Post on 20-Jan-2016
description
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih cukup tinggi.
Tingginya angka kematian ibu yang berhubungan dengan kehamilan,
persalinan dan nifas, bukan saja dipengaruhi oleh faktor kesehatan tetapi juga
faktor diluar kesehatan. Banyak hal yang menyebabkan terjadinya angka
kematian ibu (AKI) diantaranya dari faktor kurangnya memanfaatkan sarana
pelayanan kesehatan yang ada dan faktor kurangnya pengetahuan ibu.Tetapi
penyebab utama dari faktor kematian Ibu dan bayi yang sudah teridentinfikasi
adalah perdarahan, infeksi, preeklamsi, partus tak maju dan fetal distress.
Oleh sebab itu diagnosa dini partus tak maju serta penanganannya perlu
segera dilakukan untuk menjaga kelangsungan hidup ibu dan bayi.
Menurut WHO (Badan Kesehatan Dunia), standar rata-rata operasi
caesar di sebuah negara adalah sekitar 5–15%. Di Indonesia sendiri,
persentase operasi caesar sekitar 5%. Di rumah sakit pemerintah rata-rata
11%, sementara di rumah sakit swasta bisa lebih dari 30%. (Prof. dr. Gulardi
Wiknyosastro, Sp.OG, Guru Besar di Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta) .
1
2
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan keperawatan pada Ibu dengan post sectio
caesarea atas indikasi fetal distress berdasarkan proses keperawatan, meliputi
aspek: bio, psiko, sosial dan spiritual secara komprehensif berdasarkan ilmu
dan kiat keperawatan di ruang flamboyan RSMS.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian pada Ny.K dengan post sectio
caesarea atas indikasi fetal distress di Ruang flamboyan RS. Margono
Soekarjo.
b. Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Ny.K dengan
post sectio caesarea atas indikasi fetal distress di Ruang flamboyan
RS. Margono Soekarjo.
c. Mampu melakukan tindakan keperawatan pada Ny.K dengan post
sectio caesarea atas indikasi fetal distress di Ruang flamboyan RS.
Margono Soekarjo.
d. Mampu melakukan evaluasi pada Ny.K dengan post sectio caesarea
atas indikasi fetal distress di Ruang flamboyan RS. Margono Soekarjo.
BAB II
3
TINJAUAN TEORI
A. Sectio Caesarea
1. Pengertian
Sectio Caesarea ( SC ) adalah pembedahan untuk melahirkan janin
dengan membuka dinding perut dan uterus ( sarwono, 2005 )
Sectio Caesarea ( SC ) adalah tindakan untuk melahirkan janin
dengan berat badan diatas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus
yang utuh ( Gulardi A. Wiknjo Sastro, 2006 )
Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin
dilahirkan melalui insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan
syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram
( Prawiro Hardjo, 2002 )
2. Etiologi
a. Indikasi Ibu
1) Panggul sempit absolute
2) Plasenta previa
3) Rupture uteri mengancam
4) Partus lama
5) Partus tak maju
6) Pre-eklamsia dan hipertensi
b. Indikasi Janin
1) Kelainan letak : letak melintang, letak belakang
2) Gawat janin
3) Janin besar
c. Kontra indikasi
1) Janin mati
2) Syok, anemia berat
3) Kelainan congenital berat3
4
3. Tujuan sectio caesarea
Adalah untuk mempersingkat lamanya pendarahan dan mencegah
terjadinya robekan serviks dan segmen bawah rahim. SC dilakukan pada
Plasenta previa totalis dan plasenta previa lainnya jika pendarahan hebat.
Selain dapat mengurangi kematian bayi pada plasenta previa SC juga
dilakukan pada plasenta previa walaupun anak sudah mati.
