Post on 22-Dec-2015
Pembentukan sel darah merah
Pembentukan sel darah merah dirangsang oleh hormon glikoprotein, eritropoetin, yang dianggap
berasal dari ginjal. Eritropoetin merangsang sel induk untuk memulsi proliferasi dan pematangan sel-sel
darah merah. Selanjutnya pematangan tergantung pada jumlah zat-zat makanan yang cukup dan
penggunaanya yang cocok, seperti vitamin B12, asam folat, protein-protein, enzim-enzim, dan mineral
seperti besi and tembaga. Pembentukan hemoglobin terjadi pada sumsum tulang memasuki semua
stadium pematangan. Sel darah merah memasuki sirkulasi sebagai retikulosit dari sumsum tulang.
Retikulosit adalah stadium terakhir dari perkembangan sel darah merah yang belum matang dan
mengandung jala yang terdiri dari serat-serat retukular. Sejumlah kecil hemoglobin masih dihasilkan
selama 24 sampai 48 jam pematangan; reticulum kemudian larut dan menjadi sel darah merah yang
matang.
Waktu sel darah merah menua, sel ini menjadi lebih kaku dan lebih rapuh, akhirnya pecah. Hemoglobin
difagositosis terutama di limpa, hati, dan sumsum tulang, kemudian direduksi menjadi globin dan hem,
globin masuk kembali ke dalam sumber asam amino. Besi dibebaskan dari hem dan sebagian besar
diangkut oleh protein plasma transferin ke sumsum tulang untuk pembentukan sel darah merah baru,
sisa besi disimpan dalam hati dan jaringan tubuh alin dalam bentuk feritin dan hemosiderin, simpanan
ini kemudian akan digunakan lagi kemudian hari. Sisa direduksi menjadi karbon monoksida (CO) dan
biliverdin. CO diangkut dalam bentuk karboksi hemoglobin, dan dikeluarkan melalui paru-paru.
Biliverdin direduksi menjadi bilirubin bebas; yang perlahan-lahan dikeluarkan ke dalam plasma, diaman
bilirubin bergabung dengan albumin plasma kemudian dinsgkut menuju sel-sel hati untuk dieksresikan
ke dalam kanalikuli empedu.
Anemia
Menurut definisi, anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah, kuantutas hemoglobin, dan
volume sel darah merah (hematokrit) per 100ml darah. Tanda dan gejala yang sering timbul adalah
gelisah, diaphoresis (kerinagt dingin), takikardia, sesak nafas, kolaps sirkulasi yang progesif cepat atau
syok. Namun pengurangan hebat sel darah merah daalm waktu beberapa bulan (walaupun
penggurangan 50%) memungkinkan mekanisme kompensasi tubuh untuk menyesuaikan diri, dan
biasanya penderita asimtomatik kecuali pada keja jasmani berat. Mekanisme kompensasi tubuh bekerja
melalui:
Peningkatan curah jantung dan pernafasan, karena itu menambah pengiriman O2 ke jaringan-
jarinagn oleh sel darah merah
Meningkatkan pelepasan O2 oleh hemoglobin
Mengembangkan volume plasma dengan menarik cairan dari sela-sela jaringan
Redistribusi aliran darah ke organ-organ vital
Klasifikasi anemia
Pada klasifikasi anemia merurut morfologi mikro atau makro dan kromik yang menunjukkan warnanya
dibedakan menjadi 3 yaitu:
Anemia normositik normokrom, dimana ukuran dan bentuk sel-sel darah merah dan jumlah
hemoglobin normal (MCV dan MCHC normal atau normal rendah) tetapi individu menderita
anemia. Penyebab anemia adalah kehilangan darah akut, hemolisis, penyakit kronik termasuk
infeksi, gangguan endokrin, gangguan ginjal, kegagalan sumsum.
Anemia makrositik, diaman ukuran sel-sek darah merah lebih besar dari normal tetapi
normokrom karena konsentrasi hemoglobinnya normal (MCV meningkat MCHC normal). Hal ini
diakibatkan oleh terhentinya sintesis asam nukleat DNA seperti yang ditemuakn pada defisiensi
B12 dan/atau asam folat. Ini dapat juga terjadi pada kemoterapi kanker, sebab agen-agen yang
digunakan mengganggu metabolism sel.
