Post on 04-Dec-2020
6
Universitas Muhammadiyah Riau
BAB 2
LANDASAN TEORI
1.1 Tinjauan Pustaka
Penelitian yang dilakukan annisa febri nadya dkk (2014) Analisis Penilaian
Kesiapan & Implementasi Sistem Informasi B-m@x dengan ITIL Versi 3 pada
Domain Service Transition & Service Operation) Studi kasus PT.PLN Regional
Jawa Barat dan Banten.penelitian bertujuan untuk mengevaluasi service
management sistem informasi B- m@x. Sesuai dengan SK DIR PT PLN, proses,
pengembangan dan pemeliharaan sistem teknologi informasi hanya dapat
dilaksanakan setelah dilakukan pengujian dan analisa resiko terhadap sistem
teknologi informasi eksiting maupun terhadap bisnis perorangan.
Hasil dari penelitian ini adalah Sistem b-m@x online secara umum berada
pada level 4 (managed), pada domain service transition danservice operation. Ini
berarti bahwa proses-proses terkait sistem telah direncanakan dan dilakukan secara
rutin, didokumentasikan sesuai standar dan telah dilakukan kinerja proses secara
rutin.
Penelitian yang dilakukan romadhon ahmad dkk (2018) Mengukur Tingkat
Kematangan Layanan IT dengan Framework ITIL V3 (Studi kasus: PUSTIPANDA
UIN Jakarta). Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui kualitas layanan IT, maka
perlu dilakukan pengukuran tingkat kematangan pada layanan tersebut. Salah satu
kerangka kerja yang cocok pada bidang pendidikan yaitu ITIL. ITIL menyediakan
kerangka kerja untuk pengelolaan dan pengendalian layanan IT yang berfokus pada
pengukuran berkelanjutan dan peningkatan kualitas layanan IT, baik dari sisi
kebutuhan bisnis maupun pelanggan.
Hasil dari peneelitian ini adalah Setelah melakukan pengukuran tingkat
kematangan layanan IT berdasarkan ITIL maturity level self- assessment, maka
skor yang didapat pada site service desk berjumlah 78 point dan site incident
management hanya mendapatkan 6 point. Sedangkan pada site problem
managementtidak ada point yang didapatkan.
7
Universitas Muhammadiyah Riau
Penelitian yang dilakukan oleh susilowati susi (2012) EVALUASI TATA
KELOLA LAYANAN TEKNOLOGI INFORMASI PADA AREA SERVICE
OPERATION MENGGUNAKAN KERANGKA KERJA ITIL VERSI 3 (Studi
Kasus: Pada Dinas Komunikasi Dan Informasi Kota Depok).penelitian ini
bertujuan untuk untuk mengetahui tingkat kematangan (maturity) TI yang
digunakan oleh Diskominfo. Bentuk evaluasi yang dilakukan pada penelitian ini
mengacu pada kerangka kerja ITIL (InformationTechnology Infrastucture Library)
versi 3 sebagai best practices dalam mengelola proses ITSM
(InformationTechnology Service Management) yang secara spesifik melakukan
pengkajian terhadap fungsi, operasional, dan atribut organisasi yang diperlukan
agar tata kelola operasional dapat dioptimalisasi secara penuh
Hasil dari penelitian ini adalah Tingkat kematanagan tata kelola layanan TI
pada Diskominfo saat ini yang telah diukur berdasarkan kerangka kerja ITIL versi
3 adalah berada pada level 2 – repeatable. Artinya proses-proses dan kegiatan yang
ada sudah memiliki tingkat kedisiplinan dan kepatuhan.
2.2 Pengertian Evaluasi
Menurut Anne Anastasi,arti evaluasi adalah proses sistematis untuk
menentukan sejauh mana tujuan instruksional dicapai oleh seseorang. Evaluasi
merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik, dan terarah
berdasarkan tujuan yang jelas.
Menurut Sajekti Rusi,pengertian evaluasi adalah proses menilai sesuatu, yang
mencakup deskripsi tingkah laku siswa baik secara kuantitatif (pengukuran)
maupun kualitatif (penilaian).
Menurut Suharsimi Arikunto,arti evaluasi adalah serangkaian kegiatan yang
bertujuan untuk mengukur tingkat keberhasilan suatu program pendidikan.
Jadi evaluasi adalah suatu proses identifikasi untuk mengukur/ menilai
apakah suatu kegiatan atau program yang dilaksanakan sesuai dengan perencanaan
atau tujuan yang ingin dicapai.
8
Universitas Muhammadiyah Riau
Ada juga yang mengatakan bahwa arti evaluasi adalah suatu kegiatan
mengumpulkan informasi mengenai kinerja sesuatu (metode, manusia, peralatan),
dimana informasi tersebut akan dipakai untuk menentukan alternatif terbaik dalam
membuat keputusan.
Evaluasi sangat dibutuhkan dalam berbagai bidang kehidupan manusia
sehingga meningkatkan efektivitas dan produktivitas, baik dalam lingkup
individu,kelompok, maupun lingkungan kerja. Adapun beberapa informasi yang
didapatkan dari proses evaluasi adalah sebagai berikut:
a. Tingkat kemajuan suatu kegiatan.
b. Tingkat pencapaian suatu kegiatan sesuai dengan tujuannya.
c. Hal-hal yang harus dilakukan di masa mendatang.
