Post on 23-Dec-2015
description
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pabrik plastik merupakan tempat yang mengolah biji-biji plastik menjadi
plastik pada umumnya. Pabrik Plastik Setia Kawan yang menjadi tempat praktik
lapangan kami juga melakukan pengolahan sampah plastik menjadi biji-biji
plastik untuk kemudian diolah menjadi plastik siap pakai kembali. Dalam
melakukan pengolahan plastik, pabrik ini melibatkan sekitar 500 orang pegawai.
Sanitasi tempat kerja merupakan aspek penting yang menjadi hal yang
harus dipenuhi standar minimalnya oleh suatu tempat kerja. Sanitasi tempat kerja
merupakan hal yang akan melindungi seluruh karyawan, masyarakat sekitar, dan
lingkungan biologi di sekitar tempat itu berada dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Suatu kegiatan industri apapun, termasuk Pabrik Plastik Setia Kawan ini, pastilah
melibatkan karyawan dan menghasilkan limbah yang memerlukan pengolahan
khusus, di sinilah peran sanitasi diperlukan untuk mengontrol keselamatan kerja
para karyawan dan mengontrol pengelolaan limbah.
Mengingat pentingnya sanitasi Pabrik Plastik Setia Kawan ini maka
melalui praktik lapangan ini kami mencoba mengobservasi apakah sanitasi Pabrik
Plastik Setia Kawan sudah memenuhi standar sanitasi tempat kerja.
B.Tujuan
Tujuan dilakukannya praktek lapangan adalah :
1.Mengetahui standarisasi kesehatan di pabrik plastik kaitannya dengan
...............agen-agen penyebab penyakit.
2.Mengidentifikasi sistem sanitasi lingkugan di pabrik plastik.
1
BAB II
GAMBARAN SITUASI
A.Demografi
Pabrik plastik Setia Kawan memiliki kurang lebih 500 pekerja yang dibagi
dalam 3 shift yaitu shift pukul 07.00-15.00; 15.00-23.00; 23.00-07.00 dan pekerja
nonshift pada bagian staff, mekanik, gudang dan marketing yang bekerja mulai
pukul 08.00-16.00. Di pabrik plastik Setia Kawan 70 % adalah pekerja wanita dan
30 % pekerja laki-laki. 75 % pekerja pabrik plastik Setia Kawan berusia produktif
18-45 tahun, dan berpendidikan minimal lulusan dari sekolah menengah atas.
Sebagian besar pekerja di pabrik plastik Setia Kawan ini adalah dari penduduk
sekitar pabrik yaitu daerah rejasari, bantarsoka, dan pasirmuncang.
Di pabrik plastik Setia Kawan ini belum ada penyakit yang termasuk
kejadian luar biasa, hanya sakit biasa seperti flu, pilek, dan panas. Dari dinas
tenaga kerja tercatat ada 20 kejadian kecelakaan kerja di pabrik ini yang sebagian
besar kecerobohan dari pekerja itu sendiri.
B.Geografi
Secara geografis, PT Pabrik Plastik Setia Kawan ini beralamat di Jalan
Veteran Kelurahan Rejasari, Purwokerto Barat. Luas keseluruhanya adalah 2,5
hektar untuk tanahnya dan 1,5 hektar untuk bangunannya. Batas dari Pabrik
Plastik ini adalah :
Utara : Pemakaman Martadiredja
Barat : Pemakaman Martadiredja
Timur : Jalan Raya Veteran
Selatan : Pemukiman Desa Rejasari
2
Untuk tempat penampungan sementara dari sampah – sampah yang ada
dari pabrik, sampah – sampah ini ditampung di bagian selatan dari pabrik ini.
Pabrik Plastik Setia Kawan bergerak di bidang pembuatan benda – benda
dari plastik seperti kantung plastik, plastik bening, sedotan, tali raffia, dan
sebagainya. Pabrik ini berdiri pada tahun 1977, dan pindah ke purwokerto tahun
1987.
C.Pengolahan Pabrik
Pabrik plastik ini adalah pabrik pengolahan, sehingga hanya proses fisika
yang hanya merubah bentuk dari satu ke yang lainnya. Bahan – bahan yang
digunakan dalam pabrik ini adalah polimer untuk plastik, yaitu Polimer Propilen
dan Polimer Etilen. Hasil jadi pengolahan dua bahan tersebut adalah kantung
kresek dari Polimer Etilen dan kantung plastik bening dari Polimer Propilen.
Didalam pabrik ini ada bagian pencucian, pemrosesan, dan juga penghancuran.
