Askep Klien Glomerulo Nefritis Akut

Post on 30-Dec-2015

21 views 7 download

description

kk

Transcript of Askep Klien Glomerulo Nefritis Akut

Askep Klien Glomerulo Nefritis Akut (GNA) Askep Klien Glomerulo Nefritis Akut (GNA) - ASKEP PENYAKIT DALAM | kapukonline.com. Setelah sebelumnya posting tentang ( Baca : Askep BPH Benigna Prostat Hiperplasi Hipertrofi dan Askep Uretrolithiasis (BatuGinjal) )

Asuhan Keperawatan Klien dengan Glomerulo Nefritis Akut (GNA)

I. Defenisi

Glomerulo Nefritis Akut (GNA) adalah inflamasi glomeruli yang terjadi ketika kompleks antigen-antibodi terjebak dalam membran kapiler glomerular.

II. Etiologi

Penyakit ini ditemukan pada semua usia, tetapi sering terjadi pada usia awal sekolah dan jarang pada anak yang lebih muda dari 2 tahun, lebih banyak pria dari pada wanita (2 : 1).

Timbulnya GNA didahului oleh infeksi ekstra renal, terutama di traktus respiratorius bagian atas dan kulit oleh kuman streptokokkus beta hemolitikus gol A. Faktor lain yang dapat menyebabkan adalah faktor iklim, keadaan gizi, keadaan umum dan faktor alergi.

III. Gambaran Klinik

Hasil penyelidikan klinis immunologis dan percobaan pada binatang menunjukkan adanya kemungkinan proses immunologis sebagai penyebab. Beberapa penyelidik mengajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Terbentuknya kompleks antigen-antibodi yang melekat pada membran basalis glomerulus dan kemudian merusaknya.

2. Proses autoimmune kuman streptokokkus yang nefritogen dalam tubuh menimbulkan badan autoimmune yang merusak glomerulus.

3. Streptokokkus nefritogen dan membran basalis glomerulus mempunyai komponen antigen yang sama sehingga dibentuk zat anti yang langsung merusak membran basalis ginjal.

IV. Gejala Klinik

Gejala yang sering ditemukan :

1. Hematuri2. Edema 3. Hipertensi4. Peningkatan suhu badan5. Mual, tidak ada nafsu makan6. Ureum dan kreatinin meningkat7. oliguri dan anuria

V. Komplikasi

1. Oliguri sampai anuria sebagai akibat berkurangnya filtrasi glomerulus.2. Ensefalopati hipertensi yang merupakan gejala serebrum karena hipertensi. Terdapat

gejala berupa gangguan pada penglihatan, pusing, muntah, dan kejang-kejang. Hal ini disebabkan spasme pembuluh darah local dengan anoksia dan edema otak.

3. Gangguan sirkulasi berupa dispneu, orthopneu, terdapat ronchi basah, pembesaran jantung dan meningkatnya TD yang bukan saja disebabkan spasme pembuluh darah, tetapi juga disebabkan oleh bertambahnya volume plasma. Jantung dapat membesar dan terjadi Gagal Jantung akibat HT yang menetap dan kelainan di miocardium.

4. Anemia karena adanya hipervolemia disamping adanya sintesis eritropoetik yang menurun.

VI. Evaluasi Diagnostik

1. Urinalisis :1. Hematuria (mikroskopis atau makroskopis)2. Proteinuria Positif 3 (+3) sampai Positif 4 (+4)3. Sedimen: silinder sel merah, Sel Darah Putih, sel epitel ginjal4. Berat Jenis: peningkatan sedang

2. Pemeriksaan darah:1. Komplemen serum dan C3 menurun2. BUN dan kreatinin meningkat 3. Titer DNA � ase antigen B meningkat4. LED meningkat5. Albumin menurun6. Titer anti streptolisin � O (ASO) meningkat

3. Biopsi ginjal untuk menunjukkan obstruksi kapiler glomerular dan memastikan diagnosis.

VII. Manajemen Kolaboratif

1. Intervensi Terapeutik1. Batasi masukan cairan, kalium dan natrium 2. Pembatasan protein sedang dengan oliguri dan peningkatan BUN; pembatasan

lebih drastis bila terjadi gagal ginjal akut.3. Peningkatan karbohidrat untuk memberikan energi dan menurunkan

katabolisme protein.2. Intervensi Farmakologis

1. Anti Hipertensi dan diuretic untuk mengontrol Hipertensi dan edema.2. Penyekat H2 untuk mencegah ulkus stress pada penyakit akut.3. Agens ikatan fosfat untuk mengurangi kadar fosfat dan meningkatkan kalsium. 4. Antibiotika bila infeksi masih ada.

Glomerulonefritis Kronik

I. Defenisi

Adalah glomerulonefritis tingkat akhir (�and stage�) dengan kerusakan jaringan ginjal akibat proses nefrotik dan hipertensi sehingga menimbulkan gangguan fungsi ginjal yang irreversible.

