PENGARUH PERBANDINGAN CAMPURAN MINYAK SAWIT DAN EKSTRAK
BIJI TEH TERHADAP MUTU SABUN PADAT
RAKHMATAN WITULAR
J1A214012
SKRIPSI
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
PENGARUH PERBANDINGAN CAMPURAN MINYAK SAWIT DAN EKSTRAK
BIJI TEH TERHADAP MUTU SABUN PADAT
RAKHMATAN WITULAR
J1A214012
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknologi Industri Pertanian Jurusan
Teknologi Pertanian Universitas Jambi
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Rakhmatan Witular yang dilahirkan di
Muaro Bungo, 25 Oktober 1996. Anak kedua dari
pasangan Bapak Ir. Basuki Nugroho, ME. dan Ibu
Hasnah, S.Pd
Penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar di SDN
41/IV Telanai Pura Kota Jambi pada tahun 2002-2008.
Pada tahun 2011 penulis menyelesaikan pendidikan
Sekolah Menengah
Pertama Swasta Baiturrahim Jambi, Kota Jambi dan menyelesaikan pendidikan
Sekolah Menengah Kejuruan di SMK Jambi IX Lurah 2, Kota Jambi pada tahun
2014. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan dan diterima sebagai
mahasiswa di Universitas Jambi, Program Studi Teknologi Industri Pertanian
Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian melalui jalur UMB.
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di PT. Sejati Palma Sejahtera
pada tanggal 05 Juli – 19 Agustus 2017 dan mendapatkan Sertifikat PRAKERIN
(Praktek Kerja Industri) dengan judul laporan “Analisis Pencapaian Efisiensi
Ripple Mill Pada Stasiun Kernel di Pabrik Kelapa Sawit PT. Sejati Palma
Sejahtera, Desa Tampang Baru, Kecamatan Bayung Lincir, Kabupaten Musi
Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan.
Penulis melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Perbandingan Campuran
Minyak Sawit dan Ekstrak Biji Teh Terhadap Mutu Sabun Padat” dibawah
bimbingan Bapak Dr. Ir. Sahrial Hafids, M.Si dan Ibu Fenny Permatasari,
S.P., M.Si. Pada tanggal 31 Agustus 2021 penulis melaksanakan ujian skripsi dan
dinyatakan lulus sebagai Sarjana Teknologi Pertanian (S.TP).
MOTTO
Man Jadda Wa Jadda
“Tindakan tanpa pengetahuan tidak ada gunanya dan pengetahuan tanpa
tindakan itu sia-sia” (Abu bakr Asshidiq)
“Cara terbaik untuk mengalahkan seseorang adalah mengalahkannya dengan
kesopanan ˮ (Umar bin Khattab)
“Buatlah tujuan hidup, kemudian gunakan segenap kekuatan untuk mencapainya,
kamu pasti berhasil” (Ustman bin Affan)
PERSEMBAHAN
Syukur Alhamdulilah saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan
rahmat-Mu dan izin-Mu, saya mempersembahkan skripsi ini pada orang-orang
tersayang :
Teruntuk kedua orang tua ku yang tercinta Papa (Basuki) dan
Mama (Hasnah) yang telah melahirkanku, membesarkan dan mendidikku, serta
memberikan kasih sayang, dan segala dukungan cinta kasih tiada terhingga yang
selalu mendoakanku dan selalu menasihatiku untuk menjadi lebih baik, dan
terimakasih buat Kakak ku (Arif) dan ayuk iparku (Fitri) yang telah memberi
motivasi untukku dalam segera menyelesaikan dan mendoakan ku. Terimakasih
buat Papa, Mama dan Kakakku.
Terimakasih saya ucapkan kepada Dosen Pembimbing Skripsi Bapak Dr. Ir.
Sahrial Hafids, M.Si dan Ibu Fenny Permatasari, S.P., M.Si yang sudah
membimbing, memberikan arahan dalam menyelesaikan skripsi, dan serta dosen
di Teknologi Industri Pertanian Universitas Jambi terimakasih untuk ilmu yang
telah diberikan selama diperkuliahan semoga menjadi amal jariyah.
Terimakasih kepada teman-teman TIP seangkatan dan seperjuangan atas
bantuan, masukan dan dukungan serta terimakasih atas cerita semasa
diperkuliahan.
Terimakasih untuk semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu
yang telah memberikan motivasi dan inspirasi. Hanya Allah SWT yang mampu
membalas kebaikan semua. Aamin Ya Robbal’alamin
i
RAKHMATAN WITULAR. J1A214012. Pengaruh Perbandingan Campuran
Minyak Sawit dan Ekstrak Biji Teh Terhadap Mutu Sabun Padat. Dosen
Pembimbing : Dr. Ir. Sahrial, M.Si dan Fenny Permatasari, S.P., M.Si
RINGKASAN
Selama ini, tanaman teh yang dimanfaatkan oleh penduduk Indonesia adalah pucuk
dan daun mudanya. Bagian buahnya belum dimanfaatkan secara optimal. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak kernel teh terhadap mutu
sabun padat serta mengetahui perbandingan minyak kelapa sawit dan ekstrak kernel teh.
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan
perbandingan ekstrak kernel teh dan minyak kelapa sawit ( 75 :0, 70:5, 65:10, 60:15 dan
55:20). Pengujian meliputi kadar air, bahan tak larut dalam etanol, dan asam lemak bebas
atau alkali bebas. Berdasarkan hasil penelitian, pengujian bahan tak larut dalam etanol
hasil terbaik pada perbandingan 55:20 sebesar 1,43 %, hasil terbaik dari kadar air yaitu
pada perbandingan 75:0 sebesar 15,91 %, hasil dari alkali bebas negatif, hasil asam lemak
bebas 6,31 %.
Kata Kunci: Sabun Padat, Ekstrak Kernel Teh, Minyak Kelapa Sawit
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT,
karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan
proposal skripsi yang berjudul “Pengaruh perbandingan campuran Minyak
Sawit dan Ekstrak Biji Teh Terhadap Mutu Sabun Padat”.
Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian proposal skripsi ini, terutama
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Suandi, M.Si selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Jambi.
2. Bapak Dr. Ir. Sahrial Hafids, M.Si selaku Ketua Jurusan Teknologi
Pertanian dan Dosen Pembimbing I
3. Ibu Ir. Hj. Emanauli, M.P selaku Ketua Prodi Teknologi Industri Pertanian
4. Ibu Fennny Permatasari, S.P., M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi II.
5. Ibu Lisani, S.TP., M.P dan Bapak Rudi Prihantoro, S.TP., M.Sc selaku
Dosen Penguji I dan Dosen Penguji II.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu masukan, saran maupun pendapat dari berbagai pihak
sangat dibutuhkan untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin
Jambi, September 2021
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. v DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. vi
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 2
1.3 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 2
1.4 Hipotesis ................................................................................................... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 4 2.1 Sabun ......................................................................................................... 4 2.2 Bahan Pembuatan Sabun ........................................................................... 6
2.2.1 Minyak Kelapa Sawit ........................................................................ 6 2.2.2 Biji Teh ............................................................................................. 6 2.2.3 NaOH ................................................................................................. 8 2.2.4 Gliserin............................................................................................... 9 2.2.5 Asam Stearat ...................................................................................... 9 2.2.6 NaCl ................................................................................................... 11
.
