Post on 05-Feb-2018
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BALITA SAKIT PADA ANAK A UMUR 3
TAHUN DENGAN DIARE DEHIDRASI RINGAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BALITA SAKIT PADA ANAK A UMUR 3
TAHUN DENGAN DIARE DEHIDRASI RINGAN
DI RSUD KOTA SURAKARTA
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun oleh :
Ratih Chandra Dewi
NIM B13082
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2016
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BALITA SAKIT PADA ANAK A UMUR 3
TAHUN DENGAN DIARE DEHIDRASI RINGAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
KaryaTulisIlmiah
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BALITA SAKIT PADA ANAK A UMUR 3
TAHUN DENGAN DIARE DEHIDRASI RINGAN
DI RSUD KOTA SURAKARTA
Diajukan Oleh:
Ratih Chandra Dewi
NIM B13 082
Telah diperiksa dan disetujui
Pada tanggal 9 Juni 2016
Pembimbing
Wahyu Dwi Agussafutri, SST, MPH
NIK 201286112
iii
HALAMAN PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BALITA SAKIT PADA ANAK A UMUR 3
TAHUN DENGAN DIARE DEHIDRASI RINGAN
DI RSUD KOTA SURAKARTA
Karya Tulis Ilmiah
DisusunOleh:
Ratih Chandra Dewi
NIM B13 082
Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji
Ujian Akhir Program D III Kebidanan
Padatanggal :
Penguji I
Siti Nurjanah, SST ., M.Keb
NIK 201188093
Penguji II
Wahyu Dwi Agussafutri, SST, MPH
NIK 201286112
Tugas akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan
Mengetahui
Ka. Prodi DIII Kebidanan
Siti Nurjanah,SST., M.keb
NIK 201188093
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah berjudul : “Asuhan Kebidanan Bayi Balita Sakit pada Balita
An. A Umur 3 Tahun dengan Diare Dehidrasi Ringan di RSUD Kota Surakarta
Tahun 2016”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi
tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan dari program Studi D III
Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai
pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh Karena
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku ketua Stikes Kusuma
Husada Surakarta.
2. Ibu Siti Nurjanah, SST., M.Keb selaku Ketua Program Studi DIII
Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Wahyu Dwi Agussafutri, SST,M.PH, selaku dosen pembimbing yang
telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada
penulis.
4. Dr. Willy Handoko Widjaja, MARS, Direktur RSUD Kota Surakarta, yang
telah bersedia memberikan ijin kepada penulis dalam pengambilan data.
5. Seluruh dosen dan staff prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada
Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.
6. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis Menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian
selanjutnya.Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, 2016
Penulis
v
Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2016
Ratih Chandra Dewi
B13 082
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BALITA SAKIT PADA BALITA ANAK A
UMUR 3 TAHUN DENGAN DIARE DEHIDRASI RINGAN DI RSUD
KOTA SURAKARTA
xi + 74 halaman + 13 lampiran + 2 tabel
INTISARI
Latar Belakang:Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan jumlah kematian
balita per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKABA
menggambarkan tingkat permasalahan balita, tingkat pelayanan KIA/Posyandu,
tingkat keberhasilan progam KIA/Posyandu dan kondisi sanitasi lingkungan.
Penyebab AKB maupun AKABA tersering adalah diare (25,5%). Angka kejadian
diare dehidrasi ringan di RSUD Kota Surakarta sebanyak 75 anak (70,09%).
Anak sakit diare dengan dehidrasi ringan perlu mendapatkan perhatian dan
penanganan yang intensif agar angka kesakitan dan kematian menurun.
Tujuan : Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada An. A umur 3 tahun
dengan diare dehidrasi ringan di RSUD Kota Surakarta menurut Varney.
Metode Penelitian : Jenis laporan studi kasus dengan metode deskriptif. Lokasi
di RSUD Kota Surakarta. Waktu bulan oktober 2015 – mei 2016. Subjek adalah
An. A umur 3 tahun dengan diare dehidrasi ringan. Instrumen yang digunakan
format asuhan kebidanan pada balita sakit dan SOAP. Teknik pengambilan data
menggunakan data primer dan sekunder.
Hasil Studi Kasus : Setelah diberikan asuhan selama 5 hari di dapatkan hasil
bahwa anak tidak rewel lagi, keadaan umum baik, ubun-ubun dan mata tidak
cekung, muka tidak pucat, mulut tidak kering, perut tidak kembung, turgor normal
dan BAB normal 1 kali sehari dengan konsistensi lunak di sertai ampas.
Kesimpulan :Asuhan kebidanan pada balita sakit An. A umur 3 tahun dengan
diare dehidrasi ringan yang dilaksanakan dengan cepat dan benar sehingga dapat
mencegah terjadinya diare dehidrasi berat. Dalam tindakan segera asuhan
kebidanan terdapat kesenjangan teori dan kenyataan lapangan yaitu Tindakan
antisipasi pada balita sakit An. A dengan dehidrasi ringan adalah kolaborasi
dengan dokter spesialis anak berupa pemberian infus RL 500cc/6 jam, terapi
injeksi ondancentron 2 mg/ 8 jam, injeksi ranitidin 10 mg/ 12 jam.
Kata Kunci : Asuhan kebidanan, bayi balita sakit, diare dengan dehidrasi
ringan
Kepustakaan : 31 literatur ( Tahun 2005 - 2015 )
vi
MOTTO
1. Kebahagiaan yang sederhana itu, membuat orang tersenyum dan kembali
bersemangat untuk masa depan (penulis)
2. Berlarilah dan kejarlah mimpimu yang kamu inginkan, kerja kerasmu dan
usahamu akan tuhan bayar dengan harga yang pantas suatu saat nanti
(penulis)
3. Allah merahasiakan masa depan, agar kita terus berusaha dan terus bersabar
(penulis)
4. Allah selalu memberikan kelebihan di balik kekurangan, dan allah selalu
memberikan kekuatan di balik kelemahan (penulis)
5. Man jadda wa jadda (penulis)
PERSEMBAHAN
Dengan segela rendah hati, Karya Tulis Ilmiah ini penulis
persembahkan :
1. Kepada Allah SWT yang telah memberikan kemudahan
dan kelancarandi setiap kesulitan yang saya hadapi.
2. Kepada Alm. Bapakku tercinta yang selalu saya
rindukan kehadirannya dan kasih sayangnya.
3. Kepada ibuku yang amat saya cintai dan yang selalu
memberi segalanya untukku, terima kasih buat kasih
sayangmu, pengorbananmu, dan supportmu terhadap
anakmu, ibu harta terindah yang saya miliki.
4. Kepada adikku tersayang Hermawan Yulianto Prabowo
yang selalu menjadi penghibur dikala rasa jenuh dan
letih melandaku.
5. Kepada semua sahabatku tercinta, yang mungkin tak
bisa saya sebutkan satu per satu, terima kasih buat
semua supportnya dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah
ini, dan terima kasih selalu menghadirkan pelangi
dalam kehidupanku.
6. Almamater tercinta.
vii
CURICULUM VITAE
Nama : Ratih Chandra Dewi
Tempat / Tanggal Lahir : Boyolali, 8 Maret 1995
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Kenteng, RT 02 / RW 09, Sidomulyo, Ampel,
Boyolali
Riwayat Pendidikan :
1. SD NEGERI SIDOMULYO 1 BOYOLALI LULUS TAHUN 2007
2. SMP NEGERI 1 AMPEL LULUS TAHUN 2010
3. SMA BHINNEKA KARYA 2 BOYOLALI LULUS TAHUN 2013
4. Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta angkatan 2013
vii
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
INTISARI ....................................................................................................... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. vi
CURICULUM VITAE ................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL. ......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................. 3
C. Tujuan Studi Kasus .................................................................. 3
D. Manfaat Studi Kasus................................................................. 5
E. Keaslian Studi Kasus ............................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis ............................................................................. 8
1. Balita ................................................................................. 8
2. Diare .................................................................................. 13
3. Diare Dehidrasi Ringan. .................................................... 17
B. Teori Manajemen Kebidanan ................................................... 19
C. Landasan Hukum ..................................................................... 37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Studi Kasus ..................................................................... 38
B. Lokasi Studi Kasus .................................................................. 38
C. Subjek Studi Kasus .................................................................. 38
D. Waktu Studi Kasus .................................................................. 39
viii
viii
E. Instrumen Studi Kasus ............................................................. 39
F. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 39
G. Alat- alat Yang Digunakan ...................................................... 43
H. Jadwal Penelitian ..................................................................... 43
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus. ......................................................................... 44
B. Pembahasan. .............................................................................. 66
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan. ............................................................................... 71
B. Saran .......................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Pemberian oralit berdasarkan usia ................................................... 18
Tabel 2.2 Pemberian oralit berdasarkan usia ................................................... 33
x
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penyusunan KTI
Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Studi pendahuluan
Lampiran 3. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan dari RSUD Kota
Surakarta
Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 5. Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 6. Lembar Surat Permohonan Menjadi Pasien
Lampiran 7. Lembar Persetujuan Pasien dalam Pengambilan Kasus
Lampiran 8. Lembar Format Asuhan Kebidanan Bayi Balita Sakit
Lampiran 9 Lembar Observasi
Lampiran 10. Satuan Acara Penyuluhan Tentang Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat
Lampiran 11. Leaflet Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Lampiran 12 Dokumentasi Studi Kasus
Lampiran 13. Lembar Konsultasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut data hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(AKN) Angka Kematian Neonatal di Indonesia sebesar 19 kematian/1000
kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 32 kematian/1000
kelahiran hidup dan Angka Kematian Balita (AKABA) sebesar 40/1000
kelahiran hidup (SDKI, 2012).Angka tersebut lima kali lebih tinggi
dibandingkan Malaysia, Filipina, dan Thailand. Data Kementrian Kesehatan
menyebutkan, terjadi disparitas AKB yang cukup besar antar provinsi di
Indonesia.AKB terbesar adalah di Sulawesi Barat dengan AKB sebanyak 74
per 1.000 kelahiran hidup dan AK Balita 96 per 1.000 kelahiran hidup.
Jumlah tersebut empat kali lebih besar dibanding daerah lain yang jumlah
AKB dan AK Balitanya paling rendah, yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta
(DIY) dengan AKB 19 per 1.000 kelahiran hidup dan AK balita 22 per 1.000
kelahiran hidup (Suryani dan Tiurna, 2014).
Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan jumlah kematian
balita per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKABA
menggambarkan tingkat permasalahan balita, tingkat pelayanan
KIA/Posyandu, tingkat keberhasilan progam KIA/Posyandu dan kondisi
sanitasi lingkungan. AKABA Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar
11,85/1000 kelahiran hidup (Dinkes Jateng, 2012). Sedangkan di seluruh
2
negara berusaha menurunkan angka kematian neonatal setidaknya
hingga 12/1000 kelahiran hidup dan angka kematian balita 25/1000 kelahiran
hidup (SDGs 2015).
Penyebab AKB maupun AKABA tersering adalah diare (25,5%)
pneumonia(15,5%), Necroticans Entero Colitis (NEC) (10,7%),TB dan
malaria (9,7%), meningitis (8,8%), DBD (6,8%), Campak (5,8%),dan juga
tenggelam (4,9%) (Riskesdes, 2007).
Diare adalah pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Buangan
air yang cair dengan frekuensi yang lebih banyak dari biasanya.Balita
dikatakan diare bila sudah lebih dari tiga kali buang air besar, sedangkan
neonatus dikatakan diare bila sudah dari empat kali buang air besar (Sudarti
dan Fauziah, 2012).
