BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kenaikan harga minyak mentah dunia berimbas kepada
meningkatnya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia.
Walaupun sumber daya migas di Indonesia cukup berlimpah
namun konsekuensi Indonesia sebagai anggota OPEC
mengharuskan pemerintah untuk menaikkan harga jual minyak
ke luar negeri maupun dalam negeri. Lonjakan harga minyak
ini juga memiliki efek meningkatnya harga-harga komoditas
dalam negeri yang disebabkan kenaikan harga dasar Bahan
Bakar Minyak yang konsumsi di dalam negeri digunakan pada
sektor industri, transportasi, serta konsumsi oleh
masyarakat. Dalam petunjuk teknis penyaluran BLT tahun
2008 disebutkan bahwa Kenaikan harga dapat mengakibatkan
harga kebutuhan pokok meningkat dan bagi masyarakat
miskin dapat mengakibatkan daya beli mereka semakin
menurun, karena akan mengalami kesulitan untuk
beradaptasi dengan perkembangan harga di pasar. Warga
masyarakat miskin akan terkena dampak sosial yakni
semakin menurunnya taraf kesejahteraannya atau menjadi
semakin miskin. Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak yang
berefek pada sektor transportasi dan kenaikan harga
barang barang kebutuhan pokok dirasakan dampak sosialnya
oleh setiap lapisan masyarakat, terutama masyarakat
ekonomi lemah atau masyarakat miskin. Kemampuan daya beli
masyarakat yang semakin menurun diakibatkan oleh kenaikan
harga yang tidak berimbang dengan tingkat penghasilan
yang tetap. Hal tersebut menimbulkan tekanan bagi
Kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak) 1
masyarakat miskin, yang dikhawatirkan akan menambah
jumlah masyarakat miskin di Indonesia.
Pemerintah pada awalnya mengeluarkan kebijakan subsidi
untuk menekan harga Bahan Bakar Minyak di dalam negeri
agar tetap dapat terjangkau oleh masyarakat dan menjaga
stabilitas harga agar tingkat konsumsi masyarakat tidak
menurun. Namun dalam pelaksanaanya sendiri kebijakan
subsidi tersebut membebani APBN dan beresiko terjadinya
defisit yang harus ditanggung pemerintah. Dampak lainnya
adalah subsidi yang digunakan untuk menekan harga BBM
tersebut mengakibatkan adanya selisih antara harga di
dalam negeri dengan harga di luar negeri, dengan harga
jual di luar negeri yang lebih tinggi berdampak pada
adanya penyelundupan bahan bakar minyak ke luar negeri,
sehingga BBM di dalam negeri menjadi langka yang
menghambat berbagai kegiatan perekonomian di dalam
negeri. Dalam pelaksanaanya sendiri yang menikmati
pemberian subsidi BBM tersebut sebagian besar adalah
sektor transportasi dan industri, sementara konsumsi dari
sektor rumah tangga hanya sedikit, selain itu sektor
transportasi diantaranya kepemilikan kendaraan pribadi
dan sektor industri mayoritas dimiliki oleh golongan
masyarakat mampu, sehingga ketepatan sasaran dari
kebijakan subsidi tersebut belum dirasakan. Pemerintah
kemudian mulai mengurangi subsidi bahan bakar minyak
untuk masyarakat dengan merancang kebijakan baru berupa
Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM (PKPS-BBM).
1.2 Rumusan masalah
1. Apa saja dampak kenaikan BBM?
Kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak) 2
2. Bagaimana dampak kenaikan harga BBM terhadap inflasi
dan perekonomian Indonesia?
3. Apa Dampak Kenaikan BBM Pada Masyarakat Kecil?
4. Bagaimana pengaruh kenaikan BBM terhadap kondisi
pendidikan rakyat Indonesia?
5. Bagaimana dampak Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak
terhadap Perdagangan Saham di Bursa Efek Jakarta
(BEJ)?
6. Bagaimana cara Menyiasati Dampak Kenaikan Harga BBM?
7. Bagaimana langkah yang ditempuh pemerintah untuk
mengatasi inflasi yang disebabkan oleh kenaikan
harga BBM?
1.3 Tujuan masalah
1. dampak kenaikan BBM
2. dampak kenaikan harga BBM terhadap inflasi dan
perekonomian Indonesia
3. Dampak Kenaikan BBM Pada Masyarakat Kecil
4. pengaruh kenaikan BBM terhadap kondisi pendidikan
rakyat Indonesia
5. dampak Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak terhadap
Perdagangan Saham di Bursa Efek Jakarta (BEJ)
6. cara Menyiasati Dampak Kenaikan Harga BBM
7. langkah yang ditempuh pemerintah untuk mengatasi
inflasi yang disebabkan oleh kenaikan harga BBM
1.4 Metode Penelitian
Metode penelitian dalam paper ini menggunakan metode
study searching yang merupakan kegiatan penelusuran dan
penelaahan literatur-literatur. Metode ini diperuntukkan
untuk melakukan penelitian yang dianggap sebagai bentuk
Kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak) 3
survey dari data yang sudah ada dengan melacak informasi
dari internet.
1.5 Sistematika Penulisan
Pada paper penulis yang berjudul “Kenaikan BBM (bahan
bakar minyak)” terbagi menjadi 5 bab. Pembagian penulisan
dalam paper ini untuk memudahkan penulis dalam menyusun
hasil penelaahan terhadap permasalahan yang ada.
Kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak) 4
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Kenaikan BBM
Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang
memegang peranan sangat vital dalam semua aktifitas
ekonomi. Dampak langsung perubahan harga minyak ini
adalah perubahan-perubahan biaya operasional yang
mengakibatkan tingkat keuntungan kegiatan investasi
langsung terkoreksi. Secara sederhana tujuan investasi
adalah untuk maksimisasi kemakmuran melalui maksimisasi
keuntungan, dan investor selalu berusaha mananamkan dana
pada investasi portofolio yang efisien dan relatif aman.
Kenaikan harga BBM bukan saja memperbesar beban
masyarakat kecil pada umumnya tetapi juga bagi dunia
usaha pada khususnya. Hal ini dikarenakan terjadi
kenaikan pada pos-pos biaya produksi sehingga
meningkatkan biaya secara keseluruhan dan mengakibatkan
kenaikan harga pokok produksi yang akhirnya akan
menaikkan harga jual produk. Multiple efek dari kenaikan
BBM ini antara lain meningkatkan biaya overhead pabrik
karena naiknya biaya bahan baku, ongkos angkut ditambah
Kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak) 5
pula tuntutan dari karyawan untuk menaikkan upah yang
pada akhirnya keuntungan perusahaan menjadi semakin
kecil. Di lain pihak dengan kenaikan harga Bahan Bakar
Minyak tersebut akan memperberat beban hidup masyarakat
yang pada akhirnya akan menurunkan daya beli masyarakat
secara keseluruhan. Turunnya daya beli masyarakat
mengakibatkan tidak terserapnya semua hasil produksi
banyak perusahaan sehingga secara keseluruhan akan
menurunkan penjualan yang pada akhirnya juga akan
menurunkan laba perusahaan.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Dampak Kenaikan BBM
Dalam situasi ekonomi masyarakat yang sulit, maka
kenaikan BBM bisa kontraproduktif. Kenaikan harga BBM
akan menimbulkan kemarahan masal, sehingga
ketidakstabilan dimasyarakat akan meluas (Hamid,
Kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak) 6
2000:144). Sebagian masyarakat merasa tidak siap untuk
menerima kenaikan harga BBM. Kenaikan BBM ini merupakan
tindakan pemerintah yang beresiko tinggi. Meskipun
demikian, kenaikan harga BBM juga dapat menimbulkan
dampak yang positif.
a. Dampak Positif
Munculnya bahan bakar dan kendaraan alternative
Seiring dengan melonjaknya harga minyak dunia,
muncul berbagai bahan bakar alternatif baru. Yang
sudah di kenal oleh masyarakat luas adalah BBG
(Bahan Bakar Gas). Harga juga lebih murah
dibandingkan dengan harga BBM bersubsidi. Ada
juga bahan bakar yang terbuat dari kelapa sawit.