2.3 Tata Kelola Teknologi Informasi
Tata kelola teknologi informasi (IT governance) merupakan cabang dari
sistem tata kelola perusahaan yang berfokus pada teknologi informasi (TI) serta
kinerja dan manajemen risiko. Meningkatnya minat IT governance muncul
terutama karena inisiatif kepatuhan (seperti Sarbanes-Oxley di AS dan Basel II di
Eropa) serta pengakuan tumbuh dari kemudahan proyek TI untuk lepas kendali
yang dapat mengakibatkan besar terhadap kinerja organisasi.
Tema utama diskusi tata kelola TI adalah bahwa teknologi informasi tidak
bisa lagi menjadi kotak hitam. Secara tradisional, penanganan kunci pengambilan
keputusan di bidang teknologi informasi yang diberikan kepada profesional TI
karena pengalaman teknis terbatas eksekutif lainnya di tingkat direksi perusahaan
serta kompleksitas sistem TI itu sendiri.
IT governance untuk membangun sistem yang semua pemangku kepentingan,
termasuk direksi dan komisaris serta pengguna internal dan bagian terkait seperti
keuangan, dapat memberikan masukan yang diperlukan untuk proses pengambilan
keputusan. Hal ini untuk mencegah satu pihak tertentu, biasanya TI, disalahkan
untuk keputusan yang salah. Hal ini juga mencegah munculnya keluhan dari
pengguna nanti sistem yang tidak memberikan hasil atau kinerja seperti yang
diharapkan.
9
Universitas Muhammadiyah Riau
Tujuan utama dari tata kelola TI adalah :
a. Pastikan investasi TI untuk mendukung strategi bisnis.
b. Mengurangi risiko terkait TI dalam organisasi.
2.4 Infromation Teknologi Service Management (ITSM)
Information Technology Service Management (ITSM) Dasar dari ITSM
dapat ditemukan di dalam manajemen layanan dan pada beberapa fungsi yang
dilakukan pada penerapan teknologi informasi. Pada perkembangannya fungsi-
fungsi layanan tersebut memperoleh tingkat maturitas yang lebih tinggi sebagai
contoh Manajemen Perubahan, Manajemen Konfigurasi, Manajemen kapasitas,
manajemen kinerja, pemulihan bencana, manajemen ketersediaan dan banyak lagi.
ITSM adalah proses yang sangat terfokus pada kerangka kerja dan metodologi
peningkatan kualitas seperti TQM, Six Sigma, Business Process Management,
CMMI). Ilmu tidak membahas mengenai detail penggunaan suatu produk vendor
atau pada detail teknis dari sistem yang sedang dibuat. Namun fokusnya pada
menyediakan kerangka kerja yang menstrukturisasiaktivitas TI dan interaksi
personal teknis dengan penggunan bisnis atau pelanggan. Manajemen layanan TI
(ITSM) bertujuan menyediakan layanan yang memfasilitasi pencapaian tujuan
organisasi atau tujuan bisnis secara tepat waktu dan efektif biaya. ITSM dan ITIL
keduanya terintegrasi dan berbasis proses, jika ITIL mendefinisikan dan
mendokumentasikan praktek terbaik (best practices) maka ITSM yang
menerapkannya untuk mempertemukan dengan persyaratan yang diminta
pelanggan serta mempriotaskan praktek terbaik itu.
2.5 ITIL ( Information Technology Infranstucture Library )
Secara umum Information Technology Infrastructure Library (ITIL)
didefinisikan sebagai sebuah kerangka kerja yang berisi pengetahuan praktis yang
dapat digunakan dalam membantu organisasi bisnis untuk mengembangkan dan
menyediakan proses Information Technology Service Management (ITSM)
(itSMF, 2007). Kerangka kerja ITIL bertujuan secara meningkatkan efisiensi
operasional TI dan kualitas layanan pelanggan (Sarno, 2009). Secara praktis ITIL
mendefinisikan bentuk dan fungsi pemanfaatan teknologi informasi sebagai sarana
10
Universitas Muhammadiyah Riau
untuk penyimpanan, komunikasi atau pemrosesan informasi. Teknologi secara
umum meliputi perangkat komputer, peralatan telekomunikasi dan komunikasi
serta paket aplikasi dan perangkat lunak. Sedangkan informasi dapat berupa data
dan informasi bisnis, data suara, datagambar dan video dan format data lainnya.
Teknologi informasi juga sering digunakan untuk mendukung proses binsis melalui
manajemen layanan teknologi informasi (TSO, 2011), dalam menjalankan
prosesnya ITIL memiliki siklus hidup yang dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 2.1 : siklus layanan ITIL
1. Service Strategy (SS), yang membantu organisasi TI menciptakan
keselarasan antara strategi TI dan bisnis guna meningkatkan dan
mengembangkan layanan sepanjang waktu sebagai aset strategis. Proses
yang terlibat pada inti ini adalah Strategy Generation, Portfolio
Management, Demand Management, Financial Management.
2. Service Design (SD), yang menyediakan praktek terbaik untuk
perancangan layanan dan proses TI atau dapat dikatakan yang merancang
blueprint dari semua layanan. Proses yang terlibat pada inti ini adalah
Availability Management, Catalog Management, IT Service Continuity
Management, Service Level Management, Capacity Management,
Information Security Management, Supplier Management
3. Service Transition (ST), yang memberikan gambaran bagaimana
organisasi TI dapat menghantarkan layanan terbaik yang diperlukan oleh
pengguna, dan mengatur transisi dari layanan baru, layanan modifikasi
pada proses TI. Dapat juga diartikan sebagai jembatan antara Service
Design dengan Service Operation. Proses yang terlibat pada inti ini adalah
11
Universitas Muhammadiyah Riau
Asset and Configuration Management, Transition Planning and Support,
Change Management, Knowledge Management, Evaluation Management,
Service validation and testing.