Lalu sampah – sampah yang ada di dalam Pabrik Plastik ini diproses untuk
digunakan kembali, dari sampah – sampah plastik yang akan dijadikan plastik lagi
sampai sampah konsumsi dari para karyawan. Di bagian pencucian, para
karyawan diwajibkan menggunakan sepatu boot agar tidak terpeleset, lalu di
bagian pemrosesan dan penghancuran yang merupakan sumber polusi suara
terbesar, karyawan diberikan pelindung telinga. Sampah – sampah yang ada di
pabrik ini dipisahkan berdasarkan sampah basah dan sampah kering.
Untuk masalah limbah, pabrik ini membagi limbah sebagai limbah padat, cair,
dan gas. Untuk limbah padat, pabrik ini mendaur ulang segala jenis limbah padat
yang ada. Lalu untuk limbah cair, pabrik ini membuang limbahnya ke Sungai
Jenok, yang kadang digunakan oleh warga sekitar, sedangkan untuk limbah gas,
pabrik ini cukup sulit untuk menanggulanginya.
3
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil yang didapat setelah kami melakukan pengamatan di Pabrik Plastik
Setia Kawan adalah sebagai berikut:
Indikator yang digunakan :
A. FAKTOR FISIK
1. Suhu dan Kelembaban
a) Hasil :
Di tempat yang menggunakan mesin, suhu di atas suhu normal.
Kerja dari banyak mesin menyebabkan pemanasan. Di tempat yang
tidak menggunakan mesin (seperti tempat pencucian dan
pembilasan), suhu tidak begitu panas karena letaknya di ruangan
terbuka.
b) Standar
Standar suhu dan kelembaban untuk tempat kerja menurut
Kepmenkes RI No. 1405 tahun 2002 adalah :
Suhu : 18 – 280C
Kelembaban : 40 % - 60 %.
Agar ruang kerja perkantoran memenuhi persyaratan kesehatan perlu
dilakukan upaya-upaya sebagai berikut :
Tinggi langit-langit dari lantai minimal 2,5 m.
Bila suhu udara > 280C perlu menggunakan alat piñata udara
seperti Air Conditioner (AC), kipas angin, dll.
Bila suhu udara luar < 180C perlu menggunakan pemanas
ruang.
Bila kelembaban udara ruang kerja > 60% perlu menggunakan
alat dehumidifier.
Bila kelembaban udara ruang kerja < 40% perlu menggunakan
humidifier (misalnya : mesin pembentuk aerosol).
c) Analisis
4
Jika kita menganalisis dari hasil dan standar, suhu pabrik plastik
melebihi standar yang seharusnya karena menggunakan prinsip
thermosetting, yaitu mesin yang menggunakan energi panas
dengan suhu 200 – 250o C.
2. Kebisingan
a) Hasil
Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga
mengganggu atau membahayakan kesehatan. Di Pabrik Plastik Setia
Kawan, kadang terjadi ledakan hasil letusan gelembung plastik yang
terperangkap dan pecah hingga memekakkan telinga. Kebisingan yang
paling keras terjadi di bagian penghacuran bongkahan plastik yang
merupakan berasal dari plastik gagal. Di Pabrik Plastik Setia Kawan,
tidak atau belum diukur tingkat kebisingan sehingga kami tidak
mengetahui taraf kebisingan yang terjadi di sana. Sementara, sistem
kerja pabrik yang nonstop 24 jam yang terbagi dalam 3 shift (pukul
07.00-15.00, pukul 15.00-23.00, dan pukul 23.00-07.00) menyebabkan
mesin bekerja terus-menerus dan menciptakan kebisingan.
b) Standar
Tingkat kebisingan di ruang kerja maksimal 85 dBA.
Agar kebisingan tidak mengganggu kesehatan atau membahayakan
perlu diambil tindakan sebagai berikut :
Pengaturan tata letak ruang harus sedemikian rupa agar tidak
menimbulkan kebisingan.
Sumber bising dapat dikendalikan dengan cara antara lain :
meredam, menyekat, pemindahan, pemeliharaan, penanaman
pohon, membuat bukit buatan, dan lain-lain.
Rekayasa peralatan (engineering control).
Tabel 1 : Tingkat pajanan kebisingan maksimal selama 1 hari
5
c) Analisis
Menurut narasumber dari Pabrik Plastik Setia Kawan, di pabrik
tersebut tidak dilakukan suatu pengukuran yang pasti terhadap
tingkat kebisingan yang ada. Namun menurut beliau, tingkat
kebisingan yang paling kuat adalah di mesin crasher dan
berdasarkan pengamatan kami secara langsung kami mendapatkan
fakta bahwa memang mesin tersebut memiliki tingkat kebisingan
yang paling tinggi.
