10488-10451-1-PB

download 10488-10451-1-PB

of 17

Transcript of 10488-10451-1-PB

  • 7/26/2019 10488-10451-1-PB

    1/17

    ARTIKEL

    HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN

    PREEKLAMPSIA

    (Studi penelitian di RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo

    Tahun 2014)

    Oleh:

    YOWANTY HADJIKO

    NIM: 841410162. Program Studi Ilmu Keperawatan, JurusanKeperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahraagaan

    Telah diperiksa dan disetujui untuk dipublikasi

    LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

  • 7/26/2019 10488-10451-1-PB

    2/17

    HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN

    PREEKLAMPSIA

    (Studi Penelitian di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo Tahun 2014)

    Yowanty Hadjiko, Dr. Sunarto Kadir, Andi Mursyidah

    Jurusan Ilmu Keperawatan FIKK UNG

    E-mail : [email protected]

    ABSTRAK

    Yowanty Hadjiko.2014. Hubungan Karakteristik Ibu Hamil Dengan Kejadian

    Preeklampsia. Skripsi Jurusan Keperawatan Program Studi S1 Keperawatan, Fakultas

    Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahraagaan, Universitas Negeri Gorontalo, Pembimbing IDr. Sunarto Kadir, Drs, M.Kes dan Pembimbing II Andi Mursyidah, S.Kep, Ns, M.Kes.Daftar Pustaka: (31, 2001-2013).

    Preeklampsia ialah penyakit yang timbul dengan tanda-tanda hipertensi, edema,dan proteinuria yang timbul karena kehamilan (Lalega, 2013). Karakteristik adalah sifatkhas dengan perwatakan tertentu. Karakteristik merupakan umur, paritas, jarakkehamilan. Adapun rumusan masalah yakni apakah ada hubungan karakteristik Ibu hamildengan kejadian preeclampsia.

    Tujuan penelitian dianalisisnya hubungan karakteristik Ibu hamil dengan kejadianpreeklampsia. Desain penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Populasipenelitian adalah seluruh ibu hamil yang datang berkunjung di RSUD Prof. Dr. H. Aloeisaboe Kota Gorontalo. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik

    accidental sampling. Sampel pada penelitian ini berjumlah 33 orang. Instrumentpenelitian menggunakan kuesioner, analisis yang digunakan adalah Univariat danBivariat menggunakan Uji Chi-Square dengan Uji AlternatifFisher Exact.

    Hasil penelitian terlihat bahwa sebagian besar responden yang mengalamipreeklampsia adalah umur >35 tahun sebanyak 42.4% responden dengan nilai P value0.040

  • 7/26/2019 10488-10451-1-PB

    3/17

    Kehamilan adalah suatu proses alami yang terjadi dalam rahim wanita.

    Diawali dengan pertemuan sel telur dan sperma. Kemudian tumbuh dan

    berkembang organ demi organ lengkap dengan segala fungsi masing-masing, dansiap dilahirkan pada minggu ke-40. Kehamilan merupakan suatu hal yang

    menakjubkan. Namun, akan beresiko tinggi bila diiiringi dengan faktor-faktor

    penyulit. Yang salah satu contoh kehamilan beresiko adalah preeklampsia

    (Solihah, 2005).

    Preeklampsia ialah penyakit yang timbul dengan tanda-tanda hipertensi,

    edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Preeklampsia merupakan

    salah satu jenis penyakit yang perlu diwaspadai. Keadaan ini biasa

    membahayakan Ibu hamil, karena pada beberapa kasus preeklampsia dengan

    komplikasi merupakan penyebab utama kematian pada Ibu hamil (Lalega, 2013).

    Menurut Maryanti (2009) kematian Ibu adalah kematian pada Ibu yang

    terjadi pada saat kehamilan, persalinan, dan nifas yang disebabkan olehkomplikasi/penyulit kehamilan. Penyebab kematian Ibu yaitu karena sebab

    obstetrik langsung (direct obstetric death) seperti eklampsia/preeklampsia,

    perdarahan, infeksi, emboli ketuban. Dan faktor yang mempengaruhi kematian

    Ibu yaitu faktor penderita, usia, paritas, reproduksi/komplikasi obstetrik, sosial

    ekonomi, pendidikan (Purnawaningsi, 2010).