Tentunya bukan hal sulit untuk menciptakan bahan
bakar alternatif mengingat Indonesia adalah
Negara yang kaya akan Sumber Daya Alam. Selain
itu, akan muncul juga berbagai kendaraan
pengganti yang tidak menggunakan BBM, misalnya
saja mobil listrik, mobil yang berbahan bakar
gas, dan kendaraan lainnya.
Pembangunan nasional akan lebih pesat karena dana
APBN yang awalnya digunakan untuk memberikan
subsidi BBM, jika harga BBM naik, maka subsidi
dicabut dan dialihkan untuk digunakan dalam
pembangunan di berbagai wilayah hingga ke seluruh
daerah.
Hematnya APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara) Jika harga BBM mengalami kenaikan, maka
jumlah subsidi yang dikeluarkan oleh pemerintah
akan berkurang. Sehingga Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara dapat diminimalisasi.
Kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak) 7
Mengurangi Pencemaran Udara, Jika harga BBM
mengalami kenaikan, masyarakat akan mengurangi
pemakaian bahan bakar. Sehingga hasil pembuangan
dari bahan bakar tersebut dapat berkurang, dan
akan berpengaruh pada tingkat kebersihan udara.
b. Dampak negatif
Harga barang-barang dan jasa-jasa menjadi lebih
mahal.
Harga barang dan jasa akan mengalami kenaikan
disebabkan oleh naiknya biaya produksi sebagai
imbas dari naiknya harga bahan bakar.
Apabila harga BBM memang dinaikkan, maka akan
berdampak bagi perekonomian khususnya UMKM (usaha
mikro, kecil dan menengah)
Meningkatnya biaya produksi yang diakibatkan oleh:
misalnya harga bahan, beban transportasi dll.
Kondisi keuangan UMKM menjadi rapuh, maka rantai
perekonomian akan terputus.
Terjadi Peningkatan jumlah pengangguran.
Dengan meningkatnya biaya operasi perusahaan, maka
kemungkinan akan terjadi PHK.
Inflasi
Inflasi akan terjadi jika harga BBM menglami
kenaikan. Inflasi yang terjadi karena meningkatnya
biaya produksi suatu barang atau jasa.
3.2 Dampak Kenaikan Harga BBM Terhadap Inflasi Dan
Perekonomian Indonesia
Kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak) 8
Kenaikan harga BBM berdampak pada meningkatnya
inflasi. Dampak dari terjadinya inflasi terhadap
perekonomian nasional adalah sebagai berikut:
1. Inflasi akan mengakibatkan perubahan output dan
kesempatan kerja di masyarakat
2. Inflasi dapat mengakibatkan ketidak merataan
pendapatan dalam masyarakat,
3. Inflasi dapat menyebabkan penurunan efisiensi
ekonomi.
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif,
tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi
itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam
arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu
meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang
bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan
investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah,
yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali
(hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan
perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak
bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi
dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para
penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau
karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan
menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka
menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Sementara dampak inflasi bagi masyarakat, ada yang merasa
dirugikan dan ada juga yang diuntungkan. Golongan
masyarakat yang dirugikan adalah golongan masyarakat yang
berpenghasilan tetap, masyarakat yang menyimpan hartanya
dalam bentuk uang, dan para kreditur. Sementara golongan
masyarakat yang diuntungkan adalah kaum spekulan, para
Kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak) 9
pedagang dan industriawan, dan para debitur. Inflasi
dapat dikatakan sebagai salah satu indikator untuk
melihat stabilitas ekonomi suatu wilayah negara atau
daerah. Yang mana tingkat inflasi menunjukkan
perkembangan harga barang dan jasa secara umum yang
dihitung dari indeks harga konsumen (IHK). Dengan
demikian angka inflasi sangat mempengaruhi daya beli
masyarakat yang berpenghasilan tetap, dan disisi lain
juga mempengaruhi besarnya produksi dari suatu barang dan
jasa.
3.3 Dampak Kenaikan BBM Pada Masyarakat Kecil
Walaupun dampak kenaikan harga BBM tersebut sulit
dihitung dalam gerakan kenaikan inflasi, tetapi dapat
dirasakan dampak psikologisnya yang relatif kuat. Dampak
ini dapat menimbulkan suatu ekspektasi inflasi dari
masyarakat yang dapat mempengaruhi kenaikan harga
berbagai jenis barang/jasa. Ekspektasi inflasi ini muncul
karena pelaku pasar terutama pedagang eceran ikut
terpengaruh dengan kenaikan harga BBM dengan cara
menaikkan harga barang-barang dagangannya. Dan biasanya
kenaikan harga barang-barang kebutuhan pokok masyarakat
terjadi ketika isu kenaikan harga BBM mulai terdengar.
Perilaku kenaikan harga barang-barang kebutuhan
masyarakat setelah terjadi kenaikan harga beberapa jenis
BBM seperti premium (bensin pompa), solar, dan minyak
tanah dari waktu ke waktu relatif sama. Misalnya, dengan
naiknya premium sebagai bahan bakar transportasi akan
menyebabkan naiknya tarif angkutan. Dengan kenaikan tarif
angkutan tersebut maka akan mendorong kenaikan harga
barang-barang yang banyak menggunakan jasa transportasi
Kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak) 10
tersebut dalam distribusi barangnya ke pasar. Demikian
pula dengan harga solar yang mengalami kenaikan juga akan
menyebabkan kenaikan harga barang/jasa yang dalam proses
produksinya menggunakan solar sebagai sumber energinya.
Begitu seterusnya, efek menjalar (contagion effect)
kenaikan harga BBM terus mendongkrak biaya produksi dan
operasional seluruh jenis barang yang menggunakan BBM
sebagai salah satu input produksinya yang pada akhirnya
beban produksi tersebut dialihkan ke harga produk yang
dihasilkannya. Kenaikan harga beberapa jenis BBM ini akan
menyebabkan kenaikan harga di berbagai level harga,
seperti harga barang di tingkat produsen,
distributor/pedagang besar sampai pada akhirnya di
tingkat pedagang eceran. Gerakan kenaikan harga dari satu
level harga ke level harga berikutnya dalam suatu saluran
perdagangan (distribution channel) adakalanya memerlukan
waktu (time lag). Tetapi, yang jelas muara dari akibat
kenaikan harga BBM ini adalah konsumen akhir yang
notabene adalah berasal dari kebanyakan masyarakat
ekonomi lemah yang membutuhkan barang-barang kebutuhan
pokok sehari-hari dengan membeli barang-barang
kebutuhannya sebagian besar dari pedagang eceran. Dan
biasanya kenaikan harga di tingkat eceran (retail price) ini
lebih besar dibandingkan dengan kenaikan harga di tingkat
harga produsen (producer price) maupun di tingkat pedagang
besar (wholesale price).