B. FAKTOR KIMIA
1. Debu
a) Hasil
Pengamatan menunjukkan bahwa banyaknya debu di pabrik plastik
tidak begitu mengganggu, artinya konsentrasi debu masih berada
dalam taraf normal.
b) Standar
Tabel 2 : Kandungan debu maksimal di dalam udara selama 8 jam
No. JENIS DEBU KONSENTRASI MAKSIMAL
1. Debu total 0,15 mg/m3
2. Asbes bebas 5 serat/ml udara dengan panjang serat 5
u (Mikron)
6
Tingkat Kebisingan (dBA) Pemaparan Harian
85 8 jam
88 4 jam
91 2 jam
94 1 jam
97 30 menit
100 15 menit
c) Analisis
Meskipun narasumber menyatakan bahwa banyaknya debu di pabrik
masih dalam batas normal, tetapi berdasarkan pengamatan kami,
debunya cukup mengganggu pernapasan kami.
2. Gas Pencemar
a) Hasil
Gas pencemar yang ada di pabrik plastik dihasilkan selama proses
pembuatan pastik. Gas ini keluar melalui cerobong asap yang ada di
pabrik plastik. Menurut narasumber sudah dilakukan suatu
meminimalisir adanya gas pencemar dengan membuat ventilasi
selebar–lebarnya.
b) Standar
Tabel 3 : Kandungan gas pencemar dalam ruang selama 8 jam
No. PARAMETER
KONSENTRASI
MAKSIMAL
(mg/m3) Ppm
1. Asam Sulfida (H2S) 1 -
2. Amonia (NH3) 17 25
3. Karbon Monoksida (CO) 29 25
4. Nitrogen Dioksida (NO2) 5,60 3,0
5. Sulfur Dioksida (SO2) 5,2 2
a. Asam Sulfida atau Hidrogen Sulfida
Hidrogen sulfida adalah gas yang berbau telur busuk. Sekalipun
gas ini bersifat iritan bagi paru-paru, tetapi ia digolongkan ke dalam
asphuxiant karena efek utamanya adalah melumpuhkan pusat
pernafasan, sehingga kematian disebabkan oleh terhentinya
pernafasan. Hidrogen sulfida juga bersifat korosif terhadap metal, dan
menghitamkan berbagai material. Karenan H2S lebih berat dari udara,
maka H2S sering terkumpul di udara pada lapisan bagian bawah dan
7
sering didapat di sumur-sumur terbuka, saluran air buangan dan
biasanya ditemukan bersama-sama gas beracun lainnya seperti metana,
dan karbondioksida.
Gas ini merupakan gas tidak berwarna, beracun, sangat mudah
terbakar, karakteristik bau busuk (sudah tercium pada konsentrasi 0,5
ppb) dengan berat molekul 34,1 dan titik didih : -77oF pada tekanan
760 mmHg, rapat gas : 1,2 serta sedikit larut dalam air. Bila terbakar
menghasilkan gas SO2.
b. Amonia
Amonia adalah senyawa kimia dengan rumus N H 3. Biasanya
senyawa ini didapati berupa gas dengan bau tajam yang khas (disebut
bau amonia). Walaupun amonia memiliki sumbangan penting bagi
keberadaan nutrisi di bumi, amonia sendiri adalah senyawa kaustik dan
dapat merusak kesehatan. Administrasi Keselamatan dan Kesehatan
Pekerjaan Amerika Serikat memberikan batas 15 menit bagi kontak
dengan amonia dalam gas berkonsentrasi 35 ppm volum, atau 8 jam
untuk 25 ppm volum. Kontak dengan gas amonia berkonsentrasi tinggi
dapat menyebabkan kerusakan paru-paru dan bahkan kematian.
Sekalipun amonia di AS diatur sebagai gas tak mudah terbakar,
amonia masih digolongkan sebagai bahan beracun jika terhirup, dan
pengangkutan amonia berjumlah lebih besar dari 3.500 galon (13,248
L) harus disertai surat izin.
Amonia yang digunakan secara komersial dinamakan amonia
anhidrat. Istilah ini menunjukkan tidak adanya air pada bahan tersebut.
Karena amonia mendidih di suhu -33 °C, cairan amonia harus
disimpan dalam tekanan tinggi atau temperatur amat rendah.
Walaupun begitu, kalor penguapannya amat tinggi sehingga dapat
ditangani dengan tabung reaksi biasa di dalam sungkup asap. "Amonia
rumah" atau amonium hidroksida adalah larutan NH3 dalam air.
Konsentrasi larutan tersebut diukur dalam satuan baumé. Produk
larutan komersial amonia berkonsentrasi tinggi biasanya memiliki
konsentrasi 26 derajat baumé (sekitar 30 persen berat amonia pada
8
15.5 °C). Amonia yang berada di rumah biasanya memiliki konsentrasi
5-10 % berat amonia.
Amonia umumnya bersifat basa (pKb=4.75), namun dapat juga
bertindak sebagai asam yang amat lemah (pKa=9.25).
c. Karbondioksida
Karbon dioksida (rumus kimia: CO2) atau zat asam arang adalah
sejenis senyawa kimia yang terdiri dari dua atom oksigen yang terikat
secara kovalen dengan sebuah atom karbon. Ia berbentuk gas pada
keadaan temperatur dan tekanan standar dan hadir di atmosfer bumi.
