Post on 19-Feb-2016
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah dengan judul “Al
Quran
Sebagai Sumber Ajaran Islam yang Pertama” ini dapat diselesaikan.
Makalah ini bertujuan untuk memberikan penjelasan mengenani Al Quran
sebagai sumber ajaran pertama dan utama dalam Islam. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Agama dan Etika Islam Semester Genap 2014/2015.
Dalam makalah ini disampaikan pengertian sumber ajaran dan sumber hukum
Islam, pengertian Al Quran, proses dan cara diturunkannya Al Quran, kandungan
dan fungsi Al Quran, serta kedudukan Al Quran sebagai sumber hukum Islam.
Dalam penyusunan makalah ini tentunya tak lepas dari kesalahan dan
kekurangan. Maka dari itu, kami mengharapkan saran dan masukan yang
membangun. Harapan kami, makalah ini dapat memberikan penjelasan mengenai
Al Quran sebagai sumber hukum Islam yang pertama.
Wassalamu‟alaikum Wr. Wb.
Bandung, Februari 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN........................................................................................
A. LATAR BELAKANG...............................................................
B. TUJUAN...................................................................................
C. RUMUSAN MASALAH............................................................
BAB II
AL-QUR’AN SEBAGAI PEDOMAN HIDUP MANUSIA........................
A. Pengertian Al-Qur’an
I. Pengertian Al-Quran menurut Bahasa (Etimologi).........
II. Pengertian Al-Quran menurut Syariat (Termologi).........
B. Sejarah turunnya Al-Qur’an........................................................
C. Al-Quran sebagai pedoman hidup manusia.................................
BAB III
PENUTUP ....................................................................................................
A. SIMPULAN.....................................................................................
B. SARAN............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang diturunkan kepada nabi
Muhammad SAW. Al-Qur’an pertama kali diturunkan pada malam Lailatul Qadr
pada 17 Ramadhan bertepatan pada 610 Masehi, dengan surat pertama yaitu Al-
Alaq ayat 1-5 di gua Hira. Hal ini terdapat pada Al-Qur’an surat al-baqarah ayat
185 yang artinya “Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil”.
Menurut para ahli bahasa arab, lafazh Al-Qur’an berasal dari qara’-
yaqrau’-qur’aanan, yang berarti bacaan, hal ini didasarkan pada surat Al-
Qiyamah ayat 18 yang artinya “Apabila kamu telah selesai membacakannya,
maka ikutilah bacaanya itu”.
Al-Qur’an adalah kitab suci penutup dan penyempurna dari berbagai kitab
suci sebelumnya sehingga isinya berlaku secara umum dan abadi, baik dari segi
waktu, tempat, maupun umat yang menerima risalahnya.
Beberapa fungsi dan peranan dari al-qur’an diantaranya adalah sebagai
pedoman hidup umat manusia, sebagai petunjuk, rahmat, mukjizat dan lain-lain.
Pada makalah ini, akan dibahas yaitu Al-Qur’an sebagi pedoman hidup umat
manusia.
1.2 Tujuan
A. Menjelaskan pengertian Al-qur’an
B. Menjelaskan sejarah turunnya Al-Qur’an
C. Menjelaskan penerapan Al-Quran sebagai pedoman hidup manusia
1.3 Rumusan Masalah
A. Apa pengertian Al-Qur’an?
B. Bagaimana sejarah turunnya Al-Qur’an?
C. Bagaimana penerapan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup manusia?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Al-Quran
2.1.1 Pengertian AL-Quran menurut etimologi (bahasa)
Menurut bahasa, “Al-Qur’an” berarti “bacaan”, pengertian seperti ini
dikemukakan dalam Al-Qur’an sendiri yakni dalam surat Al-Qiyamah, ayat 17-
18:
“Sesungguhnya mengumpulkan Al-Qur’an (di dalam dadamu) dan (menetapkan)
bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan kami. (Karena itu), jika kami
telah membacakannya, hendaklah kamu ikuti bacaannya”.