Kenaikan harga beberapa jenis BBM bulan Mei 1998,
terulang kembali di bulan Juni 2001 dengan beberapa
skenario kenaikan harga beberapa jenis BBM (premium,
solar, minyak tanah). Menurut salah satu sumber di Badan
Pusat Statistik, untuk jenis barang BBM yang harganya
Kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak) 11
ditentukan pemerintah, hampir 50 persen dari pengaruh
kenaikan BBM sudah dihitung dalam penghitungan inflasi
pada bulan Juni 2001. Misalnya bensin naik dari Rp
1.150/liter menjadi Rp 1.450/liter. Karena kenaikan BBM
terjadi di bulan Juni, nilai yang digunakan dalam
penghitungan inflasi bulan Juni adalah ((1150 + 1450)/2)
= 1300 sehingga perubahan yang digunakan adalah perubahan
dari harga Rp 1.150/liter menjadi Rp 1.300/liter atau
naik 13,04 persen. Sementara untuk bulan Juli 2001,
perubahan harga yang dihitung adalah dari harga bensin Rp
1.300/liter menjadi Rp 1.450/ liter atau naik 11,54
persen. Perlakuan ini juga berlaku untuk jenis barang BBM
lainnya.
Dengan demikian, pada bulan Juli 2001, sumbangan
inflasi dari BBM (bensin, solar, dan minyak tanah) akan
mencapai 0,28 persen. Ditambah lagi sumbangan inflasi
pelumas/oli yang apabila naik 15 persen akan memberikan
sumbangan inflasi sebesar 0,05 persen. Sumbangan inflasi
dari BBM akan bertambah besar jika komponen BBM lainnya
yang tidak ditetapkan pemerintah bergerak sesuai selera
pasar. Tekanan inflasi akan semakin besar apabila
pemerintah menaikkan tarif dasar listrik rata-rata.
Dampak ini hanya sebagian kecil saja yang terjangkau
dari pandangan kita. Justru dampak tak langsung yang
merupakan hasil multiplier effect dapat menyeret tingkat
inflasi lebih tinggi lagi.
Inflasi bulan Juni 2001 sebesar 1,67 persen dan laju
inflasi dari Januari-Juni 2001 sudah mencapai 5,46
persen, dengan adanya kenaikan harga BBM sepertinya
pemerintah harus merevisi asumsi inflasi APBN tahun 2001
yang hanya berkisar 9,3 persen menjadi inflasi dua digit.
Kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak) 12
Sebab, setelah bulan Juli tahun ini, masih banyak
faktor pemicu inflasi lain seperti peristiwa SI MPR dan
faktor musiman seperti Lebaran dan Natal yang akan
mendongkrak tingkat inflasi lebih tinggi lagi.
3.4 pengaruh kenaikan BBM terhadap kondisi pendidikan
rakyat Indonesia
Dampak dari kenaikan BBM melalui kebijakan
Pemerintah yang telah diantisipasi lebih dulu selain
aspek sosial dan ekonomi juga dalam aspek politik yang
dinilai akan menjadi pemicu aksi demonstrasi dari
kalangan Mahasiswa, Lembaga Swadaya Masyarakat, bahkan
dari kalangan pengamat ekonomi dan politik di berbagai
tingkat masyarakat juga di lembaga dewan wakil rakyat.
Dalam hal ini Pemerintah telah lebih dulu memberikan
perhatiannya dengan penjelasan beserta alasan mengenai
rencana kenaikan BBM pada 1 April 2012 nanti, bahwa
kenaikan BBM ini terkait dengan situasi global tepatnya
kian memanasnya konflik politik di Timur Tengah antara
Amerika Serikat, Israel dan sekutunya terhadap Republik
Islam Iran sehingga lalu lintas perdagangan minyak
dikawasan tersebut tepatnya selat Hormuz ditutup telah
membuat harga minyak dunia naik. Pemerintah telah
mensinyalir akan adanya penolakan dari berbagai lapisan
masyarakat perihal kenaikan BBM ini dan mempersilahkan
melakukan aksi penolakan namun himbauan Pemerintah agar
tetap menjaga ketertiban dan tidak mengganggu kepentingan
umum seperti perusakan bahkan tindakan anarkis lainnya
yang dapat menciderai kehidupan demokrasi. Partai
Demokrat yang saat ini sedang menjadi partai Pemerintah
Kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak) 13
mengkhawatirkan adanya aksi unjuk rasa terkait masalah
kenaikan BBM ini akan menjadi pemicu untuk menggulingkan
dengan cara-cara inkonstitusional namun begitu berbagai
kalangan nampaknya tidak akan menggunakan isu kenaikan
BBM ini sebagai isu politik yang justru eskalasi
penolakannya akan lebih berbahaya dibandingkan isu
kenaikan BBM. Padahal seharusnya Pemerintah dapat lebih
mengedapankan opsi-opsi bagi kepentingan rakyat secara
luas sehingga tidak menimbulkan pro-kontra diberbagai
tingkatan masyarakat, karena kebutuhan hidup masyarakat
saat ini saja sudah sulit ditambah akan naiknya harga BBM
maka rakyat yang miskin akan tambah miskin dan rakyat
yang kaya akan tetap kaya. Indonesia memiliki banyak
potensi sumber daya alam yang dapat dijadikan bahan bakar
seharusnya Pemerintah fokus pada bagaimana mengembangkan
potensi sumber daya alam tersebut sehingga persediaan
energi dapat terbarukan dan dapat menyerap lapangan
pekerjaan bagi masyarakat luas. Selama ini Pemerintah
hanya fokus pada politik ditingkat pusat dengan isu
demokrasi berkeadilan tetapi selama itu pula proses hukum
di negeri ini banyak yang terabaikan dan pembangunan
infrastruktur yang tidak optimal. Seolah kebijakan yang
dibuat hanya untuk formalitas sebagai pembuat kebijakan
yang hasil akhirnya justru soal berapa banyak perolehan
hasil pemilu mendatang untuk mempertahankan suara
pemilihan atau mungkin juga soal kebijakan ekonomi yang
pro kepada pihak asing sehingga aspek sosial dan ekonomi
rakyat menjadi terabaikan, terakhir ini terkait isu paham
neo-liberal yang telah banyak mendapat sorotan dari
berbagai pihak sebagai kapitalisme gaya baru dengan pasar
bebasnya yang masih tetap mengabaikan kemiskinan dan
Kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak) 14
pengangguran juga krisis ekonomi yang hanya dinilai
sebagai komplemen dalam paham ekonomi kapitalisme.
Aspek hukum yang saat ini menjadi kontroversi
mengenai soal Peraturan Mahkamah Agung (Perma) No 2 Tahun
2012 tentang Penyelesaian Batasan Tindak Pidana Ringan
(Tipiring) dan Jumlah Denda dalam KUHP khususnya kenaikan
nilai denda yang tercantum dalam Pasal 364 (pencurian
ringan), 373 (penipuan ringan), 379 (penggelapan ringan),
384, 407, dan 482 KUHP yakni sebesar Rp250 menjadi Rp2,5
juta atau mengalami kenaikan sebesar 10.000 kali lipat.
Tetapi ini tidak terkait dengan perihal kenaikan BBM
namun cukup menjadi perhatian di kalangan praktisi hukum
yang menilai Perma ini terlalu terburu-buru sehingga
dikuatirkan akan menimbulkan masalah baru. Selain hal
diatas, pemerintah juga dapat melakukan perbaikan-
perbaikan seperti:
Pertama memperbaiki fasilitas transportasi umum.
