PENGELOLAAN INVESTASI
DALAM ASURANSI SYARIAHMAKALAH
Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Manajemen Asuransi Syariah
Dosen Pembimbing :
KUMARA ADJI KUSUMA, CIFF
Disusun oleh :
Aan Nur Hamzah (C04211001)
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2013KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,
sang Pencipta alam semesta, manusia, dan kehidupan
beserta seperangkat aturan-Nya, karena berkat limpahan
rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas dengan judul Pengelolaan
Investasi dalam Asuransi Syariah.
Pada kesempatan ini, kami juga ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada dosen mata kuliah Manajemen
Asuransi syariah serta semua pihak yang telah membantu
penyelesaian makalah ini baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Demikian pengantar yang dapat kami sampaikan. Kami
menyadari bawasannya kami hanyalah seorang manusia
yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan,
sedangkan kesempurnaan hanya milik Allah Azza Wa’jala
hingga dalam penulisan dan penyusunannya masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang akan senantiasa penulis nanti dalam upaya evaluasi
diri.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Surabaya, 5 Desember 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asuransi syariah dalam operasionalnya adalah
saling tolong menolong dan juga melindungi antar sesama
nasabah asuransi syariah ini. Para setiap nasabah
asuransi syariah sendiri juga bertanggung jawab atas
dirinya sendiri dan juga antar sesama nasabah asuransi
syariah tersebut.
Investasi pada dasarnya adalah bentuk aktif dari
ekonomi syariah. Dalam Islam setiap harta ada zakatnya.
Jika harta tersebut didiamkan, maka lambat laun akan
termakan oleh zakatnya. Salah satu hikmah dari zakat
ini adalah mendorong setiap muslim untuk
menginvestasikan hartanya agar bertambah.
Kewenangan pengelolaan dana asuransi syariah oleh
lembaga syariah, para nasabah asuransi syariah tersebut
mempercayakan semua hal yang berkenaan dalam hal untuk
mengelola premi atau dana asuransi syariah para
nasabah. Tidak hanya mengelola dana premi asuransi
syariah dari setiap nasabah, perusahaan asuransi
syariah ini juga diminta dan dipercaya untuk
mengembangkan dana asuransi tersebut di jalan yang
benar dan pastinya halal. Dalam makalah ini akan
dibahas lebih rinci menganai pengelolaan investasi
dalam asuransi syariah.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini antara lain:
a. Bagaimanakah prinsip Operasional Asuransi syariah ?
b. Apa sajakah Produk-produk Asuransi syariah di
Indonesia ?
c. Bagaimanakah Implementasi Akuntansi Asuransi
Syariah dalam pengelolaan dana investasi Asuransi
Syariah ?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah mengetahui dan
memahami prinsip operasional asuransi syariah, produk-
produk asuransi syariah di Indonesia dan Implementasi
akuntansi asuransi syariah dalam pengelolaan dana
investasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pinsip Operasional Asuransi Islam
Konsep dasar perasuransian Islam di Indonesia,
tidak terlepas dari perilaku umat Islam dalam memandang
kelembagaan-kelembagaan yang ada untuk kegiatan
muamalahnya. Dari pengamatan terhadap perkembangan
industri asuransi di Indonesia, tampak bahwa baik
pertumbuhan ini maupun rasio pemegang polis asuransi
dibandingkan jumlah penduduk Indonesia masih jauh
dibawah kemajuan yang dicapai negara lain.1
Terdapat beberapa solusi untuk menyiasati agar
bentuk usaha asuransi dapat terhindar dari unsur
gharar, maisir, dan riba :
a. Gharar (Uncertainty) atau ketidakpastian ada dua
bentuk:2
Bentuk akad syariah yang melandasi penutupan polis
1 Wirdyaningsih, dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta:Kencana Prenada Media, 2006), Hal.1752 Ibid, Hal.207
1
Sumber dana pembayaran klaim dan keabsahan syar’i
penerima uang klaim itu sendiri
b. Maisir (Gambling), artinya ada salah satu pihak yang
untung tetapi dilain pihak justru mengalami kerugian.