    Data profil kesehatan provinsi Sulawesi Selatan tahun 2011 menyebutkan

    bahwa preeklampsia merupakan penyebab ke dua kematian Ibu di Sulawesi

    Selatan (dalam Nuryani, dkk, 2011).

    Pada penelitian yang dilakukan Hernawati (2011) di RSUD Kota

    Semarang angka kejadian Ibu hamil dengan preeklampsia sebesar 14 orang

    (24,6%) dari total kehamilan sebanyak 569 orang selama periode Desember 2009-

    Februari 2010. Perkiraan jumlah kematian Ibu menurut penyebabnya di Indonesia

    tahun 2010 adalah perdarahan sebanyak 3.114 (27%), preeklampsia dan eklampsia

    sebanyak 2.653 (23%) dan infeksi sebanyak 1.268 (11%) (dalam Langelo dkk,

    2012).

    Dari hasil penelitian Ika (2009) didapatkan bahwa banyak faktor yang

    menyebabkan meningkatnya insiden preeklampsia pada Ibu hamil. Faktor risiko

    yang dapat meningkatkan insiden preeklampsia antara lain molahidatidosa,

    nulipara, usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, janin lebih dari satu,

    multipara, hipertensi kronis, diabetes mellitus atau penyakit ginjal.

    Preeklampsia/eklampsia dipengaruhi juga oleh paritas, genetik dan faktorlingkungan.

    Serupa dengan penelitian Asrianti yang dikutip oleh Nuryani dkk, (2011)

    umur ibu hamil 35 tahun berisiko 3,144 kali dan primigravida

    berisiko 2,147 kali mengalami preeklampsia. Begitu juga menurut penelitian yang

    dilakukan oleh Agudelo dan Belizan yang dikutip oleh Fibriana (2007), jarak

    kehamilan yang terlalu panjang dan terlalu dekat (

  • 7/26/2019 10488-10451-1-PB

    4/17

    selama masa kehamilannya terlebih pada Ibu yang pertama kali mengalami masa

    kehamilan (Langelo, 2012).

    Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Merviell (2008) yangdikutip oleh Langelo (2012), menunjukkan bahwa paritas merupakan faktor risiko

    terhadap kejadian preeklampsia. Penelitian yang sama yang dilakukan oleh

    Rozikhan (2007) menunjukkan bahwa paritas merupakan faktor risiko terhadap

    kejadian preeklampsia.

    Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis dengan

    wawancara pada Ibu dengan riwayat preeklampsia di RSUD Prof. Dr. H. Aloei

    Saboe (2013) didapatkan Ibu dengan riwayat preeklampsia yang berumur 3.Berdasarkan Buku Laporan Ruang G1 Kebidanan di RSUD Prof. Dr. H.

    Aloei Saboe Kota Gorontalo bahwa jumlah kasus preeklampsia semakin

    meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011 jumlah Ibu hamil dengan kasus

    preeklampsia sebanyak 45 orang, dan pada tahun 2012 jumlah kasus preeklampsia

    sebanyak 27 orang, sedangkan pada periode tanggal 1 Januari-agustus 2013,

    didapatkan Ibu dengan riwayat preeklampsia sebanyak 39 orang.

    Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian di

    RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo dengan formulasi judul

    Hubungan Karakteristik Ibu Hamil dengan Kejadian Preeklampsia.

    I.

    METODE PENELITIANDesain penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Desain

    penelitian cross sectionalmerupakan suatu penelitian yang mempelajari hubungan

    antara faktor resiko (independen) dengan faktor efek (dependen), dimana

    melakukan observasi atau pengukuran variabel sekali dan sekaligus pada waktu

    yang sama. Populasi penelitian adalah seluruh ibu hamil yang datang berkunjung

    di RSUD Prof. Dr. H. Aloei saboe Kota Gorontalo. Teknik pengambilan sampel

    dengan menggunakan teknik accidental sampling. Sampel pada penelitian ini

    berjumlah 33 orang. Instrument penelitian menggunakan kuesioner, analisis yang

    digunakan adalah Univariat dan Bivariat menggunakan Uji Chi-Square dengan

    Uji AlternatifFisher Exact.

