Post on 10-Aug-2015
CASE REPORT
SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RSUD JENDERAL AHMAD YANI METRO
Tanggal Masuk : 30 Maret 2012 No. Register : 3499
Pukul : 13.15 WIB Ruangan : III
A. IDENTITAS
Nama Ibu : Ny. S Nama Suami : Bpk. Purnomo
Umur : 27 tahun Umur : 30 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Petani
Alamat : Seputih banyak Alamat : Seputih banyak
B. ANAMNESIS
Os. Melahirkan pukul 09.10 wib dengan pertolongan bidan. Plasenta sulit dikeluarkan,
plasenta kemudian dikeluarkan pukul 10.45 wib dengan melakukan manual plasenta.
Tetapi plasenta hancur saat proses pengeluaran sehingga menyebabkan perdarahan per
vagina karena terdapat sisa plasenta.
1. Keluhan Utama
Perdarahan dari vagina setelah melahirkan, perdarahan sebanyak 3x mengganti
pampers.
2. Keluhan Tambahan
Keluhan Tambahan : os merasakan pusing saat posisi berdiri dan duduk, mual,
muntah 1x dan pucat.
3. Riwayat Penyakit sekarang
• Lokasi è keluar darah merah segar banyak dari kemaluan.
• Onset è sejak 2 jam SMRS, pasca melahirkan.
• Kualitas è 2 jam sebelumnya keluar darah berwarna merah segar yang mengalir
secara terus menerus.
• Kuantitas è perdarahan berwarna merah segar sebanyak 2x mengganti pampers.
• Kronologis è Os. Melahirkan anak ke-2 berjenis kealmin perempuan dengan berat
lahir 3,8 gram dan panjang badan 50 cm dengan persalinan per vaginam secara
spontan pada pukul 09.10 wib hari jum’at 30 Maret 2012 dengan pertolongan
bidan. Plasenta sulit dikeluarkan, plasenta kemudian dikeluarkan pukul 10.45 wib
dengan melakukan manual plasenta. Tetapi plasenta hancur saat proses
pengeluaran sehingga menyebabkan perdarahan per vagina karena terdapat sisa
plasenta. Kemudian pasien dirujuk ke RSUD A. Yani dengan keluhan keluar
banyak darah dari vagina berwarna merah segar. Perdarahan disertai dengan
keluhan mual, muntah, pusing pasca persalinan. Mual dan pusing dirasakan
semakin bertambah berat ketika pasien dalam posisi berdiri dan duduk.
• Menyertai è Keluhan disertai dengan mual, muntah, serta pusing pasca
persalinan.
• Mempengaruhi è Mual dan pusing dirasakan semakin bertambah berat ketika
pasien dalam posisi berdiri dan duduk.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien menyangkal memiliki riwayat hipertensi, diabetes mellitus, riwayat
penyakit jantung, dan ginjal.
Selama kehamilan os tidak memiliki riwayat hipertensi. Os mengatakan tidak ada
riwayat dirawat di RS dan tidak ada riwayat operasi.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Os. Mengatakan orangtuanya memiliki riwayat hipertensi, dan salah satu anggota
keluarganya memiliki riwayat diabetes mellitus.
6. Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun
Siklus Haid : 28 hari,teratur
Jumlah : 2x ganti pembalut
Lama : 4 hari
HPHT : 23 Juni 2011
7. Riwayat Perkawinan
a. Kawin ke : 1
b. Lama perkawinan : 10 tahun
8. Riwayat Kehamilan sekarang
HPHT : 23 Juni 2011
TTP : 30 Maret 2012
ANC : Teratur, frekuensi 7 kali di bidan
Pada saat kontrol kehamilan os. Pernah mendapatkan 1x imunisasi TT pada usia
kehamilan 7 bulan.
Keluhan : Pada saat kontrol kehamilan tidak ada keluhan.
9. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Hamil
ke
Tanggal
lahir
anak
Jenis
kelamin
Jenis
Persalinan
Penyulit/
Komplikasi
Penolong BB.
