Post on 04-Oct-2021
i
ANALISIS ASPEK SOSIOLOGI SASTRA
NOVEL RUDY KARYA GINA S. NOER
DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
DI SMA
SKRIPSI
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Ari Wahyuningsih
NIM 132110045
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2017
ii
iii
iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTO
“(apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang
beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada
(azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama
orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"
Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran” (QS.
AzZumar : 9).
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan untuk:
1. Bapak Sunardi dan Ibu Sobiroh tercinta yang telah
memberikan doa, semangat, dan bimbingan terdapat
keberhasilan studiku serta dukungan dan pengorbanan
selama ini merupakan kebahagiaan yang tidak bisa
tergantikan oleh apapun.
2. Hadiah untuk Firli Fajar Alfian adik tersayang yang
senantiasa selalu mendoakan, memberikan semangat
untuk penulis.
3. Hadiah untuk keluarga serta orang-orang terdekat yang
selalu member dukungan.
v
PERNYATAAN
Yang bertandatangan di bawah ini:
nama : Ari Wahyuningsih
NIM : 132110045
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini bukan plagiat dari hasil karya
orang lain, melainkan benar-benar hasil karya saya sendiri, baik sebagian maupun
seluruhnya. Pendapat para pakar atau temuan orang lain yang terdapat dalam
skripsi ini, dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Apabila terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini adalah hasil plagiat karya
orang lain, saya bersedia bertanggung jawab secara hukum yang diperkarakan
oleh Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Purworejo, 10 Agustus2017
Yang membuat pernyataan,
Ari Wahyuningsih
vi
PRAKATA
Alhamdulillah, akhirnya skripsi ini selesai disusun setelah melalui proses
cukup lama. Skripsi berjudul “Analisis Aspek Sosiologi Sastra Novel Rudy Karya
Gina S. Noer dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran di SMA” ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program
Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah
Purworejo.
Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa
terimakasih dan penghargaan kepada:
1. Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan
kesempatan untuk menyelesaikan studi di Universitas Muhammadiyah
Purworejo;
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Purworejo yang telah memberikan izin penelitian;
3. Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah
menyetujui pelaksanaan penelitian;
4. Prof. Dr. Sukirno, M.Pd., selaku pembimbing I, dan Nurul Setyorini, M.Pd.,
selaku pembimbing II, yang telah membimbing, mengarahkan, dan
memotivasi dengan penuh kesabaran, serta mengoreksi skripsi ini dengan
penuh ketelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini;
vii
5. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang
telah memberikan ilmu yang bermanfaat;
Penulis senantiasa berdoa semoga Allah Swt. memberikan balasan
yang selayaknya atas budi baik yang telah diberikan. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi penyusunan khususnya dan para pembaca umumnya. Amin.
Purworejo, 10 Agustus2017
Penyusun,
Ari Wahyuningsih
viii
ABSTRAK
Wahyuningsih, Ari. 2017. “Aspek Sosiologi Sastra Novel Rudy Karya Gina S.
Noer dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran di SMA”. Skripsi. Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mendeskripsikan, (1) unsur
intrinsik novel Rudy karya Gina S. Noer, (2) aspek sosiologi sastra novel Rudy
karya Gina S. Noer, (3) rencana pelaksanaan pembelajaran novel Rudy karya Gina
S. Noer di SMA.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini yaitu novel Rudy karya Gina S.
Noer. Objek penelitian ini adalah aspek sosiologi sastra yang terdapat dalam novel
Rudy karya Gina S. Noer. Fokus penelitian ini adalah unsur intrinsik novel Rudy,
aspek-aspek sosiologi sastra, dan rencana pelaksanaan pembelajaran di SMA.
Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik pustaka. Teknik yang
digunakan untuk menganalisis adalah teknik analisis isi. Teknik yang digunakan
dalam penyajian hasil analisis adalah teknik penyajian informal.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan: (1) unsur intrinsik novel Rudy karya
Gina S. Noer meliputi (a) tema mayor: perjuangan laki-laki, tema minor: masalah
pindah-pindah sekolah, masalah keuangan keluarga, masalah Indonesia
mengalami krisis;(b) alur: campuran;(c) tokoh dan penokohan: tokoh utama Rudy,
dan tokoh tambahan Mami, Papi, Junus Efendi Habibie, Sri Redjeki Chasanah,
Lim Keng Kie, paman Subarjo, kepala sekolah SMA Kristen, Koo Tiang Hui,
Ainun, ibu Wirtin, Prof. Hans Ebner, Ilona, Romo Mangun; (d) latar: Bandar
Udara Kemayoran, pantai Lumpue, ruang makan, kamar, sekolah, Bandar Udara
Internasional Kairo, Sekolah Pertanian Menengah Atas, Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo, ruangtamu, Sekolah Kedokteran Hewan, Contardate HBS, SMA
Kristen, ITB, gereja, dan Rumah Sakit Bad Krozingen; (e) sudut pandang: orang
ketiga serbatahu; (f) amanat: jangan pernah menilai orang lain dari sisi luarnya
saja, jangan pernah mengeluh meski sedang menghadapi kesulitan, jangan mudah
putus asa dalam menggapai cita-cita; (2) aspek sosiologi sastra novel Rudy karya
Gina S. Noer yaitu (a) aspek kekerabatan, yakni Rudy memiliki hubungan yang
baik dengan Mami dan Papi, sangat mengasihi adik-adiknya dan mencintai Ainun
istrinya; (b) aspek cinta kasih, yaitu Rudy memiliki cinta kasih yang baik terhadap
keluarga dan teman; (c) aspek moral yakni, bersyukur kepada Allah Swt, menjalin
silaturahmi kepada teman-teman, menuruti semua perintah Mami, memiliki
watak yang keras kepala dan menghormati orang yang lebih tua; (d) aspek
pendidikan yakni, pendidikan formal Rudy di sekolah Concordante HBS,
Universitas Indonesia, dan RWTH Jerman; (e) aspek ekonomi yakni tergolong
ekonomi tingkat atas. Rudy bisa bersekolah hingga S-3; (3) rencana pelaksanaan
pembelajaran novel Rudy karya Gina S. Noer di kelas XII SMA yang terdapat
dalam kompetensi dasar 3.9 menggunakan metode Quantum Learning dengan menggunakan enam langkah pokok yang dikenal dengan istilah TANDUR.
Kata kunci: sosiologi sastra, novel Rudy, rencana pelaksanaan pembelajaran
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI .................................................... iii
HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ............................................ iv
HALAMAN PERNYATAAN ..................................................................... v
PRAKATA .............................................................................................. vi
ABSTRAK .............................................................................................. viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................... 6
C. Batasan Masalah ............................................................ 6
D. Rumusan Masalah .......................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ........................................................... 7
F. Manfaat Penelitian ......................................................... 7
G. Penegasan Masalah ........................................................ 8
H. Sistematika Skripsi ......................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS
A. Tinjauan Pustaka ............................................................ 11
B. Kajian Teoretis ............................................................... 15
1. Novel ....................................................................... 15
2. Unsur Intrinsik Novel .............................................. 16
3. Sosiologi Sastra ........................................................ 24
4. Aspek-Aspek Sosiologi Sastra ................................. 26
5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ........................ 28
x
BABIII METODE PENELITIAN
A. Sumber Data ................................................................... 38
B. Objek Penelitian ............................................................. 38
C. Fokus Penelitian ............................................................. 38
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................. 39
E. Instrumen Penelitian ...................................................... 39
F. Teknik Analisis Data ...................................................... 40
G. Teknik Penyajian Hasil Analisis Data ........................... 41
BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA
A. Penyajian Data ............................................................... 42
B. Pembahasan Data ........................................................... 49
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ........................................................................ 146
B. Saran .............................................................................. 147
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 150
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 : Kartu Pencatat Data Unsur Intrinsik Novel Rudy Karya
Gina S. Noer .............................................................................. 40
Tabel 3.2 : Kartu Pencatat Data Aspek Sosiologi Novel Rudy Karya
Gina S. Noer .............................................................................. 40
Tabel 4.1 : Unsur Intrinsik Novel Rudy Karya Gina S. Noer ...................... 42
Tabel 4.2 : Aspek Sosiologi Novel Rudy Karya Gina S. Noer .................... 45
Tabel 4.3 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ......................................... 47
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Sampul Novel Rudy Karya Gina S. Noer
Lampiran 2 : Biografi Pengarang
Lampiran 3 : Sinopsis
Lampiran 4 : Kartu Pencatat Data
Lampiran 5 : Silabus
Lampiran 6 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lampiran 7 : Kartu Bimbingan
1
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini, sajikan latar belakang, identifikasi masalah, batasan
masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat
penelitian, dan sistematika skripsi.
A. Latar Belakang Masalah
Karya sastra adalah gambaran dari kehidupan yang diciptakan
sepanjang sejarah kehidupan manusia. Suatu karya sastra merupakan sebuah
karya yang pada hakiktnya dibuat dengan mengedepankan aspek kehidupan di
samping keefektifan penyimpanan pesan. Keindahan dalam karya sastra dapat
diwujudkan melalui media bahasa. Media bahasa merupakan sarana yang
digunakan pengarang untuk menyampaikan buah pikiran dan imajinasinya
dalam proses penciptaan karya sastra (Setyorini, 2014:83).
Karya sastra juga dapat dipakai untuk menggambarkan apa yang
ditangkap oleh pengarang tentang kehidupan sekitarnya (Ginanjar, 2012:1).
Sebagai potret kehidupan yang menyajikan peristiwa-peristiwa, karya sastra
dapat berhubungan dengan masalah-masalah sosial. Masalah sosial sangat erat
kaitannya dengan kehidupan masyarakat guna terciptanya karya sastraSastra
menyajikan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sebagian besar terdiri dari
kenyataan sosial. Dalam pengertian ini kehidupan mencakup hubungan antar
masyarakat dengan orang-orang, antar manusia, antar peristiwa yang terjadi
dalam batin seseorang. Karya sastra terlahir karena adanya keinginan dari
pengarang untuk mengungkapkan eksistensinya sebagai manusia yang
2
memiliki ide, gagasan, dan kreativitas yang dimiliki. Sukirno (2013:3)
menjelaskan kreativitas berarti kemampuan untuk mencipta. Pengarang dapat
menuangkan daya ciptanya ke bentuk tulisan maupun karangan teks karya
sastra. Karya sastra dibedakan menjadi dua yaitu karya sastra fiksi dan
nonfiksi.
Ginanjar (2012:3) mengatakan genre suatu karya sastra dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu genre sastra fiksi dan nonfiksi. Genre sastra fiksi merupakan
karya naratif yang isinya tidak menyaran pada kebenaran yang benar-benar
terjadi. Genre karya sastra fiksi adalah karya naratif yang isinya sesuatu yang
benar-benar terjadi. Sementara itu, genre karya nonfiksi adalah karya naratif
yang isinya sesuatu yang benar-benar terjadi. Salah satu contoh dari prosa fiksi
adalah novel.
Novel merupakan karangan prosa yang panjang yang mengundang
rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang disekelilingnya dengan
menonjolkan watak dan setiap pelaku. Dalam mengemukakan permasalahan
yang kompleks novel menyajikan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu
secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detail, dan lebih banyak. Dengan
demikian, novel mampu menghadirkan perkembangan suatu karakter, situasi
sosial yang rumit, hubungan yang melibatkan banyak atau sedikit karakter, dan
berbagai peristiwa ruwet yang terjadi beberapa tahun silam secara lebih
mendetail.
Akbar dkk (2013) mengatakan novel lebih mudah sekaligus lebih sulit
dibaca jika dibandingkan dengan cerpen. Dikatakan lebih mudah karena novel
3
tidak dibebani tanggung jawab untuk menyampaikan sesuatu dengan cepat atau
dengan bentuk padat dan dikatakan sulit karena novel dituliskan dalam skala
besar sehingga mengandung satu kesatuan organisasi yang lebih luas dari pada
cerpen.
Novel terdapat dua unsur pembangun, yaitu unsur intrisik dan unsur
ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra
itu sendiri sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang membangun di
luar teks, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangun atau sistem
organisme teks sastra. Nurgiantoro (2013:30) menjelaskan unsur intrinsik
meliputi, peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang, dan
gaya bahasa. Sementara itu, unsur ekstrinsik meliputi, sikap, keyakinan, dan
pandangan hidup.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sosiologi artinya pengetahuan
atau ilmu tentang sifat, perilaku, dan perkembangan masyarakat, ilmu tentang
struktur sosial, proses sosial, dan perubahannya (Sugono dkk,2013:1332).
Sosiologi sastra merupakan pemahaman terhadap karya sastra dengan
mempertimbangkan aspek-aspek kemasyarakatan yang melatarbelakanginya
didalam menerapkan bahwa sosologi sastra meneliti suatu karya sastra
berdasarkan pemahaman terhadap totalitas karya sastra yang disertai dengan
aspek-aspek kemasyarakatan yang terkandung didalamnya (Ratna, 2013:2).
Ginanjar (2012:32) menjelaskan pendekatan sosiologi merupakan
proses pemahaman mulai dari individu ke masyarakat, pendekatan sosiologi
menganalisis manusia dalam masyarakat, dengan proses pemahaman mulai dari
4
masyarakat ke individu yang digunakan untuk menganalisis karya sastra
dengan mempertimbangkan aspek kemasyarakatannya. Dalam menganalisis
karya sastra dengan menggunakan sosiologi sastra, penelaah dapat
menggunakan salah satu pendapat atau pandangan, tetapi juga dapat
mengambil kebijakan gabungan yang saling menyempurnakan. Penelaah dapat
mengkreasikan sendiri pendekatan itu dengan memperhatikan hubungan antara
pengarang, karya sastra, pembaca, dan sosial budaya kepengaranan karya
sastra.
Pada prinsipnya sosiologi sastra ingin mengatikan penciptaan karya
sastra, keberadaan karya sastra dengan realitas sosial. Sastra dapat dipahami
karena pengarang mempunyai latar belakang sosial budaya pada saat
menciptakan karya sastra. Latar belakang pengarang menjadi sumber
penciptaan yang mempengaruhi teknik dan isi karya (Ginanjar, 2012:32).
Hakikat novel dalam sosiologi sastra berurusan dengan manusia dalam
masyarakat. Usaha manusia untuk menyelesaikan diri dan usahanya untuk
merubah masyarakat itu. Dengan demikian novel genre utama sastra dalam
industri ini, dapat dianggap sebagai usaha untuk menciptakan kembali dunia
sosial. Dalam sebuah novel, pengarang berusaha untuk mengarahkan pembaca
kedalam gambaran raealita kehidupan melalui cerita yang terkandung dalam
novel tersebut.
Melalui kurikulum 2013 di sekolah, para pendidik diharapkan kreatif
dan kritis dalam memilih bahan pembelajaran. Hal tersebut disebabkan oleh
muatan yang terdapat dalam novel yang dapat dijadikan acuan pembelajaran
5
bahasa dan sastra Indonesia. Berdasarkan dengan hal tersebut novel merupakan
jenis karya sastra yang harus diajarkan kepada siswa SMA sesuai ketentuan
yang tercantum dalam kurikulum, keberhasilan pembelajaran novel diantaranya
ditentukan oleh kepandaian guru dalam memilih bahan ajar.
Pemilihan objek penelitian ini berdasarkan pertimbangan bahwa novel
dapat digunakan sebagai pembelajaran di sekolah, melalui pembelajaran sastra.
Nilai-nilai yang terkandung dalam novel Rudy karya Gina S. Noer tidak
terlepas dari nilai-nilai realitas yang terjadi di masyarakat. Selain hal tersebut,
pembelajaran novel juga dapat membantu pendidik dalam mengembalikan dan
menanamkan aspek sosial yang mulai memudar, terutama siswa SMA.
Novel Rudy karya Gina S. Noer merupakan novel yang ditulis pada
tahun 2016 dengan ketebalan 298 halaman. Novel tersebut menarik untuk
dikaji karena memuat unsur intrinsik yang menarik dan mengandung nilai-nilai
sosial yang sangat penting untuk kita ketahui. Novel Rudy karya Gina S. Noer
dianalisis dengan menggunakan aspek sosiologi sastra yang terkandung di
dalamnya agar dapat dijadikan sebagai bahan ajar yang sesuai dengan kriteria
pembelajaran di SMA, maka penelitian ini mengangkat tentang “Analisis
Aspek Sosiologi Sastra Novel Rudy Karya Gina S. Noer dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajarannya di SMA”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah yang
diidentifikasi adalah:
6
1. novel Rudy karya Gina S. Noer memuat unsur intrinsik yang menarik dan
bahasa yang lugas;
2. novel Rudy karya Gina S. Noer terdapat persoalan-persoalan sosial yang
dapat di pecahkan melalui pembelajaran sastra di SMA;
3. novel Rudy karya Gina S. Noer mengandung banyak aspek sosial yang
dapat diajarkan melalui pembelajaran sastra di SMA;
4. novel Rudy karya Gina S. Noer dapat digunakan sebagai media
pembelajaran sosiologi sastra di SMA.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka
permasalahan dalam penelitian ini dibatasi yaitu analisis sosiologi sastra
novel Rudy karya Gina S. Noer dan rencana pelaksanaan pembelajarannya di
SMA.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian
ini sebagai berikut.
1. Bagaimanakah unsur intrinsik novel Rudy karya Gina S. Noer?
2. Bagaimanakah aspek-aspek sosiologi dalam novel Rudy karya Gina S.
Noer?
3. Bagaimanakah rancana pelaksanaan pembelajaran sosiologi sastra pada
siswa di SMA?
7
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini
adalah untuk :
1. mendeskripsikan unsur intrinsik dalam novel Rudy karya Gina S. Noer;
2. mendeskripsikan aspek sosiologi dalam novel Rudy karya Gina S. Noer;
3. mendeskripsikan rancana pelaksanaan pembelajaran sosiologi sastra
pada siswa di SMA.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki dua manfaat, yaitu dari segi teoretis dan segi
praktis.
1. Secara Teoretis
Dari segi teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
wawasan pengetahuan kepada pembaca mengenai aspek sosiologi yang
terdapat dalam novel Rudy karya Gina S. Noer.
2. Secara Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat membantu:
a. Bagi Siswa
Siswa diharapkan menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
siswa dengan memahami sosiologi sastra yang terdapat pada isi novel
Rudy karya Gina S. Noer.
b. Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan
gambaran kepada guru tentang sosiologi sastra dan pembelajarannya,
8
khususnya pembelajaran prosa, yakni novel Rudy karya Gina S. Noer di
SMA.
c. Bagi Sekolah
Penelitian ini memberikan sambungan ide mengenai bahan atau
materi pembelajaran drama berkaitan dengan pendidikan akhlak yang
dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran novel di sekolah.
d. Bagi Pembaca
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pembaca dalam
memahami aspek-aspek sosial antara lain: aspek kekerabatan, aspek
cinta kasih, aspek pendidikan dan ekonomi yang terdapat dalam novel
Rudy karya Gina S. Noer.
e. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan mampu menunjukan dunia
kesusastraan, yaitu dengan adanya penelitian yang serupa, tetapi dengan
lingkup yang lebih luas dan lebih baik, khususnya dalam bidang
pendidikan.
G. Penegasan Istilah
Peneliti akan menjelaskan berbagai istilah untuk menghindari
kesalahpahaman yang digunakan dalam penulisan judul penelitian. Judul
penelitian ini adalah “Analisis Aspek Sosiologi Sastra Novel Rudy Karya
Gina S. Noer dan Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya di SMA”.
9
1. Aspek Sosiologi Sastra
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sosiologi artinya
pengetahuan atau ilmu tentang sifat, perilaku, dan perkembangan
masyarakat, ilmu tentang sruktur sosial, proses sosial, dan perubahannya
(Sugono dkk, 2013: 1332).
2. Novel Rudy
Novel Rudy merupakan kisah yang disusun dari cerita-cerita B.J
Habibie yang belum diceritakan sebelumnya. Ini adalah kisah tentang
perjalanan tumbuh dewasa seseorang anak laki-laki dan Indonesia yang
masih belia.
3. Rencana pelaksanaan pembelajaran
Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana atau langkah-
langkah pelaksanaan pembelajaran sesuai meteri mata pelajaran. Materi
pelajaran yang diajarkan dengan acuan silabus kurikulum 2013 dan
rencana pelaksanaan pembelajaran.
Dari pengertian istilah-istilah di atas, disimpulkan bahwa maksud
judul dalam skripsi ini adalah menekankan pada aspek sosiologi sastra
novel Rudy Karya Gina S. Noer dan rencana pelaksanaan pembelajarannya
di SMA.
H. Sistematika Skripsi
Agar pemahaman terhadap skripsi ini jelas dan logis, sistematika
skripsi sebagai berikut:
10
Pada bagian awal, berisi halaman pengesahan, motto dan pesembahan,
kata pengantar, daftar isi dan abstrak.
BAB I Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi
masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, penegasan istilah, serta sistematika skripsi.
BAB II Tinjauan Pustaka, memuat kajian pustaka dan kajian teoretis.
BAB III Metode Penelitian, mencakup sumber data, objek penelitian,
fokus penelitian, teknik pengumpulan data, isntrumen penelitian, teknik
analisis data, dan teknik analisis data.
BAB IV Penyajian dan Pembahasan Data, meliputi penyajian dan
analisis data yang difokuskan pada aspek-aspek sosial novel Rudy karya Gina
S. Noer dan rencana pelaksanaan pembelajarannya di SMA.
BAB V Penutup, berisi Simpulan dan Saran. Untuk halaman
selanjutnya disertakan daftar pustaka dan lampiran.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS
Dalam bagian ini disajikan tinjauan pustaka dan kajian teoretis. Di bawah
ini penulis menyajikan uraian masing-masing dari pokok pembahasan tersebut.
A. Tinjauan Pustaka
Dalam tinjauan pustaka ini, penulis menyajikan beberapa buku yang
dijadikan acuan penelitian ini. Setiap buku diklasifikasikan berdasarkan jenis
pembahasannya, selanjutnya dikelompokan dengan buku-buku lainnya yang
sejenis. Selain itu, disajikan pula beberapa hasil penelitian.
1. Beberapa Kajian Buku
Beberapa buku yang dijadikan referensi sosiologi sastra adalah buku
yang berjudul Pengantar Sosiologi Sastra (Faruk, 2016) membahas: (a)
sosiologi, (b) sastra, (c) sastra dan masyarakat beberapa mediasi, (d) aspek
formatif sastra, (e) sosiologi sastra Indonesia. Selain itu, digunakan juga
buku yang berjudul TeoriPengkajian Fiksi (Burhan Nurgiantoro, 2013)
membahas: (a) fiksi: sebuah teks prosa naratif, (b) membaca teks fiksi, (c)
kajian fiksi, (d) tema, (e) cerita, (f) plot, (g) tokoh, (h) latar, (i) sudut
pandang, (j) moral.
Beberapa buku yang menjadi acuan tentang karya sastra sebagai
objek penelitian berjudul buku yang berjudul Pengkajian Prosa Fiksi
(Nurhayati Ginanjar, 2012) membahas: (a) karya sastra, (b) pengkajian
sastra, (c) sosiologi sastra. Selain itu, dalam buku berjudulBelajar Cepat
Menulis Kreatif Berbasis Kuantum (Sukirno, 2013) membahas: (a) latar
12
belakang, tujuan, dan manfaat belajar menulis kreatif, (b) pengertian, dasar,
tujuan, dan manfaat belajar kuantum, (c) asumsi, ciri-ciri, dan macam-
macam gaya belajar kuantum, (d) belajar menulis pengalaman pribadi, (e)
belajar menulis biografi, (f) belajar menulis cerita pendek, (g) belajar
menulis legenda, (h) belajar menulis dongeng, (i) belajar menulis naskah
drama, (j) belajar menulis scenario film, (k) belajar menulis opini, (l) belajar
mneulis puisi.
2. Beberapa Hasil Penelitian
Penelitian dengan pendekatan sosiologi sastra pernah dilakukan oleh
mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Sebagian besar
penelitian dianalisis dengan pendekaran struktural, psikologi, sosiologi, dan
semiotik, namun ada juga yang menganalisis dengan feminisme. Tinjauan
pustaka dengan pendekatan sosiologi misalnya pernah di kaji oleh,
Kustantyani (2012), Faesol Hasan (2015). Selain penelitian tersebut, peneliti
menggunakan acuan penelitian yang dilakukan oleh Syahrizal Akbar, dkk
mahasiswa Universitas Negeri Sebelas Maret.
Kustantyani (2012) dalam penelitian yang berjudul “Analisis
Sosiologi Sastra Novel Bidadari Berkalam Ilahi Karya Wahyu Sujani dan
Pembelajarannya di Kelas XI SMA” menyimpulkan dengan pendekatan
sosiologi sastra siswa mampu menentukan nilai-nilai sosial pada novel
Bidadari Berkalam Ilahi Karya Wahyu Sujani, seperti aspek-aspek sosial
yang meliputi aspek kekerabatan, prekonmian, pendidikan, moralitas, dan
cinta kasih.
13
Penelitian yang dilakukan Kustanyani (2012) mempunyai persamaan
dan perbedaan dengan penelitian ini. Persamaannya yakni sama-sama
membahas aspek-aspek sosial dan hubungan antar aspek sosial dan
menjelaskan kemungkinan pembelajaran di SMA. Kemudian perbedaannya
yakni, dalam penelitian Kustanyani (2012) menggunakan metode
pembelajaran PAIKEM, sedangkan dalam penelitian ini metode
pembelajaran yang digunakan adalah metode kuantum. Selanjutnya, objek
penelitian ini adalah novel Rudy Karya Gina S. Noer, sedangkan objek
penelitian Kustanyani (2012) adalah novel Bidadari Berkalam Ilahi Karya
Wahyu Sujani.
Penelitian yang relevan berikutnya yaitu penelitian Hasan (2015)
yang berjudul “Analisis Aspek Sosologi Sastra Novel Mahamimi Anak
Negeri Karya Suyatna Pamungkas dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajarannya di SMA” menyimpulkan dengan menggunakan
pendekatan sosiologi sastra siswa mampu menentukan aspek sosial pada
novel Mahamimi Anak Negeri Karya Suyatna. Selain itu, skenario
pembelajaran yang digunakan Hasan (2015) metode Two-Stay-Two Stray.
Persamaan dengan penelitian penulis yaitu sama-sama menganalisis
kajian sosiologi sastra. Namun yang membedakan dengan penelitian ini
yaitu metode pembelajarannya. Hasan (2015) menggunakan metode Two-
Stay-Two Stray, sedangkan penelitian ini menggunakan metode kuantum.
Penelitian selanjutnya adalah penelitian Akbar dkk (2013) yang
berjudul “Kajian Sosiologi Sastra dan Nilai Pendidikan Dalam Novel Tuan
14
Guru Karya Salman Faris” menyimpulkan dengan menggunakan kajian
sosiologi sastra dapat menentukan latar belakang sosial dan nilai-nilai
pendidikan, seperti adat dan kepercayaan, agama, bahasa, suku, pekerjaan,
pendidikan, tempat tinggal, nilai pendidikan sosial, nilai pendidikan moral,
nilai pendidikan budaya, nilai pendidikan agama, nilai pendidikan ekonomi,
nilai pendidikan politik dan nilai pendidikan historis.
Persamaan dengan penelitian ini terdapat pada novel sebagai bahan
penelitian selain itu persamaan juga terdapat pada cara mengkaji yaitu
menggunakan aspek sosial. Perbedaan yang mendasar yaitu kajian yang
digunakan yaitu menggunakan kajian sosiologi perbedaannya yakni,
penelitian Akbar dkk (2013) menggunakan metode pembelajaran content
analysis atau analisis isi, sedangkan dalam penelitian ini metode
pembelajaran yang digunakan adalah metode kuantum. Objek penelitian
yang digunakan Akbar dkk (2013) adalah Novel Tuan Guru. Sementara itu,
objek penelitian ini adalah novel Rudy karya Gina S. Noer.
Hasil-hasil penelitian di atas merupakan suatu sumbangan pemikiran
yang sangat berharga bagi peneliti. Kebanggaan dan penghargaan yang
tinggi peneliti berikan padanya, namun di sisi lain peneliti belum
menemukan hasil penelitian yang mengkaji aspek sosiologi sastra dalam
novel Rudy karya Gina S. Noer.
Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa penelitian ini bukanlah
penelitian baru. Penelitian ini bersifat melengkapi penelitian terdahulu
15
sehingga dapat melengkapi dan mendukung penelitian sejenis yang telah
dilakukan sebelumnya.
B. Kajian Teoretis
Kajian teoretis merupakan penjabaran kerangka teori yang memuat
beberapa kumpulan materi yang dipilih dari berbagai sumber untuk dijadikan
sebagai acuan pokok dalam membahas masalah yang diteliti. Kajian teori
dalam penelitian ini membahas mengenai struktur karya sastra, analisis
sosiologi, sosiologi sastra dalam novel, dan perencanaan pembelajaran sastra di
SMA.
Struktur karya sastra meliputi: tema, alur, tokoh dan penokohan, latar,
sudut pandang, dan amanat. Analisis sosiologi dalam novel Rudy karya Gina S.
Noer meliputi: kekerabatan, cinta kasih, moral, pendidikan, ekonomi, dan
religi. Pembelajaran sastra di SMA meliputi: pembelajaran sastra, tujuan
pembelajaran sastra, materi pembelajaran sastra, strategi pembelajaran sastra,
metode pembelajaran, dan sumber belajar.
1. Novel
Kata novel berasal dari bahasa Italia yaitu novella yang artinya
sebuah barang baru yang kecil, dan kemudian diartikan sebagai cerita pendek
dalam bentuk prosa (Nurgiyantoro, 2013:11). Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia Novel adalah karangan prosa yang panjang yang mengundang
rangkaian cerita kehiduapan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan
menonjolkan watak dan setiap pelaku (Sugono dkk, 2013:989). Dapat
disimpulkan bahwa novel merupakan cerita fiksi yang mengangkat
16
permasalahan yang kompleks tentang kehidupan dan tersusun atas unsur
intrinsik dan ekstrinsik yang padu dan saling terkait dalam mengungkapkan
setiap jalinan peristiwa yang diceritakan.
2. Unsur Intrinsik Novel
Unsur intrinsik (intrinsic) adalah unsur-unsur yang membangun
karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan suatu teks
hadir sebagai teks sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika
orang membaca karya sastra (Nurgiyantoro, 2013:30). Novel merupakan
bentuk prosa fiksi yang terbaru dalam sastra Indonesia, novel merupakan
pengungkapan dari fragmen kehidupan manusia dalam jangka yang lebih
panjang. Suatu karya sastra ilmiah agar dapat dipercaya dan dapat
dipertanggungjawabkan kredebilitasnya harus menggunakan dasar analisis
tertentu, yaitu secara teori yang logis dan masuk akal. Berikut ini akan
diuraikan unsur-unsur pembangunan prosa fiksi yang meliputi tema, alur
atau plot, tokoh dan penokohan, latar, dan sudut pandang.
a. Tema
Tema adalah inti dari sebuah cerita di dalam novel, semua cerita
yang dibangun berpusat dari satu tema, definisi yang disampaikan
memaknai tema sebagai makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Tema
cerita dapat dinyatakan secara eksplisit (jelas) dan implisit (simbolis).
Akan tetapi, tidak semudah itu menemukan tema cerita karena lebih
sering tema itu implisit (tersirat). Hanya dengan membaca cerita secara
keseluruhan kita dapat menemukan temanya. Tema yang implisit
17
membuat pembaca merasa penasaran untuk menemukan temanya. Tema
yang implisit membuat pembaca merasa penasaran untuk menemukan
tema dalam karya sastra tersebut sehingga memacu minat pembaca untuk
membaca cermat dan tekun untuk menemukan tema karya sastra tersebut.
Gaya penulisan tema yan implisit membuat karya sastra itu makin
mempunyai nilai keindahan sebagai sebuah karya sastra.
Nurgiyantoro (2013: 133) mengemukakan tema dapat digolongkan
menjadi dua, yaitu tema mayor dan minor. Tema mayor adalah makna
pokok cerita yang menjadi dasar atau gagasan dasar umum karya itu.
Sementara itu, tema minor adalah makna pokok cerita tersirat dalam
sebagian besar, atau tidak dikatakan dalam keseluruhan, cerita, bukan
makna, yang hanya terdapat pada bagian-bagian tertentu cerita dapat
diidentifikasi sebagai makna bagian, makna tambahan.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, tema merupakan makna
pokok sebuah karya sastra tidak disembunyikan justru hal inilah yang
ditawarkan kepada penikmat sastra. Namun, tema merupakan makna
keseluruhan yang didukung cerita dengan sendirinya ia akan tersembunyi
dibalik cerita yang mendukungnya.
b. Alur atau plot
Plot adalah jalinan cerita atau kerangka dari awal hingga akhir
yang merupakan jalinan konflik antara dua tokoh yang berlawanan.
Konflik tersebut terdiri dari beberapa tahap, yaitu pelukisan awal cerita,
pertikaian awal, klimaks atau titik puncak cerita, dan penyelesaian.
18
Alur atau plot adalah pengaturan peristiwa pembentuk cerita yang
menunjukan adanya hubungan kausalitas. Plot memang memiliki peran
penting dalam suatu cerita, fungsi plot adalah memberikan pengaturan
dalam proses membangun cerita. Waluyo (2008:21) (dalam Ginanjar,
2012:12) mendeskripsikan, plot memiliki fungsi yang membawa
pemahaman cerita secara rinci dan menyediakan tahap-tahap tertentu bagi
pengarang untuk melanjutkan cerita berikutnya.
Nurhayati (2012:12) mengemukakan bahwa alur atau plot adalah
pengaturan urutan peristiwa pembentuk cerita yang menunjukan adanya
hubungan kausalitas. Berdasarkan kriteria urutan waktu, Nurhayati (2012:
12-13) membedakan alur menjadi tiga yaitu.
1) Alur maju atau progresif dalam sebuah novel terjadi jika cerita
tersebut dimulai dari awal, tengah, dan akhir terjadinya peristiwa.
2) Alur mundur, regresif atau flash back terjadi jika dalam cerita tersebut
dimulai dari akhir cerita atau tengah cerita kemudian menuju awal
cerita.
3) Alur campuran yaitu gabungan alur maju dan mundur. Urutan waktu
yang dimaksud adalah waktu terjadinya peristiwa-peristiwa yang
diceritakan dalam sebuah karya fiksi yang bersangkutan.
Nurgiyantoro (2012:209-210) juga mengklasifikasikan tahapan
alur sebagai berikut.
19
1) Tahap penyituasian (situation) yang merupakan tahap pembuka cerita.
Tahap ini berisi pelukisan dan pengenalan situasi dan tokoh-tokoh
cerita.
2) Tahap pemuncuan konflik (generating circumtances) yang berisi
masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa yang memunculkan
terjadinya konflik. Konflik-konflik tersebut akan dikembangkan
menjadi konflik-konflik pada tahapan berikutnya.
3) Tahap peningkatan konflik (rising action) berisi konflk yang telah
dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang peristiwa
makan menegangkan.
4) Tahap klimaks (climax) yang berisi konflik atau pertentangan-
pertentangan yang terjadi, yang dilalui atau ditimpakan kepada tokoh
cerita mencapai titik puncak.
5) Tahap penyelesaian (denoument) yaitu konflik yang telah mencapai
klimaks mendapat penjelasan.
Di dalam alur terdapat unsur keindahan yang dikenal istilah
suspense (tegangan). Suspense atau tegangan berarti ketegangan cerita
yang dibuat pengarang untuk menimbulkan rasa ingin tahu yang sangat
besar dari pembaca cerita untuk mengetahui lanjutan cerita berikutnya.
Suspense dapat berupa surprise (kejutan). Kejutan yang diciptakan
pengarang harus membuat pembaca tidak dapat mengira bagaimana
rangkaian cerita terjadi (Ginanjar, 2012:15).
20
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
alur atau plot dalam sebuah karya sastra tersusun menjadi lima tahap,
tahap penyituasian, tahap peningkatan konflik, tahap klimaks, dan tahap
penyelesaian. Alur merupakan cerita yang berisi urutan kejadian, namun
tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang
satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.
c. Tokoh dan Penokohan
Tokoh dan penokohan merupakan salah satu unsur penting dalam
prosa. Istilah tokoh yang digunakan untuk menunjuk pada orangnya atau
pelaku cerita, sedangkan istilah penokohan digunakan untuk melukiskan
gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah
cerita. Penokohan berarti cara pandang pengarang menampilkan tokoh-
tokohnya, jenis-jenis tokohnya, hubungan tokoh dengan unsur cerita yang
lain, dan watak tokoh dalam itu sendiri (Ginanjar, 2012:15).
Ginanjar (2012:15) menjelaskan tokoh dan penokohan merupakan
salah satu unsur penting dalam prosa. Istilah tokoh digunakan untuk
menunjukan pada orangnya atau pelaku cerita. Istilah penokohan untuk
menujukan pada orangnya atau pelaku cerita. Istilah penokohan untuk
melukiskan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan
dalam sebuah cerita. Tokoh penokohan dibagi menjadi dua, yaitu Tokoh
utama merupakan tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel
yang bersangkutan. Sementara itu, tokoh tambahan adalah tokoh yang
21
tidak sentral kedudukannya dalam cerita tetapi kehadirannya sangat
diperlukan untuk mendukung tokoh utama.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat dijelaskan bahwa
tokoh merupakan pelaku yang mengemban peristiwa dalam suatu cerita
sehingga peristiwa itu mampu menjalin cerita, atau tokoh yaitu pelaku
dalam karya sastra. Tokoh dan penokohan merupakan salah satu unsur
penting dalam prosa. Tokoh digunakan untuk menunjukan para orangnya
atau pelaku cerita sedangkan penokohan untuk melukiskan gambaran
yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.
d. Latar atau setting
Latar atau setting yang disebut dengan landas lampu yang
mengaruh pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan
sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Kadang-
kadang dalam sebuah cerita ditemukan latar yang mempengaruhi
penokohan dan kadang membentuk suasana emosional tokoh cerita,
misalnya cuaca yang ada di lingkungan tokoh memberikan pengaruh
terhadap perasaan tokoh cerita tersebut (Ginanjar, 2012:17)
Setting atau tempat kejadian cerita sering pula disebut latar
cerita.Setting biasanya meliputi tiga dimensi yaitu tempat, ruang, dan
waktu. Setting tidak berdiri sendiri tetapi berhubungan dengan waktu dan
ruang. Setting waktu juga berarti apakah lakon terjadi di waktu siang,
pagi, sore, dan malam hari. Ruang merupakan unsur yang berkaitan
dengan latar. Ruang juga menyangkut tempat dan suasana.
22
Berdasarkan perannya, Nurgiyantoro (2012:314-322) memberikan
bahasa unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu: (1)
Latar tempat yang menyatakan lokasi terjadinya peristiwa yang
diceritakan dalam karya fiksi. Unsur tempat yang digunakan dapat berupa
tempat-tempat dengan nama tertentu, dan lokasi tertentu tanpa nama
jelas; (2) Latar waktu yang berhubungan dengan masalah “kapan”
terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya
sastra, seperti: desa, sungai, jalan, hutan, dll; (3) Latar sosial merujuk
pada hal-hal yang berhubungan sengan perilaku kehidupan sosial
masyarakat disuatu tempt yang diceritakan dalam karya sastra, misalnya
kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara
berfikir dan bersikap. Selanjutnya, Sukirno (2016: 89) menambahkan
bahwa latar cerita terdiri atas latar tempat, latar waktu, latar situasi, dan
latar budaya. Latar tempat dapat berupa alam yang terbuka luas, di dalam
ruang yang luas, dan di ruang yang sempit. Latar waktu dapat
menunjukan pukul, pagi, siang, sore, malam, hari, pekan, bulan, tahun,
zaman. Adapun latar situasi berupa penceritaan situasi hujan, terang,
sibuk, tenang, marah, aman, rusuh, duka, suka, menyendiri, banyak,
orang, dan adat idtiadat masyarakat sekitar.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa latar atau setting adalah tempat terjadinya peristiwa dalam cerita
yang meliputi latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Penulis
23
sependapat sengan Nurgiantoro bahwa latar dibagi menjadi tiga unsur
pokok.
e. Sudut Pandang
Sudut pandang sebagai sarana untuk menyajikan dalam sebuah
karya fiksi kepada pembaca(Nurgiyantoro, 2013:338). Dengan demikian,
sudut pandang pada hakikatnya merupakan strategi, teknik, siasat, yang
secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan
cerita.
Usaha pembagian sudut pandang telah dilakukan oleh banyak
pakar sastra. Namun, pandangan para pakar tersebut pada dasarnya
memiliki pendapat yang sama berkisar pada posisi pengarang sebagai
orang pertama, orang ketiga, atau bahkan campuran. Stanton (dalam
Nurhayati 2012: 19) membagi sudut pandang menjadi empat tipe sebagai
berikut:
1) Aku sebagai tokoh utama, yaitu tokoh utama mengisahkan cerita
dalam kata-katanya sendiri.