Anemia mikrositik hipokrom, mengandung hemoglobin dalam jumlah yang kurang dari normal
(MCV kurang; MCHC kurang). Hal ini menggambarkan insufisiensi sintesis hem (besi), seperti
pada anemia defisiensi besi, keadaan sideroblastik dan kehilangan darah kronik, atau gangguan
sintesis globin. Seperti paad talasemai (penyakit hemoglobin abnormal kongenital)
Klasifikasi anemia berdasarkan etiologi yaitu:
Meningkatnya kehilanagn sel darah merah
Penurunan atau gangguan pembentukan sel
Anemia Defisiensi Besi
Secara morfologis keadaan ini diklasifikasikan sebagai anemia mikrositik hipokrom disertai penurunan
kuantitatif paad sintesis hemoglobin. Khususnya terdapat paad wanita usia subur, sekunder karena
kehilangan darah sewaktu menstruasi dan meningkatkan kebutuhan besi selama hamil. Penyebab lain
defisiensi besi adalah:
Asupan besi yang tidak cukup, misalnya pada bayi yang hanya diberi makan susu saja sampai
usia antara 12-24 bulan dan pada individu tertentu hanya yang hyanya memakan sayur-sayuran
saja.
Gangguan absorpsi, seperti setelah gasektomi
Kehilangan darah yang menetap seperti paad perdsarahan saluran cerna yang lambat karena
polip, neoplasma, gastritis, varises esophagus, konsumsi aspirin, dan hemoroid.
Besi merupakan komponen penting dari sel-sel darah merah (70% dari total besi di dalam
tubuh), mioglobin (4%) serta enzim enzim seperti sitoktom, katalase, dan peroksidase (kurang dari 1%).
Sekitar 25% total besi di dalam tubuh tersimpan didalam hati. Selebihnya, terdapat pada sel-sel retikulo
endotelian dalam sumsum tulang dan limpa.
Dalam keadaan normal tubuh orang dewasa rata-rata mengandung 3 sampai 5g besi, bergantung
pada jenis kelamin dan besar tubuhnya. Hampir dua per tiga besi terdapat dalam hemoglobin yang
dilepas pada proses penuaan serta kematian sel dan diangkut melalui transferin plasma ke sumsum
tulang untuk eritropoesis. Dalam jumlah kecil terdapat pada mioglobin (otot) dan dalam enzim-enzim
hem, sepertiga sisanya disimpan dalam hati, limfa dan sumsum tulang sebagai feritin dan sebagai
hemosiderin untuk kebutuhan-kebutuhan lebih lanjut.
Walaupun dalam diet rata-rata terdapat 10 sampai 20 mg besi, hanya sekitar 5% ssmpsi 10% (1
sampai 2 mg) yang sebenarnya diabsorpsi. Pada saat persediaan besi berkurang maka besi dari diet
teresbut lebih banyak diserap. Besi yang diamkan diubah menjadi fero dalam lambung dan duodenum;
penyerapan besi terjadi pada duodenum dan jejunum proksimal. Kemudian besi diangkut oleh transferin
plasma ke sumsum tulang untuk sintesis hemoglobin atau ke tempat penyimpanan di jaringan.
Setiap millimeter darah mengandung 0,5mg besi. Kehilangan besi umumnya sedikit sekali, dari 0,5
sampai 1 mg/hari. Namun, wanita yang mengalami menstruasi kehilangan tambahan 15 sampai
28mg/bulan. Walaupun kehilangan darah karena darah terhenti selama hamil, kebutuhan besi harian
tetap meningkat, hal ini terjadi oleh karena volume darah ibu hamil meningkat, pembentukan plasenta,
tali pusat, dan fetus, serta untuk mengimbangi darah yang hilang sewaktu melahirkan.