  • 7/26/2019 10488-10451-1-PB

    5/17

    II. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    2.1 HASIL PENELITIAN

    Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Di RSUDProf. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo 2014

    Pendidikan Frekuensi %

    SD 12 36.4

    SMP 11 33.3

    SMA 6 18.2

    D-III 3 9.1

    S1 1 3.0

    Total 33 100

    Data Primer ; 2014

    Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh bahwa distribusi responden terdapat padajenjang pendidikan lebih banyak pada jenjang pendidikan SD yaitu sebanyak 12

    responden (36.4%), dan pada jenjang pendidikan SMP yaitu sebanyak 11

    responden (33.3%), kemudian pada jenjang pendidikan SMA yaitu sebanyak 6

    responden (18.2%), responden pada jenjang pendidikan D-III sabanyak 3 orang

    (9.1%), sedangkan jenjang pendidikan yang terendah terdapat pada jenjang

    pendidikan S1 yaitu sebanyak 1 orang (3.0%).

    Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Di RSUD Prof.

    Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo 2014

    Pekerjaan Frekuensi %

    PNS 4 12.1

    IRT 29 87.9

    Total 33 100

    Data Primer ; 2014

    Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh bahwa distribusi responden berdasarkan

    pekerjaan yang lebih banyak yaitu pada pekejaan IRT yaitu sebanyak 29

    responden (87.9%) dan terendah pada pekerjaan PNS yaitu sebanyak 4 responden

    (12.1%).

    Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Di

    RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo 2014Umur Frekuensi %

    35 tahun 14 42.4

    Total 33 100

    Data Primer ; 2014

    Berdasarkan tabel 4.3 diperoleh bahwa distribusi responden berdasarkan

    kelompok umur yang paling banyak yaitu pada umur >35 tahun sebanyak 14

    responden (42.4%), dan umur 20-35 tahun sebanyak 12 responden (36.4%),

    sedangkan pada kelompok umur terkecil pada usia

  • 7/26/2019 10488-10451-1-PB

    6/17

    Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Paritas Di

    RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo 2014Paritas Frekuensi %

    Paritas 1 7 21.2

    Paritas 2-3 15 45.5

    Paritas >3 11 33.3

    Total 33 100

    Data Primer ; 2014

    Berdasarkan tabel 4.4 diperoleh bahwa distribusi responden berdasarkan

    paritas yang lebih banyak yaitu terdapat pada paritas 2-3 sebanyak 15 responden

    (45.5%), dan paritas >3 sebanyak 11 responden (33.3%), serta paritas terkecil

    terdapat pada paritas 1 yaitu terdapat 7 responden (21.2%).

    Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jarak

    Kehamilan Di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo 2014

    Jarak Kehamilan Frekuensi %

    5 tahun 20 60.6

    Total 33 100

    Data Primer ; 2014

    Berdasarkan tabel 4.5 diperoleh bahwa distribusi responden berdasarkan

    jarak kehamilan yang paling banyak yaitu pada jarak kehamilan >5 tahun

    sebanyak 20 responden (60.6%), kemudian pada jarak kehamilan

  • 7/26/2019 10488-10451-1-PB

    7/17

    Tabel 4.7 Distribusi Hubungan Karakteristik Responden Dengan Kejadian

    Preeklampsia Berdasarkan Umur di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota

    Gorontalo

    Umur

    Kejadian Preeklampsia

    TotalP

    ValuePreeklampsia

    Riwayat

    Preeklampsia

    N % N % N %

    0.04035 tahun 0 0 14 42.4 14 42.4

    Total 2 6.1 31 93.9 33 100

    Data Primer ; 2014Dari Tabel 4.7 menunjukkan hasil analisis hubungan usia ibu hamil

    dengan kejadian preeklampsia. Dari tabel di atas diketahui bahwa dari usia ibu

    hamil dengan umur 35 tahun terdapat

    14 (42.4%) responden dengan kejadian preeklampsia.

    Hasil uji statistik dengan uji Fisher Exactdidapatkan nilaiP= 0.040 (P3 0 0 11 33.3 11 33.3

    Total 2 6.1 31 93.9 33 100

    Data Primer ; 2014

    Dari Tabel 4.8 menunjukkan hasil analisis hubungan karakteristik

    responden dengan kejadian preeklampsia berdasarkan paritas. Dari tabel di atas

    diketahui bahwa dari paritas 1 dengan kejadian preeklampsia memiliki nilai yaitu

    7 (21.2%) responden, dan untuk paritas 2-3 dengan kejadian preeklampsia

    terdapat 15 responden (45.5%), kemudian untuk paritas >3 dengan kejadian

    preeklampsia terdapat 11 responden (33.3%).