Rata-rata konsentrasi karbon dioksida di atmosfer bumi kira-kira 387
ppm berdasarkan volume walaupun jumlah ini bisa bervariasi
tergantung pada lokasi dan waktu. Karbon dioksida adalah gas rumah
kaca yang penting karena ia menyerap gelombang inframerah dengan
kuat.
Karbon dioksida dihasilkan oleh semua hewan, tumbuh-
tumbuhan, fungi, dan mikroorganisme pada proses respirasi dan
digunakan oleh tumbuhan pada proses fotosintesis. Oleh karena itu,
karbon dioksida merupakan komponen penting dalam siklus karbon.
Karbon dioksida juga dihasilkan dari hasil samping pembakaran bahan
bakar fosil. Karbon dioksida anorganik dikeluarkan dari gunung berapi
dan proses geotermal lainnya seperti pada mata air panas.
Karbon dioksida tidak mempunyai bentuk cair pada tekanan di
bawah 5,1 atm namun langsung menjadi padat pada temperatur di
bawah -78 °C. Dalam bentuk padat, karbon dioksida umumnya disebut
sebagai es kering.
d. Nitrogen Dioksida (NO2)
Nitrogen dioksida, dikenal luas sebagai gas tertawa, adalah
senyawa kimia dengan rumus N2O. Pada suhu ruang, ia berwujud gas
tak berwarna dan tidak flamabel (tidak mudah meledak). Apabila
dihirup atau dicecap terasa sedikit aroma dan rasa manis.
Gas ini dipakai luas dalam pembiusan (anestesi) dan pematirasaan
(analgesik). Sebutan "gas tertawa" merujuk pada efek kegirangan
9
(euforia) yang dialami manusia apabila menghirupnya, sehingga dulu
pernah digunakan sebagai halusinogen rekreatif (hiburan). Pada suhu
tinggi, N2O memiliki perilaku oksidator sekuat oksigen, sehingga
dipakai dalam pembakaran roket dan motor balap untuk meningkatkan
tenaga yang dikeluarkan mesin. Gas ini juga menjadi penanda bagi
ranjau atau peledak lainnya yang gagal atau belum meledak.
Sebagai salah satu gas rumah kaca dan pencemar udara, N2O
termasuk gas yang berbahaya karena memiliki 298 kali pengaruh yang
lebih kuat per satuan berat daripada CO2 dalam rentang waktu 100
tahun. Di udara, N2O bereaksi dengan atom oksigen membentuk NO,
dan NO kemudian akan memecah ozon.
e. Sulfur Dioksida (SO2)
Sulfur dioksida mempunyai karakteristik bau yang tajam dan tidak
mudah terbakar diudara, sedangkan sulfur trioksida merupakan
komponen yang tidak reaktif. Pembakaran bahan-bahan yang
mengandung Sulfur akan menghasilkan kedua bentuk sulfur oksida,
tetapi jumlah relatif masing-masing tidak dipengaruhi oleh jumlah
oksigen yang tersedia. Di udara SO2 selalu terbentuk dalam jumlah
besar.
Sepertiga dari jumlah sulfur yang terdapat di atmosfir merupakan
hasil kegiatan manusia dan kebanyakan dalam bentuk SO2. Dua pertiga
hasil kegiatan manusia dan kebanyakan dalam bentuk SO2. Dua pertiga
bagian lagi berasal dari sumber-sumber alam seperti vulkano dan
terdapat dalam bentuk H2S dan oksida. Masalah yang ditimbulkan oleh
bahan pencemar yang dibuat oleh manusia adalah ditimbulkan oleh
bahan pencemar yang dibuat oleh manusia adalah dalam hal
distribusinya yang tidak merata sehingga terkonsentrasi pada daerah
tertentu. Sedangkan pencemaran yang berasal dari sumber alam
biasanya lebih tersebar merata. Tetapi pembakaran bahan bakar pada
sumbernya merupakan sumber pencemaran Sox, misalnya pembakaran
arang, minyak bakar gas, kayu dan sebagainya Sumber SOx yang
kedua adalah dari proses-proses industri seperti pemurnian petroleum,
10
industri asam sulfat, industri peleburan baja dan sebagainya. Pabrik
peleburan baja merupakan industri terbesar yang menghasilkan Sox.
Hal ini disebabkan adanya elemen penting alami dalam bentuk garam
sulfida misalnya tembaga ( CUFeS2 dan CU2S ), zink (ZnS), Merkuri
(HgS) dan Timbal (PbS). Kerbanyakan senyawa logam sulfida
dipekatkan dan dipanggang di udara untuk mengubah sulfida menjadi
oksida yang mudah tereduksi. Selain itu sulfur merupakan kontaminan
yang tidak dikehandaki didalam logam dan biasanya lebih mudah
untuk menghasilkan sulfur dari logam kasar dari pada
menghasilkannya dari produk logam akhirnya. Oleh karena itu SO2
secara rutin diproduksi sebagai produk samping dalam industri logam
dan sebagian akan terdapat di udara.