Balita mudah terserang penyakit diare disebabkan oleh perilaku
hidup masyarakat yang kurang baik dan cara penyiapan makanan yang tidak
semestinya. Diare dapat berakibat fatal apabila tidak ditangani secara serius,
karena tubuh balita sebagian besar terdiri dari air dan daging, sehingga bila
terjadi diare sangat mudah terkena dehidrasi, bila dehidrasi tidak diatasi bisa
mengakibatkan kematian. Dehidrasi merupakan penyebab kematian kedua
pada balita diseluruh dunia, satu dari lima balita setiap tahunnya meninggal
karena mengalami dehidrasi, Banyak faktor risiko yang diduga menyebabkan
terjadinya penyakit diare dengan dehidrasi pada bayi dan balita di Indonesia,
salah satu faktor risiko yang sering diteliti adalah faktor lingkungan
yang meliputi sarana air bersih, sanitasi, jamban, saluran pembuangan
3
air, dan kondisi rumah (Adisasmito, 2007; Evayanti dkk, 2014;
Lapolisa dan Pakasi, 2014).
Berdasarkan data yang diperoleh dari bulan Oktober 2014 sampai
bulan Oktober 2015 di RSUD Kota Surakarta angka kejadian diare 107 kasus
dengan rincian kasus diare dehidrasi ringan 75 anak (70,09%), kasus diare
dehidrasi sedang 27 anak (25,23%) dan kasus diare dehidrasi berat5anak
(4,67%). Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengambil
judul “Asuhan Kebidanan Bayi Balita Sakit Pada An.A dengan Diare
Dehidrasi Ringan di RSUD Kota Surakarta”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah adalah
sebagai berikut: “Bagaimanakah Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan Bayi
Balita Sakit Pada An. A dengan Diare Dehidrasi Ringan di RSUD Kota
Surakarta dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan menurut
Hellen Varney?”.
C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan Umum
Dapat memberikan dan melaksanakan Asuhan Kebidanan Bayi Balita
Sakit Pada An.A dengan Diare Dehidrasi Ringan menurut manajemen
kebidanan 7 langkah hellen varney.
4
2. Tujuan Khusus
a. Diharapkan penulis mampu :
1) Melakukan pengkajian data subjektif dan objektif pada An.
A dengan diare dehidrasi ringan di RSUD Kota Surakarta.
2) Menginterpretasikan data yang meliputi diagnosa kebidanan,
masalah dan kebutuhan pada An. A dengan diare dehidrasi
ringan di RSUD Kota Surakarta.
3) Mengidentifikasimasalah/diagnosis potensial dan
penanganan pada An. A dengan siare dehidrasi ringan di
RSUD Kota Surakarta.
4) Menerapkan tindakan segera pada An. A dengan diare
dehidrasi ringan di RSUD Kota Surakarta.
5) Menyusun rencana asuhan kebidanan pada An. A dengan
diare dehidrasi ringan di RSUD Kota Surakarta.
6) Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada An. A
dengan diare dehidrasi ringan di RSUD Kota Surakarta.
7) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang telah dicapai
pada kasus An. A dengan diare dehidrasi ringan di RSUD
Kota Surakarta.
b. Mahasiswa mampu menganalisis kesenjangan antara teori dan
kasus nyata di lapangan termasuk faktor pendukung dan
penghambat pada An. A dengan diare dehidrasi ringan.
5
D. Manfaat studi kasus
1. Bagi penulis
Dapat menerapkan teori yang didapat dibangku kuliah dalam praktek di
lahan, serta memperoleh pengalaman langsung dalam memberikan
Asuhan Kebidanan pada An.A dengan Diare Dehidrasi Ringan.
2. Bagi Profesi
Dapat melaksanakan Asuhan Kebidanan pada An.A dengan Diare
Dehidrasi Ringan sehingga angka kesakitan dan kematian dapat turun.
3. Bagi Institusi
a. Rumah Sakit
Dapat digunakan untuk meningkatkan mutu pelayanan Asuhan
Kebidanan pada An.A dengan Diare Dehidrasi Ringan.
b. Pendidikan
Menambah kepustakaan tentang Asuhan Kebidanan pada An.A
dengan Diare Dehidrasi ringan.
E. Keaslian studi kasus
Karya tulis ilmiah ini tentang asuhan kebidanan pada kasus balita sakit
dengan diare dehidrasi ringan pernah dilaksanakan oleh :
1. Warsiti (2009), dengan judul ”Asuhan Kebidanan pada Balita An. M
Sakit Diare Dehidrasi Ringan di RSUD Kota Surakarta”. Dengan
menggunakan manajemen kebidanan dengan tujuh langkahVarney. Pada
tinjauan kasus penulis ditemukan diagnosa anak M umur 4 tahun dengan
6
diare dehidrasi ringan, gejala awal anak tersebut rewel, nafsu makan
menurun, BAB lebih dari tiga kali dengan tinja cair, nadi cepat, anak
terlihat lemas dan demam. Tindakan yang dilakukan yaitu memberikan
terapi obat menurut advis dokter, memberikan oralit atau cairan yang
mengandung elektrolit, jika peroral tidak dapat diberikan maka
memasang infuse RL atau NaCl, memberikan pendidikan kesehatan
tentang penyakit diare serta perawatan dirumah, kebersihan perorangan
dan lingkungan agar ibu dapat memberikan pertolongan pertama pada
anaknya.
2. Anjani Nauormaary (2014), dengan judul ”Asuhan kebidanan pada Balita
An.A umur 9 bulan 22 hari Sakit Diare Dehidrasi Ringan di Puskesmas
Umbulharjo Yogyakarta”. Dengan menggunakan manajemen kebidanan
dengan tujuh langkah Varney. Pada tinjauan kasus penulis ditemukan
diagnosa anak A umur 9 bulan 22 hari dengan diare dehidrasi ringan,
gejala awal anak tersebut malas menyusu, rewel, BAB lebih dari empat
kali dan mengalami demam. Tindakan yang dilakukan yaitu
mengobservasi pasien selama 3 jam dan memberikan oralit atau cairan
yang mengandung elektrolit,meminta ibunya untuk tetap menyusui
bayinya, jika peroral tidak dapat diberikan maka memasang infuse RL
atau NaCl, memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu cara membuat
oralit di rumah, menjaga kebersihan anaknya, dan juga menjaga
kebersihan lingkungan agar ibu dapat mencegah terjadinya penyakit pada
anaknya.
7
Persamaan dalam studi kasus diatas yaitu, instrumen studi kasus
dengan menggunakan manajemen kebidanan 7 langkah
varney.Sedangkan perbedaan dalam studi kasus diatas yaitu subjek studi
kasus, lokasi studi kasus, waktu pelaksanaan studi kasus, dan juga
penatalaksanaan dalam pemberian asuhan.
8
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. Teori Medis
1. Balita
a. Pengertian Balita
Menurut Susilaningrum dkk (2013), pada masa ini dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu usia 1-3 tahun (masa kanak-
kanak/toddler) dan usia 3-5 tahun.Pada masa ini, kecepatan
pertumbuhan mulai menurun dan terdapat kemajuan dalam
perkembangan motorik (gerak kasar dan gerak halus) serta fungsi
ekskresi. Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah pada
masa balita. Pertumbuhan dasar yang berlangsung pada masa balita
akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan selanjutnya
(Kemenkes RI, 2011).
b. Tahapan perkembangan Balita
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang
lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara
dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian (Kemenkes RI 2011).
Menurut Kemenkes RI (2011), tahapan perkembangan balita
meliputi :
1) Umur 12-18 bulan
a) Berdiri sendiri tanpa berpegangan
9
b) Membungkuk memungut mainan kemudian berdiri kembali
c) Berjalan mundur 5 langkah
d) Menumpuk 2 kubus
e) Memasukkan kubus dikotak
f) Menunjuk apa yang diinginkan tanpa menanggis
g) Memperlihakan rasa cemburu
2) Umur 18-24 bulan
a) Berdiri sendiri tanpa berpegangan 30 detik
b) Berjalan tanpa terhuyung-huyung
c) Bertepuk tangan, melambai-lambai
d) Menumpuk 4 kubus
e) Memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk
f) Menggelindingkan bola kearah sasaran
g) Menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti
h) Membantu/menirukan pekerjaan rumah tangga
i) Memegang cangkir sendiri, belajar makan-minum sendiri
3) Umur 24-36 bulan
a) Jalan naik tangga sendiri
b) Dapat bermain dan menendang bola kecil
c) Mencoret-coret pensil pada kertas
d) Bicara dengan baik, menggunakan 2 kata
e) Dapat menunjuk 1 atau lebih bagian tubuhnya ketika
diminta
10
f) Melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar nama 2
benda atau lebih
g) Membantu memungut mainannya sendiri atau membantu
mengangkat piring jika diminta
h) Makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah
i) Melepas pakaiannya sendiri
4) Umur 36-48 bulan
a) Berdiri 1 kaki 2 detik
b) Melompat kedua kaki diangkat
c) Mengayuh sepeda roda tiga
d) Menggambar garis lurus
e) Menumpuk 8 buah kubus
f) Mengenal 2-4 warna
g) Menyebut nama, umur, tempat
h) Mengerti arti kata diatas, dibawah, didepan
i) Mendengarkan cerita
j) Mencuci dan mengeringkan tangan sendiri
k) Bermain bersama teman, mengikuti aturan permainan
l) Mengenakan sepatu sendiri
m) Mengenakan celana panjang, kemeja, baju
5) Umur 48-60 bulan
a) Berdiri 1 kaki 6 detik
b) Melompat-lompat 1 kaki
11
c) Menari
d) Menggambar tanda silang
e) Menggambar lingkaran
f) Menggambar orang dengan 3 bagian tubuh
g) Mengancing baju atau pakaian boneka
h) Menyebut nama lengkap tanpa dibantu
i) Senang menyebut kata-kata baru
j) Senang bertanya tentang sesuatu
k) Menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang benar
l) Bicaranya mudah dimengerti
m) Bisa membandingkan/membedakan sesuatu dari ukuran dan
bentuknya
n) Menyebut angka, menghitung jari
o) Menyebut nama-nama hari
p) Berpakaian sendiri tanpa dibantu
q) Menggosok gigi tanpa dibantu
r) Bereaksi tenang dan tidak rewel ketika ditinggal ibu
c. Pertumbuhan fisik Balita
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta
jaringan interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur
tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan
panjang dan berat (Kemenkes RI, 2011).
12
1) Berat badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri
yang terpenting untuk mengetahui keadaan status gizi anak.Selain
itu, dipakai untuk memeriksa kesehatan anak pada semua
kelompok umur, misalnya, apakah anak dalam keadaan normal dan
sehat.Keuntungan lainnya adalah pengkurannya mudah, sederhana
dan murah (Susilaningrum dkk, 2013).
2) Tinggi badan
Tinggi badan untuk anak kurang dari dua tahun sering
diistilahkan panjang badan. Pada bayi baru lahir, panjang badan
rata-rata ± 50cm. Pada tahun pertama pertambahannya 1,25
cm/bulan (1,5 x panjang badan lahir). Penambahan tersebut
berangsur-angsur berkurang sampai usia 9 tahun, yaitu hanya
sekitar 5 cm/tahun. Baru pada masa pubertas ada peningkatan
pertumbuhan tinggi badan yang cukup cepat, yaitu pada wanita 5-
25 cm/tahun, sedangkan laki-laki sekitar 10-30 cm/tahun.
Pertambahan tinggi badan akan berhenti pada usia 18-20 tahun
(Susilaningrum dkk, 2013).