    Hasil uji statistik dengan ujiFisher Exactdidapatkan nilai p = 0.040 (p 35 tahun secara fisik bahwa rentang usia ini adalah

    umur yang tidak baik untuk hamil dan bersalin.

    Hal ini didukung oleh teori yang diungkapkan oleh Sarwono (dalam

    Asniar, 2011) menjelaskan bahwa usia ibu sangat berpengaruh terhadap proses

    reproduksi. Hal ini sejalan dengan teori Nadesul (2001) bahwa kehamilan juga

    tidak boleh terjadi pada usia yang terlalu tua. Hamil setelah berumur 35 tahun

    juga tidak sehat. Alat kandungan sudah mulai lemah, dan ini dapat merugikan Ibu

    maupun anak yang dikandungnya. Dalam kurun waktu reproduksi sehat diketahui

    bahwa usia yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah usia 20-35

    tahun,dimana organ reproduksi sudah sempurna dalam menjalani fungsinya.

    2.2.2.2Paritas

    Berdasarkan hasil penenelitian pada tabel 4.4 bahwa peneliti mendapatkandata sebagian besar dari responden dengan paritas 2-3 sebanyak 15 orang.

    Menurut asumsi peneliti bahwa paritas 2-3 adalah paritas yang aman untuk hamil

    dan juga melahirkan karena mempunyai pengalaman yang banyak dalam hal

    kehamilan. Menurut Manuaba (dalam Fhairus, 2010) bahwa dari sudut kematian

    maternal, paritas dengan Paritas 2-3 aman untuk hamil dan bersalin. Hal ini

    didukung oleh penelitian Rasmini (2012) yang mengatakan dilihat dari segi

    pengalaman dalam melahirkan dapat diartikan bahwa ibu yang memiliki paritas

    atau jumlah anak yang lebih dari satu akan mempunyai banyak pengalaman

    tentang kehamilannya secara langsung.

  • 7/26/2019 10488-10451-1-PB

    10/17

    2.2.2.3Jarak kehamilan

    Berdasarkan hasil penenelitian pada tabel 4.5 bahwa peneliti mendapatkan

    data sebagian besar jarak kehamilan responden yaitu dengan jarak kehamilan >5tahun sebanyak 20 orang. Menurut asumsi peneliti bahwa jarak kehamilan yang

    terlalu jauh berhubungan dengan bertambahnya usia ibu, sehingga fungsi organ

    reproduksi sudah mulai melemah. Hal ini sejalan dengan penelitian Kusumawati

    (2006) bahwa jarak kehamilan yang terlalu jauh berhubungan dengan

    bertambahnya umur ibu. Hal ini akan terjadi proses degeneratif melemahnya

    kekuatan fungsi-fungsi otot uterus dan otot panggul yang sangat berpengaruh pada

    proses kehamilan dan persalinan apabila terjadi kehamilan lagi.

    2.2.3 Hubugan karakteristik Ibu hamil dengan kejadian preeklampsia2.2.3.1Hubugan karakteristik Ibu hamil dengan kejadian preeklampsia

    berdasarkan umurBerdasarkan hasil analisis pada karakterstik umur diketahui bahwa 21.2%

    responden dengan umur

  • 7/26/2019 10488-10451-1-PB

    11/17

    2013) di Rumah Sakit Ibu dan Anak Sri Ratu Medan yang memperoleh proporsi

    ibu yang melahirkan bayi pada kelompok umur 20-35 tahun karena pada

    kelompok umur tersebut yang tergolong aman untuk melahirkan.Sedangkan pada umur >35 tahun sebanyak 42.4% responden mengalami

    preeklampsia. Menurut asumsi peneliti bahwa hal ini disebabkan karena pada usia

    ini ibu sudah beresiko untuk hamil yang dapat menyebabkan terjadinya

    preeklampsia, terkait dengan kemunduran fungsi alat kandungan dan penurunan

    daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa usia ini. Menurut

    Nadesul (2001) bahwa hamil setelah berumur 35 tahun juga tidak sehat. Alat

    kandungan sudah mulai lemah, dan ini dapat merugikan Ibu maupun anak yang

    dikandungnya.

    Menurut BKKBN (2007) yang dimaksud dengan terlalu tua adalah hamil

    diatas usia 35 tahun kondisi kesehatan ibu dan fungsi berbagai organ dan sistem

    tubuh diantaranya otot, syaraf, endokrin, dan reproduksi mulai menurun (dalamAsniar, 2014).