4. Manifestasi klinis Post SC
a. Nyeri akobat ada luka pembedahan
b. Adanya luka insisi pada bagian luka pembedahan
c. Fundus uterus kontraaksi kuat dan terletak diumbilikus
d. Aliran lokhea sedang dan bebas keluaran yang berlebihan
e. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira – kira 600 – 900
ml
f. Bising usus tidak terdengar
5. Klasifikasi SC
a. Abdomen ( CS Abdominalis )
1) SC transperitonealis
2) SC profunda
3) SC ekstraperitonealis
b. Vagina ( SC Vaginalis )
1) Sayatan memanjang ( Longitudinal )
2) Sayatan melintang ( transversal )
3) Sayatan huruf T ( T insision )
c. Sectio Caesarea klasik ( karparal )
6. Komplikasi
a. Infeksi peurpuralis
b. Pendarahan
c. Luka pada kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih
bila reperitonealisasi terlalu tinggi
5
d. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya
perut pada dinding uterus sehingga pada kehamilan berikutnya bias
terjadi ruptum uteri. Kemungkinan hal ini ebih banyak ditemukan
sesudah SC klasik
7. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan atau hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan. Misalnya
plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi
chepalo pelfic, rupture uterimengancam. Kondisi tersebut menyebabkan
perlu adanya suatu tindakan pembedahan Sectio Caesarea.
Dalam prosesnya dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan
pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah
intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik
akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktifitas perawatan
diri sehingga timbul masalah devisit perawatan.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan
dan perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada
pasien. Selain itu dalam proses pembedahan juga akan dilakukan
tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga menyebabkan
terputusnya inkontinuitas jaringan pembuluh darah dan saraf – saraf
disekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsanag pengeluaran histamine
dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri ( nyeri akut ).
Setelah proses pembedahan berakhir daerah insisi akan ditutup dan akan
menimbulkan luka post operasi yang bila tidak dirawat dengan baik akan
menimbulkan masalah resiko infeksi.
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
6
b. Urinalisasi
c. Pemeriksaan elektronik
9. Penatalaksanaan
a. Pemberian cairan intravena yang mengandung elektrolit agar tidak
terjadi dehidrasi hipotermi, atau komplikasi pada organ lain. Cairan
yang bias diberikan DS 10 %, garam fisiologis dan RL. Bila HB
rendah diberikan transfuse darah.
b. Diit diberikan setelah klien flatus. Pemberian minuman dengan
jumlah sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 – 10 jam pasca operasi.
Berupa air putih atau the.
c. Mobilitas dilakukan bertahap, miring kanan dan kiri dimulai 6 -10
jam post operasi. Duduk selama 5 menit dilakukan dihari kedua post
op, untuk selanjutnya secara berturut – turut hari demi hari klien
dapat belajar berjalan dimulai dihari ketiga post op.
d. Kateterisasi dilakukan untuk menegurangi rasa nyeri dan tidak enak
karena kandung kemih penuh dan untuk mencegah pendarahan yang
disebabkan terhalangnya involusi uteri
e. Pemberian terapi medinasi seperti antibiotic, analgetik dan obat –
obatan lain untuk meningkatkan vitalitas
f. Perawatan luka
g. Perawatan payudara
h. Pemantauan TTV.