BAB III. METODE PENELITIAN ........................................................................ 12
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian .... .. ............................................................. 12 3.2 Alat dan Bahan ............................................................................................ 12 3.3 Rancangan Penelitian .................................................................................. 12 3.4 Pelaksanaan Penelitian ................................................................................ 13 3.4.1 Persiapan Bahan .................................................................................... 13 a. Preparasi Biji Teh (Nut) .................................................................. 13 b. Persiapan Minyak Sawit ................................................................. 14 c. Persiapan NaOH.............................................................................. 14 d. Persiapan Bahan Lain ..................................................................... 14 3.4.2 Pembuatan Sabun Padat ....................................................................... 14 3.5 Parameter Pengamatan .............................................................................. 14 3.5.1 Kadar Air .............................................................................................. 14 3.5.2 Bahan Tak Larut dalam Etanol ............................................................ 15 3.5.3 Asam Lemak Bebas atau Alkali Bebas................................................. 15 3.6 Analisis Data .............................................................................................. 12 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 17 4.1 Uji Mutu Sabun........................................................................................... 17 4.1.1 Nilai Kadar Air ................................................................................. 18 4.1.2 Bahan Tak Larut dalam Etanol ......................................................... 18 4.1.3 Asam Lemak Bebas atau Alkali Bebas ............................................. 20 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 22 5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 22 5.2 Saran ........................................................................................................... 22 DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 23
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Komposisi Bagian Buah Teh .................................................................... 6
2. Komposisi Dalam Biji Teh ....................................................................... 7
3. Formulasi Pembuatan Sabun .................................................................... 11
4. Nilai Rata-rata Kadar Air........................................................................... 16
5. Nilai Rata-rata Bahan Tak Larut Dalam Etanol ....................................... 18
6. Nilai Rata-rata Asam Lemak Bebas atau Alkali Bebas ............................. 20
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Grafik Kadar Air Sabun ........................................................................... 18
2. Grafik Bahan Tak Larut dalam Etanol..................................................... 19
3. Grafik Asam Lemak Bebas atau Alkali Bebas Sabun ............................ 21
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Data Hasil Pengamatan Sidik Ragam dan Hasil DMNRT Kadar Air .......26
2. Data Hasil Pengamatan Sidik Ragam Bahan tak Larut dalam Etanol ....... 27
3. Data Hasil Pengamatan Sidik Ragam Asam Lemak Bebas atau Alkali Bebas. 28
4. Dokumentasi Penelitian .............................................................................29
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman teh (Camelia Sinensis L) merupakan salah satu tanaman yang
banyak tumbuh di Indonesia. Tanaman teh merupakan tanaman yang memiliki
banyak manfaat. Selama ini, tanaman teh yang dimanfaatkan oleh penduduk
Indonesia adalah pucuk dan daun mudanya saja sebagai bahan minuman
kesehatan yang biasa dikenal dengan nama green tea, oolong tea, dan black tea.
Bagian buahnya selama ini belum dimanfaatkan secara optimal dan hanya
sebagian kecil yang dimanfaatkan untuk pembibitan. Sebenarnya setiap bagian
dari tanaman teh dapat memberikan manfaat yang cukup besar jika dikelola
dengan baik khususnya biji teh (kernel teh) yang merupakan hasil samping tanaman
teh (Sahrial, 2018).
Kernel teh mengandung 20-60 (%/b) minyak, 20-26 (%/b) saponin dan 11
(%/b) protein. Selain mengandung minyak, saponin, dan protein pada kernel teh
juga mengandung asam L-pipecolic. Asam L-pipecolic hanya terkandung dalam
biji teh yang belum masak dalam jumlah yang sangat kecil. Kandungan protein
dalam biji teh terdiri dari 9 jenis asam amino dengan 6 diantaranya merupakan asam
amino essensial, yaitu arginin histidin, leusin, fenilalanin dan valin (Musalam, 1989
dalam Susiana, 2011).
Biji teh mengandung saponin dan minyak. Saponin pada biji teh telah
dimanfaatkan sebagai insektisida untuk membasmi hama pada tambak udang dalam
industri perikanan, bahan baku industri deterjen, sampo, minuman bir, pembentuk
busa pada pemadam kebakaran, dan dimanfaatkan pula sebagai pupuk organik.
Saponin dan minyak biji teh dapat diperoleh melalui ekstraksi pelarut. Ampas biji
teh yang merupakan rafinat/hasil samping dari ekstraksi Biji teh mengandung
minyak sebesar 40-50% dan terdapat asam oleat hingga mencapai 88% dari asam
lemak.
Sabun merupakan alat pembersih yang telah lama digunakan orang karena
dapat menghilangkan kotoran-kotoran seperti debu, bakteri dan keringat sehingga
dapat mencegah terjadi infeksi pada kulit. Selain sebagai pembersih, idealnya sabun
sekaligus sebagai perawat struktur kulit. (Haryono, 1988 dalam Rizky,
2
2014). Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI), tahun 1994 sabun didefinisikan
sebagai senyawa natrium dengan kalium dari asam lemak yang berasal dari
minyak nabati atau lemak hewani. Sabun yang digunakan sebagai pembersih
dapat berwujud padat (keras), lunak dan cair.
Untuk membersihkan kotoran yang berupa minyak, pembilasan dengan air
saja tidak cukup. Dibutuhkan zat lain untuk menurunkan tegangan antar muka antara
minyak dengan air. Dengan adanya sifat surfaktan pada sabun, terjadi proses
emulsifikasi sehingga bagian yang polar (hidrofilik) berikatan dengan air dan bagian
non polar (lipofilik) berikatan dengan minyak. Bagian non polar dari sabun
memecah ikatan antar molekul minyak sehingga dapat menurunkan tegangan
permukaan. Akibatnya air dapat menyebar membasahi seluruh permukaan
dan mengangkat kotoran (Wasiaatmadja, 1997).
Pemilihan jenis minyak yang akan digunakan dalam pembuatan sabun harus
diperhatikan. Setiap jenis asam lemak akan memberikan sifat yang berbeda pada
sabun yang akan dihasilkan. Lemak atau minyak yang umum digunakan pada
pembuatan sabun berasal dari lemak hewani, minyak nabati, lilin ataupun minyak
ikan laut (Naomi, 2013). Lemak sebagian besar mengandung asam palmitat dan
stearat yang memberikan tekstur keras pada sabun, sedangkan minyak
mengandung asam oleat, linoleat atau linolenat yang memberikan tekstur lunak
dan lebih mudah larut (Fessenden, 1997 dalam Oktari, 2017). Pada minyak kelapa
sawit lebih dominan mengandung asam palmitat yaitu sekitar 40-45 %. Asam
palmitat memberikan kekerasan pada sabun padat sehingga dapat bertahan lama saat
digunakan (Fanani, 2020).
Bahan baku utama yang digunakan dalam pembuatan sabun adalah minyak
kelapa sawit dengan penambahan ekstrak kernel teh. Kandungan asam amino pada
kernel teh diharapkan mampu menjadi surfaktan dalam pembuatan sabun.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas penulis rencana melakukan
3
penelitian pembuatan sabun padat menggunakan perbandingan minyak kelapa sawit
dan ekstrak biji teh dengan tingkat perbandingan yang berbeda diharapan dapat
meningkatkan mutu sabun padat yang terbaik. Adapun judul penelitian yang
direncanakan adalah “Pengaruh Perbandingan Campuran Minyak Sawit dan
Ekstrak Biji Teh Terhadap Mutu Sabun Padat”
1.1 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh perbandingan campuran minyak kelapa sawit
dan ekstrak kernel teh terhadap mutu sabun padat.
2. Untuk mendapatkan perbandingan minyak kelapa sawit dan ekstrak kernel
teh yang tepat untuk menghasilkan mutu sabun padat terbaik.
1.2 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat antara lain sebagai berikut:
1. Menambah wawasan untuk memanfaatkan kernel teh
2. Mengembangkan cara berpikir dalam pemanfaatan kernel teh dalam
pembuatan sabun.
3. Sebagai bacaan yang dapat memberikan pengetahuan.
1.3 Hipotesis
1. Campuran minyak kelapa sawit dan ekstraksi kernel teh berpengruh
terhadap mutu sabun padat.
2. Terdapat perbandingan minyak kelapa sawit dan ekstrak kernel teh yang
tepat untuk menghasilkan mutu sabun padat terbaik.
4
2.1 Sabun
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sabun adalah garam natrium dan kalium dari asam lemak yang berasal dari
minyak nabati atau lemak hewani. Dewan Standarisasi Nasional menyatakan bahwa
sabun adalah bahan yang digunakan untuk tujuan mencuci dan mengemulsi,
terdiri dari asam lemak dengan rantai karbon C12-C18 dan sodium atau potassium
(DSN, 1994). Sabun berfungsi untuk memindahkan kotoran dari permukaan seperti
kulit, lantai, atau kain. Kotoran biasanya merupakan campuran dari bahan berlemak
dan partikel padat. Lemak dapat berupa sebum yang dihasilkan oleh kulit, dan
bertindak sebagai pengikat kotoran yang baik, misalnya terhadap debu. Untuk
membersihkan kotoran yang berupa minyak, pembilasan dengan air saja tidak
cukup. Dibutuhkan zat lain untuk menurunkan tegangan antar muka antara
minyak dengan air.