    Hal ini serupa dengan pendapat Mc Cathy yang dikutip oleh Madhona

    bahwa ibu pada umur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun memiliki

    resiko untuk tejadinya komplikasi persalinan seperti preeklampsia, eklampsia,

    dan perdarahan (dalam Gafur, 2012).

    Beberapa hasil penelitian terdahulu mendukung hasil penelitian ini, yang

    menyatakan umur ibu hamil berhubungan dan merupakan salah satu faktor risiko

    terhadap kejadian preeklampsia. Diantaranya, hasil studi penelitian yang

    dilakukan oleh Yusniar (2001) di Makassar menyebutkan bahwa umur 30 tahun memiliki berisiko 2,779 kali menyebabkan preeklampsia dan

    eklampsia. Hasil penelitian yang sama yang dilakukan oleh Asrianti (2009)

    menyimpulkan bahwa umur ibu hamil 35 tahun berisiko 3,144

    kali mengalami preeklampsia, serta hasil penelitian Salim (2005) menyebutkan

    usia ibu hamil < 20 tahun atau 35 tahun berisiko 3,615 kali lebih besar untuk

    mengalami preeklampsia

    Berdasarkan hasil analisa data yang telah dilakukan oleh peneliti dengan

    UjiFisher Exactdengan hasil semua dengan nilaiP= 0.040

  • 7/26/2019 10488-10451-1-PB

    12/17

    Selanjutnya pada paritas 1 terdapat 21.2% responden mengalami

    preeklampsia. Menurut asumsi peneliti hal ini disebabkan karena ibu dengan

    primipara (wanita yang melahirkan bayi hidup) pertama kali karena pengalamanmelahirkan yang belum pernah dan juga ibu dengan paritas 1 adalah paritas yang

    tidak aman untuk ibu.

    Menurut Prawirohardjo (2005) bahwa paritas 1 dan paritas lebih dari 3

    mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Hal ini sejalan dengan Depkes

    (2005) bahwa paritas atau frekuensi ibu melahirkan anak sangat mempengaruhi

    kesehatan ibu dan anak, karena kemungkinan terjadinya kesakitan dan kematian

    maternal, pada ibu yang baru untuk pertama kalinya hamil agak lebih tinggi dari

    pada ibu-ibu yang sudah mempunyai anak dua atau tiga (dalam Rara, 2013).

    Hal ini didukung dengan penelitian Rasmini (2012) paritas ibu telah

    memberikan pengalaman pada ibu dalam melakukan pemeriksaan kehamilan.

    Pengalaman akan membuat ibu lebih memahami pentingnya melakukanpemeriksan kehamilan sehingga dapat mendeteksi sedini mungkin penyakit yang

    dialami ibu. Hal ini juga didukung oleh teori yang diungkapkan oleh

    Notoadmodjo, 2010 (dalam Rasmini, 2012) yang menyebutkan dalam

    pengambilan keputusan tergantung pada pengalaman termasuk pengalaman hamil.

    Selanjutnya pada paritas >3 terdapat sebanyak 33.3% responden. Menurut

    asumsi peneliti ibu yang melahirkan >3 kali atau lebih disebabkan karena

    kekondoran pada dinding rahim atau dinding perut ibu sehingga menimbulkan

    banyak resiko terhadap kehamilan. Hal ini menunjukan bahwa paritas berpeluang

    terjadinya preeklampsia.

    Persalinan yang berulang-ulang akan mempunyai banyak risiko terhadap

    kehamilan, telah terbukti bahwa persalinan kedua dan ketiga adalah persalinan

    yang paling aman. Pada The New England Journal of Medicinetercatat bahwa

    pada kehamilan pertama risiko terjadi preeklampsia 3,9%, kehamilan kedua 1,7%,

    dan kehamilan ketiga 1,8% (dalam Rozikhan, 2007).

    Berdasarkan hasil analisa data yang telah dilakukan dengan Uji Fisher

    Exact dengan hasil semua dengan nilai P= 0.040

  • 7/26/2019 10488-10451-1-PB

    13/17

    kehamilan yang terlalu dekat menyebabkan ibu tidak sempat memulihkan

    kesehatannya yaitu mengembalikan fungsi organ reproduksi kebentuk normal.

    Menurut Kramer dalam Pratiwi (2013) menjelaskan bahwa jarak antara keduakelahiran yang pendek dapat menghasilkan kehamilan yang kurang

    menguntungkan.