Dalam konsep takaful, apabila peserta tidak mengalami
kecelakaan atau musibah selama menjadi peserta, maka ia
tetap berhak mendapatkan premi yang disetor kecuali
dana yang dimasukan kedalam dana tabarru'
c. Unsur riba (usury) tercermin dalam konsep takaful
dana premi yang terkumpul diinvestasikan dengan prinsip
bagi hasil, terutama mudharabah dan musyarakah.
Adapun prinsip-prinsip asuransi Islam dijelaskan
sebagai berikut:3
Saling bertanggung jawab hal ini sesuai dengan
tuntunan hadist-hadist yang diriwayatkan oleh Al-
Bukhari dan Muslim. Hadist nabi Muhammad SAW : “
Setiap orang dari kamu adalah pemikul tanggung
jawab, dan setiap kamu bertanggung jawab atas
orang-orang yang berada dibawah tanggung
jawabnya.” (diriwayat oleh Al Bukhari dan Muslim)
Saling bekerja sama untuk bantu membantu hal ini
sebagaimana yang diperintahkan Allah SWT, dalam Al
Quran dan hadist Rasulullah SAW.
3 Ibid, hal. 182
2
QS. Al-Maidah (5):2 “…..Dan tolong menolonglah kamu
dalam (mengerjakan) kebaikan dan taqwa, dan jangan tolong
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran…”.
Hadist Nabi Muhammad SAW: “Barang siapa yang
memenuhi kebutuhan saudaranya, Allah akan memenuhi
kebutuhannya” (Diriwayatkan oleh Al Bukhari dan
Muslim dan Abu Daud)
Saling Melindungi dari segala kesusahan
QS. Quraisy (106) : 4 “(Allah) yang telah memberi makan
kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan
mereka dari ketakutan”
Hadist Nabi Muhammad SAW: “Sesungguhnya seseorang
yang beriman itu ialah barangsiapa yang memberi
keselamatan dan perlindungan terhadap harta dan
jiwa raga manusia” (Diriwayatkan oleh Ibnu Majah)
2.2 Investasi syariah
Kegiatan pembiayaan dan investasi keuangan menurut
syariah pada prinsipnya adalah kegiatan yang dilakukan
oleh Pemilik Harta (investor) terhadap Pemilik Usaha
(Emiten) untuk memberdayakan Pemilik Usaha dalam
melakukan kegiatan usahanya dimana pemilik harta
(investor) berharap untuk memperoleh manfaat tertentu.
Karena itu, kegiatan pembiayaan dan investasi keuangan
pada dasarnya sama dengan kegiatan usaha lainnya, yaitu
memelihara prinsip kehalalan dan keadilan.
Demikian juga investasi yang terdapat dalam
asuransi syariah, investasi yang dilakukan oleh
perusahaan asuransi syariah bertujuan untuk
memperdayakan dana yang terkumpul pada perusahaan
asuransi dan mendapat manfaat dari dana yang
diinvestasikannya. Keuntungan dari hasil investasi dana
rekening peserta tersebut dibagi antara perusahaan
asuransi dan peserta asuransi setelah dikurangi biaya
operasional perusahaan dengan prinsip mudharabah.
Landasan Syar’I Investasi:
“ Hai orang yang beriman janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di
antara kamu…” (an-Nisa’:29).
2.3 Produk-produk Asuransi syariah di Indonesia
Produk asuransi syariah dipahami sebagai suatu
model jaminan (proteksi) yang dihasilkan oleh sebuah
perusahaan asuransi syariah untuk ditawarkan kepada
masyarakat luas agar ikut serta berperan sebagai
anggota (peserta) dari sebuah perkumpulan pertanggungan
yang secara materi mendapat keamanan bersama.