Mayoritas masyarakat Indonesia menggunakan kendaraan
pribadi dalam melaksanakan aktivitasnya. Hal ini tak
pelak mengakibatkan konsumsi BBM melonjak. Pengurangan
penggunaan kendaraan pribadi akan mengurangi konsumsi BBM
secara signifikan. Namun, sayangnya hingga saat ini tidak
ada transportasi umum yang cukup nyaman sehingga
masyarakat beralih ke kendaraan pribadi. Mudahnya
memperoleh kendaraan dan pajak barah mewah yang murah
menjadikan para pejabat atau masyarakat menengah ke atas
untuk memiliki kendaraan pribadi. Perlunya pengaturan
kendaraan pribadi seperti di Jepang dapat mengurangi
pemakaian BBM dan sarana angkutan umum dapat menjadi
pilihan masyarakat.
Kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak) 15
Kedua Pemerintah harus melakukan efisiensi pada
berbagai lini/pos pengguna APBN terutama biaya
operasional dan belanja negara serta sarana prasarana
pejabat yang dinilai terlalu mewah.
Ketiga menekan penguasaan migas oleh asing dan
mengembalikannya ke dalam pengelolaan negara sesuai
dengan amanatkan pasal 3 ayat (3) UUD 1945. Saat ini
pihak asing sudah mengendalikan produksi dan penjualan
minyak dari hulu hingga hilir, setidaknya 89% migas
dikuasai oleh asing (Tribun Jabar, 24/3/2012). Kondisi
ini diperparah dengan izin pengelolaan sumur-sumur minyak
seperti Blok cepu yang dikendalikan oleh Exxon Mobil
selama 30 tahun kedepan. Begitu juga sumur minyak yang
tersebar di tanah air hampir semuanya dikendalikan oleh
asing. Walupun dulu mantan Dirut Pertamina Wydia Purnama
pernah menentang kepemilikan asing dan mengatakan
pertamina sanggup untuk mengelolanya namun naluri
pemerintah untuk menggadaikan asset negara ini pada asing
semakin kuat alhasil Wydia Purnama “disingkirkan” dari
posisinya karena dinilai tidak mendukung kebijakan
pemerintah. Jika minyak bumi dikelola oleh BUMN maka
keuntungan akan lebih dirasakan oleh masyarakat.
Pengelolaan yang dominan oleh asing menandakan negara
gagal dalam memanfaatkan SDA yang ada. Kenaikan harga BMM
jelas tidak mensejahterakan rakyat, seharusnya pemerintah
memikirkan solusi cerdas seperti negara penghasil minyak
lainnya yang mengelola minyaknya dengan baik dan
menjualnya lebih murah di dalam negeri. Sebut saja harga
bensin di Arab Saudi Rp 1.068,Bahrain Rp 2.403, Kuwait
Rp 1.689, Iran Rp 979, Mesir Rp 2.848, Nigeria Rp 890,
Qatar Rp. 1.958, Turmekistan Rp 750, bahkan Venezuela
Kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak) 16
menjual hanya Rp 495. Bayangkan negara penghasil minyak
sendiri tapi harga BBM melambung tidak sesuai dengan
ekonomi masyarakat, Keempat hal penting yang perlu
dilakukan pemerintah adalah mengoptimalkan upaya
pemberantasan KKN. Praktek KKN sudah menjadi penyakit
yang akut. Survei TII tahun 2011 menempatkan Indonesia
negara terkorup ke 4 di dunia. Sungguh prestasi yang
menyakitkan, oleh karena itu sudah saatnya hukuman mati
dan pemiskinan bagi koruptor tanpa tanpa tebang pilih.
Jika KKN di negeri yang kaya akan SDA ini teratasi
penulis yakin masyakat akan sejahtera dan tidak akan ada
gelombang penolakan terhadap kebijakan pemerintah.
3.5 Dampak Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak Terhadap
Perdagangan Saham Di Bursa Efek Jakarta (BEJ)
Harga adalah nilai pertukaran atas manfaat produk
(bagi konsumen maupun bagi produsen) yang umumnya
dinyatakan dalam satuan moneter (rupiah, dollar,
yen,rupee, dan sebagainya). fungsi harga:
1. Sumber pendapatan dan atau keuntungan perusahaan
untuk pencapaian tujuan produsen
2. pengendalian tingkat permintaan dan penawaran
3. mempengaruhi program pemasaran dan fungsi-fungsi
bisnis lainnya bagi perusahaan
4. mempengaruhi perilaku konsumsi dan pendapatan
masyarakat
faktor penentu harga penentuan harga dipengaruhi oleh
faktor internal dan eksternal
faktor internal meliputi:
Kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak) 17
1. tujuan pemasaran
2. strategi marketing-mix
3. organisasi
faktor eksternal meliputi:
1. elastisitas permintaan dan kondisi persaingan pasar
2. harga pesaing dan reaksi pesaing terhadap perubahan
harga
3. lingkungan eksternal yang lain lingkungan mikro dan
lingkungan makro
Tujuan harga
1. perusahaan yang empertimbangkan biaya akan bertujuan
untuk mengendalikan keuntungan atau sekedar hanya
menutup biaya
2. perusahaan yang mempertimbangkan permintaan pasar
akan bertujuan untuk mengendalikan (memperluas
maupun hanya untuk mempertahankan) penjualan atau
market-share
3. perusahaan yang mempertimbangkan persaingan harga
akan bertujuan untuk mengendalikan (mengatasi atau
menghindari) persaingan
Sebagai contoh, Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan
komoditas yang memegang peranan sangat vital dalam semua
aktifitas ekonomi. Dampak langsung perubahan harga minyak
ini adalah perubahan-perubahan biaya operasional yang
mengakibatkan tingkat keuntungan kegiatan investasi
langsung terkoreksi. Secara sederhana tujuan investasi
adalah untuk maksimisasi kemakmuran melalui maksimisasi
Kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak) 18
keuntungan, dan investor selalu berusaha mananamkan dana
pada investasi portofolio yang efisien dan relatif aman.
Kenaikan harga BBM bukan saja memperbesar beban
masyarakat kecil pada umumnya tetapi juga bagi dunia
usaha pada khususnya. Hal ini dikarenakan terjadi
kenaikan pada pos-pos biaya produksi sehingga
meningkatkan biaya secara keseluruhan dan mengakibatkan
kenaikan harga pokok produksi yang akhirnya akan
menaikkan harga jual produk. Multiple efek dari kenaikan
BBM ini antara lain meningkatkan biaya overhead pabrik
karena naiknya biaya bahan baku, ongkos angkut ditambah
pula tuntutan dari karyawan untuk menaikkan upah yang
pada akhirnya keuntungan perusahaan menjadi semakin
kecil. Di lain pihak dengan kenaikan harga Bahan Bakar
Minyak tersebut akan memperberat beban hidup masyakarat
yang pada akhirnya akan menurunkan daya beli masyarakat
secara keseluruhan. Turunnya daya beli masyarakat
mengakibatkan tidak terserapnya semua hasil produksi
banyak perusahaan sehingga secara keseluruhan akan
menurunkan penjualan yang pada akhirnya juga akan
menurunkan laba perusahaan.
Gejolak harga minyak dunia sebenarnya sudah mulai
terlihat sejak tahun 2000. Tiga tahun berikutnya harga
terus naik seiring dengan menurunnya kapasitas cadangan.