4. Service Operation (SO), yang menyediakan metodologi dari penghantaran
efektif, kekonsistenan tingkat layanan pada pengguna. Proses yang terlibat
pada inti ini adalah Event Management, Incident Management Request
Fulfillment, Access Management, Problem Management.
5. Continual Service Improvement, yang menawarkan praktek terbaik untuk
mengantisipasi kebutuhan end-user dan membuat perubahan layanan yang
sesuai sepanjang waktu.
Tujuan dan keuntungan dari penerapan ITIL dalam memberikan
manajemen layanan Teknologi Informasi menurut (Susanto, 2017) memiliki tiga
tujuan utama yaitu :
1) Mendukung keberhasilan sebuah organisasi dengan mensinergikan
layanan TI dengan kebutuhan bisnis yang ada saat ini untuk
mempersiapkan kebutuhan dimasa yang akan datang.
2) Meningkatkan dan menjaga nilai kualitas layanan TI secara berkelanjutan
3) ITIL dapat menekan dan mengefisiensikan pengeluaran untuk penyediaan
biaya teknologi informasi dalam lingkup jangka panjang
Keuntungan dengan mengadopsi ITIL bagi organisasi menurut (Susanto,
2017) adalah :
1) ITIL dikembangkan dengan pendekatan praktis manajemen layanan dan
framework yang dimiliki oleh ITIL dirumuskan dari best practices
perusahaanperusahaan penyedia layanan di dunia.
2) ITIL memiliki tujuan untuk menyampaikan nilai ke bisnis dan telah
terbukti meningkatkan efisiensi organisasi dan meningkatkan kepuasan
pengguna layanan teknologi informasi
3) ITIL mempunyai skala praktis yang dapat menyesuaikan dengan
kemampuan sumber daya manusia yang dimiliki oleh perusahaan dalam
menyediakan layanan teknologi informasi
12
Universitas Muhammadiyah Riau
4) ITIL dapat diadopsi oleh organisasi layanan apapun, yang berarti ITIL
cocok dan bermanfaat bagi organisasi baik kecil, menengah maupun besar,
swasta maupun publik, dengan kondisi teknis lainnya.
5) ITIL tidak terikat pada platform teknologi apapun dalam artian merupakan
sebuah vendor penyedia layanan yang netral
2.6 Service operation
Tujuan dari Operasi Layanan adalah untuk memberikan tingkat layanan yang
disepakati kepada pengguna dan pelanggan, dan untuk mengelola aplikasi,
teknologi dan infrastruktur yang mendukung pemberian layanan.
Terdapat 5 tahapan service operation yaitu
1) event management,yakni proses memastikan semua proses configration
item dan layanan TI yang sedang berjalan selalu termonitor,memfilter dan
mengkategorisasi setiap kondisi layanan TI untuk diambil tindakan yang
tepat.
2) Incident management yakni proses mengelola setiap insiden yang terjadi
pada layanan TI agar layanan TI bagi pelangan dapat pulih segera
mungkin.
3) Problem management yakni proses mengelola akar-akar masalah
penyebab insiden layanan TI agar insiden – insiden tersebut tidak terjadi
lagi kemudian hari dan meminimalisir dampak dari insiden yang tidak
dapat dicegah.
4) Requestfulfillment yakni proses memenuhi permintaan pelanggan layanan
TI
5) Acces management yakni proses memberikan hak akses layanan TI
kepada pengguna yang berhak dan mencegah akses pengguna yang tidak
berhak proses ini pada dasar nya adalah mengimplementasikan kebijakan-
kebijakan yang telah dirumuskan di proses information system
management.
2.7 Pengukuran Tingkat Kematangan menggunakan Maturity level
2.7.1 Maturity level
13
Universitas Muhammadiyah Riau
Maturity Level atau tingkat kematangan adalah sebuah sistem untuk
mengukur proses kematangan organisasi (MAR,2006). Kematangan organisasi
mengacu pada kemampuan organisasi untuk berkinerja. Kebanyakan model
kematangan ditetapkan melalui 5 (lima) tingkatan yang dilalui oleh organisasi
hingga organisasi menjadi lebih kompeten. Tingkat kematangan terdiri dari
indikator-indikator yang memperlihatkan bukti bukti kemampuan organisasi.
Melalui model tingkat kematangan maka kita dapat mendokumentasikan proses-
proses kemampuan dari organisasi yang telah diketahui dengan skala yang
obyektif. Setiap level kematangan kompetensi organisasi akan meningkat.
Pendekatan yang digunakan berasal dari model maturiry software engineering
institute dari ITGI yang mendefinisikan untuk kapabilitas pengembangan software.
Penilaian evaluasi ini menggunakan level 0 (Non-existant) hingga level 5
(optimised). Penjelasan lebih rinci mengenai skala 0 – 5 sebagai berikut :
1) Skala 0 : Non-Existent; Sama sekali tidak ada proses IT yang
diidentifikasi. Perusahaan belum menyadari adanya isu yang harus
dibahas.
2) Skala 1 : Initial; Perusahaan sudah mulai mengenali proses teknologi
informasi did perusahaannya, belum ada standarisasi, dilakukan secara
individual, dan tidak terorganisasi. Terdapat bukti yang memperlihatkan
perusahaan telah menyadari adanya isu yang perlu dibahas. Tidak ada
proses yang baku; sebagai gantinya ada pendekatan khusus (adhoc) yang
cenderung diterapkan per kasus. Pendekatan manajemen secara
keseluruhan masih belum terorganisasi.