Sedang proses marketing yang terjadi pada
perusahaan asuransi syariah, seharusnya tidak hanya
bertumpu pada penjualan terhadap produk-produk yang
dikeluarkan oleh perusahaan tetapi lebih berorientasi
pada penawaran keikutsertaan untuk saling menanggung
3
(takafuli) pada suatu peristiwa yang belum terjadi dalam
jangka waktu tertentu. Sehingga uang yang disetor oleh
nasabah asuransi syariah merupakan dana tabarru yang
sengaja diniatkan untuk melindungi dia dan nasabah
lainnya dalam menghadapi peril (peristiwa asuransi).
Adapun produk asuransi syariah yang sering dipakai
dalam operasional sebuah perusahaan asuransi syariah
secara garis besar dapat dipilah menjadi dua, yaitu
produk asuransi syariah dengan unsur saving dan produk
asuransi syariah non saving. 4
a. Produk asuransi syariah dengan unsur saving adalah
sebuah produk asuransi yang didalamnya menggunakan dua
buah rekening dalam setiap pembayaran premi, yaitu
rekening untuk dana tabarru (sosial) dan rekening untuk
dana saving (tabungan).
Rekening tabungan pada produk yang menggunakan
unsur saving adalah kumpulan dana yang merupakan
milik peserta dan dibayarkan bila perjanjian
berakhir, peserta mengundurkan diri atau peserta
meninggal dunia.
Rekening tabarru (khusus) adalah rekening yang
berisi kumpulan dana yang diniatkan oleh peserta
sebagai derma untuk tujuan saling membantu dan
dibayarkan bila peserta meninggal dunia,
perjanjian berakhir atau jika ada surplus dana.4 AM. Hasan Ali, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam, (Jakarta:Prenada Media, 2004), Hal. 168
4
5
Tabel 1: Mekanisme Pengelolaan dana pada premi dengan unsur
tabungan
b. Produk takaful yang tidak menggunakan unsur saving
adalah kumpulan dana dari peserta yang setelah
dikurangi biaya pengelolaan dimasukan kedalam rekening
khusus (tabarru atau rekening dana sosial).
Kumpulan dana peserta ini akan diinvestasikan
sesuai dengan syariah Islam. Keuntungan dari hasil
investasi setelah dikurangi dengan beban asuransi
(klaim dan premi re-asuransi), akan dibagi antara
peserta dan perusahaan menurut prinsip Al-Mudharabah
dalam suatu perbandingan tetap berdasarkan perjanjian
kerjasama antara perusahaan dengan peserta.
5 http://www.asuransisyariah.net/2008/08/di-dalam-operasional-asuransi-syariah.html
5
6
Tabel 1: Mekanisme Pengelolaan dana pada premi tanpa
unsur tabungan
Perbedaan antara produk asuransi syariah dengan
saving dan produk asuransi syariah nonsaving terletak pada
peruntukan kumpulan dana dari peserta. Jika prosuk
asuransi syariah nonsaving, dana yang terkumpul betul-
betul diarahkan dan diniatkan untuk kepentingan bersama
dan untuk saling membantu diantara peserta asuransi
yang mengalami musibah. Sedang produk asuransi syariah
saving, dana peserta yang terkumpul di samping masuk
rekening tabarru (sosial) juga didistribusikan pada
rekening tabungan (saving).
2.4 Peraturan terkait Investasi Industri Perasuransian
Pengaturan tentang batasan investasi juga terdapat
di industri perasuransian, yaitu terdapat pada
Peraturan Menteri Keuangan (PMK)
6 Ibid
Nomor 53/PMK.010/2012 tentang Kesehatan Keuangan
Perusahaan Asuransi Dan Perusahaan Reasuransi, serta
PMK Nomor 11/PMK.010/2011 tentang Kesehatan Keuangan
Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah.
Kedua PMK tersebut merupakan perubahan dari KMK Nomor
424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan
Asuransidan Reasuransi.