B. Fetal Distres
1. Pengertian
Keadaan Secara tiba-tiba bila janin tidak menerima O2 cukup
sehingga mengalami hipoksia (Buku acuan nasional, pelayanan kesehatan
maternal dan neonatal 2006, hal : 334) Janin yang beresiko tinggi untuk
mengalami kegawatan adalah :
7
a. Janin yang pertumbuhannya terhambat
b. Janin dari ibu dengan diabetes
c. Janin preterm dan post term
d. Janin dengan kelainan letak
e. Janin kelainan bawaan atau infeksi
2. Etiologi
a. Persalinan yang berlangsung lama
b. Induksi persalinan dengan oksitosin
c. Ada perdarahan atau infeksi
d. Insufisiensi plasenta posterm, preeklamsia
e. Penyakit hipertensi
f. Penyakit jantung
g. Malnutrisi ibu, anemia, iso imunisasi RH dan penyakit ginjal
h. Posisi tidur ibu (Posisi terlentang)
i. Anastesi epidural (obat-obatan) : Mepivacaine, lidocaine, bupivacaine
3. Tanda gawat janin
a. DJJ abnormal
1) Bradikardi : DJJ kurang dari 110 x/menit
Terjadi saat kontraksi atau tidak menghilang setelah kontraksi
menunjukan adanya kegawatan janin
2) Taki Kardi : DJJ lebih dari 160 x/menit
Dapat merupakan reaksi terhadap adanya : demam pada ibu,obat-
obatan yang dapat menyebabkan takhikardi,misalnya :obat
tokolitik,amnionitis,bila ibu tidak mengalami takhikardi,DJJ lebih
dari 160 x/menit menunjukan adanya anval hipoksia
b. Mekoneum
8
Cairan amnion yang hijau kental menandakan jumlah air ketuban yang
sedikit
4. Penatalaksanaan
a. Posisi tidur ibu berbaring miring ke kiri
b. Berikan oksigenasi 4-6 Liter/menit
c. Bila sedang dalam infus oksitosin,stop infus
d. Cari penyebab DJJ abnormal misalnya :Ibu demam,efek obat
tertentu,Bila penyebabnya diketahui atasi permasalahannnya
e. Lakukan pemeriksaan dalam untuk mengetahui :kemajuan
persalinan,kompresi tali pusat,air ketuban sedikit
f. Bila DJJ tetap abnormal segera akhiri persalinan dengan cara :
1) Induksi, vakum ekstraksi, sectio caesarea
2) Pada kala 2 sebanyak 30-40% dapat terjadi Bradikardia akibat
kompresi, bila persalinan lancar tidak perlu tindakan
C. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
1. Identitas
2. Keluhan utama
3. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
4. Data riwayat penyakit
5. Keadaan umum klien
2. Diagnosa Keperawatan Dan Intervensi
1. Nyeri akut
Tujuan : setelah dilakukan tindakan nyeri dapat
berkurang dan terkontrol.
Criteria hasil :
a. Skala nyeri 0
b. TTV dalam batas normal
9
Intervensi :
a. Lakukan pengkajian secara komprehensif tentang nyeri
( PQRST )
b. Observasi respon nonverbal dari ketidak nyamanan
c. Kaji efek pengalaman nyeri
d. Ajarkan pengunaan teknik non analgetik
e. Kolaborasi penggunaan analgetik
2. Hambatan mobilitas fisik
Tujuan : Klien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya
komplikasi
Kriteria Hasil : Klien mampu melakukan aktivitas secara
mandiri
Intervensi :
a. Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas
b. Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi klien
c. Bantu klien beraaktivitas
d. Evaluasi perkembangan kemampuan klien
3. Resiko Tinggi Terhadap Infeksi
Tujuan : tidak mengalami infeksi
Kriteria Hasil : tidak ada tanda – tanda infeksi
Intervensi :
a. Kaji adanya tanda inveksi
b. Lakukan perawatan luka
c. Anjurkan intake cairan dan nutrisi yang cukup
10
d. Anjurkan untuk menjagan personal hygiene ( tidak menyentuh
luka )
e. Kolaborasi dalam pemberian antibiotic
11
BAB II
TINJAUAN KASUS
Bab ini akan membahas tentang asuhan keperawatan pada Ny.K
dengan post sectio caesarea atas indikasi fetal distress di Ruang flamboyan
RS. Margono Soekarjo. Pada Bab ini akan dijabarkan tentang pengkajian,
analisa data, rencana keperawatan, implementasi dan evaluasi.
A. Pengkajian
Pengkajian Keperawatan dilakukan pada hari Sabtu, 14 Desember
2013 pukul 08.00 WIB dengan wawancara, observasi, dan studi dokumentasi
catatan keperawatan pasien. Inisial pasien : Ny.K umur 38 th, Jenis kelamin
perempuan, agama Islam, beralamat di wangon, Pendidikan SD, Tanggal
masuk 13 Desember 2013, No. RM 3948xx.