II. Etiologi

1. Lanjutan GNA, seringkali tanpa riwayat infeksi.2. Dibatas mellitus3. Hipertensi kronik4. Penyebab lain yang tidak diketahui yang ditemui pada stadium lanjut.

III. Gambaran Klinik

1. Kadang-kadang tidak memberikan keluhan sama sekali sampai terjadi gagal ginjal.2. Lemah, nyeri kepala, gelisah, mula, coma dan kejang pada stadium akhir.3. Edema sedikit, bertambah jelas jika memasuki fase nefrotik.4. Suhu subfebril.5. Kolestrol darah naik.6. Penurunan kadar albumin.7. Fungsi ginjal menurun.8. Ureum meningkat + kreatinin serum.9. Anemia.10. Tekanan darah meningkat mendadak meninggi.11. Kadang-kadang ada serangan ensefalopatihipertensi.12. Gagal jantung --> kematian. 13. Berat badan menurun.14. Selalu merasa haus dan miksi pada malam hari (nokturia)15. Hematuria.

IV. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pada urine ditemukan :1. Albumin (+)2. Silinder

3. Eritrosit4. Lekosit hilang timbul5. BJ urine 1,008 � 1,012 (menetap)

2. Pada darah ditemukan:1. LED tetap meninggi2. Ureum meningkat3. Fosfor serum meningkat4. Kalsium serum menurun

3. Pada stadium akhir :1. Serum natrium dan klorida menurun2. Kalium meningkat3. Anemia tetap

4. Pada uji fugsional ginjal menunjukan kelainan ginjal yang progresif.

Penatalaksanaan

1. Medik :1. Pengobatan ditujukan pada gejala klinik dan gangguan elektrolit.2. Pengobatan aktivitas sehari-hari sesuai batas kemampuan pasien.3. Pengawasan hipertenasi --> antihipertensi.4. Pemberian antibiotik untuk infeksi.5. Dialisis berulanguntuk memperpanjang harapan hidup pasien.

2. Keperawatan :1. Disesuaikan dengan keadaan pasien.2. Pasien dianjurkan secara teratur untuk senantiasa kontrol pada ahlinya.3. Program diet ketat tetapi cukup asupan gizinya.4. Penjelasan kepada pasien tentang pambatasan aktivitas sesuai kemampuannya.5. Anjuran kontrol ke dokter harus ditaati untuk mencegah berlanjut ke sindrom

nefrotik atau GGK.

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN GLOMERULONEFRITIS

I. Pengkajian

1. Genitourinaria1. Urine keruh2. Proteinuria3. Penurunan urine output4. Hematuri

2. Kardiovaskuler1. Hipertensi

3. Neurologis1. Letargi2. Iritabilitas3. Kejang

4. Gastrointestinal1. Anorexia2. Vomitus3. Diare

5. Hematologi

1. Anemia2. Azotemia3. Hiperkalemia

6. Integumen1. Pucat2. Edema

II. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi

1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan retensi air dan hipernatremia1. Kriteria / Evaluasi: Klien akan menunjukkan perfusi jaringan serebral normal

ditandai dengan tekanan darah dalam batas normal, penurunan retensi air, tidak ada tanda-tanda hipernatremia.

2. Intervensi :1. Monitor dan catat Tekanan Darah setiap 1 � 2 jam perhari selama fase

akut. Rasional: untuk mendeteksi gejala dini perubahan Tekanan Darah dan menentukan intervensi selanjutnya.

2. Jaga kebersihan jalan nafas, siapkan suction Rasional: serangan dapat terjadi karena kurangnya perfusi oksigen ke otak

3. Atur pemberian anti Hipertensi, monitor reaksi klien. Rasional: Anti Hipertensi dapat diberikan karena tidak terkontrolnya Hipertensi yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal

4. Monitor status volume cairan setiap 1 � 2 jam, monitor urine output (N : 1 � 2 ml/kgBB/jam). Rasional: Monitor sangat perlu karena perluasan volume cairan dapat menyebabkan tekanan darah meningkat.

5. Kaji status neurologis (tingkat kesadaran, refleks, respon pupil) setiap 8 jam. Rasional: Untuk mendeteksi secara dini perubahan yang terjadi pada status neurologis, memudahkan intervensi selanjutnya.

6. Atur pemberian diuretic : Esidriks, lasix sesuai order. Rasional: Diuretic dapat meningkatkan eksresi cairan.

2. Peningkatan volume cairan berhubungan dengan oliguri1. Kriteria Evaluasi: Klien dapat mempertahankan volume cairan dalam batas

normal ditandai dengan urine output 1 - 2 ml/kg BB/jam.2. Intervensi :

1. Timbang BB tiap hari, monitor output urine tiap 4 jam. Rasional: Peningkatan BB merupakan indikasi adanya retensi cairan, penurunan output urine merupakan indikasi munculnya gagal ginjal.