Kandungan utama penyusun sabun adalah asam lemak dan alkali. Asam lemak
merupakan monokarboksilat berantai panjang dengan panjang rantai yang berbeda-
beda, tetapi bukan siklik atau bercabang. Pada umumnya monokarboksilat yang
ditemukan di alam tidak bercabang dan memiliki jumlah atom genap (Winarno,
1997). Sabun merupakan garam alkali karboksilat (RCOONa) dengan gugus R yang
bersifat hidrofobik (non polar) dan COONa bersifat hidrofilik (polar) (Anggaraeni,
2014).
Sabun diproduksi dan diklasifikasi menjadi beberapa grade mutu. Sabun
dengan grade mutu A diproduksi dari bahan baku minyak atau lemak yang terbaik
dan menganduk sedikit alkali bebas. Sabun grade mutu A biasanya digunakan
sebagai sabun mandi, sabun dengan grade mutu B diperoleh dari bahan baku minyak
atau lemak dengan kualitas yang lebih rendah dan mengandung sedikit alkali tetapi
kandungan alkali pada sabun tersebut tidak menyebabkan iritasi pada kulit. Sabun
ini biasanya digunakan untuk keperluan mencuci pakaian dan piring, sedangkan
sabun grade C mengandung alkali bebas yang relatif tinggi yang berasal dari
bahan baku lemak atau minyak yang berwarna gelap (Handi, 2008 dalam Rizka,
2017).
5
Sabun dibuat dengan reaksi kimia antara kalium atau natrium dengan asam
lemak dari minyak nabati atau lemak hewani. Sabun yang dibuat dengan NaOH
dikenal sebagai sabun keras (hard soap), sedangkan sabun yang dibuat dengan KOH
dikenal dengan sabun lunak (soft soap). Pembuatan sabun dilakukan dengan dua
cara, yaitu proses saponifikasi dan proses netralisasi minyak. Keduanya dibedakan
dari produk samping yang dihasilkan yaitu gliserol. Proses saponifikasi terjadi
reaksi antara trigliserida dan alkali, sedangkan proses netralisasi reaksi antara asam
lemak bebas dengan alkali (Qisti, 2009).
Jenis sabun yang dikenal yaitu sabun padat (batangan) dan sabun cair.
Sabun padat atau batang yang baik harus memiliki kekerasan yang cukup untuk
memaksimalkan pemakaian (user cycles) dan ketahanan yang cukup terhadap
penyerapan air (water reabsorption) ketika sedang tidak digunakan dan pada saat
yang sama juga mampu menghasilkan busa dalam jumlah yang cukup untuk
mendukung daya bersihnya (Hill, 2005).
Sifat-sifat yang dimiliki oleh sabun (Harnawi, 2004) adalah:
1. Sabun bersifat basa karena garam alkali dari asam lemak suhu tinggi
terhidrolisis parsial oleh air.
2. Sabun menghasilkan buih atau busa, jika larutan sabun dalam air diaduk.
Buih dihasilkan setelah garam Mg atau Ca dalam air mengendap. Namun,
sabun tidak akan menghasilkan buih jika air mengandung garam.
3. Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sabun digunakan untuk mencuci
kotoran yang bersifat polar maupun non polar karena sabun mempunyai gugus
polar dan non polar. Saat dipakai mencuci sabun berperan sebagai emulsifier
sehingga sabun dikatakan dapat membersihkan lemak dan kotoran.
Berdasarkan jenisnya, sabun dibedakan menjadi empat macam, yaitu sabun
opaque (sabun tidak transparan), sabun transparan, sabun translusen, dan sabun
herbal. Jenis sabun tersebut dapat dibedakan dengan mudah dari penampakannya.
Sabun opaque adalah jenis sabun yang biasa digunakan sehari-hari yang
berbentuk kompak dan tidak tembus cahaya, sabun transparan merupakan sabun
yang paling banyak meneruskan cahaya jika pada sabun batang dilewatkan
6
cahaya, sedangkan sabun translusen merupakan sabun yang sifatnya berada di antara
sabun transparan dan sabun opaque. Sabun transparan mempunyai harga yang relatif
lebih mahal dan umumnya digunakan oleh kalngan menengah atas. Sabun
transparan juga dapat digolongkan kedalam sabun aromaterapi, sedangkan sabun
herbal merupakan sabun yang mengandung sari tanaman, berfungsi membersihkan
dan mengobati penyakit kulit (Malik, 2011).
Menurut Trianggono dan Latifah (2007) dalam Agustin (2020) klasifikasi
sabun menurut bentuknya dibedakan menjadi tiga yaitu :
1. Sabun Padat Sabun padat merupakan jenis sabun yang dibuat dengan reaksi
saponifikasi antara lemak dan alkali berupa NaOH. Sabun padat umumnya
mempunyai bentuk sabun batang atau suatu cetakan yang padat.
2. Sabun Cair Sabun cair merupakan jenis sabun yang dibuat dengan reaksi
saponifikasi antara asam lemak dan alkali berupa KOH. Sabun cair
umumnya dikemas dalam kemasan botol.
3. Sabun Bubuk Sabun bubuk merupakan jenis sabun yang mempunyai
bentuk bubuk atau lebih dikenal dengan sebutan detergen. Sabun bubuk ini
umumnya dibuat dengan bahan dasar benzen sulfonat.
2.2 Bahan Pembuatan Sabun
Secara umum, sabun dibuat dari lemak dan minyak alami dengan garam alkali.
Digunakan juga bahan tambahan seperti surfaktan, humektan, antioksidan, agen
antimikroba, pewarna parfum dan bahan tambahan khusus (seperti
processing aids, bunders (gum and resin), fillers, exfoliants, anti acne dan anti-
irritants) (Barel, 2009 dalam Rizka, 2017). Bahan yang digunakan dalam
formulasi sabun padat:
2.2.1 Minyak Kelapa Sawit
Minyak umumnya digunakan sebagai pengganti tallow. Minyak sawit dapat
diperoleh dari pemasakan buah sawit. Minyak sawit berwarna jingga kemerahan
karena adanya kandungan zat warna karotenoid sehingga jika akan digunakan
sebagai bahan baku pembuatan sabun harus dipucatkan terlebih dahulu. Sabun yang
terbuat dari 100% minyak sawit akan bersifat keras dan sulit berbusa. Maka
7
dari itu, jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun, minyak sawit
harus dicampur dengan bahan lainnya. Kandungan asam lemaknya yaitu asam
palmitat 42-44%, asam oleat 35-40%, asam linoleat 10%, asam linolenat 0,3%,
asam arachidonat 0,3%, asam laurat 0,3%, dan asam miristat 0,5-1%. Minyak kelapa
sawit merupakan minyak yang mengandung asam palmitat (C16H32O2) yang
cukup tinggi, yaitu sebesar 44,3 % (Depperin, 2007 dalam Widyasanti,
2016). Fungsi dari asam palmitat ini dalam pembuatan sabun adalah untuk
kekerasan sabun dan menghasilkan busa yang stabil.
2.2.2 Biji Teh
Tanaman teh dapat tumbuh hingga ketinggian 50 kaki, tetapi di Indonesia
tanaman teh ini tumbuh seperti semak-semak dengan ketinggian hanya 5 kaki.
Setelah tiga atau lima tahun pertumbuhan, daunnya dapat dipanen untuk dibuat
teh. (Retti, 2005)
Biji teh terdapat di dalam buah teh. Hanya 2% dari keseluruhan bunga pada
sebuah pohon berhasil membentuk biji. Buah berbentuk bundar dengan diameter
2-3 cm. Dinding biji teh tebal dan keras dan disebut tempurung. Buah yang masih
muda berwarna hijau dan beruang tiga. Awalnya mengkilap, tetapi semakin tua
warnanya semakin gelap, suram dan kasar. Bijinya berbentuk setengah bola dan
berdiameter 0,8- 1,6 cm sedangkan keping bijinya berbentuk bundar di salah satu
sisinya dan datar pada sisi lainnya, berbelah dua dengan kotiledon besar (kuntz.
