Post on 03-Mar-2018
7/26/2019 10488-10451-1-PB
1/17
ARTIKEL
HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN
PREEKLAMPSIA
(Studi penelitian di RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo
Tahun 2014)
Oleh:
YOWANTY HADJIKO
NIM: 841410162. Program Studi Ilmu Keperawatan, JurusanKeperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahraagaan
Telah diperiksa dan disetujui untuk dipublikasi
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
7/26/2019 10488-10451-1-PB
2/17
HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN
PREEKLAMPSIA
(Studi Penelitian di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo Tahun 2014)
Yowanty Hadjiko, Dr. Sunarto Kadir, Andi Mursyidah
Jurusan Ilmu Keperawatan FIKK UNG
E-mail : yowanti_hadjiko@yahoo.com
ABSTRAK
Yowanty Hadjiko.2014. Hubungan Karakteristik Ibu Hamil Dengan Kejadian
Preeklampsia. Skripsi Jurusan Keperawatan Program Studi S1 Keperawatan, Fakultas
Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahraagaan, Universitas Negeri Gorontalo, Pembimbing IDr. Sunarto Kadir, Drs, M.Kes dan Pembimbing II Andi Mursyidah, S.Kep, Ns, M.Kes.Daftar Pustaka: (31, 2001-2013).
Preeklampsia ialah penyakit yang timbul dengan tanda-tanda hipertensi, edema,dan proteinuria yang timbul karena kehamilan (Lalega, 2013). Karakteristik adalah sifatkhas dengan perwatakan tertentu. Karakteristik merupakan umur, paritas, jarakkehamilan. Adapun rumusan masalah yakni apakah ada hubungan karakteristik Ibu hamildengan kejadian preeclampsia.
Tujuan penelitian dianalisisnya hubungan karakteristik Ibu hamil dengan kejadianpreeklampsia. Desain penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Populasipenelitian adalah seluruh ibu hamil yang datang berkunjung di RSUD Prof. Dr. H. Aloeisaboe Kota Gorontalo. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik
accidental sampling. Sampel pada penelitian ini berjumlah 33 orang. Instrumentpenelitian menggunakan kuesioner, analisis yang digunakan adalah Univariat danBivariat menggunakan Uji Chi-Square dengan Uji AlternatifFisher Exact.
Hasil penelitian terlihat bahwa sebagian besar responden yang mengalamipreeklampsia adalah umur >35 tahun sebanyak 42.4% responden dengan nilai P value0.040
7/26/2019 10488-10451-1-PB
3/17
Kehamilan adalah suatu proses alami yang terjadi dalam rahim wanita.
Diawali dengan pertemuan sel telur dan sperma. Kemudian tumbuh dan
berkembang organ demi organ lengkap dengan segala fungsi masing-masing, dansiap dilahirkan pada minggu ke-40. Kehamilan merupakan suatu hal yang
menakjubkan. Namun, akan beresiko tinggi bila diiiringi dengan faktor-faktor
penyulit. Yang salah satu contoh kehamilan beresiko adalah preeklampsia
(Solihah, 2005).
Preeklampsia ialah penyakit yang timbul dengan tanda-tanda hipertensi,
edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Preeklampsia merupakan
salah satu jenis penyakit yang perlu diwaspadai. Keadaan ini biasa
membahayakan Ibu hamil, karena pada beberapa kasus preeklampsia dengan
komplikasi merupakan penyebab utama kematian pada Ibu hamil (Lalega, 2013).
Menurut Maryanti (2009) kematian Ibu adalah kematian pada Ibu yang
terjadi pada saat kehamilan, persalinan, dan nifas yang disebabkan olehkomplikasi/penyulit kehamilan. Penyebab kematian Ibu yaitu karena sebab
obstetrik langsung (direct obstetric death) seperti eklampsia/preeklampsia,
perdarahan, infeksi, emboli ketuban. Dan faktor yang mempengaruhi kematian
Ibu yaitu faktor penderita, usia, paritas, reproduksi/komplikasi obstetrik, sosial
ekonomi, pendidikan (Purnawaningsi, 2010).