Lahir
Keadaan
anak
Masa
nifas
1
2
10
Februari
2003
(Umur 9
tahun)
30 Maret
2012
(Umur
19 hari)
Laki-laki
Perempu
an
Aterm
Pervaginam
spontan
Aterm
Pervaginam
spontan
Tidak ada
Tidak ada
Bidan
Bidan
3,1 gr
3,8 gr
Sehat
Sehat
Dbn
Rest
plase
nta
10. Riwayat Ginekologi
Tidak ada
11. Riwayat Keluarga Berencana
Os mengatakan pernah menggunakan KB suntik selama 3 tahun setelah kelahiran
anak pertama tetapi kemudian dihentikan karena ingin hamil anak yang kedua.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Status Present
1. Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran : Compos mentis
2. Status Emosional : Stabil Labil
3. Tanda Vital
Tekanan Darah : 130/70
Berat Badan : 60 Kg
Tinggi Badan : 165 cm
Denyut Nadi : 100x/menit
Pernafasan : 32x/menit
Suhu : 37,6 oC
Status Generalis
1. Kepala
Tidak ada edema pada muka, konjungtiva anemis, sklera mata tidak ikterik.
2. Pinggang.
Nyeri : Ada Tidak
3. Extremitas.
Oedema tangan dan jari : Ada Tidak
Oedema Tibia dan kaki : Ada Tidak
Varises Tungkai : Ada Tidak
ReflekS Patela kanan : Ada Tidak dilakukan
Refleks Patela Kiri : Ada Tidak dilakukan
Status Obstetri
Pemeriksaan Luar
Tidak ditemukan pembesaran perut dan tidak ditemukan asites, bising usus (+), TFU 2
jari di bawah umbilikus.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi
Hb : 8,7 gr/dl
Ht : 24,7 %
Leukosit : 31.300 /ul
Eritrosit : 3.400.000 /ul
Trombosit : 188.000 /ul
USG
Tampak uterus dengan endometrial line 1-2 layer.
E. DIAGNOSIS KERJA
Ibu 27 tahun P2A0 post partus spontan dengan HPP e.c Rest. Plasenta
F. DIAGNOSIS BANDING
Ibu 27 tahun P2A0 post partus spontan dengan HPP e.c Atonia uteri
Ibu 27 tahun P2A0 post partus spontan dengan HPP e.c laserasi jalan lahir
G. PROGNOSIS
DUBIA AD BONAM
H. PENATALAKSANAAN
Resusitasi cairan dengan menggunakan cairan kristaloid jenis Ringer Laktat
30 gtt/mnt
Pemasangan dower cateter
Perbaiki KU
Inj. Antibiotik golongan sefalosporin generasi III 1gr/12 jam
Drip uterotonika1ap/8 jam
Observasi perdarahan dan tanda-tanda vital
Transfusi jika Hb < 8 gr/dl
Rencana kuretase
Follow Up Obstetri
Tanggal 30 Maret 2012 31 Maret 2012 1 April 2012 2 April 2012 3 April 2012 4 April 2012
Keluhan PPV : darah merah
banyak
Muntah : (+)
Mual (+)
Sakit kepala : (+)
PPV : darah
merah (+)banyak
Muntah : (-)
Mual (+)
Sakit kepala : (+)
PPV : darah merah
(+) sedikit
Muntah : (-)
Mual (+)
Sakit kepala : (+)
PPV : darah (+)
coklat
Muntah : (-)
Mual (+)
Sakit kepala : (-)
PPV : darah (+)
coklat
Muntah : (-)
Mual (+)
Sakit kepala : (-)
PPV : darah (+)
coklat
Muntah : (-)
Mual (+)
Sakit kepala : (-)
Vital Sign KU : lemah
Kesadaran : CM
Konjungtiva : anemis
Edema : pretibial
TD : 130/70
N: 100x/mnt
RR : 32X/mnt
T: 37,6 0C
Dada : simetris
Paru : V (+),R(-) ,W(-)
Jantung : BJ I-II murni
BU (+)
Sklera anikterik
KU : lemah
Kesadaran : CM
Konjungtiva :
anemis
Edema : pretibial
TD : 110/60
N: 116x/mnt
RR : 24X/mnt
T: 37 0C
Dada : simetris
Paru : V
(+),R(-) ,W(-)
Jantung : BJ I-II
murni
KU : baik
Kesadaran : CM
Konjungtiva :
tidak anemis
Edema : pretibial
TD : 130/70
N: 96x/mnt
RR : 24X/mnt
T: 36,9 0C
Dada : simetris
Paru : V
(+),R(-) ,W(-)
Jantung : BJ I-II
KU : baik
Kesadaran : CM
Konjungtiva :tid
ak anemis
Edema : (-)
TD : 120/70
N: 88x/mnt
RR : 24X/mnt