3) Skala 2 : Repeatable but Intuitive; Perusahaan sudah mulai memilliki
prosedur dalam proses teknologi informasi tetapi tidak ada pelatihan dan
komunikasi formal tentang prosedur standar tersebut. Tanggung jawab
terhadap proses tersebut masih dibebankan pada individu dan tingkat
ketergantungan pada kemampuan individu sangat besar sehingga terjadi
kesalahan.
4) Skala 3 : Defined Process; Prosedur di perusahaan sudah distandarisasi,
terdokumentasi, dan dikomunikasikan melalui pelatihan tetapi
implementasi masih tergantung pada individu apakah mau mengikuti
14
Universitas Muhammadiyah Riau
prosedur tersebut atau tidak. Prosedur yang dibuat tersebut tidak rumit,
hanya merupakan formalisasi kegiatan yang sudah ada.
5) Skala 4 : Managed and Measurable; Perusahaan dapat mengukur dan
memonitor prosedur yang ada sehingga mudah ditanggulangi jika terjadi
penyimpangan. Proses yang ada sudah berjalan dengan baik dan konstan.
Otomasi dan perangkat teknologi informasi yang digunakan terbatas.
6) Skala 5 : Optimized; Proses yang ada sudah mencapai best practice melalui
proses perbaikan yang terus menerus. Teknologi informasi sudah
digunakan terintegrasi untuk otomatisasi proses kerja dalam perusahaan,
meningkatkan kualitas, efektivitas, serta kemampuan beradaptasi terhadap
perusahaan.
Dalam melakukan pengukuran terhadap maturity level, digunakan
kuesioner sebagai metode pengumpulan data yang akan memiliki nilai indeks dari
masing-masing kriteria pada meningkatnya levelnya sampai tingkat tertinggi agar
aspek governance terhadap teknologi dapat berjalan secara efektif.
2.8 Rumus Slovin
Rumus Slovin adalah sebuah rumus atau formula untuk menghitung jumlah
sampel minimal apabila perilaku dari sebuah populasi tidak diketahui secara pasti.
Rumus ini pertama kali diperkenalkan oleh Slovin pada tahun 1960. Rumus slovin
ini biasa digunakan dalam penelitian survey dimana biasanya jumlah sampel besar
sekali, sehingga diperlukan sebuah formula untuk mendapatkan sampel yang
sedikit tetapi dapat mewakili keseluruhan populasi.
Notasi Rumus Slovin
Rumus Slovin dapat dilihat berdasarkan notasi sebagai berikut:
𝑛 =N
1 + Ne²
Gambar 2.2 Rumus Slovin
Dari notasi diatas,
n = jumlah sampel minimal,
15
Universitas Muhammadiyah Riau
N = populasi
e = error margin.
Misalnya sebuah penelitian dengan derajat kepercayaan 95%, maka tingkat
kesalahan adalah 5%. Sehingga peneliti dapat menentukan batas minimal sampel
yang dapat memenuhi syarat margin of error 5% dengan memasukkan margin error
tersebut ke dalam formula atau rumus slovin.
2.9 Populasi dan Sampel
2.9.1 Pengertian Populasi
Populasi atau universe adalah jumlah keseluruhan dari satuan-satuan atau
individu-individu yang karakteristiknya hendak diteliti. Dan satuan-satuan tersebut
dinamakan unit analisis, dan dapat berupa orang-orang, institusi-institusi, benda-
benda, dst. (Djawranto, 1994 : 420).
2.9.2 Pengertian Sampel
Sampel atau contoh adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya
hendak diteliti (Djarwanto, 1994:43). Sampel yang baik, yang kesimpulannya dapat
dikenakan pada populasi, adalah sampel yang bersifat representatif atau yang dapat
menggambarkan karakteristik populasi.
2.9.2.1 Kriteria Sampel
Ada dua kriteria sampel yaitu kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.
Penentuan kriteria sampel diperlukan untuk mengurangi hasil peneliian yang bias.
1) Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu
populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2003: 96).
Sedangkan yang dimaksud dengan
2) Kriteria eksklusi adalah meng-hilangkan/mengeluarkan subjek yang
memenuhi kriteria inklusi dari penelitian karena sebab-sebab tertentu
(Nursalam, 2003: 97).
Sebab-sebab yang dipertimbangkan dalam menentukan kriteria ekslusi
antara lain:
a) subjek mematalkan kesediannya untuk menjadi responden penelitian, dan
16
Universitas Muhammadiyah Riau
b) subjek berhalangan hadir atau tidak di tempat ketika pengumpulan data
dilakukan.
2.9.2.2 Teknik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling adalah teknik
pengambilan sampel dari populasi. Sampel yang merupakan sebagaian dari
populasi tsb. kemudian diteliti dan hasil penelitian (kesimpulan) kemudian
dikenakan pada populasi (generalisasi).
Manfaat sampling:
1) Menghemat beaya penelitian.
2) Menghemat waktu untuk penelitian.
3) Dapat menghasilkan data yang lebih akurat.
4) Memperluas ruang lingkup penlitian.
Teknik sampling boleh dilakukan bila populasi bersifat homogen atau
memiliki karakteristik yang sama atau setidak-tidaknya hampir sama. Bila keadaan
populasi bersifat heterogen, sampel yang dihasilkannya dapat bersifat tidak
representatif atau tidak dapat menggambarkan karakteristik populasi.