2) Aku sebagai tokoh bawahan, yaitu tokoh bawaan yang mengisahkan
ceritanya.
3) Ia sebagai pencerita terbatas, yaitu pengarang mengacu semua tokoh
dalam bentuk orang ketiga (ia atau mereka), tetapi hanya
menceritakan apa yang dapat dilihat, didengar, atau dipikirkan oleh
seorang tokoh.
24
4) Ia sebagai pencerita tak terbatas, yaitu pengarang mengau pada setiap
tokoh dalam bentuk orang ketiga (ia atau mereka) dan menceritakan
apa yang didengar, dilihat, dan dipikirkan oleh beberapa tokoh
seakan-akan menceritakan peristiwa tanpa kehadiran tokoh.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa sudut pandang adalah titik pandang dari sudut mana cerita itu
dikisahkan. Pada cerita dengan sudut pandang, pengarang bertindak
sebagai pencipta segalanya.
f. Amanat
Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang
melalui cerita, baik tersirat maupun tersirat. Pengarang tidak semata-mata
menulis suatu cerita, tetapi juga menyampaikan pesan yang terkandung
dalam cerita itu. Ada dua cara menyampaikan amanat, yaitu secara
tersurat dan tersirat. Penyampaian amanat dalam cerita secara tersurat
atau implisit, yakni pengarang menuliskan pesan-pesan langsung tertulis
dalam cerita itu, biasanya pada bagian akhir cerita.
Adapun penyampaian amanat secara tersirat atau eksplisit.
Umumnya terdapat pada novel mutakhir karena untuk menghindari kesan
menasehati atau menggurui pembaca. Amanat tidak langsung tertulis
dalam cerita, tetapi dapat ditafsirkan dari percakapan tokoh, peristiwa
yang menimpa tokoh, atau akibat yang terjadi pada tokoh dalam akhir
cerita itu.
25
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa amanat
adalah pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui ceritanya.
Amanat yang baik adalah amanat yang mengandung nilai-nilai positif
yang dapat diambil dalam sebuah cerita untuk dijadikan pedoman hidup.
3. Sosiologi Sastra
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
hubungan kemasyarakatan. Damono (1984:6) menjelaskan sosiologi adalah
telaah yang obyektif dan ilmiah tentang manusia dan masyarakat; telaah
tentang lembaga dan proses sosial. Sosiologi berusuran dengan manusia
dalam masyarakat: usaha manusia untuk menyesuaikan diri dan usahanya
untuk mengubah masyarakat.
Pada hakikatnya sosiologi sastra mempunyai pemahaman terhadap
karya sastra dengan aspek-aspek kemasyarakatan sekaligus hubungannya
dengan masyarakat yang melatarbelakanginya. Faruk (2016:1) menjelaskan
aspek sosiologi dikatakan berhubungan dengan konsep stabilitas sosial,
kontinuitas yang terbentuk antar masyarakat yang berbeda, cara-cara yang
dengannya individu-individu menerima lembaga-lembaga sosial yang utama
sebagai suatu hal yang memang diperlukan dan benar.
Pendekatan terhadap karya sastra yang mempertimbangkan aspek-
aspek kemasyarakatan tentang sosial dan proses sosialnya disebut sosiologi
sastra. pendekatan jenis ini dikhususkan mempelajari masyarakat dan isinya.
Selain itu, pendekatan ini juga menjabarkan tentang bagaimana masyarakat
itu berkembang. Sebuah karya sastra diciptakan oleh pengarang bukan untuk
26
menjelaskan dan menggambarkan masyarakat secara utuh, tetapi sebagai
bahan acuhan terhadap keadaan masyarakat tertentu, disebabkan pengarang
lebih sering mempengaruhi pemilihan dan pemilihan fakta-fakta sosial
dalam karyanya sendiri.
Muslimin (2011:130) mengatakan sosiologi sastra merupakan
pendekatan yang bertolak dari orientasi kepada semesta, namun bisa juga
bertolak dari orientasi kepada pengarang dan pembaca. Menurut pendekatan
sosiologi sastra, karya sastra dilihat hubungannya dengan kenyataan, sejauh
mana karya sastra itu mencerminkan kenyataan. Kenyataan disini
mengandung arti yang cukup luas, yakni segala sesuatu yang berada di luar
karya sastra dan yang diacu oleh karya sastra.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
sosiologi sastra adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang lingkungan
masyarakat yang mengenai lembaga dan proses sosial. Sosiologi sastra
mempertimbangkan aspek-aspek kemasyarakatan tentang sosial dan proses
sosialnya.
4. Aspek-aspek Sosiologi Sastra
Dalam penelitian ini, peneliti mengidentifikasi karya sastra yang
menekankan pada aspek-aspek sosial yang meliputi kekerabatan, cinta kasih,
moral, pendidikan, ekonomi dan religi. Adapun aspek-aspek sosial antara
lain:
27
a. Kekerabatan
Kekerabatan berasal dari kata kerabat yang artinya yang dekat
(pertalian keluarga). Kekerabatan merupakan unit-unit sosial yang
terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau
hubungan perkawinan (Sugono dkk, 2013: 673).
b. Cinta Kasih
Cinta kasih merupakan bentuk hubungan yang selaras dan tulus
dari hati manusia. Bentuk cinta kasih ada beberapa macam, yakni cinta
kasih orang tua kepada anak-anaknya dan begitu juga dengan
sebaliknya cinta kasih terhadap sesama, dan cinta kasih sepasang
manusia karena rasa asmara. Cinta adalah suatu kegiatan, dan bukan
merupakan pengaruh yang pasif. Kasih sayang adalah suatu kondisi
yang merupakan pertumbuhan lebih lanjut dari cinta. Cinta berarti (1)
sekali sekali, sayang benar; (2) kasih; (3) ingin sekali; berharap sekali;
berharap sekali; rindu; (4) susah hati (khawatir), (Sugono dkk, 2013:
268). Kasih adalah perasaan kasih sayang atau perasaan suka kepada
orang lain. Kasih adalah sayang, (cinta, suka kepada) (Sugono dkk,
2013: 631).
c. Moral
Moral adalah baik buruk yang diterima umum mengenai
perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti. (Sugono dkk, 2013:
929). Bermoral mempunyai pertimbangan baik buruk; berakhlak baik
sesuai dengan moral.
28
d. Pendidikan
Pendidikan merupakan saran untuk mengembangakan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bngsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pendidikan adalah proses akulturasi anggota masyarakat yang masih
muda oleh anggota-anggota masyarakat yang lebih tua. Pendidikan itu
bersifat sadar, internasional, dan dilakukan dengan sengaja. Pendidikan
masyarakat adalah pendidikan yang ditunjukan kepada orang dewasa
termasuk pemuda luar batas umur tertinggi kewajiban belajar, dan
dilakukan di luar lingkungan dan sistem pengajaran sekolah-sekolah
biasa (Sugono dkk, 2013:326).
e. Ekonomi
Ekonomi berarti ilmu tentang asas-asas produksi, distribusi, dan
pemakaian barang-barang serta keyakinan pemanfaatan uang, tenaga;
waktu dan sebagainya yang berharga, tata kehidupan perekonomian,
urusan keuangan rumah tangga (Sugono dkk, 2013: 355).
f. Religi
Religi adalah hal yang bersifat religius yang mengacu pikiran,
perkataan dan tindakan seseorang yang selalu berdasarkan pada nilai-
nilai ketuhanan atau ajaran agama yang dianutnya. Religi erat
29
hubungannya dengan keyakinan dan kepercayaan terhadap Tuhannya.
(Sugono dkk, 2013: 1159).
5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran di SMA
Pada dasarnya pembelajaran sastra di sekolah, khususnya di SMA
hendaknya melibatkan keaktifan siswa dalam menggali sastra. Dengan
adanya novel sebagai salah satu bentuk karya sastra, bisa dijadikan sebagai
salah satu bahan ajar di SMA. Novel sebagai bahan ajar di SMA, memiliki
kelebihan yaitu karya sastra (novel) tersebut cukup mudah dinikmati sesuai
dengan kemampuan setiap individu.
a. Pengertian Pembelajaran Sastra
Pembelajaran merupakan proses, cara, perbuatan menjadikan
orang atau makhluk hidup belajar. Proses belajar mengajar biasanya
dilakukan dengan fasilitas yang lengkap. Pembelajaran sastra
(Indonesia) di sekolah tidak berdiri sendiri sebagai sebuah mata
pelajaran yang mandiri, melainakn “hanya” menjadi bagian mata
pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Nurgiyantoro (2014:449)
menjelaskan sastra merupakan karya seni yang bermediakan bahasa
yang unsur-unsur keindahan menonjol. Untuk memahami sastra dengan
baik, disamping penguasaan terhadap kode bahasa, diperlukan juga
pengetahuan tentang kode sastra dan kode budaya.
Bahasa yang digunakan dalam sastra menunjukan ragam
tertentu. Rusyana (1984:312) bahasa sastra bersifat konotatif, bertalian
30
dengan nilai. Mengadung arti lengkap, mengandung hal-hal yang
bertalian dengan peristiwa, kenangan dan asosiasi.
Pembelajaran sastra disamping berbicara tentang sejarah dan
teori sastra, perlu diarahkan tentang pembinaan apresiasi sastra yang
mencakup adanya pemberian kesempatan untuk berkreasi dan mencoba
menciptakan karya sastra sendiri. Sastra dipelajari strukturnya, untuk
mengetahui lapisan-lapisan yang terdapat di dalamnya (Rusyana
1984:312).
Dari uraian di atas dapat di sampaikan bahwa pembelajaran
sastra adalah suatu aktifitas atau kegiatan yang mengorganisasikan
untuk menyusun dan menguji suatu rencana atau program yang
memungkinkan timbulnya proses belajar pada diri siswa.
b. Tujuan Pembelajaran Sastra
Rusyana (1984:314) menjelaskan tujuan pembelajaran sastra
untuk mengapresiasi nilai-nilai yang terkandung dalam sastra yaitu
pengenalan dan pemahaman yang tepat terhadap nilai sastra, dan
kegairahan kepadanya, serta kenikmatan yang timbul sebagai akibat
dari semua itu. Untuk memperoleh kenikmatan yang mendalam,
tentulah juga perlu pemahaman terhadap sastra, oleh karena itu
pengajaran sasta bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang
sastra.
Kejelasan tujuan pembelajaran sastra penting sebab akan
memberikan acuan bagi pemilihan bahan yang sesuai. Pembelajaran
31
sastra harus diarahkan kepada pembinaan apresiasi sastra peserta didik
agar anak memiliki kesanggupan untuk memahami, menikmati, dan
menghargai suatu cipta sastra. Selain itu, pembelajaran sastra diadakan
di sekolah mempunyai tujuan untuk keterampilan berbahasa,
meningkatkan pengetahuan, mengembangan cipta dan rasa, serta
menunjang pembentukan watak.
c. Fungsi Pembelajaran Sastra
Menurut Rahmanto (1988: 16-25), fungsi pembelajaran sastra
penting untuk membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan
kemampuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan daya
menunjang pembentukan watak.
1) Membantu Keterampilan Berbahasa
Membantu keterampilan berbahasa maksudnya adalah
sastra dapat sebagai penunjang empat keterampilan berbahasa yaitu
(1) menyimak, (2) berbicara, (3) membaca, (4) menulis. Dalam
pembelajaran sastra siswa dapat melatih keterampilan menyimak
dengan mendengarkan suatu karya yang dibacakan oleh guru,
teman, atau melalui pita rekaman. Siswa dapat melatih
keterampilan berbicara dengan ikut berperan dalam suatu drama.
Siswa juga dapat meningkatkan keterampilan membaca dengan
membacakan puisi atau prosa, siswa dapat mendeskripsikan dan
kemudian menuliskan hasil diskusinya sebagai latihan
keterampilan.
32
2) Meningkatkan kemampuan budaya
Sastra tidak seperti halnya ilmu kimia atau sejarah, tidak
menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam bentuk, jadi sastra
berkaitan erat dengan aspek manusia dan alam dengan
keseluruhannya. Setiap karya sastra selalu menghadirkan sesuatu
dan keraap menyajikan banyak hal apabila dikhayati benar-benar
akan semakin membantu pengetahuan orang yang menghayatinya.
Pengetahuan dalam hal ini mengandung suatu pengertian
yang luas. Dengan berbagai cara, kita dapat menguraikan dan
menyerap pengetahuan semacam itu dalam karya sastra sebagai
contoh, yaitu mengungkapkan fakta-fakta dari sumber lain untuk
memahami situasi dan problematika khusus yang dihadirkan
dalam, suatu karya sastra.
Sebenarnya yang terpenting dalam hal ini adalah bahwa
karya sastra dapat merangsang siswa untuk mengajukan
pernyataan-pernyataan yang relevan. Dengan demikian, mereka
diharapkan sampai pada pemahaman masalah yang sebenarnya,
baik dengan cara membaca suatu karya sastra maupun dengan cara
membaca penelitian.
3) Mengembangkan cipta dan karsa
Dalam hal pembelajaran sastra kecakapan yang perlu
dikembangkan adalah yang bersifat indra, penalaran, afektif dan
sosial, serta dapat ditambahkan bagi yang bersifat sosial.
33
a) Indra
Pembelajaran sastra dapat digunakan untuk
memperluas pengungkapan apa yang diterima oleh panca
indra seperti indra penglihatan, indra pendengaran, indra
pengecapan, dan indra peraba.
b) Penalaran
Proses berfikir logis banyak ditentukan oleh hal-hal
seperti ketetapan pengertian, ketetapan intepretasi kebahasaan,
klasifikasi, dan pengelompokan data, penentuan sebagai
pilihan, serta formulasi rangkaian tindakan yang tepat.
Pengajaran sastra juga meliputi kecakapan-kecakapan pilihan
seperti dugaan, kebiasaan, tradisi, dorongan dan sebagainya.
c) Perasaan
Perasaan jelas merupakan suatu elemen yang sangat
rumit dalam tingkah laku manusia. Sehubungan dengan
perasaan, dapat ditegaskan bahwa sastra dapat menghadirkan
berbagai problem atau situasi yang merangsang tanggapan
perasaan atau tanggapan emosional.
d) Kesadaran sosial
Sastra merupakan pengayaan tidak ternilai untuk
menunjang kesadaran sosial ini. Para penulis kreatif biasanya
memiliki daya imajinasi dan kesanggupan yang luar biasa
34
untuk mengidentifikasikan dirinya dengan orang lain dan
menerobos suatu masalah serta mengenali intinya.
4) Menunjang pembentukan watak
Sastra mempunyai kemungkinan yang lebih banyak untuk
mengatur siswa mengenal seluruh rangkaian kemungkinan hidup
manusia seperti, pendidikan, cinta kasih, ekonomi, kekerabatan.
Dengan pembelajaran sastra, siswa dipertemukan dengan berbagai
kesempatan untuk menelusuri pengalaman-pengalaman yang terus
mengalir. Pengalaman itu merupakan baik bagi kehidupan siswa di
masa mendatang.
d. Pemilihan bahan pembelajaran sastra
Bahan pembelajaran sastra dapat dibedakan ke dalam dua
golongan, yaitu bahan apresiasi langsung dan apresiasi tidak langsung.
Nurgiyantoro (2014: 452-453) menjelaskan bahan pengetahuan
apresiasi tentang sastra memang penting. Namun, kedudukannya yang
hanya untuk membantu keberhasilan pembelajaran apresiasi, capaian
kompetensi bersastra, maka ia harus dibatasi dan tidak diutamakan
sehingga menggeser kedudukan pembelajaran apresiasi yang bersifat
langsung.
Dalam pembelajaran apresiasi sastra siswa dibimbing untuk
membaca dan memahami, mengenali berbagai unsurnya yang khas,
menunjukan kaitan diantara berbagai unsur, menunjukan keindahan,
menunjukan berbagai pengalaman dan pengetahuan yang dapat
35
diperoleh. Bahan pembelajaran yang akan disajiakan kepada siswa
haruslah sesuai dengan kemampuan siswanya yang berdasarkan pada
tahapan pembelajaran tertentu. Guru harus dapat memilki bahan ajar
yang tepat sesuai dengan perkembangan siswa.
e. Pembelajaran Novel Rudy karya Gina S. Noer di Kelas XII SMA
Berdasarkan Kurikulum 2013 mata pelajaran bahasa dan sastra
Indonesia, pembelajaran sastra di kelas XII SMA antara lain:
kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pembelajaran, alokasi waktu,
dan sumber belajar.
1) Kompetensi Inti
Kompetensi inti dalam penelitian ini adalah memahami,
menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minat untuk memecahkan masalah;
2) Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar dalam penelitian ini adalah menganalisis
teks cerita sejarah, berita iklan, editorial/opini, dan cerita fiksi
dalam film baik melalui lisan atau tulisan;
36
3) Indikator
Indikator merupakan kompetensi dasar secara sepesifik
yang dapat dijadikan ukuran untuk mengetahui ketercapaian
pembelajaran. Indikator berfungsi sebagai tanda-tanda yang
menunjukan terjadinya perubahan sikap siswa. Indikator secara
pelaksanaan pembelajaran dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
a) Menjelaskan unsur intrinsik dalam novel;
b) Menjelaskan hubungan peran tokoh dalam novel;
c) Menjelaskan rencana pelaksanaan pembelajaran.
4) Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran berisi penugasan kompetensi yang
operasional yang ditargetkan/dicapai dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran. Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk
pernyataan yang operasional dari kompetensi dasar. Apabila
rumusan kompetensi dasar sudah operasional, rumusan tersebut
yang dijadikan dasar dalam merumuskan tujuan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran dapat terjadi atas sebuah tujuan atau beberapa
tujuan.
5) Mareri Pembelajaran
Materi pembelajaran adalah materi yang digunakan untuk
mencapai tujuan pembelajaran dan indikator. Materi dikutip dari
materi pokok yang ada dalam silabus. Materi pokok tersebut
37
kemudian dikembangkan menjadi beberapa uraian materi. Untuk
memudahkan penetapan uraian materi dapat diacu diindikator.
6) Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang
telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan
dengan situasi dan konisi peserta didik, serta karakteristik dari
setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap
mata pelajaran.
Di dalam memilih metode pembelajaran guru yang
bersangkutan dapat memilih metode yang baik, tepat, sesuai,
dengan tujuan, bahan, dan keadaan siswa. Untuk menghindari agar
siswa tidak jenuh dalam menerima pelajaran, guru dalam mengajar
mengguanakan metode yang beragam secara maksimal.
Metode kuantum adalah kiat-kiat, petunjuk, metode, dan
seluruh proses yang dapat menghemat waktu untuk mempercepat
dan mengoptimalkan hasil belajar yang menyenangkan dan
bermanfaat serta sebagai obat penawar yang menghidupkan dan
memperkuat kembali kegembiraan dan kecintaan belajar.
(DePorter dan Hernacki dalam Sukirno, 2013:9)
Jadi, metode kuantum adalah pembelajaran sastra
khususnya novel terlaksana dengan langkah yang merupakan
38
pokok pembelajaran yang memuat aktivitas menimbulkan
pemahaman minat siswa, memahami secara langsung melalui
kagiatan menamai hasil kerja berdasarkan masukan teman
kelompok dan saran serta catatan dari guru, dan menyerahkan hasil
kerja dalam bentuk lomba.
7) Alokasi Waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar
didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata
pelajaran per-minggu dengan mempertimbangkan jumlah
kompetensi dasar, keluasa, kedalaman, tingkat kesulitan, dan
tingkat kepentingan kompetensi dasar.
8) Sumber Belajar
Sumber belajar adalah berbagai atau semua sumber baik
yang berupa data, orang dan wujud tertentu yang digunakan oleh
siswa dalam belajar baik secara terpisah maupun terkombinasi
sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajar.
Sumber belajar yang bisa dijadikan acuan pembelajaran
dapat berupa: buku pelajaran yang wajib, buku yang sesuai, kamus,
media cetak (surat kabar, majalah), media elektronik (radio, kaset,
tv), lingkungan (alam, sosial budaya), narasumber langsung,
pengalaman peserta didik, dan hasil karya sastra (puisi, cerpen,
naskah drama, novel, dll).
39
BAB III
METODE PENELITIAN
Arikunto (2010: 203) menjelaskan bahwa metode penelitian adalah cara
teratur yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. Penelitian
ini menggunakan metode deskriptif kualitataif karena peneliti menggunakan kata-
kata bukan angka.
Di bawah ini dipaparkan sumber penelitian, objek penelitian, teknik
pengumpulan data, instrument, teknik analisis dan teknik penyajian data.
A. Sumber Data
Sumber data penelitian adalah subjek dari mana data itu diperoleh
(Arikunto, 2010: 172). Sumber data adalah subjek yang dijadikan bahan dalam
penelitian karena dari bahan tersebut dapat diperoleh bahan penelitian.
Sumber data dalam penelitian ini berupa novel Rudy karya Gina S. Noer,
diterbitkan oleh Bentang dan THC Mandiri di Yogyakarta.Cetakan keenam
pada bulan Juli 2016 dengan tebal 298 halaman.
B. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah apa saja yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian (Arikunto, 2010: 161). Objek dalam penelitian ini adalah aspek
sosiologi sastra yang terdapat dalam novel Rudy karya Gina S. Noer, terdiri
atas kekerabatan, cinta kasih, moral, pendidikan, ekonomi, dan religi.
C. Fokus Penelitian
Fokus penelitin adalah batasan masalah penelitian kualitatif yang berisi
pokok masalah yang masih bersifat umum (Sugiyono, 2015:285-285).
40
Penelitian ini difokuskan pada aspek-aspek sosiologi sastra novel Rudy karya
Gina S. Noer yang meliputi unsur intrinsik yang terdiri atas tema, alur atau
plot, tokoh dan penokohan, latar atau setting, sudut pandang, amanat. Aspek
sosiologi sastra dalam novel yang meliputi kekerabatan, cinta kasih, moral,
pendidikan, ekonomi, religi, dan rencana pelaksanaan pembelajaran di kelas
XII SMA.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
pustaka. Teknik pustaka adalah teknik pengumpulan data dengan
menggunakan sumber-sumber tertulis.
Langkah-langkah yang digunakan dalam pengumpulan data adalah
sebagai berikut.
1. Membaca novel Rudy karya Gina S. Noer;
2. Menandai keseluruhan novel yang mengandung unsur intrinsik dan aspek
sosiologi sastra dalam novel Rudy karya Gina S. Noer;
3. Mencatat data-data yang diperoleh sesuai dengan objek kajian ke dalam
kartu pencatat data.
E. Instrument Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam pengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya
lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap serta sistematis sehingga lebih
41
mudah diolah (Arikunto, 2010:203). Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah peneliti sebagai unsur utama yang dibantu dengan alat
tulis kertas percatat data dan alat tulisnya. Kertas pencatat data dipergunakan
untuk mencatat data hasil dari pembacaan novel. Berikut ini disajikan kartu
pencatat data sebagai berikut.
Tabel 3.1
Kartu Pencatat Data Unsur Intrinsik Novel Rudy Karya Gina. S Noer
No. Unsur Intrinsik Data Halaman
1. Tema
2. Alur atau plot
3. Tokoh dan penokohan
4. Latar atau setting
5. Sudut pandang
6. Amanat
Tabel 3.2
Kartu Pencatat Data Aspek Sosiologi Novel Rudy Karya Gina. S Noer
No. Aspek Sosiologi Data Halaman
1. Aspek kekerabatan
2. Aspek cinta kasih
3. Aspek moral
4. Aspek pendidikan
5. Aspek ekonomi
6. Aspek religi
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan
bahan-bahan lain sehingga dapat dengan mudah dipahami dan semuanya dapat
diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono, 2015;134). Penelitian ini
merupakan penelitian yang bersifat kualitatif dengan menggunakan teknik
analisis isi (content analysis). Teknik analisis isi (content analysis) adalah
42
strategi untuk mengungkap pesan karya sastra (Endraswara, 2013: 161). Data
yang digunakan dalam penelitian ini berupa kutipan-kutipan yang berasal dari
sumber data. Berdasarkan hal tersebut, langkah-langkah yang ditempuh dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. menganalisis data unsur intrinsik novel Rudy karya Gina S. Noer;
2. menganalisis aspek sosiologi sastra yang terdapat dalam novel Rudy karya
Gina S. Noer;
3. menganalisis rencana pelaksanaan pembelajaran;
4. mencatat hasil analisis data ke dalam kartu pencatatnya.
G. Teknik Penyajian Hasil Penelitian
Sudaryanto (2015: 240-241) menyatakan teknik penyajian data ada dua
teknik, yaitu penyajian data yang bersifat informal dan penyajian data yang
bersifat formal. Penyajian data informal adalah perumusan dengan kata-kata
biasa, walaupun dengan termonologi yang teknis sifatnya, sedangkan
penyajian data formal adalah perumusan dengan apa yang umum dikenal
sebagai tanda dan lambang-lambang menggunakan teknik analisis isi (content
analysis). Dengan penyajian analisis informal, penulis menyajikan hasil
analisis yang berupa aspek-aspek sosial novel Rudy karya Gina S. Noer yang
meliputi aspek kekerabatan, cinta kasih, moral, pendidikan, ekonomi, religi
dan rencana pelaksanaannya di kelas XII SMA, dipaparkan dengan kata-kata
biasa tanpa menggunakan lambang dan bilangan.
43
BAB IV
PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA
Bab ini berisis penyajian data dan pembahasan data yang meliputi unsur intrinsic,
aspek sosiologi sastra dan rencana pelaksanaan pembelajaran novel Rudy karya
Gina S. Noer.
A. Penyajian Data
Penyajian data yang terdapat dalam penelitian ini merupakan gambaran
tentang masalah-masalah yang akan dibahas dalam pembahasan data. Adapun
data penelitian berupa unsur-unsur intrinsik, aspek sosiologi sastra, rencana
pelaksanaanpembelajaran novel Rudy karya Gina S. Noer di SMA.
1. Unsur Intrinsik Novel Rudy Karya Gina S. Noer
Unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Rudy Karya Gina S.
Noer meliputi tema, alur, tokoh dan penokohan, latar, dan amanat yang
disampaikan kepada pembaca. Data selengkapnya dapat dilihat dari Tabel
4.1 berikut ini.
Tabel 4.1
Unsur Intrinsik dalam novel Rudy Karya Gina S. Noer
No. Unsur Intrinsik Data Halaman
1. Tema
a. Mayor Perjuangan laki-laki 194-195,
171-172
b. Minor 1) Masalah pindah-pindah sekolah 79
2) Masalah keuangan keluarga 131
3) Masalah Indonesia mengalami krisis 177-178
4) Masalah mengalami penyakit serius 200
2. Alur Campuran
44
a. Tahap
Penyituasian
Keluarga Rudy mengungsi 44, 45
b. Tahap
Pemunculan
Konflik
1) Papi meninggal dunia
2) Rudy dikirim ke Jakarta
65
69
c. Tahap
Peningkatan
Konflik
1) Rudy menyembunyikan kesulitan
keuangan
2) Seminar Pembangunan tidak dibiayai
sepeserpun
155
188
d. Tahap
Klimaks
Rudy sakit parah dan sempat meninggal
dunia di Jerman
199, 200,
203
e. Tahap
Penyelesaian
Rudy menikah dengan Ainun 253
3. Tokoh dan
Penokohan
a. Tokoh
Utama
Rudy: Keras kepala 101, 127
b. Tokoh
Tambahan
1) Mami: Keras kepala dan penyayang 69
2) Papi: Bijaksana dan penyayang 49
3) Junus Efendi Habibie: Keras kepala dan
penyayang
48, 49
4) Paul Pascol: Ingin tahu 22
5) Sri Redjeki Chasanah: Penurut dan
bertanggung jawab
86-87,
163
6) Lim Keng Kie: Baik dan perduli 131, 163
7) Paman Subarjo: Baik hati 76, 77
8) Kepala Sekolah SMA Kristen: Tegas 79-80
9) Koo Tiang Hui: Jahil 89
10) Pegawai P & K: Tegas dan baik hati 101
11) Ainun: Kritis 240
12) Mohammad Besari: Perhatian 252
13) Ibu Wirtin: Perduli dan penyayang 180
14) Prof. Hans Ebner: Tegas 196
15) Ilona: Baik hati 205
16) Romo Mangun: Berwibawa 219
17) Arils F. Reksoprodjo: Blak-blakan 245
4.
Latar
a. Latar 1) Bandar Udara Kemayoran 102
45
Tempat
2) Pantai Lumpue 13
3) Ruang Makan 18
4) Kamar 19-20,
75,106,
25
5) Tanjung Priok 75
6) Sekolah 21
7) Teras 26
8) Bandar Udara Kairo, Mesir 32
9) Gorontalo 54, 55
10) Teteaji 44
11) Lanrae 45, 46
12) Sungai 48
13) Depan Rumah 48
14) Mata Air 49
15) Kapal 53, 55,
70, 71
16) Pelabuhan Makasar 70
17) Jakarta 77
18) Ruang Tamu 77
19) Bandung 78
20) ITB 95, 98,
100
21) Hotel Amstel 106
22) Jerman 107, 118,
155, 108
23) RWTH-Aachen 117, 108,
116, 125
24) Mensa Academia 125
25) Gereja 130
26) Bungker 136
27) Ruang Kampus 145
28) Rumah Sakit Krotzingen 204
29) Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo 242
b. Latar Waktu 1) Pagi Hari 83, 97,
139, 158,
163, 199,
204, 251
2) Siang Hari 31, 204,
216-217
3) Sore Hari 13, 64,
70, 86,
135, 172,
242
46
4) Malam Hari 35, 96,
106, 125,
199, 200,
237, 238,
239, 242
c. Latar
Suasana
1) Kebahagiaan 49,253
2) Kesedihan 199, 200
3) Kecemasan 28
4) Kemarahan 217
5) Menegangkan 28, 43-44
6) Penuh Keributan 217, 187
5. Sudut Pandang Sudut pandang orang ketiga 70
6. Amanat a) Jangan pernah menilai orang lain dari
sisi luarnya saja.
120
b) Jangan pernah mengeluh meski sedang
menghadapi kesulitan.
156
c) Jangan mudah putus asa dalam
menggapai cita-cita.
122
2. Aspek Sosiologi Sastra Novel Rudy Karya Gina S. Noer
Aspek sosiologi sastra yang terdapat pada novel Rudy Karya Gina S.
Noer meliputi aspek kekerabatan, aspek cinta kasih, aspek moral, aspek
pendidikan, aspek ekonomi dan aspek religi. Data selengkapnya dapat
dilihat dari Tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2
Aspek Sosiologi dalam novel Rudy Karya Gina S. Noer
No.
Aspek Sosiologi
Sastra
Data Halaman
1. Aspek
Kekerabatan
a) Mami dengan Rudy 33, 207
b) Papi dengan Rudy 19, 49
c) Rudy dengan Sri 86-87
d) Rudy dengan Ainun 253
2. Aspek Cinta
Kasih
a) Cinta kasih terhadap keluarga 33,49,20,
86-87
47
b) Cinta kasih terhadap teman 22,131, 150,
253
3. Aspek Moral a) Bersyukur 29
b) Silaturahmi 84
c) Penurut 120
d) Keras kepala 127
e) Menghormati 168
4. Aspek
Pendidikan
a) Sekolah di Concordante HBS 69
b) Kuliah di Universitas Indonesia 95
c) Melanjutkan studi S-2 171
d) Melanjutkan studi S-3 208
5. Aspek Ekonomi a) Perekonomian keluarga tidak sebaik
dulu
68
b) Di Aachen menjadi bagian kelas
bawah
117
c) Menyelesaikan kuliah secepatnya di
tengah keuanggan sering telat
127
d) Berbisnis 157
e) Menggadaikan perhiasan 162
6. Aspek Religi a) Mengaji 17
b) Belajar mengaji 32
c) Shalat 64,129,130,
158, 218
d) Berpegang pada doa 71
e) Berdoa 125,129-130
f) Cara mendidik anak menurut
pandangan islam
240
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Novel Rudy Karya Gina S. Noer di
SMA
Dalam rencana pelaksanaan pembelajaran sastra di sekolah khususnya
kelas XII SMA dipilih novel sebagai bahan pembelajaran. Rencana
pelaksanaan pembelajaran sosiologi sastra novel disusun oleh penulis
disajikan dalam tabel di bawah ini.
48
Tabel 4.3
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Sosiologi Sastra Novel Rudy Karya
Gina S. Noer di Kelas XII SMA
No. Komponen Data
a. Komonen Inti Aspek sosiologi sastra pada novel
b. Kompetensi
Dasar
Pembelajaran unsur intrinsik dan sosiologi sastra pada
novel Rudy Karya Gina S. Noer
c. Indikator 1) Siswa mampu menganalisis unsur intrinsik novel
Rudy Karya Gina S. Noer
2) Siswa mampu menganalisis aspek sosiologi sastra
novel Rudy Karya Gina S. Noer
d. Tujuan
Pembelajaran
1) Siswa dapat menganalisis unsur intrinsik novel Rudy
Karya Gina S. Noer
2) Siswa dapat menganalisis aspek sosiologi sastra novel
Rudy Karya Gina S. Noer
e. Alokasi Waktu 4 x 45 menit (2x pertemuan)
f. Materi
Pembelajaran
Pembelajaran unsur intrinsik dan aspek sosiologi sastra
novel Rudy Karya Gina S. Noer
g. Metode
Pembelajaran
Quantum learning menggunakan enam langkah pokok
TANDUR, yaitu: tumbuhkan, alami, namai,
demonstrasikan, ulangi, dan rayakan
h. Sumber Belajar 1) Buku Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas XII
2) Buku Pelengkap (penunjang) novel
i. Langkah
Pembelajaran
Pertemuan I
1) Kegiatan Awal
a) Guru membuka pelajaran dengan salam
b) Guru mengecek kehadiran siswa (absensi)
c) Guru memotivasi siswa tentang pentingnya materi
yang akan dibahas
d) Guru menyampaikan kompetensi dasar dan
indikator pencapaian yang harus dikuasai
e) Guru bertanya kepada siswa mengetahui
gambaran umum novel
2) Kegiatan Inti
Fase “Tumbuhkan”
a) Guru menampilkan profil Gina S. Noer dan
karya-karyanya dengan menggunakan audio-
visual
b) Guru menumbuhkan minat siswa dengan cara
menjelaskan manfaat pembelajaran novel bagi
kehidupan siswa
c) Guru mempresentasikan materi dengan media
powerpoint mengenai unsur intrinsik novel dan
49
ragam aspek sosiologi
d) Siswa mengamati contoh penggalan novel yang
mengandung aspek sosiologi
Fase “Alami”
a) Siswa membentuk kelompok
b) Setiap kelompok dibagikan sinopsis dan diminta
untuk membacanya
c) Siswa beserta guru merencanakan berbagai
prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan
berdasarkan topik, yaitu menentukan unsur
intrinsik yang terdapat dalam novel, dengan
memberikan kutipan yang menunjukan unsur
intrinsik
Fase “Namai”
Setiap kelompok menyajiakn presentasi yang
menarik sehingga, semua kelompok mengetahui
macam-macam unsur intrinsik yang terdapat dalam
kumpulan novel yang telah dianalisis
3) Kegiatan Akhir
a) Siswa dan guru menyimpulkan hasil
pembelajaran yang telah berlangsung
b) Semua kelompok mengumpulkan hasil
investigasi kelompoknya
c) Guru memotivasi siswa untuk meneladani
karakter positif yang terdapat di dalam novel
Rudy Karya Gina S. Noer
d) Guru memberikan tugas rumah kepada siswa
untuk menganalisis aspek sosiologi sastra di
rumah
e) Guru mengucapkan salam penutup
Pertemuan II
1) Kegiatan Awal
a) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa
mengenai materi yang telah dibahas pada
pertemuan sebelumnya
b) Guru menyampaikan refleksi mengenai
kekurangan yang masih ditemukan di dalam
hasil pembelajaran sebelumnya
2) Kegiatan Inti
Fase “Demonstrasi”
Setiap siswa diminta untuk mengemukakan pendapat
hasil pekerjaan rumahnya berupa analisis aspek
sosiologi sastra novel Rudy Karya Gina S. Noer
Fase “Ulangi”
Siswa memperbaiki analisisnya sesuai dengan saran
50
yang diberikan oleh temannya
Fase “Rayakan”
Siswa yang memperoleh nilai tertinggi memiliki
kesempatan untuk membacakan hasil analisisnya di
depan kelas dan analisis tersebut dapat dipajang di
dinding kelas
3) Kegiatan Akhir
a) Guru menyampaikan simpulan pembelajaran
b) Guru memberikan pesan kepada siswa agar
meneladani sikap tokoh yang memiliki akhlak
mulia yang ada dalam novel Rudy Karya Gina S.
Noer
j. Media
Pembelajaran
1) Media Elektronik (LCD dan Leptop)
2) Buku-buku yang relevan dengan materi pembelajaran
3) Kamus Bahasa Indonesia
4) Program Powerpoint
k. Evaluasi 1) Teknik penilaian dalam pembelajaran ini
menggunakan teknik tes tertulis
2) Bentuk tes dalam pembelajaran ini menggunakan tes
tertulis berupa uraian dengan tes esai berupa uraian
B. Pembahasan Data
Dalam pembahasan penulis membagi menjadi 3 sub bab, yakni (1)
unsur intrinsik novel Rudy Karya Gina S. Noer; (2) aspek sosiologi sastra
novel Rudy Karya Gina S. Noer; (3) rencana pelaksanaan pembelajaran di
SMA.
1. Unsur Intrinsik dalam Novel Rudy Karya Gina S. Noer
Unsur intrinsik yang peneliti analisis dalam novel Rudy Karya
Gina S. Noer antara lain meliputi tema, alur, tokoh dan penokohan, latar,
sudut pandang, dan amanat. Pada bagian ini disajikan analisis unsur
intrinsik novel Rudy Karya Gina S. Noer sebagai berikut.
51
a. Tema
Tema merupakan makna keseluruhan yang didukung cerita
dengan sendirinya ia akan tersembunyi dibalik cerita yang
mendukungnya. Penulis memaparkan tema dalam novel Rudy Karya
Gina S. Noer yaitu tema mayor dan minor.
1) Tema Mayor
Tema mayor merupakan makna cerita dalam karya fiksi yang
menjadi dasar atau gagasan umum karya itu, mungkin dapat lebih
dari satu interpretasi. Tema mayor yang terdapat dalam novel Rudy
Karya Gina S. Noer, yang menjadi masalah utama adalah masalah
perjuangan laki-laki. Dia adalah Rudy, ia adalah seseorang yang
akan memajukan Indonesia.
“Anda mau terus mengadakan proyek dengan Indonesia, kan,
Pak?”
“Iya, tetapi ada hubungannya dengan kamu?”
“Saya masa depan Indonesia.”
“Kenapa kamu yakin?”
“Karena saya muda dan anak muda adalah masa depan. Cikal
bakal masa depan dan kalau kamu bantu saya Insya Allah
dunia itu tidak buta dan tuli, kita tidak akan lupakan.”
(Halaman: 194-195)
Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan tokoh Rudy
menegaskan bahwa ia merupakan masa depan Indonesia, karena ia
anak muda dan anak muda merupakan masa depan. Cikal bakal masa
depan Indonesia. Selain itu, Rudy juga memiliki cita-cita agar dapat
berguna bagi Indonesia. Hal tersebut digambarkan dalam kutipan
berikut.
52
“Kalau kamu pikir keadaan bangsamu fluktiaktif, sedangkan
kamu ingin membuat pesawat, mengapa kamu tak terus
menetap di sini saja? Kau bisa melakukan apa saja di sini,
Rud.”
“Ya, tak bisa begitu, dong! Aku harus kembali ke Indonesia,”
Rudy langsung memelotot.
“Lho, kenapa? Kan, kamu cerita kalau kamu tak terikat
beasiswa dengan pemerintah,” balas kawan Jermannya.
“Tetapi, aku mau jadi‟mata air‟. Jadi orang yang berguna.”
“Memang kau tak akan berguna di sini? Tanya dia lagi.
Rudy menggelang. “Berguna untuk Indonesia. Bukan untuk
Jerman.” (Halaman:171-172)
Berdasarkan kutipan di atas, pengarang menggambarkan
bahwa Rudy sedang bercerita dengan teman Jermannya. Ia hanya
ingin berguna dan memajukan Indonesia, bukan untuk Jerman.
2) Tema Minor
Tema minor adalah tema tambahan yang terdapat dalam
novel sebagai pelengkap dari tema mayor. Dalam novel Rudy Karya
Gina S. Noer ada beberapa tema minor atau masalah-masalah
sebagai pelengkap atau tambahan dalam cerita mayor, antara lain
sebagai berikut.
a) Masalahberpindah-pindah sekolah
Pada novel Rudy karya Gina S. Noer permasalahan yang
dialami Rudy adalah berpindah-pindah sekolah. Hal tersebut
dapat dilihat dalam kutipan berikut.
“Sayangnya, kenyamanan ini tak berlangsung lama.