T: 37,7 0C
Dada : simetris
Paru : V (+),R(-)
,W(-)
Jantung : BJ I-II
KU : baik
Kesadaran : CM
Konjungtiva :
tidak anemis
Edema : (-)
TD : 110/80
N: 78x/mnt
RR : 24X/mnt
T: 36,8 0C
Dada : simetris
Paru : V (+),R(-)
,W(-)
Jantung : BJ I-II
KU : baik
Kesadaran : CM
Konjungtiva :tidak
anemis
Edema : (-)
TD : 130/80
N: 82x/mnt
RR : 24X/mnt
T: 36,3 0C
Dada : simetris
Paru : V
(+),R(-) ,W(-)
Jantung : BJ I-II
Bising usus (+)
Sklera anikterik
murni
Bising usus (+)
Sklera anikterik
murni
Bising usus (+)
Sklera anikterik
murni
Bising usus (+)
Sklera anikterik
murni
Bising usus (+)
Sklera anikterik
Pemeriksa
an
penunjang
Darah lengkap :
• Hb : 8,7 gr/dl
• Ht: 24,7 %
• Leukosit : 31.300/ul
• Eritrosit :3.400.000 /
ul
• Trombosit :
188.000 /ul
USG : tampak uterus
dengan endometrial
line 1-2 layer
Darah Lengkap :
• Hb : 6,1gr/dl
• Ht: 17,7 %
• Leukosit :
17.500/ul
• Eritrosit :
2.440.000 /ul
• Trombosit :
165.000 /ul
USG : tampak
uterus dengan
endometrial line
1-2 layer
Terapi Resusitasi cairan
dengan menggunakan
cairan kristaloid jenis
Ringer Laktat
30 gtt/mnt
Pemasangan dower
Resusitasi cairan
dengan
menggunakan
cairan kristaloid
jenis Ringer
Resusitasi cairan
dengan
menggunakan
cairan kristaloid
jenis Ringer
Resusitasi
cairan dengan
menggunakan
cairan kristaloid
jenis Ringer
Resusitasi
cairan dengan
menggunakan
cairan kristaloid
jenis Ringer
Resusitasi cairan
dengan
menggunakan
cairan kristaloid
jenis Ringer
cateter
Perbaiki KU
Inj. Antibiotik
golongan sefalosporin
generasi III 1gr/12
jam
Drip uterotonika
1ap/8 jam
Observasi perdarahan
dan tanda-tanda vital
Transfusi jika Hb < 8
gr/dl
Laktat
20 gtt/mnt
Pemasangan
dower cateter
Perbaiki KU
Inj. Antibiotik
golongan
sefalosporin
generasi III
1gr/12 jam
Drip uterotonika
1ap/8 jam
Observasi
perdarahan dan
tanda-tanda vital
Laktat
20 gtt/mnt
Pemasangan
dower cateter
Perbaiki KU
Inj. Antibiotik
golongan
sefalosporin
generasi III
1gr/12 jam
Drip uterotonika
1ap/8 jam
Observasi
perdarahan dan
tanda-tanda vital
Laktat
20 gtt/mnt
Pemasangan
dower cateter
Perbaiki KU
Inj. Antibiotik
golongan
sefalosporin
generasi III
1gr/12 jam
Drip
uterotonika
1ap/8 jam
Observasi
perdarahan dan
tanda-tanda
vital
Transfusi
darah 1 kantong
Laktat
20 gtt/mnt
Pemasangan
dower cateter
Inj. Antibiotik
golongan
sefalosporin
generasi III
1gr/12 jam
Drip
uterotonika
1ap/8 jam
Vit.B 3x1 mg
Transfusi
darah 2 kantong
Laktat
20 gtt/mnt
Up cateter
Inj. Antibiotik
golongan
sefalosporin
generasi III
1gr/12 jam
Antipiretik oral
3 x 500 mg
Suplemen zat
besi Sulfas ferosus
1x1
Kuretase
Laporan Curretage
Tanggal : Rabu, 4 April 2012
Operator : dr. Ridhaniar
Anestesi : General Anestesi
Jam : 11.00 WIB tindakan dimulai
1. Pasien dalam posisi litotomi dengan pengaruh anastesi
2. Dilakukan tindakan toilet vulva secara septik dan antiseptik
3. Kandung kemih dikosongkan dengan menggunakan kateter
4. Dilakukan pemasangan spekulum sim atas dan bawah
5. Porsio ditampakan secara avoe
6. Dilakukan penjepitan portio menggunakan tenakulum pada arah jam 11.00
7. Dilakukan sondase, didapatkan tinggi uterus ±12 cm
8. Dilakukan tindakan kuretase searah jarum jam, dan dikeluarkan jaringan ±
80-100 cc
9. Setelah kuret selesai tenakulum dilepas, lalu bersihkan vagina dan portio
dengan kapas betadine.