Al-Qur’an adalah kalamullah, firman Allah ta’ala. Ia bukanlah kata-kata
manusia. Bukan pula kata-kata jin, syaithan atau malaikat. Ia sama sekali bukan
berasal dari pikiran makhluk, bukan syair, bukan sihir, bukan pula produk
kontemplasi atau hasil pemikiran filsafat manusia. Hal ini ditegaskan oleh Allah
ta’ala dalam Al-Qur’an surat An-Najm ayat 3-4: “…dan tiadalah yang
diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu
tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)…”
Menurut Saidus Syahar, Al Quran secara teknis (fiqh) berarti ”Kitab Suci
Islam berasal dari wahyu Tuhan yang disampaikan kepada Nabi Muhammad
SAW semasa kenabiannya”. Sedangkan Nasruddin Razak mengatakan bahwa Al
Quran itu adalah ”Kalam Allah swt yang diwahyukan kepada Nabi dan Rasul
terakhir Muhammad saw., sebagai mu`jizat, membacanya adalah ibadah”.
Menurut Dr. H.A. Athaillah, M.Ag dalam bukunya Sejarah Al Quran, mengutip
pendapat Salim Muhsin dalam Tarikh Al Quran Al Karim, Al Quran ialah firman
Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw yang tertulis dalam mushaf-
mushaf dan dinukil (diriwayatkan) secara mutawatir dan dipandang ibadah dengan
membacanya serta menantang (orang yang tidak mempercayainya untuk membuat
yang serupa) meskipun hanya berupa satu surat yang pendek.
2.1.2 Pengertian Al-quran menurut terminologi (syariat)
Al Quran adalah kumpulan wahyu Allah SWT, yang yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW, dengan perantaraan malaikat Jibril yang
dihimpun dalam sebuah kitab suci untuk menjadi pedoman hidup bagi manusia
dan membacanya termasuk ibadah.
Kata “kalam” sebenarnya meliputi seluruh perkataan, namun karena istilah
itu disandarkan kepada Allah akhirnya menjadi kalamullah. Al Quran adalah
kalamullah dalam bentuk bahasa Arab yang disampaikan kepada Nabi
Muhammad SAW dengan perantara malaikat Jibril.
Allah telah menjamin untuk menjaga Al-Qur‟an dari upaya merubah,
menambah, mengurangi atau pun menggantinya, seperti yang disebutkan dalam
Al Quran Surat Al-Hijr : 9) yang artinya “Sesungguhnya Kami-lah yang
menunkan al-Qur‟an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”
Berdasarkan uraian tersebut dapat dipahami bahwa kalam Allah SWT yang
disampaikan kepada para Nabi dan Rasul terdahulu sebelum Nabi Muhammad
SAW tidaklah dapat dinamakan Al Quran. Seperti Taurat yang diturunkan
kepada Nabi Musa AS, atau Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud AS, atau
Injil yang diturunkan kepada Nabi „Isa AS. Begitu pula, kalam Allah SWT yang
diturunkan secara langsung, tanpa melalui malaikat Jibril kepada Nabi
Muhammad SAW, seperti Hadits Qudtsi tidak dapat dinamakan Al Quran dan
membaca Hadits Qudsi tersebut tidak termasuk dalam kategori ibadah.
II.2 Sejarah Al-quran
Hikmah Diwahyukannya Al-Qur’an Secara Berangsur-angsur
Al-Qur’an diturunkan dalam tempo 22 tahun 2 bulan 22 hari, yaitu mulai malam
17 Ramadhan tahun 41 dari kelahiran Nabi, sampai 9 Djulhijjah haji Wada’ tahun
63 dari kelahiran Nabi atau tahun 10 H.
Menurut Al-Zarqani dalam manahil Al-Irfan berpendapat bahwa proses turunnya
Al-Qur’an terdiri atas tiga tahapan:
1. Al-Qur’an turun secara sekaligus dari Allah Ke Lauh Al-Mahfuzh, yaitu
suatu tempat yang merupakan catatan tentang segala ketentuan dan
kepastian Allah, Q.S. Al-buruj ayat 21-22.“Bahkan yang didustakan
mereka ialah Al-Qur’an yang mulia, yang (tersimpan) dalam lauh al-
mahfuzh” (QS.Al-Buruj : 21-22).
2. Al-Qur’an diturunkan dari Lauh Al-Mahfuzh ke Bait Al-Izzah( tampat
yang berada di langit dunia), sebagaimana firman Allah dalam surat Al-
Qadar ayat 1.”Sesungguhnya Kami telah menurunkan-nya (Al-Qur’an)
pada malam kemuliaan”
3. Al-Qur’an diturunkan dari Bait Al-Izzah ke dalam hati Nabi dengan jalan
berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan. Hal ini diisyaratjkan dalam
Q.S. Asy-Syuaro ayat 193-195:“Dia dibawa turun oleh ar-ruh al-Amin
(Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang
diantara orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas”.