Data profil kesehatan provinsi Sulawesi Selatan tahun 2011 menyebutkan
bahwa preeklampsia merupakan penyebab ke dua kematian Ibu di Sulawesi
Selatan (dalam Nuryani, dkk, 2011).
Pada penelitian yang dilakukan Hernawati (2011) di RSUD Kota
Semarang angka kejadian Ibu hamil dengan preeklampsia sebesar 14 orang
(24,6%) dari total kehamilan sebanyak 569 orang selama periode Desember 2009-
Februari 2010. Perkiraan jumlah kematian Ibu menurut penyebabnya di Indonesia
tahun 2010 adalah perdarahan sebanyak 3.114 (27%), preeklampsia dan eklampsia
sebanyak 2.653 (23%) dan infeksi sebanyak 1.268 (11%) (dalam Langelo dkk,
2012).
Dari hasil penelitian Ika (2009) didapatkan bahwa banyak faktor yang
menyebabkan meningkatnya insiden preeklampsia pada Ibu hamil. Faktor risiko
yang dapat meningkatkan insiden preeklampsia antara lain molahidatidosa,
nulipara, usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, janin lebih dari satu,
multipara, hipertensi kronis, diabetes mellitus atau penyakit ginjal.
Preeklampsia/eklampsia dipengaruhi juga oleh paritas, genetik dan faktorlingkungan.
Serupa dengan penelitian Asrianti yang dikutip oleh Nuryani dkk, (2011)
umur ibu hamil 35 tahun berisiko 3,144 kali dan primigravida
berisiko 2,147 kali mengalami preeklampsia. Begitu juga menurut penelitian yang
dilakukan oleh Agudelo dan Belizan yang dikutip oleh Fibriana (2007), jarak
kehamilan yang terlalu panjang dan terlalu dekat (
7/26/2019 10488-10451-1-PB
4/17
selama masa kehamilannya terlebih pada Ibu yang pertama kali mengalami masa
kehamilan (Langelo, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Merviell (2008) yangdikutip oleh Langelo (2012), menunjukkan bahwa paritas merupakan faktor risiko
terhadap kejadian preeklampsia. Penelitian yang sama yang dilakukan oleh
Rozikhan (2007) menunjukkan bahwa paritas merupakan faktor risiko terhadap
kejadian preeklampsia.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis dengan
wawancara pada Ibu dengan riwayat preeklampsia di RSUD Prof. Dr. H. Aloei
Saboe (2013) didapatkan Ibu dengan riwayat preeklampsia yang berumur 3.Berdasarkan Buku Laporan Ruang G1 Kebidanan di RSUD Prof. Dr. H.
Aloei Saboe Kota Gorontalo bahwa jumlah kasus preeklampsia semakin
meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011 jumlah Ibu hamil dengan kasus
preeklampsia sebanyak 45 orang, dan pada tahun 2012 jumlah kasus preeklampsia
sebanyak 27 orang, sedangkan pada periode tanggal 1 Januari-agustus 2013,
didapatkan Ibu dengan riwayat preeklampsia sebanyak 39 orang.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian di
RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo dengan formulasi judul
Hubungan Karakteristik Ibu Hamil dengan Kejadian Preeklampsia.
I.
METODE PENELITIANDesain penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Desain
penelitian cross sectionalmerupakan suatu penelitian yang mempelajari hubungan
antara faktor resiko (independen) dengan faktor efek (dependen), dimana
melakukan observasi atau pengukuran variabel sekali dan sekaligus pada waktu
yang sama. Populasi penelitian adalah seluruh ibu hamil yang datang berkunjung
di RSUD Prof. Dr. H. Aloei saboe Kota Gorontalo. Teknik pengambilan sampel
dengan menggunakan teknik accidental sampling. Sampel pada penelitian ini
berjumlah 33 orang. Instrument penelitian menggunakan kuesioner, analisis yang
digunakan adalah Univariat dan Bivariat menggunakan Uji Chi-Square dengan
Uji AlternatifFisher Exact.