2002 dalam susiana, 2010). Komposisi bagian buah teh dapat dilihat pada Tabel 1.
Komposisi bagian buah teh.
Tabel 1. Komposisi bagian buah teh
Bagian Buah Teh Komposisi (%/ b)
Buah dan kulit luar ± 40
Tempurung dan kulit ari ± 40
Inti biji ± 20
Sumber: Susiana, 2010
Biji teh dapat dipanen setelah tanaman teh berumur 4-12 tahun. Setiap kg
biji teh kira-kira mengandung 500 biji. Menurut survey didapatkan bahwa satu
8
batang pohon teh dapat menghasilkan buah teh sekitar 8-12 kg/ tahun (Susiana,
2010).
Biji teh mengandung minyak sebesar 20-60 % dan terdapat asam oleat
hingga mencapai 88% dari asam lemak (Susiana, 2004) Komposisi dan sifat
fisik asam lemak dalam biji teh dapat dilihat pada Tabel 2. Komposisi dan sifat
fisik asam lemak dalam biji teh.
Tabel 2. Komposisi dalam biji teh
Komposisi biji teh Nilai (%)
1. Minyak 20 – 60
- Palmitat 7-16
- Stearat 1
- Oleat 69-87
- Linoleat 7-14
- Jenuh 7 – 11
2. Protein 11
3. Saponin 20-26
Sumber : Susiana.2004
Minyak biji teh merupakan bahan baku yang baik untuk penggunaan bidang
industri serta digunakan untuk pembuatan sabun, margarin, minyak rambut,
pelumas, cat, sintesis dari senyawa- senyawa lain. Minyak biji teh telah terbukti
terdapat dalam semua emulsi yang digunakan pada bidang-bidang ilmu kecantikan
dan ilmu pengobatan kulit (Sabetay, 1972 dalam Susiana, 2004). Menurut shanan
dan Ying (1982) dalam Susiana (2004), penggunaan meliputi krim untuk siang
atau malam, senyawa anti kriput, lipstik, krim rambut, make-up, anti-matahari,
pemerah pipi dan produk pembersih make-up.
2.2.3 NaOH
Natrium hidroksida (NaOH) juga dikenal sebagai basa kuat atau sodium
hidroksida merupakan jenis basa logam kuat. Natrium hidroksida terbentuk dari
oksida basa natrium oksida yang dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida
membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan dalam air. Natrium
hidroksida digunakan di dalam berbagai macam bidang industri, kebanyakan
9
digunakan sebagai basa dalam proses industri bubur kayu, kertas, tekstil, air minum,
sabun dan deterjen. Selain itu Natrium hidroksida juga merupakan basa yang paling
umum digunakan dalam laboratorium kimia (Williams dan Schmitt,
2011 dalam Doni, 2018).
Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk
pelet, serpihan dan butiran. NaOH bersifat lembab cair dan secara spontan menyerap
karbon dioksida dari udara bebas. NaOH juga sangat larut dalam air dan akan
melepaskan kalor ketika dilarutkan dalam air. Larutan NaOH meninggalkan noda
kuning pada kain dan kertas (Wade dan Weller, 1994). Ion Na+
dari NaOH bereaksi
dengan asam lemak membentuk sabun, sehingga NaOH dalam sabun berfungsi
untuk pembuatan stok sabun (Cavith, 2001 dalam Doni, 2018).
Pada proses pembuatan sabun, penambahan NaOH harus tepat jumlahnya,
apabila NaOH terlalu pekat atau berlebih maka alkali bebas yang tidak berikatan
dengan asam lemak akan terlalu tinggi sehingga memberikan pengaruh negatif yaitu
iritasi pada kulit. Sebaliknya apabila NaOH yang ditambahkan terlalu sedikit
jumlahnya, maka sabun yang dihasilkan akan mengandung asam lemak bebas
yang tinggi. Asam lemak yang tinggi dapat mengganggu proses emulsi sabun dan
kotoran pada saat sabun digunakan (Kirk, 1952).
Soda kaustik (NaOH) merupakan bahan penting dalam pembuatan sabun
karena menjadi bahan utama dalam proses saponifikasi dimana minyak atau
lemak akan diubah menjadi sabun. Tanpa bantuan NaOH maka proses kimia
sabun tidak akan terjadi. Setelah menjadi sabun maka NaOH akan terpecah menjadi
unsur penyusunnya yang netral. Konsentrasi NaOH berpengaruh terhadap kualitas
sabun yang dibuat karena dapat mempengaruhi pH sabun, asam lemak bebas, alkali
bebas, kadar fraksi tak tersabunkan, asam lemak sabun, dan kadar air. Tinggi
rendahnya konsentrasi NaOH akan mempengaruhi kesempurnaan
proses saponifikasi pada sabun sehingga secara tidak langsung juga akan
mempengaruhi kualitas sabun yang dihasilkan.
2.2.4 Gliserin
Gliserin juga disebut humaktan atau pelembab yang mampu mengikat air
dari udara dan dapat melembapkan kulit pada kondisi atmosfer sedang atau
kondisi kelembaban tinggi (Murphy, 1978). Dalam memformulasi sabun perlu
diperhatikan pula after feel yang ditimbulkan dari penggunaan sabun. After feel yang
10
diharapkan adalah adanya sensasi lembab di kulit dan tidak mengakibatkan kulit
kering, salah satunya dengan menggunakan humektan sebagai moisturizer
(pelembab). Gliserin diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap sifat fisik sabun
(Budianto, 2010)
Secara tradisional gliserol didapat sebagai hasil samping dari minyak
tumbuhan dan hewan yang disaponifikasi pada pabrik sabun. Gliserol jarang
ditemukan dalam bentuk lemak bebas, tetapi biasanya terdapat sebagai trigliserida
yang tercampur dengan bermacam-macam asam lemak, misalnya asam stearat,
asam oleat, asam palmitat dan asam laurat. Wujud gliserol adalah jernih, tidak
berbau dan memiliki rasa manis (Mitsui, 1997). Dalam pembuatan sabun gliserol
berfungsi untuk melembutkan kulit, mengurangi jumlah air yang meninggalkan
kulit dan memberikan efek transparan (George dan Serdakowski, 1996).
2.2.5 Asam Stearat
Asam stearat berbentuk padatan berwarna putih kekuningan yang pada
pembuatan sabun memiliki fungsi untuk mempengaruhi kekerasan dan
menghasilkan busa yang lembut pada sabun juga berpengaruh terhadap tingkat
kebersihan sabun yang dihasilkan dan memiliki masa kadaluarsa yang panjang.
Asam stearat adalah asam lemak dengan rantai hidrokarbon yang panjang,
mengandung gugus karboksil di salah satu ujungnya dan gugus metil di ujung
lain. Asam stearat memiliki 18 gugus karbon dan merupakan asam lemak jenuh
karena tidak memiliki ikatan rangkap diantara atom karbonil (Poucher, 1994).
Dalam pembuatan sabun, asam stearat berfungsi untuk pembuatan stok sabun dan
menstabilkan busa (Mitsui, 1997).
Asam stearat meleleh pada suhu 69,6oC dan mendidih pada suhu 240
oC.
Titik didih dan titik leleh asam stearat relatif lebih tinggi dibandingkan asam
lemak jenuh yang memiliki atom karbon yang lebih sedikit dan relatif lebih
rendah dibanding asam lemak jenuh yang memiliki atom karbon yang banyak
(Ketaren, 1986).
2.2.6 NaCl
Pada pembuatan sabun, garam NaCl ditambahkan untuk memisahkan antara
produk sabun dan gliserol sehingga sabun akan tergumpalkan sebagai sabun padat
yang memisah dari geliserol (Gebelin, 2005). NaCl merupakan komponen kunci
dalam proses pembuatan sabun. Kandungan NaCl pada produk akhir sangat kecil
11
karena kandungan NaCl yang terlalu tinggi di dalam sabun dapat memperkeras
struktur sabun. NaCl yang digunakan umumnya berbentuk air garam (brine) atau
padatan (kristal). NaCl digunakan untuk memisahkan produk sabun dan gliserin.