Ternyata sekolah internasional di Bandung juga akan
ditutup. Sehingga, saat tiba di Bandung, Rudi harus
menerima fakta bahwa semua siswa Christelijk Lyceum
Bandung, termasuk anak-anak Syamsudin, sedang
beramai-ramai pindah ke SMP dan SMA peralihan di Jalan
Dago 81. Sekolah peralihan itu diselenggarakan oleh
53
Yayasan Kristen Protestan, karena itu namanya SMA
Kristen. Ini murni keputusan Rudy sendiri. Dia bilang ke
Paman Syamsudin dan kepala sekolah kalau Maminya
sudah mengizinkan dia pindah sekolah.” (Halaman:79)
Pada kutipan di atas, pengarang menjelaskan bahwa Rudy
harus berpindah sekolah kembali, karena sekolah internsional di
Bandung juga akan ditutup. Dia mengatakan ke paman
Syamsyudin dan kepala sekolah jika sudah mendapatkan izin
oleh Mami untuk bersekolah di sekolah peralihan.
b) Masalah keuangan keluarga
Permasalahan yang dialami keluarga Rudy adalah setelah
di tinggal oleh Papi, kini keuangan keluarga Rudy tidak setabil.
Hal tersebut mempengaruhi keungan Rudy di Jerman. Hal
tersebut bisa dilihat dalam kutipan berikut.
“Awalnya Keng Kie selalu curiga karena Rudy selalu
puasa bila diajak makan di Mensa.
“Aku puasa Senin-Kamis, Keng Kie!” kata Rudy.
“Ah, sekarang kan Rabu,” jawab Keng Kie.
Rudy tertawa, “Du muss mir fasten, es ist gut fur dich!
„kau harus ikut puasa denganku, itu baik untukmu!”
Akan tetapi, saat didesak oleh Keng Kie, Rudy mengaku,
dia tak punya uang sama sekali. Makannya selama ini
adalah apel jatuh atau apel tak dimakan kuda yang dia
temukan pada saat berjalan melewati istal kuda menuju
kampus. Keng Kie tak tega. Dia memaksa Rudy untuk
meminjam uangnya. Rudy menolak, tatapi untuk urusan
membantu kawan, Keng Kie lebih keras kepala.”
(Halaman:131)
Dalam kutipan di atas, pengarang menggambarkan Lim
Keng Kie mendesak Rudy, mengapa ia mengaku puasa setiap
kali diajak ke Mensa olehnya. Akhirnya, Rudy mengaku kepada
54
Lim Keng Kie, bahwa ia kini sudah tidak memiliki uang sama
sekali, selama ini ia hanya makan apel yang jatuh atau apel yang
tidak dimakan oleh kuda. Lim Keng Kie memaksa Rudy agar
mau meminjam uangnya untuk makan, dengan keras kepala
Rudy menolak. Namun, jika urusan menolong temannya Lim
Keng Kie akan lebih keras kepala.
c) Masalah Indonesia mengalami krisis
Pada novel Rudy karya Gina S. Noer permasalahan yang
dialami adalah Indonesia mengalami masa krisis inflasi. Para
mahasiswa mengalami dampak dari krisis tersebut. Peristiwa
bersebut dapat dilihat pada kutipan ini.
“Memasuki 1957, krisis ekonomi serta politik di Indonesia
tak kunjung membaik. Rudy adalah salah seorang korban
dalam krisis ini. Pada saat itu, Rudy sudah memasuki masa
akhir studi S-1-nya. (Halaman:177-178)
Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan
Indonesia sedang mengalami krisis akibat inflasi. Anak bangsa
yang berkuliah di Jerman menjadi korban akibat krisis tersebut,
salah satunya adalah Rudy.
d) Masalah mengalami penyakit serius
Pada novel Rudy karya Gina S. Noer permasalahan yang
dialami ketika dokter harus membelah betis kaki Rudy untuk
mengetahui penyakitnya. Peristiwa tersebut dapat dilihat dari
kutipan ini.
55
“Akan tetapi, pada saat teman-teman Rudy sedang
merayakan keberhasilan mereka, Rudy sedang meregang
nyawa di rumah sakit. Dokter-dokter telah menemukan
sumber penyakit Rudy, yaitu TBC Tulang. Namun, untuk
menemukan sumber penyakitnya, mereka harus membelah
betis kaki kiri Rudy. Luka itu mengalami infeksi dan
bakterinya sampai jantung sehingga ada selaput jantung
yang bengkak.” (Halaman:200)
Dalam kutipan di atas, pengarang menjelaskan bahwa
Rudy terkena penyakit TBC Tulang. Dokter mengetahui penyakit
Rudy setelah membelah betis kakinya. Saat teman-teman Rudy
sedang merayakan keberhasilan seminar, justru Rudy sedang
meregang nyawa di rumah sakit.
b. Alur
Alur merupakan cerita yang berisi urutan kejadian. Namun setiap
kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu
disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Alur yang
terdapat dalam novel Rudy Karya Gina S. Noer merupakan alur
campuran. Sesuai dengan alur yang terdapat dalam novel Rudy Karya
Gina S. Noer terdapat berbagai tahapan peristiwa sebagai berikut.
1) Tahap Penyituasian (Situation)
Tahapan penyituasian ini menceritakan tentang awal cerita
novel Rudy menggambarkan masalah keadaan Keluarga Rudy harus
mengungsi karena seringnya pengeboman di Parepare.
“Karena makin seringnya pengeboman, Alwi Habibi
memutuskan bahwa keluarganya mau tak mau harus ikut
mengungsi ke sebuah desa, di Teteaji pada 1942. Teteaji
terletak di wilayah Amparita sekitar 53 km dari parepare.
Tempat ini memang sudah jadi tempat mengungsi beberapa
56
keluarga dari Parepare. Mereka mengungsi selama kurang dari
setahun.” (Halaman:44)
Pada kutipan di atas, diketahui bahwa keluarga Rudy harus
ikut serta mengungsi ke sebuah desa di Teteaji, karena seringnya
pengeboman di Parepare oleh para sekutu. Namun, keluarga mereka
mengungsi tidak sampai satu tahun.
“Pada November 1944, Rudy sekeluarga harus mengungsi lagi
karena pengeboman dilakukan oleh pihak Sekutu-Amerika
dengan sasaran yang sama, Pelabuhan Parepare. Kali ini
mereka mengungsi ke desa kecil bernama Lanrae, desa di tepi
hutan, persis berhadapan dengan kota kecil Barru, yang
memiliki sungai dengan air sejuk dan bersih mengalir ke laut.
Kali ini mereka cukup lama berada di pengungsian hampir dua
tahun, dari 1944 hingga 1945, hingga tiba saatnya kekalahan
Jepang.” (Halaman:45)
Dari kutipan di atas, pengarang menggambarkan bahwa
keluarga Rudy harus mengungsi kembali karena ada pengeboman
yang dilakukan oleh pihak sekutu-Amerika. Kali ini mereka
mengungsi ke desa kecil yang bernama Lanrae, desa yang berada di
tepi hutan. Kali ini mereka mengungsi hampir dua tahun.
2) Tahap Pemunculan Konflik (Generating Circum Stances)
Terdapat dua pemunculan konflik dalam novel Rudy Karya
Gina S. Noer yaitu (a) ketika Papi meninggal dunia, dan (b) Rudy
dikirim ke Jakarta.
a) Papi meninggal dunia
Pada tahap pemunculan konflik dalam novel Rudy Karya
Gina S. Noer terdapat pada bagian ketika keluarga Rudy sedang
57
melaksanakan shalat Maghrib berjamaah, Papi meninggal dunia.
Berikut kutipan yang menjelaskan Papi meninggal dunia.
“Sore itu, 3 September 1950, semuanya tengah bersiap-
siap menjalankan shalat seperti biasa. Mengambil wudu
dan berpakaian rapi. Mami sudah menutup jendela dan
pintu karena di luar hari mulai gelap. Suasana shalat
berlangsung sangat khusuk hingga tiba di sujud terakhir.
Namun, ada yang berbeda kali ini. Papi terus sujud dan
tidak kunjung bangun.” (Rudy,2016:64)
“Dalam kepanikan, Mami masih sempat memerintahkan
Titi untuk mencari pertolongan. Sambil menangis, Titi
berlari mencari dokter di markas Brigade Mataram. Tidak
lama, datanglah Brigade Letnan Kolonel Soeharto
didampingi oleh Dokter Tek Irsan ke rumah. Namun,
sayang sebelum melakukan pertolongan, nyawa Papi
sudah tidak bisa diselamatkan. Serangan jantung yang
datang mendadak telah merenggut Papi, membawanya
jauh dari anak-anak dan istri yang saban hari bersandar
padanya.” (Halaman:65)
Dari kutipan di atas, pengarang menggambarkan bahwa
Papi meninggal dunia saat melaksanakan shalat berjamaah
bersama keluarga. Dalam kepanikannya Mami sempat menyuruh
Titi untuk mencari pertolongan. Namun, sebelum mendapatkan
pertolongan nyawa Papi sudah tidak bisa diselamatkan. Serangan
jantung yang datang mendadak telah merenggut Papi dari anak-
anak dan istri yang setiap hari bersandar padanya.
b) Rudy dikirim ke Jakarta
Pada tahap pemunculan konflik dalam novel Rudy Karya
Gina S. Noer pada bagian ketika Rudy dikirim ke Jakarta oleh
Mami. Peristiwa tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut.
“Rudy berangkat ke Jakarta tak lama setelah peringatan
40 hari meninggalnya Papi. Rudy masih sangat berduka,
58
tetapi dia sudah harus naik kapal, melakukan perjalanan
jauh ke Jawa, sebuah pulau yang tak pernah dia injak
sebelumnya. Bila Mami pernah bilang kalau “rumah
adalah keluarganya”, kali ini Rudy ta hanya seperti anak
tak berarah, tetapi juga anak yang tanpa rumah.”
(Halaman:70)
Dari kutipan di atas, pengarang menjelaskan pada saat itu
Rudy berangkat ke Jakarta setelah peringatan 40 hari Papinya
meninggal. Saat itu Rudy masih sangat berduka, tetapi ia sudah
harus berangkat ke Jakarta menggunakan kapal. Mami pernah
mengatakan bahwa rumah adalah keluarga.
c) Tahap Peningkatan Konflik (Rising Action)
Tahap peningkatan konflik dalam novel Rudy Karya Gina
S. Noerada dua bagian. (a) Rudy menyembunyikan kesulitan
keuangan, (b) Seminar Pembangunan tidak dibiayai sepeserpun.
Berikut paparannya.
a) Rudy menyembunyikan kesulitan keuangan.
Tahap peningkatan konflik dalam novel Rudy Karya
Gina S. Noer pada bagian ini ketika Rudy menyembunyikan
tantang kesulitan keuangannya pada semua orang saat di
Jerman. Berikut kutipan dalam novel tersebut.
“Sesulit apapun hidup di Jerman, Rudy memilih untuk
menanggung sendiri. Rudy tidak pernah mau
mengabarkan kesulitan di Aachen kepada Mami.
Baginya, Mami dan keluarga di rumah tak perlu tahu
yang sedang dihadapi. Dia tau bahwa ibunya sudah
susah, tak perlu ditambah susah lagi. Berani merantau
sejauh ini harus berani pula menanggung kesulitan
semacam apapun. (Halaman:156)
59
Dari kutipan di atas, pengarang menggambarkan bahwa
sesulit apapun hidup Rudy di Jerman ia tidak pernah
mengeluh kepada siapapun, termasuk Mami. Karena ia sadar
harus berani menanggung kesulitan sendiri.
b) Seminar Pembangunan tidak dibiayai
Selain itu, peningkatan konflik terjadi ketika Seminar
Pembangunan tidak dibiayai sepeserpun. Peristiwa tersebut
dapat dilihat dalam kutipan dibawah ini.
“Usulan Rudy dimasukan, tetapi dengan catatan dari
mereka: karena Rudy yang mengusulkan, Rudy juga
yang ditugaskan untuk melaksanakan seminar
pembangunan tesebut. PPI Aachen adalah penanggung
jawab utama dari persiapan Seminar Pembangunan
tersebut. Selain itu, dibuat juga beberapa persyaratan
lainnya. Di antaranya, PPI Aachen tidak akan
mendapatkan uang satu sen pun untuk menggelar
Seminar Pembangunan. Padahal, konferensi itu
mendapat uang dari Bung Karno dan partai-partai
politik di Indonesia.” (Halaman:188)
Dalam kutipan di atas, dijelaskan bahwa jika Seminar
Pembangunan tetap dilaksanakan, Rudy ditugaskan untuk
melaksanakannya. Selain itu, PPI Aachen tidak akan
mendapatkan uang satu sen pun untuk menggelar Seminar
Pembangunan. Padahal konferensi itu mendapatkan uang dari
Bung Karno dan partai-partai di Indonesia.
c) Tahap Klimaks (Climax)
Pada tahap klimaks dalam novel Rudy Karya Gina S.
Noer terlihat ketika masalah Rudy sakit parah di Jerman.
60
Tidak hanya itu, Rudy sempat meninggal dunia. Peristiwa
tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut.
“Pada hari itu, Rudy masih bersikeras pergi kampus dan
mengurus persiapan seminar, tetapi batuknya semakin
keras. Ibu pemilik tempat indekosnya memaksa Rudy
untuk pergi ke rumah sakit. Sampai di sana, Rudy
dinyatakan harus dirawat.” (Halaman:199)
Dari kutipan di atas, diketahui bahwa saat itu Rudy
masih bersikeras untuk datang ke kampus guna mengurus
persiapan seminar, tetapi batuknya semain parah. Ibu pemilik
indekosnya memaksa Rudy untuk pergi ke rumah sakit.
Setelah diperiksa, Rudy dinyatakan harus dirawat.
“Rudy tak ingat sisanya. Malam itu, di tengah
terselengaranya Seminar Pembangunan, Rudy diantar
ke kamar jenazah oleh perawat. Mereka membicarakan
betapa malangnya anak Indonesia ini, yang mati sendiri
jauh dari tanah airnya.” (Halaman:200)
Dalam kutipan di atas, pengarang menggambarkan saat
Seminar Pembangunan sedang diselenggarakan, Rudy diantar
ke kamar jenazah oleh perawat rumah sakit. Perawat rumah
sakit mengatakan betapa malangnya nasib Rudy yang
meninggal jauh dari tanah air.
“Saat mengetahui dia terbangun, para perawat
mengembalikannya ke ruang inap kritis. Di sana,
kesadaran Rudy hilang-timbul.” (Halaman:203)
Dari kutipan di atas, disimpulkan bahwa setelah diantar
ke kamar jenazah, Rudy terbangun lagi. Para perawat
61
mengembalikannya ke ruang inap kritis. Di kamar inap kritis
kesadaran Rudy hilang dan timbul.
d) Tahap Penyelesaian (Denoument)
Penyelesaian dari novel Rudy Karya Gina S. Noer Rudy
menikah dengan Ainun. Berikut pemaparannya.
“Pada hari pernikahan itu, bukan hanya Rudy dan
Ainun yang berbahagia. Ada Leila yang hadir sejak
prosesi akad nikah. Rudy senang sekali saat bertemu dia
di Jakarta. April itu. Rudy langsung berteriak, “Leila,
Ich bin verliebt! „Saya jatuh cinta!‟ Rudy lalu
mengenalkan Leila pada Ainun yang tentu disambut
gembira oleh Leila larena Ainun adalah penyangkalan
dari Rudy yang selama ini percaya bahwa tak ada gadis
Indonesia yang cerdas, kritis, pekerja keras, dan
cantik.” (Halaman:253)
Dari kutipan di atas, dapat pengarang menggambarkan
bahwa Rudy menikahi Ainun. Pada saat itu bukan hanya
Rudy dan Ainun saja yang sangat bahagia. Namun, ada Leila
yang juga merasa bahagia karena Ainun adalah penyangkalan
dari Rudy selama ini meyakini, bahwa tidak ada gadis
Indonesia yang cerdas, kritis, pekerja keras, dan cantik.
c. Tokoh dan Penokohan
Tokoh dan penokohan merupakan salah satu unsur penting dalam
prosa. Istilah tokoh yang digunakan untuk menunjuk pada orangnya atau
pelaku cerita, sedangkan istilah penokohan digunakan untuk melukiskan
gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah
cerita. Dalam skripsi ini, penulis memaparkan semua tokoh yang
terdapat dalam novel Rudy Karya Gina S. Noer sebagai berikut.
62
1) Tokoh Utama
Tokoh utama merupakan tokoh yang diutamakan
penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Tokoh utama dalam
novel Rudy Karya Gina S. Noer adalah Rudy Habibie. Rudy selalu
dimunculkan dalam cerita oleh pengarang. Dari 3 babak yang ada,
Rudy mendominasi seluruh rangkaian cerita. Rudy adalah seorang
laki-laki yang memiliki watak keras kepala. Hal itu dapat dilihat
pada kutipan di bawah ini.
“Tak bisa,” jawab salah satu pegawai P & K, “Sudah
berangkat semua. Kalau mau kamu ikut Colombo Plan,
kuliah ke Australia.”
“Tidak. Saya mau ke Jerman bersama Lim Keng Kie.”
“Siapa itu Lim Keng Kie?”
“Teman saya sejak SMA.”
“Teman kamu itu telat kasih tau kamu. Tetapi, nilai sebagus
ini tetap pantas dapat beasiswa. Makanya, ambil tawaran saya
ini.”
Rudy menggelengkan kepalanya.
“Kepala batu kamu!” kata si pegawai kesal.”
Karena kengototan Rudy, pihak P & K menyarankan kalau
Rudy masih bisa berangkat ke Jerman, tetapi dengan biaya
sendiri.” (Halaman:101)
Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan bahwa
tokoh Rudy memiliki watak yang keras kepala. Dia ngotot meminta
untuk berangkat ke Jerman. Karena kengototannya, pihak P & K
merayakan jika Rudy masih bisa berangkat ke Jerman, tetapi
mengunakan biaya sendiri.
Selain itu, kutipan narasi pengarang di bawah ini juga
menggambarkan watak tokoh utama.
63
“Akan tetapi, kecerdasannya itu membuat Rudy sulit
mendapatkan sahabat. Rudy memang terlihat imut dan lucu,
tetapi juga keras kepala dan tak sabaran.” (Halaman:127)
Dari kutipan di atas, pengarang menggambarkan bahwa Rudy
memiliki watak yang keras kepala dan tidak sabaran. Sehingga, Rudy
sulit untuk mendapatkan sahabat, meskipun ia sangat cerdas.
2) Tokoh Tambahan
Tokoh tambahan adalah tokoh yang tidak sentral
kedudukannya dalam cerita tetapi kehadirannya sangat diperlukan
untuk mendukung tokoh utama.
a) Mami
Mami merupakan seorang ibu dari anak-anak Habibie.
Mami mempunyai watak yang keras kepala dan penyayang. Apa
lagi saat Mami ditinggal oleh mendiang suaminya, ia harus
berjuang membesarkan anak-anak seorang diri. Peristiwa tersebut
dapat dilihat dalam kutipan berikut ini.
“Setelah berdoa dan berpikir matang-matang, Mami
bertekad memberangkatkan anaknya sekolah di sekolah
Internasional yang saat itu hanya ada di Bandung dan
Jakarta. Hanya di kedua sekolah itu Concordante HBS
masih dibuka. Mami memang keras kepala, apalagi
menyangkut kemajuan anak-anaknya. Namun, setalah
suaminya meninggal, dia harus memilih. Hanya satu dari
dua anaknya ini yang bisa dia berangkatkan. Kendala
keuangan menjadi pertimbangan utama. Saat itu, tidak
tersedia beasiswa dari manapun. Kekuatan finansial
keluarga Habibie juga mengandalkan kopra, sementara
SPP sebulan di sekolah itu bahkan lebih banyak dari gaji
insinyur satu bulan.” (Halaman:69)
64
Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan Mami
berdoa dan berfikir matang-matang untuk memberangkatkan
Rudy bersekolah di Sekolah Internasional. Pada saat itu hanya ada
di Bandung dan Jakarta. Hanya di kedua kota itu sekolah
Concordante HBS masih dibuka. Mami orangnya sangat keras
kepala, apalagi menyangkut kemajuan anak-anaknya. Namun,
setelah Papi meninggal, ia harus memilih satu di antara dua
anaknya yang bisa ia berangkatkan untuk melanjutkan pendidikan
di Concordante HBS. Kendala keuangan menjadi pertimbangan
utamanaya. Pada saat itu, tidak ada beasiswa dari manampun.
Kekuatan finansial keluarga Habibie saat itu juga mengandalkan
kopra, sedangkan biaya SPP sebulan di sekolah Concordante HBS
lebih banyak dari gaji insinyur satu bulan.
b) Papi
Papi adalah seorang ayah dari enam orang anak. Papi
memiliki watak yang cerdas, bijaksana dan penyayang. Peristiwa
tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut.
“Mau ke mana, Pi?” kata Rudy bingung.
“Ikut saja,” kata Papi tenang.
Papi melepaskan kuda yang sudah kenyang diberi makan,
kemudian Rudy dinaikan oleh tangan besar Papi. Mereka
menyusuri hutan dan akhirnya sampai di sebuah mata air
yang jernih.
“Rudy senang?” yanya Papi yang sudah berjongkok di
sekelilingnya.
Rudy mengangguk sambil terus memainkan kakinya di
air.
“Rud, coba kamu lihat sekeliling kamu.”
65
“Menurut kamu, kenapa semua tanaman di sini bisa
tumbuh subur?”
“Karena dekar dengan air.” jawab Rudy polos
“Benar, karena itu kamu harus menjadi mata air.”
“Kalau kamu baik, semua orang disekelilingmu juga akan
baik. Kalau kamu kotor, semua di sekitarmu akan mati.”
Pelan-pelan Rudy memahami maksud perkataan Papi
“Coba lihat, tanaman di sini tak Cuma sejenis, kan?”
Rudy kembali mengangguk. “Itu artinya mata air
memberikan kebikan tanpa pilih-pilih.”
(Halaman:49)
Dalam kutipan di atas, pengarang menggambarkan Papi
mengajak jalan-jalan Rudy yang sedang duduk di depan rumah.
Papi melepaskan kuda yang sudah kenyang diberi makan,
kemudian Rudy dinaikkan ke atas kuda oleh Papi. Sebelum
sampai ke mata air, mereka menyusuri hutan terlebih dahulu.
Rudy senang diajak Papi jalan-jalan. Rudy mendapatkan pelajaran
hidup dari sebuah mata air yang memberikan kebaikannya tanpa
pilih-pilih, tetapi memberi ke semua tanaman di sekitarnya.
Awalnya, Rudy bingung apa yang di maksud oleh Papi, tetapi
pelan-pelan ia mengerti apa yang di maksud oleh Papi.
c) Junus Efendy Habibie
Tokoh Junus Efendy Habibie biasa dipanggil Fanny. Dia
memiliki watak yang keras kepala, namun ia juga memiliki watak
yang penyayang. Berikut kutipannya.
“Fani malah terlihat seperti seorang kakak dan Rudy
sebagai adik. Rudy sendiri malah cuek dan bingung
mengapa Fanny harus repot-repot berkelahi.
“Kenapa, toh (harus berkelahi)?” tanya Rudy
“Ya, untuk membela Mas Rudy lah!” (Halaman:48)
66
Pada kutipan di atas, diketahui bahwa Fanny sering
berkelahi dengan teman-temannya hanya untuk membela sang
kakak. Meskipun sudah di larang untuk berkelahi, Fanny tetap
saja berkelahi untuk membela Rudy. Fanny pergi menemui Rudy
yang sedang susah. Berikut kutipannya.
“Pernah suatu ketika Fanny tengah sibuk dengan
pekerjaannya di Tanjung Priok, Rudy menelpon dan
mengatakan bahwa Fanny harus segera datang karena
keadaan gawat. Fanny buru-buru datang dan menyaksikan
Rudy sedang bengong di pinggir jalan.” (Halaman:49)
Dari kutipan di atas, pengarang menggambarkan Fanny
begitu menyayangi Rudy meskipun ia sedang sibuk dengan
pekerjaannya, ia sempatkan untuk datang menemui Rudy.
d) Paul Pascol
Tokoh Paul pascol memiliki watak ingin tahu. Ia
merupakan teman sekolah Rudy. Berikut kutipannya.
“Nggak ikut-ikutan Fanny, Rud?” Tanya Paul Pascol
“Rudy menggeleng dan terus asyik menekuni buku di
tanggannya.”
“Buku baru lagi, Rud? Tanya Paul sambil pengunyah
makanannya. “ceritannya tentang apa, tuh?”
(Halaman:22)
Dari kutipan di atas, pengarang menggambarkan bahwa
Paul Pascol digambarkan tokoh yang memiliki keingintahuan
yang tinggi. Dia menanyakan tentang isi buku yang sedang dibaca
oleh Rudy.
67
e) Sri Redjeki Chasanah
Sri merupakan perempuan yang bertubuh kecil. Sri
mempunyai watak yang penurut dan bertanggung jawab. Berikut
kutipan yang menjelaskan bahwa Sri orang yang penurut dan
bertanggung jawab.
“Pokoknya jangan lebih dari tiga menit, Sri!”
“Iya, Mas.”
Rudy memakai sabun itu di dekat jam dinding. Sambil
memejmakan mata dan wajah penuh busa, Rudy terus
berteriak ke adiknya, “Sriii…. Sudah belumm?”
“Sri setia dan awas menatap jam, memastikan
pemakaiannya tidak boleh lebih dari tiga menit.”
(Halaman:86-87)
Dapi kutipan di atas, diketahui bahwa tokoh Sri memang
penurut. Ia menuruti apa yang dikatakan oleh Rudy yang sedang
memakai sabun jerawat, dengan setia ia menatap jam, memastikan
pemakaiannya tidak boleh lebih dari tiga menit. Sri juga tumbuh
menjadi perempuan yang sigap dan bertanggung jawab. Berikut
kutipan dalam novel.
“Saya yang mengurus rumah tangga, sementara Mami
keluar mencari makan,” kata bu Sri (Halaman:163)
Dari kutipan di atas, pengarang menggambarkan bahwa
tokoh Sri adalah orang yang bertanggung jawab. Dia mengurus
rumah tangga layaknya seorang ibu.
f) Lim Keng Kie
Tokoh Lim Keng Kie memiliki watak yang baik dan
peduli dengan sahabatnya. Ia digambarkan sebagai sosok orang
68
sederhana yang mendapatkan beasiswa kuliah di Jerman. Lim
Keng Kie juga tetap membantu sahabatnya di tengah keterbatasan
keuangan. Berikut kutipan dalam novel tersebut.
“Hey! Keng Kie, dari mana kamu?”
Keng Kie menengok. Tubuh kecil Rudy turun dari vespa.
“Saya baru mengambil visum di kedutaan Jerman, Rud.”
Keng Kie lalu menunjukan sebuah buki kecil berwarna
biru kepada Rudy.
“Untuk apa visum?”
“Saya akan sekolah teknik penerbangan di Jerman!”
Mendengar hal itu mata Rudy menjadi berapi-api.
Dengan bersemangat ia berteriak, “Ik ga met jou mee!
Saya ikut dengan kamu!”
“Keng Kie bercerita bahwa dia mendapatkan beasiswa
untuk belajar ke Jerman dan sudah membuat kontrak
dengan dinas P&K untuk membuat pesawat terbang
setibanya di Tanah Air.” (Halaman:163)
Dari kutipan di atas, pengarang menggambarkan bahwa
Lim Keng Kie bertemu dengan Rudy di jalan. Lim Keng Kie
bercerita, jika ia mendapatkan beasiswa untuk belajar ke Jerman
dan sudah membuat kontrak dengan dinas P&K untuk membuat
pesawat terbang di Indonesia setelah studinya selesai. Dengan
bersemangat Rudy ingin ikut belajar membuat pesawat dengan
Lim Keng Kie di Jerman. Saat berada di Jerman meskipun
keuangan Lim Keng Kie terbatas, ia tetap membantu Rudy.
“Awalnya Keng Kie selalu curiga karena Rudy selalu
puasa bila diajak makan di Mensa.
“Aku puasa Senin-Kamis, Keng Kie!” kata Rudy.
“Ah, sekarang kan Rabu,” jawab Keng Kie.
Rudy tertawa, “Du muss mir fasten, es ist gut fur dich!
„kau harus ikut puasa denganku, itu baik untukmu!”
Akan tetapi, saat didesak oleh Keng Kie, Rudy mengaku,
dia tak punya uang sama sekali. Makanya selama ini
adalah apel jatuh atau apel tak dimakan kusa yang dia
69
temukan pada saat berjalan melewati istal kuda menuju
kampus. Keng Kie tak tega. Dia memaksa Rudy untuk
meminjam uangnya. Rudy menolak, tatapi untuk urusan
membantu kawan, Keng Kie lebih keras kepala.”
(Halaman:131)
Dalam kutipan di atas, pengarang menggambarkan tokoh
Lim Keng Kie mendesak Rudy, mengapa ia mengaku puasa setiap
kali diajak ke Mensa olehnya. Akhirnya Rudy mengaku kepada
Lim Keng Kie, bahwa ia kini sudah tidak memiliki uang sama
sekali. Selama ini ia hanya makan apel yang jatuh atau apel yang
tidak dimakan oleh kuda. Lim Keng Kie memaksa Rudy agar mau
meminjam uangnya untuk makan, dengan keras kepala ia
menolak. Namun, jika urusan menolong temannya Lim Keng Kie
akan lebih keras kepala.
g) Paman Subarjo
Tokoh paman Subarjo memiliki watak yang baik hati. Ia
mengijinkan anak-anak menumpang di rumahnya.
“Rudy? Rudy Habibie?”
Rudy mengangguk.
Pria yang dihadapannya mengaku kalau dirinya adalah
Subarjo. “Nak, mana kopermu? Kata Subarjo.
Rudy mengecek wajah dihadapannya dulu dengan yang
ada di foto. Baru dia menyerahkannya.
Lalu, dengan cepat dia mengambil tas bawaan Rudy,
mengajak sang keponakan naik mobil dan berangkat ke
rumahnya. (Halaman:76)
Dari kutipan di atas, diketahui bahwa paman Subarjo
menjemput Rudy di pelabuhan Tanjung Priok. Setelah bertemu
dengan Rudy, ia membawakan tas dan mengajak menaiki mobil
70
untuk berangkat ke rumahnya di Jakarta. Paman Subarjo juga
menampung para anak-anak sekolah di rumahnya. Berikut kutipan
novel tersebut.
“Rumah itu cukup besar. Ada empat kamar tidur yang
disediakan untuk anak-anak yang menumpang sekolah,
tetapi karena ada sekitar sepuluh anak yang menumpang,
kamar itu sudah penuh. (Halaman:77)
Dalam kutipan di atas, pengarang menggambarkan bahwa
paman Subarjo menampung anak-anak yang menumpang sekolah.
Di rumahnya telah disediakan empat kamar tidur. Sudah ada
sekitar sepuluh anak yang menumpang dan kamar itu sekarang
sudah penuh.
h) Kepala Sekolah SMA Kristen
Tokoh kepala sekolah SMA Kristen memiliki watak yang
tegas. Berikut kutipannya yang menjelaskan bahwa kepala
sekolah SMA Kristen orang yang tegas.
“Kamu harus memperlancar bahasa Indonesia-mu, Rud,”
kata kepala sekolah dengan bahasa Belanda yang fasih.
“Ta-ta-tapi Pak,” bela Rudy dalam bahas belanda
juga,”nilai eksakta saya, kan bagus.”
“Ini jawab, Nak Rudy. Lagi pula, percuma nilaimu bagus
kalau kamu tak lancer berbahasa Indonesia. Bagaimana
kamu bisa berpikir seperti orang Indonesia? Bagaimana
kamu bisa berkomunikasi dengan orang-orang yang
sekarang bahkan tidak bisa sekolah? Dan bagaimana
kamu mau berguna di Indonesia nanti? Kalau kau lulus
nanti. Yang kamu hadapi itu manusia, bukan angka,”
terang kepala sekolahnya.
“Ka-ka-lau saya menolak?”
Berarti kamu tak bisa bersekolah di sini!”
Rudy diam sebentar, ”Jadi, apa solusinya?”
71
Rudy bertpikir dia cukup mengambil les istimewa bahasa
Indonesia. Namun, ternyata Rudy harus diturunkan kelas
ke SMP 5, yang berlokasi di Jalan Jawa. (Halaman:79-80)
Dari kitipan di atas, diketahui bahwa Rudy dipanggil oleh
kepala sekolah karena kendala berbahasa Indonesia yang dialami
Rudy. Awalnya Rudy menolak untuk memperlancar bahasa
Indonesianya karena nilai eksakta sangat bagus. Namun, kepala
sekolah memberi pengertian kepadanya, untuk apa memiliki nilai
eksakta yang bagus tapi tidak bisa berkomunikasi dengan orang
Indonesia. Dia berfikir untuk mengambil les istimewa untuk
memperlancar bahasa Indonesia, tetapi ternyata ia juga harus
diturunkan menjadi SMP
i) Koo Tisng Hui
Tokoh Koo Tisng Hui memiliki watak yang jahil. Ia suka
menjahili Rudy di sekolah. Peristiwa tersebut dapat dilihat dalam
kutipan berikut.
“Kalau berani coba bilang langsung sama Ainun!”
“Bilang apa?”
“Bilang dia jelek!” sambut kawannya. “Tuh, ada Ainun di
sana.”
“Ah,” Rudy agak ragu saat melihat Ainun,”nggak mau!
Buang-buang waktuku saja!”
“Atau sebenarnya kamu maunya bilang dia cantik, ya,
Rud?”
“Tidak! Dia tidak cantik!”
“Oh… kalau begitu kamu memang benar suka jepada
Ainun, Rud? Dia memang hitam, tetapi kan, manis. Mirip
gula jawa!” (Halaman:89)
Dalam kutipan di atas, pengarang menggambarkan bahwa
tokoh Koo Tiang Hui memiliki watak yang jahil. Terlihat saat ia
72
sedang memanas-manasi Rudy. Ia mengatakan bahwa Rudy
menyuakai Ainun yang hitam seperti gula jawa.
j) Pegawai P & K
Tokoh pegawai P & K memiliki watak yang tegas dan
baik hati. Peristiwa tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut.
“Tak bisa,” jawab salah satu pegawai P & K, “Sudah
berangkat semua. Kalau mau kamu ikut Colombo Plan,
kuliah ke Australia.”
“Tidak. Saya mau ke Jerman bersama Lim Keng Kie.”
“Siapa itu Lim Keng Kie?”
“Teman saya sejak SMA.”
“Teman kamu itu telat kasih tau kamu. Tetapi, nilai
sebagus ini tetap pantas dapat beasiswa. Makanya, ambil
tawaran saya ini.”
Rudy menggelengkan kepalanya.
“Kepala batu kamu!” kata si pegawai kesal.”
(Halaman:101)
Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan bahwa
tokoh pegawai P & K memiliki watak yang tegas. Meskipun nilai
Rudy sangat bagus ia tidak bisa memberikan beasiswa ke Jerman.
Pegawai P & K justru memberikan tawaran beasiswa ke Australia.
Namun, Rudy menolak tawaran itu.
k) Ainun
Tokoh Ainun memiliki watak yang kritis. Peristiwa
tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut.
“Kamu kalau punya anak mendidiknya bagaimana, Rud?”
“Ya, sesuai ajaran islam”
“Tetapi, kalau pergaulannya dengan agama lain, kamu
anti?”
“Kenapa saya harus anti?”
“Kalau dia pilih jodohnya agama lain, kamu setuju?”
73
“Saya setuju kalau jodohnya itu ikut Muslim karena
anaknya pakai nama saya. Saya percaya eksistensi tuhan
satu. Jalannya yang banyak. Yang saya yakini, ya, satu
ini.” (Halaman:240)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa tokoh
Ainun memiliki watak yang kritis. Terlihat saat Ainun sedang
bertanya kepada Rudy, jika ia mempunyai anak bagaimana cara
mendidiknya dan jika anaknya memilih jodoh agama lain, apakah
akan di bolehkan oleh Rudy.
l) Mohammad Besari
Tokoh Mohammad besari memiliki watak yang perhatian.
Ia menanyakan kapan akan membicarakan pernikahan dan karir
Ainun jika tinggal di Jerman nanti. Berikut penggambaran watak
tokoh tersebut.
“Pak Besari yang muncul di depan pintu berdehem. Rudy
melepaskan tangan Ainun.
“Kalian itu setiap ketemu bahasnya pesawat terus, kapan
kalian ngomongin pernikahan kalian ?”
Ainun dan Rudy tersipu malu.
“Bagaimana karir Ainun kalau tinggal di Jerman?” Tanya
pak besari serius.
“Di Jerman nanti, ainun masih bisa bekerja, kok. Ilmu
yang dia cari dengan susah payah tak akan hilang begitu
saja.” (Halaman:252)
Berdasarkan kutipan di atas, dapat pengarang
menggambarkan bahwa Pak Besari begitu perduli dengan Rudy
dan Ainun. Terlihat pada saat ia menanyakan kapan Rudy dan
Ainun membicarakan soal pernikahan mereka dan soal karir
Ainun jika selepas menikah mereka tinggal di Jerman.
74
m) Ibu Wirtin
Tokoh yang bernama Ibu Wirtin memiliki watak perduli
dan penyayang. Berikut yang menggambarkan watak Ibu Wirtin.
“Karena sayangnya, Rudy tak pernah diizinkan pulang di
atas pukul 10 malam oleh ibu pemilik indekosnya ini.
Suatu hari, Karena Rudy pulang di atas pukul 12 malam,
Wirtin yang khawatir langsung memanggil polisi untuk
mencari Rudy. Saat dia sampai di rumah, Rudy langsung
diomeli karena membuatnya khawatir. Rudy harus
bersumpah tak akan mengulanginya lagi. Walau diomeli,
hati Rudy terasa hangat. (Halaman:180)
Dalam kutipan di atas, pengarang menggambarkan watak
Ibu Wirtin sangat perduli dan begitu menyayangi Rudy. Dia tak
diizinkan pulang di atas jam 10 malam. Saat itu Rudy pulang di
atas pukul 12 malam. Ibu Wirtin begitu khawatir sampai akhirnya
ia memanggil polisi untuk mencari Rudy yang tak kunjung
pulang.
n) Prof. Hans Ebner
Tokoh Prof. Hans Ebner memiliki watak yang tegas.
Berikut yang menggambarkan watak Prof. Hans Ebner.
“Prof, saya tak mau membuat desain pesawat tempur.”
Kata Rudy.
“Kenapa?”
Rudy menatap mata Prof. Ebner di balik kacamatanya.
“Saya tak berminat! Saya kuliah di sini bukan untuk
membuat pesawat tempur!”
“Tak bisa, Rudy,” jawab Ebner. “Ini tugas wajib untuk
seluruh mahasiswa. Karena sistem RWTH menyiapkan
lulusannya untuk kedua industr pesawat itu.”
“Kalau saya menolak?”
“Ya, kamu tidak lulus!” (Halaman:196)
75
Dari kutipan di atas, pengarang menggambarkan jika
Prof. Hans Ebner memiliki watak yang tegas. Ia meminta para
mahasiswanya membuat desain pesawat tempur, sekalipun Rudy
menolak. Karena membuat desain pesawat tempur merupakan
tugas wajib untuk seluruh masasiswa, sistem RWTH menyiapkan
lulusannya untuk kedua industry pesawat.
o) Ilona
Tokoh Ilona memiliki watak yang baik hati. Berikut
watak Ilona dalam novel.
“Ilona sering diantar oleh Arief Marzuki atau Keng Kie
untuk menjenguk Rudy. (Halaman:205)
Berdasarkan kutipan di atas, pengarang menggambarkan
bahwa tokoh Ilona baik hati. Ilona sering menjenguk Rudy ketika
sakit parah di Rumah Sakit.
p) Romo Mangun
Tokoh Romo Mangun memiliki watak yang berwibawa.
Ia merupakan seorang pastor. Berikut penggambaran watak tokoh
tersebut.
“Rudy terdiam. Dia menatap Romo sambil tersenyum.
“Ah Mas Romo ini bijak sekali, seperti pastor saja.”
“Lho, selama ini kamu memanggil saya Romo, kan? Kok,
Kaget kalau saya pastor?”
“Nama Mas itu „Rama‟, kan Romo?”
“Bukan! Saya ini „romo‟ alias „pastor‟! Nama saya Y.B.
Mangunwijaya. Romo itu panggilan untuk pastor dalam
bahasa jawa.” Romo Mangun tertawa. (Halaman:219)
76
Dari kutipan di atas, pengarang menggambarkan bahwa
tokoh Romo mangun memiliki watak yang berwibawa. Karena ia
merupakan pastor. Cara berbicaranya juga sopan, tidak semaunya
sendiri.
q) Arils F. Reksoprodjo
Tokoh Arlis F. Reksoprodjo memiliki watak yang
blakblakan. Peristiwa tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut.
“Cempluk masih di dalam, Rud. Nak itu menderita
dehidrasi parah, terlambat dibawa ke sini!”
“Tetapi, masih bisa diselamatkan, kan?”
“Kita sedang mencoba.” (Halaman:245)
Berdasarkan kutipan di atas, disimpulkan bawa Arlis F.