Jenis-jenis teknik sampling
1) Teknik sampling secara probabilitas
Teknik sampling probabilitas atau random sampling merupakan teknik
sampling yang dilakukan dengan memberikan peluang atau kesempatan kepada
seluruh anggota populasi untuk menjadi sampel. Dengan demikian sampel yang
diperoleh diharapkan merupakan sampel yang representatif.
Teknik sampling semacam ini dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai
berikut.
a) Teknik sampling secara rambang sederhana.Cara paling populer yang
dipakai dalam proses penarikan sampel rambang sederhana adalah dengan
undian.
b) Teknik sampling secara sistematis (systematic sampling).Prosedur ini
berupa penarikan sample dengan cara mengambil setiap kasus (nomor
urut) yang kesekian dari daftar populasi.
17
Universitas Muhammadiyah Riau
c) Teknik sampling secara rambang proportional.Jika populasi terdiri dari
subpopulasi-subpopulasi maka sample penelitian diambil dari setiap
subpopulasi. Adapun cara peng-ambilan- nya dapat dilakukan secara
undian maupun sistematis.
d) Teknik sampling secara rambang bertingkat.Bila subpoplulasi-
subpopulasi sifatnya bertingkat, cara peng-ambilan sampel sama seperti
pada teknik sampling secara proportional.
e) Teknik sampling secara kluster (cluster sampling)Ada kalanya peneliti
tidak tahu persis karakteristik populasi yang ingin dijadikan subjek
penelitian karena populasi tersebar di wilayah yang amat luas. Untuk itu
peneliti hanya dapat menentukan sampel wilayah, berupa kelompok
klaster yang ditentukan secara bertahap. Teknik pengambilan sample
semacam ini disebut cluster sampling atau multi-stage sampling.
2) Teknik sampling secara nonprobabilitas.
Teknik sampling nonprobabilitas adalah teknik pengambilan sample yang
ditemukan atau ditentukan sendiri oleh peneliti atau menurut pertimbangan pakar.
Beberapa jenis atau cara penarikan sampel secara nonprobabilitas adalah
sebagai berikut.
a) Puposive sampling atau judgmental samplingPenarikan sampel secara
puposif merupakan cara penarikan sample yang dilakukan memiih subjek
berdasarkan kriteria spesifik yang dietapkan peneliti.
b) Snow-ball sampling (penarikan sample secara bola salju).Penarikan
sample pola ini dilakukan dengan menentukan sample pertama. Sampel
berikutnya ditentukan berdasarkan informasi dari sample pertama, sample
ketiga ditentukan berdasarkan informasi dari sample kedua, dan
seterusnya sehingga jumlah sample semakin besar, seolah-olah terjadi
efek bola salju.
c) Quota sampling (penarikan sample secara jatah).Teknik sampling ini
dilakukan dengan atas dasar jumlah atau jatah yang telah ditentukan.
Biasanya yang dijadikan sample penelitian adalah subjek yang mudah
ditemui sehingga memudahkan pula proses pengumpulan data.
18
Universitas Muhammadiyah Riau
d) Accidental sampling atau convenience samplingDalam penelitian bisa saja
terjadi diperolehnya sampel yang tidak direncanakan terlebih dahulu,
melainkan secara kebetulan, yaitu unit atau subjek tersedia bagi peneliti
saat pengumpulan data dilakukan. Proses diperolehnya sampel semacam
ini disebut sebagai penarikan sampel secara kebetulan.
2.9.2.3 Penentuan Jumlah Sampel
Bila jumlah populasi dipandang terlalu besar, dengan maksud meng-hemat
waktu, biaya, dan tenaga, penelitili tidak meneliti seluruh anggota populasi. Bila
peneliti bermaksud meneliti sebagian dari populasi saja (sampel), pertanyaan yang
selalu muncul adalah berapa jumlah sampel yang memenuhi syarat. Ada hukum
statistika dalam menentukan jumlah sampel, yaitu semakin besar jumlah sampel
semakin menggambarkan keadaan populasi (Sukardi, 2004 : 55).
Selain berdasarkan ketentuan di atas perlu pula penentuan jumlah sampel
dikaji dari karakteristik populasi. Bila populasi bersifat homogen maka tidak
dituntut sampel yang jumlahnya besar. Misalnya saja dalam pemeriksaan golongan
darah.
Walaupun pemakaian jumlah sampel yang besar sangat dianjurkan, dengan
pertimbangan adanya berbagai keterbatasan pada peneliti, sehingga peneliti
berusaha mengambil sampel minimal dengan syarat dan aturan statistika tetap
terpenuhi sebagaimana dianjurkan oleh Isaac dan Michael (Sukardi, 2004 : 55).
Dengan menggunakan rumus tertentu (lihat Sukardi, 2004 : 55-56), Isaac dan
Michael memberikan hasil akhir jumlah sampel terhadap jumlah populasi antara 10
– 100.000.
2.10 Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk memastikan seberapa baik suatu instrument
digunakan untuk mengukur konsep yang seharusnya diukur. Menguji validitas
konstruk dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara skor butir pertanyaan
dengan skor totalnya (Sugiyono, 2010) . rumus yang digunakan untuk menguji
validitas instrument ini adalah product moment dari karl pearson, pada persamaan.