Pencemaran SOx menimbulkan dampak terhadap manusia dan
hewan, kerusakan pada tanaman terjadi pada kadasr sebesar 0,5 ppm.
Pengaruh utama polutan Sox terhadap manusia adalah iritasi sistem
pernafasan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi
tenggorokan terjadi pada kadar SO2 sebesar 5 ppm atau lebih bahkan
pada beberapa individu yang sensitif iritasi terjadi pada kadar 1-2 ppm.
SO2 dianggap pencemar yang berbahaya bagi kesehatan terutama
terhadap orang tua dan penderita yang mengalami penyakit khronis
pada sistem pernafasan kadiovaskular.
c) Analisis
Gas yang terdapat di pabrik memang tidak begitu banyak karena sudah
dibuang ke luar pabrik sehingga terdapat kemungkinan mencemari
lingkungan sekitar pabrik.
3. Uap Air
a) Hasil
Uap air di lingkungan pabrik konsentrasinya tergolong tinggi karena
suhu yang ada di lingkungan pabrik juga tinggi. Uap air sangat dekat
kaitannya dengan kelembaban udara dan temperatur. Banyaknya uap
air di udara dinyatakan dalam kelembaban udara. Sedangkan jumlah
uap air yang ditampung di udara tersebut sangat dipengaruhi oleh
11
temperatur. Ketika temperatur udara rendah, uap air yang dibutuhkan
untuk menjenuhkan udara sedikit. Kondisi tersebut terjadi ketika udara
mulai jenuh.
b) Standar
Namun keberadaan uap air perlu diperhatikan dengan serius dan tidak
bisa disepelekan. Berikut ini beberapa alasan mengapa uap air perlu
diperhatikan dengan serius :
1) Uap air menghalangi banyak panjang gelombang infra merah. Artinya
uap air hanya sedikit meneruskan pancaran panas, sehingga berfungsi
sebagai selimut seperti gas CO2. Tentu pernah kita merasakan dingin
ketika langit terlihat bersih dan jernih, terutama di waktu malam.
Langit jernih berarti tipisnya kelembaban udara atau rendahnya
kandungan uap air, dan ini memudahkan larinya panas ke luar bumi.
Efeknya lebih terasa di daerah gurun yang udaranya sangat kering.
Siang di sana terik sekali dan amat panas, tapi di waktu malam suhu
bisa turun hingga di bawah 0°C.
2) Jumlah uap air di dalam atmosfir lebih banyak dari pada CO2. Ada
sebagian yang ikut serta dalam proses pembentukan awan dan hujan,
ada yang tetap tinggal mengisi udara. Ketiga, aktivitas kehidupan di
bumi serta sebab lainnya mengubah jumlah uap air di udara, sehingga
mempengaruhi keseimbangan yang selama ini berlangsung. Orangpun
perlu mewaspadai efek dari keseimbangan yang mungkin terganggu.
Namun sebelum semua dapat dipastikan, perlu diketahui dulu dengan
tepat berapa besar sebenarnya konsentrasi uap air di udara. Dan
pengetahuan tentang ini perlu dikumpulkan dari bagian-bagian
atmosfir di seluruh penjuru dunia. Tidak hanya meliputi jarak
horisontal yaitu lokasi-lokasi yang berbeda, tetapi juga jarak vertikal.
Seperti diketahui, atmosfir bumi mempunyai tebal lebih dari puluhan
kilometer ke atas, dan kandungan uap air di setiap lapisannya
memberikan pengaruh yang berbeda, terutama terhadap cuaca.
c) Analisis
12
Berdasarkan pengamatan kami, uap air di pabrik tersebut cukup tinggi
lalu hal ini mempengaruhi suhu di pabrik plastik.
4. Asap (Fume)
a) Hasil
Asap di pabrik plastik dikeluarkan dengan memakai cerobong asap.
Tidak diketahui berapa konsentrasi zat yang ada di dalamnya karena
pabrik tidak memiliki alat untuk mengukur konsentrasi pencemaran
udara.
b) Standar
Asap yang dihasilkan oleh pabrik seharusnya diolah menjadi padat lalu
disatukan dengan limbah padat lainnya sehingga lebih mudah untuk
diolah.
c) Analisis
Indikasinya adalah jika asap yang dikeluarkan berwarna hitam, maka
sudah pasti tercemar. Pabrik harus memakai penyaring agar tidak
terjadi kebocoran gas yang ada di sekitar pabrik. Pengujian dari
laboratorium udara sewaktu-waktu diperlukan untuk mengetahui kadar
pencemaran pabrik.