2. Kaji adanya edema, ukur lingkar perut setiap 8 jam, dan untuk anak laki-laki cek adanya pembengkakan pada skrotum Rasional: Peningkatan lingkar perut danPembengkakan pada skrotum merupakan indikasi adanya ascites.

3. Monitor reaksi klien terhadap terapi diuretic, terutama bila menggunakan tiazid/furosemide. Rasional: Diuretik dapat menyebabkan hipokalemia, yang membutuhkan penanganan pemberia potassium.

4. Monitor dan catat intake cairan. Rasional: Klien mungkin membutuhkan pembatasan pemasukan cairan dan penurunan laju filtrasi glomerulus, dan juga membutuhkan pembatasan intake sodium.

5. Kaji warna warna, konsentrasi dan berat jenis urine. Rasional: Urine yang keruh merupakan indikasi adanya peningkatan protein sebagai indikasi adanya penurunan perfusi ginjal.

6. Monitor hasil tes laboratorium Rasional: Peningkatan nitrogen, ureum dalam darah dan kadar kreatinin indikasi adanya gangguan fungsi ginjal.

3. Perubahan status nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan anorexia.

1. Kriteria / Evaluasi: Klien akan menunjukan peningkatan intake ditandai dengan porsi akan dihabiskan minimal 80%.

2. Intervensi :1. Sediakan makan dan karbohidrat yang tinggi.

Rasional: Diet tinggi karbohodrat biasanya lebih cocok dan menyediakan kalori essensial.

2. Sajikan makan sedikit-sedikit tapi sering, termasuk makanan kesukaan klien. Rasional: Menyajikan makan sedikit-sedikt tapi sering, memberikan kesempatan bagi klien untuk menikmati makanannya, dengan menyajikan makanan kesukaannya dapat menigkatkan nafsu makan.

3. Batasi masukan sodium dan protein sesuai order. Rasional: Sodium dapat menyebabkan retensi cairan, pada beberapa kasus ginjal tidak dapat memetabolisme protein, sehingga perlu untuk membatasi pemasukan cairan.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan fatigue.1. Kriteria / Evaluasi: Klien akan menunjukan adanya peningkatan aktivitas

ditandai dengan adanya kemampuan untuk aktivitas atau meningkatnya waktu beraktivitas.

2. Intervensi :1. Buat jadwal/periode istirahat setelah aktivitas.

Rasional: Dengan periode istirahat yang terjadual menyediakan energi untuk menurunkan produksi dari sisa metabolisme yang dapat meningkatkan stress pada ginjal.

2. Sediakan / ciptakan lingkungan yang tenang, aktivitas yang menantang sesuai dengan perkembangan klien. Rasional: Jenis aktivitas tersebut akan menghemat penggunaan energi dan mencegah kebosanan.

3. Buat rencana / tingkatan dalam keperawatan klien agar tidak dilakukan pada saat klien sementara dalam keadaan istirahat pada malam hari. Rasional: Tingkatan dalam perawatan/pengelompokan dapat membantu klien dalam memenuhi kebutuhan tidurnya.

5. Gangguan istirahat tidurberhubungan dengan immobilisasi dan edema.1. Kriteria / Evaluasi: Klien dapat mempertahankan integritas kulit ditandai

dengan kulit tidak pucat, tidak ada kemerahan, tidak ada edema dan keretakan pada kulit/bersisik.

2. Intervensi :

1. Sediakan kasur busa pada tempat tidur klien Rasional: Menurunkan resiko terjadinya kerusakan kulit.

2. Bantu merubah posisi tiap 2 jam. Rasional: Dapat mengurangi tekanan dan memperbaiki sirkulasi, penurunan resiko terjadi kerusakan kulit.

3. Mandikan klien tiap hari dengan sabun yang mengandung pelembab. Rasional: Deodoran / sabun berparfum dapat menyebabkan kulit kering, menyebabkan kerusakan kulit.

4. Dukung / beri sokongan dan elevasikan ekstremitas yang mengalami dema. Rasional: Meningkatkan sirkulasi balik dari pembuluh darah vena untuk mengurangi pembengkakan.

5. Jika klien laki-laki scrotum dibalut. Rasional: Untuk mengurangi kerusakan kulit

Daftar Pustaka

1. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah, Brunner and Suddarth edisi 8 volume 2, Sozannie, Smeltzer and Brenda.E.Bare, penerbit EGC, Jakarta 2002.

2. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit buku 2 edisi 4, Penerbit EGC, Jakarta 1995.

3. Buku saku Keperawatan Pediatri, Cecily L.Betz dan Linda A. Sowden, Edisi 3, Penerbit EGC Jakarta 2002.

4. Pedoman Praktek Keperawatan, Sandra M.Nettina, Penerbit EGC, Jakarta.5. Perawatan Anak Sakit, Ngastiyah, Penerbit EGC, Jakarta 1997. 6. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah, Barbara Engram, Volume I, Penerbit

EGC, Jakarta 1998.7. Perawatan Medikal Bedah, Volume 3, Barbara C. Long, Bandung 1996.