Reksoprodjo meliliki watak yang blakblakan karena saat berbicara
dengan Rudy, ia menyebut nama Ainun dengan sebutan Cempuk.
d. Latar
Latar disebut dengan landas lampu yang mengaruh pada
pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat
terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.Kadang-kadang dalam
sebuah cerita ditemukan latar yang mempengaruhi penokohan dan
kadang membentuk suasana emosional tokoh cerita, misalnya cuaca
yang ada di lingkungan tokoh memberikan pengaruh terhadap perasaan
tokoh cerita tersebut.
Latar cerita dalam novel Rudy Karya Gina S. Noer dibagi
menjadi latar tempat, latar waktu, dan latar suasana.
77
1) Latar Tempat
Latar tempat merupakan lokasi terjadinya peristiwa atau
adegan dalam novel Rudy Karya Gina S. Noer. Latar tempat secara
umum di Sulawesi, Jakarta, Bandung, Jerman, dan beberapa tempat
lainnya yang ikut berperan dalam terjalinnya cerita dalam novel
Rudy Karya Gina S. Noer seperti Bandar Udara Kemayoran, pantai
Lumpue, ruang makan, kamar, sekolah, Bandar Udara Internasional
Kairo, Sekolah Pertanian Menengah Atas, sungai, mata air, kapal,
pelabuhan Makasar, Hotel Amstel, kantor Kedutaan Besar Indonesia,
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, teras, depan rumah, ruang tamu,
Sekolah Kedokteran Hewan, Contardate HBS, SMA Kristen, ITB,
Mensa Academia, gereja, bungker, ruangan kapus, Auditorium
Gruner Horsal, dan Rumah Sakit Bad Krozingen.
Dalam novel Rudy Karya Gina S. Noer latar tempat terdiri
lebih dari satu tempat, berikut ini merupakan kutipan latar tempat
dalam novel Rudy Karya Gina S. Noer.
a) Bandar Udara Kemayoran
Latar dalam novel Rudy Karya Gina S. Noer digambarkan
di Bandar udara Kemayoran. Peristiwa tersebut dapat dilihat
dalam kutipan berikut ini.
“Di Bandar Udara Kemayoran Jakarta, banyak yang ikut
mengantar Rudy. Bahkan, Farida pun ikut serta.”
(Halaman:102)
78
Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan banyak
yang ikut mengantarkan Rudy ke Bandar udara Kemayoran.
Farida yang saat itu sedang dekat dengan Rudy juga ikut melepas
keberangkatan Rudy ke Jerman.
b) Pantai Lumpue
Latar di sebuah pantai Lumpue dalam novel Rudy Karya
Gina S. Noer digambarkan suasana pantai pada sore hari.
Peristiwa tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut ini.
“Sore itu suara hati Mami bisa mengalahkan suara debur
ombak, tawa anak-anaknya, dan keluarga lain yang sedang
piknik di Pantai Lumpue, sekitar satu kilometer dari rumah
mereka di Parepare.” (Halaman:13)
Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan suasana
di pantai Lumpue. Di sana tergambar kebahagiaan dan
kegembiraan dari anak-anak.
c) Ruang Makan
Latar pada ruang makan novel Rudy Karya Gina S. Noer
digambarkan ketika Papi akan makan malam. Berikut kutipan
yang dapat dilihat berikut ini.
“Setelah mengaji, Papi duduk di meja makan dan bersiap
makan.” (Halaman:18)
Dari kutipan di atas, pengarang menggambarkan situasi
ketika Papi setelah selesai mengaji, ia duduk di meja makan dan
bersiap untuk penyantap makan malam.
79
d) Kamar
Latar kamar digambarkan ketika Rudy lebih senang
menghabiskan waktunya di kamar, dapat dilihat pada kutipan
berikut ini.
“Kegemarannya ini punya efek samping, Rudy jadi terus
mengurung diri di kamar dan harus dipaksa keluar.”
(Halaman:19-20)
Pada kutipan di atas, dijelaskan bahwa kegemaran Rudy
membaca buku memiliki efek samping. Dia selalu mengurung diri
di kamar dan harus dipaksa untuk keluar dari kamar.
Selain itu, kutipan narasi pengarang di bawah ini juga
menggambarkan latar tempat.
“Namun, sepanjang pelayaran itu, Rudy lebih senang
mengurung diri di kamarnya sembari membaca buku yang
dibawanya.” (Halaman:75)
Dalam kutipan di atas, pengarang menggambarkan bahwa
ketika Rudy melakukan perjalanan menuju jawa, ia lebih senang
mengurung diri di kamar sembari membaca buku-buku yang
sudah dibawanya.
Selain itu, kutipan narasi pengarang di bawah ini juga
menggambarkan latar tempat.
“Dari jendela kamar, dia bisa melihat beberapa perahu
kecil mondar-mandir di depan Sungai Amstel.”
(Halaman:106)
80
Berdasarkan kutipan di atas, dari jendela hotel Amstel
Rudy dapat melihat beberapa perahu kecil yang mondar-mandir di
depan Sungai Amstel.
Selain itu, kutipan narasi pengarang di bawah ini juga
menggambarkan latar tempat.
“Rudy memakai pullover lengkap di kamar dan
menyelimuti dirinya dengan selimut tebal.” (Halaman:125)
Dari kutipan di atas, pengarang menggambarkan situasi
bahwa Rudy sedang menghangatkan dirinya dengan memakai
pullover dan selimut tebal di kamarnya, untuk menghangatkan diri
dari dinginnya udara malam.
e) Tanjung Priok
Latar Tanjung Priok digambarkan oleh pengarang ketika
Rudy pergi ke Jakarta. Berikut kutipan dalam novel tersebut.
“Setiba di Tanjung Priok, Jakarta, Rudy menuruni kapal
sambil memegang sebuah foto yang dititipkan Mami
sebelum dia berangkat.” (Halaman:75)
Dari kutipan di atas, diketahui latar tempat di Tanjung
Priok ketika Rudy menuruni kapal yang ditumpanginya dan
memegang foto yang diberikan Mami sebelum ia berangkat.
f) Sekolah
Dalam novel Rudy Karya Gina S. Noer latar yang
digambarkan ketika Rudy masih sekolah dapat dilihat dalam
kutipan berikut.
81
“Tak ubahnya di rumah, kelakuan dua bocah kecil itu pun
tampak mencolok ketika mereka berada di sekolah.”
(Halaman:21)
Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan situasi
dalam sekolah. Dalam sekolah Rudi memperlihatkan ketenangan
yang menakjubkan, sedangkan Fanny sibuk mengusili sinyo-
sinyo belanda.
g) Teras
Latar teras digambarkan pengarang pada saat Rudy
menunggu Papi pulang. Berikut kutipan dalam novel tersebut.
“Rudy sedang duduk di teras menunggu Papi datang dari
rumah sakit ketika teman-temannya datang, seakan
membawa segenggam harta karun.” (Halaman:26)
Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan latar
tempat di teras saat Rudy menunggu Papi pulang dari rumah
sakit kemudain teman-temannya datang menghampiri.
h) Bandar Udara Kairo
Latar Bandar udara Kairo di gambarkan ketika Rudy
sedang transit. Berikut kutipan dalam novel tersebut.
“Pada waktu itu, saat sedang transit di Bandar udara Kairo,
Mesir, anaknya ngotot kalau ada orang yang memanggil-
manggilnya.” (Halaman:32)
Dalam kutipan di atas, pengarang menggambarkan situasi
bahwa Rudy sedang berada di bandar udara Kairo dan anaknya
ngotot jika ada seseorang yang sedang memanggil-manggil
namanya.
82
i) Gorontalo
Latar dalam novel Rudy Karya Gina S. Noer digambarkan
di Gorontalo. Peristiwa tersebut dapat dilihat dalam kutipan
berikut ini.
“Disana Rudy bertemu dengan seluruh keluarga besar
Habibie. Bila seumur hidupnya Rudy melihat Papi adalah
seorang yang berpendidikan formal, di Gorontalo dia
melihat kalau Papi lahir dari dunia yang sama sekali
berbeda dari kehidupannya.” (Halaman:54)
Dari kutipan di atas, pengarang menggambarkan bahwa di
Gorontalo, Rudy bertemu dengan seluruh keluarga besar Habibie.
Rudy melihat jika Papi adalah seseorang yang berpendidikan
formal. Sementara di Gorontalo, Rudy melihat Papi lahir dari
dunia yang sangat berbeda dari kehidupannya di Parepare.
Selain itu, kutipan narasi pengarang di bawah ini juga
menggambarkan latar tempat.
“Setelah tiga hari di Gorontalo, keluarga Rudy kembali
pulang menaiki kapal. Bahkan luka Rudy pun belum
benar-benar sembuh.” (Halaman:55)
Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan setelah di
Gorontalo selama tiga hari. Meskipun luka sunat Rudy belum
benar-benar sembuh ,keluarga Rudy sudah harus kembali pulang
ke Parepare menggunakan kapal.
83
j) Teteaji
Dalam novel Rudy Karya Gina S. Noer latar di Teteaji
digambarkan ketika keluarga Habibie mengungsi. Peristiwa
tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut.
“Karena semakin seringnya pengeboman, Alwie Habibie
memutuskan bahwa keluarganya mau tak mau harus ikut
mengungsi ke sebuah desa, di Teteaji pada 1942.”
(Halaman:44)
Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan suasana
ketika keluarga Habibie harus ikut serta mengungsi ke sebuah
desa di daerah Teteaji, karena semakin seringnya pengeboman di
Parepare.
k) Lanrae
Latar Lanrae digambarkan pengarang pada saat keluarga
Habibie mengungsi di daerah terpencil. Berikut kutipan dalam
novel tersebut.
“Kali ini mereka mengungsi ke desa kecil bernama
Lanrae, desa di tepi hutan, persis berhadapan dengan kota
kecil Barru, yang memiliki sungai dengan air sejuk dan
bersih mengalir ke laut.” (Halaman:45)
Dari kutipan di atas, dijelaskan bahwa keluarga Rudy
mengungsi ke desa kecil di tepi hutan yang bernama Lanrae.
Lanrae persis berhadapan dengan kota Barru, yang memiliki
sungai dengan air yang sangat sejuk dan mengalir ke laut.
Selain itu, kutipan narasi pengarang di bawah ini juga
menggambarkan latar tempat.
84
“Awalnya, kabahagiaan Rudy tak berkurang sebab selain
bisa menikmati Lanrae, Rudy juga kerap berpergian,
diajak naik bendi oleh mentri-mentri pertanian ke
Pangkajene.” (Halaman:46)
Dari kutipan di atas, diketahui bahwa latar tempat di desa
terpencil di Lanrae menjadi kebahagiaan Rudy. Kebahagiaannya
tidak berkurang, karena ia bisa menikmati desa Lanrae, apa lagi ia
sering diajak pergi menaiki bendi oleh mentri-mentri pertanian.
l) Sungai
Latar sungai digambarkan pada saat Rudy mandi. Berikut
kutipan dalam novel tersebut.
“Jalan pembuka bagi Rudy dimulainya dengan ikut anak-
anak Lanrae mandi di sungai.” (Halaman:48)
Dari kutipan novel di atas, digambarkan bahwa mandi di
sungai menjadi jalan pembuka bagi pertemanan Rudy dengan
anak-anak Lanrae. Mandi di sungai menjadi hal kecil bagi Rudy,
karena ia mendapat les berenang dari sekolah.
m)Depan Rumah
Dalam novel Rudy Karya Gina S. Noer latar depan rumah
digambarkan pada kutipan berikut ini.
“Pernah suatu kali, karena kelelahan mencari rumput
untuk kuda, Rudy duduk bertopang dagu di depan rumah.”
(Halaman:48)
Dalam kutipan di atas, pengarang menggambarkan latar
tempat di depan rumah. Terlihat saat setelah Rudy selesai
85
mencari rumput untuk kuda, ia duduk bertopong dagu di depan
rumah.
n) Mata Air
Latar di mata air dalam novelRudy Karya Gina S. Noer
digambarkan ketika Papi mengajak Rudy jalan-jalan. Berikut
yang menjelaskan tentang latar tempat di mata air.
“Mau ke mana, Pi?” kata Rudy bingung.
“Ikut saja,” kata Papi tenang.
“Papi melepaskan kuda yang sudah kenyang diberi makan,
kemudian Rudy dinaikan oleh tangan besar Papi. Mereka
menyusuri hutan dan akhirnya sampai di sebuah mata air
yang jernih.” (Halaman:49)
Dalam kutipan di atas, pengarang menggambarkan bahwa
Papi mengajak jalan-jalan Rudy yang sedang duduk di depan
rumah. Papi melepaskan kuda yang sudah kenyang diberi makan,
kemudian Rudy dinaikkan ke atas kuda oleh Papi. Sebelum
sampai ke mata air, mereka menyusuri hutan terlebih dahulu.
o) Kapal
Latar kapal digambarkan oleh pengarang ketika Rudy
pergi meninggalkan Parepare. Berikut kutipan dalam novel
tersebut.
“Rudy sekeluarga akhirnya berngkat ke Gorontalo dengan
menggunakan kapal. Mereka naik kapal barang yang biasa
berlabuh di depan rumah mereka.” (Halaman:53)
Dari kutipan di atas, pengarang menggambarkan bahwa
Rudy sekeluarga berangkat menuju Gorontalo menggunakan
86
kapal. Mereka sekeluarga menaiki kapal barang yang biasa
berlabuh di depan rumah.
Selain itu, kutipan narasi pengarang di bawah ini juga
menggambarkan latar tempat.
“Saat itu Rudy kecil yang masih bersarung, berdiri di
bubungan kapal, tangan kecilnya berpegangan pada tangan
Papi.”(Halaman:55)
Pada kutipan di atas, pengarang menjelaskan bahwa saat
luka sunat Rudy belum sembuh dan menggunakan sarung, ia
berdiri di bumbungan kapal. Tangan kecilnya berpegangan pada
tangan Papi yang besar.
Selain itu, kutipan narasi pengarang di bawah ini juga
menggambarkan latar tempat.
“Saat itu Rudy kecil yang masih bersarung, berdiri di
bubungan kapal, tangan kecilnya berpegangan pada tangan
Papi.”(Halaman:70)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa ketika Rudy
masih berduka, ia harus menaiki kapal untuk melakukan
perjalanan ke Jawa. Sebuah pulau yang selama ini belum pernah
diinjak olehnya.
Selain itu, kutipan narasi pengarang di bawah ini juga
menggambarkan latar tempat.
“Rudy yang dibekali tiket middleclass merasa gampang di
atas kapal karena tak ada orang yang dikenalnya.”
(Halaman:71)
87
Dari kutipan di atas, pengarang menggambarkan ketika
Rudy berangkat ke Jawa Rudy masih dalam keadaan berduka.
Dia dibekali tiket middleclass oleh Mami agar ia merasa
gampang berada di atas kapal, karena tak ada orang yang
dikenalinya.
p) Pelabuhan Makasar
Latar dalam novel Rudy Karya Gina S. Noer digambarkan
di pelabuhan Makasar. Peristiwa tersebut dapat dilihat dalam
kutipan berikut ini.
“Rudy ingat dia menangis di Pelabuhan Makasar,
memohon terus memohon agar dia tak dikirim ke Jawa.”
(Halaman:70)
Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan suasana
di pelabuhan Makasar. Di sana Rudy menangis memohon kepada
Mami agar ia tidak dikirim ke Jawa.
q) Jakarta
Latar di Jakarta dalam novel Rudy Karya Gina S. Noer
digambarkan ketika Rudy berada di tumah pamannya. Berikut
kutipan yang menjelaskan tentang latar tempat tersebut.
“Pada awalnya Rudy sering tak bisa tidur karena tak punya
kamar sendiri seperti di rumahnya, udara Jakarta yang
panas, juga rindu pada Mami dan adik-adiknya.”
(Halaman:77)
Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan bahwa
Rudy sering tidak bisa tidur, karena ia tak memiliki kamar sendiri
88
seperti di rumahnya. Udara Jakarta yang panas, rindu pada Mami
dan akik-adiknya juga membuat Rudy tidak bisa tidur nyenyak.
r) Ruang Tamu
Latar ruang tamu digambarkan oleh pengarang pada saat
Rudy tidur di ruang tamu. Peristiwa tersebut dapat dilihat dalam
kutipan berikut ini.
“Rudy yang datang belakangan harus mengalah dan tidur
di ruang tamu.” (Halaman:77)
Dari kutipan di atas, di ketahui latar tempat di ruang tamu
ketika Rudy harus tidur di ruang tamu dan mengalah dari anak-
anak yang lain, karena ia datang paling terakhir.
s) Bandung
Dalam novel Rudy Karya Gina S. Noer latar digambarkan
ketika Rudy pindah ke Bandung. Berikut kutipan dalam novel
tersebut.
“Di Bandung, untuk kali pertama semenjak ke luar dari
rumah Makasar, Rudy punya kamar, walaupun masih
harus berbagi dengan dua anak Syamsudin yang sebaya
dengannya.” (Halaman:78)
Dari kutipan novel di atas, digambarkan saat Rudy di
Bandung, ia memiliki kamar kembali setelah keluar dari rumah
Makasar, meskipun harus berbagi kamar dengan kedua anak
Syamsudin yang sebaya dengannya.
89
t) ITB
Latar ITB digambarkan pada saat Rudy kuliah disana.
Berikut kutipan yang menjelaskan tentang latar di ITB.
“Di ITB ini Rudy juga bertemu dengan seseorang yang
nantinya menjadi salah seorang teman dekatnya,
Wardiman Djojonegoro.” (Halaman:95)
Dari kutipan di atas, dijelaskan bahwa Rudy juga bertemu
dengan seseorang yang nantinya akan menjadi teman dekatnya.
Dia adalah Wardiman Djojonegoro.
Selain itu, kutipan narasi pengarang di bawah ini juga
menggambarkan latar tempat.
“Masa kuliah di ITB adalah salah satu titik yang
menentukan bagi kehidupan Rudy selanjutnya.”
(Halaman:98)
Pada kutipan di atas, digambarkan bahwa pada masa Rudy
kulah di ITB itu merupakan salah satu titik yang menentukan
kehidupan Rudy selanjutnya.
Selain itu, kutipan narasi pengarang di bawah ini juga
menggambarkan latar tempat.
“Saat itu Rudy memang baru kuliah selama tiga bulan di
ITB. Namun, waktu menjadi tak penting ketika
kecerdasannya sudah melebihi anak yang kuliah selama
tiga tahun.” (Halaman:100)
Dari kuripan di atas, pengerang menggambarkan saat
Rudy baru kuliah tiga bulan, ia telah mampu dan lulus mengikuti
ujian beasiswa ke luar negeri, karena kecerdasannya sudah
melebihi anak yang kuliah selama tiga tahun.
90
u) Hotel Amstel
Latar hotel Amstel digambarkan oleh pengarag ketika
Rudy sedang transit. Berikut kutipan dalam novel tersebut.
“Rudy turun bersama rombongan dari bus dan masuk ke
dalam hotel itu. Mereka disambut oleh para petugas hotel.”
(Halaman:106)
Pada kutipan di atas, diketahui latar tempat di hotel Amstel
ketika Rudy dan rombongan turun dari bus dan masuk ke dalam
hotel Amstel. Mereka di sambut oleh para petugas hotel.
v) Jerman
Latar dalam novel Rudy Karya Gina S. Noer digambarkan
di Jerman. Peristiwa tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut
ini.
“Rudy tiba di Jerman pada April 1955. Setelah menginap
sehari di Amsterdam, dia harus kembali mengejar pesawat
yang akan membawanya ke Frankfurt.” (Halaman:107)
Dari kutipan di atas, pengarang menggambarkan bahwa
sebelum Rudy tiba di Jerman pada April 1955, ia harus menginap
sehari di Amsterdam terlebih dahulu, baru bisa melanjutkan
perjalanannya menuju Frankfrut.
Selain itu, kutipan narasi pengarang di bawah ini juga
menggambarkan latar tempat.
“Pada awal-awal kuliah di Jerman, tubuhnya juga
mengurus karena dia jarang memakan daging sebab takut
haram.” (Halaman:118)
91
Pada kutipan di atas, dijelakan bahwa pada awal-awal
Rudy kuliah di Jerman, tubuhnya semakin kurus. Karena ia
jarang sekali memakan daging, sebab takut haram.
Selain itu, kutipan narasi pengarang di bawah ini juga
menggambarkan latar tempat.
“Sesulit apapun hidup di Jerman, Rudy memilih untuk
menanggung sendiri.” (Halaman:155)
Pada kutipan di atas, pengarang menjelaskan bahwa sesulit
apapun hidup Rudy di Jerman, ia memilih untuk menanggungnya
sendiri dan tidak memberitahukannya kepada Mami.
w) Kantor Kedutaan Besar Indonesia
Latar dalam novel Rudy Karya Gina S. Noer digambarkan
di Kantor Kedutaan Besar Indonesia. Peristiwa tersebut dapat
dilihat dalam kutipan berikut ini.
“Keesokan paginya, Rudy langsung menuju Kantor
Kedutaan Besar Indonesia di Boon untu mendapatkan visa
belajarnya dan surat-surat untuk kebutuhan studinya.”
(Halaman:108)
Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan suasana
di Kantor Kedutaan Besar Bahasa Indonesia. Pagi hari, Rudy
mendatangi Kantor Kedutaan Besar Indonesia di Boon untuk
mendapatkan visa belajar dan surat-surat untuk kebutuhan
studinya.
92
x) RWTH- Aachen
Latar di RWTH- Aachen dalam novel Rudy Karya Gina S.
Noer digambarkan ketika Rudy melaporkan diri di Sekertriat
RWTH-Aachen. Berikut kutipan yang menjelaskan tentang latar
tempat di RWTH-Aachen.
“Setelah melaporkan diri di Sekertariat RWTH-Aachen,
Rudy diantar ke tempat penginapan untuk atlet sebelum
bertanding di Jerman.” (Halaman:117)
Dari kutipan di atas, pengarang menggambarkan bahwa
Rudy melaporkan diri ke sekertariat RWTH-Aachen. Kemudian,
ia diantar ke tempat penginapan untuk atlet.
y) Aachen
Latar Aachen digambarkan oleh pengarang pada saat Rudy
menuju kota Aachen. Peristiwa tersebut dapat dilihat dalam
kutipan di bawah ini.
“Dari Boon, Rudy tak mau buang waktu dan langsung
menuju Aachen.” (Halaman:108)
Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan ketika
Rudy telah sampai di Boon, ia langsung melanjutkan
perjalannannya menuju Aachen, karena tidak ingin membuang
waktu.
Selain itu, kutipan narasi pengarang di bawah ini juga
menggambarkan latar tempat.
“Di Aachen, Rudy kini lebih punya banyak waktu untuk
berjalan-jalan dan menikmati kota.” (Halaman:116)
93
Dalam kutipan di atas, dijelaskan bahwa saat di Aachen
Rudy lebih banyak memiliki waktu untuk berjalan-jalan
menikmati kota.
Selain itu, kutipan narasi pengarang di bawah ini juga
menggambarkan latar tempat.
“Malam kian larut dan salju semakin tebal menutupi atap-
atap rumah di kota Aachen.”(Halaman:125)
Dari kutipan di atas, dapat di simpulkan bahwa Saat
malam semakin larut, salju semakin tebal menutupi atap-atap
rumah di kota Aachen.
z) Mensa Academia
Latar Mensa Academia digambarkan pada saat Rudy di
antar ke Mensa Academia. Berikut kutipan dalam novel tersebut.
“Setelah itu, mereka diantar ke Mensa Academia,
semacam kantin mahasiswa yang disubsidi oleh kampus.
Rudy tinggal di situ sebelum dia mendapatkan tempat
tinggalnya.” (Halaman:125)
Dari kutipan novel di atas, dijelaskan latar Mensa
Academia terlihat pada saat Rudy dan Keng Kie diantar ke
Mensa Academia. Mensa Academia merupakan semacam kantin
mahasiswa yang di subsidi oleh kampus. Sementara Rudy tinggal
di Mensa Academia sebelum ia mendapatkan tempat tinggal.
aa) Gereja
Latar gereja digambarkan pada saat Rudy berada di
Aachen. Peristiwa tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut.
94
“Gereja selalu menjadi tempat pelarian Rudy selama di
Aachen.” (Halaman:130)
Dalam kutipan di atas, pengarang menggambarkan latar
tempat di gereja. Terlihat saat gereja menjadi tempat pelarian
Rudy selama di Aachen, karena di Aachen tidak ada masjid.
bb) Bungker
Latar dalam novel Rudy Karya Gina S. Noer digambarkan
di bungker pada waktu malam hari. Peristiwa tersebut dapat
dilihat dalam kutipan berikut ini.
Dia lalu membawa mereka ke tempat penampungan
tunawisma, yaitu bungker untuk tempat tidur para korban
perang.” (Halaman:136)
Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan suasana
di bungker. Di sana tergambar bahwa polisi membawa Rudy
dan Arief ke tempat penampungan tunawisma atau bungker.
cc) Ruangan Kampus
Latar di ruang kampus dalam novel Rudy Karya Gina S.
Noer digambaran ketika kedatangan mahasiswa baru dari
Indonesia. Berikut kutipan yang menjelaskkan tentang latar
tempat di kampus.
“Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Mereka
berkumpul di ruangan kampus yang dipinjamkan.
Beberapa mahasiswa sudah siap dengan bunga di tangan.
Romongan mahasiswa baru masuk ke dalam ruangan itu.
Para mahasiswa dating dengan wajah gugup, jas dan dasi,
serta tas di tangan.” (Halaman:145)
95
Dari kutipan di atas, pengarang menggambarkan
mahasiswa senior telah menunggu kedatangan mahasiswa baru
Indonesia yang baru tiba. Mereka meminjam ruangan kampus
guna menyambut kedatangan mahasiswa baru. Beberapa
mahasiswa telah siap dengan bunga ditangan. Rombongan
mahasiswa baru masuk ke dalam ruangan dengan wajah yang
gugup.
dd) Rumah Sakit Krotzingen
Latar rumah sakit Krotzingen digambarkan oleh pengarang
pada saat Rudy dipindahkan ke RS Bad Krotzingen. Peristiwa
tersebut dapat dilihat dalam kutipan di bawah ini.
“Pada akhir Juli, 1959, Rudy sudah dipindahkan ke RS
Bad Krotzingen dekat dengan Freiburg dan
Schwartzwald.” (Halaman:204)
Dari kutipan di atas, diketahui latar tempat rumah sakit
Krotzingen. Akhir bulan Juli 1959 Rudy sudah dipindahkan ke
RS Bad Krotzingen yang dekat dengan Freiburg dan
Schwartzwald.
ee) Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
Latar rumah sakit Cipto Mangunkusumo digambarkan
pengarang pada saat Rudy menjemput Ainun. Peristiwa tersebut
dapat dilihat dalam kutipan berikut.
“Kejadiannya pada suatu sore ketika Ainun bersiap untuk
pulang kerja dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
Memang, Rudy sengaja menginap di rumah Mbak Titi
demi lebih dekat dengan Ainun.” (Halaman:242)
96
Dalam kutipan di atas, pengarang menggambarkan latar
tempat di rumah sakit Cipto Mangunkusumo. Terlihat saat Rudy
yang sengaja meninap di rumah mbak Titi agar ia bisa lebih
dekat dengan Ainun dan agar lebih mudah menjemput Ainun
pulang kerja.
2) Latar Waktu
Latar waktu menunjukan waktu kapan terjadinya peristiwa
dalam novel Rudy Karya Gina S. Noer. Latar waktu yang terdapat
dalam novel menunjukan waktu pagi, siang, sore dan malam hari.
a. Pagi
Latar waktu yang disajikan pengarang menunjukan waktu
pagi hari. Peristiwa tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut.
“Setiap pagi, Rudy selalu memboncengkan adik-adiknya
berangkat sekolah. (Halaman:83)
Dari kutipan di atas, diketahui bahwa setiap pagi Rudy
selalu memboncengkan adik-adiknya berangkat sekolah
menggunakan sepeda.
Selain itu, kutipan narasi pengarang di bawah ini juga
menggambarkan latar waktu pagi hari.
“Rudy, alias si bangsat, harus pergi ke depan asrama
mahasiswa pada pukul lima pagi. (Halaman:97)
Dari kutipan di atas, diketahui pada pukul lima pagi, Rudy
alias si bangsat harus pergi ke depan asrama mahasiswa putri, guna
membangunkan mereka.
97
Selain itu, kutipan narasi pengarang di bawah ini juga
menggambarkan latar waktu pagi hari.
“Kamu berangkat jam berapa?”
“Jam lima subuh!” (Halaman:139)
Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan Rudy
harus berangkat dari indekos jam lima subuh, untuk menuju tempat
praktiknya.
Selain itu, kutipan narasi di bawah ini juga menggambarkan
waktu pagi hari.
“Bangun pagi, setelah shalat subuh, Sri langsung ke dapur.
Dia langsung membawa sapu dan lap untuk membersihkan
setiap sudut rumah.” (Halaman:158)
Dalam kutipan di atas, pengarang menggambarkan waktu
pagi hari di rumah keluarga Habibie. Terlihat aktivitas Sri dari
bangun pagi, setelah itu sholat subuh, kemudian ia pergi kedapur
dan langsung membersihkan seluruh sudut rumah.
Setelah itu, kutipan narasi di bawah ini juga menggambarkan
waktu pagi hari.
“Dia juga harus mengurus hotel itu. Pukul empat pagi, dia
sudah belanja kebutuhan hotel.” (Halaman:163)
Pada kutipan di atas, diketahui bahwa pukul empat pagi, Sri
sudah harus belanja kebutuhan hotel. Dia juga harus mengurus
semua keperluan hotel.
Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan latar
waktu pagi hari.
98
“Pagi itu, dia pulang menggunakan kereta dan ketiduran di
bangku.” (Halaman:199)
Dari kutipan di atas, di ketahui Rudy pulang ke indekosnya
menggunakan kereta dan ketiduran di bangku.
Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan latar
waktu pagi hari.
“Pagi harinya sebuah keajaiban terjadi. Rudy sadar. Rudy
terkejut saat membuka mata karena pertama dilihatnya adalah
rohaniwan. (Halaman:204)
Dalam kutipan di atas, pengarang menggambarkan suasana di
kamar rawat. Di sana terlihat bahwa pada waktu pagi hari ada
keajaiban yang terjadi. Rudy sadar, tetapi ia terkejut ketika
membuka matanya, karena pertama yang dilihatnya adalah
rohaniwan.
Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan latar
waktu pagi hari.
“Sebuh pengumuman kecil di surat kabar menghebohkan
warga Jakarta dan Bandung pagi itu.” (Halaman:251)
Dari kutipan di atas, diketahui waktu pagi hari ketika sebuah
pengumuman kecil di surat kabar menghebohkan warga Jakarta
dan Bandung.
b. Siang
Latar siang dalam novel Rudy Karya Gina S. Noer terdapat
pada bagian ketika Rudy melihat jembatan di Parepare pada siang
99
hari. Berikut kutipan yang menjelaskan latar waktu siang dalam
novel.
“Siang tadi, Rudy melihat jembatan di Parepare dan merasa
heran melihat ada begitu banyak mobil yang lewat di
atasnya. (Halaman:31)
Dalam kutipan di atas, pengarang menggambarkan waktu
siang hari ketika Rudy melihat jembatan di Parepare, ia merasa
heran melihat begitu banyak mobil yang lewat di atasnya.
Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan latar
waktu siang hari.
“Kabar buruk itu tiba pada pukul dua siang.
Keng Kie berlari masuk ke klubraum karena dia mendapat
telegram bahwa Rudy dalam keadaan kritis dan teman-
temannya, disuruh menjenguk.” (Halaman:204)
Pada kutipan di atas, diketahui bahwa pukul dua siang Keng
Kie mendapat telegram, bahwa Rudy saat ini sedang dalam
keadaan kritis. Teman-teman Rudy diminta untuk menjenguknya.
Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan latar
waktu siang hari.
“Namun, pada suatu siang Februari 1962, datang dua orang
berpakaian jas lengkap ke ruang kerja Institut Konstruksi
Ringan.” (Halaman:216-217)
Pada kutipan di atas, digambarkan pada bulan Februari
1962, siang itu datang dua orang yang berpakaian jas lengkap
datang ke ruang kerja Institut Konstruksi Ringan.
100
c. Sore
Pengarang menunjukan waktu sore terjadi ketika keluarga
Habibie pergi ke pantai Lumpue. Peristiwa tersebut dapat dilihat
dalam kutipan berikut.
“Sore itu suara hati mami bias mengalahkan suara debur
ombak, tawa anak-anaknya, dan kelurga lain yang sedang
piknik di Pantai Lumpue, sekitar satu kilometer dari rumah
mereka di Parepare.” (Halaman:13)
Dari kutipan di atas, diketahui latar tempat di pantai Lumpue
pada sore hari. Tampak kebahagiaan dan keceriaan tampak dalam
tawa anak-anak. Keluarga Habibie berlibur ke pantai Lumpue yang
jaraknya hanya satu kilometer dari rumah mereka di Parepare.
Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan latar
waktu sore hari.
“Salah satu kegiatan yang mereka lakukan pada sore hari
adalah shalat berjamaah.” (Halaman:64)
Pada kutipan di atas, terlihat kegiatan keluarga Habibie yang
mereka lakukan pada sore hari adalah sholat berjamaah.
Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan latar
waktu sore hari.
“Saat itu Papi memegang tangannya menikmati sore diatas
kapal.” (Halaman:70)
Dalam kutipan di atas, terlihat Rudy sedang berada di atas
kapal menikmati keindahan laut di sore hari dengan memegang
tangan Papi.
101
Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan latar
waktu sore hari.
“Suatu sore, Sri menemukan Rudy yang sedang gelisah di
depan kaca.” (Halaman:86)
Dari kutipan di atas, pengarang menggambarkan Sri
mendapati Rudy yang sedang gelisah di depan kaca, karena
mukanya banyak di tumbuhi jerawat.
Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan latar
waktu sore hari.
“Karena sudah sore, Rudy berinisiatif menghubungi
Jugendherberge, suatu tempat menginap sementara bagi
remaja Jerman yang belum punya tempat tinggal.
(Halaman:135)
Pada kutipan di atas, diketahui waktu sore hari ketika Rudy
menyadari hari semakin sore, ia berinisiatif menghubungi
Jugendherberge, suatu penginapan sementara bagi remaja Jerman
yang belum meliliki tempat tinggal.
Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan latar
waktu sore hari.
“Sorenya, dia tak jadi kembali ke flatnya, tetapi pergi ke flat
Keng Kie.” (Halaman:172)
Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan suatu sore,
Rudy tidak jadi pulang ke flatnya, tetapi pergi ke flat Keng Kie.
Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan latar
waktu sore hari.
102
“Kejadiannya pada suatu sore ketika Ainun bersiap untuk
pulang kerja dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.”
(Halaman:242)
Dalam kutipa di atas, dijelaskan bahwa Rudy harus bersaing
dengan banyak laki-lagi agar ia bisa pulang bersama Ainun.
d. Malam
Pengarang menggambarkan latar waktu malam hari pada
novel Rudy Karya Gina S. Noer, ketika Rudy menunggu Papi
pulang bekerja. Berikut kutipan dalam novel tersebut.
“Papi menjawab semampunya agar Rudy tak kecewa karena
sudah menunggu hingga larut malam.” (Halaman:35)
Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan keadaan
saat Rudy menunggu Papi pulang bekerja hingga larut malam.
Mami meminta Papi menjawab pertanyaan Rudy semampunya
saja, agar Rudy tidak kecewa.
Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan latar
waktu malam hari.
“Pukul 12 malam, usai pulang dari perpeloncoan, Rudy yang
dibonceng motor Harley Davidson oleh senior-seniornya
diturunkan tepat di depan rumah keluarga Jumhana.”
(Halaman:96)
Dari kutipan di atas, terlihat latar malam. Terlihat ketika
pukul 12 malam, setelah selesai perpeloncohan, Rudy di bonceng
menggunakan motor Haeley Davidson oleh seniornya di turunkan
di depan rumah keluarga Jumhana.
Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan latar
waktu malam hari.
103
“Rudy makan malam di restoran hotel. Makan malam itu
juga termasuk dari paket penerbangan yang dibeli ibunya.”
(Halaman:106)
Pada kutipan di atas, diketahui waktu malam hari ketika
Rudy makan malam di restoran hotel. Makan malam tersebut
termasuk paket dari penerbangan yang dibeli oleh ibunya.
Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan latar
waktu malam hari.
“Malam kian larut dan salju semakin tebal menutupi atap-
atap rumah di kota Aachen.”(Halaman:125)
Dalam kutipan di atas, pengarang menggambarkan situasi
pada malam hari. Terlihat pada saat malam semakin larut salju
turun semakin tebal menutupi atap-atap rumah di kota Aachen.
Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan latar
waktu malam hari.
“Suatu malam, Rudy bekerja keras sampai tak tidur. Hampir
tiga hari Rudy tak tidur sama sekali.” (Halaman:199)
Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan waktu
malam hari ketika pada suatu malam Rudy bekerja keras sampai
tidak tidur. Rudy sudah hamper tiga hari tidak tidur.
Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan latar
waktu malam hari.
“Malam itu, ditengah terselenggaranya Seminar
Pembangunan, Rudy diantar ke kamar jenazah oleh
perawat.” (Halaman:200)
104
Dalam kutipan di atas, di ketahui waktu malam hari, pada
saat malam terselengaranya Seminar Pembangunan, Rudy justru
diantar ke kamar jenazah oleh perawat.
Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan latar
waktu malam hari.
“Ternyata Mami tak main-main dengan ucapannya. Pada
malam takbiran, Fanny benar-benar mengantar Rudy ke
rumah Ainun di Ranggamalela.” (Halaman:237)
Dalam kutipan di atas, pengarang menggambarkan ucapan
Mami tidak main-main. Pada malam takbiran, Mami menyuruh
Fanny untuk mengantar Rudy ke rumah Ainun di Ranggamalela.
Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan latar
waktu malam hari.
“Malam itu, segala kecanggungan mereka lenyap. Obrolan
bermula dimeja makan lalu berlanjut hingga ke teras.”
(Halaman:238)
Dari kutipan di atas, diketahui waktu malam hari ketika
malam itu segala kecanggungan telah hilang. Obrolan yang
berawal di meja makan kini berlanjut hingga di teras.
Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan latar
waktu malam hari.
“Obrolan itu berlangsung sangat seru sampai akhirnya
mereka menyadari hari sudah malam.” (Halaman:239)
Dari kutipan di atas, diketahui suasana malam hari pada saat
obrolan yang berlangsung sangat seru, sampai akhirnya Rudy dan
Ainun menyadari hari sudah larut malam.
105
Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan latar
waktu malam hari.
“Nyatanya, setelah perjumpaan dengan ainun malam itu, tak
ada obrolan lain di pikiran Rudy selain Ainun.”
(Halaman:242)
Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan bahwa
setelah perjumpaan Rudy dengan Ainun malam itu, tidak ada
obrolan lain di pikiran Rudy, selain dengan Ainun.
3) Latar Suasana
Latar suasana merupakan gambaran keadaan saat peristiwa
itu terjadi. Suasana yang ada dalam cerita dapat melukiskan
suasana peristiwa dan perasaan pada tokoh yang mengalaminya.
Latar suasana yang terdapat dalam novel Rudy Karya Gina S. Noer
antara lain: suasana kebahagiaan, suasana kesedihan, suasana
kemarahan, suasana menegangkan, Susana penuh keributan,
suasana terharu.
Berikut ini beberapa kutipan yang memaparkan tentang latar
suasana.
a) Suasana Kebahagiaan
Suasana kebahagiaan dalam novel Rudy Karya Gina S.
Noer terlihat ketika Rudy diajak Papi pergi menaiki kuda. Hal
tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut ini.
“Mau ke mana, Pi?” kata Rudy bingung.
“Ikut saja,” kata Papi tenang.
Papi melepaskan kuda yang sudah kenyang diberi
makan, kemudian Rudy dinaikan oleh tangan besar Papi.
106
Mereka menyusuri hutan dan akhirnya sampai di sebuah
mata air yang jernih.
“Rudy senang?” Tanya Papi yang sudah berjongkok di
sekelilingnya.
Rudy mengangguk sambil terus memainkan kakinya di
air.
“Rud, coba kamu lihat sekeliling kamu.”
“Menurut kamu, kenapa semua tanaman di sini bisa
tumbuh subur?”
“Karena dekat dengan air.” jawab Rudy polos
“Benar, karena itu kamu harus menjadi mata air.”
“Kalau kamu baik, semua orang disekelilingmu juga
akan baik. Kalau kamu kotor, semua di sekitarmu akan
mati.”
Pelan-pelan Rudy memahami maksud perkataan Papi
“Coba lihat, tanaman di sini tak Cuma sejenis, kan?”
Rudy kembali mengangguk. “Itu artinya mata air
memberikan kebikan tanpa pilih-pilih.”
(Halaman:49)
Dalam kutipan di atas, pengarang menggambarkan Papi
mengajak jalan-jalan Rudy yang sedang duduk di depan rumah.