Gliserin tidak mengalami pengendapan dalam brine karena kelarutannya yang
tinggi, sedangkan sabun akan mengendap. NaCl harus bebas dari besi, kalsium,
dan magnesium agar diperoleh sabun yang berkualitas.
12
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni–Juli 2021 di Laboratorium
Kimia Teknologi Pertanian Universitas Jambi Kampus Pondok Meja.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada penelitian ini diantaranya magnetic stirer,
hot plate, timbangan digital, beaker glass, plastik ½
kg dan labu ukur, labu
erlenmeyer, sudip besi, cawan petri, sudip kaca dan wadah cetak.
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak sawit,
NaOH, biji teh, gliserin, NaCl, oven, akuades dan asam stearat.
3.3 Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
perlakuan perbandingan komposisi campuran biji teh dan minyak sawit dalam
pembuatan sabun padat yang terdiri dari 5 taraf perlakuan. Formulasi pembuatan
sabun padat dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Formulasi pembuatan sabun
Formulasi Uji (gr) No. Perlakuan
Biji
Teh
Minyak
Sawit
NaOH 25% Gliserin Asam
Stearat
NaCl
1 P1 0 75 25 10 5 1.5
2 P2 5 70 25 10 5 1.5
3 P3 10 65 25 10 5 1.5
4 P4 15 60 25 10 5 1.5
5 P5 20 55 25 10 5 1.5
Pada masing-masing taraf perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 3
kali sehingga didapat 15 satuan percobaan.
13
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Persiapan Bahan
a. Preparasi Biji Teh (Nut)
Pada tahap preparasi buah ada beberapa tahapan yaitu; buah teh disiapkan
sebanyak 10 kg, buah teh yang telah siap memerlukan perlakuan awal sampai
didapatkan biji teh yang kering, selanjutnya dilakukan pengambilan minyak biji
teh.
1) Perlakuan awal buah teh
Pada penelitian ini, buah teh perlu mengalami perlakuan awal terlebih
dahulu untuk mendapatkan biji teh yang kering dan bersih. Tahapan perlakuan
awal yang dilakukan, meliputi:
a) Pencucian
Buah teh yang telah disiapkan dibersihkan dari kontaminan yang
menempel (debu, tanah, lumpur, pestisida, dll.) menggunakan air
bersih yang mengalir.
b) Pengeringan Buah Teh
Dilakukan pengeringan dengan cara menjemur buah teh dibawah
sinar matahari hingga kering, ditandai dengan berubahnya warna
buah teh dari hijau muda menjadi coklat tua. Pengeringan ditujukan
untuk mempermudah pemisahan biji teh dari buah teh.
c) Pemisahan biji dari buah teh
Biji teh terdapat dibagian terdalam dari buah teh. Untuk
mendapatkan biji teh perlu dilakukan pengelupasan buah teh,
tempurung dan kulit ari yang melapisi biji. Pengelupasan dilakukan
secara manual setelah sebelumnya dilakukan pemecahan buah dan
tempurung biji menggunakan penjepit buah.
2) Pengambilan ekstrak biji teh
Pengambilan ekstrak biji teh dilakukan dengan cara menambahkan
akuades dan biji teh kedalam wadah blender selanjutnya dilakukan proses
blending. Setelah campuran bercampur secara homogen dilakukan
penyaringan hasil dari proses saring yang akan digunakan sebagai bahan
pencampur dalam pembuatan sabun.
14
b. Persiapan Minyak Sawit
Pada tahap persiapan minyak sawit dilakukan penimbangan minyak
sebanyak perlakuan dan pengulangan.
c. Persiapan NaOH 25 %
Ditimbang NaOH 25 gram menggunakan timbangan digital, disiapkan pelarut
akuades 75 ml, selanjutnya NaOH dilarutkan dalam akuades. Cara ini di ulang untuk
perlakuan formulasi lainnya.
d. Persiapan bahan lainnya
Ditimbang gliserin sebanyak 10 gram, asam stearat 5 gram dan NaCl 1.5
gram. Dilakukan penimbangan berulang setiap bahan sebanyak perlakuan dan
pengulangan formulasi.
3.4.2 Pembuatan Sabun Padat
Sebanyak 5 gram asam stearat dilelehkan menggunakan hotplate yang
dapat menggunakan magnetic stirer untuk proses pengadukan, setelah leleh
ditambahkan minyak curah dan minyak biji teh sesuai perlakuan yang ditentukan,
campuran diaduk sampai homogen, dipanaskan menggunakan suhu 70o
C, setelah
dipanaskan campuran ditambahkan dengan NaCl sampai homogen, kemudian
campuran ditambahkan larutan NaOH diaduk secara perlahan, ditambahkan
gliserin sebanyak 10 gr sampai menjadi trace, ditunggu hingga campuran yang
didapat menjadi dingin, kemudian dimasukkan kedalam cetakan.
3.5 Parameter yang diamati
Sabun yang didapatkan kemudian dilakukan pengamatan yang meliputi uji
kadar air, uji bahan tak larut dalam etanol,dan uji asam lemak bebas atau alkali
bebas.
3.5.1 Pengujian Kadar Air (SNI 3532: 2016)
Pengujian kadar air dilakukan dengan cara pengeringan dalam oven pada
suhu 105o
C selama 30 menit. Ditimbang cawan petri yang telah dikeringkan,
ditimbang sampel sebanyak 5 gram, diletakkan sampel diatas cawan petri yang
telah kering, dimasukkan cawan petri kedalam oven pada suhu 105oC selama 1
jam, didinginkan kedalam desikator sampai suhu ruang lalu sampel ditimbang,
dilakukan pengulangan pada proses pengovenan sampai bobot tetap. Kadar air
dapat dihitung dengan persamaan berikut:
15
3.5.2 Pengujian Bahan Tak Larut dalam Etanol (gravimetri)
Ditimbang sampel uji sebanyak (5 ± 0,01 – 0,05 gram) dan kertas saring,
sampel dimasukkan dalam erlenmeyer dan ditambahkan etanol sebanyak 50 ml
kemudian di aduk diatas hot plate menggunakan magnetic stirer hingga sampel
yang diuji larut, diulang kembali untuk setiap percobaan. Diletakkan kertas saring
pada corong kaca kemudian disaring, kertas hasil penyaringan di letakkan
pada loyang. Selanjutnya loyang yang berisi kertas saring dimasukkan
kedalam oven dengan suhu 105oC pengovenan dilakukan selama 1 jam,
kemudian kertas saring yang telah di oven dibiarkan dingin selanjutnya
ditimbang untuk mengetahui hasil residu yang tak larut dalam etanol. Bahan
tak larut dalam etanol dapat dihitung menggunakan persamaan berikut:
Keterangan :
Bahan tak larut dalam etanol dalam satuan % fraksi massa
B0 adalah bobot kertas saring
B1 adalah bobot sampel
B2 adalah bobot kertas saring residu
3.5.3 Pengujian Asam Lemak Bebas atau Alkali Bebas (SNI 3532: 2016)
Pengujian asam lemak bebas dilakukan dengan memanaskan filtrat dari
penentuan bahan tak larut dalam alkohol sampai hampir mendidih, dimasukkan
0.5 ml indikator fenolftalein 1%, jika larutan tidak berwarna maka larutan tidak
bersifat asam, dilanjutkan dengan titrasi menggunakan larutan standar KOH
sampai timbul warna merah muda yang stabil, adapun jika larutan berwarna
merah maka larutan bersifat asam, selanjutnya dititrasi dengan larutan standar
HCL sampai warna merah tepat hilang, dihitung menjadi NaOH jika alkali atau
menjadi asam oleat jika larutan asam. Perhitungan asam lemak bebas atau alkali
bebas dapat menggunakan persamaan sebagai berikut;
16
Keterangan:
Asam lemak bebas dalam satuan % fraksi massa
V = Volume KOH yang digunakan
(ml)
N = Normalitas KOH yang digunakan
b = Bobot contoh uji (mg)
282 = Berat ekuivalen asam oleat
(C18H34O2)
Keterangan :
Alkali bebas dalam satuan % fraksi massa
V = Volume HCL yang digunakan (ml)
N = Normalitas HCL yang digunakan
3.6 Analisis Data
b = Bobot contoh uji (mg)
40 = berat ekuivalen NaOH
Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan menggunakan
analisis sidik ragam (ANOVA). Jika F hitung lebih besar dari pada atau sama
dengan F Tabel maka dilakukan dengan uji Duncan’s New Multiple Range Test
(DNMRT) pada taraf 1 % dan 5 %.