    Serupa dengan penelitian Kusumawati (2006) seorang wanita yang hamil

    dan melahirkan kembali dengan jarak yang pendek dari kehamilan sebelumnya,

    akan memberikan dampak yang buruk terhadap kondisi kesehatan ibu dan bayi.

    Hal ini disebabkan, karena bentuk dan fungsi organ reproduksi belum kembali

    dengan sempurna. Sehingga fungsinya akan terganggu apabila terjadi kehamilan

    dan persalinan kembali.

    Begitu juga dari hasil penelitian Rozikhan (2007) dapat disimpulkan

    bahwa ibu dengan jarak kehamilan yang dekat atau kurang dari 24 bulan

    mempunyai risiko terjadi preeklampsia berat yaitu 0,92 kali dibandingkan denganseorang ibu dengan jarak kehamilan 24 bulan atau lebih. Menurut Handayani

    (2008) untuk kesehatan ibu telah dibuktikan bahwa makin kecil atau pendek jarak

    waktu antara kelahiran anak, makin banyak dan tinggi komplikasi kesakitan dan

    kematian yang timbul bagi ibu dan anak (dalam Pratiwi, 2013).

    Menurut asumsi peneliti untuk jarak kehamilan dengan jarak 2 tahun

    adalah jarak kehamilan yang baik, karena jarak kehamilan 2 tahun fungsi organ

    reproduksi sudah kembali normal. Terjadinya kejadian preeklampsia pada jarak

    kehamilan 2 tahun karena faktor ketidaktahuan ibu tentang pengaturan kelahiran

    yang baik. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Fibriana (2005),

    jarak antara kehamilan yang disarankan pada umumnya adalah paling sedikit dua

    tahun (dalam Nuryani, dkk, 2011).

    Menurut asumsi peneliti bahwa jarak kehamilan >5 tahun adalah jarak

    kehamilan yang terlalu jauh berhubungan dengan bertambahnya usia ibu,

    sehingga fungsi organ reproduksi sudah mulai melemah. Hal ini sejalan dengan

    penelitian Kusumawati (2006) bahwa jarak kehamilan yang terlalu jauh

    berhubungan dengan bertambahnya umur ibu. Hal ini akan terjadi proses

    degeneratif melemahnya kekuatan fungsi-fungsi otot uterus dan otot panggul yang

    sangat berpengaruh pada proses kehamilan dan persalinan apabila terjadi

    kehamilan lagi.

    Berdasarkan hasil analisa data yang telah dilakukan oleh peneliti dengan

    menggunakan UjiFisher Exactdengan hasil semua dengan nilai P Value= 0.028

  • 7/26/2019 10488-10451-1-PB

    14/17

    2.3 Keterbatasan PenelitianSetiap peneliti tidak akan terlepas dari kemungkinan adanya keterbatasan

    yang dapat mempengaruhi kualitas hasil penelitian. Adapun keterbatasanpenelitian antara lain:

    2.3.1

    Jumlah responden

    Jumlah responden dalam penelitian ini yaitu seluruh ibu hamil yang dirawat

    di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo, yaitu sebanyak 33 responden.

    2.3.2Peneliti pemula

    Peneliti belum berpengalaman, karena peneliti baru pertama kali melakukan

    penelitian dalam penulisan karya ilmiah ini.

    III. PENUTUP

    3.1 Simpulan

    Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Prof. Dr. H. AloeiSaboe Kota Gorontalo didapatkan bahwa hubungan karakteristik ibu hamil dengan

    kejadian preeklampsia yaitu dapat disimpulkan bahwa:

    1. Karakteristik ibu hamil RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo

    Karakteristik ibu hamil berdasarkan umur adalah kelompok umur yangpaling banyak yaitu pada umur >35 tahun sebanyak 14 responden

    (42.4%), sedangkan pada kelompok umur terkecil pada usia 3 sebanyak 11 orang (33.3%), sedangkan pada paritas terkecil

    terdapat pada kelahiran 1 yaitu 7 responden (21.2%).

    Karakteristik ibu hamil berdasarkan jarak kehamilan di RSUD Prof. Dr.H. Aloei Saboe Kota Gorontalo adalah jarak kehamilan yang paling

    banyak yaitu pada jarak kehamilan >2 tahun sebanyak 14 responden

    (42.4%), kemudian pada jarak kehamilan 2 tahun dan 3-4 tahun sebanyak

    7 responden (21.2%), serta pada jarak kehamilan yang terendah terdapat

    pada jarak kehamilan >5 tahun yaitu sebanyak 5 responden.