Pukul 11.30 WIB tindakan selesai
D/ Pra tindaka : P2A0 post psrtus spontan dengan HPP e.c. rest plasenta
D/ Pasca tindakan : Pasca kuretase a/i sisa plasenta
Kontraksi uterus pasca kuretase (+) dan keadaan umum baik, TD 100/70 mmHg,
Nadi 84 x/menit, RR 24 x/meni, Temperatur 36,70 C. Dipasang infus RL 20
tts/menit. Inj.Ceftriaxon 1gr/12 jam, PCT 3 x 500 mg, Sulfas ferosus 1x1.
CASE REPORT
Ibu 27 Tahun P2A0 Post Partus Spontan Aterm dengan
Hemorrhagic Post Partum e.c. Rest Plasenta
Oleh :
Haryani Dwita 0818011023
Defi Nurlia Erdian 0818011055
Preceptor :
dr. Wahdi, Sp. OG
SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RSUD JENDERAL AHMAD YANI METRO
APRIL 2012
PERMASALAHAN
1. Apakah faktor penyebab terjadinya HPP pada kasus ini?
2. Apakah diagnosis pada kasus ini sudah tepat?
3. Apakah penanganan pada kasus ini sudah tepat?
ANALISIS KASUS
1. Apakah faktor penyebab terjadinya HPP pada kasus ini?
Pada kasus ini perdarahan post partum berasal dari implantasi plasenta.
Adapun faktor yang dapat menyebabkan terjadinya perdarahan dari tempat
implantasi plasenta diantaranya :
Sisa plasenta
Kotiledon atau selaput ketuban tersisa
Inspeksi plasenta yang telah lahir harus dilakukan secara rutin,
apabila ada bagian yang hilang misalnya kotiledon, uterus harus
dieksplorasi dan sisa plasenta harus dikeluarkan.
Plasenta suksenturiata
Walaupun jarang, sisa dari lobus suksenturiata dapat menyebabkan
perdarahan post partum.
Plasenta akreta, inkreta, perkreta
Kontraksi uterus yang tidak adekuat, plasenta yang melekat erat pada
tempat implantasi dapat menyebabkan tertundanya pelepasan
plasenta. Plasenta akreta terjadi karena implantasi jonjot korion
hingga memasuki lapisan miometrium. Plasenta inkreta karena
implantasi jonjot korion hingga menginvasi miometrium. Sedangkan
plasenta prekreta implantasi jonjot korion hingga menembus
miometrium.
Dari penjelasan diatas maka dapat diketahui bahwa pada kasus ini terjadi
sisa plasenta yang menyebabkan terjadinya perdarahan post partum.
2. Apakah diagnosis pada kasus ini sudah tepat?
Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan pada kasus ini sudah tepat.
Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa :
Anamnesis
Os. mengatakan bahwa keluar darah dari vagina setelah melahirkan,
perdarahan sebanyak 3 x mengganti pampers,
Os melahirkan pervaginam spontan aterm 37 minggu di bidan,
Dilakukan manual plasenta oleh bidan karena plasenta tidak lahir dalam
waktu 1 jam 30 menit.