Masa turunnya Al-Qur’an dapat dibagi ke dalam dua periode.
a. Perode pertama disebut periode makiyah, yaitu ayat-ayat yang diturunkan
ketika Nabi Muhammad masih bermukim di Mekah, yaitu 12 tahun 5
bulan 13 hari yaitu dari 17 Ramadhan tahun 41 dari kelahiran Nabi.
b. Perode kedua disebut periode Madaniyah, yaitu ayat-ayat yang diturunkan
ketika Nabi Muhammad hijrah ke Madinah yaitu selama 9 tahun 9 bulan 9
hari, yakni dari
permulaan Rabiul awal tahun 54 dari kelahiran Nabi sampai 9 Djulhijjah
tahun 63 dari kelahiran Nabi. Hal ini menandakan bahwa Al-Qur’an
mempunyai hubungan dialektis dengan situasi dan tempat dimana ia
diturunkan.
Turunnya Al-Qur’an secara berangsur-angsur mempunyai hikmah dan
faedah yang besar sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Furqon ayat
32.Di samping itu masih banyak pula hikmah yang terkandung dalam hal
diturunkannya Al-Qur’an secara berangsur-angsur sebagai berikut:
1. Untuk meneguhakan hati Nabi Muhammad SAW Mengingat watak keras
masyarakat yamg dihadapi Nabi, maka dengan turunnya Al-Qur’an secara
berangsur-angsur akan memperkuat hati Nabi.
2. Sebagai Mukjizat Mengingat banyaknya tantangan yang dihadapi Nabi
dari kaumnya baik dari pertanyaan yang memojokkan. Turunnya wahyu
yang berangsur-angsur itu tidak saja menjawab pertanyaan itu bahkan
menantang mereka untuk membuat sesuatu yang serupa dengan Al-
Qur’an.
3. Untuk memudahkan hafalan dan pemahaman Al-Qur’an. Sekiranya Al-
Qur’an turun sekaligus tentu sulit untuk memahami dan menghafal isinya.
4. Untuk menerapkan hukum secara bertahap.
5. Sebagai bukti bahwa Al-Qur’an adalah bukan rekayasa Nabi Muhammad
atau manusia biasa. Meskipun rangkaian ayatnya turun selama 23 tahun
tetapi sistematika dan kandungannya tetap konsisten.
Al Quran yang dibagi dalam 30 juz, terdiri dari 6326 ayat atau 114 surah,
74437 kalimat atau 325345 huruf itu diturunkan dalam dua periode yaitu Makkah
(surah Makkiyah) dan Madinah (surah Madaniyah), dengan kurun waktu 22 tahun
2 bulan 22 hari terhitung mulai tanggal 17 Ramadhan tahun ke-41 dari kelahiran
Nabi saw sampai dengan turunnya ayat yang terakhir tanggal 9 Zulhijah tahun ke-
63 dari usia Nabi Muhammad SAW.
a. Penulisan Al-Qur’an pada Masa Nabi
Pada masa nabi, kedatangan wahyu tidak saja di ekspresikan dalam bentuk
hafalan tetapi juga dalam bentuk tulisan, nabi memiliki sekretaris pribadi yang
khusus bertugas mencatat wahyu. Mereka adalah Abu Bakar, Umar bin Khatab,
Utsman bin Afan, Ali bin Abi tholib, Abban bin sa’id, Khalid bin Al-walid, dan
Muawiyyah bin Abi Sufyan. Mereka menggunakan alat tulis sederhana dan
berupa lontaran kayu, pelepah kurma, tulang belulang, dan batu.
Kegiatan tulis menulis Al-Qur’an tadi didasarkan pada hadits Nabi yang
diriwayatkan oleh Muslim: “Janganlah kamu menulis sesuatu yang berasal dariku,
kecuali Al-Qur’an. Barangsiapa telah menulis dariku selain al-Qur’an, hendaklah
ia menghapusnya” (HR. Muslim).
Diantara faktor yang mendorong penulisan Al-Qur’an pada masa nabi adalah :
1. Mem-back up hafalan yang telah dilakukan oleh Nabi dan para sahabatnya
2. Mempresentasikan wahyu dengan cara paling sempurna
b.Penulisan Al-Qur’an pada Masa Khulafa Al-Rasyidin
Pada masa Abu Bakar As-siddiq
Pada dasarnya, seluruh Al-Qur’an sudah ditulis pada waktu Nabi masih
ada. Hanya saja, pada saat itu surat-surat dan ayat-ayatnya ditulis dengan
terpencar-pencar. Dan orang yang pertama kali menyusunnya dalam suatu mushaf
adalah Abu Bakar As-Siddiq. Usaha pengumpulan Al-Qur’an yang dilakukan Abu
Bakar terjadi setelah perang yamamah pada tahun 12 H.