7/26/2019 10488-10451-1-PB
5/17
II. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
2.1 HASIL PENELITIAN
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Di RSUDProf. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo 2014
Pendidikan Frekuensi %
SD 12 36.4
SMP 11 33.3
SMA 6 18.2
D-III 3 9.1
S1 1 3.0
Total 33 100
Data Primer ; 2014
Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh bahwa distribusi responden terdapat padajenjang pendidikan lebih banyak pada jenjang pendidikan SD yaitu sebanyak 12
responden (36.4%), dan pada jenjang pendidikan SMP yaitu sebanyak 11
responden (33.3%), kemudian pada jenjang pendidikan SMA yaitu sebanyak 6
responden (18.2%), responden pada jenjang pendidikan D-III sabanyak 3 orang
(9.1%), sedangkan jenjang pendidikan yang terendah terdapat pada jenjang
pendidikan S1 yaitu sebanyak 1 orang (3.0%).
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Di RSUD Prof.
Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo 2014
Pekerjaan Frekuensi %
PNS 4 12.1
IRT 29 87.9
Total 33 100
Data Primer ; 2014
Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh bahwa distribusi responden berdasarkan
pekerjaan yang lebih banyak yaitu pada pekejaan IRT yaitu sebanyak 29
responden (87.9%) dan terendah pada pekerjaan PNS yaitu sebanyak 4 responden
(12.1%).
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Di
RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo 2014Umur Frekuensi %
35 tahun 14 42.4
Total 33 100
Data Primer ; 2014
Berdasarkan tabel 4.3 diperoleh bahwa distribusi responden berdasarkan
kelompok umur yang paling banyak yaitu pada umur >35 tahun sebanyak 14
responden (42.4%), dan umur 20-35 tahun sebanyak 12 responden (36.4%),
sedangkan pada kelompok umur terkecil pada usia
7/26/2019 10488-10451-1-PB
6/17
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Paritas Di
RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo 2014Paritas Frekuensi %
Paritas 1 7 21.2
Paritas 2-3 15 45.5
Paritas >3 11 33.3
Total 33 100
Data Primer ; 2014
Berdasarkan tabel 4.4 diperoleh bahwa distribusi responden berdasarkan
paritas yang lebih banyak yaitu terdapat pada paritas 2-3 sebanyak 15 responden
(45.5%), dan paritas >3 sebanyak 11 responden (33.3%), serta paritas terkecil
terdapat pada paritas 1 yaitu terdapat 7 responden (21.2%).
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jarak
Kehamilan Di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo 2014
Jarak Kehamilan Frekuensi %
5 tahun 20 60.6
Total 33 100
Data Primer ; 2014
Berdasarkan tabel 4.5 diperoleh bahwa distribusi responden berdasarkan
jarak kehamilan yang paling banyak yaitu pada jarak kehamilan >5 tahun
sebanyak 20 responden (60.6%), kemudian pada jarak kehamilan
7/26/2019 10488-10451-1-PB
7/17
Tabel 4.7 Distribusi Hubungan Karakteristik Responden Dengan Kejadian
Preeklampsia Berdasarkan Umur di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota
Gorontalo
Umur
Kejadian Preeklampsia
TotalP
ValuePreeklampsia
Riwayat
Preeklampsia
N % N % N %
0.04035 tahun 0 0 14 42.4 14 42.4
Total 2 6.1 31 93.9 33 100
Data Primer ; 2014Dari Tabel 4.7 menunjukkan hasil analisis hubungan usia ibu hamil
dengan kejadian preeklampsia. Dari tabel di atas diketahui bahwa dari usia ibu
hamil dengan umur 35 tahun terdapat
14 (42.4%) responden dengan kejadian preeklampsia.
Hasil uji statistik dengan uji Fisher Exactdidapatkan nilaiP= 0.040 (P3 0 0 11 33.3 11 33.3
Total 2 6.1 31 93.9 33 100
Data Primer ; 2014
Dari Tabel 4.8 menunjukkan hasil analisis hubungan karakteristik
responden dengan kejadian preeklampsia berdasarkan paritas. Dari tabel di atas
diketahui bahwa dari paritas 1 dengan kejadian preeklampsia memiliki nilai yaitu
7 (21.2%) responden, dan untuk paritas 2-3 dengan kejadian preeklampsia
terdapat 15 responden (45.5%), kemudian untuk paritas >3 dengan kejadian
preeklampsia terdapat 11 responden (33.3%).