3) Lingkar kepala
Ukuran lingkar kepala dimaksudkan untuk menaksir
pertumbuhan otak.Pertumbuhan ukuran lingkar kepala umumnya
mengikuti pertumbuhan otak, sehingga bila ada
hambatan/gangguan pertumbuhan lingkar kepala, pertumbuhan
13
otak biasanya juga terhambat. Berat otak janin saat kehamilan 20
minggu diperkirakan 100 gram, waktu lahir sekitar 350 gram, pada
usia 1 tahun hampir mencapai 3 kali lipat, yaitu 925 gram atau
mencapai 75% dari berat seluruhnya. Pada usia 3 tahun sekitar
1.100 gram dan pada 6 tahun pertumbuhan otak telah mencapai
90% (1.260 gram). pada usia dewasa, berat otak mencapai 1.400
gram (Susilaningrum dkk, 2013).
2. Diare
a. Pengertian Diare
Diare adalah pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair.Buangan
air besar yang tidak normal dan bentuk tinja yang cair dengan
frekuensi yang lebih banyak dari biasanya.Bayi dikatakan diare bila
sudah lebih dari 3x buang air besar, sedangkan neonatus dikatakan
diare bila sudah lebih dari 4x buang air besar. Komplikasi diare antara
lain, dehidrasi akibat kekurangan cairan dan elektrolit, rejatan
hipovolemik, hipokalemika (gejala meteorismus, hipotoni otot lemah
dan bradikardi), intolenransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa
usus dan defisiensi enzim lactase, hipoglikemi, kejang terjadi pada
dehidrasi hipertonik, malnutrisi energy protein (akibat muntah dan
diare jika lama atau kronik biasanya penderita mengalami kelaparan).
(Sudarti, 2010).
14
b. Tanda klinis
Menurut MTBS (2008), tanda klinis diare yaitu :
1) Gelisah
2) Rewel
3) Mudah marah
4) Haus, minum dengan lahab
5) Mata cekung
6) Cubitan kulit perut kembali lambat
c. Etiologi
Menurut Sudarti dan Fauziah (2012), diare dapat disebabkan oleh
berbagai faktor diantaranya yaitu :
1. Faktor Infeksi
a. Infeksi enteral yaitu infeksi yang terjadi dalam saluran
pencernaan yang merupakan penyebab utama terjadinya diare
yang meliputi :
1) Infeksi bakteri : vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigella
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya.
2) Infeksi virus Enterovirus (virus ECHO) Coxsaekre,
Polomyelitis, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dan
sebagainya.
3) Infeksi parasit cacing (Ascaris Irichiuris, Oxyuris,
Strongylodies) Protozoa (Entamoeba Histolytica,
15
Giardia Lamblia, Trochomonas homisis), jamur
(Candida Albicans).
2. Malabsorbsi
a) Karbohidrat : disakarida ( intoleransi laktosa, maltosa
dan sukrosa). Monosakarida ( intoleransi glukosa dan
galaktosa). Pada anak dan bayi yang paling berbahaya adalah
intoleransi laktosa.
b) Lemak
c) Protein
3. Makanan, misalnya basi, beracun, alergi.
4. Psikologis, misalnya rasa takut atau cemas.
d. Patogenesis
Menurut Sudarti dan Fauziah (2012), mekanisme dasar yang dapat
menyebabkan timbulnya diare adalah :
1) Gangguan ostimotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang dapat diserap oleh
tubuh akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus. Isi
rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkan isi dari usus sehingga timbul diare.
2) Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu, misalnya oleh toksin pada dinding
usus yang akan menyebabkan peningkatan sekresi air dan
elektrolit yang berlebihan ke dalam rongga usus, sehingga akan
16
terjadi peningkatan-peningkatan isi dari rongga usus yang akan
merangsang pengeluaran isi dari rongga usus sehingga timbul
diare.
3) Gangguan molititas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan
bagi usus untuk menyerap makanan yang masuk, sehingga akan
timbul diare. Tetapi apabila terjadi keadaan yang sebaliknya yaitu
penurunan dari peristaltik usus akan dapat menyebabkan
pertumbuhan bakteri yang berlebihan di dalam rongga usus
sehingga akan menyebabkan diare juga.
e. Komplikasi
Menurut Sudarti dan Fauziah (2012), komplikasi diare yaitu :
1) Renjatan hipovolemik akibat menurunnya volume darah, apabila
penurunan volume darah mencapai 15% BB – 25% BB akan
menyebabkan penurunan tekanan darah
2) Hipokalemia dengan gejala yang muncul adalah meterismus,
hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan pada pemeriksaan
EKG
3) Hipoglikemia
4) Intoleransi laktosa sekunder sebagai akibat defisiensi enzim
laktosa karena vili mukosa usus halus
5) Kejang
17
6) Malnutrisi energi protein karena selain diare dan muntah,
biasanya penderita mengalami kelaparan
7) Dehidrasi akibat kekurangan cairan dan elektrolit, dehidrasi
mempunyai klasifikasi sebagai berikut :
1) Diare dengan dehidrasi berat
2) Diare dengan dehidrasi sedang
3) Diare dengan dehidrasi ringan
3. Diare Dehidrasi Ringan
Menurut Saputra (2013), dehidrasi adalah kondisi
ketidakseimbangan yang ditandai dengan defisiensi cairan dan elektrolit
diruang ekstraselular, tetapi proporsi antara keduanya (cairan dan
elektrolit) mendekati normal. Dehidrasi dapat disebabkan oleh banyak
faktor, misalnya kekurangan asupan cairan dan kelebihan asupan zat
terlarut (misalnya protein dan klorida atau natrium), kelebihan asupan zat
terlarut dapat menyebabkan ekskresi atau pengeluaran urine secara
berlebihan serta pengeluaran keringan yang banyak dalam waktu lama.
Secara umum, dehidrasi dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu sebagai
berikut.
a) Dehidrasi isotonik jumlah cairan yang hilang sebanding dengan jumlah
elektrolit yang hilang
b) Dehidrasi hipertonik jumlah cairan yang hilang lebih besar daripada
jumlah elektrolit yang hilang .
18
c) Dehidrasi hipotonik jumlah cairan yang hilang lebih sedikit daripada
jumlah elektrolit yang hilang.
Kehilangan cairan ekstrasel secara berlebihan dapat menyebabkan
penurunan volume ekstrasel (hipovolume) dan perubahan hematokrit.
Pada diare dengan dehidrasi ringan balita akan kehilangan cairan
sebanyak 5% dari berat badan atau sekitar 1,5 – 2 liter.
Balita juga mengalami penurunan berat badan sekitar 3% (30 ml/kg),
keadaan umum balita juga mengalami penurunan, balita sering rewel,
penurunan nafsu makan dan mulutnya terlihat kering (Susilaningrum
dkk, 2013).
Menurut MTBS (2008), tindakan yang di perlukan untuk menangani
diare dengan dehidrasi ringan adalah sebagai berikut :
1. Diare dengan dehidrasi ringan/sedang (rencana terapi B).
a. Berikan oralit dan observasi diklinik selam tiga jam dengan
sekitar 75 ml/kgBB atau berdasar usia anak. Pemberian oralit
pada bayi sebaiknya dengan menggunakan sendok. Adapun
jumlah pemberian oralit berdasarkan usia atau berat badan
dalam tiga jam pertama adalah sebagai berikut :
Tabel 2. 1 Pemberian oralit berdasarkan usia
Sampai 4 bulan
(< 6 kg)
4-12 bulan
(6-< 10 kg)
12-24 bulan
(10-<12 kg)
2-5 tahun
(12-19 kg)
200 – 400 ml 400 – 700 ml 700 – 900 ml 900 – 1400 ml Sumber : Susilaningrum dkk (2013).
19
Bila anak menginginkan lebih, dapat diberikan.Anak dibawah
enam bulan yang sudah tidak minum ASI, berikan juga air
matang sekitar 100 – 200 ml selama periode ini.
b. Ajarkan pada ibu cara membuat dan memberikan oralit, yaitu
satu bungkus oralit dicampur dengan satu gelas (ukuran 200
ml) air matang.
c. Lakukan penilaian setelah anak diobservasi tiga jam. Bila
membaik, pemberian oralit dapat diteruskan dirumah sesuai
dengan penanganan diare tanpa dehidrasi. Bila memburuk,
segera pasang infus dan rujuk ke rumah sakit untuk
mendapatkan penanganan segera.
B. Teori Manajemen Kebidanan
1. Pengertian Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir
logis sistematis. Oleh karena itu manajemen kebidanan merupakan
alur fikir bagi seorang bidan dalam memberikan arah/kerangka
dalam menangani kasus yang menjadi tanggung jawabnya
(Estiwidani dkk, 2008).
2. Langkah – langkah Manajemen Kebidanan
Proses manajemen kebidanan menurut (Estiwidani dkk, 2008),
terdiri dari 7 langkah yaitu: mengumpulkan semua data,
menginterpretasi data, mengidentifikasi diagnosa, menetapkan
20
tindakan segera, menyusun rencana asuhan, pelaksanaan dan
mengevaluasi.
Manajemen kebidanan 7 langkah varney, meliputi :
Langkah I : Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal yang dipakai dalam penerapan asuhan
kebidanan pada pasien (Varney, 2007).
Pada analisis untuk mengevaluasi keadaan meliputi :
Identitas
Identitas adalah data yang didapat dari pasien sebagai suatu pendapat
terhadap suatu situasi dan kejadian (Nursalam, 2008).
Identitas tersebut meliputi :
1) Nama Balita : diperlakukan untuk memastikan bahwa yang
diperiksa benar – benar anak yang dimaksud.
Nama harus jelas dan lengkap juga nama
panggilan akrabnya.
2) Umur : perlu diketahui mengingat periode anak
mempunyai kekhasannya sendiri dalam
morbiditas dan mortalitas. Usia anak juga
diperlukan untuk menginterprestasikan
apakah data pemeriksaan klinis anak tersebut
normal sesuai umurnya.
3) Jenis kelamin : jenis kelamin sangat diperlukan selain untuk
penilaian data pemeriksaan klinis.
21
4) Nama orang tua : agar dituliskan dengan jelas agar tidak keliru
dengan orang lain mengingat banyak nama
anak yang sama.
5) Agama : berguna untuk memberikan motivasi pasien
sesuai dengan agama yang dianutnya.
6) Pendidikan : selain sebagai tambahan identitas informasi
tentang pendidikan orang tua baik ayah
maupun ibu, dapat menggambarkan
keakuratan data yang diperoleh serta dapat
ditentukan pola pendekatan dalam
anamnesis.
7) Pekerjaan : untuk mengetahui keadaan sosial ekonomi.
8) Alamat : untuk mengetahui di mana lingkungan
tempat tinggalnya.
a. Anamnesa (Data Subjektif)
Anamnesa adalah data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu
pendapat terhadap situasi dan kejadian (Nursalam, 2008).
1) Keluhan utama
Diperiksa untuk mengetahui masalah yang dihadapi,
berkaitan dengan yang dirasakan pasien
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
22
Keluhan utama balita dengan diare dehidrasi ringan
yaitu ibu mengatakan anaknya mengalami BAB 4-10 kali
dengan konsistensi cair(Susilaningrum dkk, 2013).
a) Riwayat Kesehatan
(1) Imunisasi
Suatu cara memproduksi imunitas aktif buatan untuk
melindungi diri melawan penyakit tertentu dengan
cara memasukkan suatu zat ke dalam tubuh melalui
penyuntikan atau secara oral (Dewi, 2012).
(2) Riwayat Penyakit Lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya riwayat atau penyakit akut, kronis
sebelumnya (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
(3) Riwayat Penyakit Sekarang
Data-data ini diperlakukan untuk mengetahui adanya
kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada
saat ini (Ambarwati dan Wulandari 2010).