Plasenta hancur saat proses pengeluaran.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : lemah
Konjungtiva anemis
Tanda-tanda vital :
Tekanan Darah : 130/70
Denyut Nadi : 100x/menit
Pernafasan : 32x/menit
Suhu : 37,6 oC
Pemeriksan Obstetri
Pemeriksaan Luar
Tidak ditemukan pembesaran perut dan tidak ditemukan asites, bising usus
(+), TFU 2 jari di bawah umbilikus
Pemeriksaan Penujnjang
Hematologi
Hb : 8,7 gr/dl
USG
Tampak uterus dengan endometrial line 1-2 layer.
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang
telah dilakukan maka di simpulakan diagnosa kerja pada kasus ini adalah
Ibu S 27 tahun P2A0 post partus spontan aterm dengan HPP e.c. rest plasenta.
3. Apakah penanganan pada kasus sudah tepat?
Pada kasus ini pasien masuk rumah sakit Ahmad Yani melalui UGD atas rujukan
bidan tempat pasien melahirkan. Pasien diberikan resusitasi cairan dengan
menggunakan cairan kristaloid jenis Ringer Laktat 30 gtt/mnt dan pemasangan
dower kateter. Pasien kemudian dibawa ke bagian Kebidanan RSAY.
Setelah dilakukan ananmnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
ditegakan diagnosis P2A0 post partus spontan aterm dengan hemorrhagic post
partum e.c. sisa plasenta.
Kemudian pasien diberikan Inj. antibiotik golongan sefalosporin generasi III
1gr/12 jam sebagai profilaksis untuk mencegah terjadinya infeksi, drip
uterotonika 1ap/8 jam agar uterus dapat berkontraksi dengan baik, observasi
tanda-tanda vital, dan dilakukan transfusi bila Hb pasien < 8 gr/dl, serta
dilaksanakan rencana kuretase. Pada penatalaksanaan pasien ini sudah sesuai dan
adekuat.
Hemorrhagic Post Partum
Perdarahan merupakan penyebab kematian nomor satu (40%--60%) kematian
ibu melahirkan di Indonesia. Hemorrhagic post partum atau perdarahan
postpartum adalah perdarahan pervaginam 500 cc atau lebih setelah kala III
persalinan selesai. Kehilangan darah lebih dari dari 1000 cc dengan persalinan
pervaginam atau penurunan hematokrit lebih dari 10% sebelum melahirkan juga
dapat dianggap perdarahan post partum.
A. Etiologi pada HPP
Perdarahan post partum merupakan tiga penyebab klasik kematian ibu
disamping infeksi pada 24 jam pertama. Hampir sekitar 23-24% perdarahan
post partum disebabkan karena adanya sisa plasenta atau rest plasenta.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya HPP yaitu :
1. Atonia uteri 50% - 60%
Atonia uteri merupakan kegagalan miometrium untuk berkontraksi
setelah persalinan sehingga uterus dalam keadaan relaksasi penuh,
melebar, lembek dan tidak mampu menjalankan fungsi oklusi pembuluh
darah. Akibat dari atonia uteri ini adalah terjadinya perdarahan.
Perdarahan pada atonia uteri ini berasal dari pembuluh darah yang
terbuka pada bekas menempelnya plasenta yang lepas sebagian atau
lepas keseluruhan.
2. Retensio plasenta 16% - 17%
Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir setengah
jam setelah janin lahir. Hal tersebut disebabkan karena plasenta belum
lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas namun belum
dilahirkan. Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi
perdarahan, tapi bila sebagian plasenta sudah lepas akan terjadi
perdarahan dan ini merupakan indikasi untuk segera mengeluarkannya.
Plasenta belum lepas dari dinding uterus disebabkan :
a. Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta
adhesiva)
b. Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab villi korialis
menembus desidua sampai miometrium (plasenta akreta)
c. Plasenta merekat erat pada dinding uterus oleh sebab villi korialis
menembus sampai di bawah peritoneum (plasenta perkreta)
Plasenta sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar,
disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah
penanganan kala III, sehingga terjadi lingkaran kontriksi pada bagian
bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta (inkarserasio
plasenta).
3. Sisa plasenta 23% - 24%
Sewaktu suatu bagian dari plasenta tertinggal, maka uterus tidak dapat
berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan
perdarahan. Perdarahan postpartum yang terjadi segera jarang
disebabkan oleh retensi potongan-potongan kecil plasenta. Inspeksi
plasenta segera setelah persalinan bayi harus menjadi tindakan rutin.