Hasil uji statistik dengan ujiFisher Exactdidapatkan nilai p = 0.040 (p 35 tahun secara fisik bahwa rentang usia ini adalah
umur yang tidak baik untuk hamil dan bersalin.
Hal ini didukung oleh teori yang diungkapkan oleh Sarwono (dalam
Asniar, 2011) menjelaskan bahwa usia ibu sangat berpengaruh terhadap proses
reproduksi. Hal ini sejalan dengan teori Nadesul (2001) bahwa kehamilan juga
tidak boleh terjadi pada usia yang terlalu tua. Hamil setelah berumur 35 tahun
juga tidak sehat. Alat kandungan sudah mulai lemah, dan ini dapat merugikan Ibu
maupun anak yang dikandungnya. Dalam kurun waktu reproduksi sehat diketahui
bahwa usia yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah usia 20-35
tahun,dimana organ reproduksi sudah sempurna dalam menjalani fungsinya.
2.2.2.2Paritas
Berdasarkan hasil penenelitian pada tabel 4.4 bahwa peneliti mendapatkandata sebagian besar dari responden dengan paritas 2-3 sebanyak 15 orang.
Menurut asumsi peneliti bahwa paritas 2-3 adalah paritas yang aman untuk hamil
dan juga melahirkan karena mempunyai pengalaman yang banyak dalam hal
kehamilan. Menurut Manuaba (dalam Fhairus, 2010) bahwa dari sudut kematian
maternal, paritas dengan Paritas 2-3 aman untuk hamil dan bersalin. Hal ini
didukung oleh penelitian Rasmini (2012) yang mengatakan dilihat dari segi
pengalaman dalam melahirkan dapat diartikan bahwa ibu yang memiliki paritas
atau jumlah anak yang lebih dari satu akan mempunyai banyak pengalaman
tentang kehamilannya secara langsung.
7/26/2019 10488-10451-1-PB
10/17
2.2.2.3Jarak kehamilan
Berdasarkan hasil penenelitian pada tabel 4.5 bahwa peneliti mendapatkan
data sebagian besar jarak kehamilan responden yaitu dengan jarak kehamilan >5tahun sebanyak 20 orang. Menurut asumsi peneliti bahwa jarak kehamilan yang
terlalu jauh berhubungan dengan bertambahnya usia ibu, sehingga fungsi organ
reproduksi sudah mulai melemah. Hal ini sejalan dengan penelitian Kusumawati
(2006) bahwa jarak kehamilan yang terlalu jauh berhubungan dengan
bertambahnya umur ibu. Hal ini akan terjadi proses degeneratif melemahnya
kekuatan fungsi-fungsi otot uterus dan otot panggul yang sangat berpengaruh pada
proses kehamilan dan persalinan apabila terjadi kehamilan lagi.
2.2.3 Hubugan karakteristik Ibu hamil dengan kejadian preeklampsia2.2.3.1Hubugan karakteristik Ibu hamil dengan kejadian preeklampsia
berdasarkan umurBerdasarkan hasil analisis pada karakterstik umur diketahui bahwa 21.2%
responden dengan umur
7/26/2019 10488-10451-1-PB
11/17
2013) di Rumah Sakit Ibu dan Anak Sri Ratu Medan yang memperoleh proporsi
ibu yang melahirkan bayi pada kelompok umur 20-35 tahun karena pada
kelompok umur tersebut yang tergolong aman untuk melahirkan.Sedangkan pada umur >35 tahun sebanyak 42.4% responden mengalami
preeklampsia. Menurut asumsi peneliti bahwa hal ini disebabkan karena pada usia
ini ibu sudah beresiko untuk hamil yang dapat menyebabkan terjadinya
preeklampsia, terkait dengan kemunduran fungsi alat kandungan dan penurunan
daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa usia ini. Menurut
Nadesul (2001) bahwa hamil setelah berumur 35 tahun juga tidak sehat. Alat
kandungan sudah mulai lemah, dan ini dapat merugikan Ibu maupun anak yang
dikandungnya.
Menurut BKKBN (2007) yang dimaksud dengan terlalu tua adalah hamil
diatas usia 35 tahun kondisi kesehatan ibu dan fungsi berbagai organ dan sistem
tubuh diantaranya otot, syaraf, endokrin, dan reproduksi mulai menurun (dalamAsniar, 2014).