    2. Terdapat hubungan yang bermakna antara hubungan karakteristik ibu hamil

    (umur) dengan kejadian preeklampsia yaitu dari hasil uji statistik dengan uji

    Fisher Exact didapatkan nilai P = 0.040 (P < 0,05). Secara statistik dapat

    disimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara umur ibu dengankejadian preeklampsia, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima.

    3. Terdapat hubungan yang bermakna antara hubungan karakteristik ibu hamil

    (paritas) dengan kejadian preeklampsia yaitu dari hasil uji statistik dengan uji

    Fisher Exact didapatkan nilai p = 0.040 (P < 0,05). Secara statistik dapat

    disimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara paritas dengan

    kejadian preeklampsia, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima.

    4.

    Terdapat hubungan yang bermakna antara hubungan karakteristik ibu hamil

    (Jarak Kehamilan) dengan kejadian preeklampsia yaitu dari hasil uji statistik

    dengan ujiFisher Exactdidapatkan nilai p = 0.028 (P< 0,05). Secara statistik

    dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara jarak

    kehamilan dengan kejadian preeklampsia.

  • 7/26/2019 10488-10451-1-PB

    15/17

    3.2 SaranAdapun saran dalam penelitian ini adalah:

    1.

    Bagi masyarakat/ibu hamilPerlu peningkatan pemahaman tentang kesehatan kehamilan dan khususnya

    tentang bahaya preeklampsia, agar dapat mendeteksi secara dini apabila ibu

    mengalami preeklampsia serta dapat segera mendapatkan penanganan.

    2.

    Bagi tenaga kesehatan

    Tenaga kesehatan diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan

    bagi ibu hami tentang preeklampsia, melakukan deteksi dini melalui

    pemeriksaan USG pada usia kehamilan lebih dari 28 minggu pada ibu hamil

    dengan memberi upaya preventif terhadap faktor risiko preeklampsia seperti

    penyuluhan untuk tidak memiliki anak lebih dari dua atau hindari hamil

    diusia 35 tahun dan juga hindari untuk hamil dengan jarak

    kehamilan yang terlalu dekat atau jauh (>2 tahun dan

  • 7/26/2019 10488-10451-1-PB

    16/17

    Ika, Kun N.R. 2009. Hubungan antara preeklamsia dengan bayi berat lahir

    rendah (bblr). (http://lp3msht.files.wordpress.com,diakses pada tanggal 29

    Desember 2013)

    Kusumawati, Yuli. 2006. Faktor-faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap

    Persalinan dengan Tindakan.(http://eprints.undip.ac.id/15334, diakses pada

    tanggal 29 Desember 2013).

    Lalega, Zerina. 2013.Menghadapi Kehamilan Beresiko Tinggi.Yogyakarta: Abata

    Press.

    Langelo, Wahyuny, A. Arsunan Arsin, Syamsiar Russeng. 2012. Faktor risiko

    kejadian preeklampsia di rskd ibu dan anak siti fatimah makassar tahun

    2011-2012.(http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/c68ca1a8ffc79c60198732bca55722cf.p

    df,diakses tanggal 29 desember).

    Lestari. 2001. Tanaman Obat untuk Masa Kehamilan & Pasca-Melahirkan.

    Jakarta: Agromedia Pustaka.

    Leveno, Kenneth J, et al. 2009. Obstetri Williams: Panduan Ringkas, Ed. 21.

    Jakarta: EGC.

    Mansjoer, Arif, dkk . 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Media

    Aesculapius.

    Manuaba, Ida Ayu Chandranita, SpOG, dkk. 2008.Buku Ajar Patologi Obstetri

    untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC

    Maryanti, Dwi dan Majestika Septikasari. 2009. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi

    Teori dan Praktikum. Yogyakarta: Nuha Medika.

    Maulana, Mirza. 2009. Tanya-Jawab Lengkap dan Praktis Seputar Reproduksi,

    Kehamilan, dan Merawat Anak.Yogyakarta: Tunas Publishing.

    Mitayani. 2009.Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.

    Nadesul, Handrawan. 2001. Cara Sehat Selama Hamil. Jakarta: Puspa Swara.