Selain tanda dan gejala yang ditunjukkan oleh anemia, penderita defisiensi besi yang berat (besi
plasma lebih kecil dari 40mg/100ml; Hb 6 sampai 7g/100ml) mempunyai rambut yang rapuh dan halus
serta kuku tipis, rata, mudah patah. Selain itu atropi papilla lidah mengakibatkan lidah tampak pucat,
licin, mengkilat, merah daging, meradang dan sakit. Dapat juga timbul stomatitis angularis, pecah-pecah
dengan kemer4ahan dan rasa sakit di sudut-sudut mulut.
Pemeriksaan menunjukkan jumlah sel darah merah normal atau hamper normal dan kadar
hemoglobin berkurang. Pada sediaan hapus darah perifer, eritrosit mikrositik dan hipokrom (MCV dan
MCHC berkurang, dan MCH berkurang) disertai poikilositosis dan anisositosis. Jumlah retrikulosit
mungkin normal atau berkurang. Kadar besi berkurang walaupun kapasitas meningkat besi serum total
meningkat.
Pengobatan defiensi besi mengharuskan identifikasi dan menemukan penyebab dasar anemia.
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah penentuan derajad anemia dan pengujian defisiensi
besi. Penetuan derajad anemia dapat dilakukan melalui pemeriksaan darah rutin, seperti pemeriksaan
Hb,Ht, hitung jumlah RBC, bentuk RBC, jumlah retikulosit sementara uji defisiensi besi melalui
pemeriksaan feritin serum, kejenuhan transferin, dan protoporfirin eritrosit. Kadar zat besi dalam serum
biasanya <60µg/dL. Kemampuan total mengikat besi (iron-binding capacity) meningkat hingga 350µ/dL.
Kejenuhan transferin <16%, sementara kadar feritin serum <10µg/dL.
Walaupun modifikasi diet dapat menambah besi yang tersedia (misalnya hati), masih dibutuhkan
suplemen besi untuk meningkatkan hemoglobin dan mengembalikan persediaan besi, karena jika
anemia sudah terjadi, tubuh tidak akan menyerap zat besi dalam jumlah besar dan dalam waktu yang
relative singkat. Besi tersedia dalam bentuk parenteral dan oral. Sebagian besar penderita member
respon yang baik terhadap senyawa-senyawa oral seperti ferosulfat. Preparat besi parenteral digunakan
secara sanagt selektif, sebab harganya mahal dan insidens besar terjadi reaksi yang merugikan.
Preparat tablet
Tablet zat besi dalam bentuk fero lebih mudah diserap ketimbang bentuk ferri. Sediaan yang
banyak tersedia, mudah disapat, dan murah, setra khasiatnya paling efektif adalah ferro sulfat,
ferroglukonate, dan ferro fumarat. Dosis pemberian untuk remaja dan dewasa adalah 60mg (anemia
derajat ringan) sampai 120mg (anemia derajat sedang hingga berat) sehari sedangkan pada anak-anak
dosisnya 25mg. Wanita hamil biasanya tidak hanya diberi preparat zat besi, tetapi juga (anemia pada
kehamilan bukan hanya oleh difisisensi zat besi , tetapi oleh defisiensi asam folat) preparat asam folat.
Dosis asam folat sebesar 500µg dan besi sebanayk 120mg.
Contoh Obat ferrous sulfate
Befozi
Indikasi : pencegahan dan pengobatan anemia. Untuk membantu memenuhi kebutuhan vitamin
dan mineral selama masa kehamilan dan laktasi
Dosis : 80-160mg
Contoh Obat ferroglukonate
Biosanbe
Indikasi : defissiensi Fe anemia pada masa pertumbuhan dank arena perdarahan, masa
penyembuhan, hamil dan laktasi, usia lanjut, kurang gizi dan diet.
Dosis : 360mg
Conoh Obat ferrous fumarate
Bioferron
Indikasi : membantu memelihara kesehatan tubuh
Dosis : 5-10mg
Obat dapat diberikan bersama makanan agar diabsorpsi lebih baik atau jika timbul rasa tidak nyaman
pada GI.