Karena khawatir kelestarian Al-Qur’an hilang, Zaid bin Tsabit salah
seorang sekretaris Nabi yang muda dan pintar ditugaskan untuk melacak kembali
al-Qur’an. Dalam melaksanakan tugasnya Zaid menetapkan kriteria yang ketat
untuk setiap ayat yang dikumpulkannya. Ia tidak menerima ayat yang hanya
berdasarkan hafalan, tanpa didukungt tulisan.
Sikap kehati-hatian Zaid dalam mengumpulkan Al-Qur’an atas dasar
pesan Abu Bakar: “Dudulah kalian di pintu masjid. Siapa yang datang kepada
kalian membawa catatan al-Qur’an dengan dua saksi, maka catatlah”.Riwayat
yang berkaitan juga dikeluarkan Ibn Abi Dawud melalui jalan Yahya bin
Abdirrahman bin Hatib yang menceritakan bahwa Umar berkata:
Artinya:
“siapa saja pernah mendengar beberapa saja ayat Al-Qur’an dari rasulullah,
sampaikalah (kepada zaid). Dan (pada waktu itu) para sahabat telah menulisnya
pada subut, papan, dan pelepah kurma. Zaid tidak menerima laporan ayat dari
siapa pun sebelum diperkuat dua saksi.
Pekerjaan yang dibebankan pada pundak Zaid dapat diselesaikan dalam
waktu kurang lebih satu tahun, yaitu pada tahun 13 H. Setelah Abu Bakar wafat,
suhuf-suhuf Al-Qur’an itu disimpan Khalifah Umar dan ketika Umar wafat,
mushaf itu disimpan Hafsa, bukan oleh Utsman bin Afan.
Pada masa Utsman bin Afan
Satu prinsip yang mereka ikuti dalam menjalankan tugas ini adalah bahwa
dalam kasus kesulitan bacaan, dialek Quraisy suku dari mana Nabi berasal- harus
dijadikan pilihan. Dengan demikian, suatu naskah otoritatif (absah) Al-Qur’an,
yang sering juga disebut mushaf ‘Utsmani, telah ditetapkan. Sejumlah salinannya
dibuat dan dibagikan ke pusat- pusat utama daerah Islam.‘Utsman memutuskan
agar mushaf-mushaf yang beredar adalah mushaf yang memenuhi persyaratan
berikut:
a).Harus terbukti mutawatir, tidak ditulis berdasarkan riwayat ahad,
b).Mengabaikan ayat yang bacaannya dinasakh dan ayat tersebut tidak diyakini
dibaca kembali dihadapan Nabi pada saat-saat terakhir,
c).Kronologi surat dan ayat seperti yang dikenal sekarang ini, berbeda dengan
mushaf Abu Bakar yang susunan suratnya berbeda dengan mushaf ‘Utsmani,
d).Sistem penulisan yang digunakan mushaf mampu mencakupi qira’at yang
berbeda sesuai dengan lafadz-lafadz Al-Qur’an ketika turun,
e).Semua yang bukan termasuk Al-Qur’an dihilangkan.
Perbedaan penulisan Al-Qur’an pada masa Abu Bakar dan pada masa Utsman
adalah sebagai berikut ini :
Pada Masa Abu Bakar
1. Motivasi penulisannya adalah khawatir sirnanya Al-Qur’an dengan
syahidnya beberapa penghafal Al-Qur’an pada Perang Yamamah.
2. Abu Bakar melakukannya dengan mengumpulkan tulisan- tulisan Al-
Qur’an yang terpencar- pencar pada pelepah kurma, tulang, dan
sebagainya.
Pada Masa Utsman bin ‘Affan
1. Motivasi penulisannya karena terjadinya banyak perselisihan di dalam cara
membaca Al-Qur’an (qira’at).
2. Utsman melakukannya dengan menyederhanakan tulisan mushaf pada satu
huruf dan tujuh huruf yang dengannya Al- Quran turun.