(4) Riwayat Penyakit Keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap
gangguan kesehatan pasien (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
23
b. Riwayat Sosial
Dikaji untuk mengetahui siapa yang mengasuh balita,
hubungan pasien dengan anggota keluarga, yaitu dengan ibu, ayah
serta anggota keluarga yang lain, hubungan dengan teman sebaya
di lingkungan sekitar rumah serta untuk mengetahui pasien dan
keluarga yang menganut adat istiadat yang akan menguntungkan
atau merugikan pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
c. Riwayat Kebiasaan Sehari-hari
1) Pola Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum,
frekuensi, banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan
(Ambarwati dan Wulandari,2010). Balita harus mendapat
nutrisi yang cukup, baik secara oral maupun parenteral
(Susilaningrum dkk, 2013).
2) Pola istirahat/tidur
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien,
berapa jam pasien tidur dalam sehari apakah ada gangguan
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).Pada balita dengan diare
dehidrasi ringan cenderung mengantuk dan gelisah
(Sudarti, 2010).
3) Pola personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah anak selalu menjaga
kebersihan tubuhnya, dalam sehari anak mandi berapa kali
24
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).Pada balita dengan diare
dehidrasi ringan mandi tetap sehari dua kali.
4) Pola aktivitas
Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-
hari.Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap
kesehatannya (Ambarwati dan Wulandari, 2010).Pada balita
dengan diare dehidrasi ringan tidak banyak aktivitasnya
karena balita cenderung lemas dan gelisah dengan
keadaannya (Sudarti, 2010).
5) Pola eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan
buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi, dan
bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi,warna
dan jumlah (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pada balita
dengan diare dehidrasi ringan buang air besarnya dengan
frekuensi yang tidak normal yaitu frekuensinya meningkat
dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair
(Suharyono, 2008).
a. Pemeriksaan Fisik Balita (Data Objektif)
Data objektif adalah data yang didapat pasien sebagai suatu
pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian (Nursalam, 2008).
Data objektif tersebut meliputi :
25
1) Status Generalis
a) Keadaan umum
Untuk mengetahui respon pasien terhadap lingkungan dan
orang lain (Sulistyawati, 2009).Pada anak dengan diare
dehidrasi ringan keadaan umumnya lemah, gelisah, rewel
(Sudarti, 2010).
b) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien
(Sulistyawati, 2009).
c) Tanda-tanda vital
Diperiksa untuk mengkaji suhu, nadi, dan pernafasan
(Sulistyawati, 2009).
(1) Suhu
Untuk mengetahui suhu badan pasien, suhu badan
normal adalah 36,5 °C sampai 37,2°C. Bila suhu
tubuh lebih dari 37,2°C disebut demam atau febris
(Astuti, 2012). Pada balita dengan diare dehidrasi
ringan suhunya naik lebih dari 37,2 °C (Sudarti,2010).
(2) Nadi
Pemeriksaan nadi dilakukan dengan meraba pulsasi
pada arteri. Frekuensi nadi normal 60-100 kali
per menit (Astuti, 2012). Pada balita dengan diare
26
dehidrasi ringan nadi cepat dan melemah
(Sudarti, 2010).
(3) Pernafasan
Pernafasan dinilai dari sifat pernafasan dan bunyi
nafas dalam satu menit, pernafasan normal 40-
60x/menit (Dewi, 2011). Pada balita dengan diare
dehidrasi ringan pernafasannya lebih cepat, lebih dari
60 kali per menit (Sudarti, 2010).
d. Berat badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri
yang terpenting untuk mengetahui keadaan status gizi anak.
Selain itu, dipakai untuk memeriksa kesehatan anak pada
semua kelompok umur, misalnya, apakah anak dalam
keadaan normal dan sehat. Keuntungan lainnya adalah
pengkurannya mudah,sederhana dan murah (Susilaningrum
dkk 2013). Pada balita dengan diare dehidrasi ringan
biasanya berat badannya menurun,karena kehilangan cairan
dalam tubuh (Sudarti, 2010).
e. Tinggi badan
Tinggi badan untuk anak kurang dari dua tahun sering
diistilahkan panjang badan. Pada bayi baru lahir, panjang
badan normalnya 48-52 cm pada tahun pertama
pertambahannya 1,25 cm/bulan (1,5 x panjang badan lahir).
27
Penambahan tersebut berangsur-angsur berkurang sampai
usia 9 tahun, yaitu hanya sekitar 5 cm/tahun. Baru pada
masa pubertas ada peningkatan pertumbuhan tinggi badan
yang cukup cepat, yaitu pada wanita 5-25 cm/tahun,
sedangkan laki-laki sekitar 10-30 cm/tahun. Pertambahan
tinggi badan akan berhenti pada usia 18-20 tahun
(Susilaningrum dkk, 2013).
2) Pemeriksaan Sistematis
a) Kepala
Pemeriksaan kepala menurut Sulistyawati (2009) meliputi:
(1) Rambut
Dikaji untuk mengetahui warna rambut klien,
kebersihan rambut dan rambut mudah rontok atau
tidak.
(2) Muka
Meliputi pemeriksaan oedema (Astuti, 2012).
(3) Mata
Dikaji untuk mengetahui warna konjungtiva dan
sklera, kebersihan mata, ada kelainan atau tidak dan
adakah gangguan penglihatan. Pada balita dengan
diare dehidrasi ringan mata mengantuk dan cekung
(Sudarti, 2010).
28
(4) Hidung
Dikaji untuk mengetahui kebersihan hidung klien, ada
benjolan atau tidak, apakah klien alergi terhadap
debu atau tidak.Pada balita dengan diare dehidrasi
ringan tampak hidung bernafas cepat (Sudarti, 2010).
(5) Telinga
Dikaji kebersihan dan ada tidak gangguan
pendengaran.
(6) Mulut
Dikaji untuk mengetahui keadaan bibir, lidah dan gigi
klien. Mengkaji warna bibir, integritas jaringan
(lembab, kering atau pecah-pecah), mengkaji lidah
klien tentang warna dan kebersihannya serta gigi klien
tentang kebersihan, caries atau gangguan pada mulut
(bau mulut).Pada balita dengan diare dehidrasi ringan
mulut tampak kering (Sudarti, 2010).
b) Leher
Dikaji untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar
limfe, pembesaran kelenjar tyroid dan bendungan vena atau
tumor (Astuti, 2012).
29
c) Dada
Dikaji untuk menentukan terdapat tumor atau tidak, simetris
atau tidak. Pemeriksaan retraksi pembesaran kelenjar limfe
ketiak, massa dan nyeri tekan (Astuti, 2012).
d) Abdomen
Adakah pembesaran hati dan limfe (Jenny dkk, 2013).
e) Genetalia
Pada laki-laki apakah testis sudah turun, pada perempuan
apakah labia mayora menutupi labia minora.
f) Anus
Apakah anus berlubang, adakah kelainan.
g) Ekstremitas
Dikaji ekstremitas atas dan bawah. Atas dikaji ada atau
tidak gangguan/ kelainan dan bentuk. Bawah dikaji bentuk,
oedema dan varices (Sulistyawati, 2009).
3. Pemeriksaan Antropometri
Menurut Kemenkes RI (2011), pemeriksaan antropometri meliputi :
1) Lingkar kepala : tujuan pengukuran lingkar kepala anak
adalah untuk mengetahui lingkaran kepala
anak dalam batas normal atau diluar batas
normal.
30
2) Lingkar dada : tujuan pengukuran lingkar dada anak adalah
untuk mengetahui anak mengalami
keterlambatan pertumbuhan atau tidak.
3) Panjang badan : tujuan pengukuran panjang badan anak
adalah untuk mengetahui tinggi badan anak.
4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan yang dilakukan untuk
mendukung pemeriksaan yang tak dapat diketahui dengan pemeriksaan
fisik yang meliputi pemeriksaan laboratorium serta terapi
(Nursalam, 2008).
Menurut Nursalam (2008), pemeriksaan laboratorium meliputi :
1) Darah (Hb, leukosit, trombosit)
2) Feses
Langkah II : Interpretasi Data
Mengidentifikasi masalah dari data yang ada untuk menentukan
diagnose yang akurat. Yang terdiri dari diagnosa, masalah dan
kebutuhan (Varney, 2007).
a. Diagnosa kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang di tegakkan bidan dalam
lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomeklatur
diagnosa kebidanan (Estiwidani dkk, 2008).Dalam kasus ini adalah
Balita An. X umur X tahun dengan diare dehidrasi ringan.
31
Data Dasar :
1) Data Subjektif
Data subjektif adalah didapat dari klien sebagai suatu pendapat
terhadap situasi dan kejadian, informasi tersebut tidak
dapat ditentukan oleh tenaga kesehatan secara independen
tetapi melalui suatu system interaksi atau komunikasi
(Nursalam, 2008).Ibu mengatakan anaknya BAB lebih dari 3
kali/hari, merasa haus terus menerus, rewel, gelisah, kadang-
kadang muntah serta nafsu makan menurun (MTBS 2008).
2) Data objektif
Data objektif adalah data yang sesungguhnya dapat diobservasi
dan dilihat oleh tenaga kesehatan (Nursalam, 2008).Pada
pasien balita dengan diare dehidrasi ringan keadaan umumnya
rewel, gelisah, lemah.Sedangkan tanda-tandi vital meliputi
suhunya meningkat, nadi cepat dan melemah, pernafasannya
cepat, dan berat badannya menurun (Sudarti, 2010).
b. Masalah
Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami oleh
klien yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian.
Masalah juga sering menyertai diagnosa (Estiwidani dkk,
2008).Masalah yang umum muncul pada balita sakit dengan diare
dehidrasi ringan adalah gelisah, rewel, mudah marah, haus minum
32
dengan lahab, mata cekung, cubitan kulit perut kembali lambat
(MTBS, 2008).
c. Kebutuhan
Kebutuhanadalah hal-hal yang dibutuhkan pasien berdasarkan
keadaan dan masalahnya (Sulistyawati, 2009).Balita harus
mendapat nutrisi yang cukup,baik secara oral maupun parenteral
(Susilaningrum dkk, 2013).
Langkah III : Diagnosa Potensial
Langkah ini merupakan langkah ketika bidan melakukan identifikasi
diagnosis atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya
dan bila memungkinkan dilakukan pencegahan (Varney, 2007)
Pada kasus balita dengan diare dehidrasi ringan potensial terjadi diare
dehidrasi sedang bahkan bisa ke diare dehidrasi berat (Sudarti, 2010).
Langkah IV : Tindakan Segera
Menentukan kebutuhan klien terhadap tindakan yang segera dilakukan
bidan atau konsultasi, kolaborasi serta melakukan rujukan terhadap
penyimpangan yang abnormal (Varney, 2007). Menurut MTBS
(2008), tindakan yang dapat dilakukan pada balita sakit dengan diare
dehidrasi ringan adalah :
1. Diare dengan dehidrasi ringan/sedang (rencana terapi B).
33
a. Berikan oralit dan observasi diklinik selam tiga jam dengan
sekitar 75 ml/kgBB atau berdasar usia anak. Pemberian oralit
pada bayi sebaiknya dengan menggunakan sendok. Adapun
jumlah pemberian oralit berdasarkan usia atau berat badan
dalam tiga jam pertama adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2 Pemberian oralit berdasarkan usia
Sampai 4 bulan
(< 6 kg)
4-12 bulan
(6-< 10 kg)
12-24 bulan
(10-<12 kg)
2-5 tahun
(12-19 kg)
200 – 400 ml 400 – 700 ml 700 – 900 ml 900 – 1400 ml Sumber : Susilaningrum dkk (2013).
Bila anak menginginkan lebih, dapat diberikan.Anak dibawah
enam bulan yang sudah tidak minum ASI, berikan juga air matang
sekitar 100 – 200 ml selama periode ini.
b. Ajarkan pada ibu cara membuat dan memberikan oralit, yaitu
satu bungkus oralit dicampur dengan satu gelas (ukuran 200 ml)
air matang.
c. Lakukan penilaian setelah anak diobservasi tiga jam. Bila
membaik, pemberian oralit dapat diteruskan dirumah sesuai
dengan penanganan diare tanpa dehidrasi. Bila memburuk,
segera pasang infus dan rujuk ke rumah sakit untuk
mendapatkan penanganan segera.
