui sumber tertulis peneliti dapat
menjajaki keadaan perseorangan atau masyarakat di mana
penelitian dilakukan”.24 Teknik dokumentasi digunakan dengan
maksud melengkapi data yang tidak diperoleh dari kegiatan
wawancara. Banyak peristiwa yang hanya terjadi satu kali atau
hanya berjalan dalam jangka waktu teretentu dan tidak akan
terulang kembali. Dalam hal semacam ini, kajian lewat
24 Lexi Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta:Remaja Rosdakarya, hal.112-116
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
peristiwanya secara langsung tidak dapat dilakukan, kecuali lewat
dokumen dan gambar bila ada.
1.7.5 Teknik Validitas Data
Data yang berhasil dikumpulkan dan dicatat harus diusahakan
kemantapan dan kebenarannya. Penulis harus bisa menentukan cara yang
tepat untuk mengembangkan validitas data yang diperolehnya. Validitas
merupakan jaminan kemantapan simpulan dan tafsir makna sebagai hasil
penelitian.(Sutopo, 2002: 77-78)
Validitas (validity) data dalam penelitian komunikasi kualitatif
lebih menunjuk pada tingkat sejauh mana data yang diperoleh telah secara
akurat mewakili realitas atau gejala yang diteliti.(Pawito, 2007: 97).
Untuk menjamin validitas data yang akan membuktikan apa yang
diamati penulis sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada di dalam
kenyataan lokasi penelitian dan apakah penjelasan yang akan diberikan
tentang deskripsi permasalahan sesuai dengan yang sebenernya terjadi
maka digunakanlah triangulasi. Trianggulasi adalah teknik keabsahan data
yang didasari pada pola pikir fenomenologi yang bersifat multiperspektif.
Artinya untuk menarik kesimpulan yang mantap diperlukan tidak hanya
satu cara pandang. Menurut Patton (1984) tehnik trianggulasi dibedakan
menjadi empat macam yaitu:
a. Trianggulasi Data (Sumber) Teknik trianggulasi data menurut istilah Patton juga disebut sebagai trianggulasi sumber. Tehnik yang mengarah pada penggunaan beragam sumber data yang tersedia. Data yang sama atau sejenis akan lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
mantap kebenarannya apabila digali dari berbagai sumber data yang berbeda.
b. Trianggulasi Metode Mengumpulkan data sejenis dengan menggunakan tehnik atau metode pengumpulan data yang berbeda. Ditekankan pada penggunaan metode pengumpulan data yang berbeda untuk menguji kemantapan informasinya pada sumber data yang sama.
c. Trianggulasi Peneliti Hasil penelitian, baik data ataupun simpulan bisa diuji validitasnya dari beberapa peneliti. Dari pandangan dan tafsir yang dilakukan oleh beberapa peneliti diharapkan bisa terjadi pertemuan pendapat yang pada akhirnya bisa lebih memantapkan hasil penelitian.
d. Trianggulasi Teori Trianggulasi ini dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji. Dari beberapa perspektif teori tersebut akan diperoleh pandangan yang lebih lengkap, tidak hanya sepihak sehingga bisa dianalisa dan ditarik kesimpulan yang lebih utuh dan menyeluruh. Setiap pandangan teori selalu memiliki kekhususan cara pandangan, maka dengan menggunakan beberapa perspektif teori akan menghasilkan simpulan yang multidimensi. (Sutopo, 2002: 78-82)
Dari keempat data yang dikemukakan Patton (1984), dalam
penelitian ini hanya menggunakan teknik trianggulasi data (sumber).
Triangulasi data yaitu suatu teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan data dari suatu sumber dengan dicek dari sumber lain untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding data.25 Penggunaan
beberapa sumber data yang berbeda sangat penting untuk penelitian ini
guna mendapatkan hasil penelitian atau kesimpulan yang valid.
1.7.6 Teknik Analisis Data
Analisis merupakan proses pencarian dan perencanaan sistematik
semua data dan bahan yang telah terkumpul agar peneliti mengerti benar
25 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitataif, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung, 2000, hal.178
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
makna yang telah disampaikan dan dapat menyajikan kepada orang lain
secara jelas dan terperinci.26
Data dikerjakan sedemikian rupa hingga berhasil menyimpulkan
kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab permasalahan
yang akan diajukan dalam penelitian.