17
4.1 Uji Mutu Sabun
4.1.1 Uji Kadar Air
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam (Lampiran 1) menunjukkan bahwa
kombinasi antara ekstrak kernel teh dan minyak kelapa sawit terhadap mutu sabun
yang dihasilkan berpengaruh sangat nyata pada kadar air dari pembuatan sabun.
Nilai rata-rata kadar air dari sabun dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Nilai rata-rata kadar air (%) sabun
Perlakuan (mL) Kadar Air (%)
P1 (0 : 75) 15,92 a
P2 (5 : 70) 19,60 a
P3 (10 : 65) 22,67 ab
P4 (15 : 60) 27,49 b
P5 (20 : 55) 27,96 b
Keterangan : Angka yang diikuti huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 1%
berdasarkan uji DNMRT
Berdasarkan pada Tabel 4 pada perlakuan P1 tidak berbeda nyata terhadap
P2 dan P3 akan tetapi berbeda sangat nyata terhadap P4, dan P5. Pada P2 tidak
berbeda nyata terhadap P1 dan P3 tapi berbeda sangat nyata terhadap P4 dan P5. P3
tidak berbeda nyata terhadap P1, P2, P4 dan P5. Sedangkan pada P4 dan P5 tidak
berbeda nyata dengan P3 tetapi berbeda sangat nyata terhadap P1 dan P2. Hal ini
diduga karena ekstrak kernel teh yang digunakan semakin tinggi, maka semakin
besar pula kadar air yang terkandung dalam sabun tersebut, diduga juga dengan
adanya penambahan air pada saat pembuatan ekstrak kernel teh.
Menurut Nayfatus (2018), banyaknya kadar air dapat mempengaruhi
kelarutan sabun dalam air pada saat digunakan. Apabila kandungan air pada sabun
terlalu tinggi akan menyebabkan sabun mudah menyusut. Secara keseluruhan, kadar
air yang terkandung dalam sabun padat tersebut belum memenuhi standar mutu
sabun padat (SNI 06-3532-2016) yaitu sebesar 15%. Kadar air juga
berpengaruh terhadap kekerasan sabun, semakin tinggi nilai kadar air maka
sabun yang dihasilkan akan semakin lunak dan cepat habis ketika digunakan.
Grafik hasil uji kadar air sabun dapat dilihat pada Gambar 1.
18
Gambar 1. Grafik Persentase Kadar Air Pada Setiap Perlakuan
Gambar 1 menunjukkan semakin banyak persentase ekstrak kernel teh
yang ditambahkan maka kadar air yang diperoreh semakin tinggi. Hasil kadar air
terendah didapat dari perbandingan minyak kelapa sawit dan ekstrak kernel teh 75
: 0 kadar air yang rendah dikarenakan tidak adanya penambahan ekstrak kernel
teh dengan kadar air sebesar 15,9183 % dan kadar air tertinggi didapat pada
perlakuan ke-5 atau 55 : 20 dengan kadar air sebesar 27,9585 %. Dari hasil yang
didapatkan tidak diperoleh kadar air yang sesuai dengan SNI.
4.1.2 Uji Bahan Tak Larut dalam Etanol
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam (Lampiran 2) menunjukkan bahwa
kombinasi antara ekstrak kernel teh dan minyak kelapa sawit terhadap mutu sabun
yang dihasilkan tidak berpengaruh nyata pada uji bahan tak larut dalam etanol dari
pembuatan sabun. Nilai rata-rata bahan tak larut dalam etanol dapat dilihat pada
Tabel 5.
Tabel 5. Nilai rata-rata bahan tak larut dalam etanol
Perlakuan Bahan Tak Larut dalam Etanol (%)
P1 (0 : 75) 1,6914 a
P2 (5 : 70) 7,1854 a P3 (10 : 65) 5,0881 a
P4 (15 : 60) 3,5533 a
P5 (20 : 55) 1,4329 a Keterangan : Angka yang diikuti huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 1%
berdasarkan uji DNMRT
19
Berdasarkan pada Tabel 5 perlakuan P1, P2, P3, P4 dan P5 tidak berbeda
nyata. Dapat dilihat semakin banyak ekstrak kernel teh yang ditambahkan, maka
semakin kecil pula bahan tak terlarut dalam etanol yang terkandung dalam sabun.
Hal ini diduga karena adanya kesamaan senyawa polar pada ekstrak kernel teh.
Menurut Hambali (2005), Minyak dan lemak hanya sedikit larut dalam etanol.
Bahan yang tidak larut dalam etanol pada sabun meliputi silikat, fosfat, karbonat,
sulfat, dan pati. Perbedaan kepolaran menyebabkan adanya bahan tidak larut
dalam etanol pada sabun.
Pengujian bahan tak larut dalam etanol bertujuan untuk mengamati bahan
atau zat yang dapat tertinggal pada kulit karena tidak larut dengan air (polar) pada
proses pembilasan (Lestari, 2020). Berdasarkan SNI (06-3532-2016) untuk nilai
maksimal dari bahan tak larut dalam etanol pada sabun sebesar 5%
Dapat dilihat pada Tabel nilai rata-rata pengujian bahan tak larut dalam
etanol yang memenuhi standar SNI yaitu pada P1, P3, P4 dan P5 dengan nilai
terendah pada perlakuan satu dengan angka 1,6914 % dan yang tertinggi pada
perlakuan ketiga dengan nilai 5,0881 %. Grafik hasil uji bahan tak larut dalam etanol
dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Grafik Hasil Uji Bahan Tak Larut Dalam Etanol
Pada Gambar 2 menunjukkan bahwa penambahan ekstrak kernel teh
berpengaruh terhadap uji bahan tak larut dalam etanol, semakin banyak ekstrak
kernel teh yang ditambahkan, maka semakin rendah pula kadar bahan tak larut
dalam etanol. Hal ini diduga karena banyaknya kandungan polar yang terkandung
dalam ekstrak kernel teh. Alkohol hanya mengikat zat yang bersifat polar dan
semakin banyak zat non-polar yang tidak terikat, maka zat-zat yang tidak terikat
tersebut meningkatkan nilai kadar fraksi tak tersabunkan pada sabun padat yang
dihasilkan.
20
4.1.3 Uji Asam Lemak atau Alkali Bebas
Asam lemak bebas merupakan jumlah seluruh asam lemak pada sabun
yang telah ataupun yang belum bereaksi dengan alkali (Hambali, 2002). Hal ini
dapat disebabkan oleh banyaknya jumlah minyak yang digunakan ataupun
konsentrasi dan jumlah alkali yang sedikit (Rowe, 2009). lemak yang terkandung
dalam sabun padat berasal dari asam stearat dan asam oleat yang terdapat pada
ekstrak kernel teh.
Alkali bebas adalah alkali dalam sabun yang tidak terikat dengan asam
lemak membentuk garam asam lemak (sabun). Alkali dalam sabun mandi tidak
boleh melebihi 0,1% untuk natrium karena alkali memiliki sifat yang keras dan
dapat mengakibatkan iritasi pada kulit. Bila kadar alkali bebas terlalu tinggi akan
menyebabkan kulit menjadi kering (Hernani, 2010).
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam (Lampiran 3) menunjukkan bahwa
kombinasi antara ekstrak kernel teh dan minyak kelapa sawit terhadap mutu sabun
yang dihasilkan tidak berpengaruh nyata pada uji asam lemak bebas atau alkali
bebas dari pembuatan sabun. Nilai rata-rata asam lemak bebas dapat dilihat pada
Tabel 6.