Papi melepaskan kuda yang sudah kenyang diberi makan,
kemudian Rudy dinaikkan ke atas kuda oleh Papi. Sebelum
sampai ke mata air, mereka menyusuri hutan terlebih dahulu.
Rudy senang diajak Papi jalan-jalan. Rudy mendapatkan
pelajaran hidup dari sebuah mata air yang memberikan
kebaikannya tanpa pilih-pilih, tetapi ke semua tanaman di
sekitarnya. Awalnya, Rudy bingung apa yang di maksud oleh
Papi. Namun, pelan-pelan ia bisa mengerti apa yang di maksud
oleh Papi.
Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan
latar suasana kebahagiaan.
107
“Pada hari pernikahan itu, bukan hanya Rudy dan Ainun
yang berbahagia. Ada Leila yang hadir sejak prosesi
akad nikah. Rudy senang sekali saat bertemu dia di
Jakarta., April itu. Rudy langsung berteriak, “Leila, Ich
bin verliebt! „Saya jatuh cinta!‟ Rudy lalu mengenalkan
Leila pada Ainun yang tenti disambut gembira oleh Leila
karena Ainun adalah penyangkalan dari Rudy yang
selama ini percaya bahwa tak ada gadis Indonesia yang
cerdas, kritis, pekerja keras, dan cantik.” (Halaman:253)
Dari kutipan di atas, dijelaskan bahwa Rudy menikahi
Ainun. Pada saat itu bukan hanya Rudy dan Ainun saja yang
berbahagia. Namun, ada Leila yang juga merasa bahagia karena
Ainun adalah penyangkalan dari Rudy selama ini meyakini
bahwa tidak ada gadis Indonesia yang cerdas, kritis, pekerja
keras, dan cantik.
b) Suasana Kesedihan
Suasana kesedihan dalam novel Rudy Karya Gina S.
Noer terlihat ketika Rudy memohon kepada Mami agar tidak
dikirim ke Jawa. Peristiwa tersebut dapat dilihat pada kutipan
berikut.
“Rudy ingat dia menangis di Pelabuhan Makassar,
memohon dan terus memohon agar dia tak dikirim ke
Jawa. (Halaman:70)
Dari kutipan di atas, dijelaskan bahwa latar suasana
kesedihan terlihat saat Rudy menangis di Pelabuhan Makassar
memohon kepada Mami agar tidak dikirim ke Jawa.
Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan
latar suasana kesedihan.
108
“Sore itu, 3 September 1950, semuanya tengah bersiap-
siap menjalankan shalat seperti biasa. Mengambil wudu
dan berpakaian rapi. Mami sudah menutup jendela dan
pintu karena di luar hari mulai gelap. Suasana shalat
berlangsung sangat khusuk hingga tiba di sujud terakhir.
Namun, ada yang berbeda kali ini. Papi terus sujud dan
tidak kunjung bangun.” (Rudy,2016:64)
“Dalam kepanikan, Mami masih sempat memerintahkan
Titi untuk mencari pertolongan. Sambil menangis, Titi
berlari mencari dokter di markas Brigade Mataram.
Tidak lama, datanglah Brigade Letnan Kolonel Soeharto
didampingi oleh Dokter Tek Irsan ke rumah. Namun,
sayang sebelum melakukan pertolongan, nyawa Papi
sudah tidak bisa diselamatkan. Serangan jantung yang
datang mendadak telah merenggut Papi, membawanya
jauh dari anak-anak dan istri yang saban hari bersandar
padanya.” (Halaman:65)
Dari kutipan di atas, pengarang menjelaskan bahwa Papi
meninggal dunia saat melaksanakan shalat berjamaah bersama
keluarga. Dalam kepanikannya mami sempat menyuruh Titi
untuk mencari pertolongan. Namun, sebelum mendapatkan
pertolongan nyawa Papi sudah tidak bisa diselamatkan.
Serangan jantung yang datang mendadak telah merenggut papi
dari anak-anak dan istri yang setiap hari bersandar padanya
Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan
latar suasana kesedihan.
“Pada hari itu, Rudy masih bersikeras pergi kampus dan
mengurus persiapan seminar, tetapi batuknya semakin
keras. Ibu pemilik tempat indekosnya memaksa Rudy
untuk pergi ke rumah sakit. Sampai di sana, Rudy
dinyatakan harus dirawat.” (Halaman:199)
Dari kutipan di atas, diketahui bahwa saat itu Rudy
masih bersikeras untuk datang ke kampus guna mengurus
109
persiapan seminar, tetapi batuknya semain parah. Ibu pemilik
indekosnya memaksa Rudy untuk pergi ke rumah sakit. Setelah
diperiksa, Rudy dinyatakan harus dirawat.
Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan
latar suasana kesedihan.
“Rudy tak ingat sisanya. Malam itu, di tengah
terselenggaranya Seminar Pembangunan, Rudy diantar
ke kamar jenazah oleh perawat. Mereka membicarakan
betapa malangnya anak Indonesia ini, yang mati sendiri
jauh dari tanah airnya.” (Halaman:200)
Dalam kutipan di atas, pengarang menggambarkan latar
suasana kesedihann ketika Seminar Pembangunan sedang
diselenggarakan, Rudy diantar ke kamar jenazah oleh perawat
rumah sakit. Perawat rumah sakit membicarakan betapa
malangnya nasib Rudy yang meninggal dunia jauh dari tanah
air.
c) Suasana Kecemasan
Suasana kecemasan dalam novel Rudy Karya Gina S.
Noer terlihat ketika Rudy diminta untuk berkumur-kumur
dengan air panas. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan di
bawah ini.
“Ayo! Kumur terus!” teriak Mami. Rudy menatap mata
Mami. Mata Maminya berkaca-kaca.
Cuh. Rudy meludah-ludah. Lidahnya agak terbakar.
“Kalau tidak bulat apakah bis-“ Rudy kembali dipaksa
berkumur. Sementara Papi menatap Rudy dengan
pandangan Khawatir. (Halaman:28)
110
Pada kutipan diatas, latar suasana kecemasan terlihat
ketika Mami meminta Rudy untuk berkumur-kumur dengan air
panas, sementara Papi menatap Rudy dengan pandangan
Khawatir.
d) Suasana Kemarahan
Suasana kemarahan dalam novel Rudy Karya Gina S.
Noer terlihat ketika tugas S-3-nya diambil paksa oleh pegawai
Departemen Pertahanan Jerman. Hal tersebut dapat dilihat pada
kutipan berikut.
“Rudy menatap orang yang dihormatinya itu dengan
kemarahan yang luar biasa. “Yang benar saja, dong! Itu,
kan S-3 saya!” (Halaman:217)
Dalam kutipan di atas, dijelaskan bahwa Rudy menatap
Prof. Enber dengan kemarahan yang luar biasa.
e) Suasana Menegangkan
Suasana menegangkan dalam novel Rudy Karya Gina S.
Noer terlihat ketika Rudy meniup karet yang ditemukan oleh
Paul. Peristiwa tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut ini.
“Mami, Mami!”
“Pi, kok, bisa beda gitu? Rudy cara meniupnya sama,
kok.”
Papi tetap tak menjawab, dia malah semakin
kelimpangan mencari Mami ke seluruh rumah. Saat
akhirnya Papi menemukan Mami sedang menyuapi Sri,
Papi langsnung menarik tangan Mami dan mereka
mengobrol tentang karet itu. Pada saat Rudy tak
mengerti yang mereka bicarakan, Rudy hanya bingung
penyebab kali ini Papi tak member penjelasan tentng
pertanyaannya. Atau minimal berjanji mencarikan buku
111
yang menjelaskan tentang benda aneh itu.”
(Halaman:28)
Pada kutipan diatas, pengarang menggambarkan suasana
menegangkan ketika Papi mengetahui Rudy meniup karet. Papi
mencari-cari Mami, setelah bertemu, tangan Mami ditarik
olehnya. Mereka membicarakan tentang masalah karet yang di
tiup oleh Rudy.
Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan
latar suasana menegangkan.
“Ancaman pengeboman udara membuat Rudy setiap hari
harus berbekal sepotong karet (stief) yang dikalungkan
di leher jika berangkat sekolah.” (Halaman:43-44)
Dari kutipan di atas, pengarang menjelaskan bahwa
ancaman pengeboman udara membuat Rudy harus berbekal
sepoting karet setiap hari yang dikalungkan di leher jika, akan
berangkat sekolah.
f) Suasana Penuh Keributan
Suasana penuh keributan dalam novel Rudy Karya Gina
S. Noer terlihat ketika Rudy tak mau menandatangani hasil
revolusi. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut.
“Saya tidak mau!” tegas Rudy
“Kenapa kamu tidak mau? Antirevolusi, ya?” tuduh para
pendukung Achmadi.” (Halaman:187)
Pada kutipan di atas, digambarkan suasana penuh
ketegangan ketika Rudy tidak mau menandatangani hasil
112
revolusi. Rudy dituduh oleh para pendukung Achmadi, kalu ia
antirevolusi.
Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan
latar suasana penuh keributan.
“Tidak! Tidak boleh ada yang mengambil perhitungan
saya!”
Kedua orang itu tak perduli. Mereka terus mengambil
seluruh kertas-kertas berharga itu. Keributan itu
memancing kedatangan tiga orang sejawat Rudy.
Namun, tak ada yang menolong Rudy. Sementara itu,
Prof. Ebner berusaha menenangkan Rudy.”
(Halaman:217)
Dalam kutipan di atas, tergambar suasana penuh
keributan, ketika pegawai Departemen Pertahanan Jerman
mengambil tugas S-3 milik Rudy.
e. Sudut Pandang
Sudut pandang atau disebut (point of view) menyaran pada
sebuah cerita dikisahkan. Ia merupakan cara atau pandangan yang
dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajiakn tokoh,
tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam
sebuah karya fiksi kepada pembaca. Sudut pandang adalah titik
pandang dari sudut mana cerita itu dikisahkan. Pengarang
menguraikan cara menyajikan tokoh, mengairkan alur, dan membentuk
sebuah peristiwa yang dapat disajikan secara utuh.
Dalam novel Rudy Karya Gina S. Noer, pengarang
menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu yang mengetahui
113
jalannya cerita. Pengarang mengetahui saat Rudy mengingat Papi yang
sudah meninggal dunia.
“Perjalanan ini mengingatkan Rudy kembali pada Papi karena
sekalinya dia naik kapal adalah waktu disunat dan mereka
sekeluarga berangkat ke Gorontalo. Saat itu Papi memegang
tangannya menikmati sore dari atas kapal. Mereka begitu
bahagia saat itu karena baru melepas rindu pada kampung
halaman. Namun, kini Rudy sendirian di atas kapal
memandang langit yang tampak muram. Banyak yang bilang
pada Rudy kalau darah bugis punya darah perantau dan nekat.
Namun, justru Mami yang berdarah Jawa yang nekat
mengirimnya sendirian ke pulau yang sama sekali asing
untuknya.” (Halaman:70)
Penulis mengetahui segala yang dirasakan tokoh utama Rudy.
Penulis berperan sebagai orang ketiga serba tahu. Situasi dan kondisi
di dalam cerita nampak lebih hidup saat pembaca mengetahui situasi
dan kondisi jalannya cerita.
f. Amanat
Amanat tidak langsung tertulis dalam cerita, tetapi dapat
ditafsirkan dari percakapan tokoh, peristiwa yang menimpa tokoh, atau
akibat yang terjadi pada tokoh dalam akhir cerita itu. Amanat adalah
pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui ceritanya.
Amanat yang baik adalah amanat yang mengandung nilai-nilai positif
yang dapat diambil dalam sebuah cerita untuk dijadikan pedoman
hidup.
Amanat yang terkandung dalam novel Rudy Karya Gina S.
Noer yaitu:
114
1) Jangan pernah menilai orang lain dari sisi luarnya saja. Hal
tersebut sesuai dengan kutipan berikut.
“Kamu disini jangan memalukan nama bangsa, ya!” kata
seorang mahasiswa senior. Dia menasehati Rudy.”Kamu
harus belajar sungguh-sungguh di sini.”
“Iya, mas,” Rudy menjawab. Sementara Lim Keng Kie
cuma tertawa canggung. Orang-orang ini belum tahu
kemampuan Rudy sebenarnya. (Halaman:120)
Pada kutipan di atas, digambarkan bahwa para mahasiswa
senior begitu menyepelekan Rudy, karena ia satu-satunya
mahasiswa yang tidak memiliki paspor biru. Itu sebabnya para
mahasiswa senior langsung menyimpulkan bahwa Rudy bukan
anak yang pintar, tidak qualified. Namun, Rudy merupakan anak
yang genius, ia mampu mengikuti ujian dan lulus dengan nilai
yang sangat baik.
2) Jangan pernah mengeluh meski sedang menghadapi kesusahan. Hal
tersebut sesuai dengan kutipan berikut.
“Sesulit apapun hidup di Jerman, Rudy memilih untuk
menanggung sendiri. Rudy tidak pernah mau mengabarkan
kesulitan di Aachen kepada Mami. Baginya, Mami dan
keluarga di rumah tak perlu tahu yang sedang dihadapi. Dia
tau bahwa ibunya sudah susah, tak perlu ditambah susah
lagi. Berani merantau sejauh ini harus berani pula
menanggung kesulitan semacam apapun. (Halaman:156)
Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa sesulit
apapun hidup Rudy di Jerman ia tidak pernah mengeluh kepada
siapapun, termasuk Mami. Karena ia sadar harus berani
menanggung kesulitan sendiri.
115
3) Jangan cepat putus asa dalam menggapai cita-cita. Hal tersebut
sesuai dengan kutipan berikut.
“Melihat ada seorang laki-laki bertubuh kecil dan matanya
memerah, seorang laki-laki Jerman mendekatinya. “Kamu
kenapa?” tanyanya.
“Aku gagal ujian,” jawab Rudy pasrah. Suaranya serak.
“Memangnya, siapa nama kamu?” kata lelaki jerman itu
penasaran.
Rudy member tahu nama lengkapnya kemudian bersiap-
siap pergi. Kalaupun dia harus menyesali diri dan
menangis, paling tidak bukan di depan orang-orang Jerman
ini.
Ternyata orang Jerman yang jangkung itu berinisiatif
mencari namanya juga, tetapi dari atas. Lalu, dia
celingukan mencari Rudy ke sekeliling, tetapi tidak ada.
Melihat Rudy yang menjauh, dia segera berlari dan menarik
tangannya. Tangan itu diguncang dengan antusias seolah
dia akan memutarbalikan Rudy dengan tubuhnya yang
besar, “Herzlichen Gluckwunsch!” kata pemuda itu. Rudy
kebingungan mendengarkata “selamat” keluar dari mulut
lelaki itu. Hinaan macam apa ini, jelas-jelas namaku tidak
ada di sana, piker Rudy.
Orang jerman itu lalu menyeret Rudy melihat kembali ke
papan pengumuman yang sudah mulai sepi. Jari orang
Jerman itu menunjuk ke angka deretan paling atas.
(Halaman:122)
Berdasarkan kutipan di atas, pengarang menjelaskan bahwa
Rudy mengira tidak lulus ujian dan ia sempat putus asa ketika ia
tidak melihat namanya di papan pengumuman. Ada orang Jerman
yang menayakan nama dan berbaik hati mencari nama Rudy di
papan pengumuman. Ternyata namaya berada di deretan atas.
2. Aspek Sosiologi Sastra dalam Novel Rudy Karya Gina S. Noer
Aspek sosiologi sastra novel Rudy Karya Gina S. Noer yang
dibahas dalam skripsi ini terdiri dari aspek kekerabatan, cinta kasih, moral,
pendidikan, ekonomi dan religi. Dibawah ini disajikan pembahasan
116
mengenai aspek-aspek sosiologi sastra yang berkaitan dalam novel Rudy
Karya Gina S. Noer satu persatu.
1) Aspek Kekerabatan
Kekerabatan merupakan unit-unit sosial yang terdiri dari
beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan
perkawinan. Dalam novel Rudy Karya Gina S. Noer ini, terdapat
hubungan kekerabatan antara Rudy dengan Mami, adiknya Sri, dan
istrinya Ainun. Hal tersebut dapat dibuktikan pada kutipan di bawah
ini.
a) Mami dengan Rudy
Hubungan aspek kekerabatan antara Mami dengan Rudy
terlihat ketika Mami menanyakan kepada Rudy mau sampai jam
berapa akan menunggu Papi. Berikut kutipan dalam novel yang
menjelaskan kekerabatan Mami dengan Rudy.
“Mau sampai jam berapa menunggu Papi, nak? “ Mami
muncul lagi di pintu.
“Mami, Papi kenapa kalu pulang suka malam-malam?”
Protes Rudy
“Nak, Papi itu pekerjaannya banyak, mengurus orang-orang
biar sawah dan kebunnya bagus.” Kata Mami menjelaskan”
(Halaman:33)
Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan tokoh
Mami sedang bertanaya kepada Rudy. Mau sampai jam berapa
Rudy akan menunggu Papi pulang bekerja.
117
Selain itu, aspek kekerabatan juga terlihat ketika Mami
meminta Rudy untuk menikah. Peristiwa tersebut dapat dilihat
dalam kutipan berikut.
“Rud, Mamimu ini akan jauh lebih tenang kalau kamu di
Jerman ada yang mengurusi.”
Rudy tertawa. “Mami mau pindah ke sini? Wah bisa gemuk
lagi aaku dimaskin Mami.”
Mami menatap jengkel. “Nikah, Rud, nikah. Hati itu kalau
sudah berdua akan membuat hidup jadi lebih lengkap. Ada
tujuan. Ada arahan. Ada yang mengisi. Ada yang
mengimbangi.” (Halaman:207)
Dari kutipan di atas, pengarang menjelaskan bahwa Rudy
diminta untuk menikah oleh Mami. Mami jauh lebih tenang jika
Rudy ada yang mengurusnya di Jerman.
b) Papi dengan Rudy
Hubungan aspek kekerabatan antara Papi dengan Rudy
terlihat ketika Rudy menanyakan apa pekerjaan Papi. Berikut
kutipan dalam novel.
“Oleh Papi, pertanyaan-pertanyaan Rudy itu dia rayakan dan
selali dia jawab dengan serius. Rudy pernah bertanya
tentang apa sebenrnya pekerjaan Papi? Mengapa Papi sibuk
menggabungkan dua tanaman yang tak sejenis? Papi tak
memberikan Rudy jawaban yang sederhana, tetapi dia jawab
dengan cara sesederhana mungkin hingga anak kecil bisa
mengerti.” (Halaman:19)
Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan tokoh Papi
yang menjawab pertanyaan-pertanyaan Rudy dengan penjelasan
yang sangat sederhana, agar anaknya bisa mengerti.
118
Selain itu, aspek kekerabatan antara Papi dengan Rudy juga
terlihat ketika Papi mengajak Rudy pergi menaiki kuda. Peristiwa
tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut.
“Mau ke mana, Pi?” kata Rudy bingung.
“Ikut saja,” kata Papi tenang.
Papi melepaskan kuda yang sudah kenyang diberi makan,
kemudian Rudy dinaikan oleh tangan besar Papi. Mereka
menyusuri hutan dan akhirnya sampai di sebuah mata air
yang jernih.
“Rudy senang?” tanya Papi yang sudah berjongkok di
sekelilingnya.
Rudy mengangguk sambil terus memainkan kakinya di
air.” (Halaman:49)
Berdasarkan kutipan di atas, peristiwa tersebut
digambarkan ketika Papi mengajak Rudy pergi ke sebuah mata air
dengan menaiki seekor kuda.
c) Rudy dengan Sri
Hubungan aspek kekerabatan Rudy dengan Sri terlihat
ketika Sri membantu Rudy. Peristiwa tersebut dapat dilihat dari
kutipan berikut.
“Pokoknya jangan lebih dari tiga menit, Sri!”
“Iya, Mas.”
Rudy memakai sabun itu di dekat jam dinding. Sambil
memejamkan mata dan wajah penuh busa, Rudy terus
berteriak ke adiknya, “Sriii…. Sudah belumm?”
“Sri setia dan awas menatap jam, memastikan
pemakaiannya tidak boleh lebih dari tiga menit.”
(Halaman:86-87)
Pada kutipan di atas, terlihat bahwa Rudy meminta
adiknya Sri untuk menatap jam, untuk memastikan agar Rudy
memakai sabun muka tidak lebih dari tiga menit.
119
d) Rudy dengan Ainun
Hubungan aspek kekerabatan Rudy dengan Ainun terlihat
ketika ia menikahi Ainun. Berikut kutipan novel yang
menggambarkan kekerabatan Rudy dengan Ainun.
“Pada hari pernikahan itu, bukan hanya Rudy dan Ainun
yang berbahagia. Ada Leila yang hadir sejak prosesi akad
nikah. Rudy senang sekali saat bertemu dia di Jakarta.
April itu. Rudy langsung berteriak, “Leila, Ich bin
verliebt! „Saya jatuh cinta!‟ Rudy lalu mengenalkan Leila
pada Ainun yang tenti disambut gembira oleh Leila larena
Ainun adalah penyangkalan dari Rudy yang selama ini
percaya bahwa tak ada gadis Indonesia yang cerdas, kritis,
pekerja keras, dan cantik.” (Halaman:253)
Dari kutipan di atas, dapat pengarang menjelaskan bahwa
Rudy menikahi Ainun. Pada saat itu bukan hanya Rudy dan Ainun
saja yang sangat bahagia. Namun, ada Leila juga yang merasa
bahagia karena Ainun adalah penyangkalan dari Rudy yang selama
ini meyakini bahwa tidak ada gadis Indonesia yang cerdas, kritis,
pekerja keras, dan cantik.
2) Aspek Cinta Kasih
Cinta kasih merupakan bentuk hubungan yang selaras dan tulus
dari hati manusia. Aspek cinta kasih dalam novel Rudy Karya Gina S.
Noer yaitu (a) cinta kasih terhadap keluarga, (b) cinta kasih terhadap
teman. Berikut kutipan yang menjelaskan hal tersebut.
120
a) Cinta kasih terhadap keluarga
Cinta kasih terhadap keluarga terlihat saat Mami bertanya
pada Rudy akan sampai kapan menunggu Papi. Berikut kutipan
pada novel tersebut.
“Mau sampai jam berapa menunggu Papi, nak? “ Mami
muncul lagi di pintu.
“Mami, Papi kenapa kalu pulang suka malam-malam?”
Protes Rudy
“Nak, Papi itu pekerjaannya banyak, mengurus orang-orang
biar sawah dan kebunnya bagus.” Kata Mami menjelaskan”
(Halaman:33)
Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan Mami
sedang bertanaya kepada Rudy. Mau sampai jam berapa Rudy akan
menunggu Papi pulang bekerja.
Selain itu, aspek cinta kasih terhadap keluarga juga terlihat
ketika Papi mengajak Rudy ke sebuah mata air. Peristiwa tersebut
dapat dilihat dalam kutipan di bawah ini
“Mau ke mana, Pi?” kata Rudy bingung.
“Ikut saja,” kata Papi tenang.
Papi melepaskan kuda yang sudah kenyang diberi makan,
kemudian Rudy dinaikan oleh tangan besar Papi. Mereka
menyusuri hutan dan akhirnya sampai di sebuah mata air
yang jernih.
“Rudy senang?” tanya Papi yang sudah berjongkok di
sekelilingnya.
Rudy mengangguk sambil terus memainkan kakinya di air.”
(Halaman:49)
Berdasarkan kutipan di atas, peristiwa tersebut
digambarkan ketika Papi mengajak Rudy pergi jalan-jalan ke
sebuah mata air dengan mengendari seekor kuda.
121
Selain itu, aspek cinta kasih terhadap keluarga juga terlihat
ketika Rudy meminta Fanny datang menolongnya. Berikut kutipan
dalam novel tersebut.
“Pernah suatu ketika Fanny tengah sibuk dengan
pekerjaannya di Tanjung Priok, Rudy menelpon dan
mengatakan bahwa Fanny harus segera datang karena
keadaan gawat. Fanny buru-buru datang dan menyaksikan
Rudy sedang bengong di pinggir jalan.” (Halaman:20)
Dari kutipan di atas, pengarang menggambarkan Fanny
begitu menyayangi dan perduli dengan Rudy meskipun ia sedang
sibuk dengan pekerjaannya, ia menyampaikan untuk datang
menolong Rudy.
Selain itu, aspek cinta kasih terhadap keluarga juga terlihat
ketika Sri dengan setia melihat jam dinding demi Rudy. Hal
tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut ini.
“Pokoknya jangan lebih dari tiga menit, Sri!”
“Iya, Mas.”
Rudy memakai sabun itu di dekat jam dinding. Sambil
memejmakan mata dan wajah penuh busa, Rudy terus
berteriak ke adiknya, “Sriii…. Sudah belumm?”
“Sri setia dan awas menatap jam, memastikan
pemakaiannya tidak boleh lebih dari tiga menit.”
(Halaman:86-87)
Pada kutipan di atas, terlihat bahwa Rudy meminta adiknya
Sri untuk menatap jam, untuk memastikan agar Rudy memakai
sabun muka tidak lebih dari tiga menit.
122
b) Cinta kasih terhadap teman
Cinta kasih terhadap teman pada novel Rudy Karya Gina S.
Noer terlihat saat Paul Pascol menanyakan tentang buku yang
sedang Rudy baca.
“Nggak ikut-ikutan Fanny, Rud?” Tanya Paul Pascol
“Rudy menggeleng dan terus asyik menekuni buku di
tanggannya.”
“Buku baru lagi, Rud? Tanya Paul sambil pengunyah
makanannya. “ceritannya tentang apa, tuh?” (Halaman:22)
Dari kutipan di atas, pengarang menjelaskan bahwa Paul
Pascol menanyakan tentang isi buku yang sedang dibaca oleh Rudy
sambil mengunyah makanannya.
Selain itu, aspek cinta kasih terhadap teman terlihat ketika
Lim Keng Kie membantu Rudy. Peristiwa tersebut dapat dilihat
dalam kutipan berikut.
“Awalnya Keng Kie selalu curiga karena Rudy selalu puasa
bila diajak makan di Mensa.
“Aku puasa Senin-Kamis, Keng Kie!” kata Rudy.
“Ah, sekarang kan Rabu,” jawab Keng Kie.
Rudy tertawa, “Du muss mir fasten, es ist gut fur dich! „kau
harus ikut puasa denganku, itu baik untukmu!”
Akan tetapi, saat didesak oleh Keng Kie, Rudy mengaku, dia
tak punya uang sama sekali. Makanya selama ini adalah apel
jatuh atau apel tak dimakan kuda yang dia temukan pada
saat berjalan melewati istal kuda menuju kampus. Keng Kie
tak tega. Dia memaksa Rudy untuk meminjam uangnya.
Rudy menolak, tatapi untuk urusan membantu kawan, Keng
Kie lebih keras kepala.” (Halaman:131)
Dalam kutipan di atas, pengarang menggambarkan Lim
Keng Kie mendesak Rudy, mengapa ia selalu mengaku puasa
setiap kali diajak ke Mensa olehnya. Akhirnya, Rudy mengaku
123
kepada Lim Keng Kie, bahwa ia kini sudah tidak memiliki uang
sama sekali. Selama ini ia hanya makan apel yang jatuh atau apel
yang tidak dimakan oleh kuda. Lim Keng Kie memaksa Rudy agar
mau meminjam uangnya untuk makan, dengan keras kepala ia
menolak. Namun, jika urusan menolong temannya Lim Keng Kie
akan lebih keras kepala.
Selain itu, aspek cinta kasih terhadap teman terlihat ketika
Ilona dan Rudy kadang hanya berlibur berdua. Peristiwa tersebut
dapat dilihat dalam kutipan berikut ini.
“Ilona da Rudy kadang hanya piknik berdua sambil
membahas puisi. Rudy suka puisi “Der Erlkonig” atau
diterjemahkan menjadi “Raja Mambang” dalam bahasa
Indonesia, karya Johann Wolfgang Von Goethe.”
(Halaman:150)
Dalam kutipan di atas, pengarang menggambarkan bahwa
Rudy dan Ilona sering berlibur hanya berdua, dan membahas
tentang puisi-puisi. Rudy menyukai puisi “Der Erlkonig” yang
diterjemahkan dalam bahas Indonesia menjadi “Raja Mambang”
karya Johann Wolfgang Von Goethe.
Selain itu, aspek cinta kasih terhadap teman terlihat ketika
Leila datang ke pernikahan Rudy dengan Ainun. Berikut kutipan
yang menggambarkan peristiwa tersebut.
“Pada hari pernikahan itu, bukan hanya Rudy dan Ainun
yang berbahagia. Ada Leila yang hadir sejak prosesi akad
nikah. Rudy senang sekali saat bertemu dia di Jakarta.
April itu. Rudy langsung berteriak, “Leila, Ich bin verliebt!
„Saya jatuh cinta!‟ Rudy lalu mengenalkan Leila pada
Ainun yang tenti disambut gembira oleh Leila larena Ainun
124
adalah penyangkalan dari Rudy yang selama ini percaya
bahwa tak ada gadis Indonesia yang cerdas, kritis, pekerja
keras, dan cantik.” (Halaman:253)
Dari kutipan di atas, dapat pengarang menjelaskan bahwa
Rudy menikahi Ainun. Pada saat itu bukan hanya Rudy dan Ainun
saja yang sangat berbahagia. Namun, ada Leila yang juga merasa
bahagia karena Ainun adalah penyangkalan dari Rudy selama ini
meyakini bahwa tidak ada gadis Indonesia yang cerdas, kritis,
pekerja keras, dan cantik.
3) Aspek Moral
Moral adalah baik buruk yang diterima umum mengenai
perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti. Aspek moral dalam
novel Rudy Karya Gina S. Noer adalah pada saat Rudy bersyukur.
Berikut kutipan yang menggambarkan peristiwa tersebut.
“Bila ingat waktu itu, Rudy selalu bersyukur dia tak kena
penyakit apa-apa.” (Halaman:29)
Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan aspek moral,
yaitu Rudy mengingat masa kecilnya, kini ia bersyukur tidak terkena
penyakit apa-apa.
Selain itu, Mami juga rajin bersilaturahmi ke kawan-kawannya.
Peristiwa tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut.
“Mami juga terkenal rajin bersilaturahmi. Beliau paham dan
dekat dengan banyak simpul jaringan perkawanan dan bisnis
penting di Bandung.” (Halaman:84)
125
Dari kutipan di atas, menggambarkan Mami yang terkenal rajin
bersilaturahmi. Dia juga begitu paham sekaligus dekat dengan banyak
jaringan teman dan bisnis yang penting di Bandung.
Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan aspek
moral.
“Sana ambilkan makanan.”
“Apa saja yang harus diambil, mas?” Tanya Rudy.
(Halaman:120)
Dalam kutipan di atas, pengarang menjelaskan bahwa Rudy
tidak menolak ketika diperintah oleh kakak seniornya untuk
mengambil makanan untuk mereka.
Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan aspek
moral.
“Rudy memang terlihat imut dan lucu, tetapi juga keras
kepala dan tidak sabaran. Dia tidak segan-segan bilang
“bodoh” atau “goblok” bila lawan bicaranya sudah
memberikan argumen yang tak masuk akal.” (Halaman:127)
Pada kutipan di atas, menggambarkan suasana ketika Rudy
menjadi sosok orang yang keras kepala dan tidak memiliki kesabaran
ketika lawan bicaranya sudah memberikan argumen yang tidak masuk
di akal, ia tidak segan-segan mengatakan bodoh atau goblok.
Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan aspek
moral.
“Dia menunjukan kalau dia hormat kepada mereka, tetapi
juga tak berlebihan. Rudy bilang kepada Keng Kie, “kakak-
kakak kita itu harus hargai tinggi akan pengabdian-
pengabdiannya pada waktu dulu.” (Halaman:168)
126
Dari kutipan di atas, pengarang menjelaskan bahwa Rudy
mengatakan kepada Keng Kie, jika ia menghormati kakak seniornya,
karena mereka telah mengabdikan dirinya untuk Indonesia pada waktu
dulu.
4) Aspek Pendidikan
Pendidikan merupakan proses akulturasi anggota masyarakat
yang masih muda oleh anggota-anggota masyarakat yang lebih
tua.Novel Rudy Karya Gina S. Noer mempunyai aspek pendidikan
yang baik. Masalah pendidikan saat Rudy harus berpindah-pindah
sekolah mencari sekolah terbaik pada saat itu, meskipun kondisi
ekonomi keluarga Rudy kurang baik. Walaupun kondisi ekonomi
kurang baik, Mami tetap ingin anaknya masuk ke sekolah
Internasional. Berkut kutipan yang menggambarkan kutipan tersebut.
“Setelah berdoa dan berpikir matang-matang, Mami bertekad
memberangkatkan anaknya sekolah di sekolah Internasional
yang saat itu hanya ada di Bandung dan Jakarta. Hanya di
kedua sekolah itu Concordante HBS masih dibuka. Mami
memang keras kepala, apalagi menyangkut kemajuan anak-
anaknya. Namun, setalah suaminya meninggal, dia harus
memilih. Hanya satu dari dua anaknya ini yang bisa dia
berangkatkan. Kendala keuangan menjadi pertimbangan utama.
Saat itu, tidak tersedia beasiswa dari manapun. Kekuatan
finansial keluarga Habibie juga mengandalkan kopra,
sementara SPP sebulan di sekolah itu bahkan lebih banyak dari
gaji insinyur satu bulan.” (Halaman:69)
Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan Mami berdoa
dan berfikir matang-matang untuk memberangkatkan Rudy sekolah di
Sekolah Internasional. Pada saat itu hanya ada di Bandung dan Jakarta.
Hanya di kedua kota itu sekolah Concordante HBS masih dibuka.
127
Mami memang orangnya sangat keras kepala, apalagi ketika
menyangkut kemjuan anak-anaknya. Namun, setelah Papi meninggal,
ia harus memilih satu di antara dua anaknya yang bisa ia berangkatkan
untuk melanjutkan pendidikan di Concordante HBS. Kendala
keuangan menjadi pertimbangan utamanaya. Pada saat itu, tidak ada
beasiswa dari manampun. Kekuatan finansial keluarga Habibie saat itu
juga mengandalkan kopra, karena biaya SPP sebulan di sekolah
Concordante HBS lebih banyak dari gaji insinyur satu bulan.
Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan aspek
pendidikan.
“Setelah lulus SMA pada 1954, Rudy memulai petualangannya
di banku kuliah. Dengan kemampuan ekstra yang baik, Rudy
masuk ke Fakultas Teknik, Universitas Indonesia di Bandung.”
(Halaman:95)
Dari kutipan di atas, diketahui bahwa setelah lulus SMA pada
tahun 1954, Rudy melanjutkan pendidikannya di bangku kuliah.
Dengan kemapuan ekstra yang dimiliki, ia masuk ke Fakultas Teknik
Universitas Indonesia di Bandung.
Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan aspek
pendidikan.
“Kegelisahan Rudy makin menjadi karena setahun yang akan
datang, pada 1957, dia akan menyelesaikan studi S-1 dan akan
lanjut ke studi S-2-nya untuk mendapat gelar Dipl. Ing.
Namun, dengan situasi pemerintah yang tak menentu, Rudy
butuh proyeksi atas langkah yang harus dia ambil agar bisa
membuat industry pesawat di Indonesia saat dia pulang nanti.”
(Halaman:171)
128
Dalam kutipan di atas, pengarang menggambarkan kegelisahan
hati Rudy yang semakin menjadi, karena setahun yang akan datang, ia
akan menyelesaikan studi-S1 dan akan melanjutkan studi S-2 untuk
mendapatkan gelar Dipl. Ing. Namun, pada saat itu pemerintah
Indonesia sedang tidak menentu, Ia membutuhkan proyeksi atas
langkah yang harus di ambil agar dapat pulang ke Indonesia untuk
membuat pesawat.
Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan aspek
pendidikan.
“Setelah studi tertunda selama lebih kurang setahun, Rudy
akhirnya bisa meneruskan study S-3-nya demi meraih gelar
Dr.Ing.” (Halaman:208)
Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan Rudy
akhirnya bisa meneruskan studi S-3-nya kembali demi meraih gelar
Dr. Ing setelah tertunda salama setahun.
5) Aspek Ekonomi
Kajian aspek sosiologi ekonomi dalam novel Rudy Karya Gina
S. Noer menceritakan permasalahan ekonomi keluarga dan ekonomi
bangsa Indonesia pada saat penjajahan dan masa orde baru. Berikut
pembahasan data kutipan novel Rudy Karya Gina S. Noer, yang
berhubungan dengan ekonomi.
Perekonomian keluarga Habibie tidak sebaik dulu. Tidak
semua anak-anak keluarga Habibie bisa bersekolah di Concordante
HBS. Berikut kutipan yang menggambarkan aspek pendidikan.
129
“Namun, sejalan dengan kualitasnya yang memang baik,
Concordante HBS membutuhkan biaya yang sangat tinggi
sehingga tidak semua anak-anak keluarga Habibie dimasukan
ke sekolah tersebut.” (Halaman:68)
Berdasarkan kutipan di atas, Concordante HBS memiliki
kualitas pendidikan yang baik. Namun bersekolah di sana
membutuhkan biaya yang sangat tinggi, sehingga tidak semua anak-
anak keluarga Habibie bisa sekolah di Concordante HBS.
Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan aspek
ekonomi.
“Pada saat itu Rudy mengalami keterlibatan pertamanya
dengan orang-orang yang tak mampu karena uang bulanannya
memang pas-pasan. Bila dulu pada zaman Hindia-Belanda
selalu bagian kelas menengah atas, di Aachen dia menjadi
bagian kelas bawah. Bila dia dulu hanya mengenal kata
„miskin” atau “kelaparan”, di Aachen dia mengalami arti dua
kata itu.” (Halaman:117)
Pada kutipan di atas, Rudy mengalami keterlibatannya dengan
orang-orang yang tidak mampu, karena uang bulannanya memang pas-
pasan. Dahulu saat zaman Hindia-Belanda ia selalu menjadi bagian
kelas menengah atas, sedangkan di Aachen menjadi bagian kelas
bawah. Saat ini ia mengalami apa itu arti miskin dan kelaparan.
Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan aspek
ekonomi.
“Sedari awal, Rudy memang bertekat menyelesaikan kuliah
secepatnya di tengah keuangannya yang sering telat. Karena
itu, dia memutuskan untuk tak bekerja sampingan, bahkan
ketika masa liburan. Ketika temannya sibuk menyusun jadwal
main ski atau bekerja, Rudy sibuk belajar menghadapi ujuan.
Rudy berpikir, jika dia terlalu lama kuliah, tentu dia akan
memperpanjang beban Mami.” (Halaman:127)
130
Dari kutipan di atas, dijelaskan bahwa dari awal Rudy
berangkat ke Jerman, ia telah bertekat menyelesaikan kuliah
secepatnya mungkin, di tengah keuangan yang sering terlambat datang.
Oleh karena itu, Rudy tidak memutuskan untuk bekerja sampingan saat
masa liburan tiba. Saat teman-temannya sibuk menyusun jadwal untuk
bermain ski atau bekerja, justru Rudy sibuk belajar untuk menghadapi
ujian. Rudy berfikir, jika ia terlalu lama kuliah, tentu akan
memperpanjang beban Mami.
Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan aspek
ekonomi.
“Sri memang sangat kagum pada energi Mami yang luar biasa
besar untuk mengumpulkan rupiah demi rupiah demi
kebutuhan rumah, terutama biaya sekolah. Salah satu bisnis
yang di bangun Mami adalah membangun indekos untuk
mahasiswa. Selain itu, tangan dingin mami juga merambah ke
usaha ekspor-impor dengan Singapura.” (Halaman:157)
Berdasarkan kutipan di atas, pengarang menggambarkan bahwa
Sri sangat kagum pada energi Mami yang luar biasa besar untuk
mengumpulkan rupiah demi rupiah demi kebutuhan rumah, terutma
untuk biaya sekolah. Mami membangun bisnis indekos untuk
mahasiswa. Selain itu, Mami juga merambah bisnis ekspor-impor
dengan Singpura.
Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan aspek
ekonomi.
“Selain usaha ekspor-impor ke Singapura, dia juga berdagang
berliain. Para penjualnya sering datang wara-wiri ke rumah.
131
Setiap penjual yang datang selalu dia anggap saudara. Itu
membuat jaringan Mami semakin luas.” (Halaman:157)
Dari kutipan di atas, dijelaskan bahwa selain usaha ekspor-
impor beliau juga berdagang berlian. Para penjual berlian sering
datang ke rumah. Setiap penjual yang datang ke rumah, selalu di
anggap saudara oleh Mami. Itu sebabnya jaringan Mami menjadi
semakin luas.
“Karena sulitnya keadaan keuangan, pernah suatu kali Sri harus
rela menggadaikan perhiasan miliknya untuk uang makan
mereka sekeluarga.” (Halaman:162)
Pada kutipan di atas, di simpulkan karena sulitnya keuangan,
Sri harus rela menggadaikan perhiasan miliknya untuk makan mereka
sekeluarga.