Jika ada bagian plasenta yang hilang, uterus harus dieksplorasi dan
potongan plasenta dikeluarkan.
4. Laserasi jalan lahir 4% - 5%
Robekan jalan lahir dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri.
Perdarahan pasca persalinan dengan uterus yang berkontraksi baik
biasanya disebabkan oleh robekan serviks atau vagina. Setelah
persalinan harus selalu dilakukan pemeriksaan vulva dan perineum.
Pemeriksaan vagina dan serviks dengan spekulum juga perlu dilakukan
setelah persalinan.
Robekan jalan lahir selalu memberikan perdarahan dalam jumlah yang
bervariasi banyaknya. Perdarahan yang berasal dari jalan lahir selalu
harus dievaluasi yaitu sumber dan jumlah perdarahan sehingga dapat
diatasi. Sumber perdarahan dapat berasal dari perineum, vagina, serviks,
dan robekan uterus (ruptura uteri). Perdarahan dapat dalam bentuk
hematoma dan robekan jalan lahir dengan perdarahan bersifat arterill
atau pecahnya pembuluh darah vena. Untuk dapat menetapkan sumber
perdarahan dapat dilakukan dengan pemeriksaan dalam dan pemeriksaan
spekulum setelah sumber perdarahan diketahui dengan pasti, perdarahan
dihentikan dengan melakukan ligasi.
5. Inversio Uteri
Inversio uteri merupakan keadaan dimana fundus uteri masuk ke dalam
kavum uteri, dapat secara mendadak atau terjadi perlahan Pada inversio
uteri bagian atas uterus memasuki kavum uteri, sehingga fundus uteri
sebelah dalam menonjol ke dalam kavum uteri. Peristiwa ini jarang sekali
ditemukan, terjadi tiba-tiba dalam kala III atau segera setelah plasenta
keluar. Sebab inversio uteri yang tersering adalah kesalahan dalam
memimpin kala III, yaitu menekan fundus uteri terlalu kuat dan menarik
tali pusat pada plasenta yang belum terlepas dari insersinya.
B. Gejala Klinik dan Diagnosis HPP
Seorang wanita hamil yang sehat dapat kehilangan darah sebanyak 10% dari
volume total tanpa mengalami gejala-gejala klinik, gejala-gejala baru
tampak pada kehilangan darah sebanyak 20%. Gejala klinik berupa
perdarahan pervaginam yang terus-menerus setelah bayi lahir. Kehilangan
banyak darah tersebut menimbulkan tanda-tanda syok yaitu penderita pucat,
tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstrimitas dingin, dan
lain-lain. Diagnosis yang dapat ditegakkan terhadap perdarahan pasca
persalinan ditandai dengan :
1. Perdarahan banyak yang terus-menerus setelah bayi lahir.
2. Pada perdarahan melebihi 20% volume total, timbul gejala penurunan
tekanan darah, nadi, dan napas cepat, pucat, ekstremitas dingin sampai
terjadi syok.
3. Perdarahan sebelum plasenta lahir biasanya disebabkan retensio
plasenta atau laserasi jalan lahir.
4. Perdarahan setelah plasenta lahir. Perlu dibedakan sebabnya antara
atonia uteri, sisa plasenta, atau trauma jalan lahir.
5. Riwayat partus lama, partus presipitatus, perdarahan antepartum atau
penyebab lain.
Perdarahan pasca persalinan juga dapat disertai dengan komplikasi
disamping dapat menyebabkan kematian. Perdarahan pasca persalinan
memperbesar kemungkinan infeksi puerperal karena daya tahan tubuh
penderita berkurang. Perdarahan banyak, kelak bisa menyebabkan sindrom
Sheehan sebagai akibat nekrosis pada hipofisis pars anterior sehingga terjadi
insufisiensi bagian tersebut.
Gejala-gejalanya adalah astenia, hipotensi, anemia, turunnya berat badan
sampai menimbulkan kakeksia, penurunan fungsi seksual dengan atrofi alat-
alat genital, kehilangan rambut pubis dan ketiak, penurunan metabolisme
dengan hipotensi, amenorea, dan kehilangan fungsi laktasi.