Ada sejumlah faktor penyebab terjadinya gejolak ini,
salah satunya adalah persepsi terhadap rendahnya
kapasitas cadangan harga minyak yang ada saat ini, yang
kedua adalah naiknya permintaan (demand) dan di sisi lain
terdapat kekhawatiran atas ketidak mampuan negara-negara
produsen untuk meningkatkan produksi, sedangkan masalah
tingkat utilisasi kilang di beberapa negara dan menurunnya
Kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak) 19
persediaan bensin di Amerika Serikat juga turut
berpengaruh terhadap posisi harga minyak yang terus
meninggi, (Republika Online, Selasa 28 Juni 2005).
Hal ini kemudian direspon oleh pemerintah di
beberapa negara di dunia dengan menaikkan harga BBM.
Demikian juga dengan Indonesia, DPR akhirnya menyetujui
rencana pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar
minyak pada hari Selasa 27 September 2005 sebesar minimal
50 %. Kebijakan kenaikan harga BBM dengan angka yang
menakjubkan ini tentu saja menimbulkan dampak yang
signifikan terhadap perekonomian sehingga kebijakan ini
menimbulkan banyak protes dari berbagai kalangan.
Keputusan pemerintah menaikkan harga bensin, solar, dan
minyak tanah sejak 1 Oktober 2005 akibat kenaikan harga
minyak mentah dunia hingga lebih dari 60 Dolar AS per
barel dan terbatasnya keuangan pemerintah ini direspon
oleh pasar dengan naiknya harga barang kebutuhan
masyarakat yang lain. Biaya produksi menjadi tinggi,
harga barang kebutuhan masyarakat semakin mahal sehingga
daya beli masyarakat semakin menurun. Secara makro
cadangan devisa negara banyak dihabiskan oleh Pertamina
untuk mengimpor minyak mentah. Tingginya permintaan valas
Pertamina ini, juga menjadi salah satu penyebab
terdepresinya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS
(Metrotvnews.com, 28 September 2005). Terjadinya hubungan
timbal balik antara naiknya biaya produksi dan turunnya
daya beli masyarakat berarti memperlemah perputaran roda
ekonomi secara keseluruhan di Indonesia. Kondisi ini
dapat mempengaruhi iklim investasi secara keseluruhan
baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam
jangka pendek naiknya harga BBM tersebut disikapi oleh
Kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak) 20
pelaku pasar, khususnya pelaku pasar modal sebagai pusat
perputaran dan indikator investasi.
Kontroversi kenaikan harga minyak ini bermula dari
tujuan pemerintah untuk menyeimbangkan biaya ekonomi dari
BBM dengan perekonomian global. Meskipun perekonomian
Indonesia masih terseok mengikuti perkembangan
perekonomian dunia, akhirnya kebijakan kenaikan BBM tetap
dilaksanakan mulai tanggal 1 Oktober 2005. Akibatnya,
perilaku investasi di Indonesia sangat memungkinkan
mengalami perubahan. Setiap peristiwa berskala nasional
apalagi yang terkait langsung dengan permasalahan ekonomi
dan bisnis menimbulkan reaksi para pelaku pasar yang
dapat berupa respon positif atau respon negatif
tergantung pada apakah peristiwa tersebut memberikan
stimulus positif atau negatif teradap iklim investasi.
Berdasarkan pada argumentasi di atas, maka dimungkinkan
akan terjadi reaksi negatif para pelaku pasar modal
setelah pengumuman tersebut. Tetapi jika yang terjadi
sebaliknya bahwa kenaikan harga BBM ini direaksi positif
oleh pelaku pasar, maka kesimpulan sederhana dari dampak
peristiwa pengumuman tersebut adalah bahwa naiknya harga
BBM memberikan stimulus positif pada perekonomian
Indonesia. Dengan berkembangnya kontroversi pro dan
kontra terhadap kenaikan harga BBM tersebut, penelitian
ini berusaha mengetahui dampak langsung peristiwa
kenaikan BBM terhadap aktifitas perdagangan saham pada
pasar modal Indonesia. Dengan penelitian ini diharapkan
dapat diketahui reaksi atau respon dan perilaku pelaku
pasar modal terhadap sebuah peristiwa ekonomi dan
dampaknya terhadap iklim investasi secara keseluruhan di
Indonesia. Dengan mengetahui perilaku para pelaku pasar
Kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak) 21
modal akan dapat diramalkan tanggapan dan reaksi pasar
terhadap suatu peristiwa ekonomi dan bisnis di masa yang
akan datang.
Pada hakekatnya investor dalam melakukan investasi
akan berusaha menanamkan modalnya pada saham perusahaan
yang mampu memberikan return atau keuntungan yang bisa
berupa dividen dan atau capital gain. Dengan return ini akan
tercapai tujuan pokok dari investasi yaitu maksimisasi
kemakmuran dengan peningkatan kekayaan. Oleh karena itu,
perusahaan selalu berusaha memberikan informasi atau
sinyal tingkat pengembalian sebagaimana yang diharapkan
investor (return saham) yang berupa capital gain dan dividen
tersebut. Perusahaan selalu berusaha menjadikan sahamnya
menjadi menarik bagi investor dengan berbagai kebijakan
teknis maupun politis.
Tujuan investor dalam berinvestasi adalah
memaksimalkan return, tanpa melupakan faktor risiko
investasi yang harus dicapainya. Return merupakan salah
satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan
juga merupakan keberanian investor menanggung risiko atas
investasi yang dilakukannya. Berbagai peristiwa ataupun
kebijakan yang dilakukan pemerintah mempunyai dampak
terhadap perekonomian dan iklim investasi, jika
peristiwa-peristiwa tersebut mengakibatkan perubahan
return saham. Jika suatu peristiwa mengakibatkan
meningkatnya return saham, berarti peristiwa tersebut
direspon positif oleh para pelaku ekonomi atau pelaku
pasar, sehingga suatu kebijakan pemerintah menjadi
efektif manakala kebijakan tersebut direspon positif oleh
investor. Sebaliknya kebijakan tersebut menjadi tidak
Kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak) 22
efektif jika kebijakan tersebut direspon negatif oleh
investor.
Dengan dasar penelitian-penelitian tersebut,
penelitian ini dapat disebut sebagai event study replication
untuk mendeteksi reaksi pasar dengan menganalisis
aktivitas perdagangan saham di sekitar peristiwa
pengumuman berlakunya kenaikan harga BBM. Penggunaan
return saham dan volume perdagangan saham untuk mengetahui
perilaku investor karena return dan volume perdagangan
saham relatif lebih sensitif untuk mendeteksi reaksi atau
perilaku investor terhadap adanya peristiwa. Return saham
menunjukkan keuntungan riil dari sebuah investasi saham
dan volume perdagangan saham merupakan aktifitas atau
perilaku riil yang dilakukan investor sebagai respon
adanya suatu peristiwa.