6) Aspek Religi
Religi erat hubungannya dengan keyakinan dan kepercayaan
terhadap Tuhannya.Berikut pembahasan data kutipan novel Rudy
Karya Gina S. Noer, yang berhubungan dengan religi.
Rudy berhenti menangis ketika Papi melantunkan ayat-ayat
suci Al-Quran. Peristiwa tersebut digambarkan dalam kutipan berikut
ini.
“Namun, saat ruangan sebelah sayub-sayub terdengar suara
Papi yang mulai melantunkan ayat-ayat suci, tangis Rudy
perlahan mereda.” (Halaman:17)
Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan pada waktu
kecil Rudy menangis, ia berhenti menangis ketika mendengar Papi
mulai melantunkan ayat-ayat suci.
132
Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan aspek
religi.
“Guru pertama Rudy dan saudara-saudaranya adalah ayah
mereka. Dari sang ayah, anak-anak keluarga Habibie
memperoleh dasar-dasar kehidupan beragama islam. Untuk
mendalami agama, Alwi lalu mengharuskan semua anak-
anaknya belajar mengaji kepada Hasan Alamudi, seorang Arab
di Parepare.” (Halaman:32)
Dalam kutipan di atas, Papi merupakan guru pertama bagi
Rudy dan saudara-saudaranya. Dari Papi mereka memperoleh dasar-
dasar kehidupan beragama islam. Papi juga meminta Hasan Alamudi
seorang Arab di Parepare untuk mengajar anak-anaknya mengaji, guna
mendalami agama islam.
Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan aspek
religi.
“Salah satu kegiatan yang mereka lakukan pada sore hari
adalah shalat berjamaah.” (Halaman:64)
Dari kutipan di atas, pengarang menggambarkan salah satu
kegiatan keuarga Habibie di sore hari adalah shalat berjamaah.
Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan aspek
religi.
“Seusia itu, Rudy telah terbiasa berpegang pada doa-doa yang
dia warisi dari keluarga dan guru-gurunya. Pegangan pertama
Rudy adalah nasihat tentang doa yang diberikan oleh guru
mengajinya, kapten Arab, Hasan Alamudi.” (Halaman:71)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa ketika masih
kecil Rudy telah dibekali doa-doa oleh keluarga dan guru-gurunya.
133
Doa pertama Rudy adalah nasehat tentang orang tua yang diberikan
oleh guru mengajinya Hasan Alamudi dari Arab.
Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan aspek
religi.
“Dia menikmati setiap momennya, walau dalam hatinya dia
berdoa agar bisa selamat melewatinya dan tak mati beku di
kamar dan menyelimuti dirinya dengan selimut tebal.”
(Halaman:125)
Berdasarkan kutipan di atas, pengarang menggambarkan saat
Rudy sangat menikmati setiap momen turunnya salju. Meskipun dalam
hatinya berdoa agar bisa selamat melewatinya dan tidak meninggal di
kamar karena beku, kemudian Rudy menyelimuti dirinya dengan
selimut yang sangat tebal.
Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan aspek
religi.
“Saat shalat konsentrasinya hanya pada bacaan shalat dan
keheningan yang menyelimutinya. Kadang hening adalah
berkah terbaik Tuhan.” (Halaman:129)
Dalam kutipan di atas, dijelaskan saat shalat Rudy hanya
berkonsentrasi pada bacaan shalat saja. Ia percaya saat keheningan
menyelimutinya maka itu adalah berkah terbaik dari Tuhan.
Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan aspek
religi.
“Rudy menatap pintu indah greja itu. Dia berdiri lalu berdoa
dalam hati, “Allah Swt. gedung itu dibuat oleh orang yang
percaya kepada-Mu, mereka juga yakin kepada-Mu seperti saya
yakin kepada-Mu. Namun, saya yakin bahwa orang itu,
sebagaimana saya, menyadari bahwa hanya ada satu Tuhan.
134
Bolehkan saya, dengan cara saya, masuk ke ruangan ini tanpa
mengganggu yang lain? Memanjatkan doa untuk orang tua
saya, saudara saya, dan banyak hal yang saya perlukan.
Bolehkah?” (Halaman:129-130)
Pada kutipan di atas, pengarang menjelaskan bahwa Rudy
sedang menatap pintu gereja yang indah. Ia berdiri lalu berdoa dalam
hati meminta izin untuk memasuki gereja tersebut. “Allah Swt.,
gedung itu dibuat oleh orang yang percaya kepada-Mu, mereka juga
yakin kepada-Mu seperti saya yakin kepada-Mu. Namun, saya yakin
bahwa orang itu, sebagaimana saya, menyadari bahwa hanya ada sautu
Tuhan. Bolehkan saya, dengan cara saya, masuk ke ruangan ini tanpa
mengganggu yang lain? Memanjatkan doa untuk orang tua saya,
saudara saya, dan banayk hal yang saya perlukan. Bolehkah?”
Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan aspek
religi.
“Rudy menjalankan ritual uniknya, dengan posisi duduk di
deretan bangku paling belakang, kemudian melafalkan lengkap
bacaan dan kalimat shalat. Takbir dan seterusnya seperti shalat
biasa. Namun, semuanya dilafalkan dengan amat lirih sehingga
hanya bibirnya yang bergerak.” (Halaman:130)
Dari kutipan di atas, pengarang menjelaskan bahwa saat Rudy
masuk ke gereja dan menjalkan ritual uniknya dengan posisi dukuk di
deretan bangku paling belakang. Kemudian Rudy melafalkan bacaan
shalat dengan lengkap, semuanya di lafalkan dengan amat lirih,
sehingga bibirnya saja yang bergerak.
Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan aspek
religi.
135
“Bangun pagi, setelah shalat Subuh. Sri langsung ke dapur.”
(Halaman:158)
Berdasarkan kutipan di atas, disimpulkan bahwa Sri bangun
pagi, kemudian ia shalat subuh dan langsung ke dapur.
Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan aspek
religi.
“Romo Mangun tersenyum saja melihat Rudy shalat di pojok
belakang gereja. Biasanya, Rudy menunggu sepi untuk shalat
di gereja. Namun, karena hatinya sangat kacau pada saat itu,
dia masuk saja walau sedang ada misa.” (Halaman:218)
Dari kutipan di atas, dijelaskan bahwa Romo Mangun
tersenyum melihat Rudy sedang shalat di pojok belakang gereja.
Biasanya, Rudy menunggu sepi untuk melaksanakan shalat di gereja.
Namun, saat itu hatinya sedang kacau, sehingga ia tetap masuk
meskipun sedang ada misa.
Selain itu, kutipan di bawah ini juga menggambarkan aspek
religi.
“Kamu kalau punya anak mendidiknya bagaimana, Rud?”
“Ya, sesuai ajaran islam”
“Tetapi, kalau pergaulannya dengan agama lain, kamu anti?”
“Kenapa saya harus anti?”
“Kalau dia pilih jodohnya agama lain, kamu setuju?”
“Saya setuju kalau jodohnya itu ikut Muslim karena anaknya
pakai nama saya. Saya percaya eksistensi tuhan satu. Jalannya
yang banyak. Yang saya yakini, ya, satu ini.” (Halaman:240)
Berdasarkan kutipan di atas, dijelaskan bahwa Ainun sedang
bertanya kepada Rudy, jika ia nanti mempunyai anak bagaimana cara
mendidik dan jika anaknya memilih jodoh agama lain, apakah akan di
bolehkan oleh Rudy.
136
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Novel Rudy Karya Gina S.
Noer di Kelas XII SMA
Data yang digunakan sebagai acuan pembahasan rencana
pelaksanaan pembelajaran novel Rudy Karya Gina S. Noer
menggunakan acuan Kurikulum 2013 (KURTILAS)mata pelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia, pembelajaran sastra di SMA yang
meliputi:
a) Kompetensi Inti
Kompetensi inti merupakan komponen yang berpedoman
pada silabus kurikulum 2013. Komponen inti merupakan
kompetensi yang akan dicapai dari proses pembelajaran yang
tidak hanya pengetahuan, tetapi pendidikan karakter siswa.
Kompetensi yang akan dicapai adalah aspek sosiologi sastra
dalam novel. Berikut ini kompetensi inti yang akan dicapai:
K1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang
dianutnya.
K2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama,
toleran, samai), santun, responsif, dan pro-aktif dan
menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam
137
mempertimbangkan diri sebagai cermin bangsa dalam
pergaulan dunia.
K3: Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitig berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora
dengan wawasan kemanusiaan, kebahasaan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
K4: Mengolah, menalar, menyaji dan menciptakan dalam
ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan
mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
b) Kompetensi Dasar
3.9 Menganalisis isi dan kebahasaan novel.
c) Indikator
Indikator adalah penjabaran dari kompetensi dasar secara
rinci. Dalam hal ini, indikator yang ingin dicapai antar lain siswa
dapat mengidentifikasi.
138
1. Unsur intrinsik (tema, alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut
pandang, serta amanat) novel Rudy Karya Gina S. Noer.
2. Aspek-aspek sosiologi sastra (kekerabatan, cinta kasih, moral,
pendidikan, ekonomi dan religi) novel Rudy Karya Gina S.
Noer.
d) Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran mengacu pada indikator yang memuat
aspek pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Siswa dituntut untuk
mengerti bahwa kualitas dirinya diukur dan menjadi terampil.
Siswa diharapkan mengerti unsur intrinsik sastra pada novel Rudy
Karya Gina S. Noer. Apabila mengetahui struktur pembangun
karya sastra, diharapan mereka dapat meninjau aspek-aspek
sosiologi sastra.
e) Alokasi Waktu
Alokasi waktu adalah banyaknya waktu yang digunakan
dalam pelaksanaan pembelajaran. Alokasi yang digunakan untuk
menyampaikan materi sebanyak 4 x 45 menit (dua kali pertemuan)
pelajaran di kelas.
f) Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran merupakan rincian dari materi pokok.
Dalam pemilihan materi mengenai sosiologi sastra digunakan
novel Rudy Karya Gina S. Noer. Isi dari novel Rudy Karya Gina S.
Noer mengandung segi psikologis berupa permasalahan hidup.
139
Siswa dirangsang untuk menyelesaikan masalah yang mungkin
hampir sama dengan cerita dalam novel tersebut.
g) Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan rincian kegiatan dari
proses pembelajaran. Metode yang digunakan tiap-tiap pendidik
berbeda karena dikembangkan sesuai dengan kerativitas pendidik.
Metode pembelajaran yang digunakan penulis dalam pembelajaran
sastra mengenai aspek sosiologi sastra novel Rudy Karya Gina S.
Noer adalah quantum learning. Quantum learning menggunakan
enam langkah pokok yang dikenal dengan istilah TANDUR, yaitu:
tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, dan rayakan.
1) Tumbuhkan
Tumbuhkan yaitu menumbuhkan pemahaman dan minat
siswa terhadap kegemaran menulis dengan memberi wawasan
tentang wacana yang akan ditulis, menyugesti siswa dengan cara
menjelaskan tujuan belajar menulis dan manfaatnya bagi
kehidupan mahasiswa. Guru mampu menumbuhkan pemahaman
dan minat siswa dengan baik.
2) Alami
Alami yaitu siswa mengalami secara langsung sesuai
dengan kegemaran siswa masing-masing seperti menyimak
rekaman atau membaca contoh-contoh teks untuk diidentifikasi
140
unsur-unsur pembangunannya. Guru menyediakan rekaman atau
contoh teks.
3) Namai
Namai yaitu membicarakan hasil identifikasi unsur-unsur
pembangun dalam diskusi kelompok. Guru dan siswa harus
saling berkerjasama dengan baik.
4) Demonstrasi
Demonstrasi yaitu siswa praktik menulis seperti yang
diinginkan dalam kompetensi dasar mulai dari tahap
pemunculan ide, penyusunan ide menjadi kerangka tulisan, dan
mengembangkan kerangka tulisan menjadi tulisan jadi. Hasil
draf tersebut kasar itu didiskusikan dengan teman kelompok
untuk mendapatkan masukan.
5) Ulangi
Ulangi yaitu memperbaiki kembali tulisannya
berdasarkan saran dari teman dan guru sehingga hasil karyanya
menjadi semakin sempurna. Siswa akan mengetahui setiap
kesalahan yang dilakukan.
6) Rayakan
Rayakan yaitu aktivitas siswa dan guru untuk menilai atau
memberi pengakuan hasil kerja siswa melalui lomba atau
publikasi hasil karyanya. Contoh cara merayakan yaitu guru
memberikan hadiah untuk mengapresiasikan hasil karya.
141
h) Sumber Belajar
Sumber belajar merupakan sumber materi yang akan di
sampaikan kepada siswa. Sumber belajar yang digunakan antara
lain:
Dalam proses pembelajaran, sumber belajar yang
digunakan adalah buku pelajaran Bahasa Indonesia kelas XII
semester dua yang disusun oleh Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan tahun 2017 dan novel Rudy Karya Gina S. Noer.
i) Langkah Pembelajaran
Langkah pembelajaran adalah cara tenaga pendidik melaksanakan
proses pembelajaran.
Pertemuan Pertama
1. Kegiatan Awal
a) Guru membuka pelajaran dengan salam
b) Guru mengecek kehadiran siswa (absensi)
c) Guru memotivasi siswa tentang pentingnya materi yang
akan dibahas
d) Guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator
pencapaian yang harus dikuasai
e) Guru bertanya kepada siswa mengetahui gambaran umum
2. Kegiatan Inti
Fase “Tumbuhkan”
142
a) Guru menampilkan profil Gina S. Noer dan karya-karyanya
dengan menggunakan audiovisual.
b) Guru menumbuhkan minat siswa dengan cara menjelaskan
manfaat pembelajaran novel bagi kehidupan siswa
c) Guru mempresentasikan materi dengan media powerpoint
mengenai unsur intrinsik novel dan ragam aspek sosiologi.
d) Siswa mengamati contoh penggalan novel yang
mengandung aspek sosiologi.
Fase “Alami”
a) Siswa membentuk kelompok.
b) Setiap kelompok dibagikan sinopsis dan diminta untuk
membacanya.
c) Siswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar
khusus, tugas dan tujuan berdasarkan topik, yaitu
menentukan unsur intrinsik yang terdapat dalam novel,
dengan memberikan kutipan yang menunjukan unsur
intrinsik.
Fase “Namai”
Setiap kelompok menyajiakn presentasi yang menarik
sehingga, semua kelompok mengetahui macam-macam
unsur intrinsik yang terdapat dalam kumpulan novel yang
telah dianalisis.
143
3. Kegiatan akhir
a) Siswa dan guru menyimpulkan hasil pembelajaran yang
telah berlangsung.
b) Semua kelompok mengumpulkan hasil investigasi
kelompoknya.
c) Guru memotivasi siswa untuk meneladani karakter positif
yang terdapat di dalam novel Rudy Karya Gina S. Noer.
d) Guru memberikan tugas rumah kepada siswa untuk
menganalisis aspek sosiologi sastra di rumah.
e) Guru mengucapkan salam penutup.
Pertemuan Kedua
1. Kegiatan Awal
a) Guru membuka pelajaran dengan salam
b) Guru mengecek kehadiran siswa (absensi)
c) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai
materi yang telah dibahas pada pertemuan sebelumnya.
d) Guru menyampaikan refleksi mengenai kekurangan yang
masih ditemukan di dalam hasil pembelajaran sebelumnya.
2. Kegiatan Inti
Fase “Demonstrasi”
Setiap siswa diminta untuk mengemukakan pendapat hasil
pekerjaan rumahnya berupa analisis aspek sosiologi sastra
novel Rudy Karya Gina S. Noer.
144
Fase “Ulangi”
Siswa memperbaiki analisisnya sesuai dengan saran yang
diberikan oleh temannya
Fase “Rayakan”
Siswa yang memperoleh nilai tertinggi memiliki
kesempatan untuk membacakan hasil analisisnya di depan
kelas dan analisis tersebut dipajang di dinding kelas.
3. Kegiatan Akhir
a) Guru menyampaikan simpulan pembelajaran.
b) Guru memberikan pesan kepada siswa agar meneladani
sikap tokoh yang memiliki akhlak mulia yang ada dalam
novel Rudy Karya Gina S. Noer.
j) Media Pembelajaran
a) Media Elektronik (LCD dan Leptop).
b) Buku-buku yang relevan dengan materi pembelajaran.
c) Kamus Bahasa Indonesia.
d) Program Powerpoint
k) Evaluasi/Penelitian
Evaluasi adalah penilaian yang bertujuan untuk mengukur
keberhasilan guru dan siswa dalam melakukan kegiatan proses
pembelajaran.Alat evaluasi yang digunakan peneliti yaitu
menggunakan tes esai dan lisan. Hal itu karena tes esai tepat
digunakan untuk menilai proses berpikir sehingga tidak
145
sembarangan dalam menjawab pertanyaan dan lebih
mengembangkan tingkat kreatifitas siswa mengolah kata-kata.
Selain tes esai, dilakukan pengamatan oleh guru kepada peserta
didik dalam memahami materi yang dipelajari. Tes lisan dilakukan
pada saat kegiatan diskusi dan anggota kelompok menyampaikan
hasil diskusi sementara kelompok lain menunggu.
Contoh tes esai yang digunakan dalam analisis aspek
sosiologi dalam novel Rudy Karya Gina S. Noer sebagai berikut.
No. Aspek yang dinilai Skor
1. Jelaskan pengertian novel! 20
2.
Sebutkan unsur intrinsik yang ada di dalam novel
Rudy Karya Gina S. Noer!
40
3. Sebutkan aspek sosiologi sastra yang ada dalam novel
Rudy Karya Gina S. Noer! 40
146
BAB V
PENUTUP
Dalam bagian ini disajikan simpulan dan saran. Simpulan berisi jawaban
singkat dari rumusan masalah yang diteliti, sedangkan saran berisi masukan
penulis kepada pihak-pihak yang dapat memanfaatkan hasil penelitian ini.
A. Simpulan
Simpulan dalam penelitian ini mengacu pada rumusan masalah dan
hasil pembahasan data. Berdasarkan pembahasan data dapat ditarik beberapa
kesimpulan penelitian, di antaranya sebagai berikut.
1. unsur intrinsik dalam novelRudy karya Gina S. Noer mengandung (a) tema
mayor: perjuangan laki-laki, dan tema minor: masalah pindah-pindah
sekolah, masalah keuangan keluagga, masalah Indonesia mengalami krisis,
Masalah mengalami penyakit serius; (b) alur yang digunakan alur
campuran; (c) tokoh dan penokohan terdiri dari: tokoh utama Rudy, dan
tokoh tambahan Mami, Papi, Junus Efendi Habibie, Paul pascol, Sri
Redjeki Chasanah, Lim Keng Kie, paman Subarjo, kepala sekolah SMA
Kristen, Koo Tiang Hui, pegawai P & K, Ainun, Mohammad Besari, ibu
Wirtin, Prof. Hans Ebner, Ilona, Romo Mangun, Arlis F. Reksoprodjo; (d)
latar, meliputi: (1) latar tempat: Bandar Udara Kemayoran, pantai
Lumpue, ruang makan, kamar, sekolah, Bandar Udara Internasional Kairo,
Sekolah Pertanian Menengah Atas, sungai, mata air, kapal, pelabuhan
Makasar, Hotel Amstel, kantor Kedutaan Besar Indonesia, Rumah Sakit
Cipto Mangunkusumo, teras, depan rumah, ruang tamu, Sekolah
147
Kedokteran Hewan, Contardate HBS, SMA Kristen, ITB, Mensa
Academia, gereja, bungker, ruangan kapus, Auditorium Gruner Horsal,
dan Rumah Sakit Bad Krozingen; (2) latar waktu antara lain: pagi, siang,
sore, malam hari; (3) latar suasana meliputi: kebahagiaan, kesedihan,
kecemasan, kemarahan, menegangkan, penuh keributan; (e) sudut pandang
yang digunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu; dan (f) amanat
yang disampaikan pengarang, meliputi: (1) Jangan pernah menilai orang
lain dari sisi luarnya saja, (2) Jangan pernah mengeluh meski sedang
menghadapi kesulitan, (3) Jangan mudah putus asa dalam menggapai cita-
cita.
2. Berdasarkan kajian sosiologi sastra novelRudy karya Gina S. Noer, penulis
memaparkan enam aspek sosiologi sastra, yaitu (a) aspek kekerabatan,
Rudy dengan Mami, Rudy dengan Papi, Rudy dengan adiknya Sri, dan
Rudy dengan istrinya Ainun; (b) aspek cinta kasih, meliputi: cinta kasih
terhadap keluarga, dan cinta kasih terhadap teman; (c) aspek moral, terdiri
dari: bersyukur, silaturahmi, penurut, keras kepala, menghormati; (d)
aspek pendidikan, meliputi: sekolah di Concordante HBS, kuliah di
Universitas Indonesia, melanjutkan studi S-2, melanjutkan studi S-3; (e)
aspek ekonomi, terdiri dari: perekonomian keluarga tidak sebaik dulu, di
Aachen menjadi bagian kelas bawah, menyelesaikan kuliah secepatnya di
tengah keuanggan sering telat, berbisnis, dan menggadaikan perhiasan; (f)
aspek religi, meliputi: mengaji, belajar mengaji, shalat, berpegang pada
doa, berdoa, dan cara mendidik anak menurut pandangan islam.
148
3. Rencana pelaksanaan pembelajaran novel Rudy karya Gina S. Noer di
SMA dilaksanakan dengan menggunakan kompetensi dasar dan indikator
belajar sebagai tujuan pembelajaran. Kompetensi dasar dan indikator
belajar sebagai tujuan pembelajaran. Kompetensi dasar dari pembelajaran
sastra akelas XII SMA terdapat pada poin (3.9)Menganalisis isi dan
kebahasaan novel. Novel Rudy karya Gina S. Noer dapat dimanfaatkan
sebagai bahan apresiasi sastra di SMA, takni dalam pembelajaran
Kompetensi Dasar menganalisis unsur intrinsik novel Rudy karya Gina S.
Noer, dengan menganalisis aspek sosiologi dan siswa mampu
mengungkapkan hal-hal yang menarik dari tokoh. Metode yang digunakan
yaitu quantum learning denganmenggunakan enam langkah pokok yang
dikenal dengan istilah TANDUR, yaitu: tumbuhkan, alami, namai,
demonstrasikan, ulangi, dan rayakan. Dalam pembelajaran ini terbagi
menjadi dua tahapan yakni tahapan perencanaan dan pelaksanaan.
B. Saran
Merujuk pada simpulan di atas, peneliti menyampaikan saran yang
dikaitkan dengan penelitian yang telah dilakukan. Saran tersebut mengarah
pada siswa, guru, sekolah, pembaca, dan peneliti selanjutnya. Berdasarkan
hasil penelitian tersebut, peneliti dapat memberikan beberapa saran
diantaranya sebagai berikut.
1. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan motifasi siswa
dan semangat siswa dalam belajar khususnya dalam memahami arti
penting pembelajaran novel di SMA. Selanjutnya, siswa dapat menerapkan
149
dan memahami aspek-aspek sosiologi sastra yang terdapat dalam novel Rudy
karya Gina S. Noer dalam kehidupan di masyarakat.
2. Bagi guru, novel Rudy karya Gina S. Noer dapat dijadikan sebagai bahan
pembelajaran sastra, karena novel tersebut mengandung aspek-aspek
sosiologi sastra yang tercermin dari kehidupan dan tingkah laku para tokoh.
3. Bagi sekolah, aspek sosiologi sastra dalam novel Rudy karya Gina S. Noer
dapat dijadikan bahan pembelajaran sastra khususnya novel di sekolah,
karena novel Rudy karya Gina S. Noer mengandung aspek kekerabatan, cinta
kasih, moral, pendidikan, ekonomi, dan religi yang dapat diterapkan dalam
kehidupan bermasyarakat. Proses penanaman dan pemahaman terhadap nilai-
nilai tersebut bukan berarti diajarkan dalam mata pelajaran sendiri, tetapi
diintegrasikan dalam proses pembelajaran serta diarahkan untuk diaplikasikan
dalam kehidupan siswa.
4. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat lebih memahami novel Rudy
karya Gina S. Noer dan mengambil manfaat dari novel tersebut. Selain itu,
diharapkan pembacasemakin jeli dalam memilih bahan bacaan (khususnya
novel) dengan memilih naskah drama yang bermutu dan dapat menggunakan
hasil penelitian ini untuk sarana pembinaan watak diri pribadi.
5. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan mampu menunjukan dunia
kesusastraan, yaitu dengan adanya penelitian yang serupa, tetapi dengan
lingkup yang lebih luas dan lebih baik, khususnya dalam bidang pendidikan.
150
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Syahrizal dkk. 2013. “Kajian Sosiologi Sastra dan Nilai Pendidikan Dalam
Novel Tuan Guru Karya Salman Faris Suatu Tinjauan Sastra”. Jurnal
Pendidikan Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Surakarta. 01 (01) , 2013
54-68. https://www.google.co.id/url?q=https://eprints.uns.ac.id/2406//166-
304SM.pdf&saU&ved=0ahUKEwj28u1143TAhWBo48KHfZBn4QFggd
MAc&usg=AFQjCNGkFCUGr7BYcuLmerAb6pgUGLQIJOQ. Diakses
pada 2 April Pukul 16.00 WIB.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rienka Cipta.
Damono, Sapardi Djoko. 1984. Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas.
Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
Endraswara, Suwardi. 2013. Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi, Model,
Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta : Caps.
Faruk. 2016. Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ginanjar, Nurhayati. 2012. Pengkajian Prosa Fiksi: Teori dan Praktik. Surakarta.
Hasan, Faesol. 2015. “Analisis Aspek Sosologi Sastra Novel Mahamimi Anak
Negeri Karya Suyatna Pamungkas dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajarannya di SMA”. Skripsi Universitas Muhammadiyah
Purworejo.
Kustantyani. 2012. “Analisis Sosiologi Sastra Novel Bidadari Berkalam Ilahi
Karya Wahyu Sujani dan Membelajarannya di Kelas XI SMA”. Skripsi
Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Muslimin. 2011. “Modernisasi Dalam Novel Belenggu Karya Armijn
Pane”Sebuah Kajian Sosiologi Sastra. Gorontalo: Jurnal Bahasa, Sastra,
dan budaya Universitas Negeri Gorontalo. 01 (01), 2011 23-28.
https://www.google.co.id/url?q=http://repostory.ung.ac.id/get/karyailmiah/
151/MODERNISASI_DALAM_NOVEL_BELENGGU__KARYA_ARM
IJN_PANE__Sebuah_Kajian_Sosiologi_Sastra.pdf&sa=U&ved=0ahUKE
wjWxP-5laTpBKCZaSbTL-em2lvUmdBw. Diakses pada 2 April Pukul
19.30 WIB.
Nurgiantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah mada
University perss.
151
Nurgiantoro, Burhan. 2014. Penilaian Pemblajaran Bahasa Berbasis Komperensi.
Yogyakarta: BPFE- Yogyakarta.
Nurhayati. 2012.Apresiasi Prosa Fiksi. Surakarta: Cakrawala Media.
Noer, Gina S. 2016. Rudy. Bandung: Mizan Media Utama.
Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.
Ratna, Nyoman Kutha. 2013. Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Rusyana, Yus. 1984. Bahasa Dan Sastra Dalam Gamitan Pendidikan. Bandung:
C.V. Diponegoro.
Setyorini, Nurul. 2014. “Aspek-aspek Stilistika Novel Lalita Karya Ayu Utami”.
Prosiding Seminar Nasional “Pembelajaran Bahasa untuk Meningkatkan
Kualitas Manusia Indonesia yang Berkarakter dalam Era Mondila”. Jurnal
Penelitian Bahasa, dan Sastra Indonesia dan Pengajarannya, 6 (1), 16-27.
http://ejournal.uns.ac.id. Diakses 12 Agustus 2017 Pukul 19.25.
Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta
Wacana University.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D). Penerbit CV. Alfabeta: Bandung.
Sugono dkk. 2013. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa: Edisi
Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Sukirno. 2013. Belajar Cepat Menulis Kreatif Berbasis Kuantum. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
LAMPIRAN
Lampiran 1
SAMPUL NOVEL RUDY KARYA GINA S. NOER
Lampiran 2
BIOGRAFI PENGARANG
Gina S. Noer lahir di Balikpapan, 24
Agustus 1985. Selma ini ia lebih dikenal sebagai
penulis scenario untuk film layar lebar.
Beberapa karyanya antara lain film Perempuan
Berkalung Sorban, Ayat-Ayat Cinta, Hari untuk
Amanda, dan Habibie & Ainun. Dia adalah salah
satu pendiri atas Wahana Penulis (sindikasi
penulis scenario dan pengembang cerita) serta PlotPoint. Co (workshop kreatif
dan penerbit buku). Bersama suaminya, Salman Aristo, serta keduaanaknya,
mereka mencipta dan menikmati cerita di Bintaro.
Lampiran 3
Judul : Rudy
Penulis : Gina S. Noer
Tahun : 2016
Tebal Halaman : 298
SINOPSIS
Babak pertama mengisahkan kisah Rudy kecil dan kehangatan
keluarganya di Pare-Pare. Rudy lahir pada 25 Juni 1936 dari pasangan Raden Ayu
Toeti Saptomarini dan Alwi Abdul Djalil Habibie. Ini adalah pernikahan beda
suku yang sangat jarang terjadi pada pra kemerdekaan Indonesia. Pernikahan itu
adalah bukti kalau pasangan muda ini adalah pasangan progressif. Bahkan karena
pernikahan ini Alwi harus putus hubungan dengan ayah dan keluarga besarnya di
Gorontalo. Kemudian sebagai bukti pemberontakan mereka dari nilai tradisional,
mereka menjadikan bahasa Belanda sebagai bahasa persatuan di keluarga mereka.
Karena bahasa Indonesia belum digunakan pada saat itu.
Keluarga Alwi Habibie adalah keluarga yang maju pada jaman itu karena
tingkat pendidikan mereka. Sebagai keluarga kelas menengah pada saat jaman
penjajahan Belanda, mereka bisa mengusahakan akses pendidikan dan punya visi
besar untuk anak-anak mereka. Bagi Papi, Alwi Habibie, anak-anaknya harus
menjadi mata air kebaikan yang berguna untuk masyarakat. Pekerjaan Papi yang
selalu berkutat tentang pertanian dan membuat Rudy menyaksikan berbagai hal
yang menarik. Papi mengembangkan bibit-bibit tanaman terbaik agar perkebunan
di Pare-Pare semakin maju. Dari beliau Rudy belajar arti berbagi.
Sedangkan bagi Mami, Tuti Marini, anak-anaknya harus membawa nama
baik keluarga mereka. Rudy, anak keempat keluarga Habibie, menjadi anak yang
berbeda dengan anak-anak kecil lain sesusianya. Rasa ingin tahunya membuat
Rudy selangkah lebih maju. Karena rasa ingin tahu dan kekeraskepalaan Rudy,
banyak konsep cara kerja benda dia pahami sebelum mendapatkan teori fisikanya.
Bila bermain adalah cara Rudy mendapatkan masalah, sekolah dan buku adalah
cara dia mengakses jawaban dari permasalahan yang dihadapinya. Tapi karena
fokusnya yang berbeda akhirnya Rudy menjadi anak yang bisa dianggap aneh:
gagap dan hanya mau berurusan dengan apa yang dia suka saja. Bahkan gara-gara
dia mau melihat balon terbang, teman-teman sekelasnya jadi tak sengaja
mengumpulkan kondom bekas dari pelabuhan karena mereka pikir itu balon.
Rudy kemudian keluar dari zona nyamannya karena Jepang menyerang
Pare-Pare pada tahun 1942. Rudy dan keluarga harus masuk pengungsian. Di situ
juga, Rudy tak suka pada pesawat karena dalam logika anak-anaknya: pesawat
membawa keburukan dengan mengebom orang-orang tak bersalah.
Dalam peristiwa lainnya, saat pesta sunat sebagai lambang persatuan Alwi
dan keluarganya di Gorontalo, Rudy baru sadar kalau keluarganya terpecah belah
karena jarak. Sejak itu dia ingin membuat sesuatu yang bisa menghubungkan Papi
dengan keluarga di Gorontalo dan Mami dengan keluarganya di Jawa.
Tahun 1945, Rudy pindah ke Makassar. Pada tahun 1946, Rudy
berhadapan langsung dengan pertanyaan yang tak bisa dia jawab. Di bawah
pengawasannya, adiknya: Ali jatuh dan sebulan kemudian wafat. Sebuah
kehilangan yang membuat Rudy terus bertanya-tanya mengenai hakikat hidup dan
kematian.
Cobaan bagi keluarga Rudy rupanya belum usai, pada 13 September 1950,
Alwi Habibie berpulang untuk selamanya akibat terkena serangan jantung.
Kepergian Alwi Habibie menimbulkan pukulan telak bagi keluarganya. Namun
Mami berjanji kepada almarhum suaminya untuk terus melanjutkan cita-cita
keluarga mereka: menjamin pendidikan yang layak bagi anak-anak. Namun
sekolah Eropa tutup di Makassar karena perang, sedangkan ada Winny dan Rudy
yang harus pindah ke Jakarta untuk melanjutkan pendidikannya. Karena masalah
biaya, akhirnya Mami memilih mengutamakan pendidikan Rudy terlebih dahulu
karena ia yakin anaknya inilah yang paling pintar. Mami masih berat melepas
anak perempuannya sendirian tanpanya.
Rudy berangkat ke Jakarta tak lama setelah peringatan 40 hari
meninggalnya Papi. Rudy bersekolah di sekolah internasional setingkat SMP dan
SMA di depan Stasiun Kereta Api Gambir. Nama sekolahnya Carpentier Alting
Stichting (CAS). Sekolah terbaik di Jakarta pada saat itu. Karena tak betah, pada
Desember 1950, Rudy bertolak ke Bandung. Rencana Rudy bersekolah di
Bandung disetujui oleh Mami. Tapi di sana Rudy malah diturunkan kembali ke
SMP karena tak bisa bahasa Indonesia sebelum dia boleh masuk ke SMA Kristen.
Dia juga di-bully kawan-kawan barunya. Dipanggil ‘londo ireng’ karena
tak bisa berbahasa Indonesia dan dipanggil „banci‟ karena wajahnya yang imut
dan pipi yang selalu bersemu merah. Teman-temannya tahu Rudy susah
menjawab karena dia gagap. Saat tahu Rudy turun kelas, Mami bahkan
memboyong seluruh keluarganya untuk pindah ke Bandung.
Sepanjang SMA Rudy menjadi bintang sekolah. Nilai ilmu pastinya selalu
sempurna walau di pelajaran lain nilainya rendah. Karena kecerdasaanya Rudy
dijodoh-jodohkan oleh Go Ke Hong (guru ilmu pasti) dengan Ainun, adik
kelasnya, yang sama pintarnya. Tapi karena ejekan itu lah Rudy malah mengejek
Ainun „jelek‟ agar tak terus menerus dijodohkan. Rudy pada saat itu sudah
menjalin hubungan dengan Farida, kakak kelasnya.
Setelah lulus dari SMA, Rudy melanjutkan kuliah ke ITB. Sahabat Rudy,
Lim King Kie, mendapatkan beasiswa untuk sekolah teknik penerbangan di
Jerman. Mendengar hal tersebut, Rudy menjadi “panas” dan bertekad untuk
mengikuti jejak sahabatnya. Ia kemudian mengikuti ujian beasiswa ke Aachen,
Jerman. Sayang, meskipun nilainya paling tinggi, jatah beasiswa untuk ke Aachen
sudah habis. Rudy pun kemudian tetap berangkat ke sana dengan biaya sendiri.
Biaya yang dibutuhkan pada saat itu sebanyak 375 Deutsche Mark (DM) untuk
biaya hidup selama satu bulan, seterusnya baru bisa mengajukan beasiswa.
Rudy bingung. Dia tak mungkin keluarganya punya uang sebanyak itu.
Mami menolak. Dia yang mengusahakan biayanya. Rudy harus berangkat karena
Mami telah bersumpah akan mengusahakan pendidikan setinggi-tingginya dengan
biayanya sendiri.
Babak kedua menceritakan masa-masa Rudy menuntut ilmu di Jerman.
Pada Agustus 1955 Rudy sempat menyaksikan Bung Karno pidato pada saat
kunjungannya ke Bonn. Inti pidato itu, Bung Karno menekankan pentingnya
kemandirian di sarana-prasarana perhubungan di Indonesia. Untuk
menghubungkan pulau-pulau di Indonesia dibutuhkan kapal untuk barang dan
pesawat terbang untuk barang dan manusia. Karena itu, sangat dibutuhkan teknisi
dan sarjana yang memiliki keahlian di bidang perhubungan laut dan udara,
sehingga mahasiswa yang mendapatkan beasiswa Jerman memang diharapkan
mampu membuat kapal dan pesawat sendiri untuk Indonesia ketika mereka
pulang. Bung Karno lalu berpesan kepada Rudy, “Kamu ini harapan bangsa!
Jangan terpikat dengan noni-noni.” Noni adalah istilah untuk perempuan bule.
Tinggal di negeri orang tanpa beasiswa membuat Rudy harus menghemat
biaya pengeluarannya. Agar menghemat uang yang memang pas-pasan, Rudy
mengambil rumah murah di pinggir kota. Di sana Rudy tinggal di rumah keluarga
Neuefeiend di Frankenberg Str 16, Aachen. Kamar yang disewanya tak punya
kamar mandi dan pemanas. Hanya ada wastafel, toilet untuk buang air kecil dan
besar, tetapi tidak boleh dipakai untuk mandi. Dia sering berada di perpustakaan
hingga tempat itu tutup. Dia senang karena di sana hangat, bisa minum, dan
kadang-kadang malah diberi apel oleh penjaga perpustakaan.
Karena tak ingin membuang-buang waktu selama di sana, ketika teman-
teman Indonesianya memilih untuk kerja praktik di Jerman demi menambah
pengalaman dan mendapatkan honor, Rudy langsung mengikuti ujian
Studienkollegs. Akibatnya, Rudy menjadi satu-satunya calon mahasiswa dari
Indonesia yang mengikuti ujian tersebut.
Hasil ujian Rudy ternyata mencengangkan, ia mendapatkan nilai hampir
10. Rudy kemudian terkenal sebagai mahasiswa yang qualified dan cerdas. Rudy
punya target bahwa dia harus bisa menyelesaikan kuliah setinggi-tingginya dalam
waktu secepat-cepatnya. Rata-rata mahasiswa Aachen membutuhkan waktu
sepuluh tahun untuk bisa lulus hingga jenjang S-3 atau mendapat gelar Dr. Ing.
pada saat itu.
Pada babak ini juga, kita akan menyaksikan ketegaran Mami dan
upayanya untuk menjaga kestabilan keluarganya sebagai single mother. Berbekal
kenalan keluarganya yang luas, Mami kemudian merintis bisnis. Di rumah
Bandung, Mami menyewakan indekos. Mami memang menjadi figur penting di
kalangan komunitas warga Jawa di Bandung. Mami juga terkenal sangat rajin
bersilaturahmi. Beliau paham dan dekat dengan banyak simpul jaringan
perkawanan dan bisnis penting di Bandung.
Terhadap Rudy dan anak-anaknya yang lain, Mami tak pernah sekalipun
mengeluhkan kesulitan dan beban kerjanya. Ia menjadi sosok penyangga keluarga
yang utuh. Berkat sosok seperti Mamilah, Rudy dan anak-anaknya yang lain
tumbuh menjadi mata air bagi sekelilingnya. Mami memegang teguh janjinya
terhadap almarhum Papi. Sementara itu adik-adik Rudy juga harus berkorban
untuk mencari pendidikan yang lebih murah biayanya.
Di Jerman pulalah, Rudy mengenal sosok perempuan hangat, lincah, dan
mampu mewarnai hari-hari Rudy. Gadis asal Jerman keturunan Polandia itu
bernama Ilona. Rudy dan Ilona kerap menghabiskan waktu bersama: menonton
konser, membaca buku, membahas puisi-puisi, hingga mendiskusikan berbagai
situasi sosial dan kemanusiaan. Kedekatan mereka berdua rupanya menimbulkan
keresahan bagi sahabat-sahabat Rudy asal Indonesia. Mereka memaksa Rudy
mengingat kembali bahwa tujuan mereka belajar di Jerman adalah untuk belajar,
bukan berkencan dengan perempuan bule. Rasanya tak pantas calon pemimpin
Indonesia bersanding dengan perempuan dari negara lain. Namun Rudy tak
terlalu mempermasalahkan itu. Ia merasa ritme belajarnya tak pernah terganggu.
Di Jerman Barat pula Rudy tumbuh menjadi Indonesia. Selain sibuk
menuntut ilmu, Rudy juga tak ketinggalan ikut aktif di organisasi mahasiswa. Ini
yang membuatnya mulai tak gagap lagi karena sering berdebat. Kemunculan PPI
di Eropa memicu mahasiswa-mahasiswa di tiap negara Eropa untuk membuat
cabang dari Perhimpunan Pelajar Indonesia.