Penanggung Jawab adalah suami pasien, nama Tn.M, jenis kelamin
laki-laki, beralamat di wangon. Pasien dibawa ke Rumah sakit karena
mengeluh gerakan janin berkurang.
Pasien datang ke RS. Margono Soekarjo membawa surat rujukan dari
puskesmas dengan riwayat obstetri G7P6A0, umur kehamilan 39 minggu,
dengan keluhan gerakan janin berkurang.
Pasien mulai kenceng-kenceng pukul 20.00 wib (12 /12 /2013), pasien
mempunyai riwayat KB suntik, haid teratur. Riwayat pasien dioperasi tanggal
13 desember 2013, operasi dimulai pukul 07.58 wib dan selesai pukul 08.40
wib dengan menggunakan anastesi jenis RA (Regional Anastesi). Bayi Ny.K
lahir pukul 08.03 wib dengan apgar score 2 pada menit pertama, 5 pada menit
kelima, dan 7 pada menit ke sepuluh. Berat badan bayi 2200gr, panjang badan
45 cm, lingkar kepala 32 cm, dan lingkar dada 28 cm. Bayi dirawat terpisah
dengan ibu yaitu di ruang melati dikarenakan bayi memerlukan perawatan
yang lebih intensif.
11
12
Saat dikaji Ny.K mengeluh nyeri pada luka post operasi SC (P:luka
post sc, Q:seperti dipukul, R:perut bawah, S:skala 4, T:jika bergerak), dan
mengalami kesulitan dalam beraktifitas serta ASI belum keluar.
Dalam pemeriksaan fisik didapatkan hasil, kesadaran pasien
composmetis, tekanan darah 120/80 mmHg, respirasi rate : 20x/menit, nadi :
86x/menit, suhu :36.7 C. Terdapat luka dengan jahitan post operasi SC
sepanjang 15 cm vertikal dibawah pusat, keadaan luka kering dan tidak
bernanah. TFU 2 jari dibawah pusat, diastasis rectus abdominalis 3jari.
Lokhea jenis rubra berwarna merah muda, satu pembalut penuh (30cc).
Dari pengkajian psikologis didapatkan pasien masuk dalam fase
taking-in, yaitu fase dimana seorang ibu baru melahirkan masih tergantung
kepada perawat maupun keluarga atau orang lain.
B. Analisa Data
Pada analisa data yang telah dilakukan tanggal 14 desember 2013 pukul
09.00 wib didapatkan hasil :
No Data Fokus Etiologi Problem
1 S : pasien mengatakan nyeri pada perut
bagian bawah jika bergerak.
P : luka post op SC
Q : seperti dipukul
R : abdomen
S : skala 4
T : jika bergerak
O : terdapat luka post SC vertical
dibawah pusat ± 15 cm, luka kering dan
tidak bernanah. Pasien tampak menahan
sakit jika menggerakkan tubuhnya.
Terputusnya
kontinuitas
jaringan
Nyeri akut
13
2 S : klien mengatakan belum bias miring
dan duduk.
O : terdapat luka post SC vertical
dibawah pusat ± 15 cm, aktivitas klien
masih dibantu, klien hanya tiduran di
tempat tidur.
Gangguan
neuromuskular
(nyeri)
Hambatan
mobilitas
fisik
3 S : klien mengatakan ASI belum keluar
O : ASI belum keluar, payudara belum
terisi ASI, bayi dirawat terpisah.