Hal ini serupa dengan pendapat Mc Cathy yang dikutip oleh Madhona
bahwa ibu pada umur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun memiliki
resiko untuk tejadinya komplikasi persalinan seperti preeklampsia, eklampsia,
dan perdarahan (dalam Gafur, 2012).
Beberapa hasil penelitian terdahulu mendukung hasil penelitian ini, yang
menyatakan umur ibu hamil berhubungan dan merupakan salah satu faktor risiko
terhadap kejadian preeklampsia. Diantaranya, hasil studi penelitian yang
dilakukan oleh Yusniar (2001) di Makassar menyebutkan bahwa umur 30 tahun memiliki berisiko 2,779 kali menyebabkan preeklampsia dan
eklampsia. Hasil penelitian yang sama yang dilakukan oleh Asrianti (2009)
menyimpulkan bahwa umur ibu hamil 35 tahun berisiko 3,144
kali mengalami preeklampsia, serta hasil penelitian Salim (2005) menyebutkan
usia ibu hamil < 20 tahun atau 35 tahun berisiko 3,615 kali lebih besar untuk
mengalami preeklampsia
Berdasarkan hasil analisa data yang telah dilakukan oleh peneliti dengan
UjiFisher Exactdengan hasil semua dengan nilaiP= 0.040
7/26/2019 10488-10451-1-PB
12/17
Selanjutnya pada paritas 1 terdapat 21.2% responden mengalami
preeklampsia. Menurut asumsi peneliti hal ini disebabkan karena ibu dengan
primipara (wanita yang melahirkan bayi hidup) pertama kali karena pengalamanmelahirkan yang belum pernah dan juga ibu dengan paritas 1 adalah paritas yang
tidak aman untuk ibu.
Menurut Prawirohardjo (2005) bahwa paritas 1 dan paritas lebih dari 3
mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Hal ini sejalan dengan Depkes
(2005) bahwa paritas atau frekuensi ibu melahirkan anak sangat mempengaruhi
kesehatan ibu dan anak, karena kemungkinan terjadinya kesakitan dan kematian
maternal, pada ibu yang baru untuk pertama kalinya hamil agak lebih tinggi dari
pada ibu-ibu yang sudah mempunyai anak dua atau tiga (dalam Rara, 2013).
Hal ini didukung dengan penelitian Rasmini (2012) paritas ibu telah
memberikan pengalaman pada ibu dalam melakukan pemeriksaan kehamilan.
Pengalaman akan membuat ibu lebih memahami pentingnya melakukanpemeriksan kehamilan sehingga dapat mendeteksi sedini mungkin penyakit yang
dialami ibu. Hal ini juga didukung oleh teori yang diungkapkan oleh
Notoadmodjo, 2010 (dalam Rasmini, 2012) yang menyebutkan dalam
pengambilan keputusan tergantung pada pengalaman termasuk pengalaman hamil.
Selanjutnya pada paritas >3 terdapat sebanyak 33.3% responden. Menurut
asumsi peneliti ibu yang melahirkan >3 kali atau lebih disebabkan karena
kekondoran pada dinding rahim atau dinding perut ibu sehingga menimbulkan
banyak resiko terhadap kehamilan. Hal ini menunjukan bahwa paritas berpeluang
terjadinya preeklampsia.
Persalinan yang berulang-ulang akan mempunyai banyak risiko terhadap
kehamilan, telah terbukti bahwa persalinan kedua dan ketiga adalah persalinan
yang paling aman. Pada The New England Journal of Medicinetercatat bahwa
pada kehamilan pertama risiko terjadi preeklampsia 3,9%, kehamilan kedua 1,7%,
dan kehamilan ketiga 1,8% (dalam Rozikhan, 2007).
Berdasarkan hasil analisa data yang telah dilakukan dengan Uji Fisher
Exact dengan hasil semua dengan nilai P= 0.040
7/26/2019 10488-10451-1-PB
13/17
kehamilan yang terlalu dekat menyebabkan ibu tidak sempat memulihkan
kesehatannya yaitu mengembalikan fungsi organ reproduksi kebentuk normal.