Akhirnya, PPI Jerman didirikan pada 4 Mei 1956 di Bad Godesberg,
Bonn, yang menaungi 11 cabang PPI, termasuk PPI cabang Aachen. Pada saat itu,
ada tiga orang yang dipilih untuk menjadi pengurus PPI Aachen. Sebagai ketua,
ditunjuklah Peter Manusama, yang dikenal sebagai pribadi yang penyabar. Rudy
yang penuh semangat ditunjuk menjadi sekretaris PPI. Keng Kie punya tanggung
jawab besar karena dia yang ditunjuk sebagai bendahara.
Pada 1957, Rudy terpilih menjadi ketua PPI Aachen. Program pertama
yang Rudy gagas adalah membuat klubraum, sebuah tempat berkumpul dan
berdiskusi. Tempat ini didanai dari sumbangan teman-teman dan merupakan
sebuah apartemen yang disewa bersama-sama. Ini dilakukan untuk
menghilangkan rasa keterasingan bagi mahasiswa Indonesia yang belajar di
Jerman Barat. Di klubraum, Rudy mulai berdiskusi dengan kawan-kawan
mahasiswa. Ia memiliki gagasan besar untuk mengadakan Seminar Pembangunan.
Menurut Rudy, mahasiswa yang bersekolah di luar negeri harus memiliki
rencana-rencana nyata untuk membangun Indonesia ketika mereka pulang nanti.
Rudy menyampaikan gagasannya untuk melaksanakan Seminar
Pembangunan pada 1959. Seminar ini datang dari gagasan muda untuk
membongkar pemikiran generasi tua, yang walau mempunyai jabatan di
pemerintahan, hanya bisa menghambat pembangunan. Sebuah revolusi dari
pemuda Indonesia. Gagasan Rudy menemui pasang surut di sana-sini. Intrikintrik
politik yang berlangsung di Indonesia turut mempengaruhi berbagai kebijakan
pemerintah, termasuk pada gagasan Rudy. Intrik politik ini sempat membuat Rudy
putus asa dan ragu terhadap pemerintah negerinya. Babak ketiga menceritakan
masa-masa akhir studi Rudy, kebimbangannya tentang mimpi membuat industri
pesawat, dan kisah cinta sejatinya. Rudy sadar bahwa demi membangun industri
pesawat, ia tidak bisa sendirian.
Rudy kembali ke Indonesia pada Maret 1962. Selama berada di Tanah Air,
Rudy diminta mengisi berbagai seminar di kampus. Salah satunya adalah kampus
ITB, tempat Keng Kie, sahabatnya, mengajar dan membangun Sub jurusan
Teknik Penerbangan yang mulai diberikan di Jurusan Mesin, di bawah
Departemen Mesin-Elektro ITB. Seminar yang dibawakan Rudy adalah Finite
Element Method. Metode ini muncul karena adanya kebutuhan untuk
memecahkan permasalahan elastisitas yang kompleks dan masalah analisis
struktural di dalam bidang teknik sipil dan teknik aeronautika. Menurut Rudy,
permasalahan yang sedang muncul di Indonesia, permasalahan ras, perebutan
Irian Barat, industri pesawat terbang, semua adalah elemen-elemen kecil dari
sebuah objek yang besar. Kita bisa membagi objek analisis ke dalam elemen-
elemen kecil, membuat model sederhana yang berlaku untuk setiap elemen,
membuat formulanya, kemudian keseluruhan objek kecil itu disatukan dan dicari
solusi atau persamaan yang tepat untuk semuanya.
Selain sibuk dalam membagikan pengalaman belajarnya selama di Jerman,
rupanya Rudy juga disibukkan dengan rencana-rencana Mami yang ingin agar
putranya segera menikah. Rupanya pilihan Mami jatuh ke Ainun, calon dokter
anak yang cerdas yang bisa mengimbangi putranya. Rudy awalnya ragu, namun
begitu melihat Ainun dan berbincang dengannya, ia merasa menemukan
kedamaian. Rudy telah menemukan partner yang seimbang. Ainun tertarik ketika
Rudy bercerita tentang pendidikan S-3-nya dan proyek-proyek yang sedang
dijalaninya. Pertanyaan Ainun selalu kritis dan berhubungan dengan hal-hal yang
universal. Bahkan, termasuk budaya dan agama.
Tekad Rudy untuk merancang pesawat kembali menguat ketika
menyaksikan Ainun frustasi saat bayi-bayi yang sudah coba ditolong sekuatnya
akhirnya tak terselamatkan karena berbagai hal, terutama karena tidak adanya
pasokan obat. Pada masa ini, Indonesia sedang berada dalam masa Demokrasi
Terpimpin. Kampanye Perebutan Irian Barat dan Konfrontasi dengan Malaysia
masih sengit-sengitnya. Harga-harga bahan pokok melambung tinggi, termasuk
obat-obatan. Sikap agresif Sukarno terhadap negara-negara Barat membuat
Indonesia susah mengimpor obat-obatan, selain tentu saja faktor ekonomi nasional
yang tidak bagus. Waktu itu, sedang digalakkan obat-obatan tradisional dalam
rangka kampanye Berdikari (Berdiri di Atas Kaki Sendiri). Namun, banyak pasien
yang gagal diselamatkan karena kekurangan obat.
“Menurut kamu, kalau kamu berhasil bikin pesawat, apa itu bisa membuat pasien
rumah sakit ini berkurang atau anak-anak yang meninggal jadi berkurang?” Nada
Ainun sangat serius, meski matanya tak memandang Rudy. “Ini kenyataan yang
saya hadapi setiap hari, Rud. Apa pesawat kamu bisa bantu?”
“Pesawat saya akan menghubungkan dokter-dokter seperti kamu dengan anak-
anak di seluruh Indonesia yang tak bisa ke RSCM. Kamu itu dokter, tetapi apa
gunanya dokter kalau tidak bisa bertemu dengan pasiennya? Apa gunanya juga
kalian semua ada di sini kalau distribusi obat terhambat? Pesawat saya bisa
melakukannya. Bisa bantu kamu.” jawab Rudy yakin.
Ainun menatap Rudy, berusaha meyakinkan dirinya kalau kata-kata Rudy
itu benar. Rudy berusaha membuat Ainun percaya dengan meraih tangannya. Erat
dan kuat. Rudy dan Ainun menikah pada 12 Mei 1962 lalu mereka membangun
hidup yang baru di Aachen. Rudy dan Keng Kie sama-sama tak menyangka
bahwa pertemuan mereka di resepsi Rudy adalah bagian dari beberapa kali
pertemuan terakhir mereka berdua di Indonesia.
Walaupun Keng Kie adalah salah seorang yang berjasa mendirikan
fakultas Teknik Penerbangan di ITB dan sangat mencintai Indonesia, namun dia
tak bisa terus mengabdi di Indonesia. Keng Kie pindah ke Amerika Serikat setelah
dia dituduh jadi bagian dari PKI.
Keng Kie tidak menyadari bahwa institusi tempat dia mengajar (sekolah
transisi untuk siswa Tionghoa dan Universitas Trisakti) didanai oleh Badan
Permusjawaratan Kewarganegaraan Indonesia atau Baperki. Baperki dituduh
sebagai anak organisasi Partai Komunis Indonesia oleh pemerintahan orde baru
(Pemerintah ORBA).
Namun Rudy terus mengingat kesetiakawanan Keng Kie pada dirinya.
Keng Kie adalah orang pertama yang dia undang secara resmi ke istana
kepresidenan saat dia menjabat menjadi Presiden Republik Indonesia Ketiga.
Rudy percaya bahwa perbedaan agama, suku, ras, bahkan status warga negara tak
akan cukup untuk memisahkan persahabatan mereka.
Inilah Rudy, kisah masa muda Sang Visioner yang berani dan mampu
mengejar cita-cita demi bangsanya. Kisah tentang perjalanan tumbuh dewasa
seorang anak laki-laki dan Indonesia yang masih belia. Kisah tentang kehilangan,
tentang kecewa, tentang cinta, tentang bahagia dan duka yang beriringan, serta
pencarian atas cinta sejatinya.
Lampiran 4
KARTU PENCATAT DATA
Unsur-unsur intrinsik dalam novel Rudy karya Gina S. Noer
No. Unsur Intrinsik Uraian Kutipan Halaman
1. Tema Mayor:
“Anda mau terus mengadakan proyek dengan
Indonesia, kan, Pak?”
“Iya, tetapi ada hubungannya dengan kamu?”
“Saya masa depan Indonesia.”
“Kenapa kamu yakin?”
“Karena saya muda dan anak muda adalah masa
depan. Cikal bakal masa depan dan kalau kamu
bantu saya Insya Allah dunia itu tidak buta dan
tuli, kita tidak akan lupakan.”
“Kalau kamu pikir keadaan bangsamu fluktiaktif,
sedangkan kamu ingin membuat pesawat,
mengapa kamu tak terus menetap di sini saja?
Kau bisa melakukan apa saja di sini, Rud.”
“Ya, tak bisa begitu, dong! Aku harus kembali ke
Indonesia,” Rudy langsung memelotot.
“Lho, kenapa? Kan, kamu cerita kalau kamu tak
terikat beasiswa dengan pemerintah,” balas
kawan Jermannya.
“Tetapi, aku mau jadi‟mata air‟. Jadi orang yang
berguna.”
“Memang kau tak akan berguna di sini? Tanya
dia lagi.
Rudy menggelang. “Berguna untuk Indonesia.
Bukan untuk Jerman.”
194-195,
171-172
Minor:
“Sayangnya, kenyamanan ini tak berlangsung
lama. Ternyata sekolah internasional di Bandung
juga akan ditutup. Sehingga, saat tiba di
Bandung, Rudi harus menerima fakta bahwa
semua siswa Christelijk Lyceum Bandung,
termasuk anak-anak Syamsudin, sedang beramai-
79, 131,
177-178,
200
ramai pindah ke SMP dan SMA peralihan di
Jalan Dago 81. Sekolah peralihan itu
diselenggarakan oleh Yayasan Kristen Protestan,
karena itu namanya SMA Kristen. Ini murni
keputusan Rudy sendiri. Dia bilang ke Paman
Syamsudin dan kepala sekolah kalau Maminya
sudah mengizinkan dia pindah sekolah.”
“Awalnya Keng Kie selalu curiga karena Rudy
selalu puasa bila diajak makan di Mensa.
“Aku puasa Senin-Kamis, Keng Kie!” kata Rudy.
“Ah, sekarang kan Rabu,” jawab Keng Kie.
Rudy tertawa, “Du muss mir fasten, es ist gut fur
dich! „kau harus ikut puasa denganku, itu baik
untukmu!”
Akan tetapi, saat didesak oleh Keng Kie, Rudy
mengaku, dia tak punya uang sama sekali.
Makannya selama ini adalah apel jatuh atau apel
tak dimakan kuda yang dia temukan pada saat
berjalan melewati istal kuda menuju kampus.
Keng Kie tak tega. Dia memaksa Rudy untuk
meminjam uangnya. Rudy menolak, tatapi untuk
urusan membantu kawan, Keng Kie lebih keras
kepala.”
“Memasuki 1957, krisis ekonomi serta politik di
Indonesia tak kunjung membaik. Rudy adalah
salah seorang korban dalam krisis ini. Pada saat
itu, Rudy sudah memasuki masa akhir studi S-1-
nya.”
“Akan tetapi, pada saat teman-teman Rudy
sedang merayakan keberhasilan mereka, Rudy
sedang meregang nyawa di rumah sakit. Dokter-
dokter telah menemukan sumber penyakit Rudy,
yaitu TBC Tulang. Namun, untuk menemukan
sumber penyakitnya, mereka harus membelah
betis kaki kiri Rudy. Luka itu mengalami infeksi
dan bakterinya sampai jantung sehingga ada
selaput jantung yang bengkak.”
2. Alur Tahap Penyituasian:
“Karena makin seringnya pengeboman, Alwi
Habibi memutuskan bahwa keluarganya mau tak
44, 45
mau harus ikut mengungsi ke sebuah desa, di
Teteaji pada 1942. Teteaji terletak di wilayah
Amparita sekitar 53 km dari parepare. Tempat ini
memang sudah jadi tempat mengungsi beberapa
keluarga dari Parepare. Mereka mengungsi
selama kurang dari setahun.”
“Pada November 1944, Rudy sekeluarga harus
mengungsi lagi karena pengeboman dilakukan
oleh pihak Sekutu-Amerika dengan sasaran yang
sama, Pelabuhan Parepare. Kali ini mereka
mengungsi ke desa kecil bernama Lanrae, desa di
tepi hutan, persis berhadapan dengan kota kecil
Barru, yang memiliki sungai dengan air sejuk dan
bersih mengalir ke laut. Kali ini mereka cukup
lama berada di pengungsian hampir dua tahun,
dari 1944 hingga 1945, hingga tiba saatnya
kekalahan Jepang.”
Tahap Pemunculan Konflik:
“Sore itu, 3 September 1950, semuanya tengah
bersiap-siap menjalankan shalat seperti biasa.
Mengambil wudu dan berpakaian rapi. Mami
sudah menutup jendela dan pintu karena di luar
hari mulai gelap. Suasana shalat berlangsung
sangat khusuk hingga tiba di sujud terakhir.
Namun, ada yang berbeda kali ini. Papi terus
sujud dan tidak kunjung bangun.”
“Dalam kepanikan, Mami masih sempat
memerintahkan Titi untuk mencari pertolongan.
Sambil menangis, Titi berlari mencari dokter di
markas Brigade Mataram. Tidak lama, datanglah
Brigade Letnan Kolonel Soeharto didampingi
oleh Dokter Tek Irsan ke rumah. Namun, sayang
sebelum melakukan pertolongan, nyawa Papi
sudah tidak bisa diselamatkan. Serangan jantung
yang datang mendadak telah merenggut Papi,
membawanya jauh dari anak-anak dan istri yang
saban hari bersandar padanya.”
“Rudy berangkat ke Jakarta tak lama setelah
peringatan 40 hari meninggalnya Papi. Rudy
masih sangat berduka, tetapi dia sudah harus naik
kapal, melakukan perjalanan jauh ke Jawa,
65, 69
sebuah pulau yang tak pernah dia injak
sebelumnya. Bila Mami pernah bilang kalau
“rumah adalah keluarganya”, kali ini Rudy ta
hanya seperti anak tak berarah, tetapi juga anak
yang tanpa rumah.”
Tahap peningkatan Konflik:
“Sesulit apapun hidup di Jerman, Rudy memilih
untuk menanggung sendiri. Rudy tidak pernah
mau mengabarkan kesulitan di Aachen kepada
Mami. Baginya, Mami dan keluarga di rumah tak
perlu tahu yang sedang dihadapi. Dia tau bahwa
ibunya sudah susah, tak perlu ditambah susah
lagi. Berani merantau sejauh ini harus berani pula
menanggung kesulitan semacam apapun.
“Usulan Rudy dimasukan, tetapi dengan catatan
dari mereka: karena Rudy yang mengusulkan,
Rudy juga yang ditugaskan untuk melaksanakan
seminar pembangunan tesebut. PPI Aachen
adalah penanggung jawab utama dari persiapan
Seminar Pembangunan tersebut. Selain itu, dibuat
juga beberapa persyaratan lainnya. Di antaranya,
PPI Aachen tidak akan mendapatkan uang satu
sen pun untuk menggelar Seminar Pembangunan.
Padahal, konferensi itu mendapat uang dari Bung
Karno dan partai-partai politik di Indonesia.”
155, 188
Tahap Klimaks:
“Pada hari itu, Rudy masih bersikeras pergi
kampus dan mengurus persiapan seminar, tetapi
batuknya semakin keras. Ibu pemilik tempat
indekosnya memaksa Rudy untuk pergi ke rumah
sakit. Sampai di sana, Rudy dinyatakan harus
dirawat.”
“Rudy tak ingat sisanya. Malam itu, di tengah
terselengaranya Seminar Pembangunan, Rudy
diantar ke kamar jenazah oleh perawat. Mereka
membicarakan betapa malangnya anak Indonesia
ini, yang mati sendiri jauh dari tanah airnya.”
“Saat mengetahui dia terbangun, para perawat
mengembalikannya ke ruang inap kritis. Di sana,
199, 200,
203
kesadaran Rudy hilang-timbul.”
Tahap Penyelesaian:
“Pada hari pernikahan itu, bukan hanya Rudy dan
Ainun yang berbahagia. Ada Leila yang hadir
sejak prosesi akad nikah. Rudy senang sekali saat
bertemu dia di Jakarta. April itu. Rudy langsung
berteriak, “Leila, Ich bin verliebt! „Saya jatuh
cinta!‟ Rudy lalu mengenalkan Leila pada Ainun
yang tentu disambut gembira oleh Leila larena
Ainun adalah penyangkalan dari Rudy yang
selama ini percaya bahwa tak ada gadis Indonesia
yang cerdas, kritis, pekerja keras, dan cantik.”
253
3. Tokoh dan
Penokohan
Tokoh Utama:
Rudy:
“Tak bisa,” jawab salah satu pegawai P & K,
“Sudah berangkat semua. Kalau mau kamu ikut
Colombo Plan, kuliah ke Australia.”
“Tidak. Saya mau ke Jerman bersama Lim Keng
Kie.”
“Siapa itu Lim Keng Kie?”
“Teman saya sejak SMA.”
“Teman kamu itu telat kasih tau kamu. Tetapi,
nilai sebagus ini tetap pantas dapat beasiswa.
Makanya, ambil tawaran saya ini.”
Rudy menggelengkan kepalanya.
“Kepala batu kamu!” kata si pegawai kesal.”
Karena kengototan Rudy, pihak P & K
menyarankan kalau Rudy masih bisa berangkat
ke Jerman, tetapi dengan biaya sendiri.”
“Akan tetapi, kecerdasannya itu membuat Rudy
sulit mendapatkan sahabat. Rudy memang terlihat
imut dan lucu, tetapi juga keras kepala dan tak
sabaran.”
101, 127
Tokoh Tambahan:
Mami:
69, 49,
48, 22,
“Setelah berdoa dan berpikir matang-matang,
Mami bertekad memberangkatkan anaknya
sekolah di sekolah Internasional yang saat itu
hanya ada di Bandung dan Jakarta. Hanya di
kedua sekolah itu Concordante HBS masih
dibuka. Mami memang keras kepala, apalagi
menyangkut kemajuan anak-anaknya. Namun,
setalah suaminya meninggal, dia harus memilih.
Hanya satu dari dua anaknya ini yang bisa dia
berangkatkan. Kendala keuangan menjadi
pertimbangan utama. Saat itu, tidak tersedia
beasiswa dari manapun. Kekuatan finansial
keluarga Habibie juga mengandalkan kopra,
sementara SPP sebulan di sekolah itu bahkan
lebih banyak dari gaji insinyur satu bulan.”
Papi:
“Mau ke mana, Pi?” kata Rudy bingung.
“Ikut saja,” kata Papi tenang.
Papi melepaskan kuda yang sudah kenyang diberi
makan, kemudian Rudy dinaikan oleh tangan
besar Papi. Mereka menyusuri hutan dan akhirnya
sampai di sebuah mata air yang jernih.
“Rudy senang?” yanya Papi yang sudah
berjongkok di sekelilingnya.
Rudy mengangguk sambil terus memainkan
kakinya di air.
“Rud, coba kamu lihat sekeliling kamu.”
“Menurut kamu, kenapa semua tanaman di sini
bisa tumbuh subur?”
“Karena dekar dengan air.” jawab Rudy polos
“Benar, karena itu kamu harus menjadi mata air.”
“Kalau kamu baik, semua orang disekelilingmu
juga akan baik. Kalau kamu kotor, semua di
sekitarmu akan mati.”
Pelan-pelan Rudy memahami maksud perkataan
Papi
“Coba lihat, tanaman di sini tak Cuma sejenis,
kan?”
Rudy kembali mengangguk. “Itu artinya mata air
memberikan kebikan tanpa pilih-pilih.”
Junus Efendy Habibie:
“Fani malah terlihat seperti seorang kakak dan
86-87,
163, 131,
163, 76,
77, 79-
80, 89,
101, 240,
252, 180,
196, 205,
219, 245
Rudy sebagai adik. Rudy sendiri malah cuek dan
bingung mengapa Fanny harus repot-repot
berkelahi.
“Kenapa, toh (harus berkelahi)?” tanya Rudy
“Ya, untuk membela Mas Rudy lah!”
“Pernah suatu ketika Fanny tengah sibuk dengan
pekerjaannya di Tanjung Priok, Rudy menelpon
dan mengatakan bahwa Fanny harus segera
datang karena keadaan gawat. Fanny buru-buru
datang dan menyaksikan Rudy sedang bengong di
pinggir jalan.”
Paul Pascol:
“Nggak ikut-ikutan Fanny, Rud?” Tanya Paul
Pascol
“Rudy menggeleng dan terus asyik menekuni
buku di tanggannya.”
“Buku baru lagi, Rud? Tanya Paul sambil
pengunyah makanannya. “ceritannya tentang apa,
tuh?”
Sri Redjeki Chasanah:
“Pokoknya jangan lebih dari tiga menit, Sri!”
“Iya, Mas.”
Rudy memakai sabun itu di dekat jam dinding.
Sambil memejmakan mata dan wajah penuh busa,
Rudy terus berteriak ke adiknya, “Sriii…. Sudah
belumm?”
“Sri setia dan awas menatap jam, memastikan
pemakaiannya tidak boleh lebih dari tiga menit.”
“Saya yang mengurus rumah tangga, sementara
Mami keluar mencari makan,” kata bu Sri”
Lim Keng Kie:
“Hey! Keng Kie, dari mana kamu?” Keng Kie
menengok. Tubuh kecil Rudy turun dari vespa.
“Saya baru mengambil visum di kedutaan
Jerman, Rud.” Keng Kie lalu menunjukan sebuah
buki kecil berwarna biru kepada Rudy.
“Untuk apa visum?”
“Saya akan sekolah teknik penerbangan di
Jerman!”
Mendengar hal itu mata Rudy menjadi berapi-api.
Dengan bersemangat ia berteriak, “Ik ga met jou
mee! Saya ikut dengan kamu!”
“Keng Kie bercerita bahwa dia mendapatkan
beasiswa untuk belajar ke Jerman dan sudah
membuat kontrak dengan dinas P&K untuk
membuat pesawat terbang setibanya di Tanah
Air.”
“Awalnya Keng Kie selalu curiga karena Rudy
selalu puasa bila diajak makan di Mensa.
“Aku puasa Senin-Kamis, Keng Kie!” kata Rudy.
“Ah, sekarang kan Rabu,” jawab Keng Kie.
Rudy tertawa, “Du muss mir fasten, es ist gut fur
dich! „kau harus ikut puasa denganku, itu baik
untukmu!”
Akan tetapi, saat didesak oleh Keng Kie, Rudy
mengaku, dia tak punya uang sama sekali.
Makanya selama ini adalah apel jatuh atau apel
tak dimakan kusa yang dia temukan pada saat
berjalan melewati istal kuda menuju kampus.
Keng Kie tak tega. Dia memaksa Rudy untuk
meminjam uangnya. Rudy menolak, tatapi untuk
urusan membantu kawan, Keng Kie lebih keras
kepala.”
Paman Subarjo:
“Rudy? Rudy Habibie?”
Rudy mengangguk.
Pria yang dihadapannya mengaku kalau dirinya
adalah Subarjo. “Nak, mana kopermu? Kata
Subarjo.
Rudy mengecek wajah dihadapannya dulu dengan
yang ada di foto. Baru dia menyerahkannya.
Lalu, dengan cepat dia mengambil tas bawaan
Rudy, mengajak sang keponakan naik mobil dan
berangkat ke rumahnya.
“Rumah itu cukup besar. Ada empat kamar tidur
yang disediakan untuk anak-anak yang
menumpang sekolah, tetapi karena ada sekitar
sepuluh anak yang menumpang, kamar itu sudah
penuh.
Kepala Sekolah SMA Kristen:
“Kamu harus memperlancar bahasa Indonesia-
mu, Rud,” kata kepala sekolah dengan bahasa
Belanda yang fasih.
“Ta-ta-tapi Pak,” bela Rudy dalam bahas belanda
juga,”nilai eksakta saya, kan bagus.”
“Ini jawab, Nak Rudy. Lagi pula, percuma
nilaimu bagus kalau kamu tak lancer berbahasa
Indonesia. Bagaimana kamu bisa berpikir seperti
orang Indonesia? Bagaimana kamu bisa
berkomunikasi dengan orang-orang yang
sekarang bahkan tidak bisa sekolah? Dan
bagaimana kamu mau berguna di Indonesia
nanti? Kalau kau lulus nanti. Yang kamu hadapi
itu manusia, bukan angka,” terang kepala
sekolahnya.
“Ka-ka-lau saya menolak?”
Berarti kamu tak bisa bersekolah di sini!”
Rudy diam sebentar, ”Jadi, apa solusinya?”
Rudy bertpikir dia cukup mengambil les istimewa
bahasa Indonesia. Namun, ternyata Rudy harus
diturunkan kelas ke SMP 5, yang berlokasi di
Jalan Jawa.
Koo Tisng Hui:
“Kalau berani coba bilang langsung sama
Ainun!”
“Bilang apa?”
“Bilang dia jelek!” sambut kawannya. “Tuh, ada
Ainun di sana.”
“Ah,” Rudy agak ragu saat melihat Ainun,”nggak
mau! Buang-buang waktuku saja!”
“Atau sebenarnya kamu maunya bilang dia
cantik, ya, Rud?”
“Tidak! Dia tidak cantik!”
“Oh… kalau begitu kamu memang benar suka
jepada Ainun, Rud? Dia memang hitam, tetapi
kan, manis. Mirip gula jawa!”
Pegawai P & K:
“Tak bisa,” jawab salah satu pegawai P & K,
“Sudah berangkat semua. Kalau mau kamu ikut
Colombo Plan, kuliah ke Australia.”
“Tidak. Saya mau ke Jerman bersama Lim Keng
Kie.”
“Siapa itu Lim Keng Kie?”
“Teman saya sejak SMA.”
“Teman kamu itu telat kasih tau kamu. Tetapi,
nilai sebagus ini tetap pantas dapat beasiswa.
Makanya, ambil tawaran saya ini.”
Rudy menggelengkan kepalanya.
“Kepala batu kamu!” kata si pegawai kesal.”
Ainun:
“Kamu kalau punya anak mendidiknya
bagaimana, Rud?”
“Ya, sesuai ajaran islam”
“Tetapi, kalau pergaulannya dengan agama lain,
kamu anti?”
“Kenapa saya harus anti?”
“Kalau dia pilih jodohnya agama lain, kamu
setuju?”
“Saya setuju kalau jodohnya itu ikut Muslim
karena anaknya pakai nama saya. Saya percaya
eksistensi tuhan satu. Jalannya yang banyak.
Yang saya yakini, ya, satu ini.”
Mohammad Besari:
“Pak Besari yang muncul di depan pintu
berdehem. Rudy melepaskan tangan Ainun.
“Kalian itu setiap ketemu bahasnya pesawat terus,
kapan kalian ngomongin pernikahan kalian ?”
Ainun dan Rudy tersipu malu.
“Bagaimana karir Ainun kalau tinggal di
Jerman?” Tanya pak besari serius.
“Di Jerman nanti, ainun masih bisa bekerja, kok.
Ilmu yang dia cari dengan susah payah tak akan
hilang begitu saja.”
Ibu Wirtin:
“Karena sayangnya, Rudy tak pernah diizinkan
pulang di atas pukul 10 malam oleh ibu pemilik
indekosnya ini. Suatu hari, Karena Rudy pulang
di atas pukul 12 malam, Wirtin yang khawatir
langsung memanggil polisi untuk mencari Rudy.
Saat dia sampai di rumah, Rudy langsung diomeli
karena membuatnya khawatir. Rudy harus
bersumpah tak akan mengulanginya lagi. Walau
diomeli, hati Rudy terasa hangat.
Prof. Hans Ebner:
“Prof, saya tak mau membuat desain pesawat
tempur.” Kata Rudy.
“Kenapa?”
Rudy menatap mata Prof. Ebner di balik
kacamatanya. “Saya tak berminat! Saya kuliah di
sini bukan untuk membuat pesawat tempur!”
“Tak bisa, Rudy,” jawab Ebner. “Ini tugas wajib
untuk seluruh mahasiswa. Karena sistem RWTH
menyiapkan lulusannya untuk kedua industr
pesawat itu.”
“Kalau saya menolak?”
“Ya, kamu tidak lulus!”
Ilona:
“Ilona sering diantar oleh Arief Marzuki atau
Keng Kie untuk menjenguk Rudy.
Romo Mangun:
“Rudy terdiam. Dia menatap Romo sambil
tersenyum. “Ah Mas Romo ini bijak sekali,
seperti pastor saja.”
“Lho, selama ini kamu memanggil saya Romo,
kan? Kok, Kaget kalau saya pastor?”
“Nama Mas itu „Rama‟, kan Romo?”
“Bukan! Saya ini „romo‟ alias „pastor‟! Nama
saya Y.B. Mangunwijaya. Romo itu panggilan
untuk pastor dalam bahasa jawa.” Romo Mangun
tertawa.
Arlis F. Reksoprodjo:
“Cempluk masih di dalam, Rud. Nak itu
menderita dehidrasi parah, terlambat dibawa ke
sini!”
“Tetapi, masih bisa diselamatkan, kan?”
“Kita sedang mencoba.”
4. Latar Latar Tempat:
Bandar Udara Kemayoran:
“Di Bandar Udara Kemayoran Jakarta, banyak
yang ikut mengantar Rudy. Bahkan, Farida pun
ikut serta.”
Pantai Lumpue:
“Sore itu suara hati Mami bisa mengalahkan
suara debur ombak, tawa anak-anaknya, dan
keluarga lain yang sedang piknik di Pantai
Lumpue, sekitar satu kilometer dari rumah
mereka di Parepare.”
Ruang Makan:
“Setelah mengaji, Papi duduk di meja makan dan
bersiap makan.”
Kamar:
“Kegemarannya ini punya efek samping, Rudy
jadi terus mengurung diri di kamar dan harus
dipaksa keluar.”
“Namun, sepanjang pelayaran itu, Rudy lebih
senang mengurung diri di kamarnya sembari
membaca buku yang dibawanya.”
“Dari jendela kamar, dia bisa melihat beberapa
perahu kecil mondar-mandir di depan Sungai
Amstel.”
“Rudy memakai pullover lengkap di kamar dan
menyelimuti dirinya dengan selimut tebal.”
Tanjung Priok:
“Setiba di Tanjung Priok, Jakarta, Rudy menuruni
kapal sambil memegang sebuah foto yang
102, 13,
18, 19-
20, 75,
106, 25,
75, 21,
26, 32,
54, 55,
44, 48,
49, 53,
55, 70,
71, 77,
78, 95,
98, 100,
106, 107,
118, 155,
108, 117,
108, 116,
125, 130,
136, 145,
204, 242
dititipkan Mami sebelum dia berangkat.”
Sekolah:
“Tak ubahnya di rumah, kelakuan dua bocah
kecil itu pun tampak mencolok ketika mereka
berada di sekolah.”
Teras:
“Rudy sedang duduk di teras menunggu Papi
datang dari rumah sakit ketika teman-temannya
datang, seakan membawa segenggam harta
karun.”
Bandar Udara Internasional Kairo:
“Pada waktu itu, saat sedang transit di Bandar
udara Kairo, Mesir, anaknya ngotot kalau ada
orang yang memanggil-manggilnya.”
Gorontalo:
“Disana Rudy bertemu dengan seluruh keluarga
besar Habibie. Bila seumur hidupnya Rudy
melihat Papi adalah seorang yang berpendidikan
formal, di Gorontalo dia melihat kalau Papi lahir
dari dunia yang sama sekali berbeda dari
kehidupannya.”
“Setelah tiga hari di Gorontalo, keluarga Rudy
kembali pulang menaiki kapal. Bahkan luka Rudy
pun belum benar-benar sembuh.”
Teteaji:
“Karena semakin seringnya pengeboman, Alwie
Habibie memutuskan bahwa keluarganya mau tak
mau harus ikut mengungsi ke sebuah desa, di
Teteaji pada 1942.”
Lanrae:
“Kali ini mereka mengungsi ke desa kecil
bernama Lanrae, desa di tepi hutan, persis
berhadapan dengan kota kecil Barru, yang
memiliki sungai dengan air sejuk dan bersih
mengalir ke laut.”
“Awalnya, kabahagiaan Rudy tak berkurang
sebab selain bisa menikmati Lanrae, Rudy juga
kerap berpergian, diajak naik bendi oleh mentri-
mentri pertanian ke Pangkajene.”
Sungai:
“Jalan pembuka bagi Rudy dimulainya dengan
ikut anak-anak Lanrae mandi di sungai.”
Depan Rumah:
“Pernah suatu kali, karena kelelahan mencari
rumput untuk kuda, Rudy duduk bertopang dagu
di depan rumah.”
Mata Air:
“Mau ke mana, Pi?” kata Rudy bingung.
“Ikut saja,” kata Papi tenang.
“Papi melepaskan kuda yang sudah kenyang
diberi makan, kemudian Rudy dinaikan oleh
tangan besar Papi. Mereka menyusuri hutan dan
akhirnya sampai di sebuah mata air yang jernih.”
Kapal:
“Rudy sekeluarga akhirnya berngkat ke
Gorontalo dengan menggunakan kapal. Mereka
naik kapal barang yang biasa berlabuh di depan
rumah mereka.”
“Saat itu Rudy kecil yang masih bersarung,
berdiri di bubungan kapal, tangan kecilnya
berpegangan pada tangan Papi.”
“Saat itu Rudy kecil yang masih bersarung,
berdiri di bubungan kapal, tangan kecilnya
berpegangan pada tangan Papi.”
“Rudy yang dibekali tiket middleclass merasa
gampang di atas kapal karena tak ada orang yang
dikenalnya.”
Pelabuhan Makasar:
“Rudy ingat dia menangis di Pelabuhan Makasar,
memohon terus memohon agar dia tak dikirim ke
Jawa.”
Jakarta:
“Pada awalnya Rudy sering tak bisa tidur karena
tak punya kamar sendiri seperti di rumahnya,
udara Jakarta yang panas, juga rindu pada Mami
dan adik-adiknya.”
Ruang Tamu:
“Rudy yang datang belakangan harus mengalah
dan tidur di ruang tamu.”
Bandung:
“Di Bandung, untuk kali pertama semenjak ke
luar dari rumah Makasar, Rudy punya kamar,
walaupun masih harus berbagi dengan dua anak
Syamsudin yang sebaya dengannya.”
ITB:
“Di ITB ini Rudy juga bertemu dengan seseorang
yang nantinya menjadi salah seorang teman
dekatnya, Wardiman Djojonegoro.”
“Masa kuliah di ITB adalah salah satu titik yang
menentukan bagi kehidupan Rudy selanjutnya.”
Saat itu Rudy memang baru kuliah selama tiga
bulan di ITB. Namun, waktu menjadi tak penting
ketika kecerdasannya sudah melebihi anak yang
kuliah selama tiga tahun.”
Hotel Amstel:
“Rudy turun bersama rombongan dari bus dan
masuk ke dalam hotel itu. Mereka disambut oleh
para petugas hotel.”
Jerman:
“Rudy tiba di Jerman pada April 1955. Setelah
menginap sehari di Amsterdam, dia harus
kembali mengejar pesawat yang akan
membawanya ke Frankfurt.”
“Pada awal-awal kuliah di Jerman, tubuhnya juga
mengurus karena dia jarang memakan daging
sebab takut haram.”
“Sesulit apapun hidup di Jerman, Rudy memilih
untuk menanggung sendiri.”
Kantor Kedutaan Besar Indonesia
“Keesokan paginya, Rudy langsung menuju
Kantor Kedutaan Besar Indonesia di Boon untu
mendapatkan visa belajarnya dan surat-surat
untuk kebutuhan studinya.”
RWTH- Aachen:
“Setelah melaporkan diri di Sekertariat RWTH-
Aachen, Rudy diantar ke tempat penginapan
untuk atlet sebelum bertanding di Jerman.”
Aachen:
“Dari Boon, Rudy tak mau buang waktu dan
langsung menuju Aachen.”
“Di Aachen, Rudy kini lebih punya banyak waktu
untuk berjalan-jalan dan menikmati kota.”
Mensa Academia:
“Setelah itu, mereka diantar ke Mensa Academia,
semacam kantin mahasiswa yang disubsidi oleh
kampus. Rudy tinggal di situ sebelum dia
mendapatkan tempat tinggalnya.”
Gereja:
“Gereja selalu menjadi tempat pelarian Rudy
selama di Aachen.”
Bungker:
Dia lalu membawa mereka ke tempat
penampungan tunawisma, yaitu bungker untuk
tempat tidur para korban perang.”
Ruangan Kampus:
“Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba.
Mereka berkumpul di ruangan kampus yang
dipinjamkan. Beberapa mahasiswa sudah siap
dengan bunga di tangan. Romongan mahasiswa
baru masuk ke dalam ruangan itu. Para
mahasiswa dating dengan wajah gugup, jas dan
dasi, serta tas di tangan.”
Rumah Sakit Bad Krozingen:
“Pada akhir Juli, 1959, Rudy sudah dipindahkan
ke RS Bad Krotzingen dekat dengan Freiburg dan
Schwartzwald.”
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo:
“Kejadiannya pada suatu sore ketika Ainun
bersiap untuk pulang kerja dari Rumah Sakit
Cipto Mangunkusumo. Memang, Rudy sengaja
menginap di rumah Mbak Titi demi lebih dekat
dengan Ainun.”
Latar Waktu:
Pagi Hari:
“Setiap pagi, Rudy selalu memboncengkan adik-
adiknya berangkat sekolah.”
“Rudy, alias si bangsat, harus pergi ke depan
asrama mahasiswa pada pukul lima pagi.
“Kamu berangkat jam berapa?”
“Jam lima subuh!”
83, 97,
139, 158,
163, 199,
204, 251,
32, 204,
216, 217,
“Bangun pagi, setelah shalat subuh, Sri langsung
ke dapur. Dia langsung membawa sapu dan lap
untuk membersihkan setiap sudut rumah.”
“Dia juga harus mengurus hotel itu. Pukul empat
pagi, dia sudah belanja kebutuhan hotel.”
“Pagi itu, dia pulang menggunakan kereta dan
ketiduran di bangku.”
“Pagi harinya sebuah keajaiban terjadi. Rudy
sadar. Rudy terkejut saat membuka mata karena
pertama dilihatnya adalah rohaniwan.”
“Sebuh pengumuman kecil di surat kabar
menghebohkan warga Jakarta dan Bandung pagi
itu.”
Siang Hari:
“Siang tadi, Rudy melihat jembatan di Parepare
dan merasa heran melihat ada begitu banyak
mobil yang lewat di atasnya.
“Kabar buruk itu tiba pada pukul dua siang.
Keng Kie berlari masuk ke klubraum karena dia
mendapat telegram bahwa Rudy dalam keadaan
kritis dan teman-temannya, disuruh menjenguk.”
“Namun, pada suatu siang Februari 1962, datang
dua orang berpakaian jas lengkap ke ruang kerja
Institut Konstruksi Ringan.”
Sore Hari:
“Sore itu suara hati mami bias mengalahkan suara
debur ombak, tawa anak-anaknya, dan kelurga
lain yang sedang piknik di Pantai Lumpue, sekitar
satu kilometer dari rumah mereka di Parepare.”
“Salah satu kegiatan yang mereka lakukan pada
sore hari adalah shalat berjamaah.”
“Saat itu Papi memegang tangannya menikmati
sore diatas kapal.”
13, 64,
70, 86,
135, 172,
242, 35,
96, 106,
125, 199,
200, 237,
238, 239,
242
“Suatu sore, Sri menemukan Rudy yang sedang
gelisah di depan kaca.”
“Karena sudah sore, Rudy berinisiatif
menghubungi Jugendherberge, suatu tempat
menginap sementara bagi remaja Jerman yang
belum punya tempat tinggal.”
“Sorenya, dia tak jadi kembali ke flatnya, tetapi
pergi ke flat Keng Kie.”
“Kejadiannya pada suatu sore ketika Ainun
bersiap untuk pulang kerja dari Rumah Sakit
Cipto Mangunkusumo.”
Malam Hari:
“Papi menjawab semampunya agar Rudy tak
kecewa karena sudah menunggu hingga larut
malam.”
“Pukul 12 malam, usai pulang dari perpeloncoan,
Rudy yang dibonceng motor Harley Davidson
oleh senior-seniornya diturunkan tepat di depan
rumah keluarga Jumhana.”
“Rudy makan malam di restoran hotel. Makan
malam itu juga termasuk dari paket penerbangan
yang dibeli ibunya.”
“Malam kian larut dan salju semakin tebal
menutupi atap-atap rumah di kota Aachen.”
“Suatu malam, Rudy bekerja keras sampai tak
tidur. Hampir tiga hari Rudy tak tidur sama
sekali.”
“Malam itu, ditengah terselenggaranya Seminar
Pembangunan, Rudy diantar ke kamar jenazah
oleh perawat.”
“Ternyata Mami tak main-main dengan
ucapannya. Pada malam takbiran, Fanny benar-
benar mengantar Rudy ke rumah Ainun di
Ranggamalela.”