C. FAKTOR BIOLOGI
1. Virus
Ada beberapa virus yang mungkin muncul dalam industri pabrik plastik,
antara lain :
a. Virus Poliomyelitis a.c
Virus Polio dapat bertahan lama pada air limbah dan air permukaan,
bahkan dapat sampai berkilo-kilometer dari sumber penularannya.
Penularan terutama terjadi akibat tercemarnya lingkungan oleh virus
polio dari penderita yang telah terinfeksi, namun virus ini hidup di
lingkungan terbatas.
b. Virus Influenza
13
Terjadi melalui penyebaran partikel kecil (< 5 um) ke udara, baik
secara langsung atau melalui partikel debu yang mengandung
mikroorganisme infeksius. Partikel ini dapat tersebar dengan cara
batuk, bersin, berbicaradan tindakan seperti bronkoskopi atau
pengisapan lendir. Partikel infeksius dapat menetap di udara selama
beberapa jam dan dapat disebarkan secara luas dalam suatu ruangan
atau dalam jarak yang lebih jauh. Pengelolaan udara secara khusus dan
ventilasi diperlukan untuk mencegah transmisi melalui udara.
c. Virus Trachoma.
Mata merah atau belekan infeksinya oleh trachoma yang
komplikasinya bisa mengakibatkan kebutaan. Penderita yang terkena
penyakit ini akan merasakan pedih pada matanya, mata menjadi merah
dan bengkak, bahkan ketika bangun tidur, si penderita akan kesulitan
untuk membuka matanya, karena terdapat banyak kotoran di seputar
kelopak matanya. Sehingga pandangan menjadi kabur dan terasa ada
ganjalan pada bola mata.
d. Parotitis epidemica virus
Penyakit ini disebut juga gondong, Mudah menular melalui kontak
langsung & droplet dari air liur atau sekresi lain pada nasofaring
2. Bakteri
Bakteri dalam pabrik plastik berasal dari beberapa sumber, antara lain dari
sampah itu sendiri, air pencucian sampah yang berasal dari sungai, alat
pabrik yang berkarat, tanah yang lembab. Bakteri yang terdapat dalam
pabrik plastik antara lain :
Salmonella typhi/paratyphi
Sering ditemui di tempat-tempat di mana penduduknya kurang
mengamalkan membasuh tangan manakala airnya mungkin tercemar
dengan sisa kumbahan.
Shigella
Penyebab disentri yang terpenting dan tersering (± 60% kasus)
disentri yang dirujuk serta hampir semua kasus disentri yang berat
dan mengancam jiwa disebabkan oleh Shigella.
14
Vibrio cholera
Gejala-gejala kolera Asiatik dapat bervariasi dari diare cair yang
ringan, sampai diare akut yang ditandai dengan kotoran yang
berwujud seperti air cucian beras.
Entamoeba coli.
Corynebakterium diphtheria
Bakteri ini ditularkan melalui percikan ludah yang berasal dari batuk
penderita atau benda maupun makanan yang telah terkontaminasi oleh
bakteri.Biasanya bakteri berkembangbiak pada atau di sekitar
permukaan selaput lendir mulut atau tenggorokan dan menyebabkan
peradangan.Beberapa jenis bakteri ini menghasilkan toksin yang
sangat kuat, yang dapat menyebabkan kerusakan pada jantung dan
otak.
Mycobacterum tuberculosis
Penularan terjadi karena kuman dibatukan atau dibersinkan keluar
menjadi droflet nuklei dalam udara
Bordetella pertussis
Pertusis (Batuk Rejan, Whooping Cough) adalah infeksi bakteri pada
saluran pernafasan yang sangat menular dan menyebabkan batuk yang
biasanya diakhiri dengan suara pernafasan dalam bernada tinggi
(melengking). Bakteri ini ditularkan melalui percikan ludah penderita.
3. Jamur
Faktor yang memacu munculnya jamur antara lain kelembapan ruangan
yang tinggi, tanah yang lembab, dan genangan air
Jamur yang banyak terdapat dalam pabrik plastik antara lain :
Sporothrix schenceki melalui inhalasi dan kontak dermal
menyebabkan gangguan kesehatan,
Dermatofitosis- Tinea pedis (kutu air) menyerang diantara jari-jari
kaki kulit kemerah- merahan
Jamur kapsulatum, penyebab penyakit histoplasmosis
Jamur fumigatus, penyebab penyakit aspergillosis
D. FAKTOR ERGONOMI
15
1. Penerangan
a. Hasil
Penerangan 100% dari matahari yang menyinari lewat ventilasi udara
pada ruangan yang terbuka. Untuk penerangan di dalam ruangan, jika
siang hari tidak menggunakan lampu. Jika ada pekerja yang lembur
sampai malam, lampu dipergunakan.
b. Standar
Intensitas cahaya di ruang kerja minimal 100 lux. Pencahayaan adalah
jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk
melaksanakan kegiatan secara efektif. Tata cara pelaksanaan agar
pencahayaan memenuhi persyaratan kesehatan perlu dilakukan tindakan
sebagai berikut :
Pencahayaan alam maupun buatan diupayakan agar tidak
menimbulkan kesilauan dan memilki intensitas sesuai dengan
peruntukannya.