Menurut Kramer dalam Pratiwi (2013) menjelaskan bahwa jarak antara keduakelahiran yang pendek dapat menghasilkan kehamilan yang kurang
menguntungkan.
Serupa dengan penelitian Kusumawati (2006) seorang wanita yang hamil
dan melahirkan kembali dengan jarak yang pendek dari kehamilan sebelumnya,
akan memberikan dampak yang buruk terhadap kondisi kesehatan ibu dan bayi.
Hal ini disebabkan, karena bentuk dan fungsi organ reproduksi belum kembali
dengan sempurna. Sehingga fungsinya akan terganggu apabila terjadi kehamilan
dan persalinan kembali.
Begitu juga dari hasil penelitian Rozikhan (2007) dapat disimpulkan
bahwa ibu dengan jarak kehamilan yang dekat atau kurang dari 24 bulan
mempunyai risiko terjadi preeklampsia berat yaitu 0,92 kali dibandingkan denganseorang ibu dengan jarak kehamilan 24 bulan atau lebih. Menurut Handayani
(2008) untuk kesehatan ibu telah dibuktikan bahwa makin kecil atau pendek jarak
waktu antara kelahiran anak, makin banyak dan tinggi komplikasi kesakitan dan
kematian yang timbul bagi ibu dan anak (dalam Pratiwi, 2013).
Menurut asumsi peneliti untuk jarak kehamilan dengan jarak 2 tahun
adalah jarak kehamilan yang baik, karena jarak kehamilan 2 tahun fungsi organ
reproduksi sudah kembali normal. Terjadinya kejadian preeklampsia pada jarak
kehamilan 2 tahun karena faktor ketidaktahuan ibu tentang pengaturan kelahiran
yang baik. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Fibriana (2005),
jarak antara kehamilan yang disarankan pada umumnya adalah paling sedikit dua
tahun (dalam Nuryani, dkk, 2011).
Menurut asumsi peneliti bahwa jarak kehamilan >5 tahun adalah jarak
kehamilan yang terlalu jauh berhubungan dengan bertambahnya usia ibu,
sehingga fungsi organ reproduksi sudah mulai melemah. Hal ini sejalan dengan
penelitian Kusumawati (2006) bahwa jarak kehamilan yang terlalu jauh
berhubungan dengan bertambahnya umur ibu. Hal ini akan terjadi proses
degeneratif melemahnya kekuatan fungsi-fungsi otot uterus dan otot panggul yang
sangat berpengaruh pada proses kehamilan dan persalinan apabila terjadi
kehamilan lagi.
Berdasarkan hasil analisa data yang telah dilakukan oleh peneliti dengan
menggunakan UjiFisher Exactdengan hasil semua dengan nilai P Value= 0.028
7/26/2019 10488-10451-1-PB
14/17
2.3 Keterbatasan PenelitianSetiap peneliti tidak akan terlepas dari kemungkinan adanya keterbatasan
yang dapat mempengaruhi kualitas hasil penelitian. Adapun keterbatasanpenelitian antara lain:
2.3.1
Jumlah responden
Jumlah responden dalam penelitian ini yaitu seluruh ibu hamil yang dirawat
di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo, yaitu sebanyak 33 responden.
2.3.2Peneliti pemula
Peneliti belum berpengalaman, karena peneliti baru pertama kali melakukan
penelitian dalam penulisan karya ilmiah ini.
III. PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Prof. Dr. H. AloeiSaboe Kota Gorontalo didapatkan bahwa hubungan karakteristik ibu hamil dengan
kejadian preeklampsia yaitu dapat disimpulkan bahwa:
1. Karakteristik ibu hamil RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo
Karakteristik ibu hamil berdasarkan umur adalah kelompok umur yangpaling banyak yaitu pada umur >35 tahun sebanyak 14 responden
(42.4%), sedangkan pada kelompok umur terkecil pada usia 3 sebanyak 11 orang (33.3%), sedangkan pada paritas terkecil
terdapat pada kelahiran 1 yaitu 7 responden (21.2%).