Diskontinuitas
pemberian ASI
Ketidakefe
ktifan
pemberian
ASI
C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas
jaringan
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuscular
3. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan
diskontinuitas pemberian ASI
D. Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
a. Kriteria evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24jam diharapkan
nyeri berkurang dengan kriteria hasil :
1) Skala nyeri 0
2) Paasien dapat mengontrol nyeri yang timbul
b. Intervensi
1) Kaji nyeri pasien
2) Lakukan pain management
14
a) Ajarkan teknik nafas dalam
b) Ajarkan teknik relaksasi distraksi
3) Monitor vital sign
4) Kolaborasi dengan tim medis lain dalam pemberian analgetik
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuro muskular
(nyeri)
a. Kriteria evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan
mobilitas pasien meningkat dengan kriteria hasil :
1) Pasien dapat miring dan duduk ditempat tidur
2) Pasien dapat melakukan aktivitas secara mandiri
b. Intervensi
1) Kaji mobilitas pasien
2) Ajarkan / bantu pasien meningkatkan mobilitasnya
a) Ajarkan / bantu miring kanan dan kiri ditempat tidur
b) Ajarkan / bantu duduk ditempat tidur >24 jam post op
3) Anjurkan kepada pasien untuk berlatih mobilisai mandiri
4) Informasikan kepada keluarga untuk membantu pasien
3. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan diskontinuitas
pemberian ASI
a. Kriteria evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam ASI dapat
keluar dengan kriteria hasil
1) ASI keluar
2) Tidak ada pembendungan
b. Intervensi
1) Kaji payudara pasien
15
2) Ajarkan pasien teknik breast care
3) Motivasi keluarga / suami untuk membantu dalan breast care
E. Implementasi
Implementasi keperawatn dilaksanakan dalam 2 sift selama 1 hari yaitu
pagi dan sore pada tanggal 14 desember 2013. Pada sift pagi dilakukan
implementasi antara lain yang pertama adalah mengkaji nyeri yang dialami
pasian kemudian untuk selanjutnya menerapkan pain management pada
pasien yang mencakup mengajarkan teknik nafas dalam dan teknik relaksasi
distraksi. Melakukan kolaborasi dengan tim medis lain dalam pemberian
analgetik jenis ketorolac sebanyak 1 ampul yang diberikan secara intravena
melalui selang infus. Mengajarkan dan melatih pasien dalam meningkatkan
mobilisasinya yaitu dengan membantu pasien untuk miring kanan dan kiri
ditempat tidur kemudian duduk. Untuk sift kedua ( sore ) dilaksanakan
implementasi : menciptakan lingkungan yang senyaman mungkin untuk
pasien, mengajarkan teknik breast care pada pasien yang berguna untuk
merangsang produksi ASI. Memonitor vital sign, memberikan terapi analgetik
ketorolac 1 ampul pada pasien. Memotivasi keluarga untuk membantu pasien
dalam meningkatkan mobilisasinya.
F. Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada akhir sift 2 (sore) tanggal 14 desember 2013.
Hasil evaluasi : untuk data subyektif didapatkan hasil pasien mengatakan
nyeri sudah berkurang (P:luka post sc, Q:seperti dipukul, R:perut bawah,
S:skala 2, T:jika bergerak), pasien sudah bisa duduk sebentar di tempat tidur,
ASI masih belum keluar. Untuk data obyektif didapatkan hasil ASI pasien
masih belum keluar, payudara belum terisi ASI, pasien terlihat bisa duduk
meskipun hanya sebentar. Dari hasil data tersebut dapat disimpulkan masalh
baru teratasi sebagian. Untuk rencana selanjutnya dapat dilakukan intervensi :
1) Kaji psikologis pasien
16
2) Anjurkan meningkatkan intake nutrisi
3) Motivasi pasien untuk terus meningkatkan mobilisasinya.
BAB III
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas pelaksanaan asuhan keperawatan
pada Ny.K yang dihubungkan dengan teori atau konsep teori yang telah ada.
Dalam memberikan asuhan keperawatan Tn.D penulis hanya
mempunyai waktu 1 hari, sehingga intervensi yang penulis buat disesuaikan
dengan waktu, kemampuan penulis, dan kondisi pasien tanpa
mengesampingkan teori yang ada. Intervensi yang penulis buat didasarkan
pada prioritas masalah.