Fercee
Indikasi : anemia defisiensi Fe esensial dan sekunder. Anemia perdarahan , pada masa remaja,
hamil, anemia pada bayi
Dosis : 275-550mg
Psling bsik diberiksn psds saat perut kosong, dapat diberiakn bersama makanan untuk mengurangi rasa
tidak nyaman pada GI.
Oramin-G
Indikasi : suplemen untuk memelihara vitalitas tubuh
Kontra indikasi : wanita hamil
Dosis : 54,76mg
Respons positif terhadap pengobatan daapt dilihat dari penigkatan kadar hemoglobin sebeasr
0,1g/dL sehari mulai dari hari kelima dan seterusya. Dengan demikian, pemberian sebanyak 30 gram zat
besi tiga kali sehari akan meningkatkan kaadr hemoglobin paling sedikit sebesar 0,3g/dl/ minggu (atau
10 hari).
Efek samping tablet besi berupa pengaruh yang tidak menyenagkan seperti rasa tidak enak di
ulu hati, mual, muntah, dan diare (terkadang juga konstipasi). Jika situasi seperti ini berkembang, dosis
sebaiknya diturunkan sampai pengaruh itu hilang.
Preparat parenteral
Preparat zat besi parenteral baru boleh diberikan jika pasien tidak bisa menoletansi preparat
oral (misalkan, pemberian per oral menyebabkan muntah hebat yang tidak dapat dihentikan dengan
cara menurunkan dosis), atau karena penyerapan preparat oral terganggu karena misalnya diare.
Preparat parenteral yang paling sering digunakan (dapat diberikan secara intramuscular (IM)
atau intravena (IV) adalah imferon (iron dextran).
Contoh obat:
Cosmofer
Indikasi : terapi anemia akibat defisiensi asupan Fe atau kehilangan asupan Fe yang berlebihan
dimanan asupan oral tidak mungkin dilakukan terutama pada keadaan malabsorpsi pencernaan.
Elaborasi Hb dan pembnetukan sel darah merah.
Dosis : dosis bersifat individual. Dosis harian total: dewasa dan anak dengan BB >10kg 2ml, 5-
10kg 1ml. bayi .4bulan 0,5ml. pasien yang tidak dapat bangun dari tempat tidur frekuensi pemberian
injeksi dikurangi menjadi 1x atau 2x/minggu.
Efek samping : nyeri sendi, reaksi local pada daerah injeksi, rasa panas dan kemerahan pada kulit
wajah, takikardi, aritmia, bronkospasme,dispnea, urtikaria, kesulitan bernafas.
Kontra indikasi : anemia non defisiensi Fe, riwayat asma, gagal ginjal akut, infeksi akut atau kronis,
alergi atropik.
Manfaat pemberian secara IV adalah penentuan kebutuhan zat besi lengkap dalam satu dosis. Dosis
yang dianjurkan pada wanita hamil sebesar 500mg Fe dalam 10cc larutan garam fifiologis yang diberikan
selama 10 menit setelah dosis uju sebanyak 1-2 tetes.
Dosis yang boleh diberiakn secara intramuscular sebesar 100mg Fe dalam 2cc larutan garam
fisiologis. Pemberian IM sebaiknya dilakukan hanya jika tidak tersedia cukup kemudahan untuk
pemberian IV. Preparat lain adalah Astrafer (dextriferron) dan jectofer (iron sorbitex).
Selain menggunakan obat seperti diatas zat besi dalam tubuh dapat ditingkatkan dengan cara
memberikan KIE terkait dengan efek samping yang ditimbulkan oleh preparat besi yang menggagu
sehingga pasien cenderung menolak tablet yang diberikan. Kemudian juga dapat melalui modifikasi
makanan yaitu dengan konsumsi makanan yang mengandung kalori yang besar, setiap 1000kkal
mengandung 6mg Fe. Meningkatkan ketesediaan hayati zat besi yang dimakan, yaitu dengan
menghindarkan makanan yang dapat mereduksi penyerapan zat besi. Pengawasan penyakit infeksi
seperi penyediaan air bersih, perbaikan sanitasi lingkungan dan kebersihan perorangan.