Penempatan bola lampu dapat menghasilkan penyinaran yang
optimum dan bola lampu sering dibersihkan.
Bola lampu yang mulai tidak berfungsi dengan baik segera diganti.
Kontras sesuai kebutuhan, hindarkan terjadinya kesilauan atau
bayangan.
Untuk ruang kerja yang menggunakan peralatan berputar dianjurkan
untuk tidak menggunakan lampu neon.
Tabel 4 : Standar pencahayaan setiap kegiatan di lingkungan kerja
Jenis Kegiatan
Tingkat
Pencahayaan
Minimal (Lux)
Keterangan
Pekerjaan kasar
dan tidak terus
menerus
100
Ruang penyimpanan & ruang
peralatan/instalasi yang
memerlukan pekerjaan yang
kontinyu.
Pekerjaan kasar
dan terus-menerus200
Pekerjaan dengan mesin dan
perakitan kasar.
16
Pekerjaan rutin 300
R. administrasi, ruang kontrol,
pekerjaan mesin & perakitan/
penyusun.
Pekerjaan agak
halus500
Pembuatan gambar atau
berkerja dengan mesin kantor
pekerja pemeriksaan atau
pekerjaan dengan mesin.
Pekerjaan halus 1000
Pemilihan warna, pemrosesan
tekstil, pekerjaan mesin halus &
perakitan halus
Pekerjaan amat
halus
1500
tidak
menimbulkan
bayangan
Mengukir dengan tangan,
pemeriksaan pekerjaan mesin
dan perakitan yang sangat halus
Pekerjaan terinci
3000 tidak
menimbulkan
bayangan
Pemeriksaan pekerjaan,
perakitan sangat halus
2. Sikap Kerja (Duduk/Berdiri)
a. Hasil
Biasanya pekerja pengolah sampah tahap awal yang kontak dengan
sampah kotor, gerakannya kebanyakan mengangkut barang dan
membersihkan dan semua dilakukan dengan berdiri. Gerakan semi-
mesin (sebagian menggunakan mesin) juga mengharuskan karyawan
untuk berdiri.
Pekerja tahap akhir dan kontak dengan plastik yang sudah
jadi/matang, gerakannya duduk teratur. Gerakan sebagai pengatur
mesin, pekerjaan biasanya telah terotomatisasi oleh mesin. Sebagian
17
kursi yang dipakai oleh pekerja yang duduk sudah memenuhi standar
yaitu adanya tempat kaki dan siku untuk istirahat.
Beberapa karyawan mengaku merasakan sakit punggung akibat
posisi duduk/berdiri yang sering membuat rasa tidak nyaman.
Gambar 3 : Karyawan bekerja sambil duduk, kursi sudah dilengkapi tempat
kaki istirahat.
b. Standar
Posisi duduk yang benar adalah :
Posisi kepala dan leher tegak, tidak membungkuk
Duduk dengan punggung lurus dan bahu berada dibelakang serta pantat
menyentuh belakang kursi. Caranya, duduk di ujung kursi dan
bungkukkan badan seolah terbentuk huruf C. Setelah itu tegakkan
badan buatlah lengkungan tubuh sebisa mungkin. Tahan untuk beberapa
detik kemudian lepaskan posisi tersebut secara ringan (sekitar 10
derajat).
Duduklah dengan lutut tetap setinggi atau sedikit lebih tinggi panggul
(gunakan penyangga kaki) dan sebaiknya kedua tungkai tidak saling
menyilang.
Sesekali lakukan disguised pauses, istirahat sekedar untuk mengurangi
konsentrasi pada pekerjaan misalnya merubah posisi duduk, berdiri
sebentar dari kursi atau berjalan-jalan sebentar
Hindari duduk dengan mencondongkan kepala ke depan, karena dapat
menyebabkan gangguan pada leher. Dan juga hindari duduk tanpa
18
sokongan lengan bawah, karena dapat menyebebabkan nyeri pada bahu
dan pinggang.
Jaga agar kedua kaki tidak menggantung.