Tabel 6. Nilai rata-rata uji asam lemak bebas
Perlakuan Asam Lemak bebas
P1 (0 : 75) 14,0669 b
P2 (5 : 70) 14,0827 b
P3 (10 : 65) 12,5859 b
P4 (15 : 60) 15,5840 b
P5 (20 : 55) 6,3194 a Keterangan : Angka yang diikuti huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 1%
berdasarkan uji DNMRT
Berdasarkan pada Tabel 6 perlakuan P1, P2, P3 dan P4 tidak berbeda nyata
tetapi berbeda sangat nyata terhadap P5. Hal ini diduga bahwa alkali di dalam
sabun padat ekstrak kernel teh tidak bereaksi seluruhnya dengan asam lemak.
Kadar alkali bebas yang diperoleh dari perlakuan kelima memiliki hasil pengujian
1,7365 %. Dapat dilihat pada Lampiran 3, kadar alkali bebas yang diperoleh tidak
memenuhi SNI (maksimal 0,1%).
21
Dapat dilihat pada Tabel 6 nilai rata-rata asam lemak bebas menunjukkan
kandungan asam lemak sabun melebihi nilai yang ditetapkan SNI 3532-2016
dengan maksimal kandungan 2,5%. Hal ini diduga bahwa jumlah minyak yang
digunakan atau konsentrasi dan jumlah alkali yang sedikit. Menurut kirk (1952),
proses pembuatan sabun dengan NaOH yang terlalu pekat atau berlebih maka
alkali bebas yang tidak berikatan dengan asam lemak akan terlalu tinggi sehingga
memberikan pengaruh negatif saat digunakan. Sebaliknya jika NaOH yang
digunakan terlalu sedikit jumlahnya, maka sabun akan mengandung lemak bebas
yang tinggi. Grafik hasil uji asam lemak bebas dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Grafik Hasil Uji Asam Lemak Bebas
Berdasarkan Gambar 3 menunjukkan bahwa penambahan ekstrak kernel
teh berpengaruh terhadap uji mutu asam lemak bebas, semakin banyak ekstrak
kernel teh yang ditambahkan, maka semakin rendah pula asam lemak bebas yang
dihasilkan. Hasil asam lemak bebas terendah didapat dari perbandingan ekstrak
kernel teh dan minyak kelapa sawit 20 : 55 yaitu 9,47 % dan asam lemak bebas
tertinggi didapat dari perbandingan 15 : 60 yaitu 15,58 .
22
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan:
1. Proses pembuatan sabun padat dengan pencampuran minyak kelapa sawit
dan ekstrak kernel teh berpengaruh terhadap mutu kadar air, bahan tak larut
dalam etanol dan asam lemak bebas atau alkali sabun
2. Perbandingan minyak kelapa sawit dan ekstrak kernel teh yang tepat untuk
menghasilkan mutu sabun padat terbaik diperoleh dari perlakuan ketiga (P3)
dengan kadar air 22,67%, bahan tak larut dalam etanol 5,08 % dan asam lemak
bebas 12,58 %.
5.2 Saran
Penelitian ini sebaiknya dilakukan lebih lanjut dengan menggunakan
konsentrasi NaOH yang lebih besar lagi agar mendapatkan kadar air dan asam lemak
bebas yang memenuhi SNI, serta dilakukan penambahan uji organoleptik.
23
DAFTAR PUSTAKA
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2016. Standar Mutu Sabun Mandi. SNI 06-
3532-2016. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
Angraeni, Nustiana I. 2014. Optimasi Formula Sabun Bentonit dengan Kombinasi
Minyak Kelapa (Coconut Oil) dan Minyak Kelapa Sawit (Palm Oil) dengan
Menggunakan Simplex Lattice Design. Skripsi. Yogyakarta. Universitas
Gadjah Mada.
Barel. 2009 dalam R. Rizka . 2017. Formulasi Sabun Padat Kaolin Penyuci Najis
Mughalladzah denan Variasi Konsentrasi Minyak Kelapa dan Asam
Stearat.Skripsi. Program Studi Farmasi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Budianto V. 2010. Optimasi Formula Sabun Transparan Dengan Humectant
Gliserin Dan Surfaktan Cocoamidopropyl Betaine. [SKRIPSI]. Yogyakarta:
Program Studi Ilmu Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma.
Cavith.2001 dalam S. Doni. 2018. Formulasi Sabun Padat Kaolin dengan Variasi
Konsentrasi Minyak Kelapa dan Asam Stearat Sebagai Penyuci Najis
Mughalladzah. Skripsi. Program Studi Farmasi. Fakultas Ilmu Kesehatan.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Depperin. 2007 dalam Widyasanti, A., Rohdiana, D., dan Ekatama, N. 2016.
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Teh Putih (Camelllia sinensis) dengan
Metode DPPH (2,2-Difenil-1Pikrihidrazil). Jurnal FORTECH. Vol 1(1)
Dewan Standardisasi Nasional, (1994), Standar Mutu Sabun Mandi Padat, SNI
06-35321994, Departemen Perindustrian Nasional. Jakarta
Fessenden. 1997 dalam S. A. E. Oktari, L. P Wrasiati dan N. M Wartini. 2017.
Pengaruh Jenis Minyak Dan Konsentrasi Larutan Alginat Terhadap
Karakteristik Sabun Cair Cuci Tangan. Jurnal Rekayasa dan Manajemen
Agroindustri. Jurusan Teknologi Industri Pertanian. Fakultas Pertanian
Unud. Vol 5 No. 2. 2017
Hambali, E. A, Suryani dan M. Rival. (2005). Membuat Sabun Transparan.
Penebar Plus, Jakarta
Hambali, E., A. Suryani dan M. Rivai. 2002. Teknologi Produksi Surfaktan.
Jurusan Teknologi Industri Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB.
Bogor.
Handi.2008 dalam R, Rizka. 2017. Formulasi Sabun Padat Kaolin Penyuci Najis
Mughalladzah denan Variasi Konsentrasi Minyak Kelapa dan Asam
24
Stearat.Skripsi. Program Studi Farmasi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Harnawi, T., 2004, Studi Pembuatan Sabun Cair dengan Bahan Baku Minyak
Goreng Hasil Reproseing, Skripsi, Fakultas Teknologi Pertanian, Univeritas
Brawijaya, Malang.
Hernani, Bunasor K. T., dan Fitriati. Formula Sabun Transparan Antijamur
dengan Bahan Aktif Ekstrak Lengkuas (Alpinia Galanga L.Swartz.). Bul.
Littro. 2010. 21 (2),192 – 205.
Hill, J. C. 2005 dalam Doni S. 2018. Formulasi Sabun Padat Kaolin dengan
Variasi Konsentrasi Minyak Kelapa dan Asam Stearat Sebagai Penyuci
Najis Mughalladzah. Skripsi. Program Studi Farmasi. Fakultas Ilmu
Kesehatan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
J, Retti, W, Susiana. P.S, B. Rahmanto, R. Tanujoyo dan J. Gerald. H. 2004-2005.
Kajian Awal Ekstraksi Minyak Biji Teh (Cammelia Sinensis) Menggunakan
Pelarut Secara Batch. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat. Universitas Katolik Parahyangan.
Kuntz.2002 dalam Susiana, P. S, dan A. Prima. K. 2009-2010. Kurva
Kesetimbangan Minyak Biji Teh- Normal Heksana dan Aplikasinya Pada
Ekstraksi Padat- Cair Multitahap. Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Kepada Masyarakat. Universitas Katolik Parahyangan.
Malik. 2011. Pemanfaatan VCO (Virgin Coconut Oil) untuk Pembuatan Sabun
Padat dengan Penambahan Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper Crotum Ruiz &
PAV). Skripsi. Sekolah Tinggi Islam Negeri Batusangkar.
Musalam, Y. 1990. Potensi Limbah Industri Teh Hitam sebagai Sumber Kafein
dan Prospek Pengolahannya di Indonesia. Prosiding Simposium Teh V :
461-467.
Naomi, P., L. Gaol dan M. Y. Toha. 2013. Pembuatan sabun lunak dari minyak
goreng bekas ditinjau dari kinetika reaksi kimia. Jurnal Teknik Kimia.