34
Langkah V : Rencana Tindakan
Direncanakan asuhan yang menyeluruh berdasarkan langkah
sebelumnya. Semua perencanaan yang dibuatkan harus berdasarkan
pertimbangan yang tepat (Varney, 2007).
Rencana tindakan yang dilakukan pada balita dengan diare dehidrasi
ringan menurut Susilaningrum dkk (2013), meliputi :
1. Berkolaborasi dengan Dokter Spesialis Anak.
2. Mengobservasi vital sign.
3. Memonitor pemeriksaan laborat (elektrolit dan berat jenis urin).
4. Mengobservasi muntah dan berak tiap empat jam.
5. Memberikan minum tidak terlalu dingin maupun panas sesering
mungkin.
6. Pasang infuse RL atau Nacl jika berkelanjutan.
Langkah VI : Pelaksanaan
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana
sebelumnya, baik terhadap masalah pasien ataupun diagnosis yang
ditegakkan (Wildan dan Hidayat, 2008).
Pada langkah ini asuhan menyeluruh yang telah diuraikan pada
langkah kelima dilaksanakan secara efisiensi dan aman. Menurut
Susilaningrum dkk (2013), langkah yang perlu dilaksanakan meliputi :
1. Berkolaborasi dengan Dokter Spesialis Anak.
35
2. Mengobservasi vital sign meliputi, suhu pasien, pernafasan pasien,
dan juga nadi pada pasien.
3. Memonitor pemeriksaan laborat (elektrolit dan berat jenis urin).
4. Mengobservasi muntah dan berak tiap empat jam.
5. Memberikan minum tidak terlalu dingin maupun panas sesering
mungkin, biasanya teh yang encer.
6. Pasang infuse RL atau Nacl jika berkelanjutan.
Langkah VII : Evaluasi
Merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan, yakni dengan
melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang
dilakukan bidan (Wildan dan Hidayat, 2008).
Pada langkah ini evaluasi dari asuhan kebidanan yang sudah diberikan
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar
telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasi dalam diagnosa
36
DATA PERKEMBANGAN
Pendokumentasian data perkembangan asuhan kebidanan yang telah
dilaksanakan menggunakan SOAP. Menurut Rukiyah (2014), antara lain :
S : Subjektif
Subjektif menggambarkan pendokumentasian hanya pengumpulan data
klien melalui anamnesa.
O : Objektif
Objektif menggambarkan dokumentasi hasil analisa dan fisik klien, hasil
laboratorium, dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data focus
untuk mendukung assessment, diagnosa dan masalah serta kebutuhan.
A : Assessment
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi data
subjektif dan objektif dalam satu identifikasi berupa diagnosa atau masalah.
P : Planning
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan (P), pelaksanaan (P),
dan evaluasi (E) berdasarkan analisis.
37
C. Landasan Hukum
Sebagai seorang bidan dalam memberikan asuhan harus berdasarkan
aturan atau hukum yang berlaku, sehingga tidak menyimpang terhadap
hukum (mal praktik), dapat dihindarkan dalam memberikan asuhan pada
balita, landasan hukum yang digunakan yaitu :
1. Permenkes Nomor 369/Menkes/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi
Bidan.
ASUHAN PADA BAYI DAN BALITA
Kompetensi ke-7 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,
komprehensif pada bayi dan balita sehat (1 bulan – 5 tahun).
a. Prinsip keselamatan untuk bayi dan anak.
b. Kegawatdaruratan pada bayi dan anak serta penatalaksanaanya.
c. Menjelaskan kepada orang tua tentang tindakan yang di lakukan.
d. Mendokumentasikan temuan-temuan dan intervensi yang dilakukan.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, No.
1464/MENKES/PER/X/2010, pasal 11, pelayanan kesehatan anak
meliputi :
a. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan.
b. Pemberian konseling dan penyuluhan.
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Studi Kasus
Metode deskriptif adalah suatu metode studi kasus yang dilakukan
dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu
keadaan secara objektif. Dalam studi ini menggunakan metode deskriptif
dengan rancangan studi kasus yaitu laporan yang dilakukan dengan cara
meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit
tunggal, pada kasus ini mendeskripsikan tentang asuhan kebidanan bayi balita
sakit pada balita anak A umur 3 tahun dengan diare dehidrasi ringan di RSUD
Kota Surakarta. Dengan manajemen 7 langkah Varney dan data
perkembangan dengan SOAP (Notoatmodjo, 2012).
B. Lokasi Studi Kasus
Menjelaskan tempat atau lokasi tersebut akan dilakukan. Lokasi
penelitian ini sekaligus membatasi ruang lingkup penelitian tersebut
(Notoatmodjo, 2012). Lokasi yang akan digunakan dalam melaksanakan
pengambilan kasus ini adalah di RSUD Kota Surakarta.
C. Subjek Studi Kasus
Subjek merupakan hal atau orang yang akan dikenai kegiatan
pengambilan kasus (Notoatmodjo, 2012). Subjek yang akan digunakan dalam
studi kasus ini adalah balita sakit anak A dengan Diare Dehidrasi Ringan.
39
D. Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan merupakan batas waktu yang digunakan penulis
untuk melakukan pengambilan kasus yang diambil (Notoatmodjo, 2012).
Studi kasus ini akan dilaksanakan pada bulan oktober 2015 - mei 2016.
E. Instrumen Studi Kasus
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
suatu penelitian dan penilaian. Instrumen merupakan alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif dan kualitatif tentang
variasi karakteristik variabel penelitian secara objektif (Notoatmodjo, 2012).
Instrumen yang akan digunakan dalam melakukan studi kasus ini adalah
format asuhan kebidanan pada bayi balita sakit 7 langkah varney dan data
perkembangan SOAP, lembar dokumentasi pasien atau lembar status pasien.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara penelitian untuk
mengumpulkan data yang akan dilakukan dalam penelitian
(Notoatmodjo, 2012).
40
Ada 2 metode untuk memperoleh data, yaitu :
1. Data Primer
Data primer adalah secara langsung diambil dari subjek penelitian
oleh peneliti perorangan atau organisasi (Riwidikdo, 2013). Data primer
dalam penelitian ini meliputi :
a. Pemeriksaan fisik
Menurut Nursalam (2008), pemeriksaan fisik dipergunakan
untuk mengetahui keadaan pasien secara sistematis, antara lain :
1) Inspeksi
Inspeksi adalah suatu proses observasi yang dilakukan
sistematik dengan menggunakan indra penglihatan,
pendengaran, dan penciuman sebagai suatu alat untuk
mengumpulkan data. Inspeksi pada kasus ini dilakukan secara
berurutan mulai dari kepala sampai kaki.
2) Palpasi
Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indra
peraba tangan, jari, adalah suatu instrument yang sensitif dan
dapat digunakan untuk mengumpulkan data tentang suhu,
turgor, bentuk, kelembapan, vibrasi, dan ukuran. Pada kasus ini
dilakukan palpasi pada turgor dan perut.
3) Auskultasi
Auskultasi adalah pemeriksaan dengan jalan
mendengarkan suatu yang dihasilkan oleh tubuh dengan
41
menggunakan stetoskop. Pada kasus ini auskultasi dilakukan
untuk memerisa frekuensi jantung dan untuk mengetahui bising
usus.
4) Perkusi
Perkusi adalah suatu pemeriksaan dengan jalan mengetuk
untuk membandingkan kiri kanan pada setiap permukaan tubuh
dengan tujuan menghasilkan suara, perkusi yang bertujuan
untuk mengidentifikasi, lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi
jaringan. Pada kasus ini perkusi dilakukan pemeriksaan perut
untuk mengetahui perut balita kembung atau tidak.
b. Observasi
Menurut Notoatmodjo (2012), observasi adalah suatu prosedur
yang berencana meliputi melihat, mendengar, dan mencatat sejumlah
situasi tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.
Pada kasus Diare Dehidrasi Ringan observasi akan dilakukan dengan
mengobservasi keadaan umum, tanda-tanda vital (nadi, respirasi,
suhu), dan pola BAB. Observasi pada studi kasus ini direncanakan
dilakukan secara teratur setiap hari dari pasien masuk hingga pulang.
42
c. Wawancara
Menurut Notoatmodjo (2012), wawancara adalah suatu metode
yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, di mana peneliti
mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari seorang
sasaran penelitian, atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan
orang tersebut (face to face). Wawancara ini dilakukan secara
langsung kepada pasien dan keluarga pasien.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari
objek penelitian. Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang
dikumpulkan pihak lain dengan berbagai metode baik secara komersil
maupun non komersil (Riwidikdo, 2013). Data sekunder diperoleh
dengan cara :
a. Dokumentasi
Dokumentasi adalah semua bentuk sumber informasi yang
berhubungan dengan dokumentasi resmi maupun dokumentasi tidak
resmi (Notoatmodjo, 2012). Pengambilan studi kasus ini
menggunakan catatan informasi dan catatan medik yang ada di
RSUD Kota Surakarta berupa nomor registrasi pasien, riwayat
kesehatan.
b. Studi kepustakaan
Bahan pustaka merupakan hal yang pentingdalam menunjang
latar belakang teoritis dari suatu kasus (Notoatmodjo, 2013).
43
Studi kasus ini diambil dari buku-buku referensi tentang Diare
Dehidrasi Ringan tahun 2005 – 2015.
G. Alat yang Digunakan
Alat yang dibutuhkan dengan teknik pengumpulan data antara lain:
1. Alat dan bahan untuk wawancara:
a. Format asuhan kebidanan pada balita sakit dengan diare dehidrasi
ringan.
b. Alat tulis (buku dan bolpoint).
c. Buku register di RSUD Kota Surakarta.
2. Alat dan bahan untuk observasi
a. Termometer.
b. Stetoskop.
c. Jam tangan.
H. Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian adalah dalam bagian ini diuraikan langkah-langkah
kegiatan dari mulai menyusun proposal penelitian, sampai dengan penulisan
laporan penelitian, beserta waktu berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan
tersebut (Notoatmodjo, 2012). Jadwal penelitian terlampir.
44
BAB IV
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. TINJAUAN KASUS
Tanggal : 25 Februari 2016
Tempat : RSUD Kota Surakarta
Pukul : 14.00 WIB
I. PENGKAJIAN
Tanggal : 25 Februari 2016 pukul : 14.00 WIB
A. IDENTITAS
1. IDENTITAS ANAK
a. Nama : An. A
b. Umur :3 tahun
c. Anak ke : Kedua
d. Jenis kelamin : Perempuan
e. Alamat : Tegalasri 5/22 Banjarsari, Surakarta
2. IDENTITAS IBU IDENTITAS AYAH
a. Nama : Ny. U Nama :Tn. A
b. Umur : 33 tahun Umur : 34 tahun
c. Agama : Islam Agama : Islam
d. Sukubangsa : Indonesia Sukubangsa : Indonesia
e. Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
f. Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
g. Alamat :Tegalasri 5/22 Banjarsari, Surakarta
45
B. ANAMNESA(DATA SUBJEKTIF)
1. Alasan datang ke rumah sakit: ibu mengatakan anaknya buang air besar
5 kali sehari dengan konsistensi cair, ada lendir, dan sedikit ampas,
badannya lemes, gelisah, nafsu makan dan aktifitas menurun, tidak mau
minum, dan muntah 2 kali di sertai demam.