R= 𝑛 ∑ 𝑥𝑦− ∑ 𝑥 ∑ 𝑦
√𝑛 ∑ 𝑥2−(∑ 𝑥)2 √𝑛 ∑ 𝑦2−(∑ 𝑦)2
19
Universitas Muhammadiyah Riau
Keterangan :
rxy = koefisien kolerasi Pearson Product Moment
X = jumlah skor item
Y = jumlah skor item total
X2 = jumlah skor kuadrat
Y2 = jumlah skor kuadrat
n = jumlah responden
Nilai hitung dicocokkan dengan tabel product moment pada taraf 5%
jika terhitung lebih besar dari tabel 5% maka butir soal tersebut valid.
2.11 Uji Reliabilitas
Rumus Uji Reliabilitas Teknik Belah Dua (Split-Half Technique)Rumus Uji
Reliabilitas Teknik Belah Dua dilakukan dengan cara membagi tes menjadi dua
bagian yang relatif sama (banyaknya soal sama), sehingga masing-masing test
mempunyai dua macam skor, yaitu skor belahan pertama (awal / soal nomor ganjil)
dan skor belahan kedua (akhir / soal nomor genap). Koefisien reliabilitas belahan
tes dinotasikan dengan r1/2 1/2 dan dapat dihitung dengan menggunakan rumus
yaitu korelasi angka kasar Pearson. Selanjutnya koefisien reliabilitas keseluruhan
tes dihitung menggunakan formula Spearman-Brown, yaitu:
Gambar 2.3 Rumus Uji Reliabilitas
2.12 Analisis GAP
Analisis GAP merupakan suatu metode pengukuran untuk mengetahui
kesenjangan (gap) antara kinerja suatu kinerja suatu variabel denga harapan
konsumen terhadap variabel tersebut. Analisis GAP itu sendiri merupakan bagian
dari metode Importance Perfomance Analysis (IPA) pertama kali diperkenalkan
oleh Martilla dan James (1977) dengan tujuan untuk mengukur hubungan antara
20
Universitas Muhammadiyah Riau
persepsi konsumen dari prioritas peningkatan kualitas produk/jasa yang dikenal
pula sebagai quadrant analysis. IPA digunakan untuk memetakan hubungan antara
kepentingan dengan kinerja dari masing-masing atribut tersebut. IPA mempunyai
fungsi utama untuk menampilkan informasi tentang factor-faktor pelayanan yang
menurut konsumen sangat mempengaruhi kepuasan dan loyalitasnya, dan faktor-
faktor pelayanan yang menurut konsumen perlu diperbaiki karena pada saat ini
belum memuaskan.
2.13 Profil STMIK Hangtuah Pekanbaru
2.13.1 Sejarah
Pada awal tahun 2007 Yayasan memprakarsai suatu sekolah tinggi yang
berbasis Teknologi Informasi (Information Technology), menindaklanjuti ide
tersebut maka diajukan proposal untuk pendirian STMIK Hang Tuah Pekanbaru.
Tahun 2009 STMIK Hang Tuah Pekanbaru memperoleh izin dari DIKTI
DEPDIKNAS Jakarta dengan no. 169/D/O/2009, yang diketuai oleh Muhardi,
S.Kom, M.Kom, dengan 2 (dua) program studi Strata 1yaitu Sistem Informasi (SI)
dan Teknik Informatika (TI).
Sesuai dengan visi, misi, tujuan dan strategi pada masing-masing Pendidikan
Tinggi, Yayasan Hang Tuah Pekanbaru menetapkan prinsip dasar yaitu Berkualitas
dan Lulus Tepat Waktu, dengan melaksanakan akreditasi secara menyeluruh.
Dengan demikian STMIK Hang Tuah Pekanbaru menyiapkan peserta didik
menjadi lulusan yang berkualitas dibidang akademik,profesional dan memiliki
kemampuan dalam pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan.
Pada tahun 2011 sampai sekarang STMIK Hang Tuah Pekanbaru dalam
rangka meningkatkan manajemen mutu pembelajaran mengadakan kerjasama
dengan PUM Nederland, (lembaga yang bergerak dalam meningkatkan
sumberdaya manusia dari Belanda). Dalam hal ini PUM Nederland mengirimkan
tenaga ahlinya ke STMIK Hang Tuah Pekanbaru untuk melakukan monitoring dan
pelatihan kepada staf dan dosen di lingkungan STMIK Hang Tuah Pekanbaru.
Tahun 2013 STMIK Hang Tuah Pekanbaru mendapatkan penghargaan
TESCA Smart Campus Award 2013 dengan peringkat I (Pertama) Se Riau. TESCA
Smart Campus Award adalah penghargaan yang diberikan kepada kampus yang
memanfaatkan IT secara maksimal dalam proses perkuliahan.
21
Universitas Muhammadiyah Riau
Tahun 2014 STMIK Hang Tuah Pekanbaru bekerja sama Dengan Bina Nusantara
University dalam peningkatan Sumber daya manusia (SDM) dosenmelanjutkan
studi di Pasca Sarjana Bina Nusantara University dimana perkuliahannya
dilaksanakansecaraOnline.
2.13.2 VISI, MISI dan TUJUAN PENDIDIKAN
A. Visi
Visi STMIK Hang Tuah Pekanbaru adalah menjadikan Sekolah Tinggi
Manajemen Informatika dan Komputer yang unggul dan mampu bersaing
secara nasional pada tahun 2030.