A. Pengkajian.
Pengkajian adalah penilaian dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat
mengindentifikasi mengenai masalah-masalah keperawatan pasien secara
menyeluruh meliputi aspek; bio, psiko, sosial, dan spiritual.
Dari hasil anamnesa didapatkan ibu mengatakan masih terasa nyeri pada daerah
luka post sectio caesarea, kesadaran pasien composmetis, tekanan darah
120/80 mmHg, respirasi rate : 20x/menit, nadi : 86x/menit, suhu :36.7 C,
Terdapat luka dengan jahitan post operasi SC sepanjang 15 cm vertikal
dibawah pusat, keadaan luka kering dan tidak bernanah. TFU 2 jari dibawah
pusat, diastasis rectus abdominalis 3jari. Lokhea jenis rubra, keadaan tersebut
sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Winka Josastro (2005) pada hari
pertama post partum kira-kira TFU berada 1-2 jari dibawah pusat, lochea rubra.
Hal ini sesuai dengan teori Mochatar 1998 bahwa Lochea rubra terjadi selama 2
hari Post Partum.
17
B. Diagnosa Keperawatan
Masalah yang ada pada tinjauan kasus yang penulis lakukan, ternyata
diagnosa keperawatan yang didapatkan pada Ny. K dengan post sectio
caesarea atas indikasi Fetal distresa hari ke 1 diruang Flamboyan RS.
Margono Soekarjo Purwokerto yaitu ada tiga diagnosa. Antara lain :
1. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular
3. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan diskontinuitas
pemberian ASI
Sedangkan pada tinjauan teoritis ditemukan 3 diagnosa keperawatan
antara lain :
1. Nyeri akut
2. Hambatan mobilitas fisik
3. Resiko tinggi infeksi
Melihat adanya kesenjangan antara teori dan kenyataan mengenai
diagnosa keperawatan yang muncul pada Ny. K dengan post operasi
Sectio caesarea atas indikasi fetal distres hari ke-1 maka penulis akan
mengungkapkan mengapa kesenjangan itu terjadi.
1. Saat dikaji tidak ditemukan tanda-tanda infeksi
2. Luka pasien kering dan tidak bernanah
18
BAB IV
PENUTUP
A. Kekuatan dan kelemahan selama pengelolaan kasus
Kekuatan mahasiswa dalam melakukan pengelolaan kasus adalah pasien
kooperatif, peralatan yang mendukung, serta bantuan dari CI dan perawat
ruangan dalam melakukan asuhan keperawatan kepada pasien. Selain itu juga
kami mendapatkan banyak informasi yang sebelumnya belum kami dapatkan
di institusi, hal tersebut sangat membantu kami dalam melaksanakan tugas-
tugas keperawatan setiap hari.
Kelemahan kami ketika melakukan pengelolaan kasus adalah masih
banyak pasien yang belum percaya dengan mahasiswa praktek, terutama
pasien kelas atas. Selain itu hambatan juga ada ketika ada perawat ruang yang
tidak melaksanakan tindakan sesuai prosedur dengan alasan untuk
mempersingkat waktu.
B. Saran
1. Untuk pihak RS
Saran dari kami adalah selalu bimbing mahasiswa dalam
memberikan pelayanan kepada pasien, dan jika kami melakukan
kesalahan mohon ditegur dan diberi arahan bagaimana yang seharusnya.
2. Untuk Institusi
Saran dari kami adalah dengan memperbanyak literature panduan
untuk praktek, karena masih ada beberapa tindakan yang belum diajarkan
dikelas ternyata ditemukan dilahan praktek.
3. Untuk Mahasiswa
19
Saran untuk teman – teman mahasiswa adalah selalu berhati – hati
dalam melaksanakan tugas karena masih banyak ilmu yang belum kita
kuasai, dan hendaknya jika menemui kesulitan dalam melakukan
tindakan segera menghubungi perawat ruang untuk mendapatkan arahan.
Selain itu jangan sungkan untuk bertanya jika menemui hal yang baru
dan belum kita ketahui.