2. Riwayat Kesehatan
a. Imunisasi
• BCG :Tanggal20 - 05 – 2013
• DPT 1 :Tanggal 20 - 06 – 2013
• DPT 2 :Tanggal 20 - 07 – 2013
• DPT 3 :Tanggal 20 - 08 – 2013
• Polio 1 :Tanggal 20 - 05 – 2013
• Polio 2 :Tanggal 20 - 06 – 2013
• Polio 3 :Tanggal 20 - 07 – 2013
• Polio 4 :Tanggal 20 - 08 – 2013
• Hepatitis B1 :Tanggal 20 - 04 – 2013
• Hepatitis B2 :Tanggal 20 - 07 – 2013
• Hepatitis B3 :Tanggal 20 - 01 – 2014
• Campak :Tanggal 24 - 12 – 2013
• Imunisasi lain : tidak ada.
b. Riwayat penyakit lalu: ibu mengatakan anaknya tidak pernah sakit
berat, pernah menderita sakit batuk, pilek dan demam tetapi dapat
sembuh setelah diberi obat dari bidan.
46
c. Riwayat penyakit sekarang: ibu mengatakan anaknya sudah 2 hari
buang air besar 5 kali sehari dengan konsistensi cair. Sebelumnya
sudah di bawa ke tempat bidan dan sudah di berikan obat tetapi tidak
ada perubahan kemudian di bawa ke rumah sakit untuk mendapatkan
pengobatan lebih lanjut.
d. Riwayat penyakit keluarga: ibu mengatakan dalam keluarga tidak
ada riwayat penyakit menurun seperti asma, hipertensi, DM, dan
jantung, kemudian penyakit menular seperti TBC, hepatitis,
HIV/AIDS.
3. Riwayat sosial, ibu mengatakan :
a. Yang mengasuh
Ibu mengatakan anaknya diasuh sendiri bersama suaminya.
b. Hubungan dengan anggota keluarga
Ibu mengatakan hubungan dengan anggota keluarganya baik.
c. Hubungan dengan teman sebaya
Ibu mengatakan anaknya senang bermain dengan teman sebayanya.
d. Lingkungan rumah
Ibu mengatakan lingkungan di sekitar rumahnya sehat, dan terjaga
kebersihannya.
47
4. Pola kebiasaan sehari-hari (sebelumsakitdanselamasakit)
a. Nutrisi
1) Sebelum sakit
Ibu mengatakan anaknya makan 3 kali sehari dengan porsi sedang
yaitu nasi/ bubur, sup dan kadang buah serta susu.
2) Selama sakit
Ibu mengatakan anaknya makan 3 kali sehari dengan porsi sedikit
yaitu nasi/ bubur, dan susu tetapi makannya agak susah.
3) Pola makan yang di gunakan :
a) Pagi
(1) Sebelumsakit : jam 07.30 WIB, berupa nasi 1 porsi piring
kecil, sayur dan lauk daging 1
buah,minum susu dan air putih ½ gelas.
(2) Selama sakit : jam 07.30 WIB, berupa nasi setengah
porsi piring kecil dan lauk sup dan
telur. Minum teh ½ gelas, tetapi agak
susah untuk makan dan minumnya.
b) Siang
(1) Sebelum sakit : jam 12.00 WIB, berupa nasi 1
porsipiring kecil dan sayur dan lauk
tempe, telur. Minum air putih
sebanyak 1 gelas dan makan buah
pisang
48
(2) Selama sakit : jam 13.30 WIB, berupa nasi setengah
porsi piring kecil, sup dan lauk tahu
dan daging. Minum teh hangat 1
gelas, tetapi agak susah untuk makan
dan minumnya.
c) Sore
(1) Sebelum sakit : jam 16.00 WIB, berupa nasi 1 porsi
piring kecil, sayur, lauk telur.
Minum susu 1 gelas.
(2) Selama sakit : 17.00 WIB, berupa nasi setengah
porsi piring kecil,sup dan lauk
daging. Minum 1 gelas teh hangat,
tetapi agak susah untuk makan dan
minumnya.
b. Istirahat/tidur
1) Sebelum sakit
Tidur siang : Ibu mengatakan anaknya tidur siang pukul
12.30 WIB lamanya ± 2 jam per hari.
Tidur malam : ibu mengatakan anaknya tidur malam pukul
20.00 WIB lamanya ± 8 jam per hari.
2) Selama sakit : Ibu mengatakan anaknya sering rewel dan
tidurnya kurang nyenyak.
49
c. Mandi
1) Sebelum sakit
Mandi pagi : ibu mengatakan anaknya mandi pagi pukul
08.00 WIB, dan selalu ganti pakaian.
Mandi sore : ibu mengatakan anaknya mandi sore pukul
16.30 WIB, dan selalu ganti pakaian.
2) Selama sakit
Mandi pagi : ibu mengatakan anaknya hanya disibinpukul
09.00 WIB dan ganti pakaian.
Mandi sore : ibu mengatakan anaknya hanya disibin pukul
15.00 WIB dan ganti pakaian.
d. Aktivitas
1) Sebelum sakit
Ibu mengatakan anaknya sangat aktif ketika diajak bermain.
2) Selama sakit
Ibu mengatakan selama sakit aktivitas anaknya menurun, sering
rewel dan gelisah.
e. Eliminasi
1) Sebelum sakit
BAK : ibu mengatakan anaknya BAK 4 – 5 kali per hari,
warna kuning jernih.
BAB : ibu mengatakan anaknya BAB 1 kali per hari dengan
konsistensi lunak.
50
2) Selama sakit
BAK : ibu mengatakan anaknya BAK 3 – 4 kali per hari,
warna kuning dan lancar.
BAB : ibu mengatakan anaknya BAB 5 kali per hari dengan
konsistensi cair, ada lendir dan sedikit ampas.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status generalis
a. Keadaan umum : sedang
b. Kesadaran : composmentis
c. TTV : nadi = 132x/ menit, respirasi = 24x/ menit,
suhu = 39 ºC
d. BB/TB : 10 kg/ -
2. Pemeriksaan sistematis
a. Kepala : ubun-ubun agak cekung.
b. Muka : muka agak pucat.
c. Mata : kanan kiri simetris, conjungtiva merah
muda, sklera berwarna putih, mata sedikit
cekung.
d. Telinga : bersih, kanan kiri simetris, tidak ada
serumen.
e. Hidung : kanan dan kiri simetris terdapat cairan/
lendir berwarna bening dan encer.
51
f. Mulut : bibir dan lidah tampak kering.
g. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid.
h. Dada : simetris, tidak ada tarikan dinding dada
waktu bernafas, suara terdengar serak.
i. Perut : tidak kembung, turgor pada perut jika di
cubit kembalinya dalam waktu dua detik.
j. Ekstremitas : tidak oedema, jari-jari tangan dan kaki
lengkap, tidak ada kelainan.
k. Genetalia : labia mayora sudah menutupi labia minora
l. Anus : berlubang
3. Pemeriksaan tingkat perkembangan
a. Kemampuan gerak kasar :
1) Bermain bola
2) Berjalan mengikuti garis lurus
3) Berlari, melompat
4) Melempar benda-benda kecil ke atas
5) Berjalan dengan baik
b. Kemampuan gerak halus
1) Menyusun balok-balok
2) Mencoret-coret
3) MenggambarMakan pakai sendok
4) Ambil manik-manik di tunjukkan
52
4. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah
1) Hb : 13,3 gr/dl
2) Leukosit :10,60 ribu/mm^3
3) Trombosit : 433 ribu/mm^3
b. Pemeriksaan feses
1) Warna : coklat
2) Konsistensi : cair
3) Lendir : positif
4) Darah : negatif
II. INTERPRETASI DATA
Tanggal : 25 Februari 2016 pukul : 15.30 WIB
A. DIAGNOSA KEBIDANAN
Anak A umur 3 tahun, sakit diare dengan dehidrasi ringan.
Data Dasar
DS :
Ibu mengatakan anaknya buang air besar 5 kali sehari dengan konsistensi
cair,ada lendir, dan sedikit ampas, badannya lemas, rewel, gelisah, nafsu
makan danaktifitas menurun dan muntah 2 kali sehari di sertai demam.
DO :
1. KU : sedang
2. Kesadaran : composmentis
53
3. Vital sign : nadi = 132x/ menit, respirasi = 24x/ menit, suhu =
39 ºC
4. BB : 10 kg
5. Ubun-ubun agak cekung
6. Muka agak pucat.
7. Mata kanan kiri simetris, konjungtiva merah muda,sklera berwarna
putih, mata sedikit cekung.
8. Mulut, bibir dan lidah tampak kering.
9. Perut tidak kembung, turgor pada perut jika di cubit kembalinya dalam
waktu dua detik.
B. MASALAH
Ibu mengatakan anaknya gelisah, nafsu makan dan aktivitasnya menurun.
C. KEBUTUHAN
1. Pemberian cairan dan elektrolit,
2. Meningkatkan kebutuhan nutrisi yang optimal.
3. Pemberian terapi sesuai advis dokter.
III. DIAGNOSA POTENSIAL
Potensial terjadi diare dengan dehidrasi sedang.
54
IV. TINDAKAN SEGERA
Tidak ada
V. PERENCANAAN
Tanggal : 25 Februari 2016 pukul : 15.30 WIB
1. Observasi keadaan umum dan vital sign pasien.
2. Observasi pola BAB dalam sehari.
3. Anjurkan ibu untuk memberi nutrisi cukup.
4. Anjurkan ibu memberi asupan cairan cukup dengan tetap memberikan
minum.
5. Anjurkan ibu tetap menjaga personal hygiene dengan mandi/sibin, ganti
pakaian bila basah dan juga mengajarkan ibu kompres air dingin pada
daerah lekukan.
6. Kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian terapi.
7. Dokumentasi tindakan pada rekam medik pasien.
VI. PELAKSANAAN
Tanggal : 25 Februari 2016 pukul : 17.30 WIB
1. Mengobservasi keadaan umum dan vital sign pasien.
2. Mengobservasi pola BAB dalam sehari.
3. Menganjurkan ibu untuk memberikan nutrisi cukup.
4. Menganjurkan ibu untuk memeberi asupan nutrisi dengan
tetapmemberikan minum.
55
5. Menganjurkan ibu tetap menjaga personal hygiene dengan mandi/ sibin,
ganti pakaian bila basah dan menganjurkan ibu melakukan kompres air
dingin pada anaknya di daerah lekukan meliputi ketiak dan leher.
6. Memberikan terapi sesuai advis dokter spesialis anak yaitu infuse RL
500cc/6 jam, terapi injeksi ondancentron 2 mg/ 8 jam, injeksi ranitidin 10
mg/ 12 jam, L-Bio 2x1, oralit 100 ml tiap BAB/ muntah, zink pro sirup
1x1, paracetamol bila panas ≥ 38°C.
7. Mendokumentasikan hasil tindakan pada rekam medik pasien.
VII. EVALUASI
Tanggal : 25 Februari 2016 pukul : 17.30 WIB
1. Keadaan umum pasien : sedang, kesadaran : composmentis.
2. BAB 5 kali dengan konsistensi cair, warna kuning kecoklatan.
3. Ibu bersedia memberikan kebutuhan nutrisi pada anaknya.
4. Ibu bersedia memberikan asupan minum yang banyak.
5. Ibu bersedia menjaga personal hygiene pada anaknya dengan di sibin
danselalu ganti pakaian bila basah dan anaknya sudah di kompres dengan
air dingin di daerah lekukan di bagian leher dan ketiak.
6. Terapi yang di berikan sudah di minumkan.
7. Tindakan telah di dokumentasikan dalam rekam medik pasien.
56
DATA PERKEMBANGAN I
Tanggal : 26 Februari 2016 Pukul :08.00 WIB
S : Subjektif
1. Ibu mengatakan anaknya buang air besar 4 kali sehari, konsistensi cair
dan sedikit ampas.