Penyempurnaan Penulisan Al-Qur’an setelah Masa Kholifah
Mushaf yang ditulis atas perintah ‘Utsman tidak memiliki harakat dan
tanda titik sehingga dapat dibaca dengan salah satu qira’at yang tujuh. Pada masa
Khalifah ‘Abd Al-Malik (685-705), ketidakmemadainya mushaf ini telah
dimaklumi para sarjana muslim terkemuka saat itu dan karena itu pula
penyempurnaan mulai dilakukan. Dua tokoh yang berjasa dalam hal ini, yaitu
‘Ubaidillah bin Ziyad (w.67 H) dan Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi (w.95 H).
Upaya penyempurnaan itu tidak berlangsung sekaligus, tetapi bertahap dan
dilakukan oleh setiap generasi sampai abad III H. Ketika proses penyempurnaan
naskah Al-Qur’an selesai dilakukan tercatat tiga nama orang yang pertama kali
meletakkan tanda titik pada mushaf ‘Utsman, yaitu Abu Al-Aswad Ad-Dauli,
Yahya bin Yamar, dan Nashr bin ‘Ashim Al-Laits. Adapun orang-orang yang
pertama kali meletakkan hamzah, tasydid, Al-raum, dan Al-isymam adalah Al-
Khalid bin Ahmad Al-Farahidi Al-Azdi yang diberi kunyah Abu Abdirrahman.
Rasm Al-Qur’an
1. Pengertian Rasm Al-Qur’an
Yang dimaksud dengan rasm Al-Qur’an atau rasm ‘Utsmani adalah ilmu yang
mempelajari tentang penulisan mushaf Al-Qur’an yang dilakukan dengan cara
khusus, baik dalam penulisan lafadz-lafadznya maupun bentuk-bentuk huruf yang
digunakannya, yang ditetapkan pada masa khalifah ‘Utsman bin Affan.
1. Para ulama meringkas kaidah-kaidah itu menjadi enam istilah, yaitu :
1. Al-Hadzf (membuang, menghilangkan, atau meniadakan huruf)
2. Al-Jiyadah (penambahan),
3. Al-Hamzah, salah satu kaidahnya bahwa apabila hamzah ber-
harakat sukun, ditulis dengan huruf ber-harakat yang sebelumnya.
4. Badal(penggantian), seperti alif ditulis dengan wawu sebagai
penghormatan
5. Washal dan Fashal (penyambungan dan pemisahan)
6. Kata yang Dapat dibaca dua bunyi
1. Pendapat para Ulama Sekitar Rasm Al-Qur’an
Para ulama telah berbeda pendapat mengenai status rasm Al-Qur’an (tata cara
penulisan Al-Qur’an) :
1. Sebagian dari mereka berpendapat bahwa rasm ‘Utsmani itu bersifat
tauqifi, yakni bukan produk budaya manusia yang wajib diikuti siapa saja
ketika menulis Al-Qur’an.mereka juga memandang bahwa rasm ‘Utsmani
memiliki rahasia-rahasia yang sekaligus memperlihatkan makna-makna
yang tersembunyi.
2. Sebagian besar ulama berpendapat bahwa rasm ‘Utsmani bukan tauqifi,
tetapi merupakan kesepakatan cara penulisan (ishthilahi) yang disetujui
“Utsman dan diterima umat, sehingga wajib diikuti daan ditaati siapapun
yang menulis Al-Qur’an.
3. Sebagian lagi dari mereka mberpendapat bahwa rasm ‘Utsmani bukanlah
tauqifi. Tidak ada halangan untuk menyalahinya tatkala suatu generasi
sepakat menggunakan cara tertentu untuk menulis Al-Qur’an yang nota-
benenya berlainan dengan rasm “Utsmani.
Berkaitan dengan ketiga pendapat di atas, Al-Qaththan memilih pendapat
kedua karena lebih memungkinkan untuk memelihara Al-Qur’an dari perubahan
dan penggantian hurufnya. Seandainya setiap masa diperbolehkan menulis Al-
Qur’an sesuai dengan tren tulisan pada masanya,menurutnya, perubahan tulisan
Al-Qur’an terbuka lebar pada setiap masa. Padahal, setiap kurun dan waktu
memiliki tren tulisan yang berbeda-beda
Kandungan dan Fungsi Al Quran
Al Quran yang diturunkan oleh Allah dengan cara berangsur-angsur
selama 22 tahun 2 bulan 22 hari berintikan :
1. Petunjuk mengenai aqidah yang harus diyakini manusia yang meliputi
keesaan Tuhan dan kepercayaan adanya hari kebangkitan, perhitungan serta
pembalasan kelak.