19(2):43-44
Nayyifatus. S, N. Indah. H, R.Andar. R dan L. Kurniasari. 2018. Formulasi Sabun
Mandi Padat Berbasis Minyak Biji Kapuk Randu (Ceiba Pentandra
Gaertn) Dengan Penambahan Jasmine Oil. Jurnal Jurusan Teknik Kimia
Vol 3 No. 2. 2018. Jurusan Teknik Kimia. Fakultas Teknik.
Qisti, R., 2009, Sifat Kimia Sabun Transparan dengan Penambahan Madu pada
Konsentrasi yang Berbeda, Skripsi, Fakultas Perternakan, Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
25
R. Febriyanti. Pengaruh Konsentrasi Asam Stearat Sebagai Basis Terhadap Sifat
Fisik Sabun Transparan Minyak Jeruk Purut (Oleum Citrus Hystrixd. C.)
Dengan Metode Destilasi. Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol 3. No. 1. Program Studi
D III Farmasi Politeknik Harapan Bersama. Mataram
Rowe, R. C. 2009 dalam U. Lestari, Syamsurizal dan W. T. Handayani.2020.
Formulasi dan Uji Efektivitas Daya Bersih Sabun Padat Kombinasi Arang
Aktif Cangkang Sawit dan Sodium Lauril Sulfat. Journal of Pharmaceutical
Science and Clinic Research. Jurusan Farmasi. Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan. Universitas Jambi.
Sahrial, Y. Yanti dan Mursalin. 2018. Studi Karakteristik Fisik dan Mekanik Biji
Teh (Camellia Sinensis L). Prosiding Seminar Nasional Fakultas Pertanian
Universitas Jambi.
Susiana. P. 2004.Kajian Awal Pemanfaatan Biji Teh (Camellia sinensis). Jurusan
Teknik Kimia. Fakultas Teknologi Industri. Universitas Katolik
Parahyangan. Bandung.
Susiana.P. S, A. Prima. K, dan F. Yosephine. 2011. Pengaruh Rasio Biji Teh/
Pelarut Air dan Temperatur Pada Ekstraksi Saponin Biji Teh Secara Batch.
Jurusan Teknik Kimia. Universitas Katolik Parahyangan Bandung.
Trianggono, R.I., Dan Latifah, F. 2007 dalam Y. Agustin.2020 . Formulasi Dan
Uji Aktivitas Antibakteri Sabun Cair Minyak Atsiri Kemangi Terhadap
Escherichia Coli. Skripsi. Program Studi Kimia. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.
U. Lestari, Syamsurizal dan W. T. Handayani.2020. Formulasi dan Uji Efektivitas
Daya Bersih Sabun Padat Kombinasi Arang Aktif Cangkang Sawit dan
Sodium Lauril Sulfat. Journal of Pharmaceutical Science and Clinic
Research. Jurusan Farmasi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.
Universitas Jambi.
Williams dan Schmitt, 2011 dalam S. Doni. 2018. Formulasi Sabun Padat Kaolin
dengan Variasi Konsentrasi Minyak Kelapa dan Asam Stearat Sebagai
Penyuci Najis Mughalladzah. Skripsi. Program Studi Farmasi. Fakultas
Ilmu Kesehatan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Winarno, F. G. 1997 dalam S, Doni. 2018. Formulasi Sabun Padat Kaolin dengan
Variasi Konsentrasi Minyak Kelapa dan Asam Stearat Sebagai Penyuci
Najis Mughalladzah. Skripsi. Program Studi Farmasi. Fakultas Ilmu
Kesehatan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Z. Fanani, A. T. Panagan dan N. Apriyani. 2020. Uji Kualitas Sabun Padat
Transparan Dari Minyak Kelapa Dan Minyak Kelapa Sawit Dengan
Antioksidan Ekstrak Likopen Buah Tomat. Jurnal Penelitian Sains. Jurusan
Kimia. FMIPA. Universitas Sriwijaya. Vol 22 No. 3.2020.
26
Lampiran 1. Data hasil Pengujian, Pengamatan Sidik Ragam dan Hasil DMNRT
kadar air sabun
Data hasil uji kadar air sabun
Perlakuan U1 U2 U3 Rata2
P1 (0 : 75)
0,1581
0,1645
0,1549
0,1592
P2 (5 : 70) 0,1963 0,1769 0,2149 0,1960
P3 (10 : 65) 0,2156 0,2208 0,2438 0,2267
P4 (15 : 60) 0,2495 0,2501 0,3251 0,2749
P5 (20 : 55) 0,2976 0,2507 0,2905 0,2796
Data Analisis Sidik Ragam Kadar Air Sabun
Keterangan : ** = Berpengaruh Sangat nyata
*= Berpengaruh nyata
FHitung > F Tabel maka dilakukan uji lanjut DNMRT
Hasil Uji Lanjut DNMRT Kadar Air Sabun
P 2 3 4 5
Nilai Jarak
R(5.10.0,01) 4,48 4,73 4.88 4.96
BIND 0,0631 0,0667 0,0688 0,0695
Rumus:
• Sy = √𝑲𝑻𝑮
𝒓 = √
𝟎,𝟎𝟎𝟏
𝟓 = 0,0141
Ket:
Sy = Galat baku rerata umum
KTG = Kuadrat Total Galat
r = Ulangan
• BJND = P x Sy = 4,48 x 0,0141
= 0,0631
Ket:
BJND = Beda Jarak Nyata Duncan
P = Jarak
SK Db JK KT Fhitung Ftabel 5 % Ftabel 1%
Perlakuan 4 0,032 0,008 12,687** 4,10 7,56
Galat 10 0,006 0,001
Total 14 0,038
27
Lampiran 2. Data hasil pengujian dan Pengamatan Sidik Ragam Bahan Tak
Larut dalam Etanol Sabun
Data Hasil Pengujian Bahan Tak Larut dalam Etanol
Perlakuan U1 U2 U3 Rata2
P1 (0 : 75) 0,6020 0,5761 3,8961 1,6914
P2 (5 : 70) 0,8818 0,8372 19,8372 7,1854
P3 (10 : 65) 0,9030 0,9407 13,4207 5,0881
P4 (15 : 60) 1,4365 1,1471 8,0763 3,5533
P5 (20 : 55) 1,6338 1,2824 1,3825 1,4329
Data Analisis Sidik Ragam Bahan Tak Larut dalam Etanol
SK db JK KT Fhitung Ftabel 5 % Ftabel 1%
Perlakuan 4 69,690 17,422 ,456 4,10 7,56
Galat 10 382,336 38,234
Total 14 452,026
Keterangan : ** = Berpengaruh Sangat nyata
*= Berpengaruh nyata
FHitung > F Tabel maka dilakukan uji lanjut DNMRT
28
KT
Fhitung
Ftabel 1%
Ftabel 5%
Perlakuan 4 158,023
39,506
3,904 4,10 7,56
Galat 10 101,182
10,118
Lampiran 3. Data hasil Pengujian dan Pengamatan Analisis Sidik Ragam
Asam Lemak Bebas atau Alkali Bebas
Data Hasil Pengujian Asam Lemak Bebas atau Alkali Bebas
Data Analisis Sidik Ragam Asam Lemak Bebas atau Alkali Bebas
SK db JK
Total 14 259,205
Keterangan : ** = Berpengaruh Sangat nyata
*= Berpengaruh nyata
FHitung > F Tabel maka dilakukan uji lanjut DNMRT
Perlakuan U1 U2 U3
KOH HCl KOH HCl KOH HCl
P1 (0 : 75) 15,0281 - 12,1980 - 14,9746 -
P2 (5 : 70) 16,0968 - 13,9202 - 12,2311 -
P3 (10 : 65) 8,9151 - 14,4294 - 14,4135 -
P4 (15 : 60) 14,4280 - 16,7323 - 15,5918 -
P5 (20 : 55) - 1,7365 11,1612 - 7,7971 -
29
Lampiran 4 Dokumentasi Penelitian
a. Preparasi alat b. Preparasi bahan
d. Wadah dan pencetakan sabun padat
c. Ekstrak Kernel teh
e. Proses Pencampuran
bahan
f. Campuran yang trace dan dingin
dimasukkan ke wadah cetak
Top Related