B. Misi
a) Menyelenggarakan tata kelola institusi berdasarkan prinsip-prinsip Good
Governance.
b) Menyelenggarakan pendidikan untuk menghasilkan sarjana yang memiliki
kompetensi di bidang ilmu komputer yang profesional.
c) Menyelenggarakan pendidikan dan penelitian serta pengabdian pada
masyarakat yang berdaya saing.
d) Membina kehidupan akademik yang bermutu dan mengembangkan
IPTEK.
e) Menjalin kerjasama dengan berbagai institusi untuk meningkatkan
kualitas pelayanan pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada
masyarakat
2.13.3 TujuanPendidikan
a) Menjadi perguruan tinggi yang memiliki tata kelola yang baik.
b) Dimilikinya Sumber Daya Manusia yang berkualitas dalam
penyelenggaraan kegiatan pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat;
c) Menghasilkan lulusan yang mampu bersaing.
d) Menyelenggarakan riset yang bermutu berlandaskan IPTEK
e) Terjalinnya berbagai bentuk kerjasama dalam berbagai bidang dengan
pihak luar baik dalam dan luar negeri.
22
Universitas Muhammadiyah Riau
2.13.4 Strategi
Upaya pencapaian visi dan misi STMIK Hang Tuah Pekanbaru tertuang
dalam rencana strategis STMIK Hang Tuah Pekanbaru tahun 2016-2030
berdasarkan SK Ketua STMIK Hang Tuah Pekanbaru Nomor 30/STMIK-
HTP/IV/2016. Dalam mencapai visi dan misi STMIK Hang Tuah Pekanbaru
dilakukan secara bertahap dengan memperhatikan kapasitas yang dimiliki.
Ada 3 tahapan (milestone) dalam pencapaian visi misi 2030 yaitu:
1) Jangka Pendek (2016 - 2020)
Fokus utama sasaran jangka pendek rencana strategis STMIK Hang Tuah
Pekanbaru adalah penguatan manajemen internal.Terlaksananya tata kelola
yang baik (good governance) merupakan fokus utama dalam milestone I
rencana strategis STMIK Hang Tuah Pekanbaru.
2) Jangka Menengah (2021 - 2025)
Fokus utama sasaran jangka menengah STMIK Hang Tuah Pekanbaru
adalah penguatan kualitas.Kualitas pendidikan, Penelitian dan pengabdian
masyarakat serta mahasiswa dan alumni merupakan fokus utama dalam
milestone ke II rencana strategis STMIK Hang Tuah Pekanbaru.
3) Pencapaian jangka Panjang (2026 - 2030)
Fokus utama sasaran jangka panjang STMIK Hang Tuah Pekanbaru
adalah penguatan kerjasama dengan mitra dalam dan luar negeri
4) Pada milestone ke III STMIK Hang Tuah Pekanbaru sudah mampu bekerja
sama dengan mitra usaha baik dalam maupun luar negeri.
2.13.5 Pendidikan
1.Program studi S1 Sistem Informasi dengan surat keputusan Dirjen Dikti
Nomor 169/D/0/2009.
2.Program studi S1 Teknik Informatika dengan surat keputusan Dirjen Dikti
Nomor 169/D/0/2009.
2.13.6 Arti Lambang STMIK Hangtuah Pekanbaru
23
Universitas Muhammadiyah Riau
Gambar 2.3 lambang STMIK Hangtuah Pekanbaru
(1) Karakteristik lambang STMIK Hang Tuah Pekanbaru adalah :
a) Bentuk segi lima melingkarApi obor
b) Bintang
c) Perahu lancang kuning
d) Buku yang terkembang
e) Kelopak daun
Tulisan Yayasan Hang Tuah Pekanbaru dan Sekolah Tinggi Manajemen
Informatika dan Komputer
2)ArtiWarna
Warna Hijau tosca menunjukan kematangan ilmu dalam mendharma
baktikan hidup demi menjaga kesehatan masyarakat
a) Warna putih menunjukan ketulusan hati dalam pengabdian
masyarakat
b) Warna merah menunjukan tegas dalam pengambilan sikap
c) Warna kuning emas menunjukan kemuliaan
d) Warna hijau menunjukan mengayomi masyarakat
(3) Arti Komponen Lambang
a) Bentuk segilima melingkar menyatakan azas Pancasila
b) Api obor yang menerangi kehidupan
24
Universitas Muhammadiyah Riau
c) Bintang melambangkan ke-Tuhanan Yang Maha Esa
d) Perahu lancang kuning melambangkan keberanian dan keteguhan
hati yang pantang menyerah
e) Buku yang terkembang menunjukan dorongan untuk selalu
menggali ilmu pengetahuan
f) Kelopak daun melambangkan kehidupan kampus yang bertumpu
pada budaya luhur masyarakat Riau.
2.13.7 Struktur Organisasi Stmik Hangtuah Pekanbaru
Gambar 2.4 Struktur Organisasi Hangtuah Pekanbaru
2.13.8 fasilitas kampus STMIK Hangtuah Pekanbaru
a) Gedung kampus
b) Basement
c) Kendaraan operasional kampus STMIK Hangtuah Pekanbaru
d) Lapangan olahraga
e) Perpustakaan
f) Labor kumputer stmik hangtuah pekanbaru
g) Klinik kesehatan
h) Tempat ibadah
i) Hostpot area
25
Universitas Muhammadiyah Riau
STMIK Hang Tuah Pekanbaru berlokasi di Jl. Mustafa Sari No. 5
Tangkerang Selatan yang merupakan kawasan yang strategis dan berada dipusat
kota. 5 menit dari bandara, 10 menit ke Pusat Kota.