2. Petunjuk mengenai syariah yaitu mengenai jalan yang harus diikuti manusia
dalam berhubungan dengan Allah dan sesama insan demi kebahagiaan hidup
dunia dan akhirat.
3. Petunjuk tentang akhlak mengenai yang baik dan buruk baik kehidupan
individual maupun kehidupan sosial.
4. Memuat kisah-kisah sejarah dari umat manusia di jaman lampau yang
memberikan pelajaran.
5. Memberikan peringatan tentang kejadian-kejadian dan berita di masa
mendatang, meliputi kehidupan akhirat dan hari akhir. Kehidupan di hari
akhir di tuliskan di dalam Al Quran surat Al-Haqqah (69 : 13-16) dan Az-
Zummar (39 : 68)
6. Benih dan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan, misalnya proses pembentukan
manusia yang erat kaitannya dengan prinsip kedokteran, yang dijelaskan
dalam Al Quran surat Al-Mu‟min (67 : 1).
7. Sebagai sumber disiplin ilmu hukum, yang tercantum dalam surat An-Nissa
(4 : 135).
8. Hukum yang berlaku bagi alam semesta, yang dimaksud hukum alam atau
sunnatullah yang berlaku di alam semesta antara lain bersifat pasti, tetap, dan
objektif.
Sebagai sumber hukum Islam Al-Qur'an mengandung 3 pokok
pengetahuan hukum yang mengatur tentang kehidupan umat manusia yaitu :
1. Hukum yang berkaitan dengan aqidah, yakni ketetapan tentang wajib
beriman kepada Allah SWT, Malaikat, kitab-kitab-Nya, para Rasul, hari akhir
dan takdir.
2. Tuntunan yang berkaitan dengan akhlaq (budi pekerti), yaitu ajaran agar
seorang muslim memiliki sifat mulia dan menjauhi sifat tercela.
3. Hukum yang berkaitan dengan amal perbuatan manusia yang terdiri dari
ucapan, perbuatan, perjanjian dan lain-lain. Hukum yang berkaitan dengan
amal perbuatan ini terbagi menjadi dua yaitu :
Fungsi Al-Qur‟an antara lain :
1. Sebagai pedoman hidup manusia
H.Abd. Rauf Aliah mengatakan ayat-ayat Al-Qur‟an sebagai pedoman hidup
umat manusia, penyajiannya disampaikan dalam berbagai bentuk. Salah satu
bentuk penyajiannya adalah berbentuk kisah atau cerita. Surat Yusuf
merupakan salah satu bentuk penyajian Al-Qur‟an yang disajikan dalam
bentuk cerita, Nabi Yusuf AS dikisahkan memperjuangkan niali-nilai
kebaikan dan kebenaran. Ayat-ayat yang terdapat dalam Al-Qur‟an
mengandung segi-segi kesusastraan dan pelajaran hidup yang sangat tinggi.
2. Sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa (Al-Huda)
Al-Qur‟an adalah petunjuk hidup bagi umat manusia. Kita tidak akan tersesat
apabila menjadikan Al-Qur‟an sebagai petunuk hidup. Allah berfirman :” Dan
sesungguhnya ketika kami (jin) mendengar petunjuk (Al-Qur‟an), kami
beriman kepadanya. Barangsiapa beriman kepada Tuhannya, maka ia tidak
perlu takut rugi dan dosa” (QS Al Jin [72]:13)
3. Sebagai mu‟jizat bagi kebesaran Nabi Muhammad SAW
Al-Qur‟an diturunkan secara bertahap kepada NAbi Muhammad SAW. Al-
Qur‟an adlah mu‟jizat terbesar Nabi Muhammad SAW. Al-Quran
membernarkan kitab-kitab terdahulu. “tidak mungkin Al-Quran ini dibuat
oleh selain Allah. Akan tetapi ia membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya
dan menjelaskan hukum-hukum yang ditetapkannya. Tidak ada keraguan
didalamnya dari Tuhan semesta alam” (QS. 10:37)
4. Sebagai sumber hidayah dan syari‟ah
Sebagai sumber hidayah Al-Qur‟an memiliki banyak sekali kisah. Dengan
kita membacanya dan berusaha memahaminya maka Allah akan membukakan
telinga yang tuli, mata yang buta, dan hati yang lalai kepada jalan kebenaran.