Karakteristik ibu hamil berdasarkan jarak kehamilan di RSUD Prof. Dr.H. Aloei Saboe Kota Gorontalo adalah jarak kehamilan yang paling
banyak yaitu pada jarak kehamilan >2 tahun sebanyak 14 responden
(42.4%), kemudian pada jarak kehamilan 2 tahun dan 3-4 tahun sebanyak
7 responden (21.2%), serta pada jarak kehamilan yang terendah terdapat
pada jarak kehamilan >5 tahun yaitu sebanyak 5 responden.
2. Terdapat hubungan yang bermakna antara hubungan karakteristik ibu hamil
(umur) dengan kejadian preeklampsia yaitu dari hasil uji statistik dengan uji
Fisher Exact didapatkan nilai P = 0.040 (P < 0,05). Secara statistik dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara umur ibu dengankejadian preeklampsia, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima.
3. Terdapat hubungan yang bermakna antara hubungan karakteristik ibu hamil
(paritas) dengan kejadian preeklampsia yaitu dari hasil uji statistik dengan uji
Fisher Exact didapatkan nilai p = 0.040 (P < 0,05). Secara statistik dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara paritas dengan
kejadian preeklampsia, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima.
4.
Terdapat hubungan yang bermakna antara hubungan karakteristik ibu hamil
(Jarak Kehamilan) dengan kejadian preeklampsia yaitu dari hasil uji statistik
dengan ujiFisher Exactdidapatkan nilai p = 0.028 (P< 0,05). Secara statistik
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara jarak
kehamilan dengan kejadian preeklampsia.
7/26/2019 10488-10451-1-PB
15/17
3.2 SaranAdapun saran dalam penelitian ini adalah:
1.
Bagi masyarakat/ibu hamilPerlu peningkatan pemahaman tentang kesehatan kehamilan dan khususnya
tentang bahaya preeklampsia, agar dapat mendeteksi secara dini apabila ibu
mengalami preeklampsia serta dapat segera mendapatkan penanganan.
2.
Bagi tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan
bagi ibu hami tentang preeklampsia, melakukan deteksi dini melalui
pemeriksaan USG pada usia kehamilan lebih dari 28 minggu pada ibu hamil
dengan memberi upaya preventif terhadap faktor risiko preeklampsia seperti
penyuluhan untuk tidak memiliki anak lebih dari dua atau hindari hamil
diusia 35 tahun dan juga hindari untuk hamil dengan jarak
kehamilan yang terlalu dekat atau jauh (>2 tahun dan
7/26/2019 10488-10451-1-PB
16/17
Ika, Kun N.R. 2009. Hubungan antara preeklamsia dengan bayi berat lahir
rendah (bblr). (http://lp3msht.files.wordpress.com,diakses pada tanggal 29
Desember 2013)
Kusumawati, Yuli. 2006. Faktor-faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap
Persalinan dengan Tindakan.(http://eprints.undip.ac.id/15334, diakses pada
tanggal 29 Desember 2013).
Lalega, Zerina. 2013.Menghadapi Kehamilan Beresiko Tinggi.Yogyakarta: Abata
Press.
Langelo, Wahyuny, A. Arsunan Arsin, Syamsiar Russeng. 2012. Faktor risiko
kejadian preeklampsia di rskd ibu dan anak siti fatimah makassar tahun
2011-2012.(http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/c68ca1a8ffc79c60198732bca55722cf.p
df,diakses tanggal 29 desember).
Lestari. 2001. Tanaman Obat untuk Masa Kehamilan & Pasca-Melahirkan.
Jakarta: Agromedia Pustaka.
Leveno, Kenneth J, et al. 2009. Obstetri Williams: Panduan Ringkas, Ed. 21.
Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif, dkk . 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius.
Manuaba, Ida Ayu Chandranita, SpOG, dkk. 2008.Buku Ajar Patologi Obstetri
untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC
Maryanti, Dwi dan Majestika Septikasari. 2009. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi
Teori dan Praktikum. Yogyakarta: Nuha Medika.
Maulana, Mirza. 2009. Tanya-Jawab Lengkap dan Praktis Seputar Reproduksi,
Kehamilan, dan Merawat Anak.Yogyakarta: Tunas Publishing.
Mitayani. 2009.Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.