2. Ibu mengatakan anaknya masih lemes dan rewel.
3. Ibu mengatakan anaknya susah makan dan susah minum.
4. Ibu mengatakan anaknya masih demam.
O : Objektif
1. keadaan umum sedang, kesadaran composentis, TTV: suhu= 38ºC,
nadi= 110x/menit, respirasi= 26x/ menit.
2. Muka pucat, conjungtiva merah muda, sklera berwarna putih, ubun-
ubun agak cekung, mata sedikit cekung, mulut tampak lembab, perut
tidak kembung, turgor pada perut jika di cubit kembalinya dalam
waktu dua detik.
3. Pada tangan kiri terpasang infus 28 tpm.
A : Assesment
Anak A umur 3 tahun sakit diare dengan dehidrasi ringan perawatan hari
kedua.
57
P : Planning
Tanggal : 26 Februari 2016 Pukul : 08.15 WIB
1. Mengobservasi keadaan umum dan vital sign.
Hasil : Keadaan umum sedang, vital sign pasien dengan suhu = 38ºC,
nadi = 110x/ menit, respirasi = 26x/ menit.
2. Mengobservasi tetesan infus 28 tpm.
Hasil : Tetesan infus lancar 28 tpm.
3. Mengobservasi pola BAB.
Hasil : Pola BAB 4 kali sehari dengan konsistensi cair, warna kuning
kecoklatan.
4. Menganjurkan pada ibu untuk memberikan minum oralit apabila
anaknya masih muntah dan BAB.
Hasil : Ibu bersedia memberikan minum oralit sesuai takaran yang di
anjurkan yaitu 100 ml atau ½ gelas sedang.
5. Memberikan diet ekstra berupa bubur dan tempe.
Hasil : Memberikan diet ekstra yaitu bubur dan tempe.
6. Meneruskan terapi dokter yaitu pemberian injeksi ondancentron 2 mg/
8 jam, injeksi ranitidin 10 mg/ 12 jam, cefotaxim 250 mg/ 8 jam, L-
Bio 2x1, oralit 100 ml tiap BAB/ muntah, zink pro sirup 1x1,
paracetamol bila panas ≥ 38°C.
Hasil : Pemberian injeksi sudah di berikan.
7. Menganjurkan ibu untuk memberikan minum yang banyak pada
anaknya.
58
Hasil : Anak sudah di berikan minum ± 2 gelas sedang.
8. Menganjurkan ibu melakukan kompres air dingin pada anaknya di
daerah lekukan.
Hasil : Anak sudah di kompres dengan air dingin di daerah lekukan
meliputi daerah ketiak dan leher.
9. Memonitor tanda dehidrasi apabila masih dehidrasi berikan infuse RL
300cc/ jam.
Hasil : Sudah memonitor dehidrasi dan hasilnya sudah tidak dehidrasi.
10. Mendokumentasikan hasil tindakan pada rekam medik pasien.
Hasil : Tindakan telah di dokumentasikan dalam rekam medik pasien.
59
DATA PERKEMBANGAN II
Tanggal : 27 Februari 2016 Pukul : 08.00 WIB
S : Subjektif
1. Ibu mengatakan anaknya BAB 3 kali sehari dengan konsistensi cair di
sertai ampas.
2. Ibu mengatakan anaknya masih lemes dan rewel.
3. Ibu mengatakan anaknya masih demam.
4. Ibu mengatakan makan dan minumnya masih sedikit.
O : Objektif
1. Keadaan umum sedang, kesadaran composmentis, TTV: suhu = 37ºC,
nadi = 100x/ menit, respirasi = 30x/ menit.
2. Muka masih pucat, conjungtiva merah muda, sklera berwarna putih,
ubun-ubun dan mata masih agak cekung, mulut tampak lembab, perut
tidak kembung, turgor kulit jika di cubit kembalinya dalam waktu dua
detik.
3. Pada tangan kiri masih terpasang infuse 28 tpm.
A : Assesment
Anak A umur 3 tahun sakit diare dengan dehidrasi ringan perawatan hari
ketiga.
60
P : Planning
Tanggal : 27 Februari 2016 Pukul : 08.15 WIB
1. Mengkaji keadaan umum dan vital sign pasien.
Hasil : Keadaan umum sedang, kesadaran composmentis, vital sign
pasien dengan suhu = 37ºC, nadi = 100x/ menit, respirasi = 30x/
menit.
2. Meneruskan terapi dokter berupa pemberian pemberian injeksi
ondancentron 2 mg/ 8 jam, injeksi ranitidin 10 mg/ 12 jam, cefotaxim
250 mg/ 8 jam, L-Bio 2x1, oralit 100 ml tiap BAB/ muntah, zink pro
sirup 1x1, paracetamol bila panas ≥ 38°C.
Hasil : pemberian injeksi ondancentron 2 mg/ 8 jam, injeksi ranitidin
10 mg/ 12 jam, cefotaxim 250 mg/ 8 jam, L-Bio 2x1, oralit 100 ml
tiap BAB/ muntah, zink pro sirup 1x1, paracetamol bila panas ≥ 38°C
sudah di berikan.
3. Memberikan oralit apabila anak masih BAB.
Hasil : Oralit sudah di berikan yaitu 100 ml setelah anak BAB
4. Memberikan nutrisi yang mengandung energi dan protein serta tinggi
serat.
Hasil : Nutrisi yang mengandung energi dan protein serta tinggi serat
sudah di berikan yaitu nasi, sayur, dan telur.
5. Mengkaji pola BAB.
Hasil : Anak sudah BAB 3 kali sehari dengan konsistensi cair di sertai
ampas sedikit.
61
6. Mendokumentasikan hasil tindakan pada rekam medik pasien.
Hasil : Tindakan telah di dokumentasikan dalam rekam medik pasien.
62
DATA PERKEMBANGAN III
Tanggal : 28 Februari 2016 Pukul : 09.00 WIB
S : Subjektif
1. Ibu mengatakan anaknya BAB 2 kali sehari dengan konsistensi lunak
dan berwana kuning kecoklatan.
2. Ibu mengatakan anaknya sudah agak membaik, masih rewel.
3. Anaknya sudah tidak demam lagi.
O : Objektif
1. Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TTV: suhu = 36,5ºC,
nadi = 100x/ menit, respirasi = 30x/menit.
2. Muka tidak pucat, konjungtiva merah muda, sklera berwarna putih,
mata tidak cekung, mulut tampak lembab, perut tidak kembung dan
turgor kulit normal.
3. Masih terpasang infus di tangan kiri 28 tpm.
A : Assesment
Anak A umur 3 tahun sakit diare dengan dehidrasi ringan perawatan hari
keempat.
63
P : Planning
Tanggal : 28 Februari 2016 Pukul : 09.30 WIB
1. Mengakaji keadaan umum dan vital sign pasien.
Hasil : Keadaan umum sedang, kesadaran composmentis, vital sign
pasien dengan suhu = 36,5ºC, nadi = 100x/ menit, respirasi = 30x/
menit.
2. Memberikan terapi cefotaxim 250 mg/ 8 jam, L-Bio 2x1, oralit 100 ml
tiap BAB/ muntah, zink pro sirup 1x1, paracetamol bila panas ≥ 38°C.
Hasil : cefotaxim 250 mg/ 8 jam, L-Bio 2x1, oralit 100 ml tiap BAB/
muntah, zink pro sirup 1x1, paracetamol bila panas ≥ 38°C sudah di
berikan.
3. Menganjurkan ibu untuk memberikan banyak minum air putih pada
anaknya.
Hasil : Anak sudah minum air putih 3 gelas.
4. Memberikan nutrisi yang mengandung energi dan protein dan tinggi
serat.
Hasil : Nutrisi yang mengandung energi dan protein serta tinggi serat
sudah di berikan yaitu nasi, sayur, tempe, dan ayam.
5. Mengkaji pola BAB.
Hasil : Anak sudah BAB 2 kali sehari dengan konsistensi cair di sertai
ampas sedikit.
6. Mendokumentasikan hasil tindakan pada rekam medik pasien.
Hasil : Tindakan telah di dokumentasikan dalam rekam medik pasien
64
DATA PERKEMBANGAN IV
Tanggal : 29 Februari 2016 Pukul : 09.00 WIB
S : Subjektif
1. Ibu mengatakan anaknya BAB 1 kali sehari dengan konsistensi lunak
di sertai ampas.
2. Ibu mengatakan anaknya sudah tidak rewel dan aktif jika di ajak main.
O : Objektif
1. Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TTV: suhu = 36,4ºC,
nadi = 100x/ menit, respirasi = 24x/ menit.
2. Muka tidak pucat, conjungtiva merah muda, sklera berwarna putih,
ubun-ubun dan mata tidak cekung, mulut lembab dan perut tidak
kembung serta turgor kulit normal.
3. Infus sudah di lepas.
A : Assesment
Anak A umur 3 tahun sakit diare dengan dehidrasi ringan perawatan hari
kelima.
65
P : Planning
Tanggal : 29 Februari 2016 Pukul : 09.15 WIB
1. Mengkaji keadaan umum dan vital sign pasien.
Hasil : Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, vital sign
pasien dengan suhu = 36,4ºC, nadi = 100x/ menit, respirasi = 24x/
menit.
2. Memberikan terapi sesuai advis dokter yaitu oralit apabila anak masih
mengalami BAB / muntah, L-Bio 2x1, paracetamol apabila anak
mengalami panas.
Hasil : Obat sudah di berikan kepada ibunya untuk di bawa pulang.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit diare pada balita
serta cara perawatan di rumah agar tumbuh kembang balita tidak
terhambat dan memberikan pendidikan kebersihan perorangan dan
lingkungan.
Hasil : Ibu sudah mengerti tentang penyakit diare pada balita serta
cara perawatan di rumah dan kebersihan perorangan serta lingkungan.
4. Memperbolehkan anak di bawa pulang.
Hasil : Anak sudah bisa di ajak pulang.
66
B. PEMBAHASAN
Setelah di lakukan asuhan kebidanan pada balita An. A umur 3 tahun
sakit diare dengan dehidrasi ringan di RSUD Kota Surakarta selama 5 hari,
penulis akan membahas tentang kesenjangan yang terdapat dalam tinjauan
teori dengan kenyataan yang penulis temukan sejak melakukan Pengkajian,
Interpretasi Data, Diagnosa Potensial, Antisipasi, Perencanaan, Pelaksanaan,
dan Evaluasi, penulis uraikan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Menurut Sudarti (2010), tanda dan gejala diare dengan dehidrasi
ringan antara lain :
Data Subjektif :BAB lebih dari 3 kali sehari, penderita merasa haus,
terlihat gelisah, nafsu makan menurun, mudah marah, dan rewel.
Data Objektif :Mata cekung dan cubitan kulit perut kembali lambat.
Pada kasus ini setelah di lakukan pengkajian berdasarkan
Data Subjektif : An. A buang air besar 5 kali sehari dengan konsistensi
cair, rewel, gelisah, nafsu makan menurun, aktivitasnya menurun dan
muntah 2 kali sehari di sertai demam,
Data Objektif : Keadaan umum : sedang, mata cekung, mulut kering, dan
cubitan kulit perut kembali lambat.
Pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan praktik
di lapangan.
67
2. Interpretasi Data
Dalam kasus ini di peroleh diagnosa kebidanan yaitu An. A umur
3 tahun sakit diare dengan dehidrasi ringan.Masalah yang umum muncul
pada balita sakit dengan diare dehidrasi ringan adalah gelisah, rewel,
mudah marah, haus minum dengan lahab, mata cekung, cubitan kulit
perut kembali lambat (MTBS, 2008). Masalah yang muncul dalam kasus
ini adalah ibu mengatakan anaknya gelisah, nafsu makan dan
aktivitasnya menurun.Kebutuhan pada An. A berupa pemberian cairan
dan elektrolit serta meningkatkan kebutuhan nutrisi yang optimal.Pada
langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan praktik di
lapangan.