Hindari duduk dengan posisi yang sama lebih dari 20-30 menit
Gambar 4 : Posisi duduk yang bena
Gambar 5 : Posisi duduk dengan penempatan perkakas kerja
3. Gerakan repetitif/berulang
a. Hasil
Gerakan berulang yang banyak dilakukan oleh pekerja di pabrik plastik
antara lain gerakan mengambil sampah dalam tempat pencucian,
gerakan memutar roll, gerakan mencetak plastik, dan gerakan
memasukan plastik ke kemasan. Hal ini dapat menyebabkan cumulative
trauma disorders, yaitu kerusakan jaringan halus yang disebabkan
pemakaian berulang-ulang.
Penyebab CTD antara lain :
Kedudukan sendi-sendi yang tidak wajar
Penggunaan tenaga yang berlebihan
19
Aktivitas yang berulang-ulang
Faktor-faktor individual
Gambar 6 : Karyawan yang melakukan gerakan repetitif.
b. Standar
Gerakan berulang harus diselingi dengan istirahat berkala dan dengan
peregangan, sehingga tidak menimbulkan keluhan kedepannya.
Diharapkan dengan melaksanakan prinsip ergonomi yang baik,
kesalahan kerja dapat dikurangi, dan produktivitas kerja semakin
meningkat.
20
BAB IV
PENUTUP
A.Kesimpulan
Setelah kami melakukan peninjauan langsung ke Pabrik Plastik Setia
Kawan, masih banyak yang belum memenuhi standar dan syarat kesehatan disana
baik dari faktor fisik ( suhu, kelembaban, kebisingan ), faktor kimia ( debu, gas,
uap, fume ), faktor biologi ( virus, bakteri, jamur ), dan faktor ergonomik
(penerangan, sikapa kerja, gerakan repetitif) karena memang tidak pernah
dilakukan pengukuran menggunakan alat hanya menilik dari kenyamanan dan
masukan dari para pekerja . Seharusnya pengelola Pabrik Plastik Setia Kawan
memberlakukan standarisasi yang telah ditetapkan untuk sebuah pabrik dan
pengecekan secara berkala yang bertujuan untuk menjaga kesehatan para
karyawan dan meminimalisir timbulnya sumber penularan penyakit sebagai
sebuah investasi jangka panjang bukan sebagai penambahan ongkos produksi .
B.Saran
1. Perlu penegakan disiplin karyawan terhada pemakaian alat pelindung diri
seperti masker dan penutup telinga.
2. Dilakukan pembersihan setiap sebulan sekali.
3. Kegiatan industri harus memiliki waktu istirahat,bukan Cuma segifisif,
tapi kualitas psikologi, perusahaan belum sepenuhnya menyadari
4. Suhu lingkungan kerja perlu diatur sehingga berada di atas ambang batas
normal, seperti menggunakan alat piñata udara seperti AC dan kipas angin.
5. Kebisingan didalam ruangan cukup tinggi, perusahaan disarankan
melakukan usaha meredam kebisingan seperti menyekat,
21
pemindahan,pemeliharaan, penanaman pohon, peninggian tembok,
pembuatan bukit buatan dan lain-lain.
6. Adanya ventilasi yang baik untuk sirkulasi udara, dipasangnya hood, dan
dustenclosure dan harus diolah terlebih dahulu sebelum asap pencemar
dibuang, agar pada saat dikembalikan ke lingkungan kadarnya sudah tidak
membahayakan lingkungan sekitar.
7. Industri harus memiliki waktu istirahat, karena penyakit itu bukan hanya
dari segi fisik tetapi juga tapi juga dilihat dari segi kualitas psikologis.
Perusahaan belum sepenuhnya menyadari bahwa hal ini akan berdampak
terhadap hasil produksi.
8. Limbah cair harus diolah terlebih dahulu sebelum nantinya akan dibuang
limbahnya ke lingkungan. Jika tidak diolah, maka nanti dalam pengolahan
limbahnya akan lebih menyulitkan dalam pengolahannya.
9. Adanya suatu dokter perusahaan di dalam suatu tempat kerja. Kemudian
disertai dengan adanya perealisasian Jamsostek atau jaminan lain bagi para
pekerja. Karena jika tidak, kejadian kecelakaan kerja beberapa kali pernah
terjadi dan tidak disediakannya Poliklinik atau dokter perusahaan.
10. Perlunya sebuah pemahaman antara kesehatan pekerja dengan
produktivitas, sehingga perusahaan benar – benar mengayomi dan
menjunjung tinggi derajat keshatan para pekerjanya.
22
DAFTAR PUSTAKA
Kepmenkes No.1405 tahun 2002.
Para Kontributor Surya Online. “Surya Madaeng Sarang ISPA, Mepet Pabrik dan Sanitasi Buruk” dalam Surya Online Berita Terkini Surabaya. www.surya.co.id (Diakses pada 14 Desember 2011).
PT.Charoen Pokphand Indonesia Balairaja.2009. “K4, Kualitas, Keselamatan
Kerja”. Buletin PT Charoen Pokphand Indonesia Balairaja. Vol. 6.
23