Nadesul, Handrawan. 2001. Cara Sehat Selama Hamil. Jakarta: Puspa Swara.
Nuryani, dkk. 2011.Hubungan Pola Makan, Sosial Ekonomi, Antenatal Care Dan
Karakteristik Ibu Hamil Dengan Kasus Preeklampsia Di Kota Makassar.
(http://journal.unhas.ac.id,diakses pada 7 Desember 2013).
Oxorn, Harry & William R. Forte. 2010.Ilmu Kebidanan: Patologi Dan Fisiologi
Persalinan. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medika (YEM).
http://lp3msht.files.wordpress.com/2013/01/pdf-jurnal-2.pdfhttp://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/c68ca1a8ffc79c60198732bca55722cf.pdfhttp://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/c68ca1a8ffc79c60198732bca55722cf.pdfhttp://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/c68ca1a8ffc79c60198732bca55722cf.pdfhttp://journal.unhas.ac.id/index.php/mgmi/article/download/450/392http://journal.unhas.ac.id/index.php/mgmi/article/download/450/392http://journal.unhas.ac.id/index.php/mgmi/article/download/450/392http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/c68ca1a8ffc79c60198732bca55722cf.pdfhttp://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/c68ca1a8ffc79c60198732bca55722cf.pdfhttp://lp3msht.files.wordpress.com/2013/01/pdf-jurnal-2.pdf7/26/2019 10488-10451-1-PB
17/17
Purwaningsih Wahyu, Siti Fatmawati. 2010. Asuhan Keperawatan Maternitas.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Rasmini Ni Wayan Ari, 2012. Gambaran Karakteristik Ibu Hamil yang
Melakukan Pemeriksaan Kehamilan (Antenatal Care) di BPM Y. Sri
Subiyarti Pakem Sleman Yogyakarta.
(https://www.google.com/#q=jurnal+preeklampsia+Ni+wayan+ari+rasmini.
+pdf,diakses pada 11 Desember 2013).
Rara, Dieta. 2013. (http://midwivery2./2013/10/persalinan-prematur.html,diakses
pada tanggal 11 Desember 2013)
Riyanto, Agus. 2011. Aplikasi Metodelogi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Rozikhan. 2007. Faktor-faktor Risiko Terjadinya Preeklampsia Berat di Rumah
Sakit dr. H. Soewondo Kendal. Jurnal Ilmiah Universitas Diponegoro
Semarang (http://eprints.undip.ac.id, diakses pada tanggal 9 Desember
2013).
Saifudin, Abdul Bari, dkk. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal Dan Neonatal. Edisi1. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Setiadi. 2013. Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan.Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Simkin,Penny, Janet Whalley, Ann Keppler.2010.Panduan Lengkap Kehamilan,
Melahirkan, & Bayi (Edisi Revisi). Jakarta: Arcan.
Solihah, Lutfiatus. 2005.Rahasia Hamil Sehat. Yogyakarta: Diva Press.
Varney, Helen, Jan M. Kriebs, Carolyn L. Gegor. 2001.Buku Saku Bidan. Jakarta:
EGC
https://www.google.com/#q=jurnal+preeklampsia+Ni+wayan+ari+rasmini.+pdfhttps://www.google.com/#q=jurnal+preeklampsia+Ni+wayan+ari+rasmini.+pdfhttps://www.google.com/#q=jurnal+preeklampsia+Ni+wayan+ari+rasmini.+pdfhttp://midwivery2./2013/10/persalinan-prematur.htmlhttp://eprints.undip.ac.id/18342/1/ROZIKHAN.pdfhttp://www.belbuk.com/penulis_cari.php?c=Penny%20Simkin,%20Janet%20Whalley,%20Ann%20Kepplerhttp://www.belbuk.com/penulis_cari.php?c=Penny%20Simkin,%20Janet%20Whalley,%20Ann%20Kepplerhttp://eprints.undip.ac.id/18342/1/ROZIKHAN.pdfhttp://midwivery2./2013/10/persalinan-prematur.htmlhttps://www.google.com/#q=jurnal+preeklampsia+Ni+wayan+ari+rasmini.+pdfhttps://www.google.com/#q=jurnal+preeklampsia+Ni+wayan+ari+rasmini.+pdf