3. Diagnosa Potensial
Pada
kasusbalitadengandiaredehidrasiringanpotensialterjadidiaredehidrasiseda
ngbahkanbisakediaredehidrasiberat (Sudarti, 2010).Pada kasus ini
diagnosa potensial tidak terjadi diare dengan dehidrasi berat, karena
adanya antisipasi/ tindakan yang cepat dan tepat, sehingga pada langkah
ini tidak adanya kesenjangan antara teori dan praktik.
4. Tindakan Segera/ Antisipasi
Menurut MTBS (2008), tindakan yang dapat dilakukan pada balita
sakit dengan diare dehidrasi ringan/ sedang adalah berikan oralit dan
observasi diklinik selama tiga jam dengan sekitar 75 ml/kgBB atau
berdasar usia anak. Pemberian oralit pada bayi sebaiknya dengan
68
menggunakan sendok.Tindakan antisipasi pada balita sakit An. A dengan
dehidrasi ringan adalah tidak dilakukan tindakan segera apapun, karena
keadaan anak tidak terjadi diagnosa potensial.Pada langkah ini terdapat
kesenjangan teori dan praktik karena perbedaan pada pemberian terapi di
teori dan pada tempat praktik tidak dilakukan tindakan segera karena
belum terjadi ke diagnosa potensial.
5. Perencanaan
Rencana tindakan yang dilakukan pada balita dengan diare
dehidrasi ringan menurut Susilaningrum dkk (2013), meliputi :
a. berkolaborasi dengan Dokter Spesialis Anak.
b. mengobservasi vital sign.
c. memonitor pemeriksaan laborat.
d. mengobservasimuntah dan berak.
e. memberikan minum tidak terlalu dingin maupun panas sesering
mungkin.
f. pasang infuse RL atau Nacl jika berkelanjutan.
Pada An. Asakit diare dengan dehidrasi ringan perencanaannya berupa :
a. berkolaborasi dengan Dokter Spesialis Anak.
b. mengobservasi keadaan umum dan vital sign.
c. memonitor pemeriksaan laborat meliputi darah dan feses.
d. mengobservasi tetesan infus.
e. mengobservasi pola BAB.
f. menganjurkan ibu untuk memberikan banyak air putih padaanaknya.
69
g. memberikan nutrisi yang mengandung cukup energi, protein serta
tinggi serat.
Pada langkah ini antara teori dan praktik tidak terdapat kesenjangan,
karena yang di lakukan sesuai dengan teori.
6. Pelaksanaan
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana
sebelumnya, baik terhadap masalah pasien ataupun diagnosis yang
ditegakkan (WildandanHidayat, 2008).
Pelaksanaan asuhan kebidanan pada balita sakit diare dengan
dehidrasi ringan ini di sesuaikan dengan rencana tindakan. Pelaksanaan
yang di lakukan pada kasus balita sakit diare dengan dehidrasi ringan
sudah di lakukan berdasarkan perencanaan yang telah di susun
penulis.Pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan
praktik di lapangan.
7. Evaluasi
Merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan, yakni
dengan melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang
dilakukan bidan (WildandanHidayat, 2008).Pada kasus ini semua
tindakan yang di lakukan berhasil dengan baik dan pasien sembuh dalam
waktu 5 hari. Setelah di lakukan evaluasi di dapatkan hasil bahwa
anaknya sudah tidak rewel lagi, keadaan umum baik, ubun-ubun tidak
cekung, mulut lembab/ tidak kering, perut tidak kembung, turgor normal
dan BAB normal 1 kali sehari dengan konsistensi lunak di sertai dengan
70
ampas, sehingga pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori
dengan praktik di lapangan.
71
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melaksanakan asuhan kebidanan pada balita An. A sakit diare
dengan dehidrasi ringan selama 5 hari dengan menerapkan manajemen
Varney dapat di ambil kesimpulan :
1. Berdasarkan pengkajian data yang di peroleh An. A di dapatkan hasil
yaitu Data Subjektif : Anak buang air besar 5 kali sehari dengan
konsistensi cair, lemas, rewel, gelisah, nafsu makan dan aktivitas
menurun dan muntah 2 kali sehari di sertai demam, sedangkan Data
Objektif : Nadi = 100x/ menit, respirasi = 30x/ menit, suhu = 39ºC,
mukapucat, mata cekung, mulut kering, hidung terdapat cairan jernih dan
encer, dan turgor pada perut jika di cubit kembalinya pelan-pelan.
2. Dalam interpretasi data di peroleh diagnosa kebidanan yaitu anak A umur
3 tahun sakit diare dengan dehidrasi ringan terdapat masalah yang
muncul yaitu anak gelisah, rewel, nafsu makan dan aktivitas menurun.
Kebutuhan yang di berikan yaitu pemberian cairan dan elektrolit dan
meningkatkan kebutuhan nutrisi yang optimal.
3. Diagnosa potensial pada An. A sakit diare dengan dehidrasi ringan tidak
terjadi karena antisipasi serta tindakan yang cepat dan tepat.
4. Antisipasi/ tindakan segera yang di berikan pada An. A yaitu tidak ada,
karena anak tersebut belum mengarah ke diagnosa potensial.
72
5. Perencanaan yang di berikan pada balita An. A yaitu berkolaborasi
dengan Dokter Spesialis Anak, observasi keadaan umum dan vital sign,
observasi tetesan infus dan pola BAB, anjurkan ibu untuk memberikan
banyak minum air putih pada anaknya, berikan nutrisi yang mengandung
cukup energi dan protein serta tinggi serat dan berikan terapi sesuai advis
dokter.
6. Pelaksanaan dalam pemberian asuhan pada balita An. A dengan
perencanaan yang telah di tetapkan sehingga di peroleh hasil yang
maksimal.
7. Setelah di lakukan asuhan kebidanan pada balita An. A sakit diare
dengan dehidrasi ringan selama 5 hari, di dapatkan hasil bahwa anak
tidak rewel lagi, keadaan umum baik, ubun-ubun dan mata tidak cekung,
muka tidak pucat, mulut tidak kering, perut tidak kembung, turgor
normal dan BAB normal 1 kali sehari dengan konsistensi lunak di sertai
ampas.
8. Hasil dari asuhan kebidanan pada balita An. A sakit diare dengan
dehidrasi ringan terdapat kesenjangan antara teori dan kasus di lahan
yaitu pada tindakan segera.
73
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis menyampaikan
beberapa saran yang bermanfaat :
1. Bagi ibu dan keluarga
a. Perlu peningkatan pemahaman tentang penyakit diare pada balita
dengan dehidrasi ringan, bahaya diare dengan dehidrasi ringan dan
segera membawa ke petugas kesehatan bila balita mengalami tanda
bahaya.
b. Dapat mengetahui tentang pentingnya kesehatan terutama pada balita
sakit dengan diare dehidrasi ringan dan penanganan segera pada
balita sakit dengan diare dehidrasi ringan.
2. Bagi bidan/ tenaga kesehatan
Bidan atau tenaga kesehatan dapat segera mengidentifikasi tanda
dan gejala penyakit diare dengan dehidrasi ringan sehingga dapat
melakukan antisipasi/ tindakan segera, merencanakan asuhan kebidanan
pada balita sakit dengan diare dehidrasi ringan.
3. Untuk institusi
a. Bagi RSUD
Di sarankan agar rumah sakit dapatmempertahankan mutu
pelayanan dalam memberikan asuhan kebidanan pada balita dengan
diare dehidrasi ringan secara optimal melalui penanganan yang cepat
dan tepat.
74
b. Pendidikan
Diharapkan dengan mengetahui permasalahan yang timbul
pada balita sakit diare dengan dehidrasi ringan dan penanganan
yangdapat di jadikan referensi.
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmito, W. 2007. Faktor Risiko Diare Pada Bayi Dan Balita Di Indonesia:
Systematic Reviewpenelitian Akademik Bidang Kesehatan Masyarakat.
Makara, Kesehatan, Vol. 11, NO.1, Juni 2007. Departemen Administrasi
dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Indonesia. Depok
Ambarwati, E. R dan Wulandari, D. 2010. Asuhan Kebidanan (Nifas). Yogyakarta
: Mitra Cendikia.
Anjani Nauormaary, 2014. Asuhan kebidanan pada Balita An.A umur 9 bulan 22
hari Sakit Diare Dehidrasi Ringan di Puskesmas Umbulharjo Yogyakarta.
Karya Tulis Ilmiah.
Astuti, H. P. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu I (kehamilan). Yogyakarta :
Rohima Press. Diakses tanggal 1 November 2015.
Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) Indonesia. 2008
Departemen Kesehatan RI.
Dewi, V. N. L. 2012. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Salemba
Medika.
Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2012. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2012. Kementrian Kesehatan RI. www.kemenkes.go.id
Estiwidani, D, Meilani, N, Widyasih, H, dan Widyastuti, Y. 2008. Konsep
Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya.
Evayanti, N. K. E, Purna, I. N, dan Aryana, I. K. 2014. Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Yang Berobat Ke Badan
Rumah Sakit Umum Tabanan. Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 4 no 2,
November 2014. Jurusan kesehatan lingkungan poltekes Denpasar.
Denpasar
IBI. 2006. 50 Tahun IBI Bidan Menyongsong Masa Depan. Jakarta : PP IBI.
Kementrian kesehatan RI. 2011. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi Dan
Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Ditingkat Pelayanan Kesehatan
Dasar. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI.
Menkes RI. 2010. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Standar Profesi Bidan. Jakarta.
Notoatmodjo. 2012. Metode Penelitian Kesehatan. jakarta : Rineka Cipta.
Nursalam. 2008, Proses Dan Dokumentasi Keperawatan Konsep Dan Praktik.
Jakarta : Salemba Medika.
Riskesdes. 2007. Penyebab Kematian Balita.(online).
Available:www.digilib.unimus.ac.id/download.Jtpunimus-gdl-afifahnimg-
7416-2-babi.pdf. Diakses tanggal 5 November 2015.
Riwidikdo, H. 2013. Statistik Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendikia Press.
Rukiyah, A. Y. 2014. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta : CV. TRANS INFO
MEDIA.
Saputra, L. 2013. Catatan Ringkas Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Bina
Rupa Aksara.
Sudarti dan Fauziah, A. 2012. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi Dan Anak
Balita. Yogyakarta : Nuha Medika.
Sudarti. 2010. Kelainan Dan Penyakit Pada Bayi & Anak. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Suharyono. 2008. Diare Akut Klinik Dan Laboratorik. Jakarta : Rineka Cipta.
Sulistyawati, A. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta :
Salemba Medika.
Suriadi dan Yuliani, R. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi 2 : jakarta.
CV. SAGUNG SETO.
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, 2012. Angka Kematian Bayi (online).
Available : www.bkkbn.go.id/skki%202012/laporan%20 pendahuluan% 20
SDK. Diakses 1 November 2015.
Suryani, R dan Tiurna, R. 2014. Prinsip-Prinsip Praktik Kebidanan Paduan
Praktis & Mudah Dipahami. Jakarta : Dunia Cerdas.
Susilaningrum, R, Nursalam, dan Utami, S. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi dan
Anak untuk Perawat dan Bidan. edisi 2: Jakarta. Salemba Medika.
Undang-undang Kementrian Republik Indonesia Nomor.23 tahun 1992 tentang
kesehatan.
Varney. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4 : jakarta. EGC.
Warsiti, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Balita An. M. Sakit diare Dehidrasi
ringan di RSUD Kota Surakarta. Karya Tulis Ilmiah.
Wildan, M dan Hidayat, A. A. 2008. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta : Salemba
Medika.
World Health Organization, 2009. Indonesia Country Progress Reaport. (online).
Available:www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31092/5chapter%
201.pdf. Diakses tanggal 1 November 2015.