Sebelumnya pada KMK Nomor 424/KMK.06/2003, batasan
untuk semua bentuk investasi adalah 20% dari total
investasi, kecuali investasi penempatan pada satu pihak
adalah 25%. Namun dalam pengaturan yang baru, terdapat
perubahan antara lain pada butir-butir mengenai
batasan-batasan investasi. Perbedaan pengaturan di
industri asuransi konvensional dengan asuransi syariah
terkait batasan investasi adalah sebagaimana dalam
tabet berikut :7
Tabel Perbandingan Pengaturan Investasi AsuransiKonvensional dan Asuransi Syariah
Ketentuan Batasan
Investasi
Asuransi
Konvensional
PMK Nomor.
53/PMK.010/2012
Kesehatan
Keuangan
Asuransi Syariah
PMK Nomor.
11/PMK.010/2011
Kesehatan
Keuangan
Asuransi dan
7www.bapepam.go.id/syariah/publikasi/riset/pdf/kajian_simplikasi_prosedur_pengelolaan_efek_syariah_pengelolaan _investasi.pdf
6
Perusahaan
Asuransi dan
Perusahaan
Reasuransi
Usaha Reasuransi
Dengan Prinsip
Syariah
Deposito berjangka pada Bank, termasuk:deposit on calldeposito yang berjangka waktu kurang dari atau sama dengan 1 (satu) bulansertifikat deposito yang tidak dapat diperdagangkan (non negotiable certificate deposit)
Maksimal untuk setiap Bank tidak melebihi 15% dari jumlah investasi
Maksimal untuk setiap Bank tidak melebihi 20% darijumlah investasi
Surat utang korporasi atau sukuk korporasi
untuk setiap emiten paling tinggi 15%dari jumlah investasiseluruhnya paling tinggi 50%dari jumlah Investasi
untuk setiap emiten masing-masing paling tinggi 20% dari jumlah investasiseluruhnya paling tinggi 40%dari jumlah Investasi
Reksa dana(atau syariah)
untuk setiap Manajer Investasi paling tinggi 15% dari jumlah
untuk setiap Manajer Investasi masing-masing paling tinggi
investasiseluruhnya paling tinggi 50%dari jumlah Investasi
10% dari jumlah investasiseluruhnya paling tinggi 40%dari jumlah Investasi
Emas murni paling tinggi 10%(sepuluh per seratus) dari jumlah investasi
paling tinggi 20%dari jumlah investasi
Investasi berupa surat berharga (atau sukuk)
Paling kurang memiliki peringkat BBB atau yang setara dari perusahaan pemeringkat efek yang telah memperoleh izin dari Bapepam-LK
Paling kurang memiliki peringkat yang termasuk dalam kategori 4 peringkatteratas dari perusahaan pemeringkat efek yang telah memperoleh izin dari Bapepam-LK
Dari Tabel tersebut terlihat bahwa ada perbedaan
persentase batasan investasi antara asuransi
konvensional dengan asuransi syariah. Misalnya sukuk
korporasi, di mana asuransi konvensional hanya
diperbolehkan berinvestasi maksimum 15%, sedangkan
asuransi syariah diberi keleluasaan sampai dengan
maksimum 20%. Sedangkan untuk rating, asuransi syariah
dapat melakukan investasi berupa sukuk yang memiliki
peringkat paling kurang yang termasuk dalam kategori 4
peringkat teratas.
7
Lain daripada itu dana-dana asuransi yang berhasil
dihimpun oleh lembaga asuransi syariah tentu saja hanya
boleh diinvestasikan ke dalam proyek-proyek ataupun
pembiayaan lainnya yang sesuai dengan syariah.
Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Lembaga
Keuangan Nomor Kep. 4499/LK/2000 tentang Jenis,
Penilaian, dan Pembatasan Investasi Perusahaan Asuransi
dan Perusahaan Reasuransi dengan Sistem Syariah, jenis
investasi bagi perusahaan asuransi dan perusahaan
reasuransi Syariah terdiri dari:8
a. deposito dan sertifikat deposito syariah
b. sertifikat wadiah Bank Indonesia
c. saham syariah yang tercatat di bursa efek
d. obligasi syariah yang tercatat di bursa efek
e. surat berharga syariah yang diterbitkan dan
dijamin oleh pemerintah
f. unit penyertaan reksa dana syariah
g. penyertaan langsung syariah
h. bangunan atau tanah dengan bangunan untuk
investasi
i. pembiayaan kepemilikan tanah dan/atau bangunan,
kendaraan bermotor, dan barang modal dengan skema
murabahah (jual beli dengan pembayaran
ditangguhkan)
8 Wirdyaningsih, dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta:Kencana Prenada Media, 2006), Hal.212
8
j. pembiayaan modal kerja dengan skema mudharabah
(bagi hasil)
k. pinjaman polis
2.5 Implementasi Akuntansi Asuransi Syariah dalam
pengelolaan dana investasi Asuransi Syariah
Penetapan bentuk akad akan berdampak langsung pada
sistem akuntansi yang akan ditetapkan dan akad dalam
asuransi syariah terdapat atas dua bentuk akad, yaitu
akad mudharabah dan akad wakalah.9
a. Akad Mudharabah
Dalam akad mudharabah terdapat pemisahan
pengelolaan dana antara dana pemegang saham dan dana
peserta asuransi. Perusahaan bertindak sebagai pemegang
amanah untuk mengelola kontribusi yang diterima dari
peserta yang digunakan apabila diantara para peserta
terjadi musibah.
Dilain pihak, peserta menyetujui bahwa dana yang
disetor akan dikelola secara profesional oleh operator
(perusahaan asuransi) dan pada akhir periode bagi
peserta yang tidak mengalami terjadinya klaim maka ia
akan memperoleh bagi hasil. Dengan demikian, dalam akad
mudharabah ini dana yang dikelola oleh operator
merupakan milik peserta dan tidak dapat dipergunakan
untuk kepentingan pemegang saham. Oleh kaena itu,
sistem akuntansi yang diterapkan harus dipisahkan9Abdullah Amrin, Bisnis,ekonomi,Asuransi dan Keuangan Syariah, (Jakarta:PT Gramedia,2009), Hal.58
antara akuntansi dana pemegang saham dengan akuntansi
dana peserta asuransi.
contoh akad mudharabah adalah sebagai berikut:
1. Keutungan penanggung yang diperoleh dari hasil
pengelolaan premi tabarru’ pada akhir pertanggungan
akan dibagikan secara proposional kepada seluruh
tertanggung berdasarkan prinsip mudharabah dengan
nisbah 80% untuk penanggung dan 20% untuk seluruh
tertanggung dengan ketentuan :
a. Tertanggung tidak pernah menerima pembayaran
atau sedang mengajukan klaim atas polis
b. Tertanggung tidak membatalkan polis
2. Bagi hasil yang menjadi bagian tertanggung akan
dihitung berdasarkan premi yang diterima oleh
penanggung yang dikalikan dengan rate bagi hasil
yang berlaku pada akhir pertanggungan polis.
9
Gambar 1: Pengelolaan dana investasi (Mudharabah)
b. Akad Wakalah
Dalam akad wakalah terdapat pemisahan pengelolaan
dana antara dana pemegang saham dan dana peserta
asuransi. Perusahaan menerima dana tabarru’ dari
peserta dan berhak menggunakannya untuk seluruh
kegiatan perusahaan sesuai dengan guna dan fungsi dana
tabarru’ tersebut.
10
Gambar 2. Pengelolaan dana Investasi (Wakalah)
Contoh akad wakalah adalah sebagai berikut:
Perusahaan asuransi menerima akad wakalah untuk
menginvestasikan premi yang diterima dari tertanggung
dengan konvensasi mendapat perlindungan. Saat
pertanggungan selesai, apabila ada kelebihan dana dari
surplus underwriting, maka kelebihan akan dibagikan sesuai
nisbah 80% untuk penanggung dan 20% untuk tertanggung.