Penelitian ini termasuk penelitian yang bersifat evaluasi kualitatif,
sehingga setelah semua data terkumpul, analisis data yang dilakukan
adalah analisis kualitatif interaktif. Sedangakan evaluasinya menggunakan
model CIPP (Context, Input, Process and Product/Output) yang meliputi
penilaian terhadap konteks, input, proses dan hasil berdasarkan data
deskriptif dari data-data yang diperoleh dengan tujuan untuk
menggambarkan keadaan/fenomena.27
Yang dimaksud analisis kualitatif interaktif menurut H.B Sutopo
adalah :
“Data dianalisis melalui tiga tahap, yaitu mereduksi data, menyajikan data dan kemudian menarik kesimpulan. Dilakukan pada siklus antara ketiga tahap tersebut sehingga data yang terkumpul berhubungan satu sama lain secara sistematis.28
Untuk lebih jelasnya, analisis interaktif digambarkan dengan
bagan seperti di bawah ini :
26 H.B. Sutopo, Opcit, hal.77 27 Suharsismi Arikunto, Opcit, hal.195 28 H.B Sutopo, Opcit, hal.91
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Tabel 1.7 Model Analisis Interaktif
Dalam penelitian kualitatif, proses analisa data dilakukan pada
awal mulanya bersamaan dengan proses pengumpulan data. Yang
dimaksud ketiga komponen dalam proses analisis kualitatif interaktif
diatas adalah sebagai berikut :
a. Reduksi Data Reduksi data merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data (kasar) yang ada dalam fieldnote. Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan riset yang dimulai dari bahan reduction yang sudah dimulai sejak peneliti mengambil keputusan. Data reduction adalah bagian dari analisis, suatu bentuk analisis yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak penting, dan mengatur data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat dilakukan.
b. Sajian Data Merupakan suatu rakitan organisasi informasi yang memungkinkan kesimpulan riset untuk dilakukan.dengan melihat suatu penyajian data, peneliti akan mengerti apa yang terjadi dan memungkinkan untuk mengejakan sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pengertian tersebut. Display meliputi berbagai jenis matriks, gambar atau skema, jaringan kerja keterkaitan kegiatan, dan tabel. Kesemuanya dirancang guna merakit informasi secara teratur supaya mudah dilihat dan dimengerti.
c. Penarikan Kesimpulan Dalam awal pengumpulan data, peneliti sudah harus mulai mengerti apa arti dari hal-hal yang ditemui dengan melakukan pencatatan peraturan-peraturan, pola-pola, pernyataan-pernyataan, dan proposisi-
Pengumpulan Data
Reduksi Data
Penyajian Data
Penarikan Kesimpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
proposisi. Kesimpulan akhir tidak akan terjadi sampai proses pengumpulan data berakhir.(Sutopo, 2002: 91-93)
Penarikan kesimpulan hanyalah merupakan sebagian dari
rangkaian kegiatan dan konfigurasi yang utuh. Dalam penelitian ini, hasil
wawancara yang telah dilakukan akan memudahkan pengecekan data guna
menarik suatu kesimpulan sementara proses penelitian berlangsung.
Ketiga komponen tersebut merupakan serangkaian proses yang
saling berinteraksi dengan pengumpulan data sebagai pegangan utama.
Apabila data yang dihasilkan belum mencukupi dalam ketiga bagian
tersebut, peneliti akan mengumpulkan data kembali dengan menyusun
pertanyaan penggalian data yang baru, sehingga diperoleh hasil yang
mantap.
Model analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisa dengan model CIPP yaitu analisis dengan empat sasaran penilaian,
yaitu penilaian konteks (context), masukan (input), proses (process) dan
hasil (product). Model ini diidentifikasi sebagai proses untuk
menggambarkan, mendapatkan dan menyediakan informasi-informasi
yang berguna sebagai alat pengambilan keputusan. Melalui model CIPP,
maka proses evaluasi ini akan dapat dijelaskan satu per satu mulai dari
Context, Input, Process dan Product.
Tabel 1.8
MODEL EVALUASI CIPP
Context Input Process Product
Pengambilan
Keputusan
Tujuan-
tujuan
Strategi
pemecahan
Penerapan
atau
Berhenti,
dilanjutkan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Rancangan
prosedur
implementasi dimodifikasi,
atau diulang
kembali
Pertanggung
jawaban
Catatan
mengenai
tujuan dan
landasan atas
pemilihan
tujuan
tersebut
Catatan
mengenai
strategi yang
dipilih dan
alasan-alasan
atas pemilihan
strategi
tersebut
Catatan
mengenai
proses yang
terjadi
Catatan
mengenai
pencapaian
dan keputusan
ulang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65