Allah berfirman :”Alif Lam Ra. Kami turunkan kepadamu (Muhammad) agar
engkau mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya terang
benderang dengan izin Tuhan, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha
Perkasa Maha
Terpuji.” (QS Ibrahim [14]:1)
5. Sebagai pembeda antara yang hak dan yang batil (Al-Furqon)
Sehebat apapun manusia, manusia tetaplah makhluk yang dhalif. Ilmu yang
diberikan hanya sedikit QS Al-Isra‟ [17:85] “Dan mereka bertanya kepadamu
(Muhammad) tentang ruh. Katakanlah “Ruh itu termasuk uurusan Tuhanku,
sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit”
Kata al-furqan merupakan bentuk mashdar dari kata faraqa (memisahkan).
Makna itu adalah Al-Qur‟an membedakan dan memisahkan antara yang hak
dan yang bathildengan hukum-hukumnya, atau antara yang dikokohkan dan
dibatalkan. Dalam Al-Qur‟an dibedakan antara hak dan bathil, muslim dan
kafir, halal dan haram.
6. Sebagai penjelasan (Al-Bayyinah), yang memberikan penjelasan segala
sesuatu yang dipertanyakan oleh manusia. Al-Qur‟an sebagai Al-Bayyinat
berfungsi memberikan penjelasan tentang apa-apa yang dipertanyakan oleh
manusia. Dalam fungsinya sebagai AL-Bayyinat Al-Qur‟an harus dijadikan
rujukan semua peraturan yang dibuat manusia. Allah berfirman :” Inilah (Al-
Qur‟an ) suatu keterangan yang jelas untuk semua manusia, dan menjadi
petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa” (QS Ali Imraan
[3]:138)
7. Sebagai sumber hukum Islam
Al-Qur‟an sebagai sumber hukum Islam bersifat universal. Ayat Al-Qur‟an
merupakan dasar yang harus dijalankan bagi umat manusia. Dalam membuat
sebuah hukum atau peraturan Al-Qur‟an menjadi patokannya.
2.3 AL-Qur’an Sebagai Pedoman Hidup Manusia
Al-Quran sejatinya diturunkan oleh Allah untuk menjadi petunjuk,
penjelasan atas petunjuk itu dan pembeda antara hak dan batil, benar dan salah,
baik dan buruk serta terpuji dan tercela. Karenanya al-Quran itu harus dijadikan
pedoman hidup. Untuk itu keimanan terhadap al-Quran haruslah totalitas,
keseluruhannya, bagian per bagiannya, dan ayat per ayat yang ada di dalamnya.
Mengingkari satu ayat al-Quran telah cukup menjerumuskan seseorang dalam
kekafiran (QS. an-Nisa’ [04]:150-151).
Keimanan terhadap al-Quran itu mengharuskan untuk tidak bersikap
‘diskriminatif’ terhadap seluruh isi dan kandungan al-Quran. Tidak boleh terjadi,
sikap bisa menerima tanpa reserve hukum-hukum ibadah atau akhlak, tetapi
menolak hukum-hukum al-Quran tentang kekuasaan, pemerintahan, ekonomi,
pidana, atau hubungan internasional. Sebab semuanya sama-sama berasal dari al-
Quran dan sama-sama merupakan wahyu Allah SWT.
Karena itu tidak semestinya muncul sikap berbeda terhadap satu ayat
dengan ayat lainnya. Jika ayat Kutiba ‘alaykum ash-shiyâm -diwajibkan atas
kalian berpuasa- (QS. al-Baqarah [02]: 183), diterima dan dilaksanakan, maka
ayat Kutiba ‘alaykum al-qishâsh -diwajibkan atas kalian qishash- (QS. al-Baqarah
[02]: 178); atau Kutiba ‘alaykum al-qitâl -diwajibkan atas kalian perang- (QS. al-
Baqarah [02]: 216) tentu juga harus diterima dan dilaksanakan. Tidak boleh
muncul sikap keberatan, penolakan, bahkan penentangan dengan dalih apa pun.
Sikap ‘diskriminatif’ akan berujung pada terabaikannya sebagian ayat al-Quran.
Itu merupakan sikap mengimani sebagian al-Quran dan mengingkari sebagian
lainnya. Sikap itu diancam oleh Allah akan mendapat kehinaan di dunia dan azab
pedih di akhirat (QS al-Baqarah [2]: 85).
Menjadikan al-Quran sebagai pdoman hidup itu mengharuskan kita untuk
mengambil dan melaksanakan ketentuan-ketentuan dan hukum-hukum yang
diberikan oleh al-Quran dan hadits Nabi saw, yakni hukum-hukum syariah Islam.