    Nuryani, dkk. 2011.Hubungan Pola Makan, Sosial Ekonomi, Antenatal Care Dan

    Karakteristik Ibu Hamil Dengan Kasus Preeklampsia Di Kota Makassar.

    (http://journal.unhas.ac.id,diakses pada 7 Desember 2013).

    Oxorn, Harry & William R. Forte. 2010.Ilmu Kebidanan: Patologi Dan Fisiologi

    Persalinan. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medika (YEM).

    http://lp3msht.files.wordpress.com/2013/01/pdf-jurnal-2.pdfhttp://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/c68ca1a8ffc79c60198732bca55722cf.pdfhttp://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/c68ca1a8ffc79c60198732bca55722cf.pdfhttp://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/c68ca1a8ffc79c60198732bca55722cf.pdfhttp://journal.unhas.ac.id/index.php/mgmi/article/download/450/392http://journal.unhas.ac.id/index.php/mgmi/article/download/450/392http://journal.unhas.ac.id/index.php/mgmi/article/download/450/392http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/c68ca1a8ffc79c60198732bca55722cf.pdfhttp://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/c68ca1a8ffc79c60198732bca55722cf.pdfhttp://lp3msht.files.wordpress.com/2013/01/pdf-jurnal-2.pdf
  • 7/26/2019 10488-10451-1-PB

    17/17

    Purwaningsih Wahyu, Siti Fatmawati. 2010. Asuhan Keperawatan Maternitas.

    Yogyakarta: Nuha Medika.

    Rasmini Ni Wayan Ari, 2012. Gambaran Karakteristik Ibu Hamil yang

    Melakukan Pemeriksaan Kehamilan (Antenatal Care) di BPM Y. Sri

    Subiyarti Pakem Sleman Yogyakarta.

    (https://www.google.com/#q=jurnal+preeklampsia+Ni+wayan+ari+rasmini.

    +pdf,diakses pada 11 Desember 2013).

    Rara, Dieta. 2013. (http://midwivery2./2013/10/persalinan-prematur.html,diakses

    pada tanggal 11 Desember 2013)

    Riyanto, Agus. 2011. Aplikasi Metodelogi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:

    Nuha Medika.

    Rozikhan. 2007. Faktor-faktor Risiko Terjadinya Preeklampsia Berat di Rumah

    Sakit dr. H. Soewondo Kendal. Jurnal Ilmiah Universitas Diponegoro

    Semarang (http://eprints.undip.ac.id, diakses pada tanggal 9 Desember

    2013).

    Saifudin, Abdul Bari, dkk. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan

    Maternal Dan Neonatal. Edisi1. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

    Prawirohardjo.

    Setiadi. 2013. Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan.Yogyakarta:

    Graha Ilmu.

    Simkin,Penny, Janet Whalley, Ann Keppler.2010.Panduan Lengkap Kehamilan,

    Melahirkan, & Bayi (Edisi Revisi). Jakarta: Arcan.

    Solihah, Lutfiatus. 2005.Rahasia Hamil Sehat. Yogyakarta: Diva Press.

    Varney, Helen, Jan M. Kriebs, Carolyn L. Gegor. 2001.Buku Saku Bidan. Jakarta:

    EGC

    https://www.google.com/#q=jurnal+preeklampsia+Ni+wayan+ari+rasmini.+pdfhttps://www.google.com/#q=jurnal+preeklampsia+Ni+wayan+ari+rasmini.+pdfhttps://www.google.com/#q=jurnal+preeklampsia+Ni+wayan+ari+rasmini.+pdfhttp://midwivery2./2013/10/persalinan-prematur.htmlhttp://eprints.undip.ac.id/18342/1/ROZIKHAN.pdfhttp://www.belbuk.com/penulis_cari.php?c=Penny%20Simkin,%20Janet%20Whalley,%20Ann%20Kepplerhttp://www.belbuk.com/penulis_cari.php?c=Penny%20Simkin,%20Janet%20Whalley,%20Ann%20Kepplerhttp://eprints.undip.ac.id/18342/1/ROZIKHAN.pdfhttp://midwivery2./2013/10/persalinan-prematur.htmlhttps://www.google.com/#q=jurnal+preeklampsia+Ni+wayan+ari+rasmini.+pdfhttps://www.google.com/#q=jurnal+preeklampsia+Ni+wayan+ari+rasmini.+pdf