Gejala dan tanda yang
selalu ada
Gejala dan tanda
yang kadang ada
Diagnosis
Kemungkinan
Uterus tidak berkontraksi dan
lembek
Perdarahan segera setelah
anak lahir (Perdarahan
Pascapersalinan Primer atau)
Syok Atonia Uteri
Perdarahan segera
Darah segar yang mengalir
segera setelah bayi lahir
Pucat
Lemah
Menggigil
Robekan
Jalan
Lahir
Uterus kontraksi baik
Plasenta lengkap
Plasenta belum lahir setelah
30 menit
Perdarahan segera
Uterus kontraksi baik
Tali pusat putus
akibat traksi
berlebihan
Inversio uteri
akibat tarikan
Perdarahan
lanjutan
Retensio
Plasenta
Plasenta/sebagian selaput
(mengandung pembuluh
darah tidak lengkap
Perdarahan segera
Uterus berkontraksi
tetapi tinggi fundus
tidak berkurang
Tertinggalnya
sebagian
plasenta
Uterus tidak teraba Lumen
vagina terisi massa
Tampak tali pusat (jika
plasenta belum lahir)
Perdarahan segera
Nyeri sedikit atau berat
Syok neurogenik
Pucat dan limbung
Inversio uteri
C. Penatalaksanaan HPP
Tujuan utama pertrolongan pada pasien dengan perdarahan postpartum
adalah menemukan dan menghentikan penyebab dari perdarahan secepat
mungkin. Terapi pada pasien dengan hemorraghe postpartum mempunyai 2
bagian pokok :
1. Resusitasi dan manajemen yang baik terhadap perdarahan pasien
dengan hemorraghe postpartum memerlukan penggantian cairan dan
pemeliharaan volume sirkulasi darah ke organ–organ penting. Pantau
terus perdarahan, kesadaran dan tanda-tanda vital pasien.
2. Pemberian cairan : berikan normal saline atau ringer lactate
3. Transfusi darah : bisa berupa whole blood ataupun packed red cell.
Manajemen HPP e.c. sisa plasenta
Apabila kontraksi uterus jelek atau kembali lembek setelah kompresi
bimanual ataupun massase dihentikan, bersamaan pemberian uterotonica
lakukan eksplorasi. Beberapa ahli menganjurkan eksplorasi secepatnya, akan
tetapi hal ini sulit dilakukan tanpa general anestesi kecuali pasien jatuh
dalam syok. Jangan hentikan pemberian uterotonica selama dilakukan
eksplorasi. Setelah eksplorasi lakukan massase dan kompresi bimanual
ulang tanpa menghentikan pemberian uterotonica. Pemberian antibiotic
spectrum luas setelah tindakan ekslorasi dan manual removal. Apabila
perdarahan masih berlanjut dan kontraksi uterus tidak baik bisa
dipertimbangkan untuk dilakukan laparatomi. Pemasangan tamponade
uterrovaginal juga cukup berguna untuk menghentikan perdarahan selama
persiapan operasi.
D. KESIMPULAN
Perdarahan adalah salah satu penyebab utama langsung kematian maternal,
terutama di Negara yang kurang berkembang perdarahan merupakan
penyebab terbesar kematian maternal. Perdarahan pasca persalinan adalah
perdarahan 500 cc atau lebih yang terjadi setelah kala III. Perdarahan dapat
terjadi secar massif dan cepat, atau secara perlahan – lahan tapi secara terus
menerus. Perdarahan hanyalah gejala, harus dicari tahu penyebabnya untuk
memberikan pertolongan sesuai penyebabnya.
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, F Gary., Norman F.Grant MD., Kenneth J., Md Leveno, Larry
C., Iii, Md Gilstrap, John C., Md Hauth, Katherine D.,Clark,Katherine
D.Wenstrom. 2006. Obstetri Williams Edisi ke-21. Jakarta : EGC
Elbourne DR, Prendiville WJ, Carroli G, Wood J, McDonald S. Prophylactic use
of oxytocin in the third stage of labour. In: The Cochran Library, Issue 3,
2003. Oxford. Update Software.
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan Edisi Keempat. Jakarta : PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Prendiville WJ, Elbourne D, McDonald S. Active vs. expectant management in
the third stage of labour. In: The Cochrane Library, Issue 3, 2003. Oxford:
Update Software.
http://www.pregnancy.about.com/cs/postpartumrecover/a/pph.htm
http://www.medicine.com/EMERG/topic481.htm