Sebab al-Quran juga memerintahkan kita untuk mengambil apa saja yang dibawa
Nabi saw dan meninggalkan apa saja yang beliau larang (QS al-Hasyr [33]: 7).
Ketentuan dan hukum yang dibawa oleh al-Quran dan hadits itu mengatur
seluruh segi dan dimensi kehidupan (QS. an-Nahl [16]: 89). Berbagai interaksi
yang dilakukan manusia, baik interaksi manusia dengan Tuhannya, dengan
dirinya sendiri, maupun dengan sesamanya, semua berada dalam wilayah hukum
al-Qur’an dan hadits.
Hanya saja, ada sebagian hukum itu yang hanya bisa dilakukan oleh
negara, semisal hukum-hukum yang berkaitan dengan pemerintahan dan
kekuasaan, ekonomi, sosial, pendidikan, politik luar negeri, sanksi pidana, dsb.
Hukum-hukum seperti itu tidak boleh dikerjakan individu dan hanya sah
dilakukan oleh imam yakni khalifah atau yang diberi wewenang olehnya.
Karena itu, menjadikan al-Quran sebagai pedoman hidup itu tidak akan
sempurna kecuali sampai pada penerapan hukum-hukum syariah Islam dalam
seluruh aspek kehidupan secara utuh dan totalitas. Dan itu tidak mungkin kecuali
melalui kekuasaan pemerintahan dan dalam bingkai sistem yang menerapkan
syariah, yang tidak lain sistem Khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah. Peringatan
Nuzulul Quran tahun ini hendaknya kita jadikan momentum untuk berkomitmen
mewujudkan semua itu dalam tataran riil. Untuk itu hendaknya kita renungkan
firman Allah SWT:
يشقى[ ( وال يضل فال هداي اتبع فمن هدى مني يأتينكم ا ومن) 123فإم
[ ضنكا معيشة له فإن ذكري عن أعرض
Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang
mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan
barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya
penghidupan yang sempit
(QS Thaha ]20[ 12-124)
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
1. Al Quran menurut bahasa berarti bacaan, sedangkan menurut istilah, Al Quran
adalah kumpulan wahyu Allah SWT, yang yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW, dengan perantaraan malaikat Jibril yang dihimpun dalam
sebuah kitab suci untuk menjadi pedoman hidup bagi manusia dan
membacanya termasuk ibadah.
2. Al Quran sebagai sumber ajaran Islam yang pertama dan utama berarti Al
Quran adalah sebagai sumber tuntunan hidup manusia dan merupakan rujukan
utama bagi manusia untuk menentukan hukum dan aturan-aturan yang berlaku
sesuai syariat Allah
3. Sumber ajaran Islam pertama dan utama adalah Al-Qur‟an yang langsung dari
Allah SWT, dan dijabarkan lebih detail dalam Hadits/As-Sunnah dari Nabi
Muhammad SAW. Sedangkan yang ketiga (ijtihad) merupakan hasil pemikiran
umat Islam, yakni para ulama mujtahid (yang berijtihad), dengan tetap
mengacu kepada Al Quran dan As Sunnah.
3.2 Penutup
Demikianlah makalah ini kami buat. Kami berharap dengan adanya makalah ini bisa membantu pembacanya dalam memahami makna dan keutamaan Al-Quran sebagai wahyu yang diturunkan Allah SWT untuk umat manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. [online] http://penmuslim.com/Al-Qur‟an-adalah-huda-petunjuk diakses 13 Februari 2015.
Anonim. 2014. [online] http://quran.al-shia.org/id/lib/24.htm diakses 13 Februari 2015
Berahim, Abdullah. 2013. Al-Qur‟an Sebagai Sumber Hukum Islam. Palu. [online] https://docs.google.com/file/d/0B5DxaF_9ujxbbmE%cVpQbThob1E/edit diakses 13 Februari 2015.
Fadhilah, NA. 2014. [online] http://ejournal.unmuha.ac.id/index.php/mentari/article/view/22 diakses 13 Februari 2015.
MAKALAH
AL-QUR’AN SEBAGAI
SUMBER AJARAN ISLAM YANG PERTAMA
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Agama dan Etika Islam tahun ajaran
2014/2015 Institut Teknologi Bandung
OLEH:
KELOMPOK 1
AEI K-15
Fania Febi Rahmadani 10613033
Oriza Sativa 10613029
Rahma Dona 10613057
Annisa Wisdayati 15013061
Jati Yuniasih
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2015