“Malam itu, segala kecanggungan mereka lenyap.
Obrolan bermula dimeja makan lalu berlanjut
hingga ke teras.”
“Obrolan itu berlangsung sangat seru sampai
akhirnya mereka menyadari hari sudah malam.”
“Nyatanya, setelah perjumpaan dengan ainun
malam itu, tak ada obrolan lain di pikiran Rudy
selain Ainun.” (Rudy,2016:242)
Latar Suasana:
“Mau ke mana, Pi?” kata Rudy bingung.
“Ikut saja,” kata Papi tenang.
Papi melepaskan kuda yang sudah kenyang diberi
makan, kemudian Rudy dinaikan oleh tangan
besar Papi. Mereka menyusuri hutan dan akhirnya
sampai di sebuah mata air yang jernih.
“Rudy senang?” Tanya Papi yang sudah
berjongkok di sekelilingnya.
Rudy mengangguk sambil terus memainkan
kakinya di air.
“Rud, coba kamu lihat sekeliling kamu.”
“Menurut kamu, kenapa semua tanaman di sini
bisa tumbuh subur?”
“Karena dekat dengan air.” jawab Rudy polos
“Benar, karena itu kamu harus menjadi mata air.”
“Kalau kamu baik, semua orang disekelilingmu
juga akan baik. Kalau kamu kotor, semua di
sekitarmu akan mati.”
Pelan-pelan Rudy memahami maksud perkataan
Papi
“Coba lihat, tanaman di sini tak Cuma sejenis,
kan?”
Rudy kembali mengangguk. “Itu artinya mata air
memberikan kebikan tanpa pilih-pilih.”
“Pada hari pernikahan itu, bukan hanya Rudy dan
Ainun yang berbahagia. Ada Leila yang hadir
sejak prosesi akad nikah. Rudy senang sekali saat
49, 253,
199, 200,
28, 217,
43-44,
217, 187,
120, 156,
122
bertemu dia di Jakarta., April itu. Rudy langsung
berteriak, “Leila, Ich bin verliebt! „Saya jatuh
cinta!‟ Rudy lalu mengenalkan Leila pada Ainun
yang tenti disambut gembira oleh Leila karena
Ainun adalah penyangkalan dari Rudy yang
selama ini percaya bahwa tak ada gadis Indonesia
yang cerdas, kritis, pekerja keras, dan cantik.”
“Rudy ingat dia menangis di Pelabuhan
Makassar, memohon dan terus memohon agar dia
tak dikirim ke Jawa.”
“Sore itu, 3 September 1950, semuanya tengah
bersiap-siap menjalankan shalat seperti biasa.
Mengambil wudu dan berpakaian rapi. Mami
sudah menutup jendela dan pintu karena di luar
hari mulai gelap. Suasana shalat berlangsung
sangat khusuk hingga tiba di sujud terakhir.
Namun, ada yang berbeda kali ini. Papi terus
sujud dan tidak kunjung bangun.”
“Dalam kepanikan, Mami masih sempat
memerintahkan Titi untuk mencari pertolongan.
Sambil menangis, Titi berlari mencari dokter di
markas Brigade Mataram. Tidak lama, datanglah
Brigade Letnan Kolonel Soeharto didampingi
oleh Dokter Tek Irsan ke rumah. Namun, sayang
sebelum melakukan pertolongan, nyawa Papi
sudah tidak bisa diselamatkan. Serangan jantung
yang datang mendadak telah merenggut Papi,
membawanya jauh dari anak-anak dan istri yang
saban hari bersandar padanya.”
“Pada hari itu, Rudy masih bersikeras pergi
kampus dan mengurus persiapan seminar, tetapi
batuknya semakin keras. Ibu pemilik tempat
indekosnya memaksa Rudy untuk pergi ke rumah
sakit. Sampai di sana, Rudy dinyatakan harus
dirawat.”
“Rudy tak ingat sisanya. Malam itu, di tengah
terselenggaranya Seminar Pembangunan, Rudy
diantar ke kamar jenazah oleh perawat. Mereka
membicarakan betapa malangnya anak Indonesia
ini, yang mati sendiri jauh dari tanah airnya.”
“Ayo! Kumur terus!” teriak Mami. Rudy menatap
mata Mami. Mata Maminya berkaca-kaca.
Cuh. Rudy meludah-ludah. Lidahnya agak
terbakar. “Kalau tidak bulat apakah bis-“ Rudy
kembali dipaksa berkumur. Sementara Papi
menatap Rudy dengan pandangan Khawatir.
“Rudy menatap orang yang dihormatinya itu
dengan kemarahan yang luar biasa. “Yang benar
saja, dong! Itu, kan S-3 saya!”
“Mami, Mami!”
“Pi, kok, bisa beda gitu? Rudy cara meniupnya
sama, kok.”
Papi tetap tak menjawab, dia malah semakin
kelimpangan mencari Mami ke seluruh rumah.
Saat akhirnya Papi menemukan Mami sedang
menyuapi Sri, Papi langsnung menarik tangan
Mami dan mereka mengobrol tentang karet itu.
Pada saat Rudy tak mengerti yang mereka
bicarakan, Rudy hanya bingung penyebab kali ini
Papi tak member penjelasan tentng
pertanyaannya. Atau minimal berjanji mencarikan
buku yang menjelaskan tentang benda aneh itu.”
“Ancaman pengeboman udara membuat Rudy
setiap hari harus berbekal sepotong karet (stief)
yang dikalungkan di leher jika berangkat
sekolah.”
“Saya tidak mau!” tegas Rudy
“Kenapa kamu tidak mau? Antirevolusi, ya?”
tuduh para pendukung Achmadi.”
“Tidak! Tidak boleh ada yang mengambil
perhitungan saya!”
Kedua orang itu tak perduli. Mereka terus
mengambil seluruh kertas-kertas berharga itu.
Keributan itu memancing kedatangan tiga orang
sejawat Rudy. Namun, tak ada yang menolong
Rudy. Sementara itu, Prof. Ebner berusaha
menenangkan Rudy.”
5. Sudut Pandang Sudut Pandang Orang Ketiga:
“Perjalanan ini mengingatkan Rudy kembali pada
Papi karena sekalinya dia naik kapal adalah
waktu disunat dan mereka sekeluarga berangkat
ke Gorontalo. Saat itu Papi memegang tangannya
menikmati sore dari atas kapal. Mereka begitu
bahagia saat itu karena baru melepas rindu pada
kampung halaman. Namun, kini Rudy sendirian
di atas kapal memandang langit yang tampak
muram. Banyak yang bilang pada Rudy kalau
darah bugis punya darah perantau dan nekat.
Namun, justru Mami yang berdarah Jawa yang
nekat mengirimnya sendirian ke pulau yang sama
sekali asing untuknya.”
70
6. Amanat “Kamu disini jangan memalukan nama bangsa,
ya!” kata seorang mahasiswa senior. Dia
menasehati Rudy.”Kamu harus belajar sungguh-
sungguh di sini.”
“Iya, mas,” Rudy menjawab. Sementara Lim
Keng Kie cuma tertawa canggung. Orang-orang
ini belum tahu kemampuan Rudy sebenarnya.”
“Sesulit apapun hidup di Jerman, Rudy memilih
untuk menanggung sendiri. Rudy tidak pernah
mau mengabarkan kesulitan di Aachen kepada
Mami. Baginya, Mami dan keluarga di rumah tak
perlu tahu yang sedang dihadapi. Dia tau bahwa
ibunya sudah susah, tak perlu ditambah susah
lagi. Berani merantau sejauh ini harus berani pula
menanggung kesulitan semacam apapun.”
“Melihat ada seorang laki-laki bertubuh kecil dan
matanya memerah, seorang laki-laki Jerman
mendekatinya. “Kamu kenapa?” tanyanya.
“Aku gagal ujian,” jawab Rudy pasrah. Suaranya
serak.
“Memangnya, siapa nama kamu?” kata lelaki
jerman itu penasaran.
Rudy member tahu nama lengkapnya kemudian
bersiap-siap pergi. Kalaupun dia harus menyesali
diri dan menangis, paling tidak bukan di depan
120, 156,
122
orang-orang Jerman ini.
Ternyata orang Jerman yang jangkung itu
berinisiatif mencari namanya juga, tetapi dari
atas. Lalu, dia celingukan mencari Rudy ke
sekeliling, tetapi tidak ada. Melihat Rudy yang
menjauh, dia segera berlari dan menarik
tangannya. Tangan itu diguncang dengan antusias
seolah dia akan memutarbalikan Rudy dengan
tubuhnya yang besar, “Herzlichen Gluckwunsch!”
kata pemuda itu. Rudy kebingungan
mendengarkata “selamat” keluar dari mulut lelaki
itu. Hinaan macam apa ini, jelas-jelas namaku
tidak ada di sana, piker Rudy.
Orang jerman itu lalu menyeret Rudy melihat
kembali ke papan pengumuman yang sudah mulai
sepi. Jari orang Jerman itu menunjuk ke angka
deretan paling atas.”
Aspek-aspek Sosiologi dalam novel Rudy karya Gina S. Noer
No. Aspek
Sosiologi Uraian Kutipan Halaman
1. Kekerabatan Mami dengan Rudy:
“Mau sampai jam berapa menunggu Papi, nak? “
Mami muncul lagi di pintu.
“Mami, Papi kenapa kalu pulang suka malam-
malam?” Protes Rudy
“Nak, Papi itu pekerjaannya banyak, mengurus
orang-orang biar sawah dan kebunnya bagus.”
Kata Mami menjelaskan”
“Rud, Mamimu ini akan jauh lebih tenang kalau
kamu di Jerman ada yang mengurusi.”
Rudy tertawa. “Mami mau pindah ke sini? Wah
bisa gemuk lagi aaku dimaskin Mami.”
Mami menatap jengkel. “Nikah, Rud, nikah. Hati
itu kalau sudah berdua akan membuat hidup jadi
lebih lengkap. Ada tujuan. Ada arahan. Ada yang
mengisi. Ada yang mengimbangi.”
33, 207
Papi dengan Rudy:
“Oleh Papi, pertanyaan-pertanyaan Rudy itu dia
rayakan dan selali dia jawab dengan serius. Rudy
pernah bertanya tentang apa sebenrnya pekerjaan
Papi? Mengapa Papi sibuk menggabungkan dua
tanaman yang tak sejenis? Papi tak memberikan
Rudy jawaban yang sederhana, tetapi dia jawab
dengan cara sesederhana mungkin hingga anak
kecil bisa mengerti.”
“Mau ke mana, Pi?” kata Rudy bingung.
“Ikut saja,” kata Papi tenang.
Papi melepaskan kuda yang sudah kenyang diberi
makan, kemudian Rudy dinaikan oleh tangan
besar Papi. Mereka menyusuri hutan dan
akhirnya sampai di sebuah mata air yang jernih.
“Rudy senang?” tanya Papi yang sudah
berjongkok di sekelilingnya.
Rudy mengangguk sambil terus memainkan
kakinya di air.”
19, 49
Rudy dengan Sri:
“Pokoknya jangan lebih dari tiga menit, Sri!”
“Iya, Mas.”
Rudy memakai sabun itu di dekat jam dinding.
Sambil memejamkan mata dan wajah penuh
busa, Rudy terus berteriak ke adiknya, “Sriii….
Sudah belumm?”
“Sri setia dan awas menatap jam, memastikan
pemakaiannya tidak boleh lebih dari tiga menit.”
86-87
Rudy dengan Ainun:
“Pada hari pernikahan itu, bukan hanya Rudy dan
Ainun yang berbahagia. Ada Leila yang hadir
sejak prosesi akad nikah. Rudy senang sekali saat
bertemu dia di Jakarta. April itu. Rudy langsung
berteriak, “Leila, Ich bin verliebt! „Saya jatuh
cinta!‟ Rudy lalu mengenalkan Leila pada Ainun
yang tenti disambut gembira oleh Leila larena
253
Ainun adalah penyangkalan dari Rudy yang
selama ini percaya bahwa tak ada gadis Indonesia
yang cerdas, kritis, pekerja keras, dan cantik.”
2. Cinta Kasih Cinta kasih terhadap keluarga:
“Mau sampai jam berapa menunggu Papi, nak? “
Mami muncul lagi di pintu.
“Mami, Papi kenapa kalu pulang suka malam-
malam?” Protes Rudy
“Nak, Papi itu pekerjaannya banyak, mengurus
orang-orang biar sawah dan kebunnya bagus.”
Kata Mami menjelaskan”
“Mau ke mana, Pi?” kata Rudy bingung.
“Ikut saja,” kata Papi tenang.
Papi melepaskan kuda yang sudah kenyang diberi
makan, kemudian Rudy dinaikan oleh tangan
besar Papi. Mereka menyusuri hutan dan
akhirnya sampai di sebuah mata air yang jernih.
“Rudy senang?” tanya Papi yang sudah
berjongkok di sekelilingnya.
Rudy mengangguk sambil terus memainkan
kakinya di air.”
“Pernah suatu ketika Fanny tengah sibuk dengan
pekerjaannya di Tanjung Priok, Rudy menelpon
dan mengatakan bahwa Fanny harus segera
datang karena keadaan gawat. Fanny buru-buru
datang dan menyaksikan Rudy sedang bengong
di pinggir jalan.”
“Pokoknya jangan lebih dari tiga menit, Sri!”
“Iya, Mas.”
Rudy memakai sabun itu di dekat jam dinding.
Sambil memejmakan mata dan wajah penuh
busa, Rudy terus berteriak ke adiknya, “Sriii….
Sudah belumm?”
“Sri setia dan awas menatap jam, memastikan
pemakaiannya tidak boleh lebih dari tiga menit.”
33, 49,
20, 86-87
Cinta kasih terhadap teman:
“Nggak ikut-ikutan Fanny, Rud?” Tanya Paul
Pascol
“Rudy menggeleng dan terus asyik menekuni
buku di tanggannya.”
“Buku baru lagi, Rud? Tanya Paul sambil
pengunyah makanannya. “ceritannya tentang apa,
tuh?”
“Awalnya Keng Kie selalu curiga karena Rudy
selalu puasa bila diajak makan di Mensa.
“Aku puasa Senin-Kamis, Keng Kie!” kata Rudy.
“Ah, sekarang kan Rabu,” jawab Keng Kie.
Rudy tertawa, “Du muss mir fasten, es ist gut fur
dich! „kau harus ikut puasa denganku, itu baik
untukmu!”
Akan tetapi, saat didesak oleh Keng Kie, Rudy
mengaku, dia tak punya uang sama sekali.
Makanya selama ini adalah apel jatuh atau apel
tak dimakan kuda yang dia temukan pada saat
berjalan melewati istal kuda menuju kampus.
Keng Kie tak tega. Dia memaksa Rudy untuk
meminjam uangnya. Rudy menolak, tatapi untuk
urusan membantu kawan, Keng Kie lebih keras
kepala.”
“Ilona da Rudy kadang hanya piknik berdua
sambil membahas puisi. Rudy suka puisi “Der
Erlkonig” atau diterjemahkan menjadi “Raja
Mambang” dalam bahasa Indonesia, karya
Johann Wolfgang Von Goethe.”
“Pada hari pernikahan itu, bukan hanya Rudy dan
Ainun yang berbahagia. Ada Leila yang hadir
sejak prosesi akad nikah. Rudy senang sekali saat
bertemu dia di Jakarta. April itu. Rudy langsung
berteriak, “Leila, Ich bin verliebt! „Saya jatuh
cinta!‟ Rudy lalu mengenalkan Leila pada Ainun
yang tenti disambut gembira oleh Leila larena
Ainun adalah penyangkalan dari Rudy yang
selama ini percaya bahwa tak ada gadis Indonesia
yang cerdas, kritis, pekerja keras, dan cantik.”
22, 131,
150, 253
3. Moral “Bila ingat waktu itu, Rudy selalu bersyukur dia
tak kena penyakit apa-apa.”
29, 84,
120, 127,
“Mami juga terkenal rajin bersilaturahmi. Beliau
paham dan dekat dengan banyak simpul jaringan
perkawanan dan bisnis penting di Bandung.”
“Sana ambilkan makanan.”
“Apa saja yang harus diambil, mas?” Tanya
Rudy.”
“Rudy memang terlihat imut dan lucu, tetapi juga
keras kepala dan tidak sabaran. Dia tidak segan-
segan bilang “bodoh” atau “goblok” bila lawan
bicaranya sudah memberikan argumen yang tak
masuk akal.”
“Dia menunjukan kalau dia hormat kepada
mereka, tetapi juga tak berlebihan. Rudy bilang
kepada Keng Kie, “kakak-kakak kita itu harus
hargai tinggi akan pengabdian-pengabdiannya
pada waktu dulu.”
168
4. Pendidikan “Setelah berdoa dan berpikir matang-matang,
Mami bertekad memberangkatkan anaknya
sekolah di sekolah Internasional yang saat itu
hanya ada di Bandung dan Jakarta. Hanya di
kedua sekolah itu Concordante HBS masih
dibuka. Mami memang keras kepala, apalagi
menyangkut kemajuan anak-anaknya. Namun,
setalah suaminya meninggal, dia harus memilih.
Hanya satu dari dua anaknya ini yang bisa dia
berangkatkan. Kendala keuangan menjadi
pertimbangan utama. Saat itu, tidak tersedia
beasiswa dari manapun. Kekuatan finansial
keluarga Habibie juga mengandalkan kopra,
sementara SPP sebulan di sekolah itu bahkan
lebih banyak dari gaji insinyur satu bulan.”
“Setelah lulus SMA pada 1954, Rudy memulai
petualangannya di banku kuliah. Dengan
kemampuan ekstra yang baik, Rudy masuk ke
Fakultas Teknik, Universitas Indonesia di
Bandung.”
“Kegelisahan Rudy makin menjadi karena
setahun yang akan datang, pada 1957, dia akan
menyelesaikan studi S-1 dan akan lanjut ke studi
69, 95,
171, 208
S-2-nya untuk mendapat gelar Dipl. Ing. Namun,
dengan situasi pemerintah yang tak menentu,
Rudy butuh proyeksi atas langkah yang harus dia
ambil agar bisa membuat industry pesawat di
Indonesia saat dia pulang nanti.”
“Setelah studi tertunda selama lebih kurang
setahun, Rudy akhirnya bisa meneruskan study S-
3-nya demi meraih gelar Dr.Ing.”
5. Ekonomi “Namun, sejalan dengan kualitasnya yang
memang baik, Concordante HBS membutuhkan
biaya yang sangat tinggi sehingga tidak semua
anak-anak keluarga Habibie dimasukan ke
sekolah tersebut.”
“Pada saat itu Rudy mengalami keterlibatan
pertamanya dengan orang-orang yang tak mampu
karena uang bulanannya memang pas-pasan. Bila
dulu pada zaman Hindia-Belanda selalu bagian
kelas menengah atas, di Aachen dia menjadi
bagian kelas bawah. Bila dia dulu hanya
mengenal kata „miskin” atau “kelaparan”, di
Aachen dia mengalami arti dua kata itu.”
“Sedari awal, Rudy memang bertekat
menyelesaikan kuliah secepatnya di tengah
keuangannya yang sering telat. Karena itu, dia
memutuskan untuk tak bekerja sampingan,
bahkan ketika masa liburan. Ketika temannya
sibuk menyusun jadwal main ski atau bekerja,
Rudy sibuk belajar menghadapi ujuan. Rudy
berpikir, jika dia terlalu lama kuliah, tentu dia
akan memperpanjang beban Mami.”
“Sri memang sangat kagum pada energi Mami
yang luar biasa besar untuk mengumpulkan
rupiah demi rupiah demi kebutuhan rumah,
terutama biaya sekolah. Salah satu bisnis yang di
bangun Mami adalah membangun indekos untuk
mahasiswa. Selain itu, tangan dingin mami juga
merambah ke usaha ekspor-impor dengan
Singapura.”
“Selain usaha ekspor-impor ke Singapura, dia
juga berdagang berliain. Para penjualnya sering
68, 117,
127, 157,
162
datang wara-wiri ke rumah. Setiap penjual yang
datang selalu dia anggap saudara. Itu membuat
jaringan Mami semakin luas.”
“Karena sulitnya keadaan keuangan, pernah suatu
kali Sri harus rela menggadaikan perhiasan
miliknya untuk uang makan mereka sekeluarga.”
6. Religi “Namun, saat ruangan sebelah sayub-sayub
terdengar suara Papi yang mulai melantunkan
ayat-ayat suci, tangis Rudy perlahan mereda.”
“Guru pertama Rudy dan saudara-saudaranya
adalah ayah mereka. Dari sang ayah, anak-anak
keluarga Habibie memperoleh dasar-dasar
kehidupan beragama islam. Untuk mendalami
agama, Alwi lalu mengharuskan semua anak-
anaknya belajar mengaji kepada Hasan Alamudi,
seorang Arab di Parepare.”
“Salah satu kegiatan yang mereka lakukan pada
sore hari adalah shalat berjamaah.”
“Seusia itu, Rudy telah terbiasa berpegang pada
doa-doa yang dia warisi dari keluarga dan guru-
gurunya. Pegangan pertama Rudy adalah nasihat
tentang doa yang diberikan oleh guru
mengajinya, kapten Arab, Hasan Alamudi.”
“Dia menikmati setiap momennya, walau dalam
hatinya dia berdoa agar bisa selamat melewatinya
dan tak mati beku di kamar dan menyelimuti
dirinya dengan selimut tebal.”
“Saat shalat konsentrasinya hanya pada bacaan
shalat dan keheningan yang menyelimutinya.
Kadang hening adalah berkah terbaik Tuhan.”
“Rudy menatap pintu indah greja itu. Dia berdiri
lalu berdoa dalam hati, “Allah Swt. gedung itu
dibuat oleh orang yang percaya kepada-Mu,
mereka juga yakin kepada-Mu seperti saya yakin
kepada-Mu. Namun, saya yakin bahwa orang itu,
sebagaimana saya, menyadari bahwa hanya ada
satu Tuhan. Bolehkan saya, dengan cara saya,
masuk ke ruangan ini tanpa mengganggu yang
17, 162,
17, 32,
64, 129,
130, 158,
218, 71,
125, 129,
130, 158,
218, 71,
125, 129-
130, 240
lain? Memanjatkan doa untuk orang tua saya,
saudara saya, dan banyak hal yang saya perlukan.
Bolehkah?”
“Rudy menjalankan ritual uniknya, dengan posisi
duduk di deretan bangku paling belakang,
kemudian melafalkan lengkap bacaan dan
kalimat shalat. Takbir dan seterusnya seperti
shalat biasa. Namun, semuanya dilafalkan dengan
amat lirih sehingga hanya bibirnya yang
bergerak.”
“Bangun pagi, setelah shalat Subuh. Sri langsung
ke dapur.”
“Romo Mangun tersenyum saja melihat Rudy
shalat di pojok belakang gereja. Biasanya, Rudy
menunggu sepi untuk shalat di gereja. Namun,
karena hatinya sangat kacau pada saat itu, dia
masuk saja walau sedang ada misa.”
“Kamu kalau punya anak mendidiknya
bagaimana, Rud?”
“Ya, sesuai ajaran islam”
“Tetapi, kalau pergaulannya dengan agama lain,
kamu anti?”
“Kenapa saya harus anti?”
“Kalau dia pilih jodohnya agama lain, kamu
setuju?”
“Saya setuju kalau jodohnya itu ikut Muslim
karena anaknya pakai nama saya. Saya percaya
eksistensi tuhan satu. Jalannya yang banyak.
Yang saya yakini, ya, satu ini.”
Lampiran 5
SILABUS MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA
SMA DAN MA (WAJIB)
Kelas : XII
Alokasi Waktu : 4 jam pelajaran/minggu
Kompetensi Sikap Spiritual dan Kompetensi Sikap Sosial dicapai
melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching) pada
pembelajaran Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan
melalui keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan
memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi
peserta didik.
Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan
sepanjang proses pembelajaran berlangsung dan dapat digunakan sebagai
pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih
lanjut.
Pembelajaran untuk Kompetensi Pengetahuan dan
Kompetensi Keterampilan sebagai berikut ini.
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
3.1 Mengidentifikasi
isi dan sistematika
surat lamaran
pekerjaan yang
dibaca.
Surat Lamaran
Pekerjaan:
identifikasi surat
Isi
Sistematika
Bahasa
Lampiran
Kalimat efektif.
Mendata sistematika
dan isi surat lamaran
pekerjaan
Menyimpulkan
sistematika dan
unsur-unsur isi surat
lamaran pekerjaan
mempresentasikan,
menanggapi, dan
merevisi sistematika
dan unsur-unsur isi
surat lamaran
pekerjaan.
4.1 Menyajikan
simpulan
sistematika dan
unsur-unsur isi
surat lamaran
pekerjaan dalam
bentuk visual
3.2 Memformulasikan
unsur kebahasaan
surat lamaran
pekerjaan
Surat Lamaran
Pekerjaan:
unsur kebahasaan;
Mendata ciri
kebahasaan surat
lamaran pekerjaan
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
4.2 Menyusun surat
lamaran pekerjaan
dengan
memerhatikan isi,
sistematika dan
kebahasaan.
penulisan EYD; dan
daftar riwayat hidup.
Menyusun surat
lamaran pekerjaan
dengan
memerhatikan isi,
sistematika, dan
kebahasaan.
Mempresentasikan,
menanggapi, dan
merevisi surat
lamaran pekerjaan
yang telah disusun
3.3 Mengidentifikasi
informasi, yang
mencakup
orientasi,
rangkaian kejadian
yang saling
berkaitan,
komplikasi dan
resolusi, dalam
cerita sejarah lisan
atau tulis
Teks cerita (novel)
sejarah
struktur teks cerita
sejarah;
isi teks cerita sejarah;
nilai-nilai cerita
(novel) sejarah; dan
kebahasaan teks cerita
sejarah.
Mendata struktur
(orientasi, rangkaian
kejadian yang saling
berkaitan,
komplikasi dan
resolusi), nilai-nilai,
hal-hal yang
menarikdalam cerita
(novel) sejarah.
Menyusun kembali
nilai-nilai dari cerita
(novel) sejarah ke
dalam teks
eksplanasi
Mempresentasikan,
menanggapi,
merevisi teks
eksplanasi yang
disusun
4.3 Mengonstruksi
nilai-nilai dari
informasi cerita
sejarah dalam
sebuah teks
eksplanasi
3.4 Menganalisis
kebahasaan cerita
atau novel sejarah
Teks cerita (novel)
sejarah
kebahasaan cerita
(novel) sejarah;
unsur-unsur cerita;
topik; dan
kerangka karangan.
Mendata kebahasaan
dan unsur-unsur
cerita sejarah yang
tersaji
Menyusun teks cerita
(novel) sejarah
pribadi
Mempresentasikan,
mengomentari, dan
merevisi teks cerita
(novel) sejarah yang
telah ditulis
4.4 Menulis cerita
sejarah pribadi
dengan
memerhatikan
kebahasaan
3.5 Mengidentifikasi
informasi
(pendapat,
alternatif solusi
Teks Editorial:
isi teks editorial;
Menemukan
pendapat, alternatif
solusi, dan simpulan,
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
dan simpulan
terhadap suatu isu)
dalam teks
editorial
pendapat;
ragam informasi; dan
simpulan.
informasi-informasi
penting, dan ragam
informasi sebagai
bahan teks editorial
Mempresentasikan,
menanggapi, dan
merevisi informasi
berupa pendapat,
alternatif solusi, dan
simpulan, informasi-
informasi penting,
dan ragam informasi
sebagai bahan teks
editorial.
4.5 Menyeleksi ragam
informasi sebagai
bahan teks
editorial
3.6 Menganalisis
struktur dan
kebahasaan teks
editorial
Teks Editorial:
struktur;
unsur kebahasaan;
topik; dan
kerangka karangan.
Menentukan struktur
dan unsur kebahasaan
dalam teks editorial
Menyusun teks
editorial yang sesuai
topik, struktur, dan
kebahasaan
Mempresentasikan,
menanggapi, dan
merevisi topik,
kerangka, stuktur,
unsur kebahasaan,
dan teks editorial
yang telah disusun
4.6 Merancang teks
editorial dengan
memerhatikan
struktur dan
kebahasaan .
3.7 Menilai isi dua
buku fiksi
(kumpulan cerita
pendek atau
kumpulan puisi)
dan satu buku
pengayaan
(nonfiksi) yang
dibaca
.
Buku Pengayaan:
nilai-nilai dalam
novel (agama, sosial,
budya, moral, dll);
kaitan nilai dalam
novel dengan
kehidupan;
amanat dalam novel;
dan
laporan hasil
membaca buku.
Laporan Hasil
Membaca Buku
Menyusun Laporan
buku fiksi yang
dibaca.
Mempresentasikanlap
oran yang ditulisnya
di depan kelas.
Menanggapi laporan
yang dipresentasikan 4.7 Menyusun laporan
hasil diskusi buku
tentang satu topik
3.8 Menafsir pandangan
pengarang terhadap
kehidupan dalam
novel yang dibaca
Pandangan pengarang
Menentukan
pandangan pengarang
terhadap kehidupan
nyata dalam novel
yang dibaca
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
Mempresentasikan
dan menanggapi
pandangan
pengarang.
4.8 Menyajikan hasil
interpretasi terhadap
pandangan
pengarang
3.9 Menganalisis isi dan
kebahasaan novel Unsur intrinsik dan
ekstrinsik
Unsur kebahasaan
Ungkapan
Majas
Peribahasa
Menemukan isi
(unsur intrinsik dan
ekstrinsik) dan
kebahasaan
(ungkapan, majas,
peribahasa) novel
Menyusun novel
berdasarkan
rancangan
Mempresentasikan,
mengomentari, dan
merevisi unsur-unsur
intrinsik dan
kebahasaan novel,
dan hasil penyusunan
novel
4.9 Merancang novel
atau novelet dengan
memerhatikan isi
dan kebahasaan.
3.10 Mengevaluasi
informasi, baik
fakta maupun
opini, dalam
sebuah artikel yang
dibaca
Artikel.
masalah
fakta dan opini
penyusunan opini
topik
masalah
kerangka
Mengkritisimasalah,
fakta, opini, dan
aspek kebahasaan
dalam artikel.
Menulis opini dalam
bentuk artikel
dengan
memerhatikan unsur-
unsur artikel.
Mempresentasikan,
menanggapi, dan
merevisi fakta dan
opini, unsur
kebahasaan,
pengungkapan opini
dan hasil
menyusunan opini
dalam bentuk artikel.
4.10 Menyusun opini
dalam bentuk
artikel
3.11 Menganalisis
kebahasaan artikel
dan/atau buku
Artikel:
Masalah;
Menemukan unsur
kebahasaan artikel
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
ilmiah
fakta dan opini;
penyusunan opini
topik
masalah
kerangka
Persamaan dan
perbedaan
penggunaan bahasa.
dan/atau buku ilmiah
Menyusun artikel
dan/atau buku ilmiah
sesuai dengan fakta
Mempresentasikan,
menanggapi, dan
merevisi unsur
kebahasaan artikel
yang telah disusun,
4.11 Mengonstruksi
sebuah artikel
dengan
memerhatikan
fakta dan
kebahasaan
3.12 Membandingkan
kritik sastra dan
esai dari aspek
pengetahuan dan
pandangan penulis
Kritik dan Esai:
pengertian kritik;
jenis-jenis esai;
bagian-bagian esai
(pembukaan, isi,
penutup);
perbedaan kritik dan
esai; dan
penyusunan kritik
dan esai.
Menentukan unsur-
unsur kritik dan esai,
persamaan dan
perbedaan kritik dan
esai, dari aspek
pengetahuan dan
pandangan
Menulis kritik dan
esai dengan
memerhatikan aspek
pengetahuan dan
pandangan tertulis
Mempresentasikan,
menanggapi,
merevisi kritik dan
esai yang telah ditulis
4.12 Menyusun kritik
dan esai dengan
memerhatikan
aspek pengetahuan
dan pandangan
penulis
3.13 Menganalisis
sistematika dan
kebahasaan kritik
dan esai
Kritik dan Esai
pengertian kritik
dan esai;
jenis-jenis kritik dan
esai;
bagian-bagian kritik
dan esai
(pembukaan, isi,
penutup);
perbedaan kritik dan
esai; dan
penyusunan kritik
dan esai
Menemukan isi dan
sistematika,
kebahasaan kritik dan
esai
Menyusun kritik dan
esai berdasarkan
konstruksi dengan
memerhatikan
sistematika dan
kebahasaan
Mempresentasikan,
Memberikan
penilaian terhadap
kritik dan esai
berdasarkan
sistematika dan
kebahasaan
4.13 Mengonstruksi
sebuah kritik atau
esai dengan
memerhatikan
sistematika dan
kebahasaan
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
3.14 Mengidentifikasi
nilai-nilai yang
terdapat dalam
sebuah buku
pengayaan
(nonfiksi) dan satu
buku drama (fiksi)
Laporan hasil
pembacaan buku
dan drama fiksi
Laporan Hasil
Membaca Buku
Menyusun laporan
yang berisi refleksi
nilai-nilai dalam
kehidupan nyata dari
buku fiksi/nonfiksi
yang dibaca.
Mempresentasikanl
aporan buku yang
ditulisnya
4.14 Menulis refleksi
tentang nilai-nilai
yang terkandung
dalam sebuah buku
pengayaan
(nonfiksi) dan satu
buku drama (fiksi)
Lampiran 6
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah : SMA Negeri 1 Petanahan
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : XII/2
Materi Pokok : Novel
Tema/topik : Menganalisis isi dan kebahasaan novel
Alokasi Waktu : 4X 45 menit
A. Kompetensi Inti
K1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
K2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung
jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, samai), santun,
responsif, dan pro-aktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
mempertimbangkan diri sebagai cermin bangsa dalam pergaulan
dunia.
K3: Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitig
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebahasaan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah.
K4: Mengolah, menalar, menyaji dan menciptakan dalam ranah konkret
dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara
efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah
keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
3.9 Menganalisis unsur intrinsik.
C. Indikator
1.1 Mensyukuri anugrah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan
menggunakannya sesuai dengan kaidah dan konteks untuk
mempersatukan bangsa.
2.1 Menunjukan perilaku tanggung jawab, responsive dan imajinatif dalam
menggunakan bahasa Indonesia untuk mengekspresikan impian,
misteri, imajinasi, serta permasalahan remaja sosial
D. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah membaca sinopsis novel Rudy karya Gina S. Noer, peserta
didik dapat mengerti jalan ceritanya.
2. Setelah membaca sinopsis novel Rudy karya Gina S. Noer, peserta
didik dapat menemukan unsur intrinsik.
3. Setelah membaca sinopsis novel Rudy karya Gina S. Noer, peserta
didik dapat menguraikan bentuk sosiologi sastra dalam deskripsi.
E. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran merupakan rincian dari materi pokok. Dalam
pemilihan materi mengenai sosiologi sastra digunakan novel Rudy Karya
Gina S. Noer. Isi dari novel Rudy Karya Gina S. Noer mengandung segi
psikologis berupa permasalahan hidup. Siswa dirangsang untuk
menyelesaikan masalah yang mungkin hamper sama dengan cerita dalam
novel tersebut.
F. Metode Pembelajaran
Quantum learning menggunakan enam langkah pokok TANDUR, yaitu:
tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, dan rayakan
G. Media Pembelajaran
a. Novel Rudy karya Gina S.Noer
b. Beragam contoh analisis aspek sosiologi sastra
H. Alat Pembelajaran
a. Laptop
b. LCD
c. Catatan Kecil dan Alat Tulis.
I. Sumber Belajar
a. Buku Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik kelas XII, KBBI
offline, internet.
b. Buku pelengkap materi pembelajaran.
J. Langkah Pembelajaran
Pertemuan ke-1:
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu
Pendahuluan a) Guru membuka pelajaran
dengan salam
b) Guru mengecek kehadiran siswa
(absensi)
c) Guru memotivasi siswa tentang
pentingnya materi yang akan
dibahas
d) Guru menyampaikan
kompetensi dasar dan indikator
pencapaian yang harus dikuasai
e) Guru bertanya kepada siswa
mengetahui gambaran umum
15 menit
Inti Fase “Tumbuhkan”
e) Guru menampilkan profil Gina
S. Noer dan karya-karyanya
dengan menggunakan
audiovisual.
f) Guru menumbuhkan minat
siswa dengan cara menjelaskan
manfaat pembelajaran novel
bagi kehidupan siswa
g) Guru mempresentasikan materi
dengan media powerpoint
mengenai unsur intrinsik novel
dan ragam aspek sosiologi.
h) Siswa mengamati contoh
penggalan novel yang
mengandung aspek sosiologi.
Fase “Alami”
60 menit
d) Siswa membentuk kelompok.
e) Setiap kelompok dibagikan
sinopsis dan diminta untuk
membacanya.
f) Siswa beserta guru
merencanakan berbagai
prosedur belajar khusus, tugas
dan tujuan berdasarkan topik,
yaitu menentukan unsur
intrinsik yang terdapat dalam
novel, dengan memberikan
kutipan yang menunjukan
unsur intrinsik.
Fase “Namai”
Setiap kelompok menyajiakn
presentasi yang menarik
sehingga, semua kelompok
mengetahui macam-macam
unsur intrinsik yang terdapat
dalam kumpulan novel yang
telah dianalisis
Penutup a) Siswa dan guru menyimpulkan
hasil pembelajaran yang telah
berlangsung.
b) Semua kelompok
mengumpulkan hasil investigasi
kelompoknya.
c) Guru memotivasi siswa untuk
meneladani karakter positif
yang terdapat di dalam novel
Rudy Karya Gina S. Noer.
d) Guru memberikan tugas rumah
kepada siswa untuk
menganalisis aspek sosiologi
sastra di rumah.
e) Guru mengucapkan salam
penutup.
15 menit
Pertemuan ke-2:
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu
Pendahuluan a) Guru membuka pelajaran
dengan salam.
b) Guru mengecek kehadiran
siswa (absensi).
c) Guru melakukan tanya jawab
15 menit
dengan siswa mengenai materi
yang telah dibahas pada
pertemuan sebelumnya.
d) Guru menyampaikan refleksi
mengenai kekurangan yang
masih ditemukan di dalam hasil
pembelajaran sebelumnya.
Inti Fase “Demonstrasi”
Setiap siswa diminta untuk
mengemukakan pendapat hasil
pekerjaan rumahnya berupa
analisis aspek sosiologi sastra
novel Rudy Karya Gina S. Noer
Fase “Ulangi”
Siswa memperbaiki analisisnya
sesuai dengan saran yang
diberikan oleh temannya
Fase “Rayakan”
Siswa yang memperoleh nilai
tertinggi memiliki kesempatan
untuk membacakan hasil
analisisnya di depan kelas dan
analisis tersebut dipajang di
dinding kelas.
60 menit
Penutup a) Guru menyampaikan simpulan
pembelajaran.
b) Guru memberikan pesan
kepada siswa agar meneladani
sikap tokoh yang memiliki
akhlak mulia yang ada dalam
novel Rudy Karya Gina S.
Noer.
15 menit
K. Penilaian Hasil Pembelajaran
Jenis / Teknik Penilaian
Jenis/ Teknik Bentuk Instrumen
Observsi Lembar pengamatan sikap dan rubik
Tes Tulis Tes uraian menemukan unsur intrinsik dan aspek
sosiologi sastra dalam novel
Tes Praktik Menulis teks laporan hasil penelitiannya.
L. Lembar Pengamatan Sikap (Observasi)
Mata Pelajaran :………………………………….
Kelas/ Semester :………………………………….
Tahun Pelajaran :………………………………….
Waktu Pengamatan :…………………………………..
Indikator pengembangan sikap religius, tanggung jawab, peduli,
responsive, dan santun.
1. BT (belum tampak) jika sama sekali tidak menunjukan usaha sungguh-
sungguh dalam menyelesaikan tugas.
2. MT (mulai tampak) jika menunjukan sudah ada usaha sungguh-
sungguh dalam menyelesaikan tugas tetapi masih sedikit dan belum
konsisten.
3. MB (mulai berkembang) jika menunjukan ada usaha sungguh-sungguh
dalam menyelesaikan tugas yang cukup sering dan mulai konsisten
4. MK (membudaya) jika menunjukan adanya usaha sungguh-sungguh
dalam menyelesaikan tugas secara terus menerus dan konsisten.
No Nama siswa Religius
Tanggug
jawab Peduli
Respon
sife Santun
BT MT MB MK BT MT MB MK BT MT MB MK BT MT MB MK BT MT MB MK
1
2
3
4
5
Keterangan:
1 = kurang
2 = sedang
3 = baik
4 = sangat baik
Lembar Penilaian Antar Peserta Didik
Nama peserta didik yang dinilai :…………………………….
Kelompok :…………………………….
Kelas :…………………………….
No Aspek yang dinilai Skala Penilaian
1 2 3 4 5
1 Kerja sama
2 Inisiatif
3 Kedisiplinan
4 Tanggung jawab
Keterangan
1 : sangat kurang
2 : kurang
3 : cukup
4 : baik
Nilai
Lampiran 7