3.6 Menyiasati Dampak Kenaikan Harga BBM
Harga BBM akhirnya dinaikkan oleh pemerintah. Saya
termasuk yang setuju dengan kenaikan harga BBM tersebut
karena berbagai alasan. Pertama, selama ini subsidi BBM
salah sasaran. Subsidi BBM selama ini dinikmati oleh:
pemilik mobil pribadi sebesar 53 persen dan yang untuk
sepeda motor 47 persen; masyarakat di Jawa dan Bali 59
persen dan luar jawa sebesar 41 persen; angkutan darat
89 persen dan lainnya hanya 11persen; dan 25 persen
masyarakat berpenghasilan tinggi menikmati 77 persen
subsidi BBM dibandingkan 25 persen berpenghasilan rendah
yang hanya menikmati 15 persen subsidi. Kedua, subsidi
BBM dari tahun ke tahun terus membengkak sehingga
pengeluaran untuk sektor-sektor yang lain yang lebih
Kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak) 23
strategis dikalahkan. Satu-satunya cara untuk mengurangi
besarnya subsidi tersebut adalah dengan mengurangi
besarnya subsidi sebab mengurangi konsumsi BBM hampir
tidak mungkin lagi. Ketiga, BBM bersubsidi yang murah
ternyata juga rawan terhadap penyelundupan. Harga BBM di
Indonesia paling murah di antara negara-negara dunia
bahkan yang tingkat pendapatan nasionalnya jauh lebih
rendah dari Indonesia misalnya Kamboja dan Laos.
Kenaikan harga BBM tersebut tentu berdampak baik
bagi perusahaan maupun konsumen. Bagi perusahaan yang
jelas dampak kenaikan harga BBM adalah kenaikan biaya
produksi dan kemungkinan menurunnya daya beli konsumen
bagi produk dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan.
Sedangkan bagi konsumen dampak yang dirasakan adalah
menurunnya daya beli akibat pendapatan yang diterima
tetap tetapi harga produk dan jasa yang dibeli mengalami
kenaikan.
Kiat Bagi Perusahaan
Untuk mengatasi dampak kenaikan harga BBM bagi
perusahaan ada beberapa kiat yang bisa dilakukan.
Beberapa kiat mungkin sudah pernah dilakukan oleh
perusahaan ketika menghadapi Krisis Ekonomi Tahun 1997.
Pertama, perusahaan bisa menyesuaikan desain, kemasan,
dan harga produknya agar masih bisa terbeli oleh
konsumen. Ketika terjadi Krisis Ekonomi tahun 1997, saya
mengamati perusahaan melakukan kiat ini untuk menjaga
agar roda perusahaan tetap bisa berputar. Waktu itu
banyak perusahaan melakukan penyesuaian desain, kemasan,
dan harga produknya dengan cara membuat kemasan-kemasan
Kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak) 24
kecil dalam bentuk sachet misalnya untuk produk sampo,
sabun cuci, kopi, danlain-lain. Dengan memperkecil
kemasan maka harganya lebihmurah dan produk tersebut bisa
dijangkau oleh konsumen yang waktu itu pendapatannya
sedang menurun. Hal yang sama bisa dilakukan oleh
perusahaan menghadapi dampak kenaikan harga BBM sekarang
ini. Kedua, perusahaan dapat mengurangi pengeluaran-
pengeluaran yang bisa ditekan sehingga bisa menekan biaya
produk sehingga harga produk tidak perlu dinaikkan.
Misalnya saja menekan pengeluaran untuk listrik dan
telepon. Penghematan listrik bisa dilakukan misalnya
dengan cara mematikan AC ruangan yang tak terpakai atau
alat-alat elektronik misal komputer yang tidak digunakan.
Beberapa perusahaan, akhir-akhir ini juga sudah
mengurangi pemakaian kertas untuk menjadi perusahaan
tanpa kertas (paperless company). Perusahaan atau kantor
tanpa kertas mempunyai tujuan di samping untuk
penghematan juga untuk ikut menjaga kelestarian
lingkungan hidup. Gerakan tersebut bisa ikut menjaga
kelestarian lingkungan hidup karena dengan menghemat
pemakaian kertas maka ikut menjaga kelestarian hutan
karena bahan baku kertas diperoleh dari kayu di hutan-
hutan. Prateknya misalnya dengan memberi instruksi
kepada karyawan tidak memakai surat dalam bentuk hard copy
tetapi dengan lewat surat elektronik atau email masing-
masing karyawan. Sekarang ini banyak perangkat Handphone
maupun Gadget yang lain yang murah harganya dan mempunyai
fitur lengkap sehingga bisa digunakan untuk mengirim dan
menerima email. Sedangkan untuk menghemat pengeluaran
untuk membayar telepon, perusahaan bisa menggunakan
sistem yang memabtasi penggunaan telepon oleh karyawan.
Kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak) 25
Ketiga, perusahaan bisa menjual asset-asset perusahaan
yang tidak atau kurang produktif yang selama ini justru
membebani perusahaan karena harus menngeluarkan dana
untuk asset yang kurang produktif tersebut. Misalnya
saja: mobil perusahaan yang sudah tua dan jarang dipakai
yang membutuhkan biaya pearwatan dan biaya-biaya lain
misal untuk pembayaran pajak yang besar. Keempat,
perusahaan bisa saja menaikkan harga tetapi konsumen
harus diyakinkan bahwa mutu produk maupun pelayanan yang
lain (misal pelayanan purna jual) juga ditingkatkan.
Kelima, langkah jangka panjang yang juga harus dipikirkan
oleh perusahaan adalah dengan menciptakan konsumen yang
loyal. Artinya konsumen yang loyal adalah tidak mudah
berpindah ke produk yang diproduksi atau dijual oleh
perusahaan lain bahkan jika harga produk naik. Loyalitas
konsumen tersebut bisa diciptakan dengan berbagai cara
misalnya dengan iklan dan pelayanan yang baik.
Hanya satu hal yang tidak boleh dilakukan oleh
perusahaan yaitu melakukan PHK terhadapburuh atau
karyawan meskipun langkah ini yang paling mudah dan
sering dilakaukan oleh perusahaan. Alasannya adalah PHK
adalah langkah yang tidak manusiawi dan nantinya akan
menciptakan instabilitas sosial dan politik yang pada
akhirnya akan memukul balik perusahaan karena lingkungan
usahanya tidak aman.
Bagi Konsumen
Sedangkan bagi konsumen ada beberapa kiat sederhana untuk
menghadapi dampak kenaikan harga BBM. Pertama, konsumen
bisa melakukan penggantian (substitusi) barang dengan
Kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak) 26
barang yang serupa yang harganya lebih murah. Seringkali
ditemui di pasar banyak barang yang sejenis dengan
kualitas yang sama tetapi harga satu barang lebih mahal
dibanding dengan barang yang lain hanya karena barang
yang lebih mahal tersebut menang dalam merk. Kedua,
konsumen hendaknya menahan diri terhadap iklan dan
promosi dalam bentuk lainnya yang tujuannya untuk
merangsang konsumen berbelanja sebanyak-banyaknya dan
membeli barang yang semula tidak direncanakan untuk
membeli sebelumnya. Iklan dan promosi semacam itu
sebentar lagi juga akan terjadi di bulan puasa dan juga
menjelang Hari Raya Idul Fitri. Maka jika akan
berbelanja hendaknya konsumen mencatat apa-apa yang
memang akan dibelinya jika hendak berbelanja. Ketiga,
konsumen hendaknya melakukan penghematan terhadap
pengeluaran rumahtangga misalnya untuk listrik dan
telepon. Penghematan listrik ini bisa dilakukan dalam
beberapa cara seperti yang sudajh banyak diulas. Pada
siang hari jika listrik tidak dipakai maka listrik bisa
dimatikan. Jika Televisi tidak dilihat maka jangan
dibiarkan menyala. Jika konsumen mencuci menggunakan
mesin cuci maka tunggulah sampai berat cucian maksimum
sesuai kapasitas mesin cuci. Jangan mencuci menggunakan
mesin cuci ketika jumlah atau berat pakaian masih di
bawah kapasitas maksimum mesin cuci karena hal tersebut
akan memboroskan listrik. Sedangkan untuk menghemat
pengeluaran telepon,konsumen bisa menggunakan layanan
pesan singkat (Short Message Service atau SMS) yang jauh
lebih murah dibandingkan menggunakan telepon. Telepon
hanya digunakan jika ada keperluan yang sangat penting.
Kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak) 27
3.7 langkah yang ditempuh pemerintah untuk mengatasi
inflasi yang disebabkan oleh kenaikan harga BBM
Beberapa kebijakan yang dapat diambil pemerintah untuk
mengatasi terjadinya inflasi adalah sebagai berikut:
a. Kebijakan Moneter
1. Politik Diskonto
Untuk mengatasi terjadinya inflasi, maka bank sentral
harus mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara
bank sentral akan menaikan tingkat suku bunga pinjaman
kepada bank umum. Kebijakan ini juga disebut dengan
Rediscount Policy atau kebijakan suku bunga.
2. Politik Pasar Terbuka (Open Market Policy)
Dalam politik pasar terbuka, bank sentral akan menjual
(jika terjadi inflasi) atau membeli (jika terjadi
deflasi) surat-surat berharga kepada masyarakat, sehingga
ada arus uang yang masuk dari masyarakat ke bank sentral.
3. Menaikan Cash Ratio (Persediaan Kas)
Cash Ratio merupakan perbandingan antara kekayaan
suatu bank dengan kewajiban yang harus dibayarkan. Untuk
mengatasi inflasi, bank sentral akan menaikan cadangan
kas bank-bank umum sehingga jumlah uang yang bisa
diedarkan oleh bank umum kepada masyarakat akan
berkurang.
4. Kebijakan Kredit Selektif (Selective Credit Control)
Untuk mengatasi inflasi atau mengurangi jumlah uang
yang beredar di masyarakat, maka diambil kebijakan
memperketat kredit atau pinjaman bagi masyarakat.
5. Margin Requirements
Kebijakan ini digunakan untuk membatasi penggunaan
untuk tujuan-tujuan pembelian surat berharga.
Kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak) 28
b. Kebijakan Fiskal
Dalam kebijakan fiskal, untuk mengatasi inflasi
pemerintah harus mengatur penerimaan dan pengeluaran yang
dilakukan pemerintah. Dalam hal penerimaan, pemerintah
bisa menaikan tarif pajak, sehingga jumlah penerimaan
pemerintah meningkat. Kebijakan yang kedua adalah
Expenditure Reducing, yakni mengurangi pengeluaran yang
konsumtif, sehingga akan mempengaruhi terhadap permintaan
(Demand Full Inflation).
BAB IV
PENYAJIAN DATA DAN PEMECAHAN MASALAH
4.1 Penyajian data
Sepertinya rakyat harus menarik napas dalam-dalam
menahan impitan kenaikan harga-harga kebutuhan pokok yang
tinggi setelah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM)
per 15 Juni 2001. Kenaikan BBM ini telah menggenjot
tingkat inflasi bulan Juni 2001 menjadi 1,67 persen.
Dampak ini masih terasa sampai bulan Juli 2001 yang akan
memberikan sumbangan inflasi antara 0,3-1 persen. Efek
domino yang ditimbulkan pun masih menjadi pemicu kenaikan
harga lainnya. Diperkirakan inflasi tahun ini tembus dua
digit. Kebijakan kenaikan harga BBM per 15 Juni 2001,
menjadi pemicu kenaikan harga-harga kebutuhan pokok
lainnya. Contoh, penjual sayur-sayuran, menaikkan harga
sayur-sayurannya lantaran ongkos transpornya dan harga
sayur-sayuran dari petani sayur sudah naik. Begitu juga,
penyedia jasa angkutan, secara serentak menaikkan ongkos
transpor lantaran BBM yang digunakan sehari-harinya naik,
Kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak) 29
bahkan kenaikannya melebihi dari kenaikan BBM itu
sendiri.
Penjual pakaian di pasar-pasar juga ikut menaikkan
harga dagangannya dengan alasan harga pakaian dari
industri pakaiannya sudah naik. Tak kalah serunya
industri pakaian ini juga secara otomatis menaikkan harga
produknya karena biaya produksi naik lantaran ada
sebagian kegiatan produksinya menggunakan BBM dalam
jumlah besar. Belum lagi nanti kalau tarif listrik naik
lantaran PLN dalam memproduksi listriknya juga
menggunakan sebagian BBM.
Seluruh fenomena ini merupakan salah satu contoh
akibat “air bah” pemicu inflasi yang merupakan multiplier
effect dari kenaikan BBM, karena BBM merupakan salah satu
komponen strategis dalam menggerakkan roda ekonomi
seluruh aktivitas perekonomian di negara ini.
Pada awalnya pengurangan subsidi BBM ini dimaksudkan
untuk menciptakan keadilan dalam pemberian subsidi untuk
seluruh lapisan masyarakat karena selama ini pemberian
subsidi BBM hanya menguntungkan masyarakat lapisan
ekonomi kuat. Tetapi, pada akhirnya akibat kebijakan
pengurangan subsidi BBM tersebut, yang menanggung
kenaikan harga BBM adalah masyarakat lapisan bawah.
Program kompensasi yang dijanjikan pemerintah untuk
membantu masyarakat ekonomi lemah akibat kenaikan BBM
yang dimulai sejak bulan April 2000 tidak mengenai
sasaran pada masyarakat yang membutuhkan. Bahkan program
ini telah dilansir media massa hanya merupakan proyek
bagi-bagi uang yang tidak sampai ke sasarannya. Kurangnya
perencanaan dan pengawasan penyaluran dana kompensasi
Kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak) 30
merupakan salah satu penyebab tidak berhasilnya program
tersebut.
Pemerintah selama tahun 2000 – 2001 telah menaikkan
harga BBM sampai tiga kali. Kenaikan harga BBM terakhir
terjadi pada tanggal 15 Juni 2001, seperti kenaikan harga
premium dari harga Rp 1.150/liter di bulan April 2000
menjadi Rp 1.450/liter di bulan Juni (naik 26,1 persen),
harga solar dari Rp 600/liter menjadi Rp 900/liter (naik
50 persen), harga minyak tanah dari Rp 350/liter menjadi
Rp 400/ liter (naik 14,29 persen), minyak diesel dari Rp
550/liter menjadi Rp 1.200/liter (naik 118,18 persen),
dan minyak bakar dari Rp 400/liter menjadi Rp 900/liter
(naik 125 persen).
Kenaikan BBM tersebut cukup memberatkan masyarakat
lapisan bawah karena dapat menimbulkan multiplier effect,
mendorong kenaikan harga jenis barang lainnya yang dalam
proses produksi maupun distribusinya menggunakan BBM.
Contoh dampak kenaikan harga BBM pada bulan April
1998 tersebut terhadap inflasi masih terasa sampai bulan
Juli 1998 dengan rata-rata inflasi setiap bulannya
sebesar 6,77 persen.