1.14 Penelitian Terdahulu
Berikut penelitian yang telah di lakukan berdasarkan Kerangka kerja
Information Teknologi Infrastructure Libbery (ITIL)
Tabel 3.2 Penelitian Terdahulu
Judul Penelitian Penulis Tujuan
Penelitian
Hasil Penelitian
Analisis Penilaian
Kesiapan &
Implementasi Sistem
Informasi B-m@x
dengan ITIL Versi 3
pada Domain Service
Transition & Service
Operation) Studi
kasus PT.PLN
Regional Jawa Barat
dan Banten.(2014)
Nadya Febri
Annisa,
Angelina Prima
Kurniati, Shinta
Yulia
Puspitasari
untuk
mengevaluasi
service
management
sistem
informasi B-
m@x
Hasil dari
penelitian ini
adalah Sistem b-
m@x online
secara umum
berada pada level
4 (managed),
Mengukur Tingkat
Kematangan Layanan
IT dengan
Framework ITIL V3
(Studi kasus:
PUSTIPANDA UIN
Jakarta) (2018)
Ahmad
Romadhon ,
Husni Teja
Sukmana , Siti
Ummi Masruroh
Untuk
mengetahui
kualitas
layanan IT,
maka perlu
dilakukan
pengukuran
tingkat
kematangan
pada layanan
tersebut.
skor yang didapat
pada site service
desk berjumlah 78
point dan site
incident
management
hanya
mendapatkan 6
point. Sedangkan
pada site problem
managementtidak
ada point yang
didapatkan
26
Universitas Muhammadiyah Riau
EVALUASI TATA
KELOLA
LAYANAN
TEKNOLOGI
INFORMASI PADA
AREA SERVICE
OPERATION
MENGGUNAKAN
KERANGKA
KERJA ITIL VERSI
3 (Studi Kasus: Pada
Dinas Komunikasi
Dan Informasi Kota
Depok).(2012)
Susi Susilowati
penelitian ini
bertujuan
untuk untuk
mengetahui
tingkat
kematangan
(maturity) TI
yang
digunakan oleh
Diskominfo
berada pada
level 2 –
repeatable.
Artinya proses-
proses dan
kegiatan yang ada
sudah memiliki
tingkat
kedisiplinan dan
kepatuhan.
Perancangan Tata
Kelola Layanan
Teknologi Informasi
Menggunakan ITIL
versi 3 Domain
Service Transition
Dan Service
Operation Di
Pemerintah Kota
Bandung(2016)
Luki Aisha
Kusuma
Wardani,
Murahartawaty,
Luthfi Ramadan
untuk membuat
sebuah
prosedur dan
kebijakan agar
layanan yang
diberikan oleh
Dinas
Komunikasi
dan
Informatika
Kota Bandung
selalu
maksimal.
Hasil dari
perancangan tata
kelola ini adalah
sebuah kebijakan
TI dan 5 prosedur
terkait proses-
proses di ITIL
yang menjadi
prioritas.
PERANCANGAN IT
GOVERNANCE
LAYANAN
AKADEMIK
MENGGUNAKAN
FRAMEWORK
INFORMATION
TECHNOLOGY
INFRASTRUCTURE
LIBRARY (ITIL)
VERSI 3 (STUDI
KASUS: UIN SGD
BANDUNG) (2011)
Ichsan Taufik terkait layanan
akademik
dengan
organisasi UIN
SGD Bandung,
sehingga
menggunakan
teknologi
informasi
terutama dalam
hal layanan
akademik yang
merupakan
layanan baru
dapat
membantu
organisasi
dalam
Melihat hasil
analisis terhadap
kesiapan
penerapan IT
Service operation
yang masih dalam
tahap 1 / initial,
maka perlu dibuat
strategi dan
evaluasi
penerapan IT
Service Operation
di UIN SGD
Bandung.
27
Universitas Muhammadiyah Riau
mencapai
tujuannya
Kajian Manajemen
Layanan Teknologi
Informasi Pada
Lembaga
Pemerintahan di
Indonesia
Menggunakan
Kerangka COBIT 4.1
dan ITIL V3.0 (Studi
Kasus Pada
Pemerintah Kota
Salatiga)
Johan J.C.
Tambotoh, Rudi
Latuperissa
mewujudkan
good
governance.
Pada
penerapannya
sering ditemui
persoalan,
diantaranya
adalah pada
layanan
teknologi
informasi bagi
penggunanya.
Hasil dari
penelitian ini
menunjukan
bahwa Pemerintah
Kota Salatiga
dalam hal
manajemen
layanan teknologi
informasi berada
pada Level 1 yaitu
kondisi dimana
organisasi telah
mengenal masalah
tetapi tidak ada
proses
standarisasi,
28
Universitas Muhammadiyah Riau
PENERAPAN ITSM
DENGAN
FRAMEWORK ITIL
V3 STUDI KASUS:
STMIK
MIKROSKIL(2018)
Riche Bagaimana
meningkatkan
kualitas
layanan IT
dalam STMIK
Mikrsoksil dan
merincikan
langkah –
langkah dalam
menerapkan
ITSM dengan
framework
ITIL V3 dalam
STMIK –
Mikroskil.
Berdasarkan hasil
analisa
perkembangan
infrastruktur
maupun teknologi
yang terdapat di
STMIK Mikroskil
sudah mampu
mengikuti
teknologi yang
berkembang saat
ini.
2.15 Hipothesis
Berdasarkan dugaan sementara penelitian ini dapat mengukur tingkat
kematangan service operation pada operasional layanan akademik STMIK
Hangtuah Pekanbaru saat ini menggunakan frmaework ITIL V3
29
Universitas Muhammadiyah Riau
30
Universitas Muhammadiyah Riau