Contoh aplikasi akutansi asuransi syariah akad
mudharabah:
PT. Amar’as
Surplus Underwriting Statement
Pendapatan underwriting Rp 500.000.000.000,00
Biaya retakaful (Rp
15.000.000.000,00)
Biaya klaim (Rp
25.000.000.000,00)
Cadangan premi (Rp
45.000.000.000,00)
Distribusi surplus Rp 415.000.000.000,00
underwriting
PT Amar’as
Profit and Loss Statement
Distribusi surplus underwriting Rp
415.000.000.000,00
Ditambah hasil investasi dari
deposit mudharabah Rp 12.000.000.000,00
Pembiayaan mudharabah Rp 10.000.000.000,00
Pembiayaan bai’ bitsaman ajil Rp 25.000.000.000,00
Saham Rp 1.500.000.000,00
Reksadana syariah Rp 2.500.000.000,00
Obligasi syariah Rp 3.500.000.000,00
+
Rp 470.000.000.000,00
Bagian partisipan 20% (Rp 94.000.000.000,00)
Bagian untuk operator 80% Rp
376.000.000.000,00
Biaya-biaya operasional (Rp 200.000.000.000,00)
11
Rp 176.000.000.000,00
Mudharabah yang dibayar (Rp 12.000.000.000,00)
Laba rugi sebelum zakat dan pajak Rp
64.000.000.000,00
Zakat dan pajak (Rp 23.000.000.000,00)
Laba rugi setelah zakat dan pajak Rp
141.000.000.000,00
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Produk asuransi syariah yang sering dipakai dalam
operasional sebuah perusahaan asuransi syariah secara
garis besar dapat dipilah menjadi dua, yaitu:
a. Produk asuransi syariah dengan unsur saving
b. Produk asuransi syariah tanpa unsur saving
12
Perbedaan antara keduanya terletak pada peruntukan
kumpulan dana dari peserta. Jika prosuk asuransi
syariah nonsaving, dana yang terkumpul diarahkan untuk
kepentingan bersama dan untuk saling membantu diantara
peserta asuransi yang mengalami musibah. Sedang produk
asuransi syariah saving, dana peserta yang terkumpul di
samping masuk rekening tabarru (sosial) juga
didistribusikan pada rekening tabungan (saving).
Jenis investasi bagi perusahaan asuransi dan
perusahaan reasuransi Syariah sesuai Kep. Dirjen
Keuangan terdiri dari: deposito dan sertifikat deposito
syariah, sertifikat wadiah Bank Indonesia, saham
syariah yang tercatat di bursa efek, obligasi syariah
yang tercatat di bursa efek, surat berharga syariah
yang diterbitkan dan dijamin oleh pemerintah, unit
penyertaan reksa dana syariah, penyertaan langsung
syariah, bangunan atau tanah dengan bangunan untuk
investasi, pembiayaan kepemilikan tanah dan/atau
bangunan, kendaraan bermotor, dan barang modal dengan
skema murabahah (jual beli dengan pembayaran
ditangguhkan), pembiayaan modal kerja dengan skema
mudharabah (bagi hasil), dan pinjaman polis
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Amrin. 2009. Bisnis,ekonomi,Asuransi dan
Keuangan Syariah. Jakarta: PT Gramedia
AM. Hasan Ali. 2004. Asuransi dalam Perspektif Hukum
Islam. Jakarta: Prenada Media
Wirdyaningsih, dkk. 2006. Bank dan Asuransi Islam di
Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media
www.bapepam.go.id/syariah/publikasi/riset/pdf/
kajian_simplikasi_prosedur_pengelolaan_efek_syariah_pen
gelolaan _investasi.pdf
http://www.asuransisyariah.net/2008/08/di-dalam-
operasional-asuransi-syariah.html
13
Top Related