Inflasi bulan Mei 1998 mencapai 5,24 persen dan pada
bulan tersebut seluruh kelompok pengeluaran konsumsi
mengalami kenaikan indeks. Kelompok pengeluaran bahan
makanan mengalami kenaikan indeks sebesar 3,90 persen;
kelompok pengeluaran makanan jadi, minuman, rokok dan
tembakau 4,00 persen; kelompok pengeluaran perumahan 4,14
persen; kelompok pengeluaran sandang 4,53 persen;
kelompok pengeluaran kesehatan 2,40 persen; kelompok
pendidikan, rekreasi dan olahraga 1,41 persen; dan
Kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak) 31
kelompok pengeluaran transportasi dan komunikasi 17,25
persen.
Tekanan inflasi masih dirasakan di bulan Juni 1998,
mencapai angka 4,64 persen, dan pada bulan tersebut
seluruh kelompok pengeluaran konsumsi juga mengalami
kenaikan indeks. Hal ini masih terjadi pula pada tingkat
inflasi bulan Juli, yaitu sebesar 8,56 persen.
Angka inflasi sebesar 8,56 persen merupakan angka
inflasi yang sangat tinggi karena angka inflasi satu
persen saja sudah merupakan cerminan dari gelombang “air
bah” dari kenaikan beberapa jenis barang yang hampir
terjadi di seluruh kota yang dihitung angka inflasinya.
Berdasarkan pola kenaikan jenis barang selama ini,
angka inflasi satu persen saja biasanya berasal dari
kenaikan harga lebih dari 15 jenis barang yang terjadi
serentak di hampir seluruh kota sampel penghitungan
Indeks Harga Konsumen (IHK).
Jenis barang yang sering mengalami fluktuasi harga
biasanya berasal dari kelompok bahan makanan seperti
beras, daging ayam ras, ikan segar, telur, tomat sayur,
minyak goreng, dan cabai rawit. Ditambah juga dari
kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau
seperti rokok, mi kering instan, nasi lauk, ayam goreng,
kue kering, dan berbagai jenis minuman. Semua itu
biasanya ikut mewarnai angka inflasi sebesar satu persen
di samping kelompok jenis barang lainnya.
4.2 Pemecahan Masalah
1. Dari sisi pelanggan
Daya beli pasti turun. Tapi ini sejenak, mungkin cuma
2 bulan. Karena pelanggan Indonesia tidak tahan untuk
Kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak) 32
tidak membeli. Yang pasti terjadi pergeseran sementara,
mungkin pelanggan kelas menengah mencari produk lebih
murah namun kualitas masih bagus, tetapi pelanggan kelas
bawah mencari yang paling murah. Pelanggan kelas atas
yang tidak terpengaruh.
Pelanggan sedang sensitif harga, jadi maunya harga
diskon terus. Jangan kaget, sebentar lagi banyak Promo
“Harga Diskon”, “Beli 2 Gratis 1”, “Cuci Gudang”, “Harga
Tidak Naik”. Psikologisnya selalu ingin mendapatkan harga
termurah. Makanya biasanya banyak yang membuang barang
lama dengan event diskon. Atau melabel dengan harga baru
lalu di-diskon.
Pelanggan tetap maunya barang bagus, desain OK, model
terbaru, tetapi harga maunya murah. Nah, produsen
biasanya pandai mensiasasti situasi ini. Kita sebagai
pedagang eceran, pasti masih punya peluang besar
mendapatkan model-model terbaru dengan harga terjangkau.
Tidak ada toko yang tidak menaikkan harga, sehingga
pelanggan pasti akan mendapatkan harga naik pada semua
pedagang eceran. Artinya, potensi pelanggan pindah toko
juga kecil. Jadi jangan takut kehilangan pelanggan.
Membuat hati pelanggan lebih nyaman membeli dari kita
lebih penting saat ini.
Saatnya menambah produk yang terjangkau. Ini hanya
sebagai pancingan saja, supaya pelanggan merasa dapat
membeli produk di toko kita. Padahal setelah melihat
produk murah, biasanya tidak puas dengan kualitas
produknya, ujung-ujungnya masih ingin beli yang agak
mahal tapi bagus.
Yang kasihan adalah pelanggan yang memang benar-benar
tidak mampu beli. Namun biasanya masih tetap ada peluang
Kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak) 33
beli dengan terpaksa, yaitu pas lebaran. Untuk itu,
penjual wajib menyediakan barang-barang lama atau yang
tidak laku dengan harga super murah.
2. Dari sisi produsen
Dari sisi produsen, yang pasti produksi tidak mungkin
tutup. Produsen otomatis juga tidak langsung menaikkan
harga, apalagi mempunyai stok lama bahan produksi.
Produsen juga takut menaikkan harga, takut produksinya
tidak terserap pasar. Jadi tidak mungkin semena-mena
menaikkan harga.
Produsen pasti makin kreatif, mencoba memberikan
nilai tambah produk dari aspek yang tidak menjadikan
harga naik, seperti aspek desain, model dan aplikasi yang
menarik. Karena mereka tahu, sebisa mungkin masih harus
menyajikan produk yang terjangkau.
Produsen juga hati-hati dalam mengkomunikasikan harga
ke pengecer. Produsen juga ingin membangun pengertian
bersama, bahwa produsen dan pengecer harus bisa saling
memahami dampak kenaikan harga.
Demikian juga pedagang bahan produksi, selama harga
pabrik tidak naik, harga bahan juga cenderung tetap.
Kalaupun naik pasti perlahan dan bertahap. Sektor hulu
cenderung menaikkan harga bertahap.
3. Dari sisi makro
Dampak kenaikan harga BBM adalah berantai. Semua kena
dampaknya. Kenaikan harga terjadi di semua komoditas.
Namun semua juga sedang menuju keseimbangan baru. Karena
pada dasarkan ekonomi tidak akan berhenti. Inflasi juga
pasti terjadi. Semua hanya ganti harga saja, namun akan
ada shock, dan butuh waktu untuk pulih.
Kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak) 34
Namun ada sedikit penggembira, jika naik bulan Juni,
pedagang bisa agak sedikit tidak perlu khawatir, karena
bulan Juli - Desember adalah bulan belanja pemerintah.
Artinya, ekonomi sudah pasti berjalan. Ingat, pertumbuhan
ekonomi kita sangat tergantung dari belanja pemerintah.
Pedagang wajib bertahan sampai event LEBARAN (bulan
Oktober), karena disini tidak ada lagi pengaruh kenaikan
harga BBM, semua pasti terlena dengan event belanja
lebaran.
Kenaikan harga BBM bukanlah Lonceng Kematian,
hukumnya wajib masyarakat kecil harus bertahan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kenaikan harga BBM selalu disertai dengan kenaikan
harga-harga kebutuhan yang lain, karena BBM merupakan
faktor bahan baku yang utama bagi sektor industri.
Sehingga dampak kenaikan harga BBM pasti akan sangat
Kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak) 35
dirasakan oleh masyarakat luas, khususnya masyarakat
kecil.
Untuk menyiasati kenaikan harga BBM bagi para
produsen adalah dengan cara makin kreatif, mencoba
memberikan nilai tambah produk dari aspek yang tidak
menjadikan harga naik, seperti aspek desain, model dan
aplikasi yang menarik. Hal ini perlu dilakukan agar harga
produk tidak ikut naik terlalu tinggi.
5.2 Saran
Diharapkan agar pemerintah pada saat-saat
selanjutnya dapat menjadikan kenaikan harga BBM sebagai
alternatif terakhir untuk menghemat anggaran belanja
negara. Karena dampak yang ditimbulkannya akan sangat
luas.
Kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak) 36